LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MADYA

advertisement
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DOSEN MADYA
OPTIMASI SISTEM STRUKTUR CABLE-STAYED
AKIBAT BEBAN GEMPA
Tahun Ke-1 rencana 1 (satu) tahun
Ketua:
Ir. Murdini Mukhsin, MT.
(NIDN. 00-0511-5501)
Anggota:
Yusep Ramdani, ST., MT.
(NIDN. 04-1209-1975)
UNIVERSITAS SILIWANGI
OKTOBER 2016
1
2
RINGKASAN
Struktur jembatan cable stayed merupakan salah satu struktur jembatan
yang memiliki rasio bentang jembatan terhadap tinggi dek yang tinggi sehingga
struktur jembatan jauh lebih ringan dibandingkan jembatan yang ditumpu oleh
banyak pilar. Jembatan cable stayed merupakan pilihan utama untuk jembatan
bentang panjang karena struktur jembatan cable stayed menghasilkan bentuk
geometri dan elemen-elemen struktur yang relatif ringan dan ekonomis.
Hasil analisis bentuk geometri pada jembatan cable stayed menunjukan
bentuk susunan kabel semi harp menengahi permasalahan dimensi pada susunan
harp dan permasalahan pelaksanaan pemasangan pada susunan fan.
Hasil analisis statik menunjukkan bahwa pada masa layan pengaruh beban
lalu lintas menyebabkan kemungkinan terjadinya lendutan keatas dan kebawah
pada dek sehingga terjadi pembalikan tegangan pada dek. Sedangkan beban tetap
dan lalu lintas akan mempengaruhi perencanaan pylon dan kabel jembatan.
3
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Alloh SWT, berkat rahmat dan kurniaNya, penyusunan Laporan Penelitian dengan judul “ Optimasi Sistem Struktur
Cable-Stayed Akibat Beban Gempa ” dapat diselesaikan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca sangat
diharapkan yang menjadikan laporan penelitian ini menjadi lebih baik baik.
Kami sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan penelitian. Semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Amien.
Tasikmalaya, 31 Oktober 2016
Ketua Peneliti,
Murdini Mukhsin, MT
NIDN. 00-0511-5501
4
DAFTAR ISI
Halaman Judul
i
Halaman Pengesahan
ii
Ringkasan
iii
Prakata
iv
Daftar Isi
v
Daftar Tabel
vi
Daftar Gambar
vii
Daftar Lampiran
x
Bab 1
Pendahuluan
1
Bab 2
Tinjauan Pustaka
3
Bab 3
Tujuan Dan Manfaat Penelitian
14
Bab 4
Metode Penelitian
15
Bab 5
Hasil Yang Dicapai
18
Bab 6
Rencana Tahapan Berikutnya
45
Bab 7
Kesimpulan Dan Saran
46
Daftar Pustaka
Lampiran
5
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Hasil perhitungan pembesaran momen pada pylon bawah
41
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Pertemuan 3 (tiga) lempeng di wilayah Indonesia
3
Gambar 2.2. Penampang kabel dengan strand
5
Gambar 2.3. Tipe susunan kabel
Gambar 2.4. Angkur pada Dek dan Pylon
5
6
Gambar 2.5. Beberapa tipe menara
7
Gambar 2.6. Dek berbentuk box girder
7
Gambar 2.7. Pemodelan struktur cable stayed
8
Gambar 2.8. Elemen batang
9
Gambar 2.9. Elemen balok kolom
9
Gambar 2.10. Gaya aksial S1 dan S7
10
Gambar 2.11. Momen puntir S4 dan S10
10
Gambar 2.12. Gaya geser S2 dan S8
11
Gambar 2.13. Momen lentur S6 dan S12
12
Gambar 2.14. Gaya geser S3 dan S9
12
Gambar 2.15. Rectangular plate elemen
13
Gambar 4.1. Penempatan kabel fan system
15
Gambar 4.2. Penempatan kabel Harp system
15
Gambar 4.3. Penempatan kabel Modified fan system
16
Gambar 4.4. Bentuk Pylon yang digunakan
16
Gambar 4.5. Bagan alir penelitian
17
Gambar 5.1. Penampang melintang box girder
18
Gambar 5.2. Kurva hubungan antara lendutan dek, tinggi dek
dan inersia pylon
18
Gambar 5.3. Penampang memanjang jembatan cable stayed
19
Gambar 5.4. Tegangan untuk satu pias dek
19
Gambar 5.5. Grafik tegangan dek akibat kombinasi beban SLS 1A
22
Gambar 5.6. Grafik tegangan dek akibat kombinasi beban SLS 1B
22
Gambar 5.7. Grafik tegangan dek akibat kombinasi beban SLS 1C
23
7
Gambar 5.8. Grafik tegangan dek akibat kombinasi beban SLS 1D
23
Gambar 5.9. Grafik tegangan dek akibat kombinasi beban SLS 2
24
Gambar 5.10. Grafik tegangan dek akibat kombinasi beban SLS 3
24
Gambar 5.11. Grafik tegangan dek akibat kombinasi beban SLS 5
25
Gambar 5.12. Distribusi tegangan akibat deck prestressing
26
Gambar 5.13. Distribusi tegangan akibat bottom slab prestressing
26
Gambar 5.14. Tipe susunan kabel untuk pemodelan
28
Gambar 5.15. Kurva gaya aksial pylon berbagai tipe susunan cable
29
Gambar 5.16. Kurva gaya geser pylon arah 22
pada berbagai tipe susunan cable
29
Gambar 5.17. Kurva gaya geser pylon arah 33
pada berbagai tipe susunan cable
30
Gambar 5.18. Kurva momen lentur pylon arah 22
pada berbagai tipe susunan cable
30
Gambar 5.19. Kurva momen lentur pylon arah 33
pada berbagai tipe susunan cable
Gambar 5.20. Kurva tegangan dek atas pada berbagai tipe susunan cable 30
31
31
Gambar 5.21. Kurva tegangan dek bawah
pada berbagai tipe susunan cable
32
Gambar 5.22. Kurva hubungan lendutan dek, diameter kabel
dan Inersia pylon
37
Gambar 5.23. Penampang pylon
38
Gambar 5.24. Kurva hubungan antara kemiringan kabel dan lendutan dek
39
Gambar 5.25 Grafik gaya aksial pylon
dalam berbagai kondisi pembebanan
42
Gambar 5.26 Grafik gaya geser arah 22 pada pylon
dalam berbagai kondisi pembebanan
42
Gambar 5.27 Grafik gaya geser arah 33 pada pylon
dalam berbagai kondisi pembebanan
43
Gambar 5.28 Grafik momen lentur arah 22 pada pylon
dalam berbagai kondisi pembebanan
43
8
Gambar 5.29 Grafik momen lentur arah 33 pada pylon
dalam berbagai kondisi pembebanan
44
9
DAFTAR LAMPIRAN
Dokumentasi Fisik Penelitian
10
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam beberapa dekade terakhir jembatan cable-stayed telah digunakan
secara luas di seluruh dunia. Penggunaan secara luas struktur jembatan ini mulai
terealisasi baru-baru ini, dengan pengenalan high-strength steel, dek jembatan tipe
orthotropic, pengembangan teknik pengelasan yang baru, dan kemajuan dalam
analisis struktur. Semakin berkembangnya bentuk dan tipe jembatan cable stayed
memberikan tantangan kepada para insinyur untuk menemukan hal yang semakin
inovatif dan menantang dikarenakan struktur jembatan cable-stayed banyak
digunakan sebagai penghubung 2 (dua) daratan, daerah, wilayah bahkan
menghubungkan 2 (dua) kepulauan atau lebih. Struktur jembatan cable-stayed
sering digunakan untuk menghubungkan 2 (dua) wilayah yang sangat jauh sehingga
struktur jembatan ini sangat cocok memiliki pulau bentang yang sangat panjang.
Indonesia adalah negara kepulauan dengan karakteristik wilayah gempa
yang tersebar mulai Sabang sampai Merauke. Karakteristik gempa yang terjadi di
wilayah Indonesia akan mempengaruhi proses perancangan struktur jembatan
cable-stayed pada setiap wilayahnya. Analisa beban gempa dalam perhitungan
struktur jembatan cable-stayed sangat penting, karena sistem pylon jembatan cablestayed bersentuhan langsung dengan tanah keras sebagai media pelepasan energi
sesaat pada saat terjadi gempa bumi. Secara otomatis besarnya gempa bumi akan
mempengaruhi bentuk geometri kabel, type pylon, bentuk dek dan panjang bentang
jembatan.
1.2. Rumusan Masalah
Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar,
yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Pertemuan lempeng ini
memberikan akumulasi energi tabrakan sampai suatu titik dimana lapisan bumi
tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi sehingga lepas. Pelepasan energi
sesaat ini berupa percepatan gelombang seismik, tsunami, longsor, dan liquefaction
11
akan menimbulkan berbagai dampak terhadap bangunan-bangunan sipil
diantaranya:struktur gedung, jembatan, bendungan, jalan dan lainnya.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji
optimasi struktur jembatan cable-stayed akibat pengaruh beban gempa dengan
perumusan masalah sebagai berikut:
a) Bagaimanakah pengaruh zonasi gempa di wilayah Indonesia dapat berpengaruh
terhadap desain struktur jembatan cable-stayed?
b) Ketika beban gempa statik dan beban gempa dinamik bekerja pada struktur
jembatan cable-stayed, apakah akan memberikan perilaku yang sama atau
berbeda pada setiap elemen struktur jembatan cable-stayed?
c) Apakah perbedaan dalam pemilihan bentuk geometri kabel, bentuk pylon,
bentuk dek dan panjang bentang jembatan dapat dioptimalkan dalam proses
desain elemen struktur jembatan cable-stayed?
12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Indonesia merupakan negara yang secara geologis memiliki posisi yang unik
karena berada pada pusat tumbukan Lempeng Tektonik Hindia Australia di bagian
selatan, Lempeng Eurasia di bagian Utara dan Lempeng Pasifik di bagian Timur
laut. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai
Sumatra, Jawa dan Nusatenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan
Maluku Utara. Hal ini mengakibatkan Indonesia mempunyai tatanan tektonik yang
komplek dari arah zona tumbukan yaitu fore arc, volcanic arc dan back arc.
Gambar 2.1. Pertemuan 3 (tiga) lempeng di wilayah Indonesia
Mengingat Indonesia adalah wilayah yang rawan terjadi gempa, maka salah
satu cara untuk mengurangi kerusakan bangunan akibat gempa tersebut adalah
dengan cara merencanakan bangunan tahan gempa berdasarkan peraturan-peraturan
yang ada di Indonesia. Implementasi dari peraturan-peraturan tersebut adalah
dengan melakukan perencanaan struktur bangunan dengan pendekatan finite
element method (metode elemen hingga). Salah satu cara mengaplikasikan metode
tersebut dapat dilakukan dengan bantuan pengunaan software aplikasi. Khususnya
untuk struktur jembatan cable-stayed yang memiliki bentang panjang dengan
13
penopang jembatan berupa pylon yang cukup berperan dalam mereduksi beban
gempa, pemodelan dapat dilakukan dalam ruang 3 dimensi (3D).
Untuk melakukan pendekatan idealisasi tersebut maka diperlukan pemodelan
struktur berdasarkan material bahan yang digunakan. Salah satu bentuk pemodelan
tersebut diantaranya penggunaan rangka baja sebagai struktur dek maka dek
diidealisasikan sebagai sebuah struktur frame, sedangkan bila dek yang digunakan
menggunakan bahan beton bertulang maka pemodelan dek dapat dilakukan dengan
metode shell.
2.2. Struktur Jembatan Cable-Stayed
Jembatan cable-stayed adalah salah satu jembatan yang memiliki struktur
lantai kendaraan pada satu atau beberapa titik digantung secara elastik pada kabel.
Jembatan ini menggunakan sistem kabel sebagai salah satu tumpuannya. Jembatan
ini semakin populer seiring kemampuannya mengatasi bentang yang panjang.
Kekhususan jembatan ini ditandai dengan daya tarik estetika, penggunaan material
struktur secara lebih efisien dan kecepatan cara kerja konstruksinya dan elemen
struktural yang dimensinya relatif semakin kecil.
Elemen struktur jembatan jembatan cable-stayed yang penting adalah kabel,
angkur, menara dan dek.
2.2.1. Kabel
Kabel merupakan bagian jembatan cable-stayed yang menahan gaya tarik,
kabel ini harus terhindar dari fatigue dan diproteksi terhadap korosi, terutama pada
lingkungan yang agresif. Kabel yang biasa digunakan adalah kabel tipe ikatan wire
paralel atau strand paralel yang panjang, karena memiliki modulus elastisitas yang
tinggi dan konstan. Gambar penampang menyeluruh kabel dengan strand dapat
dilihat pada Gambar 2.2. Strand diletakkan berdekatan, dibungkus dengan helical
strand.
14
Gambar 2.2. Penampang kabel dengan strand
Pemilihan jumlah dan susunan kabel berpengaruh terhadap dimensi gelagar
dan menara serta metode pelaksanaan struktur jembatan cable-stayed. Sistem
penataan kabel dapat berupa sistem harp (harpa) dimana kabel dipasang sejajar dan
disambungkan ke menara dengan ketinggian yang berbeda-beda satu sama lain,
sistem radiating dimana kabel dipusatkan pada ujung atas menara dan disebar
sepanjang bentang pada gelagar, sistem fan (kipas) dimana kabel disebar pada
bagian atas menara dan pada dek sepanjang bentang yang menghasilkan kabel tidak
sejajar dan sistem star dimana kabel tersebar sepanjang gelagar. Gambar 2.3.
memberikan ilustrasi dari beberapa sistem penataan kabel jembatan cable-stayed.
Gambar 2.3. Tipe susunan kabel
15
Pada sistem harp, untuk jarak kabel tetap pada dek dan berat gelagar tetap,
terjadi gaya kabel yang sama, sedangkan pada sistem fan gaya kabel akan
berkurang. Pada sistem kabel fan, gaya tekan pada menara akan lebih besar dan
pada dek akan lebih kecil, hal ini berlaku sebaliknya jika sistem harp sehingga akan
menimbulkan tekuk yang besar untuk jembatan bentang panjang.
2.2.2. Angkur
Angkur adalah tempat ujung kabel yang dikaitkan ke penumpu. Angkur
harus menyalurkan gaya kabel pada dek jembatan dan pylon. Pada pylon kabel
dapat diangkur atau sebagai kabel menembus pylon. Kabel diangkur pada menara
di setiap sisi secara terpisah seperti pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Angkur pada Dek dan Pylon
2.2.3. Menara
Menara adalah komponen jembatan cable-stayed yang berfungsi sebagai
tumpuan dan rangkaian kabel. Desain menara menunjukkan estetika dari jembatan
cable-stayed, maka perancang harus memilih proporsi dan bentuk yang baik.
16
Sebagian besar menara dibuat dari beton karena relatif lebih murah dan mudah
dibentuk dibandingkan dengan baja.
Gambar 2.5. Beberapa tipe menara
Menara tipe A ini mempunyai kekakuan lateral yang lebih besar
dibandingkan tipe lainnya. Kaki menara dapat disatukan di bawah dek (Gambar 2.5
(c)). Penggunaan menara dengan bentuk-A pada daerah dengan kecepatan angin
yang tinggi adalah solusi optimal dari segi penampilan dan stabilitas aeroelastik.
2.2.4. Dek
Dek jembatan cable-stayed terdiri atas tipe rangka padat (stiffening truss)
dan tipe profil padat (solid web). Tipe rangka batang memerlukan proses fabrikasi
lebih kompleks, relatif sulit dalam perawatan dan mudah terpengaruh korosi
sehingga jarang digunakan. Tipe profil padat terdiri atas gelagar pelat (plate girder)
dan gelagar box (box girder), gelagar box memiliki kekakuan torsional lebih tinggi
dibandingkan gelagar pelat sehingga cocok untuk jembatan yang mengalami torsi
yang sangat besar.
Gambar 2.6 Dek berbentuk box girder
17
2.3. Pemodelan Elemen Struktur
Perilaku dari komponen struktur yang dimodelkan harus dapat diwakili oleh
elemen yang menjadi modelnya. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan tiga jenis
elemen hingga. Kabel dimodelkan sebagai elemen satu dimensi yang setiap titik
nodalnya mempunyai satu derajat kebebasan di arah aksial, menara dimodelkan
sebagai elemen tiga dimensi yang setiap titik nodalnya mempunyai 6 derajat
kebebasan, tiga translasi arah sumbu (X,Y dan Z) dan tiga rotasi dalam arah
vektorial sumbu (X,Y dan Z), dan dek dimodelkan sebagai elemen 3 dimensi yang
setiap nodalnya mempunyai tiga derajat kebebasan, translasi arah sumbu Z dan
rotasi dalam arah vektorial sumbu (X dan Y).
Elemen batang
pada kabel
Elemen pelat
lentur
Elemen balok kolom
Pada box girder
pada pylon
Gambar 2.7. Pemodelan struktur cable stayed
2.3.1. Elemen dengan Satu Derajat Kebebasan ( Elemen kabel )
Elemen ini mempunyai karakteristik menghubungkan dua titik nodal, hanya
dapat menahan gaya-gaya aksial (tarik dan tekan), dan mempunyai derajat
kebebasan satu untuk setiap titik nodalnya. Khusus untuk elemen kabel, untuk
setiap kondisi pembebanan yang akan terjadi pada struktur jembatan, gaya aksial
pada kabel harus selalu berupa gaya tarik karena kekakuan aksial kabel hanya untuk
menahan gaya tarik. Jika pada satu kondisi pembebanan ada kabel yang tertekan,
maka pemodelan diperbaiki atau kabel yang tertekan diasumsikan mempunyai
kekakuan sangat kecil. Matriks kekakuan k dan matriks gaya temperatur Q untuk
elemen batang.
18
Gambar 2.8. Elemen batang
persamaan matriks untuk elemen satu dimensi adalah:
 S1  AE  1  1  u1 
1
 S   L  1 1  u   AET  1

 2 
 
 2
(2.3.1)
jika pengaruh temperatur diabaikan maka persamaan (2.3.1) akan menjadi:
 S1  AE  1  1  u1 
 S   L  1 1  u 

 2 
 2
(2.3.2)
2.3.2. Elemen dengan Enam Derajat Kebebasan (Elemen balok-kolom)
Elemen balok diasumsikan sebagai batang lurus yang seragam yang dapat
menahan gaya aksial, momen lentur dan torsi. Gaya-gaya yang bekerja pada balok
adalah sebagai berikut : gaya aksial (S1, S7), gaya geser (S2, S3, S8, dan S9), momen
lentur (S5, S6, S11, dan S12) dan torsi (S4 dan S10).
Gambar 2.9. Elemen balok kolom
19
Gaya Aksial (S1 dan S7)
Gambar 2.10. Gaya aksial S1 dan S7
S1 
EA
u1  EATm
L
(2.3.3)
dan dari persamaan kesetimbangan pada arah x diperoleh :
S1 = -S7
(2.3.4)
Momen Puntir ( S4 dan S10 )
Gambar 2.11. Momen puntir S4 dan S10
S4 
GJ
u4
L
(2.3.5)
dengan meggunakan kondisi kesetimbangan untuk momen puntir maka :
S10 = - S4
(2.3.6)
Gaya Geser ( S2 dan S8 )
20
Gambar 2.12. Gaya geser S2 dan S8
S8 
S2 L
 M Tx
2
dan  
12 EI z
GAs L2
(2.3.7)
(2.3.8)
perlu diketahui disini bahwa kondisi batas berdasarkan teori lentur terjadi ketika
shear deformation υs diambil saat dυb/dx = 0; yaitu kemiringan berdasarkan
bending deformation adalah nol.
Gaya sisa yang bekerja pada balok dapat ditentukan dari persamaan
kesetimbangan ; oleh karena itu
S8  - S 2
(2.3.9)
21
Momen Lentur ( S6 dan S12 )
Gambar 2.13. Momen lentur S6 dan S12
dan S 2 
6S6
6M Tz

(4   ) L (4   ) L
(2.3.10)
Gaya Geser ( S3 dan S9 )
Gambar 2.14. Gaya geser S3 dan S9
yang memeperlihatkan arah positif dari momen lentur S5 dan S11 adalah berlawanan
dengan S6 dan S12,
Momen Lentur ( S5 dan S11 )
Sama dengan sebelumnya maka :
22
matriks kekakuan yang diperoleh diatas dapat digabungkan menjadi sebuah matriks
sebagai berikut :
 k1,1
k
 2,1
k    .

 .
k12,1

k1, 2
. .
.
. .
.
. .
.
. .
.
. .
k1,12 
. 
. 

. 
k12,12 
2.3.3. Elemen dengan Tiga Derajat Kebebasan (Elemen Pelat Lentur)
Pelat lentur yang dimodelkan disini ialah pelat lentur persegi dengan tiga
derajat kebebasan untuk setiap titik nodalnya, yaitu translasi arah sumbu Z dan
rotasi dalam arah vektorial sumbu X dan Y, sehingga elemen pelat lentur ini
mempunyai 12 derajat kebebasan,
Gambar 2.15. Rectangular plate elemen
Sebuah fungsi perpindahan digunakan untuk menghitung kekakuan dari pelat lentur
yang berbentuk rectangular berbentuk :
uz = au
u z  c1  c2 x  c3 y  c4 x 2  c5 xy  c6 y 2  c7 x3  c8 x 2 y  c9 xy 2  c10 y 3  c11 x3 y  c12 xy 3
(2.3.11)
23
BAB 3
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah :
a) Melakukan proses analisa beban gempa statik dan dinamik yang bekerja pada
struktur jembatan cable-stayed berdasarkan zonasi gempa di wilayah Indonesia
terkini.
b) Melakukan desain elemen struktur jembatan cable-stayed berdasarkan beban
gravitasi, beban angin dan beban gempa.
c) Melakukan optimasi perancangan elemen struktur jembatan cable-stayed pada
variasi pemilihan bentuk geometri kabel, bentuk pylon, bentuk dek dan panjang
bentang jembatan.
3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a) Diperolehnya analisis beban gempa statik dan dinamik yang bekerja pada
struktur jembatan cable-stayed berdasarkan zonasi gempa di wilayah Indonesia
terkini.
b) Diperolehnya desain elemen struktur jembatan cable-stayed berdasarkan beban
gravitasi, beban angin dan beban gempa.
c) Diperolehnya perancangan elemen struktur jembatan cable-stayed pada variasi
pemilihan bentuk geometri kabel, bentuk pylon, bentuk dek dan panjang bentang
jembatan.
24
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Umum
Dalam Penelitian ini digunakam model struktur jembatan cable stayed dengan
menggunakan kabel sebagai elemen truss, pylon sebagai lemen frame dan dek
sebagai elemen shell. Kemudian dimodelkan konfigurasi struktur kabel dengan 3
variasi bentuk. Konfigurasi kabel yang digunakan adalah fan system, harp system,
dan modified fan system.
Gambar 4.1. Penempatan kabel fan system.
Gambar 4.2. Penempatan kabel Harp system.
25
Gambar 4.3. Penempatan kabel Modified fan system.
Gambar 4.4. Bentuk Pylon yang digunakan.
4.2. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini struktur jembatan cable stayed yang direncanakan
berada di wilayah Indonesia.
4.3. Teknik Pengumpulan Data
Proses penelitian dilakukan dengan cara menjabarkan peraturan SNI terkini
mengenai pembebanan gempa sesuai zonasi kegempaan di wilayah Indonesia,
standar peraturan struktur baja dan beton bertulang. Kemudian dilakukan analisis
struktur dengan pemodelan 3 dimensi (3D) menggunakan software aplikasi SAP
2000. Data-data hasil analisis struktur berupa gaya-gaya dalam dianalisa sebagai
data perencanaan struktur.
26
4.4. Tahapan Penelitian
Untuk mendapatkan optimasi struktur jembatan cable stayed akibat beban
gempa maka perlu dilakukan beberapa pemodelan struktur, kemudian hasil dari
analisis struktur dibandingkan untuk mendapatkan konfigurasi bentuk paling
optimum. Adapun langkah-langkahnya lebih lengkap dijelaskan dengan bagan alir
sebagai berikut:
STUDI LITERATUR
- Konsep dan teori
- Review peraturan-peraturan
VERIFIKASI SOFTWARE
- Analisis 3D jembatan cable stayed
PEMODELAN STRUKTUR
-Pemodelan masing masing variasi konfigurasi kabel
dengan menggunakan software SAP 2000
ANALISIS MODAL
- Bentuk Modal
- Perioda waktu
- Frekuensi
- Defleksi maksimum
- Reaksi dan gaya dalam
ANALISIS DINAMIK
- Diagram tegangan
- Gaya dalam elemen
- Defleksi
KESIMPULAN DAN SARAN
SELESAI
Gambar 4.5. Bagan alir penelitian
27
BAB 5
HASIL YANG DICAPAI
5.1. Penampang Dek Jembatan Cable Stayed
Lebar lantai kendaraan yang digunakan sebesar 16,5 m untuk dua jalur lalu
lintas, lebar lantai kendaraan adalah sebesar 33 m. Sedangkan lebar jembatan
seluruhnya adalah sebesar 35 m. Penampang box girder terdiri atas penampang
dengan diaphragma dan tanpa diaphraghma. Sesuai peraturan lendutan maksimum
sebesar 1,5 m maka tinggi dek yang digunakan pada jembatan cable stayed ini
adalah sebesar 3,5 m
Gambar 5.1. Penampang melintang box girder
 kabel
dek
Lendutan max di deck pada penggunaan kabel diameter 0.25 m
0
0
1
2
3
4
5
6
7
tinggi dek (m)
-0.5
lendutan (m)
-1
-1.5
-2
-2.5
-3
I1
I2
I3
I4
(5m x 5m)
(8m x 8m)
(11m x 11m)
(14m x 14m)
-3.5
Gambar 5.2. Kurva hubungan antara lendutan dek, tinggi dek dan inersia pylon
28
Jembatan cable stayed mempunyai bentang utama sepanjang 760 m dan bentang
tepi sepanjang 380 m serta jarak antar kabel direncanakan sebesar 10 m dimana
rasio antara bentang tepi dan bentang tengah adalah ½ sehingga dapat digunakan
metode balance cantilever pada tahap.
Gambar 5.3. Penampang memanjang jembatan cable stayed
Pada masa layan ini sistem pembebanan pada dek hanya beban lalu lintas saja yang
bekerja, hal ini telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Gambar 5.4. Tegangan untuk satu pias dek
Hasil perhitungan dengan menggunakan software SAP 2000 diperoleh besar
tegangan maksimum yang terjadi di dek akibat berat sendiri dek dan beban
superimposed adalah sebagai berikut :
Akibat berat sendiri dek :
Tegangan pada serat atas
= - 935,295 kN/m2.
Tegangan pada serat bawah
= 372,056 kN/m2.
Akibat beban superimposed :
Tegangan pada serat atas
= - 270,71 kN/m2.
29
Tegangan pada serat bawah
= 58,51 kN/m2.
Sedangkan untuk mendapatkan tegangan maksimum di dek akibat beban lalu lintas
maka perlu dilakukan kombinasi pembebanan. Adapun kombinasi pembebanan
tersebut dibagi menjadi beberapa kombinasi antara lain :
SLS 1A : beban lajur di sepanjang bentang + beban rem + beban temperatur
SLS 1B : beban lajur di tengah bentang + beban rem + beban temperatur
SLS 1C : beban lajur di satu sisi tepi bentang + beban rem + beban temperatur
SLS 1D : beban lajur di dua sisi tepi bentang + beban rem + beban temperatur
SLS 2 : beban lajur + beban rem + beban temperatur + beban pejalan kaki
SLS 3 : beban lajur + beban rem + beban temperatur
SLS 5 : beban lajur + beban rem + beban temperatur + beban angin
Hasil analisis struktur yang berupa tegangan yang terjadi akibat kombinasi
pembebanan pada dek dapat dilihat pada Gambar 5.5 sampai dengan Gambar 5.11.
Dari grafik tegangan pada Gambar 5.5 sampai dengan Gambar 5.11. tersebut
diperoleh data tegangan maksimum dan minimum yang terjadi pada dek adalah
sebagai berikut :
Tegangan pada serat atas
Teg (negatif) = - 6,75.103 kN/m2
Teg (positif) = + 6,10.103 kN/m2
Tegangan pada serat bawah
Teg (negatif) = - 10,25.103 kN/m2
30
Teg (positif) = + 10.103 kN/m2
Hasil tegangan-tegangan maksimum dan minimum ini kemudian digunakan
sebagai dasar dalam analisis perencanaan prestress pada dek.
31
45 m
178 m
Grafik tegangan dek akibat kombinasi SLS 1A
(beban hidup dan rem di sepanjang bentang)
10 m x 35
4000
serat atas
3000
2000
Tegangan (kN/m2)
1000
Tegangan
serat bawah
0
-400
-300
-200
-100
0
100
200
300
400
-1000
-2000
tegangan serat atas
-3000
tegangan serat bawah
-4000
-5000
-6000
Jarak titik tinjauan dari pylon (m)
Gambar 5.5. Grafik tegangan dek akibat kombinasi beban SLS 1A
45 m
178 m
Grafik tegangan dek akibat kombinasi SLS 1B
(beban hidup dan rem di tengah bentang)
10 m x 35
10000
serat atas
Tegangan (kN/m2)
5000
Tegangan
serat bawah
0
-400
-300
-200
-100
0
100
-5000
200
300
400
tegangan serat atas
tegangan serat bawah
-10000
-15000
Jarak titik tinjauan dari pylon (m)
Gambar 5.6. Grafik tegangan dek akibat kombinasi beban SLS 1B
32
45 m
178 m
Grafik tegangan dek akibat kombinasi SLS 1C
(beban hidup dan rem di satu sisi bentang)
10 m x 35
10000
serat atas
8000
6000
Tegangan (kN/m2)
4000
Tegangan
serat bawah
2000
0
-400
-300
-200
-100
0
100
200
300
400
tegangan serat atas
-2000
tegangan serat bawah
-4000
-6000
-8000
-10000
Jarak titik tinjauan dari pylon (m)
Gambar 5.7. Grafik tegangan dek akibat kombinasi beban SLS 1C
45 m
178 m
Grafik tegangan dek akibat kombinasi SLS 1D
(beban hidup dan rem di dua sisi bentang)
10 m x 35
15000
serat atas
Tegangan (kN/m2)
10000
5000
Tegangan
serat bawah
0
-400
-300
-200
-100
0
100
-5000
200
300
400
tegangan serat atas
tegangan serat bawah
-10000
Jarak titik tinjauan dari pylon (m)
Gambar 5.8. Grafik tegangan dek akibat kombinasi beban SLS 1D
33
45 m
178 m
Grafik tegangan dek akibat kombinasi SLS 2
10 m x 35
6000
serat atas
4000
Tegangan (kN/m2)
2000
Tegangan
serat bawah
0
-400
-300
-200
-100
0
100
200
300
400
-2000
tegangan serat atas
-4000
tegangan serat bawah
-6000
-8000
-10000
Jarak titik tinjauan dari pylon (m)
Gambar 5.9. Grafik tegangan dek akibat kombinasi beban SLS 2
45 m
178 m
Grafik tegangan dek akibat kombinasi SLS 3
10 m x 35
4000
serat atas
3000
2000
Tegangan (kN/m2)
1000
Tegangan
serat bawah
0
-400
-300
-200
-100
0
100
200
300
400
-1000
-2000
tegangan serat atas
-3000
tegangan serat bawah
-4000
-5000
-6000
Jarak titik tinjauan dari pylon (m)
Gambar 5.10. Grafik tegangan dek akibat kombinasi beban SLS 3
34
45 m
178 m
Grafik tegangan dek akibat kombinasi SLS 5
10 m x 35
3000
serat atas
2000
Tegangan (kN/m2)
1000
Tegangan
serat bawah
0
-400
-300
-200
-100
0
100
200
300
400
-1000
tegangan serat atas
-2000
tegangan serat bawah
-3000
-4000
-5000
Jarak titik tinjauan dari pylon (m)
Gambar 5.11. Grafik tegangan dek akibat kombinasi beban SLS 5
a. Penentuan gaya prategang awal yang dibutuhkan (Pa dan Pb)
Prategang yang digunakan dalam analisis jembatan cable stayed ini adalah
central prestressing/straight tendon pada bagian atas dan bawah penampang
box girder. Direncanakan untuk central presstressing eksentrisitas tendon
dibatasi oleh selimut beton yaitu sebesar 300 mm, maka eksentrisitas central
prestressing sebagai berikut :
Eksentrisitas tendon deck slab
ea = 1381,1 mm
Eksentrisitas tendon bottom slab eb = 1818,9 mm
Untuk Teg (positif) = + 6,10.103 kN/m2, dimana pada serat atas terjadi tegangan
tarik maka dipasang prestress (Pa) pada deck slab, dengan asumsi tegangan
tarik pada serat atas tidak terjadi (fatas = 0) maka Pa sebesar :
35
Gambar 5.12. Distribusi tegangan akibat deck prestressing
f atas  
0
Pa Pa * e a * y a


serat atas
A
I
Pa
Pa * 1.3811 * 1.6811
3

 6.10  10
23.8426
59.1310
Pa  75123 .15 kN
Untuk Teg (positif) = + 10.103 kN/m2, pada serat bawah terjadi tegangan tarik
maka dipasang presstress (Pb) pada bottom slab, dengan asumsi tegangan tarik
pada serat bawah tidak terjadi (fbawah = 0), maka Pb sebesar :
Gambar 5.13. Distribusi tegangan akibat bottom slab prestressing
f bawah  
0
Pb Pb * eb * y b


serat bawah
A
I
Pb
Pb * 1.8189 * 2.1189
3

 10  10
23.8426
59.1310
Pb  93361 .5 kN
36
b. Penentuan perkiraan jumlah strand yang dibutuhkan.
Untuk menentukan besar gaya prategang yang digunakan dalam perhitungan
maka digunakan besaran tegangan baja prategang sebagai berikut :
fpu = 1860 Mpa
menurut ACI tegangan tarik ditendon prategang selama segera setelah
pengangkeran tendon tidak boleh melebihi 0,7 fpu untuk tendon pascatarik.
Besar gaya prategang initial untuk satu strand adalah sebesar :
Pi = 0,7 * fpu * Astrand = 0,7 * 1860 MPa * 98,7 mm2 =128,5 kN
Jumlah strand yang dibutuhkan adalah :
Pada deck slab
na 
:
Pa
75123 .15

 584 .61  600 strand
Pi
128 .5
Pada bottom slab :
nb 
Pb
93361 .5

 726 .54  750 strand
Pi
128 .5
5.2. Tipe susunan kabel
Dilakukan analisis formasi susunan kabel untuk tipe harp, fan dan semiharp
dengan menggunakan data teknis yang sama sebagai berikut:
- Dimensi pylon 12,5 m x 12,5 m dengan Inersia 2034,5 m4.
- Tebal dek sebesar 0,3 m dan tinggi dek 3,5 m.
- Panjang bentang utama 760 m dan bentang tepi 380 m.
37
760 m
380 m
380 m
(a) harp
380 m
760 m
(b) fan
380 m
760 m
380 m
380 m
(c) semiharp
Gambar 5.14. Tipe susunan kabel untuk pemodelan
Pengaruh susunan kabel memberikan perilaku struktur jembatan cable stayed, yang
antara lain :
a)
Urutan gaya aksial semakin besar untuk formasi kabel fan-semiharp-harp
b)
Urutan gaya geser pilar (V22) semakin kecil untuk formasi kabel fansemiharp-harp
c)
Urutan gaya geser pilar (V33) semakin besar untuk formasi kabel fansemiharp-harp
d)
Urutan momen lentur pilar (M22) semakin besar untuk formasi kabel fansemiharp-harp
e)
Urutan momen lentur pilar (M33) semakin besar untuk formasi kabel fansemiharp-harp
f)
Urutan tegangan pada dek atas (S11) semakin besar untuk formasi kabel fansemiharp-harp
g)
Urutan tegangan pada bawah atas (S11) semakin besar untuk formasi kabel
fan-semiharp-harp
Dari beberapa pertimbangan diatas maka dalam penelitian ini digunakan
susunan kabel tipe semiharp karena kabel tipe ini selain menggunakan panjang
kabel yang relatif lebih pendek juga gaya-gaya dalam yang terjadi di struktur tidak
begitu besar.
38
Grafik gaya aksial pylon berbagai tipe cable
Gaya aksial
pylon
250
Tinggi titik tinjauan (m)
200
150
100
HARP
SEMI HARP
FAN
50
0
-250000
-200000
-150000
-100000
-50000
0
Gaya aksial (kN)
Gambar 5.15. Kurva gaya aksial pylon berbagai tipe susunan cable
Grafik gaya geser 22 berbagai tipe cable
250
Tinggi titik tinjauan (m)
200
150
HARP
SEMI HARP
FAN
100
V22
V33
V22
V33
50
0
-5000
-4000
-3000
-2000
-1000
0
1000
2000
Gaya geser 22 (kN)
Gambar 5.16. Kurva gaya geser pylon arah 22 pada berbagai tipe susunan
cable
39
Grafik gaya geser 33 pada berbagai tipe cable
250
Tinggi titik tinjauan (m)
200
150
HARP
SEMI HARP
FAN
100
V22
V33
V22
V33
50
0
-40000
-20000
0
20000
40000
60000
80000
Gaya geser 33 (kN)
Gambar 5.17. Kurva gaya geser pylon arah 33 pada berbagai tipe susunan
cable
Grafik momen 22 pylon pada berbagai tipe cable
250
Tinggi titik tinjauan (m)
200
150
M33
HARP
SEMI HARP
FAN
100
M22
M33
M22
50
0
-800000
-600000
-400000
-200000
0
200000
400000
600000
800000
Momen (kNm)
Gambar 5.18. Kurva momen lentur pylon arah 22 pada berbagai tipe susunan
cable
40
Grafik momen 33 berbagai tipe cable
250
Tinggi titik tinjauan (m)
200
150
HARP
SEMI HARP
FAN
100
M33
M33
M22
M22
50
0
-600000 -400000 -200000
0
200000
400000
600000
800000 1000000 1200000 1400000
Momen 33 (kNm)
Gambar 5.19. Kurva momen lentur pylon arah 33 pada berbagai tipe susunan
cable
40 m 175 m
Grafik tegangan serat atas dek berbagai tipe cable
10 m x 35
375 m
380 m
10000
5000
Tegangan (kN/m2)
0
-400
-300
-200
-100
0
100
200
300
400
-5000
-10000
HARP
SEMI HARP
FAN
serat atas
-15000
-20000
Tegangan
serat bawah
-25000
Jarak titik tinjauan dari pylon
Gambar 5.20. Kurva tegangan dek atas pada berbagai tipe susunan cable
41
40 m
175 m
Grafik tegangan serat bawah dek berbagai tipe cable
10 m x 35
375 m
380 m
20000
Tegangan (kN/m2)
10000
0
-400
-300
-200
-100
0
100
200
300
400
-10000
serat atas
-20000
HARP
SEMI HARP
FAN
-30000
Tegangan
serat bawah
-40000
Jarak titik tinjauan dari pylon
Gambar 5.21. Kurva tegangan dek bawah pada berbagai tipe susunan
cable
42
5.3. Diameter kabel
Berdasarkan gambar 5.22 diperoleh bahwa diameter kabel yang cocok untuk jembatan
cable stayed ini adalah sebesar 0,25 m
DATA LENDUTAN UNTUK TINGGI DEK 3,5 m
diameter kabel (m)
0
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
-1
-2
lendutan max di deck (m)
I1 (5 m x 5 m)
I2 (8 m x 8 m)
-3
I3(11 m x 11 m)
I4 (14 m x 14 m)
-4
-5
-6
 kabel
dek
-7
-8
Gambar 5.22. Kurva hubungan lendutan dek, diameter kabel dan Inersia pylon
5.4. Dimensi Pylon
Tipe dari pylon pada penelitian ini adalah tipe modifikasi berlian. Keuntungan dari
tipe berlian ini karena bentuknya yang arsitektural sehingga menambah nilai estetika dari
jembatan.
37
Gambar 5.23. Penampang pylon
Dimensi pylon yang digunakan adalah 12,5 m x 12,5 m ( I = 2034,5 m 4 ) dan material
yang digunakan adalah beton fc’ = 25 MPa. Tinggi pylon merupakan fungsi dari panjang panel
(Troitsky, 1977) yang dapat dilihat pada Gambar 5.14. Dengan batas minimum sudut antara
kabel dan dek sebesar 25o maka persamaan tinggi pylon jembatan cable stayed dapat ditulis
sebagai berikut:
H  n.a. tan 250
dimana : n = jumlah kabel
a = panjang panel
jadi untuk n = 36 buah dan a = 10 m, maka berdasarkan rumus diatas diperoleh tinggi pylon
sebesar : H  36  10  tan 250  167.87 m
untuk cable stayed ini digunakan tinggi pylon sebesar 170 m.
38
Hubungan antara kemiringan kabel dan lendutan dek
TOT

6
5
lendutan kabel
4
3
2
RECOMMENDED
LIMITS
1
0
0
10
20
30
40
50
sudut antara kabel dan dek (
60
O
70
80
)
Gambar 5.24. Kurva hubungan antara kemiringan kabel dan lendutan dek
Hasil analisis struktur diperoleh gaya aksial tekan terbesar yang terjadi adalah akibat
kombinasi beban ULS 2 yaitu sebesar 1717181 kN, gaya geser maksimum arah 22 terjadi
akibat kombinasi pembebanan ULS 1C sebesar 30353,5 kN, gaya geser arah 33 maksimum
sebesar 88589,67 kN akibat kombinasi beban ULS 2, momen lentur arah 22 terbesar dialami
pylon adalah akibat kombinasi pembebanan ULS 2 sebesar 1457555 kNm dan momen lentur
arah 33 terbesar yang dialami pylon adalah akibat kombinasi beban ULS 1 sebesar 2952086.
Disini akan diberikan contoh hasil analisis pylon dimana gaya-gaya dalam yang maksimum
yang terjadi adalah akibat kombinasi beban ULS 1B. Adapun hasil analisisnya adalah sebagai
berikut :
Untuk dimensi pylon 12.5 m x 12,5 m, luas tulangan vertikalnya adalah :
1.0 m2 < As < 6.0 m2
faktor pembesaran momen akibat efek kelangsingan pylon adalah :
Lu (22) =
46,744 m
Lu (33) =
46,744 m
39
I33
=
302,0833 m4
I22
=
33,3333 m4
Pu
= 1634145,0 kN
M22
= 1403691,0 kNm
M22(2) = 1182698,0 kNm
M33
= - 2890224,0 kNm
M33(2) = - 2131708,0 kNm
Pembesaran momen arah longitudinal adalah :
C m  0.6  0.4
EI 
Pe 
b 
(2131708.0)
 0.895
(2890224.0)
30.10 6  1302.0833
 7812500000
2.5(1  1)
 2  7812500000
1  46.7442
 35288893
0.895
 1.0
1634145.0
1
0.75 * 35288893
0.895
 0.9531  1.0
0.9382
 b  1.0
b 
M 33 1* 2890224  2890224 kNm
Pembesaran momen arah transversal adalah :
C m  1.0
EI 
Pe 
26.10 6  533.33
 2.773316.10 9
2.5(1  1)
 2  2.773316.10 9
1  46.7442
 12527008.04
40
b 
1
 1 .0
1634145.0
1
0.75 * 12527008.04
b 
1.0
 1.21
0.826
M 22 1,21  1182698  1699243.69 kNm
dari hasil perhitungan tersebut maka momen dan gaya aksial yang akan digunakan untuk
mendesain tulangan yang diperlukan dapat ditabelkan sebagai berikut :
Tabel 5.1. Hasil perhitungan pembesaran momen pada pylon bawah
Pu rencana
M2 rencana
M3 rencana
( kN )
( kNm )
( kNm )
1634145
-1699243
2890224
Untuk perencanaan tulangan geser diperoleh hasil sebagai berikut :
Vu = 86530 kN
1634145   30  3


 .10  8  12.1  124800.7 kN
Vc  1 

 14  12.5  8   6 
Beberapa peraturan dalam menentukan tulangan geser dan spasi minimum menurut SK SNI
antara lain :
(a). Batas spasi tulangan geser < d/2 atau 600 mm


(b). Apabila Vs melebihi 1 3 f c ' bw .d jarak spasi sengkang tidak boleh lebih dari ¼
d atau 300 mm
(c). Bahan-bahan dan tegangan maksimum
Tulangan leleh geser fy < 400 MPa


Vs  2 3 f c ' bw .d
(d). Luas penampang tulangan minimum
Av 
3 Av f y
1 bw s
atau s maks 
bw
3 fy
41
Dari hasil perhitungan sebelumnya diketahui bahwa gaya geser arah 33 maksimum adalah
sebesar 88589,67 kN sedangkan kemampuan pylon terhadap geser beton pada pylon adalah
sebesar 128216 kN, sehingga tidak diperlukan adanya tulangan geser pada pylon.
Grafik gaya aksial pada pylon dalam berbagai kombinasi pembebanan
Gaya aksial
pylon
250
kombinasi ULS 1A
200
kombinasi ULS 1B
72 m
kombinasi ULS 1C
Titik tinjauan pada pylon
kombinasi ULS 1D
kombinasi ULS 2
150
kombinasi ULS 4
kombinasi ULS 5
100
108 m
50
45 m
-2.0E+06
-1.6E+06
-1.2E+06
-8.0E+05
-4.0E+05
0
0.0E+00
Gaya aksial (kN)
Gambar 5.25 Grafik gaya aksial pylon dalam berbagai kondisi pembebanan
Grafik gaya geser arah 22 pada pylon dalam berbagai kombinasi pembebanan
250
200
Titik tinjauan pada pylon
72 m
150
kombinasi ULS 1A
100
kombinasi ULS 1B
108 m
V22
kombinasi ULS 1C
V33
V22
V33
kombinasi ULS 1D
kombinasi ULS 2
50
kombinasi ULS 4
45 m
kombinasi ULS 5
-4.0E+04
-3.0E+04
-2.0E+04
-1.0E+04
0
0.0E+00
1.0E+04
2.0E+04
Gaya geser V2, (kN)
Gambar 5.26 Grafik gaya geser arah 22 pada pylon dalam berbagai kondisi pembebanan
42
Grafik gaya geser arah 33 pada pylon dalam berbagai kombinasi pembebanan
250
200
Titik tinjauan pada pylon
72 m
150
kombinasi ULS 1A
kombinasi ULS 1B
100
kombinasi ULS 1C
108 m
V22
kombinasi ULS 1D
V33
V22
V33
kombinasi ULS 2
kombinasi ULS 4
50
kombinasi ULS 5
45 m
-1.0E+05
-8.0E+04
-6.0E+04
-4.0E+04
-2.0E+04
0
0.0E+00
2.0E+04
4.0E+04
6.0E+04
Gaya Geser V3, (kN)
Gambar 5.27 Grafik gaya geser arah 33 pada pylon dalam berbagai kondisi pembebanan
Grafik momen lentur arah 22 pada pylon dalam berbagai kombinasi pembebanan
250
200
Titik tinjauan pada pylon
72 m
150
kombinasi ULS 1A
kombinasi ULS 1B
100
kombinasi ULS 1C
108 m
M33
M33
kombinasi ULS 1D
M22
kombinasi ULS 2
M22
kombinasi ULS 4
50
kombinasi ULS 5
45 m
-1.5E+06
-1.0E+06
-5.0E+05
0
0.0E+00
5.0E+05
1.0E+06
1.5E+06
2.0E+06
Momen lentur M22, (kNm)
Gambar 5.28 Grafik momen lentur arah 22 pada pylon dalam berbagai kondisi
pembebanan
43
Grafik momen lentur arah 33 pada pylon dalam berbagai kombinasi pembebanan
250
kombinasi ULS 1A
kombinasi ULS 1B
200
kombinasi ULS 1C
72 m
kombinasi ULS 1D
Titik tinjauan pada pylon
kombinasi ULS 2
kombinasi ULS 4
150
kombinasi ULS 5
100
108 m
M22
M33
M33
M22
50
45 m
-2.0E+06
-1.0E+06
0
0.0E+00
1.0E+06
2.0E+06
3.0E+06
4.0E+06
Momen lentur M33, (kNm)
Gambar 5.29 Grafik momen lentur arah 33 pada pylon dalam berbagai kondisi
pembebanan
44
BAB 6
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Mengingat struktur jembatan cable stayed adalah struktur jembatan dengan teknologi
yang terus berkembang maka kiranya ada beberapa hal yang perlu disampaikan berkaitan
dengan rencana tahapan penelitian selanjutnya, diantaranya:
1) Penelitian mengenai elemen struktur kabel jembatan difokuskan pada penggunaan
keragaman material
2) Penelitian mengenai pylon jembatan difokuskan pada keragaman bentuk pylonnya
3) Penelitian mengenai dek jembatan difokuskan pada bentuk box girder jembatan dan
struktur prategangnya
4) Penelitian mengenai beban dinamik akibat beban gempa dilakukan dengan memperhatikan
keragaman tanah keras
5) Penelitian mengenai struktur bawah jembatan dilakukan dengan menganalisis bentukbentuk struktur pondasi dan metoda pelaksanaannya
45
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
1) Gaya-gaya dalam yang timbul pada kabel semakin besar dengan urutan formasi kabel
tipe fan-semiharf-harf. Panjang kabel semakin membesar pada formasi kabel tipe harfsemiharf-fan, sedangkan pekerjaan tipe fan memerlukan perletakan kabel pada pylon
yang lebih rumit dari pada tipe semiharp.
2) Penggunaan formasi tipe semiharp merupakan pilihan utama pada jembatan cable
stayed, karena masih lebih ekonomis.
3) Pada masa pelayanan tegangan serat atas dan bawah dek lebih besar daripada tegangan
ijin dek, sehingga diperlukan adanya stressing dek selama tahap pelayanan.
4) Pada masa pelayanan, tegangan serat dek atas dan bawah mengalami perubahan arah
tegangan dimana pada dek terjadi tegangan positif dan tegangan negatif, untuk
menghindari retak pada dek akibat tegangan positif maka diperlukan stressing pada dek.
5) Gaya-gaya dalam maksimum yang terjadi pada pylon tidak tergantung pada satu jenis
pembebanan, untuk momen lentur arah memanjang dek maksimum terjadi akibat beban
yang diletakkan ditengah bentang jembatan cable stayed.
6) Tegangan yang terjadi pada kabel selama masa layan adalah sebesar 308,52 MPa
dimana nilai ini lebih kecil dari tegangan ijin cable yaitu sebesar 0,75 * fpu (1395 Mpa).
7.2. Saran
1) Menganalisis bentuk pylon yang beragam pada struktur jembatan cable stayed
2) Menganalisis beban dinamik akibat beban gempa pada struktur jembatan cable stayed
dengan keragaman tanah keras
3) Menganalisis penggunaan material yang beragam pada struktur jembatan cable stayed
4) Menganalisis ragam bentuk box girder pada struktur jembatan cable stayed
5) Melakukan perancangan struktur bawah jembatan cable stayed
6) Melakukan perancangan struktur jembatan cable stayed dengan panjang jembatan yang
beragam
46
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum, (1992), “ Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan “,
Jakarta
Departemen Pekerjaan Umum, (2002), “ Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung “, SNI-03-2002, Jakarta
Firmansyah, J. (2003), “ Tantangan Alam dan Tipe Struktur Jembatan Lintas Selat Sunda
“, Prosiding Semiloka Infrastruktur Lintas Selat Sunda, Institute Teknologi Bandung
Karoumi R., “Dynamic Response of Cable-Stayed Bridges Subjected to Moving Vehicles”,
IABSE 15th Congress, Denmark, pp. 87-92, 1996.
Karoumi R., “Modeling of Cable Stayed Bridger For Analysis of Traffic Induced
Vibrations”,
Kanok-Nukulchai W., Yiu P.K.A., Brotton D.M., “Mathamatical Modelling of Cable-Stayed
Bridges”, Struct. Eng. Int., 2, pp. 108-113, 1992.
Naaman, A.E. (1982), “ Presstressed Concrete Analysis and Design “, McGraw-Hill
Nasution A., (2003), “ Spesifikasi, Tata Cara Perencanaan dan Pelaksanaan Konstruksi
Sistem Struktur Jembatan dan Terowongan “, Prosiding Semiloka Infrastruktur
Lintas Selat Sunda, Institute Teknologi Bandung
Nawy, E.G. (2000), “ Prestressed Concrete “, Prentice-Hal
Podolny, W. , Scalzi, J.B.(1976), “ Construction and Design of Cable Stayed Bridges “, John
Wiley and Sons
Troitsky, M.S.,(1977), “ Theory and Design Cable Stayed Bridges “, Crosby Lockwood
Staples, London
Walther, R. (1988), “ Cable Stayed Bridges “, Thomas Telford, London.
Wangsadinata W., (2003), “ Beberapa Catatan Mengenai Penyeberangan Selat Sunda “,
Prosiding Semiloka Infrastruktur Lintas Selat Sunda, Institute Teknologi Bandung
47
Download