THE RELATION OF SEXUAL BEHAVIOUR AMONGST GAY COMMUNITY AND THE OUTBREAK OF HIV/AIDS (A Qualitative Descriptive Study Of Gay Community In Surakarta) Winarsih Sebelas Maret University Abstract: In Indonesia, HIV/AIDS cases were spread out to several social community. This community was called HIV/AIDS risk infected community. Early, HIV/AIDS only attack community that do the prostitution but now it was spread out until the housewife community. It was happened because a high mobility of HRM (High Risk Man) as a main actor in spreading HIV/AIDS. In indonesia HRM not only limited in the buyer and the subject of sex but also in a homosexual-gay community. The existence of unwelknown gay community has a big contribution in spreading the HIV/AIDS. The common way in infecting HIV/AIDS is by doing sexual activity. The little understanding of safety sex by gay community and the dificulty of government in controling the gay community activities caused the HIV/AIDS attrack easily. From the reason above it should be a deep understanding about a safety sex and all social element, NGO, and government should be responsible to control it. It can be concluded that sex behaviour that was done by gay community is one of the HIV/AIDS infection factors. Key Words: Attitude, Sexual Behaviour, Gay, HIV/AIDS PERILAKU SEKSUAL KOMUNITAS GAY KAITANNYA DENGAN HIV/AIDS (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Komunitas Gay Di Kota Surakarta) Winarsih Universitas Sebelas Maret Abstrak : Tren perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia saat ini sudah mulai meluas ke beberapa kelompok masyarakat. Kelompok-kelompok ini disebut kelompok beresiko tertular HIV/AIDS. Pada awalnya HIV/AIDS hanya menyerang kelompok yang terlibat prostitusi tetapi sekarang sudah menyebar bahkan sampai kepada kelompok ibu rumah tangga. Hal ini terjadi karena tingginya mobilitas LBT (Laki-laki Beresiko Tinggi) sebagai pelaku utama dalam mengambil peran terhadap penularan HIV/AIDS. Di Indonesia sendiri LBT tidak hanya terbatas pada laki-laki pembeli dan penikmat seks namun sudah merambah pada fenomena kaum homoseksual – gay. Keberadaan komunitas gay yang belum trekspos di media dan masyarakat ternyata ikut memberikan kontribusi terhadap perkembangan kasus HIV/AIDS. Cara yang paling banyak menularkan HIV/AIDS dari komunitas gay adalah melalui aktivitas seksual. Minimnya ngetahuan komunitas gay mengenai seks yang aman dan sulitnya kontrol pemerintah atas aktivitas komunitas gay menjadi sebab mudahnya HIV/AIDS ini menyerang komunitas gay. Oleh karena itu perlunya penanaman pemahaman mengenai seks yang aman dari HIV/AIDS menjadi tanggung jawab bersama dari seluruh elemen baik masyarakat, LSM hingga pemerintah. Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual yang dilakukan komunitas gay menjadi salah satu faktor yang memberikan pengaruh dalam penularan HIV/AIDS. Kata Kunci : Sikap, Perilaku Seksual, Gay, HIV/AIDS Indonesia, berdasarkan laporan dari Pendahuluan Situasi masalah HIV/AIDS Ditjen PP & PL Kemenkes RI ini telah menjadi program utama (Kemenkes, untuk penanganan penyakit yang bahwa berbahaya. HIV/AIDS Pemerintah sering 2013) menyebutkan perkembangan hingga saat penyakit ini bila melakukan pendataan secara statistik dibandingkan dengan negara lain di untuk dunia mengetahui perkembangan kedepannya akan terus epidemi ini yang telah menyebar di ditemukan kasusnya, hal ini seiring seluruh wilayah Indonesia. Pendataan dengan semakin banyaknya layanan ini telah dilakukan setiap tahun secara yang dapat mendeteksi HIV/AIDS kontinyu setiap 3 bulan sekali. Di dan jumlah orang yang melakukan tes HIV/AIDS serta semakin mudahnya Solo mengambil porsi sekitar 20% akses untuk deteksi dan pengobatan dari penderita yakni 225 jiwa. Dari dini seribuan HIV/AIDS (www.pppl.depkes.go.id). kasus tersebut, 741 di antaranya positif AIDS. Pelanggan Faktanya berdasarkan hasil atau Lelaki Berisiko Tinggi (LBT) statistik Ditjen PP & PL Kemenkes masih mendominasi kasus dengan RI 31 Oktober 2013 hingga revisi angka 64% (Solopos, 13 November terakhir 26 Desember 2013 yang 2013). Pada September 2013, KPA dituliskan (2013) menemukan delapan kasus Orang yang dengan HIV/AIDS (ODHA) dari mengejutkan adalah bahwa kasus kalangan gay dan waria. Pengelola HIV/AIDS di propinsi Jawa Tengah Program menjadi rangking 6 dari 33 propinsi bahwa delapan kasus waria dan gay yang terhitung hingga September teridap HIV/AIDS pada September 2013 terhitung cukup tinggi. ternyata oleh salah untuk Spiritia satu hasil jumlah pengidap HIV/AIDS dan Kota Surakarta ikut KPA Solo Penemuan mengatakan ini cukup andil memberikan suntikan dalam mengejutkan. Para gay dan waria kasus tentang HIV/AIDS yang terjadi yang mengidap penyakit tersebut rata- di propinsi Jawa Tengah. Siapa yang rata berusia produktif yakni antara 20 dapat menyangka di balik suasana tahun hingga 23 tahun. Dengan tenangnya kondisi Kota tersembunyi banyak HIV/AIDS. KPA Surakarta itu, pihaknya berasumsi kasus hubungan seks sesama jenis mulai (Komisi dilakukan ODHA sejak berumur di Penanggulangan AIDS) menyoroti bawah 20 tahun. Yang terinfeksi jumlah penderita HIV/AIDS secara kebanyakan gay dan waria yang keselurahan yang terus meningkat masih muda, atau sering disebut setiap bulannya. brondong manis. Ini merupakan hal Sementara berdasarkan data menarik yang menjadi masalah dalam KPA, jumlah akumulatif penderita penanganan kasus HIV/AIDS di HIV/AIDS di Soloraya mencapai Surakarta dimana komunitas gay dan 1.134 kasus per Oktober 2013. Kota wariayang juga dapat dimasukkan ke dalam kategori gay dengan adanya dikutip dalam GAYa Nusantara 2 kesamaan orientasi seksual menjadi menyatakan bahwa “Homoseksualitas salah adalah rasa tertarik secara perasaan satu faktor penyebaran penularan penyakit ini. (kasih sayang, hubungan emosional) Bertolak pada latar belakang dan atau secara erotik, baik secara yang telah dideskripsikan di atas, predominan (lebih menonjol) maupun maka permasalahan yang diangkat ekslusif (semata-mata terhadap orang- pada penelitian ini adalah : (1) orang yang berjenis kelamin sama, bagaimana pengetahuan komunitas dengan atau tanpa hubungan fisik gay mengenai bagaimana HIV/AIDS? (2) (jasmaniah)” komunitas gay dasarnya sikap (2007 : 26). pembahasan mengenai terhadap kerentanan HIV/AIDS? (3) homoseksualitas bagaimana seksual fenomena kaum gay. Atas dasar komunitas gay untuk mencegah dan tersebut, maka setiap kajian mengenai menanggulangi HIV/AIDS? homoseksualitas perilaku juga Pada dapat mencakup mencakup kajian mengenai gay. Pemahaman Riview Literatur tentang gay juga telah dijabarkan Perilaku Seksual Komunitas Gay dalam Buku Panduan Perlindungan Kaitannya dengan HIV/AIDS untuk Pembela LGBTI (2011 : 11) Kebanyakan gay dijelaskan sebagai laki-laki yang masyarakat yang awam akan kelompok ini masih dikenal digeneralisasikan laki-laki mencari hubungan kasih sayang dan yang menyukai laki-laki. Padahal intim dengan seseorang yang dikenal yang sebenarnya bukan seperti itu. sebagai laki-laki, laki-laki transgender Berdasarkan Pedoman Penggolongan atau laki-laki interseks. dan Diagnosis sebagai Gangguan sebagai laki-laki yang Jiwa Sebelum masuk ke dalam (PPDGJ) di Indonesia ed. II, 1983 bentuk perilaku seksual, komunitas (revisi), Jakarta, Direktorat Kesehatan gay telah melalui beberapa proses Jiwa, Direktorat Jenderal Pelayanan pembentukan Medik, Departemen Kesehatan RI, perilaku seksual yang dilakukan oleh 1985 : 241-248) dari Oetomo yang komunitas gay merupakan implikasi karakter. Untuk linier yang bermula dari pengetahuan berbagai penyakit yang menyerang mengenai HIV/AIDS yang direspon tubuh karena melemahnya daya tahan dan berkembang menjadi sikap yang tubuh akibat terserang virus HIV terbentuk karena kerentanan dengan (UNICEF, HIV/AIDS kemudian karena terbiasa seseorang sudah tertular HIV atau menjadi aktivitas sehari-hari sehingga tidak hanya bisa diketahui melalui tes disebut perilaku. Perilaku seksual darah. Sedangkan seseorang baru yang dilakukan komunitas gay atas disebut dasar pemahamannya mengenai bahaya HIV/AIDS Kesalahan yang terjadi pada orang-orang kesehatan AIDS awam menganggap ini dan : AIDS 84). Apakah apabila sudah menampakkan berbagai gejala penyakit menyerang tubuh yang karena hilangnya daya tahan tubuh. mengenai HIV 2004 Pengetahuan yang dimiliki komunitas gay mengenai HIV/AIDS adalah sama.HIV buku panduan Pengetahuan dapat diperoleh melalui HIV/AIDS untuk guru yang dirilis penangkapan yang dilakukan oleh oleh UNICEF adalah kependekan dari indera. Human menjelaskan berdasarkan Immunodeficiency Virus, menjadi dasar dalam Nurharjadmo bahwa (1999:43) “pengetahuan yaitu virus yang menyerang sel bisa kekebalan tubuh manusia sehingga pemahaman tentang apa yang di tubuh kehilangan daya tahan dan sekitar kita melalui panca indera”. mudah terserang berbagai penyakit. Sedangkan Seseorang yang telah terinfeksi HIV terhadap bahaya HIV/AIDS menurut belum tentu terlihat sakit. Secara fisik Gerungan (2004 : : 160-179) secara dia akan sama dengan orang yang psikologi sosial sikap dinyatakan tidak Sedangkan sebagai upaya pembentukan karakter AIDS dijelaskan sebagai penyakit pribadi dari setiap individu dalam berbahaya oleh setiap aktivitas kehidupannya. Sikap virus. AIDS adalah singkatan dari dapat menjadi pandangan maupun Aquired Deficiency perasaan dalam bertindak. Kesediaan Syndrome yang artinya kumpulan dari seseorang untuk beraksi terhadap terinfeksi yang HIV. disebabkan Immune diperoleh bertindak. sikap berdasarkan komunitas gay sesuatu hal itu pasti dikarenakan bentuk-bentuk tindakan. Tindakan ini adanya sesuatu hal atau objek tertentu juga didasarkan pada berbagai alasan yaitu adalah HIV/AIDS. Winardi dan pengalaman. Weber dalam Ritzer (2004) berpendapat bahwa perilaku (2011 kita pada umumnya dimotivasi oleh tindakan suatu interaksi sosial, sesuatu tidak akan keinginan untuk mencapai :137) sosial menyatakan bahwa berkaitan dengan tujuan tertentu yang tidak selalu dikatakan diketahui secara sadar oleh individu individu tersebut tidak mempunyai yang bersangkutan. Aktivitas seksual tujuan. Weber menggunakan empat yang terus-menerus dilakukan oleh tipe tindakan dasar, yaitu : (1) komunitas gay lama-kelamaan akan tindakan rasionalitas sarana-tujuan, menjadi kebiasaan. Ramadhani (2011 (2) tindakan rasionalitas nilai, (3) : 18) turut menjelaskan beberapa tindakan afektual dan (4) tindakan bentuk tradisional. aktivitas seksual dari tindakan Suatu sosial tindakan jika juga komunitas gay. Perilaku seksual gay termasuk ke dalam teori aksi yang terdiri atas dua yakni hubungan juga dikenal sebagai teori bertindak seksual selain (action theory) yang dikembangkan hubungan seksual (non intercourse). oleh Parson. Menurut Parson tindakan Perilaku seksual selain hubungan yang dilakukan itu tersusun ke dalam seksual (non intercourse) diantaranya skema unit unit dasar tindakan sosial seperti tangan, dengan karakteristik sebagai berikut: dan (1) adanya individu sebagai aktor, (2) masturbasi. Sedangkan yang termasuk aktor dipandang sebagai pemburu hubungan seksual (intercourse) yakni tujuan tersebut, (3) aktor memiliki oral seks dan anal seks. alternatif cara, alat serta tehnik untuk (intercourse) dan berpegangan berpelukan, Setiap berciuman kegiatan manusia mempunyai tujuan, (4) aktor seperti sikap, aksi, perilaku yang berhadapan dengan sejumlah kondisi dilakukan sehari-hari termasuk ke situasional yang dapat membatasi dalam bentuk ini tindakan dalam mencapai tujuan, dan pulalah yang terjadi di dalam diri (5) aktor dibawah kendali dari nilai komunitas gay. Ada berbagai macam nilai, norma-norma dan berbagai ide tindakan. Hal abstrak yang dalam memilih mempengaruhinya dan sikap dari pemahaman komunitas dan gay terhadap bahaya dari HIV/AIDS. menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk Sumber data yang digunakan mencapai tujuan (Ritzer, 2002 : 48- dalam penelitian ini adalah : 49). Tindakan sebagai bentuk aksi 1. manusia dalam berekspresi Informan (narasumber) yang Informan yang dipilih dalam merupakan cara untuk memenuhi penelitian ini antara lain anggota kebutuhan hidup si pelaku tindakan. komunitas gay di Kota Surakarta, pasangan dari anggota komunitas gay, LSM peduli komunitas gay Metode Penelitian Lokasi yang penelitian digunakan yaitu Yayasan Gaya Mahardhika daerah-daerah dan LSM peduli HIV/AIDS yaitu Kota Surakarta. LSM Mitra Alam yang berada di dari Surakarta, Kota Surakarta. meliputi ekskaresidenan Lokasi dalam terdiri Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Dokumen yang digunakan dalam Penelitian ini menggunakan metode penelitian ini antara lain berbagai penelitian kualitatif deskriptif dengan bentuk media penginformasian jenis studi kasus. Studi kasus dipilih mengenai karena mampu melihat sebagai studi buku panduan, booklet, leaflest, yang bersifat komprehensif, intens, dan brosur mengenai safe sex. rinci lebih Ada pula data statistik mengenai untuk HIV/AIDS di Indonesia tahun menelaah masalah atau fenomena 2013 diterbitkan oleh Yayasan yang bersifat kontemporer maupun Spiritia yang bekerjasama dengan kekinian. Jadi penelitian ini akan Ditjen PP dan PL Kemenkes RI. diarahkan dan Dokumen Klaten. dan Sragen, 2. mendalam sebagai serta upaya HIV/AIDS seperti membahas perilaku-perilaku seksual Teknik pengumpulan data dalam komunitas gay di Kota Surakarta penelitian ini menggunakan teknik dalam kaitannya dengan HIV/AIDS wawancara mendalam, observasi dan yang adanya dokumentasi. Wawancara mendalam HIV/AIDS dilakukan dengan narasumber yang terbentuk pengetahuan akibat mengenai telah dipilih untuk penelitian ini. pada saat duduk di bangku sekolah Observasi yang dilakukan dengan yang rata-rata mulai diperkenalkan di melihat Sekolah Menengah Atas. Komunitas kegiatan sehari-hari dari komunitas gay dan juga mengamati gay tingkah laku aktivitas gay di beberapa memahami tentang HIV/AIDS adalah hot spot pertemuan komunitas gay upaya untuk mencegah agar tidak serta melihat realisasi pelaksanaan tertular HIV/AIDS. Namun mereka program terhitung masih pasif untuk berusaha LSM dalam upaya paham bahwa mengontrol penyebaran HIV/AIDS. mencari Dalam penelitian ini dokumen yang informasi mengenai HIV/AIDS. akan dianalisis adalah seperti yang tahu atau manfaat Kebanyakan dari mengakses gay di sudah dijelaskan pada bagian sumber Surakarta belum memahami data. Sementara itu, teknik yang sepenuhnya tentang HIV/AIDS digunakan untuk menguji validitas seperti tes VCT, cara pencegahan, data dalam penelitian ini adalah perilaku beresiko, cara penularan, triangulasi sumber dan triangulasi ciri-ciri metode. komunitas ODHA. gay memahami 1. Pengetahuan Gay Mengenai Pada penelitian ini ditemukan HIV/AIDS tentang Surakarta HIV/AIDS pekerjaannya. Pengetahuan awal mereka mengenai HIV/AIDS berasal HIV/AIDS satu di jauh ternyata dipengaruhi oleh bidang dari Pembahasan salah Seberapa kelompok yaitu beresiko komunitas dari sosialisasi yang dilakukan oleh LSM, Universitas, Dinas Kesehatan gay yang bekerja sama dengan klinik atau belum dapat dikatakan memahami rumah sakit yang memiliki layanan sepenuhnya HIV/AIDS. tentang HIV/AIDS. Selama proses wawancara peneliti Rentannya kehidupan memang tidak menemukan gay yang dengan memiliki status HIV/AIDS positif. membuat gay di Surakarta ini sangat Beberapa memperoleh berhati-hati dalam memilih pasangan. pemahaman tentang HIV/AIDS hanya Sebelum menjalin hubungan yang gay tertularnya gay HIV/AIDS diresmikan dalam sebuah status bertindak mencari tahu informasi berpacaran, para gay di Surakarta ini berdasarkan rasa ingin tahunya. selalu menanyakan terlebih dahulu 2. Sikap Gay Terhadap HIV/AIDS riwayat kesehatan dan kehidupan Berdasarkan pengetahuan dan seksualnya sebelum pemahaman mereka tentang hubungan yang serius dengan mereka. HIV/AIDS ditambah dengan Hal ini dilakukan sebagai upaya pengalaman hidup yang telah mereka untuk mencegah tertularnya virus jalani sebagai gay membuat mereka HIV/AIDS. Cara pencarian berhati-hati setiap akan bertindak. pengetahuan tentang HIV/AIDS Upaya yang dilakukan untuk memilih bermacam-macam. Ada yang melalui aktivitas seks yang aman dengan internet, aktif mengikuti penyuluhan, menggunakan kondom. Ini adalah sharing bersama pasangan atau sering langkah utama untuk mengurangi bertanya kepada orang yang lebih resiko gay tertular dari HIVAIDS. paham mengenai HIV/AIDS. Usaha Beberapa komunitas gay memang dari komunitas gay dalam mencari susah untuk diajak melakukan seks pengetahuan yang aman. Keluwesan dan keaktifan tentang menjalin HIV/AIDS disebut Max Weber dalam suatu mereka bentuk tindakan. Pencarian informasi menjadi faktor yang mempengaruhi berdasarkan ini gaya hidup mereka. Mereka menjadi termasuk ke dalam tindakan yang sangat idealis dan susah diatur. lazim Biasanya rasa ingin dilakukan. tahu Max Weber menjelaskan dalam Ritzer (2011:137) mengikuti dialami tren saat komunitas ini gay untuk usia anak-anak dan remaja. tindakan seperti ini disebut sebagai Selanjutnya Selektifitas dalam tindakan tradisional. Benar adanya memilih pasangan juga menjadi hal bahwa upaya komunitas gay untuk yang diperhitungkan untuk menjaga memperdalam pengetahuan mengenai diri HIV/AIDS suatu Pemilihan pasangan dimulai dari kondisi yang normal. Kondisi inilah status HIV/AIDS, karakteristik dan yang sifat dari calon pasangan. Selain itu ini membuat merupakan komunitas gay dari penularan HIV/AIDS. usia, fisik dan segi perekonomian atau penghasilan juga diperhatikan. Tindakan afektual dijelaskan Max Kemudian komitmen untuk selalu Weber setia dengan satu pasangan atau tidak dilakukan berganti-ganti pasangan. Komunitas emosional gay juga cenderung over protective memutuskan suatu tindakan (Ritzer, dengan untuk 2011:137). Emosi yang muncul dari menjaga kesetiaaan juga agar tidak komunitas gay ini adalah rasa takut mudah tertular HIV/AIDS karena sehingga berganti-ganti pasangan. Kurangnya gay melakukan beberapa tindakan antuisiasme komunitas gay untuk pencegahan seperti cek kesehatan dan memahami tentang lain sebagainya inilah yang disebut HIV/AIDS berimbas pada kurang tindakan afektual. Selektifitas yang pedulinya mereka untuk mengikuti muncul kepada pemilihan pasangan cek dari pasangan, darah lebih dalam berdasarkan si pada pelaku menyebabkan dalam komunitas gay Alasannya adalah belum siap untuk berdasarkan kebutuhan emosional menerima hasilnya. Untuk gay yang dari komunitas gay. Sedangkan untuk benar-benar takut dan peduli akan penggunaan kondom dengan melihat dirinya dan pasangan, sudah mulai resiko rutin melakukan cek HIV/AIDS dan riwayat masa percintaanya, riwayat IMS setiap tiga bulan sekali. kesehatannya, dan status HIV/AIDS secara sikap tindakan, yang tertularnya pasangan disandang juga dari pasangannya dipilih merupakan sikap yang terbentuk atas komunitas gay di kota Surakarta dasar harapan agar tidak tertular termasuk ke dalam 2 tipe tindakan HIV/AIDS baik bagi dirinya maupun yang dijelaskan oleh Max Weber. untuk pasangannya. Seperti halnya Perasaan-perasaan awal yang muncul yang disampaikan oleh Max Weber seperti rasa takut terhadap kerentanan bahwa tindakan seperti ini adalah kehidupan gay dengan HIV/AIDS dan tindakan rasionalitas sarana-tujuan. selektifitas dalam memilih karater Max Weber menyampaikan dalam pasangan Ritzer yang yang kesehatan. yang komunitas beberapa cek tindakan setiap Dilihat dan selain sebagai diinginkan itu termasuk ke dalam tindakan afektual. (2011:137) merupakan tindakan tindakan ini berdasarkan perhitungan untuk mencapai suatu komunitas gay ini melakukan di kos tujuan tertentu melalui sarana tertentu pasangannya. Rumah yang kosong pula. Bagi kalangan komunitas gay menjadi juga tempat yang cukup tujuan yang memang ingin dicapai aman untuk melangsungkan perilaku adalah salah seksual mereka. Apabila pasangan satunya dengan menggunakan alat adalah pasangan jarak jauh atau pengaman alias kondom. menjadi LSL panggilan biasanya agar tidak 3. Perilaku tertular Seksual Gay Kaitannya Dengan HIV/AIDS Pengalaman pertama mereka melakukannya di hotel. Yang lebih ekstrem lagi ada juga yang dari sudah berani melakukan hubungan aktivitas seksual dari setiap gay seksual di tempat terbuka namun berbeda-beda. Komunitas gay mulai tetap memperhatikan kesepian tempat berani memiliki pasangan saat SMA dan kondisi sekitarnya. atau umur 17 tahun. Pengalaman Untuk intensitas melakukan melakukan aktivitas seksual pertama perilaku seksual bagi komunitas gay terjadi pada rentang umur 17-20 tidak merutinkan hal tersebut. Bagi tahun. komunitas Banyak pengalaman yang gay keberlangsungan muncul dari aktivitas seksual pertama hubungan tidak hanya dapat dinilai mereka. Ada yang terlibat trafficking, dari intensitas dari hubungan seksual ada yang karena ingin tahu, pengaruh saja. Intensitas dari masing-masing lingkungan, pelecehan seksual, ada pasangan berbeda-beda disesuaikan pula yang disebabkan karena beban dengan mood atau feeling. Untuk psikologi pasangan yang memiliki jarak dekat dengan pasangan heteroseksual. Tempat biasanya melakukan aktivitas seksual untuk melaksakan 3 kali seminggu atau sekali dalam perilaku seksual bervariasi. Tempat seminggu. yang dipilih sesuai dengan kondisi pasangan jarak mereka melakukan lingkungan supaya tidak diketahui aktivitas seksual 2 minggu sekali atau oleh orang yang dianggap normal sebulan sekali. karena hubungan gay masih dianggap tabu di mayarakat. Kebanyakan Untuk yang memiliki Perilaku seksual yang sering dilakukan oleh komunitas gay memang bervariasi. Apalagi untuk masturbasi gay pekerja seks seperti kucing dan tangan atau bisa juga dengan cara waria. Mereka memang dituntut dapat menjepitkan penis dintara kedua melakukan berbagai bentuk dan gaya paha pasangan. seks untuk memenuhi permintaan demi kepuasan Berdasarkan pelanggan. peringkat perilaku dilakukan dengan c) Foreplay Foreplay berakhir tidak harus dengan selalu kepuasan seksual dari yang paling disukai dan mengeluarkan sperma.. Foreplay sering dilakukan hingga yang jarang bisa dinggap dari penyampaian dilakukan oleh pasangan gay yaitu : kasih sayang yang tidak harus a) Oral Seks menggunakan Oral seks menjadi penetrasi alat inilah yang tetap bisa peringkat kelamin. pertama karena dianggap dapat membuat menyebabkan nikmat menikmati kebersamaan dengan dalam klimaks seks. Pasangan gay pasangan tanpa takut tertular oleh paham HIV/AIDS. perasaan akan pentingnya kebersihan mulut untuk menjaga tidak tertularnya Hal gay d) Anal Seks HIV/AIDS. Ini menjadi yang pilihan terakhir Apalagi untuk perilaku oral seks karena beberapa dari komunitas yang menelan sperma pasangan. gay tidak menyukainya karena b) Masturbasi menyakitkan. Selain itu mereka Ada banyak istilah mengenai masturbasi di dalam komunitas takut tertular HIV/AIDS. Adanya tindakan-tindakan gay seperi coli, esong-esong dan yang mendasari dari perilaku seksual esek-esek. Berbagai pelicin untuk komunitas gay juga berdasarkan oleh mempermudah teori aksi yang dikenal sebagai teori memberikan rangsangan pada penis yang dapat bertindak (action theory). digunakan seperti body lotion, v- Sehubungan dengan itu Parson dalam gell, sutra lubricant, sabun atau Ritzer (2002:48-49) menyusun skema baby oil dan mengurangi resiko unit-unit dasar tindakan sosial dengan luka karena gesekan. Perilaku karakteristik sebagai berikut: 1) Adanya individu sebagai aktor Surakarta sudah mengetahui apa itu yaitu komunitas gay di Kota HIV/AIDS dan bahayanya. Hal ini Surakarta. dapat menjadi kabar baik bagi seluruh 2) Aktor dipandang sebagai pemerhati komunitas gay pemburu tujuan tersebut yaitu HIV/AIDS di upaya mereka tentang bagaimana Setidaknya hal agar perilaku seksual mereka dianggap cukup untuk menjadi dasar yang bersiko tertular HIV/AIDS pemikiran bagi komunitas gay di menjadi lebih aman. Surakarta 3) Aktor memiliki alternatif cara, alat serta teknik untuk mempunyai tujuan dengan cara- kota dan Surakarta. tersebut tentang kehidupan sudah rentannya mereka dengan HIV/AIDS. Memang tidak sepenuhnya cara diantaranya selektif dalam aktivitas kehidupan komunitas Gay memilih dipenuhi pasangan, konsisten oleh aktivitas menggunakan kondom dan setia Setidaknya komunitas hanya pada satu pasangan. Surakarta sudah 4) Aktor berhadapan seksual. Gay di mengambil dengan keputusan yang tepat bahwa setiap sejumlah kondisi situasional yang melakukan hubungan seksual selalu dapat membatasi tindakan dalam menggunakan kondom sebagai alat mencapai tujuan seperti terwujud pengaman ke dalam bentuk pengontrolan HIV/AIDS. intensitas aktivitas seks, menjaga mengenai kebersihan melakukan kesehatan atau cek darah untuk aktivitas seks, serta menjaga mengetahui status HIV/AIDS juga kesehatan sudah muncul dalam diri komunitas. saat baik diri sendiri pasangan. dari Selain tertularnya itu pentingnya kesadaran untuk cek Selektifitas dalam memilih karakter pasangan dan setia hanya pada satu Penutup Secara keseluruhan, penelitian pasangan menjadi keputusan yang bijaksana yang dilakukan oleh ini dapat menyimpulkan bahwa pada komunitas gay. Hal ini membuktikan dasarnya kebanyakan dari gay di bahwa komunitas gay di Surakarta sudah dapat menyikapi secara positif DAFTAR PUSTAKA atas pengetahuan yang telah mereka Buku Panduan Guru. (2004). Mari Bicara Tentang HIV/AIDS dengan Orang Tua, Guru, dan Teman!. Jakarta : UNICEF pahami mengenai HIV/AIDS. Jadi pasangan gay dalam komunitas gay di Surakarta yang intensif melakukan hubungan sekspun tetap memperhatikan perilaku seksual mereka. Terkadang para komunitas gay ini memilih menjadi gay bukan untuk memenuhi orientasi dan hasrat seksual mereka karena merasa nyaman dan ada kepuasan secara psikis disebabkaan adanya intervensi permasalahan dari pribadi, keluarga maupun lingkungan. Perilaku seksual yang dilakukan mulai oral seks, masturbasi, foreplay dan yang terakhir adalah anal seks. Komunitas gay menyadari bahwa perilaku seksual yang mereka lakukan ini beresiko tinggi terkena HIV/AIDS. Perilaku seksual komunitas gay di Surakarta termasuk aman setidaknya untuk pencegahan penularan HIV/AIDS melalui aktivitas seksual. Meskipun pada dasarnya perilaku seksual yang mereka lakukan masih memiliki resiko yang sama besarnya dengan kelompok beresiko seks yang lain. Demartoto, A. (2010). Perilaku Lakilaki yang Berhubungan Seks dengan Laki-laki (LSL) untuk Melakukan Test HIV di Kota Surakarta. Laporan Penelitian. Laporan Tidak Dipublikasikan. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Demartoto, A; Sahir, Endang dan Sudibyo, Priyo. (2013). Pelayanan Komprehensif Berkesinambungan Melalui Pelibatan Orang Dengan HIV/AIDS Dalam Program Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS. Laporan Akhir Hibah Unggulan. Laporan Tidak Dipublikasikan. Universitas Sebelas Maret, Surakarta GAYa Nusantara 2. (2007). Homologi. Surabaya : GAYa Nusantara Kadir, Hatib Abdul. (2007). Tangan Kuasa dalam Kelamin. Yogyakarta : INSIST Press Nurharjadmo, Wahyu. (1999). Seksualitas Anak Jalanan. Yogyakarta : Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabet