EFEKTIVITAS EKSTRAK TUMBUHAN BROTOWALI

advertisement
EFEKTIVITAS EKSTRAK TUMBUHAN
BROTOWALI (Tinospora crispa, L.) TERHADAP MOTILITAS DAN
MORFOLOGI SPERMATOZOA MENCIT (Mus musculus, L.)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana (S1)
Oleh :
ASTRIA RAMDANI
F1D1 13 083
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
APRIL 2017
2
3
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Astria Ramdani
Tempat/Tanggal Lahir
: Kaimana, 28 Januari 1996
Alamat
No Telp/HP
: Jalan H.E.A. Mokodompit
Lr. Anawai
: 081344082982
E-mail
: [email protected]
Nama Ayah
: Laode Sili
Nama Ibu
: Hj. Sarnia
Alamat Orang Tua
: Utarum Kroy, Kaimana, Papua Barat
Riwayat Pendidikan:
1. SD YAPIS Kaimana, lulus tahun 2007
2. SMPN 1 Kaimana, lulus tahun 2010
3. SMAN 1 Kaimana, lulus tahun 2013
Riwayat Pengalaman:
1. Himpunan Mahasiswa Jurusan (Tahun 2014)
2. Asisten Praktikum Sistematik Hewan dan Struktur dan Perkembangan
Hewan (Tahun 2015/2016)
3. Asisten Praktikum Biologi Reproduksi dan Fisiologi Hewan (Tahun
2016/2017)
iii
4
5
KATA PENGANTAR
“Syukur Allhamdulillah” penulis memanjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas Rahmat dan Hidayah-Nya, serta shalawat dan salam Nabi Muhammad SAW,
keluarga beserta sahabat-sahabatnya, sehingga penulis dapat melaksanakan
penelitian sampai penyusunan hail penelitian ini. Teristimewa penulis ucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Laode Sili dan Ibunda Hj.
Sarnia serta saudara-saudaraku (Susita, S.Apt, Samlia, Sahim, S.Si, Asto Rahmat,
S.T, dan Anugrah Cahya Medika) yang selalu memberikan semangat dan
dukungan dalam menyelesaikan studi. Semoga Allah SWT selalu melindungi dan
melimpahkan rahmat-Nya kepada orang-orang yang saya sayangi.
Pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati menyampaikan
terima kasih dan penghormatan kepada Ibu Wa Ode Harlis S.Si, M.Si selaku
pembimbing 1 dan Andi Septiana, S.Si, M.Si, M.Sc selaku pembimbing II yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya membimbing penulis dalam
penelitian sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
Penulis tak lupa pula menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:
1. Rektor Universitas Halu Oleo.
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu
Oleo.
3. Ketua Jurusan Biologi Beserta seluruh Dosen dan Staf Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo.
v
6
4. Kepala Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Halu Oleo.
5. Bapak Dr. Amirullah, M.Si, selaku penasehat akademik yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam memprogramkan mata kuliah.
6. Bapak Drs. Nasaruddin, M.Si, Ibu Hj. Dr. Suriana, M.Si., dan Ibu Nurhayu
Malik S.Si, M.Sc, selaku dewan penguji yang telah banyak memberikan ide
dan saran yang bersifat membangun demi kelancaran penulisan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Biologi serta seluruh staf Fakultas MIPA UHO.
8. Laboran Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas MIPA UHO.
9. Calon Suami saya Ratno Putra Perdana, S.P, insyaAllah aamiin, yang selama
ini paling banyak berkontribusi dalam penyusunan skripsi ini baik dalam
bentuk ilmu pengetahuan, materi maupun tenaga yang tidak dapat terhitung dan
terbalaskan.
10. Sahabat Tercinta Kartika Dwi Cahyanti, Irmawati, Nufrianti, Salwinda,
Arjuni, Niartin, Indriani, Clara Sesilia Mekuo, Achmad Akbar Bafadal,S.Si,
yang telah banyak membantu penulis dalam menyusun tugas akhir dan yang
telah memberikan motivasi dan hiburan selama melaksanakan penelitian.
11. Teman-teman Biologi terkhusus KBK Zoologi Keslin Adi, Sukmawati
Badwin, Anang Gustianang, Fergita Reininggrum, Hasrul Sani, S.Si,
Muslimin, Awaludin, Arnita, Suci Fitrianingsih, Yensi Andriana, Nur Intan,
Hadiratul Amalia, Tri Widya Astuti, Asfiani dan Dewi Satria yang telah
memberikan doa dan dukungan serta membantu penulis selama dalam
menyelesaikan proses penelitian.
vi
7
12. Teman-teman Biologi angkatan 2013 Muhammad Fadlan Ramadan, S.Si,
Putri Ayu Sari, S.Si, Andri Adi Gunawan, S.Si, Nur rayani, S.Si, Endang Sri
Wahyuni, S.Si, Ade Putra Rezky, S.Si, Waode Leni Marlina, Misrawati,
Junaidil, Irwansyah, Mulki Muhammad Adam, Umratul Hasanah, Harmawati
Ane, Hestin Wulandari, Muh. Fitrah Ramadhan, Kim Demi Wasita, Novianti,
Erla Patiung, dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah memberikan dorongan moril serta kebersamaan yang tidak terlupakan.
13. Adik-adik KBK Zoologi: Muhaimin, Jusrianti, Hasriani, Ernawati, Siska
Pratiwi, Karlina, Sulhadana dan Anjar Minarsih yang telah membantu dan
memberikan semangat pada penulis dalam menyelesaikan proses penelitian.
14. Kakak-kakak Asisten di Biologi: Bai Sarmiati, S.Si, Hijria, S.P, M.Si, Adi
Karya, S.Si, M.Sc, Izal, S.Si, Wa Ode Desi, S.Si, Sulastri , S.Si, Wa Ode
Rafiuddarajat, S.Si, dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa penulisan hasil penelitian ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati penulis menerima segala saran yang sifatnya membangun demi
penyempurnaannya penulisan ini. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih atas segala dukungan serta bimbingannya semoga
Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai dan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Amin.
Kendari,
April 2017
Penulis
vii
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
SURAT PERYATAAN BEBAS PLAGIAT
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
ABSTRAK
ABSTRACT
i
ii
iii
iv
v
viii
x
xi
xii
xiii
xiv
xv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1
1
3
4
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Brotowali (Tinospora crispa, L.)
1. Klasifikasi
2. Morfologi
3. Kandungan Kimia
4. Efek Senyawa Kimia Tumbuhan Brotowali (Tinospora crispa,L.)
5. Manfaat
B. Mencit (Mus musculus, L.)
1. Reproduksi Mencit Jantan (Mus musculus, L.)
2. Kontrol Hormonal
3. Biologi Spermatozoa
4. Kualitas Spermatozoa
a. Motilitas spermatozoa
b. Morfologi spermatozoa
C. Hipotesis
5
5
5
5
7
7
8
9
9
11
13
15
15
16
18
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
B. Alat dan Bahan
1. Alat
2. Bahan
C. Variabel Penelitian, Defenisi Operasional, Indikator Penelitian
1. Variabel Penelitian
2. Defenisi Operasional
19
19
19
19
20
20
20
21
viii
9
3.Indikator Penelitian
D. Sampel Penelitian
E. Metode dan Desain Penelitian
F. Prosedur Kerja
1. Persiapan Hewan Uji
2. Pembuatan Ekstrak Tumbuhan Brotowali (Tinospora crispa, L.)
3. Pembuatan Sediaan Larutan Na CMC 0,5%
4. Pembuatan Dosis
5. Perlakuan
6. Pengamatan
a. Motilitas spermatozoa
b. Morfologi spermatozoa
7. Analisis Data
8. Penyajian Data
21
22
22
23
23
23
24
24
25
25
25
27
28
28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Motilitas Spermatozoa
B. Morfologi Spermatozoa
C. Berat Badan Mencit (Mus musculus, L.)
29
29
34
40
V. PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
41
41
41
DAFTAR PUSTAKA
42
ix
10
DAFTAR TABEL
No
1
2
3
4
5
6
Teks
Halaman
Alat Penelitian dan Fungsinya
19
Bahan Penelitian dan Fungsinya
20
Desain Penelitian
22
Rerata Motilitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus, L.)
29
Rerata Morfologi Spermatozoa Mencit (Mus musculus, L.)
35
Normal dan Abnormal Antar Perlakuan Pemberian Ekstrak
Brotowali
Rerata Berat Badan Mencit (gr) Setelah Diberikan Perlakuan
40
Ekstrak Tumbuhan Brotowali
x
11
DAFTAR GAMBAR
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Teks
Halaman
Morfologi Brotowali (Tinospora crispa, L.)
6
Sistem Urogenital Mencit Jantan (Mus musculus, L.)
11
Morfologi Spermatozoa Mencit (Mus musculus, L.)
14
Morfologi Spermatozoa Normal Mencit (Mus musculus, L.)
16
Contoh Morfologi Spermatozoa Abnormal
17
Histogram Perbandingan Motilitas Spermatozoa Antara
30
Perlakuan Ekstrak Tumbuhan Brotowali
Histogram Perbandingan Rerata Morfologi Spermatozoa Normal
36
Antara Perlakuan Ekstrak Tumbuhan Brotowali
Berbagai Kelainan Spermatozoa Mencit Setelah Diberi Ekstrak
39
Tumbuhan Brotowali
xi
12
DAFTAR LAMPIRAN
No
1
2
3
4
5
Teks
Perhitungan Dosis
Rerata Motilitas dan Morfologi Spermatozoa
Data Hasil Analisis Uji ANOVA Simultan pada Taraf
Kepercayaan 95%
Data Hasil Analisis Uji Lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil)
pada Taraf Kepercayaan 95%
Dokumentasi
xii
Halaman
47
48
49
50
51
13
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
Lambang/singkatan
m
0
C
mg
mL
Na CMC
NaCl
µm
g
bb
%
Arti dan keterangan
Meter
Derajat celcius
Miligram
Mililiter
Natrium–Carboxymethyle Cellulose
Natrium Clorida
Mikrometer
Gram
Berat badan
Persen
xiii
14
EFEKTIVITAS EKSTRAK TUMBUHAN
BROTOWALI (Tinospora crispa, L.) TERHADAP MOTILITAS DAN
MORFOLOGI SPERMATOZOA MENCIT (Mus musculus, L.)
Oleh:
Astria Ramdani
F1D1 13 083
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak tumbuhan
brotowali (Tinospora crispa, L.) terhadap motilitas dan morfologi spermatozoa
mencit (Mus musculus, L.). Mencit jantan sebanyak 20 ekor dengan berat 30-40 gr
yang berumur 2-3 bulan dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan yaitu; K1 kontrol
positif (aquades), K2 kontrol negatif (Na CMC 0,5% ), K3 (0,05 g/g bb), K4 (0,06
g/g bb), dan K5 (0,07 g/g bb) ekstrak tumbuhan brotowali. Ekstrak diberikan
secara oral setiap hari selama 34 hari. Pada hari ke-35 berat badan mencit
ditimbang lalu dibius dengan klorofom selanjutnya dikorbankan dan dilakukan
pengambilan cauda epididymis untuk pengamatan motilitas dan morfologi
spermatozoa mencit. Data dianalisis dengan ANOVA dan uji BNT (α=0,05%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak tumbuhan brotowali
secara signifikan menurunkan motilitas dan morfologi spermatozoa normal mencit
pada semua dosis perlakuan. Penurunan motilitias terbanyak terjadi pada dosis K4
dan K5 yaitu 60,75% dan 82,75 % dibandingkan dengan dosis K1 (11%), K2
(16%), K3 (16,25%). Ekstrak tumbuhan brotowali juga secara signifikan
menurunkan persentase morfologi spermatozoa normal mencit pada semua dosis
perlakuan. Persentase rata-rata morfologi spermatozoa normal mencit pada semua
perlakuan adalah K1 (19,25%), K2 (24,75%), K3 (45%), K4 (59%) dan K5
(76,75%). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak
tumbuhan brotowali pada semua dosis perlakuan secara signifikan menurunkan
persentase motilitas dan morfologi spermatozoa normal mencit seiring dengan
meningkatnya dosis perlakuan.
Kata kunci : Efektivitas Ekstrak, Tumbuhan Brotowali (Tinospora crispa, L.),
Motilitas Spermatozoa, Morfologi Spermatozoa
xiv
15
EFFECTIVENESS EXTRACTS BROTOWALI (Tinospora crispa, L.) ON
MOTILITY AND MORPHOLOGY OF SPERMATOZOA OF
MICE (Mus musculus, L.)
By:
Astria Ramdani
F1D1 10 083
ABSTRACT
The present research was conducted to study the effectiveness of plant
extracts brotowali (Tinospora crispa L.) on motility and morphology of
spermatozoa of mice (Mus musculus, L.). The test animal used were 20 male mice
with weight 30-40 gr aged 2-3 month in to 5 dosage treatments groups i.e. K1
control posistif (aquades), K2 control negative (Na CMC 0,5% ), K3 (0.05 g/g bb),
K4 (0.06 g/g bb), dan K5 (0.07 g/g bb) brotowali plant extracts. The ectracts were
given orally to all conducted during 34 day. At the 35th day body weight mice be
pondered the next drug use chlorofom and surgery and conducted taking cauda
epididymis for observation motility and morphology of spermatozoa of mice. The
data obtained were analysed by using the Analysis of Variance Test (ANOVA α =
0,05) and t-Test Least Significant Differences. The results showed that the plant
extract brotowali significantly decreases the motility and morphology of
spermatozoa of normal mice in all treatment doses. The decline was highest in the
dose motilitias K4 and K5 are 60.75% and 82.75% compared with the dose K1
(11%), K2 (16%), K3 (16,25%). Brotowali plant extract also significantly reduced
the percentage of normal spermatozoa morphology in mice at all doses treatment.
The average percentage of normal spermatozoa morphology of mice on all
treatments are K1 (19,25%), K2 (24,75%), K3 (45%), K4 (59%) and K5 (76,75%)..
From these results it can be concluded that the administration of plant extracts
brotowali at all doses, treatment significantly reduced the percentage of normal
sperm motility and morphology in mice along with the increasing dose of
treatment.
Key word : Effectiveness Extracts, Plant Brotowali (Tinospora crispa, L.),,
Motility
Spermatozoa,
Morphology
Spermatozoa
xv
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman flora yang sangat kaya meliputi
sekitar
30.000
jenis
tumbuhan
spermatophyta
(diperkirakan
10%
spermatophyta di dunia) dan banyak diantaranya merupakan sumber obat
(Sutardji, 1992, dalam Damhuri, 2000). Selain itu, di Indonesia terdapat 7.000
jenis tanaman berkhasiat obat, tetapi yang telah dimanfaatkan secara rutin
dalam industri Obat Tradisional (OT) sekitar 300 jenis tanaman (Kharisma,
dkk., 2011). Pengembangan antifertilitas yang berasal dari tumbuhan
merupakan salah satu upaya untuk mencari bahan-bahan yang murah dan aman
serta dapat digunakan dalam mengatur fertilitas.
Salah satu tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional
adalah brotowali (Tinospora crispa, L.). Brotowali berasal dari India dan
kemudian menyebar sampai di Indonesia. Brotowali banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat Indonesia sebagai obat beberapa penyakit diantaranya; memar,
demam, merangsang nafsu makan, sakit kuning, cacingan, batuk, mencuci luka
pada kulit atau gatal-gatal, dan untuk mengobati penyakit kencing manis.
Berdasarkan informasi ilmiah yang ditemukan, ekstrak batang brotowali
berpotensi sebagai antioksidan yang dapat mencegah timbulnya arterioklerosis
atau sejenis penyakit kardiovaskuler (Muharni dkk., 2015). Kandungan
senyawa kimia berkhasiat obat tersebut terdapat di seluruh bagian tumbuhan
mulai dari akar, batang sampai daun (Widyaningsih, dkk., 2009).
1
2
Tumbuhan brotowali (Tinospora crispa, L.) diketahui mengandung
senyawa yang tergolong dalam kelompok antifertilitas diantaranya golongan
glikosida, alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin (Widiana dan Sumarmin,
2015). Senyawa-senyawa tersebut dapat
memberikan efek sitotoksik pada
reproduksi jantan dengan mengganggu metabolisme sel germinal dan sel
spermatogenik (Purwoistri, 2010).
Menurut Winarno (1986) dalam Supriati, dkk., (2011), tumbuhan
yang mengandung senyawa alkaloid dapat menekan sekresi hormon reproduksi
yang diperlukan untuk spermatogenesis sehingga menyebabkan terganggunya
proses spermatogenesis. Senyawa flavonoid mampu mempengaruhi kerja
hormon gonadotropin sehingga mengganggu spermatogenesis. Senyawa
saponin bersifat sitotoksik yang dapat menyebabkan penurunan jumlah sel
spermatogenik (Nurliani, dkk., 2005). Winarno dan Sundari (1997),
menambahkan bahwa tanin dapat mengganggu proses transportasi sperma,
yaitu menggumpalkan sperma sehingga menurunkan motilitas dan daya hidup
sperma, akibatnya sperma tidak dapat mencapai sel telur dan pembuahan dapat
tercegah serta teganggunya proses spermatogenesis. Bila keadaan ini terus
berlanjut dapat menyebabkan proses spermatogenesis terganggu (Wiji, 2006
dalam Purwoistri, 2010).
Beberapa penelitian tentang tumbuhan brotowali yang telah dilakukan
diantaranya yaitu Widiana dan Sumarmin (2015), melaporkan bahwa brotowali
(Tinospora crispa, L.) merupakan salah satu tumbuhan obat tradisional yang
berpotensi sebagai bahan kontrasepsi alami pada hewan betina dengan
3
komponen utamanya senyawa alkaloid yang memiliki sifat antiproliferatif
terhadap sel-sel reproduktif. Pengaruh antiproliferatif dari alkaloid terhadap
sel-sel reproduktif berpengaruh terhadap morfologi dari ovarium sebagai
tempat keberadaan sel-sel reproduktif. Penelitian Sari (2012) menggunakan
ekstrak tumbuhan brotowali pada reproduksi mencit betina mengunakan dosis
0.05 g/g bb, 0.06 g/g bb dan 0.07 g/g bb mencit diketahui bahwa ekstrak
brotowali dapat mengakitbatkan gangguan pada kebuntingan yaitu berpengaruh
nyata terhadap jumlah corpus Luteum, jumlah fetus hidup, jumlah fetus mati
dan embrio resorpsi. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Penelitian Syari
(2012) menyatakan bahwa pemberian ekstrak brotowali berpengaruh nyata
terhadap jumlah folikel de Graff, corpus luteum dan folikel atresia.
Sejauh ini penelitian tentang tumbuhan brotowali sebagai antifertilitas
terhadap jantan belum dilakukan. Sehingga berdasarkan hal ini, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul Efektivitas Ekstrak Tumbuhan
Brotowali (Tinospora crispa, L.) terhadap Motilitas dan Morfologi
Spermatozoa Mencit (Mus musculus, L.).
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini yaitu:
1.
Bagaimana efektivitas ekstrak tumbuhan brotowali (Tinospora crispa, L.)
terhadap motilitas spermatozoa mencit (Mus musculus, L.)?
2.
Bagaimana efektivitas ekstrak tumbuhan brotowali (Tinospora crispa, L.)
terhadap morfologi spermatozoa mencit (Mus musculus, L.)?
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu:
1.
Untuk mengetahui efektivitas ekstrak tumbuhan brotowali (Tinospora
crispa, L.) terhadap motilitas spermatozoa mencit (Mus musculus, L.).
2.
Untuk mengetahui efektivitas ekstrak tumbuhan brotowali (Tinospora
crispa, L.) terhadap morfologi spermatozoa mencit (Mus musculus, L.).
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu:
1. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi masyarakat tentang efektivitas ekstrak
tumbuhan brotowali (Tinospora crispa, L.) terhadap alat reproduksi jantan.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat mengenai pemanfaatan
tumbuhan brotowali (Tinospora crispa, L.) sebagai obat antifertilitas.
3. Sebagai bahan pembanding bagi penelitian yang relevan dengan penelitian
ini.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Brotowali (Tinospora crispa, L.)
1. Klasifikasi
Brotowali yang dikenal sebagai tanaman obat ini berasal dari Asia
Tenggara. Wilayah penyebarannya di Asia Tenggara cukup luas, meliputi
wilayah Indo Cina, Semenanjung Melayu, Filipina, dan Indonesia.
Tumbuhan brotowali dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan nama
bratawali (Melayu), andawali (Sunda), brotowali (Jawa Tengah), dan
antawali (Bali). Klasifikasi tumbuhan brotowali (Tinospora crispa, L.)
dalam Sherley dan Aspan, (2008) adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Ranunculales
Famili
: Menispermaceae
Genus
: Tinospora
Spesies
: Tinospora crispa, L.
2. Morfologi
Menurut Syari, (2012). akar tumbuhan brotowali merupakan akar
tunggang dan berwarna putih pudar. Batang tumbuhan brotowali hanya
sebesar jari kelingking, berbintil-bintil dan rasanya pahit. Daun brotowali
termasuk daun tunggal, tersebar, berbentuk jantung dengan ujung runcing,
tepi daun rata, pangkalnya berlekuk, memiliki panjang 7-12 cm dan lebar
5
6
7-11 cm. Tangkai daun menebal pada pangkal dan ujung, pertulangan
daun menjari dan berwarna hijau. Bunga majemuk berbentuk tandan,
terletak pada batang kelopak ketiga. Memiliki enam mahkota, berbentuk
benang berwarna hijau. Benang sari berjumlah enam, tangkai berwarna
hijau muda dengan kepala sari kuning. Buah keras seperti batu, kecil dan
berwarna hijau. Berikut ini gambar dari brotowali (Tinospora crispa, L.):
Gambar 1. Morfologi brotowali (Tinospora crispa, L.) (Sherley dan
Aspan, 2008):
a
b
Keterangan: a. Batang
b. Daun
c. Akar
c
7
3. Kandungan Kimia
Tumbuhan brotowali (Tinospora crispa, L.) diketahui mengandung
senyawa metabolit sekunder golongan alkaloid, flavonoid, saponin dan
tanin (Widiana dan Sumarmin, 2015). Bagian akarnya mengandung
alkaloid. Daun dan batang mengandung alkaloid, saponin, tanin dan
flavanoid (Rahim, dkk., 2015). Menurut Purwoistri (2010), senyawasenyawa tersebut dapat
jantan
dengan
spermatogenik
pengeluaran
perkembangan
memberikan efek sitotoksik pada reproduksi
mengganggu
seperti
hormon
metabolisme
sekresi
hormon
reproduksi
spermatogonium
yaitu
menjadi
sel
germinal
dan
sel
GnRH
yang
merangsang
FSH
yang
merangsang
spermatozoa,
LH
yang
merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron yang
berfungsi dalam perkembangan saluran reproduksi jantan.
4. Efek Senyawa Kimia Tumbuhan Brotowali (Tinospora crispa, L.)
Tumbuhan brotowali diketahui memiliki senyawa metabolit
sekunder yang dapat mempengaruhi sistem reproduksi yaitu, senyawa
alkaloid bersifat kompetitif terhadap reseptor FSH pada sel tubulus
seminiferus yaitu sel sertoli. Sel sertoli mempunyai reseptor untuk hormon
FSH dan hormon testosteron, dengan demikian alkaloid dapat berikatan
dengan sel sertoli. Hal ini menyebabkan FSH tidak dapat berikatan dengan
sel reseptornya, yang terikat di reseptor FSH adalah alkaloid, sehingga
pelepasan FSH dari hipofisis akan terganggu. Senyawa flavonoid mampu
menghambat enzim aromatase dan mampu menghambat kerja hormon
8
gonadotropin sehingga mengganggu spermatogenesis. Senyawa saponin
bersifat sitotoksik yang dapat menyebabkan penurunan jumlah sel
spermatogenik (Nurliani, 2005). Penurunan jumlah sel spermatogenik
disebabkan karena penurunan kadar hormon reproduksi sehingga
komponen sel dalam tubulus seminiferus mengalami degenerasi. Bila
keadaan
tersebut
berlanjut
menyebabkan
proses
spermatogenesis
tergannggu dan akhirnya jumlah spermatozoa menurun (Wiji, 2006) dalam
(Purwoistri, 2010). Senyawa tanin dapat menyebabkan penggumpalan
sperma sehingga menurunkan motilitas dan daya hidup sperma, akibatnya
sperma tidak dapat mencapai sel telur.
5. Manfaat
Masyarakat Indonesia sudah terbiasa menggunakan tanaman
brotowali untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Batang brotowali
dapat digunakan untuk pengobatan rematik, memar, demam merangsang
nafsu makan, sakit kuning, cacingan dan batuk. Air rebusan daun
brotowali dapat dimanfaatkan untuk mencuci luka atau penyakit kulit
seperti kudis dan gatal-gatal. Akar brotowali dapat berfungsi sebagai obat
analgesik, sedangkan air rebusan daun dan batangnya untuk penyakit
kencing manis. Seluruh bagian tanaman ini bisa digunakan untuk penyakit
kolera (Fitriah, 2015). Menurut Widiana dan Sumarmin (2015),
melaporkan bahwa brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan salah satu
tumbuhan obat tradisional yang berpotensi sebagai bahan kontrasepsi
alami.
9
B. Mencit (Mus musculus, L.)
Mencit (Mus musculus, L.) termasuk mamalia yang cepat
berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya
cukup besar serta sifat anatomisnya dan fisiologisnya terkarakteristik dengan
baik (Akbar, 2010). Mencit merupakan hewan mamalia yang penakut,
fotofobia, cenderung berkumpul sesamanya dan lebih aktif pada malam hari
dibandingkan siang hari. Mencit memiliki ukuran yang kecil dan siklus
reproduksi yang relatif pendek (Harmita, 2008). Menurut Kusmawati (2004),
mencit dewasa memiliki berat badan sekitar 20-40 gram pada hewan jantan,
sedangkan 18-35 gram pada hewan betina. Adapun klasifikasinya yaitu:
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Class
: Mammalia
Ordo
: Rodentia
Famili
: Muridae
Genus
: Mus
Species
: Mus musculus L. (Akbar, 2010).
1. Reproduksi Mencit Jantan (Mus musculus, L.)
Menurut Yusuf, (2012) sistem reproduksi jantan terdiri dari organ
kelamin primer, sekunder, dan assesori. Organ kelamin primer pada sistem
reproduksi jantan adalah testis. Testis merupakan organ utama yang
menghasilkan sel sperma untuk proses reproduksi. Testis dilindungi oleh
skrotum yang terdiri atas dua kantong (lobus) kanan dan kiri (Ulum, dkk.,
2013). Testis mempunyai bentuk oval dengan ukuran sebesar kacang
10
tanah, berwarna putih dan digantung oleh jaringan ikat yaitu disebut
dengan meserchium. Testis mempunyai dua peranan penting yaitu
menghasilkan spermatozoa dan homon testosteron (Phadmacanty, dkk.,
2013).
Organ kelamin sekunder pada sistem reproduksi jantan termasuk di
dalamnya epididymis, vas deferens, duktus eferens, penis dan uretra.
Epididymis merupakan pipa berkelok-kelok dan didalam epididymis
sperma disimpan untuk sementara waktu, dan disinilah sperma menjadi
masak hingga dapat membuahi ovum dan dapat bergerak menuju saluran
berikutnya, yaitu vas deferens. Fungsi vas deferens adalah untuk jalannya
(mengangkut) sperma dari epididymis menuju ke kantong sperma atau
vesikula seminalis (Nazlie, 2004). Epididymis terdiri dari kepala, badan
dan ekor epididymis. Ekor epididymis menerima sperma dari duktus
eferens. Spermatozoa bergerak dari tubulus seminiferus lewat duktus
eferens menuju kepala epididymis. Uretra terdapat di dalam penis yang
mempunyai fungsi sebagai alat pengeluaran untuk membuang urin keluar
tubuh dan sebagai saluran kelamin. Penis merupakan alat kelamin luar
yang penting untuk kopulasi (Nazlie, 2004).
Organ assesori pada sistem reproduksi jantan terdiri dari vesikula
seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar bulmouretra. Vesikula seminalis
disebut kantong sperma atau kantong semen, berjumlah sepasang, tetapi
terikat menjadi satu kantong. Dinding vesikula seminalis dapat
menghasilkan getah berwarna kekuningan yang banyak mengandung zat
11
getah kelamin. Cairan
ini
mengandung fruktosa, protein, enzim,
fosforiklon dan prostaglandin yang mencukupi kebutuhan makanan bagi
sel-sel sperma. Kelenjar prostat merupakan kelenjar tunggal
yang
menghasilkan getah yang dialirkan ke saluran sperma. Kelenjar
bulbouretra (Cowper) menghasilkan getah yang dialirkan ke uretra. Getah
yang dihasilkan berupa lendir sperma yang dihasilkan oleh testis, setelah
bercampur dengan getah-getah dari kelenjar kelamin akan membentuk
suatu komponen yang disebut semen (Nazlie, 2004).
Gambar 2. Sistem Urogenital Mencit Jantan (Mus musculus, L.)
(Tutor, 2010 dalam Setyaningsih, 2011)
2. Kontrol Hormonal
Hipotalamus dikategorikan sebagai kelenjar endokrin yang terletak
langsung di bawah otak, kelenjar ini menghasilkan beragam hormon yang
mengatur fungsi kelenjar hipofisis. Hormon-hormon yang dihasilkan oleh
hipotalamus langsung dialirkan kesaluran darah yang merupakan suatu
sistem anyaman pembuluh darah hipotalamus-hipofisis. Hormon-hormon
lainnya dihasilkan oleh sel-sel didalam hipotalamus dan diteruskan melalui
12
akson dari jalur hipotalamus-hipofisis yang kemudian disimpan didalam
hipofisis pars nervosa yang kemudiannya jika diperlukan akan
disekresikan kedalam pembuluh darah dan masuk kedalam aliran darah
dalam tubuh untuk mencapai organ tujuan (Sharanbassappa, dkk., 2002).
Hipotalamus melepaskan empat hormon, dimana hormon pelepas
tersebut setelah dihasilkan akan disimpan di hipofisis dan saat dibutuhkan
akan disekresi oleh hipofisis, hormon pelepas tersebut yaitu, hormon
pelepas hormon pertumbuhan (GRH), hormon pelepas tirotropin (TRH),
hormon pelepas kortikotropin (CRH) dan hormon pelepas gonadotropin
(GnRH) (Yuliana, 2012).
Kelenjar hipofisis berperan bersama dengan kelenjar hipotalamus.
Kelenjar hipofisis mengatur sebagian besar mekanisme yang mengatur
perkembangan tubuh yang erat hubungannya dengan perkembangan alat
atau organ reproduksi (Piraksa, dan Bebas, 2009). Kelenjar Hipofisis
merupakan sekumpulan daging kecil berwarna merah jambu, dengan
ukuran sebesar biji kacang merah, berat setengah gram dan dihubungkan
ke hipotalamus. Hipofisis menyampaikan informasi tentang keadaan tubuh
ke hipotalamus. Kemudian hipofisis juga menyampaikan informasi dari
hipotalamus menuju kepada seluruh tubuh yang memerlukan (Yuliana,
2012).
Hormon yang berperan dalam sistem reproduksi laki-laki
dihasilkan dibawah kontrol hipotalamus dan akan dibawah ke hipofisis.
Ada dua jenis hormon dari hipothalamus yaitu, hormon hipofisis bagian
13
depan
(adenohipofisa)
dan
hormon
hipofisis
bagian
belakang
(neurohipofisa) (Sadate, 2003). Dibawah kontrol hipotalamus, sebuah
hormon dikeluarkan untuk merangsang hipofisis anterior. Hormon yang
disekresikan hipotalamus yakni hormon gonadotropin yang merangsang
hipofisis anterior untuk menghasilkan hormon LH dan FSH pada sistem
reproduksi jantan. Hormon LH pada sistem repoduksi jantan berfungsi
menstimulasi sel leydig untuk mensekresikan hormon testosteron. Hormon
testosteron berfungsi saat spermatogenesis, pematangan sperma, dan
pertumbuhan kelamin sekunder pada pria. Sementara itu, hormon FSH
berperan merangsang sel-sel sertoli yang akan memacu spermatogonium
untuk memulai proses spermatogenesis (Yuliana, 2012).
3. Biologi Spermatozoa
Spermatozoa merupakan sel haploid yang terdiri dari kepala dan
ekor. Pada mencit kepala spermatozoa membentuk struktur seperti bulan
sabit. Kepala spermatozoa dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu
nukleus dan struktur membran. Bagian besar kepala spermatozoa terdiri
dari inti yang berisi materi genetik (DNA) (Shobry, 2011). Struktur
membran spermatozoa terdiri dari membran plasma yang menutup seluruh
permukaan kepala spermatozoa dan akrosom. Akrosom adalah struktur
seperti tudung pada ujung anterior kepala spermatozoa yang berfungsi
melepaskan enzim digestif untuk membantu penembusan membran telur
oleh spermatozoa (Luthfi, dkk., 2015). Enzim-enzim akrosom ini antara
14
lain hyalurodinase, CPE (Corona Penetrasing Enzime) dan akrosin
(Kadaryanto, 2006).
Ekor yang merupakan bagian paling panjang pada spermatozoa
terdiri dari bagian leher, bagian tengah, bagian utama dan bagian ujung.
Menurut Luthfi, dkk., (2015) ekor ialah bagian yang bertanggung jawab
dalam motilitas dan kemampuan membuahi sperma. Pada bagian ekor
ditemukan kompleks filamen aksial yang terdiri atas aksonema dikelilingi
oleh bekas-bekas fibril kasar. Aksonema ini identik dengan struktur
fibriler flagella. Aksonema ini terdiri atas sepasang mikrotubulus sentral
yang dikelilingi oleh 9 pasang mikrotubulus sebelah luarnya. Bagian luar
aksonema dikelilingi oleh fibril kasar yang lebih padat dan hanya
ditemukan pada bagian tengah luar. Dibagian ini pada bagian tengah ekor
diliputi oleh selubung mitokondria. Mitokondria merupakan bagian dari
spermatozoa yang menghasilkan energi bagi spermatozoa dalam bentuk
ATP yang akan menghasilkan sistem flagella sehingga menimbulkan
gerakan spermatozoa hingga membantu dalam pergerakan spermatozoa
yang begitu cepat (Rugh, 1968 dalam Harlis, 2006).
Gambar 3. Morfologi Spermatozoa Mencit (Mus musculus, L.) (Luthfi,
dkk., 2015).
15
4. Kualitas Spermatozoa
a. Motilitas spermatozoa
Motilitas spermatozoa merupakan kualitas gerak spermatozoa
yang terdiri dari tipe dan kecepatan pergerakan spermatozoa yang
maju lurus dan cepat (Diartha, dkk., 2016). Motilitas sangat penting
dalam fertilisasi, karena motilitas merupakan salah satu faktor
yang
menentukan
gambaran
spermatozoa yang sehat. Motilitas
membantu transpor spermatozoa untuk mencapai terjadinya fertilisasi.
Sifat motilitas spermatozoa akan tampak
setelah bercampur
dengan sekresi dari kelenjar kelamin aksesoris pada saat ejakulasi
(Astuti, dkk., 2012).
Menurut Muryanti (2005) Berdasarkan mekanismenya, motilitas
spermatozoa dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Spermatozoa dengan motilitas baik, yaitu spermatozoa yang
bergerak lurus ke depan, lancar, cepat dengan gerak ekor yang
berirama.
2. Spermatozoa dengan motilitas kurang baik adalah:
a. Motilitas bergetar atau berputar
b. Motilitas tanpa arah
c. Motilitas karena kepala atau ekor asimetris
d. Motilitas spermatozoa imatur
e. Motilitas spermatozoa yang teraglutinasi
f. Motilitas spermatozoa yang lemah
16
b. Morfologi Spematozoa
Morfologi spermatozoa merupakan salah satu faktor penentu
fertilitas spermatozoa (Nugraheni, dkk., 2003). Spermatozoa mencit
yang normal memiliki struktur kepala, ekor, dan leher yang normal.
Spermatozoa abnormal adalah spermatozoa dengan ciri morfologi
diluar batas normal. Spermatozoa dikatakan normal bila memiliki
memiliki struktur kepala, ekor, dan leher yang normal (Apriora, dkk.,
2015). Berikut ini contoh gambar spermatozoa normal:
Gambar 4. Morfologi spermatozoa normal mencit (Luthfi, dkk.,
2015).
Keterangan:
1.
2.
3.
4.
Bentuk
Kepala (caput)
Akrosom
Badan (middle piece)
Ekor (cauda)
spermatozoa
abnormal
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan bentuk kepala dan ekornya. Bentuk sperma abnormal pada
tikus terdiri dari bentuk kepala seperti pisang, bentuk kepala tidak
17
beraturan (amorphous), bentuk kepala terlalu membengkok dan
lipatan-lipatan ekor yang abnormal (Muryanti, 2005). Spermatozoa
yang abnormal tidak dapat bergerak dengan sempurna dan tidak dapat
bertahan lama, sehingga spermatozoa yang abnormal jarang dapat
berhasil melakukan perjalanan yang panjang untuk mencapai tempat
fertilisasi (Husain, 2015).
Umumnya setiap penyimpangan morfologis dari struktur
spermatozoa yang normal dipandang sebagai abnormal (Winarno,
dkk., 2002). Menurut Luthfi, dkk., (2015), Abnormalitas spermatozoa
dapat dibedakan menjadi beberapa yaitu sebagai berikut:
a. Abnormalitas kepala: kepala tidak berkait, bentuk pisang, bentuk
bulat, bentuk pin, bulat, amorphous, serta kepala berganda.
b. Abnormalitas ekor: ekor pendek, terpilin, rusak, bengkok, serta
lebar tak teratur.
Berikut ini contoh gambar spermatozoa tidak normal dan
spermatozoa normal:
Gambar 5. Contoh morfologi spermatozao abnormal:
Keterangan: (A) kepala tidak berkait, (B) kepala bentuk pisang, (C) &
(D) kepala bentuk pin, (E) ekor bengkok, (F) kepala
amorfous (Luthfi, dkk., 2015).
18
C. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disusun hipotesis, yaitu:
Ho : µ j = 0 : Artinya, tidak ada pengaruh pemberian ekstrak tumbuhan
brotowali (Tinospora crispa, L.) terhadap motilitas dan
morfologi spermatozoa mencit (Mus musculus, L.).
H1 : µ j ≠ 0 : Artinya, ada pengaruh pemberian ekstrak tumbuhan brotowali
(Tinospora crispa, L.) terhadap motilitas dan morfologi
spermatozoa mencit (Mus musculus, L.).
19
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2016
yang bertempat di Laboratorium Unit Biologi FMIPA Lama dan dilanjutkan
di Laboratorium Zoologi FMIPA Baru, Universitas Halu Oleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat penelitian dan fungsinya
No
Nama Alat
Satuan
1. Baskom kecil volume 5
l
liter
2. Rang-rang
m
3. Timbangan O-Haus
g
4. Botol minuman
buah
5. Pisau
buah
6
Timbangan analitik
mg
7. Gelas ukur 100 mL
ml
8. Jarum gavage
buah
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Blender
Satu set alat bedah
Cawan petri
Hemasitometer
Kaca objek
Toples
Mikroskop cahaya
Kamera digital
Rotari Evaporator
Saringan
Hot plate
Hand Counter
buah
-
19
Fungsi
Tempat memelihara mencit
Penutup kandang mencit
Menimbang berat badan mencit
Tempat minuman mencit
Memotong tumbuhan brotowali
Menimbang bahan uji
Mengukur bahan uji
Memasukkan bahan uji ke dalam tubuh
mencit
Membuat serbuk tumbuhan brotowali
Membedah mencit
Tempat suspensi spermatozoa
Mengukur kualitas spermatozoa
Tempat preparat spermatozoa
Wadah membius hewan uji
Mengamati kualitas spermatozoa
Mendokumentasikan
Menguapkan ekstrak tumbuhan brotowali
Menyaring ekstrak tumbuhan brotowali
Memanaskan larutan
Mengitung motilitas dan morfologi
spermatozoa
20
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat di lihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan penelitian dan fungsinya
No
Nama Bahan
1
Mencit jantan (Mus musculus, L.)
umur 2-3 bulan
2
Serbuk gergaji
3
Tumbuhan brotowali (Tinospora
crispa, L.)
4
Pakan mencit (Platelled commersial)
5
Air biasa (PAM)
6
Kloroform
7
8
NaCl 0,9%
Giemsa 20%
9
Etanol 70%
11
Aquades
12
Na CMC 0,5%
Tissue
Kertas Label
13
14
Fungsi
Hewan uji
Alas kandang mencit
bahan uji
Makanan mencit
Minuman mencit
Larutan
untuk
membius
mencit
Larutan suspensi spermatozoa
Pewarna preparat
Spermatozoa
Pemfiksasi preparat
spermatozoa
Pembilas preparat dan pelarut
bahan uji
Larutan ekstrak
Pembersih
Melabeli preparat
C. Variabel, Definisi Operasional dan Indikator Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel,
yaitu sebagai berikut:
a.Variabel bebas yaitu, ekstrak tumbuhan brotowali (Tinospora crispa, L.).
b. Variabel terikat, yaitu motilitas dan morfologi spermatozoa mencit
(Mus musculus, L.).
21
2. Definisi Operasional
Untuk menghindari kekeliruan dalam penafsiran maka dikemukakan
definisi operasional sebagai berikut :
a. Efektivitas ekstrak adalah pemanfaatan sumber daya alam (tumbuhan
brotowali) yang dihasilkan dari ekstraksi bahan mentah secara kimiawi.
Senyawa kimia yang diekstrak pada tumbuhan brotowali meliputi
golongan glikosida, alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin, dan
sebagainya yang kemudian menjadi bahan baku proses industri atau
digunakan secara langsung oleh masyarakat.
b. Tumbuhan brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan
merambat dengan panjang mencapai 2,5 meter atau lebih. Brotowali
tumbuh baik di hutan terbuka atau semak belukar di daerah tropis.
Tumbuhan brotowali yang digunakan pada penelitian ini meliputi
bagian akar, batang dan daun.
c. Motilitas spermatozoa merupakan kemampuan spermatozoa dalam
bergerak normal yaitu bergerak lurus ke depan, lancar, cepat dengan
gerak ekor yang berirama.
d. Morfologi spermatozoa merupakan bentuk spermatozoa normal dan
abnormal pada bagian kepala (caput), dan ekor (caudal).
3. Indikator Penelitian
a. Motilitas spermatozoa yaitu spermatozoa yang motil dan nonmotil
berdasarkan arah geraknya.
22
b. Morfologi spermatozoa yaitu bentuk normal dan abnormal dari:
1. kepala (caput)
2. Ekor (cauda)
>
D. Sampel Penelitian
Sampel penelitian terdiri dari mencit jantan (Mus musculus, L.)
sebanyak 20 ekor yang dibagi ke dalam 3 kelompok perlakuan ekstrak
tumbuhan brotowali (Tinospora crispa, L.), 1 kelompok kontrol positif
(aquades) dan 1 kelompok kontrol negatif (Na CMC 0,5%) masing-masing 4
ulangan.
E. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan
Acak Lengkap (RAL), terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan (Pramita, 2009).
Desain penelitian disajikan dalam tabel 3 berikut.
Tabel 3. Desain Penelitian
Hewan
Dosis Bahan Uji (K)
uji
K1
K2
K3
K4
K1.1
K2.1
K3.1
K4.1
1
K
K
K
K4.2
2
1.2
2.2
3.2
K1.3
K2.3
K3.3
K4.3
3
K
K
K
K4.4
4
1.4
2.4
3.4
K5
K5.1
K5.2
K5.3
K5.4
Keterangan :
A
= Hewan uji
K1
= Kontrol (aquades)
K2
= Plasebo (Na CMC 0,5% )
K3
= Perlakuan ekstrak tumbuhan brotowali 0,05 g/g bb mencit
K4
= Perlakuan ekstrak tumbuhan brotowali 0,06 g/g bb mencit
K5
= Perlakuan ekstrak tumbuhan brotowali 0,07 g/g bb mencit
23
F. Prosedur Kerja
1. Persiapan Hewan Uji
Mencit diaklimasi selama 1 minggu dalam kandang dan diberi
makanan asupan platelled commercial dan diberi minum secara ad libitum.
Alas kandang dari serbuk gergaji yang diganti dua hari sekali. Sebelum
diberikan perlakuan, mencit (Mus musculus, L.) dipuasakan selama 1 hari
untuk memperoleh kondisi fisiologis yang sama. Selanjutnya mencit
ditimbang dan diberi label sesuai perlakuan. Mencit yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mencit yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan
rata-rata 20-30 gr.
2. Pembuatan Ekstrak Tumbuhan Brotowali (Tinospora crispa, L.)
Pembuatan ekstrak tumbuhan brotowoli dilakukan dengan cara
tumbuhan brotowali meliputi akar, batang dan daun dipotong menjadi
bagian yang lebih kecil sehingga cepat kering. Tumbuhan brotowali
dikeringkan menggunakan oven selama 48 jam dengan suhu 45C.
Tumbuhan brotowali yang sudah kering diblender sampai menjadi serbuk
(Septian, dkk., 2013). Menurut Widyaningsih, dkk., (2009) Serbuk kering
tumbuhan brotowali ditimbang sebanyak 100 g ditambahkan etanol 70%
sebanyak 400 ml kemudian dilakukan proses ekstraksi dengan metode
maserasi selama 24 jam. Ekstrak disaring dengan saringan. Kemudian, filtrat
dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator dengan suhu 70C
24
selama 3 jam sampai pelarut menguap, hingga tidak ada etanol yang
menetes lagi dan diperoleh ekstrak pekat (Ma’mun, dkk., 2006).
3. Pembuatan Sediaan Larutan Na CMC 0,5%
Pembuatan sediaan larutan Na CMC 0,5% dibuat dengan
menimbang 500 mg Na CMC. Setelah itu memanaskan aquades sebanyak
100 ml dan menaburkan Na CMC pada aquades panas tersebut. Na CMC
dibiarkan selama kurang lebih 15 menit sampai berwarna bening dan
berbentuk menyerupai jeli. Selanjutnya diaduk sampai homogen dan
disimpan didalam botol gelap (Purwoistri, 2010).
4. Pembuatan Dosis
Menurut Katrin, dkk., (2014) suatu sediaan atau zat dikatakan
toksik apabila menyebabkan kematian pada dosis 5000 mg/kg bb. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini menggunakan dosis yang bervariasi dan
tidak melebihi dosis letal. Dosis tumbuhan brotowali yang digunakan
yang diberikan perlakuan yaitu 0,05 g/g bb mencit, 0,06 g/g bb mencit dan
0,07 g/g bb mencit (Sari, ddk., 2012).
Pembuatan ekstrak tumbuhan brotowali dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1. Dosis 0,05 g/g bb: mengambil ekstrak tumbuhan brotowali sebanyak
0,05 g kemudian menambahkan 0,5 ml Na CMC 0,5%
2. Dosis 0,06 g/g bb: mengambil ekstrak tumbuhan brotowali sebanyak
0,06 g kemudian menambahkan 0,5 ml Na CMC 0,5%.
25
3. Dosis 0,07 g/g bb: mengambil ekstrak tumbuhan brotowali sebanyak
0,07 g kemudian menambahkan 0,5 ml Na CMC 0,5%.
5. Perlakuan
Ekstrak tumbuhan brotowali diberikan pada mencit sesuai dengan
unit perlakuan yang telah ditentukan. Dua puluh mencit yang berumur 2-3
bulan yang dibagi menjadi 5 kelompok, dengan pengulangan sebanyak 4
kali. Ekstrak tumbuhan brotowali diberikan pada mencit jantan sesuai
dengan unit perlakuan yang telah ditentukan. Pemberian ekstrak tumbuhan
brotowali dilakukan dengan menggunakan jarum gavage secara oral setiap
paginya pukul 08.00 dengan dosis volume 0,5 ml/bb mencit. Sedangkan
kontrol hanya diberi CMC 0,5% dan aquades selama 34 hari (1 siklus
spermatogenesis) secara berturut-turut (Sutiani, 2008). Pergantian ekstrak
dilakukan setiap dua minggu. Pada hari ke 35, mencit dibius dengan
kloroform hingga mati kemudian dibedah dan dilakukan pengambilan
spermatozoa di cauda epididymis untuk pengamatan motilitas dan
morfologi spermatozoa mencit (Mus musculus, L.).
6. Pengamatan
a. Motilitas spermatozoa
Pengamatan motilitas spermatozoa menurut Luthfi, dkk., (2015)
dapat dilakukan dengan cara spermatozoa yang diperoleh dari cauda
epididymis dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi 10 ml garam
fisiologis (NaCl 0,9 %) suhu 35C, kemudian cauda epididymis
26
dipotong-potong menggunakan gunting bedah hingga hancur dan
diaduk dengan pengaduk. Suspensi spermatozoa diteteskan pada bilik
hitung hemasitometer dan diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 400x terhadap 100 spermatozoa. Motilitas spermatozoa
ditentukan dari spermatozoa dalam satu lapangan pandang, hasilnya
dinyatakan dalam persentase.
Motilitas spermatozoa dinilai berdasarkan:
a. Motilitas normal (%): Bergerak lurus ke depan, lancar, cepat
dengan gerak ekor yang berirama.
b. Motilitas perlahan (%): Spermatozoa bergerak ke depan dengan
kecepatan sedang.
c. Motilitas sangat perlahan (%): Spermatozoa bergerak lambat.
d. Tiada pergerakan (nonmotil) (%): Spermatozoa tidak bergerak
sama sekali.
Persentase jumlah sperma yang motil ditentukan dengan rumus
(Nafa dan Eshre, 2002 dalam Fiarani, 2013).
Keterangan:
a = Motilitas normal
b = Motilitas perlahan
Menurut Toelihere (1993) dalam Salmah (2014), penilaian gerakan
individual spermatozoa mempunyai nilai 0 sampai 5, sebagai berikut:
0: Spermatozoa immotil atau tidak bergerak.
1: Pergerakan berputar di tempat.
27
2: Gerakan berayun melingkar, kurang dari 50% bergerak progresif dan
tidak ada gelombang.
3: Antara 50-80% spermatozoa bergerak progresif dan menghasilkan
gerakan massa.
4: Pergerakan progresif yang gesit dan segera membentuk gelombang
dengan 90% sperma motil;
5: Gerakan yang sangat progresif, gelombang yang sangat cepat
menunjukkan 100% motil aktif.
b. Morfologi Spermatozoa
Analisis morfologi spermatozoa dilakukan dengan cara suspensi
spermatozoa yang diperoleh digunakan untuk analisis morfologi
spermatozoa (Muryanti, 2005) yakni melalui preparat apus sebagai
berikut:
a.
1 tetes suspensi spermatozoa diteteskan di atas kaca obyek
kemudian dibuat sediaan apus dan dikering udarakan.
b.
Selanjutnya difiksasi dengan etanol selama 5 menit kemudian
dikeringkan.
c.
Kemudian diwarnai dengan zat pewarna Giemsa 20% selama 10
menit dan dibilas dengan aquades lalu dikering udarakan.
Pengamatan sediaan dilakukan di bawah mikroskop cahaya
dengan perbesaran 400x terhadap 100 spermatozoa. Pemeriksaan
morfologi ditekankan pada bentuk normal dan abnormal, hasilnya
dinyatakan dalam persentase (Muryanti, 2005).
28
7. Analisis Data
Penelitian tentang efektivitas ekstrak tumbuhan brotowali (Tinospora
crispa, L.) terhadap motilitas dan morfologi spermatozoa mencit (Mus
musculus, L.) menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap dianalisis
dengan Analysis of Variance (ANOVA, α = 0,05). Jika terdapat pengaruh,
maka akan dilanjutkan dengan uji BNT dengan tingkat kepercayaan 95%.
8. Penyajian data
Data yang dikumpulkan bersifat kuantintatif (motilitas) dan kualitatif
(morfologi). Data kualitatif disajikan dalam bentuk gambar. Data kuantitatif
meliputi persentase motilitas spermatozoa dan persentase spermatozoa
normal dan abnormal disajikan dalam bentuk tabel, histogram dan
mikrofoto.
29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Motilitas Spermatozoa
Pengamatan motilitas spermatozoa pada penelitian ini ditujukan untuk
melihat ketepatan spermatozoa dalam bergerak. Spermatozoa dengan motilitas
baik yaitu spermatozoa yang bergerak lurus ke depan, cepat dengan gerak ekor
yang berirama, sedangkan spermatozoa dengan motilitas kurang baik adalah
motilitas spermatozo perlahan, motilitas spermatozoa yang lemah dan
sebagainya. Hasil pengamatan rata-rata motilitas spermatozoa mencit setelah
diberikan ekstrak tumbuhan brotowali selama 1 siklus spermatogenesis dapat
dilihat pada pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Rerata Motilitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus, L.)
Perlakuan
Indikator
Rerata
Motilitas
Spermatozoa
K1 (Kontrol a. Spermatozoa normal
85±3,8
aquades)
b. Spermatozoa perlahan
4±2,1
89%
c. Spermatozoa sangat perlahan
3±2,0
d. Spermatozoa tiada pergerakan
8±1,4
a. Spermatozoa normal
79±4,7
K2 (Na
b. Spermatozoa perlahan
5±2,4
CMC 0,5%) c. Spermatozoa sangat perlahan
84%
2,25±1,2
d. Spermatozoa tiada pergerakan 13,75±3,8
a. Spermatozoa normal
79±2,7
K3 (0.05 g/g b. Spermatozoa perlahan
4,75±0,9
bb mencit)
83,75%
c. Spermatozoa sangat perlahan
3,5±3,3
d. Spermatozoa tiada pergerakan
12,75±2,0
a. Spermatozoa normal
29,5±5,5
K4 (0.06 g/g b. Spermatozoa perlahan
9,75±6,1
bb mencit)
39,25%
c. Spermatozoa sangat perlahan 17±4,2
d. Spermatozoa tiada pergerakan 43,75±6,2
a. Spermatozoa normal
5,5±1,9
K5 (0.07 g/g b. Spermatozoa perlahan
11,75±7,5
bb mencit)
17,25%
c. Spermatozoa sangat perlahan 22,5±7,5
d. Spermatozoa tiada pergerakan 60,25±8,3
29
30
Tabel diatas menunjukkan bahwa persentase motilitas spermatozoa
mencit yang diberikan ekstrak tumbuhan brotowali pada setiap perlakuan
menunjukkan penurunan motilitas spermatozoa. Hal ini dapat dilihat bahwa
semakin tinggi dosis perlakuan dapat menyebabkan persentase motilitas
spermatozoa menurun yaitu pada dosis ekstrak tumbuhan brotowali 0,07 g/g
bb (K5) didapatkan hasil persentase motlilitas spermatozoa 17,25%,
sedangkan pada perlakuan kontral (K1) dengan permberian aquades
didapatkan hasil persentase motilitas spermatozoa 89%. Pada perlakuan dosis
0,07g/g bb (K5) konsentrasi bahan aktif seperti senyawa kimia alkaloid,
flavonoid, saponin dan tanin yang ada pada ekstrak brotowali berada pada
konsentrasi yang lebih tinggi dari pada perlakuan dosis yang lain, sehingga
motilitas spermatozoa pada perlakuan tersebut lebih rendah dari pada
perlakuan yang lain sebagaimana yang tercantum pada gambar 6 beikut
Gambar 6. Histogram perbandingan motilitas spermatozoa antara perlakuan
ekstrak tumbuhan brotowali
31
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji ANOVA yang
dilanjutkan dengan uji BNT dengan taraf kepercayaan 95% tentang pengaruh
ekstrak tumbuhan brotowali terhadap motilitas spermatozoa mencit
menunjukkan ada perbedaan nyata yang signifikan antara kelompok kontol
dan kelompok perlakuan (P˂0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh nyata dari pemberian dosis ekstrak tumbuhan brotowali
terhadap penurunan motilitas spermatozoa mencit.
Permberian ekstrak tumbuhan brotowali dapat memberikan efek
terhadap motilitas spermatozoa mencit, hal ini ditunjukkan utamanya pada
dosis 0,07g/g bb (K5) rerata spermatozoa yang mati atau tiada pergerakan
adalah
60,25%.
Menurunnya
spermatozoa
motil
serta
meningkatnya
spermatozoa nonmotil dapat disebabkan oleh kadar hormon testosteron yang
penting untuk spermatogenesis sehingga perubahan kadar testosteron akan
berdampak langsung terhadap motilitas dan morofologi spermatozoa
(Fatmawati,
dkk.,
mengakibatkan
2016).
terganggunya
Hormon
proses
testosteron
pematangan
yang
rendah
dapat
spermatozoa
dalam
epididimis, terutama gangguan dalam proses glikolisis. Proses glikolisis ini
akan menghasilkan energi berupa Adenosin Tri Phosphat (ATP). ATP
digunakan oleh spermatozoa sebagai sumber energi sehingga dapat tetap motil
dan sekaligus untuk mempertahankan daya hidupnya.Terdapat dua faktor yang
mempengaruhi motilitas sperma yaitu factor endogen dan faktor eksogen.
Ketersediaan sumber energi merupakan faktor endogen yang sangat penting.
32
Sumber energi yang digunakan dalam motilitas sperma adalah ATP
(Munandar, dkk., 2013).
Pemberian ekstrak brotowali selama satu siklus spermatogenesis
menunjukkan adanya kerusakan sel spermatozoa. Kerusakan sel spermatozoa
mulai terjadi dari kelompok perlakuan pemberian ekstrak tumbuhan brotowali
dimana terjadi penurunan motilitas spermatozoa dibawah 50% pada kelompok
perlakuan dosis 0,06 g/g bb (K5) 39,5% dan kelompok perlakuan dosis 0,07 g/g
bb (K5) 17,25%. Penurunan motilitas spermatozoa diakibat oleh senyawa kimia
yang terdapat dalam tumbuhan brotowali diantaranya golongan alkaloid.
Alkaloid mempunyai kemampuan mengikat tubulin, yaitu suatu protein yang
menyusun mikrotubulus dengan menghambat polimerisasi protein ke dalam
mikrotubulus sehingga terjadi penghancuran mikrotubulus menjadi kristalkristal kecil. Alkaloid dapat mengantagonisir perbaikan protein sitoskeleton
yang menyebabkan pembundelan mikrotubulus dan gangguan struktur
mikrotubulus, sedangkan mikrotubulus ini sangat penting untuk pergerakan sel.
Sel sertoli berperan dalam menyediakan ABP (Androgen Banding Protein)
dan nutrien untuk metabolisme sel germinal.
Senyawa alkaloid bersifat kompetitif terhadap reseptor FSH pada sel
tubulus seminiferus yaitu sel sertoli. Sel sertoli mempunyai reseptor untuk
hormon FSH dan hormon steroid testosteron, dengan demikian alkaloid dapat
berikatan dengan sel sertoli. Hal ini menyebabkan FSH tidak dapat berikatan
dengan sel reseptornya, yang terikat di reseptor FSH adalah alkaloid, sehingga
pelepasan FSH dari hipofisis akan terganggu (Purwoistri, 2010). Jika sel sertoli
33
mengalami gangguan maka sintesis nutrien juga terganggu sehingga
metabolisme
sel
germinal
terganggu.
Gangguan
pada
sel
germinal
menyebabkan sel tersebut tidak dapat tumbuh dan berkembang menjadi
spermatozoa (Fajria, 2011).
Pada penelitian ini motilitas spermatozoa semakin menurun dengan
meningkatnya dosis. Motilitas spermatozoa dikatakan normal apabila
persentase spermatozoa motil indikator (a+b) ≥ 50% (Ogli, et.al., 2009). Ratarata motilitas spermatozoa kelompok perlakuan K1 (aquades), K2 (Na CMC
0,5%) dan K3 (0,05 g/g bb) termasuk kategori normal karena memiliki nilai
motilitas spermatozoa ≥ 50%, sedangkan perlakuan ekstrak tumbuhan
brotowali dosis K4 (0,06 g/g bb), dan K5 (0,07 g/g bb) memiliki rata-rata
motilitas spermatozoa 20,75% dan 18,75% yang berarti dibawah persentase
normal dan termasuk dalam penilaian gerakan spermatozoa nomor dua yaitu:
gerakan berayun melingkar, kurang dari 50% bergerak progresif dan tidak ada
gelombang (Salmah, 2014).
Bailey et al., (2000) dalam sukmawati, dkk., (2014) menyatakan
masing-masing sperma mempunyai sensitivitas yang berbeda-beda terhadap
kerusakan, hal ini disebabkan adanya variasi komposisi dari membran plasma
sperma. Setiap individu memiliki kualitas sperma yang bebeda meskipun
dipelihara dengan sistem dan manajemen pakan yang seragam. Kondisi
masing-masing individu seperti kualitas organ reproduksi juga akan
memengaruhi kualitas spermatozoa selain pengaruh dari ekstrak tumbuhan
brotowali tersebut.
34
Hal ini sejalan dengan penelitian Widiana, dan Sumarmin, (2015)
melaporkan bahwa brotowali (Tinospora crispa, L.) memiliki sifat anti
proliferatif terhadap sel-sel reproduktif. Pengaruh antiproliferatif dari alkaloid
terhadap sel-sel reproduktif tentu akan berpengaruh terhadap morfologi dari
ovarium sebagai tempat keberadaan sel-sel reproduktif dan penelitian Syari
(2012) menyatakan bahwa pemberian ekstrak brotowali berpengaruh nyata
terhadap jumlah folikel de Graff, corpus luteum dan folikel atresia.
Senyawa kimia yang aktif pada tumbuhan brotowali tergolong dalam
kelompok senyawa antifertilitas yang mana menurut Purwoistri (2010) bahwa
pada umumnya semakin tinggi konsentrasi bahan senyawa aktif suatu
formulasi pada suatu ekstrak maka semakin tinggi pula bahan aktif yang
dikandung. Zat aktif tersebut mampu mempengaruhi kerja hormon dan
metabolisme sel hingga mengurangi jumlah spermatozoa sehingga ekstrak
tumbuhan brotowali dengan dosis tertinggi K5 (dosis 0,07g/g bb) memberi
pengaruh yang sangat besar terhadap motilitas spermatozoa.
B. Morfologi Spermatozoa
Pengamatan morfologi spermatozoa pada penelitian ini ditujukan
untuk melihat bentuk-bentuk sperma yang mengalami kerusakan akibat
pemberian ekstrak tumbuhan brotowali. Umumnya setiap penyimpangan
morfologi dari struktur-struktur spermtozoa dipandang sebagai abnormalitas.
Hal ini dapat dilihat dalam tabel perhitungan morfologi spermatozoa mencit
berikut:
35
Tabel 5. Rerata morfologi Spermatozoa mencit (Mus musculus, L.) normal
dan abnormal antar perlakuan pemberian ekstrak brotowali
Indikator
Rerata Morfologi Spermatozoa (%)
Perlakuan
Spermatozoa normal
Spermatozoa
anbormal
K1
K2
K3
K4
K5
K1
K2
K3
K4
K5
1
81
78
57
44
13
19
22
43
56
87
2
78
81
48
32
20
22
19
52
68
80
Pengulangan
3
4
78
86
74
68
56
59
43
45
32
28
22
14
26
32
44
41
57
55
68
72
Rerata
80,75±3,7
75,25±5,6
55±4,8
41±6
23,25±8,4
19,25±3,7
24,75±5,6
45±4,9
59±6,05
76,75±8,5
Keterangan: K1 = Kontrol (aquades)
K2 = Plasebo (Na CMC 0,5%)
K3 = Perlakuan ekstrak tumbuhan brotowali 0,05 g/g bb mencit
TabelK4diatas
menunjukkan
persentase
morfologi
= Perlakuan
ekstrak bahwa
tumbuhan
brotowali
0,06 g/g spermatozoa
bb mencit
K5 = Perlakuan ekstrak tumbuhan brotowali 0,07 g/g bb mencit
mencit yang diberikan ekstrak tumbuhan brotowali pada setiap perlakuan
menunjukkan penurunan morfologi spermatozoa normal. Hal ini dapat dilihat
pada perlakuan dosis 0,07 g/g bb (K5) didapatkan hasil persentase morfologi
spermatozoa normal 23,25% dan spermatozoa abnormal 76,75%, sedangkan
pada perlakuan kontral (K1) dengan permberian aqudes
didapatkan hasil
persentase spermatozoa normal 80,75% dan spermatozoa abnormal 19,25%,
sebagaimana yang tercantum pada gambar 7 beikut:
36
Gambar 7. Histogram perbandingan rerata morfologi spermatozoa normal
antara perlakuan ekstrak tumbuhan brotowali
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji ANOVA yang
dilanjutkan dengan uji BNT dengan taraf kepercayaan 95% tentang efektivitas
ekstrak tumbuhan brotowali terhadap morfologi spermatozoa mencit
menunjukkan ada perbedaan nyata yang signifikan antara kelompok kontol dan
kelompok perlakuan dimana diperoleh data yang menunjukkan bahwa nilai
Fhitung (60,24) > Ftabel (2,21), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh nyata dari pemberian dosis ekstrak tumbuhan brotowali terhadap
morfologi spermatozoa mencit.
Pemberian
ekstrak
tumbuhan
brotowali
selama
satu
siklus
spermatogenesis menunjukkan bahwa antara dosis perlakuan terjadi kerusakan
morfologi spermatozoa yang nyata. Hasil uji statistik menunjukkan adanya
pengaruh nyata (P<0,05) antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan brotowali tidak hanya
mempengaruhi jumlah produksi spermatozoa tetapi juga menyebabkan matinya
37
spermatozoa dan abnormalitas spermatozoa sehingga spermatozoa hewan
jantan tidak mampu membuahi sel telur atau dengan kata lain menjadi infertil.
Tumbuhan brotowali mempunyai senyawa kimia seperti alkaloid yang
dapat mempengaruhi proses spermatogenesis dan perubahan kadar hormon
testosteron. Secara umum alkaloid merupakan metabolit basa
yang
mengandung nitrogen dan banyak sekali ragamnya termasuk struktur kimianya.
Senyawa
alkaloid
memiliki
mekanisme
penghambatan
dengan
cara
mengganggu komponen penyusunan dinding sel, sehingga lapisan dinding sel
tidak berbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut. Gugus
basa dalam senyawa alkaloid apabila bereaksi dengan senyawa-senyawa asam
amino yang menyusun dinding sel dan juga DNA yang merupakan pusat
pengaturan segala kegiatan sel dapat mengakibatkan terjadinya perubahan
struktur dan susunan asam amino. Perubahan susunan asam amino ini jelas
akan merubah susunan rantai DNA pada inti sel yang semula memiliki susunan
asam dan basa yang saling berpasangan. Hal ini akan mengakibatkan
perubahan keseimbangan genetik pada asam DNA sehingga DNA akan
mengalami kerusakan. Kerusakan sel ini lama kelamaan akan membuat sel-sel
tidak mampu melakukan metabolisme sehingga akan menjadi inaktif dan
hancur (Putri, dkk., 2012).
Sel mitokondria adalah penghasil ATP yang diperlukan untuk konversi
testosteron dalam sel leydig pada proses spermatogenesis. Apabila produksi
ATP mitokondria rendah dan berkurangnya ATP intraseluler dengan cepat
maka berakibat pada meningkatnya kerusakan morfologi midpiece dan
38
menyebabkan ekor putus. Kepala dan ekor spermatozoa dihubungkan oleh
membran
sel
sehingga
memungkinkan
terjadinya
pemisahan
selama
pergerakan sel dan perpindahan sitoplasma. Selain itu, kelainan morfologi
spermatozoa berupa kepala ganda terjadi pada saat proses spermatogenesis
(Nani, dkk., 2015).
Abnormalitas pada spermatozoa dibagi menjadi abnormalitas primer
dan
abnormalitas
sekunder.
Abnormalitas
primer
terjadi
pada
saat
spermatogenesis yaitu di dalam tubuli seminiferi, contohnya ekor melingkar
(Gambar 8.D), bagian tengah berlekuk (Gambar 8.B), spermatozoa
bergelombang (Gambar 8.F), spermatozoa badan berlekuk (Gambar 8.H), dan
kepala
berbentuk
pin
(Gambar
8.I),
macrocephalic
(kepala
besar),
microcephalic (kepala kecil), kepala dua dan ekor dua. Abnormalitas
spermatozoa primer disebabkan oleh penurunan kadar testosteron akibat efek
dari zat alkaloid. Penurunan kadar testosteron menghambat pembentukan
protein α-tubulin sebagai komponen dasar mikrotubuli dan mikrofilamen yang
penting dalam proses spermatogenesis untuk menggerakkan sitoplasma ke arah
belakang menuju ekor (Mughniati, 2015).
Abnormalitas sekunder terjadi setelah sperma meninggalkan tubuli
seminiferi, selama perjalanan di epididymis, ejakulasi dan faktor–faktor lain
seperti suhu, tempat penampungan tidak bersih dan sebagainya. Contoh
abnormalitas sekunder yaitu ekor putus (Gambar 8.E, Gambar 8.C), kepala
putus (Gambar 8.G) dan kepala tanpa ekor (Gambar 8.J) (Munandar, dkk.,
2013).
Abnormalitas
sekunder
disebabkan
adanya
gangguan
proses
39
pematangan spermatozoa dalam epididymis dimana dalam epididymis
spermatozoa mengalami serangkaian perubahan morfologi dan fungsional
seperti ukuran, bentuk, ultrastruktur bagian tengah, DNA, pola metabolisme,
dan sifat membran plasma. Secara fungsional epididymis tergantung pada
testosteron dalam proses perubahan tersebut, sehingga jika kadar testosteron
menurun
menyebabakan
pembentukan
spermatozoa
yang
abnormal
(Mughniati, 2015). Pengamatan berbagai morfologi spermatozoa normal dan
abnormal dari kepala sampai ekor dapat dilihat pada gambar 10 berikut:
Gambar 10. Berbagai kelainan spermatozoa mencit setelah diberi ekstrak
tumbuhan brotowali
A
345,67 µ m
F
100,88 µ m
B
C
D
E
248,46 µ m
222,74 µ m
101,59 µ m
G
H
I
J
120,35 µ m
141,69 µ m
255,11 µ m
679,39 µ m
25,07 µ m
Pewarna : giemsa 20%
Perbesaran: 400x
40
Keterangan:
A. Spermatozoa normal
B. Spermatozoa bagian tengah berlekuk, ekor patah
C. Spermatozoa tanpa kepala, ekor putus
D. Spermatozoa ekor melingkar
E. Spermatozoa ekor putus
F. Spermatozoa kepala sampai ekor bergelombang
G. Spermatozoa kepala putus, ekor melipat
H. Spermatozoa badan berlekuk
I. Spermatozoa kepala berbentuk pin
J. Spermatozoa leher, badan dan ekor putus
C. Berat Badan Mencit (Mus musculus, L.)
Rerata berat badan mencit awal dan akhir setelah pemberian ekstrak
tumbuhan brotowali dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
Tabel 6. Rerata berat badan mencit (gr) setelah diberikan perlakuan ekstrak
tumbuhan brotowali
Perlakuan berat badan awal
berat badan
Selisih berat badan
(gr)
akhir (gr)
(gr)
K1
29,5
31,5
2
K2
30
32,5
2,5
K3
32,5
32,5
0
K4
42,5
35
7,5
K5
35
32,5
2,5
Berdasarkan tabel 6 rata-rata berat badan mencit mengalami kenaikan dan
penurunan. Pada brotowali juga terdapat kandungan senyawa organik seperti
lemak dan protein yang dapat membantu dalam perkembangan dan
pertumbuhan sel tubuh mahkluk hidup. Hal ini sesuai dengan penelitian
Muharni, dkk., (2015) yang mnyatakan tumbuhan brotowali merupakan
tumbuhan yang sudah dikenal sebagai tumbuhan obat merangsang nafsu
makan, adapun penurunan berat badan mencit dapat terjadi karena faktor
eksternal seperti kebisingan.
41
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian ini, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Ekstrak tumbuhan brotowali berpengaruh secara signifikan menurunkan
motilitas spermatozoa mencit, utamanya pada dosis K5 (0,07 g/g bb) yaitu
persentase motilitas spermatozoa (17,25%) dibandingkan dengan dosis
perlakuan K1 (89%), K2 (84%), K3 (83,75%), dan K4 (39,25%),
2. Ekstrak
tumbuhan
brotowali
juga
berpengaruh
secara
signifikan
menurunkan morfologi spermatozoa normal mencit, utamanya pada dosis
K5 (0.07 g/g bb) yaitu persentase morfologi spermatozoa normal (23,25%)
dibandingkan dengan dosis perlakuan K1 (80,75%), K2 (75,25%), K3
(55%), dan K4 (41%).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat diajukan adalah
a.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan guna mengetahui efek terhadap libido
melalui pengukuran kadar hormon testosteron.
b. Perlu dilakukan pengujian efek toksisitas ekstrak tumbuhan brotowali
melalui organ-organ yang terkait dengan uji toksisitas seperti hepar dan
ginjal.
c. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai tanaman yang berfungsi
meningkatkan kualitas spermatozoa mencit.
41
42
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, B., 2010, Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi
sebagai Bahan Antifertilitas, Adabia Press, Jakarta.
Apriora, V.D., Amir, A., dan Khairsyaf, O., 2015, Gambaran Morfologi
Spermatozoa pada Perokok Sedang di Lingkungan PE Group yang Datang
ke Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Jurnal
Kesehatan Andalas, 4(2): 427
Astuti W.S.P., Shobahah, J, dan Hayati, A., 2012, Motilitas Spermatozoa Mencit
(Mus musculus, L.) Setelah Pemberian Polisakarida Krestin dari Ekstrak
Jamur Coriolus versicolor, Jurnal Reproduction, 2 (12): 3
Astuti, Y., Fitriana, S., dan Rahayu, R.S., 2009, Pengaruh Pemberian Ekstrak Pare
(Momordica charantia L) terhadap Motilitas dan Morfologi Sperma
Mencit, Jurnal Mutiara Medika, 9(1): 26-32
Damhuri, 2000, Pengaruh Sari Daun Lantana camara, L. terhadap Kehamilan
Tahap Pasca Implantasi Lanjut pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Wistar, Skripsi, Universitas Halu Oleo, Kendari.
Diartha, I.W.W., Sudatri, N.W., dan Setyawati, I., 2016, Pengaruh Pemberian
Ekstrak Tauge Ditambah Madu terhadap Kualitas Spermatozoa Mencit
Jantan (Mus musculus, L.), Jurnal Simbiosis, 4 (1): 4
Fajria, L., 2011, Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus
amarillyfolius Roxb.) terhadap Berat Testis dan Diamater Tubulus Mencit
(Mus musculus), Ners Jurnal Keperawatan, 7(2): 163
Fatmawati, D., Isradji, I., Yusuf, I., dan Suparmi, 2016, Kualitas Spermatozoa
Mencit Balb/C Jantan Setelah Pemberian Ekstrak Buah Kepel
(Stelechocarpus burahol), Jurnal MKB, 48(3): 155-168
Fiarani, H.S., 2013, Pengaruh Pemberian Methoxychlor Pada Periode Laktasi
terhadap Kualitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Strain Balb C,
Skripsi, Universitas Jember, Jember.
Fitriah, S., 2015, Pengaruh Ekstrak Batang Brotowali (Tinospora Crispa)
terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes Aegypti dan Sumbangsihnya
pada Mata Pelajaran Biologi di SMA/MA, Skripsi, Universitas Islam
Negeri Raden Fatah, Palembang.
Harlis W. 2006., Spermatogenesis dan Kualitas Spermatozoa. Makalah Biologi
Sel. Fakultas Biologi, Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Madah,
Yogyakarta.
42
43
Harmita, dan Maksum Radji M., 2008, Buku Ajar Analisis Hayati Edisi 3
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Husain, S.A., 2015, Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Api-Api (Avicennia
marina) terhadap Morfologi Spermatozoa Mencit (Mus musculus, L.),
Skripsi, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Kadaryanto, 2006., Biologi 2. Penerbit Yudhistira, Jakarta.
Katrin, E., Winarti A., Susanto dan Hendig W., 2014, Pengaruh Iradasi Gamma
pada Toksisitas Akut Oral Ekstrak Etanol Jahe Merah (Zingiber
officinale), Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi, 10 (1): 57
Khaeriyah, 2007, Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Batang Brotowali (Tinospora
crispa) terhadap Jumlah Nyamuk Aedes aegypti yang Hinggap pada
Tangan Manusia, Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Kharisma, Y., Ariyoga, A., dan Sastramihardja, H.S., 2011, Efek Ekstrak Air
Buah Pepaya (Carica papaya, L.) Muda terhadap Gambaran Histologi
Kelenjar Mamma Mencit Laktasi, Jurnal Mkb, 43 (4): 161
Kurniawati., 2015, Pemberian Konsentrasi Ekstrak Brotowali untuk
Mengendalikan Keong Mas pada Tanaman Padi, Jurnal Jom Faperta,
2(1): 1-5
Kusumawati, D., 2004, Bersahabat dengan Hewan Coba, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Luthfi, Ja’far M., dan Mahanem M.N., 2015, Analisis Kualitas Sperma Tikus
Percobaan (Jumlah, Motilitas, dan Morfologi), UNS Press, Surakarta.
Ma’mun, S., Suhirman, F., Manoi, B.S., Sembiring, Tritianingsih, M., Sukmasari,
A., Gani, Tjitjah F., dan Kustiwa, 2006, Teknik Pembuatan Simplisia dan
Ekstrak Purwoceng, Laporan Pelaksanaan Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik.
Mughniati, S., 2015, Pengaruh Ekstrak Biji Kapuk (Ceiba pentandra Gaertn)
sebagai Obat Kontrasepsi pada Kucing Lokal (Felis domestica) Ditinjau
dari Kualitas Sperma dan Organ Reproduksi Jantan, Skripsi, Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar.
Muharni, Elfita, dan Masyita, 2015, Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari
Ekstrak n-Heksana Batang Tumbuhan Brotowali (Tinospora crispa, L.),
Jurnal Molekul, 10 (1): 38-44
44
Munandar, A., Nurcahyani, N., dan Busman, H., 2013, Pengaruh Kebisingan
terhadap Kualitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.), Seminar
Nasional Sains & Teknologi V Lembaga Penelitian Universitas Lampung,
Lampung.
Muryanti, Y., 2005. Kadar Testosterone dan Kualitas Spermatozoa Mencit
(Mus musculus, L.), setelah Diperlakukan Ekstrak Biji Saga (Abrus
prectorius, L.), Program Studi Biologi, UGM, Yogyakarta.
Nani, G.P., Nurliani, A., Budi, H.S., dan Mintowati, E.K., 2015, Efek Pemberian
Fraksi Diklorometana Bulbus Bawang Dayak (Eleutherine americana)
Padakualitas Spermatozoa Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Dipapar
Asap Rokok, Jurnal Bioscientiae, 12(1): 43-59
Nazlie, C.S . 2004, Kajian Kualitas Spermatozoa Kucing Asal Epididimis dan
Ductus Deferens setelah Proses Preservasi pada Suhu 4°C, Tesis, Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nugraheni, T., Astirin, O.P., dan Widiyan, T., 2003, Pengaruh Vitamin C terhadap
Perbaikan Spermatogenesis dan Kualitas Spermatozoa Mencit (Mus
musculus, L.) setelah Pemberian Ekstrak Tembakau (Nicotiana tabacum.
L.), Jurnal Biofarmasi, 1 (1): 13-19
Nurliani, A., Rusmiati dan Santoso, B., H., 2005, Perkembangan Sel
Spermatogenik Mencit (Mus musculus, L) setelah Pemberian Ekstrak Kulit
Kayu Durian (Durio zibethinus), Jurnal Penelitian Berl. Penel. Hayati, 11
(1): 77-79
Ogli, O., Enyikwola, dan Odeh S.O., 2009, Evaluation of the Efficacy of Separate
Oral Supplements Compared with the Combined Oral Supplements of
Vitamins C and E on Sperm Motility in Wistar Rats, Nigerian Journal of
physiological sciences, 24 (2): 129-135
Phadmacanty, N.L.P.R., Nugraha, T.P., dan Wirdateti, 2013, Organ Reproduksi
Jantan Sulawesi Giant Rat (Paruromys dominator), Jurnal Sains
Veteriner, 31 (1): 104
Piraksa, I.W., dan Bebas, W., 2009, Pengaruh Penyuntikan Ekstrak Hipofisis
terhadap Berat Testes, Gambaran Mikroskopis Testes, dan Kualitas Semen
Ayam Hutan Merah (Gallus gallus), Jurnal Buletin Veteriner Udayana, 1
(1): 14-15
Pramita, C. A., 2009. Efek Antifertilitas Ekstrak Daun Api-Api (Avicennia
marinna) terhadap Presentase Kebuntingan dan Jumlah Janin pada Mencit
Betina (Mus musculus, L.), Skripsi, Universitas Erlangga, Surabaya.
45
Purwoistri, R.F., 2010, Pengaruh Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya, L.)
terhadap Spermatogenesis dan Tebal Epitel Tubulus Seminiferus Testis
Mencit (Mus musculus, L.) Jantan, Skripsi, Universitas Islam Negeri (UIN)
Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang.
Putri, I.A., Parisihni, K., dan Wedarti, Y.K., 2012, Daya Hambat Ekstrak
Mikroalga Hijau (Nannochloropsis oculata) terhadap Bakteri Mixed
Periodontopathogen, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah,
Surabaya.
Rahim, A., Widiana, R., dan Sumarmin, R., 2015, Pengaruh Ekstrak Brotowali
(Tinospora Crispa L.) terhadap Siklus Reproduksi Mencit (Mus musculus
L. Swiss Webster), Universitas Negeri Padang, Padang.
Sadate, N., 2003., Effect Of Graded Dosehs of (Momordica charantia, L.) Seed
Extract on Rat Sperm, Pharmacology, Chicago.
Salmah, N., 2014, Motilitas, Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa
Semen Beku Sapi Bali pada Pengencer Andromed dan Tris Kuning Telur,
Skripsi, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Sari, F.M., Widiana, R., dan Sumarmin, R., 2012, Pengaruh Ekstrak Brotowali
(Tinospora Crispa L.) terhadap penampilan reproduksi mencit (Mus
musculus L. Swiss Webster) betina, Universitas Negeri Padang, Padang.
Septian, E.R., Isnawati, dan Ratnasari, E., 2013, Pengaruh Kombinasi Ekstrak Biji
Mahoni dan Batang Brotowali terhadap Mortalitas dan Aktivitas Makan
Ulat Grayak pada Tumbuhan Cabai Rawit, Jurnal Lenterabio, 2 (1): 107112
Setyaningsih, R.V., 2011, Pengaruh Pemberian Infus Simplisia Rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) secara Oral terhadap Kualitas Spermatozoa Mencit (Mus
musculus, L.) Jantan Galur DDY, Skripsi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Sharanabasappa, A., Vijayakumar, B., dan Saraswati, B.P., 2002, Effect of
(Momordica charantia) Seed Extracts on Ovarian and Uterine Activities in
Albino Rats, Jurnal Pharmaceutical Biology, 40 (7): 501-507
Sherley dan Aspan, R., 2008, Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman
Obat Citeureup, Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik
Indonesia, Jakarta.
Shobry M.I., 2011, Tanaman Paria (Momordica charantia, L.) Laporan
Praktikum Sistematik Tumbuhan, Universitas Sriwijaya, Palembang.
46
Sukmawati, E., Arifiantini, R.I., dan Purwantara, B., 2014, Daya Tahan
Spermatozoa terhadap Proses Pembekuan pada Berbagai Jenis Sapi
Pejantan Unggul, JITV, 19 (3):168-175
Supriati, R., Ranti, K., dan Karyadi, B., 2011, Pengaruh Pemberian Getah Buah
Pepaya (Carica papaya, L.) Muda terhadap Kadar Gula Darah Mencit
(Mus musculus Balb/C), Jurnal Konservasi Hayati, 7 (1): 20
Sutiani Y., 2008, Pengaruh Pemberian Sari Buah Paria (Momordica charantia, L.)
Tahap Pasca Implantasi Awal, Skripsi, Universitas Halu Oleo, Kendari.
Syari, N.T., 2012, Pengaruh Pemberian Ekstrak Brotowali (Tinospora Crispa, L.)
terhadap Perkembangan Folikel Ovarium Tikus Putih (Rattus Norvegicus,
L.), Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Ulum, M.K., Paramitha, D., Mutaqqin, Z., Utami, N.F., Utami, N.D., Gunarti,
dan Noviana, D., 2013, Pencitraan Ultrasonografi Organ Reproduksi
Domba Jantan Ekor Tipis Indonesia, Jurnal Acia Veterinaria Indonesiana,
5 (1): 1
Widiana, R., dan Sumarmin, R., 2015, Pengaruh Ekstrak Brotowali (Tinospora
Crispa L.) terhadap Siklus Reproduksi dan Karakter Morfologi Ovarium
Mencit (Mus Musculus L. Swiss Webster), Universitas Negeri Padang,
Padang.
Widianingsih, W., Widyarini, Y., Agustina, A., dan Sofia, V., 2009, Efek
Antipiretik dari Fraksinasi Ekstrak Etanol Batang Brotowali (Tinospora
Crispa, L) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar, Jurnal Farmasi, 8 (1) :
33-38
Winarno, M.W., dan Sundari, D., 1997, Informasi Tanaman Obat untuk
Kontrasepsi Tradisional, Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
RI, Jakarta.
Winarno, M.W., Nuratmi B., dan Astuti Y., 2002, Pengaruh Infus Buah Pare
(Momordica charantia, L.) terhadap Tikus Putih, Artikel Media Litbang, 5
(2): 7
Yuliana, L., 2012, Kelenjar Hipofisis dan Pengaruhnya Oleh Hypothalamus,
Buku Fisiologi Hewan, UGM, Yogyakarta.
Yusuf, M., 2012, Ilmu Reproduksi Ternak, Universitas Hasanuddin, Makassar.
47
Lampiran 1. Perhitungan Dosis
Berat badan rata-rata
Volume lambung mencit
: 20-30 g
: 0,5 mL
Dosis 1
Ekstrak tumbuhan brotowali dosis 0,05 g/g bb mencit
= 0,05 g/ 20 g
= 0,05g/20 g/0,5 mL
= 1 gr/ 10 mL
Stok ekstrak tumbuhan brotowali dosis 0,05 g/g bb mencit selama 35 hari dengan
4 ulangan adalah: 0,05 g x 4 x 35 = 7 gram
Stok Na CMC selama 35 hari dengan 4 ulangan adalah: 0,5 x 4 x 35= 70 mL
Jadi, untuk dosis 0,05 g/g bb mencit selama 35 hari dengan 4 pengulangan yaitu
7 g/70 mL
Dosis 2
Ekstrak tumbuhan brotowali dosis 0,06 g/g bb mencit
= 0,06 g/ 20 g
= 0,06 g/20 g/0,5 mL
= 1.2 gr/ 10 mL
Stok ekstrak tumbuhan brotowali dosis 0,06 g/g bb mencit selama 35 hari dengan
4 ulangan adalah: 0,06 g x 4 x 35 = 8.4 gram
Stok Na CMC selama 35 hari dengan 4 ulangan adalah: 0,5 x 4 x 35= 70 mL
Jadi, untuk dosis 0,06 g/g bb mencit selama 35 hari dengan 4 pengulangan yaitu
8,4 g/70 mL
Dosis 3
Ekstrak tumbuhan brotowali dosis 0,07 g/g bb mencit
= 0,07 g/ 20 g
= 0,07 g/20 g/0,5 mL
= 1.4 gr/ 10 mL
Stok ekstrak tumbuhan brotowali dosis 0,07 g/g bb mencit selama 35 hari dengan
4 ulangan adalah: 0,07 g x 4 x 35 = 9.8 gram
Stok Na CMC selama 35 hari dengan 4 ulangan adalah: 0,5 x 4 x 35= 70 mL
Jadi, untuk dosis 0,07 g/g bb mencit selama 35 hari dengan 4 pengulangan yaitu
9,8 g/70 mL
48
Lampiran 2. Rerata Motilitas dan Morfologi Spermatozoa
Motilitas spermatozoa
2.1 Rerata Motilitas Spematozoa Mencit (Mus musculus, L.)
Uji
Rerata Motilitas Spermatozoa (%)
Indikator
K1
K2
K3
K4
K5
a. Spermatozoa normal
b. Spermatozoa perlahan
c. Spermatozoa sangat perlahan
d. spermatozoa tiada pergerakan
a. Spermatozoa normal
b. Spermatozoa perlahan
c. Spermatozoa sangat perlahan
d. spermatozoa tiada pergerakan
a. Spermatozoa normal
b. Spermatozoa perlahan
c. Spermatozoa sangat perlahan
d. spermatozoa tiada pergerakan
a. Spermatozoa normal
b. Spermatozoa perlahan
c. Spermatozoa sangat perlahan
d. spermatozoa tiada pergerakan
a. Spermatozoa normal
b. Spermatozoa perlahan
c. Spermatozoa sangat perlahan
d. spermatozoa tiada pergerakan
1
82
7
2
9
76
5
1
18
81
5
1
13
23
15
20
42
3
11
21
65
2
90
2
2
6
82
5
2
11
80
4
1
15
27
1
20
52
5
2
31
62
Pengulangan
3
4
Rerata
86 82 85±3,8
4
3
4±2,1
2
6
3±2,0
8
9
8±1,4
74 84 79±4,7
8
2
5±2.4
2
4
2,25±1,2
16 10 13,75±3,8
80 75 79±2,7
4,75±0,9
6
4
4
8
3,5±3,3
10 13 12,75±2,0
35 33 29,5±5,5
10 13
9,75±6,1
11 17 17±4,2
44 37 43,75±6,2
7
7
5,5±1,9
14 20 11,75±7,5
13 25 22,5±7,5
66 48 60,25±8,3
2.2 Rerata Morfologi Spematozoa Normal Mencit (Mus musculus, L.)
Spermatozoa Normal (%)
Perlakuan
Rerata
1
2
3
4
K1
81
78
78
86
80,75±3,7
K2
78
81
74
68
75,25±5,6
K3
57
48
56
59
55±4,8
K4
44
32
43
45
41±6
K5
13
20
32
28
23,25±8,4
Motilitas
Spermatoz
oa
49
2.3 Rerata Morfologi Spematozoa Abnormal Mencit (Mus musculus, L.)
Spermatozoa Normal (%)
Perlakuan
Rerata
1
2
3
4
K1
19
22
22
14
19,25±3,7
K2
22
19
26
32
24,75±5,6
K3
43
52
44
41
45±4,9
K4
56
68
57
55
59±.6,05
K5
87
80
68
72
76,75±8,5
Keterangan: K1 = Kontrol (aquades)
K2 = Plasebo (Na CMC 0,5%)
K3 = Perlakuan ekstrak tumbuhan brotowali 0,05 g/g bb mencit
K4 = Perlakuan ekstrak tumbuhan brotowali 0,06 g/g bb mencit
K5 = Perlakuan ekstrak tumbuhan brotowali 0,07 g/g bb menci
Lampiran 3. Data Hasil Analisis Uji ANOVA Simultan pada Taraf
Kepercayaan 95%
3.1 Pengaruh Ekstrak Tumbuhan Brotowali (Tinospora crispa, L.) terhadap
Motilitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus, L.)
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
Nilai Nilai
Nilai
Keragaman Bebas
Kuadrat
Tengah
Fhitung Ftabel Signifikansi
(DB)
(JK)
(KT)
Perlakuan
19
60742,00000 3196,94737 157,49 1,75 <.0001
Galat
60
1218,00000
Total
79
61960,00000
20,3000
3.2 Pengaruh Ekstrak Tumbuhan Brotowali (Tinospora crispa, L.) terhadap
Morfologi Spermatozoa Mencit (Mus musculus, L.)
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
Nilai Nilai
Nilai
Keragaman Bebas
Kuadrat
Tengah
Fhitung Ftabel Signifikansi
(DB)
(JK)
(KT)
Perlakuan
9
19237,50000 2137,50000 60,24 2,21 <.0001
Galat
30
19237,50000 35,48333
Total
39
20302,00000
Keterangan: Nilai-P˂0,05 (Berpengaruh Signifikan)
Nilai-P˃0,05 (Tidak Berpengaruh Signifikan)
50
Lampiran 4. Data Hasil Analisis Uji Lanjut BNT pada Taraf Kepercayaan
95%
4.1 Pengaruh Ekstrak Tumbuhan Brotowali (Tinospora crispa, L.) terhadap
Motilitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus, L.)
Perlakuan
Rerata
Notasi BNT
K1
85
a
K2
a
79
K3
a
79
K4
b
29,50
K5
c
5.5
4.2 Pengaruh Ekstrak Tumbuhan Brotowali (Tinospora crispa, L.) terhadap
Morfologi Spermatozoa Mencit (Mus musculus, L.)
Perlakuan
Rerata
Notasi BNT
K1
80,75
a
K2
a
75,25
K3
b
55
K4
b
41
K5
c
23,25
51
Lampiran 5. Dokumentasi
5.1 Pembuatan Ekstrak Tumbuhan Brotowali
52
5.2 Persiapan Hewan Uji dan Pemberian Perlakuan
53
5.3 Pengamatan Motlitas dan Morfologi Spermatozoa
54
Download