PENGARUH INFLASI, BI RATE, DAN NILAI TUKAR (KURS USD/IDR) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE TAHUN 2011-2013 Azka Ananda Putri (20121111098) STIE Indonesia Banking School Email: [email protected] ABSTRACT Jakarta Composite Index (JCI) is an index that can be used to represent a situation of Indonesia Stock Market. The movement JCI caused by economic macro intern factor such as Real Gross Domestic Product, Unemployment Rate, Inflation, BI Rate, Level of Stock Market, and Exchange Rate. However, this research only focuses on analyzing whether Inflation, BI Rate, and Exchange Rate affect the Jakarta Composite Index (JCI) in the period 2011-2013. The research focus on monthly data from January 2011 until December 2013. The method used in this study is multiple linear regression analyst, T test, F test at level of significant 5% and perfomed with Eviews 7.0. The results of this study indicate that only partially Exchange Rate (Exchange rate USD / IDR) had a significant negative effect on JCI. Meanwhile, inflation and BI Rate negative but insignificant effect on JCI. Simultaneously inflation, BI Rate, and Exchange Rate (Exchange rate USD / IDR) significantly affects JCI. Key Words: JCI, Inflation, BI Rate, Exchange Rate (USD/IDR) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu instrument penting dalam suatu negara. Keunggulan pasar modal yaitu perusahaan mendapatkan dana asing maupun domestik untuk mengembangkan usaha Go Public. Hal ini akan mendukung kemajuan perekonomian Indonesia. Instrumen dalam pasar modal yang digunakan adalah saham, obligasi, reksadana, dan lain-lain. Pasar modal di Indonesia dikenal dengan nama Bursa Efek Indonesia (BEI). Para investor di BEI menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai acuan kondisi pasar modal di Indonesia. Harga saham di bursa tidak selamanya tetap, adakalanya meningkat dan bisa pula menurun, tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Di pasar modal, terjadinya fluktuasi harga saham tersebut menjadikan bursa efek menarik bagi beberapa kalangan pemodal (investor). Di sisi lain, kenaikan dan penurunan harga saham bisa terjadi karena faktor fundamental, psikologis, maupun eksternal. Telah diketahui bahwa IHSG mengalami peningkatan pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012. Hal ini terjadi karena Indonesia meraih status laik investasi (investment grade) dari lembaga pemeringkat Fitch. Investment grade adalah peringkat yang menunjukkan utang pemerintah atau perusahaan memiliki risiko yang relatif rendah dari peluang gagal bayar, sehingga memiliki tingkat kepercayaan yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Indonesia diberikan investment grade karena memiliki fundamental ekonomi kuat, stabilitas politik dalam jangka panjang solid, dan memiliki manajemen anggaran pemerintah serta kebijakan moneter yang hati-hati. Ditandai dengan defisit anggaran rendah, rasio utang rendah dan inflasi yang terkendalikan. Pada saat itu juga, bursa Eropa dan bursa Amerika sedang mengalami melemah. Bursa Eropa juga mengalami krisis utang. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sekitar 6,5% maka mempengaruhi IHSG menjadi meningkat. Namun tahun 2013 mengalami penurunan dari tahun 1 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 sebelumnya. Fluktuasi IHSG diikuti dengan fluktuasi variable makroekonomi diantaranya inflasi, suku bunga, dan nilai tukar. Pada tahun 2013 melemahnya rupiah dikarenakan tingginya penarikan dana investor asing dibursa, sehingga mengakibatkan penawaran atas rupiah meningkat. Hal ini disebabkan karena membaiknya perekonomian Amerika, sehingga Amerika berencana untuk mengurangi Quantitative Easing (QE). Quantitative Easing (QE) adalah program The Fed untuk meningkatkan jumlah uang beredar dengan menerbitkan surat hutang yang dimana pelaku ekonomi internasional juga bisa membelinya dan bertujuan untuk menurunkan tingkat suku bunga. Rencana tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian Amerika mulai sehat, yang mengakibatkan nilai tukar obligasi dan asset finansial lainnya meningkat. Atas dasar itulah banyak investor asing yang menarik dananya dari negara berkembang untuk diinvestasikan kembali di negaranya (Amerika). Data Bank Indonesia menunjukkan tingkat kenaikan kurs rupiah terhadap dollar US semakin naik secara signifikan, pada bulan Desember tahun 2013, nilai $1 menyentuh angka Rp 12.189,00. Pergerakan IHSG mengalami penurunan maka terdepresiasinya kurs ini disebabkan oleh tingginya permintaan pasar terhadap kurs valuta asing. Kondisi ini dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk menaikan harga Dollar dan Bank Indonesia tidak mempunyai otoritas untuk mengatur nilai kurs, sehingga nilai kurs sepenuhnya ditentukan mekanisme pasar. Menurut Amin (2012) Tingkat suku bunga juga merupakan salah satu variabel yang dapat mempengaruhi harga saham. Secara umum, mekanismenya adalah bahwa suku bunga merupakan salah satu alternatif bagi investor untuk mengambil keputusan dalam menanamkan modalnya. Jika suku bunga yang ditetapkan meningkat, investor akan mendapat hasil yang lebih besar atas suku bunga deposito yang ditanamkan sehingga investor akan cenderung untuk mendepositokan modalnya dibandingkan menginvestasikan dalam saham. Hal ini mengakibatkan investasi di pasar modal akan semakin turun dan pada akhirnya berakibat pada melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Data Bank Indonesia menunjukkan tingkat kenaikan kurs rupiah terhadap dollar US semakin naik secara signifikan, pada bulan Desember tahun 2013, nilai $1 menyentuh angka Rp 12.189,00. Pergerakan IHSG mengalami penurunan maka terdepresiasinya kurs ini disebabkan oleh tingginya permintaan pasar terhadap kurs valuta asing. Kondisi ini dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk menaikan harga Dollar dan Bank Indonesia tidak mempunyai otoritas untuk mengatur nilai kurs, sehingga nilai kurs sepenuhnya ditentukan mekanisme pasar. Salah satu indeks yang diperhatikan oleh investor ketika ingin berinvestasi di Bursa Efek Indonesia adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Peningkatan IHSG menunjukkan kondisi pasar modal sedang bullish, sebaliknya jika menurun menunjukkan kondisi pasar modal sedang bearish. Untuk itu, seorang investor harus memahami pola perilaku harga saham di pasar modal. Indonesia sebagai negara berkembang mendapat pengaruh yang cukup besar dari krisis finasial global. Berbagai kebijakan diambil pemerintah untuk meredam pengaruh buruk dari krisis, mulai dari menaikkan tingkat suku bunga, menaikkan bahan bakar minyak, maupun memperketat lalu lintas mata uang asing. Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, dimana nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menjadi salah satu dari leading economic indicator pada suatu negara. Pergerakan indeks ini sangat dipengaruhi oleh ekspektasi investor atas kondisi fundamental negara maupun global. Berbagai informasi baru akan berpengaruh pada ekspektasi investor yang akhirnya akan berpengaruh pada IHSG. 2 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat pengaruh inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)? 2. Apakah terdapat pengaruh BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)? 3. Apakah terdapat pengaruh kurs terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)? 4. Apakah secara bersama-sama terdapat pengaruh inflasi, BI Rate, dan kurs terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)? II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Investasi Investasi adalah komitmen dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini untuk mendapatkan hasil di masa depan. (Tandelilin 2010 : 2) 2.2 Teori Makro Ekonomi Makroekonomi merupakan ilmu yang mempelajari penggunaan sumber daya atau faktor produksi yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas secara keseluruhan dalam satu negara. (Dornbusch, Fischer, & Startz, 2008 : 23) 2.2.1 Inflasi Inflasi adalah penigkatan tingkat harga barang dan jasa secara keseluruhan dalam suatu perekonomian. Ketika terjadi inflasi, harga-harga secara umum akan naik sehingga pembeli barang dan jasa akan mengeluarkan uang lebih banyak uang untuk memperoleh barang dan jasa yang mereka inginkan. (Mankiw 2006 : 210) 2.2.2 BI Rate Tingkat suku bunga menyatakan tingkat pembayaran atas pinjaman atau investasi lain, di atas perjanjian pembayaran kembali, yang dinyatakan dalam persentase tahunan (Dornbusch, et.al., 2008 : 43). BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. (www.bi.go.id) 2.2.3 Nilai Tukar (Kurs) Kurs (Exchange Rate) suatu mata uang adalah harga mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Kenaikan nilai tukar (kurs) mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang (mata uang asing lebihmurah, hal ini berarti nilai mata uang asing dalam negeri meningkat). Penurunan nilai tukar (kurs) disebut depresiasi mata uang dalam negeri (mata uang asing menjadi lebih mahal, yang berarti mata uang dalam negeri menjadi merosot). (Mankiw, 2006) 2.2.4 Indeks Harga Saham Gabungan IHSG adalah milik Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia tidak bertanggung jawab atas produk yang diterbitkan oleh pengguna yang mempergunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). Bursa Efek Indonesia juga tidak bertanggung jawab dalam bentuk apapun atas keputusan investasi yang dilakukan oleh siapapun Pihak yang menggunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). (BEI, 2010) 2.3 Pasar Modal Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, yaitu perusahaan publik yang berkaitan dengan surat berharga atau saham yang diterbitkannya serta lembaga atau profesi yang berkaitan dengan saham atau surat berharga. (Undang-undang Republik Indonesia No.8 tahun 1995) 3 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 2.4 Pasar Efisien Pasar yang efisien merupakan pasar di mana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia. Pasar yang efisien memiliki himpunan informasi saham yaitu Efisiensi Pasar Bentuk Lemah (Weak Form), Efisiensi Pasar Bentuk Semi Kuat (Semi Strong) dan Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (Strong Form). (Tandelilin, 2010) 2.5 Teori Portofolio Teori portofolio merupakan teori yang menganalisis bagaimana memilih kombinasi berbagai bentuk atau jenis kekayaan yang didasarkan pada resiko jenis kekayaan tersebut (surat berharga/kekayaan fisik). (Jogiyanto, 2005) 2.6 Saham Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. (Anoraga, 2006) 2.7 Hubungan Antara Variabel dan Hipotesis 2.7.1 Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Penelitian yang dilakukan Krisna dan Wirawati (2013) serta Liauw dan Wijaya (2013) menemukan hubungan positif antara inflasi dan harga saham adalah semakin tinggi inflasi maka semakin tinggi barang dan jasa yang pada akhirnya meningkatkan profit perusahaan dan harga sahamnya. Maka inflasi akan berpengaruh positif yang signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI. Sehingga hipotesis netral yang dibangun adalah: H0 1: Tingkat inflasi tidak berpengaruh positif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI periode tahun 2011-2013. Ha 1: Tingkat inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI periode tahun 2011-2013. 2.7.2 Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Hubungan tingkat bunga dan harga saham yaitu berhubungan negatif. Tingkat bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya modal yang ditanggung perusahaan dan akan menyebabkan return yang disyarat investor dari suatu investasi akan meningkat (Tandelilin, 2010). Penelitian yang dilakukan Candra (2015) serta Salim (2013) menemukan adanya pengaruh negatif yang siginifikan antara BI Rate dan Indeks Harga Saham Gabungan. Dari penelitian sebelumnya, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini: H0 2: BI Rate tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI periode tahun 2011-2013. Ha 2: BI Rate berpengaruh negatif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI periode tahun 2011-2013. 2.7.3 Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Ketika nilai tukar rupiah apresiasi maka IHSG akan melemah. Para investor yang melakukan pembelian saham di BEI akan menyebabkan meningkatnya harga saham. Penelitian yang dilakukan Silim (2013) serta Amin (2012) menemukan adanya pengaruh yang siginifikan antara nilai tukar (kurs USD/IDR) dan Indeks Harga Saham Gabungan bahwa dengan meningkatkan nilai tukar (kurs USD/IDR) maka akan berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI. Berdasarkan penjelasan diatas hipotesis yang digunakan untuk melihat hubungan antara nilai tukar (kurs USD/IDR) dan Indeks Harga Saham Gabungan adalah sebagai berikut: 4 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 H0 3: Nilai tukar (kurs USD/IDR) tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI periode tahun 2011-2013. Ha 3: Nilai tukar (kurs USD/IDR) berpengaruh negatif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI periode tahun 2011-2013. 2.7.4 Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar (Kurs USD/IDR) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Penelitian yang dilakukan Candra (2015) serta Silim (2013) menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara inflasi, BI Rate, nilai tukar (kurs USD/IDR) dan Indeks Harga Saham Gabungan menyatakan bahwa dengan meningkatkan inflasi, BI Rate, nilai tukar (kurs USD/IDR) maka akan berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI. H0 4: Inflasi, BI Rate, dan Nilai tukar (kurs USD/IDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI periode tahun 2011-2013. Ha 4: Inflasi, BI Rate, dan Nilai tukar (kurs USD/IDR) berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI periode tahun 2011-2013. 2.8 Kerangka Penelitian Inflasi (X1) H1 Suku Bunga BI Rate (X2) Nilai Tukar (Kurs USD/IDR) (X3) (/9 + H2 - H3 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Y) - H4 III. METODE PENELITIAN 3.1 Sampel Periode pengamatan penelitian dilakukan dari tahun 2011 – 2013. Berdasarkan metode purposive sampling dengan kriteria yang telah disebutkan diatas maka kriteria sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Rata-rata harga saham (closing price) harian dalam setiap bulan pada periode tahun 2011-2013. 2. Inflasi setiap bulan periode tahun 2011-2013. 5 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 3. BI Rate yang berlaku secara resmi sebagai acuan suku bunga di Indonesia pada periode tahun 2011-2013. 4. Nilai tukar (kurs USD/IDR) menggunakan rata-rata kurs tengah dalam setiap bulan pada periode tahun 2011-2013. 3.2 Operasional Variabel Variabel IHSG Variabel Inflasi Variabel BI Rate Variabel Nilai Tukar (Kurs USD/IDR) Definisi Suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja saham yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia dengan metode hitung rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah saham yang tercatat (Liauw dan Wijaya, 2013). Definisi Menggambarkan kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus pada periode waktu tertentu. (Mankiw, 2012:514) Definisi Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. (www.bi.go.id) Definisi Suatu nilai yang menunjukkan jumlah nilai mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing. (Sukirno, 2002: 23) Measurement Measurement Measurement BI Rate = Suku Bunga yang diumumkan oleh Bank Indonesia Measurement 3.3 Metode Analisis Data Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik yaitu dengan program Eviews versi 7.0. Data dalam penelitian ini termasuk ke dalam data panel sehingga Eviews merupakan program yang tepat karena dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berbentuk time series, cross section maupun data panel (Winarno W.W., 2011:3). Analisis Regresi. Regresi linier menggambarkan seberapa besar pengaruh variabel dependen mempengaruhi variabel independen. Distributed Lag Models menunjukkan bahwa nilai Y dipengaruhi oleh nilai X waktu dan objek terkait (X t) sehingga hal ini dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut: 6 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 LNIHSGt= α + β1Inflasit + β2BI Ratet + β3LNKurs USD/IDRt + et Dimana: LNIHSGt α β1,β2,β3 Inflasit BI Ratet LNKurst e t = Indeks Harga Saham Gabungan pada BEI periode t = Konstanta = Koefisien regresi = Inflasi pada periode t = BI Rate periode t = Kurs pada periode t = Error = Time Series Identifiers Uji Asumsi Klasik. Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan dapat melakukan estimasi terbaik BLUE (Best Linier Unbiased Estimate). Karakteristik BLUE yaitu koefisien regresi linier, tidak bias, konsisten (meskipun sampelnya diperbesar menuju tak terhingga namun nilai taksirannya tetap mendekati nilai parameternya), dan efisien (memiliki variance minimum). Terdapat 4 jenis uji yang dilakukan yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Uji Hipotesis. Setelah penelitian memenuhi uji asumsi klasik akan dilanjutkan dengan uji Goodness of Fit yang terdiri dari uji F (uji simultan), uji t (uji parsial) dan uji koefisien determinasi. Ketepatan dalam fungsi regresi sampel menaksir nilai actual dapat diukur melalui uji Goodness of Fit. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal atau Bursa Efek didirikan sejak Desember 1912 di Batavia oleh Hindia Belanda untuk memenuhi kepetingan Pemerintahan Kolonial atau Vernigde Ooostindische Compagnie (VOC). Saat itu perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan mencapai titik vakum saat perang dunia I. Perang dunia I yang terjadi pada tahun 1914 s/d 1918 memaksa bursa untuk vakun dan memindahkan kekuasaan dari tangan Kolonial ke pemerintah Republik Indonesia. Setelah selesai perang dunia I, pada tahun 1925 diaktifkan kembali kegiatan pasar modal di Batavia dan bersamaan dengan dibukanya Bursa Efek di Semarang dan Surabaya. Isu politik yang terjadi pada tahun 1939 sebagai pemicu perang dunia II mempengaruhi perdagangan pasar modal di Indonesia. Hal ini menyebabkan bursa efek di Semarang, Surabaya dan Jakarta ditutup untuk sementara waktu. Pada tahun 1952 di aktifkan kembali dan dikeluarkannya UndangUndang No. 15 Tahun 1952 tentang peraturan-puraturan bursa efek yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Tetapi pengaktifan bursa efek ini tidak berlangsung lama karena kondisi ekonomi yang lesu dan pasar modal semakin jatuh pada tahun 1958. Pemerintah Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada 10 Agustus 1977 dan diresmikan oleh presiden Soeharto pada masa orde baru. Pengaktifan kembali pasar modal ini ditandai dengan go public-nya perusahaan PT. Semen Cibinong. Pasar modal mengalami pasang surut disebabkan masyarakat lebih memilih perbankan jika dibandingkan dengan pasar modal. Seiring berjalannya waktu, pasar modal mengalami perkembangan kegiatan pasar modal seperti transaksi, emiten dan volume perdagangan Bursa Efek Jakarta. Pada tahun 1995 dikenal system otomatis yang mampu memantau pergerakan harga saham. Sistem akurat ini dinamakan Jakarta Automated Trading System (JATS). Pada tahun 1995, Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 tentang pasar modal yang diberlakukan pada tahun 1996. Pada tahun 2000, Pasar Modal mulai mengaplikasikan sistem perdagangan tanpa warkat (scripless trading). Pasar modal semakin mengalami perkembangan dan pada tahun 2002 Bursa Efek Jakarta 7 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 mengaplikasikan perdagangan jarak jauh (remote trading), sehingga memudahkan transaksi perdagangan. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya digabung menjadi satu kesatuan menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dikenal sebagai Indonesia Stock Exchange. Sejak tahun 2009, meluncurkan sistem perdagangan baru yaitu JATS-NextG. 4.2 Analisis Statistik Deskriptif Tabel 4.1 Statistik Deskriptif IHSG INFLASI BI RATE KURS Mean 8.323783 0.004294 0.062778 9.164958 Median 8.314500 0.003050 0.060000 9.167300 Maximum 8.537100 0.032900 0.075000 9.399900 Minimum 8.146100 -0.006300 0.057500 9.051600 Std. Dev. 0.097390 0.006606 0.005879 0.087629 Sumber: Data diolah penulis menggunakan EViews 7 (2016) 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai variabel dependen dalam penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata (mean) pada IHSG dari seluruh sampel sebesar 8,323783. IHSG maximum sebesar 8,537100 atau Rp 5.100,44 pada tahun 2013 bulan Mei, sedangkan IHSG minimum pada tahun 2011 bulan Februari sebesar 8,146100 atau Rp 3.449,74. IHSG memiliki nilai tengah atau median sebesar 8,314500. Selain itu, standard deviasi dari variabel IHSG ini sebesar 0,097390 atau 9,73% yang berarti bahwa memiliki penyimpangan 9,73% dari nilai rata-ratanya. 2. Inflasi (X1) sebagai variabel independen dalam penelitian ini menunjukkan nilai ratarata (mean) tingkat inflasi sebesar 0,004294 atau 0,4294%. Nilai terendah (minimum) tingkat inflasi sebesar -0,006300 atau -0,63% pada tahun 2013 bulan Mei, nilai tertinggi (maximum) tingkat inflasi adalah 0,032900 atau 3,29% pada tahun 2013 bulan Juli dan nilai tengah (median) yang dimiliki tingkat inflasi sebesar 0,003050 atau 0,305%. Standard deviasi dari variabel inflasi sebesar 0,006606 atau 0,660% yang berarti mempunyai inflasi dengan penyimpangan sebesar 0,660% dari nilai rata-rata. 3. BI Rate (X2) sebagai variabel independen dalam penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata (mean) BI Rate adalah sebesar 0,062778. Nilai maximum BI Rate sebesar 0,075000 atau 7,5% pada tahun 2013 bulan November sampai dengan Desember, sedangkan pada Februari 2012 sampai dengan Mei 2013 sebesar 0,057500 atau 5,75% nilai minimum yang dimiliki BI Rate. Nilai tengah atau median BI Rate adalah 0,060000 atau 6%. Standard deviasi 0,005879 atau sebesar 0,5879% yang berarti BI Rate dengan penyimpangan sebesar 0,5879% dari nilai rata-rata (mean). 4. Nilai Tukar (Kurs USD/ IDR) (X3) sebagai variabel independen dalam penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata (mean) Kurs sebesar 9,164958. Nilai terendah (minimum) kurs sebesar 9,051600 atau Rp 8.532,00 pada tahun 2011 bulan Agustus, nilai tertinggi (maximum) kurs adalah 9,399900 atau Rp 12.087,10 pada tahun 2013 bulan Desember dan nilai tengah (median) yang dimiliki oleh kurs sebesar 9,167300. Standard deviasi dari variabel Nilai Tukar (Kurs USD/IDR) adalah 0,087629 atau 8,76% berarti memiliki Nilai tukar (Kurs USD/IDR) dengan penyimpang 8,76% dari nilai rata-rata (mean). 8 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data variabel dependen dan independen yang tersedia dalam model regresi terdistribusi normal atau tidak. Data yang terdistribusi normal merupakan syarat untuk melakukan teknik analisis regresi berganda. Uji normalitas ini menggunakan Uji Jarque-Bera dengan taraf signifikan 0,05. Kriteria pengujian yang dilakukan adalah (Winarno, 2011:153): a. H0 diterima bila nilai probability pada hasil pengujian > 0,05 b. Ha diterima bila nilai probability pada hasil pengujian < 0,05 9 Series: Residuals Sample 2011M01 2013M12 Observations 36 8 7 6 5 4 3 2 1 0 -0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis -3.50e-15 0.004506 0.176140 -0.137358 0.069791 0.381490 2.994390 Jarque-Bera Probability 0.873254 0.646213 0.20 Gambar 4.1. Hasil Uji Normalitas Gambar 4.1 hasil uji normalitas dalam histogram menunjukkan bahwa semua variabel telah terdistribusi dengan normal. Hal tersebut tercermin pada gambar diatas memeliki Jarque-Bera 0,87 dan nilai probabilitas 0,646213 yang berada di atas α = 0,05. Dengan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal yang berarti H0 tidak dapat ditolak. 4.3.2 Uji Multikolinieritas Tabel 4.2 Uji Multikolinieritas INFLASI BI RATE KURS INFLASI 1.000000 -0.015960 0.066447 BI RATE -0.015960 1.000000 0.296774 KURS 0.066447 0.296774 1.000000 Sumber: Data diolah penulis menggunakan Eviews 7.0 (2016) Pengujian ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya hubungan atau korelasi antar variabel. Sehingga, untuk mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel independen ini dibutuhkan pengujian multikolineritas. Ketentuan yang menentukan adanya multikolineraitas apabila terdapat variabel yang bernilai lebih dari 0,80. Berdasarkan tabel 4.2 hasil tersebut dapat diamati melalui tabel correlation matrix diatas yang menunjukkan nilai koefisien tertinggi sebesar 0,296774 yaitu koefisien yang menunjukkan pengaruh Nilai Tukar (Kurs) dan BI 9 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 Rate. Koefisien terendah adalah -0,15960 yaitu koefisien yang menunjukkan pengaruh antara BI Rate dan Inflasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya multikolineritas antar variabel independen. 4.3.3 Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dalam penelitian menggunakan uji Durbin-Watson. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi pada suatu data yang menggunakan kriteria sebagai berikut: 1. Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka H0 ditolak, yang berarti terdapat autokerelasi. 2. Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka H0 diterima yang berarti tidak terdapat autokorelasi. 3. Jika d terletak antara dL dan dU atai diantara (4-dL) dan (4-dU) maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. (Sumber: Sarwoko, 2005:143) Dengan menggunakan uji autokorelasi Durbin-Watson, maka dihasilkan output dengan nilai Durbin-Watson sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.486457 0.438313 0.072989 0.170478 45.26620 10.10409 0.000078 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 8.323783 0.097390 -2.292567 -2.116620 -2.231157 0.434902 Sumber: Data diolah penulis menggunakan Eviews 7.0 (2016) Berdasarkan tabel 4.3 uji autokorelasi ini menggunakan tingkat signifikan sebesar 0,05. Jumlah variabel bebas (k=3) dan jumlah data sampel (n=36) maka menghasilkan nilai d sebesar 0,434902, sedangkan dalam Durbin-Watson tabel dilihat dalam web www.statistikian.com dengan k=3 dan n=36 menghasilkan dL (Durbin-Watson batas bawah) sebesar 1,35365, dan dU (Durbin-Watson batas atas) sebesar 1,58716; 4-dL=2,64635 dan 4-dU=2,41284. Oleh karena itu, nilai Durbin-Watson 0.434902 berada dibawah dL maka terjadi autokorelasi positif. Untuk dapat menyembuhkan autokorelasi menggunakan metode Autoregressive yang bertujuan untuk mengeliminasi autokorelasi dengan variabel dependen lag 1 atau lebih. Berikut tabel eliminasi autokorelasi Autoregressive (AR1). 10 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 Tabel 4.4 Autoregressive (AR1) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.911548 0.899754 0.030157 0.027284 75.58148 77.29169 0.000000 Inverted AR Roots 1.00 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 8.328103 0.095248 -4.033228 -3.811035 -3.956527 1.869413 Sumber: Data diolah penulis menggunakan Eviews 7.0 (2016) Ketentuan yang ditetapkan dalam pengujian ini adalah apabila nilai D-W berada di antara 1,54 – 2,46 maka tidak terdapat autokorelasi. Berdasarkan pengolahan data yang sudah dilakukan bahwa nilai D-W pada model penelitian ini sebesar 1,869413 yang artinya bahwa nilai D-W sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini tidak mengalami autokorelasi. 4.3.4 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apabila muncul kesalahan dan residual dari model regresi yang dianalisis tidak memiliki varian yang konstan dari suatu observasi. Dalam penelitian ini, uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Park. Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Dependent Variable: LOG(RESID2) Method: Least Squares Date: 08/17/16 Time: 12:40 Sample: 2011M01 2013M12 Included observations: 36 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI BIRATE KURS C 39.67191 -61.62699 -2.714912 21.81722 61.53366 72.24464 4.857061 43.36078 0.644719 -0.853032 -0.558962 0.503155 0.5237 0.4000 0.5801 0.6183 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.054405 -0.034245 2.397858 183.9911 -80.44642 0.613708 0.611115 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat -6.763279 2.357826 4.691468 4.867414 4.752878 1.610765 Sumber: Data diolah penulis menggunakan Eviews 7.0 (2016) Dari tabel 4.5 diatas, hasil uji Park menunjukkan bahwa probabilitas koefisien masing-masing variabel independen bernilai 0,5237, 0,4000, dan 0,5801 lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 dari uji 11 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 heterokedastisitas ini diterima. Dengan demikian penelitian ini terbebas dari masalah heteroskedastisitas karena H0 tidak dapat ditolak. 4.4 Analisis Regresi Berganda Model pada penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan menggunakan alat bantu Eviews 7.0. Model ini digunakan untuk menguji variabel indenpenden dengan menggunakan yaitu Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar (Kurs USD/IDR) terhadap variabel dependen yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Berganda Dependent Variable: IHSG Method: Least Squares Date: 08/17/16 Time: 12:40 Sample (adjusted): 2011M02 2013M12 Included observations: 35 after adjustments Convergence achieved after 210 iterations Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI BIRATE KURS C AR(1) -0.456200 -6.390811 -0.566861 114.1145 0.999885 0.681165 3.360107 0.199061 40895.91 0.047735 -0.669735 -1.901967 -2.847676 0.002790 20.94669 0.5081 0.0668 0.0079 0.9978 0.0000 Sumber: Data diolah oleh penulis menggunakan Eviews 7.0 (2016) Berdasarkan tabel 4.6 diatas, diperoleh persamaan regresi linear berganda dalam bentuk non-logaritmas agar hasil yang diperoleh maksimal. Berdasarkan model regresi dan hasil output diatas maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Dimana: LNIHSGt α β1,β2,β3 Inflasit BI Ratet LNKurst e t LNIHSGt= α + β1Inflasit + β2BI Ratet + β3 LNKurs USD/IDRt + et = Indeks Harga Saham Gabungan pada BEI periode t = Konstanta = Koefisien regresi = Inflasi pada periode t = BI Rate periode t = Kurs pada periode t = Error = Time Series Identifiers Berdasarkan model regresi dan hasil output diatas maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: IHSGt = 1,92405475281 + 1,534883359 Inflasit – 7,13497551673 BI Ratet + 0,746436019438 Kurst + 0,999885 AR(1) Konstanta sebesar 1,92405475281; artinya apabila Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar (Kurs) nilainya 0 (nol), maka IHSG akan mengalami kenaikan sebesar 1,92405475281. 12 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 1. Koefisien regresi Inflasi sebesar +1,534883359 (bertanda positif) artinya bahwa setiap kenaikan tingkat inflasi sebesar 1% dengan asumsi variabel independen lainnya tetap maka IHSG akan mengalami peningkatan sebesar 1,534883359 satuan. 2. Koefisien regresi BI Rate sebesar -7,13497551673 (bertanda negatif) artinya bahwa setiap kenaikan BI Rate sebesar 1% dengan asumsi variabel lainnya tetap, maka IHSG akan mengalami penurunan sebesar 7,13497551673 satuan. 3. Koefisien regresi Nilai Tukar (kurs) sebesar +1,92405475281 (bertanda positif) artinya bahwa setiap kenaikan Nilai Tukar (kurs) sebesar 1% dengan asumsi variabel lainnya tetap, maka IHSG akan mengalami penurunan sebesar 1,92405475281 satuan. 4.5 Hasil Uji Hipotesis 4.5.1 Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistik yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa jauh model yang digunakan untuk menghubungkan antara variabel independen dengan variabel dependen di dalam mengestimasi persamaan regresi. Tabel 4.7 Hasil Koefisien Determinasi R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.911548 0.899754 0.030157 0.027284 75.58148 77.29169 0.000000 Inverted AR Roots 1.00 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 8.328103 0.095248 -4.033228 -3.811035 -3.956527 1.869413 Sumber: Data diolah penulis menggunakan Eviews 7.0 (2016) Dari tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa keseluruhan model yang dihasilkan mempunyai hasil Adjusted R2 yaitu sebesar 0,899754 atau 89,9%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 89,9% variabel dependen dan sisanya 10,1% dijelaskan oleh faktor lain diluar dari penelitian ini. 4.5.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik F R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.911548 0.899754 0.030157 0.027284 75.58148 77.29169 0.000000 Inverted AR Roots 1.00 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 8.328103 0.095248 -4.033228 -3.811035 -3.956527 1.869413 Sumber: Data diolah penulis menggunakan Eviews 7.0 (2016) Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji F, yang memiliki hipotesis sebagai berikut: 13 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 H0: Inflasi, BI Rate, dan Nilai tukar (kurs USD/IDR) tidak berpengaruh siginifkan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI periode tahun 2011-2013. Ha: Inflasi, BI Rate, dan Nilai tukar (kurs USD/IDR) berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI periode tahun 2011-2013. Dengan tingkat signifikan (α = 0,05) maka kriteria dari pengujian hipotesis ini adalah: 1. Jika F hitung > F tabel atau probabilitas < tingkat signifikasi (Sig<0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima. 2. Jika F hitung < F tabel atau probabilitas > tingkat signifikasi (Sig>0,05) maka H0 diterima dan Ha ditolak. Nilai signifikansi dalam tabel sebesar 0,000000 atau lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan H0 tidak dapat diterima. Hal ini menyatakan bahwa ketiga variable independen yaitu Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar (Kurs USD/IDR) secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia. 4.5.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Dengan adanya pengujian ini, maka akan dapat menjawan dan memberi kesimpulan atas perumusan yang telah diajukan sebelumnya. Jika P-value < 0,05 dapat diambil kesimpulan bahwa H0 ditolak. Sehingga, dapat diambil kesimpulan apabila H0 ditolak maka terdapat hubungan yang signifikan antara variabel dependen dan variabel independen. Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik t Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI BIRATE KURS C AR(1) -0.456200 -6.390811 -0.566861 114.1145 0.999885 0.681165 3.360107 0.199061 40895.91 0.047735 -0.669735 -1.901967 -2.847676 0.002790 20.94669 0.5081 0.0668 0.0079 0.9978 0.0000 Sumber: Data diolah penulis menggunakan Eviews 7.0 (2016) 4.5.3.1 Hubungan Antara Inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa probabilitas Inflasi lebih besar dari tingkat signifikansi sebesar (0,5081 > 0,05) dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,456200. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yang berarti inflasi mempunyai pengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap IHSG. H0 1: Tingkat inflasi tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI periode tahun 2011-2013. Ha 1: Tingkat inflasi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI periode tahun 2011-2013. 4.5.3.2 Hubungan Antara BI Rate dan Indeks Harga Saham Gabungan Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa probabilitas BI Rate lebih besar dari tingkat signifikansi sebesar (0,0668 > 0,05) dengan nilai koefisien regresi sebesar 14 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 -6,390811. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yang berarti BI Rate mempunyai pengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap IHSG. H0 2: BI Rate tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI periode tahun 2011-2013. Ha 2: BI Rate berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI periode tahun 2011-2013. 4.5.3.3 Hubungan Antara Nilai Tukar (Kurs USD/IDR) dan Indeks Harga Saham Gabungan Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa probabilitas Nilai Tukar (Kurs USD/IDR) lebih kecil dari tingkat signifikansi sebesar (0,0079 < 0,05) dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,566861. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang berarti Nilai Tukar (Kurs USD/IDR) memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap IHSG. H0 3: Nilai tukar (kurs USD/IDR) tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI periode tahun 2011-2013. Ha 3: Nilai tukar (kurs USD/IDR) berpengaruh negatif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI periode tahun 2011-2013. V. KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat inflasi, BI Rate, dan nilai tukar (kurs USD/IDR) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa: 1. Inflasi secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap IHSG periode tahun 2011-2013. Hal ini dikarenakan kenaikan inflasi menjadi sinyal negatif bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal dan cenderung melepaskan saham untuk beralih pada investasi bentuk lain seperti tabungan atau deposito karena anggapan resiko yang lebih tinggi. Maka peralihan investasi ke bentuk yang lain akan menyebabkan investor untuk melakukan penjualan saham, sehingga menurunkan harga saham dan IHSG. 2. BI Rate secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap IHSG periode tahun 2011-2013. 3. Nilai Tukar (Kurs USD/IDR) secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG periode tahun 2011-2013. Hal ini terjadi karena rupiah terdepresiasi menunjukkan bahwa kondisi perekonomian mengalami perlambatan, sehingga menyebabkan penurunan terhadap IHSG. Maka investor cenderung menjual saham dan beralih untuk berinvestasi dalam bentuk dollar. 4. Secara simultan, inflasi, BI Rate, dan nilai tukar (kurs USD/IDR) memiliki pengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2013. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama ketiga variabel makroekonomi tersebut dapat menjadi pertimbangan investor dalam mengambil keputusan investasi. Sebelum melakukan investasi investor akan memperhatikan indicator-indikator makroekonomi relevan yang dapat mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Perubahan pada indikator tersebut akan mempengaruhi investor dalam berinvestasi di pasar modal Indonesia. 15 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 DAFTAR PUSTAKA Amin, M. Z. (2012). Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Kurs Dollar (USD/IDR) dan Indeks Dow Jones (DJIA) Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Periode 2008-2010). Jurnal Universitas Brawijaya, 1-17. Anoraga, P. (2006). Pengantar Pasar Modal. Jakarta: PT Rieneke Cipta. Astuti, R., Apriatni, & Susanta, H. (2013). Analasis Pengaruh Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar Rupiah, Inflasi dan Indeks Bursa Internasional Terhadap IHSG (Studi Pada IHSG di BEI Periode 2008-2012). Journal of Social and Politic of Science, 1-10. Bank Indonesia. (2011). Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. Jakarta. Bank Indonesia. (2012). Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. Jakarta. Bank Indonesia. (2013). Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. Jakarta. BI Rate. (2016). Retrieved from Bank Indonesia Official Web Site: www.bi.go.id Bursa Awal 2012 Lesu tapi 'Bukan Karena Fundamen' Ekonomi. (2016). Retrieved from BBC INDONESIA: http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2012/01/120102_ihsgopens.shtml Candra, C. A. (2015). Pengaruh Kurs (USD/IDR), Suku Bunga SBI, dan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan yang Tercatat dalam Bursa Efek Indonesia. Artikel Ilmiah Mahasiswa. Fakultas Ekonomi S1 Akuntansi. Universitas Jember. Darmadji, T. (2006). Pasar Modal Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat. Darmadji, T., & Fakhrudin. (2000). Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Data Kurs Bank Indonesia. (2016). Retrieved from Pusat Data - Kontan Online: pusatdata.kontan.co.id/makroekonomi/kurs_bi Delong, J. B., & Olney, M. L. (2006). Macroeconomics, 2nd Edition. New York: Mc Graw Hill Companies. Desfiandi, A., & Marantika, A. (2015). Composite Stock Price Index (IHSG) Macro Factor in Investment in Stock (Equity Funds). International Conference On Information Technology And Business. ISSN 2460-7223. Lampung. Djohanputro, B. (2008). Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro. Edisi Kedua. Jakarta: PPM Manajemen. Dornbusch, R., Fischer, S., & Startz, R. (2011). Macroeconomic, Eleventh Edition. New York: McGraw-Hill. Durbin Watson Tabel. (2016). Retrieved from Statistikian.com: http://www.statistikian.com/2013/03/durbin-watson-tabel.html Ekonomi dan Perdagangan. Inflasi. (2016). Retrieved from Badan Pusat Statistik: www.bps.go.id 16 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21. Edisi Ketujuh. Semarang: Universitas Diponegoro. Harianto, F., & Siswanto, S. (1998). Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Bursa Efek Jakarta. Haryogo, A. (2013). Pengaruh Nilai Tukar dan Indeks Dow Jones Terhadap Composite Index di Bursa Efek Indonesia. FINESTA Vol. 1, No. 1, 1-6. Jogiyanto. (2005). Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketiga. Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE. Kamus Bisnis: Apa Makna Investment Grade? (2016). Retrieved from Finansial Bisnis.com: http://finansial.bisnis.com/read/20130616/9/56809/kamus-bisnis-apa-maknainvestment-grade Kewal, S. S. (2012). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economia, Volume 8 Nomor 1, 53-64. Krisis Mata Uang Rupiah 2013: Penyebab dan Dampaknya. (2016). Retrieved from INDOPROGRESS Media Pemikiran Progresif: http://indoprogress.com/2013/09/krisis-mata-uang-rupiah-2013-penyebab-dandampaknya/ Krisna, A. A. (2013). Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI Pada Indeks Harga Saham Gabungan di BEI. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 3.2. ISSN: 2302-8556, 421-435. Lailia, H., Darminto, & Hidayat, R. R. (2014). Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Nilai Kurs Dollar dan Indeks Strait Times Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Studi Pada Bursa Efek Indonesia Periode Januari 2010-Juni 2013). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 12 No. 1 Juli 2014. Malang: Universitas Brawijaya. Liauw, J. S., & Wijaya, T. (2013). Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. STIE MDP. Madura, J. (2006). International Corporate Finance. Cetakan Kedelapan. Jakarta: Salemba Empat. Mankiw, N. G. (2012). Principles of Economics, Sixth Edition. South-Western: Cengage Learning. Menatap Ekonomi 2012 dengan Optimis. (2016). Retrieved from BBC INDONESIA: http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2012/01/120103_indoinvestmentgrad e.shtml Nanga, M. (2001). Makroekonomi, Edisi 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Novitasari, I. (2013). Pengaruh Inflasi, Harga Minyak Mentah Indonesia, dan Suku Bunga (BI Rate) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (data per bulan periode 2006-2012). Universitas Brawijaya, Malang. Parkin, M. (2014). Economics, Eleventh Edition. Edinburgh: Pearson. Prospek Bursa 2012 Menurut Para Analis. (2016). Retrieved from BBC INDOENSIA: http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2012/01/120103_analyst2012 Publikasi Statistik. (2016). Retrieved from Bursa Efek Indonesia: www.idx.co.id 17 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 Quote ^JKSE. Historical Data. (2016). Retrieved from Yahoo Finance - Business Finance, Stock Market, Quotes, News: finance.yahoo.com Republik Indonesia. (1995). Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995. Tentang Definisi atau Pengertian Pasar Modal. Salim, A. (2013). Effect of Interest Rates and Inflation of Reference Bank Indonesia Stock Price Index. e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 1, No. 1. ISSN 2355-0244. Samuelson, P. A., & Nordhaus, W. D. (2001). Economics, Seventeenth Edition. New York: McGraw-Hill. Sari, E., Wahyuningsih, S., & Hadiyati, P. (2014). Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Cadangan Devisa Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Periode Tahun 2002-2013. Aliansi Jurnal Manajemen Bisnis, 77-84. Sarwoko. (2005). Dasar-Dasar Ekonometrika. Yogyakarta: Andi. Sekaran, U., & Bougie, R. (2010). Research Methods For Business: A Skill Building Approach, Fifth Edition. West Sussex: John Wiley & Sons Ltd. Silim, L. (2013). Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Indek Harga Saham Gabungan Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 2. Jurusan Manajemen. Sukirno, S. (2002). Pengantar Makroekonomi, Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Pers. Sunariyah. (2003). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Jilid 2. Edisi ke 6. Jakarta: Erlangga. Suprihati. (2015). The Analysis of The Influence of Exchange Rate, SBI Interest Rate, Inflation Rate, Dow Jones Index and Nikkei 225 Index to IHSG. International Journal of Scientific Research an Education, Volume. 3, ISSN (e): 2321-7545. STIE AAS Surakarta, 3428-3442. Syarofi, F. H., & Muharam, H. (2014). The Impact of the Domestic Interest Rates, Exchage Rate, World Oil Prices, World Gold Prices, DJIA, Nikkei 225 and HSI on the JCI. The Second International Conference on Finance. Economics and Business Faculty Diponegoro University. Tandelilin, E. (2000). Pasar Modal Indonesia: Problem dan Prospek, Volume 3 No. 2. Yogyakarta: Wahana. Tandelilin, E. (2010). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE UGM. Winarno, W. W. (2011). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. World Databank - World Development Indicators. (2016). Retrieved from The World Bank : http://databank.worldbank.org/data/reports.aspx?source=2&series=FP.CPI.TOTL.ZG &country 18 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 LAMPIRAN 1 Data yang Digunakan 2011 2012 2013 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des LN IHSG 8.1726 8.1461 8.1770 8.2293 8.2476 8.2442 8.3005 8.2780 8.2221 8.1888 8.2294 8.2365 8.2782 8.2838 8.2999 8.3338 8.3067 8.2560 8.3051 8.3223 8.3398 8.3686 8.3727 8.3651 8.3901 8.4316 8.4819 8.5091 8.5371 8.4610 8.4409 8.3824 8.3788 8.4110 8.3802 8.3480 INFLASI 0.0089 0.0013 -0.0032 -0.0031 0.0012 0.0055 0.0067 0.0093 0.0027 -0.0012 0.0034 0.0057 0.0076 0.0005 0.0007 0.0021 0.0007 0.0062 0.0070 0.0095 0.0001 0.0016 0.0007 0.0054 0.0103 0.0075 0.0063 -0.0010 -0.0063 0.0103 0.0329 0.0112 -0.0035 0.0009 0.0012 0.0055 BI RATE 0.0650 0.0675 0.0675 0.0675 0.0675 0.0675 0.0675 0.0675 0.0675 0.0650 0.0600 0.0600 0.0600 0.0575 0.0575 0.0575 0.0575 0.0575 0.0575 0.0575 0.0575 0.0575 0.0575 0.0575 0.0575 0.0575 0.0575 0.0575 0.0575 0.0600 0.0650 0.0700 0.0725 0.0725 0.0750 0.0750 LN KURS 9.1091 9.0952 9.0781 9.0655 9.0544 9.0551 9.0517 9.0516 9.0786 9.0936 9.1067 9.1633 9.1170 9.1144 9.1720 9.1242 9.1849 9.2038 9.1545 9.1581 9.1654 9.1692 9.1725 9.1744 9.1787 9.1784 9.1804 9.1819 9.1861 9.1984 9.2190 9.2676 9.3364 9.3385 9.3599 9.3999 1 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 LAMPIRAN 2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif IHSG INFLASI BI RATE KURS Mean 8.323783 0.004294 0.062778 9.164958 Median 8.314500 0.003050 0.060000 9.167300 Maximum 8.537100 0.032900 0.075000 9.399900 Minimum 8.146100 -0.006300 0.057500 9.051600 Std. Dev. 0.097390 0.006606 0.005879 0.087629 Skewness 0.239322 2.153923 0.613702 0.979971 Kurtosis 2.424121 10.83643 2.015301 3.641370 Jarque-Bera 0.841107 119.9508 3.714227 6.379093 Probability 0.656683 0.000000 0.156123 0.041191 Sum 299.6562 0.154600 2.260000 329.9385 Sum Sq. Dev. 0.331965 0.001527 0.001210 0.268758 Observations 36 36 36 36 Hasil Uji Normalitas 9 Series: Residuals Sample 2011M01 2013M12 Observations 36 8 7 6 5 4 3 2 1 0 -0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis -3.50e-15 0.004506 0.176140 -0.137358 0.069791 0.381490 2.994390 Jarque-Bera Probability 0.873254 0.646213 0.20 2 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 LAMPIRAN 3 Hasil Uji Multikolinearitas INFLASI BI RATE KURS INFLASI 1.000000 -0.015960 0.066447 BI RATE -0.015960 1.000000 0.296774 KURS 0.066447 0.296774 1.000000 Hasil Uji Heterokedastisitas Dependent Variable: LOG(RESID2) Method: Least Squares Date: 08/17/16 Time: 12:40 Sample: 2011M01 2013M12 Included observations: 36 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI 39.67191 61.53366 0.644719 0.5237 BIRATE -61.62699 72.24464 -0.853032 0.4000 KURS -2.714912 4.857061 -0.558962 0.5801 C 21.81722 43.36078 0.503155 0.6183 R-squared 0.054405 Mean dependent var -6.763279 -0.034245 S.D. dependent var 2.357826 S.E. of regression 2.397858 Akaike info criterion 4.691468 Sum squared resid 183.9911 Schwarz criterion 4.867414 Hannan-Quinn criter. 4.752878 Durbin-Watson stat 1.610765 Adjusted R-squared Log likelihood -80.44642 F-statistic 0.613708 Prob(F-statistic) 0.611115 3 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 LAMPIRAN 4 Hasil Uji Autokorelasi Dependent Variable: IHSG Method: Least Squares Date: 08/17/16 Time: 12:37 Sample: 2011M01 2013M12 Included observations: 36 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI 1.534883 1.873048 0.819458 0.4186 BIRATE -7.134976 2.199084 -3.244522 0.0028 KURS 0.746436 0.147846 5.048738 0.0000 C 1.924055 1.319876 1.457754 0.1547 R-squared 0.486457 Mean dependent var 8.323783 Adjusted R-squared 0.438313 S.D. dependent var 0.097390 S.E. of regression 0.072989 Akaike info criterion -2.292567 Sum squared resid 0.170478 Schwarz criterion -2.116620 Log likelihood 45.26620 Hannan-Quinn criter. -2.231157 F-statistic 10.10409 Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) 0.000078 0.434902 4 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016 LAMPIRAN 5 Hasil Uji AR (1) Dependent Variable: IHSG Method: Least Squares Date: 08/17/16 Time: 12:40 Sample (adjusted): 2011M02 2013M12 Included observations: 35 after adjustments Convergence achieved after 210 iterations Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI -0.456200 0.681165 -0.669735 0.5081 BIRATE -6.390811 3.360107 -1.901967 0.0668 KURS -0.566861 0.199061 -2.847676 0.0079 C 114.1145 40895.91 0.002790 0.9978 AR(1) 0.999885 0.047735 20.94669 0.0000 R-squared 0.911548 Mean dependent var 8.328103 Adjusted R-squared 0.899754 S.D. dependent var 0.095248 S.E. of regression 0.030157 Akaike info criterion -4.033228 Sum squared resid 0.027284 Schwarz criterion -3.811035 Log likelihood 75.58148 Hannan-Quinn criter. -3.956527 F-statistic 77.29169 Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) 0.000000 Inverted AR Roots 1.869413 1.00 5 Indonesia Banking School Pengaruh inflasi..., Azka Ananda Putri, Ma.-IBS, 2016