ancaman pelemahan ekonomi global

advertisement
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Tinjauan Ekonomi & Keuangan
VOLUME V
NOMOR 9
EDISI SEPTEMBER 2015
www.ekon.go.id
ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL
STRUKTUR EKONOMI DAN RESPON KEBIJAKAN PEMERINTAH
MENENTUKAN DAYA TAHAN PEREKONOMIAN NASIONAL
DAFTAR ISI
03
Editorial
EKONOMI
INTERNASIONAL
04
Overview Ekonomi ASEAN
Menjelang Pemberlakuan AEC
2015
07
PEMBINA:
KOORDINASI KEBIJAKAN
EKONOMI
Sinergi Pemerintah dan Otoritas:
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Paket Kebijakan Bank Indonesia
PENGARAH:
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian
09
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan
Keuangan
KOORDINATOR:
Anggaran Pertahanan Nasional
Bobby Hamzar Rafinus
EDITOR:
Edi Prio Pambudi
Laporan utama
Puji Gunawan
14
Ratih Purbasari Kania
Dollar AS Kian Tak Terkendali
ANALIS:
Puji Gunawan, Thasya Pauline, Benito Rio Avianto,
Sri Purwanti, Hesti Wahyudi Surasmono, Susiyanti,
Trias Melia, Desi Maola Ayu Saputri
Respon Pemerintah Terhadap
Pelemahan Ekonomi
KONTRIBUTOR:
perdagangan
Kementerian Perdagangan, FEB UI
Hubungan Perdagangan
Indonesia - Australia
24
02
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
19
editorial
Pentingnya akurasi dan validitas data dalam perekonomian bisa dianalogikan sebagai denyut jantung
bagi tubuh. Denyut jantung diperlukan dalam rangka pendeteksian awal adanya permasalahan ataupun
penyakit di dalam sistem tubuh kita. Apabila terjadi gangguan yang menyebabkan denyut jantung tidak
mengirimkan sinyal yang benar ataupun terjadi kesalahan dalam menginterpretasikan denyut tersebut,
maka bisa dipastikan penanganan dan pengobatan yang diberikan tidak akan tepat sasaran.
Data memang menjadi kata kunci untuk mengambil sebuah kebijakan yang tepat. Data di Indonesia
sesungguhnya tersedia cukup banyak dan mencakup semua sektor ekonomi. Kementerian juga selalu
menghimpun data dari jaringan birokrasinya di daerah. Jadi masalah sesungguhnya bukan pada
ketersediaan data, tapi pada akurasi data dan pemanfaatan data yang tepat sesuai kebijakan yang akan
diterapkan.
kebijakan yang diambil berbasis data pun belum tentu tepat sasaran, karena datanya masih kasar dan
belum dilakukan clustering dan filtering. Contohnya adalah sensus BPS pada tahun 2013. Jumlah populasi
sapi di Indonesia ketika itu sebanyak 12 juta sapi. Namun berdasarkan hasil pendetailan lebih lanjut,
hampir 30 persen adalah dari jumlah sapi tersebut adalah milik rumah tangga petani yang tidak bisa
dipotong setiap waktu guna memenuhi kebutuhan daging sapi nasional.
Membicarakan perbaikan data berarti juga membicarakan pentingnya sebuah rencana tindak lanjut dari
langkah pembenahan berbagai aspek, seperti, pembangunan infrastruktur, pangan, industri ataupun
sumber daya manusia. Pengambil kebijakan di Pusat dan Daerah seyogyanya juga tidak serta merta
menggunakan usulan publik semata sebagai landasan utama. Usulan harus dikaji berdasarkan data untuk
menghasilkan kebijakan yang berkesinambungan dan terimplimentasikan dengan baik
Salah satu yang menjadi pekerjaan lebih lanjut adalah penyajian data yang dapat dikomparasi tidak hanya
secara tahunan ataupun spasial, tetapi juga secara internasional. Masih Banyak Insitusi Pemerintahan, baik
di pusat maupun daerah, maupun swasta yang masih menyajikan data dan informasi hanya dalam bahasa
Indonesia. Ketersediaan data dan Informasi dalam bahasa asing menjadi penting di saat Indonesia sangat
membutuhkan aliran investasi maupun kunjungan wisatawan mancanegara. Tidak jarang, bahkan hampir
selalu keputusan Investasi maupun keputusan berpergiaan ke satu negara didasari atas ketersediaan data
dan informasi yang valid.
Dalam tataran yang lebih praktis, informasi seperti marka petunjuk jalan, brosur, info layanan publik,
publikasi dan lainnya pada umumnya masih dalam bentuk bahasa Indonesia. Padahal, hal ini sangatlah
membantu wisatawan maupun investor asing dalam melakukan aktivitasnya di Indonesia. Hal ini kami
yakini dapat memberikan kesan yang lebih baik dan menunjukkan keramahan suatu kota.
Melihat pentingnya keterbukaan data dan infomasi global, bahkan salah satu kesepakatan KTT negara G20 di Turki juga mencakup masalah keterbukaan data secara otomatis. Kesepakatan itu akan direalisasikan
dalam program Automatic Exchange of Information (AEoI) dan akan dimulai pada tahun 2018 untuk semua
negara anggota G-20.
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
03
Ekonomi internasional
OVERVIEW EKONOMI ASEAN
Foto: www.scmp.com
MENJELANG PEMBERLAKUAN
ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015
Benito Rio Avianto
Pertumbuhan
global
akan
berimplikasi
terhadap
menurunnya harga minyak dunia, akibat tingginya
pasokan. Namun hal ini lebih cenderung didorong oleh
faktor negatif, termasuk melemahnya investasi yang
mengakibatkan menurunnya ekspektasi pertumbuhan
ekonomi negara maju dan berkembang.
didukung
ekonomi
di
berkembang
oleh
negara
meningkatnya
maju
mencatat
sebesar
pertumbuhan
1,8%.
pertumbuhan
Negara
tahun
2014
sebesar 4,6% sedikit menurun dibandingkan dengan
2013 yaitu sebesar 5,0%. Sedangkan permintaan dunia
diperkirakan akan meningkat sebesar 3,5% pada tahun
2015 dengan sedikit dorongan dari tahun
2014.
Pertumbuhan di negara maju diproyeksikan akan
meningkat
menjadi
2,4%
pada
tahun
2015
dan
pertumbuhan negara-negara berkembang diproyeksikan
kembali menurun pada tahun 2015 menjadi sebesar
4,3%.
04
Jepang, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015
diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan
tahun 2014. Pada tahun 2015, ekonomi AS cenderung
melakukan
ekspansi,
didukung
oleh
peningkatan
konsumsi rumah tangga dan tenaga kerja, inflasi yang
Permintaan global meningkat sebesar 3,4% pada tahun
2014,
Untuk tiga ekonomi besar dunia, AS, Uni Eropa dan
rendah, serta investasi, ditopang oleh
kondisi
keuangan dan neraca perdagangan yang membaik.
Prospek pertumbuhan di Uni Eropa juga positif,
meskipun ada tekanan deflasi serta efek kemungkinan
keluarnya Yunani dari Uni Eropa bisa meredam
pemulihan ekonomi yang masih rapuh. Perbaikan
ekonomi di Jepang masih belum pasti akibat tingkat
konsumsi swasta yang masih tetap lamban. Namun,
langkah-langkah pelonggaran moneter diikuti dengan
dengan harga minyak yang rendah serta depresiasi
yen, diharapkan dapat mendukung pertumbuhan
tahun 2015.
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
Untuk beberapa negara berkembang lainnya, prospek
tahun 2015 juga bervariasi. Pertumbuhan melambat di
Tiongkok dan diperkirakan terus berlangsung hingga
akhir tahun 2015. India memiliki prospek tingkat
pertumbuhan yang lebih baik pada tahun 2015, dengan
peningkatan
konsumsi rumah tangga akibat harga
minyak yang rendah dan inflasi yang menurun.
Kinerja ekonomi ASEAN tetap kuat dan stabil pada
tahun 2014, meskipun memiliki tingkat pertumbuhan
4,4% (lebih rendah dibandingkan dengan 5,2% pada
tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi ASEAN secara
keseluruhan
lebih
rendah
dari
beberapa
negara
anggotanya (Indonesia, Filipina, Singapura dan Thailand)
Pada
tahun
2015,
prospek
pertumbuhan
ASEAN
diproyeksikan naik menjadi 4,9%. Hal ini mencerminkan
pemulihan ekonomi yang diharapkan dapat terjadi di
Indonesia dan Thailand serta pertumbuhan yang stabil
di Filipina dan Viet Nam. Pada tahun 2014, total
perdagangan ASEAN mencapai USD 2,53 triliun dengan
peningkatan sebesar 0,6% dibandingkan tahun 2013.
Jumlah FDI masuk ke ASEAN sebesar USD 136.1 miliar
tahun 2014, meningkat 11,3% dibandingkan tahun
sebelumnya.
Berdasarkan laporan ASEAN Secretariat pertumbuhan
ekonomi global akan cenderung stagnan sejak tahun
2012.
Pertumbuhan ekonomi ASEAN dalam 1 (satu)
dekade, 2007-2015 secara rata-rata tumbuh lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan ekonomi global.
Laporan
Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pada
tahun 2015 ekonomi ASEAN akan tumbuh sebesar 4,9%,
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2014
yakni sebesar 4,4%.
Perekonomian global tumbuh
sebesar 3,5% pada tahun 2015, sedikit lebih tinggi
dibandingkan tahun 2014 yang tumbuh sebesar 3,4%
(Laporan IMF, Economic Outlook 2015).
Sedangkan
Pertumbuhan di negara maju diproyeksikan meningkat
menjadi 2,4% pada tahun 2015.
Meskipun
perekonomian
meningkat
di
tahun
2015,
ASEAN
tetapi
diproyeksikan
ASEAN
akan
dihadapkan pada beberapa resiko buruk aktivitas
perekonomian seperti:
relatif kecil sejak tahun 2012 yaitu sebesar US$ 2,49
o Ketidakpastian harga minyak;
Trillion dan sedikit meningkat menjadi US$ 2,51 Trillion
o Tidak meratanya pertumbuhan ekonomi antar
market)
pada tahun 2013 dan meningkat sedikit juga pada tahun
2014 senilai US$ 2,53 Trillion. Sementara untuk investasi
negara;
o Ketidakpastian
Total Perdagangan ASEAN cenderung stagnan/tumbuh
pasar
keuangan
(financial
asing (FDI), kondisinya lebih baik. FDI ASEAN senilai US$
136,2 Billion ditahun 2014 meningkat signifikan bila
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
05
dibandingkan dengan FDI di tahun 2013 senilai US$
117,7 Billion.
Hal-hal yang dapat dilakukan Indonesia:
Pemerintahan Indonesia mengasumsikan pertumbuhan
ekonomi 2015 sebesar 5,7%, sebagaimana tercantum
dalam APBN-Perubahan (APBN-P) 2015.
Ekonomi
Indonesia
dapat
terkena
dampak
dari
perlambatan ekonomi dunia apabila hal tersebut terus
terjadi.
Saat ini, hanya ekonomi AS yang mengalami
penguatan.
Perlambatan
ekonomi
dunia
telah
mengakibatkan
penurunan ekspor Indonesia. Disamping itu, harga
komoditas unggulan ekspor seperti minyak sawit
mentah (CPO) dan karet juga ikut turun. Harga minyak
bumi yang turun secara siginifikan juga berimplikasi
terhadap penurunan harga CPO dan karet. Namun
demikian diperkirakan ekonomi Indonesia tahun ini
tumbuh di atas 5,4% dengan syarat belanja pemerintah
harus
optimal,
antara
lain
dengan
mempercepat
pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur.
06
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
SINERGI PEMERINTAH DAN OTORITAS:
Koordinasi kebijakan ekonomi
PAKET KEBIJAKAN
BANK INDONESIA
Trias Melia
Di tengah kondisi perekonomian global yang melemah, Pemerintah terus berupaya untuk menciptakan
kondisi ekonomi makro yang kondusif, menggerakkan perekonomian nasional, serta melindungi
masyarakat berpendapatan rendah. Untuk itu, Pemerintah di bulan September 2015 mengeluarkan paket
kebijakan ekonomi untuk mendorong daya saing industri nasional melalui deregulasi, debirokratisasi dan
memberikan insentif fiskal.
Tidak hanya Pemerintah, upaya dalam rangka stabilisasi fiskal dan moneter juga dilakukan oleh Bank
Indonesia sebagai otoritas moneter dan Otoritas Jasa Keuangan yang sejalan dengan langkah-langkah
stailisasi perekonomian oleh Pemerintah. Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah tahap I yang dikeluarkan
pada 9 September 2015 lalu disusul dengan Paket Kebijakan Bank Indonesia. Paket Kebijakan Bank
Indonesia tersebut terdiri dari lima kebijakan, yaitu:
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
07
1. Memperkuat pengendalian inflasi dan mendorong sektor riil dari sisi supply perekonomian
a. Memperkuat koordinasi Tim Pengedalian Inflasi (TPI) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam
rangka akselerasi implementasi roadmap pengendalian inflasi nasional dan daerah. Saat ini telah terdapat
lebih dari 430 TPID di seluruh Indonesia dan telah memiliki roadmap inflasi daerah. Bank Indonesia akan
terus melakukan koordinasi dengan Pemerintah pusat maupun daerah untuk mengimplementasikan
roadmap tersebut.
b. Memperkuat kerjasama Ekonomi dan Keuangan Daerah antara Bank Indonesia dengan Pemerintah Pusat dan
Daerah.
2. Menjaga stabilisas nilai tukar Rupiah
a. Menjaga kepercayaan pelaku pasar di pasar valas melalui pengendalian volatitas nilai tukar rupiah
b. Memelihara kepercayaan pasar terhadap pasar Surat Berharga Negara melalui pembelian di pasar sekunder,
dengan tetap memerhatikan dampaknya terhadap ketersediaan Surat Berharga Negara bagi inflow dan
likuiditas pasar uang
3. Memperkuat pengelolaan likuiditas Rupiah.
a. Mengubah mekanisme lelang Reverse Repo (RR) SBN dari variable rate tender menjadi fixed rate tender,
menyesuaikan pricing RR SBN, dan memperpanjang tenor dengan menerbitkan RR SBN 3 bulan
b. Mengubah mekanisme lelang Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) dari variable rate tender menjadi
fixed rate tender dan menyesuaikan pricing SDBI, serta menerbitkan SDBI tenor 6 bulan
c. Menerbitkan kembali Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bertenor 9 bulan dan 12 bulan dengan mekanisme
lelang fixed rate tender dan menyesuaikan pricing.
4. Memperkuat pengelolaan supply dan demand valas.
a. Menyesuaikan frekuensi lelang Foreign Exchange (FX) Swap dari 2 kali seminggu menjadi 1 kali seminggu
b. Mengubah mekanisme lelang Term Deposit (TD) Valas dari variable rate tender menjadi fixed rate tender,
menyesuaikan pricing, dan memperpanjang tenor sampai dengan 3 bulan.
c. Menurunkan batas pembelian valas dengan pembuktian dokumen underlying dari yang berlaku saat ini
sebesar US$100 ribu menjadi US$25 ribu per nasabah per bulan dan mewajibkan penggunaan NPWP.
d. Mempercepat proses persetujuan ULN Bank dengan tetap memperhatikan asas kehati-hatian.
5. Langkah-langkah lanjutan untuk pendalaman pasar uang.
a. Menyediakan fasilitas swap hedging untuk mendukung investasi infrastruktur dan sekaligus memperkuat
cadangan devisa.
b. Menyempurnakan ketentuan tentang pasar uang yang mencakup seluruh komponen pengembangan pasar
antara lain instrumen, pelaku dan infrastruktur. Untuk mendorong implementasi paket kebijakan, Bank
Indonesia secara aktif akan senantiasa berkoordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait lainnya.
Melalui kebijakan Bank Indonesia yang sejalan dengan kebijakan Pemerintah ini, diharapkan akan memberi dampak
positif bagi perekonomian Indonesia. Tidak hanya itu, diharapkan perbaikan perekonomian nantinya juga dapat
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Sumber: Bank Indonesia
08
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
keuangan
Foto: www.danmogot.com
ANGGARAN
PERTAHANAN
NASIONAL
Foto: www.frontroll.com
Foto: www.nasional.tempo.com
Foto: www.militerindonesiaarmy.blogspot.com
Hesti Wahyudi Surasmono
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah berhasil melakukan peningkatan kemampuan
pertahanan negara serta peningkatan upaya penciptaan dan pemeliharaan kondisi keamanan dan
ketertiban masyarakat. Peningkatan kemampuan
pertahanan tersebut terindikasikan dengan
semakin menurunnya aktivitas militer asing untuk mengganggu kewibawaan dan kedaulatan NKRI.
Isu strategi RPJMN 2015-2019 bidang Pertahanan dan Keamanan adalah Peningkatan Kapasitas
Pertahanan dan Stabilitas Keamanan Nasional. Isu strategis ini secara langsung akan mendukung
upaya Indonesia dalam menciptakan daya saing nasional yang didukung dengan SDA yang unggul,
SDM yang berkualitas, serta Iptek yang terus meningkat.
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
09
Anggaran belanja pemerintah pusat pada fungsi pertahanan terus mengalami peningkatan selama 6
tahun terakhir dari sebesar Rp13,14 trilun pada APBN tahun 2009 menjadi 102,27 triliun pada APBN-P
tahun 2015. Alokasi anggaran pada tahun 2014 menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan
alokasinya dalam APBN pada tahun 2013. Penurunan anggaran pada fungsi pertahanan tersebut
terutama dikarenakan adanya pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan fungsi pertahanan
yaitu Kementerian Pertahanan, Lembaga Ketahanan Nasional, dan Dewan Ketahanan Nasional. Alokasi
anggaran belanja pada fungsi pertahanan APBN-P tahun 2015 sebesar Rp102.27 triliun yang berarti
lebih tinggi Rp20,13 triliun dari tahun 2014.
Lebih tingginya alokasi anggaran pada fungsi pertahanan tersebut terutama terkait penambahan
alokasi anggaran untuk memperkuat alutsista menuju ke minimum essential force (MEF) dengan
didukung industri pertahanan dalam negeri. Selanjutnya, alokasi anggaran pada fungsi pertahanan
tersebut untuk mencapai sasaran yang diharapkan, yaitu: (1)meningkatnya kesejahteraan dalam rangka
pemeliharaan profesionalisme prajurit melalui peningkatan jumlah fasilitas perumahan prajurit dan
peningkatan kualitas dan kuantitas latihan prajurit TNI; dan (2)menguatnya keamanan laut dan daerah
perbatasan melalui peningkatan operasi pengamanan dan keselamatan di laut dan wilayah
perbatasan, menambah pos pengamanan perbatasan darat, memperkuat kelembagaan keamanan laut,
serta intensifikasi dan ekstensifikasi operasi bersama.
Sumber: Nota Keuangan
10
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
Sumber: Global Firepower, 2015
Sumber: the Stockholm Peace research Institute (SIPRI)
Belanja pertahanan Indonesia tahun 2015 sebesar 6.9 miliar US$ jika dibandingkan dengan negaranegara di kawasan ASEAN menempati posisi ke-2 dibawah Singapura yang mempunyai anggaran
sebesar 9,3 miliar US$. Meskipun demikian, dari data tahun 2014 dapat dilihat persentase terhadap
GDP Indonesia menepati urutan terbawah yaitu sebesar 0,8% yang jauh dibawah rata-rata Negara
Asean sebesar 2.2 %. Alokasi belanja pertahanan terhadap total belanja pemerintah juga menempati
urutan paling bawah yaitu sebesar 4.1% dari total belanja pemerintah. Jika kita mengacu pada RPJMN,
pemerintah menargetkan alokasi belanja pertahanan sebesar 1.5% dari GDP di tahun 2019.
Anggaran Kementerian Pertahanan dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp102.2 triliun digunakan antara
lain untuk pengadaan Alutsista pada Mabes TNI dan masing-masing angkatan dalam beberapa
program: (1)Program Modernisasi Alutsista/Non-Alutsista/Sarpras Integratif; (2) Program Modernisasi
Alutsista/Non-Alutsista/Sarana dan Prasarana Matra Darat ; (3) Program Modernisasi Alutsista/NonAlutsista serta Pengembangan Fasilitas dan Sarpras Matra Laut; (4) Program Modernisasi
Alutsista/Non-Alutsista serta Pengembangan Fasilitas dan Sarpras Matra Udara.
Arah kebijakan pembangunan dalam rangka mencapai sasaran terpenuhinya alutsista TNI tentunya
harus didukung industri pertahanan dalam negeri. Dukungan pemerintah terhadap industri pertahanan
adalah melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada PT Dirgantara Indonesia dan PT. Pindad yang
merupakan BUMN yang bergerak
di bidang kedirgantaraan dan persenjataan.
Tujuan PMN tersebut untuk
peningkatan kapasitas produksi, modernisasi fasilitas produksi, mengantisipasi berkembangnya pasar,
dan meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia. PT Dirgantara
Indonesia dan PT Pindad
masing-masing memperoleh penyertaan modal sebesar Rp400 miliar dan Rp700 miliar pada alokasi
APBN-P tahun 2015.
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
11
PT
Dirgantara
Indonesia
(PT.DI)
(Persero)
didirikan
oleh
Pemerintah
Indonesia
untuk
mengembangkan industri strategis di bidang kedirgantaraan, khususnya dalam hal pengembangan
industri pesawat terbang. Misi PT. DI (Persero) adalah sebagai pusat keunggulan di bidang industri
dirgantara terutama dalam rekayasa, rancang bangun, manufaktur, produksi dan pemeliharaan
untuk kepentingan komersial dan militer dan juga aplikasi di luar industri dirgantara, menjalankan
usaha dengan selalu berorientasi pada aspek bisnis dan komersial, sehingga dapat menghasilkan
produk dan jasa yang memiliki keunggulan biaya Penambahan
modal diantaranya untuk:
1)menambah leverage fasilitas bank dalam peningkatan modal kerja proyek dan menggantikan
sebagian modal kerja yang sudah dibayarkan PT. Perusahan Pengelola Aset (PPA), 2) investasi
dukungan maritime guna mengembangkan pesawat penguatan pengawasan di bidang maritim, 3)
investasi fasilitas produksi untuk meningkatkan kapasitas fasilitas perakitan dan jasa pemeliharaan
pesawat terbang.
PT Pindad (Persero) adalah BUMN yang memproduksi senjata, amunisi dan peralatan sistem pertahanan
dan keamanan serta memproduksi alat-alat, perkakas dan komponen-komponen lain untuk sektorsektor perhubungan, pertanian/perkebunan, pertambangan dan industri. Tujuan penambahan modal
adalah untuk pembangunan dan perbaikan lini produksi, pengembangan bisnis produk industrial,
peningkatan fasilitas pengembangan produk dan proses serta learning center, pengembangan soft
competence SDM. Manfaat yang diharapkan ialah dapat meningkatkan kapasitas produksi,
modernisasi fasilitas produksi, berkembangnya pasar, dan meningkatkan kemampuan SDM,
mendukung penguatan industri pertahanan dan keamanan dalam negeri, meningkatkan daya saing
produksi industri pertahanan dan keamanan di pasar internasional, dan mendukung program
Minimum Essential Force.
12
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
LAPORAN
UTAMA
DOLLAR AS KIAN TAK TERKENDALI
RESPON PEMERINTAH TERHADAP PELEMAHAN EKONOMI
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
LAPORAN UTAMA
DOLLAR
AS
KIAN TAK
TERKENDALI
Edi Prio Pambudi
Pelemahan nilai tukar (depresiasi) Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (USD) sudah berlangsung
sejak September 2011. Jika dicermati, pelemahan nilai tukar Rupiah berdasarkan waktu tercapainya
batas-batas psikologis nilai tukar Rupiah dari level Rp 9.000, Rp 10.000, hingga Rp 13.000 per USD
1
berlangsung semakin singkat, seperti berikut :
 Menembus Rp 9.000 per USD pada 21 September 2011 (7 bulan)
 Menembus Rp 10.000 per USD pada 10 Juni 2013 (1 tahun 9 bulan)
 Menembus Rp 11.000 per USD pada 23 Agustus 2013 (2 bulan)
 Menembus Rp 12.000 per USD pada 28 Nopember 2013 (3 bulan)
 Menembus Rp 13.000 per USD pada 9 Maret 2015 (4 bulan)
 Menembus Rp 14.000 per USD pada 24 Agustus 2015 (5 bulan)
1
14
Bloomberg, IDR Currency, diolah
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
Sumber utama tekanan depresiasi Rupiah sejak 2011 ada tiga, yaitu: (1) menurunnya harga
internasional komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia sejak triwulan I-2011 akibat krisis
ekonomi 2008 yang menyebabkan defisit transaksi berjalan Indonesia, (2) normalisasi kebijakan
moneter AS dengan cara mengurangi secara bertahap program stimulus pelonggaran uang ke sektor
keuangan dan menaikkan suku bunga acuan bank sentral AS (FED Fund Rate), dan (3) devaluasi mata
uang Tiongkok (Yuan) terhadap USD untuk mendongkrak pertumbuhan ekspor Tiongkok yang tengah
melambat. Secara keseluruhan, tekanan terbesar depresiasi Rupiah berasal dari luar sistem
perekonomian Indonesia. Tekanan terakhir yang berasal dari Tiongkok ini secara masif melemahkan
memukul sebagian besar nilai tukar mata uang Asia terhadap USD. Secara empiris, ketika
Yuan/Renminbi melemah, ekspor Tiongkok tumbuh positif seperti pada awal 2013 dan akhir 2014 lalu.
Tiongkok mengandalkan pasar ekspor AS dan Eropa yang mulai memberikan surplus perdagangan
bagi Tiongkok karena perekonomiannya yang mulai pulih. Tiongkok berusaha memasok pasar AS dan
Eropa untuk mengkompensasi merosotnya ekspor Tiongkok ke pasar lainnya di dunia. Kebijakan
devaluasi Yuan tanggal 11 Agustus 2015 secara umum sudah diantisipasi oleh pasar (price-in) yang
memperkirakan keberlanjutan dari kebijakan devaluasi tersebut serta respon kebijakan dari AS dan
negara lain. Namun, kondisi yang sama tidak demikian dengan Indonesia. Ketika nilai tukar Rupiah
terus melemah, pertumbuhan ekspor Indonesia kian melambat.
Dengan mempertimbangkan dampaknya pada kondisi ekonomi domestik di tengah perlambatan
pertumbuhan ekonomi saat ini, persoalannya adalah apakah depresiasi Rupiah akan berlangsung
secara permanen atau hanya sementara (fluktuatif). Faktanya, peristiwa eksternal yang terjadi secara
berturut-turut selama 4 tahun terakhir tersebut sudah melemahkan nilai tukar Rupiah hingga 62
persen dan menembus batas-batas psikologis dalam waktu semakin singkat. Kondisi ini menandai
tren depresiasi Rupiah yang terjadi semakin menukik tajam dan belum sampai pada titik
keseimbangan baru.
Banyak pendapat bahwa nilai tukar Rupiah saat ini mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia.
Apabila nilai tukar Rupiah dinyatakan sebagai representasi fundamental ekonomi Indonesia, maka
pelemahan nilai tukar yang semakin sulit dikendalikan menunjukkan semakin merosotnya
fundamental ekonomi Indonesia. Di kawasan Asia, nilai tukar Rupiah sejak awal 2015 hingga saat ini
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
15
(year-to-date) sudah merosot minus 10,08 persen berada di atas nilai tukar Ringgit Malaysia yang juga
melemah sampai minus 13,99persen. Jika derajat kerentanan nilai tukar mata uang diukur berdasarkan
volatilitas, Rupiah termasuk yang paling rentan sebesar 11,01 persen berada pada urutan kedua mata
uang paling rentan di Asia setelah Malaysia sebesar 13,50 persen.
Berdasarkan kondisi nilai tukar Rupiah saat ini, secara teknis perkembangan Rupiah dapat
diproyeksikan hingga akhir 2015 dengan mempertimbangkan beberapa elemen seperti harga spot,
forward, tren dan derajat volatilitasnya. Rupiah diperdagangkan pada harga spot saat ini sebesar Rp
13.788 per USD, sementara harga forward (kontrak hingga triwulan IV-2015) sebesar Rp 14.454.
Perdagangan Rupiah pada triwulan IV-2015 berdasarkan proyeksi Bloomberg yang bersumber dari 45
lembaga-lembaga keuangan menunjukkan perkiraan harga spot rata-rata Rp 13.712 per USD dengan
perkiraan harga tertinggi Rp 14.020 per USD.dan harga terendah Rupiah sebesar Rp 13.500 per USD.
Puncak distribusi nilai tukar Rupiah pada perdagangan spot juga diperkirakan akan bergeser dari Rp
13.377 per USD pada triwulan III-2015 menjadi Rp 13.620 pada triwulan IV-2015. Hal ini menandakan
bahwa para pelaku keuangan memperkirakan Rupiah akan mengalami tekanan depresiasi dengan
simpangan yang lebar hingga akhir 2015 Perkiraan kerentanan yang cukup tinggi dan tren depresiasi
Rupiah pada akhir 2015 dapat dihitung dengan simulasi kondisi dimana semakin lebar rentang selisih
harga nilai tukar Rupiah terhadap USD antara spot dan forwad (spread), semakin tinggi nilai
probabilitas keyakinan pelaku pasar keuangan . Pengertiannya, pelaku pasar semakin yakin jika nilai
tukar Rupiah pada akhir 2015 nanti akan bergerak dalam rentang nilai yang semakin lebar antara Rp
13.000 hingga Rp 14.454 per USD. Forex Exchange Forecast Simulation oleh Bloomberg memaparkan
bahwa keyakinan pelaku pasar keuangan sebesar 76,8 persen nilai tukar Rupiah pada akhir tahun 2015
antara Rp 13.331 hingga Rp 15.673 per USD. Dengan asumsi harga Rupiah saat ini sebesar Rp 13.771
per USD, pelaku pasar uang juga cukup yakin (62,8%) bahwa nilai tukar Rupiah akan menembus Rp
14.000 per USD. Sebaliknya, pelaku pasar keuangan tidak begitu yakin (4,5%) bahwa nilai tukar Rupiah
2
akan kembali menguat di bawah Rp 13.000 per USD . Dengan demikian tren depresiasi Rupiah
menurut perkiraan pelaku pasar keuangan kemungkinan besar masih akan terjadi.
Depresiasi Rupiah berdampak pula pada aliran kapital. Sejak awal 2015 hingga saat ini year-to-date)
nilai tukar Rupiah melemah terhadap USD sebesar minus 10,08 persen diiringi dengan menurunnya
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga minus 8,12persen. Meskipun demikian, aliran modal ke
ekuitas masih positif USD 65,3 juta. Namun, sejak awal Agustus 2015 aliran modal keluar dari ekuitas
sudah mencapai USD 257,3 juta. Aliran modal ke ekuitas Indonesia hingga saat minus USD 84,7 juta
per hari atau terjadi aliran modal keluar (capital outflows) dari pasar ekuitas Indonesia setiap harinya
sebesar itu. Pasar saham Indonesia masih cukup optimis ditandai dengan IHSG yang tumbuh positif
sebesar 35,32 persen sejak saat Rupiah menembus Rp 9.000 per USD hingga saat ini. Tidak hanya di
Indonesia, aliran kapital yang keluar dari pasar ekuitas India mencapai USD 276,8 juta per hari, lalu
kapital yang keluar dari ekuitas Korea Selatan sebesar USD 144,7 juta, dari ekuitas Thailand keluar USD
3
52,9 juta . Melemahnya nilai tukar mata uang terpapar tindakan devaluasi Yuan cukup masif membuat
aliran kapital keluar dari kawasan Asia yang selama ini selalu diminati sebagai „halte‟ investasi.
2
Bloomberg, Forex Exchange Forecast Simulation
Bloomberg, Indonesia Balance of Payment
3
16
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
Hal yang perlu menjadi perhatian dari aliran kapital keluar adalah penurunan surplus transaksi
keuangan dan modal pada Neraca Pembayaran Indonesia sejak triwulan III-2014. Selama kurun waktu
tersebut, surplus transaksi keuangan dan modal yang sebagian besar berasal aliran kapital masuk ke
ekuitas (portofolio) membiayai (trade off) defisit transaksi berjalan, sehingga neraca pembayaran
masih positif. Sebaliknya, jika aliran kapital terus terjadi makatransaksi keuangan dan kapital semakin
tertekan hingga tidak dapat menyeimbangkan defisit transaksi berjalan dan neraca pembayaran
Indonesia yang mengalami defisit. Transaksi keuangan dan kapital pada posisi triwulan III-2014
sebesar USD 14,7 milyar lalu merosot pada triwulan I-2015 menjadi USD 5,9 milyar atau turun 59,46
persen. Di sisi lain, transaksi berjalan masih mengalami defisit USD 3,8 milyar pada triwulan I-2015
4
menurun 43,89persen dari posisi Triwulan III-2015 sebesar USD 5,5 milyar . Namun, menurunnya
defisit transaksi berjalan ini disebabkan oleh penurunan impor yang lebih besar dari penurunan
ekspor akibat depresiasi nilai tukar Rupiah.
Hal lain yang perlu menjadi perhatian dari dampak melemahnya nilai tukar Rupiah adalah pada posisi
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia. Jumlah ULN per Mei 2015 sebesar USD 302,3 milyar terdiri dari
jumlah ULN sektor swasta sebesar USD 168,7 dan jumlah ULN pemerintah dan BI sebesar USD 133,6.
Depresiasi Rupiah berpotensi menambah beban pembayaran cicilan pokok dan bunga utang bagi
korporasi dan pemerintah. Dengan semakin besar nilai buku utang LN korporasi,proporsi ekuitas
terhadap aktiva korporasiakan menurun, sehingga struktur keuangan korporasi akan semakin besar
bergantung pada utang dan menurunkan porsi dari kepemilikan (saham disetor). Ada dua risiko yang
dapat terjadi akibat nilai tukar yang melemah. Pertama, korporasi semakin terbebani oleh kenaikan
pembayaran ULN, pembiayaan korporasi lebih banyak berasal dari utang. Korporasi dapat
menghadapi risiko gagal bayar dan penguasaan aset korporasi oleh kreditur dengan harga aset yang
relatif lebih murah akibat nilai tukar Rupiah yang melemah, sehingga porsi kepemilikan asing pada
korporasi meningkat. Kondisi ini terjadi pada krisis 1998 ketika Rupiah mengalami depresiasi cukup
dalam, banyak pihak asing yang membeli aset perbankan Indonesia dengan nilai buku yang relatif
murah. Kedua, ketidakseimbangan antara waktu jatuh tempo utang dengan saat penerimaan hasil
usaha yang dibiayai dari ULN (maturity missmatch), dimana korporasi harus segera membayar bunga
dan cicilan ULN dalam jumlah yang semakin besar tetapi hasil penjualan produksi yang didanai ULN
menurun.
Jumlah pembayaran utang pemerintah pusat menurut APBN-P 2015 sebesar Rp 223,45 trilyun terdiri
dari jatuh tempo dan pembelian kembali (buyback) Surat Berharga Negara Rp 154,48 trilyun dan
5
sisanya pembayaran cicilan pokok utang LN dan DN . Utang tersebut digunakan untuk membiayai
defisit anggaran pemerintah. Sejak 2010 hingga 2014, pembayaran pokok pinjaman LN rata-rata Rp
54 trilyun. Sampai dengan Juni 2015, jumlah utang pemerintah pusat (outstanding) Rp 2.864 trilyun
6
atau USD 214,83 miliar dimana jumlah pinjaman LN sebesar Rp 689,4 trilyun atau USD 51,71 miliar .
Namun posisi utang pemerintah pusat masih cukup aman karena pinjaman hanya mengambil porsi
24persen dari total utang, sedangkan 76persen berupa SBN. Dengan demikian, beban pembayaran
cicilan pokok utang semakin berkurang. Jatuh tempo pembayaran utang 2015 per 30 Juni 2015
sebesar Rp 34 trilyun dan tahun depan sebesar Rp 66 trilyun. Grafik di bawah ini menggambarkan
profil jatuh tempo utang pemerintah pusat.
4
Bloomberg, World Currency Ranking
Bank Indonesia, Statistik Utang Luar Negeri
6
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan
5
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
17
Berdasarkan pemanfaatannya untuk K/L, pinjaman paling banyak disalurkan kepada Kementerian
PUPERA (USD 4.135 juta), Kemenhan (USD 3.867 juta), Kemenhub (USD 1.500 juta). Untuk BUMN,
pinjaman paling banyak disalurkan kepada PLN (USD 3.487 juta). Depresiasi Rupiah terhadap USD
tentu saja akan berpengaruh pada bertambahnya beban pembayaran cicilan pokok dan bunga ULN
karena nilai tukar Rupiah terhadap USD yang menjadi asumsi makro APBNP 2015 adalah Rp 11.900
per USD dan saat ini Rupiah sudah melemah -13,58% dibandingkan nilai tukar asumsi tersebut.
Dengan selisih nilai tukar yang cukup besar tersebut, pengeluaran untuk proyek yang didanai dengan
pinjaman ULN tentu saja memerlukan perhitungan ulang. Aktivitas investasi yang melibatkan
pembiayaan pemerintah menjadi tertunda, penyerapan anggaran belanja berkurang. Kementerian
Keuangan yakin depresiasi Rupiah masih menguntungkan karena menyebabkan penurunan defisit
pada postur APBN-P 2015. Penerimaan negara diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan
tambahan belanja yang harus dikeluarkan. Reformasi kebijakan subsidi energi yang telah ditempuh
membuat tekanan belanja subsidi akibat gejolak nilai tukar menjadi berkurang. Selain itu, pemerintah
mengandalkan sumber pembiayaan dalam negeri serta penerapan negative net flow untuk utang luar
negeri akan membuat tambahan belanja pembayaran bunga utang relatif terkendali. Beberapa
langkah yang ditempuh pemerintah untuk mengamankan dampak depresiasi Rupiah terhadap USD:
1.
Membentuk protokol managemen krisis nasional di dalam wadah FKSSK yang beranggotakan
Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan serta Lembaga Penjamin
Simpanan.
2.
Menyiapkan implementasi Bond Stabilization Framework (BSF) dengan beberapa lapisan
pencegahan (lines of defense), di antaranya pembelian kembali (buyback) sekuritas utang,
penggunaan dana investasi BUMN, termasuk BPJS serta Saldo Anggaran Lebih(SAL).
3.
Membentuk beberapa currency swap line, antara lain di level bilateral (non-USD denominated),
di antaranya dengan China, Jepang, dan Korea Selatan, dan di level regional ASEAN+3 (nonUSD denominated) melalui CMIM disertai perjanjian pengumpulan cadangan devisa secara
kolektif (pooled FX reserve).
4.
Menyiapkan Deferred Draw Down Option (DDO) bekerja sama dengan World Bank, Asian
Development Bank, Australia serta Jepang (JBIC) senilai total USD 5 miliar yang diperuntukan
mengantisipasi dampak ketidakpastian global terhadap perekonomian Indonesia khususnya
pembiayaan APBN.
Sampai berapa Dollar AS akan semakin perkasa terhadap Rupiah menjadi semakin sulit diprediksi.
Upaya apapun untuk menahan kekuatan Dollar AS perlu pertimbangan yang matang dibanding
membuang energi tanpa hasil.
18
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
LAPORAN UTAMA
RESPON
Lemahnya kinerja perekonomian Indonesia
dalam beberapa tahun terakhir tidak terlepas dari
pengaruh melambatnya perekonomian global
dan menurunnya harga komoditas yang menjadi
penyumbang ekspor Indonesia. Pelemahan
ekonomi ini juga disebabkan belum kuat dan
seimbangnya struktur ekonomi domestik.
Akibatnya perekonomian Indonesia semakin
tertekan. Pada triwulan II tahun 2015 ekonomi
Indonesia tumbuh sebesar 4,67%, mengalami
perlambatan dibandingkan dengan triwulan yang
sama tahun 2014 yang sebesar 5,03%. Selama ini
pertumbuhan ekonomi Indonesia banyak
PEMERINTAH
TERHADAP
PELEMAHAN
EKONOMI
Susiyanti
ditopang dari konsumsi rumah tangga.
Selama triwulan I tahun 2012 sampai dengan triwulan II 2015 rumah tangga memiliki kontribusi paling besar terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Rata-rata share konsumsi rumah tangga terhadap PDB mencapai 55,5%.
Penurunan dan perlambatan pertumbuhan ekonomi tidak hanya dialami oleh Indonesia saja, tetapi juga oleh
perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi global masih menunjukan perlambatan walaupun ekonomi AS sudah mulai
mengalami pemulihan. Adanya pelemahan ekonomi ini membuat pemerintah melakukan berbagai upaya untuk
menggerakan perekonomian.
Foto: www.deviantart.com
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
19
Upaya
yang
dilakukan
pemerintah
dalam
menggerakan
perekonomian
melalui
kebijakan
penyelamatan ekonomi. Serangkaian kebijakan penyelamatan yang dilakukan pemerintah pertama
diumumkan pada publik pada 9 September 2015. Kebijakan pertama ini dinamakan kebijakan
ekonomi tahap satu. Hanya berselang beberapa minggu kemudian, pemerintah kembali meluncurkan
paket kebijakan ekonomi lanjutan. Kali ini disebut dengan paket kebijakan ekonomi jilid dua.
Tak bisa dipungkiri, perekonomian Indonesia menghadapi berbagai tantangan sejak awal tahun 2015.
Sepanjang 2015, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus terdepresiasi.Trend pertumbuhan ekonomi
juga menurun seiring dengan perlambatan ekonomi yang terus berlanjut. Setidaknya hingga
September, ketika pemerintah akhirnya mengambil langkah antisipasi. Belum lagi tekanan pasar
keuangan (nilai tukar, saham dan surat utang) memaksa pemerintah dan otoritas terkait untuk segera
“overhoul”, menyelematkan berbagai polemik ekonomi di Indonesia.
Langkah kongkret dalam penyelamatan perekonomian Indonesia dimulai dari dirilisnya paket
kebijakan ekonomini jilid I. Presiden Jokowi sendiri yang langsung mengumumkan kebijakan tersebut
di dampingi beberapa jajaran Mentri dan instansi terkait.
Paket kebijakan ekonomi jilid satu ditunjukan untuk menyasar tiga hal penting untuk mengendalikan
kondisi perekonomian agar tidak semakin terpuruk serta langkah-langkah penguatan ekonomi. Mulai
dari percepatan eksekusi proyek-proyek strategis nasional, meningkatkan daya saing industri, serta
mendorong investasi di sektor properti.
Kebijakan terkait dengan percepatan proyek-proyek strategis nasional di lakukan dengan
menghilangkan berbagai hambatan dan kendala dalam pembangunan proyek-proyek nasional yang
dinilai strategis. Yakni menyangkut beragam permasalahan klasik, seperti rumitnya tahapan perizinan,
ketersediaan lahan, dan juga konsistensi kebijakan dan lain sebagainya. Semua akan dipangkas.
Beberapa bulan sebelumnya, pemerintah setidaknya telah menetapkan 10 proyek infrastruktur yang
dinilai strategis dan menjadi prioritas. Proyek-proyek ini dikenal dengan “quickwins”. Quickwins
merupakan
proyek
strategis nasional, berupa sarana dan prasaran penting yang dinilai mampu
menumbuhkan sektor perekonomian. Hasil pemanfaatnyapun dinilai akan terasa cepat berdampak.
Diantaranya adalah pembangunan kilang miyak di Bontang, Kalimantan Timur dengan kapasitas 235
ribu perliter, proyek jalan tol Balikpapan-Samarinda, revitalisasi bandara-bandara kecil dan sejumlah
proyek strategis lainnya.
20
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
Percepatan proyek-proyek stategis ini memang menjadi konsen pemerintah. Darmin Nasution, Mentri
Koordinator Bidang Perekonomian menyatakan bahwa pemerintah akan merumuskan kebijakan
tersendiri untuk mendukung percepatan proyek stratategis ini. Perpres ini dianggap sangat
membantu dan besar manfaatnya untuk memudahkan pembangunan.
Sementara itu, poin ke dua dan ketiga dari kebijakan ekonomi jilid satu adalah mendorong daya saing
industri nasional melalui deregulasi, debirokratisasi, serta penegakan hukum dan kepastian usaha
serta meningkatkan investasi di sektor properti.
Sebagai tindak lanjut dari ketiga hal di atas, pemerintah akan merombak 89 peraturan dari 154
peraturan yang diusulkan. Aturan-aturan yang dirombak, selama ini dianggap menghambat daya
saing industri
nasional. Sebagai implementasi kebijakan ekonomi jilid satu ini, pemerintah juga
menyusun 17 rancangan peraturan pemerintah, 11 rancangan peraturan presiden, dua rancangan
instruksi presiden serta 63 rancangan peraturan menteri dan juga lima aturan menteri lainnya untuk
mendukung proses deregulasi yang diperlukan. Semua ini sedang dipersiapkan dan diharapkan
selesai selambat-lambatnya pada bulan Oktober 2015. Tak hanya dari sisi peraturan perundangundangan, sejumlah langkah kongkrit lain juga diambil pemerintah sebagai bagian dari paket
kebijakan ekonomi jilid satu ini, diantaranya penguatan pembiayaan ekspor melalui national interest
account dengan pembentukan komite penugasan khusus ekspor, penetapan harga gas bagi industri
dalam negeri, kebijakan pengembangan kawasan industri, kebijakan memperkuat UKM, simplikasi
perizinan perdagangan, simplifikasi visa kunjungan dan aturan pariwisata, kebijakan elpiji untuk
nelayan serta pemberian raskin atau beras kesejahteraan.
Saat menyampaikan paparannya, Presiden Joko Widodo optimis tiga kebijakan yang diambil ini akan
mampu menggerakan sektor riil dan menyelamatkan perekonomian Indonesia. Paket kebijakan
ekonomi ini akan menggerakkan sektor riil. Presiden menyakini paket kebijakan ekonomi tahap
pertama akan memperkuat industri nasional, mengembangkan industri mikro, memperlancar
perdagangan antar daerah, menggairahkan wisata, meningkatkan kesejahteraan nelayan.
Paket Kebijakan Jilid Dua
Masih dibulan September, pemerintah kembali mengumumkan kebijakan ekonominya. Kali ini,
kebijakan yang diumumkan di penghujung September ini dikenal sebagai paket kebijakan jilid dua.
Berbeda dengan Paket kebijakan ekonomi I yang meliputi banyak regulasi, kali ini pemerintah fokus
hanya pada upaya meningkatkan investasi melalui deregulasi dan debirokratisasi peraturan untuk
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
21
mempermudah investasi, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal
asing (PMA).
Langkah ini diambil pemerintah untuk meningkatkan iklim investasi di Indonesia. Dari data yang ada,
nilai investasi PMDN sektor industri s.d Mei 2015 sebesar Rp 25,56 triliun atau tumbuh sebesar
111,83% dibanding Mei Tahun 2014 sebesar Rp 12,06 triliun. Investasi sektor industri memberikan
kontribusi sebesar 59,54% dari total investasi PMDN s.d Mei 2015 sebesar Rp 42,93 triliun. Investasi
PMA sektor industri memberikan kontribusi sebesar 34,03% dari total investasi PMA s.d Mei 2015
sebesar USD 7,37 milyar.
Iklim investasi tentu sangat penting untuk memperkuat kondisi pasar keuangan Indonesia –sehingga
devisa bertambah, juga untuk memperkuat perusahaan karena permodalan yang makin lancar.
Pemerintahpun membuat terobosan dengan pemberian izin investasi dalam waktu 3 jam di kawasan
industri sebagai langkah nyata untuk menarik investasi atau penanaman modal ini. Dengan
memegang izin tersebut, investor sudah bisa langsung melakukan kegiatan investasi
Tidak hanya pemberian izin investasi dalam waktu 3 jam, pemerintah juga melakukan sejumlah
langkah strategis lain seperti pengurusan tax allowance dan tax holiday lebih cepat, meniadakan
pungutan PPn untuk alat transpotasi, insentif fasilitas di kawasan
pusat logistik berikat, insentif
pengurangan pajak bunga deposito serta perampingan izin sektor kehutanan. Semua merupakan
bagian dari kebijakan deregulasi tahap kedua terkait dengan kemudahan perizinan investasi dan
devisa hasil ekspor.
Secara umum, kebijakan layanan cepat investasi 3 jam
adalah
mempermudah investasi sektor
industri baik untuk pengembangan cabang-cabang industri maupun untuk peningkatan ekspor dan
penyerapan tenaga kerja. Meski demikian, untuk mendapatkan layanan investasi tiga jam ini,
pemerintah menyiapkan sejumlah syarat-syarat yang harus dipenuhi, diantaranya nilai investasi harus
diatas 100 milyar dan daya tampung tenaga kerja setidaknya 1.000 orang.
Pemerintah juga meniadakan pungutan PPn untuk alat transportasi, tujuannya untuk menekan biaya
produksi kapal di Indonesia, seperti kapal penangkap ikan, kapal patroli Angkatan Laut, Bea Cukai, dan
Perhubungan. Dengan demikian, kapal-kapal tersebut dapat disediakan dari dalam negeri dengan
biaya yang lebih kompetitif.
22
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan juga membuat kebijakan pemberian insentif pengurangan
pajak bunga deposito bagi eksportir yang menyimpan dana hasil ekspornya di perbankan dalam
negeri. Kebijakan ini sebagai salah satu upaya pemerintah dalam memperkuat cadangan devisa
negara. Dengan pemberian insentif pengurangan pajak bunga deposito diharapkan para eksportir
mau menyimpan devisa hasil ekspornya di Indonesia dan bisa bermanfaat menjaga pergerakan kurs
rupiah.
Terakhir adalah kebijakan perampingan izin perhutanan. Selama ini industri produk kehutanan
menjadi salah satu penopang perekonomian potensial Indonesia.
Keberadaan industri kehutanan,
terutama industri kayu, furniture dan kerajinan yang cukup berkembang, dan mampu bertahan dari
badai krisis keuangan global pada tahun 2008 merupakan bentuk peran nyata dari sektor kehutanan
dalam perekonomian.
Pada 2013 lalu, Indonesia mengekspor 5,6 miliar dolar AS produk bubur kayu dan kertas ke berbagai
negara. Tahun 2014 diperkirakan jumlah itu naik sekitar 5-7 persen. Dengan kebijakan disektor
perhutanan ini, setidaknya membangkitkan industri di sektor kehutanan, mendorong kemajuan bisnis
kehutanan dan meningkatkan investasi di sektor kehutaan.
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
23
perdagangan
HUBUNGAN
PERDAGANGAN
INDONESIA
AUSTRALIA
Fitria Faradila
(Calon Peneliti Ahli Pertama Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri,
Kementerian Perdagangan)
Baik Indonesia maupun Australia saat ini tengah mengupayakan peningkatan hubungan dagang antar
kedua negara tersebut. Komitmen Australia ditunjukkan dengan dilakukannya berbagai kunjungan
misi dagang ke Indonesia. Pada tanggal 21 September 2015, Menteri Perdagangan dan investasi
Australia, Andrew Robb, melakukan kunjungan dalam rangka mempromosikan pekan IndonesiaAustralia yang diadakan pada tanggal 17-20 November 2015. Dalam kunjungan ini, Menteri
Perdagangan dan Investasi Australia membawa sekitar 200 pebisnis Australia. Kunjungan ini juga perlu
dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memperkenalkan dan mempromosikan produk Indonesia.
Sejak tahun 2012, Indonesia kerap mengalami defisit neraca perdagangan dengan Australia. Hingga
September 2015, defisit neraca perdagangan mencapai 745 Juta USD, meningkat lebih dari dua kali
lipat dibandingkan posisi Januari-September 2014 sebesar 319 Juta USD. Baik ekspor maupun impor
mengalami penurunan yang cukup signifikan. Kendati demikian, penurunan ekspor jauh lebih dalam
yakni sebesar 26,4% dibandingkan penurunan impor yang mencapai sebesar 14,3%.
24
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
Tabel 1. Kondisi Neraca Perdagangan Indonesia-Australia
Sumber: BPS (Diolah oleh Pusdatin Kementerian Perdagangan), 2015
Pada tahun 2014, impor Indonesia dari Australia tercatat 5.648 Juta USD dengan kenaikan rata-rata
per tahun sebesar 6,33% selama 2010-2014. Sementara itu, hingga September 2015, impor mencapai
3.609 Juta USD. Komoditas penyumbang impor terbesar adalah gandum dengan pangsa sebesar
26,7% terhadap total impor. Dan diikuti oleh komoditas raw sugar, refined sugar, lactosa, glucosa,
fruktosa dan batubara dengan pangsa masing-masing sebesar 8,1% dan 5,1%.
Tabel 2. 20 Komoditas/Produk Utama Impor Indonesia dari Australia
NILAI : JUTA USD
KOMODITAS/PRODUK
2010
TOTAL IMPOR
Gandum dan meslin.
Unclassified Primary commodities
Raw sugar, refined sugar, lactosa, glucosa, fruktosa
BATUBARA
Bahan Kimia Anorganik (amonia, chlorides, soda api,
sulfat, dll)
Bijih & konsentrat besi
DAIRY PRODUCT (susu, mentega, telur)
DAGING SAPI SEGAR/BEKU
Unclassified Primary Industries
TEMBAGA
ALUMINIUM
Buah segar
PUPUK MINERAL/KIMIA LAINNYA
Bijih & konsentrat tembaga
Gas
Bahan baku tekstil (sutra, kapas, wol, dll)
SENG
Pulp
PRODUK PEWARNA (Cat, Tinta, dll)
Produk besi baja lainnya
Subtotal 20 Komoditas/Produk
Lainnya
2011
2012
2013
2014
4.099
909
460
106
-
5.177
1.386
341
219
0
5.298
1.428
302
147
0
5.038
1.364
354
349
70
5.648
1.254
701
400
257
213
1
139
158
122
141
168
19
136
195
72
42
34
147
3.061
1.038
248
2
194
148
152
225
294
21
130
0
305
63
53
44
140
3.963
1.214
253
1
149
103
192
253
272
30
70
102
0
237
36
50
44
147
3.820
1.478
226
36
167
161
205
71
248
46
39
29
37
195
64
52
48
86
3.846
1.192
218
181
206
264
191
112
132
49
43
7
153
63
66
47
71
4.414
1.234
JANUARI - SEPTEMBER
2014
2015
4.213
3.609
982
962
493
396
313
292
184
183
164
132
155
194
142
81
101
46
31
110
44
51
36
53
3.311
902
Perub. % Trend (%) Pangsa (%)
162
142
122
113
111
99
87
59
44
43 43 43
37
35
31
30
3.034
575
15/14
10-14
(14,3)
6,3
(2,1)
6,5
(19,7)
9,2
(6,9)
36,8
(0,8) (1,0)
7,3
(21,5)
(41,6)
(21,5)
21,7
(13,2)
28,4
43,1
(0,5)
297,8
6,5
11,7
12,8
(14,8)
(6,3)
30,5
(29,5)
-
(60,9)
(16,5)
(31,2)
(12,6)
(43,0)
(8,4)
(36,3)
(8,9)
(2,5)
9,2
7,4
(17,6)
7,3
3,3
10-15
100,0
26,7
11,0
8,1
5,1
4,5
3,9
3,4
3,1
3,1
2,7
2,4
1,6
1,2
1,2
1,2
1,2
1,0
1,0
0,9
0,8
84,1
15,9
Sumber: BPS (Diolah oleh Pusdatin Kementerian Perdagangan), 2015
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
25
Tabel 2. 20 Komoditas/Produk Utama Ekspor Indonesia ke Australia
NILAI : JUTA USD
DESKRIPSI
2010
TOTAL EKSPOR
Tabung/Pipa besi baja
Minyak Mentah
Kertas
Kayu strip/jalur utk lantai
Kapal suar, floating, dock, dll
Ban Kendaraan
Television (TV)
Batang, batang kecil dan profil tembaga.
Produk besi baja lainnya
Struktur jembatan, tower, dan lainnya
Produk kimia farmasi (obat, serum, vaksin, antibiotik, infus, dll)
Cocoa butter
Furniture kayu
Pelat, lembaran, film, foil dan strip lainnya, dari plastik
Kawat tembaga.
PUPUK MINERAL (UREA)
Kayu lapis (plywood)
Sepatu kulit
Printer multi fungsi (ink jet & laser jet)
Pakaian wanita lainnya
Subtotal 20 Komoditas/Produk
Lainnya
4.244
101
1.880
165
102
39
88
120
0
34
34
10
30
32
28
15
30
19
20
14
2.765
1.480
2011
5.583
116
2.477
159
129
248
96
66
0
51
53
27
18
21
34
0
39
33
27
10
15
3.620
1.962
2012
4.905
63
1.543
143
127
1
115
90
7
61
125
28
18
35
33
0
92
34
31
35
20
2.599
2.306
2013
2014
4.370
119
1.394
118
119
39
89
62
25
58
342
22
32
40
39
0
46
29
25
29
27
2.654
1.716
5.033
309
1.334
114
140
23
83
103
95
142
456
41
42
44
42
30
74
37
36
37
30
3.212
1.822
JANUARI - SEPTEMBER
2014
2015
3.894
2.864
297
660
1.039
496
85
93
100
75
23
66
63
62
70
58
77
54
103
52
211
43
28
41
34
36
30
32
32
31
24
30
74
29
26
27
26
25
29
25
23
25
2.393
1.961
1.501
903
Perub. % Trend (%) Pangsa (%)
15/14
10-14
(26,4)
1,0
122,2
25,3
(52,3)
(11,9)
8,7
(9,9)
(24,4)
5,6
184,3
(25,2)
(1,8)
(2,1)
(16,6)
(3,6)
(29,4) 594,7
(49,5)
34,5
(79,4) 102,4
46,4
29,8
7,6
12,9
8,1
13,5
(3,1)
9,8
23,4 (60,3)
40,1
2,3
3,0
(1,7)
13,0
(12,9)
25,3
8,7
23,0
(18,1)
(0,1)
(39,8)
2,9
2015
100,0
23,0
17,3
3,2
2,6
2,3
2,2
2,0
1,9
1,8
1,5
1,4
1,3
1,1
1,1
1,0
1,0
0,9
0,9
0,9
0,9
68,5
31,5
Sumber: BPS (Diolah oleh Pusdatin Kementerian Perdagangan), 2015
Ekspor Indonesia ke Australia tercatat 5.033 Juta USD pada tahun 2014 dengan tren lima tahunan
sebesar 1%. Hal ini menunjukkan bahwa ekspor Indonesia ke Australia meningkat rata-rata sebesar 1%
per tahun selama 2010-2014. Secara kumulatif Januari-September 2015, ekspor mencapai 2.864 Juta
USD, menurun 26,4% dibandingkan tahun sebelumnya (yoy). Secara nilai, ekspor didominasi oleh
kelompok produk logam, khususnya tabung atau pipa besi baja. Ekspor tabung atau pipa besi baja
memiliki pangsa sebesar 23%. Selain itu, ekspor minyak mentah juga mempunyai pangsa yang tinggi
yakni sebesar 17,3%.
Posisi Indonesia cenderung lebih lemah dalam hubungan perdagangan bilateral dengan Australia.
Selain mencatat defisit perdagangan, kenaikan rata-rata ekspor selama lima tahun juga tercatat lebih
lambat dibandingkan impornya. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi untuk mendorong ekspor
ke Australia, khususnya pada produk-produk unggulan Indonesia yang mempunyai pangsa
permintaan ekspor yang tinggi di Australia, seperti minyak mentah, produk kimia farmasi, produk besi
baja, kertas, ban kendaraan, tabung atau pipa besi baja, struktur jembatan, tower serta furniture kayu.
Adapun produk potensial yang perlu lebih difokuskan ekspornya adalah produk kimia farmasi. Pangsa
permintaan impor produk kimia farmasi di pasar Australia cenderung tinggi dibandingkan produk
lainnya, yakni sekitar 3,7%. Kondisi ini perlu dimanfaatkan oleh Indonesia mengingat pangsa ekspor
produk kimia farmasi masih rendah yakni 1,4% terhadap total ekspor.
Dengan mendorong ekspor komoditas/produk yang potensial di pasar Australia diharapkan defisit
neraca perdagangan Indonesia dengan Australia dapat teratasi. Adapun upaya peningkatan ekspor
dapat dilakukan melalui deregulasi dan debirokratisasi serta memberikan insentif kepada eksportir
untuk melakukan usaha, seperti tax allowance dan tax holiday. Selain itu, kunjungan misi dagang ke
Australia juga perlu dilakukan untuk melihat potensi komoditas/produk yang dapat dipasok dari
Indonesia.
26
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
Tabel 3. Komoditas/Produk Impor Utama Australia dari Dunia
Perub. % Trend (%) Pangsa (%)
2014
(JUTA USD)
14/13
10-14
2014
DESKRIPSI
Minyak Mentah
Mobil penumpang
Produk kimia farmasi (obat, serum, vaksin,
antibiotik, infus, dll)
Unclassified Manufactures
35.160
15.850
(5,2)
(10,2)
8,6
4,0
8.472
(9,6)
(0,6)
7.377
29,1
0,7
Trucks Diesel
4.588
(9,0)
5,5
PERALATAN MEDIS
4.266
3,9
5,7
cellular phone (smart phone)
3.919
8,3
8,7
Laptop, notebooks, tablet, dll
3.529
(0,8)
4,6
Emas (gold)
3.439
(21,6)
(14,9)
Unclassified Manufactures Labour-intensive
3.068
9,7
10,2
Produk besi baja lainnya
2.656
3,9
Unclassified Manufactures low skill and technology
2.635
(13,3)
Suku cadang kendaraan
2.522
(7,3)
1,4
1,1
Perangkat telekomunikasi
2.495
(2,5)
11,6
1,1
Kertas
2.383
0,6
(2,5)
1,0
Ban Kendaraan
2.268
(14,2)
2,6
1,0
Bahan kimia organik lainnya
Mesin perlengkapan pabrik atau laboratorium
2.211
1.996
(1,0)
34,9
(7,8)
46,3
1,0
0,9
Unclassified Manufactures high skill and technology
1.876
6,4
7,1
DESKRIPSI
15,5 Tabung/Pipa besi baja
7,0 Mesin lainnya
Perub. % Trend (%) Pangsa (%)
2014
(JUTA USD)
14/13
10-14
2014
1.842
1.766
36,2
1,0
18,6
1,2
0,8
0,8
3,7 Struktur jembatan, tower, dan lainnya
1.696
(27,0)
33,8
0,7
1.627
(3,6)
1,3
0,7
1.592
27,4
26,0
0,7
1.582
3,2
(2,8)
0,7
1.572
6,0
12,5
0,7
1.557
(3,1)
7,9
0,7
1.527
7,1
6,3
0,7
1.524
0,2
0,6
0,7
(0,8)
3,2 Produk kimia lainnya
Mesin Penyaring/pembersih/penegering air, minyak,
2,0
udara, gas, dll
Elektronika peralatan RT lainnya (AC, hairdryers, Hair
1,9 clippers, microwave, toasters, coffee maker, rice cooker,
blender, kettel, dll)
1,7 Suku cadang mesin cek valve
Minuman beralkohol (Beer, wine, whiskie, rum, vodka,
1,6
dll)
1,5 Furniture kayu
Computers device (keyboard, mouse, hd, optic disk,
1,3
adaptor, memory, sound card, bar code, dll)
1,2 Komputer (PC, server, digital processing, dll)
1.497
(5,2)
(1,7)
0,7
13,5
1,2 Mesin pengangkat (forklift, lift, eskalator, konveyor, dll)
1.443
16,4
12,4
0,6
1.409
8,0
2,5
0,6
Perangkat optik elektronik (teropong, fotographi,
proyektor, mikroskop, oskiloskop, dll)
Setelan, ensemble, jas, gaun wanita
Kapal laut lainnya (tanker, Fishing vessels, Motorboat,
tugs, dll)
Bahan Kimia Anorganik (amonia, chlorides, soda api,
sulfat, dll)
Unclassified Primary commodities
Yeast, ice cream, concentrates, Non-dairy creamer,dll
0,8 Unclassified Primary Industries
1.407
1,8
7,6
0,6
1.359
47,4
15,2
0,6
1.347
1,2
5,0
0,6
1.334
1.321
7,8
(1,6)
7,9
7,7
0,6
0,6
1.289
8,0
8,6
0,6
Sumber: ITC Trademap (Diolah oleh Pusdatin Kementerian Perdagangan), 2015
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015
27
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
REDAKSI TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Gedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4
Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2 – 4 Jakarta, 10710
Telp. 021-3521843, Fax. 021-3521836
Email: [email protected]
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan dapat diunduh pada website www.ekon.go.id
Download