laporan praktek kerja profesi apoteker di pt

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. NOVARTIS INDONESIA
JL. PROF. DR. SATRIO KAV. 18 KUNINGAN CITY
SETIABUDI JAKARTA SELATAN 12940
PERIODE 4 FEBRUARI - 28 MARET 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
ASVINASTUTI RIKASIH, S. Farm.
1306343416
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. NOVARTIS INDONESIA
JL. PROF. DR. SATRIO KAV. 18 KUNINGAN CITY
SETIABUDI JAKARTA SELATAN 12940
PERIODE 4 FEBRUARI - 28 MARET 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
ASVINASTUTI RIKASIH, S. Farm.
1306343416
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
ii
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
iii
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
iv
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
v
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan karunia dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di PT. Novartis Indonesia. Laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh
mahasiswa Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
untuk mencapai gelar profesi Apoteker. Selain itu juga memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk memahami peran dan tugas Apoteker di Industri
Farmasi, khususnya di PT. Novartis Indonesia bagian Drug Regulatory Affair
(DRA). Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Novartis
Indonesia berlangsung pada periode 4 Februari – 28 Maret 2014.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat
menyelesaikan Laporan PKPA ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan terima kasih atas bantuan dan bimbingan kepada:
1.
Halimah Lailasari, S.Farm., Apt selaku pembimbing di PT. Novartis
Indonesia yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis selama melaksanakan PKPA.
2.
Dr. Hasan Rachmat, DEA., Apt., selaku pembimbing di Program Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi UI.
3.
Bapak Firnando Sianturi, selaku Head of DRA PT. Novartis Indonesia
4.
Ibu Hasriani Yusuf, selaku Chief Scientific Officer PT. Novartis Indonesia
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan PKPA
di PT. Novartis Indonesia.
5.
Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si. selaku Dekan Fakultas Farmasi UI
6.
Bapak Dr. Hayun, M. Si., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia.
7.
Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Pembimbing akademis Program Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
8.
Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Program Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
vi
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
9.
Seluruh staf di PT. Novartis Indonesia, khususnya Para Staf dan Manajer
bagian Drug Regulatori Affair PT. Novartis Indonesia.
10. Seluruh keluarga atas kasih sayang, perhatian, kesabaran, dorongan
semangat, doa, dan dukungan baik moral maupun finansial yang selama ini
diberikan kepada penulis.
11. Teman-teman angkatan LXXVIII Program Profesi Apoteker Universitas
Indonesia dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang
telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
laporan ini.
Penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala
kritik dan saran yang membangun demi tercapainya hasil yang lebih baik lagi dari
pembaca. Penulis berharap bahwa laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca dengan memberikan pengetahuan dan pengalaman yang penulis
peroleh dari Praktek Kerja Profesi Apoteker.
Penulis
2014
vii
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
ABSTRAK
Nama
: Asvinastuti Rikasih
Program Studi : Apoteker
Judul
: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Novartis
Indonesia Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 18 Kuningan City Setiabudi
Jakarta Selatan 12940 Periode 4 Februari - 28 Maret 2014
Praktik Kerja Profesi Apoteker di PT. Novartis Indonesia bertujuan agar
memahami tugas Apoteker, khususnya di bagian Drug Regulatory Affairs dalam
proses meregistrasikan obat baru, registrasi variasi pada produk yang telah
memiliki Nomor Izin Edar, dan meregistrasikan ulang produk yang telah habis
masa izin edarnya. Registrasi adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi suatu
produk untuk mendapatkan izin edar. Tugas khusus yang diberikan adalah
penyusunan dan proses pengajuan dokumen registrasi variasi terkait penandaan
produk B PT. Novartis Indonesia ke Badan POM. Tahapan yang dilakukan yaitu
adanya informasi perubahan dari Novartis global ke DRA Novartis Indonesia,
pengambilan dokumen dari sistem informasi terkait, penyusun dossier dan
pengecekan kelengkapan dokumen, dan proses submit atau pengajuan dokumen di
BPOM. Dokumen yang diserahkan ke BPOM untuk registrasi variasi mengikuti
ketentuan ACTD dan penyusunan serta pengajuannya berdasarkan pada keputusan
Kepala BPOM Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011
Tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat.
Kata kunci
Tugas umum
Daftar acuan
Tugas khusus
Daftar acuan
: izin edar, Novartis Indonesia, penandaan, produk B, registrasi
: xii + 11 halaman; 7 lampiran
: 3 (2010-2014)
: vi + 31 halaman; 2 gambar; 1 tabel; 7 lampiran
: 8 (2008-2014)
viii
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name
: Asvinastuti Rikasih
Program Study : Apothecary
Title
: Report of Apothecary Profession Internship at PT. Novartis
Indonesia Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 18 Kuningan City Setiabudi
Jakarta Selatan 12940 on February 4th - March 28th 2014
Pharmacists Professional Practice at PT. Novartis Indonesia aims to understand
the Pharmacists duties in drug industry, particularly in the Drug Regulatory
Affairs in the process of registering new drugs, registration of variations on a
product that has had a Marketing Authorization Number, and re-register the
product with an expired license orbit. Registration is the procedure to registry and
evaluate product to obtain marketing authorization. Specific assignment has given
titled the preparation and submission process of variation registration documents
related labeling of Product B PT. Novartis Indonesia to the BPOM. Steps taken by
received information changes from the Novartis global to DRA Novartis
Indonesia, document retrieval from related information systems, compilers dossier
and checking the documents, and the submission process of documents in the
BPOM. Documents submitted to the BPOM for registration variations follow the
provisions of ACTD and the preparation and submission is based on keputusan
Kepala BPOM Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011
Tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat.
Keywords
: labeling, marketing authorization, Novartis Indonesia,
product B, registration
General Assignment : xii + 11 pages; 7 appendices
Bibliography
: 3 (2010-2014)
Specific Assignment : vi + 31 pages; 2 pictures; 1 tables; 7 appendices
Bibliography
: 8 (2008-2014)
ix
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................... viii
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
ABSTRACT ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................
1.1. Latar Belakang .................................................................................
1.2. Tujuan ..............................................................................................
1
1
3
BAB 2. TINJAUAN UMUM .............................................................................
2.1. PT. Novartis Indonesia .....................................................................
2.1.1. Sejarah dan Perkembangan ......................................................
2.1.2. Visi dan Misi ..........................................................................
2.1.3. Kewargaan Perusahaan ..........................................................
2.2. Struktur Organisasi PT. Novartis Indonesia ......................................
2.2.1. Struktur Organisasi Head Office PT. Novartis Indonesia ..........
2.2.2. Struktur Organisasi Medical and Regulatory Department .........
4
4
4
5
5
7
8
8
BAB 3. TINJAUAN KHUSUS .......................................................................... 13
3.1. Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat ........................................ 13
3.2. ASEAN Common Technical Dossier/ ASEAN Common Technical
Requirements .................................................................................. 21
BAB 4. PEMBAHASAN ....................................................................................
4.1. Registrasi Obat ..................................................................................
4.2. Registrasi Obat Baru .........................................................................
4.3. Registrasi Obat Copy ........................................................................
4.4. Registrasi Variasi ..............................................................................
4.5. Registrasi Ulang ...............................................................................
4.6. Regulator ..........................................................................................
4.6.1. Fungsi Regulator ...................................................................
4.6.2. Karakterisasi Regulator .........................................................
24
24
25
27
28
28
29
29
29
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 30
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 30
5.2. Saran ................................................................................................. 30
DAFTAR ACUAN ............................................................................................ 31
x
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur organisasi Medical and Regulatory Departement PT.
Novartis Indonesia ..........................................................................
Lampiran 2 Formulir registrasi ...........................................................................
Lampiran 3 Isi dokumen pra-registrasi dan registrasi ..........................................
Lampiran 4 Alur proses pra-registrasi .................................................................
Lampiran 5 Alur proses registrasi........................................................................
Lampiran 6 Dokumen registrasi baru .................................................................
Lampiran 7 Dokumen registrasi variasi ..............................................................
xi
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
33
34
38
43
44
45
52
Universitas Indonesia
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu komponen kesehatan yang sangat penting adalah tersedianya obat
sebagai bagian dari pelayanan kesehatan masyarakat. Obat memiliki berbagai
fungsi, yaitu untuk diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, atau
peningkat kesehatan. Obat yang digunakan harus memenuhi standard mutu yang
dipersyaratkan, yaitu harus memenuhi persyaratan keamanan pemakaian (safety),
persyaratan mutu kegunaan (efficacy), dan persyaratan kualitas produk (quality).
Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1700/MenKes/Per/XII/2010. Tingginya
kebutuhan akan obat dalam dunia kesehatan dan vitalnya aktivitas obat
mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia melahirkan sebuah tuntutan
terhadap industri farmasi agar mampu memproduksi obat yang berkualitas
(Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2010). Salah satu upaya yang dilakukan
industri farmasi dalam rangka meningkatkan kualitas obat yang diproduksinya
yaitu dengan menerapkan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) yang sifatnya
dinamis, sesuai dengan perkembangan zaman. Melalui pedoman CPOB, semua
aspek yang berhubungan dengan produksi dan pengendalian mutu obat
diperhatikan dan ditentukan sedemikian rupa dengan tujuan untuk menjamin
bahwa produk obat dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah
ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Meningkatnya pertumbuhan jumlah dan jenis produk yang beredar baik
lokal maupun impor, menyebabkan penggunaan produk obat di masyarakat juga
meningkat, tetapi keadaan ini tidak selalu diikuti oleh pengetahuan yang memadai
untuk memilih dan menggunakan produk secara tepat dan aman. Dikhawatirkan
persaingan bisnis hanya akan mengedepankan profit tanpa memperhatikan faktor
manfaat dan keamanannya, sehingga dapat beresiko pada kesehatan dan
keselamatan masyarakat sebagai konsumen. Oleh karena itu, selain kewajiban
dalam penerapan CPOB bagi setiap industri farmasi, pemerintah juga membentuk
1
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
suatu badan yang disebut Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)
yang memiliki jaringan nasional dan koordinasi internasional serta kewenangan
penegakan hukum dan memiliki kredibilitas profesional yang tinggi. Sebagai
institusi pemerintah yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam
pengawasan produk obat dan makanan dengan membuat ketentuan tentang
pendaftaran produk, baik obat sintesis, produk biologi, obat tradisional, obat
herbal, dan fitofarmaka, pangan maupun suplemen makanan dari produsen baik
dalam maupun luar negeri, BPOM mengendalikan peredaran dan juga
pengawasan dengan cara mengadakan proses registrasi yang harus dilalui setiap
industri farmasi dalam proses pemasaran produknya.
Dalam pelaksanaan pendaftaran atau registrasi obat, terdapat suatu prosedur
dimana diperlukan bagian yang mengerti dan memahami secara jelas mengenai
tata laksana prosedur registrasi tersebut, terkait persyaratan dan peraturanperaturan pemerintah terkait. Oleh karena itu, masing-masing industri memiliki
bagian yang disebut dengan Regulatory Affairs yang merupakan penghubung
antara pihak industri dengan pihak pemerintah, dalam hal ini BPOM. Regulator
yang bekerja di bagian Regulatory Affairs harus dapat menjamin bahwa produk
yang akan diregistrasikan memiliki dokumen yang menyatakan bahwa produk
telah memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan efikasi. Apoteker dalam
peranannya sebagai salah satu tenaga kesehatan profesional, memiliki tanggung
jawab tersebut dan merupakan satu-satunya profesi yang dapat melaksanakan
tugas tersebut.
Sebagai profesi yang memiliki pengetahuan tentang obat, apoteker dituntut
untuk dapat meregistrasikan suatu produk obat. Pembekalan pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman calon apoteker yang komprehensif antara teori dan
praktek langsung sangat diperlukan. Pembekalan ini dapat memberikan gambaran
kepada calon apoteker mengenai tanggung jawabnya di industri farmasi,
khususnya di bagian Regulatory Affair sehingga dapat menjalankan perannya
secara profesional saat bekerja di industri farmasi nantinya. Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) merupakan salah satu sarana bagi calon apoteker untuk
mendapatkan pengalaman dan informasi yang lebih dalam mengenai tugas dan
fungsi apoteker di industri farmasi tersebut. Oleh karena itu, Program Profesi
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
3
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Industri
Farmasi PT. Novartis Indonesia dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA). Pelaksanaan PKPA ini berlangsung selama dua bulan, yaitu
dari tanggal 4 Februari 2014 hingga 28 Maret 2014 di bagian Drug Regulatory
Affair (DRA) PT. Novartis Indonesia.
1.1 Tujuan
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Novartis Indonesia
khususnya di Medical & Regulatory Department, bertujuan agar para calon
Apoteker memahami tugas Apoteker di industri farmasi, khususnya di bagian
Drug Regulatory Affairs di PT. Novartis Indonesia, Jakarta dalam proses
meregistrasikan obat baru, registrasi variasi pada produk yang telah memiliki
Nomor Izin Edar, dan meregistrasikan ulang produk yang telah habis masa izin
edarnya.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
4
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2. 1 PT. Novartis Indonesia
2. 2. 1 Sejarah dan Perkembangan
Sejarah Novartis di Indonesia berawal dengan berdirinya PT. Ciba
Indonesia pada 1968. Setelah melalui beberapa momentum, mengikuti
penggabungan global dua perusahaan, yaitu Sandoz dan Ciba Geigy menjadi
Novartis, pada tahun 1996 PT. Ciba Indonesia bergabung dengan PT. Sandoz
Biochemie Pharma membentuk PT. Novartis Biochemie. Pada tahun 2006,
Novartis Global mengakuisisi Hexal Group, diikuti juga oleh akusisi PT. Prima
Hexal di Indonesia oleh Divisi Sandoz Novartis Indonesia dan kemudian
mendirikan badan hukum baru yakni PT. Sandoz Indonesia. Pada tahun 2006,
tepat memasuki sepuluh tahun setelah merger global, PT Novartis Biochemie
berubah nama menjadi PT. Novartis Indonesia (Novartis Indonesia, 2014).
Dua anak perusahaan lainnya, yakni PT Ciba Vision dan PT. Sandoz
Indonesia. PT Ciba Vision Batam sebagai pemasok utama lensa kontak di seluruh
dunia dan memperkerjakan 3000 karyawan di Pulau Batam. Sedangkan PT.
Sandoz Indonesia memproduksi obat-obat generik dan memiliki 600 pegawai
yang beroperasi di Pasar Rebo, Jakarta Timur (Novartis Indonesia, 2014).
Pada saat ini, Novartis mempekerjakan sekitar 650 tenaga kerja di
Indonesia pada bidang Farmasi dan Produk Kesehatan. Perusahaan juga memiliki
laboratorium penelitian NITD Hasanuddin Research Institut (NHCRI) yang
memusatkan penelitiannya pada pengembangan obat-obat penyakit tropis seperti
penyakit Deman Berdarah (DBD), Tuberkulosis (TBC), dan Malaria di Makassar,
Sulawesi.
Novartis
memproduksi obat-obatan seperti Voltaren (natrium
diklofenak), Cataflam (kalium diklofenak), Clozaril (clozapin), Tegretol
(karbamazepin), Valsartan Ni (valsartan), Diovan (valsartan), dan lain-lain. Agen
tambahan termasuk Sandimmun Neoral (siklosporin), Femara (letrozol), Ritalin
(metilfenidat), Lamisil (terbinafin), dan lain-lain (Novartis Indonesia, 2014).
4
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
5
2. 1. 2 Visi dan Misi Novartis Indonesia
Visi dari Novartis Indonesia adalah “Menjadi perusahaan yang paling
dihormati oleh para pemangku kepentingan di industri farmasi”. Hal ini
diwujudkan dalam misi-misi yang akan dilakukan oleh Novartis Indonesia, antara
lain:
a.
Menjadi perusahaan farmasi nomor 1 dengan pertumbuhan positif pada tahun
2016.
b.
Memaksimalkan portfolio obat-obatan 'primary care' dan meningkatkan
pertumbuhan obat-obatan 'speciality' yang inovatif
c.
Mempekerjakan dan mengembangkan talenta muda berpotensi, serta
menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan kondusif bagi karyawan untuk
mengembangkan diri
d.
Meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia melalui ketersediaan dan
keterjangkauan obat-obatan inovatif
e.
Bermitra dengan para pemangku kepentingan melalui berbagai kerjasama dan
kolaborasi untuk menangani masalah-masalah kesehatan
2. 1. 3 Kewargaan Novartis Indonesia
2. 1. 3. 1 Akses ke Obat-obatan
Novartis
Indonesia
juga
menunjukkan
komitmennya
dengan
mendukung komunitas lokal. Sejak 2003, Novartis Indonesia telah membantu
para penderita Chronic Myeloid Leukemia (CML) untuk mendapatkan perawatan
secara gratis bekerjasama dengan Yayasan Kanker Indonesia. Novartis Indonesia
juga secara aktif berpartisipasi dalam penanganan bencana, antara lain membantu
penyediaan perpustakaan keliling untuk Komisi Nasional Perlindungan Anak
pasca tsunami 2005, dan bantuan spontan para karyawan secara sukarela pada
bencana gempa Jogja tahun 2006 (Novartis Indonesia, 2014).
Dengan visi untuk meningkatkan akses bagi para pasien untuk
memperoleh obat-obatan, Novartis Indonesia secara berkesinambungan telah
menjalin kemitraan dengan pemerintah melalui program ASKES dimana banyak
obat-obatan terbaik Novartis termasuk dalam program asuransi pemerintah
tersebut (Novartis Indonesia, 2014).
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
6
2. 1. 3. 2 Program
Dalam rangka memperbesar organisasinya di Indonesia untuk dapat
meningkatkan kontribusinya bagi masyarakat Indonesia, Novartis Indonesia
meluncurkan sebuah program transformasi organisasi yaitu “SEHATi Bersama,
Sehatkan Indonesia!”. Program yang dicanangkan pada tanggal 1 November 2011
ini diaktualiasikan dalam 3 sub program, yakni (Novartis Indonesia, 2014):
a.
“Sehati Berbakti” merupakan komitmen Novartis yang diwujudkan melalui
dedikasi perusahaan dalam menciptakan dan memberikan inovasi obat-obatan
baru untuk menyembuhkan, menyelamatkan dan meningkatkan kualitas
pasien di Indonesia. Kehadiran Novartis selama lebih dari 30 tahun di
Indonesia telah membuktikan dedikasinya dan hal ini akan terus
dipertahaankan.
b.
“Sehati Bersinergi” merupakan bentuk semangat bersinergi dengan semua
elemen dari para pengampu kepentingan dalam melakukan beberapa kegiatan,
yaitu penelitian klinis yang akan dilakukan di Indonesia untuk menemukan
obat baru. Dimana kegiatan ini akan membuka kesempatan alih pengetahuan
bagi para peneliti dan pakar riset di Indonesia, serta kemitraan dengan
pemerintah maupun pihak terkait untuk meningkatkan akses terhadap
pengobatan inovatif baik yang sudah ada maupun yang baru
c.
“Sehati Berkinerja” merupakan perwujudan kinerja perusahaan yang lebih
baik dan mengarah pada pengembangan bisnis dan organisasi di Indonesia.
Dengan demikian Novartis mampu menyediakan lebih banyak kesempatan
kerja bagi putra putri Indonesia serta melakukan pengembangan sumber daya
manusia di bidang farmasi dan bioteknologi.
2. 1. 3. 3 Novartis Community Oartnership Day (NCPD)
NCPD merupakan inisiatif tahunan yang dilakukan oleh Novartis.
Inisiatif ini dilakukan secara global di setiap negara yang dimana Novartis
beroperasi. Lebih dari 16.500 karyawan Novartis berpartisipasi dalam NCPD
seluruh dunia. Di Indonesia lebih dari 350 karyawan Novartis dan Sandoz
berpartisipasi dalam NCPD tahun 2013 ini. Melalui implementasi program NCPD
tahun ini, kita memberikan kesempatan kepada karyawan Novartis untuk
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
7
mengkontribusikan waktu mereka untuk diberikan ke lingkungan dan juga orangorang yang tinggal di sekitar tempat mereka bekerja (Novartis Indonesia, 2014).
NCPD juga merupakan komponen yang paling penting dalam budaya
perusahaan sebagai realisasi dari komitmen Novartis untuk berkontribusi dan
memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat sekitar
(Novartis Indonesia, 2014).
2. 1. 3. 4 Sumbangan Korban Bencana Alam
PT. Novartis Indonesia berkontribusi terhadap perawatan paliatif, hal
ini ditunjukkan dengan memberikan bantuan berupa 3 Ipad kepada Yayasan
Rumah Rachel untuk mendukung kegiatan operasional mereka sehari-hari.
Perawatan paliatif merupakan komponen penting dalam perawatan kesehatan,
khususnya untuk pasien yang mengidap penyakit yang mengancam jiwa. Bantuan
berupa perangkat multimedia ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi pasien,
keluarga pasien, relawan, masyarakat, serta praktisi kesehatan publik untuk
mengakses informasi kesehatan, dalam membantu perawatan pada pasien. Selain
itu, bantuan ipad ini diharapkan dapat berfungsi sebagai alat bagi pasien untuk
penyimpanan catatan, informasi kesehatan seperti obat-obatan, teknologi terbaru,
akademis dan publikasi (Novartis Indonesia, 2014).
Dengan pemberian donasi ini, Novartis berharap Yayasan Rumah
Rachel lebih meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perawatan
paliatif terhadap pasien, dan terus menyediakan perawatan ini untuk membantu
meningkatkan kualitas hidup pasien di indonesia (Novartis Indonesia, 2014).
2. 2 Struktur Organisasi PT. Novartis Indonesia
PT. Novartis Indonesia berlokasi di dua tempat, yaitu Kantor Pusat dan
Pemasaran Jakarta yang beralamat di AXA Tower lantai 25-26 Jl. Prof. Dr. Satrio
Kav. 18 Kuningan City, Setiabudi Jakarta Selatan 12940. Sedangkan pabrik PT.
Novartis Indonesia beralamat di Jl. TB. Simatupang Kp. Gedong, Pasar Rebo
Jakarta Timur 13760. Kantor pusat atau Head Office berfokus pada pemasaran
produk serta administrasi produk dan perusahaan, sedangkan pabrik berfokus pada
proses pembuatan produk mulai dari bahan mentah hingga terbentuk produk jadi
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
8
yang telah dikemas. Oleh karena itu, antara head office dan pabrik memiliki
struktur organisasi yang berbeda.
2. 2. 1 Struktur Organisasi Head Office PT. Novartis Indonesia
CEO
BU (Neuroscience and
ophtamology)
BU (Integrated
Hospital care and
critical care)
chief of scientific
officer
chief of finance
officer
BU (Primary care)
BU (Pain and
Bone)
MSO & BDSL
Legal and
compliance
Market access and
Goverment affairs
Gambar 2.1. Struktrur Organisasi Head Office PT. Novartis Indonesia
2. 2. 2 Struktur Organisasi Medical and Regulatory Department
Medical dan regulatory department merupakan departemen yang ada di
head office PT. Novartis Indonesia yang berkonsentrasi pada produk obat secara
scientific, termasuk proses regulasi produk. Struktur organisasi dari Medical dan
regulatory department dapat dilihat pada Lampiran 1.
2. 2. 2. 1 DRA (Drug Regulatory Affair)
DRA merupakan salah satu divisi di bawah Medical and Regulatory
department. Divisi ini memiliki fungsi sebagai penghubung antara pihak
perusahaan dengan regulatori pemerintah, dalam hal ini adalah BPOM (Badan
Pengawas Obat dan Makanan). Tugas utama dari divisi ini adalah untuk
melakukan pendaftaran terhadap obat yang akan dipasarkan di Indonesia dan
pendaftaran terhadap perubahan mengenai obat-obat yang telah terdaftar dan
dipasarkan di Indonesia.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
9
Secara garis besar tugas DRA di Novartis Indonesia dapat dibagi
menjadi dua. Tugas yang pertama adalah registrasi obat baru. Registrasi obat baru
dilakukan untuk obat-obatan yang belum mendapatkan nomor izin edar. Staf yang
melakukan registrasi obat baru ini harus mengerti dan memahami mengenai obat
yang akan didaftarkan, baik dari segi mutu maupun efektivitas dan keamanan obat
tersebut. Tugas yang kedua adalah registrasi variasi. Staf yang melakukan
registrasi variasi ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu staf registrasi variasi terkait
penandaan (safety update) dan variasi terkait mutu (quality update). Staf yang
melakukan registrasi variasi harus mampu menentukan apakah pada suatu
perubahan produk yang diajukan oleh pihak internal perlu dilakukan registrasi
atau tidak, jika perlu maka harus dapat ditentukan termasuk kedalam kategori
registrasi apa perubahan yang diajukan tersebut.
Di luar tugas utama dalam melakukan registrasi, DRA juga merupakan
bertugas sebagai jembatan antara BPOM dengan perusahaan. Misalnya, jika
terdapat perubahan yang telah disetujui oleh BPOM, DRA harus segera
menginformasikannya dengan pihak perusahaan. Begitu pula pada saat sebelum
registrasi, DRA harus menyiapkan dokumen produk obat yang dibutuhkan sesuai
dengan persyaratan BPOM.
2. 2. 2. 2 CRA (Clinical Research Association)
CRA merupakan divisi yang bertanggung jawab terhadap uji klinik
yang dilakukan oleh PT. Novartis Indonesia. Tugas utama dari CRA yaitu
memonitor dan memastikan bahwa uji klinik dilaksanakan dengan baik. Hal
utama yang menjadi perhatian dari CRA dalam pelaksanaan uji klinik adalah
keamanan pasien dan juga data yang diperoleh valid dan akurat. CRA terdiri dari
beberapa bagian, yaitu ICRO (International Clinical Research Organization),
merupakan manajer atau kepala dari bagian CRA, staf interventional study dan
staf observational study.
Staf interventional study memiliki tanggung jawab memonitor jalannya
uji klinik, mulai dari dilakukannya feasibility study hingga uji klinik selesai
dilakukan (site closed out). Staf observational study memiliki tugas utama
melakukan studi klinik fase empat dengan mengawasi obat-obatan yang sudah
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
10
disetujui oleh BPOM. Bagian ini akan mengawasi peredaran obat-obatan yang
sudah ada di pasaran dan telah digunakan oleh masyarakat. Bentuk
pengawasannya dapat berupa melakukan post-marketing surveillance atau
melakukan suatu outcome study untuk meneliti bagaimana efek penggunaan obat
yang ada di pasaran dengan cara melakukan mega trial. Mega trial umumnya
dilakukan pada pemantauan obat-obat pada penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia, misalnya obat hipertensi atau diabetes. Mega trial menggunakan
jumlah subjek yang sangat besar. Pada uji ini, diteliti apakah suatu obat yang telah
beredar di pasaran mampu menurunkan angka morbiditas dan mortalitas dari
penyakit. Misanya, obat A untuk penyakit diabetes apakah setelah dikonsumsi
oleh pasein dalam jangka waktu tertentu mampu menurunkan angka kejadian
gagal ginjal. Selain kedua hal tersebut, pengawasan juga dapat dilakukan dengan
mengumpulkan data pemakaian obat dari dokter.
2. 2. 2. 3 MA (Medical Affair)
Medical affair (MA) merupakan divisi yang bertanggung jawab dalam
membangun hubungan peer to peer dengan KOL (Key Opinion Leader),
memfasilitasi interaksi antara dokter dan representatif dari perusahaan dan
menyediakan pemahaman dari KOL mengenai obat dan penyakit di masyarakat.
KOL merupakan dokter-dokter yang kompeten di bidangnya masing-masing yang
pendapatnya menjadi rujukan bagi dokter lainnya. Dalam melaksanakan tugasnya
ini, MA dari PT. Novartis Indonesia dibagi ke dalam 4 bagian berdarkan ruang
lingkup produk obat yang ditangani, yaitu Established medicine, NSO
(Neuroscience and Ophtalmology), Primary care dan IHC&CC (Integrated
Hospital Care and Critical Care). Pada setiap bagian terdiri dari Medical Advisor
dan Medical Scientific Liaison (MSL).
Medical Advisor memiliki fungsi strategik dalam MA. Tugas dari
Medical Advisor yaitu:
a.
Melakukan pendekatan ke KOL
Medical advisor memiliki peran dalam merencanakan input dari para KOL
yang harus didapatkan oleh MSL ketika melakukan pendekatan. Selain itu,
juga memastikan mengenai materi yang harus diterima oleh para KOL sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
11
dengan yang diharapkan. Medical Advisor ini yang memonitor kerja dari
MSL.
b.
Pelatihan
Pelatihan yang diadakan dapat berupa training internal atau training
eksternal. Training eksternal diadakan untuk para KOL.
c.
PMS (Post-Marketting Surveilance)
d.
Menjawab medical inqueries
e.
Review produk
Tugas utama dari Medical Scientific Liaison (MSL) adalah membangun
hubungan dengan para KOL. MSL adalah staf yang langsung berhubungan
dengan KOL untuk melakukan pendekatan dan mendapatkan opini dan insight
dari para KOL mengenai produk-produk yang akan maupun telah dipasarkan.
Selain itu, para MSL juga ikut membantu CRA dalam melakukan proses
pengawasan paska pemasaran terhadap suatu produk. Setiap MSL akan
menangani satu produk. Produk-produk yang memiliki MSL ini adalah produkproduk yang sebelumnya telah dikaji bahwa obat ini membutuhkan pendapat
scientific dari para ahli.
2. 2. 2. 4 PV (Pharmacovigilans) & RMP (Risk Management Plan)
PV & RMP merupakan satu bagian di Medical and Regulatory
Department. Bagian ini bertanggung jawab terhadap pemantauan pemakaian suatu
produk obat. Pemantauan terhadap penggunaan obat dimulai dari uji pra-klinik
hingga uji klinik fase 4 dilakukan. Pemantauan ini dilakukan untuk membantu
pelaksaan RMP, yaitu perencanaan untuk meminimalkan resiko dalam
penggunaan obat.
Pelaporan terhadap pemakaian suatu produk obat dapat berupa
pelaporan terhadap timbulnya efek obat yang tidak diinginkan maupun keluhan
lain dari produk yang berhubungan dengan keamanan produk. Terdapat beberapa
sumber pelaporan, yaitu secara spontan, laporan dari hasil uji klinik, program
marketing, maupun berdasarkan kasus yang ditemukan dari literatur.
Terdapat empat kriteria suatu laporan dinilai lengkap, yaitu adanya
pelapor, produk yang digunakan, keluhan yang dirasakan, dan dilakukannya
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
12
pelaporan. Setiap laporan yang diterima, sebelumnya harus ada inform consent
terhadap hal yang dilaporkannya, dan harus dilakukan secara sukarela oleh
pelapornya.. Dari laporan yang diterima, kemudian dibuat laporan tertulis kepada
BPOM dengan rentang waktu maksimal 5 hari setelah laporan tersebut diterima
oleh divisi ini.
2. 2. 2. 5 QA (Quality Assurance) Head Office
QA yang berada di Head office (HO) memiliki tugas yang berbeda dari
QA yang berada di pabrik. Bagian Quality Assurance yang berada di HO memiliki
tugas untuk melakukan pengawasan terhadap kualitas produk setelah dipasarkan.
Quality Assurance HO akan mengumpulkan dan menangani berbagai pelaporan
mengenai produk yang telah dipasarkan dari segi mutu. Untuk pembagian tugas
kerjanya, QA ini dibagi menjadi 2, yaitu QA development dan QA GMP. QA
development akan berhubungan dengan pihak-pihak clinical research association,
regulatory affairs, dan medical affairs. Sedangkan QA GMP mempunyai fungsi
untuk melakukan monitoring ke pabrik.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
13
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
3. 1 Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat
3. 1. 1 Registrasi
Registrasi adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi suatu produk untuk
mendapatkan izin edar. Izin edar adalah suatu bentuk persetujuan registrasi untuk
dapat diedarkan di wilayah Indonesia. Registrasi bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari peredaran produk yang tidak memenuhi persyaratan khasiat,
keamanan, dan mutu. Registrasi terdiri atas registrasi baru, registrasi variasi, dan
registrasi ulang. Registrasi baru adalah registrasi produk yang belum mendapatkan
izin edar di Indonesia. Registrasi variasi adalah registrasi perubahan aspek apapun
pada produk yang telah memiliki izin edar di Indonesia, termasuk tetapi tidak
terbatas pada perubahan formulasi, metoda, proses pembuatan, spesifikasi untuk
obat dan bahan baku, wadah, kemasan dan penandaan (Badan POM RI, 2011).
Registrasi Variasi Major (VaMa) adalah registrasi variasi yang
berpengaruh bermakna terhadap aspek khasiat, keamanan, dan/atau mutu obat.
Registrasi Variasi Minor yang Memerlukan Persetujuan (VaMi-B) adalah
registrasi variasi yang tidak termasuk kategori registrasi variasi minor dengan
notifikasi maupun variasi major. Registrasi Variasi Minor dengan Notifikasi
(VaMi-A) adalah registrasi variasi yang berpengaruh minimal atau tidak
berpengaruh sama sekali terhadap aspek khasiat, keamanan, dan/atau mutu obat,
serta tidak merubah informasi pada sertifikat izin edar. Registrasi ulang adalah
registrasi perpanjangan masa berlaku izin edar (Badan POM RI, 2011).
3. 1. 2 Pendaftar
Pendaftar adalah industri farmasi yang telah mendapat izin industri
farmasi sesuai ketentuan perundang-undangan (Badan POM RI, 2011). Setiap
pendaftar bertanggung jawab atas kelengkapan dokumen yang diserahkan,
kebenaran semua informasi yang tercantum dalam dokumen registrasi, kebenaran
dan keabsahan dokumen yang dilampirkan untuk kelengkapan registrasi, dan
perubahan data dan informasi dari produk yang sedang dalam proses registrasi
13
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
14
atau sudah memiliki izin edar. Jenis pendaftar dibagi menjadi beberapa kategori
sesuai produk yang didaftarkan, yaitu (Badan POM RI, 2011) :
a.
Pendaftar Produk yang Diproduksi di Dalam Negeri
Produk dalam negeri, meliputi produk tanpa lisensi, produk lisensi, dan
produk kontrak. Pendaftar produk tanpa lisensi adalah pendaftar yang memiliki
izin industri farmasi dan memiliki sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) yang masih berlaku sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan yang
diregistrasikan. Pendaftar produk lisensi adalah penerima lisensi yang memiliki
ketentuan seperti pendaftar tanpa lisensi dan dokumen perjanjian lisensi.
Pendaftar obat kontrak adalah pemberi kontrak yang memiliki izin industri
farmasi, paling sedikit satu fasilitas produksi sediaan lain yang telah memenuhi
persyaratan CPOB, dan dokumen perjanjian kontrak.
b.
Pendaftar Produk impor
Pendaftar produk impor adalah industri farmasi dalam negeri yang
mendapat persetujuan tertulis dari industri farmasi di luar negeri. Industri pemilik
produk di luar negeri wajib memiliki izin industri farmasi dan memenuhi
persyaratan CPOB yang dibuktikan dengan sertifikat CPOB yang masih berlaku
atau dokumen lain yang setara, dan data inspeksi terakhir atau perubahan terkait
paling lama dua tahun yang dikeluarkan oleh otoritas pengawas obat setempat
dan/atau otoritas pengawas obat negara lain. Pendaftar juga harus menyerahkan
Dokumen Induk Farmasi atau SMF (Site Master File) terbaru jika industri farmasi
di luar negeri belum mempunyai produk dengan jenis dan bentuk sediaan yang
sama dengan yang disetujui beredar di Indonesia atau industri tersebut
mempunyai produk yang beredar di Indonesia dengan jenis dan bentuk sediaan
yang sama namun terjadi perubahan pada fasilitas produksi.
c.
Pendaftar Produk Khusus Ekspor
Pendaftar produk khusus ekspor adalah industri farmasi terdiri dari
pendaftar produk dalam negeri yang ditujukan khusus ekspor dan produk impor
khusus ekspor. Produk khusus ekspor dilarang diedarkan di wilayah Indonesia.
d.
Pendaftar Produk yang Dilindungi Paten
Pendaftar produk yang dilindungi paten adalah pemilik hak paten atau yang
ditunjuk oleh pemilik hak paten. Pendaftaran produk yang masih dilindungi paten
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
15
dapat dilakukan oleh pendaftar yang bukan pemilik hak paten sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan. Pendaftaran dapat diajukan mulai dua tahun
sebelum berakhirnya perlindungan paten dengan melampirkan informasi tanggal
berakhirnya perlindungan paten dan data ekivalensi untuk menjamin kesetaraan
khasiat, keamanan, dan mutu.
3. 1. 3 Registrasi Obat
3. 1. 3. 1 Kategori Registrasi Obat
Registrasi obat terdiri atas registrasi baru, registrasi variasi, dan
registrasi ulang. Registrasi baru diawali dengan proses pra-registrasi. Registrasi
baru terdiri atas tiga kategori, yaitu (Badan POM RI, 2011):
a.
Kategori 1 untuk registrasi obat baru dan produk biologi, temasuk produk
biologi sejenis (PBS)/Similar Biotherapic Product (SBP), meliputi:
1. Registrasi obat baru dengan zat aktif baru atau produk biologi
2. Registrasi obat baru atau produk biologi dengan kombinasi baru
3. Registrasi obat baru atau produk biologi dengan bentuk sediaan baru atau
kekuatan baru
4. Registrasi obat baru atau produk biologi dengan rute pemberian baru
5. Registrasi produk biologi sejenis (PBS)/Similar Biotherapic Product (SBP)
b.
Kategori 2 untuk registrasi obat copy, meliputi:
1. Registrasi obat copy yang memerlukan uji klinik
2. Registrasi obat copy yang tidak memerlukan uji klinik
c.
Kategori 3 : registrasi sediaan lain yang mengandung obat
Registrasi variasi dilakukan apabila terjadi perubahan terhadap obat
yang telah mendapat NIE. Registrasi variasi terdiri atas tiga kategori, yaitu :
a.
Kategori 4 : registrasi variasi major (VaMa)
b.
Kategori 5 : registrasi variasi minor yang memerlukan persetujuan (VaMi-B)
c.
Kategori 6 : registrasi variasi minor dengan notifikasi (VaMi-A)
Permohonan pengajuan registrasi ulang dilakukan paling cepat 120 hari
sebelum berakhir masa berlaku izin edar. Permohonan ini diajukan dengan
mengisi formulir registrasi (Lampiran 2) dan melampirkan dokumen registrasi
ulang. Persetujuan atas permohonan registrasi ulang secara otomatis berlaku sejak
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
16
berakhir masa izin edarnya, kecuali untuk registrasi ulang dengan informasi
terbaru yang terkait aspek keamanan obat, khasiat obat, dan/atau kerasionalan
formula obat. Registrasi ulang termasuk dalam kategori 7.
3. 1. 3. 2 Tata Laksana Registrasi Obat
Permohonan pra registrasi dan registrasi diajukan oleh pendaftar secara
tertulis kepada Kepala BPOM dan dilampiri dengan dokumen pra registrasi atau
dokumen registrasi. Isi dokumen proses pra registrasi atau registrasi dapat dilihat
pada Lampiran 3. Proses registrasi dibagi ke dalam dua tahap, yaitu tahap pra
registrasi dan tahap registrasi (Badan POM RI, 2011).
a.
Tahap Pra Registrasi
Permohonan pra registrasi dilakukan untuk penapisan registrasi obat,
penentuan kategori registrasi, penentuan jalur evaluasi, penentuan biaya
evaluasi, dan penentuan dokumen registrasi obat. Permohonan ini diajukan
dengan mengisi formulir pra registrasi, menyerahkan bukti pembayaran biaya
pra registrasi, dan melampirkan dokumen lengkap pra registrasi. Alur
pelaksanaan pra-registrasi dapat dilihat pada Lampiran 4.
Pada tahap ini, paling lama dalam jangka waktu 40 hari sejak
diterimanya permohonan pra registrasi Kepala BPOM memberikan surat hasil
pra registrasi (HPR) kepada pendaftar yang berlaku satu tahun sejak tanggal
dikeluarkan. Apabila sebelum jangka waktu yang dimaksud diperlukan
penambahan data atas dokumen administratif dan/atau teknis, maka pendaftar
akan diberikan surat permintaan tambahan data. Perhitungan jangka waktu
pengeluaran HPR diberhentikan (clock off) sampai pendaftar menyampaikan
tambahan data yang diterima dan penyerahan tambahan data tersebut harus
disampaikan paling lama 20 hari setelah surat dikeluarkan.
Jalur evaluasi untuk tahap pra registrasi terdiri atas jalur 40 hari,
meliputi registrasi variasi minor yang memerlukan persetujuan dan registrasi
obat khusus ekspor, jalur 100 hari meliputi (Badan POM RI, 2011) :
1) Registrasi baru obat baru dan produk biologi yang diindikasikan untuk
terapi penyakit serius yang mengancam nyawa manusia (life saving),
dan/atau mudah menular pada orang lain, dan/atau belum ada atau
kurangnya pilihan terapi lain yang aman dan efektif.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
17
2) Registrasi baru obat baru dan produk biologi yang berdasarkan justifikasi
diindikasikan untuk penyakit serius dan langka (orphan drug).
3) Registrasi baru obat baru dan produk biologi ditujukan untuk program
kesehatan masyarakat.
4) Registrasi baru obat baru dan produk biologi yang telah melalui proses
obat pengembangan baru yang dikembangkan oleh industri farmasi atau
institusi riset di Indonesia dan seluruh tahapan uji kliniknya dilakukan di
Indonesia.
5) Registrasi baru obat copy esensial generik yang dilengkapi dengan
dokumen penunjang kebutuhan program atau data pendukung sebagai
obat esensial.
6) Registrasi baru obat copy dengan standar informasi elektronik (Stinel).
7) Registrasi variasi major indikasi baru/posologi baru untuk obat yang
ditujukan sebagaimana dimaksud pada huruf a-d.
8) Registrasi variasi major yang tidak termasuk pada huruf g.
Jalur 150 hari meliputi (Badan POM RI, 2011) :
1) Registrasi baru obat baru, produk biologi, dan registrasi variasi major
indikasi baru/posologi baru yang telah disetujui di negara yang telah
menerapkan sistem evaluasi terharmonisasi dan di negara dengan sistem
evaluasi yang telah dikenal baik.
2) Registrasi baru obat baru, produk biologi, dan registrasi variasi major
indikasi baru/posologi baru yang telah disetujui paling sedikit di tiga
negara dengan sistem evaluasi yang telah dikenal baik.
3) Registrasi baru obat copy tanpa Stinel. Jalur 300 hari, meliputi registrasi
baru obat baru, produk biologi, produk biologi sejenis, atau registrasi
variasi major indikasi baru/posologi baru yang tidak termasuk dalam
jalur evaluasi sebagaimana dimaksud pada jalur 100 dan 150 hari (Badan
POM RI, 2011).
b.
Tahap Registrasi
Pengajuan registrasi dilakukan dengan menyerahkan berkas registrasi
dengan mengisi formulir registrasi dan disket disertai bukti pembayaran biaya
evaluasi dan pendaftaran, serta Hasil Pra Registrasi. Berkas registrasi terdiri
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
18
atas formulir registrasi dengan dokumen administratif dan dokumen
penunjang. Dokumen tersebut disusun sesuai format ASEAN Common
Technical Dossier (ACTD). Dokumen registrasi yang diserahkan harus
dilengkapi dengan rancangan kemasan dan brosur. Rancangan kemasan,
meliputi etiket, dus/bungkus luar, strip/blister, catch over, ampul atau vial,
dan kemasan lain sesuai ketentuan tentang pembungkusan luar dan penandaan
yang berlaku, yang merupakan rancangan kemasan obat yang akan diedarkan,
dan dilengkapi dengan rancangan warna (Badan POM RI, 2011). Alur Proses
registrasi dapat dilihat pada Lampiran 5.
3. 1. 3. 3 Evaluasi dan Pemberian Keputusan
Evaluasi dilakukan terhadap dokumen registrasi yang telah dinyatakan
lengkap. Evaluasi dilaksanakan sesuai jalur evaluasi 40 hari kerja, 100 hari kerja,
150 hari kerja, atau 300 hari kerja yang dihitung sejak penyerahan dokumen
registrasi obat.
Untuk melakukan evaluasi,
dibentuk Komite Nasional
(KOMNAS) Penilai Obat, Panitia Penilai Khasiat Keamanan, Panitia Penilai
Mutu, dan Panitia Penilai Informasi Produk dan Penandaan. Evaluasi data khasiat
dan keamanan dilakukan berdasarkan pembuktian ilmiah dan pedoman penilaian
khasiat dan keamanan oleh Penilai Khasiat Keamanan. Hasil evaluasi khasiat dan
keamanan disampaikan kepada pendaftar paling lambat 30 hari. Berdasarkan hasil
evaluasi tersebut, KOMNAS Penilai Obat dapat memberikan rekomendasi kepada
Kepala BPOM. Apabila diperlukan klarifikasi dan/atau penjelasan teknis secara
rinci
dari
dokumen
yang
diserahkan,
KOMNAS
Penilai
Obat
dapat
merekomendasikan untuk dilakukan dengar pendapat oleh pendaftar. Untuk
dengar pendapat, BPOM akan menyampaikan surat pemberitahuan kepada
pendaftar. Evaluasi informasi produk dan penandaan dilakukan oleh Penilai
Informasi Produk dan Penandaan sesuai kriteria yang lengkap, objektif, tidak
menyesatkan yang menjamin penggunaan obat secara tepat, rasional, dan aman.
Jika diperlukan tambahan data, maka permintaan tambahan data akan
disampaikan kepada pendaftar secara tertulis. Tambahan data ini harus
disampaikan paling lama 100 hari kerja setelah tanggal permintaan, sementara itu
waktu perhitungan waktu evaluasi dihentikan (clock off). Perhitungan waktu
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
19
evaluasi dilanjutkan setelah pendaftar menyerahkan tambahan data (Badan POM
RI, 2011).
Keputusan terhadap registrasi obat dapat berupa pemberian persetujuan
atau penolakan yang dipertimbangkan berdasarkan hasil evaluasi dokumen
registrasi dan hasil pemeriksaan pada pabrik pembuatan obat. Persetujuan
diberikan secara tertulis kepada pendaftar berupa persetujuan izin edar,
persetujuan impor dalam bentuk ruahan, persetujuan impor khusus ekspor, dan
persetujuan khusus ekspor. Penolakan registrasi disampaikan secara tertulis oleh
Kepala BPOM berupa surat penolakan dan biaya registrasi yang telah dibayarkan
tidak dapat ditarik kembali. Registrasi yang ditolak dapat diajukan kembali
dengan mengikuti tata cara sesuai ketentuan.
Jika terdapat keberatan terhadap hasil evaluasi khasiat dan keamanan
dari KOMNAS Penilai Obat maka pendaftar dapat mengajukan permohonan
dengar pendapat secara tertulis dalam jangka waktu 20 hari sejak tanggal surat
pemberitahuan kepada Kepala BPOM. Jika keputusan hasil registrasi berupa
penolakan, maka pendaftar dapat mengajukan permohonan peninjauan kembali
kepada Kepala BPOM. Peninjauan kembali ini dapat diajukan paling lama enam
bulan setelah tanggal surat penolakan dan hanya dapat dilakukan satu kali.
Permohonan ini harus dilengkapi dengan data baru dan/atau data yang sudah
pernah diajukan dengan dilengkapi justifikasi. Pembahasan terhadap surat
permohonan ini dilakukan paling lama 100 hari sejak dokumen diterima. Apabila
registrasi ditolak, pendaftar dapat mengajukan permohonan registrasi kembali
sesuai ketentuan. Akan tetapi jika registrasi ditolak karena alasan tidak memenuhi
kriteria khasiat dan keamanan, selain harus mengikuti tata cara sesuai ketentuan,
registrasi kembali hanya dapat diajukan dengan data baru dan paling cepat satu
tahun setelah tanggal surat penolakan (Badan POM RI, 2011).
3. 1. 3. 4 Masa Berlaku dan Pelaksanaan Izin Edar
Izin edar obat berlaku paling lama lima tahun selama masih memenuhi
ketentuan yang berlaku termasuk persetujuan impor dalam bentuk ruahan,
persetujuan impor khusus ekspor, dan persetujuan khusus ekspor. Jika obat yang
diregistrasikan berdasarkan perjanjian atau penunjukkan dengan masa kerja sama
kurang dari lima tahun, maka masa berlaku izin edar disesuaikan dengan masa
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
20
berlaku kerja sama dalam dokumen perjanjian. Dalam hal perjanjian atau
penunjukkan kerja sama dihentikan sebelum masa izin edar berakhir, izin edar
obat yang bersangkutan dibatalkan. Obat yang telah habis masa berlaku izin
edarnya dapat diperpanjang selama memenuhi kriteria melalui mekanisme
registrasi ulang. Apabila obat yang telah habis masa berlaku izin edarnya dan
tidak diperpanjang maka dianggap sebagai obat yang tidak memiliki izin edar
(Badan POM RI, 2011).
Pendaftar wajib memproduksi atau mengimpor, dan mengedarkan obat
yang telah mendapatkan izin edar selambatnya satu tahun setelah tanggal
persetujuan dikeluarkan dan harus melapor kepada Kepala BPOM dengan
menyerahkan kemasan siap edar. Kemasan siap edar yang diserahkan berupa
kemasan primer, kemasan sekunder, dan informasi produk. Penyerahan kemasan
dilakukan paling lambat satu bulan sebelum pelaksanaan peredaran obat. Pemilik
izin edar obat wajib melakukan pemantauan khasiat, keamanan, dan mutu selama
obat diedarkan dan melaporkan hasilnya kepada Kepala BPOM (Badan POM RI,
2011).
3. 1. 3. 5 Evaluasi Kembali dan Sanksi
Evaluasi kembali dapat dilakukan terhadap obat yang telah mendapat
izin edar. Evaluasi ini dilakukan jika berdasarkan hasil pemantauan terdapat
perkembangan baru mengenai khasiat, keamanan, dan mutu obat yang berbeda
dari data penunjang saat registrasi. Keputusan hasil evaluasi kembali dapat berupa
perubahan penandaan, perbaikan komposisi/ formula, pemberian batasan
penggunaan, penarikan obat dari peredaran, dan/ atau pembekuan izin edar
dan/atau pembatalan izin edar (Badan POM RI, 2011).
Pendaftar yang tidak memenuhi ketentuan dapat dikenakan sanksi
administratif berupa peringatan tertulis, pembatalan proses registrasi obat,
pembekuan izin edar obat yang bersangkutan, pembatalan izin edar obat yang
bersangkutan, atau sanksi administratif lain sesuai ketentuan perundang undangan.
Pemberian sanksi berupa pembatalan atau pembekuan izin edar terjadi jika tidak
melaksanakan kewajiban memproduksi, mengimpor, atau mengedarkan obat yang
telah mendapat izin edar, selama 12 bulan berturut-turut tidak memproduksi,
mengimpor, atau mengedarkan, izin industri farmasi pemilik izin edar dicabut,
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
21
dan/ atau pemilik izin edar melakukan pelanggaran di bidang produksi dan/ atau
distribusi obat. Pembekuan dan pembatalan izin edar dilakukan secara tertulis
kepada pemilik izin edar (Badan POM RI, 2011).
3. 2 ASEAN Common Technical Dossier / ASEAN Common Technical
Requirements
ASEAN Common Technical Dossier (ACTD) adalah format umum yang
digunakan untuk menyusun dokumen registrasi yang akan didaftarkan kepada
badan regulasi obat di wilayah ASEAN. Tujuan penggunaan ACTD adalah agar
penggambaran berbagai informasi produk menjadi transparan dan tidak ambigu,
sehingga mempermudah pemeriksaan data-data dasar dan membantu pembaca
menjadi lebih cepat terorientasi kepada isi pendaftaran produk (Badan POM RI,
2011).
ASEAN Common Technical Requirements (ACTR) adalah seluruh materi
tertulis yang bertujuan untuk membantu pendaftar untuk menyiapkan dokumen
registrasi secara konsisten sesuai dengan harapan seluruh badan otoritas regulasi
obat di ASEAN. ACTR ini berisi seluruh persyaratan dan parameter-parameter
yang harus dipenuhi oleh produk obat, baik dari segi kualitas, keamanan, dan
efikasi. Untuk memenuhi persyaratan yang tercantum dalam ACTR, maka dibuat
berbagai pedoman, seperti pedoman uji stabilitas, validasi analisis, validasi
proses, validasi uji bioekivalensi, dan berbagai pedoman keamanan dan pedoman
efikasi (Badan POM RI, 2011).
3. 2. 1 Ketentuan ACTD
Teks dan tabel harus disiapkan dengan margin yang memungkinkan
dokumen dapat dicetak dengan baik pada kertas berukuran A4. Margin kiri
sebaiknya cukup besar sehingga informasi tidak bias dengan menggunakan
metode binding. Jenis huruf dan besar huruf adalah Times New Roman 12. Untuk
teks dan tabel, sebaiknya jenis dan ukuran huruf yang cukup besar sehingga
mudah dibaca bahkan setelah difotokopi. Setiap halaman harus diberi angka
dengan halaman pertama pada setiap bagian disebut sebagai halaman 1. Untuk
singkatan dan pengertian Common Technical Dossier harus dijelaskan setiap
pertama kali digunakan pada setiap bagian. Referensi harus dicantumkan menurut
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
22
1979 Vancouver Declaration of Uniform requirements for Manuscript Submitted
to Biomedical Journals (Badan POM RI, 2011).
3. 2. 2 Pembagian ACTD
ACTD dibagi ke dalam 4 bagian, yaitu Dokumen Administratif,
Dokumen Mutu, Dokumen Non klinik, dan Dokumen Klinik (Badan POM RI,
2011).
3. 2. 2. 1 Dokumen Administratif
Dokumen ini berisi pengenalan umum dari sediaan farmasi yang akan
didaftarkan. Pada bagian awal dokumen ini berisi keseluruhan tabel isi atau
keseluruhan dokumen ACTD untuk memberikan informasi dasar yang dapat
dicari langsung. Selanjutnya, dokumen ini berisi data administratif yang
memerlukan dokumentasi spesifik sejelas mungkin, yaitu formulir pendaftaran,
label, brosur, kemasan, dan lain-lain. Bagian akhir dari dokumen ini adalah
informasi produk yang memberikan informasi seperlunya, meliputi informasi
pemberian obat, mekanisme kerja, efek samping, dan sebagainya. Isi dari
dokumen administratif dapat dilihat pada Lampiran 3 (Badan POM RI, 2011).
3. 2. 2. 2 Dokumen Mutu
Bagian ini berisikan penjelasan mengenai kualitas produk obat secara
menyeluruh beserta laporan penelitiannya. Dokumen kontrol kualitas harus
dijelaskan sejelas mungkin. Isi dari dokumen mutu dapat dilihat pada Lampiran 2
(Badan POM RI, 2011).
3. 2. 2. 3 Dokumen Non klinik
Bagian ini harus memberikan penjelasan non klinik yang disertai
dengan rangkuman non klinik tertulis dan rangkuman non klinik dalam bentuk
tabel. Data dalam bagian ini tidak disertakan pada pendaftaran produk generik,
produk yang telah memiliki NIE dengan variasi minor, dan juga pada beberapa
produk dengan variasi mayor. Untuk negara-negara anggota ASEAN tertentu,
laporan penelitian dari bagian ini mungkin tidak dibutuhkan untuk produk dengan
zat kimia baru (New Chemical Entity/NCE), produk bioteknologi, dan produk
dengan variasi mayor lain jika produk aslinya telah teregistrasi dan sudah disetujui
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
23
untuk izin pemasaran di negara asalnya. Isi dari dokumen non klinik dapat dilihat
pada Lampiran 3 (Badan POM RI, 2011).
3. 2. 2. 4 Dokumen Klinik
Bagian ini memberikan penjelasan klinik dan rangkuman klinik.
Dokumen dari bagian ini juga tidak disertakan pada pendaftaran produk generik,
produk yang telah memiliki NIE dengan variasi minor, dan juga pada beberapa
produk dengan variasi mayor. Untuk negara-negara anggota ASEAN, laporan
penelitian dari bagian ini mungkin tidak dibutuhkan untuk produk dengan zat
kimia baru (NCE), produk bioteknologi, dan produk dengan variasi mayor lain
jika produk aslinya telah teregistrasi dan sudah disetujui untuk izin pemasaran di
Negara asalnya. Isi dari dokumen klinik dapat dilihat pada Lampiran 3 (Badan
POM RI, 2011).
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
24
BAB 4
PEMBAHASAN
4. 1 Registrasi Obat
Registrasi adalah proses yang harus dilakukan untuk untuk mendapatkan
nomor ijin edar (NIE) suatu obat sehingga obat tersebut dapat diedarkan di
wilayah Indonesia. Untuk mendapatkan nomor izin edar suatu obat harus
memiliki kriteria, antara lain memiliki khasiat yang meyakinkan dan keamanan
memadai dibuktikan melalui uji non-klinik dan uji klinik atau bukti-bukti lain
sesuai dengan standar perkembangan ilmu pengetahuan yang bersangkutan, obat
memenuhi syarat yang dinilai dari proses produksi sesuai dengan Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), spesifikasi dan metode analisis terhadap
semua bahan yang digunakan serta produk jadi dengan bukti yang sahih, obat
memiliki penandaan dan informasi produk yang berisi informasi lengkap,
objektif dan tidak menyesatkan yang dapat menjamin penggunaan obat secara
tepat, rasional dan aman, obat sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat, dan
khusus untuk obat psikotropika baru harus memiliki keunggulan dibandingkan
dengan obat yang telah disetujui beredar di Indonesia, dan untuk kontrasepsi
atau obat lain yang digunakan dalam program nasional dapat dipersyaratkan uji
klinik di Indonesia (Badan POM RI, 2011).
Registrasi bertujuan untuk melindungi masyarakat dari peredaran produk
yang tidak memenuhi persyaratan khasiat, keamanan, dan mutu. Pengajuan
registrasi obat ditujukan kepada Kepala Badan dan selanjutnya dilakukan
evaluasi oleh evaluator yang ditunjuk dan ahli dibidangnya untuk menilai obat
tersebut telah sesuai dengan persyaratan yang ada atau tidak. Di Indonesia,
evaluasi dokumen registrasi obat dilakukan oleh BPOM selaku pihak regulator.
Tata lakasana registrasi obat diatur oleh Badan POM dalam keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011 Tentang Kriteria dan Tata Laksana
Registrasi Obat menggantikan Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat dalam
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.3.1950
tahun 2003 karena telah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu
24
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
25
pengetahuan
dan
teknologi.
Perubahan
yang
terjadi
juga
merupakan
penyempurnaan dan penyesuaian dengan regulasi terbaru di Indonesia dan
ASEAN, namun secara garis besar isi dari regulasi mengenai tata cara registrasi
obat tidak terlalu banyak berubah.
Perubahan yang terdapat pada terjadi pada tata laksana registrasi obat tahun
2011 dari tahun 2003 antara lain adalah penjelasan mengenai pendaftar registrasi
yang sebelumnya diatur bahwa pendaftar merupakan industri farmasi yang
memiliki izin industri dan PBF namun sekarang hanya industi farmasi yang telah
memiliki izin industri; terdapat perubahan kategori registrasi yang sebelumnya
ada 10 kategori namun sekarang hanya 7 kategori registrasi saja; terdapat
perubahan pada jalur pra-registrasi yang sebelumnya hanya ditujukan untuk obat
yang belum memiliki izin edar namun sekarang pra-registrasi dilakukan pada
obat baru dan obat copy yang belum pernah didaftarkan dan pada registrasi
variasi
yang
termasuk
kategori
variasi
mayor;
terdapat
perubahan
pengelompokan registrasi variasi yang sebelumnya tidak ada pengelompokan
registrasi variasi namun sekarang menjadi tiga kelompok registrasi yaitu
registrasi variasi mayor, registrasi variasi minor yang memerlukan persetujuan
dan registrasi variasi minor dengan notifikasi; terdapat ketentuan bolar provision
yakni obat paten yang sebelumnya tidak boleh diregistrasikan namun sekarang
ada ketentuan yang menyebutkan bahwa obat paten diizinkan untuk dilakukan
registrasi; dan terdapat perubahan jalur evaluasi.
4. 2 Registrasi Obat Baru
Obat baru adalah obat yang mengandung zat aktif baru, zat tambahan baru,
bentuk sediaan atau rute pemberian baru, kekuatan baru, atau kombinasi
baru yang belum pernah disetujui di Indonesia (Badan POM RI, 2011). Registrasi
obat baru termasuk dalam golongan registrasi baru kategori 1. Proses registrasi
obat baru terbagi ke dalam dua tahap, yaitu tahap pra registrasi dan kemudian
dilanjutkan dengan tahap registrasi. Tahapan pra registrasi dilakukan untuk
menentukan kategori registrasi, jalur evaluasi, dan biaya evaluasi pada tahapan
registrasi selanjutnya. Kegiatan pra registrasi diawali dengan pengajuan
pendaftaran secara online melalui https://www.antrianobat.co untuk mendapatkan
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
26
jadwal layanan di minggu berikutnya. Jadwal pendaftaran dan nomor antrian
akan dikirimkan melalui email setiap jumat. Pendaftar kemudian melakukan
verifikasi kelengkapan dokumen sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Kelengkapan dokumen dan persyaratan untuk registrasi baru dapat dilihat
pada Lampiran 6. Permohonan pra registrasi dan registrasi diajukan oleh
pendaftar secara tertulis kepada Kepala BPOM dan dilampiri dengan dokumen
sesuai tahapannya.
Secara garis besar dokumen registrasi yang harus diserahkan terdiri dari 4
bagian, yaitu:
a.
Dokumen administratif
b.
Dokumen mutu
c.
Dokumen non-klinik
d.
Dokumen klinik
Kelengkapan dokumen tersebut disatukan dalam ordner/map berwarna
biru. Selain kelengkapan dokumen dan persyaratan seperti yang tertera pada
Lampiran 6, untuk obat kategori 1 atau obat baru, pendaftar juga harus
menyerahkan rencana manajemen risiko yang kemudian akan ditetapkan.
Dokumen pra-registrasi atau registrasi yang telah disiapkan akan
di verifikasi pada bagian loket pra registrasi. Setelah dinyatakan lengkap oleh
petugas desk evaluator dengan bukti cap lengkap pada dokumen checklist
selanjutnya pendaftar akan mendapat surat perintah bayar untuk biaya evaluasi
pra registrasi. Setelah pembayaran dilakukan, dokumen-dokumen tersebut beserta
bukti cap lengkap, bukti bayar dan formulir pra registrasi yang sebelumnya telah
diisi di masukkan ke dalam loket bagian pemasukan dokumen untuk dilakukan
validasi kelengkapan dokumen. Bersamaan dengan dimasukkannya dokumen pra
registrasi pendaftar akan mendapatkan surat tanda terima dokumen. Setelah
proses tersebut, pendaftar harus terus memantau perkembangan tahapan pra
registrasi yang sedang berjalan dan harus siap jika pada tahapan tersebut
diperlukan data tambahan. Hasil pra registrasi akan keluar dalam jangka waktu
40 hari kerja terhitung sejak dokumen dimasukkan. Setelah 40 hari kerja,
pendaftar
akan
mendapatkan
hasil pra registrasi,
di dalamnya akan
mencantumkan kategori registrasi, jalur evaluasi, biaya evaluasi tahapan
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
27
registrasi serta pengembalian dokumen pra registrasi atau registrasi.
Tahapan selanjutnya yaitu registrasi. Pada tahapan ini hampir sama dengan
tahapan pra registrasi. Perbedaan terdapat pada saat dilakukannya validasi
kelengkapan dokumen. Saat melakukan validasi kelengkapan dokumen registrasi
pendaftar harus menyertakan hasil pra registrasi, bukti bayar, cap bukti lengkap,
disc beserta dokumen registrasi serta mengisi formulir permohonan registrasi
dan formulir pengisian disc. Setelah pembayaran dilakukan dokumen-dokumen
tersebut beserta bukti cap lengkap, bukti bayar, formulir registrasi, hasil pra
registrasi, dan disc yang sebelumnya telah diisi di masukkan ke dalam loket
bagian pemasukan dokumen.
Bersamaan dengan dimasukkannya dokumen registrasi pendaftar akan
mendapatkan surat tanda terima dokumen. Setelah proses tersebut, pendaftar
harus terus memantau perkembangan tahapan registrasi yang sedang berjalan dan
harus siap jika pada tahapan tersebut diperlukan data tambahan. Hasil
registrasi akan keluar dalam jangka waktu sesuai dengan kategori registrasi,
terhitung sejak dokumen dimasukkan. Setelahnya, jika telah disetujui, maka akan
didapatkan nomor izin edar (NIE) yang berlaku selama 5 tahun, dan dapat
diperpanjang jika telah habis masa berlakunya dengan registrasi ulang.
4. 3 Registrasi Obat Copy
Obat copy adalah obat yang mengandung zat aktif dengan komposisi,
kekuatan, bentuk sediaan, rute pemberian, indikasi dan posologi sama
dengan obat yang sudah disetujui. Untuk kelengkapan dokumen registrasi obat
copy secara umum memiliki kesamaan dengan registrasi obat baru, namun
terdapat perbedaan pada beberapa bagian, diantaranya yaitu: untuk registrasi obat
copy tidak disertakan bagian 3, yaitu dokumen non-klinik, serta perbedaan warna
ordner/map yang digunakan. Untuk pra registrasi obat copy menggunakan
ordner/map hitam dan untuk registrasinya menggunakan ordner/map merah.
4. 4 Registrasi Variasi
Perubahan terhadap obat yang telah mendapat nomor ijin edar harus
dilaporkan kepada Kepala Badan melalui mekanisme Registrasi variasi.
Registrasi variasi adalah registrasi perubahan aspek apapun pada produk yang
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
28
telah memiliki izin edar di Indonesia,
termasuk tetapi tidak terbatas pada
perubahan formulasi, metoda, proses pembuatan, spesifikasi untuk obat dan
bahan baku, wadah, kemasan dan penandaan. Registrasi Variasi Major (VaMa)
adalah registrasi variasi yang berpengaruh bermakna terhadap aspek khasiat,
keamanan, dan/atau mutu obat. Registrasi Variasi Minor yang Memerlukan
Persetujuan (VaMi-B) adalah registrasi variasi yang tidak termasuk kategori
registrasi variasi minor dengan notifikasi maupun variasi major. Registrasi
Variasi Minor dengan Notifikasi (VaMi-A) adalah registrasi variasi yang
berpengaruh minimal atau tidak berpengaruh sama sekali terhadap aspek khasiat,
keamanan, dan/atau mutu obat, serta tidak merubah informasi pada sertifikat izin
edar (Badan POM RI, 2011). Permohonan registrasi variasi diajukan dengan
mengisi formulir dan melampirkan dokumen registrasi variasi terkait perubahan
yang diajukan.
4. 5 Registrasi Ulang
Registrasi ulang dilakukan pada produk yang telah habis masa nomor ijin
edarnya. Permohonan pengajuan registrasi ulang dilakukan paling cepat 120 hari
sebelum berakhir masa berlaku izin edar. Permohonan ini diajukan dengan
mengisi formulir registrasi dan melampirkan dokumen registrasi ulang.
Persetujuan atas permohonan registrasi ulang secara otomatis berlaku sejak
berakhir masa izin edarnya, kecuali untuk registrasi ulang dengan informasi
terbaru yang terkait aspek keamanan obat, khasiat obat, dan/atau kerasionalan
formula obat.
4. 6 Regulatory
4. 6. 1 Fungsi Regulatory
Fungsi seorang regulator sangat penting di PT. Novartis Indonesia.
Regulator bertanggung jawab untuk meregistrasikan produk yang belum
memiliki ijin edar, mengajukan registrasi variasi terhadap perubahan produk
yang telah memiliki nomor ijin edar, dan meregistrasi ulang produk yang telah
habis masa ijin edarnya. Regulator berperan sebagai perencana proses registrasi,
sebagai orang yang mempersiapkan persyaratan registrasi obat meliputi formulir
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
29
maupun dokumen pendukung registrasi obat, sebagai pendaftar ke Badan POM,
sebagai pihak yang bernegosiasi jika terjadi permasalahan selama proses
registrasi baik dalam bentuk kelengkapan data maupun konsultasi dengan pihak
yang terkait, sebagai pihak yang mengurus pembayaran terkait registrasi obat,
sebagai pengontrol selama proses registrasi berjalan, dan sebagai pihak yang
membuat pelaporan tentang produk-produk yang telah mengalami proses
registrasi.
4. 6. 2 Karakterisasi regulator
Menjadi seorang regulator harus memiliki beberapa karakter pendukung
terkait fungsinya sebagai seorang regulatory. Karakter tersebut antara lain adalah:
a.
Pintar, artinya seorang regulator dapat menangkap informasi yang terdapat
dalam dokumen terkait registrasi dan paham secara keseluruhan isi dokumen
tersebut sehingga dapat menghadapi evaluator dari Badan POM dengan baik.
b.
Memiliki kemampuan dalam mempersiapkan semua persyaratan yang
dibutuhkan untuk meregistrasikan produknya, baik terkait dokumen
pendukung maupun formulir dan hal-hal lain sehingga memudahkan
evaluator memeriksa kelengkapan yang diperlukan dalam meregistrasikan
suatu produk.
c.
Memiliki sikap yang baik dalam bekerja, baik ketika berada dalam suatu tim
maupun individual.
d.
Sikap yang harus dimiliki oleh seorang regulator antara lain disiplin, jujur,
teliti, kreatif, mudah bersosialisasi, mudah bekerja sama, dapat bernegosiasi
dengan baik, efektif dan efisien dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktek kerja profesi apoteker yang dilakukan di PT. Novartis,
maka dapat disimpulkan bahwa peranan seorang Apoteker di bagian Regualtory
Affair di PT. Novartis Indonesia yaitu bertanggung jawab untuk meregistrasikan
obat-obatan yang belum memiliki izin edar, melakukan registrasi variasi terhadap
perubahan yang dialami oleh obat-obatan yang telah memiliki izin edar dan
melakukan registrasi ulang untuk obat-obatan yang telah habis masa izin edarnya.
5.2 Saran
a.
Pihak Universitas harus mengembangkan kerja sama dengan bagian regulatori
industri farmasi dalam pelaksanaan program Praktek Kerja Profesi Apoteker
untuk mengembangkan potensi para calon apoteker mengenai tugas dan
fungsinya secara lebih luas di Industri Farmasi, tidak hanya terbatas pada
bagian Produksi dan Mutu Produk.
b.
Perlu menanamkan karakter yang harus dimiliki seorang regulator kepada
para calon apoteker sehingga dapat memaksimalkan fungsi regulator dalam
suatu industri farmasi.
30
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM RI. (2011). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011 tentang Kriteria dan Tata
Laksana Registrasi Obat. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia.
Novartis Indonesia. (2014). Tentang Novartis Indonesia. Maret 18, 2014.
http://www.id.novartis.com.
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1700/MenKes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
31
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
33
Lampiran 1. Struktur organisasi Medical and Regulatory Departement, PT. Novartis
Indonesia, Jakarta.
Chief Scientific
Officer (CSO)
Secretary
CRA
Head
Medical Affair
Manager
MA 1
MA 2
MA 3
MIC
Manager
CRA
MSL
MSL
MSL
CRA
MSL
MSL
MSL
CRA
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
PV & RMP
Manager
DRA
Head
DRA
Manage
r
DRA
Officer
DRA
Staff
34
Lampiran 2. Formulir registrasi
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
35
Lampiran 2. (Lanjutan)
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
36
Lampiran 2. (Lanjutan)
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
37
Lampiran 2. (Lanjutan)
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
38
Lampiran 3. Isi dokumen pra-registrasi dan registrasi
BAGIAN I DOKUMEN ADMINISTRATIF DAN INFORMASI PRODUK
Sub Bagian A Daftar Isi Keseluruhan
Sub Bagian B Dokumen Administratif
1. Surat Pengantar
2. Formulir Registrasi
3. Pernyataan Pendaftar
4. Sertifikat dan Dokumen Administratif Lain
4.1 Obat Produksi Dalam Negeri
4.1.1 Izin industri farmasi
4.1.2 Sertifikat CPOB yang masih berlaku untuk bentuk sediaan
yang didaftarkan
4.1.3 Data insperksi terakhir dan perubahan terkait paling lama
dua tahun yang dikeluarkan oleh BPOM
4.2 Obat Produksi Dalam Negeri berdasarkan Lisensi
4.2.1 Izin industri farmasi atau dokumen penunjang dengan
bukti yang cukup untuk badan atau institusi riset sebagai
pemberi lisensi
4.2.2 Izin industri farmasi sebagai penerima lisensi
4.2.3 Sertifikat CPOB industri farmasi penerima lisensi yang
masih berlaku untuk bentuk sediaan yang didaftarkan
4.2.4 Perjanjian lisensi
4.3 Obat Produksi Dalam Negeri berdasarkan Kontrak
4.3.1 Izin industri farmasi pendaftar/pemberi kontrak
4.3.2 Izin industri farmasi sebagai penerima kontrak
4.3.2 Sertifikat
CPOB
industri
farmasi
pemberi kontrak yang masih berlaku
4.3.3 Perjanjian kontrak
4.4 Obat Khusus Ekspor
4.4.1 Izin industri farmasi
4.4.2 Sertifikat CPOB pendaftar
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
pendaftar
atau
39
Lampiran 3. (Lanjutan)
4.4.3 Sertifikat CPOB atau dokumen lain yang setara dari
produsen sesuai bentuk sediaan yang didaftarkan (untuk
obat impor khusus ekspor)
4.5 Obat Impor
4.5.1 Izin industri farmasi produsen dan pendaftar
4.5.2 Surat
penunjukkan
dari
industri
farmasi
atau
pemilik produk di luar negeri
4.5.3 Certificate of Pharmaceutical
Product (CPP)
atau
dokumen lain yang setara dari negara produsen dan/atau
Negara dimana diterbitkan sertifikat kelulusan bets
4.5.4 Sertifikat CPOB yang masih berlaku dari produsen untuk
bentuk sediaan yang didaftarkan atau dokumen
lain
yang setara (termasuk sertifikat CPOB produsen zat aktif
untuk produk biologi)
4.5.5 Data inspeksi CPOB terakhir dan perubahan terkait paling
lama dua tahun yang dikeluarkan oleh otoritas pengawas
obat setempat dan/atau otoritas pengawas obat negara lain
4.5.6 Justifikasi impor
4.5.7 Bukti perimbangan kegiatan ekspor dan impor (jika perlu)
5. Hasil Pra-Registrasi
6. Kuitansi/Bukti Pembayaran
7. Dokumen Lain
Sub Bagian C Informasi Produk dan Penandaan
1. Informasi Produk
2. Penandaan pada kemasan
BAGIAN II DOKUMEN MUTU
Sub Bagian A Ringkasan Dokumen Mutu (RDM)
Sub Bagian B Dokumen Mutu
S Zat Aktif
S1 Informasi Umum
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
40
Lampiran 3. (Lanjutan)
S1.1 Tata Nama S1.2
Rumus Kimia S1.3
Sifat-sifat umum
S2 Proses Produksi dan Sumber Zat Aktif
S2.1 Produsen
S2.2 Uraian dan Kontrol Proses Pembuatan
S2.3 Kontrol terhadap Bahan
S2.4 Kontrol terhadap Tahapan Kritis dan Senyawa
S2.5 Validasi proses dan/atau Evaluasi
S2.6 Pengembangan Proses Pembuatan
S3 Karakterisasi
S3.1 Elusidasi dan Struktur Karakterisasi
S3.2 Bahan Pengotor
S4 Spesifikasi dan Metode Pengujian Zat Aktif
S4.1 Spesifikasi antara
S4.2 Prosedur Analisis
S4.3 Validasi Prosedur Analisis
S4.4 Analisis Bets
S4.5 Justifikasi Spesifikasi
S5 Baku Pembanding
S6 Spesifikasi dan Pengujian Kemasan
S7 Stabilitas
P Obat Jadi
P1 Pemerian dan Formula
P2 Pengembangan Produk
P2.1 Informasi dan Studi Pengembangan
P2.2 Komponen Obat
P2.2.1 Zat Aktif
P2.2.2 Zat Tambahan
P2.3 Obat
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
41
Lampiran 3. (Lanjutan)
P2.3.1 Pengembangan Formula
P2.3.2 Overages
P2.3.3 Sifat Fisikokimia dan biologi
P2.4 Pengembangan Proses Pembuatan
P2.5 Sistem Kemasan
P2.6 Atribut Mikrobiologi
P2.7 Kompatibilitas
P3 Prosedur Pembuatan
P3.1 Formula Bets
P3.2 Proses Pembuatan dan Kontrol Proses
P3.3 Kontrol terhadap Tahapan Kritis dan Produk Antara
P3.4 Validasi Proses dan/atau Laporan
P4 Spesifikasi dan Metode Pengujian Zat Tambahan
P4.1 Spesifikasi
P4.2 Prosedur Analisis
P4.3 Zat Tambahan yang Bersumber dari Hewan dan/atau Manusia
P4.4 Zat Tambahan Baru
P5 Spesifikasi dan Metode Pengujian Obat
P5.1 Spesifikasi
P5.2 Prosedur Analisis
P5.3 Laporan validasi Metode Analisis
P5.4 Analisis Bets
P5.5 Karakterisasi Zat Pengotor
P5.6 Justifikasi Spesifikasi
P6 Baku Pembanding
P7 Spesifikasi dan Metode Pengujian Kemasan
P8 Stabilitas
P9 Bukti Ekivalensi (bila perlu)
Sub Bagian C Daftar Pustaka
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
42
Lampiran 3. (Lanjutan)
BAGIAN III DOKUMEN NONKLINIK
Sub Bagian A Tinjauan Studi Nonklinik
Sub Bagian B Ringkasan dan Matriks Studi Nonklinik
Sub Bagian C Laporan Studi Nonklinik
Sub Bagian D Daftar Pustaka
BAGIAN IV DOKUMEN KLINIK
Sub Bagian A Tinjauan Studi Klinik
Sub Bagian B Ringkasan Studi Klinik
Sub Bagian C Matriks Studi Klinik
Sub Bagian D Laporan Studi Klinik
Sub Bagian E Daftar Pustaka
[Sumber : Badan POM RI, 2011]
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
43
Lampiran 4. Gambar alur proses Tahap pra-registrasi
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
44
Lampiran 5. Gambar alur registrasi
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
45
Lampiran 6. Kelengkapan dokumen registrasi baru
No.
KATEGORI*)
1
2
1.1 1.2 1.3 1.4
3
1.5 2.1 2.2
BAGIAN I: KELENGKAPAN DOKUMEN ADMINISTRATIF DAN
INFORMASI PRODUK
A.
DOKUMEN ADMINISTRATIF
1
Surat Pengantar
v
v
v
v
v
v
v
v
2
Formulir Registrasi
v
v
v
v
v
v
v
v
3
Pernyataan Pendaftar
v
v
v
v
v
v
v
v
4
Sertifikat dan Dokumen Administratif
(sesuai dengan status produksi: obat
produksi dalam negeri, kontrak, lisensi,
ekspor atau impor) sesuai Lampiran 5.
v
v
v
v
v
v
v
v
5
Hasil Pra-Registrasi
v
v
v
v
v
v
v
v
6
Kuitansi/Bukti Pembayaran
v
v
v
v
v
v
v
v
7
Dokumen Terkait Paten
8
7.1. Surat Pernyataan Terkait Paten
va)
va) va)
va)
vb) vb)
7.2. Hasil Penelusuran Paten
7.3. Kajian Mandiri Terkait Paten (self
assessment)
va)
va) va)
va)
vb) vb)
va)
va) va)
va)
vb) vb)
Surat pernyataan bermaterai dari produsen
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
mengenai penggunaan bahan yang bersumber
babi / porcine (jika perlu)
9
Surat keterangan dari produsen mengenai
penggunaan bahan baku bersumber dari
hewan atau bahan baku bersumber dari
tumbuhan (termasuk tetapi tidak terbatas pada
gelatin; laktosa monohidrat; magnesium
stearat; bahan-bahan yang mengandung asam
lemak seperti stearat, oleat, palmitat; gliserin
dan jenis lemak hidrogenasi; DHA; asam
arakhidonat; eudragit) (jika perlu)
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
46
Lampiran 6. (Lanjutan)
No.
KATEGORI*)
1
2
3
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 2.1 2.2
Jika bersumber dari hewan disertai dengan
informasi sumber hewan dan surat
keterangan bebas BSE/TSE
B.
INFORMASI PRODUK DAN PENANDAAN
1
Informasi Produk
v
v
v
v
v
v
v V
2
Penandaan
v
v
v
v
v
v
v v
3
Contoh obat dan kemasan dalam bentuk
foto atau gambar sesuai aslinya (mock
up/dummy)
v
v
v
v
v
v
v v
v
v
v
v
v
v
v v
1.1. Tata Nama
v
v vc) vc)
v
v
v v
1.2. Rumus Kimia
v
v vc) vc)
v
v
v v
v
vc)
v
v
v v
BAGIAN II: KELENGKAPAN DOKUMEN MUTU
Sub Bagian A. Ringkasan Dokumen Mutu (RDM)
Sub. Bagian B. Dokumen Mutu
S. ZAT AKTIF
S.1. Informasi Umum
S.2.
1.3. Sifat-sifat Umum
Proses Produksi dan Sumber Zat
Aktif
2.1. Produsen
2.2. Uraian dan Kontrol Proses
Pembuatan
2.3. Kontrol terhadap bahan
2.4. Kontrol terhadap tahapan
kritis dan senyawa antara
2.5. Validasi Proses dan/atau
Evaluasi
2.6. Pengembangan Proses
Pembuatan
v
vc)
v
v
v vc) vc)
v
v
v vc) vc)
v
v
v
v vc) vc)
v
v
v
v vc) vc)
v
v
v
v vc) vc)
v
v
v
v vc) vc)
v
v
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
v
v v
47
Lampiran 6. (Lanjutan)
No.
KATEGORI*)
1
2
3
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 2.1 2.2
S.3. Karakterisasi
3.1. Elusidasi dari struktur dan
Karakterisasi
3.2. Bahan Pengotor
S.4.
Spesifikasi dan Metode
Pengujian Zat Aktif
4.1. Spesifikasi
4.2. Prosedur Analisis
4.3. Validasi Prosedur Analisis
4.4. Analisis Bets
v
v
v vc) vc)
v
v
v
v vc) vc)
v
v
v
vc)
vc)
vc)
vc)
vc)
vc)
v
v
v
v
v
v
vc)
vc)
vc)
vc)
v vc)
v vc)
v
v vc) vc)
v
v
v vc) vc)
v
v
v v
v
v
v
v
v
v
v v
v
v
v
v
v
v
v v
2.2.
Informasi Studi
Pengembangan
Komponen Obat
v
v
v
v
v
v
v v
2.3.
Obat
v
v
v
v
v
v
v
v v
v v
2.5.
Pengembangan Proses
Pembuatan
Sistem Kemasan
v
v
v
2.4.
v
v
v
v
v
v
v
v
2.6.
Atribut Mikrobiologi
v
v
v
v
v
v v
v
2.7.
Kompatibilitas
v
v
v
v
v
v
v v
3.1. Formula Bets
v
v
v
v
v
3.2. Proses Pembuatan dan
Kontrol Proses
v
v
v
v
v
v
v
v v
v v
4.5. Justifikasi Spesifikasi
S.5. Baku Pembanding
S.6. Spesifikasi dan Pengujian
Kemasan
S.7. Stabilitas
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
vd)
v
v
v
v
vd)
v
v
v
v
v
v
v v
v
P. OBAT
P.1.
Pemerian dan Formula
P.2.
Pengembangan Produk
2.1.
P.3.
Prosedur Pembuatan
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
48
Lampiran 6. (Lanjutan)
No.
KATEGORI*)
1
2
3
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 2.1 2.2
P.4.
3.3. Kontrol terhadap
v
v
v
v
v
v
v v
Tahapan Kritis dan
Produk Antara
3.4. Validasi Proses dan/atau
v
v
v
v
v
v
v v
v
v
v
v
v
v
v v
v
v
v
v
v
v
v v
v
v
v
v
v
v
v v
v
v
v
v
v
v
v v
Laporan
Spesifikasi dan Metode
Pengujian Zat Tambahan
4.1. Spesifikasi
4.2.
Prosedur Analisis
4.3.
Zat tambahan
bersumber dari Hewan
dan/atau Manusia
4.4. Zat Tambahan Baru
P.5. Spesifikasi dan Metode
Pengujian Obat
5.1. Spesifikasi
v
v
v
v
v
v
v v
5.2.
Prosedur Analisis
v
v
v
v
v
v
v v
5.3.
v
v
v
v
v
v
v v
5.4.
Laporan Validasi
Metode Analisis
Analisis Bets
v
v
v
v
v
v
v v
5.5.
Karakterisasi Zat
v
v
v
v
v
v
v v
5.6.
Pengotor
Justifikasi Spesifikasi
v
v
v
v
v
v
v v
P.6.
Baku pembanding
v
v
v
v
v
v
v v
P.7.
Spesifikasi dan Metode
Pengujian Kemasan
Stabilitas
Bukti Ekivalensi
v
v
v
v
v
v
v v
v
v
v
v
v
v
v v
v
v
v
v
v
v
v
v v
P.8.
P.9
Sub Bagian C. Daftar Pustaka
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
49
Lampiran 6. (Lanjutan)
No.
KATEGORI*)
1
2
3
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 2.1 2.2
BAGIAN III: KELENGKAPAN DOKUMEN NONKLINIK
Sub Bagian A. Tinjauan Studi Nonklinik
v
v ve)
v
v
vf)
Sub Bagian B. Ringkasan dan Matriks Studi
Nonklinik
v
v ve)
v
v
vf)
1
Ringkasan Studi Noklinik
v
v ve)
v
v
vf)
2
Isi Ringkasan dan Matriks Studi Nonklinik
v
v ve)
v
v
vf)
3
Ringkasan Matriks Studi Nonklinik
v
v ve)
v
v
vf)
v
v ve)
v
v
vf)
v
v ve)
v
v
vf)
2.1. Farmakologi
v
v ve)
v
v
vf)
2.2. Farmakokinetik
v
v ve)
v
v
vf)
2.3. Toksikologi
v
v ve)
v
v
vf)
v
v
v
v
v
v
v v
v
v
v
v
vg)
v
Sub Bagian C. Laporan Studi Nonklinik (jika
perlu)
1
Daftar Isi Laporan Studi Nonklinik
2
Laporan Studi
Sub Bagian D. Daftar Pustaka
BAGIAN IV: KELENGKAPAN DOKUMEN KLINIK
Sub Bagian A. Tinjauan Studi Klinik
v
Sub Bagian B. Ringkasan Studi Klinik
vg)
1
Ringkasan Studi Biofarmasetika dan Metode
Analisis Terkait
v
v
v
v
v
v
2
Ringkasan Studi Farmakologi Klinik
v
v
v
v
v
v
3
Ringkasan Khasiat Klinik
v
v
v
v
v
v
4
Ringkasan Keamanan Klinik
v
v
v
v
v
v
5
Sinopsis Studi Individual
v
v
v
v
v
v
Sub Bagian C. Matriks Studi Klinik
v
v
v
v
v
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
vg)
v
50
Lampiran 6. (Lanjutan)
No.
KATEGORI*)
1
2
3
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 2.1 2.2
Sub Bagian D. Laporan Studi Klinik
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
2.3 Laporan Studi Farmakokinetika (PK) Pada v
Manusia
2.3.1. Laporan Studi PK pada Subyek
Sehat dan Tolerabilitas Awal
2.3.2. Laporan Studi PK pada Subyek
dan Laporan Tolerabilitas Awal
2.3.3. Laporan Studi PK pada Populasi
v
v
v
v
v
2.4 Laporan Studi Farmakodinamika (PD)
Pada Manusia
2.4.1. Laporan Studi PD dan PK/ PD
pada Subyek Sehat
2.4.2. Laporan Studi PD dan PK/ PD
pada Subyek
v
v
v
v
v
1
Daftar Isi Laporan Studi Klinik
2
Laporan Studi Klinik
2.1 Laporan Studi Biofarmasetika
2.1.1.
2.1.2.
2.1.3.
2.1.4.
vg)
v
v
v
Laporan Studi Ketersediaan
Hayati / Bioavailability (BA)
Laporan Studi Perbandingan
Ketersediaan Hayati /
Bioavailability (BA) dan
Bioekivalensi (BE)
Laporan Studi Korelasi In vitro-In
vivo
Laporan Metode Bioanalisis dan
Analisis untuk Studi pada
Manusia
2.2 Laporan Studi terkait Farmakokinetik
Menggunakan Biomaterial Manusia
2.2.1 Laporan Studi Ikatan Protein
Plasma
2.2.2. Laporan Studi Metabolisme Hati
dan Interaksi Obat
2.2.3. Laporan Studi Menggunakan
Biomaterial Manusia Lainnya
v
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
51
Lampiran 6. (Lanjutan)
No.
KATEGORI*)
1
2
3
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 2.1 2.2
2.5 Laporan Studi Khasiat dan Keamanan
2.5.1.
2.5.2.
2.5.3.
2.5.4.
v
v
v
v
v
v
Laporan Studi Klinik
Berpembanding Terkait Klim
Indikasi
Laporan Studi Klinik Tanpa
Pembanding
Laporan Analisis Data dari Lebih
dari Satu Studi, Termasuk
Analisis Formal Terpadu, Metaanalisis, dan Bridging Analysis.
Laporan Studi Klinik Lain
3
Laporan Pengalaman Paska Pemasaran
v
v
v
v
v
v
4
Formulir Laporan Kasus dan Daftar Subyek
Individual (jika perlu)
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Sub Bagian E. Daftar Pustaka
vg)
Keterangan :
a)
V : jika pendaftar bukan inovator atau tidak mendapat penunjukan/lisensi dari
inovator
b)
V : untuk obat copy pertama
c)
V : jika sumber zat aktif berbeda dari yang disetujui
)
Vd : untuk zat aktif non kompendial
e)
V : untuk rute pemberian baru
f)
V : dipersyaratkan untuk komponen obat yang belum pernah disetujui
g)
V : untuk obat copy yang memerlukan uji klinik
*) : registrasi obat impor bentuk ruahan yang akan dikemas kembali dan
diedarkan di Indonesia didaftarkan bersamaan dengan kemasan siap
edarnya
[Sumber : Badan POM RI, 2011]
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
v
52
Lampiran 7. Dokumen registrasi variasi
Dokumen administratif yang harus diserahkan pada saat pengajuan
registrasi variasi meliputi:
1. Surat Penngantar.
2. Formulir Registrasi.
3. Pernyataan Pendaftar.
4. Sertifikat dan Dokumen Administratif (sesuai dengan status produksi:
obatproduksi dalam negeri, kontrak, lisensi, ekspor, impor) sesuai
Lampiran 5.
5. Hasil Pra Registrasi (jika dipersyaratkan).
6. Kuitansi/Bukti Pembayaran.
7. Dokumen lain-lain.
7.1.Surat pernyataan terkait pemenuhan persyaratan registrasi variasi
(misal: surat pernyataan bahwa prosedur pengujian zat aktif tidak
berubah untuk registrasi variasi pengetatan batas spesifikasi zat aktif).
7.2.Copy NIE dan semua surat persetujuan perubahan yang diterbitkan
oleh Badan POM beserta lampirannya.
7.3.Tabel sandingan perubahan yang diajukan, termasuk referensi
perubahan.
7.4. Justifikasi terhadap perubahan yang diajukan.
[Sumber : Anonim, 2011]
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. NOVARTIS INDONESIA
JL. PROF. DR. SATRIO KAV. 18 KUNINGAN CITY
SETIABUDI JAKARTA SELATAN 12940
PERIODE 4 FEBRUARI - 28 MARET 2014
PENYUSUNAN DAN PROSES PENGAJUAN DOKUMEN
REGISTRASI VARIASI TERKAIT PENANDAAN PRODUK B
PT. NOVARTIS INDONESIA KE BADAN POM
ASVINASTUTI RIKASIH, S. Farm.
1306343416
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PENYUSUNAN DAN PROSES PENGAJUAN DOKUMEN
REGISTRASI VARIASI TERKAIT PENANDAAN PRODUK B
PT. NOVARTIS INDONESIA KE BADAN POM
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker
ASVINASTUTI RIKASIH, S. Farm.
1306343416
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
ii
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
ii
iii
iv
v
vi
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Tujuan ............................................................................................ 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
2.1. Registrasi ........................................................................................
2.2. Tata Laksana Registrasi Obat ..........................................................
2.3. Dokumen Registrasi .......................................................................
2.4. ASEAN Common Technical Dossier / ASEAN Common Technical
requirements ...................................................................................
2.5. Registrasi Variasi ............................................................................
2.6. Perubahan Penandaan Produk PT. Novartis Indonesia ....................
2.7. Produk B PT. Novartis Indonesia ....................................................
3
3
4
6
7
9
15
18
BAB 3. METODOLOGI ....................................................................................
3. 1 Waktu .............................................................................................
3. 2 Lokasi ............................................................................................
3. 3 Data ................................................................................................
3. 4 Metode ..........................................................................................
20
20
20
20
20
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................
4. 1 Informasi perubahan dari Novartis global ke DRA Novartis
Indonesia ........................................................................................
4. 2 Pengambilan dokumen dari sistem informasi terkait perubahan
penandaan produk B .......................................................................
4. 3 Penyusun dossier dan pengecekan kelengkapan dokumen ...............
4. 4 Proses submit atau pengajuan dokumen di BPOM ...........................
22
23
24
25
27
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 30
5. 1 Kesimpulan ..................................................................................... 30
5. 2 Saran .............................................................................................. 30
DAFTAR ACUAN ............................................................................................ 31
iii
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alur Registrasi ........................................................................ 6
Gambar 2.2 Alur perubahan penandaan terkait safety update mulai dari
pemberitahuan awal sampai pembuatan CRPM ....................... 18
iv
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
SKU Produk B PT. Novartis Indonesia ..................................... 19
v
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Formulir Registrasi Obat dan Produk Biologi ...........................
Lampiran 2 Dokumen Administratif Registrasi Variasi ...............................
Lampiran 3 Informasi Minimal yang Harus Dicantumkan Pada
Penandaan ...............................................................................
Lampiran 4 Hasil Pra-Registrasi (HPR) Produk B ......................................
Lampiran 5 Cover ordner Produk B ............................................................
Lampiran 6 Contoh Checklist registrasi Variasi Major (VaMa) Produk B
dan cara pengisiannya ...............................................................
Lampiran 7 Proses submit atau pengajuan dokumen registrasi variasi di
Badan POM ..............................................................................
vi
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
33
37
38
40
41
42
45
Universitas Indonesia
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat adalah obat jadi termasuk produk biologi, yang merupakan bahan atau
paduan bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia. Obat jadi yang diproduksi oleh industri farmasi harus memenuhi
persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) selama masa produksi dan
harus memiliki izin edar sebelum diedarkan di Indonesia yang diperoleh melalui
proses registrasi kepada Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Proses registrasi bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat
dari peredaran obat yang tidak memenuhi persyaratan khasiat, keamanan, dan
mutu (Badan POM RI, 2011).
Produk obat yang telah memiliki izin edar dapat mengalami perubahan
berkaitan dengan dilakukannya pengembangan atau pembaruan. Perubahan yang
dilakukan dapat berkaitan dengan aspek khasiat, keamanan, dan/ atau mutu obat
maupun perubahan minimal yang tidak berpengaruh terhadap aspek khasiat,
keamanan, dan/ atau mutu obat. Segala jenis perubahan yang terjadi pada obat
harus dilaporkan ke Badan POM melalui suatu prosedur mekanime registrasi
variasi yang pelaksaannya berpedoman pada Peraturan Kepala BPOM RI No.
HK.03.1.23.10.11.08481 tahun 2011 tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi
Obat (Buku Coklat). Hal ini dimaksudkan agar setiap obat yang beredar di pasaran
dan dikonsumsi oleh masyarakat adalah obat yang memiliki khasiat, keamanan,
dan mutu yang sama dengan obat yang telah terdaftar di Badan POM (Badan
POM RI, 2011).
PT. Novartis Indonesia merupakan salah satu anak perusahaan dari
perusahaan Novartis International AG, yaitu perusahaan farmasi multinasional
berbasis riset yang berlokasi di Basel, Swiss (Novartis Indonesia, 2014). PT.
Novartis Indonesia selalu melakukan pengembangan melalui riset dan evaluasi
terhadap produk-produk obatnya yang telah beredar di pasaran. Perubahan yang
1
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
dilakukan pada produk obatnya, akan didaftarkan oleh regulator PT. Novartis
Indonesia, yaitu bagian Drug Regulatory Affair (DRA) sesuai prosedur registrasi
variasi. Di bagian DRA PT. Novartis Indonesia, perubahan yang ada dibagi
menjadi dua kategori, yaitu perubahan yang terkait mutu (quality update) dan juga
perubahan yang terkait dengan penandaan (safety update) produk.
Tugas khusus ini membahas tentang registrasi variasi yang berhubungan
dengan adanya perubahan terkait penandaan (safety update) pada produk dari PT.
Novartis Indonesia, khususnya proses penyusunan dokumen serta proses
pengajuannya kepada BPOM. Penyusunan dokumen dan pengajuan registrasi
variasi harus sesuai dengan pedoman Peraturan Tata laksana registrasi obat yang
diatur oleh Badan POM. Oleh karena itu, dilakukan kerjasama antara Program
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia dengan PT. Novartis
Indonesia melalui program Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang
dilaksanakan pada 4 Februari 2014 hingga 28 Maret 2014 untuk memberikan
pengetahuan dan pengalaman bagi calon apoteker mengenai registrasi variasi,
khususnya mengenai penyusunan dokumen registrasi variasi yang benar dan
proses pengajuannya. Selain itu, untuk melatih calon apoteker agar nantinya dapat
bekerja secara profesional, khususnya sebagai regulator yang memiliki ketelitian
dalam penyusunan dokumen registrasi, dapat menangkap informasi yang ada
dalam dokumen registrasi, serta memiliki kemampuan berkomunikasi pada saat
proses evaluasi dengan evaluator BPOM.
1.1 Tujuan
Mengetahui, memahami, dan mampu menyusun dokumen registrasi
variasi produk B PT. Novartis Indonesia, serta dapat melakukan proses pengajuan
dokumennya ke BPOM sesuai dengan Peraturan Tata laksana registrasi obat yang
diatur oleh Badan POM dalam keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011
Tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
3
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2. 1 Registrasi
2. 2. 1 Definisi Registrasi
Registrasi adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi obat untuk
mendapatkan izin edar. Izin edar adalah bentuk persetujuan registrasi obat untuk
dapat diedarkan di wilayah Indonesia. Kriteria obat yang dapat memiliki izin edar
antara lain (Kemenkes, 2008):
a.
Khasiat yang meyakinkan dan keamanan yang memadai dibuktiin melalui
percobaan hewan dan uji klinik atau bukti-bukti lain sesuai dengan status
perkembangan ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
b.
Mutu yang memenuhi syarat yang dinilai dari proses produksi sesuai Cara
Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB), spesifikasi dan metode pengujian
terhadap semua bahan yang digunakan serta produk jadi dengan bukti yang
sahih.
c.
Penandaan dan informasi produk berisi informasi lengkap, obyektif, dan tidak
menyesatkan yang dapat menjamin penggunaan obat secara tepat, rasional,
dan aman.
d.
Sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat.
e.
Khusus untuk psikotropika baru harus memiliki keunggulan dibandingkan
dengan obat yang telah disetujui beredar di Indonesia.
f.
Khusus untuk kontrasepsi atau obat lain yang digunakan dalam program
nasional, dipersyaratkan harus uji klinik di Indonesia.
Registrasi obat dilaksanakan di Direktorat Penilaian Obat dan Produk
Biologi Badan POM, diajukan kepada Kepala BPOM oleh pendaftar. Tujuan
dilakukannya registrasi yaitu untuk melindungi masyarakat dari peredaran obat
yang tidak memenuhi persyaratan khasiat, keamanan, mutu, dan manfaatnya.
Untuk tujuan ini, maka semua obat yang diedarkan di wilayah Indonesia,
sebelumnya harus dilakukan registrasi, kecuali untuk obat dengan beberapa
kriteria khusus seperti obat untuk donasi, obat untuk uji klinik, obat sampel untuk
3
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
4
registrasi, dan obat dengan penggunaan khusus atas permintaan dokter. Obat ini
dapat dimasukkan ke wilayah Indonesia melalui mekanisme jalur khusus yang
telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
2. 2. 2 Kategori Registrasi
Registrasi terdiri atas kategori registrasi baru, registrasi variasi, dan
registrasi ulang.
2. 2. 2. 1 Registrasi Baru
Registrasi baru merupakan registrasi yang diperuntukkan untuk produk
yang belum memiliki izin edar. Registrasi baru terdiri atas Kategori 1 untuk
Registrasi Obat Baru dan Produk Biologi, termasuk Produk Biologi Sejenis
(PBS)/ Similar Biotherapeutic Product (SBP), sedangkan Kategori 2 untuk
registrasi Obat Copy (Badan POM RI, 2011).
2. 2. 2. 2 Registrasi Variasi
Registrasi variasi adalah registrasi yang diperuntukkan untuk produk
yang telah mempunyai izin edar yang mengalami perubahan. Kategori registrasi
variasi terdiri dari kategori 4 untuk registrasi variasi major (VaMa), kategori 5
untuk registrasi variasi minor yang memerlukan persetujuan (VaMi-B), dan
kategori 6 untuk registrasi variasi minor dengan notifikasi (VaMi-A) (Badan POM
RI, 2011).
2. 2. 2. 3 Registrasi Ulang
Registrasi ulang adalah registrasi yang diperuntukkan untuk produk yang
mempunyai izin edar yang telah habis masa berlakunya (5 tahun). Registrasi ini
termasuk kategori 7 (Badan POM RI, 2011).
2. 2 Tata Laksana Registrasi Obat
Permohonan pra-registrasi dan registrasi diajukan oleh pendaftar secara
tertulis kepada Kepala BPOM dengan melampirkan dokumen pra-registrasi atau
dokumen registrasi. Proses registrasi dibagi ke dalam dua tahap, yaitu tahap praregistrasi dan tahap registrasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
5
a.
Tahap Pra-registrasi
Permohonan pra-registrasi dilakukan untuk penapisan registrasi obat,
penentuan kategori registrasi, penentuan jalur evaluasi, penentuan biaya evaluasi,
dan penentuan dokumen registrasi obat. Proses pra-registrasi hanya dilakukan
untuk registrasi obat dengan kategori registrasi baru dan registrasi variasi major
(VaMa). Untuk kategori registrasi minor dan registrasi ulang tidak dipersyaratkan
melakukan pra-registrasi (Badan POM RI, 2011). Permohonan pra-registrasi
diajukan dengan mengisi formulir pra-registrasi, menyerahkan bukti pembayaran
biaya pra-registrasi, dan melampirkan dokumen lengkap pra-registrasi. Pada tahap
ini, paling lama dalam jangka waktu 40 hari sejak diterimanya permohonan praregistrasi, Kepala BPOM memberikan surat Hasil Pra-Registrasi (HPR) kepada
pendaftar yang berlaku satu tahun sejak tanggal dikeluarkan.
b.
Tahap Registrasi
Pengajuan registrasi dilakukan dengan menyerahkan berkas registrasi dengan
mengisi formulir registrasi (Lampiran 1) dan disket disertai bukti pembayaran
biaya evaluasi dan pendaftaran, serta HPR bila ada. Berkas registrasi terdiri atas
formulir registrasi dengan dokumen administratif dan dokumen penunjang.
Dokumen tersebut disusun sesuai format ASEAN Common Technical Dossier
(ACTD). Dossier adalah kumpulan dokumen registrasi suatu produk untuk
diajukan ke Badan POM sebagai bagian dari persyaratan registrasi (Badan POM
RI, 2011).
Setelah dilakukan penyusunan dokumen registrasi sesuai dengan persyaratan
BPOM, pendaftar mengajukan permohonan registrasi. Dokumen registrasi akan
dievaluasi kelengkapannya di loket registrasi oleh evaluator di BPOM setelah
permohonan registrasi diterima. Jika tidak lengkap, maka dokumen akan
dikembalikan kepada pendaftar untuk dilengkapi. Sedangkan jika sudah lengkap,
maka pendaftar akan mendapatkan Surat Perintah Bayar (SPB). Setelah
membayar, pendaftar menyerahkan bukti bayar ke loket registrasi, kemudian akan
diberikan nomor pengisian formulir elektronik. Pendaftar mengisi formulir
elektronik pada komputer yang ada di BPOM, kemudian menyerahkan dokumen
registrasi dalam bentuk dossier ke loket penyerahan dokumen BPOM. Pendaftar
akan mendapatkan nomor FERO, yaitu nomor identitas registrasi untuk
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
6
melakukan penelusuran proses evaluasi terhadap produk yang diregistrasikannya.
Dokumen selanjutnya akan di evaluasi oleh evaluator BPOM sesuai dengan jalur
evaluasinya. Dibawah ini adalah bagan dari alur registrasi.
[Sumber : Badan POM RI, 2011, telah diolah kembali]
Gambar 2.1 Alur Registrasi
2. 3 Dokumen Registrasi
Dokumen registrasi adalah berkas registrasi terdiri dari dokumen-dokumen
yang disusun menurut halaman dan penomoran yang berurutan, serta setiap
dokumen dipisahkan oleh kertas pembatas. Dokumen registrasi merupakan
dokumen rahasia yang dipergunakan hanya untuk keperluan evaluasi oleh yang
berwenang.
Dokumen registrasi terdiri atas :
a.
Bagian I : Dokumen Administratif, Informasi Produk, dan Penandaan
b.
Bagian II : Dokumen Mutu
c.
Bagian III : Dokumen Non-Klinik
d.
Bagian IV : Dokumen klinik
Selain untuk registrasi baru, pedoman penyusunan dokumen registrasi dapat
juga untuk penyusunan tambahan data. Setiap bagian dokumen registrasi harus
disatukan dalam ordner atau map terpisah atau beberapa bagian dokumen
registrasi dapat digabungkan dalam ordner dengan kertas pembatas diantara setiap
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
7
dokumen tersebut. Penggunaan ordner atau map disesuaikan dengan banyaknya
dokumen registrasi. Dokumen registrasi yang diserahkan harus dilengkapi dengan
rancangan kemasan dan brosur. Rancangan kemasan, meliputi etiket, dus atau
bungkus luar, strip atau blister, catch over, ampul atau vial, dan kemasan lain
sesuai ketentuan tentang pembungkusan luar dan penandaan yang berlaku, yang
merupakan rancangan kemasan obat yang akan diedarkan, dan dilengkapi dengan
rancangan warna. Dokumen registrasi variasi dapat dilihat pada Lampiran 2.
2. 4 ASEAN Common Technical Dossier / ASEAN Common Technical
Requirements
ASEAN Common Technical Dossier (ACTD) adalah format umum yang
digunakan untuk menyusun dokumen registrasi yang akan didaftarkan kepada
badan regulasi obat di wilayah ASEAN. Tujuan penggunaan ACTD adalah agar
penggambaran berbagai informasi produk menjadi transparan dan tidak ambigu,
sehingga mempermudah pemeriksaan data-data dasar dan membantu pembaca
menjadi lebih cepat terorientasi kepada isi pendaftaran produk. ASEAN Common
Technical Requirements (ACTR) adalah seluruh materi tertulis yang bertujuan
untuk membantu pendaftar untuk menyiapkan dokumen registrasi secara
konsisten sesuai dengan harapan seluruh badan otoritas regulasi obat di ASEAN.
ACTR ini berisi seluruh persyaratan dan parameter-parameter yang harus
dipenuhi oleh produk obat, baik dari segi kualitas, keamanan, dan efikasi. Untuk
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam ACTR, maka dibuat berbagai
pedoman, seperti pedoman uji stabilitas, validasi analisis, validasi proses, validasi
uji bioekivalensi, dan berbagai pedoman keamanan dan pedoman efikasi.
2. 4. 1 Ketentuan ACTD
Teks dan tabel harus disiapkan dengan margin yang memungkinkan
dokumen dapat dicetak dengan baik pada kertas berukuran A4. Margin kiri
sebaiknya cukup besar sehingga informasi tidak bias dengan menggunakan
metode binding. Jenis huruf dan besar huruf adalah Times New Roman 12. Untuk
teks dan tabel, sebaiknya jenis dan ukuran huruf yang cukup besar sehingga
mudah dibaca bahkan setelah difotokopi. Setiap halaman harus diberi angka
dengan halaman pertama pada setiap bagian disebut sebagai halaman 1. Untuk
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
8
singkatan dan pengertian Common Technical Dossier harus dijelaskan setiap
pertama kali digunakan pada setiap bagian. Referensi harus dicantumkan menurut
1979 Vancouver Declaration of Uniform requirements for Manuscript Submitted
to Biomedical Journals.
2. 4. 2 Pembagian ACTD
ACTD dibagi ke dalam 4 bagian, yaiu Dokumen Administratif, Dokumen
Mutu, Dokumen Non klinik, dan Dokumen Klinik.
a.
Dokumen Administratif
Dokumen ini berisi pengenalan umum dari sediaan farmasi yang akan
didaftarkan. Pada bagian awal dokumen ini berisi keseluruhan tabel isi atau
keseluruhan dokumen ACTD untuk memberikan informasi dasar yang dapat
dicari langsung. Selanjutnya, dokumen ini berisi data administratif yang
memerlukan dokumentasi spesifik sejelas mungkin, yaitu formulir registrasi,
label, brosur, kemasan, dan lain-lain. Bagian akhir dari dokumen ini adalah
informasi produk yang memberikan informasi seperlunya, meliputi informasi
pemberian obat, mekanisme kerja, efek samping, dan sebagainya.
b.
Dokumen Mutu
Bagian ini berisikan penjelasan mengenai kualitas produk obat secara
menyeluruh beserta laporan penelitiannya. Dokumen kontrol kualitas harus
dijelaskan sejelas mungkin.
c.
Dokumen Non klinik
Bagian ini harus memberikan penjelasan non klinik yang disertai dengan
rangkuman non klinik tertulis dan rangkuman non klinik dalam bentuk tabel. Data
dalam bagian ini tidak disertakan pada pendaftaran produk generik, produk yang
telah memiliki NIE dengan variasi minor, dan juga pada beberapa produk dengan
variasi mayor. Untuk negara-negara anggota ASEAN tertentu, laporan penelitian
dari bagian ini mungkin tidak dibutuhkan untuk produk dengan zat kimia baru
(New Chemical Entity/NCE), produk bioteknologi, dan produk dengan variasi
mayor lain jika produk aslinya telah teregistrasi dan sudah disetujui untuk izin
pemasaran di negara asalnya.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
9
d.
Dokumen Klinik
Bagian ini memberikan penjelasan klinik dan rangkuman klinik. Dokumen
dari bagian ini juga tidak disertakan pada pendaftaran produk generik, produk
yang telah memiliki NIE dengan variasi minor, dan juga pada beberapa produk
dengan variasi mayor. Untuk negara-negara anggota ASEAN, laporan penelitian
dari bagian ini mungkin tidak dibutuhkan untuk produk dengan zat kimia baru
(NCE), produk bioteknologi, dan produk dengan variasi mayor lain jika produk
aslinya telah teregistrasi dan sudah disetujui untuk izin pemasaran di Negara
asalnya.
2. 5 Registrasi Variasi
Registrasi variasi dilakukan apabila terjadi perubahan terhadap obat yang
telah mendapat NIE. Perubahan terhadap obat yang telah mendapatkan izin edar
harus dilaporkan kepada Kepala Badan melalui mekanisme Registrasi Variasi.
Permohonan registrasi variasi diajukan dengan mengisi formulir sebagaimana
yang tertera pada Lampiran 1, serta membawa kelengkapan dokumen Registrasi
Variasi (Lampiran 2) terkait perubahan yang diajukan sesuai dengan pedoman
registrasi yang berlaku yakni Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011
Tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat (Buku Coklat). Registrasi
variasi terdiri atas tiga kategori, yaitu kategori 4 (Registrasi variasi major),
kategori 5 (Registrasi variasi minor yang memerlukan persetujuan), dan kategori 6
(Registrasi variasi minor dengan notifikasi).
2. 5. 1 Registrasi variasi major (VaMa)
Suatu perubahan dikategorikan sebagai VaMa apabila perubahan yang
terjadi bermakna terhadap khasiat, keamanan dan mutu obat. Perubahan –
perubahan tersebut mencakup perubahan informasi produk yang mempengaruhi
aspek khasiat keamanan yang memerlukan data uji klinik, perubahan terkait zat
aktif dan/atau formula yang mempengaruhi aspek khasiat-keamanan yang
memerlukan data uji klinik, perubahan informasi produk yang mempengaruhi
aspek keamanan yang tidak memerlukan data uji klinik, perubahan terkait mutu
zat aktif dan obat jadi.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
10
2. 5. 2. 1 Perubahan Informasi Produk yang Mempengaruhi Aspek Khasiat
Keamanan yang Memerlukan Data Uji Klinik.
a.
Perubahan indikasi dan/atau posologi; penambahan indikasi dan/atau posologi
baru.
b.
Perubahan informasi produk yang mempengaruhi aspek keamanan
2. 5. 2. 2 Perubahan terkait zat aktif dan/atau formula yang mempengaruhi aspek
khasiat-keamanan yang memerlukan data uji klinik
a.
Perubahan terkait zat aktif dan/atau formula yang memerlukan uji klinik
b.
Penggantian Master Cell/Seed Bank
2. 5. 2. 3 Perubahan informasi produk yang mempengaruhi aspek keamanan yang
tidak memerlukan data uji klinik
a.
Perubahan informasi produk yang mempengaruhi aspek keamanan
2. 5. 2. 4 Perubahan terkait mutu zat aktif
a.
Perubahan dan/atau penambahan produsen zat aktif
b.
Perubahan proses pembuatan zat aktif atau bahan awal/produk antara zat aktif
c.
Perubahan spesifikasi IPC dalam proses pembuatan zat aktif.
d.
Perubahan spesifikasi zat aktif non farmakope
e.
Perubahan spesifikasi release dan shelf-life zat aktif.
f.
Perubahan zat tambahan pada zat aktif produk biologi
g.
Perubahan prosedur pengujian IPC, release dan stabilitas zat aktif
h.
Perubahan sistem kemasan zat aktif
i.
Penambahan/update/perubahan pada Plasma Master File
2. 5. 2. 5 Perubahan terkait mutu obat jadi
a.
Peningkatan ukuran bets obat lebih dari 10 kali
b.
Peningkatan ukuran bets obat hingga 10 kali, untuk produk steril
c.
Penurunan ukuran bets obat hingga 10 kali, untuk produk steril
d.
Perubahan berat penyalut tablet atau berat cangkang kapsul sediaan
gastroresistant, modifikasinya atau sediaan lepas lambat
e.
Perubahan kuantitatif dan/atau kualitatif zat tambahan
f.
Perubahan zat tambahan produk biologi
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
11
g.
Perubahan proses produksi obat yang dapat mempengaruhi stabilitas
h.
Perubahan proses pembuatan obat jadi di produsen obat jadi yang sama
i.
Perubahan tempat sebagian atau keseluruhan tahapan produksi obat
j.
Perubahan tempat pengemasan primer obat
k.
Perubahan spesifikasi obat non Farmakope
l.
Perubahan bentuk dan/atau dimensi kemasan primer (untuk sediaan steril)
m. Perubahan spesifikasi release dan shelf-life obat.
n.
Perubahan spesifikasi IPC dalam proses pembuatan obat.
o.
Perubahan prosedur pengujian zat tambahan pada obat
p.
Perubahan prosedur pengujian IPC dalam proses pembuatan obat
q.
Perubahan prosedur pengujian obat untuk pelulusan/studi stabilitas
r.
Perubahan sistem kemasan obat
s.
Perubahan sistem kemasan pelarut
2. 5. 2 Registrasi variasi minor yang memerlukan persetujuan (VaMi-B)
Suatu perubahan dikategorikan sebagai VaMi-B apabila perubahan yang
terjadi tidak termasuk ke dalam kategori registrasi variasi mayor ataupun
registrasi variasi minor dengan notifikasi. Jenis perubahan yang tercakup dalam
VaMi-B diantaranya adalah perubahan terkait informasi produk, mutu zat aktif
serta mutu obat jadi.
2. 5. 2. 1 Perubahan terkait infomasi produk dan/atau penandaan
a.
Perubahan informasi produk
b.
Perubahan nama pendaftar / industri farmasi/ pemberi lisensi/ industri farmasi
sebagai sumber impor obat
c.
Perubahan nama dagang obat
d.
Perubahan informasi produk dan/atau penandaan berdasarkan keputusan
pemerintah
e.
Penambahan besar kemasan
f.
Penambahan informasi produk dalam bahasa Inggris /Indonesia
g.
Pengetatan klim yang berkaitan dengan keamanan
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
12
2. 5. 2. 2 Perubahan terkait mutu zat aktif
a.
Perubahan minor pada proses pembuatan zat aktif
b.
Perubahan minor pada proses pembuatan zat aktif
c.
Perubahan metode analisis zat aktif (nonkompendial)
d.
Penambahan atau perubahan tempat pengujian zat aktif termasuk pengujian
untuk studi stabilitas dan IPC
e.
Perubahan periode uji ulang/shelf life zat aktif
2. 5. 2. 3 Perubahan terkait mutu obat jadi
a.
Perubahan industri penanggung jawab pelulusan bets (tidak termasuk
pengujian obat)
b.
Perubahan industri penanggung jawab pelulusan bets (termasuk pengujian
obat)
c.
Peningkatan dan/atau penurunan ukuran bets obat hingga 10 kali, untuk
bentuk sediaan tablet biasa dan cairan oral
d.
Perubahan spesifikasi zat tambahan non Farmakope untuk memenuhi
persyaratan Farmakope
e.
Perubahan produsen cangkang kapsul
f.
Perubahan ukuran cangkang kapsul
g.
Bentuk atau Dimensi tablet gastro-resistant, tablet lepas lambat, dan scored
tablet
h.
Bentuk atau Dimensi tablet lepas cepat, kapsul, supositoria atau pesari
i.
Perubahan metode analisis obat
j.
Perubahan bentuk dan/atau dimensi kemasan primer (untuk sediaan non
steril)
k.
Perubahan besar volume sediaan nonparenteral multi dosis
l.
Perubahan bahan kemasan sekunder
m. Penambahan lokasi pengujian stabilitas
n.
Perubahan kondisi penyimpanan obat, termasuk produk yang direkonstitusi
o.
Perpanjangan batas kadaluarsa obat : Kemasan belum dibuka
p.
Perpanjangan batas kadaluarsa obat : Setelah kemasan dibuka atau setelah
rekonstitusi
q.
Perubahan minor pada proses pembuatan obat jadi
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
13
2. 5. 3 Registrasi variasi minor dengan notifikasi (VaMi-A)
Suatu perubahan dikategorikan sebagai VaMi-A apabila perubahan yang
terjadi berdapak minimal ataupun tidak sama sekali terhadap khasiat, keamanan,
& mutu obat. Jenis perubahan yang tercakup dalam VaMi-A diantaranya adalah
perubahan terkait informasi produk, mutu zat aktif serta mutu obat jadi.
2. 5. 3. 1 Perubahan terkait informasi produk dan/atau penandaan
a.
Perubahan atau penambahan logo (termasuk logo perusahaan)
b.
Penambahan klim efek samping dan/atau kontra indikasi pada informasi
produk
c.
Pengurangan tempat produksi (termasuk zat aktif, produk antara atau obat,
lokasi pengemasan, tempat pelulusan bets)
d.
Perubahan nama zat aktif
e.
Perubahan pada bagian dari kemasan primer yang tidak kontak dengan obat
(seperti warna flip-off caps, warna ring pada ampul, perubahan pada
pelindung jarum (digunakan plastic yang berbeda))
f.
Penghilangan bahasa asing dari penandaan obat
g.
Perubahan bentuk dan/atau dimensi kemasan
h.
Perubahan desain Kemasan
i.
Perubahan alamat (redaksional) pendaftar/industry farmasi/pemberi lisensi
j.
Perubahan system penomoran bets
2. 5. 3. 2 Perubahan terkait mutu zat aktif
a.
Perubahan nama dan/atau alamat produsen zat aktif
b.
Update Ph. Eur. Certificate of Suitability (CEP)
c.
Perubahan pencantuman edisi farmakope untuk zat aktif
d.
Pengetatan batas spesifikasi zat aktif
e.
Perubahan spesifikasi zat aktif untuk memenuhi persyaratan Farmakope
terbaru
f.
Perubahan spesifikasi zat aktif non Farmakope untuk memenuhi persyaratan
Farmakope
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
14
g.
Penambahan parameter pengujian dan batas spesifikasi IPC dalam proses
pembuatan zat aktif
h.
Perubahan minor pada prosedur analisis zat aktif
i.
Perubahan metode analisis penetapan kadar zat aktif sesuai dengan
monografi Farmakope
j.
Perubahan kondisi penyimpanan zat aktif
k.
Perubahan Working Cell/Seed Bank
2. 5. 3. 3 Perubahan terkait mutu obat jadi
a.
Perubahan minor pada pembuatan obat
b.
Perubahan atau penambahan tempat pengujian obat
c.
Pengetatan batas spesifikasi pelulusan obat
d.
Penambahan parameter pengujian dan batas spesifikasi IPC dalam proses
pembuatan obat
e.
Pengetatan batas spesifikasi inprocess selama pembuatan obat
f.
Penambahan parameter pengujian obat
g.
Pengetatan batas spesifikasi zat tambahan
h.
Perubahan minor pada prosedur analisis zat tambahan
i.
Perubahan prosedur analisis zat tambahan sesuai dengan monografi
farmakope atau yang relevan
j.
Penambahan parameter uji pada spesifikasi zat tambahan
k.
Perubahan pada prosedur analisis zat tambahan, termasuk penggantian
metode pengujian
l.
Perubahan spesifikasi zat tambahan untuk memenuhi persyaratan Farmakope
m. Perubahan sumber zat tambahan atau reagen yang beresiko Transmisible
Spongiform Encephalophaties (TSE) / Bovine Spongiform Encephalophaties
(BSE)
n.
Perubahan berat penyalut tablet atau berat cangkang kapsul pada bentuk
sediaan oral immediate release
o.
Peningkatan, penambahan, penghilangan atau penggantian zat warna dan/atau
pengaroma
p.
Pengurangan atau penghilangan satu atau lebih komponen dari zat warna
dan/atau zat pengaroma
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
15
q.
Perubahan atau penambahan imprint, bossing atau tanda lain (kecuali garis
bagi) pada tablet atau printing pada kapsul, termasuk penggantian atau
penambahan tinta yang digunakan untuk penandaan produk
r.
Perubahan sintesis zat tambahan (non Farmakope)
s.
Penggantian atau penambahan tempat pengemasan sekunder obat
t.
Pengetatan batas spesifikasi kemasan primer obat
u.
Perubahan komposisi secara kualitatif dan/atau kuantitatif dari bahan
kemasan primer obat (untuk semua bentuk sediaan)
v.
Penambahan atau penggantian alat takar yang bukan merupakan bagian dari
kemasan primer (tidak termasuk spacer device untuk metered dose inhaler)
w. Perubahan minor pada prosedur analisis kemasan primer obat
x.
Perubahan prosedur pengujian bahan kemasan primer obat, termasuk
penggantian atau penambahan prosedur pengujian
y.
Perubahan atau penambahan supplier komponen kemasan atau alat kesehatan
yang menyertai obat, tidak termasuk supplier spacer devices untuk metered
dose inhaler
z.
Pengurangan supplier komponen kemasan atau alat kesehatan yang menyertai
obat , tidak termasuk supplier spacerdevices untuk metered dose inhaler
aa. Penambahan parameter pengujian kemasan primer obat
bb. Pengurangan batas kadaluarsa obat : Kemasan belum dibuka
cc. Pengurangan batas kadaluarsa obat: Setelah kemasan dibuka atau setelah
rekonstitusi
2. 6 Perubahan Penandaan Produk PT. Novartis Indonesia
2. 6. 1 Prosedur Perubahan Penandaan Produk PT. Novartis Indonesia
Penandaan adalah keterangan yang lengkap mengenai khasiat, keamanan,
cara penggunaannya serta informasi lain yang dianggap perlu yang dicantumkan
pada etiket, brosur atau leaflet, dan kemasan primer serta sekunder yang
disertakan pada obat (Kemenkes, 2008). Informasi minimal yang harus
dicantumkan pada penandaan dapat dilihat pada Lampiran 3. Perubahan
penandaan, baik yang terdapat pada leaflet maupun kemasan obat dapat
disebabkan karena beberapa hal seperti adanya penambahan efek samping,
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
16
posologi, indikasi, perubahan kondisi penyimpanan, dan lain sebagainya.
Berdasarkan jenis perubahan yang terjadi, perubahan yang berkaitan dengan
penandaan ini dapat dikategorikan ke dalam registrasi variasi kategori 4 (empat),
5 (lima), ataupun 6 (enam) seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (Badan POM
RI, 2011). Perubahan ini sangat penting untuk diajukan ke Badan POM untuk
menjamin keamanan obat saat digunakan oleh masyarakat.
Alur perubahan penandaan yang terjadi pada produk-produk PT Novartis
Indonesia diawali dengan adanya pemberitahuan terkait perubahan, baik yang
terkait dengan mutu maupun keamanan oleh Novartis global atau pusat.
Perubahan ini dapat bersifat urgent (3 hari kerja harus diajukan ke Badan POM),
experdate (14 hari kerja harus diajukan ke Badan POM), atau standard (60 hari
kerja harus diajukan ke Badan POM). Global memberitahukan adanya perubahan
kepada DRA (Drug Regulatory Affairs)atau regulator melalui suatu sistem yang
disebut DRAGON. DRAGON terbagi menjadi dua bagian, yaitu CDS (Core Data
Sheet) dan CMC (Chemistry, Manufacturing, and Controls) terkait dengan jenis
perubahan yang terjadi. Jika perubahan yang terjadi berkaitan dengan safety atau
keamanan, maka perubahan ini dapat dilihat melalui CDS tracking list sedangkan
untuk
perubahan
yang
berkaitan
dengan
mutu,
DRAGON
akan
memperlihatkannya melalui CMC tracking list. CDS tracking list dan CMC
tracking list sendiri berisi link-link yang harus diunduh untuk memperoleh datadata perubahan yang terjadi secara lengkap (SOP of National Product Information,
SOP No. DRA001, 2013).
Proses selanjutnya, setelah mengunduh dan mengetahui perubahan apa
yang terjadi, DRA mendaftarkan segera perubahan yang terjadi ke Badan POM.
Terkait dengan perubahan penandaan, DRA akan menggunakan isi dari CDS
sebagai dasar draft pertama dokumen registrasi yang akan diserahkan ke BPOM.
DRA selanjutnya membuat tabel sandingan untuk membandingkan desain dan/
atau informasi produk yang telah disetujui versus desain dan/ atau informasi
produk CDS saat ini serta mencantumkan penjelasan mengenai alasan terjadinya
perubahan (disertai referensi pendukung jika ada). Dokumen yang akan
diserahkan ke BPOM untuk registrasi ini harus mengikuti ketentuan Asean
Common Technical Dossier (ACTD). Langkah selanjutnya dilakukan penyiapan
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
17
dossier oleh DRA (SOP of National Product Information, SOP No. DRA001,
2013).
Setelah dossier disiapkan, maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan
terhadap dossier ini oleh DRA manager. Pada pemeriksaan ini, dilakukan
pemastian akan akurasi dossier yang meliputi kelengkapan, kebenaran, dan
konsistensi dossier berdasarkan checklist dokumen registrasi. Pada proses ini,
orang yang bertanggung jawab dalam mempersiapkan dan memeriksa berkas
adalah orang yang berbeda. Jika berkas tidak lolos verifikasi, DRA bertanggung
jawab untuk menyiapkan ulang dan melengkapi berkas yang diperlukan. Setelah
dossier diajukan ke BPOM, DRA bertanggung jawab dalam memasukkan tanggal
penyerahan ke dalam "CDS tracking list"dan "Variation Node". Jika dossier
dikembalikan atau ditunda oleh BPOM, maka DRA harus berkonsultasi terlebih
dahulu dengan DRA Manager Global sebelum menanggapi hasil keputusan
BPOM (SOP of National Product Information, SOP No. DRA001, 2013).
Setelah menerima persetujuan dari Badan POM terkait dengan perubahan
yang terjadi, maka DRA akan mengkomunikasikan informasi persetujuan kepada
departemen terkait (yaitu Medical, Pemasaran, Penjualan, dan Technical
Operations) dan membuat suatu formulir permintaan perubahan yang dikenal
dengan istilah CRPM (Change Request of Printed Packaging Material) yang
ditujukan kepada Packaging Development (SOP of National Product Information,
SOP No. DRA001, 2013). Secara lebih rinci, alur dari mulai diberitahukannya
adanya perubahan sampai dikeluarkannya CRPM dapat dilihat pada Gambar 2.2
dibawah ini.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
18
[Sumber : SOP of National Product Information, SOP No. DRA001, 2013, telah diolah kembali]
Gambar 2.2. Alur perubahan penandaan terkait safety update mulai dari
pemberitahuan awal sampai pembuatan CRPM
2. 7 Produk B PT. Novartis Indonesia
Produk B PT. Novartis Indonesia termasuk ke dalam kategori obat baru.
Produk B diproduksi di Novartis Pharma Stein AG, Stein, Switzerland, sehingga
termasuk ke dalam kategori obat impor. Produk B mengandung Indakaterol
maleat sebagai zat aktif tunggal dengan bentuk sediaan berupa kapsul keras untuk
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
19
serbuk inhalasi. Produk ini terdiri dari 4 SKU (Stock Keeping Unit) dengan
kekuatan dan besar kemasan yang berbeda, ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. SKU Produk B PT. Novartis Indonesia
No.
Bentuk Sediaan
Kekuatan
Jenis
Kemasan
Besar Kemasan
1
Kapsul + inhaler
150 mg
Blister
Dus, 1 blister @ 10 kapsul + 1 inhaler
2
Kapsul + inhaler
150 mg
Blister
Dus, 1 blister @ 30 kapsul + 1 inhaler
3
Kapsul + inhaler
300 mg
Blister
Dus, 1 blister @ 10 kapsul + 1 inhaler
4
Kapsul + inhaler
300 mg
Blister
Dus, 1 blister @ 30 kapsul + 1 inhaler
Produk B mengandung Indakaterol maleat yang termasuk ke dalam obat
bronkodilator dan antiasma yang diindikasikan untuk terapi pemeliharaan
bronkodilator obstruksi aliran udara pada pasien dewasa dengan Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK). Indakaterol termasuk ke dalam “ultra” agonis beta2adrenergik dengan administrasi sekali sehari. Efek farmakologi dari beta2adrenergik yaitu stimulasi adenil siklase intraseluler (enzim yang mengkatalisis
konversi adenosine triphosphate (ATP) menjadi
cyclic-3’, 5’-adenosine
monophosphate (cyclic monophosphate)). Peningkatan level siklik AMP
menyebabkan relaksasi otot polos bronkial. Oleh karena itu, ketika dihirup
indakaterol bekerja secara lokal pada paru-paru sebagai bronkodilator.
Kontraindikasi dari produk B yaitu pasien dengan hipersensitifitas terhadap
indakaterol atau salah satu zat tambahan dalam produk. Penggunaan produk B
perlu diperhatikan pada penderita asma, hipersensitif, bronkospasme paradoksikal,
hipokalemia, hiperglikemia, memburuknya penyakit, efek sistemik, dan efek
kardiovaskuler. Efek samping yang umum dari produk ini pada dosis yang
direkomendasikan yaitu nasofaringitis, infeksi saluran pernafasan atas, batuk,
sakit kepala, dan kaku otot. Penggunaan produk B ini dengan rute inhalasi oral
sekali sehari menggunakan inhaler yang terdapat dalam kemasan. Kapsul tidak
boleh ditelan secara utuh. Dosis yang direkomendasikan yaitu inhalasi satu kali
sehari yang mengandung 150 mg kapsul dengan menggunakan inhaler.
Penggunaan dosis obat 300 mg sekali sehari menghasilkan keuntungan klinis pada
pasien tertentu misalnya pada pasien PPOK yang parah.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
20
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Waktu
Penyusunan dokumen registrasi dan proses pengajuan registrasi variasi
dilaksanakan pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) periode 4 Februari 28 Maret 2014.
3.2 Lokasi
Penyusunan dokumen registrasi dilakukan di PT. Novartis Indonesia, Jl.
Prof. Dr. Satrio Kav. 18 Kuningan City Setiabudi Jakarta Selatan 12940,
Indonesia. Sedangkan proses pengajuan registrasi variasi dilakukan di BPOM, Jl.
Percetakan Negara No. 23 Jakarta 10560.
3.3 Data
Data yang digunakan adalah dokumen terkait Produk B PT. Novartis
Indonesia yang telah memiliki izin edar dan mengalami perubahan penandaan
(safety update) baik bersifat major maupun minor disesuaikan dengan persyaratan
dokumen yang harus diserahkan berdasarkan Buku Coklat 2011 (Peraturan Tata
laksana registrasi obat diatur oleh Badan POM dalam keputusan Kepala Badan
Pengawas
Obat
dan
Makanan
Republik
Indonesia
Nomor
HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011 Tentang Kriteria dan Tata Laksana
Registrasi Obat).
3.4 Metode
Metode yang digunakan yaitu dengan menyusun dan mengajukan dokumen
registrasi variasi Produk B PT. Novartis Indonesia dengan tahapan sebagai
berikut:
a.
Mengumpulkan dan mempelajari informasi terkait perubahan produk dari
Novartis global ke DRA Novartis Indonesia yang terdapat dalam sistem
DRAGON.
b.
Melakukan pengambilan dokumen dari sistem informasi terkait perubahan
penandaan pada produk dari sistem informasi REDI GO. Pengambilan
20
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
21
dokumen disesuaikan dengan persyaratan dokumen registrasi variasi dari
BPOM, kemudian dokumen dicetak.
c.
Menyusun dossier sesuai dengan format ACTD. Selain menyusun dokumen
yang diperoleh dari globat, juga dilakukan pembuatan surat atau dokumen
lain yang diperlukan seperti membuat formulir registrasi, surat pengantar,
mengisi checklist registrasi variasi, dan dokumen administratif lainnya. Pada
tahap ini, dokumen dipelajari lebih lanjut untuk menentukan kategori
registrasi yang ditulis dalam formulir registrasi. Kemudian, dilakukan
pengecekan kelengkapan dokumen sebelum diajukan ke BPOM.
d.
Proses submit atau pengajuan dokumen di BPOM. Pada proses ini, terdapat
proses evaluasi dokumen yang dilakukan oleh evaluator BPOM di loket
registrasi, pengisian formulir elektronik registrasi (AeRO), dan juga
penyerahan dokumen registrasi yang sudah lengkap ke loket penyerahan
dokumen BPOM.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
22
BAB 4
PEMBAHASAN
Penandaan adalah keterangan yang lengkap mengenai khasiat, keamanan,
cara penggunaannya serta informasi lain yang dianggap perlu yang dicantumkan
pada etiket, brosur atau leaflet, dan kemasan primer serta sekunder yang
disertakan pada obat (Kemenkes, 2008). Pada produk yang telah mendapatkan
izin edar dapat terjadi perubahan, termasuk perubahan pada bagian penandaan
yang terkait khasiat-keamanan produk. Perubahan penandaan, baik yang terdapat
pada leaflet maupun kemasan obat dapat disebabkan karena beberapa hal seperti
adanya penambahan efek samping, posologi, indikasi, perubahan kondisi
penyimpanan, dan lain sebagainya. Segala jenis perubahan penandaan tersebut
harus dilaporkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melalui
mekanisme Registrasi Variasi untuk menjamin keamanan obat saat digunakan
oleh masyarakat. Berdasarkan jenis perubahan yang terjadi, perubahan yang
berkaitan dengan penandaan ini dapat dikategorikan ke dalam registrasi variasi
kategori 4 (variasi major), kategori 5 (variasi minor yang memerlukan
persetujuan), ataupun kategori 6 (variasi minor dengan notifikasi) seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya (Badan POM RI, 2011).
Pada Produk B PT. Novartis Indonesia, terdapat perubahan penandaan
(safety update) yang diajukan pada bulan April 2014. Untuk melakukan
perubahan tersebut, maka perlu dilakukan proses registrasi variasi terhadap
produk tersebut. Pada proses registrasi variasi ini terdapat beberapa tahap yang
dilakukan mulai dari adanya informasi perubahan produk dari global, hingga
melakukan pengajuan atau submit dokumen ke BPOM yang prosesnya harus
sesuai dengan Peraturan Tata laksana registrasi obat yang diatur oleh Badan POM
dalam keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011 Tentang Kriteria dan Tata Laksana
Registrasi Obat.
22
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
23
4. 1 Informasi perubahan dari Novartis global ke DRA Novartis Indonesia.
Alur perubahan penandaan yang terjadi pada produk B PT Novartis
Indonesia diawali dengan adanya pemberitahuan mengenai perubahan, baik terkait
dengan keamanan (safety) maupun mutu (quality) oleh Novartis global atau pusat
ke bagian DRA (Drug Regulatory Affairs) atau regulator dari masing-masing
negara dimana Produk B diedarkan atau dipasarkan. Global memberitahukan
adanya perubahan kepada DRA melalui suatu sistem yang disebut DRAGON.
DRAGON terbagi menjadi dua bagian, yaitu CDS (Core Data Sheet) dan CMC,
terkait dengan jenis perubahan yang terjadi. Pada Produk B terjadi perubahan
yang
berkaitan dengan
safety
atau
keamanan,
maka
Novartis
global
mengumumkan perubahan ini ke sistem DRAGON yang dapat dilihat melalui
CDS tracking list kepada DRA di Indonesia dalam bentuk CDS. Perubahan pada
Produk B terdapat pada CDS 30.09.13. Kemudian, DRA akan menilai apakah
perubahan yang dilakukan perlu diajukan ke BPOM. Berdasarkan informasi dari
DRAGON tersebut, pada produk B dilakukan perubahan penandaan yaitu pada
bagian:
a.
Dosage and administration
Penambahan informasi pada bagian “Metode administrasi” untuk membantu
mengurangi potensi kesalahan penggunaan obat (seperti pasien sengaja
menelan kapsul dibanding menggunakan perangkat inhalasi atau inhaler).
b.
Warning and precautions
Bagian Asma : penambahan klim kelas label long-acting β2-drenergik
receptor agonist (LABA) yang berpotensi meningkatkan resiko kematian
terkait asma.
Bagian Cardiovascular effects : penambahan klim potensi class effects yang
berkaitan dengan LABA, juga mencakup “perpanjangan interval QT” dalam
daftar potensi perubahan EKG.
c.
Adverse drug reactions
Perubahan
editorial
dengan
mengkoreksi
jumlah
N-nilai
populasi
keselamatan.
d.
Pharmacokinetics (PK)
Perubahan editorial metabolit pada bagian metabolisme.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
24
Setelah diketahui perubahan yang dilakukan, kemudian DRA menentukan
apakah perubahan perlu diajukan ke BPOM atau tidak. Untuk perubahan Produk
B seperti yang disebutkan sebelumnya, perlu dilakukan pengajuan registrasi
variasi karena berkaitan dengan penandaan yang akan mempengaruhi aspek
keamanan produk.
4. 2 Pengambilan dokumen dari sistem informasi terkait perubahan
penandaan produk B.
Setelah diketahui adanya perubahan penandaan yang dilakukan, kemudian
dilakukan pengambilan dokumen dari sistem informasi CDS tracking list yang
disebut REDI GO yang berisi link-link yang harus diunduh untuk memperoleh
data-data perubahan pada penandaan secara lengkap. Pengambilan dokumen
disesuaikan dengan persyaratan dokumen registrasi variasi dari BPOM. Dari
REDI GO, didapatkan dokumen berupa leaflet yang akan diajukan, tabel
sandingan atau rationale sheet dan beberapa referensi pendukung yang
diperlukan, jika ada. Leaflet berisi keterangan produk secara lengkap terkait
informasi produk berupa deskripsi dan komposisi, indikasi, posologi (dosis dan
administrasi), kontraindikasi, perhatian dan peringatan, efek samping, interaksi,
farmakologi klinis (mekanisme aksi, farmakodinamik, dan farmakokinetik), data
keamanan non-klinis, kondisi penyimpanan, serta ukuran kemasan. Rational sheet
berisi perbandingan antara informasi produk yang telah disetujui BPOM dengan
informasi produk pada CDS yang diajukan disertai dengan alasan (rationale) yang
berisi penjelasan mengenai alasan terjadinya perubahan, disertai referensi
pendukung perubahan tersebut. Sedangkan referensi merupakan data-data
pendukung dilakukannya perubahan, dapat berupa data klinis, data non-kinis,
farmakope, jurnal ilmiah, buku acuan, dan referensi lain yang sifatnya ilmiah.
Setelah mengunduh dokumen terkait perubahan dari sistem informasi REDI
GO, kemudian dokumen dicetak dan dianalisis untuk menentukan kategori
registrasi. Penentuan kategori registrasi variasi dilihat berdasarkan buku coklat.
Berdasarkan perubahan yang dilakukan pada Produk B, kategorinya termasuk ke
dalam kategori registrasi variasi Major (VaMa), yaitu Perubahan informasi produk
atau penandaan yang mempengaruhi aspek khasiat-keamanan yang tidak
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
25
memerlukan data uji klinik. Perubahan pada bagian penandaan khususnya pada
bagian posologi (dosage and administrasion) dan warning and precautions
termasuk ke dalam kategori registrasi variasi major (VaMa), sedangkan perubahan
editorial pada adverse drug reactions dan Pharmacokinetics termasuk ke dalam
kategori registrasi variasi minor dengan notif (VaMi-A), yang keduanya samasama tidak memerlukan data uji klinik. Oleh karena itu, perubahan dikategorikan
menjadi registrasi Variasi Major (VaMa).
4. 3 Penyusun dossier dan pengecekan kelengkapan dokumen
Perubahan yang dilakukan pada Produk B termasuk ke dalam kategori Variasi
Major, sehingga perlu dilakukan proses pra-registrasi sebelum proses registrasi
untuk penentuan kategori registrasi, jalur evaluasi, biaya evaluasi, dan penentuan
dokumen registrasi obat. Penyusunan dokumen dan proses pengajuan praregistrasi sesuai dengan persyaratan dokumen pra-registrasi yang terdapat pada
buku coklat. Proses pra-registrasi ini sebelumnya telah dilakukan oleh staf DRA
PT. Novartis Indonesia. Dari proses pra-registrasi, akan diperoleh Hasil PraRegistrasi (HPR) yang berisi identitas produk (nama obat, bentuk sediaan, zat
aktif, kemasan, produsen dan NIE), kategori registrasi, jalur evaluasi, serta biaya
evaluasi sesuai PP RI No. 48 tahun 2010 (Lampiran 4). Proses pengajuan
registrasi dilakukan maksimal 1 tahun setelah HPR dikeluarkan. Oleh karena itu,
langkah selanjutnya yaitu menyiapkan dokumen registrasi berupa dossier.
Penyiapan dossier dilakukan dengan format dokumen mengikuti ketentuan
Asean Common Technical Dossier (ACTD). Terkait dengan perubahan
penandaan, isi dari CDS, rationale sheet, dan referensi yang mendukung akan
digunakan sebagai dasar draft pertama dokumen registrasi yang akan diserahkan
ke BPOM. Selain menyusun dokumen yang diperoleh dari global, terdapat
beberapa kelengkapan yang perlu disiapkan ataupun dibuat, misalnya dokumen
administrasi. Dokumen administrasi yang perlu dibuat diantaranya:
a.
Surat pengantar
Surat pengantar untuk Produk B ditulis oleh pendaftar kepada Kepala Sub
Direktorat Obat Baru Badan POM yang berisi permohonan pengajuan registrasi
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
26
variasi Produk B disertai dengan keterangan perubahan yang dilakukan dan
dokumen penunjang pengajuan perubahan yang dilampirkan.
b.
Formulir registrasi tiap SKU, masing-masing rangkap 5.
Format formulir registrasi dapat dilihat pada Lampiran 1.
c.
Pernyataan pendaftar
Pernyataan pendaftar merupakan surat yang dibuat oleh pendaftar yang
menyatakan bahwa semua informasi dalam dokumen registrasi untuk memperoleh
persetujuan perubahan terhadap Produk B adalah benar. Selain itu, pendaftar juga
menyatakan bahwa saya telah memeriksa dan bertanggung jawab atas semua
dokumen yang diserahkan ke Badan POM.
d.
Surat pernyataan terkait pemenuhan persyaratan registrasi variasi
Surat pernyataan terkait pemenuhan persyaratan registrasi variasi merupakan
surat pengajuan registrasi variasi major terhadap Produk B yang berisi pernyataan
oleh pendaftar bahwa tidak dilakukan perubahan apapun di luar perubahan yang
diajukan ke Badan POM.
Sedangkan, dokumen dokumen yang perlu dipersiapkan, khususnya untuk
registrasi variasi Produk B sebagai produk impor yaitu:
a.
Izin industri farmasi PT. Novartis Indonesia.
b.
Sertifikat GMP Novartis Pharma Stein AG, Stein, Switzerland, termasuk data
inspeksi terakhir.
c.
Hasil Pra-Registrasi (HPR).
d.
Fotokopi NIE beserta semua surat persetujuan perubahan Produk B yang
telah diterbitkan Badan POM sebelumnya beserta lampirannya berupa leaflet
pada persetujuan sebelumnya.
Pada bagian depan ordner dibuat cover ordner dengan format yang telah
ditentukan pada buku coklat seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 5. Setelah
dokumen-dokumen yang diperlukan siap dan telah dicetak, kemudian mengisi
checklist registrasi variasi dari Badan POM sesuai dengan kategori registrasi
variasi dan dokumen yang telah dikumpulkan (Lampiran 6). Selanjutnya, semua
dokumen tersebut disusun menjadi dossier dalam ordner sesuai format ACTD
berdasarkan urutan pada checklist registrasi agar tersusun rapi. Tiap dokumen
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
27
diberi pembatas dan pada bagian tepi dokumen diberi tanda agar lebih rapi dan
mudah dalam mencari dokumen atau surat dalam dossier.
Setelah dossier disiapkan, maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan
terhadap dossier oleh DRA manager. Pada pemeriksaan ini, dilakukan pemastian
akan akurasi dossier yang meliputi kelengkapan, kebenaran, dan konsistensi
dossier berdasarkan checklist dokumen registrasi. Pada proses ini, orang yang
bertanggung jawab dalam mempersiapkan dan memeriksa berkas adalah orang
yang berbeda. Jika, berkas tidak lolos verifikasi, bagian DRA bertanggung jawab
untuk menyiapkan ulang dan melengkapi berkas yang diperlukan. Setelah dossier
disiapkan, dokumen dipelajari lebih lanjut agar pada saat evaluasi pendaftar siap
menghadapi dan dapat menjawab pertanyaan dari evaluator BPOM.
4. 4 Proses submit atau pengajuan dokumen di BPOM.
Proses submit dokumen registrasi dimulai dengan pendaftaran registrasi
Produk B secara online di www.antrianobat.com. Setelah mendaftar secara online,
BPOM akan mengeluarkan jadwal untuk pelaksanaan registrasi produk tersebut
yang akan diumumkan dan dikirimkan melalui email ke kantor industri farmasi
pendaftar, berisi tanggal registrasi dan nomor antrian ke loket pengecekan
dokumen oleh evaluator BPOM. Pendaftar akan melakukan proses submit
dokumen sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan tersebut. Proses submit atau
pengajuan dokumen registrasi di Badan POM dapat dilihat pada Lampiran 7.
Proses registrasi, dilakukan di BPOM, Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta
di Gedung pelayanan publik. Di Gedung Pelayanan Publik, terdapat tempat
khusus untuk bagian registrasi produk obat dan produk biologi, yaitu di lantai 1
sebelah kanan. Terdapat sembilan loket di ruang registrasi Gedung pelayanan
publik dan satu loket khusus untuk verifikasi SPB dan pengambilan kuota
pengisian AeRO. Loket 1 untuk proses evaluasi pra-registrasi, loket 2 dan 3 untuk
proses evaluasi registrasi (satu untuk loket registrasi sesuai antrian yang di email
dan satu lagi untuk tambahan data registrasi). Loket 4, 5, dan 6 digunakan bila
diperlukan proses desk consultation, yaitu proses evaluasi yang dilakukan antara
evaluator dengan pendaftar sekaligus pemberian keputusan secara langsung
terhadap proses evaluasi registrasi produk. Desk consultation dilakukan bila
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
28
terjadi penundaan atau penumpukan proses evaluasi dokumen di Badan POM,
atau pada kondisi tertentu lainnya. Loket 7 atau loket A untuk loket penyerahan
dokumen registrasi. Loket 8 atau loket B merupakan loket penyerahan dokumen
pra-registrasi atau tambahan data. Terakhir, loket 9 atau loket C merupakan loket
untuk surat keluar, misalnya pengambilan surat persertujuan registrasi dan
pengambilan Nomor Izin Edar (NIE).
Pertama, pendaftar mengantri di loket evaluasi registrasi (loket 2 atau 3)
sesuai dengan nomor antrian registrasi variasi untuk produk B. Setelah nama PT.
Novartis Indonesia dipanggil, pendaftar masuk ke loket evaluasi. Pada proses ini,
dilakukan proses evaluasi dokumen yang dilakukan oleh evaluator BPOM di loket
registrasi. Evaluasi meliputi pengecekan kesesuaian kategori registrasi dengan
perubahan yang dilakukan, kesesuaian dokumen registrasi dengan persyaratan
BPOM, kelengkapan dokumen, referensi yang dibutuhkan, dan proses tanya
jawab terkait perubahan produk B. Pada proses ini, kemampuan komunikasi dan
negosiasi regulator juga menentukan lolos tidaknya dokumen dalam proses
evaluasi. Jika dokumen sudah lengkap dan benar, evaluator akan memberikan cap
lengkap dan Surat Perintah Bayar (SPB) kepada pendaftar.
Setelah memperoleh SPB, pendaftar harus membayar biaya registrasi
sebesar yang telah tercantum di HPR, yaitu sebesar 8 juta rupiah untuk biaya
evaluasi 4 SKU Produk B (tiap SKU 2 juta rupiah) ke bank yang telah ditunjuk
oleh BPOM (Bank BNI). Pembayaran dilakukan dengan cara setor tunai dengan
mencantumkan Badan POM RI pada bagian penerima. Pada bagian pengirim
dicantumkan nama, alamat, dan nomor telepon industri farmasi pendaftar, yaitu
PT.Novartis Indonesia, AXA TOWER lt. 26 Kuningan City Jl. Prof. Dr. Satrio
Kav. 18 Kuningan – Setiabudi Jakarta 12940 Tel +62 21-304 80 600. Penyetoran
dilakukan dengan memberikan keterangan tujuan pembayaran yaitu untuk praregistrasi atau registrasi serta mencantumkan nama produk. Contoh keterangan
untuk penyetoran pembayaran registrasi produk B yaitu “Reg fee of Product B
(safety update)”. Setelah dilakukan pembayaran, pendaftar akan mendapatkan
bukti bayar dari bank yang bersangkutan.
Bukti bayar yang diperoleh dari pembayaran biaya registrasi kemudian
diserahkan ke loket pengambilan kuota pengisian AeRO. Kemudian pendaftar
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
29
mengisi formulir kuota pengisian AeRO (formulir elektronik registrasi di BPOM)
di komputer yang telah disediakan. Selanjutnya pendaftar melakukan pengisian
data-data Produk B untuk registrasi variasi di sistem AeRO tersebut. Lalu,
dilakukan penyerahan dokumen registrasi yang sudah lengkap ke loket
penyerahan dokumen registrasi Badan POM (loket 7). Setelah dokumen registrasi
diserahkan, pendaftar akan mendapatkan nomor FERO yang merupakan nomor
identitas registrasi produk untuk penelusuran proses registrasi. Selanjutnya
dokumen akan mengalami proses evaluasi oleh Panitia Penilai sebagai evaluator
sebelum Badan POM mengeluarkan surat persetujuan perubahan. Dokumen akan
dievaluasi sesuai jalur registrasi variasi Produk B yaitu jalur 100 HK.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada Produk B PT. Novartis Indonesia dilakukan registrasi variasi karena terdapat
perubahan bagian penandaan (safety update) yang termasuk ke dalam kategori Variasi
Major (VaMa) yaitu Perubahan informasi produk/penandaan yang mempengaruhi aspek
khasiat-keamanan yang tidak memerlukan data uji klinik. Perubahan pada Produk B.
Proses registrasi variasi dilakukan sebagai berikut:
a.
Informasi perubahan dari Novartis global ke DRA Novartis Indonesia
b.
Pengambilan dokumen dari sistem informasi terkait perubahan penandaan produk
c.
Penyusunan Dossier dan pengecekan kelengkapan dokumen
d.
Proses submit atau pengajuan dokumen di BPOM
Dokumen yang diserahkan ke BPOM untuk registrasi variasi mengikuti ketentuan
ACTD dan penyusunan serta pengajuannya berdasarkan pada Peraturan Tata laksana
registrasi obat yang diatur oleh BPOM dalam keputusan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011 Tentang
Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat.
5.2 Saran
a.
Lebih banyak kerjasama antara Industri Farmasi (PT. Novartis Indonesia) bagian
DRA dengan Program Studi Apoteker dalam pelaksanaan PKPA untuk membekali
para calon apoteker dengan pengetahuan dan keterampilan dalam proses registrasi.
b.
Perlu diadakan pelatihan secara berkala mengenai registrasi kepada staf bagian
DRA agar dapat terus mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya di bidang
registrasi.
c.
Perlu dibuatnya SOP (Standar Operational Procedure) terkait kegiatan yang
berkaitan dengan registrasi yang dilakukan oleh bagian DRA mulai dari penerimaan
informasi perubahan produk di sistem DRAGON, penyusunan dokumen, pengajuan
registrasi, penerimaan approval BPOM hingga penyimpanan dokumen registrasi
agar lebih terarah.
30
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM RI. (2011). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011 tentang Kriteria dan Tata Laksana
Registrasi Obat. Jakarta: Badan POM RI.
Fauzia. (2013). Review Implementasi Persetujuan BPOM terhadap Current Product PT.
Novartis Indonesia yang terdiri dari Komponen Produk Lokal, Leaflet Produk
yang Diambil Secara Acak, serta Komponen Produk Untuk Bulan Agustus.
Depok : Universitas Indonesia, 10-13.
Kementerian Kesehatan. (2008). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1120/ MENKES/
PER/ XI/ 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1010/ MENKES/ PER/ XI/ 2008 Tentang Registrasi Obat. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan. (2008). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1010/ MENKES/
PER/ XI/ 2008 Tentang Registrasi Obat. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Novartis. (2014). Package leaflet: Information for the user. Mei 10, 2014.
http://www.novartis.com.au/DownloadFile.aspx?t=c&f=exe.pdf&dateid=12949
31209000
Novartis
Indonesia.
(2014).
Tentang
Novartis.
http://www.id.novartis.com. Diakses tanggal
Maret
8,
2014.
Standard Operating Procedure of National Product Information, SOP No. DRA001,
Effective Date: 31-May-2013.
The Asean Common Technical Dossier (ACTD) For The Registration of
Pharmaceuticals For Human Use - Organization Of The Dossier
31
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
33
Lampiran 1. Formulir registrasi obat dan produk biologi
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
34
Lampiran 1. (Lanjutan)
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
35
Lampiran 1. (Lanjutan)
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
36
Lampiran 1. (Lanjutan )
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
37
Lampiran 2. Dokumen administratif registrasi variasi
Dokumen administratif yang harus diserahkan pada saat pengajuan
registrasi variasi meliputi:
1. Surat Penngantar.
2. Formulir Registrasi.
3. Pernyataan Pendaftar.
4. Sertifikat dan Dokumen Administratif (sesuai dengan status produksi:
obatproduksi dalam negeri, kontrak, lisensi, ekspor, impor) sesuai
Lampiran 5.
5. Hasil Pra Registrasi (jika dipersyaratkan).
6. Kuitansi/Bukti Pembayaran.
7. Dokumen lain-lain.
7.1.Surat pernyataan terkait pemenuhan persyaratan registrasi variasi
(misal: surat pernyataan bahwa prosedur pengujian zat aktif tidak
berubah untuk registrasi variasi pengetatan batas spesifikasi zat aktif).
7.2.Copy NIE dan semua surat persetujuan perubahan yang diterbitkan
oleh Badan POM beserta lampirannya.
7.3.Tabel sandingan perubahan yang diajukan, termasuk referensi
perubahan.
7.4. Justifikasi terhadap perubahan yang diajukan.
[Sumber : Anonim, 2011]
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
38
Lampiran 3. Informasi Minimal yang Harus Dicantumkan Pada
Penandaan
No.
Informasi yang harus
dicantumkan
Bungkus
Luar
Catch
Cover /
Amplop
Etiket/ Blister/
Strip
label
Etiket
Ampul /
Vial
1.
Nama Obat
√
√
√
√
√
2.
Bentuk Sediaan
√
√
√
(-)
√ d)
3.
Besar kemasan (unit)
√
√
√
(-)
√
4.
Nama dan kekuatan zat
aktif
√
√
√
√
√
5.
Nama dan alamat
pendaftar
√
√
√
√ c)
√ c)
6.
Nama dan alamat
produsen
√
√
√
√ c)
√ e)
7.
Nama dan alamat
pemberi lisensi
√
√
√
√ c)
(-)
8.
Cara pemberian
√
√
√
(-)
√
9.
Nomor izin edar
√
√
√
√
√
10
Nomor bets
√
√
√
√
√
11.
Tanggal produksi
√
√
(-)
(-)
(-)
12.
Batas kadaluarsa
√
√
√
√
√
13.
Indikasi
√ a)
√
√ b)
(-)
(-)
14.
Posologi
√
a)
√
√
b)
(-)
(-)
15.
Kontraindikasi
√
b)
√
√ b)
(-)
(-)
16.
Efek samping
√
b)
√
√ b)
(-)
(-)
17.
Interaksi obat
√ b)
√
√ b)
(-)
(-)
18.
Peringatan-perhatian
√
√
√
(-)
(-)
b)
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
b)
39
Lampiran 3. (Lanjutan)
No.
19.
20.
21.
Informasi yang
harus
dicantumkan
Peringatan khusus,
misalnya :
a. “Harus dengan resep
dokter"
Bungkus
Luar
Catch Etiket/ Blister/ Etiket
Cover / Label Strip Ampul /
Amplop
Vial
√
√
√
√
√
b. Tanda peringatan
(P. No. 1 – P. No. 6)
√
√
√
(-)
(-)
c. Kotak peringatan
√
√
√
(-)
(-)
d. "Bersumber
babi/bersinggungan"
√
√
√
(-)
√
e. Kandungan alkohol
√
√
√
(-)
√
Cara penyimpanan obat
(termasuk cara
penyimpanan setelah
rekonstitusi)
Penandaan khusus,
misalnya:
√
√
√
(-)
(-)
a. Harga eceran tertinggi
(HET)
√
√
√
√
b. Logo golongan obat
(obat keras/ bebas
terbatas/bebas)
√
√
√
(-)
√
d)
(-)
c. Logo generik (khusus
untuk obat generik)
√
√
√
√
√
d)
Keterangan:
a) Harus dicantumkan untuk obat bebas dan obat bebas terbatas, untuk obat
keras dapat merujuk pada informasi produk untuk pasien.
b) Informasi dapat merujuk pada informasi produk untuk pasien.
c) Dicantumkan nama pendaftar atau nama produsen atau nama pemberi
lisensi.
d) Dikecualikan untuk ampul atau vial kurang dari 10 mL.
e) Hanya nama negara
[Sumber : Anonim, 2011]
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
40
Lampiran 4. Hasil Pra-Registrasi (HPR) Produk B
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
41
Lampiran 5. Cover ordner Produk B
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
42
Lampiran 6. Contoh Checklist registrasi Variasi Major (VaMa) Produk B dan cara
pengisiannya.
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
43
Lampiran 6. (Lanjutan)
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
44
Lampiran 6. Lanjutan
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
45
Lampiran 7. Proses submit atau pengajuan dokumen registrasi variasi di Badan
POM
Laporan praktik…, Asvinastuti Rikasih, FFar UI, 2014
Download