TRANSPIRASI DAN DISTRIBUSI STOMA PADA TANAMAN LAPORAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Fisiologi Tumbuhan yang dibina oleh Ibu Nugrahaningsih Oleh: Kelompok 2 Elsa Mega Suryani (130342615336) Farida Aryani Dian (130342615300) Iresa Wahyu Purwanti M. Haidar Amrullah (130342615325) (130342615319) Nur Hidayatus Sholikah Siti Aminatul M. (130342615304) (130342615337) UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI September 2014 A. Topik Transpirasi dan distribusi stoma pada tanaman B. Tujuan 1. mengukur kecepatan transpirasi dengan transpirometer tiap luas daun, 2.mengukur kecepatan transpirasi dengan metode penimbangan langsung tiap daun 3. menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan transpirasi 4. menghitung jumlah stomata pada satuan luas tertentu, 5. membandingkan distribusi stoma pada berbagai jenis daun berdasarkan lingkungan hidupnya. C. Kajian Teoritis Transpirasi ialah suatu proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke atmosfer dalam bentuk uap air. Air diserap dari akar ke rambut tumbuhan dan air itu kemudian diangkut melalui xilem ke semua bagian tumbuhan khususnya daun. Bukan semua air digunakan dalam proses fotosintesis. Air yang berlebihan akan disingkirkan melalui proses transpirasi. Jika kadar kehilangan air melalui transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan pokok akan terhalang. Akibat itu, mereka yang mengusahakan pernanaman secara besar – besaran mungkin mengalami kerugian yang tinggi sekira mengabaikan faktor kadar transpirasi tumbuh – tumbuhan( Devlin, 1983 ). Meskipun air merupakan penyusun utama tubuh tumbuhan namun sebagian besar air yang diserap akan dilepaskan kembali ke atmosfer dan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk proses metabolisme dan mengatur turgor sel. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan terjadi melalui proses transpirasi dan gutasi (Soedirokoesoemo, 1993). Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel 80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata, paling besar peranannya dalam transpirasi( Michael, 1964 ). Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun faktor luar. Faktor dalam, antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata (Salisbury. 1992). Faktor – faktor luar yang mempengaruhi kecepatan transpirasi, antara lain: 1.Kelembaban Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga antar sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara. 2. Suhu Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan turgor daun dan secara otomatis mempengaruhi pembukaan stomata. 3. Cahaya Cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata. 4. Angin Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan kelembanan udara diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi. 5. Kandungan air tanah Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi air di akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada penyerapan dari tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daun sehingga terjadi penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut (Loveless. 1991). Uap air berdifusi dari ruangan udara yang lembap pada daun ke udara yang lebih kering melalui stomata. Penguapan dari lapisan tipis air yang melapisi sel-sel mesofil mempertahankan kelembapan tinggi ruangan udara itu. Kehilangan air ini menyebabkan lapisan tipis air itu membentuk meniskus, yang semakin lama semakin cekung ketika laju transpirasi meningkat. Terbentuknya meniskus ini terjadi karena kombinasi kedua gaya yang bekerja pada air. Dalam artian, air itu “ditarik” oleh gaya adhesi dan kohesi. Kohesi air akibat ikatan hydrogen memungkinkan transpirasi mampu menarik air ke atas melewati pembuluh xylem dan trakeid yang sempit yang tanpa kolom air ini menjadi pecah. Pada kenyataannya, daya tarik transpirasi itu dengan bantuan kohesi air dihantarkan dari akar ke seluruh daun. Aliran massal air ke puncak suatu pohon digerakkan tenaga surya, karena penyerapan cahaya matahari oleh daun yang menyebabkan penguapan yang bertanggung jawab atas daya tarik transpirasional(Campbell, 2003). Ada dua tipe transpirasi, yaitu (1) transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis; dan (2) transpirasi stomata, yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang melalui daun-daun (Loveless, 1991). Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya. Bermacam cara untuk mengukur besarnya transpirasi, misalnya dengan menggunakan metode penimbangan. Sehelai daun segar atau bahkan seluruh tumbuhan beserta potnya ditimbang. Setelah beberapa waktu yang ditentukan, ditimbang lagi. Selisih berat antara kedua penimbangan merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi. Metode penimbangan dapat pula ditujukan kepada air yang terlepas, yaitu dengan cara menangkap uap air yang terlepas dengan dengan zat higroskopik yang telah diketahui beratnya. Penambahan berat merupakan angka penunjuk besarnya transpirasi (Soedirokoesoemo, 1993). Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas, penyerapan air tidak mampu mengimbangi laju transpirasi, Ψw sel turun, Ψp menurun, tanaman layu, layu permanent, mati, hasil tanaman menurun. Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi, meningkatkan lengas tanah, pada kisaran layu tetap – kapasitas lapangan(Jumin, 1992). Kecepatan transpirasi dihitung dengan rumus berikut. 1. Vtrans = ΔS / L ml/cm2/jam (dengan menggunakan transpirometer) 2. Vtrans = X / L mg/cm2/jam (dengan metode penimbangan langsung) Menghitung luas permukaan daun dilakukan dengan rumus L = a/b cm2. Keterangan: ΔS = jarak perubahan skala pada transpirometer X = selisih rata-rata berat botol + air+ tanaman sebelum dan setelah percobaan a = berat seluruh pola daun b = berat potongan kertas L = luas total daun Stomata adalah tampilan pokok epidermis daun, hal itu berhubungan dengan fungsi daun sebagai organ transpirasi dan fotosintesis. Daun yang mempunyai stomata di kedua permukaan disebut daun amfistomatik, sedangkan apabila memiliki stomata yang hanya terdapat di permukaan atas saja disebut daun epistomatik, dan sebaliknya apabila mempunyai stomata yang hanya terdapat pada permukaan bawah saja disebut daun hipostomatik (Setjo, 2004). Distribusi dari stomata pada daun berbeda terutama menurut habitatnya. Pada tumbuhan air, stomata banyak dibentuk di permukaan atas daun, sebaliknya pada tumbuhan darat stomata banyak di permukaan bawah daun (Tim Pengampu FisiologiTumbuhan,2010). Pada tanaman darat umumnya stomata itu terdapat pada permukaan daun bagian bawah. Untuk mengurangi laju transpirasi yang berlebih biasanya tumbuhan xerofit mempunyai stomata yang sedikit, stomata tenggelam dan biasanya terdapat trikoma (Sanusi, 2009). Tanaman mesofit pada daun dorsiventral umumnya stomata banyak terdapat pada bagian epidermis bawah daun, sedangkan pada bagian atas hanya sedikit atau tidak ada sama sekali (Setjo, 2004).Pada tumbuhan yang terdapat pada lingkungan xerofit mempunyai daun-daun tebal dan kaku seperti kulit, dengan kutikula yang berkembang dengan baik dan rambut yang berlimpah (Setjo, 2004). D. Hasil Pengamatan 1. Transpirasi daun Acalipha menggunakan transpirometer N Perlakuan o. 1. Tanpa 2. Angin Dengan Nilai Awal Kipas 0.4 Nilai Selisi Keterangan Akhir 0.45 h 0.05 Selama 30 menit Kipas 0.7 0.78 0.08 Berat Berat Selisi Awal Akhir h (g) Angin N Perlakuan o. 1. Tanpa Daun (g) Daun (g) Kipas 1.5 1 0.5 2. Angin Dengan Kipas 1.3 0.3 Keterangan Selama menit 1 Angin 2. Distribusi stomata Daun Sirih Merah Hipostomatik : stomata hanya pada epidermis bawah. 30 Jumlah stomata : 38 Perhitungan luas bidang pandang: - Awal terlihat stomata 8.6 mm - Akhir terlihat stomata 10.8 mm Diameter = 10.8 mm – 8.6 mm = 2.2 mm Jari-jari (r) = 1.1 mm Luas bidang pandang = π r 2=3 .14 × 1. 12=3 . 79 mm2 E. Pembahasan 1. Transpirasi memakai Transpirometer Transpirasi adalah hilangnya air dari dalam tubuh tanaman. Semua tumbuhan mengalami proses transpirasi. Tumbuhan akan mengeluarkan uap air yang telah diserapnya melalui trikoma yang berada pada akar tanaman. Pengeluaran uap air ini dapat melalui berbagai macam jaringan, yaitu melalui stomata, lentisel atau pun lewat kutikula (zat lilin). Dari ketiga jaringan tersebut, perbedaan yang mencolok adalah presentase kadar uap yang dikeluarkan tidak sama besar. Kadar uap air paling besar adalah saat uap air dikeluarkan melalui stomata (sekitar 90% uap air), kemudian pada kutikula kurang lebih sebanyak 5-10% sedangkan melalui lentisel sebanyak 1-10%. Tumbuhan herba dapat menyerap suatu volume air setiap hari yang sama dengan beberapa kali volume tanaman itu sendiri (Kimball, 1983). Mekanisme pengeluaran uap air (transpirasi) adalah ketika air menguap dari sel mesofi, maka cairan dalam sel mesofil akan menjadi semakin jenuh. Sel-sel ini pada akhirnya akan menarik air melalui osmosis dari sel-sel yang berada dalam daun. Dan pada akhirnya akan menyerap air yang diperlukan dari jaringan xylem yang merupakan kolom berkelanjutan dari akar ke daun. Oleh karena itu, air tersebut akan naik dan melawan gaya gravitasi bumi, proses ini dinamakan transpirasi (Lakitan, 2007). Tumbuhan memakai sekitar 1-2% air yang diserapnya untuk fotosintesis dan memproses metabolik sel-sel daunnya, sedangkan sisanya menguap dari daun dalam proses transpirasi. Bila stoma terbuka, uap air akan keluar dari daun. Untuk menggantikan uap air yang hilang pada waktu transpirasi, maka sebuah tanaman harus menyediakan air segar bagi daun (Kimball, 1983). Tumbuhan yang melakukan metabolisme, baik anabolisme maupun katabolisme tidak terlepas dari peran air. Tumbuhan yang kelebihan air akan mengeluarkannya sehingga terjadi keseimbangan. Air yang banyak pada diri tumbuhan dapat merusak proses metabolisme yang terjadi, bahkan dapat mengganggu proses metabolisme itu sendiri. Sebaliknya, tumbuhan yang kekurangan air akan mengalami penurunan tekanan turgor atau turgiditas tumbuhan sehingga tumbuhan tersebut tidak mampu melakukan metabolisme secara sempurna. Akibat menurunnya turgiditas tumbuhan ini tumbuhan akan layu sampai akhirnya mati (Irawan, 2012). Pada percobaan transpirasi ini menggunakan daun Acalipha. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan perdu, berumur panjang (perennial) dan mempunyai akar tunggang. Termasuk daun tunggal, dan bertangkai pendek, tersusun berseling (Plantomor, 2012). Kami menggunakan alat transpirometer. Transpirometer adalah alat untuk mengukur banyaknya uap air yang hilang karaena trasnpirasi (Kimball, 1983). Perlakuan yang diamati adalah dengan ada tidaknya angin. Seperti yang tercantum pada tabel hasil pengamatan, transpirometer yang diberikan perlakuan dengan angin (memakai kipas angin) mempunyai selisih nilai awal dan akhir yang lebih besar darinpada transpirometer yang tidak diberikan perlakuan angin. Dengan angin nilai akhir dan awal mempunyai selisih sebesar 0.78 sedangkan yang tanpa dikenakan angin mempunyai selisih 0.45. Hipotesis sementara dari hasil ini adalah angina mempengaruhi laju transpirasi suatu tumbuhan. Pada tabel hasil pengamatan berat pola daun, terlihat adanya pengurangan berat awal dan berat akhir. Hal ini diprediksi dikarenakan oleh adanya aktivitas transpirasi yang dilakukan sebelum pengamatan berlangsung. Dalam kata lain, saat pemetikan daun dan dibawa ke laboratorium, daun tersebut sudah mengalami transpirasi yang tidak dapat dihitung lamanya. Hal tersebut mengakibatkan adanya pengurangan jumlah berat. Setelah mendapatkan data-data di atas, maka laju transpirasi dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut. v trans = L= ∆S L a b Perhitungan luas total daun: 1. dengan kipas angin L = 1.5 / 0.01 = 150 cm2 2. tanpa kipas angin L = 1.3 / 0.01 = 130 cm2 Keterangan: ∆ S= jarakperubahanskalapadatranspirometer (ml/cm2 / jam) 2 L=luastotaldaun(cm ) a=beratseluruhpoladaun ( gram ) b=beratpotongankertas( gram) Waktu yang kami gunakan untuk mengukur transpirasi pada percobaan ini adalah 30 menit, dapat dikatakan 30 menit adalah setengah dari satu jam (30/60). Maka perhitungan laju transpirasinya adalah: 1. dengan kipas angin v trans = ∆S 2 ml /cm / jam L v trans = 0.08 ×2 150 v trans =0.001ml /cm 2 / jam 2. tanpa kipas angin v trans = ∆S ml /cm2 / jam L v trans = 0.05 ×2 130 2 v trans =0.0007 ml/ cm / jam Kegiatan transpirasi terpengaruh oleh banyak faktor, baik faktor dalam maupun faktor luar. Yang termasuk faktor dalam adalah besarkecilnya daun, tebal-tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak-sedikitnya bulu pada permukaan daun, jumlah stoma, dan bentuk dan letak stomata. Selain itu terdapat faktor luar yang mempengaruhi transpirasi, yaitu radiasi (sinar matahari), temperatur, kelembapan udara, tekanan udara, angin, dan keadaan air dalam tanah (Dwijoseputro, 1990). Pada pengamatan laju transpirasi ini, kami melihat faktor angin yang dapat mempengaruhi laju transpirasi. Terlihat pada perhitungan transpirasi yang diberikan perlakuan dengan kipas mempunyai kecepatan transpirasi yang lebih cepat daripada yang diberikan perlakuan tanpa kipas. Hal ini dikarenakan angina merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi laju transpirasi. Pada umumnya angin yang sedang menambah kegiatan transpirasi. Hal ini dikarenakan angin membawa pindah uap air yang tertimbun di dekat stoma. Dengan demikian, maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk berdifusi keluar (Dwijoseputro, 1990). Dengan adanya kipas angin, laju transpirasi akan meningkat. Bila tidak, udara dekat dengan daun yang sedang bertranspirasi semakin lembab. Karena itu menurunkan laju transpirasi. Namun jika ada hembusan angin yang lembut, udara lembab itu terbawa dan digantikan oleh udara segar yang lebih kering (Kimball, 1983). Pada pengaruh kelembaban sesuai dengan teori yang ditulis oleh Kimball (1983), proses transpirasi akan semakin cepat bila lingkungan sekitar tumbuhan kering, bila terlalu lembab maka ruang udara pada daun yang berisikan uap akan keluar secara perlahan-lahan (semakin lama). Tumbuhan dapat mengurangi penguapan yang terjadi pada dirinya, yaitu dengan cara menggugurkan daunnya seperti pada tanaman meranggas (disideous), contohnya pohon jati dan randu ketika musim kemarau. Bila mereka tidak melakukan pengguguran, dengan demikian akan mengganggu kelangsungan hidupnya. Selain itu, tumbuhan menutup dan membuka stomata pada waktu tertentu untuk menjaga efisiensi penggunaan air (Irawan, 2012). Sesuai dengan teori yang ditulis oleh Villee (1977) bahwa bila akar tidak memiliki air yang cukup menyebabkan sel penjaga pada stomata kurang mempunyai tekanan turgor dan hal ini membuat stomata menutup untuk menjaga efisiensi air dalam tumbuhan tersebut. Pada proses praktikum transpirasi dengan menggunakan transpirometer ini, kami mengalami beberapa kendala, yakni susahnya mempersiapkan transpirometer yang digunakan. Hal ini dikarenakan, praktikan tidak teliti dalam mengolesi transpirometer dengan vaselin yang tersedia. Akhirnya memendekan waktu pengamatan dari satu jam menjadi tiga puluh menit. Kesalahan-kesalahan yang dapat pula terjadi adalah saat menerka nilai yang tercantum pada transpirometer, kondisi transpirometer yang lama menyebabkan keobjektifan percobaan ini semakin kecil. 2. Distribusi stoma Daun yang diamati pada praktikum ini yaitu daun Alamanda chatartica dan Piper crocatum ( sirih merah). Pada epidermis bawah maupun epidermis atas daun Alamanda chatartica tidak ditemukan stomata. Pada daun sirih merah, ditemukan distribusi stomata pada epidermis bawah saja. Perhitungan luas bidang pandang distribusi stomata epidermis bawah Piper crocatum adalah sebagai berikut: awal terlihat stomata = 8,6 cm akhir terlihat stomata = 10,8 cm diameter = 10,8-8,6 cm =2,2 cm jari-jari =1,1 cm luas bidang pandang = mm πr 2 = 3,14 x 1,1 x 1,1 =3,7994 cm = 379,94 Epidermis daun memiliki sifat khusus yaitu sel-selnya yang kompak, adanya lapisan kutikula yang tebal serta adanya stomata. Stoma (jamak: stomata) merupakan celah dalam epidermis yang dibatasi oleh dua sel epidermis khusus yang disebut sel penutup. Sel penutup dapat mengatur besar kecilnya celah dengan cara mengubah bentuknya. Sel yang mengelilingi stomata disebut sel tetangga yang berperan dalam perubahan osmotik sehingga menyebabkan gerakan sel penutup yang berpengaruh terhadap besar kecilnya celah stomata. (Hidayat:1995) Stomata terdapat dalam semua bagian tumbuhan di atas tanah, tetapi paling banyak pada daun. Jumlah stomata beragam pada daun tumbuhan yang sama atau pada daerah daun yang sama. Stomata dapat terletak pada kedua sisi daun (amfistomatik), pada daun bagian bawah saja (hipostomatik) atau pada bagian atas saja (epistomatik). (Hidayat:1995) Distribusi stomata tanaman darat umumnya terdapat pada permukaan daun bagian bawah rata-rata berbentuk oval Buletin Anatomi dan Fisiologi diameter (Dwijoseputro, 6-18 mikron dan luas 90 mikron 1978). Berdasarkan pengamatan kami persegi pada daun alamanda, tidak ditemukan stomata pada kedua sisi daunnya. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa daun Alamanda chatartica bersifat hipostomatik. Hasil pengamatan pada daun sirih merah ditemukan stomata dengan jumlah 38 pada luas bidang pandang 379,94 mm. Distribusi stomatanya tersebar ada yang membentuk kelompok agak besar dan kelompok lain yang berukuran lebih kecil. Stomata hanya ditemukan pada sisi bawah yang mengindikasikan daun termasuk hipostomatik. Hal ini menandakan bahwa daun sirih Distribusi stomata sangat berhubungan dengan kecepatan dan intensitas transpirasi pada daun, yaitu misalnya letak satu sama lain dengan jarak tertentu. Dalam batas tertentu, maka makin banyak porinya makin cepat penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan, maka penguapan dari lubang yang satu akan menghambat penguapan lubang dekatnya. Hal ini karena jalan yang ditempuh molekul-molekul air yang lewat lubang itu tidak lurus melainkan membelok akibat pengaruh sudutsudut sel-sel penutup. Pada daun lebar yang dimiliki oleh kelompok dikotil, letak stomatanya tersebar. Pada monokotil atau gymnospermae, letak stomata tersusun memanjang berderet sejajar sumbu daun. (Hidayat:1995). Gembong(1978) menyatakan bahwa pada umumnya daun-daun tanaman dikotil mempunyai helaian menjari atau menyirip, sedangkan monokotil umumnya sejajar atau melengkung. Hal ini menyebabkan perkembangan distribusi stomatanya juga mengikuti kaidah tersebut. F. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Maka dari pembahasan diatas dapat ditulis sari-sari konsep kesimpulan sebagai berikut. a. Kecepatan transpirasi sebah daun berbeda-beda sesuai dengan morfologi dan faktor-faktor yang terdapat di dalam atau luarnya. Kecepatan transpirasi yang diperoleh dalam percobaan ini adalah sebesar 0.001 ml/cm2/jam pada perlakuan dengan kipas, sedangkan bila tanpa kipas didapatkan laju transpirasi sebesar 0.0007 ml/cm2/jam. Kecepatan transpirasi menggunakan angin lebih cepat daripada tanpa angin (dalam kondisi normal). b. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan transpirasi adalah sebagai berikut (menurut Dwijoseputro, 1990): 1) Sinar matahari, sinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan menutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. 2) Temperatur (suhu), kenaikan suhu menambah tekanan uap air di dalam daun. Tekanan uap di luar otomatis juga naik, namun karena tidak dalam ruang terbatas maka tekanan uap di luar tidak setinggi tekanan yang berada di dalam daun. Akibatnya uap air mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas (terdapat gerak brown). 3) Kebasahan udara atau kelembaban udara, pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih tinggi daripada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu jauh lebih banyak (kenyang) uap air daripada di luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi yang tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun). Sebaliknya, jika pada suatu hari di udara banyak awan, maka kebasahan udara antara bumi dan awan itu sangat tinggi. Dengan demikian maka perbedaan kebasahan udara di dalam dan di luar daun tidak jauh berbeda; keadaan yang demikian ini tidak melancarkan berdifusinya uap air dari dalam daun ke dunia luar daun. Kesimpulannya adalah, udara yang basah menghambat transpirasi sedang udara yang kering melancarkan transpirasi. 4) Angin, pada umumnya angin yang sedang menambah kegiatan transpirasi. Hal ini dikarenakan angin membawa pindah uap air yang tertimbun di dekat stoma. Dengan demikian, maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk berdifusi keluar. 5) Keadaan air dalam tanah, air dalam tanah merupakan satusatunya sumber pokok bagi tumbuhan. Absorbsi air lewat bagian-bagian lain yang ada di atas tanah seperti batang dan daun juga ada, tapi tidak sebanding dengan pemasukan melalui akar. 2. Saran Masukan atau saran yang dapat kami lontarkan adalah selalu mengecek alat sebelum melakukan praktikum, karena bila belum dicek dan alatnya rusak, akan melambatkan jalannya praktikum dan mengurangi keobjektifan hasil praktikum tersebut. Kemudian, selalu belajar terlebih dahulu sebelum menjalani praktikum karena, kita akan tahu apa yang harus dilakukan, untuk mengoptimalkan waktu juga. Konsentrasi dan terus berdoa adalah hal yang paling utama. G. Diskusi a. Transpirasi 1 Apa kegunaan proses transpirasi bagi tumbuhan? 2 Mengapa pada setiap ujung lubang transpirometer harus diolesi vaselin? 3 Mengapa kelembapan udara dan tekaan udara berpengaruh terhadap transpirasi? 4 Mengapa pengukuran dengan penimbangan tidak dengan volume? 5 Bandingkan kecepatan transpirasipada tanaman yang ditempatka ditempat teduh dengan di tempat yang terkena langsung serta yang diberi perlakuan dengan cahaya secara kipas angin. Bagaimana hasilnya?Mengapa demikian? Jawaban: 1. Proses transpirasi dapat membawa keuntungan bagi tumbuhan. Pada tanaman, transpirasi itu pada hakekatnya suatu penguapan air yang baru yang membawa garam-garam mineral dari dalam tanah. Transpirasi juga bermanfaat di dalam hubungan penggunaan sinar (panas) matahari. Kenaikan temperatur yang membahayakan dapat dicegah karena sebagia dari sinar matahari yang memancar itu digunakan untuk penguapan air. Mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembulih xilem, membuang kelebihan air, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, mengatur bukaan stomata, dan sebagai salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu daun. pengangkutan unsur hara tetap dapat berlangsung jika transpirasi tidak terjadi. Akan tetapi, laju pengangkutan terbukti akan berlangsung lebih cepat jika transpirasi berlangsung secara optimum. Transpirasi jelas merupakan suatu proses pendinginan, pada siang hari radiasi matahari yang diserap daun akan meningkatkan suhu daun. Jika transpirasi berlangsung maka peningkatan suhu daun ini dapat dihindari. a Menjaga transpor pasif atau turgiditas sel agar tetap berada pada kondisi optimal.Turgiditas sel ini yang menyebabkan sel tumbuhan memiliki bentuk yang tetap. Dalam turgiditas sel terjadi transpor pasif yaitu pemindahan molekul, ion, dan senyawa yang sangat diperlukan tumbuhan dalam proses difusi dan osmosis. Kadar ion kalium dapat dipertahankan saat transpirasi berlangsung. b Menjaga stabilitas suhu tubuh. Karbondioksida yang masuk melalui stomata yang terbuka saat terjadi transpirasi dapat dimanfaatkan dalam proses memasak makanan dan pembentukan energi. Bila glukosa hasil fotosintesis tersebut sudah terbentuk maka tumbuhan akan mendapatkan energi dan secar aotomatis suhu tubuh menjadi stabil. c Memungkinkan melalui percepatan pembuluh laju pengangkutanunsur hara xylem.Pembuluh kayu atau xylem bersumber dari akar yang mengangkut cairan menuju kedaun. Cairan tersebut adalah tekananbesar ketika proses unsur hara transpirasi yang mendapat berlangsung pada daun. 2. udara yang berada di dalalm tabung tidak dapat keluar dan udara yang diluar tidak dapat masuk melalui celah-celah ujung dari transpirometer. Karena jika terdapat rongga dapat mengganggu pengamatan ketika praktikum. 3. Sebab kelembaban udara : udara yang basah akan menghambat transpirasi sedangkan udara yang kering akan memperlancar transpirasi.Sedangkan tekanan udara berpengaruh terhadap laju transpirasi pertumbuhan. Hal ini bisa terjadi karena pada saat tumbuhan melakukan proses transpirasi secara biasa bila diberikan tekanan udara diatasnya maka akan mempercepat terjadinya penguapan air sehingga akan membuat tumbuhan tersebut terus melakukan proses tramnspirasi secara terus-menerus. Semakin besar tekanan yang diberikan pada permukaan daun yang diberikan maka akan semakin besar pula laju transpirasinya. Bila hal ini terjadi secara terus-menerus maka akan terjadi ketidak seimbangan dalam tubuh tumuhan tersebut yang akan mengakibatkan kurangnya kandungan air dalam tubuh tumbuhan yang bisa berakibat hingga ke kematian. Mekanisme ini sebenarnya mirip dengan mekanisme dehidrasi pada tubuh manusia, dimana pada saat tubuh berkeringat dan tertiup oleh angin maka tubuh akan lebih cepat kehilangan cairan. 4. Digunakan penimbangan langsung sebab pengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh dalam pot yang telah diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah dapat dicegah. Kehilangan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untuk jangka waktu tertentu dengan penimbangan langsung. 5. Kecepatan transpirasi antara tempat yang teduh dan perlakuan dengan kipas angin. Kecepatan transpirasi lebih cepat yang diberi perlakuan dengan kipas angin dan tanaman yang ditempat teduh kecepatan transpirasinya lebih lambat.Sebab dalam udara yang bergerak, besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transpirasi daripada dalam udara tenang. Karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian, maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk difusi ke luar . Pada dasarnya efek angin secara keseluruhan adalah selalu meningkatkan transpirasi. Hal ini sesuai dengan praktikum yang telah dilakukan kecepatan transpirasi ditempat yang teduh lebih rendah dibandingkan ditempat yang diberi perlakuan dengan angin. Dan sesuai dengan literatur Pradhan (1997) yang menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi adalah faktor internal yaitu angin, karena angin dapat memacu laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati permukaan daun. Sedangkan tanaman yang terkena cahaya langsung menyebabkan membukanya stomata dibandingkan dengan tempat yang gelap sebab tempat yang gelap menyebabkan tertutupnya stomata, jadi semakin tinggi intensitas sinar matahari yang diterima daun, maka kecepatan transpirasi akan semakin tinggi. 6. Pada pengamatan saudara, daun apakah yang bertipe a. Ampfistimatik b. Epistomatik c. Hypostomatik DaunAlamanda chartatica memiliki daun bertipe hipostomatik karena stomata terletak pada permukaan daun bagian bawah (abaksial). Daun Piper crotatumjuga bertipe hipostomatik, karena memiliki stomata pada bagian bawah daun. 7. Bandingkan distribusi stomata pada berbagai jenis daun yang tersedia? Daun Piper crotatum memiliki stomata yang berada di pemukaan bawah (abaksial) daun. Sedangkan pada Alamanda chartatica tidak ditemukan stomata pada bagian atas dan bawah daunnya, menurut teoriAlamanda chartaticamemiliki stomata terletak pada permukaan daun bagian bawah (abaksial) dan termasuk tumbuhan xerofit. 8. Adakah hubungan antara ketebalan daging dengan distribusi stomatanya? Tidak terdapat hubungan antara ketebalan dan distribusi stomata, karena yang mempengaruhi dari distribusi stomata adalah tempat hidup tanaman tersebut. 9. Ditinjau dari pengaruh lingkungan, kelompokkan tumbuhan yang saudara pakai untuk praktikum? Tumbuhan Alamanda chartaticadanPiper crotatumhidup didaerah xerofit, 10. Apakah tempat hidup tanaman mempengaruhi letak dan distribusi stomata? Ya, habitat tanaman memiliki kadar air yang berbeda-beda. Hal ini berpengaruh pada jenis tanaman yang tumbuh pada daerah tersebut dengan adaptasi pada jaringan penyusunnya. Ditinjau dari letak dan distribusi stomata, tumbuhan yang hidup pada daerah berkadar air tinggi memiliki stomata pada bagian adaksial dan letaknya merata pada permukaan atas daun. Tumbuhan pada daerah xerofit memiliki distribusi stomata pada bagian abaksial (bawah). Tumbuhan pada daerah mesomorfik stomatnyaa terletak pada bagian atas dan bawah, tetapi stomata bagian bawah lebih banyak. DAFTAR PUSTAKA Campbell. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga. Devlin. 1983. Plant Phisiology. Boston: Williard grant press. Dwijoseputro. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia. Gembong T. 1978. Morfologi Tumbuhan. Jakarta : PT Gramedia. Hidayat, E.B. 1985. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : Penerbit ITB. Irawan, Dadi. 2012. Laporan Biofisika Umum Transpirasi Daun pada Tumbuhan. Jurnal IPB. Lakitan, B. 2007. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Grafindo Persada. Kimball, John W. 1983. Biologi Jilid Dua. Jakarta : Erlangga. Loveless, 1991. Prinsip - Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 1. Jakarta: Gramedia. Michael. 1964. General Phisiology Kogasuma. Tokyo: Company. Plantomor. 2012. Informasi Spesies: Akalifa. (Online), (http://www.plantamor.com/index.php?plant=15), diakses pada 7 September 2014. Villee, Claude A. 1977. Biology. USA: Saunders. Salisbury. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Bandung: IT Setjo, Susetyoadi.dkk. 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang: JICA UM. Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tim pengampu Fisiologi Tumbuhan. 2010. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Malang: FMIPA UM. Sanusi, Ahmad. 2009. Transpirasi. (Online). LAMPIRAN gambar 1. Epidermis bawah Piper crotatum 10x gambar 1. Epidermis bawah Piper crotatum 10x