THE RELATION OF SEXUAL BEHAVIOUR AMONGST GAY

advertisement
THE RELATION OF SEXUAL BEHAVIOUR AMONGST
GAY COMMUNITY AND THE OUTBREAK OF
HIV/AIDS
(A Qualitative Descriptive Study Of Gay Community In Surakarta)
Winarsih
Sebelas Maret University
Abstract: In Indonesia, HIV/AIDS cases were spread out to several social
community. This community was called HIV/AIDS risk infected community.
Early, HIV/AIDS only attack community that do the prostitution but now it was
spread out until the housewife community. It was happened because a high
mobility of HRM (High Risk Man) as a main actor in spreading HIV/AIDS. In
indonesia HRM not only limited in the buyer and the subject of sex but also in a
homosexual-gay community. The existence of unwelknown gay community has a
big contribution in spreading the HIV/AIDS. The common way in infecting
HIV/AIDS is by doing sexual activity. The little understanding of safety sex by
gay community and the dificulty of government in controling the gay community
activities caused the HIV/AIDS attrack easily. From the reason above it should be
a deep understanding about a safety sex and all social element, NGO, and
government should be responsible to control it. It can be concluded that sex
behaviour that was done by gay community is one of the HIV/AIDS infection
factors.
Key Words: Attitude, Sexual Behaviour, Gay, HIV/AIDS
PERILAKU SEKSUAL KOMUNITAS GAY KAITANNYA DENGAN
HIV/AIDS
(Studi Deskriptif Kualitatif Pada Komunitas Gay Di Kota Surakarta)
Winarsih
Universitas Sebelas Maret
Abstrak : Tren perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia saat ini sudah mulai
meluas ke beberapa kelompok masyarakat. Kelompok-kelompok ini disebut
kelompok beresiko tertular HIV/AIDS. Pada awalnya HIV/AIDS hanya
menyerang kelompok yang terlibat prostitusi tetapi sekarang sudah menyebar
bahkan sampai kepada kelompok ibu rumah tangga. Hal ini terjadi karena
tingginya mobilitas LBT (Laki-laki Beresiko Tinggi) sebagai pelaku utama dalam
mengambil peran terhadap penularan HIV/AIDS. Di Indonesia sendiri LBT tidak
hanya terbatas pada laki-laki pembeli dan penikmat seks namun sudah merambah
pada fenomena kaum homoseksual – gay. Keberadaan komunitas gay yang belum
trekspos di media dan masyarakat ternyata ikut memberikan kontribusi terhadap
perkembangan kasus HIV/AIDS. Cara yang paling banyak menularkan
HIV/AIDS dari komunitas gay adalah melalui aktivitas seksual. Minimnya
ngetahuan komunitas gay mengenai seks yang aman dan sulitnya kontrol
pemerintah atas aktivitas komunitas gay menjadi sebab mudahnya HIV/AIDS ini
menyerang komunitas gay. Oleh karena itu perlunya penanaman pemahaman
mengenai seks yang aman dari HIV/AIDS menjadi tanggung jawab bersama dari
seluruh elemen baik masyarakat, LSM hingga pemerintah. Jadi dapat disimpulkan
bahwa perilaku seksual yang dilakukan komunitas gay menjadi salah satu faktor
yang memberikan pengaruh dalam penularan HIV/AIDS.
Kata Kunci : Sikap, Perilaku Seksual, Gay, HIV/AIDS
Indonesia, berdasarkan laporan dari
Pendahuluan
Situasi masalah HIV/AIDS
Ditjen PP & PL Kemenkes RI
ini telah menjadi program utama
(Kemenkes,
untuk penanganan penyakit yang
bahwa
berbahaya.
HIV/AIDS
Pemerintah
sering
2013)
menyebutkan
perkembangan
hingga
saat
penyakit
ini
bila
melakukan pendataan secara statistik
dibandingkan dengan negara lain di
untuk
dunia
mengetahui
perkembangan
kedepannya
akan
terus
epidemi ini yang telah menyebar di
ditemukan kasusnya, hal ini seiring
seluruh wilayah Indonesia. Pendataan
dengan semakin banyaknya layanan
ini telah dilakukan setiap tahun secara
yang dapat mendeteksi HIV/AIDS
kontinyu setiap 3 bulan sekali. Di
dan jumlah orang yang melakukan tes
HIV/AIDS serta semakin mudahnya
Solo mengambil porsi sekitar 20%
akses untuk deteksi dan pengobatan
dari penderita yakni 225 jiwa. Dari
dini
seribuan
HIV/AIDS
(www.pppl.depkes.go.id).
kasus
tersebut,
741
di
antaranya positif AIDS. Pelanggan
Faktanya berdasarkan hasil
atau Lelaki Berisiko Tinggi (LBT)
statistik Ditjen PP & PL Kemenkes
masih mendominasi kasus dengan
RI 31 Oktober 2013 hingga revisi
angka 64% (Solopos, 13 November
terakhir 26 Desember 2013 yang
2013). Pada September 2013, KPA
dituliskan
(2013)
menemukan delapan kasus Orang
yang
dengan HIV/AIDS (ODHA) dari
mengejutkan adalah bahwa kasus
kalangan gay dan waria. Pengelola
HIV/AIDS di propinsi Jawa Tengah
Program
menjadi rangking 6 dari 33 propinsi
bahwa delapan kasus waria dan gay
yang terhitung hingga September
teridap HIV/AIDS pada September
2013
terhitung cukup tinggi.
ternyata
oleh
salah
untuk
Spiritia
satu
hasil
jumlah
pengidap
HIV/AIDS dan Kota Surakarta ikut
KPA
Solo
Penemuan
mengatakan
ini
cukup
andil memberikan suntikan dalam
mengejutkan. Para gay dan waria
kasus tentang HIV/AIDS yang terjadi
yang mengidap penyakit tersebut rata-
di propinsi Jawa Tengah. Siapa yang
rata berusia produktif yakni antara 20
dapat menyangka di balik suasana
tahun hingga 23 tahun. Dengan
tenangnya
kondisi
Kota
tersembunyi
banyak
HIV/AIDS.
KPA
Surakarta
itu,
pihaknya
berasumsi
kasus
hubungan seks sesama jenis mulai
(Komisi
dilakukan ODHA sejak berumur di
Penanggulangan AIDS) menyoroti
bawah 20 tahun. Yang terinfeksi
jumlah penderita HIV/AIDS secara
kebanyakan gay dan waria yang
keselurahan yang terus meningkat
masih muda, atau sering disebut
setiap bulannya.
brondong manis. Ini merupakan hal
Sementara berdasarkan data
menarik yang menjadi masalah dalam
KPA, jumlah akumulatif penderita
penanganan
kasus
HIV/AIDS
di
HIV/AIDS di Soloraya mencapai
Surakarta dimana komunitas gay dan
1.134 kasus per Oktober 2013. Kota
wariayang juga dapat dimasukkan ke
dalam kategori gay dengan adanya
dikutip dalam GAYa Nusantara 2
kesamaan orientasi seksual menjadi
menyatakan bahwa “Homoseksualitas
salah
adalah rasa tertarik secara perasaan
satu
faktor
penyebaran
penularan penyakit ini.
(kasih sayang, hubungan emosional)
Bertolak pada latar belakang
dan atau secara erotik, baik secara
yang telah dideskripsikan di atas,
predominan (lebih menonjol) maupun
maka permasalahan yang diangkat
ekslusif (semata-mata terhadap orang-
pada penelitian ini adalah : (1)
orang yang berjenis kelamin sama,
bagaimana pengetahuan komunitas
dengan atau tanpa hubungan fisik
gay
mengenai
bagaimana
HIV/AIDS?
(2)
(jasmaniah)”
komunitas
gay
dasarnya
sikap
(2007
:
26).
pembahasan
mengenai
terhadap kerentanan HIV/AIDS? (3)
homoseksualitas
bagaimana
seksual
fenomena kaum gay. Atas dasar
komunitas gay untuk mencegah dan
tersebut, maka setiap kajian mengenai
menanggulangi HIV/AIDS?
homoseksualitas
perilaku
juga
Pada
dapat
mencakup
mencakup
kajian mengenai gay. Pemahaman
Riview Literatur
tentang gay juga telah dijabarkan
Perilaku Seksual Komunitas Gay
dalam Buku Panduan Perlindungan
Kaitannya dengan HIV/AIDS
untuk Pembela LGBTI (2011 : 11)
Kebanyakan
gay dijelaskan sebagai laki-laki yang
masyarakat
yang awam akan kelompok ini masih
dikenal
digeneralisasikan
laki-laki
mencari hubungan kasih sayang dan
yang menyukai laki-laki. Padahal
intim dengan seseorang yang dikenal
yang sebenarnya bukan seperti itu.
sebagai laki-laki, laki-laki transgender
Berdasarkan Pedoman Penggolongan
atau laki-laki interseks.
dan
Diagnosis
sebagai
Gangguan
sebagai
laki-laki
yang
Jiwa
Sebelum masuk ke dalam
(PPDGJ) di Indonesia ed. II, 1983
bentuk perilaku seksual, komunitas
(revisi), Jakarta, Direktorat Kesehatan
gay telah melalui beberapa proses
Jiwa, Direktorat Jenderal Pelayanan
pembentukan
Medik, Departemen Kesehatan RI,
perilaku seksual yang dilakukan oleh
1985 : 241-248) dari Oetomo yang
komunitas gay merupakan implikasi
karakter.
Untuk
linier yang bermula dari pengetahuan
berbagai penyakit yang menyerang
mengenai HIV/AIDS yang direspon
tubuh karena melemahnya daya tahan
dan berkembang menjadi sikap yang
tubuh akibat terserang virus HIV
terbentuk karena kerentanan dengan
(UNICEF,
HIV/AIDS kemudian karena terbiasa
seseorang sudah tertular HIV atau
menjadi aktivitas sehari-hari sehingga
tidak hanya bisa diketahui melalui tes
disebut perilaku. Perilaku seksual
darah. Sedangkan seseorang baru
yang dilakukan komunitas gay atas
disebut
dasar
pemahamannya
mengenai
bahaya HIV/AIDS
Kesalahan yang terjadi pada
orang-orang
kesehatan
AIDS
awam
menganggap
ini
dan
:
AIDS
84).
Apakah
apabila
sudah
menampakkan
berbagai
gejala
penyakit
menyerang
tubuh
yang
karena hilangnya daya tahan tubuh.
mengenai
HIV
2004
Pengetahuan yang dimiliki
komunitas gay mengenai HIV/AIDS
adalah
sama.HIV
buku
panduan
Pengetahuan dapat diperoleh melalui
HIV/AIDS untuk guru yang dirilis
penangkapan yang dilakukan oleh
oleh UNICEF adalah kependekan dari
indera.
Human
menjelaskan
berdasarkan
Immunodeficiency
Virus,
menjadi
dasar
dalam
Nurharjadmo
bahwa
(1999:43)
“pengetahuan
yaitu virus yang menyerang sel
bisa
kekebalan tubuh manusia sehingga
pemahaman tentang apa yang di
tubuh kehilangan daya tahan dan
sekitar kita melalui panca indera”.
mudah terserang berbagai penyakit.
Sedangkan
Seseorang yang telah terinfeksi HIV
terhadap bahaya HIV/AIDS menurut
belum tentu terlihat sakit. Secara fisik
Gerungan (2004 : : 160-179) secara
dia akan sama dengan orang yang
psikologi sosial sikap dinyatakan
tidak
Sedangkan
sebagai upaya pembentukan karakter
AIDS dijelaskan sebagai penyakit
pribadi dari setiap individu dalam
berbahaya
oleh
setiap aktivitas kehidupannya. Sikap
virus. AIDS adalah singkatan dari
dapat menjadi pandangan maupun
Aquired
Deficiency
perasaan dalam bertindak. Kesediaan
Syndrome yang artinya kumpulan dari
seseorang untuk beraksi terhadap
terinfeksi
yang
HIV.
disebabkan
Immune
diperoleh
bertindak.
sikap
berdasarkan
komunitas
gay
sesuatu hal itu pasti dikarenakan
bentuk-bentuk tindakan. Tindakan ini
adanya sesuatu hal atau objek tertentu
juga didasarkan pada berbagai alasan
yaitu adalah HIV/AIDS. Winardi
dan pengalaman. Weber dalam Ritzer
(2004) berpendapat bahwa perilaku
(2011
kita pada umumnya dimotivasi oleh
tindakan
suatu
interaksi sosial, sesuatu tidak akan
keinginan
untuk
mencapai
:137)
sosial
menyatakan
bahwa
berkaitan
dengan
tujuan tertentu yang tidak selalu
dikatakan
diketahui secara sadar oleh individu
individu tersebut tidak mempunyai
yang bersangkutan. Aktivitas seksual
tujuan. Weber menggunakan empat
yang terus-menerus dilakukan oleh
tipe tindakan dasar, yaitu : (1)
komunitas gay lama-kelamaan akan
tindakan rasionalitas sarana-tujuan,
menjadi kebiasaan. Ramadhani (2011
(2) tindakan rasionalitas nilai, (3)
: 18) turut menjelaskan beberapa
tindakan afektual dan (4) tindakan
bentuk
tradisional.
aktivitas
seksual
dari
tindakan
Suatu
sosial
tindakan
jika
juga
komunitas gay. Perilaku seksual gay
termasuk ke dalam teori aksi yang
terdiri atas dua yakni hubungan
juga dikenal sebagai teori bertindak
seksual
selain
(action theory) yang dikembangkan
hubungan seksual (non intercourse).
oleh Parson. Menurut Parson tindakan
Perilaku seksual selain hubungan
yang dilakukan itu tersusun ke dalam
seksual (non intercourse) diantaranya
skema unit unit dasar tindakan sosial
seperti
tangan,
dengan karakteristik sebagai berikut:
dan
(1) adanya individu sebagai aktor, (2)
masturbasi. Sedangkan yang termasuk
aktor dipandang sebagai pemburu
hubungan seksual (intercourse) yakni
tujuan tersebut, (3) aktor memiliki
oral seks dan anal seks.
alternatif cara, alat serta tehnik untuk
(intercourse)
dan
berpegangan
berpelukan,
Setiap
berciuman
kegiatan
manusia
mempunyai
tujuan,
(4)
aktor
seperti sikap, aksi, perilaku yang
berhadapan dengan sejumlah kondisi
dilakukan sehari-hari termasuk ke
situasional yang dapat membatasi
dalam bentuk
ini
tindakan dalam mencapai tujuan, dan
pulalah yang terjadi di dalam diri
(5) aktor dibawah kendali dari nilai
komunitas gay. Ada berbagai macam
nilai, norma-norma dan berbagai ide
tindakan. Hal
abstrak
yang
dalam
memilih
mempengaruhinya
dan sikap dari pemahaman komunitas
dan
gay terhadap bahaya dari HIV/AIDS.
menentukan
tujuan serta tindakan alternatif untuk
Sumber data yang digunakan
mencapai tujuan (Ritzer, 2002 : 48-
dalam penelitian ini adalah :
49). Tindakan sebagai bentuk aksi
1.
manusia
dalam
berekspresi
Informan (narasumber)
yang
Informan yang dipilih dalam
merupakan cara untuk memenuhi
penelitian ini antara lain anggota
kebutuhan hidup si pelaku tindakan.
komunitas gay di Kota Surakarta,
pasangan dari anggota komunitas
gay, LSM peduli komunitas gay
Metode Penelitian
Lokasi
yang
penelitian
digunakan
yaitu Yayasan Gaya Mahardhika
daerah-daerah
dan LSM peduli HIV/AIDS yaitu
Kota
Surakarta.
LSM Mitra Alam yang berada di
dari
Surakarta,
Kota Surakarta.
meliputi
ekskaresidenan
Lokasi
dalam
terdiri
Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar,
Wonogiri,
Dokumen yang digunakan dalam
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian ini antara lain berbagai
penelitian kualitatif deskriptif dengan
bentuk media penginformasian
jenis studi kasus. Studi kasus dipilih
mengenai
karena mampu melihat sebagai studi
buku panduan, booklet, leaflest,
yang bersifat komprehensif, intens,
dan brosur mengenai safe sex.
rinci
lebih
Ada pula data statistik mengenai
untuk
HIV/AIDS di Indonesia tahun
menelaah masalah atau fenomena
2013 diterbitkan oleh Yayasan
yang bersifat kontemporer maupun
Spiritia yang bekerjasama dengan
kekinian. Jadi penelitian ini akan
Ditjen PP dan PL Kemenkes RI.
diarahkan
dan
Dokumen
Klaten.
dan
Sragen,
2.
mendalam
sebagai
serta
upaya
HIV/AIDS
seperti
membahas perilaku-perilaku seksual
Teknik pengumpulan data dalam
komunitas gay di Kota Surakarta
penelitian ini menggunakan teknik
dalam kaitannya dengan HIV/AIDS
wawancara mendalam, observasi dan
yang
adanya
dokumentasi. Wawancara mendalam
HIV/AIDS
dilakukan dengan narasumber yang
terbentuk
pengetahuan
akibat
mengenai
telah dipilih untuk penelitian ini.
pada saat duduk di bangku sekolah
Observasi yang dilakukan dengan
yang rata-rata mulai diperkenalkan di
melihat
Sekolah Menengah Atas. Komunitas
kegiatan
sehari-hari
dari
komunitas gay dan juga mengamati
gay
tingkah laku aktivitas gay di beberapa
memahami tentang HIV/AIDS adalah
hot spot pertemuan komunitas gay
upaya untuk mencegah agar tidak
serta melihat realisasi pelaksanaan
tertular HIV/AIDS. Namun mereka
program
terhitung masih pasif untuk berusaha
LSM
dalam
upaya
paham
bahwa
mengontrol penyebaran HIV/AIDS.
mencari
Dalam penelitian ini dokumen yang
informasi mengenai HIV/AIDS.
akan dianalisis adalah seperti yang
tahu
atau
manfaat
Kebanyakan
dari
mengakses
gay
di
sudah dijelaskan pada bagian sumber
Surakarta
belum
memahami
data. Sementara itu, teknik yang
sepenuhnya
tentang
HIV/AIDS
digunakan untuk menguji validitas
seperti tes VCT, cara pencegahan,
data dalam penelitian ini adalah
perilaku beresiko, cara penularan,
triangulasi sumber dan triangulasi
ciri-ciri
metode.
komunitas
ODHA.
gay
memahami
1. Pengetahuan
Gay
Mengenai
Pada penelitian ini ditemukan
HIV/AIDS
tentang
Surakarta
HIV/AIDS
pekerjaannya.
Pengetahuan
awal
mereka mengenai HIV/AIDS berasal
HIV/AIDS
satu
di
jauh
ternyata dipengaruhi oleh bidang dari
Pembahasan
salah
Seberapa
kelompok
yaitu
beresiko
komunitas
dari sosialisasi yang dilakukan oleh
LSM, Universitas, Dinas Kesehatan
gay
yang bekerja sama dengan klinik atau
belum dapat dikatakan memahami
rumah sakit yang memiliki layanan
sepenuhnya
HIV/AIDS.
tentang
HIV/AIDS.
Selama proses wawancara peneliti
Rentannya
kehidupan
memang tidak menemukan gay yang
dengan
memiliki status HIV/AIDS positif.
membuat gay di Surakarta ini sangat
Beberapa
memperoleh
berhati-hati dalam memilih pasangan.
pemahaman tentang HIV/AIDS hanya
Sebelum menjalin hubungan yang
gay
tertularnya
gay
HIV/AIDS
diresmikan
dalam
sebuah
status
bertindak mencari tahu informasi
berpacaran, para gay di Surakarta ini
berdasarkan rasa ingin tahunya.
selalu menanyakan terlebih dahulu
2. Sikap Gay Terhadap HIV/AIDS
riwayat kesehatan dan kehidupan
Berdasarkan pengetahuan dan
seksualnya
sebelum
pemahaman
mereka
tentang
hubungan yang serius dengan mereka.
HIV/AIDS
ditambah
dengan
Hal ini dilakukan sebagai upaya
pengalaman hidup yang telah mereka
untuk mencegah tertularnya virus
jalani sebagai gay membuat mereka
HIV/AIDS.
Cara
pencarian
berhati-hati setiap akan bertindak.
pengetahuan
tentang
HIV/AIDS
Upaya yang dilakukan untuk memilih
bermacam-macam. Ada yang melalui
aktivitas seks yang aman dengan
internet, aktif mengikuti penyuluhan,
menggunakan kondom. Ini adalah
sharing bersama pasangan atau sering
langkah utama untuk mengurangi
bertanya kepada orang yang lebih
resiko gay tertular dari HIVAIDS.
paham mengenai HIV/AIDS. Usaha
Beberapa komunitas gay memang
dari komunitas gay dalam mencari
susah untuk diajak melakukan seks
pengetahuan
yang aman. Keluwesan dan keaktifan
tentang
menjalin
HIV/AIDS
disebut Max Weber dalam suatu
mereka
bentuk tindakan. Pencarian informasi
menjadi faktor yang mempengaruhi
berdasarkan
ini
gaya hidup mereka. Mereka menjadi
termasuk ke dalam tindakan yang
sangat idealis dan susah diatur.
lazim
Biasanya
rasa
ingin
dilakukan.
tahu
Max
Weber
menjelaskan dalam Ritzer (2011:137)
mengikuti
dialami
tren
saat
komunitas
ini
gay
untuk usia anak-anak dan remaja.
tindakan seperti ini disebut sebagai
Selanjutnya Selektifitas dalam
tindakan tradisional. Benar adanya
memilih pasangan juga menjadi hal
bahwa upaya komunitas gay untuk
yang diperhitungkan untuk menjaga
memperdalam pengetahuan mengenai
diri
HIV/AIDS
suatu
Pemilihan pasangan dimulai dari
kondisi yang normal. Kondisi inilah
status HIV/AIDS, karakteristik dan
yang
sifat dari calon pasangan. Selain itu
ini
membuat
merupakan
komunitas
gay
dari
penularan
HIV/AIDS.
usia, fisik dan segi perekonomian atau
penghasilan
juga
diperhatikan.
Tindakan afektual dijelaskan Max
Kemudian komitmen untuk selalu
Weber
setia dengan satu pasangan atau tidak
dilakukan
berganti-ganti pasangan. Komunitas
emosional
gay juga cenderung over protective
memutuskan suatu tindakan (Ritzer,
dengan
untuk
2011:137). Emosi yang muncul dari
menjaga kesetiaaan juga agar tidak
komunitas gay ini adalah rasa takut
mudah tertular HIV/AIDS karena
sehingga
berganti-ganti pasangan. Kurangnya
gay melakukan beberapa tindakan
antuisiasme komunitas gay untuk
pencegahan seperti cek kesehatan dan
memahami
tentang
lain sebagainya inilah yang disebut
HIV/AIDS berimbas pada kurang
tindakan afektual. Selektifitas yang
pedulinya mereka untuk mengikuti
muncul kepada pemilihan pasangan
cek
dari
pasangan,
darah
lebih
dalam
berdasarkan
si
pada
pelaku
menyebabkan
dalam
komunitas
gay
Alasannya adalah belum siap untuk
berdasarkan
kebutuhan
emosional
menerima hasilnya. Untuk gay yang
dari komunitas gay. Sedangkan untuk
benar-benar takut dan peduli akan
penggunaan kondom dengan melihat
dirinya dan pasangan, sudah mulai
resiko
rutin melakukan cek HIV/AIDS dan
riwayat masa percintaanya, riwayat
IMS setiap tiga bulan sekali.
kesehatannya, dan status HIV/AIDS
secara
sikap
tindakan,
yang
tertularnya
pasangan
disandang
juga
dari
pasangannya
dipilih
merupakan sikap yang terbentuk atas
komunitas gay di kota Surakarta
dasar harapan agar tidak tertular
termasuk ke dalam 2 tipe tindakan
HIV/AIDS baik bagi dirinya maupun
yang dijelaskan oleh Max Weber.
untuk pasangannya. Seperti halnya
Perasaan-perasaan awal yang muncul
yang disampaikan oleh Max Weber
seperti rasa takut terhadap kerentanan
bahwa tindakan seperti ini adalah
kehidupan gay dengan HIV/AIDS dan
tindakan rasionalitas sarana-tujuan.
selektifitas dalam memilih karater
Max Weber menyampaikan dalam
pasangan
Ritzer
yang
yang
kesehatan.
yang
komunitas
beberapa
cek
tindakan
setiap
Dilihat
dan
selain
sebagai
diinginkan
itu
termasuk ke dalam tindakan afektual.
(2011:137)
merupakan
tindakan
tindakan
ini
berdasarkan
perhitungan untuk mencapai suatu
komunitas gay ini melakukan di kos
tujuan tertentu melalui sarana tertentu
pasangannya. Rumah yang kosong
pula. Bagi kalangan komunitas gay
menjadi juga tempat yang cukup
tujuan yang memang ingin dicapai
aman untuk melangsungkan perilaku
adalah
salah
seksual mereka. Apabila pasangan
satunya dengan menggunakan alat
adalah pasangan jarak jauh atau
pengaman alias kondom.
menjadi LSL panggilan biasanya
agar
tidak
3. Perilaku
tertular
Seksual
Gay
Kaitannya Dengan HIV/AIDS
Pengalaman
pertama
mereka melakukannya di hotel. Yang
lebih ekstrem lagi ada juga yang
dari
sudah berani melakukan hubungan
aktivitas seksual dari setiap gay
seksual di tempat terbuka namun
berbeda-beda. Komunitas gay mulai
tetap memperhatikan kesepian tempat
berani memiliki pasangan saat SMA
dan kondisi sekitarnya.
atau umur 17 tahun. Pengalaman
Untuk
intensitas
melakukan
melakukan aktivitas seksual pertama
perilaku seksual bagi komunitas gay
terjadi pada rentang umur 17-20
tidak merutinkan hal tersebut. Bagi
tahun.
komunitas
Banyak
pengalaman
yang
gay
keberlangsungan
muncul dari aktivitas seksual pertama
hubungan tidak hanya dapat dinilai
mereka. Ada yang terlibat trafficking,
dari intensitas dari hubungan seksual
ada yang karena ingin tahu, pengaruh
saja. Intensitas dari masing-masing
lingkungan, pelecehan seksual, ada
pasangan berbeda-beda disesuaikan
pula yang disebabkan karena beban
dengan mood atau feeling. Untuk
psikologi
pasangan yang memiliki jarak dekat
dengan
pasangan
heteroseksual.
Tempat
biasanya melakukan aktivitas seksual
untuk
melaksakan
3 kali seminggu atau sekali dalam
perilaku seksual bervariasi. Tempat
seminggu.
yang dipilih sesuai dengan kondisi
pasangan jarak mereka melakukan
lingkungan supaya tidak diketahui
aktivitas seksual 2 minggu sekali atau
oleh orang yang dianggap normal
sebulan sekali.
karena hubungan gay masih dianggap
tabu
di
mayarakat.
Kebanyakan
Untuk
yang
memiliki
Perilaku seksual yang sering
dilakukan
oleh
komunitas
gay
memang bervariasi. Apalagi untuk
masturbasi
gay pekerja seks seperti kucing dan
tangan atau bisa juga dengan cara
waria. Mereka memang dituntut dapat
menjepitkan penis dintara kedua
melakukan berbagai bentuk dan gaya
paha pasangan.
seks untuk memenuhi permintaan
demi
kepuasan
Berdasarkan
pelanggan.
peringkat
perilaku
dilakukan
dengan
c) Foreplay
Foreplay
berakhir
tidak
harus
dengan
selalu
kepuasan
seksual dari yang paling disukai dan
mengeluarkan sperma.. Foreplay
sering dilakukan hingga yang jarang
bisa dinggap dari penyampaian
dilakukan oleh pasangan gay yaitu :
kasih sayang yang tidak harus
a) Oral Seks
menggunakan
Oral
seks
menjadi
penetrasi
alat
inilah
yang
tetap
bisa
peringkat
kelamin.
pertama karena dianggap dapat
membuat
menyebabkan
nikmat
menikmati kebersamaan dengan
dalam klimaks seks. Pasangan gay
pasangan tanpa takut tertular oleh
paham
HIV/AIDS.
perasaan
akan
pentingnya
kebersihan mulut untuk menjaga
tidak
tertularnya
Hal
gay
d) Anal Seks
HIV/AIDS.
Ini menjadi yang pilihan terakhir
Apalagi untuk perilaku oral seks
karena beberapa dari komunitas
yang menelan sperma pasangan.
gay tidak menyukainya karena
b) Masturbasi
menyakitkan. Selain itu mereka
Ada banyak istilah mengenai
masturbasi di dalam komunitas
takut tertular HIV/AIDS.
Adanya
tindakan-tindakan
gay seperi coli, esong-esong dan
yang mendasari dari perilaku seksual
esek-esek. Berbagai pelicin untuk
komunitas gay juga berdasarkan oleh
mempermudah
teori aksi yang dikenal sebagai teori
memberikan
rangsangan pada penis yang dapat
bertindak
(action
theory).
digunakan seperti body lotion, v-
Sehubungan dengan itu Parson dalam
gell, sutra lubricant, sabun atau
Ritzer (2002:48-49) menyusun skema
baby oil dan mengurangi resiko
unit-unit dasar tindakan sosial dengan
luka karena gesekan. Perilaku
karakteristik sebagai berikut:
1) Adanya individu sebagai aktor
Surakarta sudah mengetahui apa itu
yaitu komunitas gay di Kota
HIV/AIDS dan bahayanya. Hal ini
Surakarta.
dapat menjadi kabar baik bagi seluruh
2) Aktor
dipandang
sebagai
pemerhati
komunitas
gay
pemburu tujuan tersebut yaitu
HIV/AIDS
di
upaya mereka tentang bagaimana
Setidaknya
hal
agar perilaku seksual mereka
dianggap cukup untuk menjadi dasar
yang bersiko tertular HIV/AIDS
pemikiran bagi komunitas gay di
menjadi lebih aman.
Surakarta
3) Aktor memiliki alternatif cara,
alat
serta
teknik
untuk
mempunyai tujuan dengan cara-
kota
dan
Surakarta.
tersebut
tentang
kehidupan
sudah
rentannya
mereka
dengan
HIV/AIDS.
Memang
tidak
sepenuhnya
cara diantaranya selektif dalam
aktivitas kehidupan komunitas Gay
memilih
dipenuhi
pasangan,
konsisten
oleh
aktivitas
menggunakan kondom dan setia
Setidaknya
komunitas
hanya pada satu pasangan.
Surakarta
sudah
4) Aktor
berhadapan
seksual.
Gay
di
mengambil
dengan
keputusan yang tepat bahwa setiap
sejumlah kondisi situasional yang
melakukan hubungan seksual selalu
dapat membatasi tindakan dalam
menggunakan kondom sebagai alat
mencapai tujuan seperti terwujud
pengaman
ke dalam bentuk pengontrolan
HIV/AIDS.
intensitas aktivitas seks, menjaga
mengenai
kebersihan
melakukan
kesehatan atau cek darah untuk
aktivitas seks, serta menjaga
mengetahui status HIV/AIDS juga
kesehatan
sudah muncul dalam diri komunitas.
saat
baik
diri
sendiri
pasangan.
dari
Selain
tertularnya
itu
pentingnya
kesadaran
untuk
cek
Selektifitas dalam memilih karakter
pasangan dan setia hanya pada satu
Penutup
Secara keseluruhan, penelitian
pasangan menjadi keputusan yang
bijaksana
yang
dilakukan
oleh
ini dapat menyimpulkan bahwa pada
komunitas gay. Hal ini membuktikan
dasarnya kebanyakan dari gay di
bahwa komunitas gay di Surakarta
sudah dapat menyikapi secara positif
DAFTAR PUSTAKA
atas pengetahuan yang telah mereka
Buku Panduan Guru. (2004). Mari
Bicara Tentang HIV/AIDS
dengan Orang Tua, Guru, dan
Teman!. Jakarta : UNICEF
pahami mengenai HIV/AIDS.
Jadi
pasangan
gay
dalam
komunitas gay di Surakarta yang
intensif melakukan hubungan sekspun
tetap memperhatikan perilaku seksual
mereka. Terkadang para komunitas
gay ini memilih menjadi gay bukan
untuk memenuhi orientasi dan hasrat
seksual
mereka
karena
merasa
nyaman dan ada kepuasan secara
psikis disebabkaan adanya intervensi
permasalahan dari pribadi, keluarga
maupun lingkungan. Perilaku seksual
yang dilakukan mulai oral seks,
masturbasi,
foreplay
dan
yang
terakhir adalah anal seks. Komunitas
gay
menyadari
bahwa
perilaku
seksual yang mereka lakukan ini
beresiko tinggi terkena HIV/AIDS.
Perilaku seksual komunitas gay di
Surakarta termasuk aman setidaknya
untuk
pencegahan
penularan
HIV/AIDS melalui aktivitas seksual.
Meskipun pada dasarnya perilaku
seksual yang mereka lakukan masih
memiliki resiko yang sama besarnya
dengan kelompok beresiko seks yang
lain.
Demartoto, A. (2010). Perilaku Lakilaki yang Berhubungan Seks
dengan Laki-laki (LSL) untuk
Melakukan Test HIV di Kota
Surakarta. Laporan Penelitian.
Laporan Tidak Dipublikasikan.
Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Demartoto, A; Sahir, Endang dan
Sudibyo,
Priyo.
(2013).
Pelayanan
Komprehensif
Berkesinambungan
Melalui
Pelibatan
Orang
Dengan
HIV/AIDS Dalam Program
Pencegahan
Dan
Penanggulangan
HIV/AIDS.
Laporan
Akhir
Hibah
Unggulan.
Laporan
Tidak
Dipublikasikan.
Universitas
Sebelas Maret, Surakarta
GAYa
Nusantara
2.
(2007).
Homologi. Surabaya : GAYa
Nusantara
Kadir, Hatib Abdul. (2007). Tangan
Kuasa
dalam
Kelamin.
Yogyakarta : INSIST Press
Nurharjadmo,
Wahyu.
(1999).
Seksualitas Anak Jalanan.
Yogyakarta : Pusat Penelitian
Kependudukan
Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R &
D. Bandung : Alfabet
Download