echinodermata

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
INVENTARISASI JENIS-JENIS HOLOTHUROIDEA
(ECHINODERMATA) DI RATAAN TERUMBU BEBERAPA
PULAU TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU,
JAKARTA
SKRIPSI
FUJI PRATIWI
0606069786
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN BIOLOGI
DEPOK
JUNI 2011
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
INVENTARISASI JENIS-JENIS HOLOTHUROIDEA
(ECHINODERMATA) DI RATAAN TERUMBU BEBERAPA
PULAU TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU,
JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
FUJI PRATIWI
0606069786
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN BIOLOGI
DEPOK
JUNI 2011
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
NPM
Tanda Tangan
Tanggal
: Fuji Pratiwi
: 0606069786
:
: 30 Juni 2011
iii
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh
Nama
NPM
Program Studi
Judul Skripsi
:
: Fuji Pratiwi
: 0606069786
: Biologi
: Inventarisasi Jenis-jenis Holothuroidea
(Echinodermata) di Rataan Terumbu Beberapa
Pulau Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
: Dr. rer. nat. Yasman, M. Sc
(
)
Penguji I
: Dr. rer. nat. Mufti P. Patria, M. Sc (
)
Penguji II
: Riani Widiarti, M. Si
)
(
Ditetapkan di : Depok
Tanggal
: 30 Juni 2011
iv
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi Robbil’aalamiin. Hanya kepada Allah SWT segala puji
dan syukur, atas segala nikmat dan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berarti banyak untuk penulis: pertolongan dan jawaban do’ado’a dari Allah, keberanian mewujudkan cita-cita, serta persahabatan dan
persaudaraan yang indah. Semua makna itu, tak lepas dari pihak-pihak yang
dengan senang hati membantu penulis, dari sejak awal penulis berada di kampus.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan Jazakumullah khoiron katsiro (semoga
Allah memberi balasan dengan kebaikan yang lebih baik dan lebih banyak) dan
menghaturkan terima kasih kepada:
1. Dr. rer. nat. Yasman, M. Sc selaku pembimbing atas bimbingan selama skripsi
dan bantuan selama penulis menimba ilmu di Departemen Biologi, sejak
masih mahasiswa baru hingga dapat menyelesaikan pendidikan. Selain itu,
terima kasih juga penulis sampaikan kepada Drs. Prapto Darsono, M. Sc atas
semua bantuan dan diskusi di awal penelitian. Semoga Allah senatiasa
melimpahkan karuniaNya kepada beliau berdua.
2. Dr. rer. nat. Mufti Petala Patria, M Sc. dan Riani Widiarti, M. Si atas segala
koreksi dan masukan bagi skripsi penulis.
3. Dr. rer. nat Mufti Petala Patria, M. Sc selaku Ketua Departemen Biologi,
Dra. Nining Betawati Prihantini, M. Sc selaku sekretaris Departemen Biologi,
Dra. Titi Soedjiarti, SU selaku koordinator pendidikan Departemen Biologi,
serta Dr. Anom Bowolaksono selaku koordinator seminar.
4. Dra. Noverita Dian Takarina, M. Sc selaku pembimbing akademis atas segala
nasihat dan kesempatan memperoleh ilmu saat KP logam berat.
5. Seluruh ibu dan bapak dosen Departemen Biologi atas ilmu, pengalaman, dan
nasihat bagi penulis. Terutama kepada Ibu Riani, Ibu Titi, Ibu Nining, Ibu
Mega, Ibu Dian, Ibu Nisya, dan Ibu Andi Salamah atas kesempatan belajar
bagi penulis dengan menjadi asisten praktikum dan mempertemukan dengan
banyak orang-orang hebat di bidang Biologi.
6. Seluruh karyawan Departemen Biologi atas setiap bantuan, terutama kepada
v
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
bu Ros atas bantuan ’perluasan ilmu’ melalui buku-buku. Semoga Allah
selalu memberikan kesehatan kepada bu Ros.
7. Teman-teman Felix (bio ’06), Blossom (bio ’07), Biosentris (bio ’08),
Zygomorf (bio ’09), bio ’10. Senior-senior Biosphere (bio ’05), Baliveau (bio
’04), LIGULA dan senior-senior lainnya atas kebersamaan dan ilmu yang
diberikan. Teman-teman 'petualangan ber-elmu’: SIGMA-B UI, COMATA,
CANOPY, Baluran Rangers (kak Dimas, kak Dimar, Ummi Syifa, Erna, kak
Ira, dan kaAi). Teman-teman lab takso (Anjar, Boent, Suri, Bibil, Janu, Rr,
Wina, Lulu), tim Penjaliran-Pramuka (Agung, Jeroen van den Hurk (HAN
University Arnhem and Nijmegen), kak Pinkan, kak Djudju, Topan, kak Sigit
dan mba Tati; Indah ’Ile’ dan Haikal bio07) dan teman-teman seperjuangan
(Vinda, Vita, Rika, Adhit, Iqbal).
8. Saudara-saudari DK UI, PELANGI, Smile n Care, milik2006, Super_N
(Maulida, Maya, Dedew, Nia, Hesti, Dianti, Ajeng, Linda, Indah; Aziz, Faris,
Zuhri, Mukhlis, Anca, Danu, Agus, Teddy, dan Rashid), Biokatalis,
FSA Al Ghufron SMAN 3 Bogor, Forum Kalam SMPN 2 Bogor, dan tentunya
PLATINA.
9. Akhwat-akhwat luar biasa: Eka Yuniarti Safitri , Eka Nurlaila Utami, Fajriah
Laili, Rizka Khaira, Sari Yulianti, Anna Nurhayati, Mulyani, dan 7Femineus.
Kakak-kakak yang membantu penulis di saat-saat sulit: kak Putra bio’04,
a Raafqi n friends, mba Citra, dan teh Hasna.
10. Orang tua juara satu seluruh dunia, Ibu dan Babah, atas kasih sayang,
pengertian tiada tara, kesabaran dan do’a-do’a tulus di sepanjang waktu.
Semoga Allah selalu menyayangi Ibu dan Babah. Teh Eva (+a Tusef, Malik,
dan Mikail), teh Nie, Nda, Idhie, dan Eca atas keceriaan penghapus lelah.
Walaupun masih ada kekurangan, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat.
Depok, 2011
Penulis
vi
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama
NPM
Program Studi
Departemen
Fakultas
Jenis Karya
: Fuji Pratiwi
: 0606069786
: S1 reguler
: Biologi
: Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
: Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Inventarisasi Jenis-jenis Holothuroidea (Echinodermata) di Rataan Terumbu
Beberapa Pulau Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 30 Juni 2011
Yang menyatakan
(Fuji Pratiwi)
vii
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
ABSTRAK
Nama
: Fuji Pratiwi
Program Studi : S1-Biologi
Judul
: Inventarisasi Jenis-jenis Holothuroidea (Echinodermata) di
Rataan Terumbu Beberapa Pulau Taman Nasional Kepulauan
Seribu, Jakarta
Telah dilakukan inventarisasi jenis Holothuroidea di Taman Nasional
Kepulauan Seribu (TNKpS) Jakarta dan dilakukan juga pengamatan pola
pemisahan senyawa ekstrak kasar dari marga-marga Holothuroidea yang
diperoleh menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Koleksi Holothuroidea
dilakukan dengan cara snorkeling di rataan terumbu dan identifikasi dilakukan
berdasarkan ciri morfologi serta spikula. Pengamatan spikula dilakukan dengan
melarutkan dinding tubuh sampel dan tentakel dalam natrium hipoklorit
komersial. Sampel Holothuroidea diekstrak menggunakan metanol, dipekatkan di
rotary evaporator lalu dikeringkan dalam oven. Pengamatan pola pemisahan
senyawa Holothuroidea dilakukan setelah ekstrak dielusi pada KLT dengan eluen
n-heksan:etilasetat (95:5). Hasil KLT disinari UV dan disemprot anesaldehid.
Hasil penelitian diperoleh 15 jenis Holothuroidea dan beberapa jenis diantaranya
baru pertama kali tercatat (new record) di TNKpS Jakarta yaitu Holothuria
(Acanthotrapeza) pyxis, Stichopus quadrifasciatus, dan Synaptula reticulata. Pola
pemisahan senyawa ekstrak kasar Holothuroidea dengan KLT pun dapat
digunakan untuk membedakan marga. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa perbedaan pola pemisahan senyawa dari ekstrak kasar Holothuroidea
mempertegas taksonomi Holothuroidea yang dilakukan melalui identifikasi
berdasarkan karakter morfologi dan spikula.
Kata kunci
xi + 58 halaman
Daftar referensi
: Holothuroidea, identifikasi, KLT, spikula, TNKpS
Jakarta.
: 25 gambar, 2 lampiran
: 54 (1963--2011)
viii
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
ABSTRACT
Name
Study programe
Tittle
: Fuji Pratiwi
: S1-Biologi
: Inventory of Holothuroidea (Echinodermata) at Reef Flat
of Several Islands of Kepulauan Seribu National Park,
Jakarta
Inventory of Holothuroidea in Kepulauan Seribu National Park, Jakarta
and separation pattern of their extracts using TLC have been conducted.
Holothuroidea were collected by snorkeling along reef flat. Identification based
on morphological characters and spicules observation. Spicules were observed by
disolving body wall and tentacle of Holothuroidea in comercial natrium
hypochloride. Samples were extracted with methanol, concentrated in rotary
evaporator and dried in oven. Extracts separation pattern were observed after the
extracts chromatographed on TLC plate eluted with n-hexane: ethilacetate (95:5).
Separation pattern of their extracts detected under UV light and sprayed with
anesaldehyde. The inventory result showed that there were some new record
species among 15 identified species in Kepulauan Seribu National Park, Jakarta,
they were Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis, Stichopus quadrifasciatus, and
Synaptula reticulata. TLC result showed that extracts separation pattern were
able to distinguish Holothuroidea genus. The conclusion of the result is that the
extract separation pattern affirms taxonomy of Holothuroidea which previously
based on morphology and spicules indentification.
Keyword
: Holothuroidea, identification, Kepulauan Seribu National Park
Jakarta, spicules, TLC.
xi + 58 pages : 25 pictures, 2 appendices
Bilbliography : 54 (1963--2011)
ix
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..................................................
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.........................
ABSTRAK............................................................................................................
ABSTRACT..........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
x
xi
xi
1. PENDAHULUAN........................................................................................... 1
2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................
2.1 Struktur Tubuh dan Bentuk Spikula Holothuroidea......................................
2.2 Reproduksi, Pertahanan Diri, dan Ekologi Holothuroidea ...........................
2.3 Taksonomi Holothuroidea .............................................................................
2.4 Senyawa Kimia Pada Holothuroidea dan Teknik Kromatografi Lapis Tipis
2.5 Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS)...............................................
3
3
5
7
9
10
3. METODE PENELITIAN..............................................................................
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.........................................................................
3.2 Peralatan ........................................................................................................
3.2.1 Peralatan di Lapangan .........................................................................
3.2.2 Peralatan di Laboratorium....................................................................
3.3 Bahan.............................................................................................................
3.4 Cara kerja.......................................................................................................
3.4.1 Pengambilan dan Preservasi Sampel.....................................................
3.4.2 Identifikasi Holothuroidea ....................................................................
3.4.3 Pola Pemisahan Senyawa Dari Ekstrak Holothuroidea..
12
12
13
13
13
13
13
13
14
15
4. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................
4.1 Hasil...............................................................................................................
4.1.1 Identifikasi dan Deskripsi Jenis Holothuroidea...................................
4.1.2 Pola Pemisahan Senyawa Dari Ekstrak Holothuroidea........................
4.2 Pembahasan....................................................................................................
4.2.1 Identifikasi dan Deskripsi Jenis Holothuoidea.....................................
4.2.2 Pola Pemisahan Senyawa Dari Ekstrak Holothuroidea........................
17
17
17
42
44
44
49
5. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 51
5.1 Kesimpulan............................................................................................... 51
5.2 Saran.......................................................................................................... 51
DAFTAR REFERENSI......................................................................................
52
x
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Struktur Holothuroidea (Cucumaria frondosa)................................
Gambar 2.2. Bentuk-betuk tentakel Holothuroidea..............................................
Gambar 2.3. Bentuk-bentuk spikula Holothuroidea.................................
Gambar 2.4. Salah satu mekanisme pertahanan diri Bohadschia argus dengan
mengeluarkan tubulus Cuvier..........................................................
Gambar 2.5. Ilustrasi sistem kromatografi lapis tipis...........................................
Gambar 3.1. Lokasi pengambilan sampel.............................................................
Gambar 3.2. Ilustrasi lembar KLT yang digunakan pada penelitian....................
Gambar 4.1. Hewan dan spikula Bohadschia argus.............................................
Gambar 4.2. Hewan dan spikula Bohadschia marmorata....................................
Gambar 4.3. Hewan dan spikula Holothuria (Acanthotrapeza) coluber..............
Gambar 4.4. Hewan dan spikula Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis..................
Gambar 4.5. Hewan dan spikula Holothuria (Halodeima) atra...........................
Gambar 4.6. Hewan dan spikula Holothuria (Halodeima) edulis........................
Gambar 4.7. Hewan dan spikula Holothuria (Mertensiothuria) leucospilota......
Gambar 4.8. Hewan dan spikula Holothuria (Stauropora) fuscocinerea.............
Gambar 4.9. Hewan dan spikula Holothuria (Thymiosycia) arenicola................
Gambar 4.10. Hewan dan spikula Stichopus herrmanni.......................................
Gambar 4.11. Hewan dan spikula Stichopus horrens...........................................
Gambar 4.12. Hewan dan spikula Stichopus quadrifasciatus...............................
Gambar 4.13. Hewan dan spikula Opheodesoma grisea......................................
Gambar 4.14. Hewan dan spikula Synapta maculata...........................................
Gambar 4.15. Hewan dan spikula Synaptula reticulata........................................
Gambar 4.16. Hasil KLT di bawah sinar UV dan setelah disemprot anesaldehid
Gambar 4.17 Spikula dari dinding tubuh Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis.....
Gambar 4.18. Perbandingan spikula bentuk meja marga Stichopus.....................
3
4
5
6
10
12
16
19
21
23
24
26
27
28
30
31
33
35
37
39
40
42
43
47
48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jenis-jenis Holothuroidea yang ditemukan di Taman Nasional
Kepulauan Seribu, Jakarta.............................................................. 57
Lampiran 2. Jenis-jenis Holothuroidea yang ditemukan dan lokasinya............. 58
xi
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
BAB 1
PENDAHULUAN
Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) Jakarta memiliki tipe
ekosistem yang beragam. Tipe ekosistem yang dapat ditemui di TNKpS antara
lain ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu karang (Setyawan dkk.
2009: 4). Beragamnya tipe ekosistem tersebut menyediakan habitat bagi banyak
organisme laut, termasuk bagi berbagai jenis Holothuroidea (Echinodermata)
(Yusron 2006: 14).
Keberadaan Holothuroidea dalam suatu habitat berperan dalam jaring
makanan. Telur, larva, dan juvenil Holothuroidea menjadi pakan organisme laut
lainnya seperti ikan, moluska, dan udang (Darsono 2005: 408). Holothuroidea
pun merupakan pemakan serasah pada sedimen atau materi organik yang
melayang di perairan. Aktivitas memakan serasah tersebut akan membantu
pengadukan substrat, mencegah pengerasan dasaran (Darsono 2005: 408), dan
mengoksigenasi dasaran (Lane & Vandenspiegel 2003: 131).
Holothuroidea dijadikan komoditas perdagangan oleh masyarakat pesisir.
Para nelayan di wilayah TNKpS mengumpulkan berbagai jenis Holothuroidea
untuk dikeringkan dan dijual kepada pengumpul. Holothuroidea kering diekspor
ke Singapura, Hongkong, dan Taiwan (Darsono 2005: 405).
Beberapa penelitian tentang Holothuroidea yang pernah dilakukan di
Kepulauan Seribu antara lain oleh Aziz (1981) di Pulau Pari, Siena (1996) di
Pulau Penjaliran Barat, Saputra (2001) di Pulau Pramuka dan Pulau Tikus, serta
Dumilah (2006) di Pulau Putri. Aziz (1981: 50) menemukan 15 jenis
Holothuroidea dari enam marga yaitu Actinopyga, Bohadschia, Holothuria,
Stichopus, Thelenota, dan Synapta. Siena (1996: 97) menemukan 13 jenis
Holothuroidea dari lima marga yaitu Bohadschia, Holothuria, Stichopus,
Opheodesoma, dan Synapta. Saputra (2001: 49--50) menemukan 16 jenis
Holothuroidea dari lima marga yaitu Actinopyga, Bohadschia, Holothuria,
Stichopus, dan Synapta. Dumilah (2006: 48) menemukan sembilan jenis
Holothuroidea dari tiga marga Holothuria, Opheodesoma, dan Synapta.
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari Holothuroidea, namun kekayaan
1
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
2
jenis Holothuroidea di Indonesia, terutama di TNKpS, mungkin belum terungkap
sepenuhnya. Pada saat yang sama jenis-jenis Holothuroidea yang ada terus
mengalami tekanan eksploitasi (Darsono 2007: 2). Oleh sebab itu, inventarisasi
berbagai jenis Holothuroidea perlu dilakukan.
Inventarisasi Holothuroidea dilakukan dengan mendata jenis-jenisnya
melalui identifikasi. Identifikasi Holothuroidea dapat dilakukan dengan
mengamati morfologi serta bentuk dan komposisi spikula. Spikula adalah
endoskeleton dari kapur yang memiliki bentuk tertentu pada setiap jenis
Holothuroidea (Pechenik 1996: 462--463).
Selain identifikasi melalui morfologi, senyawa kimia pada Holothuroidea
pun dapat digunakan dalam taksonomi Holothuroidea (kemotaksonomi) pada
tingkat bangsa, suku, dan marga (Stonik & Elyakov 1988: 43--44). Senyawasenyawa yang dapat digunakan untuk kemotaksonomi Holothuroidea antara lain
sterol dan triterpen glikosida. Senyawa-senyawa tersebut, terutama triterpen
glikosida, merupakan hasil isolasi dari ekstrak Holothuroidea dan dapat menjadi
penanda taksonomi berdasarkan strukturnya (Stonik 1986: 423). Struktur suatu
senyawa dapat diketahui melalui gabungan beberapa metode, seperti gabungan
teknik thin layer chromatography (TLC), gas-liquid chromatography (GLC),
high-performance liquid chromatography (HPLC) dan mass spectrometry (MS)
(Nelson & Cox 2005: 265) atau menggabungkan teknik HPLC dan nuclear
magnetic resonance (NMR) (Marston & Hostettmann 2006: 1--2). Rangkaian
proses tersebut merupakan proses panjang. Penanda taksonomi dari ekstrak
Holothuroidea mungkin dapat diketahui menggunakan metode yang relatif
sederhana, misalnya dengan thin layer chromatography atau kromatografi lapis
tipis (KLT).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis Holothuroidea yang
terdapat di TNKpS yaitu di Pulau Penjaliran Timur, Pulau Pramuka, Pulau Kotok
Besar, Pulau Kotok Kecil, dan Pulau Semak Daun. Penelitian ini juga bertujuan
untuk melihat pola pemisahan ekstrak kasar Holothuroidea menggunakan KLT.
Pola pemisahan yang muncul diharapkan dapat membedakan Holothuroidea pada
tingkat marga.
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 STRUKTUR TUBUH DAN BENTUK SPIKULA HOLOTHUROIDEA
Echinodermata berasal dari kata Yunani yakni echinos yang berarti duri
dan derma yang berarti kulit. Secara sederhana, Echinodermata dapat diartikan
sebagai hewan berkulit duri. Echinodermata meliputi lima kelas yaitu Asteroidea,
Ophiuroidea, Echinoidea, Crinoidea, dan Holothuroidea (Jasin 1992: 256).
Holothuroidea merupakan hewan bersimetri bilateral saat larva dan
bersimetri radial saat dewasa. Tubuhnya seperti timun dengan bagian ventraldorsal dan anterior-posterior. Kaki tabung di bagian ventral berfungsi untuk
pergerakan dan di bagian dorsal terdapat papila sebagai alat sensor. Tubuh
Holothuroidea memiliki otot melingkar dan otot memanjang. Saluran pencernaan
memanjang dalam rongga tubuh dan terdapat saluran respirasi (respiratory tree)
(Gambar 2.1) (Jasin 1992: 269--270).
Gambar 2.1 Struktur Holothuroidea (Cucumaria frondosa)
[Sumber: Jasin 1992: 270.]
3
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
4
Tentakel merupakan modifikasi kaki tabung (tube feet) di sekitar mulut
dan berfungsi untuk memasukkan makanan ke mulut (Pechenik 1996: 462).
Jumlah dan bentuk tentakel merupakan bagian tubuh yang penting dalam
identifikasi Holothuroidea (Samyn dkk. 2006: 53). Jumlah tentakel Holothuroidea
bervariasi antara 8--30, tergantung bangsanya. Bentuk tentakel Holothuroidea
bermacam-macam, yaitu bentuk perisai (peltate), dendritik (dendritic), menyirip
(pinnate), dan menjari (digitate) (Gambar 2.2) (Arnold & Birtles 1989: 224).
Bagian posterior beberapa marga Holothuroidea memiliki gigi anal (anal
teeth). Gigi anal merupakan papila berkapur yang mengelilingi anus, umumnya
terlihat jelas pada anggota marga Actinopyga (Clark & Rowe 1971: 172).
Gambar 2.2 Bentuk-betuk tentakel Holothuroidea
[Sumber: Arnold & Birtles 1989: 224.]
Holothuroidea memiliki endoskeleton mikroskopis berupa spikula pada
dinding tubuhnya (Pechenik 1996: 463), tentakel, kaki tabung, mesentrium, dan
organ internal lainnya (Conand 1989: 1160). Spikula berfungsi untuk
memperkokoh tubuh Holothuroidea dan menjadi bagian penting untuk
identifikasinya (Arnold & Birtles 1989: 221).
Spikula memiliki bentuk yang bervariasi dan kompleks. Bentuk batang
(rod) dapat memiliki percabangan sederhana, berpermukaan halus, permukaan
atau ujungnya dapat disertai tonjolan atau duri, bahkan dapat berbentuk seperti
huruf C dan S. Bentuk kancing (button) merupakan spikula oval berlubang
dengan jumlah lubang bervariasi dan tersusun dalam dua baris. Spikula bentuk
meja (table) tampak lebih rumit dengan lempeng (disc) berlubang dan tiang
(spire) di tengahnya. Spikula bentuk roset (rossete) merupakan batang pendek
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
5
yang ujungnya bercabang-cabang pendek. Spikula bentuk keranjang (basket)
merupakan lempengan berlubang yang konkaf. Spikula bentuk jangkar (anchor)
merupakan spikula yang tertanam di dinding tubuh dan membantu melekat di atas
substrat sebagai ganti kaki tabung pada suku Synaptidae (Bangsa Apodida).
Spikula bentuk roda (wheel) merupakan spikula yang khas pada suku Chiridotidae
(Bangsa Apodida) dan Bangsa Elasipoda. Granula (miliary granules) atau butiran
(grain) merupakan spikula yang berukuran kecil (Gambar 2.3) (Conand 1989:
1160).
Gambar 2.3 Bentuk-bentuk spikula Holothuroidea
[Sumber: Conand 1989: 1161.]
2.2 REPRODUKSI, PERTAHANAN DIRI, DAN EKOLOGI
HOLOTHUROIDEA
Holothuroidea bersifat dioceous yakni terdiri dari individu jantan dan
betina, namun tidak terlihat adanya dimorfisme kelamin. Perbedaan hanya terlihat
dengan melakukan pengamatan terhadap gonadnya. Gonad jantan berisi
spermatozoa dan gonad betina berisi sel telur (Darsono 1999a: 37).
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
6
Holothuroidea dapat bereproduksi secara seksual atau aseksual (Castro & Huber
2000: 131--132). Reproduksi seksual dilakukan dengan melepaskan gamet ke
kolom air sehingga dapat terjadi fertilisasi (Darsono 2003: 5--6). Reproduksi
aseksual dilakukan dengan pembelahan melintang (Darsono 1999b: 2).
Holothuroidea memiliki respon terhadap gangguan. Pertahanan pertama
yang dilakukan Holothuroidea saat merasa terganggu adalah mengerutkan
badannya (Castillo 2006: 1). Jika gangguan terus berlangsung, Holothuroidea
akan mengeluarkan tubulus Cuvier (Cuvier tubules) yang lengket bahkan beracun
(Gambar 2.4) (Bakus 1974: 229--230). Holothuroidea akan melakukan eviserasi
(evisceration) yaitu mengeluarkan organ pencernaan, respiratory tree, dan
gonadnya melalui anus saat gangguan tidak juga berhenti (Pechenik 1996: 465).
Gambar 2.4 Salah satu mekanisme pertahanan diri Bohadschia argus dengan
mengeluarkan tubulus Cuvier
[Sumber: foto oleh Jeroen van den Hurk.]
Holothuroidea berperan sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan
pemakan suspensi (suspension feeder) (Darsono 2007: 6). Telur, larva, dan
juvenil Holothuroidea merupakan sumber pakan bagi udang-udangan, ikan, dan
moluska (Darsono 2003: 5). Holothuroidea pun diketahui berasosiasi dengan
beberapa hewan. Rongga tubuh Bohadschia marmorata dijadikan tempat
berlindung bagi ikan Carapus homei. Kepiting Lissocarcinus orbicularis
ditemukan hidup dan berlindung di celah antar tentakel Actinopyga mauritania
(James 2000: 138).
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
7
Holothuroidea dapat hidup menempati berbagai macam mikrohabitat
seperti zona rataan terumbu, daerah pertumbuhan alga, padang lamun, koloni
karang hidup dan karang mati, serta beting karang (rubbles) (Yusron 2006: 14).
Holothuroidea menempati habitat yang selalu tergenang air bahkan saat surut
(Aziz 1996: 33--43).
2.3 TAKSONOMI HOLOTHUROIDEA
Secara singkat, taksonomi bangsa Holothuroidea menurut Arnold &
Birtles (1989: 223--224) adalah sebagai berikut:
Filum: Echinodermata
Kelas: Holothuroidea
Subkelas: Dendrochirotacea
Bangsa: Dendrochirotida
Dactylochirotida
Aspidochirotacea
Bangsa: Aspidochirotida
Elasipodida
Apodacea
Bangsa: Apodida
Molpadiida
Tahun 1965, Pawson & Fell (lihat Pawson 2007: 755) membagi kelas
Holothuroidea terbagi atas tiga subkelas yaitu Dendrochirotacea,
Aspidochirotacea, dan Apodacea. Pembagian subkelas tersebut berdasarkan ada
atau tidaknya kaki tabung. Apodacea merupakan satu-satunya subkelas yang
anggotanya tidak memiliki kaki tabung (Arnold & Birtles 1989: 225).
Pergerakannya menggunakan tentakel yang juga digunakan untuk memasukkan
makanan ke mulut (Buchsbaum dkk. 1987: 487). Bentuk tentakelnya menjari
(digitate) atau menyirip (pinnate) (Arnold & Birtles 1989: 225).
Subkelas Apodacea memiliki dua bangsa yaitu Apodida Brandt, 1835 dan
Molpadiida Haeckel, 1896 (Pawson 2007: 755). Keduanya dibedakan
berdasarkan jumlah tentakel. Anggota bangsa Apodida tidak memiliki kaki
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
8
tabung kecuali yang termodifikasi menjadi tentakel dan berjumlah antara 10--15.
Ukuran tubuhnya panjang dan terlihat seperti cacing dengan dinding tubuh yang
tipis (Arnold & Birtles 1989: 225). Komposisi spikulanya terdiri atas spikula
bentuk jangkar dan lempengan jangkar. Bangsa Apodida memiliki tiga suku, 32
marga dan jumlah jenisnya diperkirakan mencapai 269 jenis (Kerr 2000: 3).
Anggota bangsa Molpadiida memiliki tubuh silindris dengan ujung tubuh
meruncing seperti ekor sehingga tubuhnya terlihat seperti sosis. Tentakel
berbentuk menjari (digitate) berjumlah 15 (Arnold & Birtles 1989: 225). Bangsa
Molpadiida terdiri dari empat suku, 35 marga dan jumlah jenisnya diperkirakan
mencapai 95 jenis (Kerr 2000: 4). Sebagian besar jenis dari Molpadida hidup di
laut dalam. Kombinasi spikulanya terdiri atas spikula bentuk meja, batang,
lempeng berlubang, dan terkadang juga muncul spikula bentuk jangkar (Pawson
1963: 10).
Subkelas Dendrochirotacea merupakan subkelas yang anggotanya
memiliki kaki tabung (Arnold & Birtles 1989: 223). Subkelas Dendrochirotacea
terbagi atas dua bangsa berdasarkan perbedaan bentuk tentakelnya, yaitu
Dendrochirotida Grube, 1840 dan Dactylochirotida Pawson & Fell, 1965 (Pawson
2007: 755). Bangsa Dendrochirotida memiliki tentakel berbentuk dendritik
(dendritic) berjumlah 10--30 (Arnold & Birtles 1989: 223). Bangsa
Dendrochirotida terbagi menjadi tujuh suku, 90 marga dan jumlah jenisnya sekitar
550 jenis (Kerr 2000: 4). Spikula Dendrochirotida terdiri atas spikula bentuk
keranjang, lempengan berbentuk palang (cruciform plates), batang, lempeng
berlubang, meja, dan kancing (Arnold & Birtles 1989: 232--233).
Bangsa Dactylochirotida memiliki tentakel menjari (digitate) berjumlah
8--30. Bangsa Dactylochirotida memiliki jumlah suku yang lebih sedikit
dibandingkan dengan bangsa Dendrochirotida, yaitu tiga suku (Arnold & Birtles
1989: 224--225), tujuh marga dan jumlah jenisnya sekitar 35 jenis (Kerr 2000: 4).
Salah satu jenis dari Bangsa Dactylochirotida, yaitu Echinocucumis kirrilyae,
memiliki spikula bentuk meja, lempeng berlubang dari dinding tubuhnya serta
spikula batang berlubang dari tentakelnya (O’Loughlin 2009: 3).
Anggota Subkelas Aspidochirotacea juga memiliki kaki tabung (Arnold &
Birtles 1989: 221). Subkelas Aspidochirotacea terbagi atas dua bangsa yaitu
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
9
Aspidochirotida Grube, 1840 dan Elasipodida Theél, 1882 (Pawson 2007: 755).
Pembagian tersebut didasarkan atas ada tidaknya respiratory tree. Bangsa
Aspidochirotida memiliki respiratory tree. Spikula Aspidochirotida umumnya
merupakan kombinasi dari spikula bentuk meja, batang, lempeng berlubang,
kancing, dan roset (Clark & Rowe 1971: 197). Bangsa Aspidochirotida memiliki
tiga suku dan jumlah jenisnya sekitar 300 jenis. Beberapa jenis diantaranya
dijadikan komoditas perdagangan (Arnold & Birtles 1989: 225).
Bangsa Elasipodida tidak memiliki respiratory tree. Dinding tubuhnya
seperti gelatin (gelatinous) dan rapuh. Bangsa Elasipodida memiliki lima suku
dengan jumlah jenis diperkirakan lebih dari 100 jenis yang banyak tersebar di laut
dalam (Arnold & Birtles 1989: 225). Anggota bangsa Elasipodida memiliki
spikula bentuk palang, namun ada juga yang tidak memiliki spikula (Rogacheva
dkk. 2009: 464--472).
2.4 SENYAWA KIMIA PADA HOLOTHUROIDEA DAN TEKNIK
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)
Beberapa senyawa kimia seperti sterol dan triterpen glikosida telah
berhasil diisolasi dari Holothuroidea dan digunakan dalam taksonominya (Stonik
& Elyakov 1988: 44 & 65). Bergmann (1962 lihat Goad 1972: 223)
mengelompokkan Echinodermata dalam dua kelompok berdasarkan tipe
sterolnya, yaitu kelompok dengan sterol ∆5 dan sterol ∆7. Asteroidea dan
Holothuroidea termasuk ke dalam kelompok dengan sterol ∆ 7.
Triterpen glikosida atau saponin berfungsi sebagai alat pertahanan diri
pasif dari predator, menghambat infeksi fungi akuatik dan parasit, serta berperan
dalam proses reproduksi Holothuroidea. Ada beberapa triterpen glikosida khas
pada Holothuroidea, yaitu holothurin pada marga Holothuria dan Actinopyga,
bohadschiosida pada marga Bohadschia, stichoposida pada marga Stichopus, serta
thelenotosida pada marga Thelenota. Hubungan biogenetik dan struktur yang
bervariasi membuat analisis distribusi triterpen glikosida Holothuroidea lebih
efektif pada tingkat bangsa, suku, atau marga (Stonik & Elyakov 1988: 60--63).
Jun Wu dkk. (2007: 613) menggunakan teknik kromatografi lapis tipis
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
10
(KLT) untuk mendapatkan senyawa campuran yang mengandung glikosida.
Metode tersebut bermanfaat dalam isolasi dan pemurnian molekul organik
berukuran kecil dan penapisan awal (preliminary screening) sebelum
menggunakan HPLC (Marston & Hostettmann 2006: 2).
Dalam sistem KLT (Gambar 2.5), terdapat dua komponen utama yaitu fase
diam dan fase gerak (Quinn 1988: 10). Fase diam yang umum digunakan untuk
KLT antara lain lembar selulosa, silika, atau alumina. Fase gerak KLT
merupakan larutan pengembang (eluent) yang sesuai dengan sampel uji. Molekul
yang menunjukkan afinitas lemah terhadap fase diam akan cepat berpindah
selama proses pemisahan (Boyer 2000: 60; 62--63).
Penutup wadah
pengembang
Fase diam
(lembar KLT)
Wadah pengembang
Fase gerak (larutan
pengembang/eluen)
Gambar 2.5 Ilustrasi sistem kromatografi lapis tipis
Pola pemisahan komponen sampel uji hasil kromatografi tidak akan jelas
lagi terlihat setelah di-running walaupun sampelnya berwarna. Senyawa-senyawa
yang memiliki kromotofor dapat dideteksi di bawah UV. Sedangkan komponen
sampel yang tidak berkromofor dapat dideteksi dengan melakukan penyemprotan
menggunakan suatu pewarna (reagen) (Marston & Hostettmann 2006: 2).
2.5 TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU (TNKpS)
Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) secara administrasi berada
dalam Provinsi DKI Jakarta dan berstatus kabupaten administratif. Luas daratan
Kepulauan Seribu mencapai 897,71 ha dan luas perairan mencapai 699,750 ha
(Setyawan dkk. 2009: 2--3). TNKpS dikelilingi oleh daratan besar yaitu Jawa,
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
11
Sumatera, dan Kalimantan. Hal tersebut membuat perairan TNKpS terlindung
dari badai dan gelombang laut yang tinggi (Abdullah dkk. 1999: 2).
Kondisi perairan laut TNKpS dipengaruhi oleh empat musim setiap
tahunnya, yaitu musim barat (November--Maret) dan musim timur (Mei-September) dan dua musim peralihan. Musim barat ditandai dengan angin
kencang dari barat ke timur, arus laut kuat dan curah hujan deras. Sementara
musim timur ditandai dengan angin kencang dari timur ke barat, arus laut kuat
namun jarang turun hujan. Musim peralihan antara kedua musim tersebut ditandai
dengan kondisi laut yang relatif tenang dan jernih (Abdullah dkk. 1999: 2;
Setyawan dkk. 2009: 4). Musim peralihan barat ke timur terjadi antara bulan
April--Mei dan musim peralihan timur ke barat terjadi antara Oktober--November
(Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 2010).
Kementerian Kehutanan (2009: 5--6) membagi wilayah TNKpS menjadi
beberapa zona yaitu zona inti, zona perlindungan, zona pemanfaatan intensif, zona
pemanfaatan tradisional, dan daerah penyangga. Hampir setiap pulau di TNKpS
memiliki terumbu karang yang luasnya mencapai 20 kali luas pulau dengan
kedalaman bervariasi. Kedalaman di rataan terumbu berkisar antara satu sampai
lima meter (Abdullah dkk. 1999: 1), namun kedalaman laut umumnya 30 meter
(Setyawan dkk. 2009: 2--4).
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Koleksi Holothuroidea dilakukan di Taman Nasional Kepulauan Seribu
(TNKpS) yaitu di rataan terumbu Pulau Penjaliran Timur, Pulau Pramuka, Pulau
Kotok Besar, Pulau Kotok Kecil, dan Pulau Semak Daun. Koleksi dilakukan pada
tanggal 15--17 Februari 2010 dan tanggal 4--8 Agustus 2010 masing-masing pada
pukul 08.30--15.30. Identifikasi jenis dan ekstraksi Holothuroidrea dilakukan di
Laboratorium Taksonomi Hewan, Departemen Biologi FMIPA UI.
U
Jakarta
Gambar 3.1 Lokasi pengambilan sampel “telah diolah kembali”
[Sumber: Holtorf 2005.]
12
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
13
3.2 PERALATAN
3.2.1 Peralatan di lapangan
Snorkeling gear (mask, snorkel, dan fin), kantong plastik, meteran gulung,
baki plastik, buku catatan lapangan, alat tulis, kamera digital [OLYMPUS
µ550WP], dissecting set, collecting jar, selotip, spidol permanen, dan koran.
3.2.2 Peralatan di laboratorium
Peralatan yang digunakan untuk mengidentifikasi Holothuroidea yaitu
baki plastik, dissecting set, sarung tangan, tabung reaksi, label tempel, pipet, kaca
objek dan kaca penutupnya, mikrometer [OLYMPUS], mikroskop [NIKON SE],
dan kamera digital [OLYMPUS µ550WP].
Peralatan yang digunakan untuk pengamatan senyawa kimia yaitu baki
plastik, dissecting set, blender komersial [WARING], Beaker glass, pembungkus
alumunium, spatula, pipet, round flask, rotari evaporator [STUART], cawan
penguap, oven, sarung tangan, pensil, wadah pengembang (terbuat dari kaca)
untuk KLT, botol vial, sonikator, pipa kapiler, lampu UV [CAMAG], hotplate,
dan kamera digital [OLYMPUS µ550WP].
3.3 BAHAN
Bahan yang digunakan adalah sampel Holothuroidea, tisu, natrium
hipoklorit komersial [BAYCLIN], alkohol 70%, metanol, kertas saring, lembar
TLC silica gel 60F254 [Merck], dan anesaldehid.
3.4 CARA KERJA
3.4.1 Pengambilan dan preservasi sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara snorkeling di sepanjang rataan
terumbu. Holothuroidea yang ditemukan diambil dengan tangan dan dimasukkan
ke dalam plastik sampel.
Holothuroidea yang diperoleh dicatat karakter morfologinya dan difoto.
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
14
Karakter morfologi yang dicatat yaitu panjang tubuh, warna bagian dorsal, warna
dan deskripsi papila, warna bagian ventral, ada tidaknya kaki tabung dan gigi anal.
Setelah itu, isi rongga tubuh Holothuroidea dikeluarkan (untuk mencegah
pembusukan) lalu dimasukkan ke dalam collecting jar kaca yang berisi metanol.
Setiap Holothuroidea yang memiliki morfologi berbeda ditempatkan di dalam
collecting jar terpisah. Collecting jar ditutup dan disegel dengan selotip, lalu
diberi label dan dibungkus kertas koran.
3.4.2 Identifikasi Holothuroidea
Identifikasi jenis Holothuroidea berdasarkan ciri-ciri morfologi dan
komposisi spikula dilakukan dengan mengacu pada literatur Rowe (1969), Clark
& Rowe (1971), Massin (1996), Massin (1999), dan Wirawati dkk. (2007).
Karakter morfologi tambahan yang diamati di laboratorium yaitu jumlah dan
bentuk tentakel. Jumlah dan bentuk tentakel pada Holothuroidea tidak selalu
dapat dilihat saat di lapangan.
Pembuatan spikula dilakukan berdasarkan yang telah dilakukan Wirawati
dkk. (2007: 357). Spikula yang akan diamati diperoleh dari potongan dinding
tubuh bagian dorsal dan ventral tubuh Holothuroidea berukuran 0,5 x 0,5 cm serta
tentakel. Setiap bagian tubuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dituangi
natrium hipoklorit komersial hingga bagian tubuh tersebut larut.
Setelah bagian tubuh Holothuria larut, sisa natrium hipoklorit komersial
dibuang menggunakan pipet dan endapan spikula dicuci sebanyak tiga kali untuk
masing-masing bagian tubuh. Hal tersebut berguna membersihkan spikula dari
sisa dinding tubuh. Pencucian dilakukan dengan menambahkan alkohol 70%.
Setelah didiamkan beberapa saat, alkohol 70% dikeluarkan dari tabung
menggunakan pipet dengan hati-hati agar spikula tidak ikut terbuang. Spikula
yang telah dicuci dapat disimpan dengan menambahkan alkohol 70% secukupnya
dan menutup rapat-rapat mulut tabung reaksi.
Satu tetes endapan spikula (yang telah dicuci) ke atas kaca objek lalu
ditutup dengan kaca penutup. Jika sediaan kering, alkohol ditambahkan kembali
secukupnya pada pinggiran kaca penutup. Komposisi dan pengukuran spikula
menggunakan mikrometer dilakukan di bawah mikroskop, lalu dicatat dan difoto.
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
15
3.4.3 Pola pemisahan senyawa dari ekstrak Holothuroidea
Pola pemisahan senyawa dilakukan dengan terlebih dahulu membuat
ekstrak sampel tiap marga Holothuroidea yang diperoleh. Setiap sampel dipotong
dengan gunting dan masing-masing dihaluskan bersama metanol menggunakan
blender. Campuran tiap sampel kemudian dituang ke dalam Beaker glass, ditutup
dengan pembungkus alumunium, dan didiamkan selama tiga hari. Campuran tiap
sampel lalu disaring menggunakan kertas saring dan pipet (pemisahan supernatan
ekstrak metanol). Masing-masing ekstrak metanol yang diperoleh dimasukkan ke
dalam round flask dan dipekatkan di rotari evaporator. Ekstrak pekat lalu
dipindahkan ke cawan penguap dan dikeringkan dalam oven bersuhu 40O C
hingga kering. Tiap ektrak kering yang didapatkan lalu ditimbang, dimasukkan ke
dalam botol kaca berwarna gelap, dan diberi label yang berisi nama biota yang
diekstrak, berat kering ekstrak, dan tanggal penyimpanan.
Pengamatan pola pemisahan senyawa dari ekstrak Holothuroidea
dilakukan dengan menggunakan lembar KLT berukuran 8 x 4,5 cm. Untuk
menjaga dari kontaminasi, pemegangan lembar KLT dilakukan menggunakan
sarung tangan. Lembar KLT diberi tanda menggunakan pensil berupa dua garis
horizontal (satu untuk penotolan ekstrak dan satu lagi untuk penanda batas elusi),
keterangan sampel, tanggal, dan larutan pengembang (eluent) yang digunakan
(Gambar 3.2). Setelah itu, lembar KLT dimasukkan ke dalam oven bersuhu 40O
C selama satu setengah jam untuk menghilangkan uap-uap cairan yang mungkin
ada pada lembar KLT.
Wadah pengembang (development tank) yang akan digunakan dibersihkan
terlebih dahulu. Wadah pengembang kemudian diisi larutan pengembang
n-heksan:etilasetat (95:5) dan ditutup rapat selama sekitar 30 menit. Hal tersebut
dilakukan untuk menjenuhkan wadah dengan uap larutan pengembang sebelum
lembar KLT dielusi.
Masing-masing ekstrak kering Holothuroidea kemudian diencerkan
dengan metanol dan dikocok menggunakan ultrasonikator hingga ekstrak kering
larut. Ekstrak kering yang telah larut dibiarkan hingga sisa ekstrak yang tidak
larut mengendap. Campuran ekstrak-metanol (yang tidak tercampur endapan)
ditotol ke atas lembar KLT menggunakan pipa kapiler. Lembar KLT dimasukkan
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
16
dalam wadah pengembang dengan hati-hati agar tidak miring sehingga hasil
elusinya baik. Larutan pengembang dibiarkan naik pada lembar KLT hingga
mencapai batas elusi. Setelah itu, lembar KLT dikeluarkan dari wadah
pengembang dan dikeringanginkan.
Tanggal
Eluent
8 cm
Sampel
4,5 cm
Gambar 3.2 Ilustrasi lembar KLT yang digunakan pada penelitian
Hasil elusi ekstrak senyawa kimia pada lembar KLT dilihat di bawah UV
pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm lalu difoto. Lembar KLT juga
disemprot anisaldehid dan dipanaskan di hotplate bersuhu 110O C lalu difoto.
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1 Identifikasi dan Deskripsi Jenis Holothuroidea
Secara umum deskripsi spesimen yang diperoleh sama seperti yang
dideskripsikan Rowe (1969), Clark & Rowe (1971), Massin (1996), Massin
(1999), dan Wirawati dkk. (2007). Dari hasil identifikasi diperoleh 15 jenis dari
enam marga yang mewakili tiga suku. Secara singkat, taksonomi jenis-jenis
Holothuroidea yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Subkelas: Aspidochirotacea
Bangsa: Aspidochirotida Grube, 1840
Suku: Holothuriidae Ludwig, 1894
Marga: Bohadschia Jaeger, 1833
Bohadschia argus Jaeger, 1833
Bohadschia marmorata Jaeger, 1833
Marga: Holothuria Linnaeus, 1767
Anak marga Acanthotrapeza Rowe, 1969
Holothuria (Acanthotrapeza) coluber Semper, 1868
Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis Selenka, 1867
Anak marga Halodeima Pearson, 1914
Holothuria (Halodeima) atra Jaeger, 1833
Holothuria (Halodeima) edulis Lesson, 1830
Anak marga Mertensiothuria Deichmann, 1958
Holothuria (Mertensiothuria) leucospilota (Brandt, 1835)
Anak marga Stauropora Rowe, 1969
Holothuria (Stauropora) fuscocinerea Jaeger, 1833
Anak marga Thymiosycia Pearson, 1914
Holothuria (Thymiosycia) arenicola Semper, 1868
17
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
18
Suku: Stichopodidae Haeckel, 1886
Marga: Stichopus Brandt, 1835
Stichopus herrmanni Semper, 1868
Stichopus horrens Selenka, 1867
Stichopus quadrifasciatus Massin, 1999
Subkelas: Apodacea
Bangsa: Apodida Brandt, 1835
Suku: Synaptidae Burmeister, 1837
Marga: Opheodesoma Fisher, 1907
Opheodesoma grisea (Semper, 1868)
Marga: Synapta Eschscholtz, 1829
Synapta maculata (Chamisso & Eysenhardt, 1821)
Marga: Synaptula Oersted, 1849
Synaptula reticulata (Semper, 1868)
Berikut ini merupakan deskripsi masing-masing jenis Holothuroidea yang
diperoleh:
Subkelas Aspidochirotacea
Bangsa Aspidochirotida Grube, 1840
Suku Holothuriidae Ludwig, 1894
Marga Bohadschia Jaeger, 1833
Bohadschia argus Jaeger, 1833
Sinonim
Berdasarkan Rowe & Doty (1977: 229) dan Massin (1999: 12), sinonim
dari Bohadschia argus Jaeger, 1833 adalah:
Holothuria (Bohadschia) argus: Panning (1929: 121).
Holothuria argus: Dawydoff (1952: 117), Endean (1965: 253).
Deskripsi
Satu spesimen yang diperoleh berukuran 30 cm. Bagian dorsal spesimen
berwarna cokelat dengan totol-totol krem. Pola warna tersebut membuat
Bohadschia argus sering disebut leopard fish (Gambar 4.1 A). Papila yang keluar
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
19
dari tengah totol cokelat tua berbentuk tabung dengan ujung runcing, panjang, dan
berwarna cokelat. Sedangkan papila yang keluar di luar area totol-totol, berwarna
krem. Kaki tabung berwarna cokelat pucat. Mulut di ventral anterior dengan 20
tentakel bentuk perisai (peltate). Anus berwarna cokelat tua.
Spikula dari dinding tubuh ventral terdiri atas granula, batang dengan
ujung bercabang sederhana dan berduri di permukaannya, serta roset. Spikula dari
dinding tubuh dorsal terdiri atas spikula bentuk granula, roset, dan lempeng
berlubang. Spikula bentuk granula berukuran 28--32 µm, roset berukuran 38--48
µm, batang dengan ujung berduri berukuran 80--148 µm, dan lempeng berlubang
berukuran 224--250 µm. Spikula dari tentakel terdiri atas spikula bentuk batang
dengan ujung berduri (duri cukup besar sehingga tampak seperti bercabang) saja
dengan ukuran 94--96 µm (Gambar 4.1 B--F).
A
B
D
E
20 µm
C
20 µm
50 µm
F
50 µm
100 µm
A. Hewan Bohadschia argus
Spikula dari dinding tubuh:
B. Granula
C. Roset
D. Batang dengan ujung berduri
E. Lempeng berlubang
Spikula dari tentakel:
F. Batang dengan ujung berduri
Gambar 4.1 Hewan dan spikula Bohadschia argus
[Sumber: A oleh Jeroen van den Hurk; B--F dokumentasi pribadi.]
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
20
Bohadschia marmorata Jaeger, 1833
Sinonim
Berdasarkan Rowe & Doty (1977: 229) dan Massin (1999: 13), sinonim
Bohadschia marmorata Jaeger, 1833 adalah:
Holothuria (Bohadschia) vitiensis: Panning (1929: 122), Belhadjali (1997: 119).
Bohadschia marmorata marmorata: Panning (1944: 39).
Deskripsi
Ukuran tubuh dari dua spesimen yang diperoleh masing-masing 22 cm dan
27 cm. Kedua spesimen berwarna krem. Bagian dorsal tubuhnya terdapat suatu
pola yang simetri berwarna cokelat tua. Papila panjang berwarna cokelat pucat
dengan dasar papila berupa bintik berwarna cokelat tua. Bagian ventral tubuh
berwarna putih, sehingga perbedaan dengan bagian dorsal terlihat jelas. Kaki
tabung berwarna krem. Mulut di bagian ventral anterior dengan tentakel bentuk
perisai (peltate) dan masing-masing berjumlah 20. Anus berwarna cokelat tua
(Gambar 4.2 A).
Dinding tubuh dorsal dan ventral memiliki komposisi spikula yang sama,
yaitu spikula bentuk batang bercabang sederhana berukuran 44--58 µm dan
granula berukuran 28--45 µm. Spikula dari tentakel terdiri atas spikula bentuk
batang dengan bagian ujungnya saja yang berduri dan juga batang melengkung
bercabang sederhana. Spikula batang dari tentakel berukuran 60--320 µm
(Gambar 4.2 B--D).
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
21
A
B
D
C
40 µm
A. Hewan Bohadschia marmorata
Spikula dari dinding tubuh:
B. Batang
C. Granula
Spikula dari tentakel:
D. Batang berduri
80 µm
Gambar 4.2 Hewan dan spikula Bohadschia marmorata
[Sumber: A oleh Jeroen van den Hurk; B--D dokumentasi pribadi.]
Marga Holothuria Linnaeus, 1767
Anak marga Acanthotrapeza Rowe, 1969
Holothuria (Acanthotrapeza) coluber Semper, 1868
Sinonim
Berdasarkan Massin (1999: 17), sinonim dari
Holothuria (Acanthotrapeza) coluber Semper, 1868 adalah:
Holothuria coluber: Semper (1868: 90), Panning (1944: 62), Dawydoff (1952:
117), Endean (1965: 233), Baine & Forbes (1998: 4).
Holothuria (Holothuria) coluber: Panning (1935: 35).
Deskripsi
Dua spesimen yang ditemukan masing-masing berukuran 45 cm dan 34
cm. Tubuh bagian dorsal berwarna hitam. Papila berwarna cokelat tua keluar dari
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
22
tonjolan-tonjolan di bagian dorsal. Ujung papila berwarna kekuningan. Bagian
ventral tubuh berwarna cokelat dengan kaki tabung yang ujungnya berwarna
putih. Mulut di bagian ventral anterior dengan tentakel berbentuk perisai (peltate)
masing-masing berjumlah 20 (Gambar 4.3 A).
Spikula dinding tubuh dorsal terdiri atas spikula bentuk meja berdiameter
62--70 µm dan kancing kecil berukuran 43--68 µm. Spikula dari bagian tubuh
ventral terdiri atas spikula bentuk meja, kancing kecil, kancing besar berukuran
113 µm, lempeng berlubang berukuran 184 µm, serta batang dengan ujung
berlubang dan berduri berukuran 218 µm. Spikula dari tentakel berbentuk batang
melengkung dan berduri pada lengkung-luarnya dengan ukuran 38--250 µm
(Gambar 4.3 B--G).
Holothuria (Acanthotrapeza) coluber ditemukan di bawah bongkahan
karang mati dan bisa diambil setelah bongkahan karang dipindahkan. Saat bagian
tubuh (bagian anterior) yang muncul di antara bongkahan karang tersentuh,
hewan tersebut akan segera mengerutkan badannya ke dalam bongkahan karang.
Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis Selenka, 1867
Sinonim
Berdasarkan Rowe (1969: 139), sinonim dari
Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis Selenka, 1867 adalah:
Holothuria papillata: Bell (1887).
Deskripsi
Satu spesimen yang diperoleh berukuran 28 cm. Tubuh berwarna cokelat.
Papila keluar dari tonjolan-tonjolan berwarna cokelat tua di bagian dorsal. Bagian
ventral terdapat kaki tabung yang keluar dari tonjolan-tonjolan (Gambar 4.4 A).
Mulut di bagian ventral anterior dengan 14 tentakel berbentuk perisai (peltate).
Spikula dari dinding tubuh ventral dan dorsal terdiri atas spikula bentuk
meja yang tepi lepeng mejanya (disc) berduri dengan diameter 98--112 µm, roset
berukuran 33--100 µm, serta batang dengan ujung berlubang berukuran 175 µm.
Spikula dari tentakel terdiri atas spikula bentuk batang melengkung yang berduri
di lengkung-luarnya dan berukuran 75--95 µm (Gambar 4.4 B--E).
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
23
A
C
B
40 µm
40 µm
D
50 µm
E
80 µm
F
100 µn
G
A. Hewan H. (Acanthotrapeza) coluber
Spikula dari dinding tubuh:
B. Kancing
C. Meja
D. Kancing besar
E. Lempeng berlubang
F. Batang dengan ujung berlubang
Spikula dari tentakel:
G. Batang berduri
80 µm
Gambar 4.3 Hewan dan spikula Holothuria (Acanthotrapeza) coluber
[Sumber: Dokumentasi pribadi.]
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
24
A
5 cm
C
B
40 µm
E
40 µm
D
75 µm
A. Hewan H. (Acanthotrapeza) pyxis
Spikula dari dinding tubuh:
B. Roset
C. Meja
D. Batang berlubang
40 µm
Spikula dari tentakel:
E. Batang dengan ujung berduri
Gambar 4.4 Hewan dan spikula Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis
[Sumber: A oleh Yasman, B--E dokumentasi pribadi.]
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
25
Anak marga Halodeima Pearson, 1914
Holothuria (Halodeima) atra Jaeger, 1833
Sinonim
Berdasarkan Rowe & Doty (1977: 230--231) dan Massin (1999: 20),
sinonim dari Holothuria (Halodeima) atra Jaeger, 1833 adalah:
Holothuria atra: Jaeger (1833: 22), Dawydoff (1952: 117), Bonham & Held
(1963): 305, Townsley & Townsley (1972: 176), Massin & Doumen
(1986: 188), Allen & Steen (1994: 243), Baine & Forbes (1998: 4).
Holothuria (Holothuria) atra: Panning (1935: 30).
Halodeima atra: Panning (1944: 61), Cherbonnier (1955a: 77).
Ludwigothuria atra: Deichmann (1958: 312).
Deskripsi
Spesimen yang dikoleksi berjumlah empat dengan ukuran masing-masing
adalah 12 cm, 17 cm, 20 cm, dan 23 cm. Seluruh tubuh spesimen berwarna hitam
dan tertutup pasir halus pada bagian dorsal. Papila dan kaki tabung berwarna
hitam (Gambar 4.5 A). Mulut terletak di bagian ventral anterior dengan tentakel
berbentuk perisai (peltate) masing-masing berjumlah 14, 16, 18, dan 20. Tidak
ditemukan adanya tubulus Cuvier saat isi rongga tubuh spesimen dikeluarkan.
Dinding tubuh ventral dan dorsal memiliki spikula yang terdiri atas spikula
bentuk meja berdiameter 43--50 µm, roset berukuran 25--33 µm, dan lempeng
berlubang semu (pseudo-plates) berukuran 100 µm. Spikula dari tentakel terdiri
atas spikula bentuk batang berduri di seluruh permukaannya (duri sedikit) dan
ujungnya bercabang sederhana dengan ukuran 68--145 µm (Gambar 4.5 B--E).
Holothuria (Halodeima) edulis Lesson, 1830
Sinonim
Berdasarkan Rowe & Doty (1977: 231) dan Massin (1999: 21), sinonim
dari Holothuria (Halodeima) edulis Lesson, 1830 adalah:
Holothuria edulis: Lesson (1830: 125), Dawydoff (1952: 117).
Holothuria (Holothuria) edulis: Panning (1935: 36).
Halodeima edulis: Panning (1944: 65), Cherbonnier (1955a: 81).
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
26
Deskripsi
Satu spesimen yang diperoleh berukuran 20 cm. Permukaan dorsal tubuh
berwarna hitam kemerahan. Papila memiliki ujung berwarna putih. Permukaan
ventral berwarna merah dan terdapat kaki tabung (Gambar 4.6 A). Mulut di
ventral anterior dengan 14 tentakel berbentuk perisai (peltate).
Dinding tubuh ventral dan dorsal terdiri atas spikula berbentuk meja
berdiameter 28--38 µm, roset berukuran 25--50 µm, batang dengan ujung
berlubang berukuran 93--168 µm, dan lempeng berlubang berukuran 115 µm.
Lempeng meja (disc) tereduksi sehingga meja terlihat seperti hanya memiliki
tiang (spire) yang ujungnya berbentuk mahkota duri. Spikula dari tentakel terdiri
atas spikula bentuk batang yang permukaannya berduri dengan atau tanpa cabang
pada ujung-ujungnya. Spikula bentuk batang dari tentakel berukuran 25--175 µm
(Gambar 4.6 B--F).
A
C
B
D
30 µm
40 µm
E
50 µm
A. Hewan H. (Halodeima) atra
Spikula dinding tubuh:
B. Meja
C. Roset
D. Lempeng berlubang semu
Spikula dari tentakel:
E. Batang dengan ujung berduri
80 µm
Gambar 4.5 Hewan dan spikula Holothuria (Halodeima) atra
[Sumber: A oleh Jeroen van den Hurk; B--E dokumentasi pribadi.]
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
27
A
B
40 µm
C
D
25 µm
E
F
50 µm
50 µm
50 µm
A. Hewan H. (Halodeima) edulis
Spikula dinding tubuh:
B. Meja
C. Roset
D. Lempeng berlubang
E. Batang berlubang
Spikula dari tentakel:
F. Batang dengan ujung berduri
Gambar 4.6 Hewan dan spikula Holothuria (Halodeima) edulis
[Sumber: A oleh Jeroen van den Hurk; B--F dokumentasi pribadi.]
Anak marga Mertensiothuria Deichmann, 1958
Holothuria (Mertensiothuria) leucospilota (Brandt, 1835)
Sinonim
Berdasarkan Rowe & Doty (1977: 233--234) dan Massin (1999: 27--28),
sinonim Holothuria (Mertensiothuria) leucospilota (Brandt, 1835) adalah:
Stichopus (Gymnochirota) leucospilota: Brandt (1835: 51).
Holothuria leucospilota: Endean (1953: 57), Bonham & Held (1963: 305).
Holothuria (Holothuria) vagabunda: Panning (1935: 67), Dawydoff (1952: 117).
Holothuria vagabunda: Serene (1937: 26), Loi & Sach (1963: 240).
Mertensiothuria leucospilota: Deichmann (1958: 297).
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
28
Deskripsi
Dua spesimen yang dikoleksi berukuran 20 cm dan 40 cm. Bagian dorsal
tubuh berwarna cokelat tua kehitaman. Papila panjang dan berwarna hitam.
Bagian ventral tubuh berwarna cokelat tua kemerahan dengan batas warna yang
jelas dengan bagian dorsal. Kaki tabung berwarna hitam dan panjang dengan
ujung berpengisap berwarna putih (Gambar 4.7 A). Mulut terletak di bagian
ventral anterior dengan tentakel berbentuk perisai (peltate) masing-masing
berjumlah 14 dan 17.
Spikula dari dinding tubuh ventral dan dorsal terdiri atas spikula bentuk
meja berukuran berdiameter 53--55 µm, kancing berukuran 50--60 µm dan
kancing yang belum sempurna berukuran 48--50 µm, serta lempeng berlubang
berukuran 80 µm (Gambar 4.7). Tidak ada spikula pada tentakel.
A
B
50 µm
C
D
C’
30 µm
40 µm
A. Hewan H. (Mertensiothuria) leucospilota
Spikula dari dinding tubuh:
B. Meja
C. Kancing
C’. Kancing yang belum sempurna
D. Lempeng berlubang
Gambar 4.7 Hewan dan spikula Holothuria (Mertensiothuria) leucospilota
[Sumber: A oleh Jeroen van den Hurk; B--D dokumentasi pribadi.]
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
29
Anak marga Stauropora Rowe, 1969
Holothuria (Stauropora) fuscocinerea Jaeger, 1833
Sinonim
Berdasarkan Massin (1999: 48--49), sinonim dari
Holothuria (Stauropora) fuscocinerea Jaeger, 1833 adalah:
Holothuria fuscocinerea: Jaeger (1833: 22), Panning (1935: 4), Endean (1957:
253), James (1983: 92), Ong Che (1992: 440).
Mertensiothuria fuscocinerea: Deichmann (1958: 300).
Holothuria (Mertensiothuria) fuscocinerea: Rowe (1969: 148), Liao (1975: 215),
Cannon & Silver (1986: 22), James (1995: 61).
Deskripsi
Dua spesimen yang dikoleksi masing-masing berukuran 23 cm dan 35 cm.
Bagian dorsal tubuhnya berwarna cokelat dengan lima garis melintang berwarna
cokelat tua. Papila dengan ujung berwarna cokelat tua keluar dari dasar papila
yang membesar (berupa tonjolan). Tubuh bagian ventral spesimen berwarna krem
dan terdapat kaki tabung. Mulut terletak di bagian ventral anterior dengan
tentakel berbentuk perisai (peltate) masing-masing berjumlah 14 dan 19. Area
mulut dan anus berwarna cokelat gelap, namun warna daerah mulut tidak segelap
daerah anus (Gambar 4.8 A).
Spikula dari dinding tubuh bagian dorsal dan ventral sama, yaitu spikula
bentuk meja berdiameter 18--25 µm dengan jumlah sedikit, kancing berukuran
13--75 µm, serta batang polos dan batang berlubang berukuran 73--200 µm.
Spikula bentuk meja yang ditemukan memiliki dua bentuk tiang (spire) yakni
berupa tiang tinggi dengan ujung membentuk mahkota duri dan tiang yang hanya
berupa tonjolan pendek. Spikula dari tentakel terdiri atas spikula bentuk batang
melengkung dan batang lurus dengan ukuran 200--375 µm. Batang melengkung
ujung dan lengkung-luarnya berduri, sedangkan batang lurus memiliki duri di
seluruh permukaannya (Gambar 4.8 B--E).
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
30
A
B
E
D
25 µm
C
80 µm
20 µm
80 µm
A. Hewan H. (Stauropora) fuscocinerea
Spikula dari dinding tubuh:
B. Meja
C. Kancing
D. Batang berlubang
Spikula dari tentakel:
E. Batang berduri
Gambar 4.8 Hewan dan spikula Holothuria (Stauropora) fuscocinerea
[Sumber: A oleh Jeroen van den Hurk; B--E dokumentasi pribadi.]
Anak marga Thymiosycia Pearson, 1914
Holothuria (Thymiosycia) arenicola Semper, 1868
Sinonim
Berdasarkan Rowe & Doty (1977: 232), sinonim dari
Holothuria (Thymiosycia) arenicola Semper, 1868 adalah:
Holothuria arenicola: Semper (1868: 81), Domantay (1954: 346).
Holothuria (Holothuria) arenicola: Panning (1935: 88).
Brantothuria arenicola: Deichmann (1958: 291).
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
31
Deskripsi
Satu spesimen yang dikoleksi berukuran 14 cm. Tubuh bagian dorsal dan
ventral berwarna krem. Bagian dorsal tubuh terdapat dua baris setrip-setrip kecil
berwarna cokelat tua. Papila dan kaki tabung berukuran kecil, keduanya berwarna
krem. Mulut terletak di bagian anterior dengan tentakel berbentuk perisai
(peltate) berjumlah 12 dan berukuran kecil. Terdapat area berwarna putih di
sekitar anus (Gambar 4.9 A).
Spikula dari dinding tubuh dorsal dan ventral sama. Komposisi
spikulanya terdiri atas spikula bentuk meja berdiameter 40--45 µm, kancing
berukuran 28--63 µm, serta batang yang bagian tengahnya melebar dan berlubang
berukuran 90--150 µm. Spikula dari tentakel terdiri atas spikula bentuk batang
berduri dengan sedikit duri yang pendek dan besar di seluruh permukaannya
(Gambar 4.9 B--E).
A
5 cm
B
C
D
50 µm
40 µm
E
A. Hewan H. (Thymiosycia) arenicola
Spikula dari dinding tubuh:
B. Meja
C. Batang yang bagian tengahnya
melebar dan berlubang
D. Kancing
Spikula dari tentakel:
E. Batang berduri
50 µm
Gambar 4.9 Hewan dan spikula Holothuria (Thymiosycia) arenicola
[Sumber: A & E oleh Jeroen van den Hurk; B--D dokumentasi pribadi.]
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
32
Suku Stichopodidae Haeckel, 1886
Marga Stichopus Brandt, 1835
Stichopus herrmanni Semper, 1868
Sinonim
Berdasarkan Massin (1999: 63--64), sinonim dari
Stichopus herrmanni Semper, 1868 adalah:
Stichopus variegatus herrmanni: Semper (1868: 73).
Stichopus variegatus var. herrmanni: Clark (1922: 68), George & George (1987:
246).
Stichopus hermanni: Marsh et al. (1993: 64), Rowe & Gates (1995: 324), Rowe &
Richmond (1997: 306).
Deskripsi
Dua spesimen yang dikoleksi masing-masing berukuran 35 dan 43 cm.
Bagian dorsal spesimen berwarna cokelat kekuningan dengan bintik-bintik hitam
besar dan kecil sebagai tempat keluar papila. Bagian ventral spesimen berwarna
krem dengan kaki tabung berwarna abu-abu kehitaman. Mulut terletak di ventral
anterior dengan tentakel berbentuk perisai (peltate) masing-masing berjumlah 18.
Anus berwarna cokelat tua (Gambar 4.10 A).
Spikula dari dinding tubuh dorsal terdiri atas spikula bentuk meja, roset,
dan batang berbentuk huruf C. Spikula dari dinding tubuh ventral terdiri atas
spikula bentuk meja, batang dengan duri di seluruh permukaannya dan bercabang
di tepi-tengahnya, batang berbentuk huruf C, dan lempeng berlubang dengan
ukuran lubang yang relatif besar. Spikula bentuk meja berdiameter 25--55 µm,
roset berukuran 30--63 µm, batang dengan duri di seluruh permukaannya dan
bercabang di tengahnya berukuran 278--330 µm, batang huruf C berukuran 83-138 µm, serta lempeng berlubang berukuran 203--260 µm. Spikula dari tentakel
terdiri atas spikula bentuk batang yang seluruh permukaannya berduri dan duri
semakin terlihat jelas pada ujung-ujungnya. Spikula bentuk batang dari tentakel
berukuran 103--208 µm (Gambar 4.10 B--G).
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
33
A
B
C
30 µm
25 µm
E
D
50 µm
100 µm
G
F
100 µm
50 µm
A. Hewan Stichopus herrmanni
Spikula dari dinding tubuh:
B. Meja
C. Roset
D. Batang berduri dan bagian tengah bercabang
E. Batang huruf C
F. Lempeng berlubang
Spikula dari tentakel:
G. Batang berduri
Gambar 4.10 Hewan dan spikula Stichopus herrmanni
[Sumber: A oleh Anjar Prianto; B--G dokumentasi pribadi.]
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
34
Stichopus horrens Selenka, 1867
Sinonim
Berdasarkan Rowe & Doty (1977: 227), sinonim dari Stichopus horrens
Selenka, 1867 adalah:
Stichopus badionatus: Domantay (1954: 350).
Deskripsi
Satu spesimen yang dikoleksi berukuran 20 cm. Bagian dorsal spesimen
berwarna cokelat gelap dengan bintik-bintik berwarna cokelat muda. Dasar
papilla membesar dan membentuk lingkaran-lingkaran, beberapa diantaranya
berwana putih. Titik tempat papila keluar berwarna hitam (Gambar 4.11 A).
Bagian vertral spesimen berwarna krem dengan kaki tabung yang jelas. Mulut di
bagian ventral anterior dengan tentakel berbentuk perisai (peltate) berjumlah 20.
Spikula dari dinding tubuh dorsal spesimen terdiri atas spikula bentuk
meja dengan ujung tiang (spire) membentuk mahkota duri, meja seperti paku
(tack-like tables), roset, batang berbentuk huruf S dan C. Spikula dinding tubuh
ventral terdiri atas spikula bentuk meja dengan ujung tiang (spire) membentuk
mahkota duri, roset, batang berbentuk huruf S dan C, batang yang permukaannya
berduri dan berlubang pada bagian tepi-tengahnya. Spikula dari tentakel terdiri
atas spikula batang melengkung dengan duri-duri halus dan pendek pada
permukaannya.
Spikula meja dengan ujung tiang (spire) membentuk mahkota duri
berdiameter 33--68 µm, meja seperti paku berdiameter 53--70 µm, roset
berukuran 23--30 µm, batang huruf C berukuran 48--113 µm dan batang
berbentuk S berukuran 63--70 µm, batang berduri dan berlubang memiliki ukuran
288 µm, serta lempeng berlubang berukuran 150 µm. Spikula batang berduri dari
tentakel berukuran 175--530 µm (Gambar 4.11 B--H).
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
35
A
5 cm
C
B
40 µm
E
50 µm
D
25 µm
50 µm
G
F
100 µm
50 µm
H
100 µm
Keterangan
A. Hewan Stichopus horrens
Spikula dari dinding tubuh:
B. Meja dengan ujung tiang yang
meruncing (terlihat seperti paku)
C. Meja
D. Roset
E. Batang huruf C dan S
F. Batang berlubang
G. Lempeng berlubang
Spikula dari tentakel:
H. Batang berduri
Gambar 4.11 Hewan dan spikula Stichopus horrens
[Sumber: A oleh Yasman; B--H dokumentasi pribadi.]
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
36
Stichopus quadrifasciatus Massin, 1999
Deskripsi
Satu spesimen yang dikoleksi berukuran 24 cm. Bagian dorsal tubuh
dibatasi oleh garis hitam sehingga terbagi mejadi beberapa bagian warna yaitu
cokelat tua, cokelat muda, serta krem. Bagian yang berwarna krem tersusun
dalam empat garis melintang. Dasar papila membesar, kaku, dan ujung papila
berwarna putih. Bagian ventral tubuh berwarna krem dan terdapat kaki tabung.
Mulut terletak di bagian ventral anterior dengan tentakel berbentuk perisai
(peltate) berjumlah 13. Anus berwarna cokelat tua (Gambar 4.12 A).
Spikula dinding tubuh ventral dan dorsal hampir sama yakni terdiri atas
spikula bentuk meja, roset, batang dengan cabang di ujung dan tepi-tengahnya,
serta batang berbentuk huruf C. Hanya saja, pada dinding tubuh dorsal terdapat
spikula lempeng berlubang. Spikula bentuk meja berdiameter 38--50 µm, roset
berukuran 23--45 µm, batang dengan bagian tengah dan ujung bercabang
berukuran 258--550 µm, batang huruf C berukuran 99--102 µm, serta lempeng
berlubang berukuran 145--225 µm. Spikula dari tentakel terdiri atas spikula
bentuk batang dengan ujung berduri berukuran 313--1200 µm (Gambar 4.12 B-G).
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
37
A
B
40 µm
C
30 µm
E
D
50 µm
200 µm
G
F
100 µm
A. Hewan Stichopus quadrifasciatus
Spikula dinding tubuh:
B. Meja
C. Roset
100 µm
D.Batang dengan bagian tengah bercabang
E. Batang huruf C
F. Lempeng berlubang
Spikula dari tentakel:
G. Batang berduri
Gambar 4.12 Hewan dan spikula Stichopus quadrifasciatus
[Sumber: A oleh Jeroen van den Hurk; B--G dokumentasi pribadi.]
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
38
Subkelas Apodacea
Bangsa Apodida Brandt, 1835
Suku Syanptidae Burmeister, 1837
Marga Opheodesoma Fisher, 1907
Opheodesoma grisea (Semper, 1868)
Sinonim
Berdasarkan Rowe & Doty (1977: 235) dan Massin (1999: 102), sinonim
Opheodesoma grisea (Semper, 1868) adalah:
Synapta grisea: Semper (1868: 11), Ludwig (1882: 128), Lampert (1885: 219),
Suilter (1894: 105).
Opheodesoma griseum: Tortonese (1977: 275).
Opheodesoma spectabilis: Domantay (1954: 354).
Ophiodesoma grisea: James (1969: 62), James (1982: 97), James (1989: 132).
Deskripsi
Satu spesimen yang diperoleh berukuran 55 cm. Dinding tubuhnya tipis,
tanpa kaki tabung, tubuh berwarna hijau pucat dan hijau tua yang berselang-seling
melintang dari anterior ke posterior, serta terdapat garis transversal berwarna krem
(Gambar 4.13 A). Bagian dorsal dan ventral sulit dibedakan karena tidak ada
perbedaan. Tentakel berbentuk menyirip (pinnate) berjumlah 16.
Spikula dinding tubuh terdiri atas spikula berbentuk lempeng jangkar
berukuran 175 µm, jangkar berukuran 200 µm, dan granula berukuran 15--18 µm.
Spikula dari tentakel terdiri atas spikula bentuk granula 15--18 µm (Gambar 4.13
B--E).
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
39
A
B
C
15 µm
E
15 µm
D
50 µm
A. Hewan Opheodesoma grisea
Spikula dinding tubuh:
B. Lempeng jangkar
C. Granula
D. Jangkar
Spikula dari tentakel:
E. Granula
100 µm
Gambar 4.13 Hewan dan spikula Opheodesoma grisea
[Sumber: Dokumentasi pribadi.]
Marga Synapta Eschscholtz, 1829
Synapta maculata (Chamisso & Eysenhardt, 1821)
Sinonim
Berdasarkan Rowe & Doty (1977: 234) dan Massin (1999: 108--109),
sinonim Synapta maculata (Chamisso & Eysenhardt, 1821) adalah:
Holothuria maculata: Chamisso & Eysenhardt (1821: 325).
Deskripsi
Satu spesimen yang diperoleh berukuran 97 cm. Dinding tubuh tipis,
tanpa kaki tabung, dan tubuh berwarna hitam, abu, serta krem yang berselangseling dari anterior ke posterior. Terdapat juga lima garis transversal berwarna
cokelat (Gambar 4.14 A). Tentakel berbentuk menyirip (pinnate) berjumlah 15.
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
40
Spikula dinding tubuh terdiri atas bentuk granula berukuran 13--15 µm,
lempeng jangkar berukuran 570 µm, dan jangkar berukuran 900 µm. Spikula dari
tentakel terdiri atas spikula bentuk granuka 13--15 µm (Gambar 4.14 B--E).
A
B
C
D
10 µm
E
250 µm
450 µm
A. Hewan Synapta maculata
Spikula dinding tubuh:
B. Lempeng jangkar
10 µm
C. Jangkar
D. Granula
Spikula dari tentakel:
E. Granula
Gambar 4.14 Hewan dan spikula Synapta maculata
[Sumber: A oleh Jeroen van den Hurk; B--E dokumentasi pribadi.]
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
41
Marga Synaptula Oersted, 1849
Synaptula reticulata (Semper, 1868)
Sinonim
Berdasarkan Massin (1999: 119), sinonim Synaptula reticulata (Semper,
1868) adalah:
Synapta reticulata: Semper (1868: 13), Lampert (1885: 226), Sluiter (1895: 82).
Synapta reticulata var. Nigro-punctata: Bedford (1899: 338).
Chondrochloea reticulata: Oestergren (1898: 114), Sluiter (1901: 127).
Synaptula oestergreni: Heding (1928: 199).
Deskripsi
Spesimen yang diperoleh berjumlah 16, tiga diantaranya diambil untuk
diidentifikasi. Ketiga spesimen yang diambil berukuran 13 dan dua lainnya
masing-masing berukuran 18 cm. Dinding tubuh tipis, tanpa kaki tabung, dan
tubuh berwarna krem dengan garis-garis transversal berwarna putih dari anterior
ke posterior. Terdapat bercak-bercak putih saat larutan pengawet (alkohol 70 %)
pada spesimen mulai mengering. Semua spesimen masing-masing memiliki 10
tentakel berbentuk menyirip (pinnate) (Gambar 4.15 A). Spesimen ditemukan
berkelompok pada spons.
Spikula dari dinding tubuh terdiri atas spikula bentuk lempeng jangkar
berukuran 122--132 µm, jangkar berukuran 150--176 µm, dan granula berukuran
10--15 µm. Spikula dari tentakel terdiri atas spikula bentuk granula 10--15 µm
(Gambar 4.15 B--E).
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
42
A
B
D
C
10 µm
E
50 µm
50 µm
A. Hewan Synaptula reticulata
Spikula dinding tubuh:
B. Lempeng jangkar
10 µm
C. Jangkar
D. Granula
Spikula dari tentakel:
E. Granula
Gambar 4.15 Hewan dan spikula Synaptula reticulata
[Sumber: Dokumentasi pribadi.]
4.1.2 Pola Pemisahan Senyawa Dari Ekstrak Holothuroidea
Hasil KLT yang disinari UV 254 nm menunjukkan pola pemisahan
senyawa hanya muncul pada marga Stichopus, Opheodesoma, dan Synapta. Titik
yang muncul pada Opheodesoma dan Synapta tampak berbeda walaupun
keduanya dari satu suku, yakni Synaptidae. Di bawah sinar UV 366 nm, titik
pendar yang muncul terlihat jelas hanya pada Bohadschia, Stichopus, dan
Opheodesoma. Setelah lembar KLT disemprot anesaldehid, pola pemisahan
senyawa yang muncul tampak dapat membedakan marga-marga dari ketiga suku
yakni Holothuriidae (Bohadschia dan Holothuria), Stichopodidae (Stichopus),
serta Synaptidae (Opheodesoma, Synapta, dan Synaptula). Selain itu, tampak
juga adanya kesamaan titik yang dimiliki keenam marga (lingkaran merah)
(Gambar 4.16).
Pada lembar KLT yang disemprot anesaldehid, Bohadschia terlihat
memiliki pola pemisahan senyawa yang agak berbeda dengan Holothuria
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
43
walaupun keduanya memiliki tiga titik. Stichopus yang mewakili suku
Stichopodidae, juga memiliki titik-titik yang dapat membedakannya dengan suku
Holothuriidae (lingkaran putih) dan suku Synaptidae (lingkaran hijau). Pada suku
Synaptidae, Opheodesoma dan Synapta terlihat memiliki pola pemisahan senyawa
yang serupa (lingkaran merah, kuning, putih, dan ungu). Namun keduanya telah
dapat dibedakan di bawah UV. Sedangkan Synaptula memiliki pola pemisahan
berbeda dari anggota suku Synaptidae lainnya (hanya lingkaran merah, kuning,
dan putih). Ketiga marga tersebut juga memiliki titik-titik pada baris yang sama
(lingkaran merah dan kuning).
254 nm
366 nm
B: Bohadschia
B
H
St
H
B
O Sa Su
St O Sa Su
H: Holothuria
St: Stichopus
O: Opheodesoma
Sa: Synapta
Su: Synaptula
B
H
St
O Sa Su
B
H
St
O Sa Su
Gambar 4.16 Hasil KLT pada sinar UV dan setelah disemprot anesaldehid
[Sumber: Dokumentasi pribadi.]
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
44
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Inventarisasi dan Deskripsi Jenis Holothuroidea
Secara umum deskripsi spesimen yang diperoleh sama seperti yang
dideskripsikan Rowe (1969), Clark & Rowe (1971), Massin (1996), Massin
(1999), dan Wirawati dkk. (2007). Namun, memang dijumpai beberapa perbedaan
antara deskripsi literatur dengan beberapa spesimen yang dikoleksi. Perbedaan
tersebut yakni pada jumlah tentakel dan spikula dari tentakel yang kadang tidak
disebutkan dalam literatur.
Deskripsi sampel Bohadschia marmorata yang diperoleh sama dengan
Rowe (1969: 126; 129--130), namun tanpa disebutkan spikula dari tentakelnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa spikula dari tentakel Bohadschia
marmorata adalah spikula bentuk batang dengan ujung berduri dan juga batang
melengkung bercabang di ujungnya.
Beberapa spesimen Holothuroidea memiliki jumlah tentakel yang berbeda
dengan jumlah tentakel yang disebutkan Rowe (1969) yaitu 20 tentakel dan Clark
& Rowe (1971) yaitu 18--20 tentakel. Spesimen tersebut yaitu Holothuria
(Acanthotrapeza) pyxis dengan 14 tentakel, Holothuria (Halodeima) atra dengan
14 dan 16 tentakel, Holothuria (Halodeima) edulis dengan 14 tentakel,
Holothuria (Mertensiothuria) leucospilota dengan 14 dan 17 tentakel,
Holothuria (Stauropora) fuscocinerea 14 tentakel, Holothuria (Thymiosycia)
arenicola dengan 14 tentakel, serta Stichopus quadrifasciatus dengan 13 tentakel.
Samyn (komunikasi personal, 26 April 2011) menyatakan bahwa spesimen
Holothuroidea dengan jumlah tentakel kurang dari jumlah tentakel Holothuroidea
dewasa (18--20 tentakel) kemungkinan adalah juvenil.
Deskripsi spesimen Opheodesoma grisea, Synapta maculata, dan
Synaptula reticulata sama dengan deskripsi Clark & Rowe (1971) dan Massin
(1999). Jumlah tentakel spesimen Opheodesoma grisea (16 tentakel) berbeda
dengan yang disebutkan Massin (1996: 103) yaitu 15 tentakel. Namun masih
dalam kisaran yang disebutkan Clark & Rowe (1971: 206) yaitu 10--20 tentakel.
Jika dibandingkan dengan penelitian Aziz (1981), Siena (1996), Saputra
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
45
(2001), dan Dumilah (2006), maka jumlah jenis Holothuroidea yang diperoleh
pada penelitian ini (15 jenis) relatif sedikit (Lampiran 1). Hal tersebut
menunjukkan pengurangan jumlah jenis yang signifikan akibat eksploitasi.
Berdasarkan pengamatan penulis, masyarakat Kepulaun Seribu juga
mengumpulkan Holothuroidea untuk dikeringkan dan dijual. Darsono (2003: 3)
juga mengungkapkan bahwa pemungutan Holothuroidea dalam jumlah besar dan
terus-menerus akan menurunkan jumlah populasinya. Degradasi habitat juga
mengancam keberadaan Holothuroidea (Darsono 2007: 8). Kerusakan terumbu
karang, pembuangan limbah rumah tangga, dan sedikitnya sumber serasah
(makroalga dan lamun) ditemui saat penelitian dilakukan. Hal-hal tersebut dapat
dikategorikan sebagai ancaman terhadap habitat Holothuroidea.
Di antara jenis-jenis yang diperoleh dalam penelitian ini, ada empat jenis
Holothuroidea yang tidak diperoleh dari penelitian sebelumnya yaitu Holothuria
(Acanthotrapeza) pyxis, Stichopus herrmanni, Stichopus quadrifasciatus dan
Synaptula reticulata. Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis, Stichopus
quadrifasciatus, dan Synaptula reticulata baru pertama kali tercatat (new record)
di TNKpS. Beberapa literatur menyebutkan bahwa Holothuria (Acanthotrapeza)
pyxis tersebar di India timur dan Kepulauan Andaman (Rowe 1969: 138; Clark &
Rowe 1971: 177; James 1994: 38). Keberadaan Indonesia dan India dalam
kawasan Samudera Hindia serta larva yang bersifat planktonik memungkinkan
Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis bisa tersebar sampai Indonesia. Morfologi dan
spikula spesimen Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis yang dikoleksi sama dengan
deskripsi Rowe (1969: 138--139) yaitu tubuh silindris dengan papila terletak acak
di bagian dorsal dan dapat mencapai ukuran 350 mm. Spikula terdiri atas spikula
bentuk meja dan roset. Spikula bentuk meja memiliki lempeng meja (disc) sedikit
melengkung, sehingga seperti cangkir dan piring alasnya (cup and saucer
appearance) jika dilihat dari samping. Pinggiran meja pada anak marga
Acanthotrapeza sangat khas, yakni berduri (Acanthodes = berduri atau bertanduk;
trapeza = meja) (Gambar 4.17). Spikula bentuk meja memiliki ukuran tiang meja
(spire) yang lebih kecil dari diameternya. Diameter spikula bentuk meja yang
terdapat dalam Rowe (1969: 138) adalah 55--76 µm dengan ukuran tiang meja
(spire) 30--48 µm. Namun tidak disebutkan adanya spikula bentuk batang dari
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
46
dinding tubuh atau pun dari tentakel. Spikula bentuk meja dengan deskripsi
serupa diperoleh saat pengamatan spikula. Diameter spikula bentuk meja dari
spesimen yang ditemukan adalah 98--112 µm dengan tiang meja (spire) berukuran
30--38 µm.
A
Spikula dari dinding tubuh
Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis
B
A. Roset
B. Spikula bentuk meja (tampak bawah)
C. Spikula bentuk meja (tampak samping)
C
50 µm
A
B
C
50 μm
Gambar 4.17 Spikula dari dinding tubuh Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis
[Sumber: Rowe 1969: 139 & dokumentasi pribadi.]
Morfologi dan komposisi spikula dari spesimen Stichopus hermanni yang
diperoleh sama dengan yang dideskripsikan oleh Massin (1996: 35), Massin
(1999: 65), dan Wirawati dkk. (2007: 361). Spikula dari spesimen yang diperoleh
terdiri atas spikula bentuk meja, roset, batang berduri dengan bagian tengah
bercabang, batang huruf C, lempeng berlubang dan dari tentakel diperoleh spikula
bentuk batang. Spikula bentuk meja berdiameter 25--55 µm, roset berukuran 30-63 µm, batang dengan duri di seluruh permukaannya dan bercabang di tengahnya
berukuran 278--330 µm, batang huruf C berukuran 83--138 µm, serta lempeng
berlubang berukuran 203--260 µm. Spikula bentuk batang dari tentakel berukuran
103--208 µm. Massin (1999: 65) menyebutkan ukuran dari spikula yang sama
yakni spikula bentuk meja berdiameter 35--65 µm, roset berukuran 15--55 µm,
batang berduri dengan bagian tengah bercabang berukuran 160--190 µm, batang
huruf C berukuran 95--180 µm, lempeng berlubang berukuran 250--290 µm, dan
spikula batang dari tentakel berukuran 45--600 µm. Sebagian besar spikula yang
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
47
diperoleh berada pada kisaran yang disebutkan Massin (1999: 65), walaupun ada
perbedaan ukuran pada spikula roset dan batang dengan bagian tengah bercabang.
Namun, Massin (1996: 35) dan Wirawati dkk. (2007: 361) juga tidak
menyebutkan ukuran spikula bentuk roset dan batang berduri dengan bagian
tengah berlubang yang diperoleh oleh keduanya.
Stichopus hermanni tidak ditemukan pada penelitian sebelumnya.
Stichopus herrmanni awalnya merupakan varietas Stichopus variegatus
(Stichopus variegatus var. herrmanni) (Samyn 2000: 13). Rowe & Gates (1995
lihat Wirawati dkk. 2007: 375) menyatakan bahwa nama Stichopus variegatus
tidak lagi valid. Jenis Stichopus variegatus dikelompokkan dalam salah satu dari
dua nama yaitu Stichopus hermanni Semper, 1868 atau Stichopus
monotuberculatus (Quoy & Gaimard, 1833). Aziz (1981: 50), Siena, (1996: 97),
dan Saputra (2001: 49) menemukan Stichopus variegatus pada penelitian mereka.
Jenis tersebut bisa jadi adalah Stichopus herrmanni atau
Stichopus monotuberculatus. Untuk memastikan nama jenis yang sesuai,
dibutuhkan pengamatan saksama terhadap spesimen Stichopus variegatus yang
ditemukan pada penelitian sebelumnya.
Stichopus quadrifasciatus tidak diperoleh pada penelitian Aziz (1981),
Siena (1996), Saputra (2001), Dumilah (2006) atau pun dalam artikel tulisan
Darsono (2005) dan Purwati (2005) tentang Holothuroidea yang dieksploitasi di
Indonesia. Kemungkinan Stichopus quadrifasciatus diidentifikasi sebagai
Stichopus horrens atau Stichopus variegatus karena morfologinya mirip
(Wirawati dkk. 2007: 375). Stichopus quadrifasciatus merupakan jenis baru yang
ditemukan oleh Massin tahun 1999 di Kepulauan Spermonde, Sulawesi,
Indonesia. Morfologi dan komposisi spikula dari spesimen yang diperoleh pada
penelitian ini sama dengan yang disebutkan Massin (1999: 68). Spikula dinding
tubuh ventral dan dorsal hampir sama yakni terdiri atas spikula bentuk meja, roset,
batang dengan cabang di ujung dan tepi-tengahnya, serta batang berbentuk huruf
C. Hanya saja, pada dinding tubuh dorsal terdapat spikula lempeng berlubang.
Spikula bentuk meja berdiameter 38--50 µm, roset berukuran 23--45 µm,
batang dengan bagian tengah dan ujung bercabang berukuran 258--550 µm,
batang huruf C berukuran 99--102 µm, serta lempeng berlubang berukuran
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
48
145--225 µm. Spikula dari tentakel terdiri atas spikula bentuk batang dengan
ujung berduri berukuran 313--1200 µm. Massin (1999: 68--71) menyebutkan
komposisi spikula yang sama yakni spikula bentuk meja berdiameter 35--50 µm,
roset berukuran 20--30 µm, batang dengan bagian tengah dan ujung bercabang
berukuran 240--360 µm, batang huruf C berukuran 50--135 µm, serta lempeng
berlubang berukuran 155--240 µm. Spikula dari tentakel terdiri atas spikula
bentuk batang dengan ujung berduri berukuran 100--1000 µm. Ketiadaan spikula
bentuk meja seperti paku (tack-like tables) membuat Stichopus quadrifasciatus
berbeda dengan Stichopus horrens. Stichopus quadrifasciatus pun tidak memiliki
spikula bentuk meja yang lempeng mejanya (disc) lebar seperti yang ada pada
Stichopus hermanni (Massin 1999: 71). Hasil pengamatan spikula yang dilakukan
menunjukkan hal serupa (Gambar 4.18).
A
B
25 µm
C
50 µm
A. Stichopus herrmanni
B. Stichopus horrens
C. Stichopus quadrifasciatus
40 µm
Gambar 4.18 Perbandingan spikula bentuk meja pada marga Stichopus
[Sumber: Dokumentasi pribadi.]
Synaptula reticulata juga tidak ditemukan pada penelitian sebelumnya
mungkin karena jenis tersebut ditemukan melekat pada spons di lereng terumbu
Pulau Pramuka (Lampiran 2). Namun Massin (1999: 123) menemukan
Synaptula cf. reticulata menempel pada Millepora (Hydrozoa), Culcita sp.
(Asteroidea), di pasir, dan di area pecahan karang. Purwati & Wirawati (2008:
376--377) menemukan Synaptula cf. denticulata di padang lamun Elnusa, Nusa
Tenggara Timur, Indonesia. James (1982: 103) menemukan Synaptula recta
melekat pada alga di perairan India.
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
49
Morfologi dan komposisi spikula dari spesimen yang diperoleh sama
dengan yang dideskripsikan Massin (1999: 119--125). Spikula dari dinding tubuh
spesimen yang diperoleh terdiri atas spikula bentuk lempeng jangkar berukuran
132 µm, jangkar berukuran 150 µm, dan granula berukuran 10--15 µm. Spikula
tentakel terdiri atas granula berukuran 10--15 µm. Ukuran spikula tersebut masih
berada dalam kisaran yang disebutkan Massin (1999: 120) yakni lempeng jangkar
berukuran 118--137 µm, jangkar berukuran 147--169 µm, dan granula berukuran
10--17 µm.
4.2.2 Pola Pemisahan Senyawa Dari Ekstrak Holothuroidea
Perbedaan pola pemisahan senyawa dari Bohadscia dan Holothuria
mungkin disebabkan kandungan senyawa yang berbeda pada keduanya. Van
Dyck dkk. (2010: 178--179) mengemukakan bahwa Bohadschia hanya memiliki
saponin tidak tersulfat. Sedangkan Holothuria memiliki saponin tersulfat dan
tidak tersulfat. Adanya titik yang agak jauh dari titik penotolan Bohadschia (pada
lembar KLT yang disemprot anesaldehid) juga mengindikasikan adanya senyawa
kurang polar atau bahkan non-polar. Senyawa kurang polar akan bergerak paling
jauh pada fase diam KLT (lembar silica gel) (Nelson & Cox 2005: 365).
Holothuria dan Bohadschia memang terlihat mirip secara morfologi namun
bentuk dan komposisi spikulanya berbeda (Gambar 4.1--Gambar 4.9).
Stichopus terlihat memiliki pola pemisahan senyawa yang berbeda dari
Bohadschia dan Holothuria, baik saat hasil KLT disinari UV atau pun setelah
disemprot anesaldehid. Perbedaan tersebut mungkin diakibatkan kandungan
senyawa yang berbeda di antara ketiganya. Triterpen glikosida tiap marga dari
Holothuroidea memiliki kekhasan tersendiri. Holothuria memiliki holothurin,
Bohadschia memiliki bohadschiosida, dan Stichopus memiliki stichoposida
(Stonik 1986: 424). Hal tersebut semakin menegaskan bahwa Stichopus (suku
Stichopodidae) memang berbeda dengan Bohadschia dan Holothuria (suku
Holothuriidae) dari morfologi, spikula, dan kandungan senyawa kimia.
Pola pemisahan anggota suku Synaptidae (Opheodesoma, Synapta dan
Synaptula) pada lembar KLT terlihat berbeda di bawah UV dan setelah disemprot
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
50
anesaldehid. Pola pemisahan senyawa yang berbeda tersebut menunjukkan
adanya senyawa tertentu yang mungkin dapat digunakan untuk membedakan
marga dalam suku Synaptidae. Tidak adanya titik pendar pada Synaptula saat
lembar KLT disinari UV mungkin karena marga tersebut tidak memiliki senyawa
berkromofor. Marston & Hostettmann (2006: 2) menyatakan bahwa senyawasenyawa yang memiliki kromofor dapat dideteksi di bawah UV. Selain itu,
Ponomarenko dkk. (2001: 57) mendapati banyak sterol Δ5 abnormal (sekitar 40%
dari jumlah sterol) pada Synapta maculata. Hal tersebut kontras dengan
kebanyakan Holothuroidea yang sterol dominannya adalah sterol Δ7.
Adanya kesamaan titik yang dimiliki keenam marga menunjukkan
kemungkinan adanya senyawa yang dapat menjadi penanda kelas Holothuroidea.
Bergmann (1962 dalam Goad 1972: 223) menyebutkan bahwa Echinodermata
terbagi dalam dua kelompok berdasarkan tipe sterolnya, yaitu kelompok dengan
sterol ∆5 dan ∆7. Sterol ∆7 dimiliki Holothuroidea dan Asteroidea (Stonik &
Elyakov 1988: 60--63). Penelitian lebih lanjut memang masih dibutuhkan terkait
penggunaan ekstrak Holothuroidea untuk taksonomi.
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. 15 jenis Holothuroidea yang berhasil diidentifikasi yaitu dua jenis dari marga
Bohadschia, tujuh jenis dari marga Holothuria, tiga jenis dari marga
Stichopus, dan masing-masing satu jenis dari marga Opheodesoma, Synapta,
serta Synaptula.
2. Terdapat tiga jenis yang baru tercatat (new record) di TNKpS pada penelitian
ini yaitu Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis, Stichopus quadrifasciatus, dan
Synaptula reticulata.
2. Hasil pemisahan senyawa dari ektrak kasar Holothuroidea pada lembar KLT
yang dilihat di bawah sinar UV dan setelah disemprot dengan anesaldehid
menunjukkan pola pemisahan senyawa yang berbeda di antara keenam marga.
Hal tersebut mengindikasikan dapat digunakannya pola pemisahan senyawa
dari ekstrak kasar untuk membedakaan Holothuroidea pada tingkat marga.
3. Perbedaan pola pemisahan senyawa dari ektrak kasar Holothuroidea
mempertegas taksonomi Holothuroidea melalui identifikasi menggunakan
karakter morfologi dan spikula.
5.2 SARAN
1. Eksplorasi berbagai jenis Holothuroidea di TNKpS perlu diperluas hingga ke
daerah lereng terumbu bahkan dasar perairan, mengingat kedalaman perairan
TNKpS relatif terjangkau (30--40 m). Dengan demikian, jenis-jenis
Holothuroidea yang diperoleh mungkin bisa lebih bervariasi (termasuk jenisjenis yang belum pernah tercatat).
2. Perlu ada usaha budidaya Holothuroidea untuk menurunkan eksploitasi
Holothuroidea sehingga keanekaragamannya tetap terjaga di alam.
3. Pemeriksaan senyawa spesifik marga-marga Holothuroidea dari TNKpS akan
melengkapi data identifikasi Holothuroidea yang ada.
51
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
DAFTAR REFERENSI
Abdullah, A., A. Sumatri, A. Hartadi, D. Qurani, S. Sutadi, E. Sutisna, & H.
Sutoyo. 1999. Buku Informasi Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan
Seribu. Departemen Kehutanan Dan Perkebunan, Jakarta: iii + 30 hlm.
Arnold, P. W. & S. A Birtles. 1989. Soft-Sediment Marine Invertebrates of
Southeast Asia and Australia: A Guide to Identification. Australian
Institute of Marine Science, Townsville: xxi + 272 hlm.
Aziz, A. 1981. Fauna Echinodermata Dari Terumbu Karang Pulau Pari, PulauPulau Seribu. Oseanologi di Indonesia. 14: 41--50.
Aziz, A. 1996. Habitat Dan Zonasi Fauna Ekinodermata di Ekosistem Terumbu
Karang. Oseana. 21 (2): 33--43.
Bakus, G. J. 1974. Toxicity in Holothurians: A Geographical Pattern. Biotropica.
6 (4): 229--236.
Boyer, R. 2000. Modern Experimental Biochemistry. 3rd ed. Addison Wesley
Longman, San Francisco: xviii + 475 hlm.
Buchsbaum, R., M. Buchsbaum, J. Pearse & V. Pearse. 1987. Animals Without
Backbones. 3rd ed. University of Chicago Press, London: x + 572 hlm.
Castillo, J. A. 2006. Predator Defense Mechanisms in Shallow Water Sea
Cucumber (Holothuroidea). http://.escholarship.org.uc. 12 hlm. 14 April
2010, pk. 09.02.
Castro, P. & M. E Huber. 2000. Marine Biology. 5th ed. Mc. Graw-Hill, Boston:
xii + 452 hlm.
Clark, A. M. dan F. W. E. Rowe. 1971. Monograph of Shallow-water Indo-West
Pacific Echinoderms. Trustees of The British Museum (Natural History),
London: 171--210.
Conand C. 1986. Les ressources Halieutiques des Pays Insulaires du Pacifique.
Deuxiemepartie: Les Holothuries. FAO Fisheries Technical Paper. 272.2:
108 hlm. (Publikasi dalam bahasa Inggris: Conand, C. 1989. The Fishery
Resources of Pacific Island Countries. Part 2. Holothurians. 143 hlm.).
Darsono, P. 1999a. Perkembangan Pembenihan Teripang Pasir, Holothuria scabra
Jaeger, di Indonesia. Oseana. 14 (3): 35--45.
52
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
53
Darsono, P. 1999b. Reproduksi A-Seksual Pada Teripang. Oseana. 26 (2): 1--11.
Darsono, P. 2003. Sumber Daya Teripang Dan Pengelolaannya. Oseana. 28 (2):
1--9.
Darsono, P. 2005. Teripang (Echinodermata: Holothurians) Perlu Dilindungi.
Jurnal Biologi Indonesia. 3 (9): 405--410.
Darsono, P. 2007. Teripang (Holothruoidea): Kekayaan Alam Dalam Keragaman
Biota Laut. Oseana. 32 (2): 1--10.
Dumilah, D.R. 2006. Kelimpahan teripang (Holothuroidea) di Rataan Terumbu
Pulau Putri Timur, Kepulauan Seribu. Skripsi S1 Departemen BiologiFMIPA Universitas Indonesia, Depok: vii + 50 hlm.
Goad,L. J., I. Rubinstein & A. G. Smith. 1972. The Sterols of Echinoderms.
Proceedings of the Royal Society. 180. (1059): 223--246.
Januari 2011. http://www.iobis.org, 28 April 2011, pk. 21.08.
Holtorf, G.W. 2005. Peta Jabotabek Versi 2.0. Huber kartographie, Muenchen.
James, D. B. 1982. Studies on Indian Echinoderms-II On Protankyra
Tuticorenensis sp. Nov. And Other Apodous Holothurians From the Indian
Seas. J.mar. bio. Ass. India. 24 (1 & 2): 92--105.
James, D. B. 1994. Ecology of Commercially Important Holothurians Of India.
Bulletin Central Marine Fisheries Research Institute, 46: 37 & 38.
James, D. B. 2000. Sea Cucumbers. Dalam Pillai, V. N. & N. G. Menon (eds.).
Marine Fisheries and Management. Central Marine Fisheries Research
Institute: 124--151.
Jasin, M. 1992. Zoologi Invertebrata. Sinar Wijaya, Surabaya: x + 277 hlm.
Jun Wu, Yang-Hua Yi, Hai-Feng Tang, Hou-Ming Wu & Zhen-Rong Zhou. 2007.
Hillasides A And B, Two New Cytotoxic Triterpene Glycosides From The
Sea Cucumber Holothuria Hilla Lesson. Journal of Asian Natural
Products Research. 9 (7): 609--615.
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. 2009. Kemitraan Dan Kesinergisan:
9 hlm. www.dephut.go.id/files/TN_Kep_Seribu_2008.pdf. 10 Januari
2010, pk. 15.00.
Kerr, A. M. 2000. Holothuroidea, Sea cucumbers. 2000.
http://tolweb.org/Holothuroidea/19240/2000.14 April 2010, pk. 8.57
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
54
Lane, D. J. W. & D. Vandenspiegel 2003. A Guide to Sea Stars and
Other Echinoderms of Singapore. OMNI-Theatre Singapore Science
Centre. Singapore : 187 hlm.
Marston, A. & K. Hostettmann. 2006. Separation and Quantification of
Flavonoids. Dalam M. Ø. Andersen & K. R Markham (Ed). Flavonoids:
Chemistry, Biochemistry, and Applications. CRC Press, Boca Raton: 1197
hlm.
Massin, C. 1996. Results of the Rumphius Biohistorical Expedition to Ambon
(1990). Part 4. The Holothuroidea (Echinodermata) Collected at Ambon
During the Rumphius Biohistorical Expedition. Zoologische
Verhandelingen, Leiden. (40): 1--53.
Massin, C. 1999. Reef-dwelling Holothuroidea (Echinodermata) of the
Spermonde Archipelago (South-West Sulawesi, Indonesia). Zoologische
Verhandelingen, Leiden. (329): 1--144.
Nelson, D. L & M. M Cox. 2005. Lehninger Principles of Biochemistry. 4th ed.
1119 hlm.
O’Loughlin, P. K. 2009. BANZARE Holothuroids (Echinodermata:
Holothuroidea). Zootaxa. 2196: 1--18.
Pawson, D. L. 1963. The Holothurian Fauna of Cook Strait, New Zealand.
Zoology Publications From Victoria University of Wellington.
http://www.nzetc.org/tm/scholarly/tei-Vic36Zool-t1-back.html: 1--38.
Pawson, D. L. 2007. Phylum Echinodermata. Zootaxa. (1668): 749--764.
Pechenik, J. A. 1996. Biology of invertebrates. 3rd ed. McGraw-Hill Companies,
Inc., Boston: xvii + 553 hlm.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 2010. Kepulauan Seribu: 31 Oktober 2009.
http://www.jakarta.go.id/jakv1/. 6 Juli 2011, pk. 17. 20 WIB.
Ponomarenko, L. P., A. I. Kalinovsky, O. P. Moiseenko, & V. A. Stonik. 2001.
Free Sterols From the Holothurians Synapta maculata, Cladolabes
bifurcatus and Cucumaria sp. Comparative Biochemistry and Physiology
Part B: Biochemistry and Molecular Biology. 128 (1): 53--62.
Purwati, P. 2005. Teripang Indonesia: Komposisi Dan Sejarah Perikanan. Oseana.
30 (2): 11--18.
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
55
Purwati, P. & I. Wirawati. 2008. Synaptidae (Echinodermata: Apodidae) Dari
Daerah Lamun Elnusa, Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Oseanologi
dan Limnologi di Indonesia. 34 (3): 371--384.
Quinn, R. J. 1988. Chemistry of Aqueous Marine Extracts Isolation Techniques.
Bioorganic Marine Chemistry. Springer-Verlag, Berlin: 1--39.
Rogacheva, A., I. A Cross & D. S. M. Billett. 2009. Psychropotid Holothurians
(Echinodermata: Holothuroidea: Elasipodida) Collected at Abyssal Depths
from Around the Crozet Plateau in the Southern Indian Ocean. Zootaxa.
2096: 460--478.
Rowe, F. W. E. 1969. A review of the family Holothuriidae (Holothuroidea,
Aspidochirotida). Bulletin of the British Museum (Natural History)
Zoology. (18): 119--170.
Rowe, F. W. E. & J. E. Doty. 1977. The Shallow-Water Holothurians of Guam.
Micronesia. 13 (2): 217--250.
Samyn, Y. 2000. Conservation of Aspidochirotid Holothurians in the Littoral
Waters of Kenya. Beche-de-mer Information Bulletin #13 – July: 12--17.
Samyn, Y., D. Vandenspiegel, & C. Massin. 2006. A new Indo-West Pacific
Species of Actinopyga (Holothuroidea: Aspidochirotida, Holothuriidae).
Zootaxa. (1138): 53--68.
Samyn, Y. (2011, 22 April). Tentacles of Holothuria. 26 April 2011.
[email protected]
Saputra, D. A. 2001. Stuktur Komunitas Teripang (Holothuroidea) di Perairan
Pulau Pramuka dan Pulau Tikus, Kepulauan Seibu, Jakarta. Skripsi S1
Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
Bogor: x + 59 hlm.
Setyawan, E., Estradivari & S. Yusri. 2009. Mengenal Alam Pesisir Kepulauan
Seribu. PT. Penerbit IPB Press, Jakarta: x + 106 hlm.
Siena, K. 1996. Inventarisasi jenis-jenis teripang (Echinodermata,
Holothuroidea) di rataan terumbu Pulau Penjaliran Barat, Teluk Jakarta.
Skripsi S1 Departemen Biologi-FMIPA Universitas Indonesia, Depok: ix
+ 111 hlm.
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
56
Stonik, V. A. 1986. Some Terpenoid And Steroid Derivates From Echinoderms
And Sponges. Pure & Applicative Chemistry. 58 (3): 423--436.
Stonik, V. A. & G. B. Elyakov. 1988. Secondary Metabolites from Echinoderms
as Chemotaxonomic Markers. Bioorganic Marine Chemistry. SpingerVerlag, Berlin: 43--86.
Van Dyck, S., P. Gerbaux, & P. Flammang. 2010. Qualitative and Quantitative
Saponin Contents in Five Sea Cucumber of the Indian Ocean. Marine
Drugs. 8: 173--189.
Wirawati, I., A. Setyastuti & P. Purwati. 2007. Timun laut anggota famili
Stichopodidae (Aspidochirotida, Holothuroidea, Echinodermata) Koleksi
Puslit Oseanologi LIPI Jakarta. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia.
33 (3): 355--380.
Yusron, E. 2006. Keanekaragaman Echinodermata di Perairan Morotai
bagian selatan, Maluku Utara. Oseana. 31 (3): 13--20.
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
57
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jenis-jenis Holothuroidea yang ditemukan di Taman Nasional
Kepulauan Seribu, Jakarta
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Jenis
Actinopyga echinetes
Actinopyga lecanora
Actinopyga miliaris
Bohadschia argus
Bohadschia graeffei
Bohadschia marmorata
Bohadchia similis
Bohadschia vitiensis
H. (Acanthotrapeza) coluber
H. (Acanthotrapeza) pyxis *
H. (Halodeima) atra
H. (Halodeima) edulis
H. (Mertensiothuria) leucospilota
H. (Metriatyla) scabra
H. (Microthele) nobilis
H. (Stauropora) fuscocinerea
H. (Thymiosycia) arenicola
H. (Thymiosycia) impatiens
Holothuria auricelsa
Holothuria coronopertusa
Holothuria fuscopunctata
Holothuria hilla
Holothuria marmorata
Holothuria sp.
Stichopus chloronotus
Stichopus herrmanni
Stichopus horrens
Stichopus quadrifasciatus *
Stichopus variegatus
Thelenota ananas
Opheodesoma grisea
Synapta maculata
Synapta sp.
Syanaptula reticulata *
Aziz
1981
Siena
1996
x
x
Saputra
2001
Dumilah
2006
Pratiwi
2010
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Keterangan:
Jenis yang tidak ditemukan pada penelitian sebelumnya
* Jenis yang baru tercatat (new record) di TNKpS Jakarta
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
58
Lampiran 2. Jenis-jenis Holothuroidea yang ditemukan dan lokasinya
No
1
2
4
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Jenis
Bohadschia argus
Bohadschia marmorata
H. (Acanthotrapeza) coluber
H. (Acanthotrapeza) pyxis
H. (Halodeima) atra
H. (Halodeima) edulis
H. (Mertensiothuria) leucospilota
H. (Thymiosycia) arenicola
H. (Stauropora) fuscocinerea
Opheodesoma grisea
Stichopus herrmanni
Stichopus horrens
Stichopus quadrifasciatus
Synapta maculata
Syanaptula reticulata
PTi
Pra
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
KBe
x
x
KKe
SDa
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Keterangan:
Pti
: Pulau Penjaliran Timur
Pra
: Pulau Pramuka
Kbe : Pulau Kotok Besar
KKe : Pulau Kotok Kecil
Sda : Pulau Semak Daun
Universitas Indonesia
Inventarisasi jenis..., Fuji Pratiwi, FMIPA UI, 2011
Download