FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 63-67 63 PENGARUH BIAYA AGENSI DAN SIKLUS HIDUP PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA INDUSTRI MANUFAKTUR Rio Roring dan Sautma Ronni Program Manajemen, Program Studi Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail: [email protected]; [email protected] Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Biaya Agensi dan Siklus hidup perusahaan terhadap kebijakan dividen. Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan data dari neraca dan laporan laba rugi. Metode analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi linear berganda. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel biaya agensi dan siklus hidup perusahaan berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap Kebijakan dividen dan untuk pengaruh secara parsial, variabel Debt to Equity dan siklus hidup perusahaan mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan, tapi Insider Ownership, Collateralizable Asset, Free Cash Flow, and Firm Size tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen Kata Kunci— Biaya Agensi, Kebijakan dividen, Konflik Agensi Siklus Hidup Perusahaan. Abstract - This study aimed to know the effect of variable Agency Cost and Company Life-Cycle. The sample that has been used was an manufacture industry listed in Indonesia Stock Exchange. This research used data from balance sheet and income statement of Indonesia companies. The statistical analysis method used to test the hypothesis was multiple regression linear. The result of the test showed that variable of Agency Cost and Company Life-Cycle together influence significantly to Dividend Policy. For the parsial effect, Debt to Equity Ratio and Company Life Cycle has significant effect to Dividend Policy, but Insider Ownership, Collateralizable Asset, Free Cash Flow, and Firm Size has no significant effect to Dividend Policy. Keyword— Agency Cost, Agency Conflict, Company LifeCycle, Dividend Policy 1. PENDAHULUAN Dengan makin ketatnya persaingan yang terjadi sekarang ini maka perusahaan dituntut untuk melakukan kinerja yang baik dan tujuan yang jelas. Setiap perusahaan pada umumnya mempunyai tujuan yang sama yaitu meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga sahamnya. Untuk mengurus perusahaan para pemegang saham kadang menyerahkannya pada manajer. Seorang manajer belum tentu bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Kadang seorang manajer mengambil keputusan dengan tujuan untuk mensejahterakan dirinya sendiri. Tujuan pribadi dari para manajer bisa berdampak bagi perusahaan, Kondisi ini yang akan memicu konflik antara pemegang saham dan manajer di dalam perusahaan yang dikenal konflik agensi. Konflik agensi terjadi karena manajer dan pemegang saham memiliki kepentingan yang berbeda. Para pemegang saham memberikan hak kepada para manajer untuk melaksanakan tugas dalam mengatur keuangan perusahaan, akibatnya Para manajer lebih mengetahui informasi keuangan dibanding para pemegang saham. Untuk mencegah para manajer bertindak dengan tujuan pribadi, maka perlu dilakukan suatu mekanisme pengawasan. Mekanisme pengawasan memerlukan biaya dalam perusahaan, biaya ini dikenal dengan biaya agensi (Jensen dan Meckling, 1976). Salah satu cara untuk menurunkan biaya agensi adalah dengan melakukan pembagian dividen. Pembagian dividen akan mempengaruhi kebijakan pendanaan karena dengan pembagian dividen akan mengurangi aliran kas perusahaan, sehingga perusahaan yang ingin memenuhi kebutuhannya dapat mencari sumber dana yang lebih relevan (Hatta dan Magdalena, 2010). Sebaliknya dengan tidak menahan dividen, maka dana perusahaan akan semakin besar. Oleh sebab itu untuk memperkecil konflik dalam perusahaan, maka diadakan rapat umum pemegang saham. Tujuan rapat ini adalah untuk mempertimbangkan keputusan yang diambil berdasarkan pertimbangan risiko dan hasil sehingga menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa mendatang. Pertumbuhan perusahaan tidak mungkin selalu bertumbuh, ada saatnya suatu perusahaaan mengalami tahapan-tahapan dimana perusahaan tersebut tidak mengalami pertumbuhan lagi bahkan pertumbuhannya menurun, tahap-tahap yang membentuk siklus inilah yang disebut siklus hidup perusahaan. Siklus hidup perusahaan terdiri menjadi empat tahap, yaitu tahap awal (start up), tahap pertumbuhan (growth), tahap dewasa (mature), dan tahap penurunan (decline). Penelitian Setyowati (2000) bahwa perusahaan akan menahan pembagian dividen pada saat tahap bertumbuh, namun perusahaan akan membagikan dividen pada tahap dewasa karena keuntungan perusahaan semakin sedikit (lailiyah . Dalam biaya agensi terdapat terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Djumahir et al (1980) mengidentifikasi bahwa Insider Ownership, Collaterizable Assets, Free Cash Flow, Debt to Equty Ratio, dan Firm sebagai faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Terjadi perbedaan hasil pada faktor biaya agensi, pada penelitian Pujiastuti (2008) menunjukkan bahwa Insider Ownership, Collateralizable Asset, dan Free Cash Flow dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, berbeda dengan hasil yang ditemukan oleh Jessica dan Handoko (2002). Sedangkan untuk faktor Debt to Equity Ratio dan Firm Size menunjukkan hasil yang FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 63-67 positif pada penelitian Mulyono (2009), namun menurut penelitian Suwaldiman dan Azis (2006) bahwa faktor ini memberikan pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Perbedaan hasil yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya menjadikan hal menarik untuk diteliti. Dalam penelitian ini diambil industri manufaktur karena sebagian besar perusahaan manufaktur membagikan dividen secara konsisten. Periode 2008-2012 menjadi periode yang dipilih karena trend industri manufaktur mengalami kenaikan pertumbuhan selama periode tersebut. Sampel yang diambil untuk meneliti pertumbuhan diambil dari kemenperin tahun 2013 dengan beberapa industri cabang manufaktur. Bagi perusahaan yang tumbuh kepemilikan manajerial pada suatu perusahaan merupakan suatu faktor yang penting, karena perusahaan yang tumbuh mempunyai potensi yang besar dalam menghasilkan laba. Namun dengan laba yang semakin meningkat, konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham pada perusahaan yang tumbuh akan semakin besar, hal ini disebabkan pada perusahaan tumbuh pembatasan kegiatan yang berkaitan dengan kebijakan pendanaan yang dilakukan oleh manajer akan semakin kecil. Peran kepemilikan manajerial ini sesuai dengan penelitian yaitu adanya kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham (Jensen and Meckling, 1976). Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah sebagian perusahaan khususnya yang go public mempunyai tingkat utang yang tinggi dan rendahnya kepemilikan manajerial. Hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kepemilikan manajer terhadap kebijakan dividen, sehingga ada dugaan sementara dengan rendahnya kepemilikan manaierial dan tingginya konsentrasi kepemilikan saham akan menyebabkan manajer tidak mempunyai kemampuan untuk menjalankan keputusan sendiri, seluruh kebijakan yang dilakukan diatur oleh kelompok mayoritas. Fenomena berikutnya saat apabila kondisi perusahaan dalam tahap bertumbuh, maka pihak manajemen akan cenderung lebih memilih investasi baru daripada membayar dividen yang tinggi. Dana yang seharusnya dapat dibayarkan sebagai dividen tunai kepada pemegang saham akan digunakan untuk pembelian investasi yang menguntungkan. Sebaliknya pada tahap dewasa, investasi perusahaan cenderung kecil atau tidak ada. Berdasarkan uraian diatas, peneliti mencoba untuk melakukan penelitianmengenai pengaruh biaya agensi dan siklus hidup perusahaan terhadap kebijakan dividen pada industri manufaktur di Indonesia periode 2008-2012. Dimana biaya agensi terdiri dari variabel Insider Ownership, Collateralizable Asset, Free Cash Flow, DER, dan Firm Size. 2. TEORI PENUNJANG Dividend Payout Ratio (DPR) DPR merupakan presentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen kas (Riyanto, 1995). Rasio pembayaran dividen menetukan laba yang akan dibagi dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menunjukan presentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada 64 pemegang saham, apabila laba ditahan lebih besar jumlahnya, berarti laba yang dibayarkan pada pemegang saham kecil. Sebaliknya jika laba yang dibagikan kepada pemegang saham besar maka laba ditahan akan kecil sehingga mengurangi pendanaan intern. Hubungan antara biaya agensi dan kebijakan dividen Manajemen seringkali menggunakan dana yang seharusnya digunakan untuk membayar pemegang saham dalam bentuk dividen untuk melakukan investasi. Keputusan untuk melalukan investasi tersebut dapat menyebabkan konflik antara pemegang saham dan manajer karena terjadi perbedaan kepentingan. Konflik antara pemegang saham dan manajer ini dinamakan konflik agensi. Konflik agensi terjadi saat Para pemegang saham hanya tertarik pada hasil keuangan atau pertumbuhan investasi pada perusahaan sedangkan manajer menginginkan insentif yang sebesar-besarnya atas kinerjanya. Salah satu cara untuk mengatasi konflik agensi adalah dengan melakukan pembagian dividen. Pembagian dividen akan mempengaruhi kebijakan pendanaan karena dengan pembagian dividen akan mengurangi aliran kas perusahaan, sehingga perusahaan yang ingin memenuhi kebutuhannya dapat mencari sumber dana yang lebih relevan (Hatta dan Magdalena, 2010). Sebaliknya dengan tidak menahan dividen, maka dana perusahaan akan semakin besar dan mengakibatkan manajer cenderung untuk menginvestasikan uang perusahaan ke proyek yang tidak menguntungkan. Untuk mengontrol kinerja manajer memerlukan suatu biaya yang dinamakan biaya agensi. Biaya agensi terdiri dari lima variabel yang dapat mempengaruhi kebijakan pembagian dividen yaitu Insider Ownership, Collateralizable Asset, Free Cash Flow, Debt to Equity Ratio, dan Firm Size. Insider Ownership adalah pihak yang merangkap sebagai manajer dan pemegang saham. Semakin besar Insider Ownership maka biaya agensi akan semakin menurun karena pemilik perusahaan merangkap sebagai manajer sehingga biaya pengawasan menurun. Dengan pihak Insider Ownership yang semakin besar maka kebijakan dividen menurun, hal ini disebabkan pihak Insider Ownerhip pasti lebih menginginkan perusahaan berkembang dibandingkan membagikan dividen. Collateralizable Asset Adalah besarnya aset yang dijamin untuk kreditor. Collateralizable Asset yang tinggi akan menurunkan konflik antara pemegang saham dan manajer karena aset yang yang dijamin kepada kreditor besar. Menurunnya konflik di perusahaan maka biaya agensi juga mengecil dan dividen yang dibayar akan semakin sedikit. Free Cash Flow adalah arus kas perusahaan. Jika Free Cash Flow semakin besar maka manajer akan cenderung menginvestasikan uangnya ke proyek yang kurang menguntungkan sehingga konflik perusahaan meningkat. Meningkatnya konflik perusahaan akan memperbesar biaya agensi dan pembayaran dividen akan meningkat untuk mengurangi konflik. Debt to Equity Ratio adalah utang perusahaan. Dengan utang perusahaan akan membayar bunga periodik secara wajib, dengan begitu manajer akan bekerja lebih efisien sehingga biaya agensi akan menurun. Semakin banyak utang akan berakibat pembayaran dividen mengecil karena FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 63-67 65 perusahaan lebih memlih untuk membayar utang dibandingkan membayar dividen. Firm Size adalah besarnya perusahaan. Semakin besar perusahaan akses untuk mendapatkan dana akan semakin mudah sehingga biaya agensi akan semakin besar. Semakin tinggi Firm Size dan biaya agensi pasti pembayaran dividen akan semakin besar. Hubungan Siklus Hidup Perusahaan dan Kebijakan Dividen Semua kehidupan, apapun itu mengikuti hukum alam yang berupa life cycle atau daur hidup. Siklus hidup perusahaan merupakan tahapan perusahaan mulai dari tahap awal (start up), tahap pertumbuhan (growth), tahap matang (mature) dan tahap penurunan (decline). Perusahaan yang berada pada tahap pertumbuhan cenderung untuk tidak membagikan dividen, karena pada tahap ini perusahaan lebih memilih untuk menahan laba dan membiayai pengembangan aktivitas perusahaan, sebaliknya perusahaan yang telah mencapai tahap matang cenderung untuk membagikan dividen. Jadi dapat dilihat bahwa tahapan daur hidup perusahaan saat mature mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap kebijakan dividen, sebaliknya pada saat pertumbuhan tahapan siklus hidup perusahaan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kebijakan dividen. Berpengaruh positif signifikan artinya saat perusahaan matang perusahaan perusahaan semakin besar laba ditahan berarti kebijakan dividen juga akan semakin besar. Sebaliknya jika negatif signifikan artinya perusahaan akan menahan dividen seiring dengan bertambah besarnya laba (Djumahir, 1980). Kerangka berpikir Variabel Independen a. Insider Ownership Merupakan presentase saham yang dimililki oleh pihak manajemen. Dimana pihak manajemen yang dimaksud adalah direktur dan komisaris yang aktif ikut dalam pengambilan keputusan. Variabel ini dapat diukur dari jumlah presentase saham yang dimiliki atau manajemen. Indikator empirik : IO= b. Collateralizable Asset Aset tetap yang bisa dijaminkan untuk mengurangi permasalahan atas biaya keagenan yang terjadi antara pemegang saham dan pemegang onligasi yang akan memicu peningkatan pembayaran dividen. CA = c. Free Cash Flow Aliran arus kas bebas yang tersedia bagi para manajer yang cenderung digunakan sebagai dana tidak efisien. FCF = d. Debt to Equity Ratio Rasio yang bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang-utang yang dimilikinya dengan modal atau ekuitas yang ada. DER= Biaya Agensi Industri manufaktur Siklus Hidup Perusahaan Kebijakan Dividen e. Firm Size Firm size adalah skala besar kecilnya perusahaan yang ditentukan oleh beberapa hal antara lain adalah total penjualan, total aktiva, dan rata-rata tingkat penjualan perusahaan. variabel firm size diwakili oleh log natural dan total assets. FS= Ln total aset 3. URAIAN PENELITIAN Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Pemilihan anggota sample menggunakan kriteria-kriteria: 1. Perusahaan yang konsisten membagikan dividen selama periode 2008-2012 dengan jumlah 2. Perusahaan yang tercatat di BEI tahun 2008-2012 3. Perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur Variabel Dependen Dividend Payout Ratio Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah Dividend Payout Ratio (DPR). Dividend Payout Ratio adalah rasio pembayaran dividen yang merupakan presentase laba yang dibagi sebagai dividen. DPR= f. Siklus hidup perusahaan Pengukuran tahapan daur hidup perusahaan dapat dilakukan dengan mengukur proporsi laba ditahan terhadap total ekuitas SHP= Analisa Data Metode yang dipakai adalah regresi linear berganda ordinary least square (OLS) karena ingin menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap satu variabel independen. Diperlukan adanya uji asumsi klasik untuk mencari hasil unbiased linear estimator dan varian minimum atau sering disebut dengan Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Teknik analisa data yang digunakan untuk menjawab pertanyaan dilakukan dengan FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 63-67 menggunakan program statistical packcage for social sciene (SPSS) dengan tahapan sebagai berikut: 1. Menghitung Insider Ownership, Collateralizable Asset, Free Cash Flow, DER, dan Firm size dan Siklus Hidup Perusahaan. 2. Melakukan penelitian dengan analisa linear berganda. Menguji Pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen, umumnya dinyatakan dalam persamaan : DPR=a+b1IO+b2CA+b3FCF+b4DER+b5FS+b6SHP Keterangan : DPR= Dividen Payout Ratio IO= Insider ownership CA= Collateralizable Asset FCF= Free Cash Flow DER= Debt to Equity Ratio FS= Firm Size SHP= Siklus hidup perusahaan 3. Melakukan uji asumsi klasik (Ghozali, 2006): 4. Mendeteksi adanya Uji koefisien determinasi 5. Uji hipotesis menggunakan uji t dan uji F 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN Uji F Berdasarkan nilai dari hasil penelitian, hipotesis Ho ditolak karena nilai probabilitas 0 dan lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa keenam variabel secara serempak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Adjusted R Square Besarnya adjusted R2 sebesar 0,384, hal ini berarti 38% variasi Dividend Payout Ratio dapat dijelaskan oleh variasi dari enam variabel independend yang telah dibahas dalam bab ini, sedangkan sisanya yaitu 62% dijelaskan oleh sebab lain di luar dari model. Uji t Dari hasil pengujian menggunakan 11 sampel perusahaan manufaktur dengan menggunakan uji statistik t, dengan 6 variabel bebas dapat diketahui bahwa hanya 2 variabel (Debt to Equity Ratio dan siklus hidup perusahaan) yang berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio dikarenakan angka probabilitas / signifikansi lebih kecil dari 0,05 sedangkan 4 variabel lainnya (Insider Ownership, Collateralizable Asset, Free Cash Flow dan Firm Size) tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio karena probabilitas lebih besar dari 0,05 pada periode 2008-2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Insider Ownership secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel kebijakan dividen. Hal ini dapat dilihat dari nilai Insider Ownership hanya sebesar 12,60% sehingga persentase Insider Ownership tidak signifikan memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Collateralizable Asset secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel kebijakan dividen. Collateralizable Asset perusahaan-perusahaan di industri manufaktur sebagian besar terdiri dari mesin dan peralatan. Dapat disimpulkan mesin dan peralatan di perusahaan-perusahaan manufaktur tidak dipakai sebagai penentu untuk menjaminkan aset perusahaan, ini terlihat dari nilai Collateralizable Asset sebesar 43,47% namun 66 masih tidak berpengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Free Cash Flow secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel kebijakan dividen. Proporsi nilai akumulasi penyusutan untuk beberapa perusahaan cenderung lebih besar dari laba bersih sehingga nilai arus kas menjadi kecil. Nilai arus kas yang kecil mengakibatkan biaya agensi rendah sehingga tidak diperhitungkan dalam kebijakan dividen, ini bisa dilihat dari nilai arus kas sebesar 19,58%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap variabel kebijakan dividen. Berarti besarnya utang terhadap ekuitas mempengaruhi kebijakan dividend suatu perusahaan. nilai dari Debt to Equity Ratio sebesar 0,004 dan lebih kecil dari probabilitas 5%. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan utang di perusahaan manufaktur dapat mempengaruhi kebijakan dalam pembagian dividen, semakin tinggi utang yang dimiliki perusahaan maka semakin rendah dividen yang dibayar perusahan. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan Pujiastuti (2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Firm Size secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel kebijakan dividen. Nilai dari Firm Size industri manufaktur di Indonesia sebagian besar terdiri dari aset lancar dibandingkan dengan aset tetap sehingga Firm Size tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Disimpulkan bahwa total aset yang sebagian besar terdiri dari aset lancar tidak mempengaruhi terhadap pembagian dividen, hal ini diduga karena aset lancar tidak bersifat jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel siklus hidup perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel kebijakan dividen. Hasil ini bisa dilihat dari nilai rata-rata siklus hidup perusahaan yang besar yaitu 78,26%. Industri manufaktur adalah industri dalam tahap growth, artinya perusahaan-perusahaan akan cenderung untuk berinvestasi dibandingkan membagikan dividen. hal ini bisa dilihat dari sebagian besar perusahaan manufaktur di Indonesia, hanya terdapat sebelas perusahaan manufaktur yang membagikan dividen secara konsisten dalam lima tahun. Berarti sebagian perusahaan manufaktur dalam tahap growth cenderung untuk lebih sedikit membagikan laba tersebut kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan dalam pembahasan maka dapat disimpulkan: 1. Variabel Insider Ownership, Collateralizable Asset, Free Cash Flow, Debt to Equity Ratio, Firm Size, dan siklus hidup perusahaan secara serempak mempengaruhi kebijakan dividen. 2. Variabel Debt to Equity Ratio dan Siklus hidup perusahaan berpengaruh parsial terhadap kebijakan dividen perusahaan. Sedangkan variabel Insider Ownership, Collateralizable Asset, Free Cash Flow, dan Firm Size tidak berpengaruh parsial terhadap kebijakan dividen. FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 63-67 Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya dapat digunakan variabel yang lain selain dari variabel dalam penelitian ini karena biaya agensi memiliki banyak variabel. 2. Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan sampel dan jenis industri yang berbeda dari yang digunakan dalam penelitian ini, juga menggunakan periode waktu yang lebih panjang karena hasil yang akan diperoleh belum tentu sama atau bisa saja berbeda. DAFTAR PUSTAKA . Djumahir (1980). Pengaruh Biaya Agensi, Daur Hidup Perusahaan Dan Regulasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol. 11, No. 2, September 2009: 144-153 Ghozali (2006). Buku Ekonometrika, Teori Konsep dan Aplikasi Dengan SPSS Hatta dan Magdalena (2010). Faktor Penentu Kebijakan Dividen:Implikasi Afiliasi Grup Bisnis, Jurnal Solusi, volume 5, nomor 2, tahun 2010 Jensen, M.C. dan Meckling, W.H. (1976), Theory of The Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, (3): 78-130 Jessica dan Handoko (2002). Pengaruh Agency Cost Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta, Skripsi Universitas Diponegoro Semarang, 2011, p. 44 Mulyono (2009). Pengaruh Debt To Equity Ratio, Insider Ownership, Size, Dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen, Skripsi Universitas Diponegoro Semarang, 2011, p.49 Pujiastuti, Triani. 2008. "Agency Cost Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur dan Jasa yang Go Public Di Indonesia". Jurnal Keuangan dn Perbankare Vol. 12 No. 2. Mei. Hal 183-197 Riyanto (1995). pembelanjaan perusahaan, Edisi keempat, Yogyakarta, Yayasan Penerbit Gajah Mada. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang, 2011, p. 19 Setyowati. E, (2000). Efek Systematic Risk (Beta), Growth, Agency Cost dan Transaction Cost Terhadap Dividend Payout Ratio (Pada Industri Barang Konsumsi yang GoPublik di BEJ). Tesis Program Pasca Sarjana, Universitas Brawijaya Malang Suwaldiman dan Aziz (2006). Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Sinergi, Vol 8, No 1 (2006) 67