BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian audit

advertisement
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian audit komunikasi pada umumnya merupakan jenis penelitian terapan
yang menggunakan strategi penelitian ganda (multiple research strategies), istilah yang
pada tahun 1982 digunakan oleh Burgess untuk menyebut penggunaan metode beragam
dalam memecahkan masalah penelitian (Brannen, 2005). Strategi ini juga sering disebut
triangulasi, yang menurut Denzin tidak hanya mencakup metode dan data tetapi juga
peneliti dan teori-teorinya (Upe & Damsid, 2010). Penggunaan metode ini
menunjukkan bahwa dalam penelitian terdapat lebih dari satu metode penelitian serta
lebih dari satu jenis data. Tujuan dari penggunaan penelitian ganda adalah untuk
mendapatkan hasil penelitian yang lengkap, serta menemukan kebenaran yang holistik
dan mendalam atas suatu realitas (Kriyantono, 2006; Upe & Damsid, 2010).
Tipe-tipe dalam metode triangulasi menurut Brannen antara lain: 1) Metodemetode ganda (multiple methods), yaitu triangulasi yang terjadi antar metode maupun di
dalam metode; 2) Peneliti-peneliti gabungan (multiple investigators), yaitu triangulasi
dalam pelaksanaan penelitian oleh kemitraan atau kelompok; 3) Sekumpulan data
gabungan (multiple data sets), yaitu triangulasi perolehan data yang bersumber dari
penerapan metode berbeda maupun melalui metode yang sama pada waktu atau sumber
yang berbeda; 4) Teori-teori gabungan (multiple theories), yaitu triangulasi melalui
penggunaan teori-teori berbeda (Brannen, 2005). Secara lebih sederhana Bungin juga
mengelompokkan metode triangulasi tersebut kedalam dua aspek yaitu aspek
pendekatan dan aspek pengumpulan dan analisis data (Upe & Damsid, 2010). Untuk
penelitian audit komunikasi dengan model Organizational Communication Profile ini
menggunakan metode triangulasi dari aspek pengumpulan data dan analisis data.
Terdapat tiga cara dalam menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif
menurut Bryman antara lain yaitu: 1) metode kualitatif sebagai fasilitator penelitian
kuantitatif; 2) metode kuantitatif sebagai fasilitator penelitian kualitatif; dan 3) kedua
33
34
pendekatan dilakukan secara bersamaan dan sederajat (Brannen, 2005; Kriyantono,
2006; Upe & Damsid, 2010). Lebih spesifik menurut Creswell dalam Upe & Damsid
(2010) disebutkan bahwa penggabungan metode kuantitatif dan kualitatif dapat
dilakukan dengan empat model yaitu: 1) metode kualitatif untuk membantu
mengembangkan instrumen dan pengukuran data kuantitatif; 2) metode kuantitatif
untuk menghiasi studi kualitatif sebagai metode yang utama; 3) metode kualitatif untuk
membantu menjelaskan temuan kuantitatif; dan 4) metode kuantitatif dan kualitatif
digunakan secara bersama dan paralel.
Dalam penelitian audit komunikasi ini, penggunaan kombinasi dari kedua
pendekatan tersebut adalah metode kualitatif sebagai fasilitator penelitian kuantitatif,
dimana metode kualitatif digunakan untuk membantu mengembangkan instrumen dan
pengukuran data kuantitatif. Hal ini disebabkan karena audit komunikasi sendiri pada
dasarnya merupakan penelitian yang menekankan pada pendekatan deskriptif kuantitatif
namun menggunakan triangulasi metode kualitatif untuk membantu mengembangkan
instrumen dan pengukuran dalam teknik pengumpulan data dan analisis data, sebagai
upaya untuk memperoleh data yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi,
mendalam, dan akurat.
Berdasarkan konsep tersebut audit komunikasi telah dirancang dengan lima alat
ukur pokok yang termuat dalam standar baku the ICA Audit, terdiri dari: 1) survey
menggunakan kuesioner, 2) wawancara tatap muka, 3) analisis jaringan, 4) analisis
pengalaman komunikasi, dan 5) catatan harian komunikasi (Hardjana, 2000). Downs &
Adrian menambahkan dua metode ke dalam alat ukur yang dapat dipakai dalam audit
komunikasi yaitu analisis isi dan focus group discussion. Ketujuh alat ukur audit
tersebut memiliki kegunaan dan keunikan masing-masing. Peneliti dapat menggunakan
seluruh alat ukur secara lengkap namun hal tersebut tidaklah relevan dan cenderung
menyulitkan pengumpulan data. Pemilihan alat ukur untuk audit komunikasi hendaknya
merupakan kombinasi dari setidaknya dua metode berbeda sesuai dengan kebutuhan
organisasi (Downs & Adrian, 2004). Dalam penelitian ini audit komunikasi model
Organizational Communication Profile (OCP) dilaksanakan dengan menggunakan dua
metode yaitu survey dan focus group discussion.
35
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berlangsungnya komunikasi
organisasi pada kantor pelayanan publik pemerintah daerah untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi organisasi, maka objek penelitian yang dianalisis adalah Badan
Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) kota Surakarta, yang berlokasi di
kompleks Balaikota Surakarta, Jl. Jendral Sudirman No. 2 Surakarta. BPMPT ini
merupakan layanan publik one stop service yang dibangun oleh Pemerintah Kota
Surakarta dalam upaya mewujudkan pelayanan perizinan terpadu yang cepat, efisien,
dan transparan.
C. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
1. Definisi Konseptual
Definisi konseptual bertujuan untuk menghindari perbedaan pengertian dan
penafsiran terhadap variabel-variabel penelitian antara konsep peneliti dengan
pembacanya. Definisi konseptual dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
a. Kepuasan Organisasi
Kepuasan organisasi merupakan motivasi yang mendorong pegawai untuk
mencurahkan energi bagi pencapaian tujuan organisasi dan pribadi. Motivasi
tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti harapan dan pemenuhan, peluang,
serta kinerja pegawai dalam organisasi.
b. Iklim Komunikasi
Iklim komunikasi merupakan gabungan persepsi-persepsi mengenai peristiwa
komunikasi, perilaku manusia, dan unsur-unsur organisasi yang mempengaruhi
komunikasi dalam organisasi. iklim komunikasi berkembang dari interaksi
antara sifat-sifat suatu organisasi dan persepsi anggota terhadap sifat-sifat
tersebut.
c. Kepuasan Komunikasi
Kepuasan komunikasi menunjukkan bagaimana anggota organisasi merasa
nyaman dengan pesan-pesan, media, dan hubungan-hubungan dalam organisasi.
36
Kepuasan komunikasi ini mencakup kualitas media, kecukupan informasi,
informasi terkait pekerjaan, kemampuan untuk menyarankan perbaikan, efisiensi
berbagai saluran komunikasi ke bawah, cara sejawat berkomunikasi, informasi
tentang organisasi secara keseluruhan dan integrasi organisasi.
d. Ketepatan Pesan
Ketepatan pesan (message fidelity) berkenaan dengan kecermatan pesan yang
merupakan hasil dari proses penyampaian dan penerimaan pesan-pesan dari
seluruh bagian organisasi. Proses tersebut ditentukan oleh aliran informasi
terutama sumber informasi yang digunakan anggota organisasi untuk
memperoleh pesan.
e. Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan konstruk bersama yang dibangun secara simbolik,
dipahami dan dimaknai sebagai realitas organisasi oleh para anggota. Konstruk
bersama tersebut diasosiasikan dalam kata-kata yang mengungkapkan makna
subyektif yang dimiliki anggota organisasi.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penegasan arti dari konstruk atau variabel yang
dinyatakan dengan cara tertentu untuk mengukurnya (Kerlinger, 1973). Definisi
operasional dari masing-masing variabel penelitian ini sebagai berikut:
Variabel
Definisi Operasional
Persepsi tentang tingkat kepuasan anggota organisasi
terhadap
Kepuasan Organisasi
pekerjaan
yang
meliputi
pengukuran
terhadap: 1) kepuasan kerja, 2) kepuasan supervisi, 3)
kepuasan upah dan keuntungan, 4) kepuasan promosi,
dan 5) kepuasan rekan sejawat
Persepsi tentang sejauh mana anggota organisasi
Iklim Komunikasi
merasa bahwa organisasi dapat dipercaya, mendukung,
terbuka, menaruh perhatian, dan secara aktif meminta
pendapat serta memberi penghargaan atas standar
37
kinerja yang baik. Pengukuran tersebut meliputi aspek:
1) kepercayaan, 2) partisipasi dalam pembuatan
keputusan, 3) pemberian dukungan, 4) keterbukaan
komunikasi, dan 5) perhatian terhadap kinerja tinggi.
Persepsi tentang sejauh mana anggota organisasi
merasa puas terhadap pesan-pesan dan penggunaan
Kepuasan Komunikasi
media yang meliputi aspek: 1) kualitas media, 2)
aksesibilitas informasi, 3) penyebaran informasi, dan
4) muatan informasi.
Persepsi anggota organisasi mengenai jumlah butir
informasi yang mereka ketahui tentang suatu pesan
Ketepatan Pesan
tertentu dibandingkan dengan jumlah butir informasi
yang sesungguhnya dalam pesan tersebut. Selain itu
ketepatan pesan juga meliputi sumber informasi yang
digunakan dalam memperoleh pesan.
Persepsi anggota organisasi mengenai nilai kunci dan
konsep bersama yang membentuk citra mereka
Budaya Organisasi
terhadap organisasi. Kategorisasi konsep tersebut
melalui metode analisis kelompok asosiatif kemudian
menghasilkan konstruk bersama yang disimpulkan
sebagai budaya organisasi.
D. Populasi dan Sampel
Dalam pendekatan kuantitatif, unit analisis penelitian diuraikan dengan
menetapkan sasaran penelitian atau populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau
unsur yang akan diteliti, sedangkan sampel merupakan unsur-unsur atau bagian dalam
populasi yang mampu merepresentasikan populasi (Upe & Damsid, 2010).
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil di kantor
BPMPT kota Surakarta yang berjumlah 40 orang. Dalam audit komunikasi ini seluruh
populasi dibutuhkan dalam penelitian untuk mengetahui kondisi sebenarnya yang
berlangsung dalam organisasi tersebut berdasarkan opini dan persepsi dari masing-
38
masing anggota. Untuk itu pada tahapan pengambilan data kuantitatif seluruh anggota
populasi digunakan sebagai sampel penelitian.
Sedangkan pada pengambilan data kualitatif, sampel ditentukan dengan teknik
purposive sampling atau penarikan sampel yang didasarkan pada tujuan. Purposive
sampling digunakan ketika peneliti ingin mempelajari dan memahami suatu kasus atau
tema tertentu tanpa bertujuan untuk melakukan generalisasi (Ahmadi, 2014). Dalam
tahapan ini informan ditentukan oleh peneliti berdasarkan kompetensi informan
(judgemental sampling). Kompetensi yang dimaksud disesuaikan dengan kebutuhan
hasil analisis olahan data kuantitatif yang selanjutnya akan dibahas dalam focus group
discussion.
E. Pengumpulan Data dan Analisis Data
1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah olahan data subjek
(self-report data), yaitu jenis data penelitian yang berupa opini, sikap pengalaman, dan
karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian/
responden (Indriantoro dan Supomo, 1999). Sedangkan berdasarkan sumbernya, sumber
data penelitian ini berasal dari:
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu data kuantitatif
dan data kualitatif. Pertama, data kuantitatif adalah hasil pengukuran atau observasi
yang dapat dinyatakan dalam satuan ukuran dan angka-angka tertentu (Kriyantono,
2006). Data ini diperoleh melalui kuesioner (daftar pertanyaan) yang dibagikan dan diisi
oleh responden yang disusun berdasarkan variabel yang telah ditentukan dengan
menyediakan jawaban alternatif. Kuesioner yang digunakan dalam audit komunikasi ini
sesuai dengan model Organizational Communication Profile (OCP) yang dirancang
oleh Pace & Faules (1983). Responden dalam kuesioner tersebut adalah seluruh
pegawai yang menjadi objek penelitian di kantor BPMPT kota Surakarta.
39
Kedua, data kualitatif menurut Neuman dalam Ahmadi (2014) merupakan data
dalam bentuk teks, kata-kata tertulis, frase-frase, atau simbol-simbol yang
mendeskripsikan atau mempresentasikan orang-orang, tindakan dan peristiwa dalam
kehidupan sosial. Data kualitatif ini diperoleh melalui focus group discussion yang
bertujuan untuk memahami sikap dan perilaku serta opini dari sejumlah responden yang
mewakili populasi. Pengumpulan data kualitatif ini dilaksanakan setelah peneliti selesai
melakukan pengolahan dan analisis terhadap data kuantitatif.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang berupa bukti, catatan atau laporan historis
yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan (Indriantoro dan
Supomo, 1999). Data sekunder dalam penelitian ini adalah arsip dan dokumen yang
diperoleh dari BPMPT Kota Surakarta terkait informasi organisasi, informasi pegawai,
struktur dan fungsi jabatan serta hasil penelitian terkait di lingkungan kantor BPMPT
kota Surakarta.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian audit komunikasi ini menggunakan dua teknik pengumpulan
data sesuai jenis data masing-masing, yaitu melalui survey (untuk data kuantitatif) dan
focus group discussion (untuk data kualitatif).
a. Survey
Pengumpulan data melalui kuesioner merupakan metode pengukuran yang
paling banyak digunakan dalam berbagai penelitian audit komunikasi organisasi, hal ini
tidak lepas dari keuntungan kuesioner yang lebih efisien, mampu menjangkau sampel
besar, biaya lebih murah, mampu mencakup banyak topik, dan arsipnya dapat disimpan
secara permanen (Downs & Adrian, 2004). Untuk mendapatkan kelebihan-kelebihan
tersebut, syarat utama yang harus dipenuhi adalah kuesioner yang digunakan tersebut
memiliki pertanyaan-pertanyaan yang tepat dan relevan dengan penelitian. Salah satu
cara adalah dengan menggunakan kuesioner yang telah teruji reliabilitas dan
validitasnya.
40
Dalam penelitian audit komunikasi ini peneliti menggunakan kuesioner yang
sudah dipatenkan yaitu kuesioner model Organizational Communication Profile (OCP)
yang disusun oleh Pace & Faules (1983). Kuesioner model Organizational
Communication Profile (OCP) ini terdiri dari 59 butir pertanyaan tertutup dengan skala
pengukuran ordinal dan 1 butir pertanyaan terbuka, serta sebuah formulir penilaian
organisasi dengan pertanyaan yang bersifat terbuka. Terdapat dua jenis data yang
dikumpulkan melalui kuesioner OCP ini yaitu data ordinal dan data berupa kata-kata
tertulis.
Meskipun menggunakan kuesioner OCP yang sudah dipatenkan dan teruji
reliabilitas dan validitasnya, akan tetapi kuesioner tersebut merupakan hasil penelitian
terhadap organisasi secara umum dengan latar belakang responden yang berbeda, untuk
itu perlu dilakukan uji validitas agar sesuai dengan kondisi organisasi BPMPT kota
Surakarta. Sebelum kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data, terlebih dahulu
dilakukan percobaan kuesioner terhadap lima responden dengan tujuan untuk menguji
validitas eksternal.
Hasil uji validitas kuesioner tersebut menunjukkan beberapa hal penting antara
lain: 1) responden membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk menyelesaikan seluruh
pertanyaan kuesioner; 2) beberapa istilah yang digunakan perlu diubah agar sesuai
dengan kondisi yang terdapat pada kantor BPMPT kota Surakarta; dan 3) beberapa
pertanyaan menggunakan objek yang tidak terdapat pada kantor BPMPT kota Surakarta
sehingga perlu disesuaikan.
Dalam pengumpulan data kuantitatif tersebut, pengisian kuesioner OCP
dilakukan dalam beberapa kelompok dengan pendampingan peneliti untuk memberikan
arahan dan penjelasan yang dibutuhkan oleh responden. Dengan demikian peneliti dapat
memastikan responden memberikan jawaban secara subyektif dan mencegah perolehan
data yang tidak valid. Pengumpulan data kuesioner ini seluruhnya membutuhkan waktu
satu minggu. Setelah data kuesioner terkumpul seluruhnya kemudian dilakukan olah
data dan analisis data kuantitatif. Hasil analisis data kuantitatif tersebut digunakan
sebagai dasar dalam pengumpulan data kualitatif selanjutnya, yaitu penyusunan
pertanyaan untuk focus group discussion. .
41
b. Focus group discussion
Focus group discussion adalah suatu metode pengumpulan data yang
dilaksanakan dalam bentuk wawancara kelompok atau diskusi yang diikuti oleh 6
hingga 15 orang peserta dengan dipimpin oleh seorang moderator. Focus group
discussion bertujuan untuk mengeksplorasi secara intensif suatu pertanyaan atau konsep
berdasarkan persepsi yang dibentuk oleh peserta diskusi (Downs & Adrian, 2004).
Metode ini merupakan teknik pengumpulan data yang populer digunakan pada tahun
90-an untuk berbagai penelitian marketing serta kebijakan politik. Dalam ranah
komunikasi organisasi, focus group discussion sesuai digunakan untuk menganalisis
berbagai macam isu komunikasi, terutama dalam rangka perumusan rekomendasi dan
keputusan. Penggunaan metode ini memiliki beberapa manfaat antara lain: efisiensi,
bebas ikatan, menguji reliabilitas, ekonomis, fleksibel, hemat waktu, dan mendapatkan
kepuasan partisipan.
Penelitian audit komunikasi ini menggunakan focus group discussion dengan
mengumpulkan sejumlah responden dalam diskusi kelompok yang membahas temuan
hasil analisis data kuantitatif, dan tujuan utamanya adalah untuk menyusun rekomendasi
berdasarkan opini serta usulan responden terhadap temuan hasil analisis tersebut.
Sebelum pelaksanaan focus group discussion tersebut peneliti telah menyusun petunjuk
diskusi, daftar responden, dan daftar pertanyaan berdasarkan hasil analisis data
kuesioner Organizational Communication Profile (OCP).
Responden dalam focus group discussion ini dipilih berdasarkan judgemental
sampling, yaitu mereka yang memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan
organisasi, antara lain para pejabat eselon 2, 3, dan 4 pada instansi BPMPT kota
Surakarta. Pemilihan sampel tersebut berdasarkan tujuan dari focus group discussion ini
yang dimaksudkan untuk mengumpulkan opini dan usulan responden sebagai dasar
penyusunan rekomendasi perbaikan komunikasi organisasi. Dari sebanyak 14 orang
pejabat eselon dalam struktur organisasi, 11 orang diantaranya bersedia untuk mengikuti
focus group discussion ini. Diskusi berlangsung selama 55 menit di kantor BPMPT
Kota Surakarta dengan topik pembahasan tentang permasalahan terkait hasil analisis
profil komunikasi organisasi.
42
Dalamn pengumpulan data melalui focus group discussion ini, pembahasan
dilakukan untuk mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang menyebabkan
kurangnya efektivitas dari beberapa aspek komunikasi organisasi sesuai hasil temuan
analisis survey dengan kuesioner Organizational Communication Profile (OCP).
Selanjutnya diskusi diarahkan untuk mencari adanya kemungkinan perbaikan yang
dapat dilaksanakan untuk memperbaiki permasalahan di tiap-tiap aspek komunikasi
organisasi yang kurang efektif. Hasilnya akan didapatkan opini dan usulan dari
responden yang dapat dijadikan rekomendasi perbaikan efektivitas komunikasi
organisasi yang berlangsung di BPMPT Kota Surakarta.
3. Teknik Analisis Data
Neuman dalam Ahmadi (2014) mendefinisikan analisis data sebagai suatu
pencarian pola-pola dalam data yaitu perilaku yang muncul, objek-objek, atau bentuk
pengetahuan untuk diidentifikasi dan diinterpretasikan. Analisis data dapat dikatakan
sebagai proses pemberian makna pada data yang telah dikumpulkan untuk memperoleh
pemahaman atas fenomena yang diteliti. Analisis data dalam penelitian audit
komunikasi ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu:
1. Analisis Data Kuantitatif Berdasarkan Kuesioner Organizational Communication
Profile (OCP)
Pengolahan dan analisis data kuantitatif pada penelitian ini menggunakan
statistik deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan gejala sosial apa
adanya, tanpa melihat hubungan-hubungan yang ada. Pengolahan data ordinal kemudian
disajikan dengan tabel interpretasi data yang berisi nilai-nilai dengan penghitungan
sesuai dengan variabel-variabelnya. Dalam kuesioner Organizational Communication
Profile (OCP) ini terdapat lima variabel yang dihitung berdasarkan nilai perorangan,
nilai organisasi, dan nilai gabungan. Metode dan tahapan penilaian serta analisis untuk
tiap-tiap variabel berikut secara terperinci dilakukan sesuai dengan cara penghitungan
Pace & Faules (2005).
43
Variabel pertama yaitu kepuasan organisasi, yang mengukur nilai kepuasan
responden terhadap lima aspek organisasi, dengan cara penghitungan sebagai berikut: 1)
Nilai kepuasan kerja, dihitung dengan menjumlahkan butir 19, 20, 25, dan 32; 2) Nilai
kepuasan supervisi, dihitung dengan menjumlahkan butir 1, 9, 14, dan 22; 3) Nilai
kepuasan upah dan keuntungan, dihitung dengan menjumlahkan butir 3, 7, 16, dan 17;
4) Nilai kepuasan promosi, dihitung dengan menjumlahkan butir 8, 13, 23, dan 26;
sedangkan 5) Nilai kepuasan rekan sejawat, dihitung dengan menjumlahkan butir 5, 11,
28, dan 30. Nilai perorangan diperoleh dengan menjumlahkan nilai keempat butir
tersebut kemudian dibagi empat. Sedangkan nilai organisasi merupakan nilai rata-rata
dari nilai perorangan tersebut.
Variabel kedua yaitu iklim komunikasi, yang mengukur penilaian responden
terhadap lima unsur positif, dengan cara penghitungan sebagai berikut: 1) Nilai
kepercayaan, dihitung dengan menjumlahkan butir 4 dan 10; 2) Nilai partisipasi dalam
pembuatan keputusan, dihitung dengan menjumlahkan butir 6 dan 21; 3) Nilai
pemberian dukungan, dihitung dengan menjumlahkan butir 18 dan 24; 4) Nilai
keterbukaan komunikasi, dihitung dengan menjumlahkan butir 12, 15, 27 dan 31; dan 5)
Nilai perhatian terhadap kinerja tinggi, dihitung dengan menjumlahkan butir 2 dan 29.
Nilai perorangan diperoleh dengan menjumlahkan nilai butir-butir tersebut kemudian
dibagi jumlah butir. Sedangkan nilai organisasi merupakan nilai rata-rata dari nilai
perorangan tersebut.
Variabel ketiga yaitu kepuasan komunikasi, yang mengukur nilai kepuasan
responden terhadap aspek komunikasi pesan dan penggunaan media, dengan cara
penghitungan sebagai berikut: 1) Nilai kualitas media, dihitung dengan menjumlahkan
butir 33, 34, dan 35, kemudian dibagi 3; 2) Nilai aksesibilitas informasi, dihitung
dengan menjumlahkan butir 36 sampai dengan 43, kemudian dibagi 8; 3) Nilai
penyebaran informasi, dihitung dengan prosentase pilihan responden pada butir 52; dan
4) Nilai informasi yang diinginkan, dihitung dengan menjumlahkan butir 44 sampai
dengan 51 kemudian dibagi 8; 5) Nilai muatan informasi, dihitung berdasarkan selisih
nilai informasi yang diinginkan dengan nilai aksesibilitas informasi.
Variabel keempat yaitu ketepatan pesan, yang mengukur seberapa banyak
jumlah butir informasi yang diketahui responden terhadap suatu pesan organisasi. Nilai
44
perorangan untuk variabel ini adalah angka yang dilingkari oleh responden pada
pertanyaan kuesioner butir 53, sedangkan nilai organisasi didapat dari jumlah seluruh
nilai perorangan kemudian dibagi total responden. Pada angka yang paling banyak
dilingkari menunjukkan seberapa banyak butir informasi yang diketahui oleh
responden.
Variabel kelima yaitu budaya organisasi, yang menunjukkan nilai kunci dan
konsep bersama atau citra yang dibentuk oleh responden terhadap organisasi. Pada
lembar pertama kuesioner responden menuliskan lima belas kata yang mencirikan
organisasi. Setiap kata ditetapkan bobot nilai sebagai berikut bagi sembilan kata
pertama yaitu: 6, 5, 4, 3, 3, 3, 2, 2, 1. Selanjutnya ditetapkan nilai 1 untuk seluruh kata
lainnya. Seluruh kata beserta nilainya kemudian dikelompokkan kedalam kategorikategori kata berdasarkan persamaan makna atau referen.
Pada dasarnya pembentukan kategori kata tersebut dapat mengikuti proses
pemikiran dan asumsi intuitif peneliti, bergantung pada kecermatan pemahaman atas
kategori-kategori tersebut. Beberapa kategori kata yang mungkin didapatkan dalam
analisis budaya organisasi yaitu kata-kata yang berasosiasi terhadap hubungan, nilai,
lingkungan, kegiatan atau aktivitas, potensi, dan motivasi. Berdasarkan kategorisasi
tersebut kemudian dianalisis untuk menemukan konstruk bersama yang menjelaskan
tentang organisasi atau yang kemudian dapat disebut sebagai budaya organisasi (Pace
& Faules, 2005).
2. Analisis Data Kualitatif Berdasarkan Focus Group Discussion
Pengolahan dan analisis data kualitatif
ini pertama diawali dengan
mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil rekaman audio visual dalam focus group
discussion yang ditranskripsi terlebih dahulu secara verbatim (ditulis secara persis kata
demi kata) dengan tambahan catatan peneliti yang menggambarkan informasi tentang
pelaksanaan focus group discussion serta hasil observasi terhadap jalannya diskusi.
Setelah transkripsi tersusun lengkap, langkah selanjutnya adalah melakukan coding
data.
45
Coding data pada dasarnya merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara
bersamaan, yaitu pengurangan data mekanis dan pengkategorian analitis dari data ke
dalam tema (Ahmadi, 2014). Namun dalam penelitian audit komunikasi ini, coding data
tidak dilakukan untuk menemukan kategori dan tema, karena konsep permasalahan
telah disusun sebelum pelaksanaan focus group discussion. Seperti disebutkan Downs &
Adrian (2004), dalam analisis focus group discussion apabila konsep tujuan telah
diidentifikasi maka peneliti dapat mencocokkan opini dan komentar responden yang
sesuai dengan kategori-kategori yang telah dirancang.
Strauss dalam Ahmadi (2014) mengidentifikasi tiga pola penyusunan coding
data kualitatif, antara lain: 1) Open coding, yaitu tahap pertama dalam coding data
ketika peneliti menandai tema, mencatat istilah dan menempatkan kumpulan data
kedalam kategori-kategori; 2) Axial coding, yaitu tahap kedua ketika peneliti mulai
mengorganisir catatan dan kumpulan konsep untuk membuat hubungan antar kategori;
3) Selective coding, yaitu tahap terakhir setelah seluruh konsep dan kategori
teridentifikasi kemudian peneliti melakukan konfirmasi dan penjelasan tentang
hubungan-hubungan tersebut. Fokus analisis hasil focus group discussion ini adalah
mendiskusikan faktor-faktor permasalahan komunikasi organisasi yang tidak efektif dan
menemukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan untuk memperbaiki aspek
komunikasi organisasi tersebut agar lebih efektif.
Dalam analisis data kualitatif hasil focus group discussion tahap open coding
dilakukan dengan mengumpulkan pendapat responden dan mencatat inti utama yang
disampaikan dalam jawaban tiap-tiap responden sesuai permasalahan yang sedang
dibahas. Pada tahap axial coding, kumpulan catatan inti utama dari jawaban responden
dikumpulkan dan diurutkan sesuai konsepnya yaitu: 1) permasalahan, 2) kemungkinan
perbaikan, dan 3) langkah perbaikan. Selanjutnya tahap selective coding menyimpulkan
rumusan rekomendasi perbaikan apa saja yang dapat dilakukan untuk memperbaiki
permasalahan yang ada.
Download