PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA DAN PENGARUHNYA TERHADAP AKHLAK SISWA DI SEKOLAH Disusun Oleh: SYAIFUL ULUM (107011003587) JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012 ABSTRAK Nama NIM Fak/Jur Judul : Syaiful Ulum : 107011003587 : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam : Pendidikan Agama Dalam Keluarga Dan Pengaruhnya Terhadap Akhlak Siswa Di SMAN 2 Mauk-Tangerang Skripsi ini mengkaji tentang pengaruh pendidikan agama dalam keluarga. Pembahasan dalam skripsi ini di maksudkan untuk mengetahui adakah pengaruhnya antara pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa disekolah. Belakangan ini kita sering melihat orang tua yang karena terlalu sibuk bekerja sehingga melupakan pendidikan anak dan menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya kepada sekolah. Padahal sejatinya Keluarga adalah pendidik utama bagi anak. karena dilingkungan keluarga, anak banyak mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya. Untuk memperoleh data yang representatif dalam pembahasan skripsi ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan angket, data yang berhasil diperoleh oleh penulis kemudian diolah melalui tahapan editing, scoring, dan tabulating. Kemudian untuk mengetahui koefisien korelasi antara dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini penulis memasukkan hasil penjumlahan skor angket kedalam rumus “r” product moment. Setelah angka korelasinya diketahui penulis kemudian mencocokkannya dengan tabel nilai “r” product moment sehingga dapat diketahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pendidikan agama dalam keluarga dan variabel akhlak siswa disekolah, atau tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.. Adapun jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah kuantitatif. Bagaimanapun sekolah hanya menunjang keberhasilan pendidikan anak, karena pendidikan dilingkungan keluarga tetap yang utama. Karena jika tidak ada pemberian pendidikan agama dalam keuarga akan menciptakan suasana yang kurang harmonis bagi anak. Karena anak lebih mempunyai ikatan yang lebih erat dengan orang tua mereka dibanding dengan guru-guru di sekolah. KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrohiim Tiada kata yang paling indah diucapkan selain memanjatkan puji dan syukur kehadirat Illahi rabbi penguasa alam semesta, berkat keagungan Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiyah ini guna mencapai gelar sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tiada kuasa dan seizinnya lah penulis bisa menyelesaikan semua ini. Shalawat beriring salam tak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai revolusioner dunia dan pembawa risalah keagungan, serta kepada keluarga, para sahabat-sahabatnya, mudah-mudahan kita semua mendapatkan syafaa‟atul „udzma di yaumil akhir nanti amin yaa rabbal „alamin. Skripsi ini memang hanya setetes lautan ilmu yang Allah berikan kepada penulis, walaupun demikian tidak mudah penulis mendapatkannya. Skripsi ini terwujud dan terselesaikan bukan semata-mata atas tangan pribadi penulis, namun juga berkat uluran tangan dan dorongan pihak lain yang telah banyak membantu sampai terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya jazaakumullah khoiron katsiro kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Ibu Hj. Sofiah, MA yang disela-sela kesibukannya bersedia meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis 4. Bapak/ibu Dosen dan Karyawan/Karyawati Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5. Staf Perpustakaan Utama dan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 6. Kepala Sekolah SMAN 2 Mauk, Bapak Cepy Suherman,S.Pd.M.Pd, guru bidang, bapak Syamsuni dan seluruh stafnya yang telah menerima dan membantu penulis dalam melakukan penelitian 7. Ayahanda Mohan Mahmuddin dan ibunda Dwi kurniati yang penulis cintai, yang tidak pernah bosan dan berhenti memberikan perhatian doa dan dukungan baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat terlaksanakan dan terselesaikan. “terima kasih papah dan mamah”. 8. Kakak ku Hurul „Ain beserta suaminya M.Kosim, serta keponakan ku tercinta Sahnaz Aluna. Terima kasih atas dukungan dan partisipasinya. 9. Adik-adik ku tercinta Zahrotunnufus dan Khairul Abdi, yang secara tidak langsung memberikan motivasi agar penulis cepat menyelesaikan skripsi ini. 10. Tak lupa juga kepada Ummi Kurniawati yang tidak bosan-bosannya memberikan dukungan dan motivasinya agar skripsi ini dapat terselesaikan secepatnya. 11. Sahabat-sahabatku Hadi Assyihabi, Miftahuddin, Rachmad Triyadi, terima kasih atas bantuannya, sampai skripsi ini terselesaikan. 12. Teman-teman seperjuangan (PAI-b 2007) yang selalu kompak, selalu memberikan dukungan, do‟a dan bantuan di saat penulis menyelesaikan skripsi. 13. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis tidak bisa membalas semua kebaikan mereka dan mudah-mudahan kita selalu berada dalam keridhaan-Nya. Akhirnya penulis menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Mudah-mudahan dapat balasan yang lebih baik. Selanjutnya dengan penuh kesadaran penulis akui skripsi ini masih banyak kekuarangan, untuk itu penulis berharap adanya teguran serta kritikan yang baik dari semua pihak. Harapan penulis mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi siapa saja yang membacanya untuk menambah ilmu pengetahuan. Amin yaa Allah yaa rabbal ‘alamin. Jakarta,16 September 2013 Syaiful Ulum DAFTAR ISI Abstrak ......................................................................................................... i Lembar Pengesahan Pembimbing .................................................................... ii Kata Pengantar ................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Indetifikasi Masalah .................................................................. 6 C. Pembatasan Masalah.................................................................. 6 D. Perumusan Masalah ................................................................... 6 E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ..................................... 6 BAB II TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pengertian Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga .............. 8 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................... 8 2. Pengertian Keluarga ............................................................ 13 3. Pengertian Akhlak ............................................................... 15 4. Pentingnya Pendidikan Agama Dalam Keluarga ................ 26 5. Model pendidikan agama dalam keluarga.......................... 30 B. Kerangka Berfikir ...................................................................... 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sumber Penelitian ...................................................................... 35 B. Tempat dan Waktu penelitian .................................................... 35 C. Variabel Penelitian .................................................................... 36 D. Sumber Data Penelitian ............................................................. 34 E. Populasi dan Sampel.................................................................. 37 F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 37 G. Teknik Analisa Data .................................................................. 38 BAB IV DESKRIPSI DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Data ............................................................................. 42 B. Pendidikan Agama Dalam Keluarga Dan Pengaruhnya Terhadap Akhlak Siswa Di Sekolah .......................................... BAB V 54 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................ 56 B. Saran .......................................................................................... 56 DAFTAR PUSTAKA PROFIL SEKOLAH UJI REFERNSI SURAT IJIN PENELITIAN ANGKET PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia dan dalam kehidupan masyarakat manapun. Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Setiap bangsa memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang berperan penting dalam kelangsungan hidup bangsa tersebut. Pendidikan dapat mengembangkan kepribadian, pengetahuan, ketrampilan dan wawasan berpikir yang luas. Sebagai mana kita ketahui bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam suatu negara. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila tingkat pendidikannya telah memadai dengan kondisi yang dialaminya, juga bisa dikatakan mundur apabila negara tersebut tidak bisa menjawab tantangan-tantangan yang dihadapinya pada waktu itu. Pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan di dunia ini. Pada hakekatnya pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Untuk itu maka seseorang harus mempunyai suatu pengetahuan, yang mana pengetahuan tersebut merupakan perlengkapan dasar manusia didalam menempuh kehidupan ini. Ternyata hal yang terpenting pada kehidupan manusia itu sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas suatu pengetahuan yang diperolehnya. Dengan begitu kepribadian setiap manusia akan berbeda, dan itupun sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang diperolehnya. Dengan demikian pemerintah menginginkan bahwa kualitas dan kuantitas suatu bangsa (dalam hal ini pendidikan) haruslah ditingkatkan. Dengan begitu maka pendidikan pada suatu bangsa memiliki makna pendidikan yang sangat tinggi, terutama untuk mengembangkan dan membangun generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan, sehingga mengangkat harkat dan martabat bangsa. Begitu pula dengan negara republik indonesia yang berdasarkan pancasila dan undangundang 1945. Pendidikan keluarga merupakan bagian integral dari pendidikan nasional, sedangkan pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, 1 2 sehat ilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang baik, demokratis serta bertanggung jawab.1 Melalui pendidikan agam tersebut, diharapkan individu dapat mengembangkan potensi takwa kepada Allah SWT. Apabila potensi ini berkembang dengan baik, maka individu akan dapat mengendalikan diri agar terhindar dari bentuk-bentuk prilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai agama yang tertanam dalam dirinya. Namun perkembangan itu tidak terjadi manakala tidak ada faktor luar yang memberikan rangsangan atau stimulus yang memungkinkan potensi itu berkembang dengan sebaik-baiknya. Faktor tersebut adalah lingkungan dimana individu tersebut hidup. Dan salah satunya adalah keluarga. Pendidikan keluarga adalah fase awal dan basis bagi pendidikan seseorang. Ia juga merupakan pusat pendidikan alamiah yang berlangsung dengan penuh kewajaran. Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang pertama dan utama bagi seorang anak. Sebelum ia berkenalan dengan lingkungan sekitarnya, ia akan berkenalan terlebih dahulu dengan situasi keluarga. Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan anak untuk masa yang akan datang. Keluargalah yang akan memberikan warna kehidupan bagi seorang anak, baik perilaku, budi pekerti, maupun adat kebiasaan seharihari. Keluarga jualah tempat anak mendapat tempaan pertama kali yang kemudian menentukan baik buruk kehidupan setelahnya di masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan media pertama dan utama yang secara langsung berpengaruh terhadap perilaku dan perkembangan anak didik.Bilamana keluarga itu beragama Islam maka pendidikan agama yang diberikan kepada anak adalah Pendidikan Islam. Dalam hal ini Pendidikan Islam ditujukan pada pendidikan yang diajarkan Allah melalui Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Nabi. Hasil-hasil yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di sekolah maupun dalam masyarakat. Orang tua atau keluarga menerima tanggung jawab mendidik anak-anak dari Tuhan atau karena kodrat. Keluarga, bertanggung jawab penuh atas pemeliharaan anak-anaknya sejak mereka dilahirkan, dan bertanggung jawab penuh atas pendidikan watak anak-anaknya. Sedangkan pendidikan sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan keluarga yang lebih merasa bertanggung jawab terhadap pendidikan intelek (menambah pengetahuan anak) serta 1 Abdul rachman shaleh, madrasah dan pendidikan anak bangsa, Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada,2005 h.8 3 pendidikan ketrampilan (skills) yang berhubungan dengan kebutuhan anak itu untuk hidup di dalam masyarakat nanti. Sekolah bertanggung jawab atas pelajaran-pelajaran yang lebih diberikan kepada anak-anak yang umumnya keluarga tidak mampu memberikannya. Sedangkan pendidikan etika yang diberikan sekolah merupakan bantuan terhadap pendidikan yang telah dilaksanakan oleh keluarga. Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan anak yang ketiga setelah sekolah. Peran yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah bagaimana masyarakat bisa memberikan dan menciptakan suasana yang kondusif bagi anak, remaja dan pemuda untuk tumbuh secara baik. Dalam konteks tersebut tentunya perlu kesadaran bersama untuk menciptakan lingkungan yang baik agar anak, remaja, dan pemuda tumbuh secara sehat baik fisik, intelektual maupun mental ruhaniahnya. Pendidikan Agama Islam sangat berperan dalam usaha membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa pada Allah SWT, menghargai dan mengamalkan ajaran agama dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka dari itu Pendidikan Agama harus diajarkan pada anak sejak dini. Pendidikan agama dapat menanmkan dan membentuk sikap-sikap yang dijiwai nilai-nilai agama islam tersebut, juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai-nilai islam yang melandasinya merupakan proses ikhtiarah yang secara pedagosis mampu mengembangkan hidup anak kearah kedewasaaan atau kematangan yang menguntungkan dirinya.2 Penanaman nilai-nilai agama semenjak dini oleh keluarga mengalami puncaknya pada masa remaja. Hal ini disebabkan sejalan dengan cepatnya pertumbuhan jasmani dan rohani remaja, sebagaimana yang kita ketahui bersama dalam proses perkembangan dan pertumbuhan tidak jarang anak mengalami kesulitan atau masalah. Misalanya petumbuhan yang berkaitan dengan rasa ingin tahunya, perasaan terhadap orang tua, saudara dan teman dan lain-lain. Dalam hal demikian, bimbingan dan pembinaan remaja dalam kehidupannya sangat diperlukan untuk membantu mereka menemukan jati dirinya, mengingat remaja sebagai unsur utama didalam masyarakat menjadi tanggung jawab bersama para orang tua dalam sebuah keluarga. Oleh karena itu orang tua dalam lingkungan rumah tangga harus dapat memberikan pendidikan yang baik terhadap anak-anak mereka. Karena lingkungan keluarga merupakan 2 Nur uhbiati, ilmu pendidikan islam, Bandung:CV.Pustaka Setia, 2005, cet.6 h.24 4 lembaga pertama dan utama yang dikenal anak. Hal ini disebabkan karena karena kedua orang tuanyalah yang pertama dikenal dan diterima pendidikannya. Bimbingan, perhatian, dan kasih sayag yang terjalin antara kedua orang tua dan anak-anaknya merupakan basis yang ampuh bagi pertumbuhan dan perkembangan psikis serta nilai-nilai sosial dan religius pada diri anak.3 Tujuan pendidikan dalam rumah tangga ialah agar anak dapat berkembang secara maksimal, mengikuti seluruh aspek perkembangan anaknya, yaitu jasmani, akal, dan ruhani. Yang bertindak sebagai pendidik dalam hal ini adalah ayah dan ibu si anak serta semua anggota keluarga yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak itu seperti kakek, nenek, paman, bibi, dan kakak. Akan tetapi yang paling bertanggung jawab adalah ayah dan ibu. 4 Dalam perspektif pendidikan Islam, pendidikan Aqidah Akhlak adalah pendidikan yang sangat penting diberikan kepada anak sebagai fondasi awal dalam menghadapi realita perkembangan jaman yang dari tahun ke tahun semakin berkembang. Perkembangan jaman yang semakin cepat itulah yang menuntut agar anak memiliki fondasi yang kuat agar tidak terbawa arus perkembangan jaman. Dengan adanya pendidikan Aqidah Akhlak dalam keluarga dan di sekolah, anak tidak akan cepat terpengaruh dan bisa mempertimbangkan mana perilaku yang baik dan yang buruk. Dewasa ini peran orang tua dalam pendidikan anak sangatlah kurang. Kita bisa melihat dalam kehidupan sehari- hari, banyak orang tua cenderung melepas anaknya pada dunia pendidikan di sekolah saja tanpa memperhatikan pendidikan dari lingkungan keluarganya sendiri. Mereka beranggapan bahwa hanya sekolahlah yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya, sehingga orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru di sekolah. Padahal keberhasilan pendidikan agama Islam bukan terletak pada pendidikan di sekolah saja, namun juga terletak pada pendidikan dalam rumah tangga. Anak lebih banyak waktu berinteraksi dengan orang tua dibanding dengan guru di sekolah, artinya orang tualah yang sebenarnya memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilan prestasi belajar pendidikan anak. Inilah hal yang kurang disadari oleh para orang tua. Mereka sepenuhnya memberikan pendidikan anak-anak mereka kepada sekolah. Karena tanpa mereka sadari, mereka juga 3 Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Dalam Islam, (Jakarta; Gaya Media Pratama, 2001), Cet.Ke-1.H.125 4 Ahmad Tafsir Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, (Bandung Remaja Rosyada Karya Offset 1994).Cet Ke-2 H.155 5 mempunyai kewajiban dalam hal mendidik anak-anak. Pendidikan tidak bisa sepenuhnya dibebankan kepada sekolah,. Karena bagaimanapun anak tetap butuh pendidikan, perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Kita sering melihat orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan pada akhirnya mereka sangat jarang mempunyai waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan memperhatikan perkembangan anak-anaknya, sehingga anak tidak mempunyai kesempatan untuk curhat atau berbagi cerita kepada orang tua mereka. ketika orang tua mereka sering terlibat pertengkaran bahkan yang lebih parah yaitu perceraian. Di sinilah ketika kedua orang tua sering terlibat pertengkaran atau masalah-masalah yang lainnya, anaklah yang menjadi korban dari masalah mereka. Ketika anak merasa hubungan dalam keluarganya sudah tidak harmonis lagi, anak akan cenderung mencari tempat pelarian yang menurutnya bisa memberikan rasa aman dan nyaman dari semua masalah yang dihadapinya. Hal ini juga mempengaruhi tingkah laku atau perilaku anak bukan hanya di masyarakat akan tetapi di sekolah. Kita sering jumpai siswa yang malas belajar, tidak masuk kelas, dan sering membuat masalah atau yang kita sebut sebagai trouble maker di sekolah. Semua itu bisa jadi adalah wujud kekecewaan anak terhadap hubungan keluarganya yang tidak harmonis sehingga mereka membuat masalah-masalah untuk mendapatkan perhatian dari teman-teman atau guru-gurunya. Semua itu mereka lakukan karena mereka ingin melampiaskan semua maslah yang ada di lingkungan keluarga. Mereka tidak punya tempat untuk berbagi cerita karena orang tua mereka sibuk berkerja dan tidak punya waktu untuk mendengarkan keluh kesah dan masalah yang sedang dialami oleh sang anak. Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian apakah orang tua dalam memberikan pendidikan agama kepada anak sudah maksimal. Penulis mencoba meneliti sebab-sebab dari akhlak siswa yang seperti itu.lalu penulis juga mencoba meneliti apakah ada pengaruh antara pendidikan agama dalam keluarga dengan akhlak anak di sekolah. Dengan demikian berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis terpanggil untuk meneliti tentang “Pendidikan Agama Dalam Keluarga Dan Pengaruhnya Terhadap Akhlak Siswa di Sekolah” 6 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, identifikasi masalahnya adalah: 1. Banyaknya orang tua yang sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga mengabaikan pendidikan anak mereka. 2. Banyak terjadinya kenakalan-kenakalan yang dilakukan siswa/siswi di lingkungan sekolah. 3. Kurangnya rasa hormat siswa/siswi terhadap guru-guru mereka di sekolah. C. Pembatasan Masalah 1. Pendidikan agama yang dimaksud adalah pendidikan agama yang meliputi pendidikan akhlak, adab etika yang menentukan seseorang dalam bersikap dan bertindak sebagaimana yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya. 2. Siswa yang dimaksud di sini adalah siswa kelas X SMAN 2 Mauk-Tangerang. 3. Akhlak yang dimaksud disini adalah perilaku atau tingkah laku siswa selama berada di lingkungan sekolah yang meliputi pergaulan sesama teman, kepada guru dan pergaulan dalam belajar. D. Perumusan Masalah Dengan pembatasan masalah tersebut maka penulis mencoba merumuskan masalah sebagai berikut : “bagaimanakah pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di sekolah?” E. Tujuan Dan Kegunaan Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak anak di sekolah. 2. Agar orang tua mengerti pentingnya pendidikan agama dalam keluarga. 3. Agar orang tua sadar bahwa pendidikan sekolah hanya sebagai penunjang dan pendidikan orang tua lah yang utama. Adapun kegunaan penelitian dalam skripsi ini adalah: 7 1. Secara ilmiah, penulisan skripsi ini untuk mempertajam kematangan, keilmuan, serta kemampuan untuk melahirkan sebuah karya ilmiah. 2. Secara pragmatis, penulisan skripsi ini memberikan bekal pengetahuan mengenai teoriteori tentang pendidikan, dan mendapatkan gambaran yang lebih luas tentang penelitian sosial, serta sebagai sumbangan pemikiran dalam membina dan membimbing akhlakk remaja dalam lingkungan keluarga, agar anak remaja dapat berkepribadian dengan akhlak yang mulia. BAB II TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pengertian pendidikan agama islam dalam keluarga 1. Pengertian Pendidkan Agama Islam Pendidikan berasal dari kata “didik” lalu kata ini mendapat awalan “ me” sehingga menjadi “mendidik”, artinya: memberi, memelihara, dan memberikan latihan (ajaran, tujuan, penanaman) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Seperti contoh: semua orang tua wajib mendidik anaknya secara baik, itu artinya setiap orang tua yang memiliki anak wajib mendidik anaknya, memelihara, melatih akhlak, dan melatih kecerdasan pikiran anak.1 Pengertian “pendidikan” menurut kamus besar bahasa Indonesia ialah proses mengubah sikap dan tata laku sikap seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.2 Secara harfiah, pendidikan berasal dari kata educare, yang artinya mengeluarkan suatu kemampuan. Jadi educare adalah membimbing untuk mengeluarkan kemampuan yang tersimpan dalam diri anak untuk tercapainya kedewasaan.3 Pengertian secara terminologi Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa, pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulanya dengan anak-anak dalam memimpin perkembangan jasmaniyah dan ruhaniyah kearah kedewasaan.4 Menurut dictionary of education, yang dikutip oleh Drs.H.M. Alisuf Sabri dalam bukunya ilmu pendidikan islam, bahwa pendidikan diartikan: 1. Serangkaian proses atau anak mengembangkan kemampuan sikap dan bentukbentuk tingkah laku lainnya yang bernilai atau berguna bagi masyarakat. 2. Proses sosial dimana orang-orang atau anak-anak dipengaruhi dengan dengan lingkungan yang (sengaja) dipilih dan dikendalikan (misalnya oleh guru di 1 Muhibbin Syah,M.Ed, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), Cet Ke-3, H.10 2 Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru…, H.10 3 Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru…, H.10 4 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung, Remaja Karya, 2007), Cet. Ke-18, H. 11 8 9 sekolah) sehingga mereka memperoleh kemampuan-kemampuan sosial dan perkembangan individu yang optimal.5 Dalam UU RI No. 20 Th 2003 pasal 1, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.6 Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Menurut Zakiah Darajat Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Sedangkan menurut A. Tafsir pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai denganajaran Islam.7 Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-qur.an dan alhadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran latihan serta penggunaan pengalaman.8 Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.9 5 Alisuf shabri, ilmu pendidikan, jakarta: CV.pedoman ilmu jaya, cet1 1999 h.4 DEPDIKNAS, UURI No 20 th 2003tentang SISDIKNAS (Bandung: FOKUSMEDIA 2003) H. 2 7 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 1, h. 130 8 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.IV, h. 21. 9 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet.III, h. 78 6 10 Dari beberapa pengertian pendidikan agama Islam diatas. Penulis menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk menyiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. dan berakhlak mulia dalam kehidupannya. a. Kedudukan Pendidikan Agama Bila seseorang percaya bahwa agama itu adalah sesuatu yang benar, maka timbullah perasaan suka terhadap agama. Perasaan seperti ini merupakan komponen afektif dari sikap kegamaan. Selanjutnya dari adanya kepercayaan dan perasaan senang seseorang itu akan mendorong untuk berperilaku keagamaan atau yang dikenal dengan pengamalan ajaran agama. Dengan demikian konsisten antara kepercayaan terhadap agama sebagai komponen kognitif, perasaan terhadap agama sebagai komponen afektif dengan perilaku terhadap agama sebagai komponen kognitif menjadi landasan pembentukan sikap keagamaan. Baik buruknya keagamaan seseorang tergantung kepada tingkat kepercayaan terhadap agama. Sikap keagamaan mencakup semua aspek yang berhubungan dengan keagamaan sepanjang yang bisa dirasakan dan dijangkau oleh anak di lingkungan keluarga dan sekolah, seperti sikap yang berhubungan dengan aspek keimanan, ibadah, akhlak dan muamalah. Sikap keagamaan adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Ada tiga komponen sikap keagamaan: 1. Komponen Kognisi, adalah segala hal yang berhubungan dengan gejala fikiran seperti ide, kepercayaan dan konsep. 2. Komponen Afeksi, adalah segala hal yang berhubungan dengan gejala perasaan (emosional: seperti senang, tidak senang, setuju) 3. Komponen Konasi, adalah merupakan kecenderungan untuk sepertimemberi pertolongan, menjauhkan diri, mengabdi dan sebagainya. berbuat, 10 Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling utama, karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak anak-anak didik dan 10 Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Press, 1996), Cet. I, h. 212 11 mengangkat mereka kederajat yang tinggi, serta berbahagia dalam hidup dan kehidupannya. Pendidikan agama membersihkan hati dan mensucikan jiwa, serta mendidik hati nurani dan mencetak mereka agar berkelakuan yang baik dan mendorong mereka untuk memperbuat pekerjaan yang mulia. Pendidikan agama memelihara anak-anak, supaya mereka tidak menuruti nafsu yang murka, dan menjaga mereka supaya jangan jatuh ke lembah kehinaan dan kesesatan. Pendidikan agama menerangi anak-anak supaya melalui jalan yang lurus, jalan kebaikan, jalan kesurga. Sebab itu mereka patuh mengikuti perintah Allah, serta berhubungan baik dengan teman sejawatnya dan bangsanya,berdasarkan cinta-mencintai, tolong-menolong dan nasehat-menasehati.11Oleh sebab itu pendidikan agama harus diberikan mulai dari Taman Kanak-kanak sampai keperguruan tinggi. Dengan demikian pendidikan agama sangat berperan dalam memperbaiki akhlak anak-anak untuk membersihkan hati dan mensucikan jiwa mereka. Agar mereka berkepribadian baik dalam kehidupannya. Dengan pendidikan agama,maka anak-anak menjadi tahu dan mengerti akan kewajibannya sebagai umat beragama, sehingga ia mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan menjauhi larangan agama. Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu: (1) dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; (2) dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; (3) dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran agama Islam; dan (4) dimensi pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa 11 7-8 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,1983), Cet. XI, h. 12 kepada Allah Swt serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.12 Tujuan Pendidikan agama dalam segala tingkat pengajaran umum adalah sebagai berikut: a. Menanamkan perasaan cinta dan taat kepada Allah dalam hati kanak-kanak yaitu dengan mengingatkan nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya. b. Menanamkan itikad yang benar dan kepercayaan yang betul dalam dada kanakkanak. c. Mendidik kanak-kanak dari kecil, supaya mengikut suruhan Allah dan meninggalkan segala laranganNya, baik terhadap Allah ataupun terhadap masyarakat, yaitu dengan mengisi hati mereka, supaya takut kepada Allah dan ingin akan pahalanya. d. Mendidik kanak-kanak dari kecilnya, supaya membiasakan akhlak yang mulia dan adat kebiasaan yang baik. e. Mengajar pelajaran-pelajaran, supaya mengetahui macam-macam ibadat yang wajib dikerjakan dan cara melakukannya, serta mengetahui hikmah-hikmah dan faedah-faedahnya dan pengaruhnya untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Begitu juga mengajarkan hukum-hukum agama yang perlu diketahui oleh tiap-tiap orang Islam, serta taat mengikutnya. f. Memberi petunjuk mereka untuk hidup di dunia dan menuju akhirat. g. Memberikan contoh dan tiru teladan yang baik, serta pengajaran dan nasehatnasehat. h. Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik yang berbudi luhur dan berakhlak mulia, serta berpegang teguh dengan ajaran agama.13 Menurut penulis tujuan-tujuan pendidikan agama islam sudah bagus, tinggal bagaimana penerapannya saja. Karena tujuan-tujuan tersebut sudah memenuhi semua aspek yang ada dalam syariat islam. 12 13 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. III, Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama…h.13 h. 78 13 2. Pengertian keluarga Keluarga itu terdiri dari ayah, ibu beserta anak-anaknya ( keluarga inti ), ayah dan ibulah yang disebut orang tua. Menurut kamus besar bahasa Indonesia istilah orang tua adalah : 1. Orang yang sudah tua 2. Ayah Ibu 3. Orang tua, orang yang dianggap tua (pandai, pintar) Dalam penulisan skripsi ini yang dimaksud orang tua adalah ayah dan ibu dari anakanak hasil pernikahan (orang tua kandung). Keluarga merupakan institusi sosial yang terpenting dan merupakan inti sosial yang utama, melalui individu-individu dalam masyarakat dipersiapkan nilai-nilai kebudayaan, kebiasaan, dan tradisinya dipelihara kelanjutannya, dan melalui kebudayaan juga dia dipindahkan dari generasi ke generasi berikutnya.14 Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merkalah anak mula-mula mengenal pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidik adalah terdapat pada kehidupan keluarga.15 Orang tua atau ayah dan ibu memegang peranan penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Pada umunya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan secara kodrati suasana dan strukturnya memungkinkan memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan atau hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antar orang tua dan anak. Didalam pembinaan terhadap anak diperlukan suatu perhatian penuh dari pembinanya (pendidik) sebab seseorang yang sedang dididik baik buruknya tergantung dari sejauh mana baik buruknya si pendidik. Sebagai pusat pendidik dalam keluarga, orang tua adalah orang yang pertama kali menanamkan nilai-nilai pendidikan dalam diri si anak. Orang tualah yang menciptakan 14 15 Ramayulis Dkk, Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), Cet Ke-4, H.6 Zakiah Daradjat Dkk, Ilmu Pendidikan Dalam Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), Cet Ke-6, H.35 14 kondisi lingkungan baik atau buruknya, baik melalui sikap, tingkah laku, akhlak, perbuatan, ucapan, maupun cara berpikir. Secara sosiologis keluarga dituntut berperan dan berfungsi untuk menciptakan suatu masyarakat yang aman, tenteram, bahagia dan sejahtera, yang semua itu harus dijalankan oleh keluarga sebagai lembaga sosial terkecil. Dalam buku Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, dijelaskan bahwa .Berdasarkan pendekatan budaya, keluarga sekurangnya mempunyai tujuh fungsi, yaitu, fungsi biologis, edukatif, religius, proyektif, sosialisasi, rekreatif dan ekonomi.16 Keluarga sebagai kesatuan hidup bersama mempunyai 7 fungsi yang ada hubungannya dengan kehidupan si anak, yaitu: a. Fungsi biologik; yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak; secara biologis anak berasal dari orang tuanya. Mula-mula dari dua manusia, seorang pria dan wanita yang hidup bersama dalam ikatan nikah, kemudian berkembang dengan lahirnya anak-anaknya sebagai generasi penerus atau dengan kata lain kelanjutan dari identitas keluarga. b. Fungsi afeksi; yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan rasa aman). c. Fungsi sosialisasi; yaitu fungsi keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya. d. Fungsi pendidikan; yaitu keluarga sejak dahulu merupakan institusi pendidikan. Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial dan ekonomi di masyarakat. Sekarangpun keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama dalam mengembangkan dasar kepribadian anak. Selain itu keluarga/orang tua menurut hasil penelitian psikologi berfungsi sebagai faktor pemberi pengaruh utama bagi motivasi belajar anak yang pengaruhnya begitu mendalam pada setiap langkah perkembangan anak yang dapat bertahan hingga ke perguruan tinggi. 16 Jalaluddin Rahmat, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, (Bandung: PT.Remaja 1994), Cet. 2, h. 20-21 Rosdakarya, 15 e. Fungsi rekreasi; yaitu keluarga merupakan tempat/medan rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh afeksi, ketenangan dan kegembiraan. f. Fungsi keagamaan; yaitu keuarga merupakan pusat pendidikan, upacara dan ibadah agama bagi para anggotanya, disamping peran yang dilakukan institusi agama. Fungsi ini penting artinya bagi penanaman jiwa agama pada si anak; sayangnya sekarang ini fungsi keagamaan ini mengalami kemunduran akibat pengaruh sekularisasi. g. Fungsi perlindungan; yaitu keluarga berfungsi memelihara, merawat dan melindungi si anak baik fisik maupun sosialnya. Fungsi ini oleh keluarga sekarang tidak dilakukan sendiri tetapi banyak dilakukan oleh badan-badan sosial seperti tempat perawatan bagi anak-anak cacat tubuh mental, anak yatim piatu, anak-anak nakal dan perusahaan asuransi.17Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat terlindung dari gangguan-gangguan seperti gangguan udara dengan berusaha menyediakan rumah, gangguan penyakit dengan berusaha menyediakan obat-obatan dan gangguan bahaya dengan berusaha menyediakan senjata, pagar/tembok dan lain-lain. Menurut Abu Ahmadi, ia menambahkan satu fungsi keluarga selain ketujuh fungsi diatas yaitu fungsi ekonomi. Fungsi ekonomi adalah keluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan manusia yang pokok, diantaranya kebutuhan makan dan minum, kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya dan kebutuhan tempat tinggal. Berhubung dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok ini maka orang tua diwajibkan untuk berusaha keras agar supaya setiap anggota keluarga dapat cukup makan dan minum, cukup pakaian serta tempat tinggal.18 3. Pengertian Akhlak Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak dari kata khuluq. Khuluq di dalam kamus al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, atau tingkah laku. Di dalam Da’iratul ma’arif dikatakan : 17 18 HM. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet.1, Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), Cet. II, h. 104 h. 21-22 16 “akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik,”19 Sedangkan dalam kamus Shahih kata khuluq berarti tabiat atau perangai. Qurtubi dalam tafsirnya menjelaskan. “khuluq dalam bahasa arab artinya adalah adab atau etika yang mengendalikan seseorang dalam bersikap atau bertindak”.20 Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bila di biasakan akan sesuatu maka kebiasaan itu di sebut akhlak. Dalam Ensiklopedi Pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap Khaliknya dan terhadap sesama manusia. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada pada dirinya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuaatan baik, yang disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk yang disebut dengan akhlak tercela. Semua itu tergantung dari bagaimana cara pembinaannya. a. Perbedaan akhlak, moral dan etika 1. Moral Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak). Moralisasi, berarti uraian (pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan yang baik. Demoralisasi, berarti kerusakan moral. Menurut asal katanya “moral” dari kata mores dari bahasa Latin, kemudian diterjemahkan menjadi “aturan kesusilaan”. Dalam bahasa sehari-hari, yang dimaksud dengan kesusilaan bukan mores, tetapi petunjuk-petunjuk untuk kehidupan sopan santun dan tidak. Jadi, moral adalah aturan kesusilaan, yang meliputi semua norma kelakuan, perbuatan tingkah laku yang baik. Kata susila berasal dari bahasa Sansekerta, su artinya “lebih baik”, sila berarti “dasar-dasar”, prinsip-prinsip atau peraturan-peraturan hidup. Jadi susila berarti peraturan-peraturan hidup yang lebih baik.21 Dalam Wikipedia di jelaskan bahwa Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki 19 Asmaran. A.S, M.A, pengantar studi akhlak, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,1994), Cet Ke-2, H.1 Muhhammad Nur Abdul Hafidz, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung : Al-Bayan, 1997), Cet Ke1, H.178 21 http://imungblog.blogspot.com/2012/10/pengertian-etika-dan-moral.html 20 17 nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.22 Ruang lingkup akhlak islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/ islami) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa). Berbagai bentuk dan ruang lingkup akhlak islami yang demikian itu dapat dipaparkan sebagai berikut : 1) Akhlak Terhadap Allah Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai Khalik. Sikap atau perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlaki sebagaimana telah disebutkan diatas. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah-lah yang telah menciptakan manusia. Dia menciptakan manusia dari tanah yang diproses menjadi benih. Dengan demikian sebagai yang 22 http://id.wikipedia.org/wiki/Moral 18 diciptakan sudah sepantasnya berterima kasih kepada yang menciptakannya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Thariq, 86: 5-7 : ب َ ِ) ُخل٥( ق َ ِٱۡلو َس ٰـ ُه ِم َّم ُخل ِ ِب ََٱلتَّ َرآ ِٕٮ ِ ) َي ۡخ ُر ُج ِم ۢه َب ۡي ِه ٱلصُّ ۡل٦( ق ِمه َّم ٍ۬آء دَافِ ٍ۬ق ِ ۡ فَ ۡليَىظُ ِر Artinya : “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.” Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan pancaindera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota tubuh yang kokoh dan sempurna kepada manusia.Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya.Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah. Di antaranya dengan cara tidak menyekutukan-Nya, takwa kepada-Nya, mencintai-Nya, ridho dan ikhlas terhadap segala ketentuan-Nya dan bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, selalu berdoa kepada-Nya, beribadah, dan selalu mencari keridhoan-Nya. Quraish shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan menjangkaunya. Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara banyak memujinya. Selajutnya sikap tersebut dilanjutkan dengan senantiasa bertawakal kepada-Nya, yaitu dengan menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia. 2) Akhlak Terhadap Sesama Manusia Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur‟an berkaitan dengan perilaku terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negative seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang dibelakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah, walaupun sambil memberikan materi kepada yang disakiti hatinya itu. َّ ََ ِۗص َذقَ ٍ۬ت يَ ۡتبَ ُعٍَآ أَ ٍ۬ر ٌ ٍ۬ قَ ُۡ ٍ۬ ٌل َّم ۡعر ٱَّلُ ََىِّ ََلِي ٍ۬ ٌم َ َُف ََ َم ۡغفِ َرةٌ َخ ۡي ٍ۬ ٌر ِّمه 19 Artinya : “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.”(QS. Al-Baqarah ;263) Disisi lain Al-Qur‟an menerangkan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar. Tidak masuk kerumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan yang baik. َّ ق بَ ِى ّٓ إِ ۡس َرٳٓ ِءي َل ََل تَ ۡعبُ ُذَنَ إِ ََّل ّٰ ٱَّلَ ََبِ ۡٲل َُٳلِذ َۡي ِه إِ َۡ َس ٍ۬اوا ََ ِرِ ۡٱلقُ ۡربَ ّٰ ََ ۡٱليَتَ ٰـ َم َ ََإِ ۡر أَ َخ ۡزوَا ِميثَ ٰـ ٍ۬ ُا ٱل َّزڪ َُٰةَ ثُم تَُلَّ ۡيتُمۡ إ ََّل قَل ْ ََُ ۡٱل َم َس ٰـڪِي ِه ََقُُل ْ ُصلَ ُٰةَ ََ َءات ْ اس َ ُۡس ٍ۬ىا ََأَقِي ُم َّ ُا ٱل يا ِّمىڪُمۡ ََأَوتُم ِ ِ َ َّ ِ َُّا لِلى َُّم ۡع ِرضُُن Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” (QS.Al-Baqarah : 83) Setiap ucapan yang diucapkan adalah ucapan yang benar, ْ ُٱَّلَ ََقُُل ْ ُُا ٱتَّق ْ ُيه َءا َمى َّ ُا ُا قَ ُۡ ٍَ۬ل َس ِذ ٍ۬يذا َ يَ ٰـٓؤَيُّہَا ٱلَّ ِز Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar” (QS. Al-ahzab :70) Jangan mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula berprasangka buruk tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, dan menyapa atau memanggil dengan sebutan buruk. Selanjutnya yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan. Pemaafan ini hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa yang memaafkan berpotensi pula melakukan kesalahan. Selain itu juga dianjurkan agar menjadi orang yang pandai mengendalikan nafsu amarah, mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepetingan sendiri.23 23 http://b420k.blogspot.com/2012/10/akhlak-islami-dan-pembentukan-akhlak.html 20 3) Akhlak terhadap Lingkungan Yang dimaksud dengan lingkungan disini ialah segala sesuatu yang di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur‟an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menurut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak member kesempatan kepada mahkluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptaka oleh Allah SWT, dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik. Pada saat jaman peperangan terdapat petunjuk Al-Qur‟an yang melarang melakukan penganiayaan. Jangankan terhadap menusia dan binatang, bahkan mencabut dan menebang pohonpun terlarang, kecuali kalau terpaksa, tetapi itu pun harus seizin Allah, dalam arti harus sejalan dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi kemashlatan terbesar. Allah berfirman : َّ ڪتُ ُمٌَُا قَآ ِٕٮِ َمت َعلَ ٰ ّٓ أُصُُلٍَِا فَبِإ ِ ۡر ِن ۡ َما قَطَ ۡعتُم ِّمه لِّيىَت أَ َۡ تَ َر يه َ ِِ ۡٱلفَ ٰـ ِسق َ ٱَّلِ ََلِي ُۡخ ِز Artinya : “ Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, Maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik.” (QS. Al-Hasyr :5) 21 Alam dengan segala isinya telah ditundukan Tuhan kepada manusia, sehinga dengan mudah manusia dapat memanfaatkannya. Jika demikian, manusia tidak mencari kemenangan, tetap keselarasan dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehimgga mereka harus dapat bersahabat. Selain itu akhlak Islami juga memperhatikan kelestarian dan keselamatan binatang. nabi Muhammad SAW. Bersabda :“Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang, kendarailah, dan beri makanlah dengan baik “. Uraian tersebut di atas memperlihatkan bahwa akhlak Islami sangat komprehensif, menyeluruh dan mencangkup berbagai makhluk yang diciptakan Tuhan. Hal yang demikan dilakukan karena secara fungsional seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling membutuhkan. Punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk Tuhan itu akan berdampak negatif bagi makhluk lainnya. 2. Etika Kata etika, seringkali disebut pula dengan kata etik, atau ethics (bahasa Inggris), mengandung banyak pengertian. Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin “Ethicos” yang berarti kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian yang asli, yang dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat laun pengertian ini berubah, bahwa etika adalah suatu ilmu yang mebicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik. Etika juga disebut ilmu normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etika merupakan cabang filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang memakai filsafat etika, filsafat moral atau filsafat susila. Dengan demikian dapat dikatakan, etika ialah penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia dan hal-hal yang baik dan buruk. Etika adalah penyelidikan filsafat bidang moral. Etika tidak membahas keadaan manusia, melainkan membahas bagaimana seharusnya manusia itu berlaku benar. Etika juga merupakan filsafat praxis manusia. etika adalah cabang 22 dariaksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang menitikberatkan pada pencarian salah dan benar dalam pengertian lain tentang moral. Pengertian etika juga dikemukakan oleh Sumaryono (1995), menurut beliau etika berasal dati istilah Yunani ethos yang mempunyai arti adat-istiadat atau kebiasaan yang baik. Bertolak dari pengertian tersebut, etika berkembang menjadi studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya. Selain itu, etika juga berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia.24 3. Perbedaan akhlak moral dan etika 1. Berdasarkan dari segi bahasa Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama‟ dari “khulqu” dari bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Moral secara etimologis berasal dari bahasa latin mores, kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan, susila. Etika yang berasal dari bahasa Yunani „ethos‟ yang brati adat kebiasaan. Danagn kata lain usaha dengan akal yang diwujudkan dalam kehidupan nyata. 2. Berdasarkan penetuan atau standar ukuran baik dan buruk yang di gunakannya. Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur‟an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat. Jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya : “ Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”(Hadits riwayat Ahmad) 24 http://imungblog.blogspot.com/2012/10/pengertian-etika-dan-moral.html 23 Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah akumulasi dari aqidah dan syari‟at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syari‟at akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syari‟at Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah. a. Macam-Macam Akhlak 1) Akhlak Mulia a) Shiddiq Shidiq artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong. Seorang muslim di tuntut selalu dalam keadaan benar lahir dan batin, benar hati, benar perkataan dan benar perbuatan. Benar hati, apabila hati dihiasi dengan iman kepada Allah SWT dan bersih dari segala penyakit hati. Benar perkataan, apabila semua yang dikatakannya adalah kebenaran bukan kebohongan. Dan benar perbuatan, apabila semua yang dilakukan sesuai dengan yang disyariaatkan oleh agama.25 Orang yang berpegang kepada kejujuran dan mempertahankan prinsip kejujuran pada setiap problem yang dihadapinya dan melaksanakan menurut dasar hukum yang benar, yang demikian merupakan salah satu tiang agama yang kokoh.26 b) Amanah Amanah artinya dapat dipercaya, dengan pengertian yang lebih luas mencakup banyak hal : menyimpan rahasia orang lain, menjaga kehormatan orang lain, menjaga diri sendiri, serta menunaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.27 c) Istiqomah Secara etimologi, istiqamah berasal dari kata istaqoma-yastaqimu yang berarti tegak lurus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istiqomah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.28 Secara terminologi akhlak, istiqomah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan 25 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian Dan Pengamalan Islam (LPPI), 1999), Cet Ke-1, H.80 26 Al Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang, 1985), Cet Ke-1, H.74 27 Ilyas, Kuliah Akhlak..,H.89 28 Ilyas, Kuliah Akhlak…,H.97 24 godaan. Seorang yang istiqomah adalah laksana batu karang ditengah lautan yang tidak bergeser sedikitpun walau diterjang oleh ombak yang besar sekalipun.29 d) Iffah Menurutbahasa berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Sedangkan menurut istilah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang merendahkan, merusak, dan menjatuhkan. Nilai dan wibawa seseorang tidaklah ditentukan oleh bentuk rupanya, kekayaannya, dan jabatannya, tetapi ditentukan oleh kehormatan dirinya. Oleh sebab itu, untuk menjaga kehormatan diri tersebut setiap orang haruslah menjauhkan diri dari segala perbuatan dan perkataan yang dilarang Allah SWT. Dia harus mampu mengendalikan hawa nafsunya, tidak saja dari hal-hal yang haram, bahkan harus juga menjaga dirinya dari hal-hal yang bertentangan dengan kehormatan dirinya.30 e) Tawadhu Artinya rendah hati, lawan dari sombong atau takabbur. Orang yang rendah hati tidak memandang dirinya lebih dari orang lain, sementara orang yang sombong menghargai dirinya sendiri secar berlebihan. Bentuk dari sikap tawadhu adalah bergaul dengan oarang lain dengan ramah, serta tidak memandang dirinya lebih baik dari orang lain. f) Malu Adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan melakukan sesuatu yang lebih rendah atau tidak baik. Mali merupakan ciri khas perangai manusia yang menyingkap nilai iman seseorang dan berpengaruh bagi tinggi rendahnya akhlak seseorang. Orang yang mempunyai rasa malu, senantiasadapat menahan diri dari perbuatan yang mengganggu manusia dan tidak mau menuturkan kata-kata yang keji, hina dan buruk.31 g) Sabar 29 Ilyas, Kuliah Akhlak…,H.97 Ilyas, Kuliah Akhlak…,H.103 31 Al Ghazali, Akhlak Seorang Muslim…,H.326 30 25 Secara bahasa sabar berarti menahan dan mengekang. Sedangkan menurut istilah sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridho Allah. Menurut Al Ghazali, sabar merupakan ciri khas manusia, binatang dan malaikat tidak memiliki sifat sabar karena binatang diciptakan tunduk sepenuhnya kepada hawa nafsu, bahkan hawa nafsu itulah satu-satunya yang mendorong binatang untuk bergerak atau diam. Binatang juga tidak memiliki kekuatan untuk menolak hawa nafsunya. Sedangkan malaikat, tidak memerlukan sifat sabar karena memang tidak ada hawa nafsu yang harus dihadapinya. Malikat selalu cenderung kepada kesucian. Sehingga tidak diperlukan sifat sabar untuk memelihara dan mempertahankan kesuciannya itu.32 h) Pemaaf Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Islam mengajarkan kepada kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf dari yang bersalah. Menurut M. Quraish Shihab, tidak ditemukan satu ayat pun yang menganjurkan untuk meminta maaf , tetapi yang ada adalah perintah untuk memberi maaf.33 Atau dengan kata lain kita lebih dianjurkan memberi maaf kepada orang lain sebelum orang itu meminta maaf kepada kita. i) Hikmah ( Kebijaksanaan ) Hikmah adalah keadaan jiwa yang bisa menentukan hal-hal yang benar diantara yang salah dalam urusan ikhtiyarnya.34 j) Adil Adil adalah kekuatan jiwa yang dapat menuntun amarah dan syahwat sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh hikmah.35 2) Akhlak Tercela a) Berbohong 32 Ilyas, Kuliah Akhlak…,H.134 Ilyas, Kuliah Akhlak…,H.141 34 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT.Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet Ke-2, H.62 35 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf…,H.62 33 26 Berbohong ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai, tidak cocok dengan yang sebenarnya. b) Takabur Takabur ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia melebihi orang lain. Pendek kata takabur ialah merasa dirinya paling hebat diantara orang lain.36 c) Dengki Dengki adalah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain, dan berusaha menghilangkan kenikmatan itu dari orang tersebut.37 d) Bakhil Bakhil artinya kikir, orang yang kikir ialah orang yang sangat hemat dengan apa yang menjadi miliknya, tetapi hematnya dengan sangat dan berlebihansehingga sukar baginya mengurangi sebagian apa yang dimilikinya itu untuk diberikan kepada orang lain.38 4. Pentingnya Pendidikan Agama Dalam Keluarga Anak merupakan karunia sekaligus ujian bagi manusia. Anak merupakan amanah yang menjadi tanggung jawab orang tuanya. Ketika pertama kali dilahirkan ke dunia, seorang anak dalam keadaan fitrah dan berhati suci lagi bersih. Lalu kedua orang tuanyalah yang memegang peranan penting pada perkembangan berikutnya, apakah keduanya akan mempertahankan fitrah dan kesucian hatinya, ataukah malah merusak dan mengotorinya. Rasulullah Shallallaahu „alaihi wa sallam bersabda: ْ َِما ِم ْه َم ُْلُُد إِ ََّل يُُلَ ُذ َعلَّ ْالف ًِ ِصِّراوِ ًِ ََيُ َمجِّ َساو َ َط َر ِة فَؤَبَ َُايُ يٍَُ ُِّ َداوِ ًِ ََيُى “Tidak ada seorang bayi pun yang terlahir kecuali dalam keadaan fitrah (Islam). Namun kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi.” (HR. al-Bukhari) 36 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf…,H.59 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf…,H.59 38 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf…,H.59 37 27 Seorang anak ibarat kertas putih bersih yang siap untuk dituliskan apapun di atasnya. Jika kedua orang tuanya membiasakannya pada kebaikan, maka dia akan tumbuh menjadi anak yang baik. Sebaliknya, jika keduanya membiasakannya pada keburukan, maka dia pun akan tumbuh menjadi buruk pula. Orang tua memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Dalam mendidik dan membimbing anak orang tua sangat berperan dalam mempersiapkan generasi penerus, maka dengan memberikan pendidikan keteladanan, pembiasaan, perhatian, nasehat dan hukuman anak akan menemukan tauhid yang murni dan budi perkerti yang luhur dan etika agama yang lurus. Dalam dunia pendidikan orang tua didorong dan dipacu untuk mengenal beberapa macam pendidikan bagi anak-anaknya mulai sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan maka selain memberikan kebutuhan makan, minum, dan pakain, orang tua wajib mencintai anak-anaknya jika pendidikan tanpa ada rasa cinta tampaklah akan kurang berhasil. Pendidikan terhadap anak merupakan bagian terpenting dalam kehidupan berumah tangga. Sebab salah satu tujuan utama pernikahan adalah lahirnya keturunan yang nantinya akan menjadi generasi penerus. Generasi penerus yang tumbuh tanpa didampingi pendidikan agama yang memadai justru akan menjadi mangsa dan korban penjajahan peradaban lain. Setiap orang tua tentu mendambakan anaknya menjadi anak yang saleh, yang memberi kesenangan dan kebanggaan kepada mereka. Kehidupan seorang anak tak lepas dari keluarga (orang tua), karena sebagian besar waktu anak terletak dalam keluarga. Peran orang tua yang paling mendasar didalam mendidik agama kepada anak-anak mereka adalah sebagai pendidik yang pertama dan utama, karena dari orang tualah anak pertama kali menerima pendidikan,baik itu pendidikan umum maupun agama.39 Agar pendidikan anak dapat berhasil dengan baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam mendidik antara lain: a. Mendidik dengan ketauladanan (contoh) 39 M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di lingkungan sekolah dan Bulan Bintang: 1978), Cet. IV, h. 80 keluarga, (Jakarta: 28 Ketauladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari sejumlah metode yang paling efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral, spiritual dan sosial. Seorang pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru, bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya. Sehubungan dengan hal tersebut, hendaklah orangtua selaku memberikan contoh yang ideal kepada anak-anaknya, sering terlihat oleh anak melaksanakan sholat, bergaul dengan sopan santun. Berbicara dengan lemah lembut dan lain-lainnya. Dan semua itu akan ditiru dan dijadikan contoh oleh anak. b. Mendidik dengan adab pembiasaan dan latihan Setiap anak dalam keadaan suci, artinya ia dilahirkan di atas fitrah (kesucian) bertauhid dan beriman kepada Allah Swt. Oleh karena itu menjadi kewajiban orang tua untuk memulai dan menerapkan kebiasaan, pengajaran dan pendidikan serta menumbuhkan dan mengajak anak kedalam tauhid murni dan akhlak mulia. Hendaknya setiap orangtua menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan itu akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan terlihat jelas dan kuat, sehingga telah masuk menjadi bagian dari pribadinya. Abdullah Nashih Ulwan mengemukakan bahwa, .Pendidikan dengan pembiasaan dan latihan merupakan salah satu penunjang pokok pendidikan dan merupakan salah satu sarana dalam upaya menumbuhkan keimanan anak dan meluruskan moralnya. Di sinilah bahwa pembiasaan dan latihan sebagai suatu cara atau metode mempunyai peranan yang sangat besar sekali dalam menanamkan pendidikan pada anak sebagai upaya membina akhlaknya. Peranan pembiasaan dan latihan ini bertujuan agar ketika anak tumbuh besar dan dewasa, ia akan terbiasa melaksanakan ajaran-ajaran agama dan tidak merasa berat melakukannya. 40 40 Abdullah Nashih Ulwan, Kaidah-kaidah Dasar (Pendidikan anak menurut Islam),(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), Cet. 1, h. 65 29 Pembiasaan dan latihan jika dilakukan berulang-ulang maka akan menjadi kebiasaan, dan kebiasaan itulah yang nantinya membuat anak cenderung melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk dengan mudah. c. Mendidik dengan nasehat Diantara mendidik yang efektif di dalam usaha membentuk keimanan anak, mempersiapkan moral, psikis dan sosial adalah mendidik dengan nasehat. Sebab nasehat ini dapat membukakan mata anak-anak tentang hakikat sesuatu dan mendorongnya menuju situasi luhur, menghiasinya dengan akhlak mulia, serta membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.41 Nasehat yang tulus berbekas dan berpengaruh jika memasuki jiwa yang bening, hati terbuka, akal yang bijak dan berpikir. Nasehat tersebut akan mendapat tanggapan secepatnya dan meniggalkan bekas yang dalam. Al Qur.an telah menegaskan pengetian ini dalam banyak ayatnya, dan berulang kali menyebutkan manfaat dari peringatan dengan kata-kata yang mengandung petunjuk dan nasehat yang tulus,42 diantaranya: Artinya: .Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.. (Q.S Qaaf: 50:37) Nasihat sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak tentang segala hakekat serta menghiasinya dengan akhlak mulia. Nasehat orang tua jauh lebih baik dari pada orang lain, karena orang tualah yang selalu memberikan kasih sayang serta contoh perilaku yang baik kepada anaknya. Di samping memberikan bimbingan serta dukungan ketika anak mendapat kesulitan atau masalah, begitupun sebaliknya ketika anak mendapatkan prestasi. d. Mendidik dengan pengawasan Pendidikan yang disertai pengawasan yaitu mendampingi anak dalam upaya membentuk akidah dan moral, mengasihinya dan mempersiapkan secara psikis dan 41 42 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan anak dalam Islam… h. 66 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan anak dalam islam…h. 70 30 sosial, memantau secara terus menerus tentang keadaannya baik dalam pendidikan jasmani maupun dalam hal belajarnya. Mendidik yang disertai pengawasan bertujuan untuk melihat langsung tentang bagaimana keadaan tingkah laku anak sehari-hari baik dilingkungan keluarga maupun sekolah. Dilingkungan keluarga hendaknya anak tidak selalu di marahi apabila ia berbuat salah, tetapi ditegur dan dinasehati dengan baik. Sedangkan dilingkungan sekolah, pertama-tama anak hendaknya diantar apabila ia ingin pergi kesekolah. Supaya ia nanti terbiasa berangkat kesekolah dengan sendiri. Begitu pula setelah anak tiba dirumah ketika pulang dari sekolah hendaknya ditanyakan kembali pelajaran yang ia dapat dari gurunya.43 5. Model Pendidikan Agama Dalam Keluarga Pelaksanaan pendidikan Agama Islam bagi anak di dalam lingkungan keluarga sangat penting untuk diperhatikan oleh orang tua, kewajiban itu terpikul dipundak kedua orang tua. Sangat tidak benar seandainya orang tua menyerahkan pendidikan Agama bagi anak-anaknya kepada sekolah atau guru ngaji saja. Karena proses pembinaan keberagamaan anak akan lebih banyak berada di dalam keluarga, dan itu membutuhkan pengawasan langsung dari orang tua. Orang tua perlu menambah ilmu pengetatahuan agamanya sehingga memiliki modal untuk dapat memberikan pendidikan keagamaan kepada anak-anaknya. Materi pokok pendidikan Agama Islam yang harus ditanamkan(dididikkan) kepada anak-anak di dalam lingkungan keluarga seperti yang terdapat pada surah Luqman ayat 13-19. 43 Jalaluddin Rahmat, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, (Bandung: PT.Remaja 1994), Cet. 2, h. 20-21 Rosdakarya, 31 “(13)dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(14)dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.(15)dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(16)(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.(17)Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).(18)dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan 32 angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.(19)dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” Ayat tersebut sudah mencakup tiga aspek ajaran Islam, yaitu Aqidah, ibadah dan Syari‟ah. Pada Aspek pendidikan Aqidah meliputi hal-hal pokok yaitu; 1. Keimanan(pengeesaan) kepada Allah swt, keyakinan tauhid yang sebersihbersihnya yaitu larangan mengsekutukan Allah. 2. Kesadaran akan kemakhlukan kita yang wajib mensyukuri segala karunia Tuhan. 3. Kesadaran bahwa segala gerak-gerik kita yang nampak maupun yang tersembunyi tidak lepas dari pengetahuan dan pengawasan Tuhan. Adapun aspek ibadah yang paling pokok adalah : 1. Perintah shalat , yaitu melaksanakan shalat fardu lima kali sehari, dan shalat nawafil lainnya. 2. Perintah amar ma‟ruf . Dalam pelaksanaannya pada anak-anak adalah anakanak dibiasakan dalam berhubungan dengan manusia dengan mengerjakan amalamal shaleh dan menyuruh orang lain melakukan kebaikan. 3. Perintah mencegah yang munkar. Bagi anak prakteknya adalah ditanamkan kepada anak akan rasa benci dan tidak melakukan segala perbuatan yang munkar yaitu segala perbuatan yang bertentangan dengan agama. 4. Perintah melaksanakan kesabaran dalam menghadapi segala ujian, cobaan yang menimpanya. Pada aspek pendidikan Akhlak yaitu pergaulan yang baik yang perlu ditanamkan kepada anak, meliputi : 1. Bertutur kata yang lemah lembut dengan siapapun, terutama dengan orang tua. 2. Larangan berlaku sombong atau takabur dengan siapapun juga baik dalam berbicara (tidak memalingkan muka) maupun berjalan. 3. Berlaku sederhana dalam hidup dan kehidupannya. Maka dari itu orang tua harus faham dan mengerti bagaimana cara mendidik anak dalam keluarga agar pendidikan agama dalam keluarga bisa berjalan maksimal dan 33 anak mempunyai akhlak dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran islam baik itu dari segi ibadah, perilaku dan pergaulan.44 Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua mempunyai tanggung jawab besar dalam mendidik, khususnya didalam melindungi keluarga dan memelihara keselamatan keluarga. Melindungi keluarga bukan hanya memberikan tempat tinggal saja, tetapi memberikan perlindungan supaya keluarga kita terhindar dari malapetaka baik didunia maupun di akherat nanti yaitu dengan cara mengajak keluarga kita kepada perbuatanperbuatan yang perintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Memelihara keselamatan keluarga yaitu mengajarkan keluarga kita supaya taat kepada Allah SWT, agar keluarga kita diberikan keselamatan oleh Allah SWT baik di dunia dan akherat. Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan Agama Islam dalam keluarga harus benar-benar dilaksanakan. Dan sebagai orang tua harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anknya, karena anak itu sifatnya menerima semua yang dilkukan, yang dilukiskan dan condong kepada semua yang tertuju kepadanya. Jika anak itu dibiasakan dan diajari berbuat baik maka anak itu akan hidup bahagia di dunia dan di akherat. Tetapi jika dibiasakan berbuat jahat dan dibiarkan begitu saja, maka anak itu akan celaka dan binasa. Maka yang menjadi ukuran dari ketinggian anak itu ialah terletak pada yang bertanggung jawab (pendidik) dan walinya. B. Kerangka Berfikir Sebagai pusat pendidikan dalam keluarga, orang tua adalah orang yang pertama kali menanamkan nilai-nilai pendidikan dalam diri anak. Orang tua yang menciptakan kondisi lingkungan keluarga, baik melalui sikap, tingkah laku akhlak dan perbuatan, ucapan maupun cara berfikir. Disamping itu merekapun berperan sebagai pembimbing, pengajar, serta memberi teladan bagi anak-anaknya, khususnya dalam pembinaan akhlak anak. Seorang anak akan terbiasa melakukan hal-hal yang baik apabila orang tua mereka melatih, membiasakan, memberi teladan yang baik, hal ini akan menjadi sikap yang teladan bagi anak-anak. Oleh karena itu, mengingat sangat dibutuhkannya peran orang tua dalam membina akhlak anak, maka orang tua sebagai pemeran pertama dan utama dalam keluarga harus mampu 44 http://dedihnurdin.blogspot.com/2010/02/model-pendidikan-agama-dalam-keluarga.html 34 memberikan pendidikan yamg terbaik seperti memberikan pengasuhan pendidikan dan bimbingan akhlak, memahami dan menghargai anak. Mereka bertanggung jawab untuk mendidik anak sejak kecil agar berlaku benar dan dapat dipercaya, istiqamah, mementingkan orang lain, menolong orang yang membutuhkan, menghargai dan menghormati orang lain. Apabila pembinaan diatas dilaksanakan dengan benar oleh orang tua, maka sikap anak akan tercermin dengan penuh perasaan mulia. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin baik orang tua mendidik agama dalam keluarga, maka akan semakin baik juga kepribadian yang tercermin dalam jiwa remaja, dan penelitian akan mengajukan hipotesis dan akan diuji kebenarannya. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Yang dimaksud dengan metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang adanya pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak anak di sekolah (studi kasus di SMA 2 Mauk, Tangerang). Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan keadaan sebenarnya. Untuk memperoleh data yang objektif, maka ada dua bentuk penelitian yang menjadi sumber data penelitian: 1. Penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan, membaca dan menganalisis buku yang ada hubungannya dengan masalah pendidikan agama dalam keluarga.. 2. Penelitian Lapangan, yaitu penelitian untuk memperoleh data-data lapangan langsung ke siswa-siswi SMA 2 Mauk, Tangerang. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA 2 Mauk, Tangerang yang berlokasi di Jl. Pendidikan No. 5 Desa. Mauk Timur, Kecamatan Mauk - Kabupaten Tangerang . 2. Waktu Penelitian Peroses penelitian dilakukan secara bertahap mulai dari perencanaan dan persiapan instrument, uji coba instrument penelitian yang dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian, rentang waktu yang akan dilaksanakan dari bulan Januari-maret 2013. 35 36 C. Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.1 Penelitian ini melibatkan dua variabel: a. Variabel pendidikan agama dalam keluarga, sebagai variabel bebas (independen), yakni yang memberi pengaruh terhadap hasil. Variabel ini disimbolkan dengan huruf X. b. Variabel akhlak siswa, sebagai variabel terikat (dependen), yakni hasil sebagai pengaruh variabel independen. Variabel ini disimbolkan dengan huruf Y. Tabel. 1 Variabel Penelitian Matriks dan kisi-kisi angket penelitian No Variabel Indikator No Item 1. Pemberian pendidikan agama 1, 2, 3, 4 2. Pemberian nasihat kepada anak 5, 6, 7 Variabel 1 pendidikan 3. Pemberian teladan kepada anak 8, 9, 10 agama dalam keluarga 4. Penerapan pendidikan agama dalam keluarga 11, 12, 13 5. Pemberian hukuman pada anak 14, 15 Jumlah 2 Akhlak siswa di sekolah 1 15 1. Berperilaku baik 16,17, 18 2. Rajin mengikuti pelajaran 19, 20, 21 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendeekatan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), hal. 104 37 3. Bergaul dengan baik 22, 23, 24 disekolah 4. Taat terhadap perintah guru 25, 26,27 5. Aktif 28, 29, 30 mengikuti kegiatan sekolah Jumlah 30 D. Sumber Data Penelitian Responden sebagai data penelitian adalah siswa kelas X SMAN 2 Mauk, Tangerang yang telah terseleksi melalui angket yang telah disebar. Menurut Arikunto “Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila penelitian menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data yang disebut responden yaitu orang yang merespon”. E. Populasi dan Sample Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMAN 2 Mauk, Tangerang yang diambil dengan cara penyaringan dari seluruh kelas X SMAN 2 yang berjumlah 325 siswa. Hal ini didasarkan atas alasan bahwa penulis mencari siswa-siswi yang sering membuat masalah di kelas. Di samping itu, alasan penulis mengambil kelas X untuk dijadikan sample karena diasumsikan mereka lebih mampu memikirkan masalah tersebut dan sudah mampu untuk menyikapinya sendiri. F. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: 1. Observasi, yang artinya meninjau, memperhatikan dan mengamati kenyataan di lapangan. Observasi merupakan proses pengamatan dan ingatan, untuk mengetahui kenyataan objektif objek penelitian. Dalam hal 38 ini yang diobservasi adalah tingkah laku atau pergaulan anak sesama teman dan akhlak kepada guru di sekolah 2. Angket, Angket adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis oleh “ responden “ baik secara langsung atau tidak langsung. Adapun poin-poin yang ditanyakan dalam angket ini adalah : 1. Bagaimana orang tua mereka memberikan pendidikan agama di rumah 2. Bagaimana pergaulan mereka terhadap sesama teman di sekolah 3. Bagaimana sikap/akhlak mereka terhadap guru-guru mereka di sekolah G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data-data tersebut dapat dipahami tidak hanya oleh peneliti, akan tetapi dapat dipahami oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian. Dalam menganalis data penulis menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau kuesioner yang berhasil dikumpulkan. 2. Scoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket, dengan bobot nilai untuk setiap jawaban sebagai berikut: a) Alternatif jawaban A mempunyai bobot nilai 5 b) Alternatif jawaban B mempunyai bobot nilai 4 c) Alternatif jawaban C mempunyai bobot nilai 3 d) Alternatif jawaban D mempunyai bobot nilai 2 e) Alternatif jawaban E mempunyai bobot nilai 1 3. Persentase, perhitungan dilakukan untuk mengetahui besar kecilnya tingkat keberhasilan yang dilakukan guru. Angka persentasi diperoleh dengan cara frekuensi jawaban dibagi jumlah responden dikalikan 100% dengan rumus statistik presentasi sebagai berikut: 39 F P= x 100 N Keterangan: P = Persentase jawaban F = Frekuensi jawaban responden N = Number of Cases (jumlah responden) Dalam teknis pelaksanaan atau analisisnya, yaitu dengan memeriksa jawaban-jawaban dari setiap reponden atau siswa, lalu dijumlah sehingga menghasilkan skor total, lalu diklasifikasikan dan ditabulasikan (dibuat tabel), data yang didapat dari setiap item pertanyaan akan dibuat satu tabel masingmasing. 4. pengaruh Untuk mencari nilai korelasi antara variabel X dengan variabel Y dan juga mengetahui apakah hubungan kedua variabel tersebut temasuk hubungan yang erat, cukup, atau lemah, maka penulis menggunakan rumus “r” Product Moment sebagai berikut: rxy = NXY (X )(Y ) [ NX (X ) 2 ][ NY 2 (Y ) 2 ] 2 Keterangan: rxy = Angka Indeks Korelasi N = Number of Cases xy = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y X = Jumlah keseluruhan skor X Y = Jumlah keseluruhan skor Y Dan sebelumnya, penulis terlebih dahulu membuat tabel perhitungan sebanyak 6 kolom yaitu sebagai berikut: Kolom 1: Subjek Penelitian (Responden) Kolom 2: Skor Variabel X Kolom 3: Skor Variabel Y 40 Kolom 4: Hasil Pengkuadratan Skor Variabel X (X2) Kolom 5: Hasil Pengkuadratan Skor Variabel Y (Y2) Kolom 6: Hasil Perkalian antara Skor Variabel X dengan Variabel Y (XY) 5. Interpretasi data Setelah diketahui hubungan dari dua variabel, langkah selanjutnya yaitu interprestasi data dengan dua cara: a. Interpretasi sederhana dengan cara mencocokkan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” Product Moment seperti ini: Tabel. 2 Angka Indeks Korelasi Product Moment Besarnya “r” Interpretasi Product Moment 0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan atau dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y 0,21 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah 0,41 – 0,70 Antara variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup 0,71 – 0,90 Antara variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi 0,91 -1,00 Antara variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi 41 b. Interprestasi terhadap “r” Product Moment, yaitu dengan terlebih dahulu merumuskan hipotesis kerja/alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (Ho). Kemudian mencari derajat bebasnya (db) atau degress freedomnya (df) yang rumusnya: Df = N-nr Df = Degree of freedom N = Number of casses Nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan Setelah diperoleh hasil dari df, maka dapat di cari besarnya “r” yang tercantum dalam tabel Nilai “Product Moment” baik pada taraf signifikansi 1%. Jika “r” observasi (ro) sama dengan atau lebih besar ( > ) dari pada “r” tabel (rt) maka Hipotesis Alternatif (Ha) diterima atau terbukti kebenarannya. Berarti memang benar antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang signifikan. Sedangkan Ho tidak dapat dierima atau tdak dapat terbukti kebenarannya. Ini berarti menunjukan bahwa tidak adanya korelasi antara variabel X dan variabel Y. Sebaliknya, jika “r” observasi (ro) sama dengan atau lebih kecil ( < ) dari pada “r” tabel (rt) maka Hipotesis alternatif (Ha) tidak dapat dierima atau tidak terbukti kebenarannya. Sedangkan (Ho) dapat diterima atau terbukti kebenarannya. Selanjutnya untuk mencari dan mengetahui seberapa besar kontribusi variabel X dan variabel Y dipergunakan rumus sebagai berikut: KD = r² x 100% Keterangan: KD = Koefisien Determinetion (kontribusi variabel X dan variabel Y) R = Koefisien Korelasi antara variabel X dan Y BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Data 1. Deskripsi Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket yang disebarkan kepada responden berdasarkan sampel yaitu kepada siswa-siswi kelas X SMAN 2 Mauk yang diambil dengan cara penyaringan dari setiap kelasnya yang sesuai dengan target penelitian, yaitu siswa-siswi yang menurut penilaian penulis mendapat pendidikan agama dari orang tua mereka. Dari keseluruhan kelas X yang berjumlah 325 siswa, penulis hanya mengambil 30 siswa yang sesuai dengan penelitian penulis. Di dalam angket tersebut terangkum dua variabel yaitu variabel X (pendidikan agama dalam keluarga) dan variabel Y (akhlak siswa di sekolah) yang berjumlah 30 item yang terdiri dari 15 kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga dan 15 kuisioner tentang akhlak siswa di sekolah. Kemudian data yang diperoleh akan diolah dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus : P= 𝑓 𝑥 100 𝑁 P : Persentase yang dicari F : Frekuensi N : Number of cases Dari data persentase setiap item pernyataan yang diajukan sebanyak 15 item pernyataan tentang pendidikan agama, adapun sebagai berikut persentasenya: a. Pemberian pendidikan agama Tabel 1 Orang tua memberikan pendidikan agama % Alternatif F Selalu 26 86,66 Sering 1 3,33 Kadang-kadang 3 10 Jarang - - 42 43 Tidak pernah - - Jumlah 30 100 Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di sekolah No: 1 Tabel di atas menunjukkan bahwa 86,66% siswa menyatakan selalu orang tuanya memberikan pendidikan agama, 3,33% menyatakan sering, 10% kadang- kadang sedangkan yang menyatakan jarang dan tidak pernah tidak ada. Dengan demikian dapat diketahui seberapa besar orang tua memberikan pendidikan agama. Tabel 2 Orang tua mengajarkan beriman kepada Allah SWT % Alternatif F Selalu 26 86,66 Sering 4 13,33 Kadang-kadang - - Jarang - - Tidak pernah - - Jumlah 30 100 Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di sekolah No: 2 Tabel di atas menunjukkan bahwa 86,66% siswa menyatakan selalu orang tuanya mengajarkan untuk beriman kepada Allah, 13,33% menyatakan sering, 17.39%, sedangkan yang menyatakan kadang-kadang jarang dan tidak pernah tidak ada. Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa mengajarkan untuk beriman kepada Allah SWT. Tabel 3 Orang tua mengingatkan untuk berdoa dalam segala aktivitas % Alternatif F Selalu 16 53,33 Sering 11 36,66 44 Kadang-kadang 3 10 Jarang - - Tidak pernah - - Jumlah 30 100 Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di sekolah No: 3 Tabel di atas menunjukkan bahwa 53,33% siswa menyatakan selalu orang tuanya mengingatkan untuk berdoa dalam segala aktivitas, 36,66% menyatakan sering, 10% kadang-kadang sedangkan yang menyatakan jarang dan tidak pernah tidak ada. Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa mengingatkan untuk berdoa dalam segala aktivitas. b. Pemberian nasihat kepada anak Tabel 4 Orang tua mengajarkan untuk saling tolong menolong % Alternatif F Selalu 20 66,66 Sering 9 30 Kadang-kadang 1 3,33 Jarang - - Tidak pernah - - Jumlah 30 100 Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di sekolah No: 4 Tabel di atas menunjukkan bahwa 66,66% siswa menyatakan selalu orang tuanya mengajarkan untuk saling tolong-menolong, 30% menyatakan sering, 3,33% kadang-kadang sedangkan yang menyatakan jarang dan tidak pernah tidak ada. Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa mengajarkan untuk saling tolong-menolong. 45 Tabel 5 Orang tua mengingatkan untuk shalat lima waktu % Alternatif F Selalu 27 90 Sering 1 3,33 Kadang-kadang 2 6,66 Jarang - - Tidak pernah - - Jumlah 30 100 Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di sekolah No: 5 Tabel di atas menunjukkan bahwa 90% siswa menyatakan selalu orang tuanya mengingatkan untuk shalat lima waktu, 3,33% menyatakan sering, 6,66% kadang-kadang sedangkan yang menyatakan jarang dan tidak pernah tidak ada. Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa selalu mengingatkan untuk shalat lima waktu. Tabel 6 Orang tua menanamkan etika bergaul % Alternatif F Selalu 12 40 Sering 12 40 Kadang-kadang 3 10 Jarang 3 10 Tidak pernah - - Jumlah 30 100 Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di sekolah No: 6 Tabel di atas menunjukkan bahwa 40% siswa menyatakan selalu orang tuanya menanamkan etika dalam bergaul, 40% menyatakan sering, 10% kadang- 46 kadang, 10% jarang sedangkan yang menyatakan tidak pernah tidak pernah tidak ada. Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa selalu dan sering menanamkan etika dalam bergaul. c. Pemberian teladan kepada anak Tabel 7 Orang tua mengingatkan untuk bersikap sabar % Alternatif F Selalu 12 40 Sering 12 40 Kadang-kadang 6 20 Jarang - - Tidak pernah - - Jumlah 30 100 Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di sekolah No: 7 Tabel di atas menunjukkan bahwa40 % siswa menyatakan selalu orang tuanya mengingatkan untuk bersikap sabar, 40% menyatakan sering, 20% kadangkadang sedangkan yang menyatakan jarang dan tidak pernah tidak ada. Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa selalu dan sering mengingatkan untuk bersikap sabar. Tabel 8 Orang tua mengingatkan untuk shalat berjama’ah % Alternatif F Selalu 14 46,66 Sering 8 26,66 Kadang-kadang 8 26,66 Jarang - - Tidak pernah - - 47 Jumlah 100 30 Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di sekolah No: 8 Tabel di atas menunjukkan bahwa 46,66% siswa menyatakan selalu orang tuanya mengingatkan untuk shalat berjama’ah, 26,66% menyatakan sering, 26,66% kadang-kadang sedangkan yang menyatakan jarang dan tidak pernah tidak ada. Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa selalu mengingatkan untuk shalat berjama’ah. Tabel 9 Membaca al-qur’an setelah shalat % Alternatif F Selalu 13 43,33 Sering 13 43,33 Kadang-kadang 4 13,33 Jarang - - Tidak pernah - - Jumlah 30 100 Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di sekolah No: 9 Tabel di atas menunjukkan bahwa 43,33% siswa menyatakan selalu orang tuanya membaca al-Qur’an setelah shalat, 43,33% menyatakan sering, 13,33% kadang-kadang sedangkan yang menyatakan jarang dan tidak pernah tidak ada. Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa selalu membaca al-Qur’an setelah shalat. d. Penerapan pendidikan agama dalam keluarga Tabel 10 Orang tua menganjurkan membaca buku agama Alternatif F % 48 Selalu 9 30 Sering 13 43,33 Kadang-kadang 4 13,33 Jarang 2 6,66 Tidak pernah 2 6,66 Jumlah 30 100 Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di sekolah No: 10 Tabel di atas menunjukkan bahwa 30% siswa menyatakan selalu orang tuanya menganjurkan membaca buku agama, 43,33% menyatakan sering, 13,33% kadang-kadang, 6,66% jarang dan 6,66% tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa sering menyediakan buku agama di rumah. Tabel 11 Orang tua membiasakan bersedekah % Alternatif F Selalu 12 40 Sering 11 36,66 Kadang-kadang 7 23,33 Jarang - - Tidak pernah - - Jumlah 30 100 Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di sekolah No: 11 Tabel di atas menunjukkan bahwa 40% siswa menyatakan selalu orang tuanya membiasakan bersedekah, 36,66% menyatakan sering, 23,33% kadang- kadang sedangkan yang menyatakan jarang dan tidak pernah tidak ada. Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa selalu membiasakan bersedekah. 49 e. Pemberian hukuman kepada anak Tabel 12 Pemberian hukuman ketika berbuat salah % Alternatif F Selalu 9 30 Sering 6 20 Kadang-kadang 13 43,33 Jarang 2 6,66 Tidak pernah - - Jumlah 30 100 Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di sekolah No: 12 Tabel di atas menunjukkan bahwa 30% siswa menyatakan selalu orang tuanya selalu memberikan hukuman ketika berbuat salah, 20% menyatakan sering, 43,33% kadang-kadang, 6,66% jarang sedangkan tidak pernah tidak ada. Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa kadang-kadang memberikan hukuman ketika berbuat salah. Tabel 13 Orang tua menegur ketika telat pulang ke rumah % Alternatif F Selalu 16 53,33 Sering 10 33,33 Kadang-kadang 4 13,33 Jarang - - Tidak pernah - - Jumlah 30 100 Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di sekolah No: 13 50 Tabel di atas menunjukkan bahwa 53,33% siswa menyatakan selalu orang tuanya menegur ketika telat pulang, 33,33% menyatakan sering, 13,33% kadangkadang sedangkan yang menyatakan jarang dan tidak pernah tidak ada. Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa selalu menegur ketika anak telat pulang kerumah. Tabel 14 Orang tua memarahi ketika tidak melaksanakan shalat berjama’ah % Alternatif F Selalu 14 46,66 Sering 8 26,66 Kadang-kadang 8 26,66 Jarang - - Tidak pernah - - Jumlah 30 100 Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di sekolah No: 14 Tabel di atas menunjukkan bahwa 46,66% siswa menyatakan selalu orang tuanya memarahi ketika tidak melaksanakan shalat berjama’ah, 26,66% menyatakan sering, 26,66% kadang-kadang sedangkan yang menyatakan jarang dan tidak pernah tidak ada. Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa selalu memarahi ketika tidak melaksanakan shalat berjama’ah. Tabel 15 Orang tua memarahi ketika tidak mebaca al-qur’an setelah shalat % Alternatif F Selalu 9 30 Sering 7 23,33 Kadang-kadang 12 40 Jarang 1 3,33 Tidak pernah 1 51 3,33 Jumlah 30 100 Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di sekolah No: 15 Tabel di atas menunjukkan bahwa 30% siswa menyatakan selalu orang tuanya memarahi ketika tidak membaca al-Qur’an setelah shalat, 23,33% menyatakan sering, 40% kadang-kadang, 3,33% jarang dan 3,33% tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa kadangkadang memarahi ketika tidak membaca al-Qur’an setelah shalat. Tabel di bawah ini adalah tabel pendidkan agama dalam keluarga (variabel X) dan akhlak anak di sekolah (variabel Y) no X Y 1 59 41 2 64 46 3 73 43 4 64 48 5 65 44 6 67 38 7 66 35 8 59 36 9 66 39 10 65 48 11 65 37 12 68 37 13 68 39 14 67 43 15 65 33 16 63 35 17 64 35 18 60 28 19 67 44 52 20 67 35 21 61 34 22 65 36 23 64 30 24 64 42 25 55 33 26 58 36 27 50 32 28 61 32 29 71 26 30 63 42 jumlah 1914 1127 Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif anatara pendidikan agama dalam keluarga (variabel X) dengan akhlak siswa di sekolah (variabel Y), maka penulis menggunakan rumus Product Moment dengan memasukkan data-data yang diperoleh ke dalam tabel yaitu: No X Y X² Y² XY 1 59 41 3481 1681 2419 2 64 46 4009 2112 2944 3 73 43 5329 1849 3139 4 64 48 4096 2304 3072 5 65 44 4225 1936 2860 6 67 38 4489 1444 2546 7 66 35 4356 1225 2310 8 59 36 3481 1296 2124 9 66 39 4356 1521 2574 10 65 48 4225 2304 3120 11 65 37 4225 1369 2405 12 68 37 4624 1369 2516 13 68 39 4624 1521 2652 14 67 43 4489 1849 2881 53 15 65 33 4225 1089 2145 16 63 35 3969 1225 2205 17 64 35 4096 1225 2240 18 60 28 3600 784 1680 19 67 44 4489 1936 2948 20 67 35 4489 1225 2345 21 61 34 3721 1156 2278 22 65 36 4225 1296 2340 23 64 30 4096 900 1920 24 64 42 4096 1764 2688 25 55 33 3025 1089 1815 26 58 36 3364 1296 2088 27 50 32 2500 1024 1600 28 61 32 3721 1024 1952 29 71 26 5041 676 1846 30 63 42 3969 1764 2646 jumlah 1914 1127 122635 43253 72298 rxy = = = = = NXY (X )(Y ) [ NX 2 (X ) 2 ][ NY 2 (Y ) 2 ] 30.72298 (1914).(1127) [30.122635 (1914) 2 ][30.4325 (1127) 2 ] 2168940 2157078 [3679050 3663396][1297590 1270129] 11862 429874494 11862 429874494 = 11862 0,572 20733,41 B. Pendidikan agama dalam keluarga dan pengaruhnya terhadap akhlak siswa di sekolah Dari perhitungan di atas ternyata angka nilai koefisien korelasi antara hasil penelitian angket pendidikan agama dalam keluarga dan pengaruhnya terhadap akhlak siswa sebesar 0,572. Selanjutnya untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif atau tidak, maka 54 “r” hasil perhitungan dibandingkan dengan “r” tabel. Sebelum membandingkannya, terlebih dahulu dicari df atau db-nya dengan rumus df = N-nr yaitu :30-2 = 28. df sebesar 28 diperoleh “r” tabel (rt) pada taraf signifikansi 5 % sebesar 0,361. Sedangkan pada taraf signifikansi 1 % sebesar 0,463. Dengan demikian dapat diketahui“r” hitung lebih tinggi daripada “r” tabel pada taraf signifikansi 5 % maupun pada taraf signifikansi 1 %, yang artinya dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh yang positif antara pendidikan agama dalam keluarga dan akhlak siswa di sekolah. Selanjutnya untuk mencari dan mengetahui seberapa besar kontribusi variabel X dan variabel Y menggunakan rumus sebagai berikut: KD = r² x 100% KD = 0,572² x 100 % = 37,2 % Dari hasil perhitungan mencari besarnya kontribusi antara variabel X (pendidikan agama dalam keluarga) dan variabel Y (akhlak siswa di sekolah) ternyata menghasilkan 37,2%. Hal itu bertanda bahwa kontribusinya cukup sedang antara kedua variabel tersebut. Dikatakan kontribusinya cukup karena dari hasil penelitian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa siswa yang selalu di berikan pendidikan agama oleh orang tuanya di rumah mempunyai akhlak dan perilaku yang bagus. Karena orang tua mereka selalu memberikan pendididkan agama dan pengarahan kepada sang anak agar selalu mentaati segala perintah agama dan agar berkelakuan baik dalam segala hal. Ditambah lagi dalam penelitian tersebut penulis menemukan bahwa orang tua yang memberikan pendidikan agama selalu meberikan perhatian yang lebih kepada anak mereka. Mereka selalu menanyakan bagaimana pelajaran yang anak-anak mereka dapatkan di sekolah, mereka selalu menyempatkan waktu untuk berbagi cerita kepada sang anak sehingga mereka tahu masalah apa yang sedang dihadapai oleh sang anak baik dilingkungan keluarga,masyarakat ataupun sekolah. Dengan begitu anak pun akan merasa mendapat perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orang tua mereka. Inilah bagaimana seharusnya jalinan ikatan antara orang tua dan anak. Sesibuk apapun orang tua,, mereka harus dapat menyempatkan waktu untuk anak-anaknya dan tidak terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan dan lain-lain sehingga mengabaikan masalah sang anak dan menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya kepada sekolah. Karena bagaimana pun ini adalah tanggung jawab orang tua. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa: 1. Dalam penelitian ini pengaruh antara pendidikan agama dalam keluarga pada siswa/siswi di sekolah SMAN II Mauk tergolong sedang atau cukup ini terlihat dari penghitungan koefisien korelasi antara pendidikan agama dalam keluarga dengan akhlak siswa yang menggunakan rumus Pearson Product Moment, ternyata angka korelasi antara variabel X dan variabel Y tidak bertanda negatif, yang berarti antara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif jadi terdapat pengaruhnya. Dengan memperhitungkan besarnya Rxy (yaitu: 0,57) yang besarnya berkisar antara 0,40-0,70, berarti korelasi positif antara variabel X dan variabel Y itu adalah termasuk korelasi positif yang sedang atau cukup. 2. Dengan nilai yang dihasilkan oleh penghitungan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan agama dalam keluarga mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam membentuk akhlak siswa di sekolah. Karena lingkungan keluarga adalah lingkungan utama yang membentuk kepribadian anak. Ketika pendidikan agama dalam lingkungan keluarga sudah baik maka anak akan mempunyai sifat atau kepribadian yang baik pula. Begitu pula sebaliknya, jika pendidikan agama dalam lingkungan keluarga tidak berjalan dengan baik, maka anak akan mempunyai sifat atau kepribadian yang kurang baik pula. B. Saran Dari hasil penelitian ini, maka penulis memberikan saran-saran yang mungkin berguna untuk: 55 56 1. Para Orang Tua Bagi para orang tua yang hakikatnya adalah pendidik pertama bagi anakanaknya, sebaiknya orang tua tidak melepaskan tanggung jawab penuh kepada sekolah. Karena sekolah hakikatnya ialah penggati peran dari orang tua, dengan demikian orang tua tidak melepaskan tanggung jawabnya sebagai pendidik utama. Sehingga ketika anak berada di luar sekolah orang tua diharapkan dapat memperhatikan perkembangan anaknya. Baik dalam segi akhlak, ibadahnya, sampai pelajarannya. 2. SMAN II Mauk SMAN II Mauk sebagai lembaga pendidikan yang penting dalam membentuk kepribadian siswa menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya dan menginginkan siswa agar menjadi orang yang berguna bagi dirinya, orang lain, nusa dan bangsa. Oleh karena itu diharapkan dapat mendukung segala hal yang dapat mengembangkan potensi siswa-siswanya, khususnya dalam aspek pembelajaran. Untuk para guru di sekolah, sebagai pengganti peran orang tua hendaklah lebih memperhatikan akhlak dan tingkah laku siswa selama berada di lingkungan sekolah. 3. Penelitian lanjutan Penelitian ini hanya sedikit menjelaskan tentang pendidikan agama dalam keluarga dan pengaruhnya terhadap akhlak siswa. Sebaiknya diadakan penelitian lanjutan dengan mengangkat tema yang sama dan metode penelitian yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), Cet. II Al Ghazali. Akhlak Seorang Muslim, (Semarang, 1985), Cet Ke-1 Ardani Moh. Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT.Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet Ke-2 Arifin M. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di lingkungan sekolah dan keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang: 1978), Cet. IV Asmaran. pengantar studi akhlak, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,1994), Cet Ke-2 Daradjat, Zakiah Dkk. Ilmu Pendidikan Dalam Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), Cet Ke-6 DEPDIKNAS, UURI No 20 th 2003tentang SISDIKNAS (Bandung: FOKUSMEDIA 2003) Hafidz, Muhhammad Nur Abdul. Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung : AlBayan, 1997), Cet Ke-1 Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian Dan Pengamalan Islam (LPPI), 1999), Cet Ke-1 Majid, Abdul. dan Andayani, Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 1, Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. III Nizar, Samsul. Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Dalam Islam, (Jakarta; Gaya Media Pratama, 2001), Cet.Ke-1 Purwanto Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis; Bandung, Remaja Karya, 1988, Cet. Ke-12 Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Press, 1996), Cet. I --------------------------------. Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), Cet. 2 Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. IV --------------------------------. Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), Cet Ke-4 Sabri, Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. 1 Shaleh, Abdul Rachman. Madrasah Dan Pendidikan Anak Bangsa, (Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada 2005) Syah Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997, Cet Ke-3 Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, (Bandung Remaja Rosyada Karya Offset 1994).Cet Ke-2 Uhbiati, Nur. Ilmu Pndidikan Islam, (Bandung:CV.Pustaka Setia, 2005), Cet.6 Ulwan, Abdullah Nashih. Kaidah-kaidah Dasar (Pendidikan anak menurut Islam), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), Cet. 1 Yunus, Mahmud. Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1983), Cet. XI Profil Sekolah Nama Sekolah : SMA NEGERI 2 KABUPATEN TANGERANG NPSN : 20603367 Tahun Berdiri : 1982 SK Pendirian : Nomor : 0298/0/1982 Tanggal : 09 Desember 1982 Alamat Sekolah : Jl. Pendidikan No. 5 Desa. Mauk Timur Kecamatan Mauk - Kabupaten Tangerang Telp. (021) 59330236 Website/email : www.sman1mauk.sch.id / [email protected] Visi dan Misi : A. Visi Visi sekolah adalah menjadi sekolah favorit di masyarakat Mauk dan sekitarnya dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk membangun masyarakat pedesaan. B. Misi a. Meningkatkan kinerja kepala sekolah, guru dan staff tata laksana b. Meningkatkan disiplin siswa agar terbentuk siswa yang berakhlaqul karimah Akreditasi : A / Nomor : 05/BAS/MN/II/2007 Tanggal : 9 Februari 2007 KTSP Sejak Tahun :2006 Luas Lahan/Bangunan:2.403 m2 / 6016 m2 Status dan Bukti :Milik Negara Kepemilikan Lahan Nama Kepala Sekolah: CEPY SUHERMAN, S.Pd, M.Pd Alamat : Jl. Pendidikan Kp. Kebon No.57 RT.01/01 Mauk Timur Telp. 081282998745 1. Data Tenaga Pendidik & Kependidik berdasarkan Jenjang Pendidikan Tabel 4.1 Data Tenaga Pendidik & Kependidik berdasarkan Jenjang Pendidikan NO Uraian <D-II D-II D-III S-1 S-2 S3 1 Tenaga Guru 1 3 39 1 Laki-laki 1 3 22 1 perempuan 17 Tenaga Laboran 2 Laki-laki perempuan 3 Tenaga Pustakawan 1 Laki-laki 1 Perempuan 4 5 Tenaga Tata Usaha 5 1 Laki-laki 1 1 Perempuan 4 Penjaga Sekolah 7 Laki-laki 6 Perempuan 1 Jumlah 13 2. 4 40 1 Data Keadaan Siswa berdasarkan Jenis Kelamin dan Rombel Table 4.2 Data Keadaan Siswa berdasarkan Jenis Kelamin dan Rombel No. Kelas Kelas X Jumlah Siswa Jumlah Rombel 325 1 9 Laki-laki 129 2 3 Perempuan 196 Kelas XI 309 Laki-laki 200 Perempuan 109 Kelas XII 320 Laki-laki 168 Perempuan 188 Jumlah 3. 8 8 954 25 Data Keadaan Sarana Prasarana Table 4.3 Data Keadaan Sarana Prasarana No Sarana Prasarana Jumlah Baik 1 Ruang Kelas 28 25 2 Ruang Kepala Sekolah 1 1 3 Ruang Guru & Tata Usaha 2 2 4 Ruang Laboratorium 1 1 5 Ruang Perpustakaan 1 6 Ruang Keterampilan - 7 Ruang Multi Media/Koperasi 1 1 8 Ruang UKS 1 1 9 Aula Serba Guna - Rusak Rusak Ringan Berat 1 2 1 10 Lapangan Olahraga/Upacara 2 11 Rumah Dinas - 12 Ruang OSIS 1 4. 1 1 Peralatan Penunjang Pembelajaran Table 4.5 Peralatan Penunjang Pembelajaran N JUMLAH KONDISI JENIS O CUKUP KURANG BAIK RUSAK √ √ Peralatan TIK √ √ 4 Peralatan Olahraga Siswa √ 5 Buku Perpustakaan √ 1 Peralatan Lab. IPA 2 Peralatan Lab. IPS 3 √ √ KETERANG AN ANGKET PENELITIAN SKRIPSI Nama : Alamat : Petunjuk pengisian : Bedoalah sebelum mengisi angket ini Isilah angket ini berdasarkan pengalaman yang anda alami Angket ini tidak mempengaruhi nilai pada mata pelajaran apapun di sekolah Berilah tanda contreng pada jawaban yang tersedia No Soal 1 Apakah orang tua anda memberikan pendidikan tentang agama di rumah? 2 Apakah orang tua anda mengajarkan anda untuk takut kepada Allah SWT 3 Apakah orang tua anda selalu mengingatkan anda untuk selalu berdoa ketika melakukan segala aktivitas 4 Apakah orang tua anda mengajarkan untuk saling tolong menolong 5 Apakah orang tua anda selalu mengingatkan anda untuk shalat lima waktu 6 Apakah orang tua anda menanamkan etika bergaul dengan sesama teman 7 Apakah orang tua anda sering mengingatkan untuk bersikap sabar 8 Apakah orang tua anda mengajak anda untuk shalat berjama’ah 9 Apakah orang tua anda sering membaca al-qur’an setelah shalat 10 Apakah orang tua anda menganjurkan untuk membaca buku agama di rumah 11 Apakah orang tua anda membiasakan bersedekah 12 Apakah orang tua anda memberikan hukuman ketika anda berbuat salah 13 Apakah orang tua anda sering menegur ketika anda telat pulang kerumah 14 Apakah orang tua anda pernah memarahi anda ketika anda tidak melaksanakan shalat berjama’ah 15 Apakah orang tua anda memarahi anda ketika anda tidak membaca al-qur’an setelah shalat Selalu Sering Kadang Jarang Tidak pernah 16 Pernahkan anda merusak dan menghancurkan barang disekitar anda 17 Pernahkan anda menggunakan uang SPP untuk kepentingan pribadi 18 Pernahkan anda kumpul-kumpul atau nongkrong dipinggir jalan setelah pulang sekolah 19 Pernahkan anda membolos sekolah 20 Apakah anda selalu memperhatikan ketika guru sedang menerangkan 21 Pernahkah anda membuat gaduh/keributan ketika pelajaran sedang berlangsung 22 Pernahkan anda mengambil barang orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya 23 Pernahkah anda menolong teman anda yang kesulitan 24 Pernahkan anda meminta dengan paksa barang/uang milik orang lain 25 Pernahkan anda berkelahi dengan teman anda di sekolah 26 Pernahkah anda melakukan apa yang guru anda perintahkan 27 Pernahkah anda memberi salam ketika bertemu dengan guru anda 28 Apakah anda aktif mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah 29 Apakah anda bias membagi waktu antara ekstrakulikuler dan pelajaran sekolah 30 Apakah kegiatan ekstrakulikuler anda mengganggu konsentrasi anda dalam belajar TABEL PENELITIAN no X Y X2 Y2 XY 1 59 41 3481 1681 2419 2 64 46 4009 2112 2944 3 73 43 5329 1849 3139 4 64 48 4096 2304 3072 5 65 44 4225 1936 2860 6 67 38 4489 1444 2546 7 66 35 4356 1225 2310 8 59 36 3481 1296 2124 9 66 39 4356 1521 2574 10 65 48 4225 2304 3120 11 65 37 4225 1369 2405 12 68 37 4624 1369 2516 13 68 39 4624 1521 2652 14 67 43 4489 1849 2881 15 65 33 4225 1089 2145 16 63 35 3969 1225 2205 17 64 35 4096 1225 2240 18 60 28 3600 784 1680 19 67 44 4489 1936 2948 20 67 35 4489 1225 2345 21 61 34 3721 1156 2278 22 65 36 4225 1296 2340 23 64 30 4096 900 1920 24 64 42 4096 1764 2688 25 55 33 3025 1089 1815 26 58 36 3364 1296 2088 27 50 32 2500 1024 1600 28 61 32 3721 1024 1952 29 71 26 5041 676 1846 30 63 42 3969 1764 2646 jumlah 1914 1127 122635 43253 72298