peraturan kepala badan pengawas tenaga nuklir - JDIH

advertisement
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
NOMOR 12 TAHUN 2014
TENTANG
SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI
DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan
mewujudkan
Korupsi
Tahun
pengawai/pejabat
di
2014,
dan
Lingkungan
untuk
Badan
Pengawas Tenaga Nuklir yang bersih, bebas dari korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN) perlu dilakukan upaya-upaya
dalam pemberantasan KKN dalam bentuk pengendalian
gratifikasi;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan
Pengawas Tenaga Nuklir tentang Sistem Pengendalian
Gratifikasi di Lingkungan Badan Pengawas Tenaga Nuklir;
Mengingat
: 1. Undang-Undang
Nomor
28
Tahun
1999
tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
2. Undang-Undang
Nomor
31
Tahun
1999
tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor
3874)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor …
-2-
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4150);
3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4250);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014
Nomor,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 6);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890);
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun
2012
tentang
Strategi
Nasional
Pencegahan
dan
Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 20122025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014;
7. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan,
Tugas,
Fungsi,
Kewenangan,
Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang
Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103
Tahun
2001
Kewenangan,
tentang
Susunan
Kedudukan,
Organisasi
Tugas,
dan
Tata
Fungsi,
Kerja
Lembaga Pemerintah Non Kementerian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 10);
8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 11
Tahun 2008 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala
BAPETEN Nomor 01.Rev.2/K.OTK/V-04 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Badan Pengawas Tenaga Nuklir;
9. Peraturan …
-3-
9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 12
Tahun 2008 tentang Balai Pendidikan dan Pelatihan Badan
Pengawas Tenaga Nuklir;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
TENTANG
SISTEM
PENGENDALIAN
GRATIFIKASI
DI
LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir, yang
dimaksud dengan:
1.
Badan Pengawas Tenaga Nuklir yang selanjutnya disebut
BAPETEN adalah instansi yang bertugas melaksanakan
pengawasan melalui peraturan, perizinan, dan inspeksi
terhadap segala kegiatan Pemanfatan Tenaga Nuklir
sebagaimana
yang
dimaksud
dalam
Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran.
2.
Pegawai Negeri Sipil BAPETEN yang selanjutnya disebut
Pegawai
BAPETEN
adalah
Pegawai
sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang
Aparatur
Sipil
Negara,
yang
bertugas
di
lingkungan BAPETEN;
3.
Komisi Pemberantasan Korupsi, atau disingkat menjadi
KPK, adalah komisi di Indonesia yang dibentuk pada
tahun
2003
untuk
mengatasi,
menanggulangi
dan
memberantas korupsi di Indonesia. Komisi ini didirikan
berdasarkan kepada Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
4. Gratifikasi …
-4-
4.
Gratifikasi adalah penerimaan dan/atau pemberian dalam
arti luas, yakni meliputi uang, barang, rabat (discount),
komisi, pinjaman tanpa bunga, pengobatan cuma-cuma,
tiket perjalanan, perjalanan wisata, hiburan, fasilitas
penginapan, dan fasilitas lainnya, baik yang diterima di
dalam negeri maupun yang di luar negeri dan yang
dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau
tanpa sarana elektronik;
5.
Sistem Pengendalian Gratifikasi BAPETEN adalah proses
pengelolaan
gratifikasi
yang
dirancang
untuk
mengendalikan penerimaan, penolakan, dan pemberian
gratifikasi, serta pelaporan sistem pengendalian gratifikasi
di lingkungan BAPETEN;
6.
Gratifikasi yang dapat dianggap suap adalah gratifikasi
yang diperoleh pegawai dan/atau keluarganya, yang
berkaitan dengan jabatan dan/atau kedudukan dan
berlawanan dengan tugas dan kewajiban dari pegawai;
7.
Gratifikasi
dalam
kedinasan
adalah
gratifikasi
yang
diterima oleh pegawai di lingkungan BAPETEN dalam
melaksanakan tugas kedinasan;
8.
Gratifikasi bukan suap dan kedinasan adalah gratifikasi
yang diterima oleh pegawai yang tidak termasuk dalam
lingkup
gratifikasi
yang
dapat
dianggap
suap
dan
gratifikasi dalam kedinasan;
9.
Suap adalah suatu perbuatan memberi atau menjanjikan
sesuatu kepada seorang PNS dengan maksud agar ia
berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya;
10. Benda gratifikasi adalah barang berwujud yang dapat
dinilai
dengan
uang,
yang
diterima
oleh
dan/atau
diberikan kepada Pegawai BAPETEN;
11. Unit Pengendalian Gratifikasi yang selanjutnya disingkat
UPG
adalah
unit
pelaksana
program
pengendalian
gratifikasi di lingkungan BAPETEN.
BAB II …
-5-
BAB II
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Peraturan Kepala BAPETEN ini bertujuan:
a. memberikan pedoman bagi pegawai BAPETEN dalam
menentukan tindakan-tindakan yang berpotensi atau
mengarah pada Gratifikasi;
b. mewujudkan lingkungan BAPETEN yang bersih dan
bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; dan
c. membangun integritas pegawai BAPETEN yang bersih
dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Pasal 3
Ruang lingkup peraturan Kepala BAPETEN ini meliputi:
a. kategori gratifikasi;
b. kewajiban Unit Pengendalian Gratifikasi; dan
c. mekanisme pelaporan.
BAB III
KATEGORI GRATIFIKASI
Pasal 4
(1) Gratifikasi terdiri atas:
a. gratifikasi yang dianggap suap;
b. gratifikasi dalam kedinasan; atau
c. gratifikasi bukan suap dan kedinasan.
(2) Gratifikasi yang dianggap suap sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. imbalan
yang
bersifat
transaksional
yang
terkait
dengan suatu kegiatan;
b. pengembalian dana terkait penyelenggaraan kegiatan
yang
diterima
instansi
dan
digunakan
untuk
kepentingan pribadi;
c. gratifikasi yang terkait dengan pengadaan barang dan
jasa, pelayanan publik, atau proses lainnya; dan
d. sponsorship …
-6-
d. sponsorship
yang
terkait
dengan
kegiatan
kelembagaan.
(3) Gratifikasi dalam kedinasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi:
a. biaya perjalanan dinas, honorarium, dan fasilitas
dalam rangka pelaksanaan tugas yang diberikan oleh
penyelenggara kegiatan yang bersumber dari selain
anggaran dan tidak sesuai dengan standar biaya yang
berlaku;
b. hidangan/sajian/jamuan
minuman yang
berupa
makanan
dan
tidak sesuai dengan kepatutan dan
kewajaran; dan
c. biaya perjalanan dinas, honorarium, fasilitas, seminar
kit, sertifikat, plakat/cinderamata yang diberikan oleh
penyelenggara kegiatan seminar dan sejenisnya, yang
terdapat konflik kepentingan.
(4) Gratifikasi bukan suap dan kedinasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. hadiah
langsung/rabat/diskon,
voucher,
point
rewards, yang berlaku secara umum dan tidak terkait
kedinasan;
b. benda gratifikasi yang diperoleh dari penempatan
dana, investasi atau kepemilikan saham pribadi yang
berlaku secara umum dan tidak terkait kedinasan;
c. benda gratifikasi yang diperoleh dari kompensasi atas
profesi di luar kedinasan yang tidak terkait dengan
tugas
pegawai
dan
tidak
melanggar
konflik
kepentingan dan aturan perilaku;
d. benda
gratifikasi
yang
diperoleh
dari
hubungan
keluarga sedarah dalam keturunan garis lurus dua
derajat atau dalam garis keturunan samping satu
derajat
sepanjang
tidak
mempunyai
konflik
kepentingan dengan penerima gratifikasi;
e. benda
gratifikasi
yang
diperoleh
dari
hubungan
semenda …
-7-
semenda dalam keturunan garis lurus dua derajat
atau dalam garis keturunan samping satu derajat
sepanjang
tidak
mempunyai
konflik
kepentingan
dengan penerima gratifikasi;
f. benda gratifikasi yang diperoleh dari pihak lain terkait
dengan perayaan, musibah atau bencana dan bukan
dari pihak-pihak yang mempunyai konflik kepentingan
dengan penerima gratifikasi.
BAB IV
SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI
Pasal 5
(1) Dalam
rangka
meningkatkan
pencegahan
terjadinya
tindak pidana korupsi melalui Gratifikasi di lingkungan
BAPETEN, maka dibentuk UPG BAPETEN.
(2) UPG BAPETEN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari Inspektorat dan Seluruh Pimpinan unit kerja
di lingkungan BAPETEN.
(3) UPG BAPETEN sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala BAPETEN.
Pasal 6
(1) UPG BAPETEN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat
(1)
bertugas
sebagai
Tim
yang
melaksanakan
analisis, pelaporan, pemantauan, dan evaluasi kepada
Komisi Pemberantasan Korupsi terkait adanya Gratifikasi.
(2) Dalam melaksanakan tugas UPG BAPETEN mempunyai
fungsi sebagai berikut:
a. menerima pelaporan Gratifikasi dari seluruh pegawai
BAPETEN melalui pimpinan unit kerja;
b. melakukan
analisis
pemrosesan
setiap
laporan
atas
laporan
terkait
dengan
Gratifikasi yang diterima;
c. melakukan
Gratifikasi
konfirmasi
kepada
langsung
pelapor
yang
kejadian …
-8-
kejadian penerimaan/pemberian Gratifikasi;
d. menentukan
dan
memberikan
rekomendasi
atas
penanganan dan pemanfaatan Gratifikasi yang Tidak
Dianggap Suap terkait kedinasan;
e. memberikan rekomendasi tindak lanjut kepada UPG
BAPETEN dalam hal terjadi pelanggaran Peraturan
Kepala
BAPETEN
oleh
Pegawai
BAPETEN
di
Iingkungan kerjanya;
f. melakukan koordinasi, konsultasi dan surat-menyurat
dengan Komisi Pemberantasan Korupsi atas nama
Kepala BAPETEN;
g. memantau
tindak
pemanfaatan
lanjut
Gratifikasi
atas
rekomendasi
dan
yang
sampaikan
oleh
pimpinan unit Kerja;
h. meminta data dan informasi kepada pimpinan unit
kerja
terkait
pemantauan
penerapan
program
pengendalian Gratifikasi dilingkungannya; dan
i. memberikan rekomendasi dan melaporkan hasil tindak
lanjut penanganan pelaporan Gratifikasi di lingkungan
BAPETEN
kepada
Kepala
BAPETEN
dan
Komisi
Pemberantasan Korupsi.
BAB V
MEKANISME PELAPORAN GRATIFIKASI
Pasal 7
(1) Setiap Pegawai BAPETEN wajib melaporkan gratifikasi
yang diterima kepada Komisi Pemberantasan Korupsi.
(2) Dalam
rangka
gratifikasi
di
mempermudah
lingkungan
koordinasi
BAPETEN,
pelaporan
pelaporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
pada UPG BAPETEN melalui pimpinan unit kerja.
(3) Dalam hal Pegawai BAPETEN melaporkan gratifikasi
kepada …
-9-
kepada UPG BAPETEN, harus memberitahukan kepada
pimpinan unit Kerja disertai dengan bukti laporan dan
tanda terima.
(4) Dalam hal Pegawai BAPETEN melaporkan gratifikasi
kepada KPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
menyampaikan pemberitahuan kepada UPG BAPETEN
disertai dengan bukti laporan dan tanda terima dari
Komisi Pemberantasan Korupsi.
Pasal 8
mengenai laporan
Ketentuan
gratifikasi
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7, dikecualikan bagi Gratifikasi yang
telah ditetapkan sebagai tindak pidana korupsi dan/atau
yang sedang dalam proses hukum.
Pasal 9
(1) Penerimaan Gratifikasi dalam Kedinasan dan/atau yang
berupa barang mudah busuk atau rusak, antara lain
bingkisan makanan dan buah dalam batas kewajaran
yang
dikhawatirkan
kadaluarsa
dapat
langsung
disalurkan oleh Pegawai BAPETEN Penerima Gratifikasi ke
panti
asuhan,
panti
jompo,
dan
pihak
lain
yang
membutuhkan.
(2) Penerimaan Gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaporkan kepada UPG BAPETEN dalam bentuk
taksiran
harga
disertai
dengan
penjelasan
dan
dokumentasi penyerahan.
(3) UPG BAPETEN sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
melaporkan kepada Kepala BAPETEN untuk selanjutnya
dilaporkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi.
Pasal 10
(1) Setiap Pegawai BAPETEN harus memberikan laporan
kepada UPG BAPETEN dan/atau pimpinan unit kerja di
lingkungan kerjanya paling lama 5 (lima) hari kerja
terhitung …
- 10 -
terhitung
sejak
diterimanya
gratifikasi
dengan
menggunakan formulir yang tercantum dalam Lampiran
yang
merupakan
bagian
tidak
terpisahkan
dalam
Peraturan Kepala BAPETEN ini.
(2) Pimpinan Unit Kerja harus memberikan laporan kepada
UPG BAPETEN paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung
sejak adanya laporan gratifikasi oleh Pegawai BAPETEN
diterima.
(3) UPG BAPETEN harus melaporkan gratifikasi paling lama
15 (lima belas) hari kerja kepada Komisi Pemberantasan
Korupsi sejak diterimanya laporan gratifikasi dari unit
Kerja dengan menggunakan formulir yang ditetapkan oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi.
(4) UPG BAPETEN dalam menyampaikan laporan gratifikasi
kepada
Komisi
Pemberantasan
Korupsi
sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) harus melakukan analisis dan
pemrosesan yang berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB VI
KETENTUAN LAIN
Pasal 11
Setiap pihak ketiga yang bekerja atau menjadi mitra
BAPETEN wajib menandatangani pakta integritas.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
Peraturan Kepala BAPETEN ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan …
- 11 -
pengundangan
Peraturan
Kepala
BAPETEN
ini
dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Oktober 2014
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
ttd.
JAZI EKO ISTIYANTO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
Mr. X
(nunggu pengumuman Presiden Joko Widodo)
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN
NOMOR
Download