BAB II TINJAUAN PUSTKA A. Tinjauan Teori 1. Kehamilan a Definisi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTKA
A. Tinjauan Teori
1. Kehamilan
a
Definisi
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) diihitung dari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3
triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga
dari bulan ketiga sampai 9 bulan. ( Waspodo Djoko. 2009. h;89 )
Proses
kehamilan
merupakan
matarantai
yang
saling
berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan
ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada
uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi
sampai aterm. (Manuaba. 2010. h. 75)
Kehamilan merupakan proses pertumbuhan janin yang berawal
dari proses ovulasi hingga terdapat hasil konsepsi sampai aterm
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
b
Perubahan Fisiologis Kehamilan
Adaptasi anatomi, fisiologi dan biokimiawi yang terjadi pada wanita
selama kehamilan segera terjadi setelah fertilisasi dan berlanjut
selama kehamilan. (Ai Yeyeh dkk. 2009. h; 38)
1) Sistem reproduksi dan payudara
a) Perubahan uterus
Uterus
membesar
pengaruh
pada
estrogen
dan
bulan-bulan
pertama
dibawah
yang
kadarnya
progesteron
meningkat.
(1). Tidak hamil
: sebesar telur ayam
(2). Kehamilan 8 minggu : telur bebek
(3). Kehamilan 12 minggu : telur angsa
(4). Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat
(5). Kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat
(6). Kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
(7). Kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid
(8). Kehamilan 32 minggu
(9). 36-42 minggu
: pertengahan pusat-xyphoid
: 3 sampai 1 jari dibawah xyphoid
(Sukami. 2013; h. 66)
b) Serviks uteri
Vaskularisasi
ke
serviks
meningkat
selama
kehamilan,
sehingga serviks menjadi lebih lunak dan warnanya lebih biru.
Menjelang akhir kehamilan kadar hormon relaksin memberikan
pengaruh perlunakan kandungan kolagen pada serviks. Dalam
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
persiapan persalinan, estrogen dan hormon plasenta relaksin
membuat serviks lebih lunak.
c) Segmen bawah Rahim
Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas kanalis
servikalis setinggi ostium interna bersama-sama isthmus uteri.
d) Kontraksi Braxton-Hick
Merupakan kontraksi yang tak teraturdan terjadi rasa nyeri di
sepanjang kehamilan. Kontraksi ini membantu sirkulasi darah
dalam plasenta.
e) Vagina dan vulva
Vagina dan serviks akibat hormon estrogen mengalami
perubahan yaitu adanya vaskularisasi yang mengakibatkan
vagina dan vulva tampak ebih merah, agak kebiruan (livide)
disebut tanda Chadwick. Vagina membiru karena pelebaran
pembuluh darah, PH 3,5-6 merupakan akibat meningkatnya
produksi asam laktat karena kerja laktobaci Acidopilus,
keputihan,
selaput
lendir
vagina
mengalami
edematus,
hypertrophy, lebih sensitif meningkatkan seksual terutama
triwulan ke III.
f)
Ovarium
Pada
permulaan
graviditas
kehamilan
didapatkan
sampai terbentuknya
plasenta
korpus
luteum
pada kira-kira
kehamilan 16 minggu. Hormon relaxing yaitu suatu hormon
immunoreaktive
inhibin
dalam
sirkulasi
maternal
yang
mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuha janin
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
menjadi baik hingga aterm. Hormon ini ditemukan pada awal
ovulasi setelah terbentuknya plasenta.
g) Mammae
Mammae
akan
membesar
akibat
hormon
somatomammotropin, esrogen dan progesteron akan tetapi
belum mengeluarkan progesteron. Perubahan payudaya yang
menyebabkan fungsi laktasi disebabkan oleh peningkata kadar
estrogen, progesteron, laktogen plasental dan prolaktin.
Payudara semakin membesar dan areola menjadi lebih gelap
dan dikelilingi oleh kelenjar-kelenjar sebasea yang menonjol
(tuberkel montgomeri), kelenjar ini terlihat pada kelahimilan
sekita 12 minggu.
h) Kenaikan berat badan
Pada ibu hamil kenaikan berat badan sekitar 6,5 kg sampai 15
kg selama kehamil. (Manuaba, 2010; h.117)
2) Sistem endokrin, kekebalan, perkemihan
a) Sistem endokrin
Estrogen merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
fetus, pertumbuhan payudara, retensi air dan natrium,
pelepasan hormon hipofise. Progesteron mempengaruhi ubuh
ibu melalui relaksasi otot polos, relaksasi jaringan ikat,
kenaikan suhu, pengembangan duktus laktiferus dan alveoli,
perubahan sekretorik dalam payudara.
Hormon-hormon plasenta selain korionik gonadotropin,
estrogen dan progesteron, plasenta menghasilkan dua hormon
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
yaitu
spesifik
hormon
laktogenik
dan
relaksin.
Hormo
laktogenik plasenta meningkatkan pertumbuhan, menstimulasi
perkembangan payudara dan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam metabolisme lemak maternal.
Sekresi kelenjar hipofise umumnya menurun dan penurunan
ini selanjutnya akan meningkatkan sekresi semua kelenjar
endokrin.
Prolaktin
meningkat
secara
berangsu-angsur
menjelang akhir kehamilan, namun fungsi prolaktin dalam
memicu laktasi disupresi sampai plasenta lahir dan estrogen
menurun.
b) Sistem kekebalan
Selama kehamilan leukosit darah cukup bervariasi. Biasanya
berkisar dari 5000 sampai 12000 per µl. Pada saat persalinan
dan masa nifas leukosit meningkat hingga mencapai 25000
atau lebih, tetapi konsentrasi rata-rata adalah 14000-16000 µl.
c) Tractus urinarius
Progesteron dengan efek relaksan pada serabut-serabut otot
polos menyebabkan terjadinya dilatasi, pemanjangan dan
penekukan ureter. Penumpukan urine terjadi dalam ureter
pada bagian bawah dan penurunan tonus kandung kemih
serta menimbulkan pengosongan kandung kemih yang tidak
tuntas.Selain sering kencing, terdapat juga poliuria yang
disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal
pada kehamilan,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
c
Perubahan dan Adaptasi psikologis dalam masa kehamilan
1) Trimester pertama
Trimester pertama dianggap sebagai periode penyesuaian.
Penyesuaian yang dilakukan adalah terhadap kenyataan bahwa ia
sedang mengandung. Penerimaan terhadap kenyataan ini dan arti
semua ini bagi dirinya.
2) Trimester Kedua
Merupakan periode kesehatan yang baik, yakni periode ketika
wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan
yang normal dialami saat hamil. Trimester kedua terbagi atas dua
fase yaitu fase pra-quickening dan pasca-quickening. Quickening
menunjukan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah , yang
menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas
psikologis
utamanya
pada
trimester
kedua
,
yakni
mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri, yang
berbeda dari ibunya.
3) Trimester Ketiga
Periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini
wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang
terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang
bayi. Ada perasaan was – was mengingat bayi dapat lahir
kapanpun. Hal ini membuatnya berjaga – jaga sementara ia
memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala persalinan
muncul. (Varney. 2007. h; 501 – 503)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
d
Proses terjadinya kehamilan
Proses kehamilan merupakan matarantai yang berkesinambungan
dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan
plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (
Manuaba. 2010. h; 75)
1) Ovulasi
Ovulasi suatu proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh
sistem hormonal.
Selama masa subur yang berlangsung 20
sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti
proses pematangan dan terjadi ovulasi. Proses pertumbuhan
ovum (oogenesis) asalnya epitel germinal -> oogonium -> folikel
primer -> proses pematanagn pertama. Dengan pengaruh FSH,
folikel primer mengalami perubahan menjadi folikel de Graaf yang
menuju ke permukaan ovarium menyebabkan penipisan dan
disertai pembentukan cairan folikel. Desakan folikel de Graaf ke
permukaan
ovarium
menyebabkan
penipisan
dan
disertai
devaskularisasi.
Selama pertumbuhan menjadi folikel de Graaf, ovarium
mengeluarkan hormon estrogen yang dapat memengaruhi gerak
dari tuba yang makin mendekati ovarium, gerak sel rambut lumen
tuba makin tinggi, peristaltik tuba makin aktif. Ketiga faktor ini
menyebabkan aliran cairan dalam tuba makin deras menuju
uterus. Dengan pengaruh LH yang semakin besar dan fluktuasi
yang mendadak, terjadi proses pelepasan ovum yang disebut
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
ovulasi. Dengan gerak aktif tuba yang mempunyai umbai
(fimbriae) maka ovum yang telah dilepaskan segera ditangkap
oleh fimbrae tuba. Proses penangkapan ini disebut ovum pick up
mechanism. Ovum yang tertangkap terus berjalan mengikuti tuba
menuju uterus, dalam bentuk pematangan pertama, artinya telah
siap untuk dibuahi.
2) Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses
yang kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus,
menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi
spermatid, akhirnya spermatozoa.
Pertumbuhan
spermatozoa
dipengaruhi
matarantai
hormonal yang kompleks dari pancaindra, hipotalamus, hipofisis,
dan sel interstitial Leydig sehingga spermatogonium dapat
mengalami proses mitosis. Pada setiap hubungan seksual
dikeluarkan sekitar 3cc sperma yang mengandung 40 sampai 60
juta spermatozoa setiap cc. Bentuk spermatozoa seperti cebong
yang terdiri atas kepala (lonjong sedikit gepeng yang mengandung
inti leher (penghubung antara kepala dan ekor), ekor (Panjang
sekitar 10 kali kepala, mengandung energi sehingga dapat
bergerak).
Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan
hanya beberapa ratus yang dapat mencapai tuba fallopi.
Spermatozoa yang masuk ke dalam alat genitalia wanita dapat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
hdup selama tiga hari, sehingga cukup waktu untuk mengadakan
konsepsi.
3) Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi
atau fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat
berlangsung seperti uraian di bawah ini. Keseluruhan proses
tersebut merupakan matarantai fertilisasi atau konsepsi.
a) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh
korona radiata, yang mengandung persediaan nutrisi.
b) Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah
sitoplasma yang disebut vitelus.
c) Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang pada zona
pelusida. Nutrisi dialirkan ke dalam vitelus, melalui saluran
pada zona pelusida.
d) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling
luas yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang
mempunyai silia. Ovum mempunyai waktu hidup terlama di
dalam ampula tuba.
e) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.
Spermatozoa menyebar, masuk melalui kanalis servikalis
dengan kekuatan sendiri. Pada kavum uteri, terjadi proses
kapasitasi, yaitu pelepasan lipoprotein dari sperma sehingga
mampu mengadakan fertilisasi. Spermatozoa hidup selama
tiga hari di dalam genitalia interna. Spermatozoa akan
mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta mengkikis
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
korona radiata dan zona pelusida dengan proses enzimatik;
hialuronidase. Melalui “stomata”, dalam ovum, ekornya lepas
dan teringgal di luar. Kedua inti ovum dan inti spermatozoa
bertemu dengan membentuk zigot.
4) Proses nidasi atau implantasi
Dengan masuknya inti sprematozoa ke dalam sitoplasma,
“vitelus” membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum
yang dalam keadaan “metafase”. Proses pemecahan dan
pematangan mengikuti bentuk anafase dan “telofase” sehingga
pronukleusnya menjadi “haploid”. Pronukleus spermatozoa dalam
keadaan haploid saling mendekati dengan inti ovum yang kini
haploid dan bertemu dalam pasangan pembawa tanda dari pihak
pria maupun wanita.
Pada manusia, terdapat 46 kromosom dengan rincian 44
dalam bentuk “autosom” sedangkan 2 kromosom sisanya sebagai
pembawa tanda seks. Wanita selalu resesif dengan kromosom X.
Laki-laki memiliki dua bentuk kromosom seks yaitu kromosom X
dan Y. Bila spermatozoa kromosom X bertemu dengan sel ovum,
terjadi jenis kelamin wanita sedangkan bila kromosom seks Y
bertemu sel ovum, terjadi jenis kelamin laki-laki. Oleh karena itu,
pihak wanita tidak dapat disalahkan dengan jenis kelamin bayinya
yang lahir karena yang menentukan jenis kelamin adalah pihak
suami.
Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa,
terbentuk zigot yang dalam beberapa jam telah mampu membelah
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
dirinya menjadi dua dan seterusnya. Berbarengan dengan
pembelahan pembelahan inti, hasil konsepsi terus berjalan
menuju uterus. Hasil pembelahan sel memenuhi seluruh ruangan
dalam ovum yang besarnya 100 MU atau 01 mm dan disebut
stadium morula. Selama pembelahan sel di bagian dalam, terjadi
pembentukan sel di bagian luar morula yang kemungkinan berasal
dari korona radiata yang menjadi sel trofoblas. Sel trofoblas dalam
pertumbuhannyam
mampumengeluarkan
hormon
korionik
gonadotropin, yang mempertahankan korpus luteum gravidarium.
Pembelahan berjalan terus dan di dalam morula terbentuk
ruangan
yang
mengadung
cairan
yang
disebut
blastula.
Perkembangan dan pertumbuhan berlangsung, blastula dengan
vili korealisnya yang dilapisi sel trofoblas telah siap untuk
mengadakan
nidasi.
Sementara
itu,
pada
fase
sekresi,
endometrium telah makin tebal dan makin banyak mengandung
glikogen yang disebut desidua. Sel trofoblas yang meliputi “ primer
vili korealis” melakukan destruksi enzimatik-proteolitik, sehingga
dapat menanamkan diri di dalam endometrium. Proses peanaman
blastula yang disebut nidasi atau implantasi terjadi pada hari ke 6
sampai 7 satelah konsepsi. Pada saat tertanamnya blastula ke
dalam endometrium, mungkin terjadi pendarahan.
5) Pembentukan plasenta
Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di
dinding depan atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel
trofoblas yang tumbuh tidak rata, sehingga bagian blastula dengan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
inner cell mass akan tertanam ke dalam
trofoblas
menghancurkan
endimetrium
endometrium. Sel
sampai
terjadi
pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili korealis.
Terjadinya nidasi (implantasi) mendorong sel blastula
mengadakan diferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan
eksoselom membentuk “entoderm” dan yolk sac (kantong kuning
telur) sedangkan sel lain membentuk “ektoderm” dan ruangan
amnion. Plat embrio (embryonal plate) terbentuk di antara dua
ruang yaitu ruang amnion dan katung yolk sac. Plat embrio terdiri
dari unsur ektoderm, endoderm, dan mesoderm. Ruangan amnion
dengan cepat mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat
di antara amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi tali
pusat.
Awalnya yolk sac berfungsi sebagai pembentuk darah
bersama dengan hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada minggu ke
dua sampai ketiga, terbentuk bakal jantung dengan pembuluh
darahnya yang menuju body stalk (bakal tali pusat). Jantung bayi
mulai dapat dideteksi pada minggu ke-6 sampai 8 dengan
menggunakan ultrasonografi atau sistem Doppler.
Pembuluh darah pada
body stalk terdiri dari arteri
umbikalis dan vena umbilikalis. Cabang arteri dan vena umbilikalis
masuk ke vili korealis sehingga dapat melakukan pertukaran
nutrisi dan sekaligus membuang hasil metabolisme yang tidak
diperlukan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Dengan berbagai bentuk implantasi (nidasi) dimana posisi
plat embrio berada, akan dijumpai berbagai variasi dari insersio
tali pusat, yaitu insersio sentralis, para sentralis, marginalis atau
insersio vilamentosa.
Vili korealis menghancurkan desidua sampai pembuluh
darah, mulai dengan pembuluh darah vena pada hari ke-10
sampai 11 setelah konsepsi, sehingga sejak saat itu embrio
mendapat tambahan nutrisi dari darah ibu secara langsung.
Selanjutnya vili korealis menghancurkan pembuluh darah arteri
sehingga terjadilah aliran darah pertama reptroplasenter pada hari
ke-14 sampai 15 setelah konsepsi. Bagian desidua yang tidak
dihancurkan membagi plasenta menjadi sekitar 15
sampai 20
kotiledon maternal. Pada janin plasenta akan dibagi menjadi
sekitar 200 kotiledon fetus. Setiap kotiledon fetus terus bercabang
dan mengembang di tengah aliran darah untuk menunaikan
fungsinya memberikan nutrisi, pertumbuhan, dan perkembangan
janin dalam rahim ibu. Darah ibu dan darah janin tidak
berhubungan langsung dan dipisahkan oleh lapisan trofoblas,
dinding dan enzimatik serta pinositosis. Situasi plasenta demikian
disebutkan sistem plasenta-hemokorial.
Sebagian dari vili kerealis tetap berhubungan langsung
dengan pars besalis desidua, tetapi tidak sampai menembusnya.
Hubungan vili korealis dengan lapisan desidua tersebut dibatasi
oleh jaringan fibrotik yang disebut lapisan Nitabusch. Melalui
lapisan Nitabusch plasenta dilepaskan pada saat persalinan kala
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
ketiga (kala uri). Dengan terjadinya nidasi maka desidua yang
berkembang menjadi plasenta; desidua kapsularis yang menutupi
hasil konsepsi; desidua yang berlawanan dengan desidua
kapsularis disebut desidua perietalis; kelanjutan antara desidua
kapsularis dan desidua parietalis disebut desidua reflexa. Vili
korealis yang tumbuhnya tidak subur disebut korion leaf.
(Manuaba. 2010. h; 75 -85)
e
Tanda – tanda kehamilan
1) Tanda dugaan kehamilan
a) Amenorea (terlambat datang bulan)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan
folikel de Graaf dan ovulasi. Dengan mengetahui haid pertama
haid terkhir dengan menghitung rumus Naegle, dapat
ditentukan perkiraan persalinan.
b) Mual dan muntah (emesis)
Pengaruh
estrogen
dan
progesteron
menyebabkan
pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan
muntah terutama pada pagi hari disebut morning sickness.
Dalam batas yang fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat
mual dan muntah, nafsu makan berkurang.
c) Ngidam
Wanita
hamil
sering
menginginkan
makanan
tertentu,
keinginan yang tersebut disebut ngidam.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
d) Sinkope atau pingsan
terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan
iskemia
susunan
syaraf
pusat
dan
menimbulkan sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang
setelah usia kehamilan 16 minggu
e) Payudara tegang.
Pengaruh
estrogen
progesteron
dan
somatomamotrofin
manimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara.
Payudara membesar dan tegang. Ujung syaraf tertelan
menyebabkan rasa sakit terutama ada kehamilan pertama.
f)
Sering miksi
Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat
terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kesua, gejala ini
sudah menghilang.
g) konstipasi atau obstipasi
pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus,
menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
h) Epulis
Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil
i)
Varises atau penampakan pembuluh darah vena.
Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka
yang mempunyai bakat. Penampakan p[embuluh darah
itu
terjadi sekitar genetalia eksterna, kaki, dan betis, dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang
setelah persalinan. (Manuaba. 2010. h; 107)
j)
Pigmentasi kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan 12 minggi, terjadi
akibat
pengaruh
hormon
kortikosteroid
plasenta
yang
merangsang melanofor dan kulit.
Pigmentasi ini meliputi tempat – tempat berikut ini :
(1). sekitar pipi ( cloasma gravidarum) penghitaman daerah
dahi, hidung,pipi dan leher.
(2). Sekitar leher nampak hitam.
(3). Dinding perut : striae gravidarum/lividae (terdapat pada
seorang primigravida, warnanya membiru), striae nigra,
linea alba menjadi lebih hitam (linea grisea/nigra)
(4). Sekitar payudara : hiperpigmentasi areola mammae
sehingga terbentuk areola sekunder. Pigmentasi areola ini
berbeda pada tiap wanita, ada yang merah muda pada
wanita kulit putih, coklat tua pada wanita kulit coklat, dan
hitam
padawanita
kulit
hitam.
Selain
itu
kelenjar
montgomeri menonjol dan pembuluh darah menifes sekitar
payudara. ( Ummi hani,dkk. 2010. h; 73)
2) Tanda tidak pasti hamil
a) Pembesaran perut
Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan
keempat kehamilan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
b) Tanda hegar
Pelunakan dan dapat ditekannya isthmus uteri
c) Tanda goodel
Pelunakan serviks. Pada wanita tidak hamil serviks seperti
ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti
bibir.
d) Tanda chadwicks
Perubahan warna mebjadi keunguan pada vulva dan mukosa
vagina termasuk porsio dan serviks
e) Tanda piscasrck
Pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum
berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga
daerah tersebut berkembang terlebih dahulu
f)
Kontraksi Braxton Hicks
Peregangan sel – sel otot uterus, akibat meningkatnya
actomysin di dalam otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik,
sporadis, tidak nyeri, biasa timbul pada kehamilan delapan
minggu, tetapi baru dapat diamati pada pemeriksaaan
abdominal trimester ketuga. Kontraksi ini terus meningkan
mendekati persalinan.
g) Teraba balotemen
Ketukan mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak
dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan
pemeriksa. Hal ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan
karena perabaab bagian seperti bentuk janin saja tidak cukup
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
karena dapat saja merupakan myoma uter. (Ummi hani. 2011.
h; 74)
h) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian
kemungkinan positif palsu (Manuaba.2010. h; 108)
3) Tanda pasti kehamilan
a) Gerakan janin dlam rahim
b) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian – bagian janin
c) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop Laenec, alat
kardiokografi, alat Doppler. Dilihat dengan ultrasonografi.
Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat
kerangka janin, ultrasonografi. (Manuaba. 2010. h; 109)
f
Asuhan Kehamilan Kunjungan Awal (Ai Yeyeh dkk, 2009; h. 144)
1) Tujuan kunjungan
Tujuan
Asuhan
kehamilan
pada
kunjungan
awal
yaitu
mengumpulkan informasi mengenai ibu hamil yang dapat
membantu bidan dalam membina hubungan yang baik dan rasa
saling percaya antara ibu dan bidan, mendeteksi komplikasi yang
mungkin terjadi, menggunakan data untuk menghitung usia
kehamilan dan tafsiran tanggal persalinan, merencanakan asuhan
khusus yang dibutuhkan ibu.
2) Pengkajian data subjektif ibu hamil
Pengkajian data subjektif ibu hamil yaitu anamnesa, tujuan dari
anamnesa
yaitu
mendeteksi
komplikasikomplikasi
dan
menyiapkan kelahiran dengan mempelajari keadaan kehamilan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
dan kelahiran terdahulu, kesehatan umum dan kondisi sosial
ekonomi.
Pemeriksaan
Fisik,
Pemeriksaan
Panggul,
Pemeriksaan
Laboratorium.
Tujuan dari pemeriksaan fisik dan tes laboratorium adalah untuk
mendeteksi komplikasi-komplikasi kehamilan.
a) Pemeriksaan fisik
(1). Pemeriksaan fisik umum, meliputi tinggi badan, berat
badan, tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu dan
pernafasan).
(2). Kepala dan leher, meliputi edema di wajah, ikterus pada
mata, bibir pucat, leher (pembengkakan saluran limfe atau
pembengkakan kelenjar tiroid).
(3). Payudara, meliputi ukuran, simetris, puting payudara
(menonjol atau masuk), keluarnya kolostrum atau cairan
lain, retraksi, massa, nodul axilla.
(4). Abdomen, meliputi luka bekas operasi, membesar, bentuk
(melintang atau membujur).
(5). Tangan dan kaki, meliputi edema dijari tangan, kuku jari
pucat, varices vena, refleks.
(6). Genitalia luar (eksterna), meliputi varices, perdarahan,
luka, cairan yang keluar, kelenjar bartolini (bengkak, cairan
yang keluar).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
(7). Genitalia dalam (interna), meliputi serviks (cairan yang
keluar, luka, kelunakan, posisi, mobilisasi, tertutup atau
membuka), vagina (cairan yang keluar, luka, darah.
b) Tes Laboratorium
Tes laboratorium penting untuk dilakukan untuk menilai
adanya masalah pada ibu hamil dan jika tertangani maka akan
mencegah kematian dan kesakitan pada ibu dan anak. Tes
lain berguna hanya jika ada indikasi antara lain hemoglobin,
protein urin, glukosa dalam urin, VDRL/RPL, faktor rhesus,
golongan darah, HIV, rubela, tinja untuk telur cacing dan
parasit.
(1). Pemeriksaan Hemoglobin
Pemeriksaan Hemoglobin adalah pengambilan darah
melalui
jaringan
hemoglobin
dalam
merupakankegiatan
perifer
untuk
darah.
rutin
mengetahui
Pemeriksaan
untuk
kadar
hemoglobin
mendeteksi
anemia.
Perubahan fisiologis yang terjadi dalam masa kehamilan
mengakibatkan penurunan HB secara progresif sekitar
minggu ke 30 yang secara fidiologis masih dianggap
normal. Pemeriksaan Hb sahli dilakukan pada ibu hamil
pada kunjungan awal dan pada trimester III (28 minggu)
dan
bila
didapatkan
tandatanda
anemia
menjelang
persalinanannya sebagai tindakan antisipasi pada proses
persalinan seandainya terjadi komplikasi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
(2). Pemeriksaan protein urin
Pemeriksaan protein urin bertujuan untuk mengetahui
komplikasi adanya pre eklamsi pada ibu hamil yang sering
kali menyebabkan masalah dalam kehamilan maupun
persalinan.
Standar kadar kekeruhan protein urin adalah:
(a). Negatif
: urin jernih.
(b). Positif 1 (+)
: ada kekeruhan.
(c). Positif 2 (++)
: kekeruhan mudah terlihat dan ada
endapan.
(d). Positif 3 (+++)
: Urin lebih keruh dan endapan yang
lebih jelas.
(e). Positif 4 (++++)
: Urin sangat keruh dan disertai
endapan yang menggumpal.
(3). Pemeriksaan urin reduksi
Pemeriksaan urin reduksi bertujuan untuk melihat adanya
glukosa
dalam
urin.
Urin
normal
biasanya
tidak
mengandung glukosa.
g
Kunjungan Ulang
1) Kunjungan I
Dilakukan pada 16 minggu, dilakukan untuk :
a) Penapisan dan pengobatan anemia
b) Perencanaan persalinan
c) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
2) Kunjungan II (24 – 28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu),
dilakukan untuk :
a) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
b) Penapisan preeklamsi, gemelli, infeksi alat reproduksi dan
saluran perkemihan
c) Mengulang perencanaan persalinan
3) Kunjungan IV pada 36 minggu sampai lahir
a) Sama seperti kegiatan kunjungan I dan II
b) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
c) Memantapkan rencana persalinan
d) Mengenali tanda – tanda persalinan. (Djoko Waspodo. 2009.
h;98)
h
Bahaya / Komplikasi Ibu dan Janin dalam kehamilan
Pada umunya kehamilan akan berlangsung normal dan ada
sebagian
kahamilan
yang
disertai
dengan
penyulit
atau
perkambangan janin menjadi patologi. Kehamilan patologis sendiri
tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya
terhadap organ tubuh berlangsung bertahap dan berangsur – angsur.
(Prawirohardjo. 2009. h; 281).
1) Tidak mau makan dan muntah terus
Biasanya terjadi pada ibu hamil dengan umur kehamilan 1 – 3
bulan sering merasa mual dan muntah. Keadaan ini akan hilang
sendirinya pada kkehamilan lebih dari 3 bulan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
2) Berat badan wanita hamil
Selama kehamilann peningkatan berat badan ± 9 – 12 kg karena
pertumbuhan janin dan bertambahnay jaringan tubuh ibu karena
kehamilan. Kenaikan pada bulan ke 4 sampai menjelang
persalinan. Bila berat badan naik pada akhir bulan keempat
kurang dari 45 kg pada akhir bulan keenam, pertumbuhan
mungkin terganggu.
3) Perdarahan
Perdarahan melalui jalan lahir sebelum 3 bulan disebabkan
keguguran , nyeri perut bagian bawah yang hebat pada kehamilan
1 – 2bulan.
Perdarahan 7 – 9 bulan meskipun hanya sedikit
ancaman bagi ibu dan janin.
4) Odema
Bengkan tangan, wajah, pusing dapat diikuti kejang. Sedikit
bengkak pada kaki/tungkai bwah pada umur kehamilan 6 bulan
keatas masih dikatan normal.
5) Kelainan letak didalam rahim
Dalam keadaan normal kepaja janin ada dibagian bawah rahim
ibu dan menghadap ke punggung ibu menjelang persalinankepala
turun dan masuk ke rongga panggul ibu hamil, kelainan letak janin
antara lain:
Letak SU
: kepala janin berada dibagian atas rahim
Letak LI
: letak janin melintang didalam rahim
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
6) Ketuban pecah sebelum waktunya
ketuban pecah normalnya menjelang persalinan setelah ada
tanda-tanda persalinan. Bila ketuban pecah dan cairan keluar
sebelum ibu mengalami tanda-tanda persalinan janin mudah
terinfeksi. Penyakit ibu
Kesehatan dan pertumbuhan janin dipengaruhi oleh kesehatan
ibu, apabila ibu mempunyai penyakit yang berlangsung lama/
merugikan kehamilan maka kesehatan dan kehidupan janin
terancam.(Ai Yeyeh, 2009, h;174)
2. Persalinan
a
Definisi
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks
dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kahamilan cukup
bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Icemi Sukarni. dkk.
2013. h;187)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan
atau tanpa bantuan (tenaga sendiri). (Manuaba. 2010. h; 164)
Persalinan adalah proses dari pengeluaran hasil konsepsi
yang sudah aterm dari intauteri ke ekstrauteri. Dengan menggunakan
bantuan ataupun tanpa bantuan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
b
Klasifikasi atau jenis persalinan
Ada 2 klasifikasi persalinan, yaitu berdasarkan cara dan usia
kehamilan.
1) Jenis persalinan berdasarkan cara persalinan
a) Persalinan normal (spontan)
Adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala (LBK)
dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat 0 alat serta
tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam.
b) Persalinan buatan
Adalh proses persalinan dengan bantuan dari tenaga luar
c) Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan
dari luar dengan jalan rangsangan.
2) Menurut usia kehamilan dan berat janin dilahirkan
a) Abortus (keguguran)
Berakhirnya suatu kehamilan pada atau sebelum kehamilan
tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup di luar kandungan.
b) Persalinan prematur
Persalinan dengan usia kehamilan 28 – 36 minggu dengn
berat janin kurang dari 2499 gram
c) Persalinan mature (aterm)
Persalinan dengan usia kehamilan 37 – 42 minggu dan berat
janin di ats 2500 gram.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
d) Persalinan serotinus
Persalinan dengan usia kehamilan lebih dari 42 minggu atau 2
minggu lebih dari waktu partus yang ditaksir. (Asrinah,dkk.
2010. h; 2)
c
Sebab mulainya persalinan
Perlu diketahui bahwa selama kehamilan, dalam tubuh wanita
terdaoat dua hormon yang dominan yaitu estrogen dan progesteron.
Estrogen berfungsi meningkatkan sensivitas
otot
rahim
serta
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, prostaglandin dan mekanis. Sedangkan progesteron dapat
menurunkan sensitivitas otot rahim, menghambat rangsangandari luar
seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan mekanis, seerta
menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi. (Ari Sulistyawati.
2010. h; 4)
Sampai saat ini hal yang menyebabkan mulainya persalinan
belum diketahui benar, yang ada hanya berupa teori – teori yang
kompleks antara lain faktor hormon, struktur rahim, sirkulasi rahi,
pengaruh tekanan syaraf dan nutrisi.
Teori kemungkinan terjadinya persalinan
1) Teori penurunan hormon
Saat 1 – 2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai, terjadi
penurunan kadar estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja
sebagai penenang otot – otot rahim, jika kadar progesteron turun
akan menyebabkan tegangnya pembuluh darah dan mneimbulkan
his.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
2) Teori plasenta menjadi Tua
Seiring matangnya usia kehamilan, villi chorialis dalam plasenta
mengalami beberapa perubahan, hal ini menyebabkan turunnya
kadar estrogen dan progesteron yang mengakibatkan tegangan
pembuluh darah sehingga akan menimbulkan kontraksi.
3) Teori Distensi rahim
a) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu
b) Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat dimulai
4) Teori iritasi mekanis
5) Dibelakang
serviks
terletak
ganglion
servikalis
(fleksus
frankenhauser), bila ganglion ini digeser dan ditekan (misanya
kepala janin), maka akan timbul kontraksi uterus.
6) Teori oksitosin
a) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisi posterior.
b) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton Hicks
c) Menurunnya konsentrasi progesteron karena matangnya usia
kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitasnya
dalam merangsang otot rahim untuk berkontraksi, dan
akhirnya persalinan dimulai.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
7) Teori Hipotalamus – Pituitari dan Glandula Suprarenalis
a) Glandula
suprarenalis
merupakan
pemicu
terjadinya
persalinan.
b) Teori
ini
menunjukkan,
pada
kehamilan
dengan
bayi
anenssefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena
tidak terbentuknya hipotalamus.
8) Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilakn oleh desidua disangka sebagai
salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa prostaglanding F2 atau E2 yang diberikan
secar intravena menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap
usia kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah
perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau selama proses
persalinan.
9) Teori berkurangnya nutrisi
Bila nutrisi pada janin berkurang, maka hasil konsepsi akan
segera dikeluarkan. (Asrinah,dkk. 2010. h; 3)
d
Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan
1) Faktor Power
Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin keluar.
Kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi
diafragma dan aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang baik dan
sempurna.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
a) His (kontaksi uterus)
Adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna. Sifat his yang baik adalah
kontraksi
simetris,
fundus
dominan,
terkoordinasi
dan
relaksasi.
b) Tenaga mengejan
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang
mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh
kontraksi
otot-otot
dinding
perut,
yang
mengakibatkan
peninggian tekanan intraabdominal.
(1). Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita
buang air besar, tapi jauh lebih kuat lagi.
(2). Saat kepala sampai ke dasar panggul, timbul refleks yang
mengakibatkan ibu menutup glottisnya, mengkontraksikan
otot-otot perut dan menekan diafragmanya ke bawah.
(3). Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil bila pembukaan
sudah lengkap, dan paling efektif sewaktu ada his.
(4). Tanpa tenaga mengejan, anak tidak dapat lahir. Misalnya,
pada penderita yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan
harus dibantu dengan forceps.
(5). Tenaga mengejan ini juga melahirkan plasenta setelah
terlepas dari dinding rahim.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
2) Faktor Passeger
Faktor lain yang berpengaruh tehadap persalinan adalah faktor
janin, yang meliputi sikap janin, letak, presentasi, bagian
terbawah, dan posisi janin.
a) Sikap (Habitus):
Menunjukan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu
janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya
berada dalam sikap fleksi, dimana kepala, tulang punggung,
dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di dada.
b) Letak (Situs)
Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu,
misalnya Letak Lintang, yaitu sumbu janin tegak lurus pada
sumbu ibu. Letak, membujur, yaitu sumbu janin sejajar dengan
sumbu ibu, ini bisa berupa letak kepala atau letak sungsang.
c) Presentasi:
Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian
bawah rahim, yang dijumpai ketika palpasi atau pemeriksaan
dalam.
Misalnya
preentasi
kepala,
presentasi
bokong,
presentasi bahu, dan lain-lain.
d) Bagian terbawah janin:
Sama dengan presentasi, hanya lebih diperjelas istilahnya.
e) Posisi janin
Untuk indikator, atau menetapkan arah bagian terbawah janin
apakah sebelah kanan, kiri, depan, belakang terhadap sumbu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
ibu (material-pelvis). Misalnya pada letak belakang kepala
(LBK) ubun-ubun kecil (uuk) kiri depan, uuk kanan belakang.
3) Faktor Passage (Jalan Lahir)
Passage atau faktor jalan lahir dibagi menjadi: (a) Bagian keras:
Tulang-tulang panggul (Rangka panggul), (b) Bagian Lunak: Otototot, jaringan-jaringan dan ligament ligament.
e
Tanda persalinan sudah dekat
1) Lightening
Menjelang minggu ke -36 pada primigravida, terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala bayi sudah masi=uk ke dalam panggul.
Penyebab dari proses inni adalah sebagai berikut :
a) Kontraksi Braxton Hicks
b) Keteganagn dinding perut
c) Ketegangan ligamentum rotundum
d) Gaya berat janin, kepala kearah bawah uterus.
Masuknya kepala janin ke dalam panggul dapat dirasakan oleh
wanita hamil dengan tanda – tanda sebagai berikut :
a) Terasa ringan dibagian atas dan rasa sesak berkurang
b) Dibagian bawah terasa penuh dan mengganjal
c) Kesulitan saat berjalan
d) Sering berkemih.
Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan
normal antara power, pasage, dan passeger. Pada multipara
gambarannya menjadi tidak jelas karena masuknya kepala janin
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
ke dalam panggul terjadi bersamaan dengan proses persalinan.
(Ari Sulistyawati,dkk. 2010. h;6)
2) Terjadinya His permulaan
Dengan makin tua usi kehamilan, pengeluaran estrogen dan
progesteron
semakin
berkurang
sehingga
oksitosin
dapat
menimbulkan kontraksi, yang lebih sering sebagai his palsu.
Sifat his palsu :
a) Rasa nyeri ringan dibagian bawah
b) Datangnya tida teratur
c) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
d) Durasinya pendek
e) Tidak bertambah jika beraktivitas. (Asrinah,dkk.2010. h;5)
f
Tanda Masuk persalinan
1) Terjadinya his persalinan
Sifat his persalinan :
a) Pinggang terasa sakit menjalar kedepan
b) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin
besar
c) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan akan makin bertambah.
2) Pengeluaran lendir darah
Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan
pada serviks yang akan menimbulakn:
1) Pendataran dan pembukaan
2) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis
servikalis lepas.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
3) Terjadi perdarahan karena kapile pembuluh darah pecah.
3) Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus perselinan akan terjadi pecah ketuban.
Sebagian besar keadaan ini terjadi menjelang pembukaan
lengkap. Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan proses
persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam. (Jenny J.S 2013.
h; 3)
g
Asuhan Persalinan Normal
Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan
aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya
pencegahan komplikasi. ( Prawirohardjo. 2009. h; 334)
a. Mengenali Gejala dan Tanda Kala II
1) Melihat adanya tanda Persalinan Kala II
a) Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran.
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada
rektum.
c) Perineum tampak menonjol.
d) Vulva dan sfingter ani membuka.
b. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
1) Memastikan kelengkapan persalinan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk
menolong persalinan dan tata laksana
komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia -> tempat
datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu
sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
a) Meletakkan kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi,
serta ganjal bahu bayi.
b) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali
pakai dalam di dalam partus set.
2) Memakai celemek plastik.
3) Melepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian
keringkan tangan dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih
dan kering.
4) Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan
digunakan untuk periksa dalam.
5) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan
tangan yang memakai sarung tangan DTT atau steril (pastikan
tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)).
c. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik.
1) Membersihkan vulva dan perineum dengan hati-hati (jari tidak
menyentuh vulva dan perineum) dari depan ke belakang
dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
a) Jika introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi
feses, membersihkan dengan seksama dari arah depan ke
belakang.
b) Membuang kapas atau kasa pembersih yang telah
digunakan.
2) Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
a) Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap, maka melakukan amniotomi.
3) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan
terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua
tangan dengan air mengalir setelah sarung tangan dilepaskan.
4) Memeriksa detak jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat
uterus relaksasi untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas
normal (120-160 x/menit)
a) Melakukan tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ,
dan semua hasil penilaian, serta asuhan lainnya pada
partograf.
d. Menyiapkan
Ibu
dan
Keluarga
Untuk
Membantu
Proses
Bimbingan Meneran
1) memberitahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik, serta bantu ibu dalam menemukan posisi yang
nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
a) Menunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janun (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan
seua temuan yang ada.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
b) Menjelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana
peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu untuk meneran secara benar.
Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran.
(Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat,
bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang
diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.
5) melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran.
a) Membimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan
efektif.
b) Mendukung dan beri semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya ( kecuali posisi berbaring telentang dalam waktu
yang lama).
d) Mengajurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat
untuk ibu.
f)
Memberikan cukup asupan makan dan cairan per oral
(minum).
g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
h) Merujuk bila bayi belum atau tidak segera lahir setelah 120
menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam)
meneran (multigravida).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
6) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit.
e. Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi
7) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut
ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 56 cm.
8) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah
bokong ibu.
9) Membuka tutup partus set dan memeprhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan.
10) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
f.
Mempersiapkan Pertolonga Kelahiran Bayi
11) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva, maka melindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi kain bersih dan kering. Tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk menahan posisi kepala bayi tetap
fleksi agar tidak defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas
cepat dan dangkal saat 1/3 bagian bayi telah keluar dari
vagina.
12) Memerikasa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan
mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera
lanjutkan proses kelahiran bayi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, melepaskan
melalui bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di
dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut.
13) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi secara
spontan.
Lahirnya Bahu
14) Setelah kepala melakukan putar paksi luar, memegang secara
biparietal. menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal
hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang.
Lahirnya Badan dan Tungkai
15) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan ke atas arah perineum
ibu untuk menyanggah kepala, lengan, dan siku sebelah
bawah. Menggunakan
tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
16) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan ke atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Memegang
kedua mata kaki (memasukkan telunjuk di antara kaki dan
pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
g. Penanganan Bayi Baru Lahir
17) Melakukan penilaian (selintas):
a) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa
kesulitan?
b) Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap,
melakukan resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada
asfiksia bayi baru lahir).
18) Mengeringkan tubuh bayi
a) Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks. Mengganti handuk basah dengan handuk/kain
yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
19) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi
bayi dalam uterus (hamil tunggal).
20) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi dengan baik.
21) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir. Menyuntikkan
oksitosin 10 unit IM (intramaskular) di 1/3 paha atas bagian
distal
lateral
(lakukan
aspirasi
sebelum
menyuntikkan
oksitosin).
22) Setelah 2 menit pasca-persaliinan, menjepit tali pusat dengan
klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke
arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm dari
klem pertama.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
23) Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat
di antara 2 klem tersebut.
b) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu
sisi kemudian lingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan.
24) Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan
bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga
menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di
antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting
payudara ibu.
25) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi.
h. Penatalaksanaan Aktif Kala III
26) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva.
27) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, pada tepi
atas simfisis, untuk mendeteksi adanya kontraksi. Tangan lain
memegang tali pusat.
28) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah
belakang-atas (donso kranial) secara hati-hati ( untuk
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
mencegah inversio uteri). Pertahankan posisi tangn dorso
kranial selama 30-40 detik. Jika plasenta tidak lahir setelah 3040 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
a) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami,
atau anggota keluarga untuk melakuka stimulasi puting
susu.
Mengeluarkan plasenta
29) Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik
tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah
atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan dorso kranial).
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan
tali pusat:
(1). Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM.
(2). Lakukan keteterisasi (aseptik) jika kandung kemih
penuh.
(3). Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(4). Ulangi penanganan tali pusat 15 menit berikutnya.
(5). Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir atau bila terjadi pendarahan, segera lakukan
plasenta manual.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
30) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta (searah
jarum jam) hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan
dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
a) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau
steril untuk melakukan eksporasi sisa selaput kemudian
gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
31) Segera lepas plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan
mamase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi ( fundus teraba keras ).
a) Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik masase.
i.
Menilai Pendarahan
32) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi, dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan
plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.
33) Evaluasi kemungkinan leserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan pendarahan.
(Bila ada robekan yang menimbulkan pendarahan aktif, segera
lakukan penjahitan).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
j.
Melakukan Prosedur-Pasca Persalinan
34) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
pendarahan per vaginam.
35) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit di dada ibu minimal
1 jam.
a) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama
biasanya berlangsung selama 10-15 menit. Bayi cukup
menyusu dari satu payudara.
b) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun
bayi sudah berhasil menyusu.
36) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri
tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg
intramaskular di paha kiri anterolateral.
37) Setelah satu jam pemberiak vitamin K1 berikan suntikan
imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
a) Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu
bisa disusukan.
b) Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum
berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan
sampai bayi berhasil menyusu.
Evaluasi
38) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah pendarahan
per vaginam:
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca-persalinan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca-persalinan.
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca-persalinan.
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan
asuhan yang sesuai untuk tata laksana atonia uteri.
39) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
40) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
41) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca-persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca-persalinan.
a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama
2 jam pertama pasca-persalinan.
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan tidak
normal.
42) Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bahi bernapas
dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,537,50C).
Kebersihan dan Keamanan
43) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah didekontaminasi.
44) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
45) Bersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Bersihkan sisa
cairan ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering.
46) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan
yang diinginkan.
47) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
48) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%
balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
49) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
50) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa
tanda vital dan asuhan kala IV.
h
Mekanisme persalinan normal
Mekanisme persalinan normal terbagi dalam bebrapa tahap
gerakan kepala janin di dasar panggul yang diikuti dengan lahirnya
seluruh anggota badan bayi :
1) Engagement (penguncian),
Pada
minggu – minggu akhir kehamilan atau pada saat
persalinan dimulai kepala masuk lewat PAP, umumnya dengan
presentasi biparietal (diameter lebar yang paling panjang berkisar
8,5 – 9,5 cm) atau 70% pada panggul ginekoid. Masuknya kepada
pada primi terjadi pada bulan terakhir kehamilan, pada multi terjadi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
pada permulaan persalinan. Kepala masuk panggul dengan
sumbu kepala janin tegak lurus dengan pintu atas panggul
(sinklitismus) atau miring/membentuk sudut dengan pintu atas
panggul (asinklitismus anterior/posterior).(Asri hidayat,dkk. 2010.
h; 23 )
2) Desent (Penurunan kepala)
Terjadi selama proses persalinan karena daya dorong dari
kontraksi uterus yang efektif, posisi, serta kekuatan menean dari
pasien (Ari Sulistyawati, dkk. 2010. h; 110)
3) Fleksi
Terjadi fleksi penuh/semprna sumpu panjang kepala sejajar
sumbu panggul sehingga membantupenurunan kepala senjutnya.
Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempelke toraks, posisi kepala
berubah dari diameter oksipito – frontalis (puncak kepala) menjadi
diameter suboksipito –bregmatikus (belakang kepala). Dengan
majunya kepala maka fleksi bertamabah sehingga ukuran kepala
yang melalui jalan lahir lebih kecil (diameter suboksipito –
bregmatika menggantikan suboksipito – frontalis). Fleksi terjadi
karena anak didorong maju, sebaliknya juga mendapat tahanan
dari
PAP,
serviks,
dinding
panggul/dasar
panggul.(Asri
hidayat,dkk. 2010. h; 24 )
4) Internal Rotation (Putaran paksi dalam)
Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya
kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan
diameter biparietalis.
Perputaran kepala (penunjuk) dari samping ke depan atau kearah
posterior (jarang) disebabkan; his selaku tenaga/gaya pemutar;
ada dasar penggul beserta otot-otot dasar panggul selaku
tahanan. Bila tidak terjadi putaran paksi dalam umumnya kepala
tidak turun lagi dan persalinan diakhiri dengan tindakan vakum
ekstraksi.
Pemutaran bagian depan anak sehingga bagian terendah
memutar ke depan ke bawah simfisis.
a) Mutlak perlu terjadi, karena untuk menyesuaikan dengan
bentuk jalan lahir.
b) Terjadi dengan sendirinya, selalu bersamaan dengan majunya
kepala.
c) Tidak terjadi sebelum sampai Hodge III
d) Sebab-sebab putaran paksi dalam : Pada letak fleksi -> bagian
belakang kepala merupakan bagian terendah; Bag terendah
mencari tahanan paling sedikit, yaitu di depan atas (terdapat
hiatus genitalis); Ukuran terbesar pada bidang tengah panggul
-> diameter anteroposterior.
5) Extension
Dengan kontraksi perut yang benar dan adekuat kepala makin
turun dan menyebabkan perincum distensi. Pada saat ini puncak
kepala berada di simfisis dan dalam keadaan begini kontraksi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
perut ibu yang kuat mendorong kepala ekspulsi dan melewati
introitus vaginae.
a) Defleksi dari kepala
b) Pada kepala bekerja 2 kekuatan, yaitu yang mendesak kepala
ke bawah dan tahanan dasar panggul yang menolak ke atas > resultantenya kekuatan ke depan atas.
c) Pusat pemutaran : hipomoklion
d) Ekstensi terjadi setelah kepala bawah mencapai vulva, terjadi
ekstensi setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian
posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung,
mulut, dagu.
6) External Rotation (Restitution)
Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala ke posisi
pada saat engagement. Dengan demikian bahu depan dan
belakang dilahirkan lebih dahulu dan diikuti dada, perut, bokong
dan seluruh tungkai.
a) Setelah kepala lahir -> memutar kembali ke arah punggung
untung menghilangkan torsi pada leher (putaran restitusi).
b) Selanjutnya putaran dilanjutkan sampai belakang kepala
berhadapan dengan tuber ischiadikum sefihak -> putaran
paksi luar sebenarnya.
c) Putaran paksi luar disebabkan ukutan bahu menempatkan diri
dalam diameter anteroposterior dari PAP.
d) Setelah putaran paksi luar -> bahu depan di bawah simfisis
menjadi hipomoklion kelahiran bahu belakang.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
e) Bahu depan menyusul lahir, diikuti seluruh badan anak.
7) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar -> bahu depan dibawah simfisis
menjadi hipomoklion kelahiran bahu belakang, bahu depan
menyusul lahir, diikuti seluruh badan anak : badan (toraks,
abdomen) dan lengan, pinggul/tronkanter depan dan belakang,
tungkai dan kaki
i
Tahap – tahap persalinan
1) Kala I Persalinan
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatan), hingga serviks
membuka lengkap (10 cm). Kala I persalinan terdiri atas dua fase,
yaitu fase laten dan fase aktif.
a) Fase laten
(1). Dimulai
sejak
awal
kontraksi,
yang
menyebabkan
penipisan, dan pembukaan serviks secara bertahap.
(2). Berlangsung hingga serviks membuka 3 cm.
(3). Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau
hingga 8 jam.
b) Fase aktif, dibagi dalam 3 fase yakni :
(1). Fase akselerasi
Dalam waktu 3 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
(2). Fase dilatasi maksimum
Dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung
sangat cepat, dari 4 cm menjadi 4 cm.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
(3). Fase Deselerasi
Pembukaan serviks menjadi lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi pembukaan lengkap atau
10 cm.
Pada primi, berlangsung selama 12 jam dan pada
multigravida, sekitar 8 jam. Kecepatan pembukaan serviks
1 cm perjam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1
cm hingga 2 cm (multipara). (Ari Sulistyawati, 2010, h; 7)
2) Kala II (pengeluaran Bayi)
Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan
lengkap sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya
ditambah kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga lahir.
Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1
jam pada multigravida. Diagnosa persalinan kala II ditegakkan
dengan
melakukan
pemeriksaan
dalam
untuk
memastikan
pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di
vulva dengan diameter 5 – 6 cm. Dalam kala II his semakin kuat
dengan interval 2 – 3 menit, dengan durasi 50 – 100 detik.
Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak, ketuban pecah pada
pembukaan mendekati lengkap mengikuti keinginan meneran
karena tertekan fleksus frankenhouser.
Dua kekuatan his dan meneran akan mendorong kepala
bayi sehinggakepala membuka pintu suboksiput bertindak sebagai
hipomochilion, berturut – turut lahir ubun – ubun besar, dahi,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
hidung dan muka, serta kepala seluruhnya. Kepala lahir
seluruhnya diikuti putaran paksi luar yaitu penyesuaian kepala
pada punggung. (Ari Sulistyawati, 2010, h ; 7)
3) Kala III (Pelepasan plasenta)
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit
lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan
Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim.
Lepasnya
plasenta
sudah
dapat
diperkirakan
dengan
memperhatikan tanda – tanda berikut :
a) Uterus menjadi bundar
b) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen
bawah rahim
c) Tali pusat bertambah panjang
d) Terjadi perdarahan
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorngan ringan secara
crede pada fundus uterus. (Manuaba, 1998, h; 166)
4) Kala IV (Observasi)
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1 – 2 jam. Pada kala
IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pascapersalinan,
paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan adala sebagai berikut :
1) Tingkat kesadaran pasien
2) Pemeriksaan tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu,
pernafasan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
3) Kontraksi uterus
Terjadi perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila
jumlahnya tidak melebihi 400 – 500 cc
( Ari Sulistyawati,
2010, h; 9)
Tabel 2.1 Lama persalinan pada primigravida dan multigravida
Kala persalinan
Primigravida
Multigravida
I
10-12 jam
6-8 jam
II
1-1,5 jam
0,5-1 jam
III
10 menit
10 menit
IV
2 jam
2 jam
Sumber: Manuaba, 2010
j
Komplikasi pada dalam Masa Persalinan
Menurut Marmi, dkk tahun 2011 terdapat bebrapa komplikasi,
kelainan atau penyakii dalam persalinan yang meliputi :
1) Pada kala I dan kala II
a) Kelainan pesentasi dan posisi
(1). Presentassi pucak kepala
Dalam keadaan tertentu fleksi kepala tidak terjadi,
sehingga kepala dalam keadaan defleksi, tergantung
padaaajat defleksi maka terjadi presentasi puncak kepala,
presentasi dahi atau muka.
(2). Presentasi dahi
(3). Presentasi muka
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
(4). Posisi oksipitalis Posterior Persisten
Keadaan UUK tidak berputar ke depan, sehingga tetap di
belakang.
b) Distosia karena kelainan tenaga atau His
(1). His Hipotonik (inersia uteri)
(2). His Hipertonik (his terlampau kuat)
(3). His yang tidak terkoordinasi
His yang sifatnya berubah – ubah, tidak ada koordinasi
antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah. Sehingga
his tidak efisien dan mengadakan pembukaan.
c) Distosia kelainan Alat Kandungan (Traktus Genitalis)
a) Vulva
Kelaianan yang dapat menyebabkan distosia yaitu edema,
stenosisi dan tumor
b) Vagina
Terjadinya septum dan tumor
c) Uterus/ serviks
(1). Kondisi serviks abnormal karena kelainan kongenital,
jaringan parut, stenosis atau serviks tidak berkembang
(2). Dalam uterus terdapat mioma uteri yang menghalangi
jalan lahir, mioma uteri dapat menyebabkan inersia
uteri
d) Distosia karena kelainan letak
a) Bayi besar
b) Hydrocephalus
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
c) Anencephalus
d) Kembar siam
e) Distosia kelainan jalan lahir
2) Pada kala III dan kala IV
a) Atonia uteri
Uterus tidak berkontraksi dengan baik setelah persalinan
b) Retensio plasenta
Plasenta dan bagiannya tetepa berapa di dalam uterus setelah
bayi lahir
c) Emboli air ketuban
Karena his terlalu kuat sehingga air ketuban dengan mekonium,
rambut lanugo, dan vernik caseosa masuk dalam sinus – sinus
dinding uterus dan dibawa ke paru – paru.
d) Robekan jalan lahir
e) Inversio uteri
Bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri
sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri
k
Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan pada fase aktif
dalam persalinan yang berupa cairan grafik kemajuan persalinan
untuk memantau keadaan ibu dan janin. Partograf dapat dianggap
sebagai sistem peringatan awal yang membantu pengambilan
keputusan lebih awal kapan seorang ibu harus dirujuk. Partograf telah
terbukti efektif dalam pencegahan persalinan lama, menurunkan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
tindakan bedah kebidanan yang pada gilirannya meningkatkan
kesejahteraan janin secara efektif. (Asri Hidayat. 2010. h;51)
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan
terjadinya partus lama.
c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ubu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikamentosa
yang
diberikan,
pemeriksaan
laboratorium,
membuat keputusan klinik, dan asuhan atau tindakan yang
diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status
atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir. (JNPK-KR.
2008.h;54)
3. Bayi Bari Lahir
a
Definisi
Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan
2500 – 4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Ai Yeyeh
Rukiyah,dkk. 2012. h;2)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Bayi baru lahir normal adalah bayi pada usia kehamilan 37 – 42
minggu dengan berat badan lahir 2500 – 4000 gram. (Jenny J.S,
2013, h; 150)
b
Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir harus dapat beradaptasi dari keadaan yang sangat
tergantung menjadi mandiri. Periode ini berlangsung 1 bulan atau
lebih setelah bayi kelahiran untuk beberapa sistem tubuh. (Ai Yeyeh R
dkk, 2012; h.38)
1) Perubahan sistem pernapasan
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk
mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan
jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.
2) Perubahan sistem peredaran darah
Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2
dan mengantarkannya ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang
baik guna mendukung kehidupan luar rahim harus terjadi 2
perubahan besar, yaitu penutupan foramen ovale pada atrium
jantung dan penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru
dan aorta. Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan
tekanan
pada
seluruh
sistem
pembuluh
tubuh.
Oksigen
menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tekanan dengan
cara
mengurangi
dan
meningkatkan
resistensinya
hingga
mengubah aliran darah.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
3) Sistem pengaturan tubuh.
a) Pengaturan suhu
Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usaha utama
seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali
panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat untuk
produksi panas.
b) Mekanisme kahilangan panas
c) Mekanisme
kehilangan
panas
pada
bayi
baru
lahir:
(Prawirohardjo, 2010; h. 367)
(1). Konduksi, kehilangan panas melalui benda-benda padat
yang berkontak dengan kulit bayi.
(2). Konveksi, kehilangan panas dengan pendinginan melalui
aliran udara disekitar bayi.
(3). Evaporasi, kehilangan panas melalui penguapan air
ketuban pada kulit bayi yang basah.
(4). Radiasi, kehilangan panas melalui benda padat dekat bayi
yang tidak berkontak secara langsung dengan kulit bayi.
d) Metabolisme glukosa
Pada BBL glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2
jam). Koreksi penggunaan kadar gula darah dapat dilakukan
dengan 3 cara:
(1). Melalui penggunaan ASI
(2). Melalui penggunaan cadangan glikogen
(3). Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama
lemak
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
e) Perubahan sistem gastrointestional
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk
pada saat lahir. Sedangkan sebelum lahir bayi sudah mulai
menghisap
dan
menelan.
Kemampuan
menelan
dan
mencerna makanan (selain susu) terbatas pada bayi.
Kapasitas lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc.
f)
Perubahan sistem kekebalan tubuh
sistem imunitas pada BBL belum matang sehingga rentan
terhadap
infeksi.
Kekebalan
alami
yang
dimiliki
bayi
diantaranya:
(1). Perlindungan oleh kulit membran mukosa.
(2). Fungsi jaringan saluran pernapasan.
(3). Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus.
(4). Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
(5). Kekebalan alami yang di sediakan pada tingkat sel oleh sel
darah merah yang membantu membunuh organisme
asing.
c
Kriteria Bayi baru lahir normal
1) Berat badan lahir bayi antara 2500 – 4000 gram
2) Panjang badan bayi 48 – 50 cm
3) Lingkar dada bayi 32 – 34 cm
4) Lingkar kepala bayi 33 – 35 cm
5) Bunyi jantung dalam menit pertama ±180 kali/menit, kemudian
turun sampai 140 – 120 kali/menit pada saat bayi berumur 30
menit
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
6) Pernafasan cepat pada menit – menit pertama kira – kira 80
kali/menit disertai penafasan cuping hidung, retraksi suprasternal
dan interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10 – 15 menit.
7) Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa
8) Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik
9) Kuku telah agak panjang dan lemas
10) Genetalia :testis sudah turun (pada bayi laki – laki) dan labia
mayora telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan)
11) Refleks isap, menelan, dan moro telah terbentuk
12) Eliminasi, urun, dan mekonium normalnya keluar 24 jam pertama.
Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.
4) Tanda Bayi Baru Lahir Tidak Normal
Setiap bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda kegawatan/kelainan
yang menunjukkan suatu penyakit. winknjosastro, 2002; h. 139
1) Sesak napas
2) Frekuensi pernapasan 60 kali/menit
3) Gerakan retraksi dada
4) Malas minum
5) Panas atau suhu badan bayi rendah
6) Kurang efektif
7) Berat lahir rendah (1500-2500 gram) dengan kesulitan minum
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
5) Jadwal kunjungan BBL
Tabel 2.2 jadwal kunjungan bayi baru lahir
Kunjungan
Waktu
1
6-8 jam setelah
persalinan
Tujuan
1.
2.
3.
2
6 hari setelah
persalinan
1.
2.
3
2 minggu setelah
persalinan
1.
Pemberian ASI awal, 1 jam setelah Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) berhasil dilakukan.
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
bru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia. Jika petugas
kesehatan menolong persalinan, harus
tinggal bersama ibu dan bayi baru lahir
minimal 2 jam pertama sesudah kelahiran
atau sampai bayi dan ibu dalam keadaan
stabil.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
pada bagian payudara ibu.
Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi untuk menjaga
kebersihan tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi untuk menjaga
kebersihan tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Sumber : Winkjosastro. 2009. h;123
6) Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir
Hal ini ditujukan untuk merawat bayi baru lahir pada menit-menit
pertama kehidupan. (Varney, 2001; h. 274)
1) Pertahankan kebersihan jalan napas
2) Jaga bayi tetap hangat
Suhu tubuh bayi baru lahir menurun 1,50C segera setelah lahir,
karena hilangnya panas secara sepat dari kulit yang basah, tetapi
kembali normal dalam beberapa jam. (Derek, 2001; h.195)
3) Perlihatkan bayi pada orang tua dan yang lain, tempatkan pada
perut ibu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
4) Klem dan potong tali pusat
Penanganan tali pusat di kamar bersalin harus dilakukan secara
asepsis
untuk
mencegah
infeksi
tali
pusat
dan
tetanus
neonatorum. (Prawirohardjo, 2010; h. 370)
5) Catat nilai APGAR pada 1 dan 5 menit pertama
Tabel 2.3 Cara menentukan nilai APGAR
Tanda
0
1
2
Frekuensi
jantung
Tidak ada
<100
≥100
Usaha
bernapas
Tidak ada
Lambat-tidak teratur
Menangis
baik
Tonus otot
Lumpuh
Beberapa
ekstremitas fleksi
Gerakan aktif
Refleks
mudah terjadi
Tidak ada
Gerakan sedikit
Reaksi melawan
Warna
biru pucat
Tubuh
kemerahan,
ekstremitas biru
Seluruh
tubuh
merah muda
dengan
Sumber : Varney.2008. h;891
7) Masalah Bayi Baru Lahir
a. Asfiksia
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai untuk memulai dan
melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur pada saat
bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir. Bayi mungkin
lahir dalam kondisi asfiksia (asfiksia primer) atau mungkin dapat
bernafas tetapi kemudian mengalami asfiksia beberapa saat
setelah lahir (asfiksia sekunder).(Sudarti, dkk. 2013. H;64)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
b. Gangguan Pernafasan
Gangguan pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh
berbagai sebab. Apabila gangguan pernafasan tersebut disertai
dengan
tanda-tanda
hipoksia
(kekurangan
O2),
maka
prognosisnya buruk merupakan penyebab kematian bayi baru
lahir; atau seandainya bayi selamat dan tetap hidup akan beresiko
tinggi terjadinya kelainan neurologis di kemudian hari. Banyak
gangguan pernafasan pada bayi baru lahir yang ditandai dengan
distres pernafasan.
Penyebab gangguan pernafasan pada bayi baru lahir antara
lain sebagai berikut,
1) Obstruksi jalan nafas, misalnya atresia khoana, makroglosia,
higroma kolo kistik, trakeomalasia.
2) Penyakit parenkhim paru-paru, misalnya penyakit membran
hialin, MAS, atelektasis, transient tachypneu of the newborn
(TTN), BPD, pneumonia.
3) Kelainan perkembangan organ, misalnya agenesis paru-paru,
hernia diafragmatika, kista intratoraks, TOF, pendarahan paruparu.
4) Di luar paru-paru (non pulmonary), misalnya payah jantung,
kelainan Susunan Saraf Pusat, asidosis metabolik, dan
asfiksia.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
c. Hipotermia dan Hipertermia
Mengeringkan bayi baru lahir segera setelah lahir.
Bayi lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban. Aliran udara
melalui jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya
penguapan dan bati lebih cepat kehilangan panas tubuh.
Akibatnya dapat timbul serangan dingin (cold stress) yang
merupakan gajala awal hipotermia. Bayi kedinginan biasanya tidak
memperlihatkan gejala menggigil oleh karena kontrol suhunya
belum sempurna. Hal ini menyebabkan gelaja awal hipotermia
seringkali tidak terdeteksi oleh ibu/keluarga bayi atau penolong
persalinan. Gejala hipotermia terjadi bila suhu tubuh (aksila) bayi
turun dibawah 36o C. Nilai normal 36,5oC sampai 37,5o.
d. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram).
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat
lahir rendah dibedakan dalam:
1) Bayi berat lahir rendah ( BBLR ), berat lahir 1500-2500 gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR ), berat lahir <1500
gram.
3) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir kurang
dari 1000 gram.
Bayi berat lahir rendah mungkin prematur (kurang bulan), mungkin
juga cukup bulan (dismatur).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan prematuritas:
1) Sindrom gangguan yang pernafasan idiopatik (penyakit
membram hialin).
2) Pneumonia aspirasi, karena refleks menelan dan batuk belum
sempurna.
3) Pendarahan spontan dalam ventrikel otak lateral, akibat
anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernafasan).
4) Hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang.
5) Hipotermia.
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan dismaturitas:
1) Sindrom aspirasi mekoneum.
2) Hipoglikemia.
3) Hiperbilirubinemia.
4) Hipotermia.
Oleh karena itu bayi berat lahir rendah mempunyai risiko kematian
tinggi. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mungkin prematur (kurang
bulan), mungkin juga cukup bulan. BBLR sangat rentan terhadap
hipotermia dan infeksi.
e. Dehidrasi
Gejala/tanda-tanda dehidrasi pada bayi antara lain meliputi: bayi
mengantuk, tampak kehausan, kulit, bibir dan lidah kering, saliva
menjadi kental, mata dan ubun-ubun cekung, warna kulit pucat
atau
sianosis,
turgor
kulit
berkurang,
ekstremitas
dingin,
banyaknya air kemih berkurang, apatik, gelisah, kadang-kadang
kejang kemudian syok, asidosis dan pernafasan Kusmaull.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Klasifikasi :
1) Dehidrasi ringan apabila kekurangan cairan berkisar 5% berat
badan.
2) Dehidrasi sedang apabila kehilangan cairan antara 5-10%
berat badan.
3) Dehidrasi berat apabila kehilangan cairan lebih 10% berat
badan.
f.
Ikterus
Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala
fisiologis atau dapat merupakan hal yang patologis.
Ikterus fisiologis ialah:
1) Ikterus yang timbul pada hari kedua atau ketiga
2) Tidak mempunyai dasar patologis
3) Kadarnya tidak melampaui kadar yang membahayakan
4) Tidak mempunyai potensi menjadi kern – ikterus
5) Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi
Ikerus patologi ialah :
1) Ikterus yang mempunyai dasar patologi
2) Kadar billirubinnya mencapai nilai hiperbilirubin
Ikterus baru dapat dikatakan fisiologis sesudah pengamatan
dan pemeriksaan selanjutnya tidak menunjukkan dasar
patologis dan tidak mempunyai potensi berkembang menjadi
kern-ikterus. Kern –ikterus adalah suatu kerusakan otak akibat
perlengketan bilirubin indirek pada otak.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
g. Infeksi/sepsis
Infeksi pada bayi baru lahir lebih sering ditemukan pada
BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di
Rumah Sakit. Bayi baru lahir mendapat kekebalan (imunitas)
transplasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya.
Sesudah lahir, bayi terpapar dengan kuman yang juga berasal
dari orang lain dan terhadap kuman dari orang lain, dalam hal
ini bayi tidak mempunyai imunitas.
Bayi baru lahir beresiko tinggi terinfeksi apabila ditemukan:
Riwayat kehamilan
1) Infeksi pada ibu selama kehamilan antara lain TORCH
2) Ibu menderita eklamsia
3) Ibu dengan diabetes militus
4) Ibu mempunyai penyakit bawaan
Riwayat kelahiran
1) Persalinan lama
2) Persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, seksio
sesarea)
3) Ketuban pecah dini
4) Air ketuban hijau dan kental
Riwayat bayi baru lahir
1) Trauma lahir
2) Lahir kurang bulan
3) Bayi kurang mendapat cairan dan kalori
4) Hipotermia pada bayi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
h. Tetanus Neonatorum
Penyakit tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yag terjadi
pada neonatus (bayi berusia kurang dari 1 bulan) yang
disebabkan
oleh
Clostridium
tetani,
yaitu
kuman
yang
mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang syaraf pusat.
Faktor resiko untuk terjadinya tetanus neonatorum :
1) Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) pada ibu hamil tidak
dilakukan, atau tidak lengkap, atau tidak sesuai dengan
ketentuan program
2) Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat
3) Perawatan tali pusat tidak memenuhi persyaratan kesehatan.
i.
Kejang
Kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena bentuknya
berbeda dengan kejang pada anak atau orang dewasa. Hal ini
disebabkan karena ketidakmatangan organisasi korteks pada bayi
baru lahir.
j.
Gangguan saluran cerna/perut buncit
Bayi baru lahir dengan perut buncit disertai atau tanpa gejala
tambahan seperti muntah – muntah atau diare cukup sering
ditemukan. Kondisi demikian menunjukkan adanya gangguan
saluran cerna. Jika tidak ditangani dengan baik akan berdampak
dehidrasi, syok hingga kematian.
k. Cedera lahir
Cedera lahir merupakan kelainan pda bayi baru lahir yang terjadi
karena trauma lahir akibat tindakan, cara persalinan atau
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
gangguan
persalinan
yang
diakibatkan
kelainan
fisiologik
persalinan.
4. Nifas
a
Definisi
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat
– alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira – kira 6 minggu. (Juraida Roito, 2013, h;1).
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera
setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada
waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang
normal. (Marmi, 2011, h;11)
b
Tahapan Masa Nifas
Beberapa tahapan masa nifas sebagai berikut.
a. Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan,
serta menjalankan aktifitasnya layaknya wanita normal lainnya.
b. Puerperium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya sekitar 6-8 minggu.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
c. Puerperium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
(Bahiyatun. 2009.h; 4)
c
Perubahan yang terjadi pada masa nifas
Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan pada organ yang
kembali seperti sebelum hamil. (Bobak, 2004; h. 493)
1) Sistem Reproduksi
a) Involusi Rahim
Uterus berangsung-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
b) Involusi tempat plasenta
Pada permulaan masa nifas bekas plasenta mengandung
banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus.
Biasanya luka yang demikian sembuh dengan menjadi parut.
c) Lokia
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir seringkali disebut
lokia, mula-mula berwarna merah kemudian berubah menjadi
merah tua atau merah coklat. Rabas ini dapat mengandung
bekuan darah kecil. Selama 2 jam pertama setelah lahir,
jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari
jumlah maksimal yang keluar selama menstruasi. Selatah itu,
aliran darah yang keluar harus semakin berkurang. (Bopak,
2004; h. 494)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
(1). Lokia rubra, mengandung darah dan debris desidua serta
debris trofoblastik.
(2). Lokia serosa, terdiri dari darah lama (old blood), serum,
leukosit, dan debris jaringan. Biasanya terjadi pada harike
3 sampai 4 dan darah berwarna merah muda atau coklat.
(3). Lokia alba, mengandung leukosit, desidua, sel epitel,
mukus, serum, dan bakteri. Warna cairan kuning sampai
putih. Keluar pada hari ke 10 dan bisa bertahan selama 2
sampai 6 minggu setelah bayi lahir.
d) Serviks
Servik menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam
pascapartum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi
lebih padat dan kembali ke bentuk semula.. muara serviks
yang berdilatasi 10 cm sewaktu melahirkan, menutup secara
bertahap.
e) Vagina dan perineum
Estrogen
pascapartum
yang
menurun
berperan
dalam
penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang
sebelumnya teregang akan kembali secara bertahap ke
ukuran sebelum hamil, enam sampai delapan minggu setelah
bayi lahir.
f)
Topangan otot panggul
Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera
sewaktu melahirkan dan masalah ginekologi dapat timbul.
Relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
melemahnya topangan permukaan struktur panggul. Struktur
ini terdiri atas uterus, dinding vagina posterior atas, uretra,
kandung kemih dan rektum.
2) Sistem endokrin
a) Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormonhormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan
hormon human placental lactogen (hPL), estrogen dan
kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek
diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun
secara bermakna pada masa puerperium.
Kadar estrogen dan progesteron menurun secara mencolok
setelah plasenta keluar, kadar terendahnya mencapai satu
minggu pascapartum. Penurunan kadar estrogen berkaitan
dengan
pembengkakan
payudara
dan
diuresis
cairan
ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
Pada wanita yang tidak menyusui kadar estrogen mulai
meningkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih
tinggi daripada wanita yang menyusui pada pascapartum hari
ke 17.
b) Hormon hipofisis dan fungsi ovarium
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita
menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum
yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam
menekan ovulasi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Kadar prolaktin meningkat secara progresif sepanjang masa
hamil. Pada wanita hamil kadar prolaktin meningkat sampai
minggu keenam setelah melahirkan.
3) Abdomen
Dalam dua minggu setelah melahirkan, dinding abdomen akan
rileks. Diperlukan sekitar enam minggu untuk dinding abdomen
kembali semula. Pengembalian tonus otot bergantung pada
kondisi tonus sebelum hamil, latihan fisik yag tepat dan jumlah
jaringan lemak. Akibat dari penegangan otot-otot dinding abdomen
yang memisah yang dinamakan diastasis rekti abdominalis.
4) Sistem urinarius
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi)
turut
menyebabkan
penurunan
kadar
peningkatan
steroid
fungsi
setelah
ginjal,
melahirkan
sedangkan
sebagian
menjelaskan penurunan fungsi ginjal selama masa pascapartum.
Dibutuhkan 2 sampai 8 minggu supaya hipotonia dan dilatasi
ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil.
5) Sistem cerna
a) Nafsu makan
Ibu biasanya merasa lapar segera setelah melahirkan dan
setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anastesia dan
keletihan.
b) Motilitas
Penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian
tonus dan motilitas ke keadaan normal.
c) Defekasi
Buang air besar secara spontan dapat tertunda selama dua
sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini
disebabkan
karena
tonus
otot
usus
menurun
selama
persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum
persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang nafsu makan,
atau dehidrasi.
6) Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara
selama
hamil
(estrogen,
progesteron,
human
chorionic
gonadotropin, prolaktin, kortisol dan insulin) menurun dengan
cepat setelah bayi lahir.
7) Sistem kardiovaskuler
8) Sistem neurologi
Perubahan neurologi saat puerpurium merupakan kebalikan
adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebabkan
karena trauma yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan.
9) Sistem musculoskeletal
Adaptasi
sistem
muskuloskeletal
mencakup
hal-hal
yang
membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan
pusat berat ibu akibat pembesaran rahim.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
10) Sistem integument
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang
saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi areola dan linea nigra
tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir.
11) Sistem kekebalan
Kebutuhan ibu untuk mendapatkan imunisasi rubella atau untuk
mencegah Rh ditetapkan.
d
Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan masa nifas dilakukan minimal 4 kali untuk menilai status ibu
dan bayi baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi dan menangani
masalah-masalah yang terjadi. (Yetti Anggraeni, 2010; h. 4)
Tabel 2.4 Kunjungan masa nifas
Kunjungan
Waktu
Tujuan
1
6-8 jam setelah
persalinan
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2
6 hari setelah
persalinan
3.
4.
5.
Mencegah perdarahan masa nifas.
Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk bila perdarahan lanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan
keluarga bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas.
Pemberian ASI awal, 1 jam setelah Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) berhasil dilakukan.
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
bru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia. Jika petugas
kesehatan menolong persalinan, harus
tinggal bersama ibu dan bayi baru lahir
minimal 2 jam pertama sesudah kelahiran
atau sampai bayi dan ibu dalam keadaan
stabil.
Memastikan involusi uteri berjalan normal,
uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal,
tidak ada bau.
Menilai adanya tanda-tanda infeksi, demam
atau perdarahan abnormal.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
6.
3
2 minggu setelah
persalinan
2.
3.
4.
5.
6.
4
6 minggu setelah
persalinan
1.
2.
pada bagian payudara ibu.
Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi untuk menjaga
kebersihan tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Memastikan involusi uteri berjalan normal,
uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal,
tidak ada bau.
Menilai adanya tanda-tanda infeksi, demam
atau perdarahan abnormal.
Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
pada bagian payudara ibu.
Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi untuk menjaga
kebersihan tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Menanyakan pada ibu tentang penyulit
yang ia atau bayi alami.
Memberikan konseling untuk menggunakan
KB secara dini.
Sumber: Yetti Anggraeni, 2010
e
Komplikasi Masa Nifas
Asuhan masa nifas harus dilakukan sesuai dengan kebijakan program
pemerintah untuk mencegah adanya komplikasi masa nifas dengan
mendetaksi tanda bahaya masa nifas. (Yetti Anggraeni, 2010; h. 89)
1) Perdarahan pasca perslinan
Perdarahan biasanya terjadi segera setelah ibu melahirkan atau
kejadian yang paling sering yaitu perdarahan pada 2 jam pertama
setelah bersalin.
Perdarahn postpartum merupakan perdarahan yang melebihi 500
ml setelah bayi lahir. Perdarahan pospartum yaitu perdarahan
berasal dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir
dan jaringan sekitarnya dan merupakan salah satu penyebab
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
kematian ibu disamping perdarahan karena kehamilan ektopik dan
abortus. (Prawirohardjo, 2009; h. 523)
Perdarahan postpartum yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24
jam setelah persalinan berlangsung. (Manuaba, 2010; h. 395)
1) Klasifikasi perdarahan postpartum
Perdarahan postpartum dibagi menjadi 2 macam yaitu perdarahan
postpartum primer dan sekunder. (Manuaba, 2010; h. 395)
a) Perdarahan postpartum primer terjadi pada 24 jam pertama.
Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah atonia
uteri, retensio plasenta, retesio sisa plasenta, dan robekan
jalan lahir.
b) Perdarahan postpartum sekunder terjadi setelah 24 jam
pertama.
penyebab utama perdarahan postpartum sekunder adalah
robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.
2) Penyebab perdarahan postpatum
a) Atonia Uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/ kontraksi rahim
yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan
terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan
plasenta
Perdarahan
lahir.
atonia
(Prawirohardjo,
uteri
disebabkan
2009;
karena
h.
525)
kegagalan
kontraksi otot rahim yang menyebabkan pembuluh darah pada
bekas implantasi plasenta terbuka sehingga menimbulkan
perdarahan. (Manuaba, 2010; h. 395)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Faktor predisposisi atonia uteri, antara lain: (Prawirohardjo,
2009; h. 524)
(1) Regangan rahim yang berlebihan karena kehamilan
gemeli, polihidramnion, atau anak terlalu besar.
(2) Kelelahan karena persalinan lama.
(3) Kehamilan grandemultipara.
(4) Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis atau
menderita penyakit menahun.
(5) Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.
(6) Infeksi intrauterin (korioamnionitis).
(7) Riwayat atonia uteri sebelumnya.
Apabila setelah bayi dan plasenta lahir terjadi perdarahan
yang masih aktif dan perdarahan lebih dari 500 ml serta pada
palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih
dengan kontraksi
yang
lembek.
Langkah-langkah yang
dilakukan untuk menangani perdarahan atonia uteri, yaitu:
(Manuaba, 2010; h. 397)
(1) Meningkatkan upaya preventif :
(a) Meningkatkan gerakan keluarga berencana sehingga
memperkecil
jumlah
grandemultipara
dan
memperpanjang jarak hamil.
(b) Melakukan konsultasi atau merujuk kehamilan dengan
overdistensi uterus hidramnion dan kehamilan kembar.
(c) Mengurangi peranan pertolongan oleh bidan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
(2) Segera melakuka rujukan dengan didahului tindakan
ringan :
(a) Memasang infus untuk memberikan cairan pengganti.
(b) Memberikan uterotonika intramuskular, intravena atau
dengan drip.
(c) Melakukan massase fundus uteri sehingga kontraksi
otot rahim makin cepat dan kuat.
(d) Melakukan rujukan.
b) Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir dapat terjadi pada persalinan dengan
trauma. Robekan jalan lahir yang terjadi bisa ringan (lecet,
laserasi), luka episiotomi, robekan perineum spontan derajat
ringan sampai ruptur perinei totalis (sfingter ani terputus),
robekan pada dinding vagina, forniks uteri, serviks, daerah
sekitar klitoris dan uretra serta yang terberat yaitu ruptur uteri.
(Prawirohardjo, 2009; h. 526)
c) Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah belum lahirnya plasenta setengah
jam setelah bayi lahir. (Yetti Anggraeni, 2010; h. 93)
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta
selama setengah jam setelah persalinan bayi. Kejadian
retensio plasenta dapat berulang pada persalinan berikutnya.
Macam-macam retensio plasenta : (Manuaba, 2010; h. 399)
(1) Plasenta akreta, bila implantasi plasenta menembus
desidua basalis dan Nitabuch layer.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
(2) Palsenta
inkreta,
bila
plasenta
sampai
menembus
miometrium.
(3) Plasenta perkretas, bila vili korialis sampai menembus
perimetrium.
d) Inversio Uterus
Inversio uterus adalah keadaan dimana lapisan dalam uterus
(endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum
yang dapat bersifat inkomplit sampai sampai komplit. Tandatanda terjadinya inversio uteri:
(Prawirohardjo,
2010;
h.
527)
(1) Syok karena kesakitan
(2) Perdarahan banyak bergumpal
(3) Divulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa
plasenta yang masih melekat.
(4) Bila beru terjadi maka prognosis cukup baik akan tetapi
bila kejadiannya cukup lama, maka jepitan serviks yang
mengecil akan membuat uterus mengalami iskemia,
nekrosis dan infeksi.
2) Infeksi masa nifas
Infeksi pada masa nifas yaitu infeksi peradangan pada semua alat
genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan
meningkatnya suhu badan melebihi 380C tanpa menghitung hari
pertama dan berturut-turut selama 2 hari. (Yetti Anggraeni, 2010;
h. 97)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
3) Keadaan abnormal pada payudara
Penyebab abnormalitas pada masa nifas yaitu: (Manuaba, 2010;
h. 420)
a) Bendungan ASI
Bendungan ASI terjadi karena sumbatan pada saluran ASI,
tidak dikosongkan seluruhnya.
b) Mastitis dan abses payudara
Mastitis merupakan kondisi terjadinya bendungan ASI yang
terinfeksi. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi payudara
yaitu stapilokokus aureus yang masuk melalui luka putting
susu. Luka mastitis dapat berkelanjutan menjadi abses
dengan ditandai kulit menjadi merah, terdapat rasa nyeri dan
pada pemeriksaan terjadi pembengkakan serta dibawah kulit
teraba cairan.
4) Demam
Demam pada masa nifas menunjukan adanya infeksi, yang
tersering infeksi kandungan dan saluran kemih. Demam pada
masa nifas juga dapat disebabkan karena ASI yang tidak keluar
terutama pada hari ke 3 sampai ke 4.
5) Eklamsi dan pre eklamsi
Gejala eklamsia dan pre eklamsia biasanya selama masa nifas
pada hari ke 1 sampai 28. Gejala pre eklamsia ditandai dengan
tekanan darah tinggi, oedema atau pembengkakan pada tungkai,
dan hasil laboratorium urinnya mengandung protein, dan tanda
dari eklamsi bila disertai kejang.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
6) Infeksi dari vagina ke Rahim
Gejala infeksi dari vagina ke rahim yaitu:
a) Keputihan
b) Keluarnya cairan seperti nanah
c) Keluarnya cairan disertai bau dan rasa nyeri
d) Ibu mengalami demam
e) Nyeri diperut
f)
Tiba-tiba perdarahan menjadi banyak
5. Akseptor KB
a
Definisi
Keluarga berencana merupakan keputusan sebuah keluarga
untuk menetapkan ukuran keluarga, jarak antar anak dan pemilihan
serta penggunaan metode pengendalian kehamilan. (Varney. 20007.
h;414)
Keluarga brencana menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan kelurga sejahtera
adalah upaya peningkatan kepedulian dan persan serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga
kecil, bahagia dan sejahtera.
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra”, artinya melawan dan
“konsepsi”, artinya pembuahan. Jadi kontrasepsi berarti “mencegah
bertemunya sperma dan ovum, sehingga tidak terjadi pembuahan
yang mengakibatkan kehamilan” (Koes Irianto, 2012; h.15). Dalam
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
memilih
metode
kontrasepsi
jika
makin
rendah
pendidikan
masyarakat, metode KB yang efektif yaitu kontap, suntikan KB, susuk
KB atau AKBK, dan IUD/AkDR (Manuaba, 2012).
b
Konsep Keluarga Berencana
Untuk dapat mewujudkan kesejahteraan sosial perlu diperhatikan
dalam pemilihan metode kontrasepsi yang efektif dan efisien supaya
program Keluarga Berencana dapat memberikan manfaat pada setiap
keluarga. Proses kehamilan dan kelahiran yang terbaik, artinya
meminimalkan risiko yang terjadi pada ibu dan anak antara usia 20
sampai 35 tahun, sedangkan persalinan pertama dan kedua paling
rendah risikonya bila jarak antara dua kelahiran adalah 2 sampai 4
tahun. (Prawirohardjo, 2011)
a
Fase menunda/mencegah kehamilan
Fase menunda kehamilan bagi PUS dengan usia istri kurang dari
20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya.
Alasan menunda/mencegah kehamilan:
1) Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak
memunyai anak terlebih dahulu karena berbagai alasan.
2) Prioritas pengguna kontrasepsi Pil oral karena peserta masih
muda.
3) Penggunaan
pasangan
kondom
muda
kurang
masih
tinggi
menguntungkan,
frekuensi
karena
senggamanya
sehingga mempunyai kegagalan tinggi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
4) Penggunaan
IUD-Mini
bagi
yang
belum
yang
belum
mempunyai anak pada masa in dpat dianjurkan, terlebih bagi
calon peserta yang kontraindikasi dengan Pil oral.
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
1) Reversibilitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat
terjamin hampir 100%, karena pada masa ini peserta belum
mempunyai anak.
2) Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan
terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi dan kegagalan ini
merupakan kegagalan program.
b
Fase menjarangkan kehamilan
Periode usia istri antara 20-30 atau 35 tahun merupakan
periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2
orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun.
Alasan menjarangkan kehamilan :
1) Umur antara 20-30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk
mengandung dan melahirkan.
2) Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk
memakai IUD sebagai pilihan utama.
3) Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun
disini tidak/kurang berbahaya karena yang bersangkutan
berada pada usia mengandung dan melahirkan yang baik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
1) Efektivitas cukup tinggi.
2) Reversibilitas
cukup
tinggi
karena
peserta
masih
mengharapkan punya anak lagi.
3) Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun sesuai dengan jarak
kehamilan anak yang direncanakan.
4) Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah
makanan terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan
mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.
c
Fase mengehentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan
Periode umur istri di atas 30 tahun, terutama diatas 35 tahun,
sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang
anak. Alasan mengakhiri kesuburan :
1) Ibu-ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak
hamil/tidak punya anak lagi, karena alasan medis dan alasan
lainnya.
2) Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.
3) Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan
mempunyai kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan
komplikasi.
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
1) Efektivitas sangat tinggi. Kegagalan menyebabkan terjadinya
kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak, disamping
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
itu akseptor tersebut memang tidak mengharapkan punya
anak lagi.
2) Dapat dipakai untuk jangka panjang.
3) Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada masa usia
tua kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan
dan metabolik biasanya meningkat, oleh karena itu sebaiknya
tidak diberikan cara kontrasepsi yang menambah kelainan
tersebut. (Hartanto, 2004)
c
Sasaran program KB
1) Menururunnya rata – rata laju pertumbuhan penduduk (LPP)
secara nassional menjadi satu, 14% per tahun
2) Menurunkan angka kelahiran Total Fertility Rate (TFR) menjadi
2,2 per perempuan
3) Meningkatkan peserta KB pria menjadi 4,5%
4) Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang efektif dan
efisien
5) Meningkatnya patisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh
kembang anak.
6) Meningkatnya
jumlah
keluarga
prasejahtera
dan
keluarga
sejahtera 1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.
7) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
d
Macam metode kontrasepsi
a. Metode sederhana
1) Tanpa alat
a) KB alamiah
(1). Ibu harus tahu masa suburnya berlangsung
(2). Efektif bila dipakai dengan tertib
(3). Tidak ada efek samping
(4). Pasangan
secara sukarela menghindari senggama
pada masa subur ibu (ketika ibu tersebut dapat
menjadi hamil). Atau senggama pada masa subur
untuk mencapai kehamilan
b) Macam KB alamiah
(1). Teknik pantang berkala
Senggama dihindari pada masa subur, yaitu dekat
peretengahan siklus haid atau terdapat tanda – tanda
kesuburan yaitu keluarnya lendir encer dari liang
vagina.
(2). Metode kalender
Metode kalender atau dikenal sebagai metode Knaus –
ogino
bergantung
pada
perhitungan
hari
untuk
mengkira – kira kapan jauhnya fase subur.
(3). Metode suhu basal
Metode ini berdasarkan kenaikan suhu tubuh setelah
ovulasi sampai sehari setelah sebelum menstruasi
sebelumnya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
(4). Metode lendir serviks
Pengamatan dilakukan pada lendir yang melindungi
serviks (mulut rahim) dari bakteri penyebab penyakit
dan dari sperma sebelum masa subur. Pada saat
menjelang ovulasi lendir ini akan mengandung lebih
banyak air (menjadi encer) sehingga mudah dilalui
sperma. Setelah ovulasi lendir akan kembali menjadi
lebih padat. Perubahan bentuk lendir ini bervariasi bagi
setiap wanita dan pada setiap siklus.
(5). Metode simtomtermal
Ibu harus mendapat instruksi untuk metode lendir
serviks dan suhu basal. Ibu dapat menentukan masa
subur dengan mengamati suhu tubuh dan lendir
serviks. (Dyah Noviawati,dkk. 2011. h;51-75)
(6). Metode amenore laktasi (MAL)
Metode
ini
merupakan
alat
kontrasepsi
yang
mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI). Metode
MAL dapat dijadikan sebagai alat kontrasepsi bila
memenuhi syarat, yaitu menysui secara penuh, belum
menstruasi, usia bayi kurang dari 6 bulan. Metode ini
efektif sampai 6 bulan, dan harus dilanjutkan metode
kontrasepsi yang lainnya. ( Ratna Hidayati. 2009. h;2
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
2) Dengan alat
a) Kondom
Kondom adalah suatu selubung atau karet yang terbuat
dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plasttik
(vinil), atau bahan alami (produk hewani) yang dipasang
pada penis (kondom pria) atau vagina (kondom wanita)
pada saat hubungan seksual.Kondom cukup efektif bila
dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan
seksual. Angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan
per 100 perempuan per tahun.
b) Spermiside
Spermiside yaitu zat kimia yang bekerja melumpuhkan
sperma didalam vagina wanita sebelum spermtozoa
bergerak kedalam traktus genetalia interna.
Spermisida menyebabkan selaput sel sperma pecah, yang
akan mengurangi gerak sperma (keaktifan dan mobilitas)
serta
kemampuannya
untuk
membuahi
sel
telur.
Keberhasilan penggunaan spermiside sedang yaitu 6-26
kehamilan per 100 wanita per tahun.
c) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat
dari lateks (karet) yang dimasukkan ke dalam vagina
sebelum melakukan hubungan seksual dan menutupi
serviks.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Diafragma digunakan untuk menahan sperma agar tidak
mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi
bagian atas (uterus dan tuba fallopi) dan sebagai alat
tempat spermisida.
d) Kap Serviks
Kap serviks yaitu alat kontrasepsi yang hanya menutupi
serviks
saja.Dalam
penggunaan
Kap
servik
harus
menguasai prosedur yang benar dalam pemasangan dan
pelepasan alat. Supaya mendapatkan efektifitas yang
tinggi dan mencengah kehamilan perlu menggunakan
spermisida. (Varney, 2010; h. 152)
b. Metode modern
1) Kontrasepsi hormonal
a) Oral kontrasepsi
(1). Pil kombinasi
(a). Efektif dan refersibel
(b). Harus diminum stiap hari
(c). Pada bulan – bulan pertama efek samping berupa
mual dan perdarahan bercak yang tidak berbahaya
dan segera akan hilang
(d). Efek samping serius jarang terjadi
(e). Dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduktif, baik
yang sudah mempunyai anak maupun belum.
(f). Dapat mulai minum setiap saat bila yang sedang
tidak hamil
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
(g). Tidak dianjurkan untuk ibu menyusui
(h). Dapat dipakai untuk kontrasepsi darurat.
(2). Pil progestin
(a). Cocok untuk perempuan menyusui yang ingin
memakai KB
(b). Sangan efektif pada masa laktasi
(c). Dosisi rendah
(d). Tidak menurunkan produksi ASI
(e). Tidak memberikan efek samping estrogen
(f). Efek samping utama adalah gangguan perdarahan
bercak atau perdarahan tidak teratur
(g). Dapat dipakai kontrasepsi darurat
b) Suntikan
(1). Suntikan kombinasi
Suntikan kombinasi merupakan kontrasepsi suntik
yang berisi hormon estrogen dan progesterin. (Sri
Handayani, 2010; h. 106)
Jenis
suntikan
kombinasi
adalah
25
mg
Depo
Medroksiprogestreron asetat dan 5 mg estrogen
sipionat yang dibeikan injeksi IM, sebulan sekali
(Cyloferm dan 50 mg noretindron enantat dan 5 mg
estrodiol valerat yang diberikan injeksi IM, sebulan
sekali
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
(2). Kontrasepsi suntikan progestin
Merupakan kontrasepsi suntik yang mengandung
hormon progesteron.
Tersedia 2 jenis suntikan progestin
(a). Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo provera),
mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap
3 bulan dengan disuntikan IM (daerah bbokong)
(b). Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat). Yang
mengandung 200 mg Neretdron Enantat, diberikan
setiap 2 bulan denagn disuntikan IM.
Suntikan progestin Sangat efektif, aman, dapat
dipakai
oleh
semua
perempuan
dalam
usia
reproduksi, kembalinya kesuburan lebih lambat rata
– rata 4 bulan, cocok untuk masa laktasi karena
tidak menekan produksi asi. (Dyah Noviawati,dkk.
2011. h;123)
Mekanisme kerja kontrasepsi suntik :
(a). Menekan ovulasi
(b). Menghambat transportasi gamet oleh tuba
(c). Mempertebal lendir mukus serviks
(d). Mengganggu
pertumbuhan
endometrium,
sehingga menyulitkan proses implantasi. (Sri
Handayani, 2010; h. 106)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
c) Implan
Salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang
terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon,
dipasang pada lengan atas. (Sri Handayani, 2010; h. 116)
Keuntungan
penggunaan
KB
susuk
atau
implan
:
(Manuaba, 2010; h. 603)
(1). Dipasang selama 5 tahun.
(2). Kotrol medis singkat.
(3). Dapat dilayani didaerah pedesaan.
(4). Penyulit medis tidak terlalu tinggi.
(5). Biaya murah.
Kerugian penggunaan metode KB susuk atau implan :
(Manuaba, 2010; h. 603)
(1). Menimbulkan
gangguan
menstruasi,
yaitu
tidak
mendapat menstruasi dan terjadi perdarahan yang
tidak teratur
(2). Berat badan bertambah.
(3). Menimbulkan akne, ketegangan payudara.
(4). Liang senggama terasa kering.
Yang boleh menggunakan Implan
(1). Usia reproduksi
(2). Telah memiliki anak ataupun yang belum
(3). Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas
tinggi, dan mencegah kehamilan jangka panjang
(4). Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
(5). Pascapersalinan dan tidak menyusui
(6). Pasca keguguran
(7). Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak steril
(8). Riwayat kehamilan ektopik
(9). Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah
pembekuan darah, atau anemia bulan sabit.
Tidak boleh menggunakan kontrasepi hormonal yang
mengandung estrogen
Sering lupa minum pil (Saifudin. 2006. h; MK-55)
Yang tidak boleh menggunakan Implan
(a). Hamil atau diduga hamil
(b). Perdarahan
pervaginam
yang
belum
jelas
penyebabnya
(c). Benjolan/kanker
payudara
atau
riwayat
kanker
payudara
(d). Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang
terjadi
(e). Miom uterus dan kanker payudara
(f). Gangguan toleransi glukosa (Saifudin. 2006. h; MK-55)
Efek samping implan
(a). Amenore atau tidak haid
(b). Perdarahan bercak
(c). Ekspulsi
(d). Infeksi pada daerah insersi
(e). Berat badan naik/turun. (Saifudin. 2006. h; MK-58-59)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
2) Intra uterin Devices
Alat kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian
rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif fungsi
kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha
kontrasepsi, menghalangi fertilitas, dan menyulitkan telur
berimplantasi dalam uterus
Jenis-jenis IUD :
a) IUD non-hormonal
Menurut bentuknya IUD dibedakan menjadi 2 :
(1) Bentuk terbuka
Misalnya : LippesLoop, CUT, Cu-7.Marguiles, Spring
Coil, Multiload, Nova-T
(2) Bentuk tertutup
Misalnya : Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring
Menurut tambahan atau metal
(1) Medicated IUD
Misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220
(daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu
T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja
5 tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun)
(2) Un Medicated IUD
Misalnya : LippesLoop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.
b) IUD yang mengandung hormonal
(1) Progertasert-T = Alza T
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
(a) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan lebar 2
lembar benang ekor warna hitam.
(b) Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat,
melepaskan 65 mcg progesteron per hari.
(c) Tabung insersinya berbentuk lengkung.
(d) Daya kerja : 18 bulan.
(e) Teknik insersi:plunging (modified withdrawal)
(2) LNG-20
(a) Mengandung 46-60 mg Levonogastrel dengan
pelepasan 20 mcg perhari.
(b) Angka kegagalan/ kehamilan terendah yaitu 0,5 per
100 wanita per tahun.
(c) Penghentian pemakaian oleh karena persoalanpersoalan perdarahan lebih tinggi dibandingkan
dengan IUD lainnya, karena 25% mengalami
amenore atau perdarahan haid yang sangat sedikit.
e
Waktu yang Tepat Memakai KB (manuaba, 2010; h. 592)
Postpartum
Postmentrual regulation
Pasca-abortus
Saat menstruasi
Masa interval
Post-koitus
KB suntik
Norplant (KB susuk)/implanon
AKDR
Kontap
Metode sederhana
KB suntik
KB susuk/implan
AKDR
Kontap
Metode sederhana
KB suntik
KB susuk/ implan
AKDR
Metode sederhana
KB darurat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
B. Aspek Hukum
1. Standar Kompetensi Bidan
a. Area kompetensi 1 : Etik Legal dan Keselamatan Pasien
Kompetensi Inti :
Berperilaku profesional, memiliki etika dan bermoral terhadap
issue etik maupun aspek legal dalam praktik kebidanan yang
berorientasi pada keselamatan ibu, bayi & anak termasuk perempuan
dalam konteks keluarga dan masyarakat.
b. Area kompetensi 2 : Komunikasi efektif
Kompetensi inti :
Mampu berkomunikasi efektif secara verbal dan non verbal dengan
pasien/ perempuan,
keluarganya, masyarakat,
sesama
profesi,
antar profesi kesehatan, dan stakeholder.
c. Area kompetensi 3 : Pengembangan diri dan profesionalisme
Kompetensi inti :
Mampu mengembangkan diri dengan mengikuti perkembangan
ilmu dan teknologi terkini, menyadari keterbatasan diri berkaitan
dengan
praktik kebidanan serta menjunjung tinggi komitmen
terhadap profesi bidan.
d. Kompetensi 4: Landasan ilmiah praktek kebidanan
Kompetensi Inti :
Bidan memiliki pengetahuan tentang ilmu kebidanan, neonatologi,
ilmu-ilmu sosial, ilmu kesehatan masyarakat, etika,
budaya,
dan
asuhan yang tepat untuk ibu, bayi & anak termasuk perempuan,
dalam konteks keluarga dan masyarakat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
e. Area kompetensi 5 : Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan
Kompetensi Inti :
Bidan
memiliki
keterampilan
kebidanan/midwifery
dan
ilmu
dalam
lain
mengaplikasikan
yang
menunjang
memberikan asuhan kebidanan yang tepat kepada
ilmu
dalam
perempuan
sepanjang siklus reproduksinya, bayi, balita, anak usia prasekolah
dengan melibatkan keluarga dan masyarakat
f.
Area kompetensi 6: Promosi kesehatan dan konseling
Kompetensi Inti :
Mampu melakukan promosi kesehatan dan konseling mengenai
kesehatan masyarakat pada umumnya, dan kesehatan perempuan
sesuai dengan tahap perkembangan siklus reproduksinya
g. Area kompetensi 7: Manajemen, kepemimpinan dan kewirausahaan
Kompetensi Inti:
Mampu
merencanakan
tanggung jawabnya,
dan
dan
mengelola
sumber
mengevaluasi
daya dibawah
secara komprehensif
sumber daya di wilayah kerjanya dengan memanfaatkan IPTEK
untuk
menghasilkan
langkah-langkah strategis pengembangan
profesi dan organisasi.
2. Standar kompetensi Diploma III Kebidanan
a. Area Kompetensi 1: Etik legal dan keselamatan pasien
Kompetensi Inti:
Berperilaku profesional, memiliki etika dan bermoral dalam
melaksanakan praktik
kebidanan
yang
berorientasi
pada
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
keselamatan ibu, bayi & anak termasuk perempuan dalam
konteks
keluarga
dan
masyarakat
dengan memperhatikan
aspek legal.
b. Area Kompetensi 2: Komunikasi efektif
Kompetensi Inti :
Mampu berkomunikasi efektif secara verbal dan non verbal
dengan pasien/ perempuan, keluarganya, masyarakat, sesama
profesi, antar profesi kesehatan, dan stakeholder.
c. Area Kompetensi 3: Pengembangan diri dan profesionalisme
Kompetensi inti :
Mampu mengembangkan diri dengan mengikuti perkembangan
ilmu
dan teknologi
berkaitan
dengan
terkini,
menyadari
keterbatasan
diri
praktik kebidanan serta menjunjung tinggi
komitmen terhadap profesi bidan.
d. Area kompetensi 4
: Landasan ilmiah praktik kebidanan/
Midwifery
Kompetensi Inti :
Bidan memiliki pengetahuan tentang ilmu kebidanan/midwifery,
ilmu kesehatan anak termasuk neonatologi, ilmu-ilmu sosial,
ilmu kesehatan masyarakat, etika, budaya, dan asuhan yang
tepat
kepada
perempuan sepanjang
siklus
reproduksinya,
bayi, balita, anak usia prasekolah dengan melibatkan keluarga
dan masyarakat dalam konteks keluarga dan masyarakat.
e. Area kompetensi 5 : Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan
Kompetensi Inti:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Bidan
memiliki
keterampilan
dalam
mengaplikasikan
ilmu
kebidanan/midwifery dan ilmu lain yang menunjang dalam
memberikan asuhan kebidanan yang tepat kepada perempuan
sepanjang
siklus reproduksinya,
bayi,
balita,
anak
usia
prasekolah dengan melibatkan keluarga dan masyarakat
f.
Area kompetensi 6 : Promosi kesehatan dan konseling
Kompetensi Inti :
Mampu melakukan promosi kesehatan dan konseling mengenai
kesehatan masyarakat
perempuan
sesuai
pada
umumnya,
dan kesehatan
dengan tahap perkembangan siklus
reproduksinya.
g. Area
kompetensi
7
:
Manajemen,
kepemimpinan
dan
kewirausahaan
Kompetensi inti:
Mampu mengelola dan mengevaluasi sumber daya dibawah
tanggung jawabnya secara komprehensif dalam melaksanakan
pelayanan kebidanan/midwifery
3. Praktik Bidan
Bidan dalam praktiknya memiliki batasan atau wewenang yang diatur
dalam Keputusan Mentreri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
900/MENKES/SK/VII/2002 pada Bab V
BAB V
PRAKTIK BIDAN
Pasal 14
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
a. pelayanan kebidanan;
b. pelayanan keluarga berencana;
c. pelayanan kesehatan masyarakat.
Pasal 15
1) Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a
ditujukan kepada ibu dan anak.
2) Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa
kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui dan masa antara
(periode interval).
3) Pelayanan kebidanan kepada anak diberikan pada masa bayi baru
lahir, masa bayi, masa anak balita dan masa pra sekolah.
Pasal 16
1) Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi :
a
penyuluhan dan konseling;
b
pemeriksaan fisik;
c
pelayanan antenatal pada kehamilan normal;
d
pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu
hamil dengan abortus iminens,hiperemesis gravidarum
tingkat I, preeklamsi ringan dan anemi ringan;
e
pertolongan persalinan normal;
f
pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup letak
sungsang, partus macet kepala didasar panggul, ketuban
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan post partum,
laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri primer,
post term dan pre term;
g
pelayanan ibu nifas normal;
h
pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio
plasenta, renjatan dan infeksi ringan;
i
pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang
meliputi
keputihan,
perdarahan
tidak
teratur
dan
penundaan haid.
2) Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi :
a
pemeriksaan bayi baru lahir;
b
perawatan tali pusat;
c
perawatan bayi;
d
resusitasi pada bayi baru lahir;
e
pemantauan tumbuh kembang anak;
f
pemberian imunisasi;
g
pemberian penyuluhan.
Pasal 17
Dalam keadaan tidak terdapat dokter yang berwenang pada
wilayah tersebut, bidan dapat memberikan pelayanan pengobatan
pada penyakit ringan bagi ibu dan anak sesuai dengan
kemampuannya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Pasal 18
Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 berwenang untuk :
a
memberikan imunisasi;
b
memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan
dan nifas;
c
mengeluarkan placenta secara manual;
d
bimbingan senam hamil;
e
pengeluaran sisa jaringan konsepsi;
f
episiotomi;
g
penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat
II;
h
amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm;
i
pemberian infus;
j
pemberian suntikan intramuskuler uterotonika, antibiotika dan
sedativa;
k
kompresi bimanual;
l
versi ekstraksi gemelli pada kelahiran bayi kedua dan
seterusnya;
m vacum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul;
n
pengendalian anemi;
o
meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan air susu ibu;
p
resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia;
q
penanganan hipotermi;
r
pemberian minum dengan sonde /pipet;
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
s
pemberian obat-obat terbatas, melalui lembaran permintaan
obat sesuai dengan Formulir VI terlampir;
t
pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian.
Pasal 19
Bidan
dalam
memberikan
pelayanan
keluarga
berencana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 14
huruf b, berwenang untuk :
a
memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan dan
alat kontrasepsi dalam rahim, alat kontrasepsi bawah kulit
dan kondom;
b
memberikan
penyuluhan/konseling
pemakaian
kontrasepsi;
c
melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim;
d
melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa
penyulit;
e
memberikan
konseling
untuk
pelayanan
kebidanan,
keluarga berencana dan kesehatan masyarakat.
Pasal 20
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam pasal
14 huruf c, berwenang untuk :
a
pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu
dan anak;
b
memantau tumbuh kembang anak;
c
melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
d
melaksanakan
deteksi
dini,
melaksanakan
pertolongan
pertama, merujuk dan memberikan penyuluhan Infeksi
Menular
Seksual
(IMS),
penyalahgunaan
Narkotika
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit
lainnya.
Pasal 21
(1). Dalam
keadaan
pelayanan
darurat
kebidanan
bidan
selain
berwenang
kewenangan
melakukan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14.
(2). Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan
untuk penyelamatan jiwa.
Pasal 22
Bidan dalam menjalankan praktik perorangan harus memenuhi
persyaratan yang meliputi tempat dan ruangan praktik, tempat
tidur, peralatan, obat-obatan dan kelengkapan administrasi.
Pasal 23
(1). Bidan dalam menjalankan praktik perorangan sekurangkurangnya
harus
memiliki
peralatan
dan
kelengkapan
administratif sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
Keputusan ini.
(2). Obat-obatan yang dapat digunakan dalam melakukan praktik
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Keputusan ini.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Pasal 24
Bidan dalam menjalankan praktik harus membantu program
pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
khususnya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana.
Pasal 25
(1). Bidan dalam menjalankan praktik harus sesuai dengan
kewenangan yang diberikan, berdasarkan pendidikan dan
pengalaman serta dalam memberikan pelayanan berdasarkan
standar profesi.
(2). Di samping ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bidan
dalam
melaksanakan
praktik
sesuai
dengan
kewenangannya harus :
a
menghormati hak pasien;
b
merujuk kasus yang tidak dapat ditangani;
c
menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku;
d
memberikan informasi tentang pelayanan yang akan
diberikan;
e
meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
f
melakukan catatan medik (medical record) dengan baik.
Pasal 26
Petunjuk pelaksanaan praktik bidan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III Keputusan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
C. Tinjauan Asuhan Kebidanan
1. Teori Asuhan Kebidanan
Pengkajian
Data Subjektif
1. Biodata
a. Nama
Identitas dimulai dengan Nama pasien, yang harus lengkap: Nama
depan, Nama tengah (bila ada), Nama keluarga dan Nama
panggilan akrab. (Matondang, 2009; h.4)
b. Umur
Penting dikaji karena salah satu hal yang dapat mempengaruhi
kondisi ibu. USIA ibu kurang dari 19 tahun dan USIA ibu lebih dari
35 tahun termasuk resiko tinggi dalam kehamilan (Manuaba,
2010; h.243)
c. Pendidikan
Perlu dikaji untuk mengetahui tingkat pendidikan pasien dan
memudahkan
dalam
pemberian
informasi
dan
pedekatan
selanjutnya yang berhubungan dengan kehamilan.
d. Pekerjaan
Perlu dikaji karena ibu yang bekerja cenderung lelah fisik atau
stress, sehingga berpotensi mengalami persalinan preterm.
(Cuningham GF, et al 2006 h.771).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
e. Suku bangsa
Perlu dikaji karena prilaku seseorang tentang kesehatan dan
penyakit
sering
berhubungan
dengan
agama
dan
suku
bangsa.(Matondang, 2009; h.6)
f.
Agama
Kepercayaan dan tradisi dapat menghambat perilaku hidup sehat.
(Matondang, 2009; h.6)
g. Alamat
Perlu dikaji untuk mengetahui tentang keadaan dan kondisi tempat
tinggalnya. (Varney, 2006; h.11)
2. Alasan Datang
Perlu dikaji untuk mengetahui alasan datang ke petugas kesehatan,
(Davey, 2005 h.5)
3. Keluhan Utama
Perlu dikaji merupakan dasar utama untuk memulai evaluasi masalah
pasien. (Wlliams, 2005 h.23)
a. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Data yang perlu dikaji adalah penyakit yang pernah di derita
baik itu pada masa kanak-kanak dan masa dewasa, penyakit
Spesifik seperti diabetes mellitus, penyakit jantung dan
penyakit
menular
HIV/AIDS,
tuberkolosis.
Yang
dapat
berakibat terjadinya resiko tinggi pada kehamilan. (Varney, et
al 2006 h.32)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
2) Riwayat Kesehatan sekarang
Data yang perlu dikaji ibu mempunyai penyakit
3) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan anggota keluarga yang mempunyai
hubungan darah. Yaitu penyakit sistemik yang terdiri dari
penyakit
jantung,
diabetes
mellitus,
hipertensi.
Karena
penyakit-penyakit tersebut merupakan terjadinya resiko tinggi
pada kehamilan.
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Haid
Perlu dikaji untuk mengetahui tentang usia saat menarche,
frekuensi, lamanya, sifat darah yang keluar, dismenorhe, HPHT
dan HPL (Varney, 2006; h.33) Umur kehamilan dapat diketahui
berdasarkan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) dan HPL
digunakan untuk mengetahui perkiraan persalinan (Varney, 2006;
h.790)
b. RiwayatKehamilan,persalinan, nifas yang lalu
Perlu dikaji untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu selama
hamil, ada atau tidaknya penyakit, upaya mengatasi penyakit
tersebut.
Pada
persalinan
penyulit
dalam
persalinan,
caramelahirkan, siapa yang menolong dalam persalinan. Dan
penyulit-penyulit dalam nifas. (Matondang, 2009; h.13)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
c. Riwayat Kehamilan sekarang
Perlu
dikaji
untuk
mendeteksi
komplikasi,
beberapa
ketidaknyamanan dan keluhan yang dialami pasien. (Varney, 2006
h.525)
9. Riwayat Perkawinan
10. Riwayat KB
Perlu dikaji karena kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi penetapan
tanggal perkiraan kelahiran EDD (Estimated date of delivery). (Wheleer,
2010; h.37)
11. Pola Kebutuhan Sehari- hari
a. Nutrisi
Untuk mengetahui pola makan dan minum selama hamil dan
makanan apasaja yang dikonsumsi. Pada dasarnya dianjurkan mkan
empat sehat Lima sempurna. Nilai gizi dapat ditentukan dengan
bertambahnya berat badan 6,5 sampai 15 kg selam hamil. Karena
bertambahnya berat badan terlalu besar dan kurang Akan berakibat
terjadinya penyulit pada kehamilan. (Manuaba, 2010; h 117)
b. Eliminasi
Untuk mengetahui kebiasaan buang air kecil maupun buang air besar,
Pada ibu hamil TM I dan TM III Akan terjadi sering kencing (Nekturia)
karena semakin membesarnya uterus sehingga menekan kandung
kemih.(Varney, 2006 h.538)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
c. Istirahat
Perlu dikaji jadwal tidur dan istirahat, Karena istirahat dan tidur teratur
dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan
perkembangan dan pertumbuhan janin. (Manuaba, 2010; h.122)
d. Pola Aktifitas
Perlu dikaji, Karena semakin tua kehamilan aktifitas bekerja harus
makin
dikurangi
dan
bekerjalah
sesuai
dengan
kemampuan.
(Manuaba, 2010; h.117).
e. Olahraga saat hamil dianjurkan adalah jalan-jalan waktu pagi hari
untuk ketenangan dan mendapatkan udara Segar (Manuaba 2010;
h.120)
f.
Personal Hygiene
Perlu Dikaji untuk menegtahui apakah ibu menjaga Personal hygiene
atau tidak, sehingga dapat mempengaruhi kesehatan ibu. (Varney
2006; h.646)
Perlu pengawasan gigi saat hamil, karena sering terjadi karies gigi
yang berkaitan dengan emesis-hiperemesis gravidarum, hopersalivasi
dapat menimbulkan timbunan kalsium di sekitar gigi. (Manuaba 2010;
h.122)
g. Hubungan seksual
Perlu dikaji, Hamil bukan halangan untuk melakukan hubungan
seksual.Hubungan seksual disarankan untuk dihentikan apabila ada
indikasi. (Manuaba 2010; h.120)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Data Objektif
Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum
Keadaan umum pasien dapat diketahui dengan Cara kesan keadaan
sakit, posisi pasien, kesadaran dan kesan status gizi. (Matondang,
2009; h.22)
2. Tingkat Kesadaran
Menilai kesdaran ibu yaitu dengan melihat
Composmentis :
Sadar penuh
Apatis
:
Acuh tak acuh
Salmnolen
:
Selalu ingin tidur, mengantuk tetapi dapat
mengikuti perintah sederhana ketika
dirangsang.
Delirium
: Kesadaran
menurun
serta
kacau
motoric,
berontak, teriak.
Sopor
:
Semikomatosa :
Sangat sulit untuk dibangunkan, tidak konsisiten
Reaksi terhadap nyeri saja, tidak
mengikuti perintah atau tidak berbicara koheren
Koma
:
Kesadaran hilang dan tidak
berespon pada setiap stimulus (Matondang
2009; h.33)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
3. Tanda-tanda Vital
a
Tekanan Darah
Tekanan Darah pada ibu hamil Akan menurun selama 24 minggu
pertama kehamilan akibat terjadi penurunan dalam perifer
vaskuler resistence yang di sebabkan oleh peregangan otot halus
oleh progesterone. Tekanan sistolik akan turun sekitar 5-10 mmHg
dan diastolic pada 10-15 mmHg.(Kusmiyati et al, 2009; h 60).
Pada
kehamilan
normal
tekanan
darah
dibawah
140/90
mmHg.(Prawirohardjo, 2009 h.94)
b
Berat Badan
Untuk mengetahui penambahan berat badan ibu. Pada wanita
hamil normalnya 6,5 kg sampai 15 kg (Manuaba,2010; h.117)
c
Tinggi Badan
Untuk Mengetahui tinggi badan pasien normal atau tidak,
normalnya lebih dri 145 cm. Apabila ibu mempunyai tinggi badan
kurang dari 145 cm dapat dicurigai ibu memiliki panggul sempit
(Manuaba,2008; h.30)
d
LILA
Ukuran normalnya adalah 23,5 cm atau lebih, perlu ditanyakan
untuk mengetahui status gizi ibu. Apabila ibu mempunyai LILA
kurang dari 23,5 cm maka dapat dicurigai bahwa ibu mengalami
kekurangan energy kronik. (Matondang 2009; h.33)
e
Status Present
1) Bentuk kepala
: Untuk mengetahui bentuk kepala ibu
mesochepal
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
: Pada ibu hamil biasanya akan muncul
2) Muka
cloasma gravidarum (Sarwono 2008; h 179)
3) Mata
: Untuk mengetahui keadaan sclera normal
atau tidak dan keadaan mata normal.
4) Hidung
: Untuk mengetahui keadaan dan bentuk
hidung.
5) Mulut
: Melihat keadaan bibir, gigi dan gusi, lidah.
Selama hamil sering terjadi karies berkaitan dengan emesishipergravidarum, hipersalivasi dapat menimbulkan timbunan
kalsium disekitar gigi. (Manuaba 2010; h.122)
6) Telinga
: Untuk mengetahui keadaan telinga luar,
saluran telinga, gendang telinga, dan pendengaran, pada ibu
hamil TM III
7) Leher
: Untuk mengetahui adan pembesaran
kelenjar thyroid atau tidak,
8) Payudara
dan
tegang
: Pada kehamilan payudara akan membesar
dan
tampak
lebih
kehitaman,
areola
hiperpigmentasi, glandula montgomeri tampak lebih jelas,
putting susu menonjol.(Kusmiyati et al, 2009; h.57)
9) Abdomen
: Untuk mengetahui ada strie gravidarum
dan linea nigra. Melihat bentuk uterus apakah sesuai dengan
usia kehamilan.Serta menentukan TFU pada ibu hamil TM III.
(Kusmiyati et al, 2009; h.67)
10) Genetalia
: Melihat bentuk, warna, pembengkakan,
luka, varises, pengeluaran cairan (warna, konsistensi, jumlah).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Pada kehamilan TM III keadaan genetalia normal. (Kusmiyati
et al, 2009; h.57)
11) Ekstermitas
:
Atas
: Untuk melihat adanya oedem pada jari.
Bawah
: Untukmelihat adanya oedem pada pergelangan
kaki, refleks tendon dalam kuadrisep (kedutan lutut), Varises
dan tanda homans jika ada indikasi. (Varney, 2006; h.530)
f
Status Obstetri
Proses
observasi
untuk
mengetahui
bagian
tubuh
untuk
mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik yang signifikan
dan palpasi untuk menyentuh bagian tubuh untuk membuat suatu
pengukuran (Mutaqin, 2011, h; 12-14).
Observasi atau palpasi untuk merasakan gerakan janin, mengukur
TFU dan menentukan letak, presentasi, posisi. (Varney, 2006;
h.527)
1) TFU
TFU memberi manfaat untuk mengukur tinggi janin dan
memberikan informasi tentang pertumbuhan progesif janin dan
untuk mendeteksi masalah yang terkait dengan tinggi fundus
(Varney, 2006; h.527). Memperkirakan usia kehamilan dengan
menggunakan Mc.Donald (Manuaba, 2008; h.163)
2) Palpasi
Leopold I : Untuk menentukan tinggi fundus uteri, bagian
janin dalam fundus, letak kepala atau bokong dengan satu
tangan difundus dan tangan lain di atas simfisis.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Leopold II : Untuk menentukan bagian apa yang berada
disamping, punggung teraba rata seperti papan, ektermitas
teraba kecil-kecil.
Leopold III : Untuk Menentukan bagian terbawah janin apakah
sudah masuk atau masih bisa digoyang.
Leopold IV : Untuk mementukan bagian terbawah janin dan
berapa jauh janin sudah masuk pintu atas panggul. (Manuaba,
2010; h.116-117)
3) Auskultasi
Untuk mendengarkan denyut jantung janin, normalnya 120
sampai 160 detak permenit Prawirohardjo, 2009; h.95)
4) Taksiran Berat Janin
Janin aterm saat usia kehamilan 38 minggu sampai 42
mingggu dan memiliki berat janin normal sekitar 2500 sampai
3000 gram. (Manuaba, 2010; h.100). Jika berat janin kurang
dari 2500 termasuk berat badan lahir rendah/premature
(Varney, 2006; h.523)
5) Umur Kehamilan
Untuk menentukan usia kehamilan dapat dilakukan dengan
menghitung hari pertama haid terakhir dengan rumus naegle,
menghitung dengan TFU, menghitung gerakan janin pertama
kali
dirasakan,
mendengarkan
denyut
jantung
janin,
memperhitungkaan masuknya kepala ke pintu atas panggul
dan mempergunakan USG.(Manuaba, 2010; h.128)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
g
Pemeriksaan Penunjang
1) Darah Hb
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama
kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan
pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami
anemia. Hasil pemeriksaan darah dengan Hb sahli dapat
digolongkan sebagai berikut:
Hasil Pemeriksaan Hb Sahli
Hb 11 gr %
tidak anemia
9- 10 gr % anemia ringan
7- 8 gr % anemia sedang
<7 gr %
anemia berat
Manuaba, 2010; h.239
2) Pemeriksaan Urine
Untuk mengetahui kandungan protein atau glukosa di
dalamnya (Varney, 2006; h.531). Pada pemeriksaan urin
menggunakan reagen dipstick jika ditemukan hasil positif
maka
itu
menandakan
terjadi
pre
eklmapsi
sedangka
pemeriksaan glukosa di lakukan untuk mendiagnosa adanya
diabetes pada kehammilan. (Walsh et al, 2007; h.133)
3) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG merupakan suatu metode diagnostic
dengan
menggunakan
mempelajari
fungsi
dan
gelombang
morfologi
ultrasonic
suatu
organ.
untuk
Pada
kehamilan TM I digunakan untuk penentuan adanya kehamilan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
intrauterine,
penentuan
adanya
denyut
jantung
janin,
pepentuan usai kehamilan, penentuan kehamilan kembar,
terduga kehamilan mola. Pemeriksaan USG pada TM II dan
TM III yaitu untuk Penentuan usia kehamilan,evaluasi
pertumbuhan janin dan kesejahteraasn janin, terduga kelainan
volume
cairan
amnion,
ketuban
pecah
dini
atua
persalinanpreterm, terduga solusio plasenta atau plasenta
previa. Pemeriksaan USG diagnostic Cara scanning bersifat
aman dan noninvasive. Sejauh ini tidka ada kontraindikasi
untuk pemeriksaan USG dalam kehamilan.Prawirohardjo,
2009; h.252)
Assesment
Diagnosa kebidanan dari data dasar hasil analisis dan interpretasi
dari data subjektif dan objektif yang akan diproses menjadi masalah
atau diagnosis.(Varney 2006; h.27)
NY_G_P_A
umur_tahun,
hamil_minggu
janin
tunggal
hidup
intrauterine letak memanjang dalam kehamilan cukup bulan.
1. Masalah
2. Diagnosa Potensial
Untuk mengetahui komplikasi yang dapat di alai seorang
wanita hamil TM II yaitu terjdai persalinan preterm, kehamilan
ganda, perdarahan pervaginam, perdarahan solutis plasenta,
kehamilan dengan ketubanpecah dini, kehamilan dengan
preklampsi-eklampsi.(Manuaba, 2009; h 93-108)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
3. Identifikasi Kebutuhna Akan Tindakan Segera Atau Kolaborasi
dan Konsultasi. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera
oleh bidan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan dokter sesuai dengan kondisi klien. (Varney, 2006;
h.27)
Planning
Menurut Varney (2006; h.531) pengembangan rencana asuhan yang
komprehensif pada ibu hamil mencakup komponen berikut:
1. Penentuan kebutuhan untuk melakukan tes laboratorium atau
tes penunjang lain untuk menyingkirkan, atau membedakan
antara berbagai komplikasi yang mungkin timbul.
2. Penentuan kebutuhan untuk melakukan konsultasi dengan
dokter.
3. Menentukan tindakan intruksional untuk memenuhi kebutuhan
pembelajaran.
4. Penentuan kebutuhan untuk mengatasi ketidaknyamanan
atau upaya terapi lain.
5. Penentuan kebutuhan pengobatan.
6. Penentuan untuk melakukan konseling
7. Penentuan tindakan intruksional untuk memenuhi kebutuhan
pembelajaran.
8. Penjadwalan kunjungan ulang berikutnya.
Implementasi
Menurut Varney (2006; h.513) Langkah-langkah penatalaksanaan
bergantung pada data dasar yang di peroleh dan assessment. Pada
proses penatalaksanaan mencakup hal-hal berikut:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
1. Menentukan normal tidaknya kondisi kehamilan dari data
yang diperoleh.
2. Membedakan antara ketidaknyamanan yang umum dialami
pada saat hamil dan komplikasi yang mungkin terjadi.
3. Mengidentifikasi tanda dan gejala penyimpangan yang
mungkin dari kondisi normal atau komplikasi.
Evaluasi
Evaluasi merupakan proses tahap akhir dari rangkaian proses
asuhan kebidanan Menurut Varney. Pada langkakh ini untuk
memeriksa apakah rencana asuhan yang dilakukan benar-benar
mencapai tujuan. Yaitu memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang
diidentifikasi pada diagnosis. (Varney, 2006; h.27)
2. Tinjauan Varney
Langkah –langkah manajemen kebidanan
a. Pengumpulan Data
Yaitu pengumpulan suatu data dasar lengkap untuk evaluasi pasien.
Data dasar meliputi sejarah, fisik dan pungujian, tinjauan ulang atau
arsip rumah sakit, tinjauan ulang data laboratorium dan laporan studi
tambahan dalam jangka pendek, semua informasi bersangkutan dari
semua sumber yang berhubungan erat dengan kondisi pasien.
b. Interpretasi data
Yaitu peningkatan dari data dasar yang berupa penafsiran data ke
dalam permasalahan atau diagnose spesifik yang sudah diidentifikasi
oleh bidan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
c. Diagnosa Kebidanan
Dirumuskan berdasarkan analisa data yang telah dikumpulkan dan
dibuat sesuai dengan kesenjangan yang dihadapi oleh pasien atau
keadaan psikologi yang ada pada tindakan kebidanan sesuai dengan
wewenang bidan dan kebutuhan pasien.
d. Identifikasi diagnose potensial
Identifikasi permasalahann potensial berdasarkan pada rangkaian
masalah yang sekarang untuk mengantisipasi atau pencegahan
overdistension. Antisipasi Kelanjutan proses manajeman sejak masa
kehamilan dengan melakukan pemeriksaan secara berskala sampai
pada prose persalinan.
e. Merencanakan asuhan secara menyeluruh
Suatu perkembangan berdasarkan data – data yang sudah terkumpul
dari langkah- langkah sebelumnya. Rencana yang menyeluruh harus
disepakati anatar bidan dan pasien supaya efektif sebab pasiein yang
akhirnya akan melaksanakan rencana tesebut.
f.
Implementasi
Bidan bekerja dengan dokter dan pasien untuk melaksanakan
rencana asuhan yang menyeluruh dan kolaboratif.
g. Evaluasi
Mengevaluasi tindakan asuhan secara menyeluruh sesuai dengan
yang dibutuhkan pasien. Apabila tindakan yang telah dilakukan
dianggap tidak efektif, maka dilakukan penyesuaian rencana asuhan
sel
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
3. Dokumentasi SOAPI
Metode SOAP terdiri dari S adalah Subjektif, O adalah data Objektif, A
adalah Analyisis/Assesment dan P adalah planning. Merupakan catatan
yang bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsip dari metode
SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen
kebidanan.
(Muslihatun.dkk.2009.)
1. S (Data Subjektif)
Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen varney langkah pertama (pengkajian data), teutama
data
yang
diperoleh
melalui
anamnesis.
Data
subjektif
ini
berhubungan dnegan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi
yang dikhawatirkan dan keluhan klien. Sehingga akan menguatkan
diagnosis yang akan disusun.
2. O (Data Objektif)
Data
Objektif
(O)
merupakan
pendokumentasian
manajemen
kebidanan menurut Helen varney pertama (pengkajian data),
terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan
daignostik lain. Data ini memberikan bukti gejala klinis pasien dan
fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
3. A (Assesment)
A (Analysis/ Assessment), merupakan pendokumentasian hasil
analisis
dan
interpretasi
dari
data
subjektif
dan
objektif.
Pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen varney
langkah kedua, ketiga dan ke empat sehingga mencakup hal- hal
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
berikut; diagnose masalah kebidanan, diagnosis/ masalah potensial
serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk
antisipasi diagnosis/ masalah potensial dan kebutuhan tindakan
segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan yang meliputi:
tindakan mandiri, tindakan kolaborasi, dan tindakan merujuk.
4. P(Planning)
Planning / perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat itu
juga dan yang akan datang. Rencana asuhan yang disusun
bedasarkan hasil analisis dan interpertasi data, Yang bertujuan untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan
pendokumentasian
kesejahteraannya.
manajemen
P
dalam
kebidanan
SOAP
menurut
meliputi
kebidanan
menurut Helen varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.
Pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai
dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien.
Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali bila
tindakan tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan
pasien. Dalam planning mencantumkan evaluasi, yaitu menilai
efektivitas asuhan/ hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi
analisis hasil yang telah dicapai. Proses evaluasi menjadi dasar untuk
mengembangkan tindakan alternative sehingga tercapai tujuan yang
diharapkan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Hilda Andriani, Kebidanan DIII UMP, 2014
Download