praksis pembelajaran kewirausahaan pada unit produksi jasa boga

advertisement
27
PRAKSIS PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN
PADA UNIT PRODUKSI JASA BOGA
Tuatul Mahfud
Sekolah Indonesia di Sabah Malaysia
[email protected]
Pardjono
Jurusan Pendidikan Teknik Mesin
[email protected]
Abstrak: Praksis pembelajaran kewirausahaan pada unit produksi jasa boga. Penelitian bertujuan
menemukan konsepsi guru tentang pembelajaran kewirausahaan, kompetensi kewirausahaan yang
dikembangkan pada unit produksi sekolah dalam bidang jasa boga. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif jenis studi kasus. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, ketua program studi, kepala unit
produksi, dan siswa. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi dan dianalisis
menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman yang terdiri dari reduksi data, data display, dan
kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) belajar kewirausahaan memerlukan kegiatan
nyata (hands-on) dengan melibatkan siswa pada kegiatan usaha yang nyata dalam unit produksi; (2)
kompetensi kewirausahaan dikembangkan melalui unit produksi adalah: pengetahuan tentang
kewirausahaan melalui pengetahuan diri dan pengetahuan praktis; sikap kewirausahaan meliputi etos
kerja, disiplin, kemandirian, dan kreativitas, keterampilan berkomunikasi, keterampilan konseptual,
keterampilan pengambilan keputusan, keterampilan mengatur waktu, keterampilan kepemimpinan. Model
pembelajaran kewirausahaan yang dikembangkan melalui unit produksi adalah: produksi luar dan
produksi dalam, dan kantin mobil. Evaluasi dan monitoring dilakukan melalui dua cara, dengan
monitoring kinerja dan produk.
Kata Kunci: pembelajaran, entrepreneurship, unit produksi
Abstract: The Praxis of Entrepreneurship Learning in the Food services Production Unit. This study
aims to investigate teachers’ concepts of entrepreneurship learning, entrepreneurship competencies
developed in the production unit, and entrepreneurship learning processes in the production unit of food
services in SMK Negeri 6 Yogyakarta. This study employed the qualitative case study. The research
subjects were the principal, head of the study program, head of the production unit, and students. Data
were collected through interviews, observations, and documentation. The collected data were analyzed
using Miles and Huberman model consisting of data reduction, data display, and conclusion. The result
shows that: (1) Entrepreneurship learning needs hands-on-experiences-based; (2) the entrepreneurship
competency developed through the production unit includes a) entrepreneurship knowledge, consisting of
self-knowledge and practical knowledge, b) entrepreneurship attitudes, consisting of work ethos,
autonomy, discipline, creativity, and innovativeness, and c) entrepreneurship skills, consisting of:
technical skill, human relations skill, conceptual skill, decision making skill, time management skill, and
leadership skill; (3) no instructional standard employed in to develop entrepreneurship in production
unit. There are three entrepreneurship learning models employed in the production unit: inside
production, outside production, and mobile canteen. The learning outcome is measured in two ways, i.e.
performance and product monitoring. Meanwhile, evaluation of the students’ learning progress is
conducted by using profit-based evaluation.
Keywords: learning, entrepreneurship, production unit
Praksis Pembelajaran Kewirausahaan pada Unit Produksi Jasa Boga
28
dituntut
PENDAHULUAN
Dalam era global, dunia pendidikan di
untuk
menunjukkan
peran
dan
kemampuannya sebagai institusi yang mampu
Indonesia pada saat ini dan yang akan datang
"memasok"
masih menghadapi tantangan yang semakin
kebutuhan masyarakat.
sumber
daya
manusia
untuk
berat serta kompleks. Indonesia harus mampu
Sejalan dengan kondisi tersebut, maka
bersaing dengan negara-negara lain baik dalam
dalam hal ini SMK harus semakin siap
produk, pelayanan, maupun dalam penyiapan
membekali tamatannya dengan kompetensi yang
sumber daya manusia (SDM). Salah satu contoh
dibutuhkan
perlunya pengembangan potensi SDM yang
tamatannya benar-benar mampu bersaing dan
berkualitas ditunjukan dengan hasil survei yang
siap memenangkannya.
dilakukan
Human
pendidikan kejuruan yang dimainkan lembaga
Devopment Indeks (HDI) pada tahun 2007
pendidikan SMK ini diamanatkan oleh Undang-
menyebutkan bahwa posisi Indonesia dalam
Undang Sistem Pendidikan Nasional yang
peringkat
dunia
menekankan bahwa lulusan SMK diarahkan
internasional adalah nomor 111 dengan skor
pada tiga pilar utama yaitu: (1) bekerja di dunia
0.734 dari 182 negara Asia Afrika yang disurvei
usaha dan dunia industri (DUDI), (2) bekerja
HDI (UNDP, 2007: 168).
secara mandiri atau usaha sendiri dan (3)
oleh
daya
UNDP
saing
mengenai
bangsa
di
Untuk memperoleh SDM yang berkualitas
dan memiliki daya saing, perlu didukung oleh
oleh
dunia
kerja
sehingga
Paradigma peran
melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi
terutama perguruan tinggi profesi/vokasi.
suatu sistem pendidikan dan pelatihan nasional
Disamping itu, dalam konteks sistem
yang dikembangkan berdasar pada kebutuhan
pendidikan di Indonesia sebagaimana disebutkan
pasar kerja dan dinamika percepatan perubahan
dalam
yang terjadi pada dunia usaha dan dunia industri.
Nasional Nomor 2 Tahun 1989 pasal 11 ayat 3
Dalam konteks perkembangan dan perubahan
menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah
yang terjadi dalam masyarakat Indonesia dewasa
merupakan pendidikan yang mempersiapkan
ini,
pada
peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang
pengetahuan dan keterampilan tenaga kerjanya
tertentu. Hal yang sama disebutkan dalam pasal
dan
kerja
1 Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990
berpengetahuan dan berketerampilan tergantung
bahwa yang dimaksud dengan pendidikan
pada kualitas pendidikan dan pelatihan, terutama
menengah kejuruan ialah pendidikan pada
pendidikan kejuruan. Tenaga kerja yang terlatih
jenjang
dan terampil tentu akan dapat meningkatkan
mengutamakan
pengembangan
nilai tambah produk yang dihasilkan melalui
peserta
untuk
ciri-ciri peningkatan produktivitas, pengurangan
pekerjaan tertentu. Selanjutnya dalam Peraturan
biaya produksi, hasil yang diperoleh berkualitas
Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Pasal 3, ayat
tinggi, dan investasi dapat kembali dalam waktu
2, antara lain dinyatakan bahwa Pendidikan
yang relatif lebih cepat (rate of return).
Menengah Kejuruan mengutamakan penyiapan
daya
saing
untuk
bangsa
membuat
tergantung
tenaga
Disamping itu lembaga pendidikan kejuruan
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012
Undang-undang
pendidikan
didik
Sistem
Pendidikan
menengah
yang
kemampuan
melaksanakan
jenis
29
siswa untuk memasuki lapangan kerja serta
didirikan Unit Produksi yang beroperasional
mengembangkan sikap professional.
secara profesional”. Disamping itu, muara
Mengacu kepada Undang-Undang dan
lulusan dari pendidikan di SMK pada dasarnya
Peraturan Pemerintah di atas, maka akar
tidak hanya dicetak untuk dapat bekerja secara
pendidikan menengah kejuruan sesungguhnya
professional di dunia industri, namun juga
adalah
bekerja secara mandiri melalui berwirausaha
tersedianya
lapangan
kerja
bagi
tamatannya. Untuk mencapai tujuan tersebut,
dalam bidangnya.
maka pendidikan menengah kejuruan tidak
Hadirnya unit produksi pada SMK dapat
dapat dipisahkan dari Dunia Usaha/Dunia
memberikan pengalaman kerja nyata (real to
Industri/Dunia Kerja sebagai institusi penyerap
work) bagi siswanya agar menguasai kompetensi
tenaga kerja. Oleh karena itu pendidikan
produktif secara profesional. Di samping itu,
menengah
dirancang,
siswa juga dipersiapkan untuk menjadi pribadi-
dilaksanakan, dan dievaluasi secara terkait (link)
pribadi wirausahawan agar tamatannya tidak
dengan Lapangan kerja (DU/DI). sehingga
hanya menjadi pencari kerja (job seeker) tetapi
hasilnya benar-benar sesuai, cocok atau sepadan
juga dapat menjadi pencipta lapangan kerja (job
(match) dengan tuntutan dan kebutuhan Dunia
creator). Kompetensi kewirausahaan tersebut
Usaha/Dunia Industri/Dunia Kerja.
salah
kejuruan
Namun
hendaknya
ironisnya,
fenomena
satunya
dapat
diperoleh
melalui
yang
pembelajaran di unit produksi/jasa sekolah. Hal
berkembang yang dialamatkan kepada lembaga
ini pun sejalan dengan pernyataan Priseiden RI,
pendidikan kejuruan dewasa ini adalah kurang
bahwa jiwa wirausaha harus dipupuk sejak kecil
mampunya lembaga pendidikan menyiapkan
sehingga pendidikan nasional tidak hanya
sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh
melahirkan para pencari kerja tetapi pencipta
masyarakat, dalam hal ini pasar kerja terutama
lapangan kerja. (Kominfo Newsroom, 2009: 1)
dunia industri. Ketidakmampuan ini dikandung
Pada dasarnya unit produksi merupakan
pengertian tidak adanya kesesuaian kualifikasi
suatu program upaya peningkatan mutu sekolah
antara
realitas
yang dirancang sebagai wadah menciptakan
tuntutan dunia industri yang sangat maju dengan
lulusan yang berjiwa wirausaha dan peningkatan
pesatnya.
kemampuan serta keterampilan sumberdaya
output
pendidikan
dengan
Untuk mampu mencapai kualifikasi dan
manusia, siswa dan guru, disamping sebagai
kompentensi yang dibutuhkan DUDI, maka
suatu usaha untuk mengoptimalkan penggunaan
Sekolah Menengah Kejuruan perlu merancang
fasilitas sekolah yang dapat memberikan nilai
kegiatan konkrit yang relevan dengan kebutuhan
tambah bagi sekolah.
siswa ketika belajar dan setelah lulus kelak.
Unit produksi sekolah terutama dapat
Berkaitan dengan penyiapan tenaga kerja ini,
berperan
dalam
pembekalan
keterampilan
secara eksplisit disebutkan dalam Peraturan
produksi yang sesuai dengan kebutuhan tenaga
Pemerintah Nomor 29 tahun 1990 pada pasal 29
kerja pada pasar industri, oleh karena itu
ayat 2, bahwa: ”Untuk mempersiapkan siswa
pengelolaan unit produksi sekolah memerlukan
SMK menjadi tenaga kerja, pada SMK dapat
kemampuan manajerial untuk berinovasi dalam
Praksis Pembelajaran Kewirausahaan pada Unit Produksi Jasa Boga
30
pengelolaan sumber daya manusia, sumber daya
unit produksi. Padahal secara operasional,
fasilitas, serta pengelolaan kegiatan belajar
penyelenggaraan
mengajar siswa agar unit produksi secara
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan juga
optimal dapat mendukung pelaksanaan program
sebagai wadah pembelajaran siswa. Sehingga
unit produksi. Unit produksi juga merupakan
hal ini menjadi hambatan dalam pelaksanaan
suatu usaha incorporated-intrapreneur atau
pembelajaran melalui unit produksi.
unit
produksi
disamping
suatu wadah kewirausahaan sekolah yang
Disamping itu pula keterlibatan siswa
mempunyai kewenangan khusus dari pimpinan
dalam penyelenggaraan unit produksi belum
sekolah
terlaksana secara optimal. Kegiatan siswa dalam
kepada
pengelola
untuk
secara
demokratis melakukan tugas dan tanggung
unit
jawabnya. Karena unit produksi adalah wadah
pekerjaan yang bersifat praktis, belum sampai
kewirausahaan
dalam
kepada manajemen pengelolaannya. Hal ini
untuk
diperkuat oleh Widiarto (1997) menyatakan
di
pelaksanaannya
sekolah,
harus
maka
dikelola
dikembangkan dalam suatu wadah usaha.
produksi
hanya
sebatas
menangani
bahwa peran siswa dalam kegiatan unit produksi
Agar unit produksi sekolah dapat menjadi
masih relatif kecil, sebatas menangani pekerjaan
sumber pembelajaran dan pendanaan pendidikan
yang bersifat praktis, dan dari segi jumlahnya
maka
masih sedikit sekali, yaitu sekitar 2%.
perlu
dikelola
secara
profesional.
Disamping itu akan memberikan keuntungan,
Dari penjelasan tersebut terlihat adanya
seperti dijelaskan pada strategi Dikmenjur 2000-
kesenjangan
2005, keuntungannya meliputi: (1) menambah
operasional
penghasilan SMK yang dapat digunakan untuk
sebagai
meningkatkan
(2)
kewirausahaan di SMK guna menciptakan
memperbaiki dan meremajakan fasilitas sekolah;
lulusan yang memiliki sikap berwirausaha dan
(3) mendekatkan relevansi program kejuruan
memiliki kompetensi keahlian. Dari hasil pra
dengan kebutuhan dunia industri; dan (4)
survei penelitian yang dilakukan pada tanggal 25
menyiapkan siswa berlatih kerja secara nyata
Desember 2010 hingga 30 Desember 2010 di
dan bertanggung jawab, karena hasil kerjanya
tiga tempat yang menjadi rekomendasi para ahli
akan dijual di pasaran umum.
yaitu SMK Negeri 3 Klaten, SMK Negeri 6
Namun
kesejahteraan
kenyataannya
warganya;
kemajuan
antara
kebijakan
penyelenggaraan
bagian
dari
model
unit
dengan
produksi
pembelajaran
unit
Yogyakarta, dan SMK Negeri 4 Yogyakarta
produksi masih lamban, belum tertanamnya
didapatkan bahwa pengelolaan unit produksi
wawasan bisnis di SMK, langkanya sumberdaya
sebagai
manusia yang mampu dan sanggup mengelola
kewirausahaan yang baik adalah SMK Negeri 6
unit produksi serta kurangnya dukungan dari
Yogyakarta.
salah
satu
fasilitas
pembelajaran
pihak-pihak pengelola SMK, (Wardiman, 1998:
Hasil pra survey di SMK Negeri 6
107). Hambatan lainnya adalah lemahnya
Yogyakarta menunjukkan bahwa: 1) terdapat
manajemen pengeloalaan unit produksi sehingga
unit produksi dalam program studi jasa boga di
unit produksi berjalan apa adanya, hanya
sekolah
memenuhi aturan bahwa SMK harus memiliki
pengalaman praktis (practical experience) bagi
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012
tersebut
yang
dijadikan
tempat
31
siswa; 2) unit produksi sekolah telah mengacu
menghambat perubahan. Penelitian ini dilakukan
pada standar keahlian yaitu standar keahlian Jasa
di SMK Negeri 6 Yogyakarta. Pemilihan ini
Boga; 3) unit produksi sekolah telah mengelola
dilatarbelakangi
sumber daya sekolah untuk menghasilkan
kemapanan
barang atau jasa secara rutin yang akan dijual
produksi
untuk mendapatkan keuntungan financial; 4)
pembelajaran. Waktu penelitian ini dilaksanakan
melibatkan siswa dalam kegiatan operasionalnya
pada bulan Desember sampai dengan Maret
yang dapat menjadi sarana pelatihan nyata (on
tahun ajaran 2010/2011.
dengan
dalam
sebagai
kelengkapan
dan
penyelenggaraan
unit
salah
satu
bentuk
the job training) bagi siswa maupun staff
Subjek penelitian ini adalah penanggung
pengajar; 5) terdapat proses pembelajaran
jawab unit produksi, pengelola unit produksi,
kewirausahaan dalam kegiatan unit produksi
dan pelaksana unit produksi SMK Negeri 6
yaitu dengan pemberian modal usaha kepada
Yogyakarta.
siswa; 6) menjalin kemitraan dengan institusi
mendapatkan
data
pasangan dalam mengembangkan unit produksi
pembelajaran
melalui
sekolah.
produksi dan perkembangan kompetensinya
Untuk itu diperlukan penelitian tentang
Sebagai
key
informan
untuk
mengenai
proses
penyelenggaran
unit
adalah kepala SMK Negeri 6 Yogyakarta.
proses pembelajaran kewirausahaan melalui
Dalam
penyelenggaraan unit produksi di SMK Negeri 6
mengumpulkan
Yogyakarta yang meliputi: 1) konsepsi guru
wawancara, observasi, dan dokumentasi. analisis
terhadap
2)
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kompetensi kewirausahaan yang dikembangkan
Analysis Interactive Model dari Miles dan
dalam kegiatan unit produksi jasa boga; 3)
Huberman (1985: 23) yang membagi kegiatan
proses pembelajaran kewirausahaan melalui
analisis
kegiatan unit produksi jasa boga yang meliputi
pengumpulan data, pengelompokan menurut
strategi, pelaksanaan, dan monitoring dan
variabel,
evaluasi pembelajaran.
memisahkan
pembelajaran
kewirausahaan;
penelitian
data
menjadi
ini
menggunakan
beberapa
reduksi
peneliti
data,
outlier
metode
bagian
penyajian
data,
dan
yaitu:
data,
penarikan
kesimpulan atau verifikasi data.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus
(case study). Menurut Robert E. Stake (Denzin
& Lincoln, 2009: 299) studi kasus bukanlah
sebuah pilihan metodoligis, namun lebih sebagai
pilihan objek yang diteliti. Muhadjir (1996: 38)
menjelaskan bahwa penelitian studi kasus
didasarkan
ketajaman
peneliti
melihat
kecenderungan, pola arah, interaksi banyak
faktor
dan
hal
lain
yang
memacu
atau
HASIL PENELITIAN
Konsepsi Guru
Kewirausahaan
terhadap
Pembelajaran
Dalam pendidikan di SMK tidak dapat
melepaskan diri dari pendidikan kewirausahaan,
karena salah satu lulusannya selain diarahkan
untuk bekerja dalam dunia industri juga
disiapkan untuk dapat menciptakan lapangan
kerja baru di bidangnya melalui berwirausaha.
Untuk membentuk siswa menjadi seorang
wirausaha tidaklah cukup hanya berbekal bakat
Praksis Pembelajaran Kewirausahaan pada Unit Produksi Jasa Boga
32
yang dimiliki oleh siswa, namun juga siswa
jenjang
harus memiliki pengetahuan mengenai segala
mendukung
aspek usaha yang akan ditekuninya. Siswa dapat
kewirausahaan bagi siswa. Karena nilai-nilai
mengembangkan bakatnya melalui pendidikan
kewirausahaan merupakan bagian dari nilai-nilai
di sekolahnya. Hal ini sekaligus membantah
dasar
anggapan bahwa kewirausahaan merupakan
bertanggungjawab, disiplin, kerja keras, kreatif,
bakat bawaan sejak lahir, sehingga tidak dapat
dan
dipelajari dan diajarkan.
diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap
Oleh
karenanya
model
termasuk
dalam
pendidikan
mandiri.
SMK
penanaman
karakter
Nilai-nilai
telah
nilai-nilai
yaitu
seperti
tersebut
dapat
sistem
mata pelajaran. Sehingga penanaman nilai-nilai
pendidikan di SMK harus menunjang untuk
kewirausahaan dapat diaplikasikan secara luas,
menciptakan
tidak hanya diterapkan pada mata pelajaran
tenaga-tenaga
dan
pendidikan
wirausaha
baru
melalui pendidikan kewirausahaan. Pendidikan
kewirausahaan
kewirausahaan diharapkan mampu mengasah
diintegrasikan dalam mata pelajaran lain baik
kemampuan nalar dan bakat kewirausahaan
kelompok mata pelajaran normatif, adaptif,
siswa agar bisa membuka lapangan pekerjaan
maupun produktif.
baru.
saja
tapi
juga
dapat
Realisasinya, sekolah telah mengupayakan
Kondisi ini dapat dicapai bila pendidikan
untuk
menyusun
kurikulum
dengan
kewirausahaan yang diberikan kepada siswa
memasukkan nilai-nilai kewirausahaan kedalam
bukanlah sekedar pengajaran teori semata,
pendidikan karakter bangsa. Nilai-nilai tersebut
namun juga aplikasi langsung yaitu dengan cara
telah termuat di dalam kurikulum dalam bentuk
melibatkan siswa langsung dalam kegiatan nyata
hidden curriculum. Namun sejauh ini, upaya
berwirausaha.
pentingnya
tersebut belum mampu membentuk siswa untuk
pendidikan kewirausahaan ini telah disadari oleh
menjadi seorang wirausaha, termasuk mata
para pendidik di SMK Negeri 6 Yogyakarta. Hal
pelajaran teori kewirausahaan. Oleh karenanya
ini tercermin dalam proses pembelajaran yang
diperlukan kegiatan belajar kewirausahaan yang
telah menyelenggarakan kegiatan unit produksi
riil atau nyata, yaitu dengan melibatkan siswa
sebagai salah satu fasilitas belajar siswa dalam
dalam
melatih keterampilan produktif dan keterampilan
Penanaman
berwirausaha
langsung.
pengetahuan yang didapatkan siswa dalam mata
bahwa
pelajaran normatif, adaptif dan produktif akan
(unit
diaplikasikan secara nyata oleh siswa dalam
mengembangkan
kegiatan belajar di unit produksi. Sehingga dapat
Menurut
Kesadaran
dengan
Singh
penyelenggaraan
produksi)
aplikasi
(1998:
unit
efektif
akan
48)
usaha
dalam
sekolah
kegiatan
unit
nilai-nilai
produksi
sekolah.
kewirausahaan
keterampilan berwirausaha untuk memenuhi
dikatakan
kebutuhan
dalam
merupakan muara pembelajaran kewirausahaan
yang
bagi siswa. Dengan demikian, pembelajaran
pengembangan
masyarakat
barang
dan
atau
jasa
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
pembelajaran
unit
dan
produksi
nilai-nilai kewirausahaan tidak hanya dilakukan
Disamping itu, hadirnya kebijakan tentang
pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada
implementasi pendidikan karakter pada setiap
internalisasi, dan pengamalan nyata dalam
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012
33
bentuk keterlibatan siswa untuk mengelola
yang
dikembangkan
oleh
sekolah
dalam
usaha di unit produksi.
pembelajaran di unit produksi, identifikasi
Dalam pembelajarannya, unit produksi
tersebut dengan cara wawancara, observasi, dan
memiliki tujuan jangka pendek (short term) dan
dokumentasi selama proses pengambilan data di
jangka panjang (long term). Tujuan jangka
lapangan. Mengacu pada definisi kompetensi
pendek dari pembelajaran unit produksi yaitu
yang diungkapkan oleh Martinis (2005: 127)
sebagai sumber dana sekolah yang didapatkan
bahwa kompetensi adalah kemampuan dasar
dari keuntungan produksi, keuntungan tersebut
yang dapat dilakukan oleh para siswa pada tahap
digunakan untuk biaya operasional sekolah.
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Maka
Sedangkan tujuan jangka panjangnya yaitu
kompetensi kewirausahaan tersebut dijabarkan
untuk membentuk siswa menjadi self-employee,
kedalam tiga kelompok besar yaitu pengetahuan,
yaitu pemberi kerja bagi dirinya dan orang lain
sikap, dan keterampilan seorang wirausaha.
dengan berwirausaha.
Pertama; pengetahuan kewirausahaan. Dari
Hal ini terlihat bahwa meskipun unit
produksi
merupakan
pembelajaran
berbasis
hasil penelitian, dalam proses pembelajaran di
unit produksi SMK Negeri 6 Yogyakarta
bisnis atau perolehan keuntungan namun tetap
sebagian
mengedepankan nilai edukasinya, yaitu proses
pengetahuan yang dikembangkan hanya bersifat
pembelajaran
bagi
melatih
pengetahuan teknis. Kondisi ini serupa dengan
keterampilan
produktif
keterampilan
pernyataan Gibb (Fayolle, 2007: 74) bahwa
siswa
dalam
dan
berwirausaha.
dalam
Kompetensi
Dikembangkan
Kewirausahaan
yang
besar
guru
pendidikan
pembelajarannya
menyadari
formal
hanya
bahwa
sebagian
besar
memusatkan
pada
proses transfer explicit knowledge. Sedangkan
Kompetensi kewirausahaan yang akan
pengetahuan yang bersifat tacit knowledge
dikembangkan akan dijadikan sebagai landasan
belum banyak disadari oleh guru, padahal
melakukan proses pembelajaran dan penilaian
pengetahuan
siswa. Namun sayangnya, saat ini kompetensi
membentuk karakter seorang wirausaha. Namun
kewirausahaan
demikian
yang
dikembangkan
dalam
ini
sangat
pengetahuan
penrting
yang
bersifat
dalam
tacit
pembelajaran di unit produksi belum tertuang
knowledge sudah diajarkan atau dikembangkan
dan bahkan belum terkonsep dalam perencanaan
oleh guru pada pembelajaraan kewirausahaan
pembelajaran
melalui kegiatan unit produksi, baik disadari
di
unit
produksi.
Meskipun
kompetensi tersebut belum terkonsep namun
maupun
proses
penyampaiannya.
pembelajaran
kewirausahaan
sudah
tidak
disadari
tugas
Misalnya
kepada
dalam
proses
ketika
guru
siswa
dalam
berjalan yaitu dengan adanya penanaman nilai-
memberikan
nilai kewirausahaan yang dilakukan oleh guru
mengelola usaha kelompok dengan pemberian
kepada peserta didik yang bermuara pada
modal untuk dikembangkan, maka sebenarnya
pengembangan kompetensi kewirausahaan.
saat itu guru telah mengajarkan secara tidak
Dalam hal ini peneliti telah melakukan
langsung kepada siswa bahwa uang dipandang
identifikasi terhadap kompetensi kewirausahaan
sebagai suatu sumber daya, bukan tujuan akhir
Praksis Pembelajaran Kewirausahaan pada Unit Produksi Jasa Boga
34
usaha. Uang atau laba yang diperoleh oleh siswa
(keterampilan
berelasi),
akan dikelola secara proaktif dan dijadikan
(keterampilan konseptual), decision making skill
sumber daya dalam mengembangkan usahanya
(keterampilan pengambilan keputusan) , time
secara terus menerus.
management
skill
conceptual
(keterampilan
skill
mengatur
Adapun pengetahuan kewirausahaan yang
waktu), dan leadership skill (keterampilan
dikembangkan meliputi self knowledge dan
kepemimpinan). Dalam hal ini keterampilan
practical knowledge. Self knowledge merupakan
produktif atau keterampilan kejuruan sesuai
pengetahuan yang bersifat tacit knowledge yang
dengan kompetensi keahlian sudah termasuk
berkaitan dengan pengetahuan tentang jenis
dalam technical skill. Sedangkan yang lainnya
usaha yang akan dijalankan dan pengetahuan
merupakan keterampilan pendukung.
dasar
tentang
kewirausahaan.
Sedangkan
practical knowledge merupakan pengetahuan
Proses Pembelajaran Kewirausahaan di Unit
Produksi
yang bersifat explicit knowledge yang berkaitan
Adanya asumsi bahwa kewirausahaan tidak
dengan pengetahuan yang bersifat praktis seperti
dapat dipelajari dan diajarkan karena hanya
pengetahuan tentang teknik memasak dan
dapat dilakukan melalui pengalaman langsung
memproduksi,
dan sudah merupakan bakat yang dibawa sejak
quality
control
product,
pembukuan, dan pemasaran.
Kedua;
sikap
lahir
kewirausahaan.
Sikap
adalah
hakekakatnya
salah
besar.
Karena
kewirausahaan
pada
merupakan
kewirausahaan yang dikembangkan meliputi
disiplin
etos kerja, kemandirian, disiplin, dan kreatif dan
diajarkan. Seperti halnya pernyataan menurut
inovatif.
Suryana
Penanaman
nilai-nilai
tersebut
ilmu
yang
(2009:10)
dapat
bahwa
dipelajari
dan
kewirausahaan
sangatlah penting dan sudah mulai ditanamkan
merupakan disiplin ilmu yang mempelajari
kepada
tentang
siswa
dalam
pembelajaran
nilai,
kemampuan,
dan
perilaku
kewirausahaan melalui kegiatan unit produksi.
seseorang dalam menghadapi tantangan hidup
Hal ini dianggap penting karena secara umum
untuk memperoleh peluang dengan berbagai
sikap kewirausahaan sangat dibutuhkan dalam
resiko yang mungkin dihadapinya.
mempertahankan kelangsungan hidup manusia,
Oleh
karenanya
unsur-unsur
terlebih dalam menjalankan usaha di bidang tata
pembelajarannya
boga..
baiknya agar benar-benar dapat menciptakan
Ketiga;
keterampilan
harus
dirancang
sebaik-
kewirausahaan.
seorang wirausaha dalam bidangnya. Disamping
Berbekal pengetahuan dan sikap kewirausahaan
itu, proses pembelajaran dalam pendidikan
saja tidaklah cukup jika tidak dilengkapi dengan
kewirausahaan
bekal keterampilan. Beberapa keterampilan
pemanfaatan nyata terhadap pengetahuan dan
kewirausahaan
dalam
kemampuan untuk bekal hidup peserta didik di
pembelajaran kewirausahaan melalui kegiatan
tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Hal ini
Unit Produksi Jasa Boga SMK Negeri 6
menjadi tantangan bagi dunia pendidikan untuk
Yogyakarta diantaranya adalah technical skill
dapat merancang desain proses pembelajaran
(keterampilan teknis), human relations skill
sebaik dengan pengalaman nyata (hands-on
yang
dikembangkan
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012
harus
diarahkan
kepada
35
experiences), Hjorth (Fayolle, 2007: 50). Dan
dikarenakan kegiatan unit produksi merupakan
salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di luar kelas
dengan cara melibatkan siswa langsung ke
yang belum merumuskan tujuan instruksional
dalam kegiatan nyata dalam berwirausaha (by
dalam pembelajarannya dan juga program ini
doing)
magang
terlepas dari kegiatan intrakurikuler. Hal inilah
(apprenticeship), Itkonen (Stenström & Tynjälä,
yang menyebabkan pembelajaran kewirausahaan
2009: 160).
melalui kegiatan unit produksi belum terkonsep
atau
dengan
cara
Sejauh ini dalam proses pembelajaran
kewirausahaan, internalisasi atau penanaman
dengan matang.
Strategi Pembelajaran
nilai-nilai kewirausahaan kepada siswa dalam
kegiatan unit produksi sudah dilakukan oleh
para guru, namun masih belum banyak disadari
sepenuhnya oleh para guru bahwa apa yang
dilakukannya merupakan bagian dari proses
pembelajaran
kewirausahaan.
Sebenarnya
munculnya ketidaksadaran guru tersebut dipicu
oleh
ketidaktahuan
pembelajaran
guru
terhadap
kewirausahaan.
konsep
Dalam
Meskipun kegiatan unit produksi terlepas
dari Kegiatan Belajar Mengajar di kelas dan
belum ada tujuan instruksional yang jelas dalam
pembelajarannya
beberapa
psikomotorik
kewirausahaan
siswa
seperti
pengetahuan dan keterampilan produktif atau
kejuruan di bidang tata boga dan melupakan
pencapaian kemampuan aspek sikap (afektif).
Padahal
penanaman
sikap
kewirausahaan
tersebut adalah hal yang terpenting untuk
membentuk karakter seorang wirausaha. Mana
mungkin seseorang dapat mengelola sebuah
usaha dengan berbekal kemampuan pengetahuan
dan
keterampilan
saja
tanpa
memiliki
kemampuan dalam aspek sikap seperti kreatif
dan inovatif, mandiri, berani mengambil resiko,
dan yang lainnya.
Target
strategi
sudah
diterapkan
dalam
proses
pembelajarannya. Beberapa upaya merumuskan
strategi pembelajaran tersebut dapat terlihat dari
upaya yang telah dilakukan oleh guru dalam
pembelajaran di unit produksi yaitu:
pembelajarannya, seorang guru lebih terfokus
pada pencapaian kemampuan aspek kognitif dan
namun
Pertama; menentukan sasaran atau tujuan
pembelajaran.
Sasaran
atau
tujuan
dari
pembelajaran kewirausahaan melalui kegiatan
unit produksi SMK Negeri 6 Yogyakarta yaitu
untuk membentuk siswa
menjadi
seorang
entrepreneur dalam bidangnya. Salah satu upaya
yang dilakukan yaitu dengan melibatkan siswa
dalam pengelolaan usaha secara langsung di unit
produksi sekolah. Dan siswa sudah sejak dini
dikenalkan dengan berwirausaha, sejak kelas
satu (X) mereka sudah dilibatkan dalam kegiatan
unit produksi sekolah. Meskipun keterlibatan
mereka hanya terbatas pada pekerjaan teknis
yang ringan, seperti mencuci piring, mengepel,
menyiapkan bahan, dan inventaris bahan dan
pencapaian
kompetensi
kewirausahaan siswa yang belum terkonsep
dalam kegiatan unit produksi dan kurangnya
kesadaran guru dalam proses pembelajaran
kewirausahaan melalui kegiatan unit produksi
alat.
Kedua;
menentukan
pendekatan
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dalam
kegiatan unit produksi yang digunakan adalah
pendekatan Production Based Training (PBT),
Praksis Pembelajaran Kewirausahaan pada Unit Produksi Jasa Boga
36
pendekatan
ini
menekankan
proses
Seperti halnya pernyataan Carrier (Fayolle,
pembelajaran keterampilan yang dirancang dan
2007: 150) bahwa pendekatan pembelajaran
dilaksanakan berdasarkan prosedur kerja yang
berdasarkan
sesungguhnya untuk menghasilkan barang atau
untuk memperoleh keterampilan, kompetensi,
jasa yang sesuai dengan tuntutan pasar atau
dan sikap kewirausahaan, disamping itu pula
konsumen. Dalam hal ini siswa diarahkan agar
dapat
dapat menghasilkan barang atau jasa di bidang
kompetensi
boga. Produk yang dihasilkan dari kegiatan unit
pengetahuan teknis. Dalam konteks tersebut
produksi ini berupa produk makanan dan
siswa dilibatkan langsung dalam 4 kegiatan
minuman
yaitu mengetahui (knowing), berpikir (thinking),
(food
and
pada
beverage
product),
pengalaman
memperkuat
lebih
sedangkan jasa yang ditawarkan berupa jasa
melakukan
catering dan jasa pelatihan (training course)
(participating).
seperti pelatihan table manner.
pembelajaran
dapat
mendukung
integrasi
dari
perolehan
sekedar
(doing),
dan
Adapun
yang
teori
dan
berpartisipasi
beberapa
diterapkan
model
dalam
Ketiga; menentukan model pembelajaran.
pembelajaran di unit produksi SMK Negeri 6
Secara garis besar implementasi pembelajaran
Yogyakarta yaitu: 1) Model pembelajaran inside
kewirausahaan di SMK Negeri 6 Yogyakarta
production; 2) Model pembelajaran outside
dibagi
production; 3) Model pembelajaran mobile
menjadi
3
bagian,
yaitu;
1)
Kewirausahaan, 2) Pengelolaan Usaha, 3) dan
canteen.
Unit Produksi. Model pembelajaran di unit
Pertama;
model
production.
1) Inside Production; 2) Outside Production; 3)
production
Mobile Canteen. Model pembelajaran inside
memproduksi produk di unit produksi sekolah,
production diimplementasikan dalam 4 kegiatan
dengan menggunakan fasilitas sekolah. Model
unit produksi, yaitu: 1) Production Kitchen
pembelajaran ini diterapkan pada 4 unit produksi
(PK); 2) Sanggar pattiseri; 3) Kantin kenari 4;
jasa boga, yaitu di Production Kitchen (PK),
dan 4) Kantin siswa.
Sanggar Pattiseri, Kantin Kenari 4, dan Kantin
Kedua;
Pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan
yang dilakukan oleh sekolah melalui kegiatan
unit produksi jasa boga bervariasi, hal ini
kewirausahaan
proses
tidak
pembelajaran
monoton
dan
membosankan bagi siswa. Model pembelajaran
yang digunakan yaitu dengan melibatkan siswa
langsung dalam pengalaman belajar nyata yaitu
mengelola sebuah usaha di bidangnya. Hal ini
sangat efektif dalam mengarahkan siswa untuk
mencapai
kompetensi
menerapkan
agar
inside
siswa
Siswa.
Pelaksanaan Pembelajaran
agar
ini
pembelajaran
inside
produksi dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:
dilakukan
Model
pembelajaran
yang
dikembangkan.
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012
production.
model
pembelajaran
Model
pembelajaran
outside
ini
mengarahkan siswa untuk dapat merintis usaha
sendiri maupun kelompok dengan membentuk
usaha kelompok, prinsip kerja yang digunakan
adalah berproduksi di luar sekolah, dengan kata
lain
siswa
membuat
produk
dengan
menggunakan fasilitas pribadi yaitu di rumah
masing-masing. Dalam hal ini posisi siswa
adalah sebagai pengelola dan pemilik usaha
sekaligus pelaksana usaha tersebut. Model
37
pembelajaran ini sangat tepat untuk membentuk
inside production dimonitoring oleh dua orang
karakter wirausaha, dan bahkan sebagian besar
guru, sedangkan unit produksi yang lainnya
kompetensi yang dikembangkan termuat dalam
dimonitoring oleh satu orang guru. Peran guru
proses
menggunakan
sebagai tim monitoring selain mengontrol
model pembelajaran outside production. Dengan
jalannya operasional kegiatan unit produksi juga
model pembelajaran ini siswa diajarkan dalam
memantau kemajuan belajar siswa yang terlibat
merintis sebuah usaha kelompok, mulai dari
dalam kegiatan unit produksi. Disamping itu
menyusun
pada
juga guru sebagai quality control product atas
pengembangannya. Oleh karenanya sebagai
hasil produksi siswa, hasil produksi siswa akan
prasyarat untuk mengikuti pembelajaran ini
mendapat pengontrolan agar tetap memiliki
siswa harus memiliki beberapa kompetensi
kualitas produk yang baik.
pembelajaran
ide
dengan
usaha
hingga
dasar, dimana kompetensi dasar tersebut sudah
Berdasarkan dari hasil data penelitian yang
didapatkan oleh siswa pada saat kelas X yaitu
diperoleh, pelaksanaan monitoring terhadap
pengetahuan
keterampilan
kemajuan belajar siswa dapat dilihat dari dua
keterampilan
aspek yaitu monitoring terhadap kinerja siswa
mengolah
kewirausahaan,
makanan,
dan
menyajikan makanan.
Ketiga;
model
(performance
pembelajaran
mobile
terhadap
monitoring)
hasil
produksi
dan
siswa
monitoring
(product
canteen. Model pembelajaran kewirausahaan ini
monitoring). Menurut Salim Peter (Husaini
menerapkan
dengan
Usman, 2009: 488) bahwa kinerja digunakan
menggunakan counter/stand non permanen.
apabila seseorang menjalankan tugas atau proses
Sejauh ini pelaksanaan model pembelajaran
dengan terampil sesuai dengan prosedur dan
tersebut baru terimplementasikan di lingkungan
ketentuan yang ada. Sedangkan produknya dapat
sekolah, padahal Kepala SMK Negeri 6
berupa layanan jasa ataupun barang. Sehingga
Yogyakarta
model
antara kinerja dan produk memiliki keterkaitan
pembelajaran ini dapat berekspansi ke luar
satu sama lain, kinerja yang baik dari siswa akan
lingkungan sekolah.
dapat menciptakan produk yang baik pula.
konsep
penjualan
mengharapkan
agar
Pelaksanaan evaluasi belajar masih belum
Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi harus
memberikan manfaat pedagogis, yaitu dalam
mendukung sistem pembelajaran (Singh, 1998:
45). Dari hasil monitoring dan evaluasi dapat
dijadikan
acuan
dalam
pelaksanaan
pembelajaran berikutnya, hal ini dilakukan agar
dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas
dilakukan dengan maksimal, terlebih evaluasi
terhadap pencapaian kompetensi kewirausahaan
siswa. Hal ini karena guru masih menganggap
bahwa
kegiatan
unit
produksi
merupakan
kegiatan belajar siswa yang terlepas dari
Kegaiatan Belajar Menagajar (KBM) di kelas
dan belum ada tujuan instruksionalnya, sehingga
tidak diperlukan perangkat belajar yang lengkap
pembelajarannya.
Dalam pelaksanaan monitoring kegiatan
unit produksi dilakukan oleh guru pembimbing
yaitu dari guru produktif. Setiap unit produksi
seperti halnya kegiatan pembelajaran di kelas.
Meskipun demikian, sudah ada upaya-upaya
yang dilakukan oleh guru untuk mengukur
Praksis Pembelajaran Kewirausahaan pada Unit Produksi Jasa Boga
38
kemajuan belajar siswa yaitu dilakukan dengan
(time management skill), dan keterampilan
mengukur perolehan keuntungan dari hasil
kepemimpinan (leadership skill).
penjualan
produk.
Sehingga
pengukuran
kemajuan belajar siswa masih berorientasi pada
Proses Pembelajaran Kewirausahaan di Unit
Produksi
perolehan keuntungan atau disebut juga profit
a. Penyusunan strategi pembelajaran dalam
based evaluation dan belum mencapai pada
kegiatan unit produksi belum dilakukan, hal
tataran pencapaian kompetensi kewirausahaan
ini
siswa.
instruksional
dikarenakan
belum
dalam
kegiatan
tujuan
tersebut.
Disamping itu, paradigma yang berkembang
KESIMPULAN
dikalangan guru-guru bahwa kegiatan unit
Konsepsi Guru Tentang Pembelajaran
Kewirausahaan
produksi merupakan kegiatan pembelajaran
Dalam membentuk siswa menjadi seorang
yang terlepas dari kegiatan intrakurikuler
wirausaha yang mampu menciptakan lapangan
sehingga
kerja baru di bidangnya tidaklah cukup hanya
instruksional
berbekal bakat yang dimiliki oleh siswa, namun
pembelajarannya
juga
pembelajaran di kelas.
siswa
adanya
harus
memiliki
pengetahuan
mengenai segala aspek usaha yang akan
tidak
b. Meskipun
terumuskan,
diperlukan
melakukan
pembelajaran
kewirausahaan
desain
baku
dalam
yang
seperti
tujuan
ditekuninya. Untuk mewujudkan hal tersebut
diperlukan
kegiatan
instruksional
belum
guru-guru
sudah
namun
internalisasi
berdasarkan pengalaman nyata yaitu dengan
kewirausahaan
cara melibatkan siswa langsung ke dalam
pembelajaran kewirausahaan melalui unit
kegiatan
(hands-on
produksi, namun belum disadari secara
melalui
langsung oleh guru bahwa sebetulnya yang
nyata
experience),
berwirausaha
salah
satunya
yaitu
pembelajaran kewirausahaan di unit produksi.
siswa
dalam
dilakukan guru tersebut merupakan bagian
dari
Kompetensi Kewirausahaan Yang
Dikembangkan
kepada
nilai-nilai
penanaman
nilai
atau
kompetensi
kewirausahaan. Upaya penanaman nilai-nilai
yang
tersebut sudah dilakukan melalui pelaksanaan
dikembangkan dalam pembelajaran di unit
tiga model pembelajaran kewirausahaan di
produksi yaitu 1) pengetahuan kewirausahaan,
unit produksi SMK Negeri 6 Yogyakarta
meliputi:
yaitu 1) inside production, 2) outside
Kompetensi
self
kewirausahaan
knowledge
dan
practical
knowledge; 2) sikap kewirausahaan, meliputi:
etos kerja, kemandirian, disiplin, kreatif dan
inovatif;
3)
keterampilan
kewirausahaan,
production, dan 3) mobile canteen.
c. Pelaksanaan
dilakukan
monitoring
dengan
dua
pembelajaran
cara
yaitu:
1)
meliputi: keterampilan teknis (technical skill),
performance monitoring); dan 2) product
keterampilan berelasi (human relations skill),
monitoring. Sedangkan upaya evaluasi yang
keterampilan
telah dilakukan terhadap kemajuan belajar
konseptual
(conceptual
skill),
keterampilan pengambilan keputusan (decision
siswa
making skill), keterampilan mengelola waktu
pembelajaran di unit produksi yaitu dengan
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012
dalam
mengikuti
kegiatan
39
cara mengukur perolehan keuntungan dari
murid agar masyarakat dan wali murid lebih
hasil
meningkatkan
penjualan
produk
(profit
based
evaluation).
menerapkan
partisipasinya
dan
dalam
mengembangkan
pembelajaran di sekolah.
SARAN
1. Diharapkan
kepada
Dinas
Pendidikan
UCAPAN TERIMA KASIH
Nasional Propinsi DIY dan Dinas Pendidikan
Penelitian ini merupakan penelitian Hibah Pasca
dan Pengajaran Kota Yogyakarta, agar dapat
yang didanai oleh DP3M Dirjen Ditjen Dikti
memberikan pedoman pelaksanaan dalam
Kementerian Pendidikan Nasional. Oleh sebab
pengelolaan
itu peneliti mengucapkan terimasih kepada
pembelajaran
kewirausahaan
melalui penyelenggaraan unit produksi pada
DP3M
SMK dan sekaligus dapat memberikan
memberikan dana dan kesempatan kepada
bantuan modal usaha bagi SMK.
peneliti untuk melakukan penelitian di SMK
2. Diharapkan kepada pihak SMK Negeri 6
Yogyakarta
kembali
untuk
desain
pembelajaran
kegiatan
dapat
merumuskan
instruksional
kewirausahaan
unit
produksi
agar
Dirjen
Ditjen
Dikti
yang
telah
Negeri 6 Yogyakarta. Ucapan terimakasih
ditujukan kepada Prof. Sukamto M.Sc, Ph.D.
dalam
selaku Ketua Peneliti Hibah Pasca dan Prof.
melalui
Pardjono, M.Sc., Ph.D yang telah membimbing
tujuan
dalam proses penelitian ini.
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
3. Diharapkan kepada pihak SMK Negeri 6
Yogyakarta
untuk
dapat
mensinkronkan
antara mata pelajaran teori kewirausahaan
dengan pembelajaran di unit produksi agar
proses pembelajarannya memiliki keterkaitan
satu sama lain.
4. Diharapkan kepada pihak SMK Negeri 6
Yogyakarta agar terus melakukan terobosan
pembelajaran
kewirausahaan
mengkomunikasikan
ke
dengan
berbagai
pihak
seperti Dinas Pendidikan Nasional Propinsi
DIY dan Dinas Pendidikan dan Pengajaran
Kota Yogyakarta, pengusaha, dermawan dan
lain-lain agar unit produksi dapat menjadi
sumber pembelajaran kewirausahaan yang
baik.
5. Diharapkan kepada pihak SMK Negeri 6
Yogyakarta
untuk
tetap
membangun
DAFTAR PUSTAKA
Denzin, Norman. K., & Lincoln, Yvonna S.
(2009). Handbook of qualitative research.
California: Sage Publication.
Depdiknas. (1989). Undang-undang RI Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 2, tahun
1989,
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.
Depdiknas. (1990). Peraturan Pemerintah RI
Nomor 29, Tahun 1990, tentang
Pendidikan Menengah.
Fayolle, Alain. (Eds). (2007). Handbook of
research in entrepreneurship education,
volume 1. UK: Edward Elgar Publishing.
Husaini Usman. (2009). Manajemen: teori,
praktek, dan riset pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Kominfo Newsroom. (2009). SBY: guru dan
dosen harus kembangkan semangat
wirausaha . Diambil pada tanggal 20
September
2010,
dari
http://www.endonesia.com/mod.php?mod
=publisher&op=viewarticle&cid=40&arti
d=4571
komunikasi dengan masyarakat dan wali
Praksis Pembelajaran Kewirausahaan pada Unit Produksi Jasa Boga
40
Martinis Yamin. (2005). Strategi pembelajaran
berbasis kompetensi. ciputat: gaung
persada press.
Singh, Madhu. (1998). School enterprises:
combining vocational learning with
production. Germany: UNESCO.
Miles, M.B., & Huberman, M.A. (1994).
Qualitative data analysis: an expanded
sourcebook (2rd ed). London: Sage
Publication.
Suryana. (2009). Kewirausahaan: pedoman
praktis, kiat dan proses menuju sukses.
Jakarta: Salemba Empat.
Noeng Muhadjir. (1996). Metodologi penelitian
kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Stenström, M.L., Tynjälä, P. (2009). Towards
Integration of work and learning:
strategies
for
connectivity
and
transformation. Finland: Springer.
Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012
Wardiman Djojonegoro. (1998). Pengembangan
sumberdaya manusia melalui SMK.
Jakarta: PT.Jayakarta Agung Offset.
UNDP. (2009). Human development report.
Diambil pada tanggal 2 Juli 2010, dari
http://hdr.undp.org/en/statistics/data/.
Download