BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP SKIZOFRENIA 2.1.1. Pengertian Skizofrenia Coleman (1976) menjelaskan bahwa skizofrenia adalah gangguan psikosa yang ditandai oleh split/disorganisasi personality, mengalami disharmoni psikologis secara menyeluruh, pendangkalan/kemiskinan emosi, proses berpikir yang memburuk, menghilangnya kesadaran sosial, adanya delusi, halusinasi, sikap/perilaku yang aneh, dan emosinya inkoheren dimana bila terdapat kejadian yang menyenangkan bisa saja penderita malah menjadi bersedih hati, demikian pula sebaliknya (Sutatminingsih, 2002). Skizofrenia merupakan sebuah sindroma kompleks yang mau tak mau menimbulkan efek merusak pada kehidupan penderita maupun anggota-anggota keluarganya. Gangguan ini dapat mengganggu persepsi, pikiran, pembicaraan dan gerakan seseorang. Nyaris semua aspek fungsi sehari-harinya terganggu. Masyarakat sering memandang rendah mereka (Berzins, Petch, dan Atkinson, 2003 dalam Duran dan Barlow, 2005). 2.1.2. Gejala Skizofrenia Gejala yang spesifik untuk penderita skizofrenia oleh para ahli dibagi menjadi dua bagian, yaitu gejala positif dan gejala negatif. Universitas Sumatera Utara a. Gejala positif antara lain : - Disorganisasi pikiran dan bicara; - Waham; - Halusinasi; - Agitasi atau mengamuk. b. Gejala negatif antara lain : - Tidak ada dorongan kehendak atau inisiatif atau apatis; - Menarik diri dari pergaulan sosial; - Tidak menunjukkan reaksi emosional (Hawari, 2003; Isaacs, 2005). 2.1.3. Faktor Resiko Faktor resiko penyakit ini termasuk : 1. Riwayat skizofrenia dalam keluarga. 2. Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik, penarikan diri, dan/atau impulsivitas. 3. Stres lingkungan. 4. Kelahiran pada musim dingin. Faktor ini hanya memiliki nilai prediktif yang sangat kecil. 5. Status sosial ekonomi yang rendah sekurang-kurangnya sebagian adalah karena dideritanya gangguan ini (Hawari, 2003). Universitas Sumatera Utara 2.2. KONSEP KELUARGA 2.2.1. Pengertian Keluarga Pengertian keluarga akan berbeda satu dengan yang lainnya, hal ini bergantung kepada orientasi dan cara pandang yang digunakan seseorang dalam mendefinisikan. Namun secara umum dapat disimpulkan bahwa keluarga itu terjadi jikalau ada : 3. Ikatan atau persekutuan (perkawinan/kesepakatan); 4. Hubungan (darah / adopsi / kesepakatan); 5. Tinggal bersama dalam satu atap (serumah); 6. Ada peran masing-masing anggota keluarga; 7. Ikatan emosional (Setiadi, 2008). 2.2.2. Struktur dan Fungsi Keluarga Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan keluarga saling berbagi, kemampuan sistem pendukung atara anggota keluarga kemampuan perawatan diri, dan kemampuan penyelsaian suatu masalah. Menurut Friedman (1998), lima fungsi dasar keluarga adalah fungsi efektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi dan fungsi perawatan kesehatan. Universitas Sumatera Utara 2.2.3. Keperawatan Keluarga Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk pelayanan bio-psikososio-spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Sedangkan asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga dengan tujuan menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan keluarga (Setiadi, 2008). 2.2.4. Keluarga Sebagai Pemberi Asuhan Perawatan Pada Penderita Skizofrenia Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan penderita skizofrenia dan merupakan perawat utama bagi penderita skizofrenia. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan perawatan yang diperlukan penderita skizofrenia di rumah. Keberhasilan perawatan di rumah sakit dapat sia-sia jika tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan penderita harus dirawat kembali (kambuh). Keluarga dengan gangguan jiwa seringkali mengalami stigma oleh masyarakat dalam lingkungan tempat tinggalnya. Mubin, dkk (2008) mengemukakan bahwa dalam merawat penderita gangguan jiwa banyak Universitas Sumatera Utara suka dan duka yang dialami oleh keluarga salah satunya adalah stigma pada keluarga penderita gangguan jiwa. Pengalaman stigma pada keluarga sangat beragam, mulai dari respon negatif masyarakat terhadap keluarga, dampak stigma, dan berbagai harapan keluarga agar masyarakat tidak memberi stigma kepada penderita gangguan jiwa dan keluarga. Mamnuáh, dkk (2008) dalam suatu penelitiannya melaporkan bahwa salah satu sumber stres bagi keluarga adalah adanya anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Kehadiran penderita skizofrenia cenderung dirasakan sebagai beban kelaurga dan terkadang menjadi sumber aib bagi keluarga.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sianipar (2008) menunjukkan berbagai pengalaman yang dialami oleh keluarga antara lain: 1) 41,32%, keluarga tidak tahu cara merawat penderita skizofrenia karena keterbatasan informasi yang diterima tentang cara perawatannya. 2) 41,1%, keluarga menyatakan bahwa penderita skizofrenia dapat melukai orang lain sehingga harus ditempatkan dalam kamar tersendiri dari terpisah dari anggota keluarga lain, 3) 61,1%, keluarga menemukan kesulitan dalam memilih kegiatan yang tepat bagi penderita skizofrenia, 4) 31,6%, keluarga mengeluh tidak berdaya ketika penderita menolak minum obat, 5) 94,7%, keluarga menyatakan bahwa dibutuhkan kesabaran dalam merawat penderita, dan Universitas Sumatera Utara 6) 25,3%, keluarga mengeluh harus menyediakan dana tambahan untuk biaya pengobatan penderita skizofrenia. 2.2.5. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan a. Mengenal masalah kesehatan keluarga. b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. d. Memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga. e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya. (Setiadi, 2008). 2.2.6. Keluarga yang Berpotensi Menimbulkan Gangguan Jiwa Keluarga dipandang sebagai suatu sistem maka gangguan yang terjadi pada salah satu anggota mempengaruhi seluruh sistem, sebaliknya disfungsi keluarga merupakan salah satu penyebab gangguan kesehatan pada anggota keluarga. Keluarga-keluarga dengan kondisi tertentu beresiko untuk memilki anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Oleh karena itu, keluarga membutuhkan pendidikan kesehatan tentang pencegahan skizofrenia dan cara perawatannya. Menurut Mubin dkk (2008), beberapa faktor penyebab terjadinya penyakit skizofrenia dalam keluarga antara lain: 1) Tidak ada nilai agama di rumah tangga, 2) Orang tua pengangguran atau tidak ada penanggung jawab ekonomi, 3) Kemiskinan, Universitas Sumatera Utara 4) Ada anggota yang melakukan kriminalitas, 5) Kekerasan di rumah tangga, 6) Lingkungan yang buruk, 7) Sering ada pertengkaran, 8) Tidak ada komunikasi, 9) Salah satu anggota keluarga menggunakan NAPZA, dan 10) Tidak ada model. 2.3. KONSEP PENGALAMAN Menurut Notoatmojo (2003) konsep pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan), juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengalaman antara lain meliputi: lingkungan, sosial, ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu. Sosial, ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk memliki hubungan antar tingkat penghasilan dengan pemanfaatan. Agustiono (2009) juga menerangkan bahwa pengalaman adalah sesuatu yang sulit untuk di artikan karena setiap orang akan berbeda cara penafsiran tentang suatu objek, faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman antara lain: umur, jenis kelamin, pendidikan, status sosial, status budaya dan status ekonomi. BAB III Universitas Sumatera Utara