KONFERENSI PERS AKHIR TAHUN 2014 PASAR MODAL INDONESIA Jakarta, 30 Desember 2014 i DAFTAR ISI I. INDIKATOR UTAMA PASAR MODAL INDONESIA ................................................................ 1 II. PERKEMBANGAN DI BIDANG EMISI EFEK, EMITEN DAN PERUSAHAAN PUBLIK, PERIZINAN, PERSETUJUAN, DAN PENDAFTARAN ............................................................ 2 III. IV. V. VI. 1. Di Bidang Emisi Efek....................................................................................................... 2 2. Di Bidang Reksa Dana .................................................................................................... 2 3. Di Bidang Perizinan ........................................................................................................ 3 4. Di Bidang Persetujuan dan Pendaftaran ......................................................................... 6 PERKEMBANGAN DI BIDANG PERATURAN........................................................................ 7 1. Pengaturan Pasar Modal terkait Pengelolaan Investasi .................................................. 7 2. Pengaturan Pasar Modal terkait Transaksi dan Lembaga Efek ....................................... 8 3. Pengaturan Pasar Modal terkait Emiten dan Perusahaan Publik .................................... 8 4. Pengaturan Pasar Modal Berdasarkan Prinsip Syariah ................................................... 9 5. Pengaturan Pasar Modal terkait Sanksi ........................................................................ 10 6. Konversi Peraturan Bapepam dan LK menjadi Peraturan OJK ..................................... 10 7. Persetujuan Peraturan Self Regulatory Organization (SRO) ......................................... 10 KEGIATAN PENGAWASAN, PEMANTAUAN INDIKATOR PROTOKOL MANAJEMEN KRISIS, DAN LAYANAN DI BIDANG HUKUM ...................................................................... 11 1. Uji Kepatuhan Lembaga Efek........................................................................................ 11 2. Pengawasan Perdagangan ........................................................................................... 11 3. Uji Kepatuhan Produk Pengelolaan Investasi, Manajer Investasi (MI), Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD), Bank Kustodian (BK), dan Penasihat Investasi (PI). ................. 11 4. Pengawasan terhadap Emiten ...................................................................................... 13 5. Pengawasan terhadap Profesi Penunjang Pasar Modal ................................................ 14 6. Pengawasan terhadap Lembaga Penunjang Pasar Modal ............................................ 14 7. Uji Kepatuhan dan Monitoring Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal Serta Pemeringkat Efek.......................................................................................................... 14 KEGIATAN PENEGAKAN HUKUM DAN PENGENAAN SANKSI ......................................... 15 1. Pemeriksaan Pasar Modal ............................................................................................ 15 2. Pengenaan Sanksi ........................................................................................................ 16 PASAR MODAL SYARIAH ................................................................................................... 19 VII. PELAKSANAAN BEBERAPA PROGRAM STRATEGIS ....................................................... 24 VIII. KAJIAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PASAR MODAL ..................................................... 25 IX. PELAYANAN PUBLIK .......................................................................................................... 27 1. Sosialisasi dan Edukasi serta Pelayanan Informasi Publik ............................................ 27 2. Annual Report Award 2013 ........................................................................................... 28 X. KERJASAMA KELEMBAGAAN INTERNASIONAL DI SEKTOR PASAR MODAL ................ 28 XI. PENUTUP ............................................................................................................................ 31 ii KONFERENSI PERS AKHIR TAHUN 2014 PASAR MODAL INDONESIA I. INDIKATOR UTAMA PASAR MODAL INDONESIA Pada tanggal 29 Desember 2014, IHSG tercatat pada level 5.178,373 poin atau mengalami kenaikan sebesar 904,196 poin atau 21,15% (ytd) apabila dibandingkan akhir tahun 2013. Sepanjang tahun 2014, IHSG mencatatkan nilai tertinggi pada tanggal 8 September 2014 di level 5.246,483 dan titik terendah pada tanggal 7 Januari 2014 di level 4.175,806. Perbandingan Indeks beberapa Bursa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Indeks China (Shanghai) China (Shenzhen) India (Sensex) Philipina (PSEi) Indonesia (IHSG) Thailand (SET) Jepang (Nikkei 225) Singapore (STI) Hong Kong (Hsi) Australia (AS30) Korea Selatan (Kospi) Malaysia (KLCI) 2013 2.115,98 1.057,67 21.170,68 5.889,83 4.274,18 1.298,71 16.291,31 3.167,43 23.306,39 5.353,08 2.011,34 1.866,96 29 Desember 2014 3.168,02 1.418,49 27.420,37 7.230,57 5.178,37 1.499,41 17.729,84 3.367,69 23.773,18 5.446,95 1.927,86 1.768,41 Pertumbuhan (%) 49,72 34,12 29,52 22,76 21,15 15,45 8,83 6,32 2,00 1,75 -4,15 -5,28 Sumber : Diolah dari berbagai sumber Nilai Kapitalisasi pasar juga mengalami kenaikan sebesar US$ 68,75 miliar atau 19,90% dari US$ 345,54 miliar pada tanggal 30 Desember 2013 menjadi US$ 414,29 miliar pada tanggal 24 Desember 2014. Perbandingan Nilai Kapitalisasi Pasar beberapa Bursa (dalam miliar USD) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Nilai Kapitalisasi Korea Selatan (Kospi) China (Shenzhen) Philipina (PSEi) India (Sensex) Thailand (SET) Indonesia (IHSG) * Australia (AS30) Hong Kong (HSI) China (Shanghai) Jepang (Nikkei 225) Singapore (STI) Malaysia (KLCI) 2013 2.493,06 1.450,98 143,18 571,84 348,71 345,54 1.789,94 406,29 1.084,99 2.900,71 1.423,81 318,6 29 Desember 2014 3.600,73 2.028,14 183,13 701,19 426,13 414,29 1.855,44 413,05 1.059,39 2.724,35 1.332,70 285,96 Pertumbuhan (%) 44,43 39,78 27,91 22,62 22,20 19,90 3,66 1,66 (2,36) (6,08) (6,40) (10,24) Sumber : Diolah dari berbagai sumber 1 II. PERKEMBANGAN DI BIDANG EMISI EFEK, EMITEN DAN PERUSAHAAN PUBLIK, PERIZINAN, PERSETUJUAN, DAN PENDAFTARAN 1. Di Bidang Emisi Efek Dalam periode Januari 2014 hingga 29 Desember 2014, OJK telah mengeluarkan 59 surat Pernyataan Efektif atas Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum, dengan total nilai hasil Penawaran Umum Rp. 69,32 triliun dengan rincian selengkapnya sebagai berikut: a. 19 Pernyataan Efektif untuk Emiten yang melakukan Penawaran Umum Perdana saham dengan total nilai emisi Rp. 8,26 triliun; b. 21 Pernyataan Efektif untuk Emiten atau perusahaan Publik yang melakukan Penawaran Umum Terbatas kepada pemegang saham dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (right issue) dengan total nilai emisi Rp. 39,36 triliun; c. 9 Pernyataan Efektif untuk Emiten yang melakukan Penawaran Umum obligasi dan/atau sukuk dengan total nilai emisi Rp. 9,45 triliun; dan d. 10 Pernyataan Efektif untuk Emiten yang melakukan Penawaran Umum Obligasi dan/atau Sukuk Berkelanjutan tahap I, dengan total nilai emisi Rp. 12,25 triliun. Selain itu, terdapat 27 Penawaran Umum Berkelanjutan tahap II dan seterusnya dengan hasil Penawaran Umum Rp 26,34 triliun. 2. Di Bidang Reksa Dana Sejak tanggal 2 Januari 2014 sampai dengan 24 Desember 2014 total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana (baik Reksa Dana yang melakukan Penawaran Umum maupun Reksa Dana Penyertaan Terbatas) meningkat sebesar 21,49% dari Rp 219,12 triliun menjadi Rp 266,22 triliun. NAB Reksa Dana yang melakukan Penawaran Umum meningkat sebesar 24,61% dari Rp192,54 triliun menjadi Rp239,93 triliun. Sedangkan NAB Reksa Dana Penyertaan Terbatas menurun sebesar 1,09% dari Rp 26,58 triliun menjadi Rp 26,29 triliun. Dari sisi jumlah Reksa Dana, sampai dengan 29 Desember 2014 terdapat 890 Reksa Dana termasuk 202 diantaranya yang efektif selama 2014. Untuk Reksa Dana Penyertaan Terbatas, sampai dengan 29 Desember 2014 terdapat 79 Reksa Dana Penyertaan Terbatas. Jumlah keseluruhan Reksa Dana tersebut dikelola oleh 77 Manajer Investasi dan asetnya tersimpan dalam 17 Bank Kustodian. Selain indikator di atas, tingkat kepercayaan investor terhadap industri Reksa Dana juga semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah Unit Penyertaan yang beredar. Pada bulan Januari 2014 jumlah Unit Penyertaan yang beredar sebesar 120,64 miliar, meningkat menjadi 143,20 miliar pada 24 Desember 2014 atau meningkat sebesar 18,70%. Hal ini menandakan bahwa investor lebih banyak melakukan subscription daripada melakukan redemption. Hal ini tercermin dari net subscription sebesar Rp 29,42 triliun selama periode dimaksud. Kondisi pasar modal (IHSG) dan makro ekonomi yang membaik berdampak positif pada kinerja Reksa Dana. Proses edukasi juga memberikan pengaruh yang cukup besar kepada investor dalam memahami produk beserta risiko Reksa Dana. Untuk itu, OJK senantiasa mendukung dan mendorong setiap pihak yang berkeinginan memberikan edukasi kepada investornya. 2 Berikut adalah data pertumbuhan NAB Reksa Dana yang melakukan Penawaran Umum sejak 2 Januari hingga 24 Desember 2014: NAB Per Jenis Reksa Dana (Dalam Triliun Rupiah) Bulan Pendapatan Tetap Saham Pasar Uang Campuran Terproteksi Indeks ETF Syariah Total Januari 28,54 84,49 13,25 19,45 42,21 0,33 1,97 9,51 199,77 Februari 29,11 88,86 13,46 20,21 42,18 0,34 2,05 9,16 205,37 Maret 29,37 90,68 12,05 20,31 42,46 0,42 2,07 8,96 206,33 April 29,60 90,60 13,82 19,97 42,24 0,36 2,08 9,00 207,66 Mei 30,85 90,02 14,47 19,39 42,39 0,41 2,10 9,06 208,70 Juni 30,19 91,12 15,18 18,72 42,79 0,60 2,14 9,24 209,98 Juli 31,63 89,09 17,64 19,59 42,75 0,57 2,30 9,21 212,79 Agustus 31,59 90,23 17,28 19,64 43,37 0,56 2,29 9,38 214,34 September 31,72 91,41 19,17 19,26 43,91 0,57 2,23 9,45 217,73 Oktober 33,90 95,97 20,08 19,22 42,21 0,52 2,34 10,01 224,26 November 35,32 99,06 21,79 19,47 42,73 0,52 2,47 10,24 231,61 24 Desember 35,39 104,42 23,00 19,74 43,20 0,45 2,57 11,16 239,93 Sumber: e-monitoring OJK 3. Di Bidang Perizinan a. Self Regulatory Organization (Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian Dalam rangka meningkatkan kehati-hatian dalam memberikan persetujuan dan meningkatkan kualitas perubahan manajemen dan pengendali SRO. Pada tahun 2014 OJK telah melakukan penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) terhadap calon Komisaris PT Bursa Efek Indonesia periode 2014-2017 pada tanggal 3 Juni 2014 dengan hasil disetujuinya semua calon komisaris. b. Perusahaan Efek : Perantara Pedagang Efek dan Penjamin Emisi Efek 1) Sampai dengan tanggal 29 Desember 2014, total jumlah Perusahaan Efek yang telah memiliki izin usaha adalah sebagai berikut: No. 1. 2. 3. 4. 5. Periode 2 Januari – 29 Jumlah Izin Desember 2014 Jenis Izin Penerbitan Penerbitan Pencabutan Izin Izin Baru Izin Baru Usaha 1 2 2 Perantara Pedagang Efek (PPE) 1 1 1 Penjamin Emisi Efek (PEE) PPE & PEE PPE & MI PPE & PEE & MI Total Perusahaan Efek saat ini yaitu 140 Perusahaan Efek yang terdiri dari 115 Perusahaan Efek Anggota Bursa dan 25 Perusahaan Efek bukan Anggota Bursa. 3 2) Dalam periode tersebut, 3 (tiga) izin usaha baru untuk Perusahaan Efek yang diterbitkan OJK adalah: No. Perusahaan Efek 1. PT Profindo International Securities PT Garuda Investindo PT Standard Chartered Securities Indonesia *) 2. 3. Izin Nomor SK Usaha Izin Usaha PEE Kep-26/D.04/2014 PPE PPE Tanggal SK Izin Usaha 21 Mei 2014 Kep-40/D.04/2014 29 Agustus 2014 Surat Pengaktifan 20 Oktober 2014 yang ditandatangani oleh KE PM nomor: S-444/D.04/2014 *) Pengaktifan Izin Usaha Perusahaan Efek sebagai Perantara Pedagang Efek. Izin sebagai Penjamin Emisi Efek nomor Kep-05/PM/PEE/2004 tanggal 8 Juli 2004. 3) Sementara, jumlah Perusahaan Efek yang dicabut izin usahanya oleh OJK yaitu sebagai berikut: No. Perusahaan Efek PT Majapahit 1. Securities Tbk PT Majapahit 2. Securities Tbk Izin Usaha PEE Nomor SK Pencabutan Kep-53/D.04/2014 Tanggal SK Pencabutan 5 November 2014 PPE Kep-54/D.04/2014 5 November 2014 4) OJK terus meningkatkan kehati-hatian dalam memberikan persetujuan terhadap perubahan manajemen dan pengendali dari Perusahaan Efek dan SRO. Beberapa hal yang telah dilakukan oleh OJK pada tahun 2014 antara lain melakukan penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) terhadap calon Direktur, Komisaris dan Pemegang Saham Perusahaan Efek dengan perincian sebagai berikut: Calon Direktur sebanyak 51 orang, dengan rincian 45 calon sudah disetujui, 2 calon masih dalam proses kelengkapan dokumen dan fit and proper test dan 4 calon ditolak karena 1 calon Izin WPEE tidak diperuntukan sesuai jabatannya, 1 calon Izin WPPE tidak aktif/dibekukan dan 2 calon tidak lulus fit and proper test; Calon Komisaris sebanyak 34 orang, dengan rincian 31 calon sudah disetujui, 3 calon masih dalam proses kelengkapan dokumen dan fit and proper test; Calon Pemegang Saham atau Pengendali sebanyak 17 Pihak, dengan rincian 14 calon sudah disetujui dan 3 calon masih dalam proses kelengkapan dokumen. c. Perusahaan Efek : Manajer Investasi Sejak Januari sampai tanggal 29 Desember 2014, OJK telah melakukan: 1) Pemberian Izin Usaha Sebagai Manajer Investasi (MI) Selama periode Januari 2014 s.d. 29 Desember 2014 OJK telah memberikan izin kepada 3 Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha sebagai Manajer Investasi sebagai berikut: a) PT Graha Dana Dinamika; b) PT Quant Kapital Investama; dan c) PT Dana Kita Investama. 2) Pencabutan Izin Usaha Sebagai MI Selama periode Januari 2014 s.d. 29 Desember 2014 tidak ada pencabutan izin usaha Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan sebagai Manajer Investasi. 4 3) Kegiatan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (fit and proper test) Terhadap Calon Direktur dan Komisaris MI Selama periode Januari s.d. 29 Desember 2014, kegiatan penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) terhadap calon Direktur dan Komisaris MI adalah sebagai berikut: a) Calon Direktur sebanyak 21 orang, dimana 2 orang diantaranya tidak disetujui karena dinilai belum memenuhi persyaratan sebagai direksi dan 5 orang masih dalam proses fit and proper test; dan b) Calon Komisaris sebanyak 20 orang, dimana 1 orang diantaranya tidak disetujui karena dinilai belum memenuhi persyaratan sebagai komisaris. d. Wakil Perusahaan Efek: Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek Selama periode 2 Januari 2014 hingga 29 Desember 2014, OJK telah selesai memproses sekaligus mengeluarkan Izin orang perseorangan sebagai Wakil Perusahaan Efek, dengan rincian: 1) Wakil Penjamin Emisi Efek (WPEE); Dari awal Januari 2014 – 29 Desember, izin Wakil Penjamin Emisi Efek yang telah dikelurkan sebanyak 33 izin WPEE, sehingga jumlah izin yang telah dikeluarkan hingga saat ini sebanyak 1.916 izin WPEE. 2) Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE); Dari awal Januari 2014 – 29 Desember 2014, izin Wakil Perantara Pedagang Efek yang telah dikeluarkan sebanyak 628 izin WPPE, sehingga jumlah izin yang telah dikeluarkan hingga saat ini sebanyak 8.020 izin WPPE. e. Wakil Perusahaan Efek: Wakil Manajer Investasi (WMI) Dalam periode Januari s.d. 29 Desember, terdapat penerbitan 167 izin Orang Perseorangan sebagai WMI sehingga jumlah WMI yang ada saat ini sebanyak 2.604 orang. f. Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) Dalam periode Januari s.d. 29 Desember, terdapat penerbitan 1 izin STTD sebagai APERD kepada PT Bank Mega Tbk, sehingga jumlah APERD yang ada saat ini sebanyak 23 pihak. g. Wakil Agen Penjual Efek Reksa Dana (WAPERD) Dalam periode Januari s.d. 29 Desember, terdapat penerbitan 3.299 izin Orang Perseorangan sebagai WAPERD sehingga jumlah WAPERD yang ada saat ini sebanyak 21.484 orang. h. Penasihat Investasi Dalam periode Januari s.d. 29 Desember 2014, terdapat penerbitan 1 izin usaha sebagai Penasihat Investasi Institusi kepada PT Bina Investama Infonet. Selain itu, pada periode tersebut terdapat 1 pengembalian izin sebagai Penasihat Investasi Institusi oleh PT Canddelario Tambis. Dengan demikian jumlah Penasihat Investasi Institusi yang ada saat ini adalah 2 pihak. Sedangkan Penasihat Investasi perorangan telah dicabut 1 izin sehingga jumlah Penasihat Investasi perorangan menjadi 4 Penasihat Investasi. 5 Rekapitulasi jumlah perizinan, persetujuan, dan pendaftaran pelaku industri terkait dengan penjaminan emisi, keperantara pedagangan Efek, dan pengelolaan investasi periode Januari s.d 29 Desember 2014 adalah sebagai berikut: Periode 2 Jan – 29 Des 14 No 1 2 3 4 5 Uraian Izin Baru Perusahaan Efek a. Perantara Pedagang Efek (PPE) b. Penjamin Emisi Efek (PEE) c. Manajer Investasi Izin Orang Perseorangan Sebagai Wakil Perusahaan Efek a. Wakil Penjamin Emisi Efek b. Wakil PPE c. Wakil Manajer Investasi (WMI) Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) Wakil Agen Penjual Efek Reksa Dana (WAPERD) Penasihat Investasi a. Perusahaan b. Perorangan Jumlah Pemegang Pencabutan Izin Izin s/d 29 Des 14 2 1 3 1 1 - 2 1 78 33 628 167 - 1.916 8.020 2.604 1 - 23 3.299 - 21.484 1 - 1 1 2 4 4. Di Bidang Persetujuan dan Pendaftaran a. Lembaga Penunjang Pasar Modal Lembaga Penunjang Pasar Modal pada tahun 2014, OJK telah menerbitkan 2 (dua) Surat Keputusan perizinan baru sebagai BAE kepada PT Bima Registra (tanggal 8 Agustus 2014) dan PT Adimitra Jasa Korpora (tanggal 19 September 2014). Adapun data Lembaga Penunjang Pasar Modal sampai dengan Desember 2014 adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 22 Bank Kustodian; 12 Perusahaan sebagai BAE; 10 in-house BAE; 11 Wali Amanat 3 Pemeringkat Efek OJK telah melaksanakan penilaian kemampuan dan kepatutan terhadap pengurus 2 (dua) Perusahaan Pemeringkat Efek yaitu 2 (dua) calon Komisaris dan satu calon Direktur. Berdasarkan hasil penilaian kemampuan dan kepatutan tersebut, OJK telah menerbitkan 2 (dua) surat persetujuan sebagai Komisaris dan satu surat persetujuan sebagai Direktur dalam rangka perubahan susunan pengurus Perusahaan Pemeringkat Efek. b. Profesi Penunjang Pasar Modal Profesi Penunjang Pasar Modal pada tahun 2014, OJK telah menerbitkan Tanda Terdaftar (STTD) Profesi Penunjang Pasar Modal kepada 79 (tujuh sembilan) Profesi Penunjang Pasar Modal. Selain itu pada tahun 2014 diterbitkan 10 (sepuluh) Surat pembatalan STTD berdasarkan permohonan bersangkutan karena selama ini tidak aktif berkegiatan di Pasar Modal. Surat puluh telah yang 6 Adapun data Profesi Penunjang Pasar Modal sampai dengan Desember 2014 adalah sebagai berikut Periode Desember 2014 No. 1. 2. 3. 4. III. Profesi Konsultan Hukum Notaris Akuntan Penilai Penerbitan STTD Baru Jumlah STTD s.d. Pencabutan/ 29 Desember 2014 Pembatalan STTD 13 - 715 28 28 10 9 1 - 1.689 570 167 PERKEMBANGAN DI BIDANG PERATURAN 1. Pengaturan Pasar Modal terkait Pengelolaan Investasi Sampai dengan 29 Desember 2014, OJK telah menerbitkan 7 Peraturan OJK dan 1 Surat Edaran tentang industri pengelolaan investasi, sebagai berikut: 1. Peraturan OJK Nomor 15/POJK.04/2014 tanggal 7 November 2014 tentang Laporan Bulanan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (diundangkan 11 November 2014); 2. Peraturan OJK Nomor 22/POJK.04/2014 tanggal 18 November 2014 tentang Prinsip Mengenal Nasabah Oleh Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal (diundangkan 19 November 2014); 3. Peraturan OJK Nomor 23/POJK.04/2014 tanggal 18 November 2014 tentang Pedoman Penerbitan dan Pelaporan Efek Beragun Aset Berbentuk Surat Partisipasi Dalam Rangka Pembiayaan Sekunder Perumahan (diundangkan 19 November 2014); 4. Peraturan OJK Nomor 24/POJK.04/2014 tanggal 18 November 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajer Investasi, (diundangkan 19 November 2014) 5. Peraturan OJK Nomor 25/POJK.04/2014 tanggal 18 November 2014 tentang Perizinan Wakil Manajer Investasi (diundangkan 19 November 2014); 6. Peraturan OJK Nomor 37/POJK.04/2014 tanggal 8 Desember 2014 tentang Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif Penyertaan Terbatas (diundangkan 8 Desember 2014); dan 7. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 39/POJK.04/2014 tanggal 29 Desember 2014 tentang Agen Penjual Efek Reksa Dana. 8. Surat Edaran OJK Nomor 7/SEOJK.04/2014 tanggal 24 April 2014 Tentang Penerapan Pelaksanaan Pertemuan Langsung Dalam Penerimaan Pemegang Efek Reksa Dana Melalui Pembukaan Rekening Secara Elektronik, Serta Tata Cara Penjualan dan Pembelian Kembali Efek Reksa Dana Secara Elektronik. Adapun regulasi yang terkait pengelolaan investasi yang sedang dalam proses penyusunan dan penyempurnaan oleh OJK adalah sebagai berikut: a. Penyusunan RPOJK sebagai penyempurnaan Peraturan Nomor V.G.1 Tentang Perilaku yang Dilarang Bagi Manajer Investasi; b. Penyusunan rancangan Surat Edaran OJK tentang Pricing Error; c. Penyusunan peraturan baru tentang Reksa Dana Berbasis Efek Luar Negeri; dan d. Penyusunan peraturan baru tentang Hedge Fund. 7 2. Pengaturan Pasar Modal terkait Transaksi dan Lembaga Efek Sepanjang tahun 2014 ini OJK telah menerbitkan beberapa ketentuan yang berbentuk Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK). Beberapa peraturan yang telah diterbitkan tersebut antara lain: 1. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 9/SEOJK.04/2014 tanggal 3 Juni 2014 tentang Perubahan Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor 16/BL/2012 tentang Penjelasan Peraturan Bapepam Dan LK Nomor V.D.3 Tentang Pengendalian Internal Perusahaan Efek Yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Perantara Pedagang Efek menjadi Surat Edaran OJK; 2. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 22/POJK.04/2014 tentang Prinsip Mengenal Nasabah Oleh Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal. Ketentuan ini merupakan penyempurnaan dan menggantikan Peraturan Bapepam-LK Nomor V.D.10 tentang Prinsip Mengenal Nasabah Oleh Penyedia Jasa Keuangan Di Bidang Pasar Modal. Ketentuan ini di Undangkan pada tanggal 19 November 2014. 3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 26/POJK.04/2014 tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa sebagai pengganti Peraturan Bapepam-LK Nomor III.B.6 tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa dan Peraturan III.B.7 tentang Dana Jaminan. Peraturan ini diundangkan tanggal 19 November 2014; 4. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 27/POJK.04/2014 tentang Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek yang menggantikan Peraturan Bapepam-LK Nomor V.B.1 tahun 2010 tentang Perizinan Wakil Perusahaan Efek. Peraturan ini ditetapkan dan diundangkan tanggal 19 November 2014; Adapun regulasi yang terkait Transaksi dan Lembaga Efek yang sedang dalam proses penyusunan dan penyempurnaan adalah a. Penyusunan RPOJK terkait Pedoman Transaksi Repo Bagi Lembaga Jasa Keuangan; b. Penyusunan RPOJK sebagai penyempurnaan peraturan Perizinan Perusahaan Efek Yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek; dan c. Penyusunan Surat Edaran OJK tentang Kontribusi Dana Jaminan yang didasarkan pada nilai Transaksi. 3. Pengaturan Pasar Modal terkait Emiten dan Perusahaan Publik Pada 2014, OJK telah mengeluarkan regulasi terkait dengan Emiten dan Perusahaan Publik sebagai berikut: 1. Surat Edaran Nomor 8/SEOJK.04/2014 tanggal 14 Mei 2014 tentang Pencabutan Surat Edaran OJK Nomor 1/SEOJK.04/2013 tentang Kondisi Lain Sebagai Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan Dalam Pelaksanaan Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik; 2. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 32/POJK.04/2014 tanggal 8 Desember 2014 tentang Rencana Dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka (diundangkan 8 Desember 2014); 3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 tanggal 8 Desember 2014 tentang Direksi Dan Dewan Komisaris Emiten Atau Perusahaan Publik (diundangkan 8 Desember 2014); 8 4. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 34/POJK.04/2014 tanggal 8 Desember 2014 tentang Komite Nominasi Dan Remunerasi Emiten Atau Perusahaan Publik(diundangkan 8 Desember 2014); 5. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 35/POJK.04/2014 tanggal 8 Desember 2014 tentang Sekretaris Perusahaan Emiten Atau Perusahaan Publik(diundangkan 8 Desember 2014 ); 6. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/POJK.04/2014 8 Desember 2014 tentang Penawaran Umum Berkelanjutan Efek Bersifat Utang Dan/Atau Sukuk (diundangkan 8 Desember 2014); 7. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 38/POJK.04/2014 tanggal 29 Desember 2014 tentang Penambahan Modal Perusahaan Terbuka Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Kegiatan penyusunan regulasi terkait Emiten dan Perusahaan Publik yang masih dalam proses adalah sebagai berikut: a. Penyusunan RPOJK terkait Penyempurnaan Peraturan Nomor X.K.1 Tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik; b. Penyusunan RPOJK terkait Emiten dan Peusahaan Publik Yang Dikecualikan Kewajiban Penyampaian Laporan dan Pengumuman; c. Penyusunan RPOJK terkait Penawaran Saham Dalam Program Kepemilikan Saham Perusahaan Terbuka Oleh Karyawan, Direksi, dan/atau Dewan Komisaris; d. Penyusunan RPOJK terkait penyempurnaan Peraturan Nomor IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka; e. Penyusunan RPOJK terkait penyempurnaan Peraturan Nomor IX.D.1 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu; f. Penyusunan RPOJK terkait penyempurnaan Peraturan Nomor IX.D.2 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dan Peraturan Nomor IX.D.3 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus Dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu; g. Penyusunan RPOJK terkait penyempurnaan Peraturan Nomor IX.C.2 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus Dalam Rangka Penawaran Umum; h. Penyusunan RPOJK terkait penyempurnaan Peraturan Nomor X.K.4 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum; dan i. Penyusunan Ketentuan terkait Reposisi Peran Profesi Penunjang Pasar Modal. 4. Pengaturan Pasar Modal Berdasarkan Prinsip Syariah Pada tahun 2014 OJK sedang melakukan penyusunan regulasi pasar modal berdasarkan prinsip syariah sebagai berikut: 1. Penyusunan RPOJK terkait penyempurnaan Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah untuk memberikan kejelasan pengaturan Penerbitan Efek sesuai dengan jenisnya, maka dalam penyempurnaan, Peraturan Nomor IX.A.13 Tentang Penerbitan Efek Syariah akan dibagi menjadi lima RPOJK, sebagai berikut: a. b. c. RPOJK terkait Penerapan Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal RPOJK terkait Penerbitan Saham Syariah RPOJK terkait Penerbitan Sukuk 9 d. e. RPOJK terkait Penerbitan Reksa Dana Syariah RPOJK terkait Penerbitan EBA Syariah 2. Penyusunan RPOJK terkait Ahli Syariah Pasar Modal. Penyusunan regulasi ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum kebutuhan dan keberadaan Ahli Syariah Pasar Modal dan Dewan Pengawas dalam penerbitan Efek, pengelolaan investasi, dan kegiatan usaha di Pasar Modal berbasis Syariah, yang dibutuhkan antara lain oleh Emiten atau Perusahaan Publik, Manajer Investasi, dan Bank Kustodian. Selain penyusunan regulasi tersebut di atas, dalam rangka pengembangan regulasi Pasar Modal syariah, pada tahun 2014 OJK juga telah selesai melakukan kajian Penerapan Prinsip-prinsip Syariah pada Perusahaan Efek di Pasar Modal. OJK telah menyelesaikan Kajian terkait Penerapan Prinsip-prinsip Syariah pada Perusahaan Efek di Pasar Modal. Kajian ini bertujuan memberikan usulan dan rekomendasi yang dapat digunakan sebagai landasan dalam penyusunan peraturan tentang Penerapan Prinsip-prinsip Syariah pada Perusahaan Efek di pasar Modal. Dengan adanya peraturan tersebut diharapkan dapat memberikan kepastian hukum sekaligus meningkatkan kepercayaan pasar (market confidence) terhadap produk dan jasa syariah yang ditawarkan di Pasar Modal. 5. Pengaturan Pasar Modal terkait Sanksi OJK telah menerbitkan POJK Nomor 04/POJK.04/2014 tanggal 1 April 2014 Tentang Tata Cara Penagihan Sanksi Administratif Berupa Denda di Sektor Jasa Keuangan, dimana tujuan dari peraturan tersebut adalah sebagai dasar hukum atas tata cara penagihan sanksi administratif berupa denda, yang meliputi mekanisme pembayaran sanksi administratif berupa denda dan mekanisme pelimpahan piutang macet. (diundangkan 1 April 2014). 6. Konversi Peraturan Bapepam dan LK menjadi Peraturan OJK Selain melakukan penyusunan atau penyempurnaan peraturan bidang Pasar Modal untuk memberikan kemudahan bagi pelaku, di bidang pengaturan sedang menyusun konversi Peraturan Bapepam dan LK menjadi Peraturan OJK. 7. Persetujuan Peraturan Self Regulatory Organization (SRO) Menindaklanjuti pengajuan atas usulan penyempurnaan Peraturan dari SRO (PT Bursa Efek Indonesia, PT Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia serta PT Kustodian Sentral Efek Indonesia), OJK telah menyetujui dan sedang melakukan pembahasan atas usulan penyempurnaan regulasi dimaksud sebagai berikut: a. OJK telah menyetujui OJK telah memberikan persetujuan terhadap peraturan Bursa Efek Indonesia Nomor I-A Tentang Pencatatan Saham Dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat pada tanggal 20 Januari 2014. Peraturan Bursa Efek Indonesia Nomor I-A.1 tentang Ketentuan Pencatatan Khusus Bagi Calon Perusahaan Tercatat di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara. Tujuan dari penyempurnaan peraturan bursa tersebut, selain untuk mendorong meningkatnya jumlah perusahaan pertambangan untuk masuk Bursa Efek juga mengatur mengenai persyaratan-persyaratan umum bagi perusahaan pertambangan yang ingin mencatatkan sahamnya di PT Bursa Efek Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2014. Penyempurnaan Peraturan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia yang menyangkut AKSes, Pemeriksaan, dan Sanksi pada tanggal 26 November 2014. 10 b. OJK sedang melakukan pembahasan dengan Self Regulatory Organizations: IV. Penyempurnaan Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia No. Kep00406/BEI/10-2009 tentang Partisipan dan No.Kep-00405/BEI/10-2009 tentang Pelaporan Transaksi Obligasi Melalui Centralized Trading Platform, saat ini surat keputusan tersebut sedang dilakukan penyusunan kembali oleh BEI; Penyempurnaan Peraturan Bursa Efek Indonesia Nomor III-B tentang Keanggotaan Kontrak Berjangka dan Opsi, saat ini peraturan tersebut sedang dilakukan penyusunan kembali oleh BEI; Penyempurnaan Peraturan Bursa Efek Indonesia I-G Tentang Pencatatan Sukuk; dan Penyempurnaan Peraturan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Nomor III-A tentang Keanggotaan Kliring Kontrak Berjangka dan Opsi, saat ini peraturan tersebut sedang dilakukan penyusunan kembali oleh KPEI. KEGIATAN PENGAWASAN, PEMANTAUAN INDIKATOR PROTOKOL MANAJEMEN KRISIS, DAN LAYANAN DI BIDANG HUKUM 1. Uji Kepatuhan Lembaga Efek Sebagai bagian dari tugas dan fungsi OJK dalam melakukan pembinaan dan pengawasan Pasar Modal, OJK melakukan uji kepatuhan Lembaga Efek yang dilakukan melalui kegiatan pemeriksaan setempat. Pemeriksaan setempat tersebut dilakukan untuk menilai kepatuhan Lembaga Efek terhadap peraturan perundang-undangan pasar modal yang berlaku. Sampai dengan tanggal 29 Desember 2014, OJK telah melakukan pemeriksaan setempat terhadap 56 (lima puluh enam) Perusahaan Efek Anggota Bursa, 16 (enam belas) kantor cabang Perusahaan Efek, dan 2 (dua) Self Regulatory Organizations yaitu PT Bursa Efek Indonesia dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia. Pemeriksaan setempat terhadap Perusahaan Efek dalam periode ini difokuskan pada penghitungan, pemeliharaan dan pelaporan MKBD, serta pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan kepada PPATK dan pelaksanaan Prinsip Mengenal Pengguna Jasa sebagai Perantara Pedagang Efek. Berdasarkan hasil pemeriksaan setempat terhadap Perusahaan Efek, OJK telah menyampaikan Surat Temuan Hasil pemeriksaan kepada 29 (dua puluh sembilan) Perusahaan Efek. Dengan hal tersebut, OJK telah meminta Perusahaan Efek untuk melakukan langkah-langkah perbaikan guna pemenuhan perundang-undangan pasar modal yang berlaku. Dalam periode yang sama juga, OJK juga melaksanakan pemeriksaan teknis terhadap 5 (lima) Perusahaan Efek Anggota Bursa. Pemeriksaan teknis dilakukan sehubungan dengan kasus yang melibatkan Perusahaan Efek dan atau adanya pengaduan dari pelapor terkait dengan Perusahaan Efek. 2. Pengawasan Perdagangan Sebagai pelaksanaan amanat Pasal 3 UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM), selama 2014 OJK telah melakukan pengawasan terhadap kegiatan pasar modal berupa pemantauan transaksi perdagangan harian terhadap perdagangan 510 saham, 41 waran, dan 23 rights dari perusahaan tercatat di Bursa Efek, perdagangan obligasi yang meliputi obligasi perusahaan sebanyak 492 seri, SBN sebanyak 123 seri, serta perdagangan Efek Beragun Aset (EBA) sebanyak 8 seri, perdagangan Exchange Traded Fund (ETF) sebanyak 8 seri, dan Dana Investasi Real Estate (DIRE) atau dikenal dengan Real Estate Investment Trusts (REITs) sebanyak 1 seri. Disamping itu OJK juga melakukan pengawasan terhadap Kontrak Opsi Saham (KOS). 11 Dalam upaya mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal, OJK telah melakukan proses pemantauan, penelaahan dan pemeriksaan teknis yang dilakukan terhadap dugaan transaksi perdagangan tidak wajar berdasarkan parameter tertentu yang mengindikasikan ketidakwajaran pergerakan harga maupun volume suatu efek. Apabila dalam pemantauan ditemukan indikasi awal pelanggaran UUPM maka akan dilanjutkan pada tahap penelaahan guna memperoleh petunjuk awal yang memadai untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 UUPM. Selama periode 2 Januari s.d 29 Desember 2014, OJK telah melakukan pemantauan terhadap perdagangan 154 saham, melakukan proses penelaahan terhadap indikasi perdagangan tidak wajar sebanyak 11 kasus (tindak lanjut proses pemantauan), dan melakukan pemeriksaan teknis sebanyak 6 kasus (tindak lanjut proses penelaahan). OJK melakukan tugas pengawasan atas transaksi dan penyelesaian transaksi efek di pasar sekunder baik di Bursa Efek, maupun diluar Bursa Efek dan pengawasan Surat Utang Negara. Parameter perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2 Januari s.d. 29 Desember 2014 jika dibandingkan dengan periode tahun lalu adalah sebagai berikut: Perkembangan IHSG IHSG Volume (miliar) Nilai (Rp triliun) Frekuensi (juta) Market Kapitalisasi (Rp triliun) 2013 1.342,66 1.522,12 37,50 4.219,02 2014 1.316,84 1.444,29 51,25 5.179,39 Perubahan (25,82) (77,84) 13,75 960,37 % (1,92) (5,11) 36,66 (22,76) Rekapitulasi Perdagangan Efek 2013 2014 Perubahan % Right Volume (miliar) Nilai (Rp miliar) Frekuensi 11,18 1.178,27 9.623 12,89 30,27 58.107 1,71 (1.148,00) 48.484 15,25 (97,43) 503,83 Volume (miliar) Nilai (Rp miliar) Frekuensi 38,11 3.648,21 619.167 14,68 866,07 350.384 (23,43) (2.782,14) (268.783) (61,47) (76,26) (43,41) Volume (juta) Nilai (Rp miliar) Frekuensi 12,98 8,58 5.435 985,09 103,52 33.846 972.11 94.95 28411 7.487.65 1.106.91 522.74 Volume (miliar) Nilai (Rp miliar) Frekuensi 127,63 13,58 120 973,48 95,40 225 845,85 81,82 105 662,75 602,52 87,50 Waran ETF DIRE Pada tahun 2014 (s.d. 29 Desember 2014), transaksi investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 40,10 triliun, berikut data transaksi investor Asing : Transaksi Investor Asing Investor Asing Volume Beli (miliar) Nilai Beli (Rp triliun) Volume Jual (miliar) Nilai Jual (Rp triliun) 2013 269,63 629,45 276,15 650,10 2014 274,05 606,41 280,02 566,31 Perubahan 4,42 (23,04) 3,87 (83,79) % 1,64 (-3,66) 1,40 (12,89) 12 Terkait dengan pelaporan transaksi obligasi melalui sistem Penerima Laporan Transaksi Efek (PLTE), berikut rekapitulasi pelaporan periode 2 Januari s.d. 29 Desember 2014 : Pelaporan Transaksi Obligasi Jenis Pelaporan SBN (IDR) Total (miliar) Rata-rata harian (Rp miliar) SBN (USD) Total (miliar) Rata-rata harian (Rp miliar) Sukuk Negara Ritel Total (miliar) Rata-rata harian (Rp miliar) Obligasi Negara Ritel Total (miliar) Rata-rata harian (Rp miliar) Obligasi Korporasi (IDR) Total (miliar) Rata-rata harian (Rp miliar) Obligasi Korporasi (USD) Total (miliar) Rata-rata harian (Rp miliar) 2013 2014 Perubahan % 1.877.736,67 7.602,17 2.830.880,14 11.746,39 953.143,46 4.144,22 50,76 54,51 21,99 0,55 139,82 0,58 117,82 0,03 535,75 5,52 105.345,78 426,50 155.960,60 647,14 50.614,82 220,64 48,05 51,73 109.725,12 444,23 151.529,40 628,75 41.804,28 184,52 38,10 41,54 185.718,89 751,90 166.793,13 692,09 (18.925,76) (59,81) (10,19) (7,95) 17,80 0,07 10,27 0,04 (7,53) (0,03) (42.28) (40.84) 3. Uji Kepatuhan Produk Pengelolaan Investasi, Manajer Investasi (MI), Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD), Bank Kustodian (BK), dan Penasihat Investasi (PI). Sampai dengan 29 Desember 2014, OJK telah melaksanakan pemeriksaan kepatuhan terhadap 22 Kantor Pusat MI, 3 Kantor Cabang MI, 12 Kantor Pusat APERD, 40 Kantor Cabang APERD, 3 BK, 1 PI Institusi, dan 2 Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset. 4. Pengawasan terhadap Emiten Dari Januari 2014 hingga 29 Desember 2014, OJK telah melakukan pengawasan atas berbagai tindakan yang dilakukan oleh Emiten dan Perusahaan Publik sebanyak 408 transaksi dalam aksi korporasi yang dilakukan oleh Emiten atau Perusahaan Publik, yaitu: 194 Transaksi Afiliasi; 39 transaksi material dengan 11 diantaranya harus terlebih dahulu mendapat persetujuan RUPS; 6 transaksi Afiliasi dan Transaksi Material yang harus terlebih dahulu mendapat persetujuan RUPS; 4 perubahan kegiatan usaha utama; 25 Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dengan 6 diantaranya merupakan program ESOP/MESOP; 6 penggabungan usaha; 5 aksi korporasi pengambilalihan perusahaan terbuka dan penawaran Tender Wajib; 86 laporan pembagian dividen berupa kas; 6 pembagian dividen saham dan saham bonus; 11 laporan buyback saham; 11 laporan buyback saham karena krisis; 3 laporan stock split; 5 laporan buyback obligasi; 6 laporan program ESOP/MSOP Emiten atau Perusahaan terbuka serta 1 laporan go private. Dengan mengacu pada risk based supervision, OJK telah melakukan risk assesment Emiten dan Perusahaan Publik atas Laporan Keuangan Tahunan, Laporan Tahunan, Laporan Keuangan Tengah Tahunan Emiten dan Perusahaan Publik yang diterima oleh OJK sampai dengan tanggal 29 Desember 2014 dimana OJK telah menelaah sebanyak 287 Laporan Keuangan Tahunan dari, sebanyak 338 Laporan Tahunan dan 214 Laporan Keuangan Tengah Tahunan. OJK juga telah melakukan Pemeriksaan Teknis terhadap 35 Emiten untuk memastikan adanya dugaan pelanggaran atas peraturan pasar modal. 13 5. Pengawasan terhadap Profesi Penunjang Pasar Modal Dari Januari 2014 sampai dengan akhir Desember 2014, OJK telah melakukan pengawasan terhadap Akuntan, Penilai dan Konsultan Hukum Pasar Modal melalui pemantauan laporan keikutsertaan Pendidikan Profesi Lanjutan (PPL) dan penyampaian laporan perubahan data profesi serta pemantauan dan penelaahan atas laporan berkala (Akuntan dan Penilai). Dalam rangka meningkatkan profesionalisme profesi dan update terhadap perkembangan di Pasar Modal, OJK bekerja sama dengan asosiasi profesi yaitu FAPM-IAPI (Forum Akuntan Pasar Modal- Institut Akuntan Publik Indonesia), FPPMMAPPI (Forum Penilai Pasar Modal – Masyarakat Profesi Penilai Indonesia), dan Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM) menyelenggarakan Pendidikan Profesi Berkelanjutan (PPL). Sampai dengan akhir Desember 2014, telah diselenggarakan PPL sebanyak 6 (enam) kali PPL untuk Akuntan, 6 (enam) kali PPL untuk Penilai, dan 8 (delapan) kali PPL untuk Konsultan Hukum. 6. Pengawasan terhadap Lembaga Penunjang Pasar Modal Dari Januari 2014 sampai dengan akhir Desember 2014, OJK telah melakukan pengawasan terhadap Lembaga Penunjang Pasar Modal, yaitu Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian, dan Wali Amanat serta Perusahaan Pemeringkat Efek melalui penelaahan atas laporan berkala yang disampaikan oleh setiap lembaga penunjang tersebut. Jenis laporan yang disampaikan dan telah dilakukan penelaahan meliputi: a. 12 Biro Administrasi Efek: Laporan Kegiatan Operasional Tahunan, Laporan Keuangan Tahunan, Laporan Bulanan, Laporan Harian melalui sistem e-BAE, dan Laporan Peristiwa Penting; b. 22 Bank Kustodian: Laporan Aktivitas Bulanan dan Laporan Kegiatan Operasional Tahunan; c. 11 Wali Amanat: Laporan Tengah Tahunan, Laporan Tahunan, dan Laporan Peristiwa Penting. d. 3 Perusahaan Pemeringkat Efek: Laporan Keuangan Tahunan, Laporan Kegiatan Operasional Triwulanan, Laporan Perubahan Metodologi, Laporan Perubahan Data, dan Laporan Hasil RUPS. 7. Uji Kepatuhan dan Monitoring Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal Serta Pemeringkat Efek Pada tahun 2014, OJK telah melakukan uji kepatuhan terhadap profesi dan lembaga penunjang Pasar Modal yaitu 5 Penilai, 5 Bank Kustodian (BK), 3 Wali Amanat (WA), 3 Biro Administrasi Efek (BAE). OJK juga melakukan monitoring secara on-site terhadap 2 BK dan 1 BAE, dan monitoring secara off-site atas hasil pemeriksaan kepatuhan tahun 2013 terhadap 2 Perusahaan Pemeringkat Efek, 2 BK dan 11 in-house BAE. Selain itu, OJK juga melakukan pemetaan terhadap 4 Konsultan Hukum (KH) dengan cara melakukan kunjungan terkait penerapan standar profesi yang ditetapkan oleh HKHPM dalam melakukan uji tuntas aksi korporasi Emiten. Pemetaan ini merupakan langkah awal OJK untuk memastikan tingkat penerapan standar profesi yang dilakukan oleh KH dalam memberikan jasa profesinya. Sampai dengan Desember 2014, OJK telah mengirimkan surat pemenuhan kewajiban penilai atas rekomendasi hasil uji kepatuhan berdasarkan temuan pemeriksaan. Terhadap lembaga penunjang, OJK telah menyampaikan surat hasil temuan uji kepatuhan untuk ditanggapi lembaga dimaksud sebelum OJK menyampaikan surat pemenuhan hasil uji kepatuhan yang disertai dengan kewajiban untuk menerapkan peraturan yang berlaku dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai lembaga penunjang di Pasar Modal. 14 Hasil uji kepatuhan menunjukkan bahwa terhadap BK masih ditemukan belum maksimalnya penerapan Peraturan terkait Prinsip Mengenal Nasabah antara lain mengenai kurang lengkapnya dokumen pendukung pada pembukaan rekening nasabah, kewajiban pengkinian data atas informasi nasabah dan pemantauan transaksi keuangan yang mencurigakan. Terhadap WA antara lain ditemukan masih terdapat kontrak perwaliamanatan yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selanjutnya, terhadap BAE, antara lain ditemukan dokumen Emiten yang tidak diadministrasikan secara lengkap sesuai dengan peraturan yang berlaku dan belum maksimalnya pembuatan single investor identification. Dalam melakukan on-site monitoring, OJK memastikan bahwa rekomendasi hasil uji kepatuhan tahun sebelumnya dilaksanakan secara konsisten dan tidak adanya pengulangan pelanggaran. Dari hasil monitoring ditemukan bahwa masih terdapat pengulangan pelanggaran yang dilakukan oleh BK dan OJK telah mengirim surat teguran agar BK dimaksud memperbaiki kekurangan tersebut Dari hasil penelaahan pemenuhan hasil uji kepatuhan tahun 2013 yang merupakan kegiatan offsite monitoring 2014, OJK telah menyampaikan surat pemenuhan kewajiban terhadap 2 (dua) BK, 2 (dua) Perusahaan Pemeringkat Efek, 8 (delapan) in-house BAE, dan mengundang 3 (tiga) in-house BAE untuk memberikan konfirmasi atas hasil uji kepatuhan. Terhadap profesi Akuntan Publik yang terdaftar di OJK dan melakukan kegiatan di Pasar Modal, di tahun 2014 OJK telah melakukan pemeriksaan kepatuhan dengan ruang lingkup pendalaman Sistem Pengendalian Mutu (SPM) pada 12 Kantor Akuntan Publik (KAP). Pendalaman SPM KAP tahun 2014 merupakan bagian dari tahap awal pelaksanaan fungsi pemeriksaan kepatuhan Akuntan oleh OJK yang telah dimulai sejak tahun 2013. Pendalaman SPM KAP bertujuan untuk mengetahui desain dan penerapan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP dan kesesuaiannya dengan ketentuan dan standar profesi yang berlaku. Sampai dengan 30 Desember 2014, OJK telah menerbitkan 12 Laporan Hasil Pendalaman SPM (LHP) dan Surat Hasil Pendalaman SPM (SHP), dimana 10 LHP/SHP diantaranya disertai dengan rekomendasi penyempurnaan desain dan penerapan SPM pada 6 (enam) unsur SPM sebagaimana diatur dalam Standar Pengendalian Mutu Nomor 1 yang berlaku efektif 1 Januari 2013. V. KEGIATAN PENEGAKAN HUKUM DAN PENGENAAN SANKSI 1. Pemeriksaan Pasar Modal Salah satu tugas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah mengawasi kegiatan di Pasar Modal, baik melalui upaya preventif maupun represif dalam bentuk penegakan hukum. Efektivitas penegakan hukum akan sangat mempengaruhi kredibilitas OJK. Dari sisi industri, penegakan hukum yang efektif merupakan faktor krusial dalam membentuk tingkat kepercayaan serta kepastian hukum di pasar keuangan. Seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan kualitas pelanggaran di Pasar Modal, maka dibutuhkan proses penegakan hukum yang lebih agresif dan komprehensif. Oleh karena itu, peningkatan kualitas dan kuantitas penegak hukum di bidang Pasar Modal sangatlah mutlak diperlukan. Saat ini peningkatan kualitas penegak hukum dilakukan secara berkelanjutan melalui serangkaian pelatihan dan pendidikan baik didalam maupun luar negeri. Sampai dengan 29 Desember 2014, jumlah pemeriksaan Pasar Modal yang ditangani oleh OJK yaitu sebanyak 77 (tujuh puluh tujuh) pemeriksaan yang terdiri dari: a. 33 (tiga puluh tiga) pemeriksaan terkait Emiten, Perusahaan Publik dan atau Profesi Penunjang Pasar Modal dengan dugaan pelanggaran antara lain: dugaan pelanggaran terhadap ketentuan penyajian Laporan Keuangan, ketentuan transaksi material dan perubahan kegiatan usaha, ketentuan keterbukaan informasi yang harus segera 15 diumumkan kepada publik, ketentuan laporan realisasi penggunaan dana hasil Penawaran Umum, ketentuan benturan kepentingan transaksi tertentu, ketentuan pembelian kembali saham yang dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik, ketentuan rencana dan pelaksanaan RUPS, ketentuan pokok-pokok Anggaran Dasar Perseroan yang melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik serta dugaan pelanggaran ketentuan pendaftaran konsultan hukum yang melakukan kegiatan di Pasar Modal; b. 34 (tiga puluh empat) pemeriksaan terkait Transaksi dan Lembaga Efek dengan dugaan pelanggaran terhadap ketentuan pengendalian internal Perusahaan Efek dan adanya indikasi pergerakan harga saham yang tidak wajar di Bursa Efek; dan c. 10 (sepuluh) pemeriksaan terkait Pengelolaan Investasi dengan dugaan pelanggaran terhadap ketentuan mengenai pedoman pengelolaan Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif, ketentuan prinsip mengenal nasabah oleh penyedia jasa keuangan di bidang Pasar Modal, ketentuan pedoman pelaksanaan fungsi-fungsi Manajer Investasi, dan ketentuan laporan kegiatan bulanan Manajer Investasi. 2. Pengenaan Sanksi a. Penetapan Sanksi Administratif Sampai tanggal 29 Desember 2014, OJK telah menetapkan sebanyak 777 (tujuh ratus tujuh puluh tujuh) Sanksi Administratif kepada para pelaku industri Pasar Modal, yakni sebanyak 60 (enam puluh) Sanksi Administratif berupa Peringatan Tertulis, 713 (tujuh ratus tiga belas) Sanksi Administratif berupa Denda, 2 (dua) Sanksi Administratif berupa Pencabutan Izin, dan 2 (dua) Sanksi Administratif berupa Pembekuan Izin. Sebanyak 30 (tiga puluh) Sanksi Administratif berupa Peringatan Tertulis tersebut ditetapkan karena keterlambatan mengumumkan laporan keuangan, serta 30 (tiga puluh) Sanksi Administratif berupa Peringatan Tertulis karena pelanggaran terkait kasus di bidang Pasar Modal selain keterlambatan pelaporan. Selanjutnya 713 (tujuh ratus tiga belas) Sanksi Administratif berupa Denda telah dikenakan kepada para pelaku di industri Pasar Modal karena keterlambatan penyampaian laporan berkala dan laporan insidentil, maupun karena kasus pelanggaran ketentuan di bidang Pasar Modal selain keterlambatan pelaporan dengan total nilai Denda Rp7.953.060.000,00 (tujuh miliar sembilan ratus lima puluh tiga juta enam puluh ribu rupiah) dengan rincian sebagai berikut: Sebanyak 665 (enam ratus enam puluh lima) Sanksi Administratif berupa Denda karena keterlambatan penyampaian laporan berkala dan laporan insidentil dengan total nilai Denda Rp6.549.960.000,00 (enam miliar lima ratus empat puluh sembilan juta sembilan ratus enam puluh ribu rupiah); Sebanyak 48 (empat puluh delapan) Sanksi Administratif berupa Denda karena kasus pelanggaran ketentuan di bidang Pasar Modal selain keterlambatan pelaporan dengan total nilai Denda Rp1.403.100.000,00 (satu miliar empat ratus tiga juta seratus ribu rupiah). OJK telah menetapkan 2 (dua) Sanksi Administratif berupa Pencabutan Izin Usaha maupun Pencabutan Izin Perorangan, di mana 1 (satu) Sanksi Administratif berupa Pencabutan Izin Usaha sebagai Penasihat Investasi (Perorangan) karena keterlambatan penyampaian laporan berkala dan 1 (satu) Sanksi Administratif berupa Pencabutan Izin Wakil Perantara Pedagang Efek karena kasus pelanggaran di bidang Pasar Modal. Disamping itu, OJK telah menetapkan 2 (dua) Sanksi Administratif berupa Pembekuan Izin Perorangan maupun Surat Tanda Terdaftar (STTD), yaitu Sanksi Administratif berupa Pembekuan Izin Wakil Perusahaan Efek dan Sanksi Administratif berupa Pembekuan STTD sebagai Akuntan Publik. 16 Selain Sanksi Administratif yang telah ditetapkan tersebut, OJK juga telah memberikan Perintah Tertulis kepada Pihak yang tidak memperoleh izin dari OJK untuk menghentikan kegiatan yang dilakukan di bidang Pasar Modal. Sebagai tindak lanjut atas penetapan Sanksi Administratif berupa Denda tahun 2013 yang penagihannya dilakukan pada tahun 2014 serta Sanksi Administratif berupa Denda yang ditetapkan pada tahun 2014, OJK telah menetapkan 273 (dua ratus tujuh puluh tiga) Surat Teguran Pertama dan 156 (seratus lima puluh enam) Surat Teguran Kedua karena keterlambatan pembayaran Sanksi Administratif berupa Denda. Selanjutnya, OJK masih memproses pengenaan Sanksi Administratif karena keterlambatan penyampaian laporan sebanyak 28 (dua puluh delapan) dan 9 (sembilan) karena kasus pelanggaran ketentuan di sektor Pasar Modal. Adapun rekapitulasi Sanksi Administratif adalah sebagaimana tabel berikut: Tabel I - Sanksi Administratif terkait Keterlambatan Penyampaian Laporan Berkala dan Laporan Insidentil Sanksi Denda No 1 2 3 4 Keterangan Terkait Pengelolaan Investasi Terkait Transaksi dan Lembaga Efek Terkait Emiten dan Perusahaan Publik Terkait Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal a. Akuntan Publik b. Penilai c. Konsultan Hukum d. Wali Amanat Total Jumlah Sanksi Nilai (Dlm ribuan Rp) Peringatan Pencabutan Tertulis Izin Dalam Proses 50 84.800 - 1 1 261 330.660 - - 1 171 5.662.600 30 - 19 183 471.900 - - 7 93 36 52 2 665 200.700 84.600 181.700 4.900 6.549.960 30 1 7 28 17 Tabel II - Sanksi Administratif terkait Kasus Pelanggaran Ketentuan di Bidang Pasar Modal Sanksi Denda No Keterangan Terkait 1 Pengelolaan Investasi Terkait Transaksi 2 dan Lembaga Efek Terkait Emiten & 3 Perusahaan Publik Terkait Lembaga dan Profesi 4 Penunjang Pasar Modal a. Akuntan Publik Jumlah Nilai (Dlm Sanksi ribuan Rp) - - Peringatan Perintah Pencabutan Pembekuan Tertulis Tertulis Izin - 1 1 - 19 916.100 - - - 1 7 335.000 8 - - - 22 1 - - 22 152.000 3 100.000 3 1 - - b. Konsultan Hukum 19 52.000 19 - - - Total 48 1.403.100 30 2 1 1 b. Penanganan Keberatan Atas Sanksi Administratif Berdasarkan Peraturan Nomor XIV.B.2 tentang Pengajuan Permohonan Keberatan atas Sanksi, pihak yang dikenakan sanksi administratif oleh OJK atau SRO berhak untuk mengajukan keberatan kepada OJK. Sampai dengan tanggal 29 Desember 2014, OJK menindaklanjuti 76 (tujuh puluh enam) permohonan keberatan, dimana 70 (tujuh puluh) permohonan telah ditanggapi dan 6 (enam) permohonan masih dalam proses (termasuk 3 (tiga) permohonan keberatan atas pungutan dan 1 (satu) permohonan keberatan atas sanksi administratif yang ditetapkan oleh SRO). Dari 70 (tujuh puluh) permohonan yang sudah ditanggapi, 41 (empat puluh satu) permohonan keberatan dinyatakan ditolak, 24 (dua puluh empat) permohonan diterima (termasuk 4 (empat) permohonan keberatan atas pungutan), dan 5 (lima) permohonan diterima sebagian. Permohonan keberatan yang dinyatakan ditolak oleh OJK antara lain terkait keberatan atas Sanksi Administratif berupa Denda, keterlambatan penyampaian keterbukaan informasi, keterlambatan penyampaian laporan keikutsertaan pendidikan profesi lanjutan, keterlambatan penyampaian Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum, keterlambatan penyampaian Laporan Kegiatan Bulanan Manajer Investasi, keterlambatan penyampaian laporan transaksi Efek, kasus prinsip mengenal nasabah pada perusahaan Efek. Sedangkan permohonan keberatan yang dinyatakan diterima adalah terkait sanksi administratif berupa Denda, keterlambatan penyampaian Laporan Kegiatan Bulanan Manajer Investasi, keterlambatan Pelaporan Transaksi Efek, keberatan atas Bunga biaya tahunan, keterlambatan penyampaian laporan perubahan Data dan Informasi, keterlambatan penyampaian Laporan Keikutsertaan Pendidikan Profesi Lanjutan. 18 Selanjutnya permohonan keberatan yang diterima sebagian adalah terkait keterlambatan penyampaian laporan transaksi Efek, keterlambatan penyampaian dan tidak dilaksanakannya kewajiban pengumuman Laporan Hasil Pemeringkatan, keterlambatan penyampaian Laporan Perubahan Data dan Informasi. VI. PASAR MODAL SYARIAH Selama kurun waktu Januari sampai dengan 29 Desember 2014, pengembangan Pasar Modal berdasarkan Prinsip Syariah dilakukan melalui pengembangan kerangka regulasi yang mendukung pengembangan Pasar Modal berdasarkan Prinsip Syariah dan pengembangan produk Pasar Modal berdasarkan Prinsip Syariah. 1. Pengembangan kerangka regulasi dan produk, serta penyusunan road map Pasar Modal Syariah Sebagaimana telah diungkapkan pada bagian sebelumnya di 2014 OJK sedang menyusun a. b. RPOJK dalam rangka penyempurnaan Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah dimana untuk memberikan kejelasan pengaturan penerbitan Efek sesuai dengan jenisnya, maka peraturan ini akan dibagi menjadi lima RPOJK yaitu: RPOJK terkait Penerapan Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal RPOJK terkait Penerbitan Saham Syariah RPOJK terkait Penerbitan Sukuk RPOJK terkait Penerbitan Reksa Dana Syariah RPOJK terkait Penerbitan EBA Syariah RPOJK terkait Ahli Syariah Pasar Modal. Penyusunan regulasi ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum kebutuhan dan keberadaan Ahli Syariah Pasar Modal dan Dewan Pengawas dalam penerbitan Efek, pengelolaan investasi, dan kegiatan usaha di Pasar Modal berbasis Syariah, yang dibutuhkan antara lain oleh Emiten atau Perusahaan Publik, Manajer Investasi, dan Bank Kustodian. Selain penyusunan regulasi tersebut di atas, dalam rangka pengembangan Pasar Modal syariah, pada tahun 2014 OJK juga selesai melakukan kajian sebagai berikut: a. Kajian pengembangan produk Pasar Modal syariah: OJK telah menyelesaikan Kajian terkait Penerbitan Efek Beragun Aset (EBA) Syariah. Kajian ini dilatarbelakangi oleh terdapatnya regulasi terkait EBA Syariah yang belum diikuti dengan penerbitkan EBA Syariah oleh Manajer Investasi. Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab belum adanya penerbitan EBA Syariah dan untuk mengetahui akad, underlying asset, dan skema yang sesuai dalam proses penerbitannya. b. Kajian mengenai Road Map Pasar Modal Syariah OJK telah menyelesaikan kajian terkait Road Map Pasar Modal Syariah. Kajian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi hal-hal yang perlu dikembangkan terkait dengan pasar modal syariah yang selanjutnya dituangkan dalam Road Map Pasar Syariah. Road Map Pasar Modal Syariah tersebut diharapkan dapat memberikan arah bagi OJK dan pemangku kepentingan dalam melakukan langkah-langkah pengembangan pasar modal syariah dalam jangka waktu lima tahun ke depan. c. Kajian Penerapan Prinsip-prinsip Syariah pada Perusahaan Efek di Pasar Modal. OJK telah menyelesaikan Kajian terkait Penerapan Prinsip-prinsip Syariah pada Perusahaan Efek di Pasar Modal. Kajian ini bertujuan memberikan usulan dan rekomendasi yang dapat digunakan sebagai landasan dalam penyusunan peraturan tentang Penerapan Prinsip-prinsip Syariah pada Perusahaan Efek di pasar Modal. 19 Dengan adanya peraturan tersebut diharapkan dapat memberikan kepastian hukum sekaligus meningkatkan kepercayaan pasar (market confidence) terhadap produk dan jasa syariah yang ditawarkan di Pasar Modal. 2. Penerbitan Daftar Efek Syariah (DES) oleh OJK Sebagai salah satu implementasi upaya strategis pengembangan produk berbasis syariah di Pasar Modal, OJK pada tahun 2014 telah menerbitkan Daftar Efek syariah (DES) untuk periode I melalui Surat Keputusan Dewan Komisioner OJK nomor KEP24/D.04/2014 tanggal 20 Mei 2014 dan DES Periode II melalui Surat Keputusan Dewan Komisioner OJK nomor KEP-55/D.04/2014 tanggal 21 November 2014 serta Surat Keputusan Dewan Komisioner OJK nomor KEP-56/D.04/2014 tanggal 27 November 2014. Penerbitan keputusan tersebut didasarkan pada reviu berkala yang dilakukan OJK atas laporan keuangan dan informasi tertulis lain yang diperoleh dari Emiten dan Perusahaan Publik. Efek syariah yang termuat dalam DES Periode I meliputi 322 Efek jenis Saham Emiten dan Perusahaan Publik serta Efek syariah lainnya dan DES Periode II meliputi 334 Efek jenis Saham Emiten dan Perusahaan Publik serta Efek syariah lainnya. DES tersebut merupakan panduan investasi bagi pihak yang akan melakukan investasi di Pasar Modal yang mendasarkan pada Prinsip Syariah namun sekaligus dapat digunakan pula oleh Investor secara umum. DES secara khusus digunakan oleh pihak-pihak seperti Manajer Investasi yang mengelola Reksa Dana Syariah, Asuransi Syariah dan Investor yang mempunyai keinginan untuk berinvestasi pada portofolio Efek syariah. DES juga digunakan sebagai acuan pihak penyedia indeks syariah seperti PT Bursa Efek Indonesia yang menerbitkan Jakarta Islamic Index (JII) dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Selain penerbitan DES periodik tersebut, OJK juga secara berkelanjutan menerbitkan DES insidentil terkait Emiten yang melakukan Penawaran Umum Saham. Penerbitan DES insidentil ini bertujuan untuk memberikan kesempatan yang sama bagi Reksa Dana Syariah dan Investor lainnya yang memilih produk syariah pada saat melakukan pemesanan Efek pada masa penawaran umum pasar perdana. Sampai dengan 29 Desember 2014, terdapat penambahan 2 (dua) saham yang masuk dalam DES Periode II yang diperoleh dari hasil penelaahan DES insidentil bersamaan dengan efektifnya pernyataan pendaftaran Emiten yang melakukan penawaran umum perdana yaitu saham PT Impact Pratama Industri Tbk, dan saham PT Golden Plantation Tbk, sehingga secara keseluruhan saham yang termasuk dalam DES hingga 29 Desember 2014 adalah 336 saham. 3. Kegiatan Dalam Rangka Mempercepat Pertumbuhan Pasar Modal Syariah a. Pembentukan Komite Pengembangan Jasa Keuangan Syariah (KPJKS) Pada tahun 2014 OJK telah membentuk Komite Pengembangan Jasa Keuangan Syariah (KPJKS). KPJKS memiliki fungsi pokok memberikan masukan dan rekomendasi kebijakan yang bersifat strategis dan operasional di bidang pengembangan sektor jasa keuangan syariah kepada OJK dan lembaga pemerintah dan non-pemerintah terkait. Selama tahun 2014 telah dilakukan beberapa rapat koordinasi dan rapat tim kerja KPJKS yang membahas berbagai issue pengembangan industri keuangan syariah secara terintegrasi diantara sektor Perbankan syariah, IKNB syariah dan Pasar Modal Syariah. b. Entering Into The Market Dalam rangka meningkatkan supply produk syariah di pasar modal khususnya sukuk. OJK bekerjasama dengan PT Bursa Efek Indonesia dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyelenggarakan kegiatan workshop penerbitan sukuk bagi perusahaan dan BUMN. Kegiatan yang dihadiri oleh Direksi perusahaan dan BUMN tersebut membahas potensi sukuk sebagai sumber pendanaan. Disamping itu, kegiatan tersebut mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi para 20 calon emiten/perusahaan dan BUMN potensial untuk memanfaatkan sukuk sebagai sumber pendanaan serta prosedur penerbitannya. c. Konferensi Internasional Keuangan Syariah 2014 Bidang Pengawasan Sektor Pasar Modal (BPSPM) berpartisipasi dan berkontribusi sebagai salah satu pembicara dalam penyeleggaraan Konferensi Internasional Keuangan Syariah 2014 yang dilaksanakan pada tanggal 3-4 November 2014 di Surabaya. Konferensi internasional tersebut dihadiri oleh peserta dari luar negeri maupun dalam negeri. Acara tersebut bertujuan untuk mendorong pengembangan keuangan syariah di Indonesia maupun global dan mencari solusi atas beberapa tantangan yang terkait dengan industri keuangan syariah. d. ISEF (Indonesia Syariah Economic Festival) Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan awareness masyarakat tentang produk-produk syariah di Pasar Modal, OJK berkontribusi dalam kegiatan Indonesia Sharia Economic Festival yang diselenggarakan pada tanggl 6-9 November 2014 di Surabaya. Dalam kegiatan tersebut, OJK memberikan edukasi melalui talk show terkait Pasar Modal Syariah Indonesia. Disamping itu, OJK juga melakukan edukasi secara langsung bagi masyarakat yang membutuhkan informasi terkait. 4. Perkembangan Produk Syariah di Pasar Modal a. Saham Syariah Dari 336 Saham Syariah yang terdapat dalam DES, sebanyak 316 Saham yang tercatat di BEI menjadi konstituen dari Indeks Saham Syariah Indonesia (Indonesia Sharia Stock Index (ISSI). Pada tanggal 29 Desember 2014, ISSI ditutup pada 166,98 poin atau meningkat sebesar 16,19% dibandingkan indeks ISSI pada akhir tahun 2013 sebesar 143,71 poin. Sementara itu, kapitalisasi pasar saham yang tergabung dalam ISSI per 29 Desember 2014 sebesar Rp 2.917,96 triliun atau 56,34% dari total kapitalisasi pasar seluruh Saham (Rp 5.179,39 triliun). Kapitalisasi pasar saham ISSI pada 29 Desember 2014 tersebut mengalami peningkatan sebesar 14,08% jika dibandingkan kapitalisasi pasar saham ISSI pada akhir tahun 2013 sebesar Rp2.557,85 triliun. Pada tanggal 29 Desember 2014, Jakarta Islamic Index (JII) yang terdiri dari 30 Saham Syariah terbaik ditutup pada 685,84 poin atau meningkat sebesar 17,22% dibandingkan pada akhir tahun 2013 sebesar 585,11 poin. Sementara itu, kapitalisasi pasar untuk saham-saham yang tergabung dalam JII pada 29 Desember 2014 sebesar Rp 1.929,91 triliun atau 37,26% dari total kapitalisasi pasar seluruh Saham (Rp 5.179,39 triliun). Nilai kapitalisasi pasar saham yang tergabung dalam JII pada 29 Desember 2014 tersebut mengalami peningkatan sebesar 15,42% jika dibandingkan kapitalisasi pasar saham JII pada akhir tahun 2013 sebesar Rp 1.672,10 triliun. b. Sukuk Korporasi Selama kurun waktu Januari sampai dengan 29 Desember 2014 terdapat 7 (tujuh) penerbitan Sukuk Korporasi yaitu: Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Tahap I Bank BII Tahun 2014 dengan nilai emisi penerbitan sebesar Rp 300,00 miliar; Sukuk Ijarah Summarecon Agung I Tahap II Tahun 2014 dengan penerbitan sebesar Rp 300,00 miliar; Sukuk Mudharabah berkelanjutan I Adira Tahap II Tahun 2014 Seri A dengan nilai emisi penerbitan sebesar Rp. 88,00 miliar; 21 Sukuk Mudharabah blkt I Adira Tahap II Tahun 2014 Seri B dengan nilai emisi penerbitan sebesar Rp. 45,00 miliar; Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Tahap I Indosat Tahun 2014 Seri A dengan nilai emisi penerbitan sebesar Rp. 64,00 miliar; Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Tahap I Indosat Tahun 2014 Seri B dengan nilai emisi penerbitan sebesar Rp. 16,00 miliar; Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Tahap I Indosat Tahun 2014 Seri C dengan nilai emisi penerbitan sebesar Rp. 110,00 miliar. Secara kumulatif, sampai dengan 29 Desember 2014 jumlah Sukuk Korporasi yang pernah diterbitkan telah mencapai 71 penerbitan dengan total nilai emisi mencapai Rp 12.956,4 miliar. Sementara itu, pada periode yang sama terdapat 8 Sukuk Korporasi jatuh tempo pada tahun 2014 dengan total nilai mencapai Rp 1.371,00 miliar yaitu: Sukuk Ijarah PLN III Tahun 2009 seri A; Sukuk Mudharabah Berkelanjutan Adira Dinamika Multi Finance I Tahun 2013 Seri A; Sukuk Ijarah Matahari Putra Prima II Tahun 2009 Seri B; Sukuk Ijarah Indosat II Tahun 2007; Sukuk Ijarah Indosat IV Tahun 2009 Seri A; Sukuk Ijarah Pupuk Kaltim I Tahun 2009; Sukuk Ijarah Salim Ivomas Pratama I tahun 2009;dan Sukuk Ijarah Mitra Adiperkasa I Tahun 2009 Seri B. Disamping hal tersebut terdapat tiga Sukuk korporasi yang mengalami restrukturisasi yaitu: Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker II Tahun 2009 Seri A; Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker II Tahun 2009 Seri B; dan Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker Tahun 2007. 29 Desember 2014 jumlah outstanding Sukuk Korporasi mencapai 35 Sukuk Korporasi atau menurun 2,78% dengan total nilai outstanding mencapai Rp 7.105,0 miliar. Dari sisi proporsi di pasar Efek surat utang dan sukuk, jumlah outstanding Sukuk Korporasi mencapai 9,14% dari total jumlah 383 Obligasi Korporasi dan Sukuk Korporasi yang outstanding. Jika dilihat dari nilai nominalnya, proporsi nilai outstanding Sukuk Korporasi mencapai 3,18% dari total nilai outstanding Obligasi Korporasi dan Sukuk Korporasi sebesar Rp 223,44 triliun. per tanggal 29 Desember 2014 menurun dari 36 menjadi 35 dan total nilai Sukuk Korporasi outstanding menurun 5,93% dari Rp 7.553,0 miliar menjadi Rp 7.105,0 miliar. c. Reksa Dana Syariah Selama kurun waktu Januari sampai dengan 29 Desember 2014 terdapat penerbitan 18 Reksa Dana Syariah yang memperoleh Pernyataan Efektif dari OJK yaitu Millenium Equity Syariah, CIMB-Principal Balanced Growth Syariah, Insight Terproteksi Syariah I, Insight Terproteksi Syariah II, CIMB-Principal Islamic Sukuk III Syariah, Danareksa Syariah Saham, HPAM Syariah Ekuitas, Terproteksi Mandiri Syariah Seri 12, Simas Syariah Berkembang, Simas Syariah Unggulan, BNI-AM Dana Pasar Uang Syariah Amerta, Pratama Syariah, Pratama Syariah Imbang, Bahana Likuid Syariah, Bahana Equity Syariah, Pacific Saham Syariah, Mandiri Kapital Syariah dan Mega Dana Kas Syariah. 22 Sementara itu, pada periode yang sama terdapat 10 Reksa Dana Syariah memperoleh Pernyataan Efektif Pembubaran dari OJK yaitu Mandiri Saham Syariah Atraktif, Mandiri Amanah Syariah Protected Dollar Fund, Mandiri Komoditas Syariah Plus, Mega Dana Syariah, Danareksa Proteksi Melati Optima Syariah, Syariah Batasa Kombinasi, Syariah Batasa Sukuk, IPB – Syariah, Mandiri Protected Smart Syariah Seri 1, dan Mandiri Protected Smart Syariah Seri 2. Per 29 Desember 2014 terdapat 73 Reksa Dana Syariah yang aktif. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah Reksa Dana Syariah mengalami peningkatan 12,31% jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2013 sebanyak 65 Reksa Dana Syariah. Selanjutnya, dari sisi proporsi jumlah Reksa Dana Syariah mencapai 8,20% dari total Reksa Dana Aktif yang berjumlah 890 Reksa Dana. Pada periode yang sama, yaitu 29 Desember 2014, total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana syariah mencapai Rp 11,16 triliun, meningkat 18,30% dari NAB akhir tahun 2013 sebesar Rp 9,43 triliun. Selanjutnya, proporsi NAB Reksa Dana Syariah mencapai 4,65% dari total NAB Reksa Dana Aktif sebesar Rp 239,93 triliun. 5. Jasa Layanan Syariah di Pasar Modal Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal memerlukan jasa dari para pihak yang mempunyai pengalaman dan kompetensi yang cukup dari sisi penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal dalam penerbitan Efek tersebut. Para pihak tersebut antara lain meliputi Penjamin Emisi Efek, Manajer Investasi, Bank Kustodian, dan Wali Amanat. Sampai dengan tanggal 29 Desember 2014, para pihak yang terlibat atau telah mempunyai jasa layanan syariah meliputi: a. Perusahaan Efek yang telah melakukan penjaminan Emisi Sukuk Korporasi berjumlah 21 Penjamin Emisi Efek atau 21,65% dari total 97 Penjamin Emisi yang ada. b. Manajer Investasi yang telah mengelola Reksa Dana Syariah berjumlah 31 Manajer Investasi atau 40,26% dari total 77 Manajer Investasi yang mengelola total Reksa Dana aktif. c. Pihak Penerbit DES merupakan Pihak yang telah memperoleh persetujuan dari OJK sebagai Pihak Penerbit DES. Sampai saat ini, PT CIMB Principal Asset Management merupakan satu-satunya Pihak Penerbit DES yang telah memperoleh persetujuan dari OJK. d. Bank Kustodian yang telah memperoleh rekomendasi DSN-MUI untuk memberikan layanan syariah berjumlah 13 bank yang meliputi: Citibank, Deutsche Bank, HSBC, Bank CIMB Niaga, Bank DBS Indonesia, Bank Danamon, Bank Permata, BII, BNI, BRI, Bank Mandiri, Bank Mega dan Standard Chartered Bank. Hal ini berarti telah mencapai 61,11% dari total Bank Kustodian yang telah memperoleh persetujuan dari OJK sebesar 22 bank. e. Wali Amanat yang telah terlibat dalam perwaliamanatan penerbitan Sukuk Korporasi berjumlah 6 atau sebesar 54,55 % dari total 11 Wali Amanat yang telah terlibat dalam perwaliamanatan penerbitan Obligasi Korporasi dan Sukuk Korporasi. f. Perusahaan Efek yang telah mengembangkan dan melaksanakan perdagangan online saham berdasarkan prinsip syariah (online trading syariah) berjumlah 8 Perusahaan Efek yaitu PT Indo Premier Securities, PT Daewoo Securities Indonesia (d/h bernama PT Etrading Securities), PT BNI Securities, PT Trimegah Securities Tbk, PT Mandiri Sekuritas, PT Panin Sekuritas Tbk, PT Phintraco Securities, dan PT Sucorinvest Central Gani. 23 VII. PELAKSANAAN BEBERAPA PROGRAM STRATEGIS 1. Pendalaman Pasar (Market Deepening) Dalam upaya meningkatkan daya saing dan likuiditas Pasar Modal Indonesia, OJK memiliki kegiatan pendalaman pasar yang dijalankan secara terus-menerus, bertahap, dan berkesinambungan. Program pendalaman pasar tersusun dalam suatu building block pendalaman pasar yang terdiri dari program Infrastruktur Sistem Teknologi Informasi dan Pengaturan yang mendorong peningkatan Basis Investor Domestik dan Produk. Adapun untuk mendukung terlaksananya program tersebut, OJK juga mempersiapkan perangkat pengaturan, pengawasan dan penegakan hukum. Rangkaian program tersebut diharapkan akan saling bersinergi untuk mewujudkan mewujudkan industri Pasar Modal sebagai penggerak perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing global. Program-Program yang dijalankan, antara lain : • Perubahan Pengaturan Terkait Penawaran Umum (supply); • Perluasan Basis Produk dan Channeling (supply-demand); • Perluasan Single Investor Identification (SID) (infrastruktur-demand); • Penyempurnaan Sistem Kliring dan Penyelesaian Pasar Modal (infrastrukturdemand-supply); • Pengembangan Infrastruktur Pasar Surat Utang (infrastruktur-demand-supply) • Pengembangan Pasar dan Produk Surat Utang (demand-supply); • Pengembangan produk syariah pasar modal (supply-demand); • Pengembangan e-registrastion, e-licencing, dan e-monitoring (infrastruktur-demandsupply); dan • Sosialisasi dan Edukasi Pasar Modal (demand). 2. Tim Pengembangan Infrastruktur Pasar Modal (TPIPM) Kegiatan TPIPM yang dilaksanakan bersama oleh Otoritas Jasa Keuangan, PT Bursa Efek Indonesia, PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia, dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia dibentuk dalam rangka peningkatan upaya perlindungan investor, peningkatan efektifitas pengawasan dan peningkatan efisiensi dan optimalisasi alur perdagangan, kliring dan penyelesaian yang lebih terkoordinasi. Saat ini, fase kedua kegiatan TPIPM terdiri atas beberapa proyek yang akan berlangsung dari tahun 2013 hingga tahun 2016 yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor: KEP-64/D.04/2013 taggal 6 Desember 2013 tentang Pembentukan Tim Pengembangan Infrastruktur Pasar Modal yang diubah dengan Nomor: KEP23/D.04/2014 tanggal 8 Mei 2014 tentang Perubahan Susunan Keanggotaan Tim Pengembangan Infrastruktur Pasar Modal. Terdapat 2 (dua) proyek yang ditargetkan selesai pada tahun 2014, yaitu Perluasan Single Investor Identification (SID) untuk Nasabah Biro Administrasi Efek (BAE) dan Reksa Dana serta Unclaimed Asset. 3. Tim Pengembangan Pasar Surat Utang (TPPSU) Mengingat pengembangan pasar surat utang melibatkan beberapa instansi maka diperlukan koordinasi dan sinkronisasi pengembangan dan pendalaman pasar surat utang yang saat ini dilakukan oleh TPPSU agar koordinasi yang akan dilakukan lebih terarah. Tim tersebut melibatkan Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Kementerian Keuangan (Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, Direktorat Jenderal Pajak, dan Badan Kebijakan Fiskal), PT Bursa Efek Indonesia, PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, dan PT Penilaian Harga Efek Indonesia. TPPSU dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor KEP-49/D.04/2014 tanggal 17 Oktober 2014 tentang Perubahan Keanggotaan, Program Kerja, Dan Target Penyelesaian Program Tim Pengembangan 24 Pasar Surat Utang yang melakukan proyek yaitu Penetapan Electronic Trading Platform, Peningkatan Pengawasan dan Transparansi Dalam Penyelesaian Transaksi Surat Utang, Pengaturan Intermediaries Surat Utang, Pembuatan Regulasi Terkait Implementasi GMRA, Perluasan Single Investor Identification (SID) Untuk Investor Surat Berharga Negara, Pengembangan Pasar Surat Utang Regional, Perlakuan Pajak Transaksi Repo, Perlakuan Pajak Transaksi Repo, Pengembangan Produk Repo, Meningkatkan Penerbitan Obligasi Korporasi, Penggunaan Bond Index Surat Utang dan Pengembangan Produk Lain yang secara umum akan ditargetkan selesai tahun 2015. 4. Penerapan dan Penyempurnaan sistem e-BAE dalam upaya peningkatan efisiensi industri dalam memenuhi kewajiban pelaporan dan untuk mendukung pengawasan microprudential bagi Regulator. Saat ini OJK bekerja sama dengan KSEI dan BAE masih terus melakukan penyempurna an sistem e-BAE agar data yang dilaporkan semakin akurat. 5. Pemanfaatan Sistem Pelaporan Elektronik (e-reporting) bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam penyampaian laporan/ keterbukaan informasi dari Emiten atau Perusahaan Publik ke OJK sejalan dengan Peraturan Nomor II.A.4 tentang Penyelenggaraan Sistem Pelaporan Elektronik (SPE). Pada tahun 2014 telah diterbitkan Surat Edaran OJK Nomor 6/SEOJK.04/2014 tentang penyampaian laporan secara elektronik oleh Emiten atau Perusahaan Publik dimana Emiten dan Perusahaan Publik dapat menyampaikan laporan secara elektronik melalui SPE sejak tanggal 1 Juni 2014. 6. Pengembangan Sistem Pengelolaan Investasi Terpadu dilaksanakan dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi, transparansi dan kualitas pengawasan di dalam industri Reksa Dana. Pengembangan sistem ini dilakukan oleh PT KSEI bekerjasama dengan Korea Securities Depository (KSD) sebagai pihak yang mempunyai pengalaman dan berhasil mengembangkan sistem fundnet. Keberhasilan pengembangan sistem ini diharapkan meningkatkan efektifitas dan efisiensi transaksi Reksa Dana di Indonesia menjadi lebih efektif dan efisien. Pengembangan Sistem Pengelolaan Investasi diharapkan akan diselesakan pada akhir semester kedua tahun 2016. VIII. KAJIAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PASAR MODAL Pada tahun 2014 OJK telah melakukan kajian di sektor Pasar Modal sebagai berikut: 1. Kajian Dalam Rangka Pengembangan Kebijakan Transaksi dan Lembaga Efek a. Kajian tentang Transaksi Efek b. Kajian tentang Penerapan Batasan Fee Yang Dikenakan Oleh Perantara Pedagang Efek c. Kajian tentang Lembaga Pengujian Keahlian di Bidang Pasar Modal d. Kajian Kepatuhan Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Efek terhadap Peraturan Nomor VIII.G.17 tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Efek. e. Kajian mengenai prosedur pemeriksaan Akuntan atas Laporan MKBD Tahunan. f. Kajian Kepatuhan Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Efek terhadap Peraturan Nomor VIII.G.17 tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Efek. g. Kajian Dampak Penerapan PSAK Baru terhadap Peraturan Nomor VIII.G.17 tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Efek 2. Kajian Dalam Rangka Pengembangan Pengelolaan Investasi a. Kajian peraturan tentang Perencana Keuangan Sektor Jasa Keuangan. b. Kajian Identifikasi Isu Akuntansi pada Laporan Keuangan Reksa Dana. 25 c. Kajian peraturan tentang Pemasaran Produk Reksa Dana Asing. d. Kajian peraturan pengelolaan Portofolio Efek untuk Kepentingan Nasabah Secara Individual Size Di Bawah 10 Milyar. e. Kajian peraturan tentang Sistem Pengelolaan Investasi Terpadu. 3. Kajian Dalam Rangka Pengembangan Emiten dan Perusahaan Publik a. Kajian tentang kendala dalam melakukan penawaran umum saham perdana dari perspektif pelaku pasar modal. b. Kajian tentang merger dan reverse take offer. c. Kajian tentang luas lingkup informasi yang harus tersedia pada website Emiten dan Perusahaan Publik. d. Kajian tentang Sekretaris Perusahaan di Pasar Modal Indonesia. e. Kajian Analisis Pengungkapan Tata Kelola Emiten dan Perusahaan Publik Pada Laporan Tahunan 2013. f. Kajian Pedoman Good Corporate Governance Emiten dan Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia. g. Kajian Penyempurnaan Peraturan Penyampaian Laporan Tahunan Emiten dan Perusahaan Publik. h. Kajian mengenai Penerapan Standar Akuntansi (SA) seri 700 terhadap opini Akuntan di pasar modal dan dampaknya terhadap peraturan di pasar modal. i. Kajian mengenai Standar Pemeriksaan Akuntan atas Informasi Keuangan Proforma. j. Kajian Dampak Penerapan PSAK Baru terhadap Peraturan Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik. k. Kajian Annual Report Award (ARA) Penyusunan Kriteria dan Penjurian ARA 2013 4. Kajian Dalam Rangka Pengembangan Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal a. Kajian dalam rangka Penyusunan Pedoman Pengendalian Mutu Penilai. Kajian ini bertujuan untuk membantu Penilai yang terdaftar di OJK dalam menyusun manajemen resiko pengendalian mutu sehingga kegiatan penilaian dapat dilakukan secara profesional, independen dan obyektif. b. Kajian dalam rangka Penyusunan Penyempurnaan Peraturan Perusahaan Pemeringkat Efek. Kajian ini ditujukan sebagai upaya penyempurnaan peraturan untuk meningkatkan kualitas dan independensi Perusahaan Pemeringkat Efek atas perluasan ruang lingkup dan kegiatan usaha pemeringkatan. c. Kajian dalam rangka penyempurnaan Peraturan tentang Bank Kustodian. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari perluasan kegiatan dan fungsi Bank Kustodian yang disebabkan oleh perkembangan tehnologi dan sistem keuangan yang terintegrasi. d. Kajian dalam rangka penyusunan Pedoman Pemeriksaan Kepatuhan Konsultan Hukum di Pasar Modal. Kajian ini dimaksudkan memberikan wacana dan perbandingan atas beberapa pedoman yang mungkin dapat digunakan dalam pemeriksaan kepatuhan sehingga memberikan panduan yang jelas atas kegiatan pemeriksaan kepatuhan Konsultan Hukum di lingkungan Pasar Modal. 26 5. Tim Kajian Perpajakan di Sektor Jasa Keuangan Pada tahun 2014, OJK bersama dengan Direktorat Jenderal Pajak dan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan melakukan kajian perpajakan di industri jasa keuangan termasuk sektor Pasar Modal antara lain mengenai aspek perpajakan, transaksi surat utang, transaksi Repo, dana perlindungan pemodal, transaksi derivatif di bursa, perpajakan Reksa Dana, perpajakan Sukuk, dan perpajakan KIK DIRE. IX. PELAYANAN PUBLIK Dalam periode 2 Januari s.d 29 Desember 2014, OJK telah melaksanakan pelayanan publik berupa: 1. Sosialisasi dan Edukasi serta Pelayanan Informasi Publik Kegiatan sosialisasi atau penyuluhan terkait dengan pengaturan industri Pasar Modal selama tahun 2014, yaitu sebagai berikut: a. Sosialisasi Pungutan OJK kepada: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) Seluruh asosiasi pelaku industri di sektor Pasar Modal pada tanggal 5 Maret 2014 di Gedung BEI. Perusahaan Efek, Manajer Investasi dan Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) pada tanggal 12 Maret 2014 di Gedung BEI. Emiten/Perusahaan Publik pada tanggal 14 Maret 2014 di Gedung BEI. Lembaga Penunjang Pasar Modal, Penilai dan Akuntan pada tanggal 12 Maret 2014 di Gedung BEI. Konsultan Hukum dan Notaris pada tanggal 14 Maret 1014 di Hotel Grand Mercure, Jakarta. Emiten/Perusahaan Publik, dan Notaris dan Konsultan Hukum Pasar Modal yang berdomisili di Surabaya dan sekitarnya pada tanggal 10 – 12 April 2014 di Surabaya. Forum Penilai Pasar Modal – Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (FPPMMAPPI) pada tanggal 10 Juni 2014 di Jakarta terkait SIPO OJK. Notaris dan Konsultan Hukum pada tanggal 12 Juli 2014 di Jakarta terkait mekanisme pembayaran pungutan OJK b. Sosialisasi Surat Edaran OJK Nomor 7/SEOJK.04/2014 tentang Penerapan Pelaksanaan Pertemuan Langsung (Face to Face) Dalam Penerimaan Pemegang Efek Reksa Dana Melalui Pembukaan Rekening Secara Elektronik, Serta Tata Cara Penjualan (Subscription) Dan Pembelian Kembali (Redemption) Efek Reksa Dana Secara Elektronik pada tanggal 9 Juni 2014 di Jakarta. c. Sosialisasi 4 (empat) peraturan baru industri pengelolan investasi, yaitu : 1. Peraturan OJK nomor 15/POJK.04/2014 tanggal 7 November 2014 tentang Laporan Bulanan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset; 2. Peraturan OJK nomor 22/POJK.04/2014 tanggal 18 November 2014 tentang Prinsip Mengenal Nasabah Oleh Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal; 3. Peraturan OJK nomor 23/POJK.04/2014 tanggal 19 November 2014 tentang Pedoman Penerbitan dan Pelaporan Efek Beragun Aset Berbentuk Surat Partisipasi Dalam Rangka Pembiayaan Sekunder Perumahan; 4. Peraturan OJK nomor 25/POJK.04/2014 tanggal 19 November 2014 tentang Perizinan Wakil Manajer Investasi. Sosialisasi dimaksud diselenggarakan pada tanggal 8 Desember 2014 di Bogor, Jawa Barat. 27 d. Penyuluhan/edukasi/sosialisasi terkait Pasar Modal syariah telah dilaksanakan secara komprehensif kepada Pelaku Pasar, Akademisi maupun Investor, dan Masyarakat, termasuk ke pondok pesantren di beberapa daerah antara lain Makasar, Yogyakarta, Mataram, Semarang, Padang, Purwokerto, Surabaya, Pekan Baru. Melalui sosialisasi dan penyuluhan, diharapkan dapat menambah basis Investor domestik di Pasar Modal khususnya yang berbasis syariah. Sedangkan untuk akselerasi penyebaran informasi mengenai Pasar Modal Syariah dilakukan dengan penempatan informasi dan statistik perkembangan produk Pasar Modal Syariah dalam website OJK dan penerbitan brosur produk syariah di Pasar Modal. e. Sosialisasi PSAK baru yang berlaku efektif 1 Januari 2015 yang terdiri dari PSAK 1 (2013) tentang Penyajian laporan Keuangan, PSAK 24 (2013) tentang Imbalan Kerja, PSAK 46 (2014) tentang Pajak Penghasilan dan PSAK 48 (2014) tentang Penurunan Nilai Aset kepada seluruh Emiten dan Perusahaan Publik pada tanggal 22 Mei, 3 Juni, 17 Juni, dan 24-25 November 2014 di Jakarta; serta tanggal 5 Juni dan 21 November 2014 di Surabaya. 2. Annual Report Award 2013 Dalam rangka meningkatkan praktik Good Corporate Governance perusahaan serta memberikan apresiasi atas penerapan Good Corporate Governance maka diselenggarkan Annual Report Award (ARA). Penyelenggaraan ARA merupakan kerjasama antara OJK dengan 6 institusi lainnya yaitu BEI, Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Kementerian BUMN, Bank Indonesia, Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Tema ARA 2013 adalah “Membangun Daya Saing Ekonomi Indonesia untuk Menyongsong Integrasi Ekonomi ASEAN 2015 melalui Transparansi Informasi”. Peserta ARA 2013 sebanyak 260 perusahaan (meningkat 11% dibandingkan peserta ARA 2012). Pengumuman pemenang dan penganugerahan ARA 2013 telah diselenggarakan pada tanggal 16 Oktober 2014 di Ballroom III Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta. Terdapat 11 (sebelas) Kategori Pemenang dengan PT Bank Rakyat Indonesia sebagai Juara Umum ARA 2013. X. KERJASAMA KELEMBAGAAN INTERNASIONAL DI SEKTOR PASAR MODAL Pada tahun 2014, Kegiatan kerjasama internasional OJK di sektor Pasar Modal meliputi: 1. International Organization of Securities Commissions (IOSCO) IOSCO menjadi forum utama bagi interaksi dan kerja sama antar pengawas Pasar Modal sedunia dan sekarang beranggotakan lebih dari 170 institusi yang terdiri dari badan pemerintah, SRO, dan institusi lain yang terkait dengan Pasar Modal. Sebagai organisasi yang menghimpun para regulator sekuritas, IOSCO mempunyai beberapa tujuan, yaitu melindungi investor, menciptakan dan menjaga pasar yang wajar, efisien, dan transparan, serta mengurangi risiko sistemik. Untuk mencapai tujuan tersebut IOSCO telah menetapkan 30 prinsip IOSCO yang berisi mengenai prinsip-prinsip bagi Regulator (badan pemerintah dan SRO), Emiten, Perusahaan Efek dan Manajer Investasi, Skema Investasi Kolektif, dan pasar sekunder. IOSCO juga merupakan forum yang melakukan upaya-upaya dalam meningkatkan kapasitas para anggotanya melalui pelatihan dan/atau seminar yang diselenggarakan setiap tahunnya. Salah satu kegiatan tahunan IOSCO yakni IOSCO 39th Annual Conference diselenggarakan tanggal 28 September s.d. 2 Oktober 2014 di Brazil. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal I dan Direktur Pengaturan Pasar Modal. Disamping hal tersebut di atas, di tahun 2014 OJK juga aktif memberikan tanggapan terkait IOSCO Thematic Review mengenai inisiatif atas Securitisation Incentives Alignment. 28 2. ASEAN Capital Market Forum (ACMF) ASEAN Capital Market Forum (ACMF) merupakan forum regulator Pasar Modal yang bertujuan mencapai integrasi Pasar Modal di kawasan ASEAN sesuai AEC Blueprint 2015. OJK sedang terlibat aktif dalam berbagai program yaitu, ASEAN Disclosure Standards, Mutual Recognition of Collective Investment Scheme, ASEAN Exchange Link, ASEAN Capital Market Infrastructure (ACMI) Blueprint, ASEAN Corporate Governance Initiative, dan Dispute Resolution and Enforcement Mechanism. OJK turut berpartisipasi dalam ASEAN Capital Market Forum (ACMF) ke 21 di Singapura, 5 September 2014, yang juga dihadiri oleh pimpinan regulator Pasar Modal lainnya seperti Brunei Darussalam, Filipina, Kamboja, Laos PDR, Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam. Pertemuan ACMF dimaksudkan untuk membahas perkembangan berbagai inisiatif integrasi ASEAN sesuai kerangka ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint 2015. Pada 14 s.d. 15 Agustus 2014 di Jakarta, OJK telah melakukan bilateral meeting dengan Monetary Authority of Singapore (MAS) selaku Chair ACMF dalam rangka pembahasan berbagai isu strategis dalam rangka pembahasan isu-isu strategis pelaksanaan lintas batas kegiatan Pasar Modal di negara ASEAN. 3. Working Committee on Capital Market Development (WC-CMD). Forum ini merupakan salah satu bentuk fasilitasi dalam rangka pengembangan Pasar Modal ASEAN guna memperdalam pasar finansial dan pencapaian kolaborasi lintas batas Pasar Modal di antara negara-negara anggota ASEAN. Forum ini memantau perkembangan negara-negara ASEAN dalam meningkatkan kapasitas dan membangun infrastruktur dalam rangka pengembangan Pasar Modal ASEAN. OJK turut berpartisipasi dalam WC-CMD Meeting dilaksanakan secara back to back dengan ACMF meeting pada 5 September 2014 di Singapura, dengan Agenda WC-CMD Meeting terdiri dari 4 sesi yaitu (1) Update Bond market Development Scorecard (BDS) dan perkembangan pasar obligasi di masing-masing negara anggota, (2) pembahasan rekomendasi KPMG Studies, (3) presentasi mengenai OTC Derivatives dari MAS dan DBS Bank, serta (4) agenda joint session dengan ACMF berupa presentasi dari US Business Council dan presentasi dari ASEAN Secretariat mengenai tindak lanjut atas rekomendasi dari KPMG Studies. 4. ASEAN Capital Market Initiative Blueprint Task Force (ACMI Blueprint Task Force) ACMI Blueprint merupakan tindak lanjut atas hasil the 17th ASEAN Finance Ministers Meeting (AFMM) yang mendorong adanya inisiatif untuk mengembangkan integrasi pasar modal ASEAN. Tujuan penetapan ACMI Blueprint adalah menciptakan pasar modal ASEAN yang terintegrasi dalam akses transaksi, kliring, dan penyelesaian. Kegiatan ACMI Blueprint Task Force tahun ini dilaksanakan tanggal 4 September 2014, di Singapura dengan agenda pembahasan yakni, Sharing Session by Industry Experts, Presentation by ASEAN Exchanges Grouping, Formalisation of the ACMI Task Force Terms of Refference (TOR), dan Discussion by Regulators on ACMI Linkage proposals. 5. ASEAN Bond Market Initiative (ABMI) ABMI merupakan inisiatif pengembangan pasar surat utang oleh Negara ASEAN bersama Japan, Korea, dan China. Pengembangan meliputi program-program yang diprioritaskan dalam ABMI Roadmap, yaitu pengembangan Local Currency Denominated (LCY) Bond, Regional Regulatory Framework, Bond Market Infrastructure, dan Technical Assistance. Semua program bertujuan untuk meningkatkan membangun pasar obligasi Asia yang efisien dan cair (efficient and liquid), mengoptimalkan pemanfaatan likuiditas (savings) di kawasan sebagai sumber pendanaan investasi untuk kawasan Asia Timur, dan mengurangi currency mismatch dan maturity mismatch dalam hal pembiayaan di kawasan. 29 6. ASEAN+3 Bond Market Forum (ABMF) ABMF merupakan suatu inisiatif dalam kerangka kerjasama ASEAN+3 di bawah ASEAN Bond Market Initiative (ABMI), khususnya Task Force (TF) 3, yang merupakan forum bagi para ahli pasar obligasi di kawasan ASEAN+3, dalam rangka memberikan opini dan rekomendasi mengenai pengembangan pasar obligasi di kawasan ASEAN+3. OJK juga turut berpartisipasi dalam 16th ASEAN+3 Bond Market Forum (ABMF) Meeting yang diselenggarakan tanggal 1-2 September 2014, di Hongkong. Pertemuan tersebut diisi dengan pertemuan Sub Forum 1 yang membahas terkait persiapan Pilot Project AMBIF (Singapura, Malaysia, dan Thailand) dimana posisi Indonesia sebatas observer, mengingat kebijakan penawaran umum diprioritaskan untuk dilakukan oleh perusahaan domestik. Sedangkan Sub Forum 2 membahas Mapping infrastruktur sistem penyelesaian (C-BEST Next-G). 7. ASEAN Finance Minister Meeting (AFMM) dan ASEAN Finance and Central Bank Deputies Meeting (AFDM) AFMM merupakan pertemuan Menteri Keuangan negara-negara ASEAN, sedangkan AFDM merupakan pertemuan Deputi Menteri Keuangan dan Deputi Gubernur Bank Sentral negara-negara ASEAN. AFMM dan AFDM pada bulan April 2014 diselenggarakan di Nay Pyi Taw, Myanmar. D. alam pertemuan di Myanmar tersebut, OJK hadir untuk menyampaikan perkembangan industri jasa keuangan, khususnya dalam bidang Pasar Modal. 8. ASEAN+3 Finance and Central Bank Deputies Meeting (AFCDM+3) AFCDM+3 merupakan pertemuan penting dalam siklus forum kerja sama ASEAN+3 dimana dalam pertemuan tersebut menjadi forum bagi para Deputi untuk menerima laporan hasil perkembangan tingkat teknis dan mendiskusikan serta memutuskan arah kebijakan selanjutnya. Selain itu, para Deputi juga akan menindaklanjuti mandat yang telah diberikan oleh para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral pada pertemuan ASEAN+3 Finance Minister and Central Bank Governors Meeting (AFMGM+3) pada bulan Mei 2014 lalu di Astana Kazakhstan. Pertemuan yang diselenggarakan secara rutin setiap tahunnya ini dilaksanakan di Tokyo, 3-5 Desember 2014 dihadiri oleh para Menteri Keuangan, Deputi Menteri Keuangan dan Deputi Gubernur Bank Sentral dari negara-negara ASEAN+3 dan juga perwakilan dari OJK. Dalam pertemuan ini membahas mengenai Perkembangan dan tindak lanjut atas beberapa inisiatif dalam kerangka Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM), Perkembangan dan tindak lanjut atas beberapa isu mengenai ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), Perkembangan dan tindak lanjut atas beberapa isu mengenai Asian Bond Market Initiative (ABMI), Tindak lanjut dan rencana kerja terkait tiga topik hasil studi TFP, dan Tindak lanjut atas hasil pembahasan dalam rangka efisiensi kegiatan-kegiatan Research Group (RG). 9. International Capital Market Association (ICMA) Dalam rangka mengembangkan pasar obligasi di Indonesia, OJK tengah mengembangkan infrastruktur pasar repo. Untuk itu, pada bulan Juni 2014, OJK melakukan pertemuan dengan ICMA untuk membahas berbagai isu terkait Global Master Repo Agreement (GMRA). 10. Kerjasama antara OJK dengan OECD (The Organization for Economic Co-operation and Development). Kerjasama tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengaturan dan penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) khususnya bagi Emiten dan Perusahaan Publik. Kerja sama dalam tahun ini memfokuskan pada penyusunan 30 Policy Options yang terkait dengan backdoor listing. Pemilihan topik tersebut dilatarbelakangi adanya keinginan untuk mengatur kegiatan backdoor listing dengan menerapkan peraturan yang umum berlaku serta berstandar internasional. 11. Working Committee under Roadmap for Monetary and Financial Integration of ASEAN (RIA-Fin) RIA-Fin adalah inisiatif yang dibentuk dalam rangka menuju integrasi pasar keuangan dan moneter di tingkat ASEAN. Dibentuk berdasarkan endorsement ASEAN Finance Minister Meeting (AFMM) pada tahun 2003, RIA-Fin terdiri dari langkah-langkah, target waktu, dan indikator kegiatan dalam empat area yaitu 1) Pengembangan Pasar Modal (Capital Market Development), 2) Liberalisasi Jasa Keuangan (Liberalisation on Financial Services), 3) Capital Account Liberaralisation dan 4) kerja sama mata uang ASEAN (ASEAN Currency Cooperation), dengan tujuan akhir adalah integrasi ekonomi yang lebih besar pada akhir 2015. Kegiatan dalam empat area dimaksud dilaksanakan melalui working committee. Bersama dengan Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia, OJK berpartisipasi dalam Working Committee Capital Market Development dan Working Committee on Finansial Service Liberation. 12. Penyiapan Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dalam rangka implementasi Foreign Account Tax Compliance Act (USA) (FATCA) bagi Penyedia Jasa Keuangan Dalam rangka mendukung Penyedia Jasa Keuangan (PJK) termasuk PJK yang berkegiatan di Pasar Modal, mengimplementasikan FATCA, OJK sedang menyusun Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Tentang Kewajiban Keterbukaan Informasi Nasabah Amerika Serikat di Sektor Jasa Keuangan (Foreign Account Tax Compliance Act/FATCA. 13. Penyusunan Rancangan Memorandum of Understanding (MoU) antara OJK dengan Financial Services Commission Financial Supervisory Service Republic of South Korea Dalam rangka kerjasama bilateral dalam rangka antara lain pengawasan lembaga jasa keuangan dan pertukaran informasi serta pengembangan industri keuangan termasuk sektor pasar modal, pada tahun 2014 OJK sedang membahas rancangan draft MoU antara OJK dengan Financial Services Commission Financial Supervisory Services Republic of South Korea. XI. PENUTUP Paparan di atas merupakan hasil kerja OJK bersama SROs dan segenap pelaku Pasar Modal Indonesia selama 12 bulan terakhir di tahun ini. OJK mengharapkan, dengan semangat kebersamaan, integritas dan profesionalisme, kita bersama saling mendukung dan bahumembahu ke depan untuk lebih meningkatkan perkembangan industri Pasar Modal Indonesia yang berdaya saing global khususnya dalam masyarakat ekonomi ASEAN. Jakarta, 30 Desember 2014 31