STUDI TENTANG FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

advertisement
STUDI TENTANG FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA
SMK YAPENDA WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN
Imam Purnomo, Sri Lestari (Fakultas Ilmu Kesehatan Unikal)
Abstract
Healthy is the result of 3 (three) condition they are, physique, mental and social that interact
each other. Thus, status of dental health and mouth are also the result of interaction between
physique, mental and social. Factors that affect status of dental health and mouth are
knowledge, kind of consumed snacks, way to brush teeth, way to check teeth, and smoking
habit. The purpose of the study is to find out factors related to dental health students’ mouth
of SMK Yapenda Wiradesa, Pekalongan regency. In conducting the research, the writer used
survey of analytic by using Cross Sectional approach. The populations of the study are all
students of SMK Yapenda Wiradesa. The sample are 208 populations that are taken by using
simple random sampling. The instrument in this study is questionnaire. Data analysis was
done univariately and bivariately using Chi Square test with α = 0,5. The result of the study
shows that there is a relationship between knowledge (p = 0,032), kind of consumed snakcs (p
= 0,000), way to brush teeth (p = 0,016) and status of dental and mouth heatlth students’ of
SMK Yapenda Wiradesa, Pekalongan regency. It is suggested to pay attention kind of
consumed snacks such as chocolate and candy reduced in amount, to brush teeth twice a day,
to check to dentist, to visit school, and to hold counseling and checkup.
Keywords : Knowledge, kind of snacks, way to brush teeth, Status of dental health and
mouth.
masyarakat
PENDAHULUAN
Kekuatan
memperbaiki
terbesar
derajat
untuk
berperilaku
tertentu
(Rosedewati, 2004).
kesehatan
Salah
satu
kegiatan
upaya
masyarakat terletak pada apa yang
peningkatan kesehatan gigi dan mulut
diperbuat oleh masyarakat itu sendiri
bagi
sehubungan
kesehatannya,
Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang
Pendidikan
telah dimulai sejak tahun 1951 yang
kesehatan adalah salah satu intervensi
merupakan salah satu program upaya
perilaku agar
pelayanan
yaitu
dengan
perilaku
kondusif
kesehatan
sehat.
perilaku masyarakat
dalam
pencapaian
mereka
sekolah
adalah
kesehatan
puskesmas.
Program
Usaha
gigi
di
UKGS
optimal.
merupakan suatu kegiatan yang relevan
Individu atau masyarakat agar dapat
dalam upaya penanggulangan penyakit
berubah perilakunya, perlu dipahami
gigi dan mulut. Kegiatan program
faktor-faktor
UKGS
yang
secara
status
anak
berpengaruh
lebih
diarahkan
kepada
terhadap perubahan perilaku tersebut,
penanaman kebiasaan pelihara diri
dan
kesehatan gigi dan mulut sejak dini,
mengapa
individu
atau
75
yang diharapkan akan berpengaruh
pasien
terhadap kondisi kesehatan gigi dan
menderita ganguan gigi dan mulut,
mulut dikemudian hari (Depkes, 1992).
43,9 % diantaranya menderita karies
Sasaran dari program UKGS
gigi, dan 56,1 % lainnya menderita
hingga saat ini baru mencapai tingkat
ganguan periodontal (Dinkes Prop
pendidikan
Jateng, 2008).
dasar,
sehingga
untuk
ke
poli
gigi
umumnya
tingkat pendidikan SLTP dan SLTA
Data di Kabupaten Pekalongan
masih belum merupakan sasaran utama
tahun 2010, dari sejumlah 63.628
kegiatan.
gigi
siswa ditemukan 4.140 siswa SMK
dilaksanakan
menderita karies gigi, yang perlu
Usaha
kesehatan
sekolah
yang
telah
selama
ini
masih
belum
mendapat perawatan 17.626 siswa dan
memperlihatkan
hasil
yang
yang telah mendapatkan perawatan
memuaskan. Hal ini bisa dilihat dari
10.738
hasil
Kabupaten Pekalongan, 2010).
Riskesdas
(Riset
Kesehatan
Dasar) tahun 2007 pada kelompok usia
18
tahun
prevalensi
Hasil
60,92%
survei
(Dinkes
awal
yang
derajat
dilakukan pada bulan agustus 2009 di
keparahan karies masih cukup tinggi
SMK Yapenda Wiradesa didapatkan
yaitu DMF-T 1,41 seiring dengan
bahwa status kesehatan gigi dan mulut
peningkatan umur jumlah kerusakan
siswa SMK masih kurang baik yaitu
gigi meningkat. Performed Treatment
64% atau 134 siswa SMK Yapenda
Index (PTI) berdasarkan Riskesdas
mempunyai gigi berlubang. Kebersihan
tahun 2007 adalah 2,6 %, hal ini
gigi dan mulut siswa SMK Yapenda
menggambarkan motivasi anak untuk
masih kurang, 75 % gigi tidak bersih
menambalkan
lebih dari 1 sextan. Keadaan ini
gigi
dan
atau
dalam
upaya
mempertahankan gigi tetapnya masih
dipengaruhi
oleh
beberapa
faktor
jauh dari target Nasional tahun 2000
seperti pengetahuan, pendidikan, gizi,
yaitu 50 % (Riskesdas, 2007).
pola hidup, sosial ekonomi
mulut
Berdasarkan data yang ada dan
merupakan urutan ke sembilan dari
hasil survei yang dilakukan di SMK
sepuluh
Yapenda Wiradesa
Penyakit
gigi
penyakit
dan
terbesar
dengan
maka penelitian
jumlah kunjungan sebanyak 1.482
mengenai
faktor-faktor
yang
kunjungan yang terdiri dari 62,8 %
berhubungan dengan status kesehatan
berusia lebih dari 15 tahun, dan 37,2 %
gigi dan mulut siswa SMK Yapenda
kunjungan usia < 15 tahun, kunjungan
76
Wiradesa Kabupaten Pekalongan perlu
wakil sampel dari setiap kelas dihitung
dilakukan.
secara proporsional sebagai berikut :
METODE PENELITIAN
siswa kelas I: 177/431x 208 = 86 orang
Populasi dan Sampel
siswa kelas II: 142/431x208= 68 orang
Populasi dalam penelitian ini
siswa kelas III: 112/431x208=54 orang
adalah semua siswa laki-laki SMK
Jumlah
Yapenda
Metode Pengumpulan Data
Wiradesa
Pekalongan
berjumlah
Kabupaten
431
208 orang
Metode
orang.
pengumpulan
data
Sampel dalam penelitian ini adalah
melalui tanya jawab secara langsung
semua siswa laki-laki SMK Yapenda
dengan
Wiradesa Kabupaten Pekalongan dan
penelitian
menggunakan
bersedia menjadi responden dalam
terstruktur
mengenai
penelitian ini. Subyek dikeluarkan dari
jenis makanan yang dikonsumsi, pola
sampel jika pernah menjadi sampel
menyikat gigi, pola memeriksakan
dalam uji validitas. Sampel dihitung
gigi, kebiasaan merokok. Selain itu
menggunakan rumus sebagai berikut :
juga
N
1+ N (d)
atau
subyek
kuesioner
pengetahuan,
observasi
secara
yaitu memeriksa gigi dan
mulut (pemeriksaan intra oral) siswa
=
2
dilakukan
langsung
431
n=
responden
1 + 431(0,5)2
SMK dengan alat pemeriksaan dasar
yaitu sonde, kaca mulut, pinset dan
excavator
n = 208 orang
untuk mengukur indeks
Keterangan :
DMF-T
n
= besarnya sampel
mengukur periodental indeks CPITN.
N
= Jumlah Populasi
Analisis Data
d
= tingkat kepercayaan/ketepatan
ditambah
probe
untuk
Data yang telah terkumpul diolah dan
yang diinginkan
dianalisis
α
komputerisasi SPSS versi 16 berupa
= 0,05 (5%)
menggunakan
proses
sampel
analisis univariat dan bivariat untuk
yang digunakan dalam penelitian ini
perhitungan odds ratio (OR). Nilai
adalah Stratified Random Sampling.
p<0,05 menunjukkan adanya hubungan
Populasi SMK Yapenda Wiradesa
bermakna antar variabel.
sebanyak 431 siswa, akan diambil
HASIL DAN PEMBAHASAN
sampel sebanyak 208 siswa, maka
Karakteristik Responden
Teknik
pengambilan
77
Tabel 2. Jumlah siwa per kelas
Kelas
Satu
Dua
Tiga
Total
Jumlah
88
67
53
208
1.
Hubungan
antara
pengetahuan
dengan status kesehatan gigi dan mulut
Persen
42,3%
32,2%
25,5%
100%
siswa
SMK
Yapenda
Wiradesa
Kabupaten Pekalongan.
Hubungan antara pengetahuan
menjaga kesehatan gigi dan mulut
Tabel 3. Status Kesehatan gigi
responden
Status Jumlah
%
Kurang
164
78,8%
sehat
44
21,2%
Sehat
Total
208
100%
dengan status kesehatan gigi diperoleh
nilai p = 0,032 (p < 0,05), atau ada
hubungan
yang
bermakna
antara
pengetahuan dengan status kesehatan
gigi dan mulut. Hasil penghitungan OR
Hasil penelitian menunjukan (78,8%)
didapatkan nilai OR = 4,701 (CI=
responden status kesehatan gigi kurang
1,078
baik (sakit). Dapat kita ketahui bahwa
pengetahuan yang kurang mempunyai
arti sehat itu merupakan hasil 3 (tiga)
resiko
kondisi yaitu fisik, mental dan sosial
pengetahuan baik.
yang saling berinteraksi satu sama lain
dimungkinkan
(Rosedewi, 2004).
menjaga kesehatan gigi dan mulut
Hubungan antar variabel faktor yang
merupakan
mempengaruhi kesehatan gigi dan
dilakukan sehari-hari yang mereka tiru
mulut dengan status kesehatan gigi
atau mengikuti saran dan perintah yang
seperti tabel 4.
dilakukan oleh orang tua masing-
Hubungan antar variabel
masing sehingga pengetahuan mereka
Tabel 4. Hubungan antar variabel dengan
status kesehatan gigi
tentang kesehatan gigi juga baik.
Kurang Sehat
Sehat
Total
P Value
OR
95% CI
4,7
kali
yang
berarti
dibanding
yang
Hal
ini
karena
kebiasaan
kegiatan
yang
telah
dikarenakan
informasi
mengenai
Kurang
Baik
Jenis makanan Kurang
Baik
yang
dikonsumsi
30
134
131
33
93,80%
76,10%
89,10%
55,10%
2
42
16
28
6,20%
23,90%
10,90%
45,90%
32
176
147
61
100%
100%
100%
100%
0,032*
Pola menyikat Kurang
Baik
gigi
Kurang
Pola
memeriksakan Baik
24
140
63,20%
82,40%
14
30
36,80%
17,60%
38
170
100%
100%
0,016*
0,367
(0,170 – 0,792)
dengan
134
30
81,20%
69,80%
31
13
18,80%
32,20%
165
43
100%
100%
0,154
1,873
(0,877 – 4,001)
penyuluhan petugas puskesmas, bapak
98
66
80,30%
76,70%
24
20
19,70%
23,30%
122
86
100%
100%
0,652
1,237
(0,633 – 2,419)
Pengetahuan
0,000*
4,701
(1,078-20,504)
6,947
(3,371- 14,318)
20,504)
Pengetahuan siswa yang baik
Status kesehatan gigi
Variabel
–
gigi
Kebiasaan
merokok
Ya
Tidak
menjaga dan merawat kesehatan gigi
dan mulut dapat diperoleh oleh siswa
mudah
misalnya
dari
ibu guru di sekolah dan juga mereka
dapatkan dari media yang ada seperti
Ket: *Terdapat hubungan bermakna
televisi, poster dan lain sebagainya.
78
2. Hubungan antara jenis makanan
gigi seperti: permen, coklat, biskuit,
yang
wafer, sirup dan lain sebagainya
dikonsumsi
dengan
status
kesehatan gigi dan mulut siswa SMK
(Budisuari, 2010).
Yapenda
Pengaruh
Wiradesa
Kabupaten
Pekalongan.
bahan
gula
terhadap
kesehatan gigi sangat ditentukan oleh
Hubungan
jenis
kondisi mulut. Makanan dikonsumsi
makanan yang dikonsumsi dengan
melalui mulut, maka bila ada sejumlah
status
mulut
kecil sisa makanan tertinggal pada gigi
diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05),
yang akan diubah menjadi asam dan
atau
lama-kelamaan
kesehatan
antara
gigi
dan
ada hubungan yang bermakna
membentuk
plak
antara jenis makanan yang dikonsumsi
sehingga akan terjadi kerusakan gigi.
dengan status kesehatan gigi dan
Menurut Zr. Be Kien Nio (1984) dalam
mulut.
OR
Budisuari (2010) bahwa kebiasaan
didapatkan nilai OR = 6,947 (CI=
makan manis dengan frekuensi lebih
3,371 – 14,318) yang berarti jenis
dari 3 kali sehari, maka kemungkinan
makanan
yang
terjadinya penyakit gigi jauh lebih
kurang mempunyai risiko 6,9 kali
besar. Sebaliknya bila frekuensi makan
dibanding yang jenis makanan yang
gula dikurangi 3 kali, maka email
dikonsumsi baik. Dalam hal ini siswa
mendapatkan
kesempatan
untuk
sering
mengadakan
remineralisasi.
Gula
menyebabkan
plak
makanan
Hasil
penghitungan
yang
dan
dikonsumsi
suka
yang
mengkonsumsi
beresiko
terhadap
menebal
dan
kesehatan gigi dan mulut.
treptococcus mutans merubah sucrose
Makanan sangat berpengaruh terhadap
menjadi asam. Patogenitas plak atau
tubuh, gigi dan mulut. makanan energi,
streptococcus mutans adalah dengan
misalnya karbohidrat, protein, lemak,
cepat merubah gula menjadi asam,
vitamin
serta
terjadi
Makanan
juga
mineral-mineral.
pembuatan
polisakarida
sifat
ekstraselluler yang menyebabkan asam
mekanis, dalam hal ini makanan
melekat pada permukaan gigi, dan
bersifat membersihkan gigi secara
streptococcus
alami
permiabilitas plak sehingga plak tidak
dan
mempunyai
tentunya
membantu
mutans
mengurangi
mengurangi kerusakan gigi, misalnya:
mudah dinetralisir kembali.
Apel, jambu air, bengkuang dan lain-
3. Hubungan antara pola menyikat gigi
lain. Sebaliknya makanan yang lunak
dengan status kesehatan gigi dan mulut
dan melekat pada gigi amat merusak
79
siswa
SMK
Yapenda
Wiradesa
Kabupaten Pekalongan.
tetapi biasanya dianjurkan selama 2
menit, yang penting dilakukan secara
Hubungan antara pola menyikat
sistematis supaya tidak ada bagian –
gigi dengan status kesehatan gigi dan
bagian yang terlewati.
mulut diperoleh nilai p = 0,016 (p <
Perilaku menggosok gigi berpengaruh
0,05),
terhadap
terjadinya
bermakna antara pola menyikat gigi
seperti
karies
dengan status kesehatan gigi dan
periodontal. Hal ini sesuai dengan
mulut.
OR
pendapat Kusmi Rahayu (1987) dalam
didapatkan nilai OR = 0,367 (CI=
Budisuari (2010) yang menyatakan
0,170 – 0,192) yang berarti pola
bahwa
menyikat gigi yang baik merupakan
aktifitas penyerangan penyakit gigi
faktor protektif.
terutama karies, dan resiko yang paling
Hasil
atau
ada
Hasil
ini
hubungan
penghitungan
dimungkinkan
yang
penyakit
dan
konsumsi
gigi
jariangan
gula
menambah
karena
besar adalah apabila gula dimakan
meskipun responden telah menyikat
dalam bentuk yang mudah melekat dan
gigi akan tetapi waktu pelaksanaanya
tidak segera dibersihkan (Budisuari,
tidak
2010).
sesuai
dengan
ketentuan.
Kebiasaan mereka menyikat gigi setiap
Hal ini senada dengan pendapat Nizel
bersamaan dengan mandi pagi dan sore
(1981) dalam Budisuari (2010) yang
yang tentunya kurang tepat menurut
menyatakan bahwa saliva mempunyai
kesehatan karena menyikat gigi yang
daya
benar adalah minimal dua kali sehari
makanan manis seperti gula akan
setiap pagi setelah makan dan setiap
menghasilkan gula saliva 1 mg/dl dan
malam sebelum tidur. Hal ini bertujuan
dapat
untuk membersihkan sisa makanan
mengakibatkan
yang tertinggal digigi.
Seseorang
Telah dibuktikan bahwa gigi yang
pembersih rendah jika memiliki pola
bersih sedikit sekali kemungkinannya
makan
untuk terjadi kerusakan. Menggosok
mengakibatkan gula lebih banyak dan
gigi
kontak
adalah
cara
yang
umum
pembersih
menurunkan
pH
yang
demineralisasi
gigi.
mempunyai
daya
yang
gula
cleansing),
(self
yang
dengan
tinggi
bakteri
akan
sehingga
membersihkan
menghasilkan asam. Gosok gigi akan
berbagai kotoran yang melekat pada
mengurangi terjadinya kontak sukrosa
permukaan
gigi
dan
dengan
menggosok
gigi
tidak
dianjurkan
untuk
gusi.
Lama
bakteri,
sehingga
dapat
ditentukan,
80
menurunkan terjadinya kerusakan gigi
gigi pada umumnya ditujukan untuk
(Budisuari,2010).
mencegah timbulnya kerusakan gigi.
4. Hubungan
antara
pola
Pemeriksaan gigi dan bila gigi sakit,
status
segera ke dokter untuk mendapatkan
kesehatan gigi dan mulut siswa SMK
pengobatan. Secara teratur sebaliknya
Yapenda
5. Hubungan
memeriksakan
gigi
dengan
Wiradesa
Kabupaten
Pekalongan.
antara
kebiasaan
merokok dengan status kesehatan gigi
Hubungan
antara
memeriksakan gigi dengan
pola
status
kesehatan gigi dan mulut diperoleh
dan
mulut
siswa
SMK
Yapenda
Wiradesa Kabupaten Pekalongan.
Hubungan
antara
kebiasaan
nilai p = 0,154 (p > 0,05), atau tidak
merokok dengan status kesehatan gigi
ada hubungan yang bermakna antara
dan mulut diperoleh nilai p = 0,652 (p
pola memeriksakan gigi dengan status
> 0,05), atau tidak ada hubungan yang
kesehatan gigi dan mulut.
Hasil
bermakna antara kebiasaan merokok
penghitungan OR diketahui nilai OR=
dengan status kesehatan gigi dan
1,873 (CI=0,877 – 4,001) berarti pola
mulut.
pemeriksaan gigi merupakan faktor
diketahui nilai OR= 1,237 (CI= 0,633
risiko status kesehatan gigi dan mulut.
– 2,419) berarti kebiasaan merokok
Akan tetapi nilai OR tersebut tidak
merupakan
bermakna karena hasil analisis bivariat
kesehatan gigi dan mulut. Akan tetapi
menunjukan tidak adanya hubungan
nilai OR tersebut tidak bermakna
antar pola memeriksakan gigi dengan
karena
status kesehatan gigi dan mulut.
menunjukkan tidak adanya hubungan
Memeriksakan gigi secara rutin ke
antar kebiasaan merokok dengan status
dokter gigi belum menjadi kesadaran
kesehatan gigi dan mulut.
bagi masyarakat kita pada umumnya
Menurut Quee TC (2002) merokok
hal ini dikarenakan masyarakat masih
dapat memperburuk status kebersihan
beranggapan bahwa sakit gigi bukan
mulut seorang individu dan bersama-
merupakan penyakit yang berbahaya
sama dengan oral higiene yang buruk,
yang dapat mengakibatkan kematian.
bertindak sebagai ko-faktor terjadinya
Pemeriksaan
gigi,
gingivitis dan periodontitis. Akumulasi
idealnya dilaksanakan pada saat mulai
plak dalam rongga mulut juga lebih
tumbuhnya gigi pertama atau pada usia
besar pada perokok daripada bukan
2 tahun. Pemeliharaan dan perawatan
perokok. Selain itu, perokok juga lebih
dan
perawatan
Hasil
penghitungan
faktor
hasil
risiko
analisis
OR
status
bivariat
81
mudah mengalami gingivitis dari pada
orang yang tidak merokok (Quee TC.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari
penelitian
ini
dapat
2002). Tomar dan Asma (1999) dari
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
National
Nutrition
yang bermakna antara pengetahuan,
Examination Survey III (NHANES)
jenis makanan yang dikonsumsi, dan
juga menyatakan bahwa perokok yang
pola menyikat gigi,
menghisap 9 batang rokok perhari
kesehatan gigi siswa SMK Yapenda
kemungkinan
Wiradesa
Health
and
untuk
menderita
Kabupaten
dengan status
Pekalongan.
periodontitis 2,8 kali daripada bukan
Sementara itu tidak terdapat hubungan
perokok dan akan bertambah 6 kali jika
bermakna antara pola memeriksakan
merokok lebih dari 31 batang per hari.
gigi, dan kebiasaan merokok dengan
Berbagai
status kesehatan gigi siswa SMK
penelitian
ternyata
keterkaitan antara status merokok dan
Yapenda
kerusakan jaringan periodontal adalah
Pekalongan.
sangat kuat dan konsisten.
Saran
Asap rokok mempunyai efek terhadap
Beberapa saran yang perlu dilakukan
aliran saliva. Beberapa penelitian telah
antara lain:
membuktikan bahwa aliran saliva akan
1. Perlu dilakukan penelitian dengan
Wiradesa
bertambah selama periode merokok.
desain
Pertambahan
mengetahui
dari
aliran
saliva
menambah pH dan konsentrasi kalsium
pada saliva yang juga menyebabkan
kohort
Kabupaten
untuk
lebih
hubungan
sebab
akibat.
2. Populasi penelitian perlu diperluas
pertambahan kalsium fosfat sehingga
sehingga
dengan
penelitian lebih banyak untuk
meningkatnya
kalsium
konsentrasi
menyebabkan
terjadinya
mineralisasi plak (Lubis S, 1999 dalam
diperoleh
subyek
mewakili pelajar lainnya.
3. Perlu
dibandingkan
antar
Kasim E, 2001). Perlekatan plak yang
kelompok pelajar (yang mendapat
merupakan awal terbentukya kalkulus,
pendidikan) dan kelompok non-
yang jumlahnya lebih besar dijumpai
pelajar, sehingga diketahui lebih
pada
jelas
status
perokok
akan
kebersihan
memperburuk
mulut
seorang
hubungan
pengetahuan
dengan status kesehatan gigi.
individu, yang kemudian merupakan
ko-faktor
terjadinya
penyakit
periodontal.
82
ilmu
keperawatan.
Salemba Medika
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
Agtini MD., 1991. Epidemiologi dan
Etiologi Penyakit Periodontal.
Jurnal
Cermin
Dunia
Kedokteran.
Ohmori, M., 1995. Study effect of
Cigarette Smoking on the
Peridontitis.
Shigaku
Odontology
Departemen Kesehatan RI, 2007, Riset
Kesehatan Dasar. Jakarta
Quee, TC., 2002. The Role of Tobacco
Use in Peridontal Health.
Ontario Dentist.
Pedoman
________,
1996,
Persyaratan Usaha Kesehatan
Gigi Sekolah, Jakarta
Pedoman
________,
1992,
Persyaratan Usaha Kesehatan
Gigi Sekolah, Jakarta
Edwina. A.M.Kidd and Sally Joyston
Bechal,
1991,Dasar-Dasar
Karies (Essentials of Dental
Caries) Terjemahan Narlan
Sumawinata dan Safrida Faruk.
Jakarta
:
Penerbit
Buku
Kedokteran EGC.
Eliza
Herjulianti,
dkk,
Pendidikan Kesehatan
Jakarta
:
Penerbit
Kedokteran EGC
2002.
Gigi.
Buku
Ismu Suharsono Suwelo, 1997, Karies
Gigi Pada Anak Dengan
Pelbagai Faktor Etiologi :
Kajian Pada Anak Sekolah. EGC
Kasim, E., 2001. Merokok sebagai
Faktor
Resiko
terjadinya
Penyakit Periodontal. Jurnal
Kedokteran Trisakti.
Lilik Rosedewati, 2004, Hubungan
perilaku pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut dengan status
kesehatan gigi dan mulut murid
SMU di Kabupaten langkat
Made Asri Budisuari, 2010, Hubungan
Makan dan Kebiasaan Menyikat
gigi dengan Kesehatan Gighi
dan Mulut. Buletin Penelityian
Sistem Kesehatan. Surabaya.
Konsep
dan
Nursalam.
2001.
penerapan metodologi penelitian
Rasinta Tarigan,1995. Karies Gigi,
Jakarta : Hipokrates
Rini Sumarna, 2009, Hubungan Antara
Gaya Hidup Sehat Dengan
Perilaku Merokok Pada Remaja,
Jakarta, FKM UI
Ristya Widie E, 2003, Hubungan
Perilaku Membersihkan Gigi
Terhadap Tingkat Kebersihan
Mulut Siswa Sekolah Dasar
Negeri Di Wilayah Kerja
Puskesmas
Gladak
Pakem
Kabupaten Jember.
Ruslan, G., 1995. Efek Merokok
terhadap Rongga Mulut. Jurnal
Cermin Dunia Kedokteran
Sudibyo, 2002, Penanganan Penyakit
Periodontal Di Masyarakat
Dalam Rangka Pembangunan
Kesehatan Menuju Indonesia
Sehat 2010
Suharsimi Arikunto, 2010. Prosedur
Penelitian, Jakarta : Rineka
Cipta.
Sutanto Priyo Hastono, 2001, Analisi
Data. Jakarta : FKM Universitas
Indonesia
Soekidjo Notoatmodjo, 2005. Metode
Penelitian Kesehatan, Jakarta :
Rineka Cipta
_______, 2007, Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku, Jakarta :
Rineka Cipta
Ilmu
Perilaku
_______,
2010,
Kesehatan, Jakarta : Rineka
Cipta
83
Sugiyono, 2004, Statistik Untuk
Penelitian, Bandung : Alvabeta
Triad et.al 2001,Tingkat Kebersihan
Mulut Dan Karies Di Sumba
Barat Tahun 2000
Tomar, Asma, 1999. Smoking as Risk
Factor for Periodontitis. Journal
of Dentistry
84
Download