JURNAL KONSTRUKSI REALITAS POLITIK DALAM PEMBERITAAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2014 (Analisis Framing Pemberitaan Pemilihan Umu Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Tahun 2014 di Harian Umum Kompas dan Republika Periode 10 Juni – 22 Agustus 2014) Oleh: TIANA CAHYA WARDHANI D0210115 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 KONSTRUKSI REALITAS POLITIK DALAM PEMBERITAAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2014 (Analisis Framing Pemberitaan Pemilihan Umu Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Tahun 2014 di Harian Umum Kompas dan Republika Periode 10 Juni – 22 Agustus 2014) Tiana Cahya Wardhani WidodoMuktiyo Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract In the presidential election, press has a function to give information about both candidates. Therefore, Press must be neutral and objective in covering the election news. News that was published by press are the results of the reality construction aboutn an event or issue that carried out by press.News is also influenced by the editorial policy, ideology of press company, and subjectivity of journalist, so news that released may contain some certain purposes, and it is called media news framing.Through this paper, the author aims to know how Kompas and Republika daily news framing the presidential election news. author will use Zhongdang Pan & Kosicki analysis framing, by analyzing 5 elements, there are syntax, script, thematic, and rethorical in the presidential leection news from both dailies news. the results obtained that Kompas almost always tend to writes the possitiveness about Jokowi and neve writes about his weakness or deficiencies. In contrast, Kompas agresively make a spot and highlighting about Prabowo weakness and deficiencies, especially they concerning about the case of May 1998 riots. And the other daily news, Republika writes about strength and weakness of both candidates, and critizesing about them sharply. So the conclusion of this thesis, author find out that through their news, Kompas more favorable to Jokowi-JK, and Republika more neutral and not by sides of any candidates. Keywords: Communications, mass media, framing analysis Pendahuluan Media massa disebut sebagai pilar keempat demokrasi dimana pers atau media massa pada umumnya sangat menentukan dalam memelihara kehidupan demokrasi. Namun sayang sekali teori muluk dan ideal tentang peran media massa sebagai pilar keempat demokrasi semakin mengalami erosi. Akhrinya di Amerika sendiri, media massa utama yang membentuk opini publik telah menjadi alat kepentingan korporasi. Pengamat politik komunikasi Universitas Mercu Buana, Heri Budianto menilai saat ini sudah banyak kecenderungan tidak netral menyusul pemilik tempatnya bekerja sudah berafilisiasi dengan partai politik peserta pemilu 2014. Tak heran kebijakan redaksionalnya cenderung memihak. Independensi dan netralitas media juga mendapat sorotan Ketua Presidium Indonesia Police Watc (IPW), Neta S Pane. Ia mengatakan media justru bisa jadi ancaman nyata pemilu. Sebut saja, partai yang dimasuki pemilik media kalah, besar tak menutup potensi merecoki perolehan suara lewat medianya (www.tribunnews.com). Media mempunyai peranan penting dalam memaparkan pemberitaan mengenai sosok calon presiden dan calon wakil presiden yang akan maju pada pemilu 2014 ini. Media massa memang sangat berguna untuk masyarakat bisa menilai secara langsung tokoh politik melalui pemberitaannya. Media menyampaikan berita mengenai sosok pribadi calon presiden dan calon wakil presiden, kegiatan kampanye, visi dan misi, dan lain sebagainya. “All processes of information (including facts, opinions, beliefs, etc.) transmission, exchange and search engaged in by participants in the course of intitutionalized political activities”(Pawito, 2009:2). Perumusan Masalah 1. Bagaimana Harian Umum KOMPAS dan REPUBLIKA mengkonstruksi realitas berita mengenai Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden dalam pemilihan presiden 2014? 2. Bagaimana sikap jurnalisme politik Harian Umum KOMPAS dan REPULIKA terhadap pemberitaan tentang peristiwa politik tersebut bila dilihat dari proses peliputan atau pencarian berita seputar agenda Pilpres 2014? Tinjauan Pustaka A. Komunikasi Menurut Fiske, studi komunikasi bukan semata proses penyampaian pesan dari komunkator kepada komunikan semata, tetapi juga komunikasi sebagai proses dan pertukaran makna (Junaedi, 2007: 53). Hal ini tercermin dalam kegiatan jurnalistik dimana komunikator (praktisi media) mempunyai informasi atau makna yang ingin disampaikan melalui produk jurnalistiknya (berita) kepada khalayak. Makna itu dibentuk melalui berita dengan penggunaan bahasa, istilah, maupun porsi dan nada berita yang ditampilkan oleh praktisi media tersebut. B. Komunikasi Massa Frasa “komunikasi massa” kita adopsi dari istilah bahasa Inggris “mass communication” atau komunikasi media massa (mass media communication), yang berarti komunikasi dengan menggunakan media massa atau “mass mediated”, komunikator tak dapat bertatap langsung dengan khalayak (Mursito, 2006: 2). Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa komunikasi massa hanya bisa dilakukan melalui media massa. Media merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator pada komunikan. Sementara massa mengacu pada khalayak ramai (Cangara, 2008: 123). Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secaraserempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. C. Pers dan Media Massa Onong Uchjana membagi pers dalam dua pengertian, yaitu Pers dalam arti luas, meliputi segala penerbitan termasuk media massa elektronik, radio siaran, dan televisi siaran. Sedangkan Pers dalam pengertian sempit terbatas pada media massa cetak, yakni surat kabar, majalah, buletin kantor berita (Effendy, 2006: 145). Salah satu fungsi pers adalah to influence (fungsi mempengaruhi atau membentuk opini publik). Fungsi itu dijalankan oleh tajuk, komentar, pojok, tinjauan, ulasan, dialog, dan sebagainya. Khusus untuk berita, fungsi yang diperankan adalah penyampaian informasi dalam arti penyampaian fakta. Karenanya, selain memegang teguh fungsi ini, para wartawan harus berpikir jernih dan mengikis the muddy thinking (pikiran berlumpur); lumpur berbagai kepentingan sehingga karyakaryanya keruh dan mengundang masalah (Pareno, 2003: 15). Media massa mampu memberntuk citra masing-masing kandidat dan memiliki pertan memutuskan siapa yang akan menjadi calon dalam pemilu karena media mampu membawa para calon kesetiap rumah para pemilih (Cangara, 2009: 383-384). D. Berita Mitchel V. Charnley mendefinisikan berita sebagai the timely report of fact or opinion, that hold internal or importance, or both for a considerable number of people. Definisi tersebut dapat diartikan bahwa berita adalah informasi yang aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik perhatian orang (Kusumaningrat, 2006: 39). Hirarki faktor yang mempengaruhi pemberitaan model Shoemaker dan Reese (Shoemaker dan Reese, dalam Susilo, 2000: 19) a. Individual level (tingkat individual) Pengaruh yang pertama adalah individu pekerja media, jurnalis, editor, redaktur. b. Media routines level (rutinitas media) Rutinitas media juga mempengaruhi pemberitaan, antara lain adalah dengan melakukan seleksi-seleksi, keterbatasan waktu (deadline), keterbatasan tempat (space), struktur piramida terbalik pada penulisan berita, serta sumber-sumber berita. c. Organization level (pengaruh organisasi) Kebijakan organisasi akan sangat mempengaruhi pemberitaan yang dihasilkan. d. Extra media level (pengaruh dari luar organisasi) Pemberitaan juga terkadang bisa dipengaruhi oleh pihak luar, misalnya stakeholder. e. Ideological level (pengaruh ideologi) Ideologi media merupakan pengaruh yang sangat besar dalam pemberitaan sebuah media (Susilo, 2000: 19-20) E. Agenda Setting dan Framing Media Media massa mempunyai peranan untuk menentukan tingkat kepentingan berita atau isu atau yang disebut agenda media yang akan mempengaruhi tingkat kepentingan berita oleh khakayak. “Agenda setting is a process by wich the relative attention given to items or issues in news coverage influences in the rank order of public awareness of issues and atribution of significance. As an extension, effects on public policy may occur”(Mcquail, 2000:426). Mc Combs yang dikutip Griffin (2004: 396-397) menjelaskan bahwa terdapat dua level dalam agenda setting. Level pertama menjelaskan tentang penyampaian tentang objek yang dianggap penting kepada khalayak. Sedangkan level kedua menjelaskan tentang menonjolkan (salience) hal yang dianggap penting dari atribut-atribut yang ada dalam objek tersebut. level kedua ini menurut Griffin selaras dengan konsep framing. Framing adalah cara untuk memberikan penafsiran keseluruhan untuk mengisolasi fakta-fakta. Hampir tidak dapat dihindari oleh jurnalis untuk melakukan ini dan dengan demikian memisahkannya dari ‘obyektifitas’ yang murni dan memperkenalkan beberapa bias (yang tidak disengaja) (Mcquail, 2011: 125). Konsep framing berfungsi sebagai arena dimana informasi tentang suatu peristiwa di media massa diperebutkan untuk mendapat dukungan pandangan publik. Setiap media memiliki pandangan berbeda terhadap peristiwa tertentu (Sobur, 2001: 166). Pekerja media massa memiliki cara melakukan konstruksi realitas politik yang berujung pada pembentukan makna, yaitu pemilihan kata (simbol) politik, dalam melakukan pembingkaian pristiwa politik ada keterbatasan ruang dan waktu dan ditentukan pemilik kepentingan, terakhir menyediakan ruang dan waktu untuk sebuah peristiwa politik. (Sobur, 2001: 166) F. Ekonomi, Politik, Media Massa Media dalam paradigma teori kritis sendiri dapat dipahami dalam berbagai artikulasi, salah satunya media massa dipahami sebagai arena pertarungan (site of struggle) dari berbagai kepentingan dan ideologi yang hidup di masyarakat. Artikulasi sendiri bermakna sebagai pemahaman kita terhadap sebuah realitas yang berasal dari berbagai sumber (Junaedi, 2007: 31). Pendekatan dengan teori ekonomi politik media pada intinya berpijak pada pengertian ekonomi politik sebagai studi mengenai relasi sosial, khususnya yang menyangkut relasi kekuasaan, baik dalam produksi, distribusi, dan konsumsi sumber daya (resources). Dalam ekonomi politik komunikasi, sumber daya ini dapat berupa surat kabar, majalah, buku, kaset, film, internet dan sebagainya. Kajian awal di bidang ekonomi politik berfokus pada efek individual dan penelitian yang berorientasi psikologis serta sedikit perhatian diberikan pada konteks ekonomi di mana media dihasilkan, didistribusikan dan dikonsumsi. Dalam teori ekonomi-politik media, efek yang paling ditakutkan dari terjadinya konsentrasi kepemilikan media adalah terjadinya penyeragaman terhadap media (homogenisasi) dan pembatasan bagi pihak-pihak lain yang ingin terjun ke bisnis media, Croteau dan Hoynes dalam Junaedi (2007:39). G. Ideologi Media Massa Bagaimana sejarah, visi-misi, ideologi, sebuah perusahaan media sangat berpengaruh terhadap karakteristik pemberitaan yang dihasilkan oleh media tersebut. Rutinitas yang terjadi dalam ruang pemberitaan – yang mennetkan bagaimana wartawan didikter/ dikontrol untuk memberitakan peristiwa dalam perspektif tertentu. Selain praktik organisasi dan ideologi profesional tersebut, ada satu aspek lain yang sangat penting yang berhubungan dengan bagaimana peristiwa ditempatkan dalam keseluruhan produksi teks, yakni bagaimana berita itu bisa bermakna dan berarti bagi khalayak. Stuart Hall (dkk) menyebut aspek ini sebagai konstruksi berita (Eriyanto, 2009:119). Media berperan untuk mendefinisikan bagaimana realitas seharusnya dipahami, bagaimana relaitas itu dijelaskan dengan cara tertentu kepada khalayak. Fungsi pertama dalam ideologi adalah media sebagai mekanisme integrasi sosial, media disini berfungsi menjaga nilai-nilai kelompok, dan mengontrol bagaimana nilai-nilai kelompok itu dijalankan (Eriyanto, 2009: 122). H. Teori Konstruksi Realitas Sosial Teori Konstruksi sosial atas realitas (social construction of reality) diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann dalam buku The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge. Berger dan Lackmann mengatakan bahwa realitas sosial terdiri dari tiga macam, yaitu realitas subyektif, realitas obyektif, dan realitas simbolik. Realitas obyektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia obyektif yang berada di luar dari individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Relaitas simbolik merupakan ekspresi simbolik dari realitas obyektif dalam berbagai bentuk. Sementara itu realitas subyektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas obyektif dan simbolik kedalam individu melalui internalisasi (Bungin, 2001: 5). I. Konstruksi Realitas Politik Media Massa Media massa dalam mengonstruksi realitas dapat dilakukan dengan memberikan bobot (prioritas) terhadap isu-isu tertentu sambil mengabaikan yang lain (agen da setting) dan memberikan penekanan pada substansi persoalan terteentu dari isu atau peristiwa yang diberikan (framing) (Pawito, 2009: 40). Dalam proses pengonstruksian realitas politik, media massa memiliki dua kemungkinan yaitu menjadi saluran komunikasi politik yang merefleksikan peristiwa-peristiwa politik yang terjadi atau menjadi agen politik dimana jurnalisnya bertindak selaku komunikator politik dalam kategori profesional. Perbedaan peran ini berpengaruh pada citra realitas politik yang dihasilkan (Hamad, 2004: 29). J. Penelitian-penelitian terdahulu Widyastuti membuat penelitian dengan judul “konstruksi media terhadap karakteristik kepemimpiban calon presiden dan calon wakil presiden peserta pemilu 2009 yang menghasilkan fakta framing yang dilakukan baik di majalah Tempo edisi khusus pemilihan Pesiden 2009 atau pemberitaan Tempo secara keseluruhan ada kecenderungan mengusulkan pasangan SBYBoediono daripada kandidat yang lain. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya konstruksi positif yang mendukung pasangan tersebut dibanding pasangan kandidat lain. Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitataif, yakni penulis ingin mendeskripsikan bagaimana Kompas dan republika melakukan pembingkaian terhadap berita calon presiden dan calon wakil presiden pilpres 2014 dan juga mendeskripsikan mengenai sikap jurnalisme Kompas dan Republika pada peliputan berita pemilihan presiden 2014. Penulis mengumpulkan teks berita kedua kandidat, kemudian dianalisis dengan metode analisis framing Zhongdang Pan & Kosicki. Struktur yang diteliti adalah sintaksis, skrip, tematik, dan retoris dari teks berita. Media yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Kompas dan Republika dalam pemberitaan kandidat capres dan cawapres pilpres 2014 periode 10 Juni sampai 22 Agustus 2014. Untuk memfokuskan penelitian, penulis menentukan 7 tema berita yang akan di analisi, yakni debat capres-cawapres, kampanye, kasus HAM Prabowo, hasil survei, pengunduran diri Prabowo, sidang sengketa pilpres, dan peresmian Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden terpilih. Berdasar tema tersebut, penulis menemukan 15 berita dari Kompas, dan 12 berita dari Republika. Setelah dilakukan analisis teks berita, penulis melakukan wawancara terhadap awak pelaku media, redaktur dan wartawan kedua media untuk mengetahui lebih dalam pembingkaian berita yang dilakukan kedua media. Kemudidan dari hasil analisis teks Pan & Kosicki dan hasil wawancara ditarik kesimpulan tentang pembingkaian kedua media dan sikap jurnalisme kedua media tersebut. Sajian dan Analisis Data 1. Debat Capres-Cawapres a. Kompas 1) Analisis teks berita Zhongdang Pan & Kosicki Dalam berita debat capres-cawapres, Kompas lebih mengutamakan pada konten atau unsur “how” atau bagaimana jalannya debat. Kompas menyoroti visi-misi kedua capres, sesi tanya jawab, dan penilaian ahli. Tetapi dalam ketiga unsur yang dimunculkan tersebut, Kompas lebih condong utuk mnegunggulkan kekuatan Jokowi, dan sebaliknya Kompas sangat kritis terhadap kekurangan Prabowo. Hal ini jelas terlihat saat debat capres-cawapres perdana dimana Kompas menonjolkan scene tanya jawab dimana JK mlontarkan pertanyaan tendensius mengenai kasus kerusuhan Mei 1998 kepada Prabowo, selain itu tanggapan ahli yang dijadikan narasumber lebih sering memuji Jokowi daripada Prabowo. 2) Hasil wawancara awak media Kompas Debat menjadi salah satu pengaruh pembentukan opini dan menjadi sumber informasi masyarakat mengenai capres dan cawapres. Dalam pemilihan angle selalu dicari yang kuat dan menarik, salah satunya adalah mengenai kasus HAM Prabowo, karena hal itu juga sampai menjadi sorotan media asing. Pemilihan narasumber selalu dipilih yang berkompeten, jika dalam berita Jokowi selalu medapat review lebih bagus daripada Prabowo, hal itu memang apa yang dikatakan oleh ahli yang dijadikan Kompas sebagai narasumber yang memang menilai bahwa Jokowi lebih baik program atau visi-misinya dibanding Prabowo. b. Republika 1) Analisis teks berita Zhongdang Pan & Kosicki Dalam membingkai debat capres cawapres dengan menonjolkan isi dan keunggulan para kandidat, hal ini bisa dilihat dari penggunaan judul yang berbunyi REPUBLIKA mengemas berita debat capres cawapres ini dengan judul “Prabowo Tegas, Jokowi Tangkas”. Republika mengurai perbedaan visi misi dan cara penyampaian kedua kandidat, lalu kemudiam Republika menampilkan kutipan narasumber yang sama-sama menilai keunggulan atau mengkritik kekurangan kedua pasangan dalam debat. 2) Hasil wawancara awak media Republika Republika memngungkap sosok masing-masing tanpa harus menciderai atau menyakiti salah satu pihak. Republika menonjolkan keunggulan masing-masing dan tidak menjatuhkan salah satu pihak. 2. Kampanye a. Kompas 1) Analisis teks berita Zhongdang Pan & Kosicki Dalam berita Kampanye pasangan capres-cawapres, KOMPAS menonjolkan gaya berkampanye Prabowo yang lebih mengedepankan bahwa dia mendapat dukungan besar dari partai politik, sehingga KOMPAS menunjukkan kepada masyarakat melalui foto kampanye Prabowo-Hatta yang mayoritas menampilkan Prabowo berdampingan dengan petinggi-petinggi partai politik. Sedangkan untuk Jokowi-JK, KOMPAS membingkai bahwa Jokowi-JK adalah sosok yang mendapat dukungan penuh rakyat, dan mereka maju bukan karena bantuan partai politik, tetapi diusung oleh rakyat. KOMPAS hampir selalu menampilkan berita kampanye Jokowi dengan foto Jokowi berfoto dengan ribuan pendukungnya, mulai dari buruh, nelayan, dan petani. 2) Hasil wawancara awak media Kompas KOMPAS terkesan menonjolkan bahwa Jokowi mendapat dukungan yang sangat besar karena menurut KOMPAS, strategi kampanye Jokowi adalah dengan dukungan massa, sedangkan Prabowo dengan menggerakkan motor partai politik. b. Republika 1) Analisis teks berita Zhongdang Pan & Kosicki Dalam berita kampanye kedua pasangan capres-cawapres, REPUBLIKA lebih menonjolkan visi-misi serta program yang akan diusung demi pembangunan Indoensia. 2) Hasil wawancara awak media Republika REPUBLIKA lebih mngutamakan untuk mengusung kelebihan kedua pasangan kandidat, memfokuskan pada visi-misi dan gagasan kandidat mengenai suatu permasalahan. 3. Kasus HAM Prabowo a. Kompas 1) Analisis teks berita Zhongdang Pan & Kosicki Kompas menonjolkan dalam unsur sintaksis berupa headline yang berbunyi “Wiranto: Penculikan Inisiatif Prabowo Sendiri”. Selain itu Kompas juga menonjolkan unsur “how” bagaimana rekam jejak karir militer Prabowo serta bagaimana kronologi peristiwa kerusuhan Mei 1998 menurut versi Wiranto. Hasil analisis teks ini mengindikasikan bahwa Kompas membentuk sebuah bingkai fakta bahwa Prabowo memang terlibat dalam kasus kerusuhan tersebut sehingga dia diberhentikan secara tidak hormat dari TNI karena telah melanggar Sapta Marga TNI. 2) Hasil wawancara awak media Kompas Kompas meyakini fakta dimana Prabowo memang terlibat dalam kasus kerusuhan Mei 1998 berdasarkan hasil investigasi tim idependen yang dibentuk oleh Komnas HAM. oleh karena itu Kompas mengutip berita konferensi pers Wiranto yang juga menyatakan keterlibatan Prabowo dalam peristiwa tesebut. b. Republika 1) Analisis teks berita Zhongdang Pan & Kosicki Dalam melihat kasus HAM yang menyeret nama Prabowo, REPUBLIKA memposisikan diri sebagai pihak yang menilai bahwa isu tersebut dilontarkan Wiranto sebagai serangan kepada Prabowo karena kedua tokoh ini pernah berseteru di masa saat mereka masih sama-sama didunia kemiliteran. Hal ini terlihat dalam peilihan kata pada headline “Wiranto Serang Prabowo soal HAM”. 2) Hasil wawancara awak media Kompas Dalam berita kasus HAM Prabowo, REPUBLIKA menilai bahwa tindakan konferensi pers Wiranto tersebut merupakan aksi serangan kepada Prabowo, karena pada saat di kemiliteran, kedua tokoh ini pernah berseteru. Dan juga merupakan tampisan dari pernyataan Prabowo pada saat debat capres-cawapres. Jadi Republika menampilkan peristiwa ini sebagai sebuah serangan balik kepada Prabowo yang dalam debat capres menyebutkan bahwa mengenai kerusuhan Mei 1998 yang tahu adalah atasannya. 4. Hasil Survei a. Kompas 1) Analisis teks berita Zhongdang Pan & Kosicki Unsur sintaksis yang pertama adalah pemilihan judul yang berbunyi “Jokowi-JK Unggul”. Dalam judul tersebut Kompas menyatakan dengan jelas keunggulan Jokowi-JK dalam quick count yang dilakukan beberapa lembaga survei. Lalu dalam skrip, Kompas menonjolkan tanggapan kedua pihak mengenai perbedaan haisl quick count. Tetapi dalam Dalam latar berita KOMPAS juga seolah menggiring opini masyarakat bahwa lembaga suvei yang mengunggulkan Jokowi sudah menggunakan metode yang tepat dengan margin error yang sedikit. 2) Hasil wawancara awak media Kompas Kompas dengan tegas menyatakan keunggulan Jokowi-JK dikarenakan berdasarkan hasil quick count yang mereka lakukan sendiri melalui Kompas Litbang yang menunjukkan hasil bahwa Jokowi-JK unggul suara dibanding Prabowo-Hatta. “Betul, jadi kita tidak melihat lembaga-lembaga survei yang lain, kita melihat terutaa ke quickcount kita sendiri. Bahkan quickcount kita tu kan kita pecah menjadi dua ya. Kalaupun di pecah dua pun masih unggul gitu hlo. Nah itu yang menguatkan kita bahwa ternyata keunggulan Jokowi itu signifikan. Karena ketika angkanya dibelah ganjil dan genap itu pun masih unggul Jokowi. Itu yang membuat kita memastikan Jokowi adalah presiden yang terpilih.” (transkrip wawancara Redaksi Kompas) b. Republika 1) Analisis teks berita Zhongdang Pan & Kosicki REPUBLIKA lebih menonjolkan sambutan suka cita kepada presiden terpilih tanpa menonjolkan salah satu pasnagan caprescawapres karena mungkin REPUBLIKA memilih menunggu hasil resmi dari KPU.REPUBLIKA hanya memfokuskan mengenai pelaksanaan pemilu dan juga sebagai pendukung judul dan lead, REPUBLIKA seolah menegaskan bahwa pemenang pemilu akan diketahui nanti saat lembaga resmi, KPU secara resmi telah selesai menghitung surat suara paling lambat 22 Juli 2014.REPUBLIKA tidak menonjolkan keunggulan perolehan suara salah satu capres-cawapres, atau dengan kata lain, Republika telah berhasil memposisikan diri sebagai pihak yang netral. 2) Hasil wawancara awak media Republika Dari hasil quick count yang berbeda dari beberapa lembaga survei, Republika menilai bahwa sekarang banyak lembaga survei yang tidak independen dan berpihak ke salah satu kubu. Republika hanya menyajikan data haisl quick count tersebut tanpa adanya penekanan siapa yang lebih unggul dan benar. Republika membiarkan masyarakat sendiri yang menilai dan mempercayai siapa yang benar. 5. Pengunduran Diri Prabowo a. Kompas 1) Analisis teks berita Zhongdang Pan & Kosicki KOMPAS menuliskan apa yang terjadi dalam konferensi pers di Rumah Polonia, serta menuliskan pidato Prabowo yang mneyatakan penolakannya terhadap pilpres 2014 serta alasan mengapa dia menolak. Berita tersebut sesuai apa adanya dan KOMPAS tidak menambahkan opini apapun. Tetapi sayangnya KOMPAS tidak mencantumkan narasumber lain untuk menanggapi pernyataan Prabowo tersebut, terutama dari pihak KPU sebagai pihak yang dituding Prabowo melakukan kecurangan. b. Republika 1) Analisis teks berita Zhongdang Pan & Kosicki Berita yang diusung REPUBLIKA ini menggambarkan mengenai konferensi pers pengumuman penolakan Prabowo-Hatta terhadap pilpres 2014. Dalam konferensi pers tersebut Prabowo membacakan apa yang telah menjadi keputusan tim koalisi Merah Putih yang menolak pilpres serta alasan mereka menolak pilpres yakni karena ada kecurangan. Selain itu REPUBLIKA menampilkan narasumber dari tim koalisi Merah Putih Habiburokhman dan Komisioner KPU Hadar Nafis Gumay. Dari nada berita REPUBLIKA cenderung netral karena hanya memaparkan peristiwa yang sesungguhnya terjadi di Rumah Polonia tanpa memberikan opini yang menyudutkan salah satu pihak. Selain itu REPUBLIKA juga menampilkan narasumber dari kedua belah pihak yakni dari koalisi Merah Putih dan KPU. 6. Sidang Sengketa Pilpres a. Kompas 1) Analisis teks berita Zhongdang Pan & Kosicki Dalam judul dan lead, Kompas menekankan bahwa data yang diajukan oleh tim Prabowo-Hatta adalah data yang salah. Melalui judulnya, KOMPAS ingin menggiring opini masyarakat bahwa buktibukti yang diajukan Prabowo-Hatta untuk menggugat KPU mengenai hasil pilpres yang mengindikasi adanya kecurangan yang masif, terstruktur dan sistematis merupakan data yang salah.Kesalahan data yang diajukan tim Prabowo-Hatta tersebut dijabarkan KOMPAS dalam latar beritanya. Selain itu KOMPAS lebih menekankan kepada bantahan KPU mengenai pernyataan saksi-saksi yang diajukan tim Prabowo-Hatta. Dan juga dalam berita ini KOMPAS menekankan bahwa KPU sudah melakukan tugasnya dengan baik dan tidak ada kesalahan ataupun kecurangan dalam proses pemilu seperti yang ditudingkan tim Parbowo-Hattam ditambah lagi tim Prabowo-Hatta tidak bisa menghadirkan bukti atau saksi yang valid. 2) Hasil wawancara awak media Kompas Kompas mengikuti semua sidang sengketa pilpres dan juga mengeahui behind the scene nya, dan Kompas memang menilai datadata yang dimiliki tim Prabowo itu tidak kuat, jadi selain yang muncul di persidangan, publik juga bisa menilai. Kompas juga melakukan pengecekan bahwa tidak seluruhnya data dipunyai, bahkan tim Prabowo-Hatta tidak mempunyai saksi di seluruh TPS, itu yang membuat Kompas menonjolkan fakta tersebut. b. Republika 1) Analisis teks berita Zhongdang Pan & Kosicki Republika membingkai berita peristiwa sengketa pilpres ini dari sudut pandang tim Prabowo-Hatta yang menduka adanya pembengkakan jumlah suara disejumlah TPS di Indonesia. hal ini mengindikasikan bahwa REPUBLIKA menggiring opini masyarakat bahwa jumlah DPTb ada kemungkinan mengalami pembengkakan. Republika menjabarkan data-data yang disampaian tim Prabowo-Hatta dalam persidangan. REPUBLIKA juga menuliskan kutipan pernyataan pembelaan dari tim KPU, tetapi dilihat dari kuantitasnya jauh lebih sedikit dari porsi kutipan pernyataan tim Prabowo-Hatta. Melalui fotonya, tim Prabowo-Hatta seolah ingin menggambarkan harapan dan tuntutan masyarakat yang menginginkan saksi-saksi memberi keterangan yang sebenar-benarnya akrena sudah mengucap sumpah dalam persidangan. 2) Hasil wawancara awak media Republika Republika hanya menyampaikan temuan dari tim PrabowoHatta saja yang mngindikasikan adanya tambahan jumlah suara. 7. Peresmian Jokowi-JK Sebagai Presiden dan Wakil Presiden Terpilih a. Kompas 1) Analisis teks berita Zhongdang Pan & Kosicki Sidang putusan MK teah didetapkan, dan pemimpin baru Indonesia siap disahkan. Dalam headline nya, KOMPAS mengusung judul “Jokowi-JK Pemimpi baru”. Judul ini menggambarkan KOMPAS yang lugas menyatakan bahwa Jokowi-JK adalah pemimpin baru Bangsa Indonesia.Dalam latar berita, KOMPAS menguraikan beberapa dalil-dalil gugatan yang ditolah MK serta alasan MK menolak dalil gugatan tersebut. dalam latar juga KOMPAS menjabarkan mengenai sikap tim Jokowi-JK dan juga Presiden SBY melalui juru bicaranya dalam menanggapi putusan MK ini. KOMPAS melengkapi dengan penyataan Jokowi-JK dan tim koalisi mereka dalam menanggapi sidang putusan MK tersebut. tetapi KOMPAS tidak sama sekali menampilkan penyataan dari tim Prabowo-Hatta untuk menanggapi hasil putusan sidang MK tersebut. 2) Hasil wawancara awak media Kompas Dari awal Kompas meyakini rekonstruksi emilu dengan selisih suara yang sudah besar. Kompas melihat bahwa pemilu ini memang masih banyak yang mungkin datanya tidak valid, baik dari kubu Jokowi maupun Prabowo. Kalau terstruktur, sistematis, dan masif itu kan kekeliruannya terjadi di satu pihak kan, untuk memenangkan calon yang lain. nah ini yang tidak terjadi sebetulnya, dan itu tidak terlihat di data-data yang dimunculkan. Dan dari data itu kita melihat bahwa sebetulnya keputusan MK itu tepat. b. Republika 1) Analisis teks berita Zhongdang Pan & Kosicki Headline berita tersebut berjudul “Jokowi Presiden”, judul tersebut mereprentasikan bahwa sekarang Jokowi adalah seorang presiden.Latar berita menjabarkan mengenai dalil-dalil yang ditolak serta alasan penolakan yang dibacakan oleh hakim-hakim MK. REPUBLIKA membuat kutipan secara langsung maupun kutipan tidak langsung dari pernyataan hakim-hakim MK dalam sidang MK sebagai informasi utama berita ini. selain itu REPUBLIKA juga menampilkan komentar Jokowi-JK dalam menanggapi putusan sidang MK tersebut.Tidak ada indikasi REPUBLIKA mengunggulkan atau menjatuhkan salah satu kubu, republika secara netral mengungkapkan fakta yang terjadi di persidangan. 2) Hasil wawancara awak media Republika Keputusan MK dalah sebuah keputusan final yang harus diterima dengan legowo oleh semua pihak. Kesimpulan Melalui sebuah berita, media membingkai sebuah peristiwa sesuai dengan konstruksi yang dibangunnya. Termasuk dalam berita mengenai pemilihan presiden 2014 ini, selain berperan sebagai sumber informasi, berita juga bisa untuk menjadi alat penggiring opini masyarakat dengan penerapan agenda setting dan framing berita. Uraian diatas telah menunjukkan bagaimana Kompas dan Republika melakukan pembingkaian dalam beritanya. Kompas lebih cenderung untuk menuliskan berita dari sisi kubu Jokowi-JK, dimana Kompas menuliskan berita mengenai keunggulan Jokowi, tetapi Kompas dengan kritis membahas kekuranga atau kesalahan yang dilakukan Prabowo. Republika cenderung menuliskan berita dengan kritis mengenai keunggulan kedua pihak dan juga membahas kekurangan keduanya. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dapat diberikan saransaran sebagai berikut: 1. Bagi Industri Media Media massa sebagai sumber informasi masyarakat haruslah menjadi media yang netral dan tidak memihak dalam satu organisasi/ partai. Media massa harus selalu mengutamakan kepentingan masyarakat dan tidak terpengaruh dengan kekuasaan yang ada. 2. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan data yang lebih banyak lagi agar analisis juga lebih semakin akurat. Peneliti sebaiknya melakukan wawancara secara langsung dengan redaktur dan wartawan secara langsung agar mendapatkan data dan konfirmasi yang jelas dan lebih terperinci sebagai data penelitian. Daftar Pustaka Bungin, Burhan. (2001), Metode Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologi ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cangara, Hafied. (2008),Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Cangara, Hafied. (2009),Komunikasi Politik. Jakarta: Rajawali Pers Effendy, Uchjana Onong. (2006),Ilmu Komunikasi Teori dan Prkatek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Eriyanto. (2009),Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKIS. Griffin, EM.A. (2004),A First Look at Communication Theory (5thed.). Singapore: McGraw-Hill Hamad, Ibnu. (2004),Konstruksi Realitas Politik dalam Media Mass. Jakarta: Granit. Junaedi, Fajar. (2007),Komunikasi Massa Pengantar Teoritis. Yogyakarta: Satusta. Kusumaningrat, Hikmat. (2005),Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya. McQuail, Denis. (2000),Mass Communication Theory: An Introduction (4th ed.).London: Sage Publication. McQuail, Denis. (2011), Teori Komunikasi Massa McQuail, Edisi 6 Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika. Mursito, BM. (2006),Memahami Institusi Media Sebuah Pengantar. Surakarta: Lindu Pustaka. Pareno, Sam Abede. (2003),Manajemen Berita antara Idealisme dan Realita. Surabaya: Papyrus. Pawito. (2009),Komunikasi Politik, Media Massa dan Kampanye Pemilihan. Jogjakarta: Jalasutra. Sobur, Alex. (2001),Analisis teks media. Bandung: Remaja Rosdakarya. EdySusilo, Muhammad. (2000),PemberitaanPersSelamaMasaKampanye (AnalisisstrukturismeterhadapsuratkabarKompasdanRepublikaSelamaKam panyePemilu 1999). Yogyakarta: Master Thesis UPN Veteran Widyastuti, Nur Heni.(2009),Konstruksi media terhadap karakteristik kepemimpiban calon presiden dan calon wakil presiden peserta pemilu 2009 (Studi analisis framing berita liputan khusus majalah Tempo edisi khusus pemilihan presiden 2009 Edisi 29 Juni – 5 Juli 2009). Surakarta UNS. (http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/02/24/pengamat-parpol-pemilikmedia-massa-jangan-suka-mentang-mentang)