AMBULANCE Prosedur Tetap Pelayanan, Kriteria dan Persyaratan

advertisement
AMBULANCE
Prosedur Tetap Pelayanan, Kriteria dan Persyaratan
TUGAS
Untuk Memenuhi Tugas Emergency And Critical Nursing di Blok 4.2 Minggu I
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM
Disusun oleh :
Habibi Rohman Rosyad
Listyanti Aninda
Anki Tias Yolanda
Yunifah
Amanda Kurniasih
Arifka Uli Nur H
Firqoh Nur Azizah F.
Patrisia R.W.L.P
Reny Noorhayanti
Dannys Mina Ardhyani
Yohana Safetri
Fatimah Yuni D
128
128
62
128
63
127
82
128
50
127
128
37
128
09
127
83
127
128
37
127
51
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
2011
1
DEFINISI AMBULANS
Ambulance adalah kendaraan yang dirancang khusus untuk mengangkut orang sakit atau
terluka untuk mendapatkan fasilitas medis. KEbanyakan ambulans adalah kendaraan
bermotor, meskipun helicopter, pesawat terbang, dan perahu juga digunakan. Interior
ambulans memiliki ruang untuk satu atau lebih pasien ditambah beberapa personel gawat
darurat medis. Hal ini juga berisi berbagai perlengkapan dan peralatan yang digunakan
untuk member pertolongan kepada pasien saat perjalanan.
Tujuan penggunaan ambulans adalah: 1. Pertolongan Penderita Gawat Darurat Pra Rumah
Sakit; 2. Pengangkutan penderita dawat darurat yang sudah distabilkan dari lokasi
kejadian ke tempat tindakan definitif atau ke Rumah Sakit; 3. Sebagai kendaraan transport
rujukan.
Para ambulans awal sederhana dua roda gerobak digunakan untuk membawa prajurit sakit
atau terluka yang tidak mampu berjalan sendiri. Kata ambulans berasal dari
ambulare kata Latin, yang berarti berjalan atau bergerak. Ambulans pertama khusus
digunakan untuk mengangkut pasien ke fasilitas medis yang dikembangkan di akhir 1700an di Perancis oleh Dominique-Jean Larrey, ahli bedah-in-chief di tentara Napoleon.
Larrey mencatat bahwa butuh waktu hampir satu hari penuh untuk tentara yang
terluka harus dibawa ke rumah sakit lapangan, dan bahwa sebagian besar dari mereka
meninggal pada saat itu "dari ingin bantuan." Untuk memberikan bantuan lebih cepat dan
menyediakan transportasi cepat, dia merancang kereta yang ditarik kuda-dikelola oleh
petugas medis dan asisten dengan ruang untuk beberapa pasien dengan tandu.
Korp ambulans pertama militer di Amerika Serikat diselenggarakan pada tahun 1862
selama Perang Sipil sebagai bagian dari pasukan Uni. Layanan ambulans pertama sipil di
Amerika Serikat diselenggarakan tiga tahun kemudian oleh Cincinnati Commercial
Rumah Sakit. PAda pergantian abad ini, rumah sakit paling besar memiliki ambulans
pribadi. Ambulans bermotor pertama kali pergi ke dalam operasi di Chicago pada tahun
1899.
Kebanyakan ambulans awal yang hanya ditujukan untuk transportasi pasien. Setelah tim
dokter atau kebakaran departemen penyelamatan diterapkan pertolongan pertama, pasien
dimasukkan ke bagian belakang ambulans untuk naik cepat ke rumah sakit.
Di Amerika Serikat mengalami perubahan dramatis ketika pemerintahan federal
melewati Jalan Keselamatan Act pada tahun 1966. Diantaranya banyaknya standar,
2
tindakan baru menetapkan persyaratan untuk
desain ambulans dan perawatan gawat darurat.
Hingga saat ini, ambulans
mengalami perkembangan yang
pesat. Dari yang sederhana, BLS,
sampai ALS. AMbulans dapat
dioperasikan oleh perusahaan swasta,
rumah sakit, pemadam kebakaran,
polisi, atau lembaga lain.
Emergency medical service (ambulan gawat darurat Amerika Serikat) yang diikuti oleh
beberapa negara mempunyai lambang Star of Life. The Star of Life didesian oleh Leo R.
Schwartz kepala bagian EMS pada National Highway Traffic Safety Administration
(NHTSA) saat itu. The Star of Life dirancang karena ada keberatan dari American Red
Cross (Palang Merah Amerika) tentang penggunaan Palang Kuning Omaha yang
menurut mereka merupakan peniruan dari lambang palang merah internasional yang
juga menyalahi konvensi Geneva.
Penggunaan lambang palang merah/bulan sabit merah pada rekan/teman yang anggota
PMI (KSR, PMR dll) Diadopsi dari lambang American Medical Association (AMA),
lambang ini menggunakan palang enam yang kemudian dipatenkan sebagai lambang
EMS pada 1 Februari 1977. 6 palang biru mengambarkan 6 point fungsi dari emergency
medical services atau EMS yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1.Detection
2.Reporting
3.Response
4.On Scene Care
5.Care in Transit
6.Transfer to Definitive Care
Ular dan tongkat pada lambang ini mengambarkan tongkat dewa Asculapius, yang
menurut mitologi Yunani ia merupakan dewa penyembuh dan putra Apollo.
3
NHTSA sampai saat ini selalu memonitor penggunaan lambang ini di Amerika Serikat. Izin
penggunaan lambang ini diberikan pada:
1. Pengidentifikasian pada peralatan medis, perlengkapan penunjang dan
kendaran (ambulan/non - ambulan)
2. Menunjukkan lokasi untuk pusat pelayanan kegawatdaruratan
3. Digunakan sebagai tanda yang dipakai seseorang yang sudah mengikuti pelatihan
dari EMS.
4. Digunakan pada peralatan EMS seperti badges, plakat, buklet dst.
5. Digunakan pada buku, manual, laporan atau materi cetak lain yang
berhubungan dengan EMS.
6. Simbol Star of Life dimugkinkan dipakai oleh tenaga adminitrasi, pengawas,
penasehat atau staf yang lain pada suatu organisasi EMS. Jika dipakai sebagai badge di
bahu maka lambang Star of Life berwarna biru dan berlatar belakang putih Lambang Star
of Life dilindungi oleh Commissioner of Patents and Trademarks atas nama National
Highway Safety Administration yang akan berlaku selama 20 tahun (sampai tahun
1997). Artinya sekarang lambang Star of Life menjadi lambang publik maka sering kita
lihat di seluruh dunia (termasuk Indonesia). Namun penggunaan lambang ini
walaupun tidak terstandar kadang salah kaprah dipakai oleh organisasi yang mempunyai
visi dan misi (Detection, Reporting, Response, On Scene Care, Care in Transit,Transfer to
Definitive Care) sebagai relawan / teknisi / paramedis ambulan gawat darurat yang
terlepas dari profesi dokter dan perawat.
Di Indonesia sendiri lambang ini mulai populer setelah Indonesia menggunakan
sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) yang sedikit mengadopsi dari
EMS, sekarang sudah lazim kita lihat di ambulan di jalan2x. Nah buat anda yang bukan
tenaga medis seperti yang dikatakan diatas anda bebas menggunakan lambang tersebut
(selama belum ada peraturan yang mengatur di Indonesia).
EMS selain dikenal dokter, perawat darurat, paramedis ambulan (EMT) dikenal juga first
responder. First Responder adalah orang awam dilatih khsusu pertolongan pertama
tingakat lanjut (kemampuan hampir menyamai paramedis ambulan) bisa siapa saja polisi,
mahasiswa, tim sar, relawan palang merah dll. Nah anda yang bukan tenaga medis bisa
mengambil posisi di sini, asalkan mempunyai kemampuan 6 point fungsi EMS anda
"bisa" memakai lambang ini. Di Indonesia First Responder sudah masuk dibawa oleh
Basarnas, AGD 118 dan PMI dengan nama Medical First Responder.
4
PERSYARATAN AMBULANS
Persyaratan : Teknis Kendaraan :
-
Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak
-
Warna kendaraan : kuning muda
-
Tanda pengenal kendaraan : di depan - gawat darurat/ emergency, disamping kanan
dan kiri tertulis : Ambulans dan logo : Star of Life, bintang enam biru dan ular tongkat.
-
Menggunakan pengatur udara AC dengan pengendali di ruang pengemudi.
-
Pintu belakang dapat dibuka ke arah atas.
-
Ruang penderita tidak dipisahkan dari ruang pengemudi
-
Tempat duduk petugas di ruang penderita dapat diatur/ dilipat
-
Dilengkapi sabuk pengaman bagi pengemudi dan pasien
-
Ruang penderita cukup luas untuk sekurangnya dua tandu. Tandu dapat dilipat.
-
Ruang penderita cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri tegak untuk melakukan
tindakan
-
Gantungan infus terletak sekurang-kurangnya 90 sm di atas tempat penderita
-
Stop kontak khusus 12 V DC di ruang penderita
-
Lampu ruangan secukupnya/ bukan neon dan lampu sorot yang dapat digerakan
-
Meja yang dapat dilipat
-
Lemari obat dan peralatan
-
Tersedia peta wilayah dan detailnya
-
Penyimpan air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah
-
Sirine dua nada
-
Lampu rotator warna merah dan biru
-
Radio komunikasi dan telepon genggam di ruang kemudi
-
Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia
Tata tertib berkendara
-
Saat menuju ke tempat penderita boleh menghidupkan sirine dan lampu rotator.
Selama mengangkut penderita hanya lampu rotator yang dihidupkan
-
Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku
-
Kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di jalan biasa, 80 km di jalan bebas
hambatan.
5
Petugas membuat/ mengisi laporan selama perjalanan yang disebut dengan lembar
catatan penderita yang mencakup identitas, waktu dan keadaan penderita setiap 15
menit.
- Petugas memakai seragam ambulans dengan identitas yang jelas.
Bahan Dasar
Kerangka tubuh ambulan biasanya terbuat dari alumunium yang dibentuk atau
diekstrusi. Dinding luar dicat lembaran alumunium dan dinding interior biasanya ditutupi
lembaran alumunium dengan lapisan vinyl atau plastic dilamasi. Lantainya dapat dibuat
dari kayu lapis atau mungkin menggunakan plastic sarang lebah terbuka berintikan
dilamasi pada lembar alumunium. Pada penetup inferior biasanya menggunakan lapisan
vinil untuk memudahkan pembersihan. Lemari interior dalam kompartemen pasien
biasanya terbuat dari alumunium transparan dengan panel plastic pecah di pintu.
Permukaan meja dan dinding dalam wilayah tindakan biasanya ditutupi dengan selembar
stainless steel untuk melawan efek dari darah dan cairan tubuh lainnya. Tempat duduk
inferior dan daerah berlapis kain lainnya memiliki bantalan busa tahan api dengan penutup
vinyl. Rel terbuat dari stainless steel dan potongan trim inferior lainnya dapat dibuat dari
berbagai karet atau bahan plastic.
Standar peralatan EmICU ambulance yang berlaku di Pro Emergency adalah sebagai
berikut :
AIRWAY EQUIPMENT
1. Laringoscope
2.
Oropharyngeal Airway
3.
Nasopharyngeal Airway
4.
5.
Endotracheal Tube
Mouth Gage
6.
Magil Forcep
7.
8.
Tounge Spatel
Suction Manual
9.
Suction Electric
10. Suction Canule
11. Xylocain Jelly
BREATHING EQUIPMENT
1.
Bag Valve Mask
6
Nasal Canule
2.
3.
Simple Mask
Rebreathing Mask
4.
Non Rebreathing Mask
5.
6.
Pocket Mask
Oxygen Tube
7.
Portable Oxygen Tube
CIRCULATION EQUIPMENT
1.
2.
Veno Catheter / IV Catheter
Infuse Set
3.
Infusion Fluid
4.
5.
Spuit
Tensimeter
6.
Stetoscope
7.
8.
Foley Catheter
Urine Bag
9.
Steril Gauge
10. Roll Bandage
11. Trauma Bandage
12. Triangular Bandage
13. Elastic Bandage
EXTRICATION & STABILIZATION EQUIPMENT
1. Rigid Splint
2.
Scoope Strecher
3.
4.
long Spine Board
Safety Belt
5.
Head Immobilizer
6.
Neck Collar
7.
Extrication Device
ADVANCE EQUIPMENT
1. Ventilator
2.
3.
Pulse Oxymeter
Defibrilator
4.
Patient Monitor
7
ECG Monitor (3 Lead)
EMERGENCY DRUG
1. Adrenalin / Ephyneprin
2.
Sulfas Atrophyn
3.
4.
Kalmethason
Buscopan
5.
Dextrose 40 %
6.
Lasix
7.
8.
Aminophylin
Cylocard 100 mg
9.
Neurobion 5000
10. Lidocain 2 %
11. Diazepam
12. valium 10 mg
13. Nitrogliserin SL
OTHER
1. Bandage Scissor
2.
Anatomy Pincet
3.
4.
Cirurgy Pincet
Artery Clamp
5.
Plester
6.
7.
Pen light
ECG Electrode
8.
Thermometre
9. Gastrictube
10. Neirbeken
11. Urinal / Pispot
12. handscoon
13. Masker
14. ETC
Ambulance Equipment Levels
Basic Life Support
RLEMS Advanced Life Support
8
·
Oxygen
·
Nasal Cannulas &
Oxygen masks
·
Bag Valve Mask
·
·
Oxygen
Nasal Cannulas & Oxygen masks
·
Bag Valve Mask
·
Pulse Oximeter
·
Laryngoscopes for Intubation
(Tube down throat)
·
Cricothyrotomy (Surgical hole in
Airway Equipment
·
o
u
t
o
f
l
u
n
g
s
)
·
Chest Decompression Kits
(placing hole in chest to relieve
collapsed
lung)
·
Numerous Medications
(Albuterol, Alupent, Atrovent,
Hurricane Spray, Terbutaline, Versed)
·
Splints & Bandages
·
·
Cervical collars and
·
Cervical collars and
backboards
·
Burn Sheets
backboards
·
Burn Sheets
·
Trauma Equipment
Splints & Bandages
·
MAST pants
Intravenous (IV) fluids to treat
shock (Lactated Ringers and Sodium
Chloride 0.9%)
·
Medication – Dexamethasone
(head injuries)
·
only)
AED (defibrillation
·
12 Lead EKG Monitor (identify
heart attacks and transmit to hospital)
Cardiac Care
·
Equipment
(slow rapid heart rates)
(
A
d
e
n
o
s
i
n
e
,
Synchronized Cardioversion
·
Pacemaker (speeds up heart rates)
·
·
Manual Defibrillator (restart heart)
Numerous Medications
9
Amiodarone, Aspirin, Atropine, Calcium Chloride, Dopamine, Epinephrine, Lasix, Lidocaine,
Magnesium Sulfate, Morphine, Nitro- paste, Nitroglycerine, Sodium Bicarbonate, Verapamil,
Zofran)
·
Glucometer
·
Oral Glucose
·
Oral Glucose (conscious
patients)
·
Intravenous (IV) fluids
(conscious patients
Diabetic Treatment
only)
·
·
Medications - Dextrose 50% (for
unconscious patients) & Glucagon
Supportive care only · Intravenous (IV) fluids
Seizure Treatment
·
Medications - Ativan and Valium
(To stop seizures)
·
Epi pen
·
Intravenous (IV) fluids
(Intramuscular
·
Epinephrine (subcutaneous or IV
Allergic Reactions
injection)
for severe reactions)
·
Benadryl (Given in IV to
slow reaction)
·
OB Kits
·
OB Kits
·
Intraosseous drills-ability to drill
into Bone marrow to adminster
Specialty Equipment
medication
·
Children's Tylenol
·
Narcan (for narcotic overdoses)
·
Pain medications
(Morphine, Dilaudid, Valium,
C.
Versed)
PERSYARATAN PETUGAS AMBULANS
Ketenagaan pada ambulans sebaiknya sudah terlatih ambulance crew.
Lingkaran tugas paramedik
10
Pada dasarnya tugas di ambulans adalah lingkaran tugas yang terdiri atas persiapan – respons kontrol TKP - akses - penilaian awal keadaan penderita dan resusitasi – ekstrikasi – evakuasi –
transportasi ke rumah sakit yang sesuai, lalu kembali ke persiapan.
•
Persiapan
Fase persiapan dimulai saat mulai bertugas atau kembali ke markas setelah menolong
penderita
•
Respons
Pengemudi harus dapat mengemudi dalam berbagai cuaca. Cara mengemudi harus
dengan cara defensif (defensive driving). Rotator selalu dinyalakan, sirene hanya dalam
keadaan terpaksa. Mengemudi tanpa mengikuti protokol, akan mengakibatkan cedera
lebih lanjut, baik pada diri sendiri, lingkungan maupun penderita.
•
Kontrol TKP
Diperlukan pengetahuan mengenai daerah bahaya, harus diketahui cara parkir, serta
kontrol lingkungan.
•
Akses ke penderita
Masuk ke dalam rumah atau ke dalam mobil yang hancur, tetap harus memakai
prosedur yang baku.
•
Penilaian keadaan penderita dan pertolongan darurat
Hal ini sedapatnya dilakukan sebelum melakukan ekstrikasi ataupun evakuasi.
•
Ekstrikasi
Mengeluarkan penderita dari jepitan memerlukan keahlian tersendiri. Penderita
mungkin berada di jalan raya, dalam mobil, dalam sumur, dalam air ataupun dalam
medan sulit lainnya. Setiap jenis ekstrikasi memerlukan pengetahuan tersendiri, agar
tidak menimbulkan cedera lebih lanjut.
•
Evakuasi dan transportasi penderita
Syarat Pengemudi Ambulans
Untuk menjadi seorang pengemudi ambulans yang aman :
1.
Sehat secara fisik. Anda tidak boleh memiliki kelainan yang dapat menghambat
Anda dalam mengoperasikan ambulans, tidak juga kondisi medis yang mengganggu
Anda saat mengemudi.
2.
Sehat secara mental. Emosi terkontrol. Mengemudikan ambulans bukanlah
perkerjaan bagi seseorang yang gemar memainkan lampu dan sirine.
3.
Bisa mengemudi di bawah tekanan
11
Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri sebagai seorang pengemudi tapi jangan
terlalu percaya diri dengan menantang resiko.
4.
Bersikap toleran dengan pengemudi lain. Selalu ingat bahwa orang akan
bereaksi berbeda ketika melihat kendaraan emergensi. Terima dan toleransi kebiasaan
buruk pengemudi lain tanpa harus marah.
5.
Tidak dalam pengaruh obat-obat yang berbahaya. Alkohol, obat-obatan terlarang
seperti marijuana dan kokain, obat-obatan seperti antihistamin dan obat penenang
lainnya.
6.
7.
Mempunyai Surat Izin mengemudi yang masih berlaku.
Pakai selalu kaca mata atau lensa kontak jika dibutuhkan saat menyetir.
8.
Evaluasi kemampuan diri dalam menyetir berdasarkan respon diri Anda terhadap
tekanan perorangan, penyakit, kelelahan, dan mengantuk.
Aturan ambulans gawat darurat di jalan raya
Berikut adalah beberapa hal yang mencakup peraturan pengoperasian ambulans:
1.
Pengemudi ambulans harus memiliki lisensi mengemudi yang sah dan harus
menyelesaikan program pelatihannya.
2.
Hak-hak khusus memperbolehkan pengemudi ambulans untuk tidak mematuhi
peraturan ketika ambulans digunakan untuk respon emergency atau untuk transportasi
pasien darurat. Ketika ambulans tidak dalam respon emergency, maka peraturan yang
berlaku bagi setiap pengemudi kendaraan non-darurat, juga berlaku untuk ambulans.
3.
Walaupun memiliki hak istimewa dalam keadaan darurat, hal tersebut tidak
menjadikan pengemudi ambulans kebal terhadap peraturan terutama jika
mengemudikan ambulans dengan ceroboh atau tidak memperdulikan keselamatan orang
lain.
4.
Hak istimewa selama situasi darurat hanya berlaku jika pengemudi menggunakan alat-
alat peringatan (warning devices) dengan tata cara yang diatur oleh peraturan.
5.
Sebagian besar undang-undang memperbolehkan pengemudi kendaraan emergensi
untuk:
• Memarkir kendaraannya di manapun, selama tidak merusak hak milik atau
membahayakan nyawa orang lain.
• Melewati lampu merah dan tanda berhenti. Beberapa negara mengharuskan
pengemudi ambulans untuk berhenti terlebih dahulu saat lampu merah, lalu melintas
dengan hati-hati. Negara lain hanya menginstruksikan pengemudi untuk
memperlambat laju kendaraan dan melintas dengan hati-hati.
12
Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkkan selama tidak membahayakan
nyawa dan hak milik orang lain.
• Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah memberi sinyal
yang tepat, memastikan jalurnya aman, dan menghindari hal-hal yang
membahayakan nyawa dan harta benda.
• Mengabaikan peraturan yang mengatur arah jalur dan aturan berbelok ke arah
tertentu, setelah memberi sinyal dan peringatan yang tepat.
Tugas seorang EMD
(Emergency Medical Dispathcer/Pengirim Pesan Medis
Emergensi):
•
Menanyakan informasi secara lengkap dari penelepon dan menilai tingkat prioritas
panggilan emergensi tersebut.
•
Memberikan instruksi medis kepada penelepon sebelum ambulans datang dan
menyampaikan informasi adanya panggilan emergensi kepada kru ambulans.
•
Mengirimkan kabar dan melakukan koordinasi petugas pelayanan kesehatan
(termasuk ambulans gawat darurat)
•
Berkoordinasi dengan agen keselamatan masyarakat lainnya.
Saat menerima panggilan emergensi, seorang EMD harus mampu memperoleh
informasi sebanyak mungkin mengenai situasi dan kondisi kejadian untuk membantu
menentukan tingkat prioritas panggilan.
Pertanyaan yang harus diajukan oleh EMD
adalah :
1.
Di mana lokasi tepat pasien? Seorang EMD harus menanyakan nomor rumah atau
bangunan. Sangat penting untuk menanyakan nama jalan dengan penunjuk arah mata angin
yang jelas (misalnya utara, selatan), persimpangan jalan terdekat, dan lokasi tepat kejadian.
Apabila terjadi kecelakaan lalu lintas perlu ditanyakan mengenai arus lalu lintas, dan jalur
yang dapat dilewati , kemacetan dll. Jika EMD menemukan bahwa semua jalur menuju
lokasi tabrakan terhambat, maka EMD akan memberitahu pengemudi ambulans untuk
memilih jalur alternatif. EMD akan berkoordinasi dengan unit ambulance service dan
akan menghubungi ambulance yang terdekat dengan lokasi pasien, sehingga ambulance
akan cepat sampai lokasi kejadian.
2.
Nomor telepon yang dapat dihubungi untuk melakukan panggilan balik? Minta
penelepon untuk tetap menjaga sambungan telepon. Jangan ditutup kecuali atas
pemberitahuan EMD. Untuk situasi/kasus yang mengancam jiwa, EMD akan
memberikan instruksi medis kepada penelepon sesaat setelah ambulans dikirim.
13
Penelepon atau orang lain yang ada di lokasi kejadian harus mengikuti instruksi ini hingga
ambulans datang. Hal penting lain yang perlu diperhatikan oleh penelepon adalah agar tetap
terhubung dengan EMD untuk menjelaskan lokasi tepat kejadian seandainya ambulans yang telah
dikirim tidak menemukan lokasi yang diinformasikan sebelumnya.
3.
Apa masalahnya? Tanyakan keluhan utama yang dihadapi pasien. Ini akan
membantu EMD untuk memutuskan panggilan emergensi mana yang akan ditanggapi (jika
panggilan lebih dari satu) dan membantu menentukan tingkat prioritas pasien dalam
pengiriman ambulans.
4.
Berapa usia pasien? Ada beberapa jenis ambulans yang dirancang khusus untuk
penanganan kasus emergensi anak-anak daripada dewasa, sehingga akan lebih dipilih
untuk dikirim. Selain itu, usia juga sangat penting untuk membedakan antara bayi, anakanak, dan dewasa terutama jika EMD memberikan instruksi kepada penelepon untuk
melakukan RJP sebelum ambulans datang.
5.
Apakah pasien sadar? Pasien yang tidak sadar memiliki tingkat kegawatan/prioritas
yang lebih tinggi untuk dilakukan pertolongan.
6.
Apakah pasien bisa bernafas? Jika pasien sadar dan bisa bernafas, EMD akan
mengajukan pertanyaan tambahan mengenai keluhan utama untuk menentukan tingkat
tanggap darurat yang tepat, hal ini menentukan apakah jenis panggilan termasuk
dalam kategori EMERGENCY atau Non EMERGENCY sehingga menentukan apakah
akan dikirim ambulans respon non emergency dengan kecepatan kendaraan normal atau
ambulans respon emergency (keadaan darurat, lampu dan sirine dinyalakan). Jika pasien
tidak bernafas atau penelepon tidak yakin, EMD akan mengirimkan ambulans tanggap
darurat maksimum dan akan memberikan instruksi medis sebelum ambulans datang
termasuk instruksi RJP via telepon jika didapatkan denyut nadi pasien tidak teraba. Jika
panggilan darurat adalah untuk kecelakaan lalu lintas, serangkaian pertanyaan kunci harus
diajukan untuk membantu menentukan prioritas dan besarnya tanggapan. Melalui
interogasi yang baik dengan penelepon, EMD bisa saja mengirimkan sekaligus satu
atau lebih unit ambulans respon emergency dan beberapa unit ambulans pembantu
respon untuk penanganan korban.
7.
Berapa banyak dan apa sajakah jenis kendaraan yang terlibat? EMD harus
mampu menetukan, berapa banyak kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan dan apakah
kecelakaan melibatkan mobil, truk, atau bis. Cedera apapun yang diakibatkan dari
14
tabrakan yang melibatkan sepeda, motor, atau pejalan kaki dengan mobil harus memperoleh
prioritas tanggap darurat yang lebih tinggi. Jika EMD menemukan bahwa kecelakaan tersebut
melibatkan truk, EMD harus mencoba menentukan kemungkinan apakah kendaraan tersebut
membawa bahan muatan yang berbahaya.
8.
Berapa banyak kemungkinan korban cedera? Ketika EMD memperoleh informasi
dari penelepon bahwa ada lima orang yang cedera, maka EMD akan mengirimkan
dua atau tiga ambulans dalam saat yang bersamaan. Waktu dan mungkin nyawa, dapat
diselamatkan dengan mengetahui jumlah korban cedera pada kecelakaan/tabrakan.
9.
Apakah korban terjebak? Jika korban terjebak, maka dibutuhkan pula pengiriman
unit penyelamat.
PETUGAS
-
1 (satu) pengemudi berkemampuan PPGD dan berkomunikasi
-
1 (satu) perawat berkemampuan PPGD
-
1 (satu) dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS
AGD harus mampu:
?
?
?
?
?
?
?
?
D.
Idealnya sampai di tempat pasien dalam waktu 6-8 menit agar dapat mencegah
kematian karena sumbatan jalan nafas, henti nafas, henti jantung atau perdarahan
masif (“to save life and limb”)
Berkomunikasi dengan pusat komunikasi, rumah sakit dan ambulans lainnya
Melakukan pertolongan pada persalinan
Melakukan transportasi pasien dari tempat kejadian ke RS atau dari RS ke RS
Menjadi rumah sakit lapangan dalam penanggulangan bencana.
Mampu menanggulangi gangguan A (airway), B (breathing), C (circulation) dalam
batas-batas Bantuan Hidup Dasar.
Juga dilengkapi dengan alat-alat ekstrikasi, fiksasi, stabilisasi dan transportasi
Dilengkapi dengan semua alat/obat untuk semua jenis kegawat-daruratan medic
TYPE/JENIS AMBULANS
Tipe Ambulans berdasarkan desainya:
1. Tipe ambulan I memiliki tubuh, modular atau dilepas dibangun di atas chassis truk.
Kabin truk terhubung ke tubuh ambulan melalui jendela kecil, tapi penghuni truk harus
pergi keluar kendaraan untuk memasuki tubuh ambulan.
15
2.
2.
Tipe ambulan II menggunakan van ambulan dengan atap terangkay. Karena
konstruksi van, para penumpang dapat dengan mudah memasuki tubuh ambulan dari
dalam, walaupun ruang interior terbatas.
16
17
Tipe
ambulan
III
memiliki
tubuh
modular
dibangun
diatas
chassis
van cut.
Desain ini
menggabungkan kemampuan tubuh lebih besar modular dengan berjalan melalui
aksesibilitas sebiah van.
18
Tipe ambulans berdasarkan basic dan advance
Ambulan BLS
Tingkat layanan ambulans BLS ini dirancang untuk pasien rawat jalan non-terikat, tandu
yang tidak memerlukan terapi medis yang canggih saat dalam perjalanan. BLS armada
ambulans yang kami dikelola 24 jam per hari.
Peralatan ventilasi dan jalan napas
1. Peralatan portable suction dan fixed suction dengan regulator
2. Peralatan portable oksigen dengan tabung yang adekuat
3. Peralatan suplai portable oksigen dan suplai fixed oksigen
4. Peralatan untuk pemberian oksigen
5. Manual resusitator (Rebreathing Masker)
6. Peralatan untul jalan napas (nasofaringeal dan orofaringeal)
7. Pulse oksimetri
8. Saline tetes dan bola hisap untuk bayi
9. Alat monitor dan defibrillator
10.
AED (otomatis defibrillator eksternal)
Perangkat imobilisasi
1. Collar servik
2. Pengimobilisasi kepala
3. Perangkat traksi ekstremitas bawah
4. Perangkat imobilisasi ekstremitas atas dan bawah : kardus, logam, kayu, plastic,dll
5. Penahan backboard
6. Perban : mitela, alat untuk dressing, kasa gulungan, cairan untuk dressing (steril),
plester, torniket arteri
Alat komunikasi
Perangkat komunikasi dua arah
Obstetrik kit
1. Kit (alat-alat steril)
2. Selimut penyerap panas
Macam-macam
1. Sphgnomanometer
2. Stetoskop
3. Pengukur berat dan panjang badan
4. Thermometer
19
Perban berat atau gunting paramedic
5. Cool pack
6. Cairan saline steril untuk irigasi
7. Senter
8. selimut
9. linen
10.
handuk
11.
tag trise
12.
13.
kantong emesis
pispot (BAB dan BAK)
14.
tandu
15.
16.
tandu kursi
grafik perawatan pasien
17.
jeli untuk lubrikasi
Pengendali infeksi
1. pelindung mata (kacamata)
2. pelindung wajah (masker bedah)
3. sarung tangan nonsteril
4. baju
5. penutup sepatu
6. air pembersih tangan dengan antimikrobakteri
7. cairan desinfektan
8. bengkok
9. tempat sampah
10.
pelindung pernapasan
Peralatan pencegah cidera
1. Semua orang di ambulan perlu di restrain
2. Helm pelindung
3. Pemadam api
4. Panduan materi berbahaya
5. Perangkat sinyal lalu lintas
6. Reflektif keselamatan untuk setiap awak
Ambulan ALS
20
ALS ambulans membawa peralatan dan perlengkapan yang mirip dengan yang ditemukan
dalam sebuah departemen darurat rumah sakit atau unit perawat kritis. ALS ambulans membawa
peralatan perawatan kritis termasuk monitor EKG dan defibrillator, alat pacu jantung eksternal,
intravena dan alat mengambil darah, obat pra-rumah sakit, perlatan jalan nafas canggih dengan
peralatan pemantauan khusus dan banyak lagi.
ALS ambulan memberikan perawatan mendukung kehidupan canggih untuk pasien yang
sakit atau terluka yang membutuhkan bantuan medis. PAramedis merespon semua jenis
panggilan dari orang yang memiliki kesulitan bernafas dan korban kecelakaan di ALS
paramedic melakukan keterampilan secara signifikan lebih canggih seperti mendalam
penilaian pasien, pemantauan, dan evaluasi jantung, kardioversi defribrilasi, dan maju
jalan nafas pemeliharaan seperti administrasi intubasi, obat, dll.
Peralatan airway dan ventilasi
1. Laringoskop
2. Pisau laringoskop
3. Tabung endotrakeal
4. Aspirator mekonium
5. Jarum suntik
6. Pemotong tabung endotrakeal
7. Magill forsep
8. Jeli pelicin
9. Pendeteksi kapasitas tidal CO
Akses vaskuler
1. Larutan kristaloid
2. Antiseptic
3. Tiang IV
4. Kateter intravena
5. Jarum intraoseus
6. Torniket vena
2
(colorimetri)
7. Jarum suntik berbagai ukuran
8. Jarum berbagai ukuran
9. Intravena
10.
Papan inravena lengan
Cardiac/jantung
1. Defibrillator
21
Transkutaneous jantung/alat pacu jantung
Alat tambahan yang lain
1. nebulizer
2. Glukometer atau alat pengukur gula darah
3. jarum besar
Obat
Obat-obatan
untuk
masalah
kardiovaskuler,
kardiopulmonary,
larutan
dektrosa,
analgesic, antiepilepsi, sadium bikarbonat, sodium klorin untuk injeksi dan obat-obatan
per oral.
E.
PROSEDUR TETAP AMBULANS
Prosedur tetap operasional Ambulans
PERSIAPAN AMBULANS GAWAT DARURAT
Sebuah ambulans modern yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan canggih
sekalipun tidak akan bernilai apa-apa kecuali jika selalu dalam keadaan siap untuk
memberikan pelayanan kapanpun dan di manapun terjadi kasus emergensi. Suatu
program preventif yang terencana pasti mencakup perbaikan ambulans secara periodik.
Pemeriksaan Ambulans (mesin mati) =
Berikut ini adalah langkah-langkah pemeriksaan yang dapat dilakukan ketika ambulans
berada di pangkalan:
1.
Periksa seluruh badan ambulans. Cari kerusakan yang dapat mempengaruhi
jalannya pengoperasian yang aman.
2.
Periksa roda dan ban. Periksa adanya kerusakan atau robeknya pelek roda dan
bagian luar ban. Gunakan alat pengecek/meteran tekanan untuk memastikan semua
ban mengembang dengan tekanan tepat.
3.
Periksa spion dan jendela. Cari kaca yang pecah dan longgar dan periksa
apakah ada bagian yang hilang. Pastikan spion bersih dan diposisikan dengan tepat sehingga
didapatkan lapang pandang maksimum.
4.
Periksa fungsi setiap pintu dan kunci.
5.
Periksa bagian-bagian sistem pendingin. Periksa jumlah freon/bahan pendingin.
Periksa selang pipa sistem pendingin dari kebocoran atau keretakan.
6.
Periksa jumlah cairan kendaraan, termasuk minyak mesin dan pelumas rem, air aki,
dan pelumas setir.
22
Periksa aki. Jika jenisnya aki basah yang bisa diisi ulang, periksa jumlah cairannya. Jika aki
tipenya aki kering, nilai keadaannya dengan memeriksa portal indikator. Periksa kekencangan
hubungan antar kabel dan tanda-tanda korosi.
7.
Periksa kebersihan permukaan bagian dalam ambulans termasuk dashboard dan
periksa adanya kerusakan.
8.
Periksa fungsi jendela. Pastikan bahwa permukaan dalam setiap jendela bersih.
9.
Tes fungsi klakson
10.
Tes fungsi sirine untuk jarak dengar maksimum
11.
Periksa sabuk pengman. Pastikan setiap sabuk tidak rusak. Tarik setiap sabuk dari
gulungannya untuk memastikan bahwa mekanisme retraktor bekerja dengan baik.
12.
Posisikan kursi pengemudi senyaman mungkin sehingga bisa mengendalikan
setir dan pedal dengan optimal.
13.
Periksa jumlah bahan bakar. Isi bahan bakar setelah setiap kali panggilan
dimanapun kejadiannya.
Pemeriksaan Ambulans (mesin menyala)
Nyalakan mesin terlebih dahulu untuk memulai pemeriksaan selanjutnya. Keluarkan
ambulans dari ruangan penyimpanan jika mesin mengeluarkan asap
yang mungkin bisa
menjadi masalah. Set rem parkir, pindahkan perseneling ke posisi parkir dan minta rekan
Anda mengganjal roda sebelum melakukan tahapan berikut :
1.
Tes fungsi indikator yang terletak di dashboard untuk melihat apakah lampu
indikator dapat menyala dengan baik untuk menunjukkan adanya kemungkinan masalah
yang terjadi pada tekanan oli, suhu mesin, atau sistem elektrik ambulan lainnya.
2.
Periksa meteran yang terletak di dashboard untuk pengoperasian ambulans yang
optimal.
3.
Tes fungsi rem, injak rem kaki, catat apakah fungsi pedal rem sudah tepat
atau berlebihan. Periksa tekanan udara rem kaki jika dibutuhkan.
4.
Tes fungsi rem parkir (rem tangan). Pindahkan perseneling ke posisi
mengemudi. Pindahkan kembali perseneling ke posisi parkir segera setelah Anda
memastikan bahwa rem parkir berfungsi dengan baik.
5.
Tes fungsi setir. Putar setir ke berbagai arah.
6.
Periksa fungsi alat penyapu kaca (wiper) depan dan alat pencucinya (washer). Kaca
harus bisa disapu bersih setiap kali alat penyapu digerakkan.
23
Tes fungsi lampu peringatan (warning lights) ambulans. Minta rekan Anda berjalan
mengitari ambulans dan memeriksa fungsi setiap lampu kilat (flashing light) dan lampu putar
(revolving light).
7.
Tes fungsi lampu ambulans lainnya. Minta rekan Anda berjalan lagi mengitari
dan memeriksa ambulans. Pada kesempatan ini periksa lampu depan (sinar jauh dan
dekat), nyalakan lampu sinyal/weser (signal light), lampu kilat perempatan (four way flasher),
lampu rem (brake light), lampu samping (side light) dan lampu belakang (rear light) untuk
penerangan tempat kejadian.
8.
Periksa fungsi perlengkapan pemanas dan pendingin baik di kompartemen
pengemudi maupun kompateman pasien. Lakukan juga pemeriksaan alat isap (suction)
on-board pada kesempatan ini jika mesin sedang menyala.
9.
Periksa cairan perseneling.
10.
Operasikan perlengkapan komunikasi. Lakukan uji radio portabel dan demikian pula
dengan radio terfikrsir serta alat komunikasi radio telepon lain.
Pemeriksaan Persediaan dan Perlengkapan Kompartemen Pasien
Periksa persediaan dan perlengkapan perawatan serta perlengkapan ”life support”.
Pastikan bahwa telah dilakukan pemeriksaan atas setiap peralatan yang harus dibawa
dalam ambulans, dengan mencatat setiap temuan pada laporan pemeriksaan.
Peralatan tersebut tidak sekedar diidentifikasi, namun harus diperiksa pula kelengkapan,
keadaan, dan fungsinya. Beberapa hal yang perlu dilakukan pemeriksaan meliputi:
1.
Periksa tekanan tabung oksigen.
2.
3.
Pompa bidai udara dan periksa apakah ada kebocoran.
Pastikan semua perlengkapan oksigen dan ventilasi berfungsi dengan baik.
4.
Periksa juga apakah peralatan penyelamatan berdebu dan berkarat.
5.
Nyalakan semua peralatan bertenaga aki untuk memastikan bahwa setrum aki
berfungsi dengan baik.
6.
Untuk perlengkapan khusus, seperti defibrilator eksterna otomatis (AED)
membutuhkan pemeriksaan tambahan.
7.
lengkapilah laporan pemeriksaan Anda. Perbaiki segala kekurangan. Ganti
barang- barang yang hilang. Pastikan pengawas Anda mengetahui adanya kekurangan
yang tidak bisa Anda perbaiki langsung.
8.
Di akhir pemeriksaan, bersihkan unit ambulans untuk mengendalikan
kemungkinan adanya infeksi dan untuk memperbaiki tampilan.
24
Menjaga penampilan ambulans juga akan menambah kesan positif Ambulans Anda di mata
masyarakat. Mereka yang bangga pada pekerjaan ini, akan menunjukkan rasa bangganya
dengan menjaga penampilan ambulansnya
Contoh Prosedur Tetap Pelayanan Ambulans
PROTAP DAN SOP PELAYANAN OLEH TENAGA MEDIS/PARAMEDIS DI
AMBULANS
I.
PROTAP PELAYANAN OLEH TENAGA MEDIS/ PARAMEDIS DI
AMBULANS
A.
PENGERTIAN
Serangkaian tindakan yang dilakukan oleh tenaga medis/ paramedis terhadap pasien di dalam
ambulans.
B.
TUJUAN
Meningkatkan kualitas pelayanan tenaga medis/ paramedis di ambulans.
C.
SASARAN
Pasien gawat darurat yang memerlukan transportasi ke Rumah Sakit Rujukan.
D.
TENAGA PELAKSANA
1. 1 orang tenaga medis yang sudah dilatih BLS/ PPGD.
2. 2 orang tenaga paramedis sebagai operator peralatan medis dan pelaksana perawatan
yang sudah dilatih BLS/ PPGD.
3. 1 orang tenaga sopir ambulans.
E.
SARANA dan PRASARANA YANG DIBUTUHKAN
1. Medis :
a. Steril
Nasofaringeal tube : 2 buah
Orofaringeal tube : 2 buah
Laringoscope : 2 buah
Endotracheal tube : 2 buah
Sungkup : 2 buah
Alat suction : 2 buah
Masker : 5 buah
Handscoen : 5 pasang
Bengkok : 2 buah
Cairan RL : 20 botol
Infusion set : 30 buah
Abocath : 50 buah
Desinfektan : 5 liter
Cateter + urobag : 20 set
Kassa steril : 10 Pak
b. Non steril :
Tabung O2 dan regulator : 1 buah
Bag valve mask : 1 buah
25
Defibrillator : 1 buah ECG Monitor : 1 buah
Tempat sampah medis tertutup : 1 buah
Strelisator : 1 buah
Tensimeter : 1 buah
Stetoskop : 1 buah
Neck Collar : 1 buah
Bidai : 1 set
Plester : 2 roll
Standard infus : 1 buah
Gunting : 1 buah
c. Obat- obatan
Adrenalin inj : 10 Ampul
Efedrin inj : 10 Ampul
Dopamin inj : 10 Ampul
Atropin inj : 10 Ampul
Dexamethason inj : 10 Ampul
Lidocain inj : 10 Ampul
Aminofilin inj : 10 Ampul
Furosemid : 10 Ampul
2. Non Medis
Ambulans transport pasien sesuai standard yang berisi :
a. Brancart : 1 buah
b. Lemari Alkes : 1 buah
c. Meja Instrument : 1 buah
d. Lembar observasi : 100 lembar
e. Lembar Informed consent : 100 lembar
f. Scort : 6 buah
g. Tempat sampah medis tertutup : 1 buah
h. Alat tulis ( ballpoint hitam, merah, biru ) : 2 buah
i. Tempat cuci tangan dengan air mengalir : 1 buah
j. Sabun cair : 2 botol
k. Handuk kecil : 5 buah
l. Sikat tangan halus : 5 buah
m. Selimut : 5 buah
n. Lampu tindakan : 1 buah
o. Buku register rujukan : 1 buah
p. Kursi : 2 buah
F.
PROSEDUR
Mempersiapkan pelayanan.
Melaksanakan serah terima pasien dengan petugas
di tempat pelayanan / lokasi awal
ke petugas ambulans.
3. Memindahkan pasien dari tempat /lokasi awal ke ambulans.
4. Mempertahankan kondisi pasien meliputi
Airway, Breathing, Circulation agar tetap
stabil selama perjalanan.
5. Melakukan observasi dan mencatat perubahan-perubahan yang terjadi, bila perlu
menghubungi unit IRD yang akan dituju.
1.
2.
26
Melakukan tindakan apabila ada gangguan pada Airway, Breathing, Circulation.
6. Setelah tiba di tempat tujuan, melakukan serah terima pasien kepada petugas di
tempat tujuan.
II. SOP PELAYANAN MEDIS/ PARAMEDIS DI AMBULANS
A.
PERSIAPAN PELAYANAN
1. Memastikan tempat tersedia dengan menghubungi di rumah sakit yang dituju
dengan cara menelpon.
2. Memastikan kondisi ambulans telah siap untuk pelayanan. ( lihat SOP Ambulans dan
sopir ).
3. Memastikan alat-alat medis dan non medis di ambulans dalam keadaan rapi dan siap
pakai. ( Lihat SOP Sterilisasi Alkes ) dan melaksanakan checklist daftar tilik
peralatan medis dan non medis di ambulans.
4. Mencatat nama petugas yang berangkat (pada daftar petugas) pada buku register
rujukan.
5. Petugas mencuci tangan ( lihat SOP Mencuci Tangan ).
6. Petugas memakai alat pelindung diri ( lihat SOP Alat Pelindung Diri / APD ).
B.
MELAKUKAN SERAH TERIMA PASIEN DENGAN PETUGAS DI TEMPAT
PELAYANAN/ LOKASI AWAL.
1. Petugas mendatangi lokasi, menemui petugas di lokasi pelayanan awal.
2. Memberi salam, menyapa dan memperkenalkan diri sebagai petugas ambulans.
3. Menanyakan/konfirmasi identitas pasien yang akan diangkut dengan ambulans,
meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, diagnosis sementara.
4. Mencatat instruksi dokter tentang hal-hal yang harus diperhatikan/ diberikan kepada
pasien selama perjalanan.
5. Mencatat jenis dan dosis obat serta alat yang diperlukan pasien selama perjalanan,
antara lain :
Adrenalin inj : 10 Amp
Efedrin inj : 10 Amp
Aminofilin : 10 Amp
Dopamin : 10 Amp
Atropin : 10 Amp
Lidocain : 10 Amp
Dexamethason : 10 Amp
6. Mencatat keadaan pasien sebelum berangkat, meliputi diagnosis, tanda vital
( kesadaran, tensi, nadi, suhu, kecepatan respirasi ) dan problem yang sedang dihadapi
(
mencakup problemairway, breathing, circulation ).
7. Meminta surat rujukan ( bila ada ).
8. Menanyakan kondisi umum pasien apakah pasien telah siap dipindahkan ke
ambulans, antara lain :
”
Apakah pasien sudah bisa dipindahkan ke ambulans ? ”
C.
MEMINDAHKAN PASIEN KE AMBULANS
1. Memastikan kondisi pasien dalam keadaan siap untuk dipindahkan ke ambulans
dengan cara melakukan pemeriksaan A B C ( Lihat SOP Pemeriksaan ABC ).
2. Mengambil brancart dari ambulans dan dibawa ke lokasi pasien berada.
3. Memindahkan pasien ke brancart ( lihat SOP Memindahkan Pasien ).
4. Memasukkan brancart berisi pasien ke dalam ambulans.
5. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin di dalam ambulans.
27
Petugas mengambil posisi sesuai dengan tugasnya.
6. Sopir duduk di kursi pengemudi ( lihat SOP Sopir Ambulans ).
7. Memposisikan pasien senyaman mungkin sesuai dengan kondisinya.
8. 1 orang paramedis operator alat medis di sebelah kiri pasien ( menyesuaikan kondisi
pasien ).
D.
Petugas memberi komando kepada sopir agar ambulans segera berjalan, lampu rotator
dinyalakan, sirene dibunyikan menyesuaikan kondisi jalan.
E.
Mempertahankan keadaan ABC pasien agar tetap stabil selama perjalanan dan
melakukan tindakan jika terjadi kegawatdaruratan (lihat SOP Mempertahankan Kondisi
ABC).
F.
Mencatat semua perubahan yang meliputi kesadaran , vital sign ( nadi, pernafasan,
tekanan darah ) pasien / obat yang diberikan selama perjalanan.
1.
Menghitung denyut nadi arteri radialis klien
a.
Meminta klien duduk dengan posisi yang nyaman dan rileks dan meletakan
kedua tangan di atas paha.
b.
Memberitahukan kepada klien bahwa akan dilakukan penilaian denyut
nadi yang bertujuan untuk menilai apakah terjadi perubahan denyut nadi.
c.
Mencari arteri radialis pada tangan kiri dengan cara menggunakan tiga jari dan
hitung selama 60 detik sekaligus melakukan juga penilaian terhadap ritme /
irama ( reguler / irreguler ) dan kekuatan denyut nadi (kuat / cukup / lemah).
d.
Memberitahukan hasil perhitungan dan mengucapkan terima kasih.
e.
Mencatat hasil pada status.
2.
Menghitung pernafasan
a.
Klien tetap dalam posisi duduk dan memberitahukan kepada klien bahwa akan
dilakukan penghitungan pernafasan untuk mengetahui apakah klien mengalami sesak
nafas / tidak.
b.
Meminta klien meletakan tangan kanan ke dinding dada sebelah kiri.
c.
Meletakkan arloji ditempat yang mudah dilihat jarum detiknya.
d.
Mengamati irama gerakan tangan yang berada di dinding dada sebelah kiri
dan menghitung frekuensi gerakan pernafasan selama 60 detik.
e.
Memberitahukan hasil pengukuran, mencatat pada status.
3.
Mengukur tekanan darah klien
a.
Menyiapkan alat tensimeter dan stetoskop.
1). Memeriksa manset, skrup dan pompa apakah ada kebocoran atau tidak. 2).
Memposisikan air raksa pada reservoirnya dan membuka kunci air raksa
pada posisi on, manset dalam keadaan kosong tanpa ada udara setelah itu
tutup skrup pada pompa.
b.
Menyiapkan klien
1). Meminta klien untuk diperiksa dengan santai dan posisi kaki tidak
menyilang.
2). Meminta klien untuk membuka lengan baju sampai bahu, sehingga lengan
bebas dari tekanan baju. Bila lengan baju menekan lengan kiri atas, klien diberi
kain penutup bagian atas tubuh dan meminta klien membuka baju sehingga
lengan kiri bebas dari tekanan ( terbuka ).
3). Meletakan tensi meter di atas meja dan mengukur tinggi air raksa sejajar
dengan letak jantung klien. Bila letak jantung lebih rendah dari batas bawah
air raksa, maka klien diberi alas tempat duduk sehingga batas bawah air
raksa sejajar jantung atau bila batas bawah air raksa lebih rendah dari batas
jantung, maka tensi meter diberi alas agar tingggi air raksa sejajar jantung.
28
Posisi tensi meter di ambulans biasanya tetap, jadi harus disesuaikan dengan realita di
ambulans. Tidak bisa sama dengan yang di poli.
c.
Mengukur tekanan darah
1). Memberitahu pada klien dan atau keluarganya dengan suara lembut dan
ramah bahwa akan dilakukan pengukuran tekanan darah untuk mengetahui
keadaan tekanan darah klien.
2). Meminta klien meletakkan lengan kiri di atas meja.
3). Meraba
arteri brachialis
lengan kiri yang terletak pada sisi medial lengan
atas (dengan cara meminta klien meluruskan lengan kiri dengan telapak
tangan di atas. Meraba dengan 2 jari tangan telunjuk dan tengah pada tepi
lateral lengan mulai dari kelingking sampai ke lengan atas, dan meraba
denyut arteri brachialis lengan kiri.
4). Memasang manset pada lengan atas dan meletakkan pipa karet tepat di
atas arteri brachialis ( pada sisi dalam lengan atas ) dan sisi bawah manset
±
2,5 cm di atas
fossa ante cubiti dengan posisi lengan penderita
sedikit fleksi pada siku.
5). Menanyakan pada klien apakah manset terlalu ketat / longgar. Bila terlalu
ketat dilonggarkan.
6). Menghubungkan pipa manset dengan pipa tensi meter.
7). Meraba
arteri brachialis
yang berada di
fossa cubiti untuk
menentukan
letak stetoskop.
8). Meraba denyut nadi
arteri radialis yang berada di pergelangan
tangan dengan 3 jari dilanjutkan dengan memompa pompa tensi meter
secara perlahan-lahn sambil mata menatap naiknya air raksa dalam tabung
tensi meter. Teruskan memompa sampai dengan arteri radialis tidak teraba
tentukan batas air raksa dan teruskan memompa dengan menambah 30 mm
Hg di atas batas tersebut ( nadi tidak teraba ).
9). Memasang
earpiece stetoskop langsung tepat pada lubang di kedua
telinga.
10). Meletakan ujung / corong stetoskop di atasarteri brachialis di fossa cubiti.
11). Melepaskan klep pompa tensi meter perlahan-lahan ( 2-3 mm per detik ),
mendengarkan denyut arteri brachialis sambil mata sejajar mengikuti
turunnya permukaan air raksa.
12). Memastikan tinggi air raksa saat terdengar perubahan detakan pertama
arteri brachialis ( korotkoff I ) : disebut tekanan Sistole.
13). Melanjutkan, menurunkan air raksa saat terjadi perubahan suara yang tibatiba melemah (korotkoff IV) : disebut tekanan Diastole.
14). Melepas stetoskop dari telinga dan melepas manset dari lengan ibu 15).
Membersihkan earpiece dan bel / diaphragma stetoskop dengan kapas
alkohol.
16). Menutup klep air raksa dan melipat manset serta mengembalikan manset ke
dalam bak tensi meter.
17). Menginformasikan pada klien hasil pengukuran, mencatat pada kartu status
ibu.
18). Menanyakan kepada klien apakah ada yang ingin ditanyakan tentang hasil
tekanan darahnya.
G.
Mencatat keadaan pasien saat tiba di rumah sakit tujuan.
H.
Sampai di unit IRD, persiapan untuk serah terima pasien kepada petugas IRD, dengan
cara :
1.
Petugas ambulans menemui petugas IRD.
29
Memberi salam, menyapa dan memperkenalkan diri sebagai petugas ambulans.
2.
Menyerahkan surat rujukan dan catatan berisi perkembangan kondisi pasien selama
dalam perjalanan.
3.
Memastikan keadaan pasien siap dipindahkan ( Lihat SOP Mobil dan Sopir
Ambulans)
I.
Mengeluarkan pasien dengan
brancart
dari ambulans dan menyerahkan kepada
petugas
IRD. ( Lihat SOP Mobil dan Sopir Ambulans ).
J.
Memindahkan pasien ke bed IRD (Lihat SOP Mobil dan Sopir Ambulans).
Mengembalikan brancart ke ambulans.
K.
PENCATATAN DAN PELAPORAN
1.
Mencatat nama petugas yang berangkat.
2.
Mencatat identitas pasien dan informasi dasar ( diagnosis sementara, tanda vital,
problem pasien ) berdasarkan informasi dari lokasi awal.
3.
Mencatat perkembangan kondisi pasien selama perjalanan.
4.
Mencatat tindakan yang dilakukan dan obat yang diberikan kepada pasien selama
perjalanan.
5.
Menyerahkan catatan rekam medis kepada petugas IRD.
L.
KEGIATAN PASCA PELAYANAN
1.
Membersihkan alat-alat yang telah digunakan ( Lihat SOP Strerilisasi Alat ).
2.
Merapikan dan mengembalikan alat medis ke tempat semula.
3.
Mengumpulkan dan membuang sampah medis pada tempat sampah medis.
4.
Mengumpulkan dan membuang sampah non medis ke tempat sampah non medis.
5.
Memastikan ambulans siap dipakai kembali ( Lihat SOP Mobil dan Sopir Ambulans) .
6.
Petugas mencuci tangan (lihat SOP Mencuci Tangan).
III.
JENIS-JENIS SOP YANG DILAKSANAKAN PADA PELAYANAN DI
AMBULANS
A. SOP CUCI TANGAN
1.
Mendekatkan bahan dan alat yang dibutuhkan seperti sabun serta handuk bersih dan
kering.
2.
Melepas semua perhiasan yang ada ditangan dan jari tangan meletakkanya di tempat
yang aman/ saku baju / celana.
3.
Membuka kran air memakai tangan.
4.
Menggosok tangan di bawah air mengalir.
5.
Mengambil sabun cair dengan menekankan siku pada penutup sabun cair.
6.
Menggosok tangan dengan sabun secara merata pada celah jari tangan.
7.
Mengulangi kegiatan di atas secara berulang-ulang minimal 7 kali.
8.
Menggosok juga pergelangan tangan dengan melingkarkan jari-jari satu tangan ke
tangan satunya.
9.
Membersihkan kuku dan bawah kuku sampai bersih ( dapat digunakan sikat yang
lembut dan menyikat searah ke arah distal ).
10. Mencuci tangan dan dan telapak tangan dari arah jari-jari ke arah pergelangan hingga
bersih.
11. Mengeringkan jari tangan dan pergelangan tangan dengan handuk bersih dan kering.
Atau biarkan mengering dengan sendirinya ( jika handuk tidak tersedia ).
B. SOP ALAT PELINDUNG DIRI ( APD )
1.
SOP Pemakaian Scort
a.
Mengambil scort dari tempatnya.
30
Membuka scort dengan tangan kanan, bagian dalam ( jangan menyentuh bagian luar ).
b.
Memasukkan tangan kanan ke lubang lengan kanan, begitu sebaliknya untuk tangan
kiri.
c.
Meminta tolong kepada asisten untuk mengikatkan tali scort di belakang punggung.
2.
SOP Pemakaian Handscoen
a. Mengambil sarung tangan steril dengan menggunakan tangan dominan.
b.
Menerima sarung tangan kiri dengan memegang bagian dalam dari sarung tangan
yang terlipat dari lipatannya.
c.
Mengecek adanya kebocoran sarung tangan dengan cara membuka hanscoen. Jika
terdapat lubang atau terasa adanya udara keluar dari hanscoen ( bocor ) maka
handscoen dibuang. Jika tidak ada kebocoran, letakkan sarung tangan kiri di tempat yang
steril. Memegang sarung tangan dengan tangan kiri pada bagian dalam sarung tangan,
masukkan jari-jari perlahan sampai semua jari pas pada bagiannya, lalu dengan
tangan kiri tetap memegang bagian dalam sarung tangan ke dalam hingga sarung tangan
terpakai dengan sempurna.
d.
Begitu juga sebaliknya pada saat memakai sarung tangan kiri.
Prosedur pemakaian handschoen baru
a. Cuci tangan sesuai prosedur.
b.
Packing steril di sobek pada pada bagian tepi yang diberi tanda sehingga lapiran
kertas terbuka.
c.
Menarik keluar bungkus dalam handschooen, meletakkan bungkus dalam dalam
posisi terbuka diatas meja datar.
d.
Mengambil handschoon tangan kanan dengan menggunakan tangan kiri dengan
memegang bagian pergelangan handschoen yang terlipat keluar.
e. Memasukkan tangan kanan kedalam handschoen.
f. Mengambil handschoon tangan kiri dengan menggunakan 3 jari ( telunjuk, tengah dan
manis ) diselipkan di lipatan handschoon ( hanya menyentuh sisi luar handschoon ).
g.
Memasukkan tangan kiri kedalam handschoon.
h.
Merapikan posisi jari dan tangan didalam handschoon.
i.
Selama prosedur, tangan yang belum terpasang handschooen hanya boleh
menyentuh sisi dalam handschoen. Tangan yang sudah memakai handschoen hanya
boleh menyentuh sisi luar handschoon.
j.
Bila kidal, dapat dipasang handschoon tangan kiri lebih dahulu.
C.
SOP MEMINDAHKAN PASIEN KE ATAS BRANCART
1.
Kenali kemampuan diri dan kemampuan teamwork.Petugas dengan badan paling
kuat memposisikan diri mengangkat pasien di bagian tengah. Petugas yang
mengangkat di bagian kepala pasien bertindak sebagai komando.
2.
Nilai beban yang diangkat, jika tidak mampu jangan dipaksakan.
3.
Selalu komunukasi dengan team komando.
4.
Kedua kaki berejarak sebahu, 1 kaki sedikit ke depan.
5.
Berjongkok, jangan membungkuk saat mengangkat.
6.
Tangan yang memegang menghadap ke depan jarak ± 30 cm, dimasukkan ke
bawah badan pasien.
7.
Tubuh sedekat mungkin ke badan pasien jarak ± 50 cm.
8.
Mengangkat pasien bersama-sama sesuai komando.
9.
Jangan memutar tubuh saat mengangkat.
31
Letakkan pasien di atas brancart secara perlahan dan pastikan pasien dalam posisi aman
( Pasien telah di fiksasi di brancart ).
11.Masukkan brancart dengan pasien ke ambulans.
D.
SOP MEMPERTAHANKAN KONDISI ABC
1.
AIRWAY ( Kelancaran Jalan Napas )
a.
Minta ijin dan melakukan penjelasan kepada pasien/keluarga pasien bahwa
akan dilakukan pemeriksaan dan pembebasan jalan napas dengan menengadahkan
pasien.
b.
Jika penderita dapat berbicara, dianggap tidak ada sumbatan jalan napas.
c.
Jika penderita muntah, segera penderita dimiringkan ke arah pemeriksa/
petugas untuk mencegah aspirasi.
d.
Jika terjadi penurunan kesadaran dan diduga ada sumbatan jalan,
dilakukan prosedur membuka jalan nafas dan pembebasan jalan dari sumbatan
muntahan, lendir, gigi palsu, pangkal lidah, dll.
e.
Posisi kepala ditengadahkan (ekstensi) dengan cara : PASANG
HANSCHOEN (LIHAT SOP Memasang Hanschoen)
1.
Chin lift
Jari jemari salah satu tangan diletakkan dibawah rahang dan secara hati-hati ke
atas untuk membawa dagu ke arah depan.
Ibu jari tangan yang sama, dengan ringan menekan bibir bawah untuk membuka
mulut, atau
Ibu jari diletakkan di belakang gigi seri bawah, dan secara bersamaan dagu
dengan hati-hati diangkat, atau
2.
Jaw thrust
Sudut rahang bawah kanan dan kiri dipegang sambil mendorong rahang bawah ke
depan.
Jika perlu, dan pasien tidak muntah, dilakukan pemasangan
oropharyngeal
airway(pipa mayo).
SOP Pemasangan Oropharyngeal Airway ( pipa mayo/guedel )
Minta ijin dan melakukan penjelasan kepada keluarga pasien bahwa akan dilakukan
pemasanganoropharyngeal airway untuk membebaskan jalan napas, dengan cara :
a.
Oropharyngeal airway yang akan dipasang disiapkan. Menentukan ukuran
yang sesuai dengan mengukur oropharyngeal airway dari ujung bibir sampai
ke angulus mandibulaepasien.
b.
Ibu jari dan jari telunjuk tangan yang sama disilangkan dan diletakkan pada
gigi bagian atas dan bawah di sudut mulut pasien. Lebarkan/ jauhkan jari anda untuk
membuka rahang pasien (tehnik crossed-finger).
c.
Mengambil Oropharingeal airway, kemudian disisipkan ke sudut mulut secara
terbalik sehingga bagian yang cekung mengarah ke cranial, sampai daerah
palatum molle.
d.
Alat diputar ke kiri/ kanan sampai 180 derajat, bagian cekung mengarah
ke kaudal, alat diselipkan di tempatnya di atas lidah.
e.
Catat bahwa telah dilakukan pemasangan
oropharingeal airway pada status
pasien.
f.
Informasikan kepada penderita/ pengantar hasil pemasangan.
2.
BREATHING
Minta ijin dan melakukan penjelasan kepada keluarga pasien bahwa akan dilakukun
32
pemeriksaan pernapasan pasien dan akan dilakukan tindakan sesuai hasil pemeriksaan,
dengan cara :
a.
Telapak tangan kanan pasien diletakkan di atas dada.
b.
Rasakan gerakan napas dengan memegang tangan kanan pasien atau lihat
gerakan dada/ tangan pasien yang naik turun (gerakan naik dan turun dihitung,
frekwensi napas).
c.
Frekwensi napas dihitung selama 1 menit, tentukan normal atau tidak, (baru
lahir 35-50kl/mnt, usia <2 th 25-35 kl/mnt, usia 2-12 th 18-26kl/mnt, dewasa 16-35
kl/mnt, bradipnea (< 10 kl/mnt), takhipnea (> 24 kl/mnt), apnea (tidak bernapas).
d.
Informasikan hasil pengukuran dan catat pada kartu pasien, tanyakan
pada penderita apakah ada yang ditanyakan tentang hasil pengukuran pernapasannya,
jika terdapat henti napas, lakukanbantuan pernapasan.
Bantuan pernapasan
Jika tidak didapatkan respirator, dilakukan pernapasan buatan. Tidak disarankan
pemberian napas bantuan dari mulut ke mulut secara langsung pada pasien keracunan,
juga adanya resiko penularan penyakit (terutama hepatitis HIV).
Pemberian napas bantuan dilakukan dengan tehnik dari mulut ke mulut
menggunakan Barrier device, dengan cara :
a.
Kepala pasien masih dalam posisi ekstensi .
b.
Barrier device salah satu ujungnya diletakkan di mulut pasien dan ujung yang
lain di mulut penolong.
c.
Tarik napas dalam-dalam, letakkan mulut ke atas barrier device sampai menutupi
seluruh mulut pasien jangan sampai ada kebocoran, hidung pasien ditutup,
tiupkan napas ke dalam mulut pasien secara pelan-pelan, perhatikan gerakan dada
pasien akibat dari tiupan napas penolong yang menunjukkan oksigen telah masuk
ke dalam paru-paru pasien.
d.
Lepaskan mulut dari
barrier device di atas mulut pasien, beri kesempatan agar
dada pasien kembali pada posisi semula.
e.
Ulangi sekali lagi .
f.
Denyut
arteri carotis di leher diperiksa ( Lihat SOP Pemeriksaan Nadi
Karotis ).
Jika terdapat denyut nadi teraba, tetapi denyut napas tidak ada, lakukan bantuan napas
lagi (langkah 1-4), dengan frekwensi : dewasa 10-12 kali/menit, anak 1212-20
kali/menit, bayi 12-20 kali/menit.
Jika denyut nadi tetap tidak teraba, lakukan kompresi jantung luar, dengan cara :
a.
Telapak tangan diletakkan (telapak lainnya mengunci di atasnya) pada
pertengahan bawah sternum 1-2 jari di atas epigastrium.
b.
Lengan diluruskan, dan kunci siku, tidak boleh menekuk siku ketika
memberikan atau melepaskan kompresi.
c.
Bahu dipastikan tepat di atas tangan (tepat di atas sternum pasien) sehingga
akan memungkinkan untuk memberikan kompresi lurus ke bawah lokasi.
d.
Kompresi diberikan secara tegak lurus dengan tenaga yang cukup untuk
menurunkan sternum pada orang dewasa yaitu sepanjang 1-2 inchi/ 4-5 cm
dengan kecepatan 100 x kompresi tiap menit.
Catatan :
Ketika kompresi RJP dilakukan dengan benar, kompresi ini akan menimbulkan
denyut nadi karotis.
3.
CIRCULATION
33
Pemeriksaan tensi, nadi secara
berkala tiap ¼ jam (sesuai sop
pemeriksaan nadi).
a.
Memeriksa jika ada
tanda-tanda syok (lihat SOP
Syok).
b.
Jika terjadi syok, lakukan
tindakan (lihat SOP Syok).
SOP SYOK
a.
Pasien ditidurkan
dengan posisi pasien
kedua tungkai diangkat
20 derajat ( posisi syok ) dan posisi kepala lebih rendah dari kaki.
b.
Apabila syok terjadi karena perdarahan tindakan pertama menghentikan
perdarahan dengan cara balut tekan.
c.
Bebaskan jalan napas dan pemberian oksigen, mempertahankan keadaan umum
serta airway ( Lihat SOP ABC )
d.
Perawat melakukan pengkajian dan observasi keadaan umum pasien (tensi,
nadi, respirasi, suhu, kesadaran, akral ). (lihat SOP Pengukuran Tensi, Nadi, Respirasi,
Suhu, Kesadaran dan Akral).
e.
Pasang infus (bila belum) dan berikan cairan. Jumlah cairan yang
diberikan sebaiknya bukan “sebanyak mungkin”. Pada trauma (syok hemoragik), ATLS
menganjurkan 2000 cc inisial, dan kemudian disesuaikan respons. Pada syok lain, bisa
diberikan secara titrasi tiap 250 cc, dievaluasi responnya. Cairan yang berlebihan
dapat menyebabkan masalah lain, edema paru.
f.
Tetap mengawasi tanda vital. ( jenis cairan kristalloid ), (lihat SOP
Pemasangan Infus).
g.
Konsultasi dengan IRD, jika syok tidak teratasi.
h.
Memberikan terapi sesuai instruksi dokter.
F.
GAMBAR-GAMBAR
Contoh ambulans
34
Gambar dalam ambulans
35
Medical Kits :
36
INTUBASI
Kits :
37
G.
DAFTAR PUSTAKA
American College of Surgeons Committe on Trauma. Equipment for Ambulances.
April 2009.
A Victorian Government Initiative. Guidlines for ambulance presentations in the
emergency department. Marc 2007.
Blog Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan. Protap dan SOP pelayanan oleh tenaga
medis/paramedic di ambulans. Diambil dari
http://yankesdinkesmagetan.blogspot.com/2011/09/protap-dan-sop-pelayanan-olehtenaga.html pada tanggal 4 November 2011
Blog PMI Jakarta Selatan. Ambulans. Diambil dari
http://ambulanspmikotajakartaselatan.blogspot.com pada tanggal 4 November 2011
General Services Administration: Federal Supply Service. Federal Specification for the
Star-of-Life Ambulance. 1 June 2002.
Pro Emergency (Emergency Assistance, training, and ambulance service. Diambil
dari http://proemergency-ems.blogspot.com pada tanggal 4 november 2011. NHIC,
Corp. Ambulance Billing Guide. CMS: Centers For Medicare & Medicand Services.
October 2010.
Suhartono. 2007. Emergency Medical System Sistim Pelayana GAwat Darurat
Terpadu. Universitas Indonesia. Tanggal upload 28 April 2009.
38
Download