Efektifitas Program Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil

advertisement
Efektifitas Program Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu
Hamil Kekurangan Energi Kronik di Kota Depok
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat
Disusun Oleh
Rahmi Nurmadinisia
108101000040
Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Jakarta
Tahun 2012
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi saya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta , Januari 2013
Rahmi Nurmadinisia
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI MASYARAKAT
Skripsi, Januari 2013
Rahmi Nurmadinisia, NIM: 108101000040
Efektifitas Program Pemberian Makanan Tambahan Pada Ibu hamil
Kekurangan Energi Kronis di Kota Depok
xviii + 108 halaman, 9 tabel, 2 bagan, 13 lampiran.
ABSTRAK
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah Kekurangan Energi Kronis (KEK)
pada ibu hamil adalah program Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Program
tersebut bertujuan untuk menanggulangi masalah KEK ibu hamil serta tercapainya
peningkatan status gizi yang baik pada ibu hamil dan mengurangi prevalensi Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR). Program PMT untuk ibu hamil KEK merupakan salah
satu program rutin di bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan
Keluarga dan Gizi yang terdapat di Dinas Kesehatan Kota Depok. Program PMT
untuk Ibu Hamil KEK ini sudah berjalan sejak tahun 2009. Namun, hingga saat ini
belum diketahui seberapa besar dampak yang dihasilkan dari program PMT terhadap
ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis. Sehingga perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui apakah program PMT yang dilakukan sudah efektif
dilakukan dalam mencegah terjadinya BBLR yang dilihat berdasarkan input, proses
maupun output dari program PMT.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang diperkaya dengan
penelitian kuantitatif. Untuk penelitian kualitatif instrumen yang digunakan adalah alat
perekam, pedoman wawancara dan lembar observasi. Sedangkan untuk penelitian
kuantitatif instrumen yang digunakan berupa laporan monitoring PMT Ibu Hamil KEK
serta data kohort Ibu Hamil. Informan utama dalam penelitian ini adalah staf gizi
penanggung jawab program PMT di Kota Depok dan Ibu hamil KEK yang didapatkan
dari laporan monitoring program. Sedangkan informan pendukung dalam penelitian ini
adalah staf gizi yang bekerja di wilayah Puskesmas Kota Depok.
ii
Hasil penelitian menunjukkan dari segi input, semua komponen yang
dibutuhkan untuk program ini sudah sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
Komponen yang berpengaruh terhadap efektifitas program PMT ibu hamil KEK di
Kota Depok adalah data, sumber daya dan sasaran. Sedangkan dari segi proses,
seluruh komponen baik dari pelaksanaan maupun pengawasan telah sesuai dengan apa
yang direncanakan. Namun, konsep perencanaan masih belum memasukkan
komponen-komponen penting untuk dapat melihat keefektifan program secara
spesifik. Prosentase efektifitas program PMT ibu hamil KEK penambahan berat badan
yang sesuai dengan usia kehamilan adalah sebesar 65 % hamil KEK yang
mendapatkan PMT berat badannya bertambah sesuai dengan usia kehamilan bayi yang
dikandungnya, 32% pertambahan berat badan kurang dari usia kehamilan.
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan bagi Dinas Kesehatan Kota
Depok mencantumkan penambahan karakteristik ibu yang dicantumkan dalam laporan
program PMT ibu hamil KEK yang terkait dengan penambahan berat badan ibu hamil
maupun berat bayi ketika lahir selain itu juga diperlukan pengawasan dan penilaian
output secara rutin setiap program PMT telah selesai dilaksanakan. Untuk puskesmas
yang ada di Kota Depok format laporan yang digunakan sebaiknya selalu mengacu
pada format yang telah ditetapkan. Serta untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar
penelitian lebih lanjut dapat melihat kaitan antara program PMT dengan berat bayi
yang dilahirkan oleh ibu hamil KEK yang mendapatkan PMT tersebut dan juga
penelitian sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan sehingga dapat
tergambar secara lebih aktual program PMT ibu hamil KEK yang terjadi di lapangan.
Kata kunci: Efektifitas, Program, PMT
Daftar bacaan : 36 (1988-2012)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
SPECIALISATION NUTRITION SOCIETY
Thesis, January 2013
Rahmi Nurmadinisia, NIM: 108101000040
Effectiveness of Supplementary Feeding Programme In Chronic Energy
Deficiency Pregnant in Depok
xix, 108 pages, 9 tables, 2 scetch, 13 appendices
ABSTRACT
One effort to exceed the problem of chronic energy deficiency (CED) in
pregnant women is a supplementary feeding activities. These activities aim to address
the problem of cronically malnourished and to achieve of improvements in maternal
nutritional status in both pregnant women and reduce the prevalence of low birth
weight (LBW). Supplementary feeding activities for pregnant women CED is one
routine Programme in the Chapter of Community Health Services Family Health and
Nutrition Section located in Depok City Health Department. Supplementary feeding
programme for pregnant CED has been running since 2009. However, until now
unknown how much impact resulting from the activities of supplementary feeding to
pregnant women who suffer from malnutrition. So we need to investigate whether the
activities undertaken supplementary feeding has been effectively done in preventing
LBW are seen by the input, process and output of supplementary feeding Programme.
This research is a qualitative study are enriched with quantitative research. For
qualitative research instrument used was a tape recorder, interview and observation
sheet. As for the quantitative research instruments used in the form of monitoring
reports supplementary feeding for pregnancy and maternity cohort data. Key
informants in this study is the staff nutritionist in charge of activities PMT in Depok
and Pregnant cronically malnourished derived from programme monitoring reports.
While supporters of informants in this study is nutrition staff who work in the area of
Depok City Health Center.
The results showed in terms of input, all of the components needed for this
Programme is in accordance with a predetermined plan. Components that influence the
effectiveness of supplementary feeding Programme for cronically malnourished
iv
maternal in Depok is data, resources and goals. In terms of supplementary feeding
Programme for cronically malnourished process, all components of both the
implementation and supervision in accordance with what is planned. However, the
concept is still planning to enter the critical components to be able to see the
effectiveness of specific activities. Percentage effectiveness of Programme for
pregnant CED to weight gain according to the gestational age is 65% women who get
supplementary feeding for cronically malnourished
maternal gaining weight
according to gestational age fetuses, 32% less than the weight gain of pregnancy.
Based on these results it is advisable for Depok City Health Department
include the addition of maternal characteristics listed in the report of activities
supplementary feeding for pregnant croncally malnourished associated with maternal
weight gain and birth weight of the baby when it is also necessary monitoring and
regular assessment of the output of each programme supplementary feeding has
completed. For health centers in the city of Depok report format used should always
refer to the pre-defined format. And to further research it is expected that further
research could look at the link between the activities of programme for weight infants
born to pregnant women who get that supplementary feeding and also research should
be conducted in conjunction with the implementation so that it can be better reflected
actual events supplementary feeding for pregnant cronically malnourished happened
field.
Keywords: Effectiveness, Programme, Supplementary Feeding
Reference : 36 (1988-2012)
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan Judul
EFEKTIFITAS PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
PADA IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI KRONIS DI KOTA DEPOK
Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Januari 2013
Mengetahui,
vi
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, Januari 2013
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama lengkap
: Rahmi Nurmadinisia
Tempat Tanggal Lahir
: Depok, 06 April 1989
Alamat
:Jl. H. Usman, Rt. 05/003 No. 66. Kelurahan
Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok
16431
Telepon
: 0857-15709760
0821-10098848
Email
: [email protected]
[email protected]
Agama
: Islam
Jenis kelamin
: Perempuan
Status pernikahan
: Belum menikah
Kewarganegaraan
: Indonesia
Riwayat Pendidikan :
a. 1995 – 2001
: SDN Depok IV
b. 2001 – 2004
: SMPN 2 Depok
c. 2004 – 2008
: SMAKBo ( Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor )
d. 2008 - 2012 : Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Semester 9,
viii
Pengalaman Organisasi :
a. Intra :
-
Dokter Kecil SDN Depok IV Depok
-
Pengurus PMR SMPN 2 Depok
-
Koordinator Acara dalam Seminar Profesi Gizi Kesehatan Masyarakat
b. Ekstra :
-
Pengurus MZS Nur Assyabaab Kampung Sawah Depok
Pengalaman Bekerja:
a. Praktek Kerja Lapangan di Perusahaan Kalbe Farma, Tbk. Cikarang
b. Guru privat dan Pengajar di Bimbingan Belajar GAMA 88 Nusantara Depok
c. Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL I) menentukan masalah dan akar
masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pondok Jagung, Tangerang
Selatan, Banten pada tahun 2010.
d. Pengalaman Belajar Lapangan II (PBL II) menentukan solusi masalah yaitu
berupa “Kehamilan Sehat untuk Generasi Masa Depan” di Kelurahan Pondok
Jagung, Kecamatan Pondok Jagung, Tangerang Selatan, Banten pada tahun
2011.
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Saya yang Bersangkutan
Rahmi Nurmadinisia
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmatNya yang telah diberikan kepada penulis, berupa nikmat kesehatan dan kemudahan
dalam menjalankan segala urusan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
penelitian ini. Shalawat beserta salam tak lupa senantiasa tercurah kepada Nabi Besar
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam, keluarga, sahabat dan pengikut mereka
dalam kebajikan hingga akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Keluarga tercinta, Bapak Riswandi dan Mama Nurlis. Orang tua penulis atas
cinta kasih yang tidak terhingga yang telah mendidik dan membesarkan penulis
hingga saat ini serta Kakakku Rahmadia Mirza dan Adikku tersayang Riyandi
Rahmat Kurnia yang senantiasa membantu dan memberikan semangat dalam
pelaksanaan magang ini.
2. Prof.Dr.dr.H.M.K.Tadjudin,Sp.And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
4. Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM. MMA. selaku pembimbing pertama skripsi
yang telah memberikan tuntunan dan bimbingan ilmu pengetahuan dengan
penuh kesabaran selama pembuatan laporan hasil penelitian ini.
5. Ibu Ir. Febrianti M.Si selaku pembimbing kedua skripsi sekaligus dosen
penanggung jawab peminatan gizi yang telah memberikan tuntunan dan
bimbingan ilmu pengetahuan dengan penuh kesabaran selama pembuatan
laporan hasil penelitian ini.
6. dr. Hj. Dewi Damayanti, selaku pembimbing lapangan dan juga Kepala Bidang
Yankesmas di Dinkes Kota Depok, atas arahan dan bimbingannya selama
penulis melakukan penelitian di lapangan.
7. Ibu Aisyah sebagai staf gizi penanggung jawab program PMT ibu hamil KEK
di Dinkes Kota Depok.
8. Seluruh staf gizi yang ada di Puskesmas Kota Depok yang telah bekerjasama
dengan baik dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini, khususnya
Ibu Zahro dan Ibu Lastri.
9. Niswah Afifah, selaku teman terbaik seperjuangan kuliah, terima kasih karena
dengan penuh kesabaran mendengar dan memahami semua keluh-kesah yang
dialami selama masa perkuliahan.
10. Hendra Darmansyah, terima kasih karena tak pernah jenuh menemani,
memberikan motivasi dan menanamkan banyaknya nilai-nilai perjuangan yang
harus dipenuhi dalam mencapai hidup yang bermanfaat. You are my spirit.
xi
11. Sahabat Civitas Kesehatan Masyarakat 2008 baik Gizi maupun K3, khususnya
Aresh, Dhea, Rini, Farha, Titi, Via, Nadya, Astri dan Linda semoga
keberkahan selalu menyertai langkah kita.
12. Serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan penelitian ini masih banyak
kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan hasil laporan penelitian ini. Semoga laporan ini
memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan bagi kita semua. Fastabikhul khairat.
Jakarta, November 2012
PENULIS
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................................................... ii
ABSTRACT ..................................................................................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................... vi
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI......................................................................... vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................................ xvii
DAFTAR BAGAN ........................................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 7
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian.......................................................................................................... 8
1. Tujuan Umum .......................................................................................................... 8
2. Tujuan Khusus ......................................................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 9
1. Bagi Instansi (Dinas Kesehatan Kota Depok) .......................................................... 9
2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta ........................................ 9
3. Bagi Peneliti ............................................................................................................. 10
4. Bagi Peneliti Selanjutnya ......................................................................................... 10
F. Ruang Lingkup Penelitian............................................................................................. 10
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 12
A. Efektifitas Program ...................................................................................................... 12
B. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ....................................................................... 15
1. Tujuan Pemberian Makanan Tambahan.................................................................... 15
2. Persyaratan Pemberian Makanan Tambahan ............................................................ 16
3. Pengelolaan PMT Ibu Hamil ..................................................................................... 18
C. KEK (Kekurangan Energi Kronis) ............................................................................... 22
1. Pengertian KEK ........................................................................................................ 22
2. Indikator KEK ........................................................................................................... 22
3. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan KEK Ibu Hamil ...................................... 23
4. Pengumpulan Data Bumil KEK ................................................................................ 24
5. Pencatatan, Pengolahan dan Pelaporan Data Bumil KEK ........................................ 24
6. Analisis dan Penyajian Data Bumil KEK ................................................................. 25
7. Penentuan Status Prevalensi Bumil KEK ................................................................. 26
8. Tindak Lanjut ............................................................................................................ 27
9. Dampak KEK ............................................................................................................ 27
10. Pencegahan dan Penanganan Bumil KEK 27
D. BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) ............................................................................... 28
E. Kaitan antara Ibu hamil yang mengalami KEK dengan BBLR .................................... 29
F. Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan .............................................................. 30
G. Kerangka Teori ............................................................................................................. 33
BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH .......................................... 34
A. Kerangka Pikir.............................................................................................................. 34
B. Definisi Istilah .............................................................................................................. 39
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN...................................................................... 41
A. Desain Penelitian .......................................................................................................... 41
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................................ 41
1. Lokasi Penelitian ....................................................................................................... 41
xiv
2. Waktu Peneltian ........................................................................................................ 42
C. Informan Penelitian (Pendekatan Kualitatif) ................................................................ 48
1. Informan Utama ........................................................................................................ 42
2. Informan Pendukung ................................................................................................. 42
D. Populasi dan Sampel Penelitian (Pendekatan Kuantitatif) ........................................... 43
E. Instrumen Penelitian ..................................................................................................... 44
F. Pengumpulan Data ........................................................................................................ 44
1. Pendekatan Kualitatif ................................................................................................ 44
2. Pendekatan Kuantitatif .............................................................................................. 46
G. Validasi Data ................................................................................................................ 47
H. Pengolahan Data ........................................................................................................... 48
1. Pendekatan Kualitatif ................................................................................................ 48
2. Pendekatan Kuantitatif .............................................................................................. 49
I. Analisis Data .................................................................................................................. 50
BAB V HASIL ................................................................................................................. 52
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian.......................................................................... 52
1. Batas-Batas Wilayah ................................................................................................. 52
2. Demografi Dinkes Kota Depok ................................................................................. 53
B. Gambaran Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok .......................................... 57
1. Input .......................................................................................................................... 58
a. Data ....................................................................................................................... 58
b. Sumber Daya Manusia .......................................................................................... 60
c. Sarana dan Prasarana ............................................................................................. 62
d. Dana ...................................................................................................................... 62
e. Materi .................................................................................................................... 64
f. Sasaran ................................................................................................................... 67
2. Proses ........................................................................................................................ 70
a. Perencanaan Program PMT ................................................................................... 70
b. Pelaksanaan Program PMT ................................................................................... 77
xv
c. Pengawasan dan Penilaian Program PMT............................................................. 77
3. Output........................................................................................................................ 80
C. Gambaran Prosentase Efektifitas Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok....... 82
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................................ 83
A. Gambaran Input Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok ................................. 83
1. Data ........................................................................................................................... 83
2. Sumber Daya ............................................................................................................. 85
3. Sasaran ...................................................................................................................... 85
B. Gambaran Proses Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok ............................... 87
1. Perencanaan Program ................................................................................................ 88
2. Pelaksanaan Program ................................................................................................ 90
3. Pengawasan dan Penilaian Program.......................................................................... 91
C. Gambaran Efektifitas Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok ......................... 93
D. Gambaran Alur Pendekatan Sistem agar Program PMT Dapat Efektif ....................... 97
E. Keterbatasan Penelitian ................................................................................................ 99
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 101
A. Kesimpulan................................................................................................................... 101
B. Saran ............................................................................................................................. 103
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 105
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 108
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor
2.1
Halaman
Pengumpulan Data KEK pada Ibu Hamil tiap Tingkatan
24
Administrasi
3.1
Definisi Istilah
39
5.1
Persebaran Tenaga Kesehatan menurut Unit Kerja di Kota Depok
55
5.2
Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan
56
5.3
Spesifikasi Produk Susu Untuk Ibu Hamil
64
5.4
Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan usia di
68
Kota Depok
5.5
Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan paritas
68
di Kota Depok
5.6
Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan jarak
69
kelahiran di Kota Depok
5.7
Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan usia
69
kehamilan di Kota Depok
5.9
Contoh Format Laporan Monitoring Program PMT pada Ibu Hamil
81
KEK di Kota Depok
5.8
Prosentase Efektifitas Program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok
xvii
82
DAFTAR BAGAN
Nomor
Halaman
2.1
Kerangka Teori
33
3.1
Kerangka Pikir
38
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat izin Dinas Kesehatan Kota Depok
2. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Depok
3. Puskesmas di Kota Depok Tahun 2011
4. Rencana Program Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2011
5. Contoh Laporan PMT Ibu Hamil KEK Gakin di Puskesmas
6. Monitoring PMT untuk Ibu Hamil KEK Gakin Kota Depok
7. Daftar Distribusi PMT Ibu Hamil Kota Depok Tahun 2011
8. Dokumen KAK Pengadaan PMT Ibu Hamil KEK Gakin di Kota Depok
9. Foto Produk PMT Pabrikan
10. Hasil Analisis Deskriptif Pengumpulan Data Program PMT Ibu Hamil KEK di
Kota Depok Menggunakan Program SPSS
11. Pedoman Wawancara dengan Staf Gizi di Dinas Kesehatan dan di Puskesmas
Kota Depok
12. Lembar Observasi
13. Contoh Format Laporan Monitoring Program Kegiatan PMT Ibu Hamil KEK
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu program yang dicanangkan pemerintah dalam dunia kesehatan di
bidang gizi adalah “Gizi 1000 Hari”. Program ini bertujuan untuk menyadarkan
masyarakat akan pentingnya penerapan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan anak
dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Kemenkes, 2012).
Program ini dimulai dengan memperhatikan status gizi pada ibu hamil,
karena kehidupan anak dimulai sejak dalam kandungan seorang ibu. Asupan gizi
yang tidak kuat pada ibu hamil selain membahayakan kesehatan ibu, juga akan
berdampak pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan janin. Kekurangan
gizi dalam waktu yang lama pada ibu hamil akan menyebabkan ibu hamil
mengalami kondisi yang dinamakan Kekurangan Energi Kronis (KEK).
Kondisi KEK pada ibu hamil mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu
dan anak dalam kandungan, antara lain meningkatkan risiko bayi dengan berat lahir
rendah, keguguran, kelahiran prematur dan kematian pada ibu dan bayi baru lahir.
Tidak jarang kondisi KEK pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya
perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama
ibu (Sirojudin, 2007).
Manifestasi dari masalah KEK pada ibu hamil dapat terjadi karena
kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu, manusia
1
2
kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi
kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang mengandungnya. Jika
zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan
mengalami kurang gizi dan lahir dengan berat badan rendah yang mempunyai
konsekuensi
kurang
menguntungkan
dalam
kehidupan
berikutnya
seperti
memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak, serta berpengaruh
pada penurunan kecerdasan.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan KEK menurut hasil penelitian
Albugis (2008) yaitu jumlah konsumsi energi dan jarak kehamilan. Angka
prevalensi risiko KEK pada Wanita Usia Subur (WUS, Riset Kesehatan Dasar,
2007) di Indonesia sebesar 13,6%. Sedangkan berdasarkan peta kesehatan
Indonesia, prevalensi ibu hamil KEK adalah sebesar 16,8%.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, salah satu dampak dari KEK
adalah BBLR. Menurut data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2010
menunjukkan angka kematian bayi yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab
utama angka kematian bayi karena BBLR. Data BBLR menurut Riskesdas tahun
2010 yaitu sebesar 11,1 %. Persentase tersebut masih belum memenuhi target
pemerintah dalam program Indonesia sehat 2010 yaitu hanya sebesar 7%.
Pencapaian target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2010-2014 yang berkaitan dengan masalah KEK pada ibu hamil yaitu
penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup.
Target ini juga sangat terkait dengan status kesehatan dan gizi ibu hamil serta
3
penurunan angka balita pendek menjadi 32% yang merupakan manifestasi dari ibu
hamil KEK (Depkes, 2010).
BBLR adalah salah satu dampak dari ibu hamil yang menderita KEK dan
akan mempunyai status gizi yang buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka
kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi
mendatang yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak
serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Intellegence Question (IQ)).
Menurut WHO dan BPN (2007), setiap anak yang berstatus gizi buruk mempunyai
resiko kehilangan IQ 10-15 poin (Albulgis, 2008).
BBLR berpengaruh terhadap pertumbuhan masa balita maupun pertumbuhan
selanjutnya pada masa remaja. Remaja dengan berat dan tinggi yang kurang
berakibat pada calon ibu dengan tubuh kecil. Remaja dengan keadaan tersebut juga
menikah pada usia muda. Dengan keadaan tubuh yang belum siap maupun ibu
dengan tubuh kecil akan mempunyai resiko terhadap BBLR. Peningkatan status gizi
perlu dilakukan pada setiap titik sehingga mampu memberikan dampak pada
periode selanjutnya (Mason, dalam Ichwanuddin 1997).
Penelitian Naeye di Amerika Serikat mengungkapkan status gizi diukur
berdasarkan pertambahan berat badan selama hamil, didapatkan bahwa berat badan
lahir mempunyai korelasi positif dengan kenaikan berat badan ibu selama hamil.
Makin besar kenaikan berat badan ibu, makin besar berat badan bayi yang
dilahirkan, tetapi korelasi ini tampaknya pada ibu yang berbadan kurus “under
weight”, korelasi menjadi kurang nyata pada ibu yang lebih gemuk (Marsianto,
1997).
4
Ountsted bersama Scott juga meneliti di Inggris bahwa status gizi di ukur
berdasarkan tinggi badan, berat badan, indeks berat badan dan tinggi badan serta
penambahan berat badan selama hamil. Didapatkan bahwa ibu-ibu yang pendek dan
ringan melahirkan bayi-bayi yang lebih kecil dibandingkan dengan ibu-ibu yang
tinggi dan berat ibu-ibu yang tergolong tidak gemuk dengan pertambahan berat
badan selama hamil rendah, atau tidak naik atau turun, melahirkan bayi-bayi dengan
berat badan lahir paling rendah (Marsianto, 1997).
Perbaikan gizi di semua point dapat menurunkan kejadian BBLR, termasuk
peningkatan gizi pada ibu hamil, ibu hamil dengan gizi yang baik, proses persalinan
pun akan lancar dan BBLR akan kemungkinan kecil terjadi. Selain itu, ibu yang
sehat akan dapat merawat serta memberikan makan bayinya dengan lebih baik.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
status gizi ibu hamil yaitu dengan memberikan makanan tambahan. Program PMT
bagi ibu hamil bertujuan untuk menambah asupan gizi ibu hamil sehingga
kebutuhan gizi ibu hamil dapat terpenuhi.
Berdasarkan studi yang dilaporkan di Gambia pada tahun 1983 ibu hamil
kurang gizi yang mendapatkan PMT berat lahir bayinya meningkat 224 gram, dan
menurunkan prevalensi BBLR dari 19,7-6,4%. Begitu juga dengan studi yang
dilakukan di Pakistan pada tahun 1991 ibu hamil dengan status gizi kurang yang
mendapatkan PMT mengalami kenaikan berat badan sebanyak 0,44 kg/minggu,
dibanding dengan kontrol, hanya sebanyak 0,27 gram per minggu serta berat bayi
yang dilahirkan ibu yang mendapatkan PMT yaitu 3566 gram lebih besar dibanding
dengan kontrol yaitu hanya sebesar 2506 gram (WHO, 1997).
5
Berdasarkan studi pendahuluan sebelumnya yang dilakukan peneliti di Kota
Depok pada tahun 2012, KEK pada ibu hamil merupakan salah satu masalah
kesehatan yang menjadi perhatian utama di Kota Depok. Prevalensi ibu hamil KEK
berjumlah sekitar 15,89% dan masih menjadi masalah untuk Kesehatan Masyarakat
yang mempunyai ambang batas diatas 10%. Prevalensi ibu hamil yang masih
melebihi ambang batas tersebut menjadi latar belakang dilakukannya program
penanganan Ibu Hamil KEK di Kota Depok.
Upaya untuk meningkatkan status gizi ibu selama hamil dalam menangani
masalah KEK adalah PMT. Bentuk PMT dapat berupa PMT pabrikan maupun PMT
berbasis pangan lokal. Pada tahun 2010 Kementrian Kesehatan RI mendistribusikan
program PMT dalam bentuk PMT pabrikan. Program ini diprioritaskan pada ibu
hamil KEK dari terutama di wilayah kabupaten/kota yang mengalami rawan gizi
(Kemenkes, 2010).
Berdasarkan hasil wawancara dengan penanggung jawab di Dinas Kesehatan
Kota Depok, program PMT untuk ibu hamil sudah dilakukan sejak tahun 2009.
Dana dari program PMT ini berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) Kota Depok. Program PMT dilaksanakan di semua Puskesmas yang berada
di wilayah kerja Dinkes Kota Depok dan dilakukan selama 90 hari secara terus
menerus dan tidak terputus dengan prioritas sasaran ibu hamil KEK dengan
indikator Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23,5 cm.
Suatu program dapat dikatakan efektif apabila telah tercapai dan sesuai
dengan yang direncanakan. Efektivitas sering disebut sebagai evaluasi dari outcome
dalam hubungannya dengan tujuan. Evaluasi program gizi dilakukan untuk menilai
6
kemajuan program dan hasil yang dicapai dalam upaya peningkatan gizi masyarakat
yang dilakukan oleh masing-masing wilayah/daerah (Depkes RI, 2008). Tujuan
evaluasi secara umum untuk mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil,
kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program/program dapat
dinilai. Dalam hal ini, dikatakan sebagai efektivitas dan untuk mempelajari guna
perbaikan pelaksanaan program/program di masa yang akan datang.
Program PMT untuk ibu hamil di Dinkes Kota Depok belum dapat dilihat
efektivitas program PMT apakah sudah sesuai dengan kriteria agar dapat mencegah
resiko terjadinya BBLR hal ini diakibatkan belum adanya data berat bayi lahir yang
dicantumkan pada laporan program PMT. Pada saat ini Dinkes Kota Depok hanya
sebatas melihat proses pendistribusian dari PMT. Sehingga diperlukan penelitian
lebih lanjut dengan menggunakan data sekunder yang telah dilaporkan di Dinkes
Kota Depok. Dalam hal ini efektivitas program PMT diukur berdasarkan
pendekatan sistem berupa input, proses, dan output. Output dari program PMT
dilihat berdasarkan pertambahan kenaikan berat badan ibu selama diberikan PMT.
Oleh karena latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai Efektivitas Program Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu
Hamil Kekurangan Energi Kronis di Kota Depok.
B. Rumusan Masalah
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah KEK pada ibu hamil adalah
program PMT yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kasus KEK ibu hamil
serta tercapainya peningkatan status gizi yang baik pada ibu hamil dan mengurangi
7
prevalensi BBLR. Program PMT untuk ibu hamil KEK merupakan salah satu
program rutin di bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan
Keluarga dan Gizi yang terdapat di Dinas Kesehatan Kota Depok. Program PMT
untuk Ibu Hamil KEK ini sudah berjalan sejak tahun 2009. Prevalensi KEK di Kota
Depok pada tahun 2010 meningkat menjadi 15,89% dibanding tahun 2009 yaitu
sebesar 14,85%. Hingga saat ini, Dinkes belum melakukan evaluasi dampak untuk
dapat diketahui apakah program PMT yang dilakukan telah memberikan perubahan
pada prevalensi BBLR dan juga bayi kurang gizi.
Untuk memperkirakan apakah bayi mengalami BBLR atau tidak dapat
dilihat berdasarkan pertambahan berat badan selama hamil. Berdasarkan penelitian
didapatkan bahwa berat badan bayi lahir mempunyai korelasi positif dengan
kenaikan berat badan ibu selama hamil. Data pertambahan berat badan yang
digunakan diambil dari laporan monitoring program PMT pada tahun 2011. Hal ini
dikarenakan format laporan yang berbeda pada dua tahun sebelumnya dan format
yang cukup lengkap untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang terkait dengan
pertambahan berat badan yang berkorelasi positif dengan BBLR.
Oleh karena itu, perlu diketahui apakah program PMT yang dilakukan sudah
efektif dilakukan dalam mencegah terjadinya BBLR yang dilihat berdasarkan input,
proses maupun output dari program PMT, maka penulis tertarik melakukan
penelitian mengenai “Efektivitas Program Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu
Hamil Kekurangan Energi Kronis di Kota Depok”.
8
C. Pertanyaan Penelitian
1.
Bagaimana gambaran program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok ?
2. Bagaimanakah gambaran input yang dibutuhkan dari program PMT untuk ibu
hamil KEK di Kota Depok?
3. Bagaimanakah gambaran proses yang terjadi dari program PMT untuk ibu hamil
KEK di Kota Depok?
4. Bagaimanakah gambaran output dari program PMT untuk ibu hamil KEK di
Kota Depok?
5. Berapakah prosentase efektivitas program PMT pada ibu hamil KEK di Kota
Depok?
D. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Diketahuinya Efektivitas Program Pemberian Makanan Tambahan pada
Ibu Hamil Kekurangan Energi di Kota Depok.
2.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota
Depok.
b. Untuk mengetahui gambaran input yang dibutuhkan dari program PMT untuk
ibu hamil KEK di Kota Depok.
c. Untuk mengetahui gambaran proses yang yang terjadi program PMT untuk
ibu hamil KEK di Kota Depok.
9
d. Untuk mengetahui gambaran output dari program PMT untuk ibu hamil
KEK di Kota Depok.
e. Untuk mengetahui gambaran prosentase efektivitas program PMT pada ibu
hamil KEK di Kota Depok.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk mengatasi masalah
KEK dan juga BBLR bagi pihak yang terkait antara lain:
1.
Bagi Instansi (Dinas Kesehatan Kota Depok)
a. Diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai efektivitas program PMT
pada ibu hamil KEK di Kota Depok.
b. Diharapkan dapat menjadi bahan perencanaan untuk pembinaan kesehatan
sebagai upaya untuk mengatasi KEK pada ibu hamil dan BBLR di Kota
Depok.
2.
Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
a. Sebagai referensi keilmuan mengenai gizi, khususnya gambaran program
PMT pada Ibu Hamil KEK.
b. Sebagai informasi dan dokumentasi data penelitian serta dapat menjadi
referensi tambahan bagi penelitian serupa.
c. Sebagai wujud peran akademisi dalam penerapan keilmuan di bidang gizi.
3.
Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi peneliti sendiri dalam memahami kaitan serta gambaran
10
efektivitas program pemberian makanan tambahan pada ibu hamil kekurangan
energi kronis dan juga dapat menerapkan dan mengimplementasikan ilmu yang
didapat selama kuliah.
4.
Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data pembanding bagi
penelitian pada ibu hamil KEK yang berhubungan dengan status BBLR di masa
mendatang sehingga dapat menjadi pusat informasi bagi penelitian selanjutnya.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa peminatan gizi program studi
Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pemilihan lokasi
penelitian memiliki beberapa pertimbangan bahwa belum pernah dilakukan
penelitian sebelumnya di tempat tersebut mengenai program PMT pada ibu hamil
KEK dengan status BBLR yang dilihat dari kenaikan BB ibu hamil.
Sasaran penelitian adalah Penanggung Jawab Program PMT Ibu Hamil KEK
di dinkes Kota Depok, Petugas Puskesmas yang berperan dalam program PMT ibu
Hamil, yaitu Petugas Gizi dan Bidan KIA. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar peran program PMT untuk ibu hamil KEK terhadap
prevalensi status BBLR di Kota Depok yang dilihat berdasarkan kenaikan berat
badan ibu selama kehamilan. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif yang
bertujuan untuk mengetahui secara lebih dalam mengenai efektivitas program
pemberian makanan tambahan pada ibu hamil kekurangan energi kronis di kota
Depok yang dilihat menggunakan pendekatan sistem komponen input, proses dan
11
output. Selain itu, dalam pengumpulan dan pengolahan salah satu datanya juga
digunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui
output dari program PMT tersebut. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari
hingga September 2012. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara
wawancara mendalam dengan staf gizi di Dinkes yang bertanggung jawab pada
program PMT ibu hamil KEK serta telaah dokumen dan pengumpulan data
sekunder. Data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah laporan
program PMT Ibu hamil KEK di Dinkes Kota Depok dan data sekunder dari
kohort Ibu serta lembar status pemeriksaan ibu hamil dari Puskesmas yang ada di
Kota Depok.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas Program
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil
atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Menurut Harbani Pasolong
(2007:4), efektivitas pada dasarnya berasal dari kata “efek” dan digunakan istilah ini
sebagai hubungan sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab
dari variabel lain. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses
program.
Program pada dasarnya merupakan kumpulan program yang dihimpun
dalam satu kelompok yang sama secara sendiri-sendiri atau bersama-sama untuk
mencapai tujuan dan sasaran. Program yang baik akan menuntun pada hasil-hasil
yang diinginkan. Oleh karena itu, penetapan program dilakukan dengan melihat
kebijakan yang telah ditetapkan, tujuan dan sasaran serta visi dan misi.
Efektivitas program adalah penyelesaian dalam kaitannya dengan kebutuhan
dalam kasus manapun penting untuk membedakan penyelesaian program dari yang
dapat dicapai tanpa program.
Efektivitas harus diukur menurut salah satu di antara tiga cara, yaitu :
1. Efektivitas mungkin hanya merupakan perbedaan tingkat pencapaian hasil
program yang ada program dengan yang tidak ada program.
13
2. Dengan membandingkan tambahan yang ingin dicapai dari yang ditargetkan
(yang dilayani program dengan pelayanan biasa).
3. Perbandingan tambahan pencapaian hasil dengan tambahan hasil yang diinginkan
untuk dicapai (Ningrum, 2006).
Apabila suatu program telah tercapai dan telah sesuai dengan yang
direncanakan bisa dikatakan efektif. Efektivitas sering disebut sebagai evaluasi dari
outcome dalam hubungannya dengan tujuan dan objektif.
Penilaian efektivitas ditujukan untuk memperbaiki perumusan program atau
fungsi dan struktur dinas-dinas dan lembaga-lembaga kesehatan melalui analisis
terhadap sampai berapa jauh mereka dapat mencapai tujuan-tujuannya. Kalau
mungkin, tujuan yang telah dicapai harus diukur. Kalau tidak mungkin, harus
dilakukan analisis kualitatif mengenai relevansi dan kegunaan hasil-hasil tersebut,
betapapun subjektif dan impresionistik analisis itu, sampai suatu cara pengukuran
yang lebih tepat dapat dibuat. Penilaian efektivitas seharusnya juga harus mencakup
penilaian terhadap kepuasan atau kekecewaan yang dinyatakan oleh masyarakat
yang bersangkutan mengenai efek dari program, dinas atau lembaga (Ningrum,
2006).
Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara rencana atau
target yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai, maka usaha atau hasil
pekerjaan tersebut itulah yang dikatakan efektif, namun jika usaha atau hasil
pekerjaan yang dilakukan tidak tercapai sesuai dengan apa yang direncanakan, maka
hal itu dikatakan tidak efektif.
14
Lebih lanjut, Hari Lubis dan Martani Huseini (1987:55), menyebutkan 3
(tiga) pendekatan utama dalam pengukuran efektivitas organisasi atau program,
yaitu :
1. Pendekatan sumber (resource approach) yakni mengukur efektivitas dari input.
Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk memperoleh
sumber daya, baik fisik maupun non fisik yang sesuai dengan kebutuhan
organisasi. Dimensi input adalah terdiri dari 6 M yaitu: Men, Money, Material,
Machine, Methode, Market. Dalam bidang administrasi publik, market disini
adalah masyarakat (Azwar, 1996).
2. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh mana
efektivitas pelaksanaan program dari semua program proses internal atau
mekanisme
organisasi.
Dimensi
proses
adalah
berkenaan
dengan
penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen kesehatan. Fungsi-fungsi manajemen
kesehatan menurut Reinke (manajemen operasional kesehatan) dikenal dengan
singkatan PIE, yaitu: Perencanaan/Planning, Pelaksanaan/Implementing, dan
Evaluasi/Evaluation (Reinke, 1994).
3. Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian pada output,
mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output) yang sesuai
dengan rencana.
Dari ketiga pendekatan tersebut dapat dikemukakan bahwa efektivitas
organisasi merupakan suatu konsep yang mampu memberikan gambaran tentang
keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya.
15
B. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Salah satu program perbaikan gizi masyarakat yang dilakukan adalah
program penanganan KEK pada ibu hamil yang bertujuan untuk meningkatkan
status gizi pada ibu hamil. Salah satu upaya yang dilakukan berdasarkan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) yang dilakukan dinas kesehatan di tingkat kabupaten /
kota untuk penanggulangan ibu hamil KEK adalah PMT pada ibu hamil. Tambahan
energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama hamil adalah 300 kkal dan 17 g
protein setiap harinya (Kemenkes, 2010).
1. Tujuan PMT
Tujuan PMT pada ibu hamil adalah untuk memenuhi kebutuhan zat gizi
selama kehamilan sehingga dapat mencegah kekurangan gizi dan akibat yang
ditimbulkan.
Strategi pemberian makanan bagi ibu hamil adalah :
a. Cukup kandungan gizi
b. Gizi seimbang dan (aneka ragam makanan)
c. Porsi kecil namun sering
d. Cukup asupan lemak esensial
e. Cukup kandungan serat
f. Pilih makanan sesuai dengan selera dan daya beli
g. Cukup cairan
h. Cegah lambung kosong
16
2. Persyaratan PMT
a. Dapat diterima
Makanan tambahan untuk ibu hamil sebaiknya dapat diterima dalam
hal bentuk, rasa, dan biasa dikonsumsi sehari-hari. Salah satu sifat ibu hamil
adalah cepat bosan dengan makanan yang sama bila disajikan berulangkali.
Ibu hamil mempunyai kecendrungan mencoba sesuatu yang baru. Oleh karena
itu, bentuk dan rasa makanan hendaknya dibuat bervariasi dan disesuaikan
dengan selera ibu hamil, sehingga tidak menimbulkan kebosanan.
b. Mudah dibuat
Makanan
tambahan
untuk
ibu
hamil
hendaknya
mudah
dibuat/dikerjakan dengan menggunakan peralatan masak yang tersedia di
rumah tangga atau yang tersedia di masyarakat dan pembuatannya tidak
memerlukan waktu lama.
c. Memenuhi kebutuhan zat gizi
Makanan tambahan ibu hamil seyogyanya memenuhi kebutuhan zat
gizi ibu hamil. Kebutuhan zat gizi ibu hamil lebih besar dibandingkan dengan
kelompok sasaran lainnya. Disamping jumlah zat gizi yang cukup, makanan
tambahan ibu hamil juga harus memiliki daya cerna yang baik. Daya cerna
yang baik dapat dicapai dengan teknik pengolahan makanan yang benar.
d. Terjangkau
Hendaknya makanan tambahan untuk ibu hamil dapat diolah dari
bahan-bahan yang terjangkau oleh masyarakat berkemampuan ekonomi
rendah dengan tetap dapat memenuhi kebutuhan gizi, keamanan pangan, dan
17
selera. Untuk itu, sebaiknya bahan baku yang digunakan dapat dan mudah
dibeli didaerah setempat agar harganya tidak terlalu mahal.
e. Mudah didapat
Bahan makanan yang digunakan sebagai makanan tambahan untuk ibu
hamil hendaknya mudah didapat, dengan demikian tentu menu disesuaikan
dengan bahan makanan yang tersedia di lokasi ibu hamil berada. Dengan
menggunakan
bahan
baku
setempat
diharapkan
akan
mendorong
perekonomian di pedesaan melalui pengembangan dan pendayagunaan
potensi pertanian. Bahan baku hasil pertanian setempat lebih murah harganya
dan relatif lebih mudah untuk diperoleh sehingga dengan biaya yang terbatas
dapat memenuhi kandungan gizi yang dibutuhkan.
f. Aman
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan masih adanya
cemaran mikroorganisme pada makanan olahan sehingga terdapat kasus
keracunan makanan yang masih tinggi di masyarakat. Oleh karena itu, perlu
penyuluhan dan penjelasan kepada masyarakat dalam hal kebersihan cara
memasak bahan makanan dan cara penyajian. Selain harus bergizi lengkap
dan seimbang makanan juga harus layak dikonsumsi sehingga aman bagi
kesehatan. Makanan aman adalah makanan yang bebas dari kuman dan bahan
kimia yang berbahaya serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat
(halal).
18
3. Pengelolaan PMT Ibu Hamil
Pengadaan makanan tambahan ibu hamil dilakukan oleh pusat atau
provinsi/kabupaten/kota
atau
sumber
dana
lain
yang
memungkinkan.
Pengelolaan PMT ibu hamil meliputi persiapan, pelaksanaan, mekanisme
distribusi, spesifikasi, cara pemberian, cara pengangkutan dan cara penyimpanan.
Langkah pelaksanaan yang dilakukan di Dinkes kabupaten/kota adalah:
1. Persiapan
a. Menyiapkan gudang penyimpanan makanan tambahan.
b. Menyiapkan data ibu hamil (Gakin dan non Gakin) berdasarkan data dari
Puskesmas kecamatan.
2. Pelaksanaan
a. Mensosialisasikan dan memantau program PMT ibu hamil kepada lintas
program dan sektor.
b. Menerima dan menyimpan makanan tambahan ibu hamil.
c. Mendistribusikan makanan tambahan ibu hamil Gakin ke Puskesmas.
3. Mekanisme Distribusi
a. Produsen mengirimkan makanan tambahan ke gudang yang telah disiapkan
oleh Dinkes kabupaten/kota. Frekuensi pengiriman dilakukan sesuai jadwal
yang disepakati antara Dinkes provinsi, Dinkes kabupaten/kota dan
produsen dengan memperhatikan berbagai hal antara lain: kondisi
lapangan, transportasi dan jarak antara provinsi dan kabupaten/kota.
b. Dinkes kabupaten/kota menginformasikan alokasi makanan tambahan
untuk masing-masing Puskesmas kepada pengelola program gizi dan
19
penanggung jawab gudang sesuai dengan rencana distribusi yang telah
dibuat Puskesmas.
c. Dinkes
kabupaten/kota
berkoordinasi
dengan
tim
koordinasi
kabupaten/kota untuk menentukan rencana distribusi ke masing-masing
Puskesmas berdasarkan usulan yang disampaikan oleh Puskesmas Dinkes
kabupaten/kota
melalui
gudang
kabupaten/kota
harus
segera
mendistribusikan makanan tambahan tersebut ke Puskesmas dengan segera
sesuai kebutuhan masing-masing.
d. Petugas gudang melakukan pencatatan dan pelaporan administrasi gudang
dengan membuat Surat Bukti Barang Masuk (SBBM), Surat Bukti Barang
Keluar (SBBK), Kartu Persediaan Barang (KPB), dan Buku Agenda
Ekspedisi (BAE).
e. Puskesmas menyiapkan tempat penyimpanan sesuai petunjuk yang terdapat
pada kemasan kardus.
f. Makanan tambahan dikirim oleh Puskesmas ke Poskesdes atau Pustu sesuai
dengan kebutuhan yang diajukan oleh bidan desa/kelurahan atau petugas
kesehatan yang ditunjuk.
g. Di Puskesmas/Poskesdes/Pustu, bidan atau petugas yang ditunjuk bersama
kader memberikan biskuit lapis kepada sasaran berdasarkan rujukan dari
Posyandu dengan kriteria :
1) Ibu hamil dari keluarga miskin dan ibu hamil yang beresiko KEK
dengan LILA <23,5 cm.
20
2) Apabila persediaan makanan tambahan tidak mencukupi, sasaran PMT
diprioritaskan pada Ibu hamil KEK dari keluarga miskin dan ibu hamil
KEK.
h. Biaya distribusi makanan tambahan dari Puskesmas sampai dengan sasaran
akan dibebankan antara lain pada dana Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) dan dana operasional Puskesmas dan dana Bansos.
4. Cara Pengangkutan
a. Mengangkut makanan tambahan tidak bersamaan dengan barang-barang
non pangan yang berbau tajam dan bahan berbahaya (pestisida, bahan
kimia, minyak tanah dan bahan jenis lainnya).
b. Makanan tambahan harus terhindar dari kerusakan dan kotoran yang
menyebabkan kontaminasi.
5. Cara Penyimpanan
a. Gudang penyimpanan harus selalu higienis, tidak berdebu, dan bebas dari
tikus, kecoa dan binatang pengerat lainnya.
b. Ruang gudang tidak bocor dan lembab, ruangan mempunyai ventilasi dan
pencahayaan yang baik.
c. Bangunan dan pekarangan sekitar gudang harus selalu bersih, bebas
kotoran dan sampah.
d. Pintu gudang dapat dibuka dan ditutup dengan rapat pada saat keluar
masuk makanan tambahan.
e. Makanan tambahan diletakkan di alas/rak/palet/ yang kuat berjarak
minimal 10-20 cm dari lantai dan minimal 30 cm dari dinding.
21
f. Penyusunan/peletakan/penumpukan makanan tambahan sedemikian rupa
sehingga barang tetap dalam kondisi baik. Susunan maksimum tumpukan
adalah 12 karton.
g. Menyusun karton makanan tambahan dalam gudang harus menggunakan
alas/rak/palet dan dilarang menginjak tumpukan karton lainnya.
h. Makanan tambahan yang masuk ke gudang yang lebih awal dikeluarkan
terlebih dahulu (First In First Out = FIFO).
i. Penyimpanan makanan tambahan tidak dicampurkan dengan bahan lain
dan bahan bukan pangan.
j. Makanan tambahan yang rusak selama penyimpanan di gudang, diambil,
dipisahkan dari makanan tambahan yang masih baik.
k. Makanan tambahan yang telah dinyatakan rusak perlu dibuatkan berita
acara penghapusan oleh tim yang ditunjuk oleh kepala Dinkes
kabupaten/kota setempat.
l. Makanan tambahan dinyatakan rusak apabila kemasan berlubang, robek,
pecah, kempes dan teksturnya berubah.
m. Pada waktu melakukan bongkar muat makanan tambahan dilarang
menggunakan ganco atau dibanting.
6. Pemantauan dan evaluasi meliputi aspek-aspek:
a. Pendistribusian makanan tambahan.
b. Penyimpanan makanan tambahan.
c. Pemberian makanan tambahan sampai ke sasaran.
d. Pembinaan pelaksanaan distribusi makanan tambahan.
22
e. Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi yang dilakukan Dinkes kabupaten/kota:
1) Memantau penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pemberian
makanan tambahan kepada ibu hamil dengan menggunakan formulir 7.
2) Merekapitulasi laporan pendistribusian makanan tambahan dengan
menggunakan formulir 5 yang dibuat rangkap 3 (masing-masing 1
lembar untuk arsip, provinsi, dan pusat). Masalah yang ditemui dan
alternatif pemecahan dicatat dalam formulir 8.
3) Mengirim laporan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Sub. Direktorat
Bina Gizi Masyarakat.
C. Kekurangan Energi Kronis (KEK)
1. Pengertian
Menurut Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro
menyatakan bahwa Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu
penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan.
2. Indikator
Bumil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran (LILA) < 23.5 cm
(Depkes, 1982). Bumil KEK merupakan faktor resiko terjadinya BBLR.
Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan dengan menggunakan pita LILA.
Parameter yang digunakan adalah jumlah bumil KEK dan prevelensi bumil KEK.
23
Jumlah bumil KEK di hitung setiap bulan untuk intervensi, sedangkan prevelensi
dihitung setiap tahun.
Cara menghitung :
Bumil KEK dianggap sebagai masalah kesehatan bila prevelensi ≥ 10%
(Depkes, 2008).
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan KEK pada Ibu hamil
Secara umum, kurang gizi pada ibu dikaitkan dengan kemiskinan,
ketidakadilan gender, serta hambatan terhadap akses berbagai kesempatan
pendidikan. KEK juga dikaitkan dengan kurangnya akses terhadap pelayanan
kesehatan yang adekuat, tingginya fertilitas dan beban kerja yang tinggi.
Secara spesifik, penyebab KEK adalah akibat ketidakseimbangan antara
asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi. Yang sering terjadi
adalah adanya ketidaktersediaan pangan secara musiman atau secara kronis di
tingkat rumah tangga, distribusi didalam rumah tangga yang tidak proporsional
dan beratnya beban kerja ibu hamil.
Beberapa hal yang berkaitan dengan status gizi seorang ibu :
a. Kehamilan yang terlalu muda (dibawah 20 tahun).
b. Kehamilan yang terlalu tua (dibatas 35 tahun).
c. Kehamilan yang terlalu dekat jarak dengan jarak kehamilan sebelumnya
(kurang dari 2 tahun), kehamilan yang terlalu sering.
24
d. Kehamilan yang terlalu jauh jarak dengan jarak kehamilan sebelumnya (lebih
dari 5 tahun), kehamilan yang terlalu jarang.
4. Pengumpulan Data Bumil KEK
Pengumpulan data bumil KEK pada tiap tingkatan administrasi, dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1
Pengumpulan Data KEK
pada Ibu Hamil ditiap Tingkatan Administrasi
Indikator
Bumil
KEK
Tingkat
Sumber Data
Lokasi
Desa/Kelurahan Buku bantu, Posyandu,
SIP, Kohort Polindes,
Ibu
Poskesdes
Kecamatan
Kabupaten
LB3
gizi/KIA,
PWS KIA
Pusk
PWS KIA
Kabupaten
Puskesmas,
Pustu, RB,
bidan
swasta
Dinkes
Kabupaten
Pengumpul
Data
Bidan
Bidan,
TPG Pusk
Waktu
Setiap
bulan
Setiap
bulan
Bidan
Setiap
Koordinator bulan
TPG,
Petugas
gizi/KIA
kab/kota
Sumber : Depkes RI, Dirjen Bina Kesmas, Dit. Bina Gizi Masyarakat. Pedoman
PWS (Pemantauan Wilayah Setempat) – Gizi. 2008.
5. Pencatatan, Pengolahan, dan Pelaporan Data Bumil KEK
Pencatatan dilakukan setiap bulan sebagai berikut:
a. Data bumil KEK di desa dan Puskesmas dicatat setiap bulan oleh bidan di
desa atau bidan di puskesmas pada kohort ibu dan buku KIA.
b. Setiap kasus bumil KEK yang ditemukan, dilaporkan oleh bidan di desa ke
Puskesmas.
25
c. Bidan desa dan di puskesmas menjumlah kasus bumil KEK setiap bulan pada
formulir FIII-Gizi/LB3 Gizi/LB-3 KIA.
d. Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dan bidan Puskesmas membuat distribusi kasus
bumil KEK berdasarkan wilayah kerja untuk mengetahui sebaran kasus.
e. Menghitung prevelensi bumil KEK berdasarkan wilayah kerja.
f. TPG Puskesmas dan bidan petugas KIA membuat grafik PWS GIZI bumil
KEK, melakukan interpretasi data kemudian ditetapkan prioritas wilayah
binaan.
g. Data direkap setiap bulan oleh TPG Puskesmas dan bidan petugas KIA untuk
dilaporkan ke tingkat kabupaten dengan menggunakan formulir PWS,
Selanjutnya kabupaten/kota merekap kemudian membuat grafik PWS-Gizi
Bumil KEK dan mengintrepetasikannya serta memberikan umpan balik ke
puskesmas untuk setiap laporan yang disampaikan.
h. Selanjutnya laporan disampaikan ke tingkat proprinsi dan pusat.
i. Laporan direkap ulang dan dianalisa untuk melihat kondisi setiap wilayah
(kabupaten/provinsi) kemudian ditetapkan upaya tindak lanjut berupa
intervensi langsung, bimbingan teknis maupun pendampingan.
6. Analisis dan Penyajian Data Bumil KEK
Data yang sudah diolah dianalisis secara sederhana dan disajikan dalam
bentuk tabel, grafik, dan peta menurut wilayah dan waktu atau berdasarkan faktor
resiko tertentu sesuai kebutuhan program. Analisis sederhana sudah mulai
dilakukan di tingkat kecamatan (Depkes, 2008).
7. Penentuan Status Prevalensi Bumil KEK
26
Analisis dalam bentuk peta dapat dilakukan setiap bulan maupun setiap
tahun untuk mengetahui wilayah prioritas, analisis dapat menggunakan warna
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Status Baik (hijau)
Desa dengan prevalensi dibawah ambang batas dan mempunyai
kecendrungan prevalensi tahunan menurun atau tetap jika dibandingkan
dengan prevalensi tahun lalu.
b. Status Cukup (kuning)
Desa dengan prevalensi dibawah ambang batas, namun mempunyai
kecendrungan prevalensi yang meningkat jika dibandingkan dengan
prevalensi tahun lalu.
c. Status Kurang (merah)
Desa dengan prevalensi diatas ambang batas, namun mempunyai
kecendrungan prevalensi yang menurun jika dibandingkan dengan prevalensi
tahun lalu.
d. Status Buruk (hitam)
Desa dengan prevalensi diatas ambang batas dan mempunyai
kecendrungan prevalensi yang meningkat jika dibandingkan dengan
prevalensi tahun lalu (Depkes, 2008).
8. Tindak Lanjut
Program tindak lanjut hendaknya tertulis agar jelas pelaksanaannya di
lapangan mengacu pada besaran dan penyebab masalah yang terjadi untuk
27
perencanaan program perbaikan gizi bumil KEK pada wilayah tersebut (Depkes,
2008).
9. Dampak KEK
Wanita Usia Subur (WUS) yang berumur 19 tahun berisiko untuk
mengalami KEK. WUS yang KEK berisiko untuk melahirkan bayi BBLR dan
akan menyebabkan anak tersebut dikemudian hari akan terkena malnutrisi atau
stunting. Diperkirakan disejumlah negara berkembang, mengalami malnutrisi
dengan indikator TB menurut umur yang rendah atau stunting sehingga
menyebabkan meningkatnya resiko gangguan kesehatan anak . Akibat dari
kapasitas mental anak menurun dan tampilan fisik yang buruk adalah
meningkatnya prevalensi infeksi pada dewasa. Sehingga dewasa yang terinfeksi
akan berdampak pada kehamilannya bahkan risiko kematian ibu atau janin yang
dilahirkan akan cacat dan BBLR.
10. Pencegahan dan Penanganan Bumil KEK
Peningkatan variasi dan jumlah makanan juga menjadi salah satu upaya
pencegahan KEK. Kandungan zat gizi pada setiap jenis makanan berbeda-beda
dan tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung zat gizi secara lengkap,
maka untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar zat gizi diperlukan konsumsi
makanan yang beragam. Selain itu, karena kebutuhan energi dan zat gizi lainnya
pada ibu hamil dan ibu menyusui meningkat maka jumlah konsumsi makanan
mereka harus ditambah. Mengurangi beban kerja pada ibu hamil. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa beban kerja yang berat pada wanita hamil akan
memberikan dampak kurang baik pada outcome kehamilannya.
28
D. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
BBLR adalah bayi yang baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang
dari 2500 gr (sampai dengan 2499 gr). Keadaan bayi BBLR ditentukan oleh BB ibu,
masa usia kehamilan (gestation), gejala primaturitas (Syofianti, 2007).
Menurut Baker dan Tower berkaitan dengan penanganan dan harapan
hidupnya, BBLR dibedakan menjadi :
1. BBLR  berat lahir 1500-2500 g.
2. BBLSR (Berat Bayi Lahir Sangat Rendah)  < 1500 g.
3. BBLER (Berat Bayi Lahir Ekstrim Rendah)  < 1000 g.
Baker dan Tower (2005) memodifikasi beberapa faktor risiko dan
determinan kejadian BBLR, dari hasil modifikasi tersebut dihasilkan klasifikasi
yang dibedakan menurut faktor dari bayi ( jenis kelamin, genetik, ras, dan keadaan
plasenta), dan faktor dari ibu (umur ibu, paritas, jarak kelahiran, tinggi badan, berat
badan sebelum hamil, dan penambahan berat badan selama hamil), serta faktor
lingkungan (status sosial ekonomi, nutrisi/IMT, infeksi/penyakit ibu, ANC
(antenatal
care),
pemanfaatan
pelayanan,
merokok/alkohol,
dan
tingkat
pengetahuan ibu) (Syofianti, 2007).
Faktor predisposisi terjadinya BBLR juga dibedakan atas faktor ibu, yaitu
umur, paritas, penyakit kehamilan,gizi kurang atau malnutrisi, trauma, kelelahan,
merokok dan kehamilan yang tidak diinginkan, yang lain faktor plasenta seperti
penyakit vaskuler dan kehamilan ganda serta faktor janin yang meliputi kelainan
bawaan dan infeksi (Depkes, RI 2005).
29
E. Kaitan antara Ibu Hamil yang Mengalami KEK dengan BBLR
Perubahan
fisiologis
pada
kehamilan
menyebabkan
meningkatnya
metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat
selama kehamilan. Peningkatan kebutuhan energi dan zat gizi tersebut diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pembesaran organ kandugan (uterus
dan payudara), perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. KEK merupakan
masalah gizi yang sering terjadi pada ibu hamil di Indonesia selain terjadi pada ibu
hamil di Indonesia selain defisiensi kalsium dan zat besi (Depkes RI, 2005, Brown,
2005).
Kebutuhan energi pada ibu hamil meningkat, diperkirakan kebutuhan energi
untuk kehamilan yang normal perlu tambahan 80000 kalori selama masa kehamilan
(280 hari). Hal ini berarti perlu tambahan energi sebanyak kurang lebih 300 kkal
setiap hari selama hamil. Karbohidrat merupakan sumber energi utama (50-65%)
dari total energi yang dibutuhkan tubuh, sisanya dari konsumsi lemak (20-25%) dan
protein (15-20%). Bila konsumsi energi berlebih maka akan disimpan dalam bentuk
jaringan dibawah kulit dalam bentuk glikogen yang disimpan di hati, ketika asupan
energi kurang maka cadangan energi yang disimpan tidak mencukupi yang terlihat
berkurangnya ukuran LILA ibu hamil (Gibson 1990, Worthington dan William,
1993, Brown 2005).Peningkatan kebutuhan energi pada trimester pertama lebih
sedikit, kemudian pada trimester kedua dan ketiga kebutuhan energi lebih tinggi dan
selalu meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester kedua
diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu, seperti penambahan volume darah,
30
pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester
ketiga energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Untuk
menentukan kebutuhan tersebut, WHO merekomendasikan tambahan sebesar 150
kkal sehari, 350 kkal pada trimester kedua dan ketiga (Geissler, 2005). Kebutuhan
nutrisi atau kalori yang tidak terpenuhi berpengaruh pada kesehatan ibu hamil dan
gangguan pertumbuhan / perkembangan janin.
F. Penambahan Berat Badan selama Kehamilan
Berat lahir merupakan penggabungan antara durasi kehamilan dengan laju
pertumbuhan janin. Penambahan berat badan selama kehamilan adalah sebuah
fenomena biologis yang unik dan kompleks yang mendukung fungsi pertumbuhan
dan perkembangan janin. Penambahan berat badan tidak hanya dipengaruhi oleh
perubahan fisiologi ibu dan metabolisme, tetapi juga oleh metabolisme plasenta.
Fungsi plasenta sebagai organ endokrin, penghalang dan pengangkut zat antara
sirkulasi ibu dan janin. Perubahan dalam homeostasis ibu dapat memodifikasi
strukutur dan fungsi plasenta dan dengan demikian berdampak pada laju
pertumbuhan janin. Sebaliknya fungsi plasenta dapat mempengaruhi metabolisme
ibu melalui perubahan sensitivitas insulin, inflamasi sistemik, dan demikian
pengaruh penambahan berat badan.
Pola penambahan BB pada umumnya lebih tinggi pada trimester kedua dan
berhubungan dengan IMT ibu. IOM (Institute Of Medicine) menetapkan kenaikan
berat badan berdasarkan IMT. Pedoman IOM terbaru dari yang diterbitkan pada
tahun 1990. Pada pedoman 2009, kategori IMT didasarkan pada cut off point WHO
31
selain itu pedoman baru lebih spesifik dan rekomendasi penambahan berat badan
relatif menguntungkan bagi ibu yang obesitas. Dari beberapa penelitian menemukan
bahwa untuk setiap kenaikan 1 kg BB ibu, berat lahir akan bertambah 16,7-22,6
gram.
Berdasarkan hasil dari 2 penelitian di Inggris (>3800 ibu hamil), Hytten dan
Leicth (1971) mencoba menetapkan batasan total dan rata-rata pertambahan BB ibu
hamil primigravida adalah 0-10 minggu (0,065 kg/minggu), 10-20 minggu (0,335
kg/minggu), 20-30 minggu (0,45 kg/minggu), dan 30-4- minggu (0,335 kg/minggu)
(Rasmussen dan Yaktine, 2009). Proporsi pertambahan BB untuk janin 25-27%,
plasenta 5%, cairan amnion 6%, ekspansi volume darah 6%, pertumbuhan uterus
dan payudara 11%, peningkatan cairan ekstra seluler 13 % dan peningkatan lemak
tubuh 25-27%.
Kenaikan berat badan adakalanya sulit diamati sampai akhir kehamilan,
sehingga Achadi et al (1995) merumuskan estimasi kenaikan BB selama hamil
dengan menggunakaen dan pola kenaikan BB ibu hamil dari Hytten dan Leicht yang
menganggap pola kenaikan setiap ibu hamil dianggap sama yaitu 0-10 minggu
(0,065 kg/minggu), 10-20 minggu (0,335 kg/minggu), 20-30 minggu (0,45
kg/minggu), dan 30-4- minggu (0,335 kg/minggu) sehingga total kenaikan BB
selama hamil adalah 11,85 kg. Estimasi ini memerlukan 2 kali pengukuran BB ibu
hamil selang waktu minimal 11 minggu.
Kenaikan bb selama kehamilan merupakan indikator menentukan status gizi
ibu. Bila bb ibu pada kunjungan antenatal pertama <47 kg maka kemungkinan akan
melahirkan BBLR adalah 1,73 kali lebih besar dibanding ibu yang bb nya> sama
32
dengan 47 kg/minggu dan penambahan BB < 21 gr/minggu akan memberikan
resiko melahirkan bayi BBLR 1,85 kali lebih besar bila dibandingkan dengan ibu
yang penambahan BB > dengan 21 gram/minggu.
Kenaikan BB untuk ibu sehat berusia 25-35 tahun adalah 11-15 kg.
Kenaikan pada 10 minggu pertama kehamilan adalah sedikit ini disebabkan karena
pertumbuhan uterus dan ekspansi darah ibu. Pada saat ini berat janin hanya 0,17 ons
tetapi pada saat akhir kehamilan pertumbuhan janin mempunyai porsi yang lebih
besar.
33
G. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori
INPUT
1. SDM
a. Pelaksana Program
2. Dana
3. Materi
4. Waktu
5. Sarana dan Prasarana
6. Metode
7. Sasaran Program
i. Umur Ibu
ii. Usia Kandungan
iii. Jarak Kelahiran
iv. Paritas
v. Pertambahan Berat
Badan
PROSES
1. Perencanaan Program PMT
2. Pelaksanaan Program PMT
3. Pengawasan Program PMT
Efektivitas Program
PMT
OUTPUT
Laporan Program PMT
Pertambahan Berat Badan
Sumber : Modifikasi Teori Baker, Tower, Terry dan Siagian
34
BAB III
KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
A.
Kerangka Pikir
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam mengenai
efektivitas program PMT Ibu Hamil KEK terhadap status BBLR di Kota Depok.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka disusunlah kerangka berpikir dalam
penelitian ini dengan mengadopsi teori dari Terry dan Siagian tentang analisis
keberhasilan program PMT serta Baker dan Tower untuk melihat risiko BBLR
berdasarkan prediksi pertambahan berat badan ibu.
Efektivitas program PMT dinilai berdasarkan pendekatan sistem kesehatan
baik dari input yang dibutuhkan pada program PMT, proses yang terjadi pada
program PMT serta output yang dinilai berdasarkan pertambahan berat badan ibu
yang didapat dari Laporan Monitoring Program PMT Ibu Hamil KEK. Karakteristik
Ibu yang didapat dari laporan output dari program PMT ibu hamil KEK yang
mendapatkan PMT adalah usia ibu, umur kehamilan, paritas, jarak kelahiran, dan
berat badan selama kehamilan. Untuk melihat efektivitas dari pendekatan sasaran
(goals approach) dilakukan dengan analisis deskriptif data sekunder dengan
pendekatan kuantitatif.
Penambahan berat badan selama kehamilan merupakan sebuah fenomena
biologis yang unik dan kompleks yang mendukung fungsi pertumbuhan dan
perkembangan janin. Bertambahnya berat badan ibu sangat berarti sekali bagi
35
kesehatan ibu dan janin. Pada ibu yang menderita kekurangan energi dan protein
(status gizi kurang) maka akan menyebabkan ukuran plasenta lebih kecil dan suplai
nutrisi dari ibu ke janin berkurang, sehingga terjadi retardasi perkembangan janin
intera utera dan bayi dengan berat bayi lahir rendah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2011) mengenai
hubungan antara kenaikan berat badan pada ibu hamil terhadap berat bayi lahir,
didapatkan hubungan yang signifikan dengan nilai p value (0,000) dengan derajat
kepercayaan 95%. Selain itu, Pudjiadi (2002) juga mengungkapkan terdapat asosiasi
yang positif antara berat badan lahir bayi dengan berat badan ibu. Mengacu pada
penelitian sebelumnya, variabel penambahan berat badan dapat menjadi salah satu
prediktor untuk mengetahui apakah bayi tersebut mengalami BBLR atau tidak.
Sehingga dalam penelitian ini, untuk mengukur keefektifan program PMT ibu hamil
KEK yang dilihat berdasarkan pendekatan sasaran, dilakukan dengan melihat
penambahan berat badan ibu hamil KEK yang mendapat PMT apakah sudah sesuai
dengan usia kehamilan atau tidak.
Variabel lain yang menunjang dalam pengukuran efektivitas program PMT
ibu hamil ini adalah :
1. Umur Ibu
Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah
umur 20 tahun merupakan kehamilan beresiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan kehamilan pada wanita usia reproduksi (20-35 tahun). Pada
umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi
36
fisiologinya belum optimal. Semakin muda umur ibu hamil, maka anak yang
akan dilahirkan akan semakin ringan.
Meski kehamilan di bawah umur sangat beresiko tetapi kehamilan diatas
umur 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya. Mengingat mulai usia ini
sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan atau penyakit
degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul. Dalam proses
persalinan, kehamilan diatas usia 35 tahun akan timbul menghadapi kesulitan
akibat lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang
panggul tengah. Faktor umur memegang peranan penting terhadap kesejahteraan
ibu hamil serta bayi (Syofianti, 2007).
2. Usia Kehamilan
Pertumbuhan janin dalam kandungan sesuai dengan perjalanan waktu
yang dibutuhkan janin untuk tumbuh dan berkembang secara normal yaitu 37-40
minggu. Pertumbuhan dan perkembangan janin dari waktu ke waktu diperkirakan
mengakibatkan pertumbuhan berat janin sebesar 5 gram sehari pada minggu ke
14-15 dan menjadi 10 gram pada minggu ke 20. Kecepatan tumbuh sebesar 3035 gram sehari berlangsung pada minggu ke 32-34, dan berubah menjadi 230
gram seminggu pada minggu ke 33-36. Memasuki minggu 41-42 pertambahan
berat badan tidak terjadi lagi (Arisman, 2004).
3. Paritas
Paritas secara luas mencakup gravida (jumlah kehamilan), prematur
(jumlah kelahiran) dan abortus (jumlah keguguran). Sedang dalam arti khusus
yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila
37
seorang ibu melahirkan anak ke empat atau lebih. Tingkat pertumbuhan janin
meningkat dengan meningkatnya paritas. Hal ini terkait dengan perubahan
jaringan epitel pada arteri spiral sehingga memudahkan gizi dapat ditransfer
melalui pembuluh darah uterus pada kehamilan berikutnya (Syofianti, 2007).
4. Jarak Kelahiran
Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Keluarga
Berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, karena
jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk
memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ini merupakan
salah satu faktor penyebab kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang
dilahirkan (Syofianti, 2007).
38
Bagan 3.1 Kerangka Pikir
Efektivitas Program Pemberian Makanan Tambahan
Pada Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis
Di Kota Depok
INPUT
1. SDM
2. Dana
3. Materi
4. Sarana dan Prasarana
5. Sasaran (Market)
i. Umur Ibu
ii. Usia Kandungan
iii. Jarak Kelahiran
iv. Paritas
v. Pertambahan Berat
Badan
PROSES
1. Perencanaan Program PMT
2. Pelaksanaan Program PMT
3. Pengawasan dan Penilaian
Program PMT Ibu Hamil
KEK
OUTPUT
Laporan Program PMT Ibu Hamil
KEK
Pertambahan Berat Badan
sesuai umur kehamilan
Efektivitas Program
PMT Ibu Hamil KEK
B. Definisi Istilah
No
Domain
Penelitian
INPUT
(Masukan)
Cara Pengambilan
Data
Atribut yang dibutuhkan agar program PMT
Wawancara Mendalam
untuk Ibu Hamil KEK Gakin dapat berjalan
dan Telaah Dokumen
sesuai
Perencanaan
dan observasi
Output
Hasil program PMT
Wawancara
2.
Perencanaan
Program
Wawancara Mendalam
dan Telaah Dokumen
3.
Pelaksanaan
Program
Penetapan pengarahan yang resmi dan
penetapan
berbagai
hambatan
yang
diperkirakan ada dalam menjalankan program
PMT guna dipakai sebagai
pedoman dalam program
PMT
Bentuk implementasi dari perencanaan
program PMT untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan
4.
Penilaian
Program
Bentuk program untuk menemukan, menilai
hasil yang dicapai dari perencanaan program
PMT
Wawancara Mendalam
Informasi mengenai hasil
yang dicapai dari program
yang telah dilaksanakan di
lapangan
5.
Pengawasan
Program
Upaya memelihara program agar sesuai
dengan tujuan program dan rencana yang
telah ditetapkan
Wawancara Mendalam
Informasi
mengenai
kesesuaian antara yang
dicapai dengan yang
direncanakan
1.
6.
Definisi Istilah
Wawancara Mendalam
dan Telaah Dokumen
39
Hasil Ukur
Sumber
Informasi
mengenai
ketersediaan
adanya
berbagaimengenai
item
Informasi
yang dibutuhkan
Penanggung
Jawab
Program PMT Ibu Hamil
KEK
GAKIN Jawab
Dinkes
Penanggung
Kota, Kerangka Acuan
Kerja PMT Ibu Hamil
KEK Gakin
Informasi
mengenai
ketersediaan pembuatan
perencanaan dan
adanya
dokumen
perencanaan
program
Informasi
mengenai
kesesuaian
antara
Perencanaan
program
yang telah dibuat dengan
pelaksanaan program di
lapangan
Penanggung
Jawab
Program PMT Ibu Hamil
KEK GAKIN Dinkes
Kota,
Kerangka Acuan
Kerja PMT Ibu Hamil
KEK Gakin
Penanggung
Jawab
Program PMT Ibu Hamil
KEK GAKIN Dinkes
Kota,
Petugas
gizi
Puskesmas,
Kerangka
Acuan Kerja PMT Ibu
Hamil KEK Gakin
Penanggung
Jawab
Program PMT Ibu Hamil
KEK GAKIN Dinkes
Kota,
Petugas
gizi
Puskesmas
Penanggung
Jawab
Program PMT Ibu Hamil
KEK GAKIN Dinkes
Kota,
Petugas
gizi
Puskesmas
40
B. Definisi Istilah (Lanjutan)
7.
Efektifitas Program
PMT
bumil KEK Gakin
yang dilaporkan telah
dilaksanakan
Mendalam
dan
Telaah Dokumen
program yang telah
dilaksanakan
lapangan
Program PMT Ibu
Hamil KEK GAKIN
Dinkes Kota, Petugas
gizi Puskesmas
Bentuk
program
penilaian output untuk
melihat
ukuran
keberhasilan
dari
program PMT Ibu
Hamil KEK dari target
yang telah ditetapkan
Wawancara Mendalam
dan Telaah Dokumen
Informasi
mengenai
ukuran
keberhasilan
program PMT Ibu
Hamil KEK dari target
yang telah ditetapkan
Penanggung
Jawab
Program PMT Ibu
Hamil KEK GAKIN
Dinkes Kota, Hasil
analisis data sekunder
pertambahan
berat
badan dari Laporan
Monitoring
Program
PMT Ibu Hamil KEK
di Kota Depok
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Disain Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
kualitatif
untuk
dapat
menggambarkan secara lebih dalam mengenai program PMT. Dalam hal ini juga
digambarkan dengan menggunakan pendekatan sistem yaitu input, proses, maupun
output dari program PMT Ibu Hamil KEK yang ada di Kota Depok.
Untuk mendapatkan gambaran dari data output digunakan penelitian
deskriptif data sekunder yang bersifat kuantitatif dengan pendekatan potong-lintang
(cross sectional), dimana seluruh variabel diukur sekaligus pada saat yang sama.
Pengertian saat yang sama di sini bukan berarti pada satu saat observasi dilakukan
pada
semua
subyek
atau
semua
variabel,
tetapi
tiap subyek
hanya
diobservasi satu kali saja menurut keadaan atau status waktu diobservasi
(Notoatmodjo, 1997).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang ada di
Puskesmas di Kota Depok.
41
42
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga September pada
tahun 2012.
C. Informan Penelitian (Pendekatan Kualitatif)
Didalam penelitian ini, informan penelitian terbagi menjadi dua kelompok
informan, yaitu informan utama dan informan pendukung. Berikut ini penjelasan dari
masing-masing kelompok informan:
1. Informan Utama
Informan utama dalam penelitian ini merupakan staf gizi di Dinkes yang
berjumlah satu orang dengan latar belakang S1 Epidemiologi Gizi. Beliau
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program PMT pada Ibu Hamil KEK di
Kota Depok. Informasi yang didapatkan oleh staf gizi tersebut bertujuan untuk
mendapatkan gambaran secara mendalam mengenai program PMT pada ibu hamil
KEK di Kota Depok baik dari sisi input, proses, maupun output.
2. Informan Pendukung
Informan pendukung merupakan informan yang berhubungan dengan
informan utama dalam hal ini yaitu petugas gizi ada di Puskesmas yang memang
berkaitan langsung secara teknis dengan program PMT ibu hamil KEK yang ada
di Kota Depok. Jumlah informan pendukung pada penelitian ini adalah dua orang,
yaitu petugas gizi Puskesmas Pancoran Mas yang berlatar belakang D3 gizi dan
petugas gizi Puskesmas Pengasinan yang berlatar belakang D3 kebidanan.
43
D. Populasi dan Sampel Data Sekunder (Pendekatan Kuantitatif)
Selain informan penelitian, peneliti juga menggunakan data sasaran yang
berasal
dari laporan program PMT ibu hamil KEK. Pengolahan
data sasaran
menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar prosentase ibu hamil KEK yang bertambah berat
badannya sesuai umur kehamilan setelah mendapatkan PMT.
Menurut Notoatmodjo (1997) : “populasi adalah keseluruhan objek penelitian
atau objek yang diteliti”. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil
yang mendapatkan PMT di Kota Depok.
Dalam pengambilan sampelnya digunakan teknik purposive sampling yaitu
pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat
oleh peneliti (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 88). Sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu hamil yang pernah mendapatkan PMT dengan ditetapkan beberapa
kriteria inklusi (karakteristik umum subyek penelitian pada populasi target dan
populasi terjangkau). Yang menjadi kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Ukuran LILA Ibu hamil yang mendapatkan PMT kurang dari sama dengan 23,5
cm.
2) Umur kehamilan Ibu tidak kurang dari 12 minggu.
Jumlah data ibu hamil memenuhi kriteria pada penelitian ini adalah 145 data
ibu hamil dari 20 puskesmas di Kota Depok.
44
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk pengumpulan
data (Notoatmodjo, 2002). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu alat perekam, pedoman wawancara dan lembar observasi.
Sedangkan untuk penelitian data sekunder yang menunjang penelitian ini,
instrumen penelitian berupa laporan monitoring PMT Ibu Hamil KEK serta data
kohort Ibu Hamil.
F. Pengumpulan Data
1. Pendekatan Kualitatif
Salah satu data yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini adalah
data primer yang didapat langsung dari hasil wawancara mendalam, observasi
peneliti dan studi dokumen mengenai proses manajemen yang terdiri dari input,
proses dan output dalam program PMT dari staf gizi yang ada di Dinas Kesehatan
Kota Depok.
a. Wawancara Mendalam
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari respondennya lebih mendalam dan
jumlah respondennya kecil atau sedikit. Wawancara ini dapat dilakukan secara
terstruktur, semi terstruktur ataupun tidak terstruktur. Ketiga cara tersebut
dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) atau melalui telepon
(Sugiyono, 2011). Pada penelitian ini, dilakukan wawancara semi terstruktur
45
dimana teknik ini digunakan untuk menggali lebih dalam gambaran program
PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok. Wawancara dilakukan kepada tiga orang
informan. Satu orang informan utama, yaitu staf gizi di Dinkes Kota Depok
yang bertanggung jawab terhadap program PMT ibu hamil KEK di Kota
Depok.
b. Observasi Peneliti (Participant Observation)
Menurut Sugiyono (2011), participant observation adalah suatu teknik
dimana peneliti terlibat dalam program sehari-hari orang yang sedang diamati
atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan
pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data,
dan ikut merasakan suka dukanya. Dalam penelitian ini, participant
observation dilakukan untuk gambaran input dari program PMT Ibu hamil
KEK di Kota Depok.
c. Studi Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbetuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya adalah: peraturan, kebijakan,
biografi dan sebagainya. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara, akan
lebih kredibel atau dapat dipercaya jika didukung dengan adanya studi
dokumen ini
(Sugiyono, 2011).
Pada
penelitian ini, peneliti
akan
mengumpulkan data mengenai peraturan PMT pada ibu Hamil KEK dalam
bentuk kerangka acuan kerja serta format laporan program PMT Ibu Hamil
KEK.
46
2. Pendekatan Kuantitatif
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data
yang digunakan berupa laporan program PMT Ibu Hamil KEK serta buku data
kohort Ibu hamil.
Pengumpulan data dilakukan di Dinas Kesehatan dan Puskesmas yang ada
di Kota Depok adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan surat ijin permohonan penelitian dari Universitas UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi
Kesehatan Masyarakat, lalu meminta ijin kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota
Depok.
b. Kepala Dinas memberikan rujukan ke Kantor Kesbangpol (Kesatuan Bangsa
dan Politik) dan Linmas (Perlindungan Masyarakat) Kota Depok, untuk
mendokumentasikan biodata peneliti dan kemudian diserahkan kembali ke
institusi terkait yaitu Dinas Kesehatan Kota Depok.
c. Dinas Kesehatan Kota Depok memberikan surat pengantar ke puskesmaspuskesmas yang ada di Kota Depok
d. Data-data Ibu Hamil yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan
sebelumnya.
e. Data variabel umur ibu, usia kehamilan, paritas dan penambahan berat badan
ketika diberikan PMT didapat dari laporan monitoring program PMT ibu hamil
KEK yang mengacu pada buku kohort ibu hamil yang ada di Puskesmas
47
f. Data variabel jarak kelahiran didapat dari buku kohort ibu hamil yang ada di
Puskesmas
G. Validasi Data
Pengujian keabsahan data (kredibilitas) pada penelitian kali ini adalah
menggunakan triangulasi. Triangulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah
Triangulasi Sumber dan Triangulasi teknik atau metode. Triangulasi sumber
digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek
data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dari beberapa sumber tersebut,
tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskriptifkan,
dikategorisasikan, mana pandangan yang sama dan yang berbeda. Sedangkan
triangulasi teknik atau metode digunakan untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data pada sumber yang sama namun teknik yang
berbeda. Bila dengan beberapa teknik pengujian kredibilitas data tersebut,
menghasilkan data yang berbeda-beda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut
kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana
yang dianggap benar.
Dalam penelitian ini, triangulasi sumber dilakukan kepada petugas gizi yang
ada di Puskesmas Kota Depok. Pemilihan petugas gizi dikarenakan petugas gizi
berkaitan langsung secara teknis terhadap pelaksanaan program PMT ibu hamil KEK
di Kota Depok. Sedangkan untuk triangulasi metode, menggunakan laporan
monitoring program PMT Ibu hamil KEK serta Kerangka Acuan Kerja PMT Ibu
Hamil KEK di Kota Depok.
48
H. Pengolahan Data
1. Pendekatan Kualitatif
Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011), analisis
data pada penelitian kualitatif terdiri dari tiga tahapan, tiga tahapan tersebut dalam
penelitian ini diantaranya adalah :
a. Tahap Reduksi Data
Pada tahap ini peneliti mereduksi segala data yang dirasa tidak
dibutuhkan dan memilih mana data yang menarik, penting, berguna dan baru
dalam penelitian ini. Data dalam penelitian ini didapatkan dari staf gizi di
Dinas Kesehatan mengenai program PMT pada ibu hamil KEK di Kota Depok.
Data diperoleh dengan cara wawacara, observasi dan studi dokumen.
b. Tahap Penyajian Data
Pada tahap ini, setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan data. Tujuan penyajian data ini adalah untuk memudahkan,
memahami apa yang terjadi serta merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
apa yang telah dipahami. Dalam penelitian ini, penyajian data digunakan dalam
bentuk teks yang bersifat naratif dan matriks.
Berdasarkan data yang terkumpul dan setelah dianalisis, diharapkan
pada tahap ini peneliti dapat memberikan gambaran secara lebih dalam
mengenai program PMT Ibu hamil KEK dimulai dari perencanaan hingga
evaluasi program PMT tersebut.
49
c. Tahap Penarikan Kesimpulan
Setelah mendapatkan data dari kedua tahapan sebelumnya, pada tahap
ini akan dilakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah untuk mendukung dalam menjawab pertanyaan penelitian.
2. Pendekatan Kuantitatif
a. Editing, program yang dilakukan dalam editing adalah pengecekan data
laporan monitoring program PMT dari sisi kelengkapan data, kejelasan data,
relevansi data dan konsistensi data.
b. Koding, merupakan program merubah bentuk data dari huruf menjadi bentuk
bilangan (angka) dengan maksud untuk mempermudah analisis dan mengentry
data. Pengkodean data ini didasarkan pada kategori :
1) Variabel usia ibu kode 0 “beresiko” jika usia ibu < 20 tahun atau > 35 tahun
dan kode 1 “tidak beresiko” jika usia ibu 20-35 tahun (usia reproduksi).
2) Variabel paritas kode 0 “beresiko” jika multipara (jumlah anak lebih dari 4)
dan kode 1 “tidak beresiko” jika primipara (jumlah anak kurang dari 4)
3) Variabel jarak kelahiran kode 0 “beresiko” jika kurang dari 2 tahun atau
lebih dari 5 tahun dan kode 1 “tidak beresiko” jika jarak kelahiran antara 2-5
tahun.
4) Variabel penambahan berat badan selama kehamilan kode 0 “beresiko” jika
penambahan berat badan kurang jika disesuaikan dengan umur kehamilan
dan kode 1 “Tidak beresiko ” jika penambahan berat badan sesuai dengan
umur kehamilan.
50
5) Variabel efektifitas program PMT ibu hamil KEK dengan kode 0 ”Kurang
Efektif (prosentase penambahan BB ibu hamil sesuai kehamilan < 50% )”
dan kode 1 ”Efektif ( prosentase penambahan BB ibu hamil sesuai
kehamilan lebih dari sama dengan 50%)”.
c. Entry data, setelah pengecekan dan pengkodean dataselesai, langkah
selanjutnya adalah memproses data dengan cara mengentry data dari laporan
monitoring program PMT
ke program statistik komputer (software) yang
digunakan.
d. Cleaning, pembersihan data adalah pengecekan kembali data yang sudah
dientry, apakah terdapat kesalahan dalam entry, koding atau kesalahan
membaca kode, dengan demikian diharapkan data tersebut benar-benar siap
untuk dianalisis.
I.
Analisis Data
1. Pendekatan Kualitatif
Analisis data yang digunakan adalah content analysis atau analisis isi yaitu
suatu teknik mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
wawancara, catatan lapangan hasil telaah dokumen dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat lebih mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain. Analisis data ini dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan
yang dapat diceriterakan kepada orang lain (Sugiyono, 2008).
51
Analisis dalam penelitian ini diorganisasikan dan dijabarkan ke dalam
unit-unit sesuai dengan kerangka berfikir penelitian yaitu data mengenai input
(data, SDM, dana, sarana dan prasarana, materi, dan sasaran) , proses
(perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian) dan permasalahanpermasalahan yang menyertai program tersebut, output serta
penjabaran
mengenai efektifitas program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok. Data-data
tersebut selanjutnya disintesa dan disusun kedalam pola serta dibuat kesimpulan
dari solusi permasalahan-permasalahan yang ada.
2. Pendekatan Kuantitatif
Analisa data dilakukan untuk mengetahui seberapa besar ukuran
keberhasilan program PMT Ibu hamil KEK berdasarkan pendekatan sasaran
(output). Analisa data yang telah diolah dilakukan dengan menggunakan analisis
prosentase, yaitu suatu cara analisis yang sederhana yang dapat dilakukan pada
penyajian data dalam bentuk tabel.
Dalam penelitian ini analisis dilakukan
terhadap tiap variabel dari hasil penelitian ini berupa distribusi dan prosentase
pada setiap variabel ibu hamil yang mengalami KEK yang meliputi, usia ibu,
umur kehamilan, paritas, jarak kelahiran, penambahan berat badan selama
kehamilan serta efektifitas program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok.
52
BAB V
HASIL
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Kota Depok terletak di bagian Utara Provinsi Jawa Barat, yang secara
geografis terletak pada koordinat : 6 derajat 19’ 00” – 6 derajat 28’ 00” Lintang
Selatan dan 106 derajat 43’ 00” – 106 derajat 55’ 30” Bujur timur. Bentang alam
Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah perbukitan
bergelombang lemah, dengan elevansi antara 50 – 140 meter di atas permukaan laut
dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok memiliki luas sekitar
200.29 Km2 atau 0,58% dari luas provinsi Jawa Barat.
1. Batas-batas wilayah
Berdasarkan Perda No. 8 Tahun 2008 tentang Pembentukan Wilayah
Kecamatan di Kota Depok, Kota Depok dimekarkan menjadi 11 Kecamatan.
Kota seluas 200.29 Km2 ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : berbatas dengan wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta
dan wilayah Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede kota Bekasi dan
Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.
c. Sebelah Selatan : berbatasan dengan wilayah Kecamatan Bojong Gede dan
wilayah Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor.
53
d. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan
Gunung Sindur Kabupaten Bogor.
Sebagian besar lahan di wilayah Kota Depok merupakan areal
pemukiman penduduk, pendidikan, perdagangan dan jasa yang terbagi kedalam
11 wilayah kecamatan dan 63 kelurahan. Kecamatan yang terdapat di kota
Depok memiliki 11 kecamatan yaitu Pancoran Mas, Beji, Sukmajaya,
Cimanggis, Sawangan, Limo, Cipayung, Cilodong, Tapos, Cinere, Bojong sari.
Dari 11 Kecamatan, Tapos memiliki wilayah terluas yaitu 32,24 km2.
2. Demografi Dinkes Kota Depok
a. Sumber Daya Kesehatan
Dinkes Kota Depok dipimpin oleh seorang Dokter gigi. Pimpinan
dibantu sekretaris beserta 3 Kepala Sub Bagian. Terdapat 4 kepala bidang
dan 9 Kepala Seksi.
1) Tenaga Kesehatan
Sesuai Peraturan Pemerintah RI No 32 Tahun 1996 yang
termasuk tenaga kesehatan adalah tenaga medis meliputi dokter dan
dokter gigi. Tenaga keperawatan meliputi tenaga perawat dan bidan.
Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analisis farmasi, asisten apoteker.
Tenaga
kesehatan
masyarakat
meliputi
epidemiologi
kesehatan,
entomologi kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluhan kesehatan,
administrasi kesehatan serta tenaga sanitasi. Tenaga gizi meliputi
nutrisionis dan dietisien. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterafis,
54
radioterafis, teknis gigi, teknis elektromedis, analisis kesehatan,
refraksionis optisien, otorik prostetik, teknis transfusi dan perekam medis
serta tenaga non kesehatan.
Diagram 5.1
Proporsi Tenaga Kesehatan Menurut Jenis Tenaga
Di Kota Depok Tahun 2010
Proporsi Tenaga Kesehatan Menurut Jenis Tenaga
Di Kota Depok Tahun 2010
2%
6%1% 1%
1% 6%
kefarmasian
kesmas
sanitasi
gizi
34%
49%
keteknisan fisik
keteknisan medis
Bidan & Perawat
Tenaga Medis
Sumber : Profil Kesehatan kota Depok Tahun 2010
Urutan proporsi jenis tenaga kesehatan dari yang terbesar
sampai terkecil adalah sebagai berikut: tenaga keperawatan dan
kebidanan 49 %, kemudian tenaga medis 34%, tenaga teknis medis 6%,
tenaga kefarmasian 6%, tenaga gizi 2,06%, tenaga kesmas 1,45%, tenaga
sanitasi 1,21%, dan tenaga keteknisan fisik 0,81%.
55
Tabel 5.1
Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit kerja
Di Kota Depok Tahun 2010
Unit kerja
No
Jenis
Tenaga
Puskesmas
(Termasuk
Pustu dan
Polindes)
Rumah
Sakit
Institusi
Diklat /
Diknakes
Sarana
Kesehatan
Lain
Dinkes
Kota
1
2
Medis
Perawat &
Bidan
123
249
692
942
0
0
4
4
14
20
3
4
Kefarmasian
Kesehatan
Masyarakat
11
3
127
21
0
0
0
0
12
12
5
6
7
Sanitarian
Ahli Gizi
Keteknisan
Medis
17
26
8
5
17
146
0
0
0
0
0
8
8
1
437
1950
0
8
75
TOTAL
Sumber: Sub bag Umum (Dinkes kota Depok)tahun 2010
2) Sarana Kesehatan
Jumlah puskesmas yang ada di Kota Depok sampai dengan tahun
2010 berjumlah 32 puskesmas dengan rincian 31 puskesmas non
perawatan, 1 puskesmas perawatan. Sarana pelayanan kesehatan yang ada
di Kota Depok sampai dengan tahun 2010 yang tercatat di Dinkes Kota
Depok adalah sebagai berikut:
56
Tabel 5.2
Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan
Di Kota Depok Tahun 2010
PEMILIKAN/PENGELOLAAN
No
Fasilitas Kesehatan
1
Rumah sakit umum
2
Rumah sakit bersalin
3
Puskesmas perawatan
4
Puskesmas non
PEM.KAB/KOTA
Swasta
JUMLAH
1
11
12
4
4
1
1
31
31
25/80
25/80
Perawatan
5
Puskesmas keliling
6
Puskesmas pembantu
4
4
7
Rumah bersalin
24
24
162
162
3066
3066
8
Balai pengobatan /
Klinik
9
Praktik dokter bersama
10
Posyandu
11
Apotek
221
221
12
Toko obat
74
74
13
Gfk
1
1
14
14
13
13
14
15
Industri obat
968
Tradisional
Industri kecil obat
Tradisional
57
B. Gambaran program PMT untuk Ibu hamil KEK di Kota Depok
Program perbaikan gizi pada ibu hamil ini ditujukan supaya kebutuhan gizi
bagi ibu hamil tercukupi. Sehingga resiko terjadinya KEK (Kekurangan Energi
Kronis) pada ibu hamil dapat tertangani. Salah satu program yang dijalankan oleh
Dinkes Kota Depok adalah pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang Gakin
yang mengalami KEK karena mengacu pada Pedoman Gizi Ibu Hamil dan
Pengembangan Makanan Tambahan Ibu Hamil Berbasis Pangan, Kementrian
Kesehatan RI yang memang diprioritaskan pada ibu hamil KEK dari keluarga
miskin.
Produk PMT didistribusikan ke seluruh Puskesmas yang ada di Kota Depok
yang sebelumnya sudah didata oleh petugas gizi yang ada di Puskesmas. Ibu hamil
yang mendapatkan PMT adalah ibu hamil yang memeriksakan kandungannya ke
Puskesmas dan terdeteksi berisiko KEK. Selain itu, data sasaran juga didapat dari
laporan kader posyandu jika di wilayahnya terdapat ibu hamil berisiko KEK
meskipun tidak memeriksakan kandungannya ke Puskesmas.
Secara umum, gambaran program PMT pada ibu hamil KEK dijelaskan
dengan menggunakan pendekatan sistem dimana dilakukan pada komponen input,
proses, dan output.
58
Bagan 5.1
Alur Pendekatan Sistem dalam Program PMT Ibu Hamil KEK
•Data (LB3 prevalensi Bumil
KEK, laporan PMT Bumil
KEK, Pedoman KAK)
•SDM
•Materi
•Dana
•Sarana dan Prasarana
•Sasaran
Input
Proses
•Perencanaan Kegiatan
•Pelaksanaan kegiatan
•Pengawasan dan
Penilaian Kegiatan
• Laporan
Kegiatan PMT
Bumil KEK -->
penambahan
berat badan ibu
hamil
Output
1. Input
Unsur-unsur yang diperhatikan dalam komponen input
program PMT
untuk ibu hamil KEK Gakin yang sudah dijalankan oleh program gizi seksi kesga
dan gizi Dinkes Kota Depok serta Petugas Gizi yang ada di Puskesmas Kota
Depok meliputi:
a. Data
Berdasarkan Pedoman PWS (Pemantauan Wilayah Setempat) yang
dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI, Dirjen Bina Kesmas, Direktorat
Bina Gizi Masyarakat tahun 2008 sumber data untuk Ibu hamil KEK Gakin
adalah LB3 gizi / KIA, PWS KIA berdasarkan pencatatan dari Puskesmas yang
akan dikirim ke Dinkes Kota Depok. Selain data LB3 dan PWS KIA untuk
program pemberian PMT Ibu Hamil KEK Gakin, juga terdapat laporan PMT
Bumil yang dilaporkan paling lambat 90 hari setelah proses distribusi
pemberian PMT Bumil KEK Gakin. Jumlah ibu hamil hanya merupakan data
59
proyeksi dari Dinkes. Data didapat dari Puskesmas, BPS (Bidan Praktek
Swasta), institusi Pelayanan Kesehatan lain, seperti dari RS Besar yang berada
di kota Depok baik swasta maupun Pemerintah. Sedangkan untuk pedoman
program PMT Ibu hamil KEK di Kota Depok dibuat pedoman Kerangka
Acuan Kerja (KAK) program PMT ibu hamil KEK Gakin yang bertujuan
untuk meningkatkan status gizi ibu hamil.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, pada laporan PMT ibu
hamil yang diberikan PMT adalah ibu hamil yang beresiko KEK, namun pada
pelaksanaan di Puskesmas Ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin tetap
diberikan PMT meskipun tidak mengalami KEK. Hal ini dengan pertimbangan
bahwa ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin sulit untuk membeli
makanan tambahan dengan kondisi ekonomi yang terbatas. Keluarga miskin
yang mendapatkan PMT dari Dinkes adalah yang mempunyai Jamkesda dan
Jamkesmas.
Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan utama:
“Seharusnya yang mendapatkan PMT memang dari ibu hamil KEK
mba, namun ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin juga tetap
diberikan PMT, karena kami mempertimbangkan kondisi ekonomi
keluarga ibu hamil tersebut. Jadi, ibu hamil yang berasal dari keluarga
miskin walaupun dia tidak mengalami KEK akan tetap mendapatkan
PMT ” (Informan Utama).
Hal ini juga diperkuat oleh ucapan petugas gizi Puskesmas Pengasinan
sebagai informan pendukung. Berdasarkan hasil wawancara dengan Petugas
gizi di Puskesmas Pengasinan, data sasaran memang tidak hanya berasal dari
60
kondisi kekurangan energi kronis, namun ibu hamil yang berasal dari keluarga
miskin tetap diberikan PMT.
Berikut hasil kutipan wawancara dengan informan pendukung yaitu
petugas gizi Puskesmas Pengasinan:
“Iya mba, kalo ibu hamil itu dari keluarga miskin saya kasih PMT juga.
Karena, disana yang KEK juga ga begitu banyak,banyakan gakin jadi
ibu hamil Gakin kalo dia periksa ke Puskesmas juga kita kasih susu. ”
(Informan Pendukung).
Sedangkan, berdasarkan uraian dari petugas gizi dari Puskesmas
Pancoran Mas, sasaran yang terdapat dari laporan program PMT ibu hamil
KEK merupakan ibu hamil KEK dan benar-benar berasal dari keluarga miskin.
Berikut hasil wawancara dengan petugas gizi Puskesmas Pancoran
Mas:
“Jadi kita kan nyarinya kan yang kriterianya yang Gakin, trus KEK
juga, trus nanti kita cek juga yang Hb nya rendah. Soalnya kan kriteria
yang diminta dinkes gtu neng.”(Informan Pendukung).
b. Sumber Daya
Staf gizi yang bertanggung jawab dalam program PMT Ibu hamil KEK
di Kota Depok, memiliki latar belakang sarjana kesehatan masyarakat dalam
peminatan epidemiologi gizi. Beliau menjadi penanggung jawab program PMT
di Kota Depok selama 3 tahun. Tidak hanya program PMT ibu hamil, beliau
bertanggung jawab terhadap beberapa program yang berkaitan dengan
peningkatan gizi masyarakat, Hal ini dikarenakan beliau menjadi koordinator
dalam program perbaikan gizi di Dinkes Kota Depok. Hal ini juga terlihat
dalam dokumen rencana program program gizi Dinkes Kota Depok Tahun
61
2011. Dalam dokumen tersebut dicantumkan rencana program program
perbaikan gizi selama satu tahun, berikut dengan penanggung jawab program
masing-masing.
Untuk program PMT ibu hamil KEK beliau juga berkoordinasi dengan
staf gizi yang lain serta Kepala Seksi (KaSie) Kesehatan Keluarga dan Gizi
serta Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan Masyarakat terkait dengan
perencanaan program serta pengawasan program PMT. Jika terdapat kendala di
lapangan yang dilaporkan oleh staf gizi di Puskesmas, umumnya petugas gizi
akan berkonsultasi dengan Kepala Seksi maupun Kepala Bidang agar dapat
dicari solusi bersama.
Berikut hasil wawancara dengan informan utama:
“Iya mba. Biasanya kalau ada kendala di lapangan, kami bicarakan
dengan Kasie atau Kabid, nanti baru dicari penyelesaian bagaimana
baiknya”.
Sedangkan untuk Puskesmas sendiri, latar belakang pendidikan petugas
gizi bervariasi di Puskesmas yang ada di Kota Depok. Namun, umumnya
berasal dari D3 Kebidanan, D3 Gizi dan S1 Gizi Kesmas. Dalam pelaksanaan
program PMT di Puskesmas, seluruh petugas gizi beserta bidan KIA saling
berkoordinasi untuk memberikan makanan tambahan untuk Ibu hamil KEK.
Petugas gizi mendata ibu hamil yang mendapatkan PMT, dan Bidan KIA yang
memberikan secara langsung kepada ibu hamil yang mengalami KEK.
62
c. Sarana dan Prasarana
Jumlah sarana yang terdapat pada program gizi di Dinkes yaitu 2 unit
laptop dan 1 buah komputer. Untuk menunjang program PMT pada bumil KEK
GAKIN, setiap staf gizi masing-masing memiliki handphone pribadi untuk
melakukan konfirmasi kepada petugas gizi di Puskesmas jika terdapat datadata yang masih belum jelas, serta memudahkan untuk memantau pelaksanaan
PMT Bumil KEK.
Tidak ada sarana maupun prasarana yang disiapkan secara spesifik
untuk menunjang program PMT ibu hamil KEK di Puskesmas. Dalam
pelaksanaannya, petugas gizi hanya bertugas untuk memberikan produk PMT
ke bagian KIA, dan nantinya akan diberikan langsung ke sasaran oleh bagian
KIA.
d. Dana
Dana merupakan komponen yang penting dalam pelaksanaan suatu
program. Program Pemberian Makanan Tambahan ini dibiayai dari APBD
Kota Depok dalam Dokumen Perencanaan Anggaran (DPA) Program
Peningkatan Gizi Masyarakat Tahun Anggaran 2011. Tidak ada pendanaan
yang dialokasikan secara khusus untuk mengevaluasi program PMT di Kota
Depok. Pada tahun ini, dana yang diturunkan juga sudah sesuai dengan waktu
pelaksanaan program tersebut. Anggaran yang disiapkan oleh Dinkes tiap
tahunnya mengalami peningkatan, hal ini didasarkan pada hukum ekonomi dan
juga terkait dengan inflasi harga. Tiap tahunnya anggaran program PMT ibu
63
hamil KEK di Kota Depok meningkat 10% dari anggaran program tahun
sebelumnya.
Proses penyediaan anggaran yaitu sebelumnya pada saat bulan Juni /
Juli (pertengahan tahun) dibuat rencana anggaran tahun depan, untuk program
program peningkatan gizi, dan kemudian dikeluarkan dalam bentuk Rencana
Keuangan Anggaran (RKA). Anggaran dana dikirim ke Badan Pembangunan
Daerah (Bappeda), kemudian Tim Anggaran Bappeda yang akan mengevaluasi
jumlah anggaran yang diajukan setelah itu dikembalikan ke bagian PEP
sebagai koordinator bagian anggaran di Dinkes. Jumlah anggaran yang
dikeluarkan Pemda untuk program PMT Bumil adalah Rp. 630.000.000,dengan rincian untuk 500 Ibu hamil KEK Gakin dikalikan lama waktu
pemberian dan harga PMT pabrikan yang disiapkan.
Berikut hasil kutipan dengan informan utama:
“Anggaran diperkirakan per tahunnya selalu naik, selain karena inflasi,
kalau menurut teori orang ekonomi, setiap penganggaran itu dinaikkan
10% dari target yang ditentukan. Anggaran yang buat tim perbaikan
gizi, setelah dari program, nanti diajukan ke kepala seksi nanti direkap
oleh bagian perencanaan dan evaluasi program, nanti kalau udah jadi
dibentuk satu anggarannya dinas, rencana programnya dinas, nah
nanti total anggaran dananya itu akan dikirim ke Bappeda dan di
evaluasi oleh Bappeda atau tim anggaran, nanti setelah itu dikoreksi
apakah ada anggaran yang harus ditambah atau dikurangi nanti
dikembalikan lagi ke seksi dibalikin lagi ke program. Nanti dari
program kalau memang sudah sesuai balik lagi mba alurmya, jadi
kalau di dinas itu yang menjadi koordinator anggarannya itu ya bagian
PEP. Nanti setelah dari PEP diajukan lagi ke Pemda. Biasanya pada
saat bulan juni/juli dibuat rencana program, nanti kalau sudah ada
rencana program, nah untuk program ini berapa besar dana yang
dbutuhkan, nah setelah itu dibuatlah perinciannya apa aja nah setelah
itu dibuat rencana program anggaran atau RKA, RKA itulah yang
menjadi desk, anggota DPR ketika rapat nanti. Untuk biaya
pembeliannya, kita melalui pihak ketiga, karena mengikuti
64
PP.54,tentang pengelolaan barang dan jasa setiap dana diatas 100 juta
lewat lelang umum atau pihak ketiga”. (Informan Utama).
Hasil wawancara ini juga diperkuat dengan adanya dokumen KAK
(Kerangka Acuan Kerja) Program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok.
Dimana dicantumkan rincian biaya program dan juga melalui proses
pelelangan.
e. Materi
Produk PMT yang diberikan berupa PMT pabrikan, yaitu susu.
Spesifikasi persyaratan yang ditetapkan Dinkes dibuat dalam bentuk tabel.
Tabel. 5.3
Spesifikasi Produk Susu Untuk Ibu Hamil
BAHAN MAKANAN
Susu Ibu hamil
SPESIFIKASI
Kemasan minimal 400 gr
Kemasan Alumunium Foil dan Karton
Kemasan Menunjukkan :
- Label Halal dari MUI
- MD dari BPOM
- Berat Bersih
- Saran Penyajian
- Saran Penyimpanan
- Kode Produksi dan tanggal kadaluarsa
- Layanan Konsumen yang bisa dihubungi
- Jaminan Kualitas (ISO)
Produksi baru
Kandungan Zat Gizi (per saji ): 40-46 gr/saji
Energi
: Minimal 150 kkal
Protein
: Minimal 8.5 gr
65
Tabel. 5.3 (Lanjutan)
Spesifikasi Produk Susu Untuk Ibu Hamil
Vitamin
:
Vitamin A : Minimal 30% AKG
Vitamin D : Minimal 40% AKG
Vitamin E : Minimal 15% AKG
Vitamin K : Minimal 30% AKG
Vitamin C : Minimal 50% AKG
Vitamin B1 : Minimal 30% AKG
Vitamin B2 : Minimal 35% AKG
Vitamin B3 : Minimal 30% AKG
Vitamin B6 : Minimal 30% AKG
Asam Folat : Minimal 50% AKG
Vitamin B12 : Minimal 20% AKG
Mineral
:
Calcium
: Minimal 20 % AKG
Magnesium : Minimal 20 % AKG
Phospor
: Minimal 10% AKG
Zat Besi
: Minimal 10% AKG
Zinc
: Minimal 10% AKG
Iodium
: Minimal 20% AKG
Selenium
: Minimal 10% AKG
Sumber : Kajian Kerangka Acuan Kerja ( KAK ) Pekerjaan Pengadaan
Pemberian Makanan Tambahan Ibu Hamil Keluarga Miskin Program
Peningkatan Gizi Masyarakat. Dinkes Kota Depok, Tahun Anggaran 2011
Berdasarkan Pedoman Gizi Ibu Hamil dan Pengembangan Makanan
Tambahan Ibu Hamil Berbasis Pangan yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI.
Jumlah energi minimal dari makanan tambahan yang diberikan Ibu Hamil KEK
per hari adalah 300 kkal dan 17 gram untuk kandungan protein. Jumlah produk
makanan tambahan yang diberikan juga disediakan untuk konsumsi selama 90
hari, yaitu sekitar 16 dus. Spesifikasi tersebut juga sudah sesuai dengan
kandungan gizi yang tercantum pada produk susu merk “x” yang bekerjasama
dengan Dinkes Kota Depok.
66
Staf gizi di Dinkes juga memberikan persyaratan mengenai produk susu
yang akan diberikan untuk ibu hamil. Hal ini dilakukan untuk melihat kualitas
dan higienitas makanan tambahan yang akan didistribusikan ke sasaran. Pada
tahun ini, produk makanan tambahan yang diberikan untuk ibu hamil telah
memenuhi spesifikasi yang disyaratkan oleh staf gizi Dinkes Kota Depok.
Jumlah produk makanan tambahan yang diberikan juga disediakan untuk
konsumsi selama 90 hari, yaitu sekitar 16 dus.
Namun, jumlah makanan tambahan yang disediakan untuk ibu hamil
masih belum memenuhi jumlah energi selama 90 hari. Jumlah makanan
tambahan minimal yang harus dikonsumsi per hari untuk memenuhi kebutuhan
gizi adalah 80 gram atau sekitar 4 sendok makan, yang diminum 2 kali dalam
sehari. Jadi, dalam satu gelas susu yang diminum minimal jumlah bubuk susu
yang dituang kedalam gelas 40 gram. Netto setiap dus produk makanan
tambahan yang berupa susu adalah 400 gram, berarti dalam waktu 5 hari
maksimal satu dus terpakai. Dalam satu bulan, jumlah dus susu yang minimal
dikonsumsi seharusnya 6 dus yang terpakai dan dalam 3 bulan atau 90 hari
seharusnya jumlah minimal produk susu yang diberikan adalah 18 dus.
Sehingga jumlah jumlah gram yang dikonsumsi per hari adalah 60 gram.
Kekurangan 20 gram per hari diharapkan ibu juga mengkonsumsi makanan
tambahan yang biasa dikonsumsi sehari-hari selain yang diberikan oleh Dinkes.
Hal ini dibutuhkan peranan bidan KIA di Puskesmas yang langsung
memberikan makanan tambahan ke sasaran mengenai aturan konsumsi
67
makanan tambahan serta efek yang ditimbulkan apabila ibu hamil mengalami
KEK.
f. Sasaran
Karakteristik sasaran dari ibu hamil KEK didapat dari pengumpulan
laporan program monitoring PMT ibu hamil KEK Gakin dan data kohort ibu
hamil yang ada di Puskesmas. Variabel yang ditetapkan dari laporan program
PMT yaitu usia ibu hamil, usia kandungan ibu hamil, jumlah anak (paritas),
jarak kelahiran dan penambahan berat badan selama diberikan PMT.
Berikut format laporan monitoring yang didalamnya dicantumkan
karakterisitik dari sasaran.
Tabel 5.4
Contoh Format Laporan Monitoring Program PMT Ibu Hamil KEK
di Kota Depok
Nama
Alamat
Umur
Hamil
Umur
ke
hamil
LILA
BBI
BBII
BBIII
LILA
Karakteristik sasaran yang dicantumkan di Puskesmas bervariasi,
meskipun sudah ditetapkan oleh staf gizi di Dinkes Kota Depok. Sehingga tidak
semua data dapat diolah, karena format laporan yang beragam antar Puskesmas.
Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif
dengan menggunakan program SPSS.
Berikut gambaran proporsi karakteristik ibu hamil yang mendapatkan
PMT yang dapat diolah di Puskesmas Kota Depok:
68
1) Gambaran proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan usia
di Kota Depok.
Tabel. 5.5
Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan usia di
Kota Depok
Usia Ibu
n
%
Mean
Standar Deviasi
Beresiko
42
29
Tidak Beresiko
B
Total
103
71
145
100
26
0,455
B
Berdasarkan hasil analisis prosentase ibu hamil KEK beresiko yang
mendapatkan PMT berdasarkan usia sebesar 29 %. Dengan rata-rata usia
ibu hamil yang mendapatkan PMT adalah berusia 26 tahun.
2) Gambaran proporsi ibu hamil KEK yang beresiko dalam program PMT
berdasarkan paritas di Kota Depok.
Tabel. 5.6
Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan paritas
di Kota Depok
Paritas
N
%
Beresiko
13
9
Tidak Beresiko
132
91
Total
145
100
B
Std. Deviasi
0,498
e
Berdasarkan hasil analisis prosentase ibu hamil KEK beresiko yang
mendapatkan PMT berdasarkan paritas sebesar 9 %.
69
3) Gambaran proporsi ibu hamil KEK yang beresiko dalam program PMT
berdasarkan jarak kelahiran di Kota Depok.
Tabel. 5.7
Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan jarak
kelahiran di Kota Depok
Jarak Kelahiran
N
%
Beresiko
9
6,2
136
93,8
145
100
Tidak Beresiko
B
eTotal
Std. Deviasi
0, 242
Berdasarkan hasil analisis prosentase ibu hamil KEK beresiko
yang mendapatkan PMT berdasarkan jarak kelahiran sebesar 6,2 %.
4) Gambaran proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan usia
kehamilan di Kota Depok
Tabel. 5.8
Proporsi ibu hamil KEK dalam program PMT berdasarkan usia
kehamilan di Kota Depok
Usia Kehamilan
N
%
Std. Deviasi
Trimester 2
127
87,6
Trimester 3
18
12,4
Total
B
145
100
0,331
Berdasarkan hasil analisis prosentase ibu hamil KEK yang
mendapatkan PMT umumnya pada usia kehamilan trimester kedua dengan
prosentase sebesar 87,6 %.
70
2. Proses
Proses merupakan berbagai program yang dilakukan untuk mencapai
tujuan, yang berkaitan dengan penyediaan dan penerimaan pelayanan. Adapun
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses yaitu menilai
perencanaan program untuk mengetahui target dari program PMT, pelaksanaan
program serta pengawasan program apakah telah mencapai target yang
ditetapkan, mengidentifikasi kendala dan masalah yang dihadapi serta
pemecahannya.
a. Perencanaan
Perencanaan program gizi Dinkes Kota Depok dibuat berdasarkan,
1) Besaran masalah yang ditemui
Berdasarkan hasil wawancara dengan staf gizi penanggung jawab
program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok, prevalensi ibu hamil KEK di
Kota Depok adalah sebesar 14,85%. Hal ini juga sesuai dengan paparan
Perencanaan dan Evaluasi Program Upaya Perbaikan Gizi Perencanaan
dan Evaluasi Program Upaya Perbaikan Gizi Dinkes Kota Depok yang
dipresentasikan Kepala Bidang Yankesmas pada program kunjungan
mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Bengkulu,
prevalensi ibu hamil KEK di Kota Depok adalah 14,85%.
Sedangkan ambang batas yang dikatakan masalah kesehatan
masyarakat apabila prevalensi KEK lebih dari 10%. Oleh karena itu, masih
71
tingginya prevalensi ibu hamil KEK menjadi salah satu dasar diadakannya
program PMT untuk ibu hamil KEK di Kota Depok. Dinkes Kota Depok
juga memfokuskan pada ibu hamil KEK yang berasal dari keluarga miskin.
2) Ketersediaan dana
Proses Penganggaran APBD Kota Depok dalam penyediaan dana
untuk program PMT ibu hamil KEK Gakin yang ada di Kota Depok yaitu:
a) Dibuat Rencana Program Anggaran (RKA) oleh tenaga pelaksana gizi
yang kemudian disetujui oleh kepala seksi Kesga dan Gizi dan diketahui
oleh Kepala Bidang Yankesmas.
b) Rencana Alokasi Program tersebut diajukan ke Bagian Perencanaan dan
Evaluasi Program (PEP).
c) Diajukan kepada bagian Administrasi Setda Kota Depok dan Bagian
Keuangan.
d) Beberapa tahap pengajuan kepada DPRD.
e) Dokumen
Pelaksanaan
Anggaran
(DPA)
disahkan
dan
dapat
dilaksanakan.
Pada program penanganan KEK, anggaran yang Pemda Kota Depok
untuk program PMT Ibu Hamil KEK adalah sebesar Rp 630.000.000,-.
Dimana dengan jumlah dana tersebut setiap ibu hamil mendapatkan 16 dus
selama 3 bulan. Pada tahun ini jumlah ibu hamil KEK yang diberikan PMT
sekitar 400 orang. Dana yang dianggarkan hanya sebatas sampai
pendistribusian produk ke Puskesmas.
72
3) Ketersediaan sumber daya
Selain berkoordinasi dengan staf gizi, dalam perencanaannya tim
gizi di Dinkes juga berkoordinasi dengan bagian sarana dan prasarana di
Dinkes Kota Depok dalam hal pengadaan produk, kemudian dengan staf
gizi di Puskesmas yang terdapat di kota Depok terkait penetapan sasaran
serta bagian KIA yang secara langsung memiliki keterkaitan sasaran dengan
laporan program PMT.
Berikut hasil wawancara dengan staf gizi penanggung jawab
program PMT :
“Dalam perencanaan program PMT ini kita ada kerjasama dengan
berbagai pihak. Dengan bagian sarana dan pra sarana untuk
pengadaan barang. Sama Puskesmas untuk penetapan jumlah
sasarannya. Sama KIA yang memang terkait langsung dengan
sasarannya.”
Sedangkan terkait dengan penetapan sasaran di Puskesmas, biasanya
petugas gizi di Puskesmas mengumumkan pada rapat kader di kelurahan
akan diadakannya PMT untuk Ibu hamil KEK Gakin. Setelah itu kader
posyandu di masing-masing wilayah kerja Puskesmas akan mendata ibu
hamil yang KEK yang terdapat di wilayah tersebut. Kemudian Ibu hamil
tersebut dirujuk ke Puskesmas untuk dilihat kadar Hb nya juga dan di data
untuk mendapatkan PMT Ibu Hamil KEK tersebut.
Berikut kutipan wawancara dengan petugas Puskesmas Pancoran
Mas:
“Jadi kalo sasarannya juga kita kan diumumin di rapat-rapat
kelurahan sama kader. Nanti kader data nih bumil yang ada disana,
nah nanti diliat kan bumil nya itu LILA nya berapa trus d krosscek
73
dulu nih di Posyandu bener ga LILAnya kurang dari 23,5, nah nanti
kalau setelah itu baru di rujuk ke Puskesmas untuk di data biar
dikasih PMTnya nanti disini di cek Hbnya karena kan kurang gizi
juga ngaruh sama anemi juga kan neng.”
Hal ini juga diungkapkan ketika wawancara dengan petugas
Puskesmas Pengasinan:
“Nanti kan ada edarannya dari dinas mau akan dapet PMT, setelah
itu baru kita data, nah sasaranya itu kita kerjasama sama bagian
KIA minta data ibu hamil yang KEK sama dari LB3. LB3 itu isinya
termasuk sama yang laporan kader. Jadi laporan kader yang
dilaporin ke Puskesmas udah dicantumin didalam LB3.”
Perencanaan dibuat dalam bentuk dokumen KAK (Kerangka Acuan
Kerja). Dalam KAK komponen-komponen yang dimasukkan dilihat dari
segi sasaran, waktu pelaksaaan, mekanisme distribusi produk, spesifikasi
produk, pemantauan dan pelaksanaan.
Selain menetapkan besaran masalah yang ditemui, ketersediaan dana
dan sumber daya serta kebutuhan masyarakat. Dilakukan juga perencanaan
pelaporan dan pengawasan program PMT Ibu hamil KEK.
Untuk pelaporan status ibu hamil KEK sendiri dilakukan setiap
bulan dengan format LB3 yang dilaporkan setiap bulannya oleh seluruh
Puskesmas. Meskipun pelaporan jumlah ibu hamil KEK dilakukan setiap
bulan, data besaran masalah KEK pada ibu hamil yang akan mendapatkan
PMT diperoleh dari jumlah kunjungan ibu hamil ke seluruh Puskesmas yang
mengalami KEK setiap bulannya yang dilakukan pada bulan Agustus. Hal
ini dilakukan karena bersamaan dengan diberikannya PMT untuk balita.
74
Format laporan lain yang dibuat adalah laporan program monitoring
PMT di setiap Puskesmas. Dalam perencanaan pembuatan laporan program
tersebut item yang dicantumkan yaitu, nama ibu, alamat ibu, usia ibu,
paritas, usia kehamilan, LILA serta pertambahan berat badan selama
diberikan PMT (BB I, BB II, dan BB III). Target keberhasilan program
PMT Ibu hamil KEK di Kota Depok dilihat dari prosentase pertambahan
berat badan sesuai umur kehamilan. Sedangkan di Puskesmas sendiri hanya
mengikuti format pelaporan yang ada di Dinkes, meskipun tidak semua
Puskesmas mengikuti format yang telah ditentukan oleh Dinkes.
Dalam merencanakan proses pengawasan dan penilaian program
PMT ibu hamil KEK Gakin staf gizi penanggung jawab program PMT
belum menetapkannya secara spesifik. Untuk rencana pengawasan petugas
hanya membuat format laporan program monitoring pertambahan berat
badan PMT Ibu Hamil KEK yang nantinya akan langsung diawasi oleh
petugas gizi di Puskesmas wilayah kerja masing-masing. Untuk penilaian
dilakukan dengan melihat hasil dari laporan program monitoring yang
dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Depok.
Selain itu, staf gizi juga mendaftar hambatan-hambatan yang terjadi
di Puskesmas Kota Depok yang dilaporkan di Dinkes diantaranya:
1) Pengadaan barang yang hanya terjadi pada periode tertentu, sedangkan
daftar sasaran ibu hamil yang mendapatkan PMT sudah dibuat satu atau
dua bulan sebelum pelaksanaan sehingga ketika barang tersebut tiba di
Puskesmas, sehingga terkadang ibu hamil yang mendapatkan PMT
75
tersebut tidak menghabiskan produk makanan tambahannya dikarenakan
ibu hamil tersebut telah melahirkan.
2) Format laporan dari Kemenkes hanya sebatas pada pelaksanaan
pendistribusian PMT.
3) Sasaran belum dapat dipantau secara rutin, salah satunya dikarenakan ibu
hamil malas datang ke Dinkes untuk mengambil PMT dan memeriksakan
kandungannya ke Puskesmas, dikarenakan jarak atau ongkos yang harus
dikeluarkan.
Berdasarkan wawancara dengan informan utama, diketahui cara
untuk mengatasi kendala tersebut adalah ibu hamil yang namanya sudah
tercantum sebagai penerima PMT akan tetap diberikan makanan tambahan,
meskipun sudah melahirkan. Hal ini juga bertujuan untuk memperbaiki
status gizi ibu dan bayinya dalam proses menyusui. Untuk format pelaporan
petugas gizi membuat standar baku pelaporan sendiri, agar format pelaporan
seragam dari seluruh puskesmas meskipun hingga saat ini juga belum dilihat
dari output dari program tersebut. Ibu hamil yang malas datang ke
Puskesmas biasanya dibutuhkan peranan kader yang sudah dilatih untuk
membantu membantu mengukur berat badan ibu hamil dan membawakan
produk PMT ke tempat sasaran. Sedangkan pemantauan sasaran secara rutin
belum dilakukan, sehingga belum dapat dilihat secara langsung apakah ibu
hamil tersebut benar-benar mengkonsumsi makanan tambahan tersebut atau
tidak. Berikut hasil wawancara dengan staf gizi yang ada di Dinkes Kota
Depok,
76
“Pada saat PMT nya ada mungkin ibu hamil, kan sebelum
barangnya ada kita sudah minta data pengajuan dari Puskesmas,
misal di Puskesmas A, ada lima belas orang ibu hamil. Misalnya
perencanaannya kan bulan Agustus, nah pengadaannya bulan
September. Ibu hamil yang awalnya tujuh bulan, pas pengadaan itu
jadi delapan bulan. Jadi sebelum habis dia sudah melahirkan. Terus
format dari Kemenkes kan cuma sebatas pendistribusian, jadi kita
buat format sendiri untuk laporan monitoringnya mba, sama
sasarannya belum terpantau secara rutin.
Hal ini juga diungkapkan oleh petugas gizi di Puskesmas Pancoran
Mas sebagai informan pendukung.
Berikut hasil wawancara dengan petugas gizi di Puskesmas Pancoran
Mas:
“Waktu dateng susu nya yang enggak pas sama usia bumilnya, jadi
kadang pas kita kasih belum habis susunya eh udah melahirkan
dianya, terus juga paling bumilnya pada males dateng, apalagi yang
rumahnya jauh yah. Udah gitu alesannya ga punya ongkos, karena
itu tadi yang gakin yah, jadi untuk ongkos aja mereka ga punya, jadi
minta tolong sama kadernya. Tapi paling enggak dia pernah sekali
kontak sama kita, kan ngambil PMT nya di Puskesmas yah, jadi bisa
ditimbang BB nyah. Kalau nggak kita minta tolong ditimbang sama
kadernyah.
Hal ini juga diungkapkan oleh Petugas gizi Puskesmas Pengasinan:
“ya kendalanya gitu, kita udah dapet sasarannya. Tapi pas dateng
sasarannya udah beda lagi orangnya,nyari lagi sasarannya. karena
ada yang udah melahirkan atau ibu hamilnya udah ga kek lagi. Jadi
pelaporannya juga agak lama mba. Terus gini, kondisi kita ni, lokasi
kita ya, mungkin kalo yang didepan jalan raya sih ga masalah, kalo
qt kan masuk ke perumahan yaa.. harus ngojek. Apalagi ibu-ibu
yang daerah bedahan, kan jauh tu dari sini. Berat diongkos. Jadi
kita yang kesana. Mereka jarang ada yang mau kesini untuk ngambil
PMT nya” (Informan Pendukung)
77
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan program PMT di Kota Depok mengacu pada
dokumen KAK (Kerangka Acuan Kerja) yang telah dibuat pada ketika proses
perencanaan. Pemberian Makanan tambahan bagi ibu hamil keluarga miskin
diberikan dalam bentuk Susu ibu hamil kemasan minimal 400 gr.
Proses pelaksanaan meliputi :
1) Melakukan pengawasan proses pelaksanaan distribusi barang
2) Sebelum barang didistribusi dilakukan pemeriksaan barang oleh panitia
pemeriksa barang, setelah barang diterima sesuai dengan spesifikasi
baru dilakukan distribusi barang ke Puskesmas.
3) Distribusi dilaksanakan oleh rekanan kepada 32 puskesmas dalam satu
kali pengiriman dengan menggunakan Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)
didampingi oleh bendahara barang Dinkes.
4) Selanjutnya distribusi barang
kepada sasaran dilakukan oleh puskesmas
dalam tiga kali pemberian (tiga bulan) dengan menggunakan tanda terima
dari masing-masing sasaran.
Hal ini juga dicantumkan dalam dokumen KAK PMT Ibu Hamil
KEK Gakin di Kota Depok.
c. Pengawasan dan Penilaian PMT
Dalam pengawasan program PMT, staf gizi di Dinkes hanya sebatas
menanyakan apakah makanan tambahan tersebut telah terdistribusi dengan
lancar atau tidak. Program pengawasan biasanya hanya berupa by phone
dengan petugas puskesmas atau berkunjung langsung ke Puskesmas ketika
78
sedang ada program di Puskesmas tersebut. Biasanya petugas gizi di
Puskesmas akan ke Dinkes baik untuk memberikan laporan program PMT ibu
hamil KEK maupun masalah-masalah yang dihadapi selama proses
pendistribusian PMT. Yang mengawasi secara langsung program PMT petugas
gizi di Puskesmas.
Berikut hasil wawancara langsung dengan staf gizi penanggung jawab
program PMT ibu hamil KEK :
“Puskesmas yang mengawasi PMT secara langsung. Kalau kita
biasanya pengawasannya hanya sebatas by phone, atau kalau memang
saat lagi ada program di Puskesmas, disitu paling kita tanyakan
bagaimana pelaksanaan PMT di Puskesmas. Apakah susu nya sudah
terdistribusi atau belum atau misalnya ada kendala di lapangan,
biasanya petugas puskesmas akan langsung melaporkan ke Dinkes”
Untuk menilai seluruh program di Dinkes Kota Depok, terdapat
institusi yang bernama Inspektorat Pengawas Daerah, yang bertugas untuk
menilai seluruh program yang ada di Kota Depok termasuk program PMT ibu
hamil KEK. Komponen yang dinilai dalam program ini terkait dengan
perencanaan program, keuangan, laporan hasil program dan juga penetapan
sasaran.
Dalam pelaksanaannya, Petugas gizi tidak melakukan pengawasan
secara khusus. Pengawasan dan pemantauan dilakukan hanya ketika ibu hamil
mengambil kembali produk PMT ke Puskesmas. Saat itulah petugas memantau
pertambahan berat badan ibu tersebut. Namun, belum dilakukan pemantauan
apakah ibu hamil tersebut benar-benar dipastikan meminum susu yang telah
diberikan tersebut. Selain itu, apabila ibu hamil tersebut tidak mengambil
kembali produk yang diberikan, maka petugas gizi berkoordinasi dengan kader
79
agar susu tetap dapat diberikan dan pertambahan berat badan ibu tetap dapat
dipantau.
Namun, dalam penelitian ini tidak dilakukan wawancara dengan kader.
Sehingga belum dapat dikonfirmasi apakah kader benar-benar ikut membantu
mendistribusikan PMT ke sasaran dan juga membantu dalam hal pemantauan
pertambahan berat badan ibu hamil yang mendapatkan PMT tersebut.
Berikut hasil wawancara dengan Petugas Puskesmas Pancoran Mas:
“Kita si paling pengawasannya ya pertambahan berat badan itu neng.
Nanti kan kita tanya ke KIA kalau misalnya ibu hamilnya periksa
kehamilan ke KIA. Kalau misalnya ibu ga periksa ke Puskesmas, paling
kita minta kader untuk mantau atau kita yang dateng ke lokasi ibu
hamil tersebut neng.”
Hal ini, juga diungkapkan Petugas gizi Puskesmas Pengasinan:
“Untuk monitoringnya juga saya bingung. Paling hanya
pendistribusian sama pemantauan berat badan ibu hamil mba.
Biasanya saya minta tolong sama bagian KIA, ini berat badan ibu A
yang dapetin PMT tolong dicatetin pertambahan berat badannya
berapa. Atau kalau dia ga meriksa kehamilannya ke Puskesmas saya
minta tolong pembina kelurahan (bidan kelurahan) yang saya percaya
untuk dipantau berat badannya per bulan si ibu ini.”
Dalam pelaksanaan program PMT Ibu hamil KEK, petugas gizi di
Puskesmas tidak mendapatkan dokumen KAK tersebut. Informasi mengenai
substansi dari dokumen KAK hanya didapatkan berdasarkan sosialisasi ketika
rapat bulanan dengan staf gizi Dinkes. PMT didistribusikan pada periode
selama tiga bulan per tahunnya di setiap Puskesmas yang ada di kota Depok.
PMT yang diberikan berupa PMT pabrikan, yaitu beberapa dus susu khusus ibu
hamil setiap dus nya berisi 400 gram. PMT diberikan melalui bidan yang
80
bertugas di Bagian KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di setiap Puskesmas yang
ada di Kota Depok.
Dalam hal ini, petugas gizi di Puskesmas melakukan pendataan jumlah
ibu hamil yang beresiko KEK serta menerima produk PMT dari Dinkes yang
gudangnya terletak di Gedung Pemerintah Daerah Kota Depok. Namun, yang
memberikan tetap di bagian KIA, hal ini dikarenakan ibu hamil memeriksakan
kandungannya langsung di bagian KIA. Sesuai prosedur yang telah ditetapkan,
pemberian PMT hanya diberikan di Puskesmas, untuk memudahkan petugas
melakukan pendataan bumil KEK Gakin. Selain itu, agar ibu hamil yang
mendapat PMT dapat mendapatkan penjelasan minimal mengenai aturan
mengkonsumsi PMT tersebut serta penjelasan mengenai KEK dan dampak
KEK pada Ibu hamil. Namun, karena keterbatasan waktu terkadang petugas
hanya memberikan aturan mengkonsumsi PMT saja.
3. Output Program PMT (Hasil Wawancara dengan Informan Utama)
Hasil program PMT bumil KEK Gakin dilaporkan dalam bentuk Laporan
PMT Ibu Hamil KEK Gakin di Kota Depok. Sedangkan berdasarkan Juknis PMT
Ibu Hamil KEK yang dikeluarkan oleh Kemenkes, laporan yang dibuat di Dinkes
Kabupaten/Kota adalah laporan pendistribusian makanan tambahan dengan
menggunakan formulir 5 yang dibuat rangkap 3 (masing-masing 1 lembar untuk
arsip, provinsi, dan pusat).
Masalah yang ditemui dan alternatif pemecahan dicatat dalam formulir 8.
Namun, Dinkes Kota Depok tidak melaporkan hasil program PMT ibu hamil KEK
Gakin ke Dinkes Propinsi. Dinkes Kota Depok hanya bertanggung jawab terhadap
81
Pemerintah Kota Depok khususnya Pemberi Tugas adalah Pejabat Pembuat
Komitmen / Kuasa Pengguna Anggaran Program Peningkatan Gizi Masyarakat
pada Dinkes Kota Depok , dikarenakan dana program PMT bukan berasal dari
Dinkes Propinsi, melainkan APBD dari Pemerintah Kota Depok. Staf gizi di
Dinkes hanya melaporkan secara rutin program PMT ibu hamil ke Pemerintah
Daerah Kota Depok. Namun, itupun hanya sebatas laporan akhir pendistribusian
PMT Ibu Hamil.
Berikut hasil kutipan wawancara dengan staf gizi di Dinkes Kota Depok,
sebagai informan utama:
“Program PMT Bumil ini, dinkes tidak berkewajiban mengirimkan
laporan ke Propinsi, karena anggaran program berasal dari APBD kota
Depok. Kami punya kewajiban melaporkan laporan anggaran proses
program PMT ke Pemda Kota Depok. Kalau untuk output sendiri saat ini
kami hanya melihat sebatas pendistribusian PMT. Belum dilihat dari segi
sasaran sendiri, baik dari proses kelahiran ibu hamil yang mendapatkan
PMT dan berat bayi lahirnya”. (Informan Utama)
Pada tahun 2011 ini, program PMT belum dapat dilihat keberhasilan jika
dilihat dari pendekatan output atau sasaran. Berikut kutipan dari informan utama
mengenai evaluasi program PMT pada tahun ini:
“Karena dampak dari KEK ini belum bisa di evaluasi, jadi yang kita lihat
dalam program ini hanya sebatas pelaksanaan programnya mba, jadi gini,
Ibu hamil mendapatkan PMT iya, mereka minum iya, tapi untuk melihat
apakah ada perbaikan kesananya dari program PMT itu belum bisa”
(Informan Utama)
82
C. Gambaran Prosentase Efektifitas Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota
Depok
Prosentase efektifitas didapat berdasarkan hasil analisis data sekunder dari
laporan program monitoring PMT serta buku kohort yang didapat dari 20 Puskesmas
yang ada di Kota Depok.
Tabel. 5.9
Prosentase Efektifitas Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok
Pertambahan BB ibu
n
%
Sesuai usia kehamilan
94
65%
Tidak sesuai usia kehamilan
47
32%
Data missing (<bb
4
3%
145
100
Std. Deviasi
hamil
berkurang
Total
Berdasarkan hasil analisis prosentase efektifitas program PMT pada ibu
hamil KEK di Kota Depok sebesar 65%. Terdapat data yang missing, dikarenakan
setelah diberikan PMT berat badan ibu tersebut justru berkurang dari sebelum
diberikan PMT.
83
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Gambaran Input Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok
Input merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam menjalankan sebuah
program. Dalam program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok, seluruh unsur sudah
berjalan dan terintegrasi dengan cukup baik. Namun, terdapat beberapa komponen
dalam input yang harus diperbaiki dan sangat mempengaruhi efektivitas program
PMT Ibu hamil KEK di Kota Depok ini. Komponen input yang masih belum
memenuhi untuk mengukur efektivitas program PMT yaitu:
1. Data
Data merupakan komponen yang penting untuk sebagai penunjang untuk
melihat efektivitas dari suatu program. Sehingga dibutuhkan proses pengumpulan
data yang baik agar dapat mengetahui kondisi real yang terjadi di lapangan.
Dalam hal ini DinKes tidak melakukan program monev (monitoring dan evaluasi)
dari proses pengumpulan data ibu hamil KEK tersebut. Proses evaluasi yang
dilakukan hanya melalui laporan Pemberian Makanan Tambahan yang diberikan
ke Puskesmas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Penanggung Jawab Program PMT
Bumil KEK selama tahun 2011, belum semua Makanan Tambahan diberikan
pada sasaran yang sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan Dinas Kesehatan.
84
Sehingga belum dapat dilihat seberapa besar sebenarnya pengaruh program PMT
terhadap ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi.
Selain itu, format laporan yang belum seragam antara setiap Puskesmas
yang ada di Kota Depok dan belum adanya pemisahan laporan antara ibu hamil
KEK dan ibu hamil yang memang berasal dari keluarga miskin. Sehingga data
yang didapat masih bersifat global dan belum memasukkan seluruh karakteristik
ibu hamil KEK yang berkaitan dengan penambahan berat badan dan proses
kelahiran dari ibu hamil KEK tersebut. Dengan format yang belum seragam antar
Dinkes, prosentase efektivitas yang dihasilkan dalam analisis data sekunder juga
belum dapat menggambarkan secara keseluruhan gambaran dan dampak yang
dihasilkan dari program tersebut. Laporan program yang dimasukkan dan dan
diolah hanyalah data yang sesuai dengan karakteristik dan tujuan dari penelitian
ini. Sehingga tidak semua laporan Puskesmas yang ada di Kota Depok masuk
dalam hasil penilaian efektivitas program PMT ibu hamil.
Oleh karena itu, diperlukan penambahan karakteristik ibu yang
dicantumkan dalam laporan program PMT ibu hamil KEK yang terkait dengan
penambahan berat badan ibu hamil maupun berat bayi ketika lahir. Sehingga
dapat diketahui faktor penyebab apabila ibu hamil tidak bertambah berat
badannya.
Selain itu, data berat bayi lahir pada ibu hamil KEK yang mendapatkan
PMT juga perlu dicantumkan untuk melihat kaitan antara perubahan status gizi
ibu hamil setelah diberikan PMT dengan berat bayi lahir pada ibu tersebut.
85
2. Sumber daya
Banyaknya program terkait program gizi yang dikoordinir oleh informan
utama menjadi salah satu komponen yang mempengaruhi efektivitas program
PMT pada ibu hamil KEK di Kota Depok ini. Hal ini, diakibatkan sulitnya
pengawasan dan penilaian terhadap program PMT dan menjadi salah satu alasan
mengapa PMT hanya dinilai sebatas pendistribusian hingga ke Puskesmas.
Beban ganda yang dialami petugas gizi yang ada di Puskesmas pun
menjadi faktor penunjang dan mempengaruhi keefektifan program PMT.
Terbatasnya sumber daya yang terdapat di Puskesmas mengakibatkan program
PMT untuk Ibu hamil KEK kurang berjalan dengan optimal dan juga akan
mempengaruhi pengawasan pelaksanaan program PMT hingga ke sasaran. Hal
inilah yang juga menjadi salah satu faktor efektivitas program PMT ibu hamil
hanya sebesar 65%, meskipun angka tersebut telah memenuhi harapan dari staf
sendiri.
3. Sasaran
Variabel karakteristik ibu yang dicantumkan dalam laporan monitoring
program PMT dan data kohort ibu hamil belum seluruhnya dicantumkan agar
dapat menggambarkan karakteristik ibu hamil KEK secara jelas yang terkait
dengan penambahan berat badan sebagai prediktor dari BBLR yang merupakan
salah satu dampak dari kondisi KEK tersebut. Perlu ditambahkan variabel lain
yang terkait agar dapat menggambarkan secara jelas ibu hamil KEK yang
mendapatkan PMT. Variabel karakteristik sasaran yang perlu ditambahkan
berupa, jarak kehamilan, tinggi badan, berat badan pra kehamilan serta berat bayi
86
ketika lahir. Penambahan variabel ini juga dapat menjadikan salah satu alasan
ketika penambahan berat badan ibu hamil KEK tidak sesuai dengan usia
kehamilan. Selain itu juga, diperlukan keaktifan petugas gizi di Puskesmas untuk
mencari dan menemukan ibu hamil dengan risiko KEK meskipun tidak
memeriksakan kandungannya ke Puskesmas.
Pada analisis data sekunder ini, pertambahan berat badan ibu hamil
umumnya terjadi pada ibu yang usia kehamilannya kurang dari 20 minggu.
Meskipun nilainya hanya 30 % dari empat kriteria yang diolah. Sedangkan
karakteristik lain seperti usia ibu hamil, jarak kelahiran, dan paritas tidak begitu
berpengaruh terhadap pertambahan berat badan ibu hamil. Staf gizi di Dinkes
tidak menetapkan secara spesifik pada usia kehamilan berapa bulan idealnya
diberikan PMT, ibu hamil yang mendapatkan PMT hanya yang usia kehamilannya
tidak boleh kurang dari dua bulan atau tepat pada usia tujuh bulan. Usia dua bulan
dipertimbangkan karena adanya morning sickness, sedangkan pada usia tujuh
bulan dikhawatirkan ibu mengalami hemodilusi (pengenceran konsentrasi darah).
Pada penelitian ini, ibu hamil dengan usia trimester pertama tidak
dimasukkan untuk perhitungan sampel, dikarenakan pada usia trimester pertama
ibu hamil tidak perlu makan lebih banyak, karena bayi sangat kecil beratnya
hanya sekitar satu ons pada akhir pertumbuhan dan janin trimester pertama,
meskipun cepat namun belum membutuhkan energi tambahan. Selain itu, faktor
morning sickness pada kehamilan trimester awal juga akan mempengaruhi
sedikitnya berat badan ibu yang bertambah. Waktu yang paling tepat untuk
pemberian PMT pada usia kehamilan trimester dua, hal ini dikarenakan ibu
87
biasanya akan merasa lebih baik pada trimester kedua (14-26 minggu), saat itulah
energi ibu hamil biasanya kembali. Banyak efek dari awal kehamilan berkurang
pada trimester kedua, termasuk mual, muntah, dan kelelahan, meskipun tidak
semua hilang begitu saja setelah minggu ke 14 dimulai. Pertambahan berat badan
yang paling optimal terjadi pada usia kehamilan 20 minggu dan menurut Baker
dan Tower akan mulai menurun pada usia kehamilan 32 minggu. Oleh karena itu,
pemberian PMT pada ibu hamil KEK sangat efektif apabila diberikan pada usia
kehamilan 20 minggu atau pada trimester kedua.
B. Gambaran Proses Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok
Selain input komponen lain yang dibutuhkan untuk mengukur efektivitas
program adalah dengan mengeveluasi proses. Evaluasi proses merupakan evaluasi
yang dilakukan terhadap berbagai program yang dilakukan untuk mencapai tujuan,
yang berkaitan dengan penyediaan dan penerimaan pelayanan. Adapun hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam mengevaluasi proses program PMT ibu hamil KEK apakah
telah berjalan dengan baik atau tidak yaitu melihat perencanaan yang ditetapkan
untuk program PMT ibu hamil serta mengidentifikasi kendala dan masalah yang
dihadapi serta pemecahannya, menilai pelaksanaan program apakah telah mencapai
target yang ditetapkan pada proses perencanaan dan melihat penilaian yang
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan program PMT ibu hamil
KEK ini.
88
1. Perencanaan Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok
Perencanaan program PMT untuk ibu hamil KEK merupakan suatu proses
yang dimulai dengan merumuskan tujuan hingga menetapkan alternatif program
untuk mencapainya. Menurut Depkes (1997) perencanaan program dianggap baik
apabila terdapat komponen-komponen seperti persiapan petugas yang meliputi
penentuan lokasi, mengkoordinasi persiapan, pelaksanaan dan evaluasi program,
melakukan bimbingan dan supervisi, menyiapkan sarana peralatan serta
menyiapkan pencatatan dan pelaporan. Komponen lainnya yaitu adanya
penyelenggaraan orientasi bagi tenaga pelaksana dari pemegang program.
Hasil dari wawancara mendalam kepada informan utama menyebutkan
bahwa informan telah melakukan proses perencanaan dengan cukup baik karena
penentuan jumlah sasaran mengikuti jumlah pendanaan yang tersedia. Selain itu,
dalam perencanaan kali ini juga telah mengidentifikasi hambatan-hambatan yang
kemungkinan terjadi berdasarkan pertimbangan program PMT tahun sebelumnya.
Meskipun belum semua hambatan dapat tertangani dengan baik. Adapun
hambatan yang terjadi pada program PMT tahun ini adalah program PMT belum
sepenuhnya menyentuh seluruhnya sasaran dari penanganan KEK, format laporan
yang belum seragam di seluruh Puskesmas yang ada di Kota Depok, serta belum
seluruhnya karakteristik ibu hamil yang dicantumkan dalam laporan program
monitoring Ibu hamil KEK. Pada tahun ini, perencanaan bertujuan untuk
memperbaiki sasaran PMT Bumil dari tahun sebelumnya yang belum seluruhnya
menyentuh sasaran dari penanganan KEK itu sendiri. Untuk menangani
permasalahan tersebut, staf gizi di Dinas Kesehatan pada tahun ini selain
89
melakukan pengumpulan data terkait pelaksanaan program PMT diminta juga
agar dicantumkan proses kelahiran bayi pada Ibu yang mendapatkan PMT
tersebut. Sehingga dibuat form yang berbeda dengan tahun sebelumnya. Hal ini
bertujuan agar dapat menilai keefektifan program PMT Bumil KEK tersebut. Oleh
karena itu, seluruh Puskesmas Kota Depok hendaknya selalu mengacu pada
format yang telah ditetapkan dan disosialisasikan oleh penanggung jawab program
PMT ibu hamil KEK di Kota Depok.
Namun, berdasarkan hasil wawancara belum ada ketentuan khusus atau
pedoman secara tertulis mengenai perencanaan program PMT, perencanaan hanya
dibuat dalam bentuk (Kerangka Acuan Kerja) sehingga masing-masing institusi
pelaksana dalam hal ini puskesmas menjalankan arahan mengenai perencanaan
program PMT secara berbeda. Sehingga diperlukan format baku mengenai
program PMT ibu hamil KEK dimulai dari pedoman tertulis mengenai
perencanaan, pendistribusian PMT serta format laporan hasil program PMT ibu
hamil KEK di Kota Depok.
Dalam rencana penilaian program PMT Ibu hamil KEK di Kota Depok,
staf gizi hanya merancang penilaian sebatas pendistribusian tidak dilakukan untuk
menilai dampak yang terjadi dari program PMT tersebut. Hal inilah yang menjadi
dasar mengapa pertambahan berat badan tidak dilihat apakah sudah naik dan
sesuai dengan usia kehamilan serta tidak dicantumkannya beberapa variabel yang
terkait dengan status gizi ibu dan dampak dari kondisi KEK tersebut. Sehingga
efektivitas dari program PMT tersebut belum dapat dinilai seberapa besar
keberhasilan dari program tersebut.
90
2. Pelaksanaan Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok
Pelaksanaan program PMT merupakan bentuk implementasi dari
perencanaan program PMT agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Seperti yang sudah dipaparkan pada hasil pelaksanaan, bahwa pendistribusian
dilaksanakan oleh rekanan kepada 30 puskesmas dalam satu kali pengiriman
dengan menggunakan Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) didampingi oleh
bendahara barang di Dinas Kesehatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama dilakukan
pemantauan dalam pelaksanaan program PMT Bumil KEK. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui apakah program berjalan dengan lancar atau terdapat kendala di
lapangan dan menjadi perbaikan bagi pelaksanaan untuk tahun selanjutnya.
Meskipun yang melakukan pendistribusian adalah rekanan yang menyediakan
produk PMT, tetap dilakukan pengawasan berdasarkan SBBK yang dikeluarkan
oleh Gudang yang terletak di Kantor Pemerintahan Kota Depok.
Dalam pelaksanaannya petugas gizi di Puskesmas tidak mendapatkan
dokumen KAK yang dibuat oleh Dinkes. Informasi yang didapat hanya
berdasarkan sosialisasi ketika rapat bulanan dengan staf gizi Dinkes. Meskipun
ketika sudah mendekati waktu pelaksanaan diberikan satu map yang berisi form
laporan program, jumlah sasaran yang menerima, namun belum dicantumkan
tujuan yang ingin dicapai dari program PMT tersebut.
Hal ini yang mungkin menyebabkan kurangnya informasi yang didapat
petugas gizi yang ada di Puskesmas dan mengakibatkan perbedaan persepsi
mengenai tujuan yang dicapai antara staf gizi di Dinkes dengan petugas gizi di
91
Puskesmas. Sehingga format laporan dan hasil yang diberikan bervariasi antara
Puskesmas satu dengan Puskesmas lainnya.
Selain itu, dalam pelaksanaannya ibu hamil yang terdeteksi berisiko KEK
ketika memeriksakan kandungannya ke bagian KIA sebaiknya langsung diberikan
konsultasi gizi di klinik gizi untuk memberikan informasi lebih lanjut mengenai
pentingnya menjaga kesehatan dan mengkonsumsi makanan pokok serta makanan
tambahan yang bergizi agar persalinan lancar dan bayi yang dilahirkan pun sehat
sehingga mengurangi resiko terjadinya BBLR.
3. Pengawasan dan Penilaian Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok
Dalam menilai program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok, dilakukan
beberapa tahapan, yaitu:
 Menentukan apa yang akan dievaluasi. Dalam program ini yang dievaluasi
hanya berupa input atau pengadaan dan pendistribusian PMT Ibu hamil KEK .
Dinkes Kota Depok tidak melakukan evaluasi sumber daya, keluaran, efek atau
bahkan dampak dari program PMT ini. Padahal untuk mengetahui apakah
program tersebut sudah berjalan efektif atau tidak, perlu dievaluasi efek dari
program PMT ibu hamil KEK ini.
 Melakukan pengamatan, pengukuran, dan analisis. Dinkes melakukan
pengamatan, pengukuran, dan analisis dalam program PMT ibu hamil KEK
ini. Pengamatan dan pengukuran dilakukan dari awal persiapan pengadaan
PMT ibu hamil, hingga pelaksanaan pendisribusian PMT ibu hamil KEK
hingga ke sasaran. Data juga dianalisis, seperti yang diuraikan sebelumnya
92
laporan yang dianalisis hanya berdasarkan permasalahan pendistribusian
produk makanan tambahan.
 Membuat kesimpulan dan pelaporan. Informasi yang dihasilkan dari proses
evaluasi oleh staf gizi di Dinkes Kota Depok disajikan dalam bentuk laporan
sesuai dengan permintaan dari instansi yang berwenang. Dalam hal ini, Dinkes
Kota Depok hanya membuat pelaporan ke pemerintah daerah Kota Depok
sebagai pemberi anggaran dalam program PMT Ibu hamil KEK .
Berdasarkan wawancara dengan informan utama, alasan dilakukannya
penilaian program PMT Ibu hamil KEK yang dilakukan di Kota Depok adalah,
mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan dari program PMT Ibu hamil KEK
tersebut. Agar dapat memperkuat program itu sendiri. Namun, evaluasi belum
bertujuan untuk melihat apakah program PMT ibu hamil ini sudah dilakukan
secara efektif atau belum. Sehingga diperlukan penambahan data proses
persalinan Ibu hamil yang mendapatkan PMT selain laporan pendistribusian PMT.
Data proses persalinan itulah yang nantinya dapat dilihat seberapa besar
keefektifan program yang telah dilaksanakan dengan dampak yang diharapkan
dari program tersebut.
Diperlukan pengawasan dan penilaian output secara rutin setiap program
PMT telah selesai dilaksanakan. Hal ini bertujuan untuk melihat dan mengukur
keberhasilan program PMT ibu hamil KEK. Sehingga dapat dilihat apakah
program PMT memang memberikan perubahan bagi status gizi ibu hamil dan juga
bayi yang dikandungnya serta diperlukan koordinasi dengan kader dalam hal
93
pengawasan apakah ibu hamil yang mendapatkan PMT tersebut benar-benar
mengkonsumsi sesuai dengan anjuran yang diberikan.
C. Gambaran Efektivitas Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok
Program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok bertujuan sebagai upaya
peningkatan status gizi dan mencegah resiko dan dampak KEK ibu hamil serta
menyediakan dan mendistribusikan makanan tambahan
pemulihan bagi ibu hamil
keluarga miskin. Hal ini sejalan dengan salah satu ketetapan Kemenkes mengenai
acuan strategi penanggulangan masalah gizi makro, khususnya pada Ibu hamil
dengan melakukan subsidi langsung berupa PMT.
Berdasarkan ketetapan Kemenkes, subsidi dalam diberikan dalam bentuk
paket dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan kepada wanita usia
subur kurang energi kronis. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam program
PMT Ibu hamil KEK ini berupa:
1. Identifikasi sasaran yang perlu disubsidi (target sasaran).
Target
sasaran
ditentukan
berdasarkan
hasil
antropometri
yang
dilaksanakan langsung di lapangan dengan beberapa tambahan kriteria antara lain
ibu hamil tergolong miskin, jumlah anggota keluarga lebih dari 3, kondisi rumah
dan sarana air bersih kurang memadai.
2. Distribusi dana subsidi secara langsung ke keluarga melalui bidan di desa. Bidan
di desa menjelaskan cara penggunaan dana dan mekanisme PMT
3. Evaluasi PMT : penggunaan dana, proses PMT dan perubahan status gizi
94
Dalam posisi ini, Dinkes Kota Depok berfungsi sebagai perumusan
kebijakan teknis dinas di bidang perencanaan dan pelaksanaan program PMT Ibu
hamil KEK. Dinkes juga berperan sebagai bahan perumusan kebijakan program PMT
dan penyelenggara program PMT di wilayah Kota Depok.
Untuk melihat efektivitas program PMT, dalam hal ini di lihat dengan 3
pendekatan, yaitu:
1) Pendekatan sumber dengan melihat efektivitas dari input yang terdiri dari data,
sumber daya manusia, dana, sarana dan pra sarana, materi, dan sasaran dari
program PMT ibu hamil KEK.
2) Pendekatan proses dengan melihat efektivitas dari pelaksanaan program dari
semua program proses internal dengan dimensi yang dilihat berupa proses
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program PMT Ibu hamil
KEK.
3) Pendekatan sasaran dengan melihat efektivitas yang dipusatkan pada output
dengan mengukur keberhasilan program untuk mencapai hasil (output) yang
diharapkan dari program PMT Ibu hamil KEK.
Efektivitas program PMT dilihat dari tiga pendekatan, baik dari
pendekatan sumber, proses maupun sasaran. Efektivitas program PMT yang
dilihat berdasarkan pendekatan sasaran, dilihat dari output dari program PMT ibu
hamil KEK ini. Efektivitas diukur berdasarkan pendekatan sasaran (goals
approach) agar dapat mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil
(output)
yang sesuai dengan rencana. Untuk mengetahui nilai output yang
95
dihasilkan pada program PMT ini dilakukan analisis data sekunder dengan
pendekatan kuantitatif. Hal ini, dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
prosentase ibu hamil KEK yang bertambah berat badannya yang sesuai dengan
usia kehamilan. Pertambahan berat badan yang sesuai dengan umur kehamilan
memiliki korelasi positif dengan berat bayi lahir. Setidaknya dengan melihat
pertambahan berat badan yang sesuai dengan umur kehamilan dapat dijadikan
sebagai prediksi berat bayi lahir ibu yang memang pada saat ini belum
dicantumkan data berat bayi lahir pada ibu hamil KEK yang mendapatkan PMT.
Dengan melihat hasil yang dicapai dapat ditentukan apakah program PMT
untuk penanganan kondisi KEK pada ibu hamil dapat dikatakan efektif atau tidak.
Penentuan efektif atau tidaknya juga dilihat berdasarkan ketetapan dari Dinkes
untuk mengukur seberapa besar prosentase berat badan ibu yang bertambah sesuai
dengan usia kehamilan. Target Dinkes untuk pertambahan berat badan ibu hamil
ini adalah 50%. Berdasarkan hasil analisis data sekunder prosentase kenaikan
berat badan ibu hamil yang sesuai dengan umur kehamilan sebesar 65%. Program
PMT ibu hamil KEK dapat dikatakan efektif karena telah melebihi 50% kenaikan
berat badan sesuai usia kehamilan. 3% diantaranya berat badannya justru
berkurang setelah diberikan PMT, hal ini kemungkinan dikarenakan usia
kehamilan yang masih 16 minggu sehingga ibu masih mengalami mual.
Sedangkan 32% dari ibu hamil yang mendapatkan PMT pertambahan berat
badannya kurang dari berat badan yang seharusnya pada usia kehamilan tertentu.
Meskipun prosentase yang dihasilkan telah melebihi standar yang ditetapkan oleh
Dinkes, namun masih sekitar 32% ibu hamil berat badannya kurang dari usia
96
kehamilan. Hal ini kemungkinan diakibatkan ibu yang tidak rutin mengkonsumsi
makanan tambahan, ataupun asupan gizi pokok baik kuantitas maupun kualitas
masih belum memenuhi asupan gizi seimbang ataupun faktor karakteristik ibu
yang dilihat berdasarkan usia, jarak kehamilan dan paritas serta gaya hidup ibu
yang tidak sehat.
Berdasarkan paparan hasil yang didapat, efektivitas program PMT ibu
hamil KEK di Kota Depok dipengaruhi oleh input dan proses dari program
tersebut. Dalam input, komponen yang berpengaruh secara signifikan terhadap
program PMT yaitu, data, sumber daya dan sasaran. Untuk data, diperlukan
penambahan karakteristik ibu hamil pada laporan program PMT ibu hamil KEK
seperti tinggi badan, jarak kelahiran, berat badan pra hamil serta proses persalinan
pada ibu hamil yang mendapatkan PMT tersebut. Selain itu, diperlukan
penyeragaman format laporan dari seluruh Puskesmas yang ada di kota Depok.
Sehingga data dapat diolah dengan baik. Terkait sumber daya, diperlukan tinjauan
ulang untuk pembagian job desk antara petugas gizi dengan bidan KIA yang
berkaitan langsung dengan sasaran. Sehingga ibu hamil yang berisiko KEK dapat
langsung ditangani oleh petugas gizi terkait. Sehingga sasaran dapat dipantau
secara langsung serta dapat juga disisipkan konseling mengenai gizi ibu hamil
yang baik agar persalinan dapat berjalan lancar dan risiko berat bayi lahir rendah
dapat dikurangi.
Pada
proses
program
PMT,
seluruh
komponen
mempengaruhi
keberhasilan efektivitas program. Proses program PMT dimulai dari perencanaan
hingga penilaian. Pada perencanaan, diperlukan penetapan target yang spesifik
97
serta tujuan yang ingin dicapai. Sehingga akan terbentuk format pelaksanaan
program, cara pengawasan hingga metode penilaian dari program tersebut.
Pelaksanaan, pengawasan dan penilaian PMT akan terkait dengan rencana yang
telah ditetapkan oleh Dinkes Kota Depok. Apabila perencanaan dapat dirancang
dan ditetapkan dengan baik, maka untuk penilaian dan pengawasan pun akan
lebih mudah, karena mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan pada proses
perencanaan sebelumnya.
D. Gambaran Alur Efektifitas Kegiatan PMT Ibu Hamil KEK
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Dinkes Kota Depok mengenai
“Efektifitas Program PMT pada Ibu Hamil KEK di Kota Depok”, ditemukan
kekurangan dan kelebihan dalam pelaksanaan program PMT ibu hamil KEK. Oleh
karena itu, peneliti membuat alur pelaksanaan kegiatan PMT ibu hamil KEK yang
efektif yang memuat komponen dari tahapan sistem (input-proses-output).
Seyogyanya kegiatan tersebut mengikuti alur pada halaman berikut ini :
Alur Pelaksanaan Program Kegiatan PMT pada Ibu Hamil KEK
Laporan program PMT sebelumnya
meliputi data tentang karakteristik
ibu hamil KEK dan riwayat
persalinannya.
SDM yang dibutuhkan adalah yang
memahami tentang KEK dan pernah
mengikuti pelatihan mengenai PMT
Ibu hamil KEK.
.
Ketersediaan dana dari awal proses
perencanaan
hingga
evaluasi
program PMT ibu hamil KEK.
.
 Membuat

I
N
P
U
T


perencanaan
dengan
memperhatikan prevalensi KEK, jumlah
SDM dan dana.
Menentukan
target
dan
indikator
keberhasilan program PMT ibu hamil
KEK
Memperkirakan hambatan yang terjadi
selama pelaksanaan dan strategi untuk
mengatasi hambatan tersebut.
Membuat perencanaan pengawasan yang
tercantum dalam format monitoring
pelaksanaan PMT ibu hamil KEK.
Pada pelaksanaan PMT sasaran diberi
edukasi mengenai KEK, dampak KEK dan
pentingnya memenuhi gizi selama proses
kehamilan dan menyusui.
Waktu pelaksanaan yang rutin tiap
bulan.
Melakukan penilaian program
PMT yang telah dilakukan
pada setiap tahap pelaksanaan
kegiatan serta efek dari
program kegiatan ini.
Melakukan
dimulai dari
produk PMT
sampai pada
mengkonsumsi
tersebut.
pengawasan
pendistribusian
ke Puskesmas
saat sasaran
produk PMT
PROSES
Sasaran yang akan ditetapkan
mendapat PMT adalah bumil dengan
usia kehamilan trimester2 atau awal
trimester3.
Laporan kegiatan PMT ibu hamil KEK yang berkaitan dengan prevalensi ibu hamil KEK, jumlah
ibu hamil yang mendapatkan PMT yang dihasilkan dari kegiatan PMT untuk dilaporkan ke dinas
propinsi.
OUTPUT
98
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti masih memiliki keterbatasan. Adapun
keterbatasannya adalah:
1. Penelitian Kualitatif
a. Belum dilakukannya wawancara dengan ibu hamil KEK yang berasal dari
keluarga miskin sebagai sasaran dari kegiatan PMT tersebut untuk melengkapi
hasil dari kegiatan PMT ini.
b. Waktu penelitian ini tidak dilakukan pada pelaksanaan kegiatan PMT,
sehingga untuk proses pelaksanaan PMT hanya didapat dari wawancara
mendalam dengan staf gizi maupun petugas yang ada di Puskesmas dan telaah
dokumen yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan PMT.
2. Penelitian Kuantitatif
a. Penelitian ini diperkaya dengan penelitian deskriptif data sekunder dengan
pendekatan kuantitatif dari laporan kegiatan monitoring PMT ibu hamil KEK,
serta data kohort ibu hamil yang terdapat di Puskesmas yang ada di Kota
Depok. Data yang dianalisis hanya terbatas pada variabel-variabel tertentu
yang tersedia dalam data laporan kegiatan tersebut. Sehingga tidak semua
variabel yang berhubungan dengan dampak dari risiko KEK yang diteliti.
Selain itu, karena penelitian ini hanya bersifat deskriptif sehingga belum dapat
menggambarkan hubungan yang jelas antara kegiatan PMT dengan dampak
risiko KEK tersebut.
99
100
b. Hanya 20 Puskesmas dari 32 Puskesmas yang ada di Kota Depok yang dapat
diambil datanya untuk menunjang penelitian ini. Hal ini dikarenakan terdapat
beberapa Puskesmas yang format laporannya belum memenuhi variabel yang
ingin diteliti dalam penelitian ini, tidak ditemukannya ibu hamil KEK, serta
keterbatasan jangkauan dari peneliti.
101
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Dinas Kesehatan dan
Puskesmas yang ada di Kota Depok, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Program PMT pada Ibu Hamil KEK adalah program yang rutin dilakukan
setiap tahunnya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Depok. Produk
makanan tambahan yang diberikan berupa PMT pabrikan, yaitu susu untuk
Ibu hamil sesuai dengan jumlah kebutuhan zat gizi tambahan ibu hamil
khususnya kalori dan protein. Ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin
juga mendapatkan PMT. Hal ini berdasarkan ketetapan Pemerintah daerah
Kota Depok sebagai pemberi anggaran dalam program PMT ibu hamil KEK
ini. Hambatan yang terjadi pada program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok,
diantaranya,
a. Pengadaan barang yang hanya terjadi pada periode tertentu
b. Format laporan dari Kemenkes hanya sebatas pada pelaksanaan
pendistribusian PMT
c. Sasaran belum dapat dipantau secara rutin
d. Format pelaporan yang belum seragam antara setiap Puskesmas
2. Dari segi input, semua komponen yang dibutuhkan untuk program ini sudah
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Komponen yang
102
berpengaruh terhadap efektifitas program PMT ibu hamil Kek di Kota Depok
adalah data, sumber daya dan sasaran.
3. Dari segi proses, seluruh komponen baik dari pelaksanaan maupun
pengawasan telah sesuai dengan apa yang direncanakan. Namun, konsep
perencanaan masih belum memasukkan komponen-komponen penting untuk
dapat melihat keefektifan program secara spesifik, seperti perencanaan format
pelaporan, dan perencanaan pengawasan serta penilaian dari program PMT
ibu hamil KEK.
4. Dari segi output, 65 % hamil KEK yang mendapatkan PMT berat badannya
bertambah sesuai dengan usia kehamilan bayi yang dikandungnya, 32%
pertambahan berat badan tidak sesuai dengan usia kehamilan.
5. Gambaran distribusi karakteristik ibu hamil yang mendapatkan PMT yaitu,
a. Prosentase ibu hamil berisiko yang mendapatkan PMT berdasarkan usia,
hanya 29 % yang berusia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
b. Prosentase ibu hamil berisiko yang mendapatkan PMT berdasarkan paritas,
hanya 9 % yang jumlah anaknya lebih dari 3
c. Prosentase ibu hamil berisiko yang mendapatkan PMT berdasarkan jarak
kelahiran, hanya 6,2 % yang jarak kelahirannya kurang dari 2 tahun atau
lebih dari 5 tahun
d. Prosentase ibu hamil yang mendapatkan PMT berdasarkan usia kehamilan
yaitu 87,6% berada pada usia kehamilan trimester kedua.
e. Prosentase efektifitas program PMT ibu hamil KEK di Kota Depok sebesar
65% dan telah melebihi standar yang ditetapkan oleh Dinkes Kota Depok
103
B. Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Depok
a. Diperlukan penambahan karakteristik ibu yang dicantumkan dalam laporan
program PMT ibu hamil KEK yang terkait dengan penambahan berat badan
ibu hamil maupun berat bayi ketika lahir. (Sesuai dengan lampiran 13)
b. Data berat bayi lahir juga perlu dicantumkan pada laporan monitoring
program PMT pada ibu hamil KEK di Kota Depok untuk melihat kaitan antara
perubahan status gizi ibu hamil setelah diberikan PMT dengan berat bayi lahir
pada ibu tersebut.
c. Diperlukan pengawasan program PMT yang terkait dengan pertambahan berat
badan ibu hamil setiap bulannya serta pada saat ibu hamil mengkonsumsi
produk PMT.
d. Diperlukan penilaian output secara rutin setiap program PMT telah selesai
dilaksanakan.
2. Bagi Puskesmas yang ada di Kota Depok
a. Format laporan yang digunakan sebaiknya selalu mengacu pada format yang
telah ditetapkan dan disosialisasikan oleh penanggung jawab program PMT
ibu hamil KEK di Kota Depok.
b. Diperlukan koordinasi dengan kader dalam hal pengawasan apakah ibu hamil
yang mendapatkan PMT tersebut benar-benar mengkonsumsi sesuai dengan
anjuran yang diberikan.
104
c. Diperlukan keaktifan petugas gizi di Puskesmas untuk mencari dan
menemukan ibu hamil dengan risiko KEK meskipun tidak memeriksakan
kandungannya ke Puskesmas.
d. Ibu hamil yang terdeteksi berisiko KEK ketika memeriksakan kandungannya
ke bagian KIA sebaiknya langsung diberikan konsultasi gizi di klinik gizi.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
a. Diperlukan wawancara langsung dengan ibu hamil KEK yang mendapatkan
PMT sebagai sasaran dari program. Sehingga dapat diketahui apakah ibu
hamil tersebut benar-benar mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi yang
disertai dengan alasan sasaran tersebut.
b. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat kaitan antara program PMT
dengan berat bayi yang dilahirkan oleh ibu hamil KEK yang mendapatkan
PMT tersebut.
c. Waktu penelitian sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
sehingga dapat tergambar secara lebih aktual program PMT ibu hamil KEK
yang terjadi di lapangan.
105
DAFTAR PUSTAKA
Albulgis, Djamilah. 2008. Skripsi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan KEK pada
ibu hamil di wilayah Puskesmas Jembatan Serong, Kecamatan Pancoran Mas
Depok Jawa Barat. FKM UI.
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC Kedokteran. Jakarta.
Azwar, Azrul. 1988. Pengantar Administrasi
Aksara. Jakarta.
Kesehatan, Edisi Ketiga. Binarupa
Badriah, Dewi Lailatul. 2011. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Refika Aditama.
Bandung.
BPS. Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan.2008.
Brown J.E. 2005. Nutrition During Pregnancy. Nutrition Trough The Life Cycle, USA.
Thomson Wadsworth.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, FKM U.I. 2010. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1999. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penuntun Latihan
Metode Penelitian. BaLitBangKes. Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular.
Jakarta.
Dinas Kesehatan Kota Depok. 2011. Kerangka Acuan Kerja (KAK/TOR) Pekerjaan
Pengadaan Pemberian Makanan Tambahan Ibu Hamil Keluarga Miskin. Depok.
http://eprints.uns.ac.id/130/1/167080309201010381.pdf. Diakses 8 Maret 2012.
http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/05/anemia-dan-kek/. Diakses 8 Maret
2012.
http://digilib.unsri.ac.id/download/BBLR.pdf. Diakses 09 April 2012.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1598/BAB%20II.pdf?sequenc
e=2. Diakses tanggal 14 September 2012.
Hussaini, Jajah K, dkk. 2005. Keterbatasan penggunaan LILA dalam memonitor status
gizi
wanita
hamil
berisiko
tinggi
melahirkan
BBLR.
Diakses
www.litbang.depkes.go.id.
106
Ichwanuddin, 1997. Skripsi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko KEK
kaitannya dengan BBLR di kotamadya dati II. Bandung. FKM UI.
Kementrian Kesehatan, RI. 2010. Pedoman Gizi Ibu Hamil dan Pengembangan
Makanan Tambahan Ibu Hamil Berbasis Pangan. Kementrian Kesehatan Jakarta.
. 2010. Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan Ibu Hamil.
Kementrian Kesehatan Jakarta.
. 2008. Pedoman PWS (Pemantauan Wilayah Setempat) Gizi.
Kementrian Kesehatan Jakarta.
. Kebijakan Gizi. Program Perbaikan Gizi Makro. Kementrian
Kesehatan Jakarta.
. 2012. 1000 Hari Gizi. Kementrian Kesehatan Jakarta.
Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Muwakhidah dan Zulaekah, Siti. Jurnal. Hubungan kenaikan berat badan ibu hamil
dengan berat bayi lahir di RSUD DR. Moewardi Surakarta. Fakultas Ilmu
Kedokteran. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ningrum, Fatma Setya. 2006. Tesis. Analisis hubungan fungsi manajemen oleh tenaga
pelaksana gizi dengan tingkat keberhasilan Program Pemberian Makanan
Tambahan pada balita gizi buruk di Puskesmas Kabupaten Tegal. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya.
RENSTRA Kementrian Kesehatan tahun 2010-2014.
Riset Kesehatan Dasar. 2007. Kemenkes RI. Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar. 2010. Kemenkes RI. Jakarta.
Siagian, Albiner. 2010. Epidemiologi Gizi. Erlangga Medical Series. Jakarta.
Sukarsih. 2004. Karakteristik Ibu Hamil dam Keluarga serta Hubungannya dengan
Pertambahan Berat Badan Ibu selama Kehamilan di Kecamatan Sukaraja.
Kabupaten Bogor. Tahun 2001-2003. FKM UI.
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta : Bandung.
107
Survey Demografi Kesehatan Indonesia. 2010. Kemenkes RI. Jakarta.
Syofianti, Haflina. 2007. Tesis. Pengaruh Risiko Kekurangan energi Kronis pada ibu
hamil terhadap Berat Bayi Lahir Rendah : Analisis Data Kohort Ibu di Kabupaten
Sawahlunto – Sijunjung. FKM UI
UI. Modul Biostatistik. Ilmu-Ilmu Kesehatan. FKM UI.
WHO. 1997. Protecting and Promoting the health and nutrition of mother and children
through supplementary feeding. WHO.
Yusuf, Joni. 2008. Pemikiran Muhammad Yunus tentang Pengentasan Kemiskinan
dalam Perspektif Hukum Islam.Universitas Muhammadiyah Surakarta.
108
Lampiran 1
Surat Izin Dinas Kesehatan Kota Depok
Lampiran 2
Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Depok
108
Lampiran 3
Daftar Nama Puskesmas Kota Depok
108
109
Lampiran 3
Daftar Nama Puskesmas Kota Depok (Lanjutan)
Lampiran 4
Rencana Program Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2011
108
109
Lampiran 4
Rencana Program Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2011 (Lanjutan)
110
Lampiran 4
Rencana Program Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2011 (Lanjutan)
111
Lampiran 4
Rencana Program Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2011 (Lanjutan)
112
Lampiran 4
Rencana Program Program Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2011 (Lanjutan)
113
Lampiran 5
Contoh Laporan PMT Ibu Hamil KEK Gakin di Puskesmas
114
Lampiran 6
Monitoring PMT untuk Ibu Hamil KEK Gakin Kota Depok
Lampiran 7
Daftar Distribusi PMT Ibu Hamil Kota Depok Tahun 2011
115
116
Lampiran 8
Dokumen KAK Pengadaan PMT Ibu Hamil KEK Gakin di Kota Depok
KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK / TOR )
PEKERJAAN PENGADAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
IBU HAMIL KELUARGA MISKIN
KEGIATAN PENINGKATAN GIZI MASYARAKAT
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Status gizi masyarakat yang baik merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan pembangunan kesehatan dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional
secara keseluruhan. Hal ini tercermin pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang
terdiri dari umur harapan hidup, tingkat melek huruf dan pendapatan per kapita. IPM
yang rendah antara lain dipengaruhi oleh status gizi dan kesehatan yang berdampak pada
tingginya angka kematian bayi, balita dan ibu.
Menurut data profil Dinas kesehatan Kota Depok Tahun 2010 Angka kematian
Ibu adalah 14 orang (40 per kelahiran hidup). Masalah gizi pada ibu hamil juga
berdampak kepada angka kematian bayi.
Data profil Dinas kesehatan Kota Depok
Tahun 2010 menunjukkan 116 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup.
Ibu hamil yang menderita kurang gizi, terutama Kurang Energi Kronis (KEK)
beresiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan berdampak pada pertumbuhan
dan perkembangan anak, perkembangan intelektual serta produktivitas dikemudian hari.
Gambaran kejadian yang memprihatinkan tersebut merupakan dampak rendahnya status
gizi pada ibu hamil yang ditunjukkan oleh prevalensi anemia di Kota Depok yang cukup
tinggi yaitu sebesar 33,56 % dan prevalensi risiko KEK sebesar 15,89 % Survey Anemia
Kota Depok Tahun 2010).
Mengingat dampaknya di kemudian hari pada tumbuh kembang janin,
oleh
karena itu kurang gizi pada ibu hamil harus dihindari, sehingga ibu hamil merupakan
kelompok sasaran yang perlu mendapat perhatian khusus. Salah satu upaya yang
117
dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan status gizi ibu hamil yaitu dengan
memberikan makanan tambahan. Kegiatan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil
bertujuan untuk menambahan asupan gizi ibu hamil sehingga kebutuhan gizi selama
hamil dapat dipenuhi.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka diperlukan kerangka acuan kerja
pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil keluarga miskin.
118
2. Maksud dan Tujuan
Maksud :
- Kerangka Acuan Kerja Pekerjaan Pemberian Makanan Tambahan bagi ibu hamil
keluarga miskin ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam melaksanakan Pemberian
Makanan Tambahan bagi ibu hamil keluarga miskin di Dinas Kesehatan Kota Depok
Tahun Anggaran 2011.
- Sebagai Pedoman bagi pengelola program gizi dan sektor terkait dalam upaya perbaikan
gizi ibu hamil.
Tujuan :
Umum : Sebagai acuan dalam rangka peningkatan pemahaman dan keterampilan dalam
penyediaan Pemberian Makanan Tambahan ibu hamil keluarga miskin.
Khusus :
- Tersedianya informasi tentang syarat-syarat serta cara pengolahan makanan tambahan
ibu hamil.
3. Pemberi Tugas
Pemberi Tugas adalah Pejabat Pembuat Komitmen / Kuasa Pengguna Anggaran Kegiatan
Peningkatan Gizi Masyarakat
pada Dinas Kesehatan Kota Depok ,Tahun Anggaran
20011
4. Biaya dan Sumber Dana
Sumber Dana APBD Kota Depok T.A. 2011, biaya Pekerjaan Pengadaan Makanan
Tambahan bagi ibu hamil keluarga miskin ini dibebankan kepada (DPA) Kegiatan
Peningkatan Gizi Masyarakat yang diperhitungkan sesuai dengan ketentuan dan peraturan
yang berlaku antara lain :
119
1. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya
Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3828);
2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4286);
4. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
5. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2011 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Depok Tahun Anggaran
2011;
6. Keputusan Walikota Depok Nomor : 903/20/Kpts/DPPK/Huk/2011, tentang
Penetapan Pejabat Pengguna Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran pada
Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun Anggaran 2011;
7. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)
Tahun Anggaran 2011;
Dinas Kesehatan Kota Depok
8. UU No.36 tahun 2009 Bab VIII, tentang Gizi ( pasal 141/ 1 ) : Upaya
perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat
9. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (2010-2014) Sasaran
Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Tahun 2010 – 2014
10. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (2008-2013) :
Meningkatkan angka harapan hidup dan menurunkan angka kematian bayi
dan angka kematian ibu.
120
11. Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2011-2015
5. Rincian Biaya Pekerjaan Pengadaan Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan Bagi Ibu Hamil keluarga miskin Yaitu :
PMT Ibu Hamil Keluarga Miskin : 500 or x 90 hari x Rp. 14.000,= Rp. 630.000.000,-
RINCIAN DANA
PEKERJAAN PENGADAAN PMT IBU HAMIL KELUARGA MISKIN
KEGIATAN PENINGKATAN GIZI MASYARAKAT
DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK TAHUN ANGGARAN 2011
NO
URAIAN
JUMLAH
1
2
3
1
BELANJA MAKANAN DAN MINUMAN EXTRA
PUDING
- PMT Ibu Hmail Keluarga Miskin
500 orang x 90 hari x Rp. 14.000,-
TOTAL (Sudah termasuk PPN)
Terbilang : /// Enam Ratus Tiga Puluh Juta Rupiah///
Rp 630.000.000,-
Rp 630.000.000,-
121
B. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan / kegiatan meliputi antara lain:
Persiapan :
- Menyusun jadwal pelaksanaan pekerjaan
- Membuat TOR
- Melakukan Survey Harga
- Membuat Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
Pelelangan :
- Panitia menyiapkan dokumen untuk pelelangan serta melakukan proses pelelangan.
Pelaksanaan :
Pemberian Makanan tambahan bagi ibu hamil keluarga miskin diberikan dalam bentuk
Susu ibu hamil kemasan minimal 400 gr
Proses pelaksanaan meliputi :
5) Melakukan pengawasan proses pelaksanaan distribusi barang
6) Sebelum barang didistribusi dilakukan pemeriksaan barang oleh panitia pemeriksa
barang,
setelah
barang
diterima
sesuai
dengan
spesifikasi
baru
dilakukandistribusi barang ke puskesmas.
7) Distribusi dilaksanakan oleh rekanan kepada 32 puskesmas dalam satu kali
pengiriman dengan menggunakan Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) didampingi
oleh bendahara barang Dinas Kesehatan.
8) Selanjutnya distribusi barang kepada sasaran dilakukan oleh puskesmas dalam
tiga kali pemberian (tiga bulan) dengan menggunakan tanda terima dari masingmasing sasaran.
122
3. PELAPORAN
Dalam kegiatan Pemberian Makanan Tambahan bagi ibu hamil keluarga miskin laporan
yang diminta adalah :
a. Laporan Hasil Survey Harga
b. Laporan HPS
c. Laporan bulanan dan laporan akhir hasil distribusi PMT
ibu hamil keluarga
miskin dari masing-masing puskesmas
d. Laporan Kegiatan pengadaan PMT-P ibu hamil kurang gizi.
C. SPESIIKASI
NO
BAHAN MAKAN
1 Susu Ibu hamil
SPESIFIKASI
Kemasan minimal 400 gr
Kemasan Alumunium Foil dan Karton
Kemasan Menunjukkan :
- Label Halal dari MUI
- MD dari BPOM
- Berat Bersih
- Saran Penyajian
- Saran Penyimpanan
- Kode Produksi dan tanggal kadaluarsa
- Layanan Konsumen yang bisa dihubungi
- Jaminan Kualitas (ISO)
Produksi baru
Kandungan Zat Gizi (per saji ): 40-46 gr/saji
Energi
: Minimal 150 kkal
Protein
: Minimal 8.5 gr
Vitamin :
Vitamin A
: Minimal 30% AKG
Vitamin D
: Minimal 40% AKG
Vitamin E
: Minimal 15% AKG
Vitamin K
: Minimal 30% AKG
Vitamin C
: Minimal 50% AKG
123
Vitamin B1
: Minimal 30% AKG
Vitamin B2
: Minimal 35% AKG
Vitamin B3
: Minimal 30% AKG
Vitamin B6
: Minimal 30% AKG
Asam Folat
: Minimal 50% AKG
Vitamin B12 : Minimal 20% AKG
Mineral :
Calcium
: Minimal 20 % AkG
Magnesium : Minimal 20 % AKG
Phospor
: Minimal 10% AKG
Zat Besi
: Minimal 10% AKG
Zinc
: Minimal 10% AKG
Iodium
: Minimal 20% AKG
Selenium
: Minimal 10% AKG
D. PROSES PERENCANAAN
a. Dalam proses pengadaan untuk menghasilkan produk yang diminta, Rekanan harus
menyusun jadwal pekerjaan
b. Rekanan harus selalu memperhitungkan batas waktu pelaksanaan tugas adalah singkat
dan mengikat.
c. Hasil kerja dalam bentuk pengadaan dan distribusi PMT bagi ibu hamil keluarga
miskin yang diselesaikan dalam waktu : 45 ( empat puluh lima ) hari kalender, sejak
diterimanya SPK
Lampiran 9
Foto Produk PMT Pabrikan
108
109
110
Lampiran 10
Hasil Analisis Deskriptif Pengumpulan Data Program PMT Ibu Hamil KEK di Kota
Depok Menggunakan Program SPSS
Output Pengolahan Data Sekunder Laporan Monitoring Kegiatan
Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil KekuranganEnergi
Kronis di Kota Depok Menggunakan SPSS
Statistics
usia_kat
N
Valid
usiakand_kat
hamilke_kat
jarhamil_kat
145
145
145
145
0
0
0
0
Std. Deviation
.411
.346
.242
.498
Variance
.169
.120
.059
.248
Missing
1. Output Analisis Deskriptif Prosentase Usia Ibu Hamil KEK yang mendapatkan PMT
di Kota Depok
usia_kat
Frequency
Valid
berisiko
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
31
21.4
21.4
21.4
tidak berisiko
114
78.6
78.6
100.0
Total
145
100.0
100.0
108
109
2.
Output Analisis Deskriptif Prosentase Usia Kandungan Ibu Hamil KEK yang
mendapatkan PMT di Kota Depok
usiakand_kat
Frequency
Valid
Valid Percent
trimester 2
125
86.2
86.2
86.2
trimester 3
20
13.8
13.8
100.0
145
100.0
100.0
Total
3.
Percent
Cumulative
Percent
Output Analisis Deskriptif Prosentase Paritas Ibu Hamil KEK yang mendapatkan
PMT di Kota Depok
hamilke_kat
Frequency
Valid berisiko
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
9
6.2
6.2
6.2
tidak berisiko
136
93.8
93.8
100.0
Total
145
100.0
100.0
4. Output Analisis Deskriptif Prosentase Jarak Kehamilan pada Ibu KEK yang
mendapatkan PMT di Kota Depok
jarhamil_kat
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
berisiko
81
55.9
55.9
55.9
tidak berisiko
64
44.1
44.1
100.0
145
100.0
100.0
Total
110
5. Output Efektifitas kegiatan PMT pada Ibu Hamil KEK berdasarkan pertambahan
berat badan sesuai dengan usia kehamilan
bb_efekt
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
0
47
32.4
32.4
32.4
1
95
65.5
65.5
97.9
missing
3
2.1
2.1
100.0
Total
145
100.0
100.0
111
Lampiran 11
Pedoman Wawancara dengan Staf Gizi di Dinas Kesehatan dan di Puskesmas Kota
Depok
Efektifitas Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu
Hamil Kekurangan Energi Kronis di Kota Depok
Tahun 2011
Pedoman Wawancara Mendalam
Disusun Oleh:
Rahmi Nurmadinisia
NIM : 108101000040
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M
112
Pedoman Wawancara Mendalam Untuk Staf Gizi Penanggung Jawab Kegiatan
PMT Ibu Hamil KEK di Dinas Kesehatan Kota Depok
Efektifitas Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan untuk Ibu Hamil Kekurangan Energi
Kronis di Kota Depok
Tanggal :
Nama Pewawancara :
Karakteristik Informan
1. Nama Informan :
2. Tempat, Tanggal lahir :
3. Pendidikan terakhir :
4. Lama bekerja sebagai pelaksana kegiatan PMT Ibu Hamil KEK :
5. No Handphone :
A. INPUT
1. Data apa saja yang digunakan untuk menunjang kegiatan PMT Ibu hamil KEK di
Kota Depok?
2. Bagaimana karakteristik Ibu hamil yang mendapatkan PMT di Kota Depok?
3. Penetapan kriteria ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin mendapatkan PMT
berdasarkan ketetapan dari siapa? Dinkes atau Pemda Kota Depok?
4. Berapa jumlah sasaran pada kegiatan PMT ibu hamil KEK di Kota Depok?
5. Siapa saja yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan PMT di Kota
Depok?
113
6. Apa saja peranan staf yang terkait kegiatan PMT ibu hamil di Kota Depok
tersebut?
7. Berapa jumlah dana yang dianggarkan untuk kegiatan PMT di Kota Depok?
8. Apakah dana yang dianggarkan per tahunnya mengalami peningkatan? Apa
justifikasinya?
9. Apakah dana tersebut telah mengcover seluruh kegiatan dari perencanaan hingga
evaluasi pelaksanaan?
10. Apa bentuk PMT yang diberikan dalam kegiatan PMT ibu hamil ini?
11. Bagaimana spesifikasi produk tersebut?
12. Apakah produk PMT tersebut telah memenuhi standar gizi tambahan yang
dibutuhkan oleh Ibu hamil KEK di Kota Depok?
B. PROSES (Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan dan Penilaian)
1.
Bagaimana cara Ibu untuk merencanakan kegiatan PMT Ibu Hamil KEK di Kota
Depok?
2.
Apakah perencanaan kegiatan PMT dibuat secara tertulis? Jika iya, dalam bentuk
apa dan jika tidak mengapa?
3.
Item apa saja yang dicantumkan pada proses perencanaan tersebut?
4.
Bagaimana proses pelaporan untuk penentuan jumlah sasaran dalam kegiatan
PMT Ibu Hamil KEK di Kota Depok?
5.
Seperti apa format pelaporan untuk kegiatan PMT ibu hamil KEK di Kota Depok?
6.
Apakah format pelaporan tersebut telah disosialisasikan kepada seluruh petugas
gizi di Puskesmas Kota Depok?
114
7.
Bagaimana proses penganggaran kegiatan PMT ibu hamil KEK di Kota Depok?
8.
Dengan pihak mana saja Ibu berkoordinasi dalam penyusunan rencana
pelaksanaan kegiatan PMTP ini, koordinasi apa saja?
9.
Bagaimana proses pendistribusian kegiatan PMT ibu hamil KEK di Kota Depok?
10.
Berapa prosentase ukuran keberhasilan kenaikan berat badan sesuai umur
kehamilan pada kegiatan PMT ibu hamil KEK ini dan alasannya apa?
11.
Apakah dalam penyusunan rencana kegiatan juga dicantumkan rencana
pengawasan dan penilaian?
12.
Jika ya, dalam bentuk apa rencana pengawasan dan penilaian tersebut?
13.
Komponen apa saja yang dicantumkan dalam proses pengawasan dan penilaian
kegiatan PMT tersebut?
14.
Siapa yang menjadi pengawas dan penilai dalam kegiatan PMT ibu hamil KEK
ini?
15.
Bagaimana proses pengawasan dan penilaian terhadap kegiatan PMT ibu hamil
KEK di Kota Depok?
16.
Apakah ada waktu khusus yang dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan PMT ibu
hamil KEK di Kota Depok ini?
17.
Kendala apa sajakah yang biasanya muncul dalam kegiatan PMT Ibu hamil KEK
di Kota Depok? Baik yang terjadi di tingkat Dinkes maupun dalam
pelaksanaannya yang dilaporkan oleh petugas gizi di Puskesmas?
18.
Bagaimana cara mengatasi kendala yang terjadi dalam kegiatan PMT ibu hamil
KEK di Kota Depok?
115
C. OUTPUT
1.
Apakah Dinkes Kota Depok juga memberikan hasil pelaporan ke Dinkes Propinsi
sesuai dengan Juknis PMT yang distandarkan oleh Kemenkes? Jika ya, bisa
dilihat formatnya seperti apa? Jika tidak, mengapa?
2.
Apakah hasil dari kegiatan PMT ibu hamil KEK di Kota Depok sudah dapat
diukur tingkat keberhasilannya? Jika ya, bagaimana hasil yang didapatkan? Jika
belum, mengapa?
Pedoman Wawancara Mendalam Untuk Petugas Gizi di Puskesmas Kota Depok
Efektifitas Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan untuk Ibu Hamil Kekurangan Energi
Kronis di Kota Depok
Tanggal :
Nama Pewawancara :
Karakteristik Informan
1. Nama Informan : Lastri Harputi
2. Tempat, Tanggal lahir :
3. Pendidikan terakhir :
4. Lama bekerja sebagai pelaksana kegiatan PMT Ibu Hamil KEK :
5. No Handphone
116
A. INPUT
1.
Data apa saja yang digunakan untuk menunjang kegiatan PMT Ibu hamil KEK di
wilayah Puskesmas tempat Ibu bekerja?
2.
Bagaimana karakteristik Ibu hamil yang mendapatkan PMT di wilayah Puskesmas
tempat Ibu bekerja?
3.
Berapa jumlah sasaran pada kegiatan PMT ibu hamil KEK di wilayah Puskesmas
tempat Ibu bekerja?
4.
Apa saja peranan ibu terkait kegiatan PMT ibu hamil di wilayah Puskesmas
tempat Ibu bekerja?
5.
Apa bentuk PMT yang diberikan dalam kegiatan PMT ibu hamil ini?
6.
Bagaimana spesifikasi produk tersebut?
B. PROSES (Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan)
1.
Bagaimana cara Ibu untuk merencanakan kegiatan PMT Ibu Hamil KEK di
wilayah Puskesmas tempat Ibu bekerja?
2.
Bagaimana proses pelaporan untuk penentuan jumlah sasaran dalam kegiatan
PMT Ibu Hamil KEK ke Dinkes Kota Depok?
3.
Seperti apa format pelaporan untuk kegiatan PMT ibu hamil KEK ke Kota
Depok?
4.
Apakah staf gizi di Dinkes telah mensosialisasikan format pelaporan tersebut
kepada seluruh petugas gizi di Puskesmas Kota Depok?
5.
Dengan pihak mana saja Ibu berkoordinasi dalam penyusunan rencana penentuan
sasaran di wilayah Puskesmas tempat Ibu bekerja, koordinasi apa saja?
117
6.
Bagaimana proses pendistribusian kegiatan PMT ibu hamil KEK di wilayah
Puskesmas tempat Ibu bekerja?
7.
Bagaimana proses pengawasan terhadap kegiatan PMT ibu hamil KEK di di
wilayah Puskesmas tempat Ibu bekerja?
8.
Kendala apa sajakah yang biasanya muncul dalam kegiatan PMT Ibu hamil KEK
di di wilayah Puskesmas tempat Ibu bekerja?
9.
Bagaimana cara mengatasi kendala yang terjadi dalam kegiatan PMT ibu hamil
KEK di di wilayah Puskesmas tempat Ibu bekerja?
118
Lampiran 12
Lembar Observasi
Efektifitas Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu
Hamil Kekurangan Energi Kronis di Kota Depok
Tahun 2011
Lembar Observasi
Disusun Oleh:
Rahmi Nurmadinisia
NIM : 108101000040
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M
119
LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN
Berilah Tanda () Pada Lembar Observasi dibawah ini :
No
Materi
Keterangan
Ya
1.
Staf gizi penanggung jawab berkoordinasi dengan staf gizi
lain
untuk
mengatasi
kendala
yang
dialami
selama
pelaksanaan kegiatan PMT Ibu Hamil di Kota Depok
2.
Jumlah laptop yang digunakan untuk mengolah data dalam
program perbaikan gizi berjumlah dua dan satu unit PC
(Personal Computer)
3.
Staf gizi penanggung jawab kegiatan PMT menghubungi staf
gizi di Puskesmas terkait pelaksanaan kegiatan PMT dan
kendala serta hasil yang dicapai di Lapangan
4.
Staf gizi penanggung jawab kegiatan PMT menanyakan
secara langsung terkait pelaksanaan kegiatan PMT dan
kendala serta hasil yang dicapai di Lapangan dalam
pertemuan bulanan dengan seluruh staf di Puskesmas
Tidak
Lampiran 13
Contoh Format Laporan Monitoring Program Kegiatan PMT Ibu Hamil KEK
CONTOH FORMAT MONITORING LAPORAN KEGIATAN PMT IBU HAMIL
KEK
No
Nama
Alamat
Umur
Hamil
ke
Jarak
Lahir
Umur
hamil
LILA
Awal
120
BB
Pra
Hamil
BB
0
BBI
BBII
BBIII
LILA
Akhir
Berat
Bayi
Lahir
Riwayat
Partus
121
Download