KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI LAUT JL. MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 5 JAKARTA PUSAT STUDI PENYUSUNAN KONSEP STANDAR DI BIDANG PRASARANA PELAYARAN Ringkasan Eksekutif Jakarta, November 2013 PT Anditama Infocon Consultant – Supplier – General Trading Jl. Dewi Sartika No.4, Cililitan – Jakarta Timur 13840 Telepon. (021)80885356 Fax. (021)80885356 KATA PENGANTAR Dengan segala kerendahan hati Konsultan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Ringkasan Eksekutif pekerjaan “Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Pelayaran”. Indonesia merupakan negara kepulauan di mana masing-masing pulau dipisahkan oleh lautan sehingga transportasi laut merupakan salah satu pilihan moda transportasi antar pulau baik untuk mengangkut kendaraan, barang maupun penumpang. Prasarana merupakan salah satu bagian penting untuk menunjang kelancaran dari transportasi laut. Gagasan yang melatari tajuk permasalahan ini timbul karena belum adanya standardisasi pada prasarana pelayaran. Karena itu Konsultan bermaksud untuk mengisi kesenjangan tersebut dengan melakukan studi, analisis dan menyusun konsep standar di bidang prasarana pelayaran. Laporan Akhir ini menyajikan hasil penyusunan konsep standar prasarana pelayaran berdasarkan hasil analisis data primer dan sekunder. Konsultan menyampaikan terima kasih kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan, Tim Pengarah dan Pendamping, dan kepada pihak-pihak yang namanya tidak tercantum namun telah banyak membantu dalam menyelesaikan studi ini. Jakarta, November 2013 PT Anditama Infocon ABSTRAK Prasarana pelayaran merupakan salah satu bagian penting untuk menunjang kelancaran transportasi laut. Prasarana pelayaran dan transportasi laut merupakan dua komponen yang saling terkait dan saling menunjang dalam setiap kegiatannya. Namun pada saat ini prasarana pelayaran belum memiliki standar yang dapat digunakan sebagai acuan dalam kegiatan yang berkaitan dengan transportasi laut. Untuk menjaga kelancaran, keamanan, dan ketertiban dalam menjalankan fungsi transportasi laut, diperlukan suatu konsep standar prasarana pelayaran yang sesuai dan mengacu pada aturan nasional dan internasional. Standar-standar tersebut antara lain (1) Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional; (2) Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar tipe Yacht; (3) Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis; (4) Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Cair; (5) Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Kering; (6) Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas; (7) Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Lolo; (8) Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Roro; (9) Standar Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan (Dry Port) yang Berfungsi Sebagai Pelabuhan; (10) Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya; (11) Standar Fasilitas Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area); (12) Standar Car Terminal; (13) Standar Fasilitas Penampungan Limbah dan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan. Analisis dan evaluasi dalam studi ini dilakukan secara komprehensif, dengan pendekatan deskriptif dan kuantitatif yang ditunjang oleh data primer hasil pengukuran, pengamatan dan wawancara serta data sekunder berupa kepustakaan dan peraturan perundang-undangan. Kata Kunci: kepelabuhanan, pelayaran, standardisasi, keselamatan. ABSTRACT Shipping infrastructure is one important key for supporting maritime transport. Shipping infrastructure and maritime transport are the two interrelated components that mutually support in every activity. But at this moment, shipping infrastructure has no a standard that can be used as a reference in activities related to maritime transport. To maintain the continuity, safety and regularity in performing the functions of maritime transport, suitable shipping infrastructure standards which refer to national and international regulations are required. These standards include (1) Standard of Facilities and Equipment for Cruise Ship and International Passenger Service; (2) Standard of Facilities and Equipment for Yacht; (3) Standard of Berthing Facility for Interisland Ship; (4) Standard of Berthing Facility for Dry Bulk Cargo Ship and Handling Service; (5) Standard of Berthing Facility for Liquid Bulk Cargo Ship and Handling Service; (6) Standard of Berthing Facility for Container Ship and Handling Service; (7) Standard of Berthing Facility for Lolo Ship Service; (8) Standard of Berthing Facility for Roro Ship Service; (9) Standard of Facilities for Particular Land Area Functioned as Port (Dry Port);(10) Standard of Private Terminal for Hazardous Cargo; (11) Standard of Facilities for Dredged Material Dumping area; (12) Standard of Car Terminal; (13) Standard of Storage Facility for Port Generated Waste and Garbage. Analysis and evaluation of this study will be conducted in a comprehensive manner, with descriptive approach and quantitative means which are supported by primary data (measurements, observations and interviews) and secondary data in the form of textbooks, references and legislation. Keywords: seaport, shipping, standardization, safety. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................ i ABSTRAK ........................................................................................... iii ABSTRACT............................................................................................. v DAFTAR ISI........................................................................................vii 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang .......................................................................... 1 B. Maksud dan Tujuan .................................................................. 1 C. Ruang Lingkup ......................................................................... 1 D. Lokasi Studi .............................................................................. 2 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 2 A. Peraturan Perundangan ............................................................. 2 B. Studi Terdahulu......................................................................... 3 C. Literatur Lainnya ...................................................................... 3 3 METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 3 A. Rancangan Studi ....................................................................... 3 4 ANALISIS ....................................................................................... 4 A. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional ........................................ 4 B. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis ................................. 9 C. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah .............. 11 D. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas ...... 13 E. Dermaga Multipurpose Untuk Pelayanan Kapal Lolo dan Roro 16 F. Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan (Dry Port) yang Berfungsi Sebagai Pelabuhan ................................................. 18 G. Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya ............................................................................... 20 H. Fasilitas Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area) .............. 21 I. Car Terminal........................................................................... 23 viii J. 5 Fasilitas Penampungan Limbah dan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan ................................................................................ 23 KESIMPULAN ............................................................................. 25 A. Kesimpulan ............................................................................. 25 B. Saran ....................................................................................... 27 6 DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 28 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prasarana transportasi laut mutlak dibutuhkan untuk mendukung kelancaran kegiatan transportasi laut dalam satu sistem transportasi laut yang terpadu. Dengan demikian diperlukan standar yang sesuai dengan mengacu kepada konvensi internasional dan aturan nasional. B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Studi Menganalisis dan merumuskan konsep standar di bidang prasarana pelayaran. 2. Tujuan Studi Tersusunnya 10 konsep standar di bidang prasarana pelayaran. C. Ruang Lingkup Kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi penyusunan standar prasarana pelayaran, antara lain: 1. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional: a. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar (cruise) dan Penumpang Internasional. b. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar tipe Yacht. 2. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis; 3. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah: a. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Cair; b. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Kering; 4. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas; 5. Standar Dermaga Multipurpose Untuk Pelayanan Kapal Lolo dan Roro: a. Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Lolo; b. Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Roro; 6. Standar Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan (Dry Port) yang Berfungsi Sebagai Pelabuhan; 2 7. Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya; 8. Standar Fasilitas Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area); 9. Standar Car Terminal; 10. Standar Fasilitas Penampungan Limbah dan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan. D. Lokasi Studi Kegiatan penelitian dilakukan di Jakarta, Surabaya, Makassar, Padang dan Benoa. Peta orientasi lokasi studi diberikan pada Gambar 1. Gambar 1 2 Peta Orientasi Lokasi Studi TINJAUAN PUSTAKA A. Peraturan Perundangan Beberapa peraturan perundangan yang digunakan sebagai acuan adalah: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran 2. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan 3 3. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan 4. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional 5. Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2011 Tentang Kunjungan Kapal Wisata (Yacht) Asing Ke Indonesia 6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 51 Tahun 2011 Tentang Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri 7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 52 Tahun 2011 Tentang Pengerukan Dan Reklamasi 8. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2012 Tentang Ratifikasi Annex III-Annex VI MARPOL 73/78 B. Studi Terdahulu Studi terdahulu dari Balitbang Hubla yang relevan dengan studi ini adalah sebagai berikut: 1. Studi Standarisasi di Bidang Prasarana Transportasi Laut, 2010 2. Studi Standarisasi di Bidang Kepelabuhanan, 2011 3. Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Pelayaran, 2012 C. Literatur Lainnya Literatur lainnya yang digunakan sebagai acuan dalam studi ini adalah sebagai berikut: 1. Paparan Wakil Menteri Perhubungan Dalam International Cruise Workshop 2012 2. Keputusan Dirjen Hubla Tentang Trayek Kapal Perintis 2013 3. Standar Konstruksi Dermaga, Departemen Perhubungan, 2010 4. Konvensi Internasional MARPOL 73/78 3 METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Studi Studi ini bermaksud menganalisis dan merumuskan konsep standar di bidang prasarana pelayaran dengan tujuan tersusunnya 10 konsep standar di bidang prasarana pelayaran. Berdasarkan maksud dan tujuan ini, dirancang suatu studi dengan metode pengumpulan data terkait standar yang akan disusun. Pengumpulan data ini berupa data primer dan sekunder dari beberapa pelabuhan yang dijadikan sampel. 4 Hasil pengumpulan data selanjutnya diolah dan dianalisis dengan metode deskriptif dan kuantitatif. Analisis didukung oleh data sekunder berupa perundangan dan literatur lainnya. Hasil analisis ini adalah parameter-parameter yang terukur dan selanjutnya disusun ke dalam naskah standar prasarana. Keseluruhan rancangan studi ini terangkum ke dalam suatu skema yang diberikan pada Gambar 2. Persiapan Data Sekunder Pengumpulan Data Survey dan Wawancara Pengolahan Data Studi Literatur Analisis Data Perumusan RSNI Gambar 2 4 Metode pelaksanaan pekerjaan ANALISIS A. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional 1. Hasil Survey Berdasarkan hasil survey, diperoleh data fasilitas kapal pesiar dan penumpang yang terangkum dalam Dimensi dermaga yang tercantum adalah dimensi minimum, jika pelayanan dilakukan tidak spesifik pada satu dermaga. Data survey dirangkum pada tabel berikut ini. 5 Tabel 1 Fasilitas Lokasi Dermaga Panjang (m) Kedalaman (mLWS) Lebar apron (m) Dedicated Gedung Terminal Luas (m2) Kapasitas (orang) Embarkasi Debarkasi Anjungan pengantar Bank Toilet R. menyusui R. kesehatan R. penyandang cacat X-Ray Metal Detector Rangkuman Data Fasilitas Pelayanan Kapal dan Penumpang. T. Priok T. Makassar T. Benoa Perak Bayur Dermaga Jamrud Dermaga Dernaga Dermaga MP Utara Umum MP Timur 500 1540 290 - 10 - 20 20 - 15 - -7 -9 Tidak Ya - Tidak Tidak 7.266 5.000 5.000 2.500 4.000 1.600 1.700 2.000 1.300 600 Ada ada - Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada - Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada - - Ada - - Ada - - - Ada Ada - - - Ada Ada Ada Ada - - Ada Ada 6 2. Daftar Acuan Literatur Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah sebagai berikut: BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria. Standar Dermaga, 2010, Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan. SNI 03-1726-2002, Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung. SNI 03-1729-2002, Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung. SNI 03-2847-2002, Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung. SNI 07-2052-2002, Baja tulangan beton. SNI 15-2049-2004, Semen portland. SNI 1972-2008, Cara uji slump beton. Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan, Edisi 1999, The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan (OCDI). Transit Cooperation Research Program, Transit Capacity and Quality of Service Manual, 2nd Edition, Washington D.C., 2003. The International Air Transport Association (IATA), Airport Development Manual, 8th ed., 1995. US Department of Homeland Security, Cruise Terminal Design Standards, U.S. Customs And Border Protection Design Standards For Cruise Ship Passenger Processing Facilities, October 2006. International Maritime Organisation, International Ship and Port Facility Security (ISPS) Code and Solas Amandments 2002, 2003 Ed. Canadian Transportation Agency, Code of Practice Passenger Terminal Accessibility, Minister of Public Works and Government Services Canada, Canada, 2007. 7 The Disabled Persons Transport Advisory Committee (DPTAC), The Design of Large Passenger Ships and Passenger Infrastructure: Guidance on Meeting the Needs of Disabled People, United Kingdom, 2000. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 356/Menkes/PER/IV/2008, Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan, 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1405/Menkes/SK/XI/2002, Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, 2002. 3. Penyusunan Konsep Standar Mengingat terdapat perbedaan yang mencolok antara terminal kapal pesiar tipe cruise dan yacht, maka konsep standar fasilitas kapal pesiar dibuat menjadi dua modul, yakni (1) konsep standar fasilitas dan peralatan untuk pelayanan kapal pesiar dan penumpang internasional; dan (2) konsep standar fasilitas dan peralatan untuk pelayanan kapal pesiar tipe yacht. Pada prinsipnya struktur konsep standar fasilitas dan peralatan di pelabuhan untuk pelayanan kapal pesiar dan penumpang internasional disusun mengacu pada RSNI Terminal Penumpang Internasional Kelas A dalam Studi Standarisasi di Bidang Prasarana Transportasi Laut 2010. Perbedaannya adalah dalam konsep standar yang disusun, ruang lingkup diubah menjadi pelayanan kapal pesiar dan penumpang internasional. Analisis Rancangan Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas A merupakan hasil adopsi dari CTDS. Namun ada beberapa hal lain yang distandarkan yaitu hal-hal yang terkait dengan perkembangan masa kini dan ketentuan lain yang terkait juga diakomodir dalam standar ini baik itu dari standar dalam negeri maupun luar negeri. Standar luas terminal penumpang kapal pesiar berdasarkan studi dari referensi-referensi diperoleh sebagai berikut. 3. 2. n = A = jumlah penumpang Keterangan Total luas gedung terminal (m2) seluas 150 m2. Sumber: Hasil analisis. Luas area per orang (m2/orang): Ruang tunggu keberangkatan A3 = n x f3 3,0 (R. Umum) f1 = Ruang tunggu kedatangan 0,5 (R. Pelaporan) A4 = n x f4 f2 = Area Konsesi/ Kios 1,5 (R. Tunggu Keberangkatan) A5 = 25% x (A1+ A3) +10% x A4 f3 = Ruang Utilitas = 1,0 (R. Tunggu Kedatangan) A6 = 10% x (A1+ A2+ A3) + 25% x A4 f4 Areal Parkir Kendaraan A = E*f*h A = luas lahan parkir. Antar / Jemput & Intermoda E = jumlah penumpang dalam satu kali keberangkatan. f = 0,5 (jumlah kendaraan per penumpang) h = 25,0 m2 (kebutuhan lahan parkir per kendaraan) Areal Generator Kebutuhan areal untuk generator didasarkan pada standar kebutuhan ruang untuk fasiiltas listrik Ruang Umum (Public Hall ) A1 = n x f1 Ruang Pelaporan (Check-in) A2 = n x f2 Formulasi Pendekatan A = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 +A6 Ruang yang dibutuhkan untuk berbagai fungsi ruang (m²/penumpang) untuk Terminal Penumpang Kapal Pesiar. No. Nama Area 1. Areal Gedung Terminal Tabel 2 8 9 Berdasarkan persamaan di atas, didapatkan kebutuhan luas terminal penumpang yang ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Ukuran terminal Kecil Sedang besar kebutuhan luas terminal penumpang Jumlah penumpang (orang) 600-2.000 2.000-4.000 4.000-6.000 gedung terminal (m2) 16.000 32.000 48.000 Lahan parkir (m2) 25.000 50.000 75.000 B. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis 1. Hasil Survey Berdasarkan hasil survey, diperoleh data dermaga perintis dalam Tabel 4. Dimensi dermaga yang tercantum adalah dimensi minimum, jika pelayanan dilakukan tidak spesifik pada satu dermaga. Tabel 4 Lokasi Tanjung Priok Tanjung Perak Makassar Teluk Bayur Benoa rangkuman data dermaga perintis. Panjang (m) 140 180 150 - Lebar (m) 7 11 13 - Draft (mLWS) -7 -12 -7.1 - Khusus Tidak Tidak Tidak - 2. Daftar Acuan Literatur Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah sebagai berikut: BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria. Standar Dermaga, 2010, Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan. SK SNI 03 - XXXX – 2002, Tata cara perencanaan struktur kayu untuk bangunan gedung. SNI 03-1726-2002, Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung. 10 SNI 03-1729-2002, Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung. SNI 03-2847-2002, Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung. SNI 07-2052-2002, Baja tulangan beton. SNI 15-2049-2004, Semen portland. SNI 1972-2008, Cara uji slump beton. Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan, Edisi 1999,The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan (OCDI). International Marine Organization. 2003. International Ships & Port Facility Security Code and SOLAS Amendments 2002. 3. Penyusunan Konsep Standar Konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal perintis disusun dengan ruang lingkup seputar persyaratan struktur dermaga pelayaran kapal perintis dengan konstruksi deck on pile. Berdasarkan studi literatur, diketahui bahwa terdapat 4 (empat) ukuran kapal perintis yang beroperasi: Tabel 5 No 1 2 3 4 dimensi tipikal kapal perintis Bobot kapal 350 DWT (445 GT) 500 DWT (745 GT) 750 DWT (980 GT) 1000 DWT (1200 GT) Panjang Lebar 47 m 51,8 m 58,5 m 62,8 m 8,6 m 10,4 m 12 m 12 m Draf maks. 2,65 m 2,85 m 2,75 m 2,7 m Sumber : Rakornas perintis, 22 s.d 24 Mei 2012 Mercure – ancol Jakarta Pada prinsipnya struktur konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal perintis disusun mengacu pada Konsep Standar Dernaga Pelra dalam Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Pelayaran, 2012. 11 C. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah 1. Hasil Survey Berdasarkan hasil survey, diperoleh data dermaga curah kering yang terangkum dalam Tabel 6. Dimensi dermaga yang tercantum adalah dimensi minimum, jika pelayanan dilakukan tidak spesifik pada satu dermaga. Tabel 6 Rangkuman data Dermaga Curah Kering Lokasi Tanjung Priok 001 GD s/d 003 Selatan 109 GD & 110 GD 111 113 GD 201 GD s/d 202 GD 203 GD 212 – 213 Tanjung Perak Jamrud Utara Jamrud Barat Nilam Timur Konvensional BJTI – Berlian Timur Makassar Dermaga 101 Teluk Bayur Dermaga Khusus Semen Dermaga Semen Timur Dermaga Semen Barat Dermaga Khusus Batubara Benoa Panjang (m) Lebar (m) Draft (mLWS) Khusus 310 15 -6 Ya 321 15 -7 Ya 178 640 320.40 16 25 14 -8 -8 -9,2 Ya Ya Ya 185.50 322.8 18.50 11 -9,3 -9 Ya Ya 1.200 210 930 15 15 15 -10 -7 -8 Tidak Ya Tidak 240 - -9.6 Tidak 330 11 -9 Ya 98 20 -10 Ya 150 20 -11 Ya 150 20 -11 Ya 217 23 -10 Ya - - - - 12 Berdasarkan hasil survey, diperoleh data dermaga curah cair pada Tabel 7. Dimensi dermaga yang tercantum adalah dimensi minimum, jika pelayanan dilakukan tidak spesifik pada satu dermaga. Tabel 7 Rangkuman data Dermaga Curah Cair Lokasi T. Priok – GD 003-004 T. Perak – Nilam Timur Konv Makassar – Dermaga 102 T.Bayur – Jetty CPO Benoa – Dermaga Umum Panjang (m) 356 Lebar (m) 16 Draft (mLWS) 6 Ya 930 15 -8 Tidak 230 11 -9 Ya 30 20 -10 Ya 206 15 -7 Tidak Khusus 2. Daftar Acuan Literatur Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah sebagai berikut: BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria. BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria. Standar Dermaga, 2010, Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan. SK SNI 03 - XXXX – 2002, Tata cara perencanaan struktur kayu untuk bangunan gedung. SNI 03-1726-2002, Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung. SNI 03-1729-2002, Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung. SNI 03-2847-2002, Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung. SNI 07-2052-2002, Baja tulangan beton. 13 SNI 15-2049-2004, Semen portland. SNI 1972-2008, Cara uji slump beton. Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan, Edisi 1999,The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan (OCDI). 3. Penyusunan Konsep Standar Mengingat terdapat perbedaan yang mencolok antara dermaga curah kering dan dermaga curah cair, maka konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal curah dibuat menjadi dua modul, yakni konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal curah cair dan konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal curah kering. Konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal curah cair disusun dengan ruang lingkup seputar persyaratan struktur dermaga curah cair dengan konstruksi jetty. Konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal curah kering disusun dengan ruang lingkup seputar persyaratan struktur dermaga curah kering dengan konstruksi deck on pile. Pada prinsipnya struktur konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal curah disusun mengacu pada Konsep Standar Dernaga Pelra dalam Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Pelayaran, 2012. D. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas 1. Hasil Survey Berdasarkan hasil survey, diperoleh data dermaga peti kemas terangkum dalam Tabel 8. Dimensi dermaga yang tercantum adalah dimensi minimum, jika pelayanan dilakukan tidak spesifik pada satu dermaga. 14 Tabel 8 Rangkuman data Dermaga Peti kemas Lokasi Tanjung Priok Terminal I Terminal II Terminal III TPK Koja JICT – Terminal 1 JICT – Terminal 2 Tanjung Perak T. Perak - Nilam Timur MP BJTI - Berlian Utara BJTI - Berlian Timur BJTI - Berlian Barat TPS - Dermaga Internasional TPS - Dermaga Domestik Panjang (m) Lebar (m) Draft (mLWS) Khusus 1.479,7 3.140,5 2.178 650 1.640 40 - 14 11 Ya Ya 500 - 8.6 Ya 320 15 -9 Ya 140 - -6.5 Ya 540 - -9.6 Ya 700 - -8 Ya 1.000 50 -10.5 Ya 400 50 -7.5 Ya 15 Tabel 8 (lanjutan) Lokasi Makassar Pangkalan Hatta Teluk Bayur Dermaga 01 Dermaga 02 Dermaga 03 Dermaga 04 Dermaga 05 Dermaga 06 Dermaga Beton Umum Benoa Dermaga Timur Panjang (m) Lebar (m) Draft (mLWS) Khusus 850 9 -11 Ya 150 148 142 126 107.5 114.5 175 13 20.4 20.4 20.4 26 26 20 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 290 20 -9 Tidak 1. Daftar Acuan Literatur Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah sebagai berikut: BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria. Standar Dermaga, 2010, Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan. SK SNI 03 - XXXX – 2002, Tata cara perencanaan struktur kayu untuk bangunan gedung. SNI 03-1726-2002, Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung. SNI 03-1729-2002, Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung. SNI 03-2847-2002, Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung. SNI 07-2052-2002, Baja tulangan beton. SNI 15-2049-2004, Semen portland. SNI 1972-2008, Cara uji slump beton. 16 Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan, Edisi 1999,The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan (OCDI). 2. Penyusunan Konsep Standar Konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal perintis disusun dengan ruang lingkup seputar persyaratan struktur dermaga pelayaran kapal peti kemas dengan konstruksi deck on pile. Berdasarkan studi literatur, diketahui bahwa terdapat 6 (enam) ukuran kapal peti kemas berdasarkan evolusinya: Tabel 9 Dimensi tipikal Kapal Peti Kemas Container Ships Generasi Pertama Generasi Kedua Generasi Ketiga Generasi Keempat Generasi Kelima Generasi Keenam Container Capacity (TEUs) 500-800 Draught (m) Length (m) 9 135-200 1000-2500 3000-4000 4000-5000 10 11-12 11-13 215 250-290 275-305 5000-8000 13-14 335 11000-14500 15,5 397 Sumber: : The Geography of Transport System. Copyright © 2009-2011 container-transportation.com. All rights reserved. Pada prinsipnya struktur konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal peti kemas disusun mengacu pada Konsep Standar Dernaga Pelra dalam Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Pelayaran, 2012. E. Dermaga Multipurpose Untuk Pelayanan Kapal Lolo dan Roro 1. Hasil Survey Berdasarkan hasil survey, diperoleh data dermaga multipurpose yang terangkum dalam Tabel 10. Dimensi dermaga yang tercantum adalah dimensi minimum, jika pelayanan dilakukan tidak spesifik pada satu dermaga. 17 Tabel 10 Rangkuman data Dermaga Multipurpose Lokasi Panjang (m) Lebar (m) Draft (mLWS) 780 140 18 7 -8.5 -7.2 290 11 -9 210 15 -12 150 148 142 126 107.5 114.5 175 13 20.4 20.4 20.4 26 26 20 -10 -10 -10 -10 -10 -10 -10 206 15 -7 Tanjung Priok Tanjung Perak T. Perak – Jamrud Selatan Kade Perak Makassar Pangkalan Soekarno Dermaga 103 Pangkalan Hasanuddin Teluk Bayur Dermaga 01 Dermaga 02 Dermaga 03 Dermaga 04 Dermaga 05 Dermaga 06 Dermaga Beton Umum Benoa Dermaga Selatan 2. Daftar Acuan Literatur Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah sebagai berikut: BS 6349-1, Maritime structures – Part 1: Code of practice for general criteria BS 6349-2, Maritime structures – Part 2: Design of quay walls, jetties and dolphins BS 6349-4, Maritime structures – Part 4: Code of practice for design of fendering and mooring systems Technical standards and commentaries for port and harbour facilities in Japan, OCDI, 2002. 3. Penyusunan Konsep Standar Mengingat terdapat perbedaan yang mencolok antara dermaga lolo dan roro, maka konsep standar dermaga multipurpose untuk pelayanan kapal lolo dan roro dibuat menjadi dua modul, yakni 18 (1) konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal lolo; dan (2) konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal roro. Konsep standar dermaga Ro/Ro mencakup dermaga yang melayani segala jenis kapal yang memiliki ramp sebagai moda bongkar muat, termasuk diantaranya kapal ferry penumpang dan car carrier. Konsep standar dermaga lolo mencakup dermaga yang melayani segala jenis kapal yang menggunakan metode bongkat muat dengan mengangkat cargo dengan crane atau alat bongkar muat lainnya. F. Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan (Dry Port) yang Berfungsi Sebagai Pelabuhan 1. Hasil Survey Dry port terdekat di sekitar lokasi survey adalah Cikarang Dry Port yang relatif dekat dengan Tanjung Priok. Namun demikian tidak berhasil diperoleh data di lokasi ini. Selain kunjungan ke Cikarang Dry Port, juga dilakukan survey ke Dry Port Terminal Peti kemas Bandung. Tabel 11 Rangkuman Data Dry Port Fasilitas Area Penumpukan(CY) Gudang CFS Ekspor Gudang CFS Import Hanggar Mekanik Gedung Perkantoran Pos Penjagaan Gate Check Point Jalan Akses Lapangan parkir truk Jalan raya Rel kereta api TPKB Cikarang Dry Port 2. Daftar Acuan Literatur Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah sebagai berikut: 19 Böse, Jürgen W. (editor). Handbook of Terminal Planning. Springer, 2011. Course, A.G. (Captain), R.B. Oram (Colonel). Glossary of Cargo-Handling Terms. 2nd edition. Nautical Press. Brown, Son & Ferguson, Ltd., Glasgow 1974. Güler, Nil. Containerization and Terminal Area Requirements. Pomorski zbornik 39 (2001)1, 153-171. Kim, Kap H., Hans-Otto Günther (editors). Container Terminals and Cargo Systems. Springer, 2007. The Technical Standards and Commentaries for Port and Harbor Facilities in Japan. The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan, 2002. Thoresen, Carl A. Port Designer's Handbook: Recommendations and Guidelines. Thomas Telford Publishing, London 2003. Triatmojo, Bambang. Perencanaan Pelabuhan. Beta Offset, Yogyakarta 2009. Soedjono Kramadibrata, Perencanaan Pelabuhan, Ganeca Exact Bandung, 1985. Tsinker, Gregory P. (editor). Port Engineering: Planning, Construction, Maintenance, and Security. John Wiley & Sons, Inc., 2004. UNCTAD. Port development: A handbook for planners in developing countries. 2nd edition. United Nations, New York 1985. UNCTAD. UNCTAD Monographs On Port Management – No. 9 Multi-purpose port terminals Recommendations for planning and management. United Nations, New York 1991. Velsink, H. Port And Terminals. Planning And Functional Design. Delft, October 1993. LEONG, Thin Yin, LAU Hoong Chuin. Generating Job Schedules for Vessel Operations in a Container Terminal, Singapore Management University, Singapore 2007. 3. Penyusunan Konsep Standar Konsep standar fasilitas wilayah tertentu di daratan yang berfungsi sebagai pelabuhan (dry port) disusun dengan ruang 20 lingkup seputar jenis aktivitas, prosedur, fasilitas, dan peralatannya. Pada prinsipnya struktur konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal curah disusun mengacu pada Standar Fasilitas Transhipment Peti kemas Pada Pelabuhan Utama dalam Studi Standarisasi di Bidang Kepelabuhanan, 2011, namun disesuaikan dengan lingkup dry port. G. Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya 1. Hasil Survey Hampir di setiap lokasi survey terdapat TUKS barang berbahaya, yang didominasi TUKS Pertamina yang memuat BBM. Di Tanjung Perak terdapat TUKS Aneka Kimia Raya yang memuat curah cair kimiawi, sedangkan di Benoa TUKS Pertamina juga memuat aspal cair. Daftar TUKS di lokasi survey ditunjukkan pada Tabel 12. Tabel 12 Daftar TUKS di Lokasi Survey. Jenis Muatan Daftar TUKS Tanjung Priok Tanjung Perak TUKS Pertamina TUKS Aneka Kimia Raya Makassar TUKS Pertamina Teluk Bayur TUKS Pertamina Benoa TUKS Pertamina BBM Curah cair BBM BBM BBM, Aspal 1. Daftar Acuan Literatur Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah sebagai berikut: Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995 Tanggal 5 September 1995, Tata Cara dan Persyaratan Teknis 21 Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 17 Tahun 2000, Pedoman Penanganan Barang Berbahaya dalam kegiatan Pelayaran di Indonesia. The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan, Technical Standard and Commentaries for Port and Harbour Facilities in Japan, Tokyo, 2002. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009, Kepelabuhanan. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44/MDAG/PER/9/2009, Pengadaan, Distribusi, dan Pengawasan Bahan Berbahaya. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 23/MDAG/PER/9/2011, Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44/M-DAG/PER/9/2009 tentang Pengadaan, Distribusi, dan Pengawasan Bahan Berbahaya. International Maritime Organization, International Maritime Dangerous Goods (IMDG) Code, 2012. 2. Penyusunan Konsep Standar Konsep standar terminal untuk kepentingan sendiri untuk barang berbahaya disusun dengan ruang lingkup persyaratan fasilitas pada TUKS B2. B2 yang dimaksud adalah semua jenis zat, bahan dan barang yang terdaftar dalam IMDG Code. Konsep standar ini tidak mengatur penanganan B2 (pengemasan, pelabelan dan pengangkutan) yang telah tercakup di dalam IMDG Code. Pada prinsipnya struktur konsep standar TUKS untuk barang berbahaya disusun mengacu pada Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) Batubara dan Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) CPO dalam Studi Standarisasi di Bidang Kepelabuhanan, 2011. H. Fasilitas Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area) 1. Hasil Survey Data pembuangan hasil keruk di lokasi survey terangkum pada Tabel 13. 22 Tabel 13 Data Pembuangan Hasil Keruk di Lokasi Survey. Periode T.Priok Volume (m3) - T.Perak - 2 tahun Makassar - Lokasi Teluk Bayur 287.000 Benoa 250.000 - Lokasi dumping area - Keterangan Data tidak diperoleh Dibuang ke laut Dibuang ke laut Sesuai PM 52/2011 5 tahun 05°10’50,00” yang LS lalu 119°20’20,00” BT 2 tahun 01°01’25,00’’ Dibuang ke LS laut 100°20’25,00’’ BT Tahunan 08°84’07,79’’ Reklamasi LS 115°12’42,66’’ BT 2. Daftar Acuan Literatur Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah sebagai berikut: Keputusan Menteri Perhubungan 2002,Tatanan Kepelabuhan Nasional. Keputusan Menteri Perhubungan No. PP.72/2/20-99, Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan Laut Pedoman Teknis Kegiatan Pengerukan dan Reklamasi, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departemen Perhubungan, 2006. Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2010, Kenavigasian. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009, Kepelabuhan. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 52 Tahun 2011, Pengerukan dan Reklamasi. Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-6471-2000, Tatacara Pengerukan Muara Sungai dan Pantai. Undang undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2008 Tentang Pelayaran. No. 53 Tahun 23 3. Penyusunan Konsep Standar Konsep standar fasilitas pembuangan hasil keruk disusun dengan ruang lingkup desain dan pengembangan fasilitas pembuangan material hasil keruk, yang disusun sesuai dengan peraturanperaturan yang berlaku sehingga fasilitas pembuangan material hasil pengerukan (dumping area) bisa dikatakan memadai dan/atau layak dioperasikan. I. Car Terminal 1. Hasil Survey Pelabuhan yang telah memiliki fasilitas khusus Car Terminal adalah Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Makassar. 2. Daftar Acuan Literatur Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah sebagai berikut: Keputusan Menteri Perhubungan 2002,Tatanan Kepelabuhan Nasional. Keputusan Menteri Perhubungan No. PP.72/2/20-99, Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan Laut Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009, Kepelabuhan. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 51 Tahun 2011, Terminal Khusus dan Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Undang undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2008 Tentang Pelayaran. No. 53 Tahun 3. Penyusunan Konsep Standar Konsep standar Car Terminal disusun dengan ruang lingkup terkait dasar dalam mendesain dan pengembangan Car Terminal dengan kelengkapan dasar yang memadai hingga layak dioperasikan dalam suatu sistem penataan ruang kepelabuhanan. J. Fasilitas Penampungan Limbah dan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan 1. Hasil Survey Selain di Pelabuhan Benoa, di seluruh lokasi survey telah terdapat Reception facility untuk menampung limbah minyak baik dari kapal maupun dari kegiatan pelabuhan. Pelabuhan 24 Benoa hanya menyediakan bak tampung sementara yang pengelolaannya diserahkan kepada pihak ketiga. Pengelolaan sampah di pelabuhan yang disurvey dilaksanakan bekerja sama dengan dinas kebersihan kota. Tabel 14 Lokasi T. Priok T. Perak Makassar Teluk Bayur Benoa Tabel 15 Lokasi T. Priok T. Perak Makassar Teluk Bayur Benoa Fasilitas penampungan limbah di lokasi survey Fasilitas Reception facility Reception facility Reception facility Reception facility Bak tampung sementara Data Volume Limbah Data RF Data Sispro/SOP Fasilitas penampungan sampah di lokasi survey Data Volume Sampah Data Kapasitas Wadah Data Sispro/SOP 2. Daftar Acuan Literatur Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah sebagai berikut: 25 SNI 03.3242-1994, Tata cara pengelolaan sampah di permukiman. SNI 19-2454-2002, Tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan. SNI 3242:2008, Pengelolaan sampah di permukiman. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 46 Tahun 1986, Pengesahan International Convention For The Prevention Of Pollution From Ships 1973, Beserta Protokol. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009, Kepelabuhanan. Keputusan Menteri Perhubungan nomor 215 Tahun 1987, Pengadaan Fasilitas Penampungan Limbah dari kapal. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2009, Pengelolaan Limbah di Pelabuhan. Keputusan Kepala BAPEDAL No. KEP01/BAPEDAL/09/1995, Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3. Keputusan Kepala BAPEDAL No. KEP03/BAPEDAL/09/1995, Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3. International Maritime Organization, 2nd Edition 1999. Comprehensive Manual On Port Reception facilities MARPOL 73/78. International Convention Prevention of Marine Pollution from Ships. for the 3. Penyusunan Konsep Standar Konsep standar fasilitas penampungan limbah dan sampah dari kegiatan pelabuhan disusun dengan ruang lingkup jenis, jumlah dan penempatan fasilitas penampungan limbah dan sampah dari kegiatan pelabuhan. Fasilitas penampungan yang dimaksud adalah tempat penampungan sementara sebelum limbah dan sampah diangkut untuk ditangani lebih lanjut. 5 KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan informasi yang terkumpul dari kegiatan survey lapangan, dan dari hasil tinjauan literatur, dapat 26 disimpulkan bahwa perlu disusun standar yang mengatur penyediaan prasarana pelayaran dan fasilitas pelabuhan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa belum ada keseragaman dalam penyediaan fasilitas yang disurvey. Untuk itu konsultan telah menyusun 10 tema standar yang terdiri atas: 1. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional: a. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar (cruise) dan Penumpang Internasional. b. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar tipe Yacht. 2. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis; 3. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah: a. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Cair; b. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Kering; 4. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas; 5. Standar Dermaga Multipurpose Untuk Pelayanan Kapal Lolo dan Roro: a. Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Lolo; b. Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Roro; 6. Standar Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan (Dry Port) yang Berfungsi Sebagai Pelabuhan; 7. Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya; 8. Standar Fasilitas Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area); 9. Standar Car Terminal; 10. Standar Fasilitas Penampungan Limbah dan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan. Secara umum, konsep standar yang disusun mengadopsi RSNI dan konsep standar yang telah disusun dalam beberapa studi terdahulu oleh Balitbang Kementerian Perhubungan. 27 Standar fasilitas dan peralatan untuk pelayanan kapal pesiar dan penumpang internasional disusun berdasarkan ukuran kapal pesiar dan jumlah penumpang yang diangkut. Konsep standar fasilitas dan peralatan pelayanan kapal pesiar perlu dipisahkan menjadi 2 (dua) bagian, yakni untuk kapal pesiar tipe cruise dan tipe yacht. Konsep standar dermaga disusun berdasarkan ukuran kapal rencana dan mengacu pada Standar Dermaga yang telah diterbitkan oleh Kementerian Perhubungan pada tahun 2010. Konsep standar dermaga curah perlu dipisahkan menjadi 2 (dua) bagian, yakni dermaga curah cair dan curah kering. Konsep standar dermaga lolo dan roro dipisahkan menjadi 2 (dua) bagian, yakni dermaga lolo dan dermaga roro. Konsep standar fasilitas wilayah tertentu di daratan yang berfungsi sebagai pelabuhan disusun berdasarkan rencana arus peti kemas yang dilayani. Konsep standar terminal untuk kepentingan sendiri untuk barang berbahaya hanya mengatur fasilitas pelabuhan. Ketentuan pengemasan, pelabelan dan pengangkutan yang telah diatur secara terperinci di dalam IMDG Code telah diadopsi melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 17 Tahun 2000. Konsep standar fasilitas pembuangan material keruk disusun berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku dengan tujuan agar fasilitas pembuangan material hasil pengerukan (dumping area) bisa dikatakan memadai dan/atau layak dioperasikan. Konsep standar fasilitas Car Terminal disusun dengan lingkup sistem operasi dan kebutuhan fasilitas Car Terminal secara umum. Konsep standar fasilitas penampungan limbah dan sampah dari kegiatan pelabuhan hanya mengatur seluruh jenis limbah dan sampah dari kegiatan penunjang pelabuhan, dan tidak mengatur limbah dari kapal yang telah disusun dalam studi terdahulu. B. Saran Prasarana pelayaran dan fasilitas pelabuhan merupakan bagian penting dari Transportasi Laut. Keberadaan standar yang mengatur setiap komponen prasarana pelayaran dan fasilitas pelabuhan sangat penting untuk terlaksananya roda transportasi laut yang terencana, terukur dan berimbang (proporsional). Studi ini hanya mencakup sebagian kecil dari sistem pelayaran dan kepelabuhanan yang sangat 28 luas cakupannya. Oleh karena itu, konsultan mengusulkan agar di masa yang akan datang studi penyusunan konsep standar juga dibuat untuk bidang lain yang belum tercakup dalam studi ini. 6 DAFTAR PUSTAKA Agerschou, Hans, etal. Planning and Design of Ports and Marine Terminals. 2nd edition. Thomas Telford Publishing, London 2004. Böse, Jürgen W. (editor). Handbook of Terminal Planning. Springer, 2011. Bruun, Per. Port Engineering. 4th edition Volume 1: Harbor Planning, Breakwaters, and Marine Terminals. Gulf Publishing Company, Houston Texas 1989. BSI, 2000. British Standard Code of Practice for Maritime Structures. Part 1: General Criteria. BS-6349. British Standards Institution. London. Part 2: Design of Quay Walls, Jetties, and Dolphins. (1988). Part 3: Design of Dry Docks, Locks, Slipways, and Shipbuilding Berths. (1988). Part 4: Code of Practice for Design of Fendering and Mooring Systems. (1994). Canadian Transportation Agency, Code of Practice Passenger Terminal Accessibility, Minister of Public Works and Government Services Canada, Canada, 2007. Course, A.G. (Captain), R.B. Oram (Colonel). Glossary of CargoHandling Terms. 2nd edition. Nautical Press. Brown, Son & Ferguson, Ltd., Glasgow 1974. De Leeuw, A.M., et.al. “Port Reception facilities for Collecting Ship Generated Garbage, Bilge Water and Oily Waste. Activity D – Standard Design.” REMPEC Project Final Report No. MED.B4.4100.97.0415.8. The Hague: Tebodin B.V., 2004. Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departemen Perhubungan, Standardisasi Terminal Penumpang Pelabuhan Laut, Jakarta, 1993. Duluth-Superior Cruise Ship Terminal Facility Study, diakses tanggal 6 September 2013, dari http://www.dsmic.org/ Frick, Anders, 2005. Safety Considerations for the Design of Mobile Elevating Gangways and Passenger Boarding Bridges for Cruise Ships, Alexandria: AAPA. 29 Gaythwaite, John W. Design of Marine Facilities for the Berthing, Mooring, abnd Repair of Vessels. 2nd edition. ASCE Press, Reston Virginia, 2004. Güler, Nil. Containerization and Terminal Area Requirements. Pomorski zbornik 39 (2001)1, 153-171. International Maritime Organization. "Comprehensive Manual On Port Reception facilities, 2nd Edition." London: International Maritime Organization, 1999. International Maritime Organization. MARPOL - Consolidated Edition 2006. London: International Maritime Organization, 2006. Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. Informasi 25 Pelabuhan Strategis Indonesia. (http://www.dephub.go.id/read/informasilayanan-publik/31, diakses 06 Maret 2011). Kim, Kap H., Hans-Otto Günther (editors). Container Terminals and Cargo Systems. Springer, 2007. Latin American Trade & Transportation Study (LATTS), Port Terminal Planning Modules, Appendix IV, 2001. Levis, L., 2006. Planning for Cruise Terminals. Diakses tanggal 17 Juli 2013, dari http://www.aapa-ports.org/. MARCOM WG 33, 2002. Guidelines for the Design of Fender Systems, Brussel: PIANC. Pedoman Teknis Kegiatan Pengerukan dan Reklamasi, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departemen Perhubungan, 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009. Tentang Kepelabuhanan. Port Reception facility Study in The Republic of Croatia, EuropeAid/125614/D/SER/HR. NEA reference number 31029. Annex to PRF system concept – Port waste management of Annex I and Annex V wastes. PT. (Persero) Pelindo II Cabang Tanjung Priok, Jakarta. Website: http://www.priokport.co.id Soedjono Kramadibrata, Perencanaan Pelabuhan, Ganeca Exact Bandung, 1985. Sofi'i, M. & Djaja, I. K., 2008. Teknik Konstruksi Kapal Baja. Jilid 1 ed. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 30 Standard Design Criteria For Port In Indonesia, 1984. Maritime Sector Development Programme. Directorate General of Sea Communications. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara NO. SKEP/ 347/ XII/ 1999, tentang Standar rancang bangun dan / atau rekayasa fasilitas dan peralatan bandar udara, Departemen Perhubungan, 1999. The Disabled Persons Transport Advisory Committee (DPTAC), The Design of Large Passenger Ships and Passenger Infrastructure: Guidance on Meeting the Needs of Disabled People, United Kingdom, 2000. The International Air Transport Association Development Manual, 8th ed., 1995. (IATA), Airport The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan, Technical Standard and Commentaries for Port and Harbour Facilities in Japan, Tokyo, 2002. Thoresen, Carl A. Port Design Guidelines and Recommendations. Trondheim: Tapir Publishers, 1988. Thoresen, Carl A. Port Designer's Handbook: Recommendations and Guidelines. Thomas Telford Publishing, London 2003. Transit Cooperation Research Program, Transit Capacity and Quality of Service Manual, 2nd Edition, Washington D.C., 2003. Triatmojo, Bambang. Perencanaan Pelabuhan. Beta Offset, Yogyakarta 2009. Tsinker, Gregory P. (editor). Port Engineering: Planning, Construction, Maintenance, and Security. John Wiley & Sons, Inc., 2004. Tsinker, Gregory P., Handbook of Port and Harbor Engineering : Geotechnical and Structural Aspects, New York, 1996. UNCTAD. Port development: A handbook for planners in developing countries. 2nd edition. United Nations, New York 1985. UNCTAD. UNCTAD Monographs On Port Management – No. 9 Multipurpose port terminals Recommendations for planning and management. United Nations, New York 1991. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008. tentang Pelayaran. http://portal.djmbp.esdm.go.id. 31 US Department of Homeland Security, Cruise Terminal Design Standards, U.S. Customs And Border Protection Design Standards For Cruise Ship Passenger Processing Facilities, October 2006. US-DOD, 2005. Unified Facilities Criteria UFC 4-152-01 Design: Piers and Wharves. s.l.:US-DOD. Velsink, H. Port And Terminals. Planning And Functional Design. Delft, October 1993. Wolterink, J.W. Klein, et.al. “Port Reception facilities for Collecting Ship Generated Garbage, Bilge Water and Oily Waste. Activity B – Optimum Solution for Collection, Treatment and Disposal of Relevant of Ship Generated Solid and Liquid Wastes.” REMPEC Project Final Report No. MED.B4.4100.97.0415.8. The Hague: Tebodin B.V., 2004. Zhou Liu, Hans F. Burcharth, Port Engineering, Laboratoriet for Hydraulik og Havnebygning Aalbor Universitet, Udgave, 1999.