uji fungsi untai uji reaktor temperatur tinggi - Digilib

advertisement
PROSIDING SEMINAR
PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Yogyakarta, 27 Juli 2011
UJI FUNGSI UNTAI UJI REAKTOR TEMPERATUR TINGGI
Kiswanta, Edy Sumarno, Joko PW., Ainur Rosidi, Ismu Handoyo
Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN, PUSPIPTEK Serpong, Tangerang, 15310
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
UJI FUNGSI UNTAI UJI REAKTOR TEMPERATUR TINGGI. Pengembangan Untai
Uji Reaktor Temperatur Tinggi (UURTT) berpendingin gas telah selesai dilaksanakan.
Rancangbangun dilakukan dengan membuat prototipe sumber panas yang disusun
dengan dua buah pemanas listrik berdaya 10.000 watt di dalam kotak stainless steel
SS-304. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memahami karakteristik untai uji reaktor
temperatur tinggi melalui eksperimental. Komisioning dan pengujian dilakukan dengan
pemanasan sampai temperatur yang dikehendaki melalui pemberian tegangan listrik
yang bertahap mulai dari 10 – 160 volt, agar kenaikan tegangan bertahap dan tidak
melonjak tinggi secara tiba-tiba. Hal ini dimaksudkan agar kekuatan heater dapat
bertahan lama dan tidak cepat putus. Hasil kegiatan berupa perangkat sumber
pemanas yang mempunyai kemampuan pemanasan pada saat komisioning hingga
temperatur 753,045°C selama 10.484 detik pada tegangan listrik 160 volt dari
tegangan maksimum 220 volt (72,73%), dengan kesalahan pada saat kalibrasi
sebesar 6°C atau sekitar 1% pada temperatur di atas 600°C.
Kata Kunci : Reaktor temperatur tinggi, untai uji
ABSTRACT
COMMISSIONING OF HIGH TEMPERATURE REACTOR TESTING BUNDLE.
Development of High Temperature Gas cooled Reactor Testing Bundle (HTGR) has
been completed. Design is done by making a prototype heat source is arranged with
two powerful 10,000-watt electric heater inside the box SS-304 stainless steel. These
activities aim to understand the characteristics of the strand test through experimental
high temperature reactor. Commissioning and testing is done by heating to a desired
temperature through the provision of a gradual voltage from 10-160 volts, so that a
gradual increase in voltage and not high jumped suddenly. This is intended to power
the heater can last a long time and not quickly broken. The results of the activities of
the heating sources which have the ability at the time of commissioning of heating to a
temperature 753.045°C for 10,484 seconds at the electrical voltage of 160 volts
maximum voltage 220 volts (72.73%), with an error when the calibration error of 6°C
or about 1% in temperatures above 600°C.
Keywords: High temperature reactors, testing bundle.
PENDAHULUAN
S
eiring dengan pengembangan teknologi,
reaktor temperatur tinggi berpendingin gas
mulai mendapatkan perhatian. Reaktor bertipe ini
menawarkan berbagai keunggulan dibandingkan
dengan reaktor bertipe PWR ataupun BWR. Di
samping menawarkan aspek keselamatan yang
lebih
tinggi,
reaktor
bertipe
ini
juga
Kiswanta, dkk.
memungkinkan penggunaan panas untuk proses
industri misalnya untuk pencairan batubara.
Reaktor seperti ini sangat cocok untuk dapat
dikembangkan di Indonesia khususnya di daerah
Kalimantan.
Dalam
rangka
mengikuti
perkembangan teknologi inilah, maka perlu untuk
melakukan penelitian dan pengembangan berbasis
reaktor temperatur tinggi berpendingin gas. Hingga
kini, BATAN praktis belum mempunyai fasilitas
ISSN 1410 – 8178
Buku I hal 275
PROSIDING SEMINAR
PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Yogyakarta, 27 Juli 2011
litbang untuk reaktor temperatur tinggi. Dalam
rangka inilah maka dikembangkan Untai Uji
Reaktor Temperatur Tinggi (UURTT) yang
merupakan suatu simulator instalasi reaktor
temperatur tinggi berpendingin gas. Kegiatan
tersebut bertujuan untuk memahami karakteristik
untai uji reaktor temperatur tinggi melalui
eksperimental. Panas simulator ini berasal dari
energi listrik. Komisioning dan pengujian
dilakukan dengan pemanasan sampai temperatur
yang dikehendaki melalui pemberian tegangan
listrik yang bertahap mulai dari 10 – 160 Volt, agar
kenaikan tegangan bertahap dan tidak melonjak
tinggi secara tiba-tiba. Hal ini dimaksudkan agar
kekuatan heater dapat bertahan lama dan tidak
cepat putus. Diharapkan dengan pemanasan yang
lebih lama dapat tercapai temperatur yang sesuai
dengan persyaratan pada reaktor temperatur tinggi.
TEORI
Daya pada Heater
Dalam teori kelistrikan dinyatakan bahwa
besarnya daya merupakan perkalian antara
tegangan (V) dengan arus (I) [1]. Besarnya
tegangan dan arus didapatkan dari hasil
pengukuran pada regulator. Besarnya nilai daya
ditunjukan pada persamaan (1).
P = V .I
(1)
Dimana
P=daya,[watt];
V=tegangan,[volt];
I=arus,[ampere]
Termokopel
Termokopel adalah sensor temperatur
yang banyak digunakan untuk mengubah
perbedaan temperatur dalam benda menjadi
perubahan tegangan listrik (voltase). Termokopel
yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis
konektor standar yang sama, serta dapat mengukur
temperatur dalam jangkauan temperatur yang
cukup besar dengan batas kesalahan pengukuran
kurang dari 1°C[2].
Prinsip Operasi Termokopel
Tahun 1821, seorang fisikawan Estonia
bernama Thomas Johann Seebeck menemukan
bahwa sebuah konduktor (semacam logam) yang
diberi perbedaan panas secara gradien akan
menghasilkan tegangan listrik. Hal ini disebut
sebagai efek termoelektrik. Untuk mengukur
perubahan panas ini gabungan dua macam
konduktor sekaligus sering dipakai pada ujung
benda panas yang diukur. Konduktor tambahan ini
Buku I hal 276
kemudian akan mengalami gradiasi temperatur,
dan mengalami perubahan tegangan secara
berkebalikan dengan perbedaan temperatur benda.
Menggunakan logam yang berbeda untuk
melengkapi sirkuit akan menghasilkan tegangan
yang berbeda, meninggalkan perbedaan kecil
tegangan
memungkinkan
kita
melakukan
pengukuran, yang bertambah sesuai temperatur.
Perbedaan ini umumnya berkisar antara 1 hingga
70 mikrovolt tiap derajat celcius untuk kisaran
yang dihasilkan kombinasi logam modern.
Beberapa kombinasi menjadi populer sebagai
standar industri, dilihat dari biaya, ketersediaanya,
kemudahan, titik lebur, kemampuan kimia,
stabilitas dan hasil. Sangat penting diingat bahwa
termokopel mengukur perbedaan temperatur di
antara 2 titik, bukan temperatur absolut.
Tipe-tipe termokopel
Termokopel terdiri dari beberapa tipe,
tergantung aplikasi penggunaannya
1. Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel
(Ni-Al alloy)). Termokopel untuk tujuan
umum. Lebih murah. Tersedia untuk
rentang temperatur −200 °C hingga
+1200 °C.
2. Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni
alloy)). Tipe E memiliki output yang besar
(68 µV/°C) membuatnya cocok digunakan
pada temperatur rendah. Properti lainnya
tipe E adalah tipe non magnetik.
3. Tipe J (Iron / Constantan). Rentangnya
terbatas (−40 hingga +750 °C) membuatnya
kurang populer dibanding tipe K, tipe J
memiliki sensitivitas sekitar ~52 µV/°C
4. Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil
(Ni-Si alloy)). Stabil dan tahanan yang
tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N
cocok untuk pengukuran temperatur yang
tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur
temperatur di atas 1200 °C. Sensitifitasnya
sekitar 39 µV/°C pada 900 °C, sedikit di
bawah tipe K. Tipe N merupakan perbaikan
tipe K. Termokopel tipe B, R, dan S adalah
termokopel logam mulia yang memiliki
karakteristik yang hampir sama. Mereka
adalah termokopel yang paling stabil, tetapi
karena sensitifitasnya rendah (sekitar 10
µV/°C) mereka biasanya hanya digunakan
untuk
mengukur
temperatur
tinggi
(>300 °C).
5. Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh). Cocok
mengukur temperatur di atas 1800 °C. Tipe
B memberi output yang sama pada
temperatur 0 °C hingga 42 °C sehingga
tidak dapat dipakai di bawah temperatur
50 °C.
ISSN 1410 – 8178
Kiswanta, dkk
PROSIDING SEMINAR
PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Yogyakarta, 27 Juli 2011
6.
7.
8.
Type R (Platinum /Platinum with 7%
Rhodium). Cocok mengukur temperatur di
atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10
µV/°C) dan biaya tinggi membuat mereka
tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.
Type S (Platinum /Platinum with 10%
Rhodium). Cocok mengukur temperatur di
atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10
µV/°C) dan biaya tinggi membuat mereka
tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.
Karena stabilitasnya yang tinggi Tipe S
digunakan untuk standar pengukuran titik
leleh emas (1064.43 °C).
Type T (Copper / Constantan). Cocok untuk
pengukuran antara
−200 to 350
°C.
Konduktor positif terbuat dari tembaga, dan
yang negatif terbuat dari constantan. Sering
dipakai sebagai alat pengukur alternatif
sejak penelitian kawat tembaga. Type T
memiliki sensitifitas ~43 µV/°C.
TATA KERJA
Kegiatan dalam rangka pengujian simulasi
Untai Uji Reaktor Temperatur Tinggi
yang
meliputi:
A. Bahan
Bahan yang digunakan adalah:
1. Kotak Stainless Steel SS304 tebal = 4mm,
ukuran pajang x lebar x tinggi = 20 cm x 20
cm x 120 cm.
2. Termokopel dipasang 6 titik pada perangkat
pemanas yang berfungsi sebagai sensor
temperatur. Penomeran dan pemasangan
termokopel dimulai dari bawah pemanas
sesuai Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Penomeran dan posisi termokopel
No.Termokopel
TC-A
1
500
2
TC-C
700
3
TC-D
700
4
TC-Outlet
1200
5
TC-Dinding plat
1000
6
4.
5.
6.
7.
Kiswanta, dkk.
No. Kanal DAS
TC-B
3.
Gambar 1. Bentuk Fisik Termokopel
Pada Gambar 1. dapat dilihat bentuk fisik
dari sebuah termokopel. Bagian luar termokopel
berupa tabung logam pelindung yang berguna
untuk menjaga kondisi termokopel agar tidak
terpengaruh banyak oleh lingkungan dimana alat
tersebut ditempatkan.
Termokopel yang digunakan pada
pengujian distribusi temperatur pada batang panas
digunakan tipe K(Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel
(Ni-Al alloy)) karena dapat mengukur temperatur
untuk rentang temperatur
−200
°C hingga
+1200 °C.
Posisi dari bawah
[mm]
500
Bahan
pembuatan
sistem
kendali
temperatur (kontrol temperatur, Solid State
Relay 70 Ampere, Indikator arus dan
tegangan listrik)
Ceramic fiber Blanket 1 lbr: 3600x610x50
mm (Glasswool) 1 lembar
Kawat tahan panas A=16 mm2 50 meter
Ceramic insulating brick C3 1 dus
Heater Super kanthal 1900°C
B. Alat
Alat yang digunakan adalah:
1. Slide Regulator voltage dengan daya
maksimal 25.000 watt berfungsi mengatur
masukan tegangan selama pemanasan
berlangsung.
2. Pemanasan secara radiasi digunakan 2
pemanas yang dipasang di dalam kotak
dengan daya total 10.000 watt.
3. Sistem perekaman data selama pemanasan
menggunakan DAS (Dataq Instruments,
USA) type DI-1000TC-8 S/N:653 dengan
laju perekaman data 5 data/detik dengan
jumlah kanal 8 kanal.
4. Kalibrator JOFRA
ISSN 1410 – 8178
Buku I hal 277
PROSIDING SEMINAR
PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Yogyakarta, 27 Juli 2011
C. Komisioning dan Pengujian
Tahapan pengoperasiannya adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan pengecekan pada sumber
regulator tegangan (slide regulator Voltage)
dengan daya maksimum 25 kW.
2. Regulator tegangan (25 kW) dihidupkan,
kenaikan tegangan diatur secara bertahap
(maksimal hingga 240 volt), 10 volt setiap
10 menit temperatur maksimal pada batang
uji hingga mencapai temperatur yang
diinginkan.
3. Setiap kenaikkan tegangan, perubahan arus
diukur dengan Tang Amper digital
kemudian dicatat pada lembar isian yang
telah tersedia.
4. Ketika temperatur maksimal pada pemanas
tercapai, selanjutnya listrik pada regulator
tegangan dimatikan. Regulator tegangan
dikembalikan ke posisi nol dan selanjutnya
dimatikan.
Pengoperasian sumber panas UURTT
dilakukan hingga temperatur yang dikehendaki
dengan cara menaikkan tegangan listrik setahap
demi tahap dengan besarnya kenaikan 10 volt tiap
10 menit hingga tegangan 160 volt. Hal ini
bertujuan agar kekuatan pemanas dapat bertahan
lama sehingga memperpanjang umur pemanas
tersebut dan tidak cepat putus.
a. Proses fabrikasi
b. BUSETTi selesai difabrikasi
D. Kalibrasi dan Perhitungan Error
pada Termokopel
Seberapa jauh tingkat keakuratan dari
pembacaaan termokopel ditentukan melalui proses
kalibrasi. Proses kalibrasi dilakukan dengan
membandingkan nilai temperatur acuan/referensi
dengan dengan nilai yang terbaca pada DAS.
Kalibrasi dilakukan dengan alat kalibrator JOFRA.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komisioning dilakukan setelah fabrikasi
dapat diselesaikan dengan tuntas. Kegiatan
mencakup operasi mesin potong untuk memotong
plat, menekuk plat, operasi kalibrator temperatur
tinggi, operasi pemanasan BUSETTi sampai
temperatur yang dikehendaki dengan cara
menaikkan tegangan listrik setahap demi tahap
dengan dengan besarnya kenaikan 10 volt tiap 10
menit hingga tegangan 160 volt. Hal ini bertujuan
agar kekuatan pemanas dapat bertahan lama
sehingga memperpanjang umur heater.
Perangkat Sumber Panas UURTT
selanjutnya dinamakan Bundel Uji Simulasi
Eksperimental Temperatur Tinggi (BUSETTi)
seperti pada Gambar 2.
Buku I hal 278
c. Pada saat komisioning
Gambar 2. Hasil Fabrikasi Perangkat Sumber
Panas UURTT (BUSETTi)
Pada
saat
komisioning
pertama,
permukaan kotak BUSETTi tidak dibungkus,
sedangkan pada komisioning kedua dibungkus
dengan glasswool (Ceramic Fiber Blanket Tahan
Panas) secara menyeluruh dari seluruh
permukaannya. Hasil komisioning dapat dilihat
pada Gambar 3 dan 4.
ISSN 1410 – 8178
Kiswanta, dkk
PROSIDING SEMINAR
PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Yogyakarta, 27 Juli 2011
Gambar 3. Kurva Pemanasan Komisioning Pertama Sumber Panas UURTT.
Dari Gambar 3 terlihat bahwa pada
komisioning
pertama
proses
pemanasan
berlangsung dari waktu awal hingga detik ke7791 hingga mencapai temperatur 488,49 °C
dengan kenaikan tegangan listrik 10 volt tiap 10
menit hingga 160 volt. Selanjutnya ditahan pada
tegangan 160 volt hingga pada detik 8570 heater
dimatikan dan direkam, proses pendinginan
secara radiasi hingga temperatur ruangan sekitar
30°C. Tampilan kurva TA, TC, TD normal,
sedangkan TB abnormal cenderung turun setelah
detik ke-7012 karena disebabkan oleh kerusakan
isolasi selongsong kabel termokopel.
Selanjutnya ditahan pada tegangan 160
volt hingga pada detik 8570 heater dimatikan dan
direkam proses pendinginan secara radiasi hingga
temperatur ruangan sekitar 30°C. Tampilan kurva
TA, TC, TD normal, sedangkan TB abnormal
cenderung turun setelah detik ke-7012 karena
disebabkan oleh kerusakan isolasi selongsong
kabel termokopel akibat leleh pada proses
pemanasan.
Gambar 4. Kurva Pemanasan Komisioning Kedua BUSETTi
Pada Gambar 4, komisioning kedua
dilakukan kenaikan tegangan sama dengan pada
Kiswanta, dkk.
komisioning
pertama,
tetapi
permukaan
BUSETTi dibungkus dengan glasswool hingga
ISSN 1410 – 8178
Buku I hal 279
PROSIDING SEMINAR
PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Yogyakarta, 27 Juli 2011
kenaikan temperatur lebih tinggi sebesar
753,045°C pada detik ke-10.484, sedangkan
proses pendinginan radiasi membutuhkan waktu
lebih lama karena terbungkus rapat.
Untuk hasil perhitungan daya lisrik pada saat pemanasan ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Data hasil perhitungan daya terhadap temperatur.
No.
Tegangan (volt)
Arus (ampere)
Daya (watt)
Temperatur (°C)
10.30
20.40
30.10
40.10
50.00
60.30
70.40
80.20
90.40
100.20
110.50
120.20
130.10
140.40
150.20
160.50
2.58
5.21
7.91
10.67
13.42
16.10
18.84
21.32
23.90
26.52
29.90
31.63
34.03
36.70
39.12
41.61
26.57
106.28
238.09
427.87
671.00
970.83
1326.34
1709.86
2160.56
2657.30
3303.95
3801.93
4427.30
5152.68
5875.82
6678.41
28.30
28.70
29.20
32.00
38.80
51.10
72.30
103.70
143.50
193.40
251.90
319.70
389.20
465.50
547.50
735.10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Berdasarkan Tabel 2, kemudian dibuat kurva daya terhadap temperatur yang ditunjukkan pada
Gambar 5.
1000
Temperatur
T(P) = 0,09903P - 29,67
R2 = 0,961
Temperatur TC, T [oC]
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
Daya Heater, P [watt]
Gambar 5. Kurva daya terhadap perubahan temperatur.
Dari Gambar 5 terlihat bahwa pada saat
komisioning
kedua
proses
pemanasan
berlangsung dari daya 26,57 watt sampai 6678.41
watt sehingga mencapai temperatur 735,10°C
dengan kenaikan tegangan listrik 10 volt tiap 10
menit hingga 160 volt.
Buku I hal 280
Dari kegiatan kalibrasi dengan JOFRA,
nilai temperatur acuan/referensi dihasilkan dari
alat kalibrasi temperatur JOFRA ditunjukkan
pada Gambar 6
ISSN 1410 – 8178
Kiswanta, dkk
PROSIDING SEMINAR
PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Yogyakarta, 27 Juli 2011
Y=A+B*X
Temperatur DAS (0C )
1000
800
Parameter
Value Error
-----------------------------------------------------------A
6.41146
0.4008
B
0.99894
8.87099E-4
------------------------------------------------------------
600
R
SD
-------------------------------0.99999
1.25931
--------------------------------
TC1
TC2
TC3
TC4
TC5
TC6
TC7
TC8
TC9
TC10
TC11
TC12
TC13
TC14
400
200
0
0
200
400
600
800
1000
0
Temperatur Referensi ( C)
Gambar 6. Kurva Kalibrasi Temperatur referensi vs temperatur DAS
Seberapa jauh penyimpangan dari nilai
referensi ditentukan melalui perhitungan nilai
error atau kesalahan. Apabila Tr = nilai referensi,
dan Tm= nilai yang terbaca pada DAS, maka
Gambar 6. menunjukkan bahwa respon
termokopel terhadap temperatur sangat akurat,
terutama pada rentang temperatur di atas 1000C.
Dapat dikatakan bahwa respon termokopel
terhadap hasil bacaan temperatur sangat
mendekati nilai temperatur yang sebenarnya.
Perbedaan yang terjadi antara nilai temperatur
acuan/referensi dengan nilai yang terbaca pada
DAS sekitar 60C.
kesalahan
atau
Error =
Tm − Tr
Χ100% ,
Tr
ditunjukkan pada Gambar 7.
14
12
TC1
TC2
TC3
TC4
TC5
TC6
TC7
TC8
TC9
TC10
TC11
TC12
TC13
TC14
Error (%)
10
8
6
4
2
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000 1100
0
Temperatur Reference ( C)
Gambar 7. Grafik Temperatur Referensi Vs Nilai Error
Kiswanta, dkk.
ISSN 1410 – 8178
Buku I hal 281
PROSIDING SEMINAR
PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Yogyakarta, 27 Juli 2011
Pada Gambar 7. nampak jelas bahwa
kesalahan akan semakin kecil mendekati 1% pada
temperatur di atas 6000C. Sehingga pengukuran
temperatur pada saat komisioning telah sesuai
dengan kondisi sesungguhnya.
(diterjemahkan oleh Ir. Gunawan Prasetio),
Erlangga, Jakarta, 2002
8. RAKHMAT
S.,
“Tutorial
Hardware
(PPI,Microcontroller & Sistem Akuisisi
Data)”, ITS, Surabaya, 1999.
KESIMPULAN
Komisioning dan pengujian dilakukan
dengan pemanasan sampai temperatur yang
dikehendaki melalui pemberian tegangan listrik
yang bertahap mulai dari 10 – 160 volt, agar
kenaikan tegangan bertahap dan tidak melonjak
tinggi secara tiba-tiba. Hal ini dimaksudkan agar
kekuatan heater dapat bertahan lama dan tidak
cepat putus. Hasil kegiatan berupa perangkat
sumber pemanas yang mempunyai kemampuan
pemanasan pada saat komisioning hingga
temperatur 753,045°C selama 10.484 detik pada
tegangan listrik 160 volt dari tegangan maksimum
220 volt (72,73%), dengan kesalahan pada saat
kalibrasi sebesar 6°C atau sekitar 1% pada
temperatur di atas 600°C.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih kami sampaikan
kepada Ka. PTRKN selaku penanggung jawab
anggaran DIPA PTRKN TA. 2010. Rekan-rekan
di PTNBR Bandung yang bersedia memberikan
masukan
dan
diskusi yang
menambah
kemampuan teknis personil BOFa. Terimakasih
pula kepada teman-teman P2K3 yang telah
berkerja sama selama eksprimen dan pengujian.
TANYA JAWAB
Wijiyono
 Mohon dijelaskan fungsi dari bata dan
shielding lainnya, yang berkaitan dengan suhu
tinggi!
 Apa fungsi suhu tinggi dan apa kelebihan dan
kekurangan suhu tinggi tsb?
Kiswanta
 Fungsi bata (Insulating brick c3) adalah
untuk :
a. Mengisolasi panas agar tidak bocor keluar
kotak pemanas
b. Sebagai dudukan heater di dalam kotak
pemanas tersebut
c. Mempertahankan kondisi temperature tetap
stabil tidak terpengaruh udara dari luar
Fungsi pelindung paling luar (bahan : Ceramic
Fiber Blangket /Glasswol) adalah untuk
membungkus kotak pemanas agar panas tidak
bocor
Bagan kotak pemanas
Glasswol
Plat SS304 4mm
DAFTAR PUSTAKA
1. Umar Yahdi, “Pengantar Fisika Listrik
Magnet”, Gunadarma, Depok, 1991.
2. Koestoer, Raldi Artono, Pengukuran Teknik,
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik
Univ. Indonesia, Jakarta, 2004
3. Lee, Ho Sung, Thermal Design: heat sink,
thermoelectric, heat pipe, compact heat
exchangers, and solar cells, John Wiley &
Sons, New York, 2010.
4. Holman,
JP,
Perpindahan
Kalor
(diterjemahkan oleh: E. Jasjfi), Erlangga,
Jakarta, 1995.
5. Pitts, Donald R., Leighton E. Sissom,
Perpindahan Kalor (diterjemahkan oleh: E.
Jasjfi), Erlangga, Jakarta, 1987
6. Incropera, F.P. dan D.P. Dewitt,
Fundamental of Heat and Mass Transfer
Fourth edition, John Wiley, New York, 1996
7. Welty, James R., Charles E.Wicks, Robert
E. Wilson, Gregory L. Rorrer, Dasar-dasar
Fenomena
Transport,
Edisi
Keempat
Buku I hal 282
Bata
Heater 10kw 2 unit
 Suhu tinggi yang dimaksud dalam reaktor
temperature tinggi (HTGR) adalah hasil reaksi
fusi bahan bakar, Sedangkan suhu tinggi pada
simulasi VVRTT dibuat untuk simulasi
eksperiment
seolah-olah
menyerupai
temperature tinggi pada sistem HTGR.
Tujuannya untuk studi karakteristik pada
HTGR. Temperatur tinggi keuntungannya
dapat digunakan untuk industri yang lain
seperti produksi hydrogen, pencairan batu
bara, desalinasi air laut dsb. Kekurangannya :
membutuhkan
instrument-instrument
bertemperatur
tinggi
termasuk
isolasi
panasnya lebih sulit.
ISSN 1410 – 8178
Kiswanta, dkk
Download