BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian audit komunikasi pada umumnya merupakan jenis penelitian terapan yang menggunakan strategi penelitian ganda (multiple research strategies), istilah yang pada tahun 1982 digunakan oleh Burgess untuk menyebut penggunaan metode beragam dalam memecahkan masalah penelitian (Brannen, 2005). Strategi ini juga sering disebut triangulasi, yang menurut Denzin tidak hanya mencakup metode dan data tetapi juga peneliti dan teori-teorinya (Upe & Damsid, 2010). Penggunaan metode ini menunjukkan bahwa dalam penelitian terdapat lebih dari satu metode penelitian serta lebih dari satu jenis data. Tujuan dari penggunaan penelitian ganda adalah untuk mendapatkan hasil penelitian yang lengkap, serta menemukan kebenaran yang holistik dan mendalam atas suatu realitas (Kriyantono, 2006; Upe & Damsid, 2010). Tipe-tipe dalam metode triangulasi menurut Brannen antara lain: 1) Metodemetode ganda (multiple methods), yaitu triangulasi yang terjadi antar metode maupun di dalam metode; 2) Peneliti-peneliti gabungan (multiple investigators), yaitu triangulasi dalam pelaksanaan penelitian oleh kemitraan atau kelompok; 3) Sekumpulan data gabungan (multiple data sets), yaitu triangulasi perolehan data yang bersumber dari penerapan metode berbeda maupun melalui metode yang sama pada waktu atau sumber yang berbeda; 4) Teori-teori gabungan (multiple theories), yaitu triangulasi melalui penggunaan teori-teori berbeda (Brannen, 2005). Secara lebih sederhana Bungin juga mengelompokkan metode triangulasi tersebut kedalam dua aspek yaitu aspek pendekatan dan aspek pengumpulan dan analisis data (Upe & Damsid, 2010). Untuk penelitian audit komunikasi dengan model Organizational Communication Profile ini menggunakan metode triangulasi dari aspek pengumpulan data dan analisis data. Terdapat tiga cara dalam menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif menurut Bryman antara lain yaitu: 1) metode kualitatif sebagai fasilitator penelitian kuantitatif; 2) metode kuantitatif sebagai fasilitator penelitian kualitatif; dan 3) kedua 33 34 pendekatan dilakukan secara bersamaan dan sederajat (Brannen, 2005; Kriyantono, 2006; Upe & Damsid, 2010). Lebih spesifik menurut Creswell dalam Upe & Damsid (2010) disebutkan bahwa penggabungan metode kuantitatif dan kualitatif dapat dilakukan dengan empat model yaitu: 1) metode kualitatif untuk membantu mengembangkan instrumen dan pengukuran data kuantitatif; 2) metode kuantitatif untuk menghiasi studi kualitatif sebagai metode yang utama; 3) metode kualitatif untuk membantu menjelaskan temuan kuantitatif; dan 4) metode kuantitatif dan kualitatif digunakan secara bersama dan paralel. Dalam penelitian audit komunikasi ini, penggunaan kombinasi dari kedua pendekatan tersebut adalah metode kualitatif sebagai fasilitator penelitian kuantitatif, dimana metode kualitatif digunakan untuk membantu mengembangkan instrumen dan pengukuran data kuantitatif. Hal ini disebabkan karena audit komunikasi sendiri pada dasarnya merupakan penelitian yang menekankan pada pendekatan deskriptif kuantitatif namun menggunakan triangulasi metode kualitatif untuk membantu mengembangkan instrumen dan pengukuran dalam teknik pengumpulan data dan analisis data, sebagai upaya untuk memperoleh data yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi, mendalam, dan akurat. Berdasarkan konsep tersebut audit komunikasi telah dirancang dengan lima alat ukur pokok yang termuat dalam standar baku the ICA Audit, terdiri dari: 1) survey menggunakan kuesioner, 2) wawancara tatap muka, 3) analisis jaringan, 4) analisis pengalaman komunikasi, dan 5) catatan harian komunikasi (Hardjana, 2000). Downs & Adrian menambahkan dua metode ke dalam alat ukur yang dapat dipakai dalam audit komunikasi yaitu analisis isi dan focus group discussion. Ketujuh alat ukur audit tersebut memiliki kegunaan dan keunikan masing-masing. Peneliti dapat menggunakan seluruh alat ukur secara lengkap namun hal tersebut tidaklah relevan dan cenderung menyulitkan pengumpulan data. Pemilihan alat ukur untuk audit komunikasi hendaknya merupakan kombinasi dari setidaknya dua metode berbeda sesuai dengan kebutuhan organisasi (Downs & Adrian, 2004). Dalam penelitian ini audit komunikasi model Organizational Communication Profile (OCP) dilaksanakan dengan menggunakan dua metode yaitu survey dan focus group discussion. 35 B. Lokasi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berlangsungnya komunikasi organisasi pada kantor pelayanan publik pemerintah daerah untuk meningkatkan efektivitas komunikasi organisasi, maka objek penelitian yang dianalisis adalah Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) kota Surakarta, yang berlokasi di kompleks Balaikota Surakarta, Jl. Jendral Sudirman No. 2 Surakarta. BPMPT ini merupakan layanan publik one stop service yang dibangun oleh Pemerintah Kota Surakarta dalam upaya mewujudkan pelayanan perizinan terpadu yang cepat, efisien, dan transparan. C. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional 1. Definisi Konseptual Definisi konseptual bertujuan untuk menghindari perbedaan pengertian dan penafsiran terhadap variabel-variabel penelitian antara konsep peneliti dengan pembacanya. Definisi konseptual dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: a. Kepuasan Organisasi Kepuasan organisasi merupakan motivasi yang mendorong pegawai untuk mencurahkan energi bagi pencapaian tujuan organisasi dan pribadi. Motivasi tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti harapan dan pemenuhan, peluang, serta kinerja pegawai dalam organisasi. b. Iklim Komunikasi Iklim komunikasi merupakan gabungan persepsi-persepsi mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, dan unsur-unsur organisasi yang mempengaruhi komunikasi dalam organisasi. iklim komunikasi berkembang dari interaksi antara sifat-sifat suatu organisasi dan persepsi anggota terhadap sifat-sifat tersebut. c. Kepuasan Komunikasi Kepuasan komunikasi menunjukkan bagaimana anggota organisasi merasa nyaman dengan pesan-pesan, media, dan hubungan-hubungan dalam organisasi. 36 Kepuasan komunikasi ini mencakup kualitas media, kecukupan informasi, informasi terkait pekerjaan, kemampuan untuk menyarankan perbaikan, efisiensi berbagai saluran komunikasi ke bawah, cara sejawat berkomunikasi, informasi tentang organisasi secara keseluruhan dan integrasi organisasi. d. Ketepatan Pesan Ketepatan pesan (message fidelity) berkenaan dengan kecermatan pesan yang merupakan hasil dari proses penyampaian dan penerimaan pesan-pesan dari seluruh bagian organisasi. Proses tersebut ditentukan oleh aliran informasi terutama sumber informasi yang digunakan anggota organisasi untuk memperoleh pesan. e. Budaya Organisasi Budaya organisasi merupakan konstruk bersama yang dibangun secara simbolik, dipahami dan dimaknai sebagai realitas organisasi oleh para anggota. Konstruk bersama tersebut diasosiasikan dalam kata-kata yang mengungkapkan makna subyektif yang dimiliki anggota organisasi. 2. Definisi Operasional Definisi operasional adalah penegasan arti dari konstruk atau variabel yang dinyatakan dengan cara tertentu untuk mengukurnya (Kerlinger, 1973). Definisi operasional dari masing-masing variabel penelitian ini sebagai berikut: Variabel Definisi Operasional Persepsi tentang tingkat kepuasan anggota organisasi terhadap Kepuasan Organisasi pekerjaan yang meliputi pengukuran terhadap: 1) kepuasan kerja, 2) kepuasan supervisi, 3) kepuasan upah dan keuntungan, 4) kepuasan promosi, dan 5) kepuasan rekan sejawat Persepsi tentang sejauh mana anggota organisasi Iklim Komunikasi merasa bahwa organisasi dapat dipercaya, mendukung, terbuka, menaruh perhatian, dan secara aktif meminta pendapat serta memberi penghargaan atas standar 37 kinerja yang baik. Pengukuran tersebut meliputi aspek: 1) kepercayaan, 2) partisipasi dalam pembuatan keputusan, 3) pemberian dukungan, 4) keterbukaan komunikasi, dan 5) perhatian terhadap kinerja tinggi. Persepsi tentang sejauh mana anggota organisasi merasa puas terhadap pesan-pesan dan penggunaan Kepuasan Komunikasi media yang meliputi aspek: 1) kualitas media, 2) aksesibilitas informasi, 3) penyebaran informasi, dan 4) muatan informasi. Persepsi anggota organisasi mengenai jumlah butir informasi yang mereka ketahui tentang suatu pesan Ketepatan Pesan tertentu dibandingkan dengan jumlah butir informasi yang sesungguhnya dalam pesan tersebut. Selain itu ketepatan pesan juga meliputi sumber informasi yang digunakan dalam memperoleh pesan. Persepsi anggota organisasi mengenai nilai kunci dan konsep bersama yang membentuk citra mereka Budaya Organisasi terhadap organisasi. Kategorisasi konsep tersebut melalui metode analisis kelompok asosiatif kemudian menghasilkan konstruk bersama yang disimpulkan sebagai budaya organisasi. D. Populasi dan Sampel Dalam pendekatan kuantitatif, unit analisis penelitian diuraikan dengan menetapkan sasaran penelitian atau populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan diteliti, sedangkan sampel merupakan unsur-unsur atau bagian dalam populasi yang mampu merepresentasikan populasi (Upe & Damsid, 2010). Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil di kantor BPMPT kota Surakarta yang berjumlah 40 orang. Dalam audit komunikasi ini seluruh populasi dibutuhkan dalam penelitian untuk mengetahui kondisi sebenarnya yang berlangsung dalam organisasi tersebut berdasarkan opini dan persepsi dari masing- 38 masing anggota. Untuk itu pada tahapan pengambilan data kuantitatif seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel penelitian. Sedangkan pada pengambilan data kualitatif, sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling atau penarikan sampel yang didasarkan pada tujuan. Purposive sampling digunakan ketika peneliti ingin mempelajari dan memahami suatu kasus atau tema tertentu tanpa bertujuan untuk melakukan generalisasi (Ahmadi, 2014). Dalam tahapan ini informan ditentukan oleh peneliti berdasarkan kompetensi informan (judgemental sampling). Kompetensi yang dimaksud disesuaikan dengan kebutuhan hasil analisis olahan data kuantitatif yang selanjutnya akan dibahas dalam focus group discussion. E. Pengumpulan Data dan Analisis Data 1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah olahan data subjek (self-report data), yaitu jenis data penelitian yang berupa opini, sikap pengalaman, dan karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian/ responden (Indriantoro dan Supomo, 1999). Sedangkan berdasarkan sumbernya, sumber data penelitian ini berasal dari: a. Data Primer Data primer dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Pertama, data kuantitatif adalah hasil pengukuran atau observasi yang dapat dinyatakan dalam satuan ukuran dan angka-angka tertentu (Kriyantono, 2006). Data ini diperoleh melalui kuesioner (daftar pertanyaan) yang dibagikan dan diisi oleh responden yang disusun berdasarkan variabel yang telah ditentukan dengan menyediakan jawaban alternatif. Kuesioner yang digunakan dalam audit komunikasi ini sesuai dengan model Organizational Communication Profile (OCP) yang dirancang oleh Pace & Faules (1983). Responden dalam kuesioner tersebut adalah seluruh pegawai yang menjadi objek penelitian di kantor BPMPT kota Surakarta. 39 Kedua, data kualitatif menurut Neuman dalam Ahmadi (2014) merupakan data dalam bentuk teks, kata-kata tertulis, frase-frase, atau simbol-simbol yang mendeskripsikan atau mempresentasikan orang-orang, tindakan dan peristiwa dalam kehidupan sosial. Data kualitatif ini diperoleh melalui focus group discussion yang bertujuan untuk memahami sikap dan perilaku serta opini dari sejumlah responden yang mewakili populasi. Pengumpulan data kualitatif ini dilaksanakan setelah peneliti selesai melakukan pengolahan dan analisis terhadap data kuantitatif. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 1999). Data sekunder dalam penelitian ini adalah arsip dan dokumen yang diperoleh dari BPMPT Kota Surakarta terkait informasi organisasi, informasi pegawai, struktur dan fungsi jabatan serta hasil penelitian terkait di lingkungan kantor BPMPT kota Surakarta. 2. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian audit komunikasi ini menggunakan dua teknik pengumpulan data sesuai jenis data masing-masing, yaitu melalui survey (untuk data kuantitatif) dan focus group discussion (untuk data kualitatif). a. Survey Pengumpulan data melalui kuesioner merupakan metode pengukuran yang paling banyak digunakan dalam berbagai penelitian audit komunikasi organisasi, hal ini tidak lepas dari keuntungan kuesioner yang lebih efisien, mampu menjangkau sampel besar, biaya lebih murah, mampu mencakup banyak topik, dan arsipnya dapat disimpan secara permanen (Downs & Adrian, 2004). Untuk mendapatkan kelebihan-kelebihan tersebut, syarat utama yang harus dipenuhi adalah kuesioner yang digunakan tersebut memiliki pertanyaan-pertanyaan yang tepat dan relevan dengan penelitian. Salah satu cara adalah dengan menggunakan kuesioner yang telah teruji reliabilitas dan validitasnya. 40 Dalam penelitian audit komunikasi ini peneliti menggunakan kuesioner yang sudah dipatenkan yaitu kuesioner model Organizational Communication Profile (OCP) yang disusun oleh Pace & Faules (1983). Kuesioner model Organizational Communication Profile (OCP) ini terdiri dari 59 butir pertanyaan tertutup dengan skala pengukuran ordinal dan 1 butir pertanyaan terbuka, serta sebuah formulir penilaian organisasi dengan pertanyaan yang bersifat terbuka. Terdapat dua jenis data yang dikumpulkan melalui kuesioner OCP ini yaitu data ordinal dan data berupa kata-kata tertulis. Meskipun menggunakan kuesioner OCP yang sudah dipatenkan dan teruji reliabilitas dan validitasnya, akan tetapi kuesioner tersebut merupakan hasil penelitian terhadap organisasi secara umum dengan latar belakang responden yang berbeda, untuk itu perlu dilakukan uji validitas agar sesuai dengan kondisi organisasi BPMPT kota Surakarta. Sebelum kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data, terlebih dahulu dilakukan percobaan kuesioner terhadap lima responden dengan tujuan untuk menguji validitas eksternal. Hasil uji validitas kuesioner tersebut menunjukkan beberapa hal penting antara lain: 1) responden membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk menyelesaikan seluruh pertanyaan kuesioner; 2) beberapa istilah yang digunakan perlu diubah agar sesuai dengan kondisi yang terdapat pada kantor BPMPT kota Surakarta; dan 3) beberapa pertanyaan menggunakan objek yang tidak terdapat pada kantor BPMPT kota Surakarta sehingga perlu disesuaikan. Dalam pengumpulan data kuantitatif tersebut, pengisian kuesioner OCP dilakukan dalam beberapa kelompok dengan pendampingan peneliti untuk memberikan arahan dan penjelasan yang dibutuhkan oleh responden. Dengan demikian peneliti dapat memastikan responden memberikan jawaban secara subyektif dan mencegah perolehan data yang tidak valid. Pengumpulan data kuesioner ini seluruhnya membutuhkan waktu satu minggu. Setelah data kuesioner terkumpul seluruhnya kemudian dilakukan olah data dan analisis data kuantitatif. Hasil analisis data kuantitatif tersebut digunakan sebagai dasar dalam pengumpulan data kualitatif selanjutnya, yaitu penyusunan pertanyaan untuk focus group discussion. . 41 b. Focus group discussion Focus group discussion adalah suatu metode pengumpulan data yang dilaksanakan dalam bentuk wawancara kelompok atau diskusi yang diikuti oleh 6 hingga 15 orang peserta dengan dipimpin oleh seorang moderator. Focus group discussion bertujuan untuk mengeksplorasi secara intensif suatu pertanyaan atau konsep berdasarkan persepsi yang dibentuk oleh peserta diskusi (Downs & Adrian, 2004). Metode ini merupakan teknik pengumpulan data yang populer digunakan pada tahun 90-an untuk berbagai penelitian marketing serta kebijakan politik. Dalam ranah komunikasi organisasi, focus group discussion sesuai digunakan untuk menganalisis berbagai macam isu komunikasi, terutama dalam rangka perumusan rekomendasi dan keputusan. Penggunaan metode ini memiliki beberapa manfaat antara lain: efisiensi, bebas ikatan, menguji reliabilitas, ekonomis, fleksibel, hemat waktu, dan mendapatkan kepuasan partisipan. Penelitian audit komunikasi ini menggunakan focus group discussion dengan mengumpulkan sejumlah responden dalam diskusi kelompok yang membahas temuan hasil analisis data kuantitatif, dan tujuan utamanya adalah untuk menyusun rekomendasi berdasarkan opini serta usulan responden terhadap temuan hasil analisis tersebut. Sebelum pelaksanaan focus group discussion tersebut peneliti telah menyusun petunjuk diskusi, daftar responden, dan daftar pertanyaan berdasarkan hasil analisis data kuesioner Organizational Communication Profile (OCP). Responden dalam focus group discussion ini dipilih berdasarkan judgemental sampling, yaitu mereka yang memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan organisasi, antara lain para pejabat eselon 2, 3, dan 4 pada instansi BPMPT kota Surakarta. Pemilihan sampel tersebut berdasarkan tujuan dari focus group discussion ini yang dimaksudkan untuk mengumpulkan opini dan usulan responden sebagai dasar penyusunan rekomendasi perbaikan komunikasi organisasi. Dari sebanyak 14 orang pejabat eselon dalam struktur organisasi, 11 orang diantaranya bersedia untuk mengikuti focus group discussion ini. Diskusi berlangsung selama 55 menit di kantor BPMPT Kota Surakarta dengan topik pembahasan tentang permasalahan terkait hasil analisis profil komunikasi organisasi. 42 Dalamn pengumpulan data melalui focus group discussion ini, pembahasan dilakukan untuk mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang menyebabkan kurangnya efektivitas dari beberapa aspek komunikasi organisasi sesuai hasil temuan analisis survey dengan kuesioner Organizational Communication Profile (OCP). Selanjutnya diskusi diarahkan untuk mencari adanya kemungkinan perbaikan yang dapat dilaksanakan untuk memperbaiki permasalahan di tiap-tiap aspek komunikasi organisasi yang kurang efektif. Hasilnya akan didapatkan opini dan usulan dari responden yang dapat dijadikan rekomendasi perbaikan efektivitas komunikasi organisasi yang berlangsung di BPMPT Kota Surakarta. 3. Teknik Analisis Data Neuman dalam Ahmadi (2014) mendefinisikan analisis data sebagai suatu pencarian pola-pola dalam data yaitu perilaku yang muncul, objek-objek, atau bentuk pengetahuan untuk diidentifikasi dan diinterpretasikan. Analisis data dapat dikatakan sebagai proses pemberian makna pada data yang telah dikumpulkan untuk memperoleh pemahaman atas fenomena yang diteliti. Analisis data dalam penelitian audit komunikasi ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu: 1. Analisis Data Kuantitatif Berdasarkan Kuesioner Organizational Communication Profile (OCP) Pengolahan dan analisis data kuantitatif pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan gejala sosial apa adanya, tanpa melihat hubungan-hubungan yang ada. Pengolahan data ordinal kemudian disajikan dengan tabel interpretasi data yang berisi nilai-nilai dengan penghitungan sesuai dengan variabel-variabelnya. Dalam kuesioner Organizational Communication Profile (OCP) ini terdapat lima variabel yang dihitung berdasarkan nilai perorangan, nilai organisasi, dan nilai gabungan. Metode dan tahapan penilaian serta analisis untuk tiap-tiap variabel berikut secara terperinci dilakukan sesuai dengan cara penghitungan Pace & Faules (2005). 43 Variabel pertama yaitu kepuasan organisasi, yang mengukur nilai kepuasan responden terhadap lima aspek organisasi, dengan cara penghitungan sebagai berikut: 1) Nilai kepuasan kerja, dihitung dengan menjumlahkan butir 19, 20, 25, dan 32; 2) Nilai kepuasan supervisi, dihitung dengan menjumlahkan butir 1, 9, 14, dan 22; 3) Nilai kepuasan upah dan keuntungan, dihitung dengan menjumlahkan butir 3, 7, 16, dan 17; 4) Nilai kepuasan promosi, dihitung dengan menjumlahkan butir 8, 13, 23, dan 26; sedangkan 5) Nilai kepuasan rekan sejawat, dihitung dengan menjumlahkan butir 5, 11, 28, dan 30. Nilai perorangan diperoleh dengan menjumlahkan nilai keempat butir tersebut kemudian dibagi empat. Sedangkan nilai organisasi merupakan nilai rata-rata dari nilai perorangan tersebut. Variabel kedua yaitu iklim komunikasi, yang mengukur penilaian responden terhadap lima unsur positif, dengan cara penghitungan sebagai berikut: 1) Nilai kepercayaan, dihitung dengan menjumlahkan butir 4 dan 10; 2) Nilai partisipasi dalam pembuatan keputusan, dihitung dengan menjumlahkan butir 6 dan 21; 3) Nilai pemberian dukungan, dihitung dengan menjumlahkan butir 18 dan 24; 4) Nilai keterbukaan komunikasi, dihitung dengan menjumlahkan butir 12, 15, 27 dan 31; dan 5) Nilai perhatian terhadap kinerja tinggi, dihitung dengan menjumlahkan butir 2 dan 29. Nilai perorangan diperoleh dengan menjumlahkan nilai butir-butir tersebut kemudian dibagi jumlah butir. Sedangkan nilai organisasi merupakan nilai rata-rata dari nilai perorangan tersebut. Variabel ketiga yaitu kepuasan komunikasi, yang mengukur nilai kepuasan responden terhadap aspek komunikasi pesan dan penggunaan media, dengan cara penghitungan sebagai berikut: 1) Nilai kualitas media, dihitung dengan menjumlahkan butir 33, 34, dan 35, kemudian dibagi 3; 2) Nilai aksesibilitas informasi, dihitung dengan menjumlahkan butir 36 sampai dengan 43, kemudian dibagi 8; 3) Nilai penyebaran informasi, dihitung dengan prosentase pilihan responden pada butir 52; dan 4) Nilai informasi yang diinginkan, dihitung dengan menjumlahkan butir 44 sampai dengan 51 kemudian dibagi 8; 5) Nilai muatan informasi, dihitung berdasarkan selisih nilai informasi yang diinginkan dengan nilai aksesibilitas informasi. Variabel keempat yaitu ketepatan pesan, yang mengukur seberapa banyak jumlah butir informasi yang diketahui responden terhadap suatu pesan organisasi. Nilai 44 perorangan untuk variabel ini adalah angka yang dilingkari oleh responden pada pertanyaan kuesioner butir 53, sedangkan nilai organisasi didapat dari jumlah seluruh nilai perorangan kemudian dibagi total responden. Pada angka yang paling banyak dilingkari menunjukkan seberapa banyak butir informasi yang diketahui oleh responden. Variabel kelima yaitu budaya organisasi, yang menunjukkan nilai kunci dan konsep bersama atau citra yang dibentuk oleh responden terhadap organisasi. Pada lembar pertama kuesioner responden menuliskan lima belas kata yang mencirikan organisasi. Setiap kata ditetapkan bobot nilai sebagai berikut bagi sembilan kata pertama yaitu: 6, 5, 4, 3, 3, 3, 2, 2, 1. Selanjutnya ditetapkan nilai 1 untuk seluruh kata lainnya. Seluruh kata beserta nilainya kemudian dikelompokkan kedalam kategorikategori kata berdasarkan persamaan makna atau referen. Pada dasarnya pembentukan kategori kata tersebut dapat mengikuti proses pemikiran dan asumsi intuitif peneliti, bergantung pada kecermatan pemahaman atas kategori-kategori tersebut. Beberapa kategori kata yang mungkin didapatkan dalam analisis budaya organisasi yaitu kata-kata yang berasosiasi terhadap hubungan, nilai, lingkungan, kegiatan atau aktivitas, potensi, dan motivasi. Berdasarkan kategorisasi tersebut kemudian dianalisis untuk menemukan konstruk bersama yang menjelaskan tentang organisasi atau yang kemudian dapat disebut sebagai budaya organisasi (Pace & Faules, 2005). 2. Analisis Data Kualitatif Berdasarkan Focus Group Discussion Pengolahan dan analisis data kualitatif ini pertama diawali dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil rekaman audio visual dalam focus group discussion yang ditranskripsi terlebih dahulu secara verbatim (ditulis secara persis kata demi kata) dengan tambahan catatan peneliti yang menggambarkan informasi tentang pelaksanaan focus group discussion serta hasil observasi terhadap jalannya diskusi. Setelah transkripsi tersusun lengkap, langkah selanjutnya adalah melakukan coding data. 45 Coding data pada dasarnya merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersamaan, yaitu pengurangan data mekanis dan pengkategorian analitis dari data ke dalam tema (Ahmadi, 2014). Namun dalam penelitian audit komunikasi ini, coding data tidak dilakukan untuk menemukan kategori dan tema, karena konsep permasalahan telah disusun sebelum pelaksanaan focus group discussion. Seperti disebutkan Downs & Adrian (2004), dalam analisis focus group discussion apabila konsep tujuan telah diidentifikasi maka peneliti dapat mencocokkan opini dan komentar responden yang sesuai dengan kategori-kategori yang telah dirancang. Strauss dalam Ahmadi (2014) mengidentifikasi tiga pola penyusunan coding data kualitatif, antara lain: 1) Open coding, yaitu tahap pertama dalam coding data ketika peneliti menandai tema, mencatat istilah dan menempatkan kumpulan data kedalam kategori-kategori; 2) Axial coding, yaitu tahap kedua ketika peneliti mulai mengorganisir catatan dan kumpulan konsep untuk membuat hubungan antar kategori; 3) Selective coding, yaitu tahap terakhir setelah seluruh konsep dan kategori teridentifikasi kemudian peneliti melakukan konfirmasi dan penjelasan tentang hubungan-hubungan tersebut. Fokus analisis hasil focus group discussion ini adalah mendiskusikan faktor-faktor permasalahan komunikasi organisasi yang tidak efektif dan menemukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat digunakan untuk memperbaiki aspek komunikasi organisasi tersebut agar lebih efektif. Dalam analisis data kualitatif hasil focus group discussion tahap open coding dilakukan dengan mengumpulkan pendapat responden dan mencatat inti utama yang disampaikan dalam jawaban tiap-tiap responden sesuai permasalahan yang sedang dibahas. Pada tahap axial coding, kumpulan catatan inti utama dari jawaban responden dikumpulkan dan diurutkan sesuai konsepnya yaitu: 1) permasalahan, 2) kemungkinan perbaikan, dan 3) langkah perbaikan. Selanjutnya tahap selective coding menyimpulkan rumusan rekomendasi perbaikan apa saja yang dapat dilakukan untuk memperbaiki permasalahan yang ada.