BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang mendukung kepercayaan pemodal terhadap pasar modal adalah persepsi mereka akan kewajaran harga sekuritas (saham). Dalam keadaan seperti itu, pasar modal dikatakan efisien secara informasional. Pasar modal dikatakan efisiensi secara informasional apabila harga sekuritassekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan. Oleh karena itu informasi yang tidak benar dan tidak tepat tentunya akan menyesatkan para pemodal dalam melakukan investasi pada sekuritas, sehingga ini akan merugikan para pemodal. Semakin tepat dan cepat informasi sampai kepada calon pemodal dan dicerminkan pada harga saham, maka pasar modal yang bersangkutan semakin efisien (Rosyadi, 2002: 2). Laporan keuangan melaporkan posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu maupun hasil operasinya selama periode lalu. Walaupun demikian, nilai riil dari laporan keuangan terletak pada kenyataan bahwa laporan tersebut dapat digunakan untuk membantu meramalkan laba dan dividen perusahaan di masa mendatang. Dari sudut investor, meramalkan masa mendatang merupakan hal terpenting dari analisis laporan keuangan, sedangkan dari sudut manajemen, analisis laporan keuangan berguna sebagai cara untuk mengantisipasi keadaan di masa mendatang dan, yang lebih penting sebagai 1 2 titik tolak bagi tindakan perencanaan yang akan mempengaruhi jalannya kejadian di masa mendatang (Weston&Brigham, 1993: 294). Dilihat dari kepentingan investor yang akan membeli saham perusahaan, maka informasi yang paling dibutuhkan dari laporan keuangan suatu perusahaan adalah informasi mengenai harga saham, laba per saham, total aktiva, laba setelah pajak, penjualan bersih, total hutang dan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan perusahaan. Harga saham akan bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi atas saham di pasar sekunder. Tinggi rendahnya harga saham tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli atau penjual tentang kondisi internal dan eksternal perusahaan (Rosyadi, 2002: 6). Setiap investor akan memberikan penilaian yang berbeda terhadap nilai intrinsik suatu saham. Penilaian ini dipengaruhi oleh seberapa besar tingkat optimisme investor terhadap perusahaan akan melahirkan dua pihak (kelompok) yang mempunyai tujuan yang berbeda. Pihak pembeli saham menghendaki kenaikan harga saham setelah dilakukan pembelian saham, sedangkan pihak penjual menghendaki terjadinya penurunan harga saham setelah dilakukannya penjualan saham. Tujuan yang berbeda dari pihak penjual dan pembeli saham inilah yang melatarbelakangi terjadinya perubahan harga saham (Rosyadi, 2002: 3). Perbedaan harga saham antara perusahaan yang tumbuh dan tidak tumbuh juga sesuai dengan salah satu dasar pembentukan harga saham yang percaya 3 bahwa harga saham terjadi karena adanya aliran laba atau kas masa depan yang dinilai sekarang (Foster, 1986 dalam Subekti, 2001). Sebelum mengambil keputusan dalam membeli saham, para investor biasanya akan melakukan penilaian terhadap harga saham. Penilaian terhadap harga saham dapat dilakukan dengan beberapa cara, secara spesifik penilaian harga saham dapat dilakukan dengan menggunakan model analisis rasio keuangan. Rasio keuangan dirancang untuk memperlihatkan hubungan antara perkiraan-perkiraan laporan keuangan. Ada beberapa model analisis rasio keuangan yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu Price Earning Ratio (PER), Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM), dan Debt Equity Ratio (DER). Hubungan perubahan harga saham dengan PER secara logika dapat dilihat dari apabila PER tinggi dengan earning yang sama dengan periode sebelumnya, maka harga saham di masa mendatang akan mengalami peningkatan, tetapi sebaliknya apabila PER rendah dengan earning yang sama dengan periode sebelumnya maka harga saham di masa mendatang akan mengalami penurunan. Tetapi apabila PER tinggi dengan harga saham yang sama dengan periode sebelumnya, maka earning di masa mendatang akan mengalami penurunan, tetapi sebaliknya apabila PER rendah dengan harga saham yang sama dengan periode sebelumnya, maka earning di masa mendatang akan mengalami peningkatan. ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi 4 perusahaan. Sebaliknya apabila ROA yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Bagi para pemodal yang akan melakukan transaksi pembelian saham suatu perusahaan, penilaian terhadap kemampuan emiten dalam menghasilkan laba merupakan suatu hal yang sangat penting. Karena apabila laba suatu perusahaan meningkat, maka harga saham tersebut juga akan meningkat atau dengan kata lain, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham (Rosyadi, 2002: 7). NPM bermanfaat untuk mengukur tingkat efisiensi total pengeluaran biaya-biaya dalam perusahaan. Semakin efisiensi suatu perusahaan dalam pengeluaran biaya-biayanya, maka semakin besar tingkat keuntungan yang akan diperoleh perusahaan tersebut. Bagi para pemodal (investor), rasio ini juga menjadi bahan pertimbangan dalam penilaian kondisi emiten (perusahaan), karena semakin besar kemampuan emiten dalam menghasilkan laba, maka secara teoritis harga saham perusahaan tersebut di pasar modal juga akan meningkat (Rosyadi, 2002: 7-8). DER menunjukkan struktur permodalan suatu perusahaan. Semakin besar DER, menunjukkan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Semakin besar DER mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi (Rosyadi, 2002: 8). Secara logika, para pemodal tidak ingin membeli saham suatu perusahaan yang memiliki risiko tinggi. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis mengambil judul “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham”. 5 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah perubahan Price Earning Ratio (PER), perubahan Return on Assets (ROA), perubahan Net Profit Margin (NPM), dan perubahan Debt Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan? C. Batasan Masalah Agar pembahasan terhadap objek yang diteliti tidak terlalu luas, maka perlu adanya fokus penelitian sehingga menjadi lebih terarah terhadap permasalahan yang ada, maka peneliti membatasi penelitian pada: 1. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang melaporkan laporan keuangan dengan lengkap dan dipublikasikan selama tahun 1992 sampai tahun 2003. Peneliti hanya menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ karena perusahaan manufaktur dianggap sebagai perusahaan yang paling banyak diminati oleh para investor dalam investasi modal. Peneliti menggunakan kurun waktu 12 tahun pengamatan karena dengan menggunakan masa pengamatan yang panjang diharapkan hasil penelitian yang didapat lebih obyektif. 2. Penelitian ini berfokus pada faktor fundamental. 6 3. Penelitian ini berfokus pada empat rasio keuangan, yaitu PER, ROA, NPM, dan DER. Karena sebelum mengambil keputusan dalam membeli saham, para investor biasanya akan melakukan penilaian terhadap harga saham. Penilaian terhadap harga saham dapat dilakukan dengan menggunakan model analisis rasio keuangan. Rasio keuangan dirancang untuk memperlihatkan hubungan antara perkiraan-perkiraan laporan keuangan. Keempat rasio tersebut biasa digunakan oleh investor untuk melakukan penilaian terhadap harga saham. Penulis menggunakan perubahan dalam penelitian ini yaitu perubahan harga saham dan perubahan rasio keuangan, karena penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh terhadap perubahan harga saham dari tahun ke tahun, apabila rasio keuangan mengalami perubahan. Hal ini dilakukan untuk penyelarasan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini (persen, rupiah, dan rasio) (Ariyanto, 2000 dalam Adirinekso, 2005). 4. Perusahaan selalu memberikan laporan keuangan tahunan selama periode penelitian (1992 – 2003), yaitu laporan tentang harga saham penutupan (closing price), PER, laba bersih setelah pajak yang bernilai positif, total aktiva, NPM, dan DER. Penulis menggunakan laba bersih setelah pajak yang bernilai positif karena laba bersih setelah pajak yang bernilai negatif yang artinya perusahaan tersebut mengalami kerugian.dianggap tidak berguna dalam penelitian ini (Imam Subekti, 2001 dalam Rosyadi 2002). 7 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: Menguji apakah faktor-faktor perubahan PER, perubahan ROA, perubahan NPM, dan perubahan DER berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan di BEJ. E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para investor, emiten, dan pihak lainnya. Manfaat penelitian bagi masing-masing pihak antara lain: 1. Bagi investor Memberikan manfaat sebagai tambahan bahan evaluasi dalam kaitannya dengan proses pengambilan keputusan investasi saham dalam keadaan harga saham yang berfluktuasi. 2. Bagi emiten Berdasarkan penelitian ini, diharapkan akan bermanfaat bagi emiten dalam mengambil kebijaksanaan menyangkut PER, ROA, NPM, dan DER. 3. Bagi pihak lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan dan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan referensi serta literatur dalam bidang manajemen keuangan. 8 F. Tinjauan Literatur dan Hipotesis Sebelum para pemodal (investor) melakukan transaksi di pasar modal, baik pasar perdana maupun sekunder, para investor terlebih dahulu melakukan penilaian terhadap emiten (perusahaan) yang menerbitkan (menawarkan) saham di bursa efek. Salah satu aspek yang menjadi bahan penilaian bagi pemodal adalah kemampuan emiten dalam menghasilkan laba. Apabila laba meningkat, secara teoritis harga saham juga meningkat (Husnan, 1994: 270). Memaksimumkan nilai perusahaan yang dimulai dengan meningkatnya harga saham berarti memberi peningkatan kemakmuran bagi pemegang saham. Semakin tinggi harga saham berarti semakin tinggi pada tingkat kemakmuran bagi pemegang saham (Horne 1991, dalam Rosyadi, 2002). Analisis terhadap harga saham pada umumnya bertujuan untuk memperkirakan nilai yang layak bagi saham tersebut. Kemudian membandingkannya dengan nilai pasar saham tersebut saat itu. Jika nilai yang layak (nilai intrinsik) lebih besar dari harga pasar saham saat itu, maka saham tersebut dinilai undervalued (harga saham terlalu rendah). Jika sebaliknya, maka saham dinilai overvalued (harga saham terlalu mahal). Dalam praktek, banyak faktor yang mempengaruhi harga suatu saham, seperti laba perusahaan, tingkat penjualan, pertumbuhan penjualan, dividen yang dibagikan, tingkat pengembalian modal, dan sebagainya (Santoso, 1999). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh PER terhadap harga saham. Arbel, Carvell, dan Postnieks (1988) dalam Rosyadi (2002) melakukan penelitian tentang fluktuasi harga saham yang cenderung 9 menurun di bursa London selama terjadinya Crash pada bulan Oktober 1997. Variabel-variabel yang dipilih sebagai variabel independen adalah nilai beta saham, PER, proyeksi earning 5 tahun, dividend yield, dan kinerja (performance) saham selama 12 bulan terakhir. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisa regresi berganda dan derajat signifikansi 5 % diketahui bahwa variabel-variabel independen tersebut baik secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap fluktuasi harga saham selama terjadiya crash pada bulan Oktober 1987. Marpaung (2003) melakukan penelitian dengan judul pengaruh perubahan dividend yield dan perubahan PER terhadap perubahan harga saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila secara bersama-sama perubahan dividend yield dan perubahan PER mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham. Tetapi ternyata secara parsial pengaruh perubahan PER terhadap harga saham tidak signifikan. Santoso (1999), melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Sektor Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian, dianalisis tiga faktor (ukuran) yang dianggap mempengaruhi pergerakan harga saham sektor Manufaktur, yaitu dividen yang diberikan, Price Earning Ratio dan Debt Ratio. Dari analisis yang telah dibahas, terlihat bahwa pergerakan harga saham rata-rata di sektor Manufaktur pada BEJ untuk periode Januari sampai dengan Desember 1997 hanya dipengaruhi oleh dividen yang diberikan kepada pemegang saham. Sedangkan faktor rasio keuangan seperti Price Earning Ratio dan Debt Ratio tidak mempengaruhi 10 harga saham. Namun secara bersamaan, ketiga faktor tersebut mempengaruhi harga saham secara signifikan dan mempunyai korelasi yang erat dengan harga saham. Asri (1999) meneliti tentang konsistensi model PER. Riset ini bertujuan untuk menguji konsistensi dari model penilaian terhadap harga saham. Hasil riset ini menunjukkan bahwa masing-masing model dikembangkan pada periode waktu yang berbeda, meskipun demikian dengan metode dan contoh yang sama, model ini memberikan hasil yang berbeda. Perbedaannya terdapat pada level signifikan dan dalam pengaruh dari variabel independen kepada variabel dependen yang sesuai. Sebagai model penilaian saham, model regresi perlu dilakukan secara konsisten dari periode ke periode, maka PER yang normal suatu saham dapat diramalkan berdasarkan model yang dikembangkan oleh data historis. Hasil riset Asri (1999) menyimpulkan bahwa PER tidak konsisten dalam penilaian saham biasa untuk membeli atau untuk menjual dalam jangka pendek. Meskipun demikian, model tersebut dapat digunakan dalam menemukan variabel dan kesatuan yang menentukan PER pada suatu titik waktu tertentu. Penilaian saham yang menggunakan pendekatan earning multiplier akan sesuai jika investor mempunyai suatu asumsi bahwa situasi dan kondisi pasar di periode penilaian menjadi sama halnya dengan periode ketika model tersebut dikembangkan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dihipotesiskan: 11 H1 : Perubahan Price Earnings Ratio (PER) berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan. Rosyadi (2002), melakukan penelitian dengan judul Keterkaitan Kinerja keuangan dengan Harga Saham (Studi pada 25 Emiten 4 Rasio Keuangan di BEJ). Penelitian ini bertujuan untuk menguji besarnya pengaruh faktor-faktor Earning Per Share, Return on Assets, Net Profit Margin, dan Debt Equity Ratio secara individual (parsial) dan secara bersama-sama (simultan) terhadap perubahan harga saham perusahaan di BEJ. Untuk menilai secara kualitatif pengaruh rasionalitas sikap pemodal terhadap investasi saham berdasarkan hasil-hasil dari penelitian empiris dan kesimpulan kuantitatif yang akan diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Return on Assets baik secara parsial maupun secara simultan berpengaruh secara signifikan yang artinya mempunyai pengaruh terhadap perubahan harga saham di BEJ selama periode penelitian tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dihipotesiskan: H2 : Perubahan Return on Assets (ROA) berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan. Dalam penelitian yang sama, Rosyadi (2002) hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Net Profit Margin baik secara parsial maupun secara simultan berpengaruh secara signifikan yang artinya mempunyai pengaruh terhadap perubahan harga saham di BEJ selama periode penelitian tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dihipotesiskan: 12 H3 : Perubahan Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan. Santoso (1999), melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Sektor Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian, dianalisis tiga faktor (ukuran) yang dianggap mempengaruhi pergerakan harga saham sektor Manufaktur, yaitu dividen yang diberikan, Price Earning Ratio dan Debt Ratio. Dari analisis yang telah dibahas, terlihat bahwa pergerakan harga saham rata-rata di sektor Manufaktur pada BEJ untuk periode Januari sampai dengan Desember 1997 tidak dipengaruhi oleh Debt Ratio. Hasil penelitian Rosyadi (2002) dengan judul yang sama menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel Debt Equity Ratio yang tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan harga saham. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dihipotesiskan: H4 : Perubahan Debt Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan. Hasil penelitian Santoso (1999), dengan penelitian yang sama apabila secara bersamaan, ketiga faktor tersebut yaitu dividen yang diberikan, Price Earning Ratio dan Debt Ratio mempengaruhi harga saham secara signifikan dan mempunyai korelasi yang erat dengan harga saham. Rosyadi (2002), meneliti pengaruh faktor-faktor Earning Per Share, Return on Assets, dan Net Profit Margin secara bersama-sama (simultan) terhadap perubahan harga saham perusahaan di BEJ. Hasilnya faktor-faktor 13 tersebut secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap perubahan harga saham di BEJ selama periode penelitian tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dihipotesiskan: H5 : Perubahan Price Earning Ratio (PER), perubahan Return on Assets (ROA), perubahan Net Profit Margin (NPM), dan perubahan Debt Equity Ratio (DER) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan. Beberapa peneliti yang di uraikan di atas meneliti beberapa variabel yang diduga mempengaruhi harga saham. Hasil penelitiannya dapat dilihat dengan jelas dalam tabel berikut ini: Tabel 1.1 Hasil Penelitian Terdahulu Peneliti Variabel yang diteliti Nilai beta saham, PER. Proyeksi earning 5 tahun, dividend yield. Arbel, Carvell, dan Postnieks (1988) Marpaung Perubahan (2003) dividend yield, perubahan PER Santoso Dividen, PER, (1999) Debt Ratio Asri PER (1999) Rosyadi Perubahan EPS, (2002) perubahan ROA, perubahan NPM, perubahan DER Variabel yang signifikan Secara parsial Secara simultan Nilai beta saham, Nilai beta saham, PER. Proyeksi PER. Proyeksi earning 5 tahun, earning 5 tahun, dividend yield. dividend yield. ( α = 5%) Perubahan dividend -yield, perubahan ( α = 5%) PER Dividen Dividen, PER, Debt ( α = 5%) Ratio PER -( α = 5%) Perubahan EPS, Perubahan EPS, perubahan ROA, perubahan ROA, perubahan NPM perubahan NPM ( α = 5%) 14 Pada tabel penelitian tersebut, beberapa peneliti meneliti tentang dividen dan dividend yield. Namun dalam penelitian ini penulis tidak meneliti dividen dan dividend yield karena dalam kurun waktu penelitian 12 tahun (1992–2003) ada banyak perusahaan yang tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama kurun waktu penelitian tersebut.