desain isi HQR bookman 9

advertisement
HIGH
HIGH QUALITY
QUALITY
CORPORATE
CORPORATE REPORTING
REPORTING
Disusun oleh:
Dr. Khomsiyah
HIGH QUALITY
CORPORATE REPORTING
Disusun oleh:
Dr. Khomsiyah
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
1
SAMBUTAN KETUA LKDI
5
PROFIL LKDI
7
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pengertian High Quality Corporate Reporting
1.2 Pentingnya Pelaporan Perusahaan
1.3 Reaksi Stakeholders Terhadap Kualitas Pelaporan
1.4 Fungsi Pelaporan Dalam Penerapan Good Corporate Governance
Pertanyaan
8
BAB II KONSEP DAN PRINSIP PELAPORAN
2.1 Pengertian dan Jenis Pelaporan
2.2 Tujuan Pelaporan
2.3 Kualitas Pelaporan
2.4 Pengungkapan Informasi
2.4.1 Pengungkapan Wajib
2.4.2 Pengungkapan Sukarela
2.5 Sustainaibility Reporting
Pertanyaan
15
BAB III REGULASI PELAPORAN DI INDONESIA
3.1. Regulasi Penyampaian Pelaporan Keuangan
3.2 Regulasi jangka waktu Penyampaian Laporan Keuangan
Pertanyaan
26
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS
PELAPORAN
4.1 Faktor Ekternal
4.2 Faktor Internal
Pertanyaan
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
31
1
BAB V PENGUKURAN KUALITAS PELAPORAN
5.1 Alat Pengukuran Kualitas Pelaporan Keuangan
5.1 Pengukuran Tingkat Ketaatan Terhadap Regulasi Informasi
5.2 Pengukuran Kualitas Pengungkapan Penuh (FULL
DSCLOSURE)
BAB VI INTERNASIONAL FINANCIAL REPORTING
STANDARDS
6.1 Pendahuluan
6.2 International Financial Reporting Standars
35
40
44
REFERENSI
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
3
SAMBUTAN KETUA LKDI
Lembaga Komisaris dan Direktur Indonesia (LKDI) dibentuk pada tahun 2001
dengan tujuan untuk menjadi wadah bagi para komisaris dan direktur dalam
meningkatkan kompetensi, pengetahuan dan integritas dalam menerapkan prinsipprinsip good corporate governance (GCG). Untuk itu sejak awal tahun 2005, LKDI
secara intensif telah menyelenggarakan program "Training and Directorship
Certification for Commissioners and Directors". Disamping itu LKDI juga
menyelenggarakan program pendidikan profesional berkelanjutan bagi para
komisaris dan direktur yang muatannya menekankan pada pembelajaran masalahmasalah yang fundamental dan mutakhir berkaitan dengan praktek GCG terkini
baik di tingkat nasional maupun internasional.
Dalam upaya meningkatkan kualitas program "Training and Directorship
Certification for Commissioners and Directors", LKDI menerbitkan modul yang
didukung pelaksanaannya oleh Center for International Private Enterprises (CIPE)
yang berkedudukan di Amerika Serikat. Dukungan CIPE ini merupakan bagian dari
suatu kerjasama dengan LKDI dalam melaksanakan serangkaian program yang
bertajuk "Strengthening Corporate Governance in Indonesia".
Modul tersebut merupakan acuan bagi para fasilitator dan peserta program
pelatihan LKDI sehingga menjadi suatu referensi yang telah terstandarisasi dengan
perbandingan pada kurikulum program kedirekturan yang juga diselenggarakan
oleh UK Institute of Directors, Australian Institute of Company Directors, dan
Singapore Institute of Directors.
Pada tahap pertama ini, LKDI menerbitkan lima modul yaitu: "GCG Concepts,
Principles and Practices", "Boards' Duties, Liabilities and Responsibilities",
"Enterprise Risk Management", "Corporate Social Responsibility", dan "High Quality
Corporate Reporting". Penyusunan modul-modul tersebut dilakukan oleh para
akademisi senior yang tergabung dalam Academic Network Indonesia on Governance
(ANIG) yang dibentuk dan berada dibawah naungan Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG).
Akhirnya LKDI mengucapkan terimakasih kepada CIPE, KNKG dan ANIG atas
dukungannya dalam penerbitan modul pelatihan ini, dengan harapan kerjasama
yang baik ini akan dilanjutkan dalam rangka melaksanakan program-program
penguatan GCG di Indonesia.
Salam hormat,
Hoesein Wiriadinata
Ketua
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
5
PROFIL LKDI
Komisaris dan Direktur adalah pihak yang berkepentingan dan secara langsung
mempunyai peranan strategis dalam keberhasilan implementasi Good Corporate
Governanace. Krisis tahun 1997 memberikan hikmah pelajaran yang sangat
berharga karena telah memberikan bukti yang tidak terbantahkan mengenai
rapuhnya struktur ekonomi dan berbagai praktek korporasi yang menyimpang.
Namun, demikian banyak perusahaan yang telah berinisiatif memperbaiki diri
menuju tata kelola yang lebih baik.
Adalah tanggung jawab sektor korporasi untuk memperbaiki praktek corporate
governance, Komisaris dan Direktur adalah pihak yang berkepentingan yang harus
memiliki kompeten dan berdaya guna untuk menjalankan peranan strategis
tersebut. Berdasarkan pemahaman tersebut, Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) mendirikan Lembaga Komisaris dan Direktur Indonesia (LKDI)
di tahun 2000. Dan secara sah dihadapan notaris Imas Fatimah, SH No. Pada tanggal
6 Juli 2001.
LKDI mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas anggota sehingga
menjadikan barisan terdepan dalam penerapan praktik corporate governance lewat
pengembangan jaringan (network) dan pengembangan program pendidikan yang
berkesinambungan.
Pendiri
:
Komite Nasional Kebijakan Governance
Penasehat
:
Mar'ie Muhammad
Badan Pembina
:
Amrin Siregar
Gunarni Soeworo
Mas Achmad Daniri
Badan Pengurus :
Kartini Muljadi
Ratnawati Prasodjo
Hoesein Wiriadinata (Ketua)
Eva Riyanti Hutapea (Wakil Ketua)
Fachry Aly
Fred B.G.Tumbuan
Jos F. Luhukay
Partomuan Pohan
Irwan M. Habsjah
Adi Rahman Adiwoso
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
7
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan isu-isu berkaitan dengan pengertian pelaporan
perusahaan yang berkualitas tinggi, pentingnya pelaporan perusahaan bagi
stakeholders, reaksi stakeholders terhadap kualitas pelaporan, dan fungsi
pelaporan dalam penerapan Good Corporate Governance.
1.1 Pengertian Pelaporan Perusahaan Berkualitas Tinggi?
Informasi merupakan suatu komoditas yang penting dan berdayaguna untuk
mengurangi ketidakpastian dalam lingkungan bisnis. Runtuhnya
perusahaan-perusahaan besar di US, seperti Enron dan WorldCom, dan
keruntuhan perusahaan-perusahaan lain sesudahnya, menimbulkan
pertanyaan kepercayaan publik pada pelaporan perusahaan, terutama
pelaporan keuangan. Pengguna membutuhkan informasi yang dapat
digunakan untuk membuat suatu keputusan yang baik dan benar. Bagi
investor untuk membuat keputusan, apakah membeli saham atau obligasi
atau melakukan investasi privat, mereka memerlukan untuk mengetahui
suatu informasi yang benar. Jika informasi disajikan sejelas mungkin dan
dilaporkan sesering yang diperlukan, maka investor dan pengguna lain dapat
melakukan keputusannya yang terbaik yang dapat dilakukan. Pelaporan
perusahaan yang berkualitas tinggi penting bagi investor dan bagi pasar
modal. Perusahaan yang gagal menerapkan kebijakan pelaporan berkualitas
tinggi kemungkinan akan menerima penalti dari pasar. Inti dari pelaporan
perusahaan adalah full disclosure.
1.2 Pentingnya Pelaporan Perusahaan
Pelaporan keuangan dan pengungkapan merupakan alat penting yang
potensial bagi manajemen untuk mengkomunikasikan kinerja perusahaan
dan tatakelola perusahaan kepada stakeholders luar. Perusahaan akan
memberikan informasi melalui laporan yang diatur oleh regulator, meliputi
laporan keuangan dasar yaitu: Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas,
Laporan Perubahan Modal, dan catatan atas laporan keuangan; pembahasan
dan analisa manajemen (Management Discussion and Analysis); dan aturanaturan lainnya. Selain itu, beberapa perusahaan menyajikan pengungkapan
sukarela, misalnya management forecast, hasil analis keuangan, conference
calls, press release, internet sites, dan laporan perusahaan lainnya (Healy dan
Palepu, 2001).
8
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
Pihak-pihak yang menginginkan pelaporan perusahaan meliputi a) pemegang
saham, investor, dan analis sekuritas, b) manajer, c) karyawan, d) regulator
pemerintah, dan e) pihak eksternal lainnya. Pihak-pihak tersebut
memerlukan informasi keuangan sebagai pengambilan keputusan rasional
(Statement of Financial Accounting Concept #1 dan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan #1). Pemegang saham, investor dan analis sekuritas
merupakan penerima utama dari pelaporan perusahaan. Pihak-pihak
tersebut mulai dari pihak individual yang memiliki sumber daya yang relatif
terbatas sampai dengan pihak yang memiliki sumber daya yang sangat besar,
lembaga yang memiliki kemampuan sangat bagus seperti perusahaanperusahaan asuransi dan mutual funds. Keputusan yang diambil oleh pihakpihak tersebut meliputi keputusan dengan fokus investasi atau fokus
pertanggungjawaban (stewardship), pada banyak kasus, kedua keputusan
tersebut akan terjadi secara bersamaan. Pada fokus investasi, penekanan
keputusan pada pemilihan portofolio sekuritas dan konsisten dengan
preferensi investor terhadap risiko, imbal hasil (return), dividen, likuiditas,
dan sebagainya. Pada keputusan dengan fokus pertanggungjawaban,
perhatian pemegang saham adalah memonitor perilaku manajemen dan
upaya untuk mempengaruhi perilaku manajemen pada jalan yang
diharapkan atau sesuai dengan keingingan pemegang saham.
Permintaan pelaporan keuangan dan pengungkapan muncul dari adanya
masalah informasi (dikenal dengan information asymmetri) dan konflik
keagenan antara manajer dan investor luar. Masalah informasi muncul
karena adanya perbedaan informasi dan benturan mengenai insentif antara
manajer dan investor. Baik manajer maupun investor masing-masing
memiliki penilaian rasional atas informasi yang dimiliki. Terdapat beberapa
solusi atas masalah informasi tersebut. Pertama, kontrak optimal antara
manajer dan investor akan memberikan insentif untuk pengungkapan
seluruh informasi privat. Solusi kedua adalah regulasi yang mengharuskan
manajer untuk mengungkap secara penuh atas informasi privat yang
dimilikinya. Terakhir, permintaan informasi kepada perantara, misalnya
analis keuangan dan lembaga pemeringkat, yang juga berkaitan dengan
produksi informasi privat perusahaan.
Hubungan antara kelompok manajer dengan pemilik perusahaan merupakan
hubungan paling utama diantara hubungan dengan pihak-pihak lainnya.
Manajer ditunjuk oleh pemilik perusahaan untuk mengelola kegiatan
perusahaan yang merupakan hubungan keagenan. Tujuan manajer dan
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
9
pemilik bisa menjadikan perjanjian yang tidak sempurna, maksimisasi
utilitas dari perilaku manajer dapat menjadikan benturan dengan
kepentingan pemilik. Masalah keagenan muncul karena imvestor yang
menanamkan dananya dalam bisnis tidak secara langsung dan aktif berperan
dalam kegiatan perusahaan sebagaimana dilakukan oleh manajemen.
Konsekuensinya, manajer mempunyai kelebihan untuk membuat suatu
keputusan yang dapat mengambil alih dana yang ditanamkan oleh investor.
Terdapat beberapa cara untuk mengatasi masalah keageanan. Pertama,
kontrak optimal antara manajer dan investor seperti perjanjian kompensasi
dan kontrak hutang, melakukan keselarasan kepentingan manajer dengan
pemilik modal ekternal dan pemberi pinjaman. Mekanisme kedua untuk
mengurangi masalah keagenan adalah adanya dewan komisaris, yang
berperan memonitor manajemen atas nama pemilik eksternal. Terakhir,
perantara seperti analis keuangan dan lembaga pemeringkat, auditor
independen, yang menghasilkan informasi privat untuk mengungkap
kesalahan penggunaan sumber daya yang dilakukan manajer. Pelaporan
perusahaan yang rutin merupakan salah satu alat bagi pemilik muntuk dapat
memonitor kontrak kerja dengan manajer. Fungsi auditor adalah sebagai
seorang independen yang memverifikasi laporan keuangan yang disajikan
oleh manajer kepada pemilik.
Pihak kedua yang memerlukan pelaporan perusahaan adalah manajer.
Manajer memanfaatkan informasi dalam beberapa keputusan, yaitu
pendanaan, investasi, atau kegiatan operasi. Permintaan pelaporan
perusahaan oleh karyawan dapat disebabkan oleh beberapa motivasi.
Karyawan mempunyai suatu kepentingan pribadi berkaitan dengan
kelanjutan dan keuntungan operasi perusahaan, dan informasi keuangan
merupakan suatu sumber informasi yang penting tentang solvensi dan
kemampuan menghasilkan keuntungan di masa sekarang maupun potensi di
masa yang akan datang. Karyawan juga memerlukan informasi perusahaan
untuk memonitor kelangsungan dari rencana pensiun mereka. Permintaan
pelaporan perusahaan oleh pemerintah atau badan regulasi dapat muncul
dalam beberapa area yang berbeda, misalnya peningkatan pendapatan,
kontrak pemerintah, penentuan tarip, dan intervensi regulasi.
1.3 Reaksi Stakeholders Terhadap Kualitas Pelaporan
Kemampuan perusahaan untuk mengumpulkan modal akan semakin baik
jika perusahaan memiliki reputasi yang baik berkaitan dengan pelaporan
perusahaan (termasuk pelapiran keuangan). Reputasi manajer akan semakin
10
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
besar dengan adanya pelaporan yang baik dan reputasi yang baik sehingga
menghasilkan kompensasi yang lebih tinggi karena biaya keagenan akan
minimal jika pemilik modal mempunyai persepsi bahwa laporan perusahaan
dapat diandalkan.
Insentif privat bagi manajer untuk menghasilkan informasi tentang
perusahaan berasal dari tekanan pasar (Scott, 2006). Pasar kerja manajerial
secara konstan mengevaluasi kinerja manajer. Sebagai hasilnya, manajer
yang memberikan informasi yang salah, tidak lengkap, atau bias akan
mengalami hilangnya reputasi yang akhirnya mengurangi jumlah insentif
yang dibutuhkan. Insentif yang serupa diberikan oleh pasar modal. Manajer
dimotivasi oleh pertimbangan reputasi dan kontrak untuk meningkatkan
nilai perusahaan. Hal ini menciptakan suatu insentif untuk memberikan
informasi kepada pasar. Alasannya adalah bahwa semakin banyak informasi
akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Tipe pasar
lain yang berperan adalah takeover market. Jika manajer tidak mampu
meningkatkan nilai perusahaan, maka perusahaan yang bersangkutan akan
menjadi subjek untuk diambil alih. Jika pengambilalihan tersebut berhasil
dilakukan seringkali mengakibatkan adanya penggantian manajer. Dengan
demikian konsekuensi takeover market ini juga memotivasi manajer untuk
meningkatkan nilai perusahaan yang berimplikasi pada produksi informasi.
Penjelasan di atas memberikan prediksi bahwa pasar akan merespon secara
positif untuk peningkatan pengungkapan informasi. Argumentasi sederhana
dapat dibuat bahwa manajer akan memberikan seluruh informasi, yang
dikenal dengan istilah "prinsip pengungkapan (disclosure principle)".
Informasi yang diberikan berdasarkan prinsip pengungkapan ini harus
kredibel. Dengan demikian pasar harus mengetahui bahwa manajer
mempunyai insentif untuk memberikan informasi secara benar. Keruntuhan
Enron dan WorldCom memberikan contoh dramatis sebagai konsekuensi
buruknya pengungkapan. Dan riset-riset akademik menunjukkan bahwa
investor memberikan suatu nilai pada pengungkapan perusahaan. Terdapat
prediksi teoretis bahwa relevan dan keandalan pengungkapan oleh
perusahaan menarik perhatian investor.
1.4 Fungsi Pelaporan Dalam Penerapan Good Corporate Governance
Corporate goverance (CG) telah menjadi satu istilah yang paling banyak
digunakan dalam perbendaharaan bisnis global saat ini (Solomon, 2004).
Mengikuti krisis keuangan Asean, CG menjadi isu penting dalam diskusidiskusi ekonomi (Transparency Internationall-Indonesia, 2002).
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
11
Apa yang dimaksud dengan corporate governance? Tidak ada definisi CG
tunggal yang diterima. CG merupakan suatu sistem dimana perusahaan
diarahkan dan dikendalikan (The Cadbury Report, 1992), merupakan
struktur, proses, budaya, dan sistem yang menjadi penyebab suksesnya
operasi suatu organisasi (Keasy dan Wright, 1993), merupakan hubungan
berbagai partisipan dalam menentukan arah dan kinerja korporasi (Monks
dan Minnow, 1995), merupakan sistem checks and balances bagi pihak
internal dan eksternal perusahaan yang menjamin bahwa perusahaan
memenuhi akuntabilitasnya kepada seluruh stakeholder dan bertindak pada
cara yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan dalam seluruh area
aktivitas bisnisnya (Solomon, 2004).
Menurut sebagian besar pedoman yang dikeluarkan oleh organisasi
Inter nasional (Organization for Economic Cooperation dan
Development/OECD), CG mengacu kepada pembagian kewenangan antara
semua pihak yang menentukan arah dan performance suatu perusahaan.
Pihak-pihak tersebut adalah pemegang saham, manajemen, dan board of
directors (Herwidayatmo 2000). Berdasarkan definisi CG tersebut dapat
dijabarkan dalam prinsip-prinsip CG. Terdapat beberapa versi yang
menyangkut prinsip-prinsip corporate governance, namun pada dasarnya
mempunyai banyak kesamaan. Prinsip yang banyak diacu oleh lembagalembaga CG adalah prinsip sering dikenal dengan: fairness, transparency,
accountabillity, dan reponsiblity. Di Indonesia, prinsip CG lebih dikenal
dengan singkatan TARIF, yaitu Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas,
Independensi, dan Fairness (Komite Nasional Kebijakan Governance/KNKG,
2006).
CG dapat menyelaraskan kepentingan manajer dan pemilik melalui supervisi
atau monitoring atas kinerja manajemen. OECD telah mengembangkan
seperangkan standar dan pedoman, yang disebut dengan Prinsip-prinsip
Corporate Governance. Prinsip-prinsip tersebut menekankan pada masalah
governance yang diakibatkan adanya pemisahan kepemilikan dan
pengendalian. Prinsip tersebut mencakup lima area (1999), yaitu: 1)
perlindungan hak-hak pemegang saham, 2) perlakuan adil terhadap seluruh
pemegang saham, 3) peranan stakeholders dalam corporate governance, 4)
keterbukaan dan transparansi, dan 5) peranan board of directors dalam
perusahaan. Kemudian pada tahun 2004 bertambah satu prinsip lagi, yaitu
menjamin suatu dasar bagi efektitifas CG framework.
12
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
Studi Bank Dunia menunjukkan bahwa krisis ekonomi di Asia Timur
disebabkan oleh kegagalan sistemik dalam implementasi CG, seperti
lemahnya kerangka hukum, dan ketidakkonsistenan dalam standar
akuntansi dan auditing. Lebih lanjut, Asian Development Bank melaporkan
bahwa salah satu kegagalan dalam implementasi CG adalah ketidakefisienan
dan kurangnya transparansi pada prosedur-prosedur yang dibutuhkan dalam
pengendalian perusahaan. CG dan keruntuhan perusahaan dapat terjadi
pada perusahaan yang kuat, Enron merupakan salah satu contohnya.
Transparansi merupakan suatu elemen penting bagi suatu sistem CG yang
sehat. Pelaporan perusahaan dan pengungkapan kepada stakeholder
merupakan alat prinsip dimana perusahaan dapat menjadi transparan
(Solomon, 2004). Lebih lanjut, Bavly (1999) menyatakan bahwa dua komponen
dasar penting dalam CG adalah: 1) full disclosure, dan 2) keberadaan
independent directors dan auditor yang memiliki informasi cukup untuk
mengkonfirmasi bahwa bahwa data yang disajikan oleh perusahaan
merupakan informasi yang benar dan wajar.
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
13
Contoh Kasus
Kasus yang berkaitan dengan transparansi informasi dapat dilihat pada
kasus overstatement atas penyajian akun penjualan dan piutang dalam
Laporan Keuangan PT Great River International Tbk. per 31 Desember
2003, serta Penambahan aktiva tetap perseroan, khususnya yang terkait
dengan penggunaan dana hasil emisi obligasi. Tindakan tersebut
menyebabkan stakeholder menerima informasi yang tidak benar
Sumber: Press Release Bapepem-LK akhir tahun 2006
PERTANYAAN:
1. Mengapa asimetri informasi dapat terjadi? Bagaimana mengatasi
adanya asimetri informasi tersebut?
2. Mengapa stakeholders memerlukan pelaporan yang berkualitas? Apa
yang membedakan pelaporan yang berkualitas dengan yang tidak?
3. Apa yang membedakan antara shophisticated investors dengan naif
(unshophisticated) investors dalam pengambilan keputusan berdasarkan
pelaporan perusahaan?
4. Apakah investor selalu bereaksi positif terhadap peningkatan kinerja yang
dilaporkan oleh perusahaan?
5. Sejauh mana dukungan kualitas pelaporan terhadap penerapan GCG?
14
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
BAB II
TEORI DAN KONSEP
CORPORATE GOVERNANCE
Bab ini membahas pengertian dan jenis-jenis pelaporan perusahaan, tujuan
pelaporan keuangan berdasarkan kerangka konseptual, dan kualitas
pelaporan keuangan berdasarkan Statement of Financial Accounting
Standards yang dikeluarkan oleh Financial Accounting Standard Board
(Indonesia- Dewan Standard Akuntansi Keuangan/DSAK). Bab ini juga
menjelaskan isu pengungkapan corporate social responsibility (sustainability
reporting)
2.1 Pengertian dan Jenis Pelaporan
Pelaporan perusahaan merupakan suatu alat komunikasi atara manajemen
dengan investor dan pengguna lain. Pelaporan perusahaan tidak hanya
meliputi laporan keuangan tetapi juga termasuk pelaporan informasi lain
yang berkaitan dengan kegiatan perusahan. Pelaporan perusahaan
mencakup informasi keuangan dan non keuangan. Terdapat dua jenis
informasi keuangan, yaitu: 1) laporan keuangan dasar dan 2) informasi
pelengkap.
Pelaporan perusahaan tidak terbatas pada laporan tahunan, namun
mencakup seluruh informasi yang disajikan oleh manajemen melalui website
maupun laporan interim (internal business reporting), yaitu informasi yang
mendukung pengambilan keputusan perusahaan. Selain Laporan Tahunan,
Bapepam mewajibkan perusahaan publik untuk menyerahkan Laporan
Keuangan Tengah Tahunan dan Laporan Keuangan Kwartalan.
Pelaporan keuangan mencakup tidak hanya laporan keuangan (financial
statement) tetapi juga media pelaporan lainnya yang berkaitan langsung atau
tidak langsung dengan informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi,
misalnya management forecast, prospectuse, president's letter, pernyataan
dampak lingkungan atau sosial, dan sebagainya. Perusahaan memberikan
informasi tersebut disebabkan oleh adanya ketentuan regulasi atau keinginan
manajemen untuk mengungkap informasi tersebut secara sukarela.
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
15
Lingkup pelaporan keuangan dan laporan keuangan disajikan dalam gambar
berikut:
Semua informasi yang bermanfaat untuk keputusan Investasi kredit,
dan sejenisnya
(SFAC No. 1 paragrap 22)
PELAPORAN KEUANGAN
Bagian yang dipengaruhi oleh standar
yang dikeluarkan Badan
berwenang (FASB)
LAPORAN KEUANGAN
DASAR
LINGKUP
PENGAKUAN
DAN
PENGUKURAN
Laporan
Keuangan
·
Neraca
·
Laporan Laba/
rugi (Laba
Komprehensif)
·
Laporan Arus
Kas
·
Laporan
Perubahan
modal
CATATAN
ATAS
LAPORAN
KEUANGAN
Contoh:
·
· Kebijakan
Akuntansi
·
Kontinjensi
·
Metode
Persediaan
·
Jumlah saham
beredar
·
Aternatif
Pengukuran
INFORMASI
PELENGKAP
Contoh:·
·
Pengungkapan
tentang
Perubahan
Harga (FASB
No.33)
·
Informasi
Tentang
Cadangan
Minyak dan
Gas (FASB
Stat. No. 69)
MEDIA
PELAPORAN
LAIN
Contoh:
·
Diskusi dan
Analisis
Management
·
Surat pada
Pemegang
Saham
INFORMASI
LAIN
Contoh:
·
· Diskusi
Tentang
Persaingan
dan Syarat
yang
Ditentukan
Pasar Modal
·
· Laporan
Analis
·
· Statistik
Ekonomi
·
· Artikel baru
Tentang
Perusahaan
2.2 Tujuan Pelaporan
Menurut Statement Financial Accounting Concept (SFAC)#1, tujuan
pelaporan keuangan adalah memberikan informasi yang bermanfaat bagi
investor dan kreditor dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan
investasi, kredit, dan keputusan lainnya. Pelaporan keuangan juga
memberikan informasi lainnya yang membantu investor, kreditor, dan
pemakai lainnya mengenai cash flow dan perubahan sumber-sumber
ekonomi perusahaan, dan informasi tentang hasil usaha suatu perusahaan.
16
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK), tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen
(stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin menilai apa yang telah
dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen agar pengguna dapat
membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya
untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam suatu perusahaan atau
keputusan mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
2.3 Kualitas Pelaporan
Statement of Financial Accounting Concept #2 menyatakan bahwa informasi
dari pelaporan keuangan perusahaan akan bermanfaat jika dapat dipahami
dan memiliki karakteristik kualitatif. Relevan dan reliabel merupakan dua
karakteristik kualitatif utama pelaporan keuangan. Informasi relevan
merupakan informasi yang memiliki manfaat terhadap setiap tindakan atau
keputusan yang akan dilakukan oleh pemakai laporan keuangan. Sedangkan
informasi reliabel merupakan informasi yang memberikan jaminan akurasi
informasi yang dihasilkan.
Kerangka konseptual akuntansi menjelaskan karakteristik kualitatif
informasi keuangan yang merupakan faktor penting yang harus diperhatikan
dalam menyajikan laporan keuangan. SAK menyatakan bahwa karakteristik
kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pengguna. Karakteristik kualitatif meliputi: 1) dapat
dipahami, 2) relevan, 3) keandalan, dan 4) dapat diperbandingkan. SFAC# 2
menggambarkan kualitas informasi akuntansi dalam suatu hirarkhi yang
ditunjukkan dalam gambar berikut:
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
17
Users of
accounting
information
Decision makers and their
characteristics
(for example, understanding
or prior knowledge)
Pervasive
constraint
Benefits >< Costs
Users-specific
qualities
Understandability
Primary decisionspecific qualities
Ingredients of
primary
qualities
Relevance
Reliability
Timelines
Predictive
value
Secondary and
interactive qualities
verifiability
Representational
faithfulness
Feedback
value
Comparability
(including
consistency)
Threshold
for recognition
Neutrality
Materiality
Source: SFAC No. 2, Qualitative Characteristics of Accounting Information
Kegunaan (usefullness) bagi pengambilan keputusan dipandang sebagai
kualitas informasi yang paling penting.
1. Relevan.
Informasi dikatakan relevan apabila informasi tersebut memiliki manfaat
sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan oleh pemakai informasi.
Relevan merupakan kemampuan suatu informasi untuk mempengaruhi
keputusan pemakai dan mampu mengubah atau mendukung harapan
pemakai tentang hasil dan konsekuensi dari tindakan yang diambil.
Terdapat tiga kriteria bagi informasi agar relevan, yaitu nilai prediktif
(predictive value) dan dapat digunakan untuk mengevaluasi peristiwa masa
lalu, masa sekarang, dan masa mendatang (predictive value) dan
18
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
memperbaiki harapan yang dibuat sebelumnya (feedback value). Selain itu,
agar relevan informasi harus tersedia tepat waktu bagi pengambil keputusan
sebelum kehilangan kesempatan untuk mempengaruhi keputusan yang
diambil (timelinesss).
2. Reliabilitas
Reliabilitas atau keandalan merupakan kualitas informasi yang
menyebabkan pemakai informasi sangat tergantung pada kebenaran
informasi yang dihasilkan. Informasi harus dapat diuji kebenarannya
(verifiabel), netral, dan menggambarkan keadaan secara wajar sesuai
peristiwa yang digambarkan ((representational faithfulness).
Daya uji (verifiability), merupakan kemampuan suatu informasi untuk diuji
kebenarannya oleh orang yang berbeda dengan metoda pengujian yang sama,
dan akan menghasilkan kesimpulan yang sama.
Netral mengacu pada tidak adanya unsur bias dalam penyajian laporan atau
informasi keuangan. Dengan demikian informasi yang netral adalah
informasi yang bebas dari unsur bias. Unsur bias mungkin muncul karena
adanya upaya untuk memperoleh hasil-hasil tertentu bagi kepentingan pihak
tertentu dan merugikan pihak lainnya.
Keandalan suatu informasi sangat tergantung pada kemampuan suatu
informasi untuk menggambarkan secara wajar keadaan/peristiwa yang
digambarkan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, dengan demikian tidak
ada unsur bias dalam penyajian informasi tersebut.
3. Daya Banding dan Konsistensi
Suatu informasi dikatakan bermanfaat kalau informasi tersebut dapat saling
diperbandingkan baik antar periode maupun antar perusahaan. Selain itu
ada konsistensi dalam proses penyajiannya. Konsistensi menunjukkan
pemakaian metoda yang sama oleh perusahaan sepanjang periode. Prinsip
konsistensi tidak berarti bahwa metoda akuntansi tertentu tidak dapat
diubah, namun perusahaan diberi keleluasaan untuk mengubah metoda
akuntansi yang diterapkan selama perubahan tersebut diungkapkan secara
jelasa dalam laporan keuangan.
4. Pertimbangan Cost Benefit
Pertimbangan cost-benefit dipandang sebagai kendala yang dihadapi dalam
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
19
penyajian informasi keuangan. Informasi akan diupayakan untuk disajikan
dalam laporan keuangan selama manfaat yang diperoleh dari penyajian
tersebut melebihi biaya yang diperlukan untuk menghasilkannya.
5. Materialitas
Materialitas merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam
mengakui suatu informasi akuntansi. Pertimbangan utama dalam konsep
materialitas ini adalah apakah penyajian informasi tertentu akan
mempengaruhi secara signifikan terhadap keputusan yang diambil. Namun,
sampai saat ini tidak ada konsep umum untuk menentukan materialitas.
Penentuan tingkat materialitas suatu informasi diserahkan pada
pertimbangan profesional.
2.4 Pengungkapan Informasi
Pelaporan perusahaan harus memberikan informasi yang lengkap, jelas, dan
dapat menggambarkan kejadian-kejadian ekonomi yang dapat
mempengaruhi hasil usaha perusahaan. Pelaporan harus disertai dengan
pengungkapan yang jelas mengenai informasi yang relevan untuk
pengambilan keputusan pemakai laporan. Terdapat tiga konsep
pengungkapan yaitu pengungkapan yang cukup/memadai (adequate), wajar
(fair), dan lengkap (full). Tingkat memadai adalah tingkat minimum yang
harus dipenuhi agar statemen keuangan secara keseluruhan tidak
menyesatkan untuk kepentingan pengambilan keputusan yang diarah.
Tingkat wajar adalah tingkat yang harus dicapai agar semua pihak mendapat
perlakuan atau pelayanan informasional yang sama. Artinya, tidak ada satu
pihakpun yang kurang mendapat informasi sehingga mereka menjadi pihak
yang kurang diuntungkan posisinya.
Tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi keuangan yang
bermanfaat untuk membantu pengambilan keputusan ekonomi. Agar tujuan
tersebut dapat dicapai, diperlukan suatu pengungkapan yang jelas mengenai
data akuntansi dan informasi lain yang relevan, kepada siapa informasi
keuangan disajikan, apa yang perlu diungkapkan, tujuan pengungkapan, dan
bagaimana informasi tersebut diungkapkan. Pengungkapan mengandung arti
bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang
cukup mengenai aktifitas suatu unit usaha. Secara konseptual,
pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan. Secara
teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi
yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen
keuangan.
20
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
Pengungkapan menyajikan data kuantitatif maupun data kualitatif. Kedua
jenis data tersebut saling melengkapi yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Hendriksen dan Van Breda (1992: 863-871)
menunjukkan beberapa pos statemen atau jenis informasi yang memerlukan
pengungkapan (disebut forms of disclosure) yaitu:
a. Penjelasan kualitatif atau deskriptif terhadap data kuantitatif yang
tertuang dalam statemen keuangan tradisional.
b. Prakiraan keuangan (financial porecast)
c. Kebijakan akuntansi (accounting policies)
d. Perubahan akuntansi (accounting changes)
e. Peristiwa pasca statemen (post statemment events)
f. Segmen usaha
2.4.1 Pengungkapan Wajib (Mandatory)
Beberapa argumen mendukung perlunya regulasi dalam penyediaan
informasi. Alasan tersebut adalah (a) penyalahgunaan (abuse), (b)
eksternalitas (externalities), (c) asimetri informasi (information assimmetry),
dan (d) keengganan manajemen (management reluctance).
Terdapat tiga alasan diperlukannya regulasi, yaitu kegagalan pasar,
keinginan untuk melindungi kepentingan pemegang saham, dan
meningkatkan kredibilitas laporan keuangan. Beberapa sumber kegagalan
pasar, antara lain: informasi sebagai barang publik dan asimetri informasi.
Suatu barang disebut barang publik jika suatu barang dapat dikonsumsi oleh
satu atau beberapa orang, tanpa mengurangi jumlah yang dikonsumsi oleh
lainnya. Artinya, keuntungan (benefits) barang publik dapat dinikmati oleh
sejumlah besar individu. Suatu informasi yang disediakan oleh perusahaan
publik merupakan barang publik karena informasi tersebut dapat digunakan
oleh semua masyarakat untuk pengambilan keputusan.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa pengungkapan mempunyai potensi
untuk mengurangi asimetri informasi dan regulasi adalah untuk melindungi
individu-individu yang tidak memperoleh keuntungan informasi (information
disadvantage).
Healy dan Palepu (2001) menyatakan bahwa regulasi
pengungkapan lebih dimotivasi oleh perhatian (by concern) dibandingkan
dengan kegagalan pasar, artinya regulasi ditekankan untuk melindungi
investor yang unshophisticated. Penetapan pengungkapan minimum
dimaksudkan untuk mengurangi information gap antara investor yang
informed dengan uninformed.
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
21
Regulasi juga dimaksudkan untuk meningkatkan kredibilitas laporan
keuangan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan publik dan karena
adanya kegagalan pelaporan keuangan dan auditing.
Externalitas merupakan salah satu alasan diperlukannya regulasi.
Ekternalitas terjadi ketika tindakan satu pihak (dalam hal ini pengungkapan
informasi) mempengaruhi pihak lain yang tidak diuntungkan tanpa
menanggung biaya atau dirugikan tanpa kompensasi. Hal ini akan
mengurangi insentif untuk mengungkapkan secara penuh informasi
meskipun hal tersebut bermanfaat bagi banyak orang. Insentif menjadi
kurang karena perusahaan yang menyampaikan informasi tidak mendapat
kompensasi untuk itu. Situasi ini disebut kegagalan pasar (market failure).
Kegagalan pasar dapat diatasi dengan regulasi untuk mendorong
pengungkapan informasi sebagai tindakan kolektif (collective action) bukan
tindakan individual atau sukarela.
Manajemen dan investor/kreditor merupakan pihak yang terpisah dan
hubungan kedua pihak tersebut dapat dipandang sebagai hubungan
keagenan, sehingga dikhawatirkan akan terjadi asimetri informasi antara
kedua pihak tersebut dengan manajemen sebagai pihak yang lebih menguasai
informasi. Asimetri informasi mendorong para investor untuk melakukan
pencarian informasi nonpublic secara individual yang mengakibatkadn para
investor tidak mempunyai informasi yang sama (lantaran kemampuan teknis
dan ekonomik yang tidak sama). Akibatnya, pasar menjadi tidak efisien.
Regulasi yang mewajibkan informasi tertentu diungkap secara publik akan
mengurangi asimetri informasi baik antara manajemen dan investor maupun
antara para investor sendiri.
Manajemen cenderung enggan untuk
mengungkapkan informasi yang dapat meningkatkan kemampuannya untuk
memenuhi kepentingan pribadinya dengan mengorbankan kepentingan
umum (public interest). Regulasi dapat menyeimbangkan kepentingan
tersebut.
Pengungkapan meliputi penjelasan atas laporan keuangan dan semua
informasi pelengkap. Penyusun standar dan badan pengawas seperti
BAPEPAM-LK mengeluarkan ketentuan tentang apa yang harus
diungkapkan.
22
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
2.4.2 Pengungkapan Sukarela
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan
diluar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan
pengawas. Pembahasan sebelum ini sebenarnya ditujukan untuk
menentukan pengungkapan wajib. Batas pengukuran dan pengakuan dalam
rerangka konseptual menggambarkan tingkat pengungkapan wajib dan
sukarela.
Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang
menurut pertimbangannya sangat diminati oleh investor dan pemegang
saham khususnya kalau informasi tersebut merupakan berita baik (good
news). Manajemen juga berminat menyampaikan informasi yang dapat
meningkatkan kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan meskipun
informasi tersebut tidak diwajibkan. Beberapa penelitian akademik juga
menunjukkan bahwa makin besar perusahaan makin banyak pengungkapan
sukarela yang disampaikan. Pengungkapan sukarela ini merupakan solusi
atas kendala pengungkapan secara penuh yang dibahas diatas.
Beberapa pendapat menjelaskan alasan manajemen mengungkapkan
informasi tambahan secara sukarela, yaitu:
1) Capital markets transactions. Berdasarkan alasan transaksi pasar modal
ini dijelaskan bahwa persepsi investor terhadap perusahaan merupakan
hal yang penting bagi manajer perusahaan yang akan menerbitkan hutang
atau ekuitas atau mengakuisisi perusahaan lain dalam transaksi saham.
Manajer memutuskan untuk memberikan pengungkapan dalam rangka
mengurangi asimetri informasi, yang akhirnya akan mengurangi biaya
modal.
2) Corporate control contest. Dewan komisaris dan investor menuntut
manajer untuk mempertahankan kinerja perusahaan yang ditunjukkan
dengan harga saham. .
3) Stock compensation. Alasan ini menunjukkan adanya keinginan manajer
mengungkapkan informasi sukarela berkaitan dengan kepentingannya
memperoleh opsi kompensasi saham.
Manajer menganggap bahwa
kompensasi saham merupakan bentuk remunerasi yang efisien bagi
manajer maupun pemilik jika harga saham menunjukkan
nilai
perusahaan yang sebenarnya (precise). Kondisi ini akan dapat dicapai jika
manajer memberikan informasi lebih sebagaimana yang diperlukan oleh
pemilik saham lainnya.
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
23
4)
Litigation cost. Alasan ini berdasarkan adanya tindakan hukum yang
menuntut manajer karena ketidak-cukupan (inadequate) dan ketidaktepatwaktuan (untimely) pengungkapan menyebabkan perusahaan
untuk meningkatkan pengungkapan sukarela.
2.6 Sustainability Reporting
Pergeseran paradigma dari orientasi stockholder ke stakeholder
menyebabkan perusahaan memfokuskan pada isu-isu sosial, etika, dan
lingkungan. Pengungkapan terhadap ketiga aspek tersebut menjadi suatu
cara bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan bentuk akuntabilitas
kepada stakeholder. Perusahaan selayaknya melaporkan semua aspek yang
mempengaruhi kelangsungan operasi perusahaan, yaitu aspek keuangan,
aspek sosial, dan aspek lingkungan yang terjadi di perusahaan. Pelaporan
aspek non keuangan dikenal dengan sustainability reporting (SR). Global
Reporting Initiative (GRI), suatu organisasi yang memiliki misi merancang,
mengembangkan, dan menyebarluaskan pedoman SR. Secara umum
pedoman ini, terdiri atas empat bagian, yaitu: 1) pengantar, 2) penjelasan
mengenai penggunaan pedoman GRI, 3) prinsip-prinsip pelaporan, dan 4) isi
pelaporan.
Isi pelaporan SR meliputi lima bagian, yaitu: 1) visi dan strategi perusahaan
berkaitan dengan sustainability, 2) profil perusahaan yang merupakan
gambaran umum struktur organisasi, operasi perusahaan, serta ruang
lingkup pelaporan. 3) sistem manajemen dan struktur pengelolaan termasuk
usaha perusahaan dalam melibatkan stakeholder. 4) GRI content index, yaitu
tabel yang mengidentifikasi setiap elemen isi laporan berdasarkan bagian dan
indikatornya. 5) indikator kinerja yang meliputi indikator ekonomi, sosial,
dan lingkungan.
Indikator ekonomi menunjukkan dampak ekonomi secara langsung dari
aspek pelanggan, pemasok, karyawan, sektor publik, dan penyedia dana atau
investor. Indikator lingkungan meliputi energi, air, emisi, limbah,
keanekaragaman hayati, produk dan jasa, ketaatan terhadap peraturan,
transportasi, dan lingkungan secara keseluruhan. Indikator sosial
merupakan indikator paling luas yang meliputi empat aspek, yaitu
ketenagakerjaan, hak asasi manusia, masyarakat, dan tanggung Jawab
terhadap produk. Aspek ketenagakerjaan meliputi hubungan perusahaan
dengan tenaga kerja, kesehatan dan keselamatan kerja, pelatihan dan
pendidikan, penyebaran dan kesempatan tenaga kerja. Aspek hak asasi
24
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
manusia meliputi tidak adanya diskriminasi, kebebasan karyawan dalam
membentuk serikat pekerja, tenaga kerja anak-anak, dan penegakan disiplin.
Aspek masyarakat meliputi pengembangan masyarakat, suap dan korupsi,
pengaruh politik pada perusahaan, persaingan dan penentuan harga. Aspek
tanggung jawab terhadap produk meliputi keselamatan dan kesehatan
konsumen, produk dan jasa, iklan, penghormatan terhadap privasi
pelanggan.
PT Astra International Tbk merupakan salah satu perusahaan yang
sudah menyusun sustainability reporting. Guna mewujudkan strategi
Triple Bottom Line, PT Astra mengimplementasikan Astra Green
Company (AGC) untuk bidang pengelolaan lingkungan, keselamatan
dan kesehatan kerja dan Astra Friendly Company (AHC) untuk bidang
sosial. AGC yang direfleksikan dalam 4 pilar yaitu: Green Strategy, Green
Process, Green Product, dan Green Employee.
PERTANYAAN:
1. Apa fungsi pengungkapan dalam pelaporan keuangan?
2. Apa kriteria kualitas informasi?
3. Jelaskan hubungan kriteria kualitas relevan dan reliabilitas dalam
membentuk kebermanfaatan (usefullness) informasi?
4. Apa manfaat laporan tengah tahunan dan laporan kuartalan bagi
investor?
5. Mengapa manajemen bersedia mengungkapkan informasi secara
sukarela?
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
25
BAB III
REGULASI PELAPORAN
DI INDONESIA
Di Indonesia pengaturan informasi menggunakan struktur pengaturan ganda
yaitu BAPEPAM-LK dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dalam hal ini,
BAPEPAM-LK lebih berkepentingan dengan tingkat pengungkapan dan apa
yang harus diungkapkan terutama untuk kepentingan Penawaran Umum.
Sementara itu, IAI lebih berfokus pada bagaimana mengungkapkan atau
format pengungkapan terutama dalam pelaporan keuangan eksternal.
Ketentuan tentang pengungkapan yang diwajibkan oleh BAPEPAM-LK
dituangkan dalam bentuk keputusan BAPEPAM-LK sedangkan
pengungkapan yang diwajibkan oleh IAI dituangkan dalam berbagai pasal
dan terbesar di berbagai pernyataan standar. Terdapat ratusan butir
pengungkapan yang diwajibkan dalam peraturan tersebut.
3.1 Regulasi Penyampaian Laporan Tahunan
Sesuai dengan salah satu sasaran Undang-Undang Pasar Modal, dalam
meningkatkan transparasi dan menjamin perlindungan terhadap
masyarakat pemodal, disebutkan bahwa setiap perusahaan yang
menawarkan efeknya melalui pasar modal wajib mengungkapkan seluruh
informasi mengenai keadaan usahanya termasuk keadaan keuangan, aspek
hukum, manajemen dan harta kekayaan perusahaan kepada masyarakat.
Peraturan tentang standar pengungkapan informasi dalam laporan tahunan
bagi perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan
publik yaitu, Peraturan No. VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan
Keuangan dan Peraturan No.VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan
Pada tahun akhir tahun 2006, BAPEPAM-LK mengeluarkan Peraturan Nomor
X.K.6 Ketua Bapepam-LK No. KEP 134/BL/2006 tgl 7 Des 2006 tentang
Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan
Publik. Peraturan ini merupakan penyempurnaan dan sekaligus
menggantikan Peraturan Nomor VIII.G.2 tahun 1996 tentang Laporan
Tahunan (LT).
Revisi peraturan BAPEPAM-LK ini merupakan upaya Bapepam-LK dalam
melakukan pengawasan dan mendorong peningkatan kualitas penerapan
dan pertanggungjawaban tata kelola yg baik oleh Emiten dan Perusahaan
26
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
Publik kepada pemegang saham dan publik. Meningkatkan kualitas
keterbukaan dan menyelaraskannya dengan ketentuan dan praktik
internasional. Tujuan dilakukannya revisi adalah untuk meningkatkan
kualitas Laporan Tahunan baik dari kualitas informasi maupun ketepatan
waktu penyampaian Laporan Tahunan dan untuk mencapai keseimbangan
antara penyajian dan pertanggungjawaban manajemen dan pengawas atas
kinerja perusahaan dengan kebutuhan hak pemodal atas informasi
perusahaan melalui pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam Laporan
Tahunan (Wulandari, 2007).
Perbedaan peraturan penyampaian laporan tahunan tahun 1996 dengan
tahun 2006 meliputi:
Tahun 1996
1. Umum
2. Kewajiban menyampaikan LT
3. Bentuk & Isi LT
a.Ketentuan Umum
b.Laporan Manajemen
c.Bagian mengenai Ikhtisar
Data Keuangan Penting
d.Bagian mengenai Analisis &
Pembahasan oleh Manajemen
e.Bagian mengenai Lap Keu
Tahun 2006
1. Kewajiban Penyampaian LT
2. Bentuk & Isi LT
a.Ketentuan Umum
b.Ikhtisar Data Keu Penting
c.Laporan Dewan Komisaris
d.Laporan Direksi
e.Profil Perusahaan
f. Analisis & Pembahasan
Manajemen
g.Tata Kelola Perusahaan
h.Tgg jwb Direksi atas LK
i. Laporan Keuangan Tahunan
yg telah diaudit
j. Tanda tangan Direksi &
Komisaris
3. Kewenangan BAPEPAM-LK
dalam pengenaan sanksi
Sumber: Wulandari (2007)
3.2 Regulasi Jangka Waktu Penyampaian Laporan Keuangan
Laporan keuangan menjadi informasi yang berguna jika memenuhi
karakteristik kualitatif informasi. Salah satunya adalah relevansi, artinya
suatu informasi harus tersedia bagi pembuat keputusan sebelum kehilangan
kapasitasnya dalam mempengaruhi keputusan.
Ketepatwaktuan
perusahaan dalam menyampaikan laporan keuangan diharapkan dapat
menghasilkan suatu keputusan yang cermat dan tepat berdasarkan informasi
keuangan yang didapatkan.
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
27
Bagi perusahaan publik di Indonesia penyampaian laporan keuangan diatur
oleh Undang-undang No. 8 tahun 1995 berisi tentang peraturan pasar modal
yang menyatakan bahwa semua perusahaan yang terdaftar di dalam pasar
modal wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan mengumumkannya kepada
masyarakat. BAPEPAM-LK juga telah mengeluarkan Surat Keputusan
tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Ketua Bapepam
No. Kep-80/1996 dan diperbaharui dengan peraturan X.K.2 No. Kep36/PM/2003. Peraturan tersebut berisi ketentuan mengenai jangka waktu
penyampaian laporan keuangan tahunan yang disertai dengan laporan
Akuntan dengan pendapat yang lazim disampaikan kepada Bapepam
selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan
keuangan tahunan. Laporan keuangan tahunan juga harus diumumkan
kepada publik dalam sekurang-kurangnya 2 (dua) surat kabar harian
berbahasa Indonesia yang satu diantaranya mempunyai peredaran nasional
dan lainnya yang terbit di tempat kedudukan emiten. Bentuk dan isi laporan
keuangan tahunan yang diumumkan tersebut harus sama dengan yang
disajikan dalam laporan keuangan tahunan yang disampaikan kepada
Bapepam.
Bukti pengumuman tersebut harus disampaikan kepada
Bapepam selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah tanggal
pengumuman.
Sedangkan, ketentuan mengenai jangka waktu penyampaian laporan
keuangan tengah tahunan mengalami perubahan berikut ini a) Jika tidak
disertai laporan Akuntan, yang sebelumnya diatur selambat-lambatnya 60
(enam puluh) hari menjadi selambat-lambatnya pada akhir bulan pertama
setelah tanggal laporan keuangan tengah tahunan. b) Jika disertai laporan
Akuntan dalam rangka penelaahan terbatas, yang sebelumnya diatur
selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari menjadi selambat-lambatnya
pada akhir bulan kedua setelah tanggal laporan keuangan tengah tahunan. c)
Jika disertai laporan Akuntan yang memberikan pendapat tentang kewajaran
laporan keuangan secara keseluruhan, yang sebelumnya diatur selambatlambatnya 120 (seratus dua puluh) hari menjadi selambat-lambatnya pada
akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tengah tahunan. Jangka
waktu tersebut dimaksudkan untuk menyelaraskan dengan standar yang
berlaku secara internasional. Laporan keuangan tengah tahunan tersebut
juga harus diumumkan kepada publik dalam sekurang-kurangnya 1 (satu)
surat kabar harian berbahasa Indonesia yang mempunyai peredaran
nasional. Bentuk dan isi laporan keuangan tengah tahunan yang diumumkan
28
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
tersebut harus sama dengan yang disajikan dalam laporan keuangan tengah
tahunan yang disampaikan kepada Bapepam. Bukti pengumuman tersebut
harus disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja
setelah tanggal pengumuman.
Penyempurnaan peraturan mengenai kewajiban penyampaian laporan
keuangan dimaksudkan agar investor dapat lebih cepat memperoleh
informasi keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi serta
menyesuaikan dengan perkembangan pasar modal global.
Peraturan tersebut merupakan suatu keharusan bagi perusahaan untuk
wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang harus disertai dengan
laporan akuntan dengan pendapat yang lazim. Sanksi yang diberikan atas
ketidakpatuhan emiten atau perusahaan publik dalam menyampaikan
laporan keuangannya secara tepat waktu ditetapkan dalam Keputusan
Direksi PT. BEJ No. Kep-01/995 huruf K berikut ini.
1. Teguran tertulis pertama yang menyebutkan jenis kewajiban yang tidak
dipenuhi.
2. Teguran tertulis kedua serta pengenaan denda sebesar Rp 10 juta yang
segera disetor ke rekening bursa, apabila setelah 30 (tiga puluh) hari
kalender terhitung sejak tanggal teguran tertulis pertama perusahaan
tetap tidak memenuhi kewajibannya.
3. Penghentian sementara perdagangan (suspensi) apabila perusahaan tidak
memperbaiki kelalaiannya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
diterimanya teguran tertulis kedua.
4. Apabila dalam waktu 15 (lima belas) hari sejak dihentikannya
perdagangan sementara, emiten yang bersangkutan tetap tidak
memenuhi kewajibannya, emiten tersebut akan dipertimbangkan untuk
dikenakan delisting (dicabut/dihapus dari papan bursa).
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
29
Contoh kasus PT Perusahaan Gas Negara (PT PGN)
PT PGN dianggap telah melanggar pasal 86 UU Pasar Modal dan
Peraturan Nomor X.K.1 tentang keterbukaan informasi yang Harus
Segera Diumumkan Kepada Publik. PT PGN telah melakukan
keterlambatan pelaporan keterbukaan informasi atas penundaan
proyek pipanisasi yang dilakukan oleh PT PGN sebanyak 35 hari.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka Bapepam-LK
menetapkan sanksi denda sebesar Rp. 35.000.000,00 (tiga puluh
lima juta rupiah) kepada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
Keputusan pengenaan sanksi tersebut didasarkan pada
pertimbangan
Sumber: Press Release Bapepam-LK
PERTANYAAN:
1. Perlukah pengungkapan informasi diregulasi?
2. Mengapa BAPEPAM-LK perlu melakukan reformasi terhadap regulasi
informasi?
3. Informasi apa saja yang menjadi fokus utama perubahan yang dilakukan
oleh BAPEPAM-LK pada regulasi tahun 2006?
4. BAPEPAM-LK telah menentukan sanksi administratif untuk setiap
keterlambatan laporan keuangan sebesar Rp 1.000.000,- per hari.
Mengapa masih banyak terdapat perusahaan yang melakukan
pelanggaran penyampaian laporan keuangan?
30
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI
KUALITAS PELAPORAN
Bab ini menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelaporan
informasi keuangan yang disampaikan oleh perusahaan. Bab ini membagi
dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri atas
tuntuan pemegang saham, tuntuan publik, dan regulasi. Sedangkan faktor
internal meliputi peran komisaris yang dalam hal ini adalah komite audit,
peran direksi, peran auditor internal, dan sistem informasi perusahaan
4.1 Faktor Ekternal
1. Pemegang Saham memiliki peran yang besar dalam mempengaruhi tingkat
kualitas pelaporan. Pemegang saham mempunyai kepentingan yang tinggi
terhadap kandungan informasi dalam pelaporan.
2. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa investor akan memberikan
reaksi atas kandungan informasi yang ada dalam pelaporan perusahaan.
3. Masyarakat memiliki kepentingan terhadap semua aktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan yang berdampak pada kehidupan sosial
masyarakat. Tuntutan publik terhadap transparansi informasi
mempengaruhi kualitas pelaporan perusahaan.
4. Pemerintah dan lembaga-lembaga mengeluarkan peraturan tentang
pelaporan informasi untuk menjaga agar tidak terjadi asimetri informasi
antara perusahaan dengan pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan
perusahaan. Tingkat kepatuhan perusahaan terhadap peraturan tersebut
menunjukkan tingkat kualitas pelaporan perusahaan.
4.2 Faktor Internal
Transparansi merupakan salah satu prinsip corporate governance yang
berkaitan dengan tingkat kualitas pelaporan keuangan. Pihak-pihak internal
yang sangat berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan meliputi:
1. Direksi
Tugas utama Direksi adalah menjalankan roda manajemen perseroan
secara menyeluruh. Direksi harus menetapkan sistem pengawasan
internal yang efektif untuk menjaga aset perusahaan. Direksi memegang
peran penting dalam penyediaan informasi yang relevan. Direksi
seharusnya selalu berusaha memberikan informasi yang dapat
menghasilkan reaksi positif dari investor. Direksi yang mempunyai
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
31
keleluasaan akses operasi perusahaan sehari-hari memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi tingkat kualitas pelaporan perusahaan
sebagaimana yang diinginkan. Berbagai skandal keuangan yang
dilakukan perusahaan besar seperti Enron ataupun WorldCom adalah
kemampuan Direksi memanfaatkan loophole standar akuntansi dengan
melakukan window-dressing, income smoothing, dan creative accounting.
Berbagai skandal tersebut menyebabkan BAPEPAM-LK
menuntut
adanya tanggungjawab atas kualitas laporan tahunan kepada CEO dan
CFO dengan cara menandatangi Laporan Tahunan yang dikeluarkan
perusahaan (lihat Peraturan VIII. G.11 tahun 2003 tentang Tanggung
Jawab Direksi atas laporan Keuangan)
2. Komisaris
UU RI No. 1 Tahun 2005 tentang Perseroan Terbatas pasal 1 ayat 2
menyatakan bahwa organ perusahaan terdiri atas Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS), Direksi, dan Komisaris. Sebagai salah satu organ
perusahaan, Komisaris memiliki tanggung jawab dan wewenang dalam
mengawasi tindakan Direksi. Dewan Komisaris secara teratur mengikuti
perkembangan kegiatan perusahaan dan segera melaporkan kepada
RUPS dengan disertai saran langkah perbaikan dalam hal perusahaan
menunjukkan gejala kemunduran (Daniri, 2005). Dalam UU PT tahun
2005 tidak disebutkan bahwa kewajiban statutory perusahaan atas
laporan tahunan merupakan kewajiban komisaris. Berbagai skandal
keuangan yang menimpa perusahaan-perusahaan besar menyebabkan
semakin besarnya tuntutan terhadap tanggung jawab komisaris.
Peraturan Bapepam terbaru (X.K6 tahun 2006) menuntut adanya
tanggung jawab dan tanda tangan Komisaris dalam Laporan Tahunan.
Komisaris Utama bersama-sama dengan Direktur Utama harus
menyatakan secara tertulis bahwa laporan keuangan adalah benar dan
wajar (true and fair), dalam hal kondisi keuangan dan hasil-hasil
operasional serta sejalan dengan standar akuntansi yang ada. Pernyataan
ini adalah meneguhkan akuntabilitas Dewan Komisaris. (Daniri, 2005).
3. Komite Audit.
Dalam menjalankan tugasnya, Komisaris dibantu oleh beberapa komite.
Salah satu komite yang mempunyai tugas untuk menjamin kualitas
pelaporan adalah komite audit.
32
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
Ketentuan-ketentuan tentang komite audit diperkuat dengan adanya
peraturan yang dikeluarkan oleh BAPEPAM-LK dan Bursa Efek Jakarta,
selaku lembaga yang mempunyai kewenangan pengaturannya
(enforcement). BAPEPAM-LK mengeluarkan surat edaran No.:SE03/PM/2000 dan Peraturan IX.I.5 tahun 2004 tentang pembentukan dan
pedoman pelaksanaa kerja Komite Audit. Surat Edaran dan Peraturan
tersebut merekomendasikan agar Emiten dan Perusahaan Publik wajib
memiliki Komite Audit yang mempunyai tugas membantu Dewan
Komisaris dengan memberikan pendapat profesional yang independen
untuk meningkatkan kualitas kerja manajemen serta mengurangi
penyimpangan pengelolaan perusahaan. Dengan adanya surat edaran
tersebut, maka keberadaan komite audit sangat penting Peraturan
serupa juga dikeluarkan oleh Bursa Efek Jakarta melalui keputusan No.
Kep-315/Bursa Efek Jakarta/06-2000, yang menyatakan bahwa dalam
rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik, perusahaan
tercatat wajib memiliki komite audit yang anggotanya sekurangkurangnya 3 orang anggota, seorang diantaranya merupakan komisaris
independen yang merangkap sebagai ketua komite audit. Tugas komite
audit antara lain: mendorong terbentuknya struktur pengawasan internal
yang memadai; meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan
keuangan; mengkaji ruang lingkup dan ketepatan eksternal audit,
kewajaran biaya eksternal audit serta kemandirian dan obyektifitas
eksternal auditor; dan mempersiapkan surat yang menguraikan tugas dan
tanggung jawab komite audit selama tahun buku yang sedang diperiksa
oleh eksternal auditor.
Untuk itu, anggota komite audit harus independen dan memiliki
pengalaman dan pengetahuan di bidang keuangan dan/atau akuntansi.
Bahkan di masa yang akan datang, komite audit perlu memiliki sertifikasi
sebagaimana yang dilakukan oleh Australia.
4. Internal Auditor
Tugas internal auditor adalah membantu Direksi untuk memberikan
jaminan dan keyakinan bahwa informasi yang dihasilkan merupakan
informasi yang benar dan akurat yang dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan secara tepat. Auditor Internal berperan dalam
peningkatan kualitas Laporan Tahunan, laporan keuangan Triwulan,
tingkat pengungkapan, dan pernyataan manajemen.
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
33
PERTANYAAN:
1. Apa makna tanggungjawab Direksi dan Komisaris terhadap laporan
tahunan?
2. Apa yang harus dilakukan oleh Direksi untuk menjamin sistem
pengendalian yang efektif?
3. Bagaimana Direksi memberdayakan internal auditor dalam meningkatkan
kualitas pelaporan?
4. Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas berkaitan dengan kualitas
pelaporan, dibantu oleh Komite Audit. Seandainya Komite Audit tidak
dapat menjalankan tugasnya karena keterbatasan aksesabilitas
informasi, apa yang harus dilakukan oleh Komisaris selaku Ketua Komite
Audit
34
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
BAB V
PENGUKURAN
KUALITAS PELAPORAN
Bab ini menjelaskan beberapa alat pengukuran untuk menilai tingkat
kualitas pelaporan yang telah dikembangkan oleh regulator maupun
beberapa penelitian. Penilaian kualitas pelaporan yang dibahas dalam bab ini
meliputi tingkat ketaatan penyajian dan pelaporan tahunan perusahaan
(mandatory), dan penilaian full disclosure berdasarkan Annual Report Award
(ARA).
5.1 Alat Pengukuran Kualitas Pelaporan Perusahaan
Alat pengukuran yang digunakan meliputi daftar pengecekan (checklist) yang
meliputi butir-butir pengungkapan yang diatur oleh Bapepam dan Ikatan
Akuntan Indonesia yang dikenal dengan mandatory disclosure maupun
butir-butir pengungkapan sukarela yang disediakan oleh perusahaan yang
dianggap penting oleh pemakai laporan keuangan (voluntary disclosure).
Pengukuran kualitas pelaporan juga dapat menggunakan tingkat
ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan dan jenis dan jumlah media
pelaporan. Beberapa contoh hasil pengukuran kualitas pengungkapan dapat
ditunjukkan dengan pemberian Annual Report Award atau penghargaanpenghargaan lain yang masih berkaitan dengan pelaporan informasi. Wallace
et al. (1994) menggunakan empat kategori untuk menentukan kualitas
informasi, yaitu: 1) kecukupan (adequacy), yang diukur dengan tingkat
ketaatan terhadap pengungkapan informasi yang diwajibkan (mandatory
disclosure), 2) kelengkapan (comprehensiveness), yang diukur dengan tingkat
kelengkapan pengungkapan (full disclosure), 3) keinformasian
(informativeness), yang diukur dengan reaksi pengguna informasi
(investor/kreditor) dalam setiap informasi yang disediakan oleh perusahaan,
dan 4) ketepat-waktuan (timeliness), yang diukur dengan tingkat
ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan.
5.2 Pengukuran Tingkat Ketaatan Terhadap Regulasi Informasi
Butir-butir pengungkapan dalam pasal-pasal regulasi informasi cacahnya
ribuan. Baridwan, Machfoedz, dan Tearney (2001) menyusun daftar butir
pengungkapan (disclosure checklist) atas dasar standar akuntansi (PSAK)
dan ketentuan BAPEPAM-LK dalam penelitian untuk mengevaluasi tingkat
pengungkapan di Indonesia. Daftar ini diklasifikasi atas dasar pengungkapan
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
35
umum, pengungkapan tertentu, pengungkapan yangdiwajibkan BAPEPAMLK, dan pengungkapan yang diwajibkan untuk industri tertentu. Daftar ini
dapat memberi gambaran tentang butir-butir apa saja yang harus
diungkapkan dalam penyampaian informasi keuangan kepada publik. Daftar
butir pengungkapan tersebut digunakan untuk menentukan tingkat ketaatan
pengungkapan yang diukur dengan indeks pengungkapan (disclosure index)
yaitu pengungkapan yang nyatanya dilaksanakan dibanding dengan
pengungkapan yang seharusnya (daftar butir pengungkapan).
5.2 Pengukuran Kualitas Pelaporan dengan Full Disclosure
Pengukuran kualitas pelaporan yang komprehensif (full disclosure) dapat
dilihat dari kriteria yang digunakan dalam pemberian penghargaan atas
kualitas laporan tahunan (Annual Report Award-ARA).
Untuk pemberian penghargaan Laporan Tahunan pada tahun 2007, kriteria
penilaian menurut ARA dibagi menjadi 8 klasifikasi:
1. Umum (bobot 5%)
2. Ikhtisar Data Keuangan Penting (bobot 5 %), meliputi:
a. Informasi keuangan dalam bentuk perbandingan selama 5 (lima) tahun
buku atau sejak memulai usahanya jika perusahaan tersebut
menjalankan kegiatan usahanya selama kurang dari 5 (lima) tahun.
b. Laporan Tahunan wajib memuat informasi harga saham tertinggi,
terendah, dan penutupan, serta jumlah saham yang diperdagangkan
(dicatatkan) untuk setiap masa triwulan dalam 2 (dua) tahun buku
terakhir (jika ada). Harga saham sebelum perubahan permodalan
terakhir wajib disesuaikan dalam hal terjadi antara lain karena
pemecahan saham, dividen saham, dan saham bonus Dalam bentuk
tabel dan grafik
c. Tanda tangan anggota direksi dan anggota dewan komisaris
3. Laporan Dewan Komisaris dan Direksi (bobot 5 %).
4. Profil Perusahaan (bobot 5 %).
5. Analisa dan pembahasan manajemen atas kinerja manajemen (bobot
25%), meliputi:
a. Tinjauan operasi per segmen usaha
b. Uraian atas Kinerja Keuangan Perusahaan Analisis kinerja keuangan
yang mencakup perbandingan antara kinerja keuangan tahun yang
bersangkutan dengan tahun sebelumnya (dalam bentuk narasi dan
tabel), antara Aktiva lancar, aktiva tidak lancar, dan jumlah aktiva.
c. Bahasan dan analisis tentang kemampuan membayar hutang dan
tingkat kolektibilitas piutang Perseroan.
36
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
d. Bahasan mengenai ikatan yang material untuk investasi barang modal.
e. Bahasan dan analisis tentang informasi keuangan yang telah
dilaporkan yang mengandung kejadian yang sifatnya luar biasa dan
jarang terjadi.
f. Uraian tentang komponen-komponen substansial dari pendapatan dan
beban lainnya, untuk dapat mengetahui hasil usaha perusahaan
g. Jika laporan keuangan mengungkapkan peningkatan atau penurunan
yang material dari penjualan atau pendapatan bersih, maka wajib
disertai dengan bahasan tentang sejauh mana perubahan tersebut
dapat dikaitkan antara lain dengan, jumlah barang atau jasa yang
dijual, dan atau adanya produk atau jasa baru.
h. Bahasan tentang dampak perubahan harga terhadap penjualan atau
pendapatan bersih perusahaan serta laba operasi perusahaan selama 2
(dua) tahun atau sejak perusahaan memulai usahanya, jika baru
memulai usahanyakurang dari 2 (dua) tahun
i. Informasi dan fakta material yang terjadi setelah tanggal laporan
akuntan. Uraian kejadian penting setelah tanggal laporan akuntan
termasuk dampaknya terhadap kinerja dan resiko usaha di masa
mendatang.
j. Uraian tentang prospek usaha perusahaan Uraian mengenai prospek
perusahaan sehubungan dengan industri, ekonomi secara umum dan
pasar internasional serta dapat disertai data pendukung kuantitatif
jika ada sumber data yang layak dipercaya
k. Uraian tentang aspek pemasaran Uraian tentang pemasaran atas
produk dan jasa perusahaan, antara lain meliputi pangsa pasar
l. Pernyataan mengenai kebijakan dividen dan tanggal serta jumlah
dividen kas per saham dan jumlah dividen per tahun yang diumumkan
atau dibayar selama 2 (dua) tahun buku terakhir
m. Realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum.
n. Informasi material, antara lain mengenai investasi, ekspansi, divestasi,
akuisisi, restrukturisasi hutang/modal, transaksi yang mengandung
benturan kepentingan dan sifat transaksi dengan pihak afiliasi
o. Uraian mengenai perubahan peraturan perundang-undangan yang
berpengaruh signifikan terhadap perusahaan. Uraian memuat antara
lain: perubahan peraturan pemerintah dan dampaknya terhadap
laporan keuangan
p. Uraian mengenai perubahan kebijakan akuntansi Uraian memuat
antara lain: perubahan kebijakan akuntansi, alasan dan dampaknya
terhadap laporan keuangan.
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
37
6. Good Corporate Governance (bobot 30%), yang meliputi:
a. Uraian Dewan Komisaris
b. Uraian Direksi
c. Komite Audit
d. Komite nominasi
e. Komite Remunerasi
f. Komite-komite lain yang dimiliki oleh perusahaan
g. Uraian tugas dan Fungsi Sekretaris Perusahaan
h. Uraian mengenai pelaksanaan pengawasan dan pengendalian intern
(internal audit and control).
i. Uraian mengenai manajemen risiko perusahaan
j. Uraian mengenai aktivitas dan biaya yang dikeluarkan berkaitan
dengan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan
lingkungan yang mencakup jenis aktivitas berkaitan dengan:
1) Konsumen: Deskripsi mengenai komitmen perusahaan terhadap
perlindungan konsumen.
2) Karyawan: Uraian mengenai pengakuan hak-hak karyawan
terutama mengenai persamaan kesempatan kepada seluruh
karyawan.
3) Komunitas: Uraian mengenai "community development program"
yang telah diberikan dan policy perusahaan atas hal ini termasuk
tersedianya akses atas informasi yang relevan kepada komunitas.
4) Lingkungan, kesehatan dan keamanan: Uraian mengenai standar
yang dipakai untuk aktivitas kelestarian lingkungan, kesehatan dan
keamanan.
5) biaya yang telah dikeluarkan
k. Perkara penting yang sedang dihadapi oleh Emiten atau Perusahaan
Publik, anggota Direksi dan anggota dewan Komisaris yang sedang
menjabat.
l. Akses informasi dan data perusahaan. Uraian mengenai tersedianya
akses informasi dan data perusahaan kepada publik, misalnya melalui
website, media massa, mailing list, bulletin dsb
m. Etika Perusahaan Memuat uraian antara lain:
1) Keberadaan code of conduct
2) Isi code of conduct
3) Penyebaran code of conduct kepada karyawan dan upaya
penegakannya
4) Pernyataan mengenai budaya perusahaan (corporate culture) yang
dimiliki perusahaan
38
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
7. Informasi keuangan (bobot 20 %), meliputi:
a. Surat Pernyataan Direksi tentang Tanggung Jawab Direksi atas
Laporan Keuangan Kesesuaian dengan peraturan Bapepam No.
VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan
b. Opini akuntan atas laporan keuangan Kesesuaian dengan SPAP-IAI
c. Deskripsi Auditor Independen di Opini Deskripsi.
d. Laporan keuangan yang lengkap Memuat secara lengkap unsur-unsur
laporan keuangan.
e. Penyajian Laporan Arus Kas Memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Penggunaan metode langsung (direct method)
2) Pengelompokan dalam tiga kategori aktivitas: aktivitas operasi,
investasi, dan pendanaan
3) Pengungkapan aktivitas yang tidak mempengaruhi arus kas
4) Pemisahan penyajian antara penerimaan kas dan atau pengeluaran
kas kepada pelanggan (customer), karyawan, pemasok, dan
pembayaran pajak selama tahun berjalan pada aktivitas operasi
5) Penyajian penambahan dan pembayaran hutang jangka panjang
serta dividen pada aktivitas pendanaan
f. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi
g. Transaksi dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa.
h. Pengungkapan yang Berhubungan dengan Perpajakan
i. Aktiva & Kewajiban Dalam Mata Uang Asing
j. Komitmen dan Kontinjensi
8. Lain-lain
a. Praktik good corporate governance yang melebihi kriteria (maks + 5%).
b. Praktik bad corporate governance yang tidak diatur dalam kriteria
(maks -5%).
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
39
BAB VI
INTERNATIONAL FINANCIAL
REPORTING STANDARDS
6.1 Pendahuluan
The International Accounting Standards Board (IASB) dibentuk pada tahun
2001 sebagai bagian dari International Accounting Standards Committee
(IASC) Foundation. Tanggung jawab IASB adalah memberikan persetujuan
(approval) International Financial Reporting Standards (IFRSs) dan dokumen
terkait, seperti kerangka dasar penyiapan dan penyajian Laporan keuangan,
exposure drafts, dan dokumen lainnya.
Tujuan IASB adalah:
1. mengembangkan, dalam kepentingan publik, seperangkat standar
akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami, dan memiliki
kekuatan yang mengharuskan adanya informasi dalam laporan keuangan
dan pelaporan keuangan lain yang berkualitas tinggi, transparan dan
dapat diperbandingkan untuk membantu partisipan dalam berbagai pasar
modal di dunia dan pengguna lain untuk membuat keputusan ekonomi.
2. untuk mendorong penggunaan dan mendukung penerapan standarstandar tersebut
3. untuk bekerja secara aktif dengan penyusun standar nasional dalam
rangka konvergensi standar akuntansi nasional dan IFRS untuk solusi
kualitas tinggi.
Dalam rangka untuk mencapai tujuan tersebut, IASB mengembangkan dan
mempublikasikan IFRS dan mendorong penggunaan standar-standar
tersebut dalam tujuan umum laporan keuangan dan pelaporan keuangan
lainnya. Dalam mengembangkan IFRSs, IASB bekerja dengan penyusun
standar nasional untuk memaksimumkan konvergensi IFRSs dengan standar
nasional.
IFRSs menentukan persyaratan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan berkaitan dengan transaksi dan peristiwa yang penting dalam
tujuan umum laporan keuangan. Selain itu juga disusun untuk transaksi dan
peristiwa yang muncul khususnya dalam industri spesifik.
IFRS dirancang untuk diterapkan pada tujuan umum laporan keuangan dan
pelaporan keuangan lain bagi entitas yang berorientasi pada profit, termasuk
diantaranya yang terlibat dalam komersial, industr, keuangan dan aktivitas
40
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
serupa, apakah dalam bentuk korporat atau bentuk lainnya. Meskipun IFRSs
tidak dirancang untuk aktivitas non profit dakm sektor privat, sektor publik
atau pemerintah, entitas dengan aktivitas semacam itu dapat
menemukannya secara tepat.
IFRSs dikembangkan melalui suatu proses internasional yang melibatkan
akuntan, analis keuangan, dan pengguna laporan keuangan lainnya,
komunitas bisnis, pasar saham, regulator dan otoritas legal, akademisi, dan
individual serta organisasi lainnya yang memiliki kepentingan. Pihak-pihak
yang terlibat tersebut meliputi dari berbagai negara di dunia.
6.2 International Financial Reporting Standards
IFRS 1 : Penerapan Pertama Kali IFRS.
Tujuan standar ini adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan dan
laporan keuangan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud
dalam laporan keuangan tahunan yang dibuat pertama kalinya sesuai IFRS
mengandung informasi berkualitas tinggi, yang:
a. transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkansepanjang
seluruh periode yan disajikan
b. menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan
pada IFRS
c. dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para
pengguna
IFRS 2 : Kompensasi Berbasis Saham
Tujuan IFRS ini adalah untuk menjelaskan pelaporan keuangan suatu
perusahaan ketika melakukan transaksi kompensasi berbasis saham,
termasuk transaksi dengan karyawan atau pihak lain yang hendak
diselesaikan secara tunai, dengan aktiva lain, atau dengan instrumen ekuitas
perusahaan. Standar ini mensyaratkan agar suatu perusahaan
menunjukkan pengaruh transaksi kompensasi berbasis saham di laporan
laba rugi dan posisi keuangannya, yang meliputi biaya-biaya yang terkait
dengan transaksi penerimaan opsi saham oleh karyawan.
IFRS ini berlaku untuk semua transaksi kompensasi berbasis saham,
khususnya:
a. transaksi kompensasi berbasis saham yang diselesaikan dengan ekuitas
(equity settled), dimana perusahaan menerima barang atau jasa sebagai
ganti atas instrumen ekuitas perusahaan (termasuk saham atau opsi
saham)
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
41
b. transaksi kompensasi berbasis saham yang diselesaikan secara tunai
(cash settled) dimana perusahaan memperoleh barang atau jasa melalui
timbulnya kewajiban kepada pemasok barang atau jasa tersebutdengan
jumlah yang didasarkan pada harga (atau nilai) saham perusahaan
tersebut atau instrumen ekuitas lainnya yang dimiliki perusahaan
c. transaksi dimana perusahaan menerima atau memperoleh barang atau
jasa dengan syarat-syarat perjanjian yang memberikan suatu pilihan
kepada perusahaan atau pemasok barang dan jasa tersebut, apakah
hendak menyelesaikan transaksi tersebut secara tunai atau dengan aktiva
lain atau dalam bentuk instrumen ekuitas.
IFRS 3 : Penggabungan Usaha
Tujuan IFRS ini adalah menjelaskan pelaporan keuangan untuk
penggabungan usaha. Secara khusus, dijelaskan bahwa semua
penggabungan usaha harus diperlakukan dengan menerapkan metode
pembelian (purchase method). Pihak pengakuisisi (acquirer) mengakui aktiva
yang teridentifikasi, kewajiban, dan kewajiban kontinjen pihak yang
diakuisisi (acquiree) berdasarkan nilai wajar (fair value) pada tanggal akuisisi,
dan juga mengakui adanya goodwill.
Seluruh entitas harus menerapkan IFRS ini pada saat penggabungan usaha,
kecuali:
a. penggabungan usaha dimana perusahaan atau usaha yang terpisah
disatukan bersama-sama untuk membentuk usaha patungan (joint
venture)
b. penggabungan usaha yang menyangkut perusahaan atau usaha yang
berada dalam pengendalian bersama
c. penggabungan usaha menyangkut dua atau lebih perusahaan bersama
d. penggabungan usaha dimana setiap perusahaan atau usaha yang terpisah
disatukan bersama-sama untuk menjalankan suatu perusahaan dan
membuat pelaporan melalui suatu kontrak saja tanpa perolehan hak
kepemilikan (sebagai contoh, penggabungan usaha dari setiap perusahaan
atau usaha yang terpisah melalui suatu kontrak dan mencatatkan saham
di dua bursa saham)
IFRS 4 : Kontrak Asuransi
Tujuan IFRS ini adalah untuk menjelaskan pelaporan keuangan untuk
kontrak akuntansi oleh entitas yang menerbitkan semacam kontrak (issuer)
sampai dengan pengurus menyelesaikan tahap kedua dari proyeknya pada
kontrak asuransi. Secara khusus, IFRS ini membahas pembatasan perbaikan
42
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
akuntansi untuk kontrak asuransi oleh perusahaan asuransi dan dalam
pengungkapan yang mengidentifkasi dan menjelaskan jumlah yang terkait
dengan kontrak asuransi. Standar ini juga membantu pengguna laporan
keuangan untuk memahami jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas
masa depan yang timbul dari kontrak asuransi.
Seluruh entitas harus menerapkan IFRS ini untuk:
a. kontrak asuransi (termasuk kontrak reasuransi) yang dikeluarkan dan
kontrak reasuransi yang dimiliki
b. instrumen keuangan yang dikeluarkan dengan suatu fitur partisipan
pilihan
IFRS 5 : Aktiva Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi
dalam Penghentian
Tujuan IFRS ini adalah menyatakan tentang pencatatan akuntansi untuk
aktiva yang dimiliki untuk dijual serta penyajian dan pengungkapan operasi
yang dihentikan. Standar ini mengharuskan:
a. Aktiva yang sesuai dengan kriteria dimiliki untuk dijual diukur pada nilai
yang lebih rendah antara nilai tercatat dan nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual, dan tidak lagi didepresiasikan
b. Aktiva yang sesuai dengan kriteria dimiliki untuk dijual disajikan secara
terpisah di neraca, dan hasil penghentian operasi disajikan secara
terpisah di laporan laba rugi.
IFRS dan ketentuan pengukuran di dalamnya berlaku untuk seluruh aktiva
tidak lancar dan kelompok aktiva yang dilepas (disposal group).
IFRS 6 : Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral
Tujuan IFRS ini adalah untuk menyatakan pelaporan keuangan untuk
eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral. IFRS ini mengharuskan:
a. pengembangan terbatas untuk praktik akuntansi yang berlaku saat ini
bagi eksplorasi dan evaluasi pengeluaran.
b. entitas yang mengakui aktiva eksplorasi dan evaluasi untuk menilai aktiva
tersebut terhadap penurunan nilai berdasarkan IFRS dan mengukur
penurunan nilai berdasarkan IAS 36.
c. Pengungkapan yang mengidentifikasi dan menjelaskan jumlah laporan
keuangan entitas yang diperoleh dari eksplorasi dan evaluasi sumber daya
mineral dan membantu pengguna laporan keuangan tersebut untuk
memahami jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas di masa yang
akan datang dari eksplorasi dan evaluasi aktiva yang diakui.
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
43
REFERENSI
Baridwan, Z., Machfoedz, M., & Tearney, M.G., 2001. An evaluation of
disclosure of financial Information by public companies in
Indonesia, Hasil Penelitian SIAGA-UGM dan Pusat Pengembangan
Akuntansi Universitas Gadjah Mada.
Bavly, Dan A., 1999. Corporate Governance and Accountability: What Role for
the Regulator, Director, and Auditor?, Westport: Quorum Books
Daniri, Mas Achmad, 2005. Good Corporate Governance: Konsep dan
Penerapnnya dalam Konteks Indonesia. Jakarta: Gloria Printing.
Greuning, Hennie Van, 2005, International Financial Reporting Standards: A
Practical Guides. Jakarta: Salemba Empat
Healy, Paul M., dan Palepu, Krishna G., 2001. Information asymmetry,
corporate disclosure, and the capital markets: A review of the
empirical disclosure literature. Journal of Accounting and Economics,
31: 405-440.
Herwidayatmo, 2000. Implementasi good corporate governance untuk
perusahaan publik Indonesia, Majalah Usahawan, Oktober No. 10 th
XXIX, 25-32.
International Accounting Standards Board, 2005, International Financial
Reporting Standards (IFRSs).
Jogiyanto, HM., 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:
BPFE.
Monks, R., A., G. & Minow, N., 1995. Corporate Governance, Blackwell
Business
Nathan, R., S., Lin, C., S., & Fong, S., W., 2000. Country paper for Malaysia.
Makalah dipresentasikan pada The Second Asian Roundtable on
Corporate Governance di Hongkong, China.
44
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
Shleifer, Andrei, dan Robert W. Vishny, 1997, A Survey of Corporate
Governance, The Journal of Finance, 52:737-783.
Suwardjono, 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan,
edisi ke3. Yogyakarta: BPFE.
Wulandari, Retno, 2007. Regulation and Usefullness of Annual Report.
Makalah pada seminar intern Universitas Trisakti Jakarta.
HIGH QUALITY CORPORATE REPORTING
45
Download