disusun oleh tio rizki permana nim :21310008

advertisement
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING (ISR) PADA
PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM INDEKS SAHAM SYARIAH
INDONESIA (ISSI) TAHUN 2012-2013
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
DISUSUN OLEH
TIO RIZKI PERMANA
NIM :21310008
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
i
ii
iii
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
After being hit by rain
You will become stronger than anyone
Not giving up now
Doing all that you can today
(After Rain _ AKB48)
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu untuk dirimu
sendiri..” (QS. Al-Isra‟: 7)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk :
 Kedua orang tuaku tercinta
 Kakakku tersayang
 Sahabat dan teman-temanku
 Almamater
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil'alamin. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena
atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penelitian dan penulisan
skripsi
dengan
MEMPENGARUHI
judul
"ANALISIS
TINGKAT
FAKTOR-FAKTOR
PENGUNGKAPAN
ISLAMIC
YANG
SOCIAL
REPORTING (ISR) PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM DAFTAR
INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI) TAHUN 2012-2013” dapat
selesai sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan Perbankan Syariah Institut Agama
Islam Negri (IAIN) Salatiga.
Penulis menyadari bahwa dari awal, proses, dan hingga terselesainya
skripsi ini banyak menghadapi kesulitan-kesulitan, namun berkat pertolongan
Allah SWT dan bimbingan, saran, bantuan, doa serta dorongan dari berbagai
pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Maka dari itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga dalam kesempatan ini, kepada :
1. Kedua orang tua yang saya hormati dan sayangi yaitu Ayahanda Edi
Siswanto dan Ibunda Murtiningrum yang dengan tulus ikhlas dan penuh
kasih sayang selalu mencurahkan perhatian, kepedulian, bimbingan,
nasihat dukungan serta doa tiada henti kepada penulis.
2. Bapak Dr. H.Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
vi
3. Dr. Anton Bawono,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
4. Fetria Eka Yudiyana, SE,.M.Si selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah
S1 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
5. Ibu Hikmah Endraswati, S.E, M.S.i selaku dosen pembimbing yang telah
berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan
pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat
berguna
sejak
awal
proses
penyusunan
dan
penulisan
hingga
terselesaikannya skripsi ini. Dan juga selaku dosen wali yang telah
membantu penulis dalam mengikuti dan meyelesaikan studi di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negri (IAIN) Salatiga.
6. Segenap dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam
Negri (IAIN) Salatiga yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis selama masa perkuliahan.
7. Kakakku tercinta Arif Nuswantoro yang selalu mendoakan dan memberi
dukungan kepada penulis.
8. Teman-teman satu bimbingan: Afiana Izatal Choir dan Any Novianti yang
selalu mau berbagi cerita dengan penulis, memberikan bantuan, dan
dukungan selama penulis mengerjakan skripsi ini hingga selesai.
9. Sahabat-sahabat PS-S1 dan rekan KKN Dusun Cungkup yang telah
banyak memberikan masukan kepada penulis baik selama dalam
mengikuti perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini.
10. Semua pihak yang telah sangat membantu namun tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk sekecil apapun dukungan serta
doa yang kalian berikan.
vii
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan serta pengalaman penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dan semoga segala bentuk bantuan
dan do‟a mereka dicatat sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapat
balasan yang berlipat ganda. Amin ya robbal „alamin.
Salatiga, 9 Agustus 2015
Penulis
Tio Rizki Permana
NIM : 21310008
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan,
profitabilitas, umur perusahaan, ukuran dewan komisaris dan proporsi komisaris
independen terhadap tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada
perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Tahun
2012-2013. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah
dilakukan oleh Putri (2014). Namun, variabel independen yang digunakan Putri
(2014) yaitu surat berharga syariah tidak digunakan dalam penelitian ini, dan
menambah variabel umur perusahaan, ukuran dewan komisaris dan proporsi
komisaris independen seta variabel dummy tahun sebagai pembeda penelitian ini.
Data penelitian ini adalah data sekunder berbentuk laporan keuangan
(annual report) yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) di
www.idx.com. Dengan menggunakan indeks Islamic Social Reporting (ISR) milik
Othman (2009) yang berjumlah 46 item pengungkapan yang terbagi menjadi 6
tema untuk mengukur indeks ISR yang dilihat dari laporan tahunan perusahaan.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar
dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tahun 2012-2013 berturut-turut
sejumlah 324 perusahaan. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling.
Jumlah sampel penelitian ini adalah 162 perusahaan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda (Multiple Regression) dengan
bantuan program komputer SPSS Versi 20.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor Ukuran
Perusahaan (SIZE), Profitabilitas (ROA), Umur Perusahaan dan Ukuran Dewan
Komisaris berpengaruh signifikan terhadap Islamic Social Reporting (ISR).
Sedangkan Proporsi Komisaris Independen (PKI) tidak mempunyai pengaruh
positif signifikan terhadap Islamic Social Reporting (ISR).
Kata Kunci: Islamic Social Reporting (ISR), Ukuran Perusahaan (SIZE),
Profitabilitas (ROA), Umur Perusahaan (AGE), Ukuran Dewan
Komisaris (UDK), Proporsi Komisaris Independen (PKI)
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
Latar Belakang Masalah ......................................................................
Rumusan Masalah ...............................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................
Manfaat Penelitian ..............................................................................
Batasan Penelitian ...............................................................................
Sistematika Penelitian .........................................................................
1
14
14
15
16
17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori .....................................................................................
2.1.1 Teori Legitimasi ......................................................................
2.2. Pengungkapan (Disclosure) ................................................................
2.2.1 Definisi .....................................................................................
2.2.2 Corporate Social Responsibility (CSR) ...................................
2.2.3 Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) ..................................
2.2.4 Islamic Social Reporting (ISR) ................................................
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ISR ..............................................
2.3.1 Ukuran Perusahaan...................................................................
2.3.2 Profitabilitas .............................................................................
2.3.3 Umur Perusahaan .....................................................................
2.3.4 Ukuran Dewan Komisaris ........................................................
2.3.5 Proporsi Komisaris Independen ...............................................
2.4. Penelitian Terdahulu ............................................................................
x
19
19
22
22
24
27
29
41
41
42
43
44
45
46
2.5. Hipotesis...............................................................................................
2.5.1 Ukuran Perusahaan Terhadap ISR ...........................................
2.5.2 Profitabilitas Terhadap ISR ......................................................
2.5.3 Umur Perusahaan Terhadap ISR ..............................................
2.5.4 Ukuran Dewan Komisaris Terhadap ISR .................................
2.5.5 Proporsi Komisaris Independen Terhadap ISR ........................
2.6. Kerangka Pemikiran .............................................................................
49
49
50
51
52
53
54
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.7
Jenis Penelitian .....................................................................................
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .......................
3.2.1 Variabel Bebas (Independen) ..................................................
3.2.2 Variabel Terikat (Dependen) ...................................................
Populasi dan Sampel ............................................................................
Metode Pengumpulan Data ..................................................................
Metode Analisis ...................................................................................
3.6.1 Statistik Deskriptif ...................................................................
3.6.2 Uji Asumsi Klasik ....................................................................
Analisis Regresi ...................................................................................
3.7.1 Koefisien Determinan ..............................................................
3.7.2 Uji F .........................................................................................
3.7.3 Uji T .........................................................................................
56
57
57
61
62
65
65
65
65
68
70
70
71
BAB IV ANALISIS PENELITIAN
4.1
4.2
4.3
4.4
Analisis Hasil Content Analiysis ..........................................................
Analisa Statistik Deskriptif ..................................................................
Uji Asumsi Klasik ................................................................................
4.3.1 Uji Normalitas ..........................................................................
4.3.2 Uji Multikolinearitas ................................................................
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas .............................................................
4.3.4 Uji Autokorelasi .......................................................................
Analisis Hasil Regresi ..........................................................................
4.4.1 Koefisien Determinasi ..............................................................
4.4.2 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ..............................................
4.4.3 Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ...................................................
72
103
109
109
110
112
112
113
118
118
119
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 126
5.2. Keterbatasan Penulisan ........................................................................ 127
5.3. Saran ..................................................................................................... 128
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
Tabel 1.1 Research Gap Penelitian ......................................................
Tabel 2.1 Daftar Peneliti Terdahulu .....................................................
Tabel 3.1 Rangkuman Hasil Proses Pengambilan Sampel...................
Tabel 3.2 Kriteria Pengujian Ada Tidaknya Autokorelasi ...................
Tabel 4.1 Daftar Perusahaan dengan Skor Indeks ISR Tiga
Tertinggi dan Tiga Terendah ................................................................
6. Tabel 4.2 Daftra Perushaan dengan Skor Indeks Tema ISR
Tertinggi Tahun 2010-2013 .................................................................
7. Tabel 4.3 Daftar Perusahaan dengan Fokus Tema Produk dan
Jasa Tertinggi .......................................................................................
8. Tabel 4.4 Daftar Perusahaan dengan Fokus Tema Karyawan
Tertinggi ...............................................................................................
9. Tabel 4.5 Daftar Perusahaan dengan Fokus Tema Lingkungan
Tertinggi ...............................................................................................
10. Tabel 4.6 Daftar Perusahaan dengan Fokus Tema Tata Kelola
Perusahaan Tertinggi ............................................................................
11. Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Variabel ISR .........................................
12. Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Variabel Ukuran Perusahaan yang
diukur dengan Total Aset .....................................................................
13. Tabel 4.9 Statistik Deskriptif Variabel Profitabilitas yang
diukur dengan Retrun Of Asset (ROA) ...............................................
14. Tabel 4.10 Statistik Deskriptif Variabel Umur Perusahaan ................
15. Tabel 4.11 Statistik Deskriptif Variabel Ukuran Dewan Komisaris ...
16. Tabel 4.12 Statistik Deskriptif Variabel Proporsi Komisaris
Independen (PKI) ................................................................................
17. Tabel 4.13 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov .......................................
18. Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolinieritas .................................................
19. Tabel 4.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................
20. Tabel 4.16 Hasil Uji Autokorelasi .......................................................
21. Tabel 4.17 Hasil Regresi Model...........................................................
xii
11
47
64
68
74
79
81
82
84
85
104
104
105
106
107
108
110
111
112
113
114
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
Gambar 2.1 Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan ...........................
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran .........................................................
Gambar 4.1 Total Skor Indeks ISR Tahun 2012-2013 ........................
Gambar 4.2 Total Skor Indeks ISR Masing-masing Tema Tahun
2012-2013 ............................................................................................
5. Gambar 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas ...............................................
xiii
25
55
72
77
109
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
Lampiran 1 Islamic Social Responsibility (ISR)
Lampiran 2 Daftar Perusahaan Sampel
Lampiran 3 Skor Indeks ISR Tahun 2012-2013
Lampiran 4 Rangkuman Jumlah Perusahaan
Per Pokok Pengungkapan
5. Lampiran 5 Rangkuman Data Penelitian
6. Lampiran 6 Hasil SPSS 20
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi ini, dunia perekonomian banyak mengalami
perkembangan sejalan dengan bertambahnya waktu. Perkembangan yang
begitu pesatnya antara lain ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi
informasi, persaingan yang ketat, pertumbuhan inovasi yang luar biasa yang
mengakibatkan banyak perusahaan juga mengubah cara berbisnisnya.
Perkembangan kondisi lingkungan tersebut turut serta mempengaruhi dunia
usaha dan menciptakan persaingan yang semakin ketat. Oleh sebab itu, salah
satu cara perusahaan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat ialah
perusahaan diharapkan dapat lebih transparan dalam mengungkapkan
informasi tentang perusahaannya agar memperoleh citra positif kepada
masyarakat luas.
Salah satu hal yang perlu diungkapkan oleh perusahaan ialah
informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social
Responsibility). Corporate Social Responsibilty (CSR) secara umum
didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk tidak hanya berupaya
mencari keuntungan dari roda bisnisnya, tetapi juga menjaga keharmonisan
dengan lingkungan sosial di sekitar tempatnya berusaha, melalui upaya-upaya
yang mengarah pada peningkatan kehidupan komunitas setempat di segala
aspeknya (Khoirudin, 2013).
1
2
Saat ini isu CSR kian menjadi sorotan dalam beberapa dekade
terakhir. Karena konsep CSR merupakan inti dari etika bisnis. Hal ini
menjadikan
perusahaan
yang
berkonsep
single
bottom
line
yang
mengutamakan nilai perusahaan, dianggap sudah ketinggalan zaman
(Widiawati, 2012). Konsep ini menekankan hanya pada pencapaian profit
yang maksimal pada pelaporan laba rugi perusahaan. Widiawati (2012)
menambahkan
bahwa
gagasan
utama
CSR
menjadikan
perusahaan
dihadapkan pada konsep triple bottom line dalam bentuk tanggung jawab
aspek keuangan, kehidupan sosial dan lingkungan hidup.
Suharto (2011) mengungkapkan, dalam CSR, perusahaan tidak dapat
dipisahkan dari para individu yang terlibat di dalamnya, yakni pemilik dan
karyawannya. Mereka tidak boleh hanya memikirkan keuntungan finansial
bagi perusahaannya saja melainkan harus memiliki kepekaan dan kepedulian
terhadap publik, khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan.
Istilah mengenai Corporate Sosial Responsibility ini juga berkaitan dengan
dampak lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan yang beroperasi di
lingkungan tersebut. Hal ini muncul sebagai reaksi dari banyak pihak
terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi baik fisik, psikis, maupun sosial
sebagai imbas dari pengelolaan sumber-sumber produksi perusahaan. Oleh
karena itu, CSR dapat dijadikan keberpihakan perusahaan kepada masyarakat
dan lingkungan serta wahana untuk menjaga dan melakukan upaya-upaya
preventif dan represif terhadap kemungkinan munculnya pandangan negatif
terhadap industrialisasi.
3
Dewasa ini, konsep CSR mulai berkembang pesat ke arah yang
positif. Berbagai perusahaan, baik nasional maupun internasional mulai
menunjukkan komitmennya terhadap praktik tanggung jawab sosial kepada
para pemangku kepentingan mereka. Maulida, Yulianto dan Asrori (2014)
mengungkapkan bahwa praktik dalam pengungkapkan CSR di Indonesia
mengalami peningkatan baik dalam kuantitas maupun kualitas dibandingkan
dari tahun-tahun sebelumnya. Dimana pelaporan tentang CSR perusahaan
yang semula bersifat sukarela (voluntary) menjadi bersifat wajib (mandatory)
dengan adanya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 pasal 74 tentang
Perseroan Terbatas yang menyatakan bahwa laporan tahunan harus memuat
beberapa informasi, salah satunya adalah laporan pelaksanaan tanggung
jawab sosial dan lingkungan.
Akhir-akhir ini, semakin banyak perusahaan yang menerapkan prinsip
syariah dalam kegiatan bisnisnya. Aspek yang mendapatkan sorotan dari
menjamurnya perusahaan berlabel syariah ialah pelaksanaan tanggung jawab
sosial perusahaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip hukum Islam. Dusuki
(2008) menyatakan bahwa paradigma takwa kepada Allah SWT merupakan
landasan utama dari CSR dalam perspektif islam. Hasil penelitian Dusuki
(2008) didukung oleh Siwar dan Hossain (2009) yang mengungkapkan
bahwa nilai-nilai Islam yang terdapat dalam Al-Quran dan diterapkan oleh
Nabi
Muhammad
SAW
dapat
digunakan
sebagai
landasan
untuk
menyelesaikan segala permasalahan di muka bumi. Al-Quran berisi berbagai
macam petunjuk mengenai hukum, ekonomi, sosial, politik dan jihad. Al-
4
Quran juga memaparkan bahwa islam menempatkan manusia sebagai
khalifah Allah SWT. Oleh karena itu, sebagai khalifah, manusia memiliki
tanggung jawab untuk memelihara seluruh ciptaan Allah SWT. Konsep CSR
dalam Islam lebih ditekankan sebagai bentuk ketakwaan manusia kepada
Allah SWT dalam dimensi perusahaan. Dalam penelitiannya, mereka
menyimpulkan bahwa nilai-nilai Islam memiliki hubungan yang relevan dan
memiliki kontribusi terhadap konsep CSR yang telah berkembang saat ini.
Islam memandang perusahaan bukan hanya bertanggung jawab
terhadap pemegang saham, tetapi juga masyarakat dan lingkungan secara
keseluruhan dengan tujuan mendapatkan ridha dari Allah SWT. Hal ini
mewajibkan perusahaan untuk melaksanakan CSR dengan menjaga
lingkungan dengan baik, menjamin keselamatan kerja karyawan dan
melakukan kegiatan sosial. Dasar filosofi tersebut bersifat relijius, maka
diyakini bahwa hubungan prinsip Islam dan CSR akan lebih bersifat
berkelanjutan dibandingkan pola perusahaan konvensional. Karena jika tidak
melaksanakan CSR, sama dengan melanggar perintah Allah SWT yang
diyakini akan ada balasannya di dunia maupun di akhirat (Fitria dan Hartanti,
2010).
Pasar modal syariah berperan penting dalam meningkatkan pangsa
pasar perusahaan-perusahaan berbasis syariah di Indonesia (Putri, 2014).
Pasar modal bebasis syariah di Indonesia diawali dengan dibentuknya
Jakarta Islamic Index (JII). Jakarta Islamic Index ini hanya terdiri dari 30
saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Akan tetapi,
5
Efek Syariah yang terdapat di pasar modal syariah tidak hanya berjumlah 30
saham syariah (Raditya, 2012). Bapepam dan LK mengeluarkan Daftar Efek
Syariah (DES) pada November 2007 sebagai satu-satunya rujukan tentang
Efek Syariah di pasar modal Indonesia. Dan pada tanggal 12 Mei 2011
diluncurkan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). ISSI merupakan indeks
saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di BEI.
Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah yang tercatat di BEI dan
terdaftar dalam DES. Munculnya ISSI akan menjadi acuan bagi investor
untuk berinvestasi di saham syariah sekaligus menggambarkan kinerja
seluruh saham syariah yang tercatat di BEI serta membantu menjelaskan
kesalahpahaman masyarakat yang beranggapan bahwa saham syariah hanya
terdiri dari 30 saham yang masuk JII ( www.idx.co.id ).
Dewasa ini pengukuran CSR masih mengacu kepada Global
Reporting Initiative Index (Haniffa, 2002). Pengukuran tersebut tentunya
kurang tepat karena indeks GRI belum menggambarkan prinsip-prinsip
Islam. Haniffa (2002) menjelaskan bahwa terdapat keterbatasan pada
kerangka pelaporan sosial yang dilakukan oleh lembaga konvensional.
Karena prinsip konvensional hanya mengedepankan material saja, sedangkan
prinsip syariah mencakup aspek spiritual dan moral. Oleh karena itu,
Othman, Thani dan Ghani (2009) mengembangkan indeks pengungkapan
yang relevan dengan hal-hal yang sesuai dengan prinsip syariah yaitu Islamic
Social Reporting (ISR).
6
Indeks ISR merupakan tolak ukur pelaksanakaan tanggung jawab
sosial syariah yang berisi kompilasi item-item standar CSR yang ditetapkan
oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions) yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para peneliti
mengenai item-item CSR yang seharusnya diungkapkan oleh suatu entitas
Islam (Othman et al, 2009). Sesuainya indeks ISR untuk entitas islam karena
mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip Islam seperti transaksi
yang sudah terbebas dari unsur riba, spekulasi dan gharar, serta
mengungkapkan zakat, status kepatuhan syariah serta aspek-aspek sosial
seperti sodaqoh, waqaf, qardul hasan, sampai dengan pengungkapan
peribadahan di lingkungan perusahaan.
Menurut Maulida et. al (2014), Indeks ISR ialah metode pengukuran
CSR yang merupakan pengembangan pengungkapan tanggungjawab sosial
yang didalamnya sesuai prinsip syariah. Pengungkapan indeks ISR di
Indonesia masih bersifat sukarela, hal ini menyebabkan pelaporan ISR setiap
perusahaan syariah menjadi tidak sama. Pelaporan yang tidak sama tersebut
disebabkan tidak adanya standart yang baku secara syariah tentang pelaporan
ISR.
Dalam
social
reporting,
karakteristik
perusahaan
dapat
mempengaruhi kinerja serta luas penyajian laporan tahunan termasuk laporan
sukarela perusahaan (Tristanti, 2012). Karakteristik perusahaan dapat dilihat
dari ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, ukuran dewan
komisaris dan proporsi komisaris independen.
7
Untuk ukuran perusahaan, perusahaan yang lebih besar biasanya
memiliki aktivitas yang lebih banyak dan kompleks, mempunyai dampak
yang lebih besar terhadap masyarakat, memiliki shareholder yang lebih
banyak, serta mendapat perhatian lebih dari kalangan publik, oleh karena itu
perusahaan
besar
cenderung
mendapat
tekanan
yang
lebih
untuk
mengungkapakan pertanggungjawaban sosialnya (Cowen et al., dalam Putri,
2014).
Amran dan Devi (2008) menambahkan bahwa suatu perusahaan yang
memiliki profit lebih besar harus lebih aktif melaksanakan CSR. Karena
perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang kuat akan mendapat
tekanan yang lebih dari pihak eksternal untuk lebih mengungkapkan
pertanggungjawaban sosialnya secara luas.
Untuk umur perusahaan, Tristanti (2012) menyatakan bahwa semakin
lama perusahaan dapat bertahan, maka perusahaan semakin mengungkapkan
informasi sukarelanya sebagai bentuk tanggung jawabnya agar tetap diterima
di masyarakat.
Ukuran dewan komisaris yang dimaksud adalah jumlah anggota
dewan komisaris dalam perusahaan. Coller dan Gregory dalam Sembiring
(2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris,
maka akan semakin mudah memonitoring aktifitas perusahaan. Dikaitkan
dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, maka tekanan
terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkan ISR.
8
Komisaris independen merupakan komisaris yang tidak berasal dari
pihak terafiliasi. Yang dimaksud terafiliasi adalah pihak yang mempunyai
hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali,
anggota direksi dan dewan komisaris lain, serta dengan perusahaan itu
sendiri, sehingga terbebas dari hubungan bisnis atau lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak
hanya untuk kepentingan perusahaan (Ariningtika, 2013). Oleh karena itu,
semakin banyak dewan komisaris independen, maka perusahaan akan
mengungkapkan informasi sukarelanya secara lebih luas dan terbukti
kebenarannya.
Penelitian ini menarik untuk diteliti, sebab dengan indeks ISR, maka
calon investor muslim dapat menilai apakah perusahaan yang masuk dalam
pasar modal syariah benar-benar melaksanakan prinsip islam dalam
operasionalnya yang tercermin dalam laporan tanggungjawab sosial
perusahaan. Karena banyak kasus yang mengarah pada pelanggaran tanggung
jawab sosial suatu perusahaan. Contohnya ialah melubernya lumpur dan gas
panas di Kabupaten Sidoarjo yang disebabkan oleh eksploitasi PT Lapindo
Brantas yang sampai saat ini belum selesai dalam ganti rugi lahan warga
yang tertutup lumpur. PT. Djarum yang kita kenal bergerak dalam bidang
industri rokok dan yang kita ketahui dengan maraknya isu Global Warming /
pemanasan global yang diakibatkan asap rokok yang dihasilkan konsumen
rokok itu sendiri. Limbah industri PT Wings Surya yang melampaui baku
9
mutu buangan limbah cair yang telah merusak sekitar 18 hektar tanaman padi
milik warga (CSR Indonesia Newsletter : 2008).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Othman et al. (2009) pada 100
perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia pada periode penelitian 20062008. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan ukuran dewan direksi muslim secara signifikan
mempengaruhi tingkat pengungkapan ISR, sedangkan tipe industri bukanlah
faktor penting yang mempengaruhi ISR secara signifikan karena tipe industri
yang satu dengan yang lain memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda.
Pada penelitian Raditya (2012) di perusahaan yang masuk Daftar Efek
Syariah dengan sampel sebanyak 117 perusahaan. Hasil penelitian yang
dilakukan selama kurun waktu tahun 2009-2010 membuktikan bahwa
penerbitan sukuk, jenis industri dan umur perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat pengungkapan ISR, sedangkan ukuran perusahaan
dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan ISR.
Khoirudin (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh dari elemen
Good Corporate Governance terhadap pengungkapan Islamic Social
Reporting pada perbankan syariah di Indonesia. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh bank umum syariah di Indonesia yang berjumlah 11 unit bank
pada periode 2010-2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran dewan
komisaris
terbukti
memiliki
pengaruh
positif
signifikan
terhadap
pengungkapan Islamic social reporting pada perbankan syariah di Indonesia.
Sedangkan ukuran dewan pengawas syariah tidak terbukti berpengaruh
10
terhadap pengungkapan Islamic social reporting pada perbankan syariah di
Indonesia.
Maulida, Yulianto dan Asrori (2014) mencoba menguji pengaruh
ukuran
perusahaan,
profitabilitas
dan
kinerja
lingkungan
terhadap
pengungkapan ISR pada perusahaan yang terdaftar di JII pada periode 20092012. Sampel yang terpilih untuk penelitian sebanyak 9 perusahaan syariah
dikalikan 4 tahun yaitu sebanyak 36. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel profitabilitas dan variabel kinerja lingkungan secara parsial
berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting perusahaan
syariah di JII. Sedangkan variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting perusahaan syariah di JII.
Karena perusahaan yang masuk dalam penelitian ini dikategorikan sebagai
perusahaan dengan ukuran perusahaan yang besar, memperlihatkan bahwa
ukuran perusahaan yang diukur menggunakan total aset tidak tepat digunakan
untuk perusahaan dengan berbagai sektor bidang.
11
Tabel 1.1
Research Gap Penelitian
No
1
Variabel
Hasil
Peneliti
+
Othman (2009), Raditya
(2012), Widyawati (2012),
Putri (2014)
Ukuran Perusahaan
-
2
3
Wicaksono (2011),
Kuiksuko (2013)
+
Othman (2009), Raditya
(2012), Widyawati (2012)
-
Dyah (2008), Suta (2012),
Putri (2014)
+
Tristanti (2012), Nurseto
(2012)
-
Akhtarudin (2005), Dyah
(2008), Raditya (2012)
Profitabilitas
Umur Perusahaan
Penjelasan
berpengaruh karena
perusahaan yang lebih besar
memiliki sumber daya lebih
banyak dari pada perusahaan
yang lebih kecil.
Tidak berpengaruh karena
perusahaan yang lebih kecil
melakukan pengungkapan
informasi secara lebih luas
agar mendapat citra positif
oleh masyarakat luas.
berpengaruh karena
perusahaan dengan
profitabilitas lebih tinggi akan
mempunyai publik demand
yang tinggi pula.
tidak berpengaruh karena
pengungkapan informasi
akutansi akan mengurangi
laba perusahaan karena biaya
tambahan untuk
mengungkapkan informasi
tersebut.
Berpengaruh karena semakin
lama perusahaan dapat
bertahan, maka perusahaan
semakin mengungkapkan informasi sukarelanya
sebagai bentuk tanggung
jawabnya agar tetap
diterima di masyarakat.
tidak berpengaruh karena
perusahaan yang berumur
lebih muda melakukan
pengungkapan informasi lebih
besar untuk mengurangi
ketidakpastian risiko operasi.
12
4
5
+
Terzaghi (2012), Amirul
Khoirudin (2013)
-
Ratnasari (2011), Miftah
dan Arifin (2013), Dipika
(2014)
+
Adi Wardhana (2013), Jizi
et. al (2014)
-
Ratnasari (2011), Dipika
(2014)
Ukuran Dewan
Komisaris
Proporsi Komisaris
Independen
Berpengaruh karena semakin
banyak dewan komisaris
maka tekanan terhadap
manajemen juga akan
semakin besar untuk
mengungkapkan informasi
secara lebih luas.
Sebagai wakil dari
shareholders dewan komisaris
akan membuat kebijakan
menggunakan laba
perusahaan untuk ektivitas
operasional perusahaan yang
lebih menguntungkan
daripada melakukan aktivitas
sosial.
Berpengaruh karena
perusahaan dengan tingkat
proporsi dewan
komisaris independen yang
tinggi biasanya akan
mendapat tuntutan untuk
memberikan informasi lebih
banyak.
Tidak berpengaruh karena
tugas dari komisaris
independen adalah untuk
menciptakan keseimbangan
intern saja seperti pemegang
saham utama, direksi,
komisaris, manajemen,
maupun pemegang saham
publik.
Bertolak dari hasil penelitian yang berbeda-beda, penulis tertarik
untuk mengembangkan tulisan Othman et al. (2009) dengan menggunakan
ISR sebagai indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Penelitian mengenai ISR ini masih sangat jarang ditemui, karena penelitian
terdahulu lebih banyak menggunakan indeks Global Reporting Initiatives
13
(GRI) sebagai guideline untuk sustainability reporting pada perusahaanperusahaan publik serta sebagian besar penelitian terdahulu berkaitan dengan
pengungkapan CSR berdasarkan ketentuan syariah yang hanya spesifik
terhadap bank syariah. Penulis menggunakan data perusahaan yang masuk
dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) karena ISSI mampu
memberikan pilihan investasi yang lebih luas. Penelitian sebelumnya
kebanyakan menggunakan data perusahaan yang masuk dalam DES (Daftar
Efek Syariah) oleh Widiawati dan Raditya (2012) dan JII (Jakarta Islamic
Index) oleh Maulida, Yulianto dan Asrori (2014).
Penelitian ini menggunakan dummy tahun dan dummy industri untuk
membedakan penelitian ini dengan penelitian lainnya. Karena menurut
Ghozali (2007) dummy tahun dan dummy tipe industri dapat berpengaruh
terhadap variabel dependen. Kondisi di masing-masing tahun dan industri
berbeda-beda sehingga diduga berpengaruh terhadap variabel dependen
tersebut. Dummy tahun digunakan karena kondisi perekonomian Indonesia
berbeda pada tahun 2012 dan 2013. Perekonomian Indonesia dipengaruhi
oleh faktor eksternal yaitu kondisi perekonomian dunia, dan faktor internal
yaitu kondisi perekonomian dalam negeri. Sedangkan dummy industri
digunakan untuk mengetahui apakah tipe industri yang terdiri dari 8 kategori
mempengaruhi pengungkapan ISR.
14
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap Islamic
Social Reporting perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham
Syariah Indonesia?
2. Apakah profitabilitas berpengaruh positif terhadap Islamic Social
Reporting perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah
Indonesia?
3. Apakah umur perusahaan berpengaruh positif terhadap Islamic
Social Reporting perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham
Syariah Indonesia?
4. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
Islamic Social Reporting perusahaan yang terdaftar pada Indeks
Saham Syariah Indonesia?
5. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh positif
terhadap Islamic Social Reporting perusahaan yang terdaftar pada
Indeks Saham Syariah Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis dan memperoleh bukti adanya pengaruh positif
ukuran perusahaan terhadap Islamic Social Reporting (ISR)
15
perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI).
2. Menganalisis dan memperoleh bukti adanya pengaruh positif
profitabilitas terhadap Islamic Social Reporting (ISR) perusahaan
yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
3. Menganalisis dan memperoleh bukti adanya pengaruh positif umur
perusahaan terhadap Islamic Social Reporting (ISR) perusahaan
yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
4. Menganalisis dan memperoleh bukti adanya pengaruh positif
ukuran dewan komisaris terhadap Islamic Social Reporting (ISR)
perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI).
5. Menganalisis dan memperoleh bukti adanya pengaruh positif
proporsi dewan komisaris independen terhadap Islamic Social
Reporting (ISR) perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI).
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan daya guna bagi :
1. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan dapat
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam dunia kerja. Selain itu,
penelitian ini digunakan sebagai pemenuhan salah satu syarat
dalam menyelesaikan studi.
2. Bagi investor
16
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi calon
investor khususnya calon investor Muslim dalam pengambilan
keputusan investasi.
3. Bagi Perusahaan
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
dijadikan
sebagai
pertimbangan bagi perusahaan-perusahaan yang masuk dalam
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) agar dapat melakukan
tanggung jawab sosialnya dengan membuat Islamic Social
Reporting (ISR) yang memadai dan sesuai dengan prinsip syariah.
4. Bagi akademisi, atau penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi
dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
1.5. Batasan Penelitian
Batasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Indeks yang digunakan mengacu pada beberapa penelitian dengan
rujukan utama pada Othman et al. (2009) yang telah melakukan
penilaian terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial
pada perusahaan di Bursa Efek Malaysia.
2. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk dalam
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada tahun 2012-2013.
3. Sampel penelitian ini adalah sesuai dengan kriteria berikut :
a. Perusahaan yang masuk Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI).
17
b. Perusahaan yang masuk dalam Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) sebanyak 4 periode dan tercatat (listed) di
BEI selama tahun 2012-2013.
c. Laporan tahunan menggunakan mata uang Rupiah.
d. Laporan tahunan tersedia.
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab ini
bertujuan untuk memberikan gambaran umum mengenai isi penulisan
secara menyeluruh.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan dalam penelitian,
landasaan teori ini diperoleh dari berbagai studi literatur yang berkaitan
dengan topik. Dalam bab ini juga dijelaskan mengenai kerangka pemikiran
serta penelitian-penelitian terdahulu.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang deskripsi tentang variabel-varibel penelitian,
penentuan populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data serta metode analisis yang digunakan dalam penelitian.
18
BAB IV : ANALISIS DATA
Bab ini berisi mengenai analisis data, interpretasi hasil dan argumen
terhadap hasil penelitian. Bab ini bertujuan untuk menjawab rumusan
masalah yang telah dikemukakan penulis.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi tentang simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian,
keterbatasan penelitian, serta saran-saran yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Teori Legitimasi
Menurut Hadi (2011), legitimasi merupakan sistem pengelolaan
perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat,
pemerintah, individu, dan kelompok masyarakat. Dalam teori legitimasi,
perusahaan secara terus-menerus mencoba untuk meyakinkan bahwa
mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan dan norma-norma
masyarakat dimana mereka berada.
Legitimasi adalah sesuatu yang penting karena perusahaan dan
masyarakat sekitarnya memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan.
Legitimasi merupakan batasan-batasan terhadap norma-norma dan nilainilai sosial sehingga diharapkan dapat mendorong organisasi berperilaku
dengan memperhatikan nilai-nilai sosial di lingkungan perusahaan.
Dowling dan Pfeffer dalam Harsanti (2011) menyatakan bahwa teori
legitimasi
menjadi
suatu
sumber
yang
menentukan
keberadaan
perusahaan. Perusahaan dikatakan memiliki legitimasi ketika sistem nilai
perusahaan selaras dengan sistem nilai kemasyarakatan, dimana
perusahaan merupakan bagian dari masyarakat. Dalam pengertian secara
mendasar, legitimasi adalah hubungan sosial yang dikukuhkan sebagai
hal yang benar dan tepat secara moral. Legitimasi adalah status atau
kondisi yang terjadi ketika sistem nilai suatu perusahaan adalah sama dan
19
20
sebangun dengan masyarakat. Tristanti (2012) menambahkan bahwa
legitimasi adalah proses yang mengarah ke sebuah organisasi yang
dipandang sah. Organisasi berusaha untuk memastikan bahwa mereka
beroperasi dalam batas-batas dan norma-norma masyarakat. Ciri
organisasi yang dilegitimasi oleh masyarakat adalah sesuai dengan
kerangka rasional dan legal dalam masyarakat tersebut. Meskipun
perusahaan mempunyai kebijaksanaan operasi dalam batasan institusi,
kegagalan perusahaan dalam menyesuaikan diri dengan norma ataupun
adat yang diterima oleh masyarakat, akan mengancam legitimasi
perusahaan serta sumber daya perusahaan, yang pada akhirnya akan
mengancam kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Deegan (2000), harapan masyarakat terhadap perilaku
perusahaan dapat bersifat implisit dan eksplisit. Bentuk eksplisit dari
kontrak sosial adalah persyaratan legal yang tercantum dalam peraturan
legal, sementara bentuk implisitnya adalah “harapan masyarakat yang
tidak
tercantum
dalam
peraturan
legal
(uncodified
community
expectation)”. Kontrak implisit perusahaan terhadap masyarakat ialah
melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai yang dijunjung di
lingkungan masyarakat. Jika suatu perusahaan dapat memenuhi kontrak
implisit tersebut terhadap stakeholders, maka stakeholders akan bertindak
sesuai keinginan perusahaan. Sebaliknya, jika perusahaan tidak
memenuhi kontrak implisit terhadap stakeholders maka akan terjadi
kemungkinan kontrak implisit menjadi sesuatu yang eksplisit dan akan
21
menimbulkan biaya yang lebih tinggi. Jika hal ini dibiarkan terusmenerus maka akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan.
Legitimasi dianggap seperti menyamakan persepsi atau asumsi
bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan merupakan
tindakan yang pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai dan
kepercayaan yang berkembang dalam masyarakat. Richardson dalam
Harsanti (2011) mengatakan bahwa akuntansi adalah institusi yang
melegitimasi dan memberikan suatu makna dimana nilai-nilai sosial
dihubungkan dengan tindakan ekonomi. Teori legitimasi mendasarkan
pada isu sentral dari “kontrak sosial” sebuah perusahaan dengan
masyarakat dan memprediksi bahwa manajemen akan mengadopsi
strategi tertentu (termasuk strategi pelaporan) dalam tawaran untuk
menyakinkan masyarakat bahwa organisasi mengikuti nilai masyarakat
dan norma yang ada.
Dengan diberlakukannya pengungkapan, perusahaan merasa
keberadaan dan aktivitasnya terlegitimasi. Pengungkapan adalah suatu
media yang dapat menghubungkan perusahaan dengan masyarakat.
Adanya pengungkapan secara sukarela oleh manajemen perusahaan akan
memberikan pengetahuan dan informasi lebih tentang perusahaan kepada
semua pemakai laporan, dalam hal ini termasuk masyarakat. Oleh karena
itu masyarakat dapat mengetahui segala aktivitas dan kinerja perusahaan
dari pengungkapan tersebut.
22
Tristanti (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang sudah
mengungkapkan informasi dan telah diketahui masyarakat sesuai dengan
nilai dan norma yang ada, maka perusahaan tersebut akan terlegitimasi.
Artinya perusahaan tersebut sudah mendapatkan reputasi yang baik di
mata masyarakat, sehingga akan menghindarkan dari kemungkinan
pemberhentian
aktivitas
perusahaan.
Selain
itu,
dengan
adanya
penerimaan dari masyarakat, diharapkan menjadi nilai tambah maupun
citra baik bagi perusahaan sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam
pengambilan keputusan bagi stakeholders. Meskipun masih terdapat
pesimisme yang kuat yang dikemukakan oleh banyak peneliti, teori ini
telah dapat menawarkan sudut pandang yang nyata mengenai pengakuan
sebuah perusahaan oleh masyarakat (Widiawati, 2012).
2.2. Pengungkapan (Disclosure)
2.2.1 Definisi
Pengungkapan
secara
sederhana
dapat
diartikan
sebagai
pengeluaran informasi (Sudarmadji dan Sularto, 2007). Sementara itu
menurut Haniffa (2002) yaitu membuat sesuatu menjadi diketahui atau
mengungkapkan sesuatu. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengungkapan
adalah
pemberian
informasi
atas
konsekuensi
atau
bentuk
pertanggungjawaban mengenai aktivitas yang telah dilakukan oleh suatu
perusahaan.
Tingkat
pengungkapan
sangat
dipengaruhi
oleh
sumber
pembiayaan, sistem hukum, keadaan ekonomi dan politik, tingkat
23
perkembangan ekonomi dan tingkat pendidikan dan budaya. Menurut
Cooke dalam Ayu (2010) ada beberapa biaya yang harus dikeluarkan
untuk membuat pengungkapan yaitu biaya pengumpulan informasi, biaya
supervise manajemen, biaya auditor dan kuasa hukum, dan biaya
penyebaran informasi.
Raditya (2012) menyatakan bahwa pengungkapan terbagi menjadi
dua macam, yaitu :
1. Pengungkapan Wajib (mandatory disclosure)
Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan informasi yang
diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Di Indonesia, peraturan
mengenai pengungkapan laporan keuangan dikeluarkan oleh
Badan
Pengawas
Pasar
Modal
dan
Lembaga
Keuangan
(BAPEPAM dan LK) melalui Surat Edaran Nomor SE02/PM/2002 yang direvisi pada Surat Edaran Nomor SE02/BL/2008 kemudian direvisi kempali pada Surat Edaran Nomor
SE-03/BL/2011
tentang
Pedoman
dan
Penyajian
dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan
Publik.
2. Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure)
Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan melebihi yang
diwajibkan. Pengungkapan sukarela merupakan cara untuk
mewujudkan transparansi dalam bidang bisnis perusahaan. Selain
24
itu, pengungkapan sukarela juga dapat meningkatkan kepercayaan
investor dan pengguna laporan keuangan lainnya.
Pengungkapan fakta keuangan harus berisi informasi yang benar,
akurat dan tersedia bebas untuk pengguna laporan keuangan (Raditya,
2012). Pengungkapan juga harus memberikan informasi memadahi yang
dibutuhkan untuk pengambilan keputusan para pengguna laporan
keuangan. Hal ini dapat membantu dalam membuat keputusan ekonomi
dan bisnis yang konsisten.
2.2.2 Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut
The
World
Business
Council
on
Sustainable
Development (WBCSD), pengertian Corporate Social Responsibility
(CSR)
adalah
sebagai
suatu
komitmen
dari
perusahaan
untuk
melaksanakan etika keprilakuan (behavioral ethnics) dan berkontribusi
terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable
economic development). Karena perusahaan tidak lagi hanya dihadapkan
pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai
perusahaan (corporate value/ profit) yang direfleksikan dalam kondisi
keuangannya (financial) saja. Selain mengejar profit, perusahaan juga
harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan
masyarakat (people) serta turut berkontribusi aktif dalam menjaga
kelestarian lingkungan (planet).
Menurut Hackston dan Milne dalam Sembiring (2005), Corporate
Social Responsibility (CSR) merupakan proses pengkomunikasian
25
dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap
kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara
keseluruhan. Hal tersebut mengakibatkan bertambahnya tanggung jawab
perusahaan, di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan
keuangan
kepada
pemilik
modal,
khususnya
pemegang
saham.
Bertambahnya tanggung jawab berarti mengasumsikan bahwa perusahaan
mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari
laba untuk pemegang saham.
Menurut Watts dan Holme (1999), CSR ditempatkan dalam
konteks pembangunan berkelanjutan. Gambar 2.1 mengilustrasikan
hubungan antara pembangunan berkelanjutan dengan konsep CSR.
Corporate Responsibility
(Sustainable Development)
Corporate
Financial
Responsibility
Corporate
Environmental
Responsibility
Corporate Social
Responsibility
Sumber: Watts dan Holme (1999)
Gambar 2.1 Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan
Berdasarkan Gambar 2.1, pembangunan berkelanjutan terdiri dari
tiga pilar utama, yaitu tanggung jawab keuangan perusahaan, tanggung
26
jawab lingkungan perusahaan, tanggung jawab sosial perusahaan (Watts
dan Holme, 1999). Menurut Steurer et al. (2005), pembangunan
berkelanjutan merupakan pembangunan yang memenuhi kebutuhan
generasi saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi depan dalam
memenuhi
kebutuhan
dan
aspirasi
mereka.
Dengan
demikian,
pembangunan berkelanjutan melakukan kegiatan pembangunannya saat
ini tanpa mengorbankan kemampuan/manfaat di masa datang.
Di Indonesia praktek pengungkapan tanggung jawab sosial diatur
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (Revisi 2009) paragraf 12, yang
menyatakan bahwa: “Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan
keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah
(value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor
lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang
menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang
memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut di luar ruang
lingkup Standar Akutansi Keuangan”. Dasar hukum CSR juga tertuang
dalam UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) pasal 74
UU RI Ayat 1 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, yaitu:
“Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan”.
27
Dalam pelaksanaannya di Indonesia, CSR bersifat wajib bagi
perusahaan. Namun pelaporan CSR belum memiliki standar baku yang
berlaku berhubungan dengan hal-hal apa saja yang harus diungkapkan
didalamnya. Masing-masing pihak memiliki definisi dan interpretasi yang
beragam mengenai pelaporan CSR. Dalam prakteknya, CSR merupakan
konsep yang sulit diartikan. Beberapa pengertian tentang CSR di atas,
dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian CSR, yaitu kewajiban atau
komitmen perusahaan untuk tidak hanya mencari keuntungan dalam
kegiatan bisnisnya, akan tetapi juga harus memperhatikan kehidupan
masyarakat dan alam di sekitar lingkungan perusahaan.
2.2.3 Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Indonesia sebagai Negara muslim terbesar di dunia merupakan
pasar yang sangat besar untuk pengembangan industri keuangan syariah
(Raditya, 2012). Industri keuangan syariah meliputi perbankan syariah,
asuransi syariah dan yang terbaru adalah pasar modal syariah. Dengan
kehadiran pasar modal syariah, memberikan kesempatan bagi kalangan
muslim yang ingin menginvestasikan dananya sesuai dengan prinsip
syariah, sehingga memberikan ketenangan dan keyakinan atas transaksi
yang halal.
Pasar Modal menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 adalah
kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek, serta perusahaan publik yang berkaitan dengan efek. Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa pasar modal syariah adalah kegiatan
28
dalam pasar modal sebagaimana yang diatur dalam undang-undang yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Secara umum kegiatan pasar modal syariah tidak memiliki
perbedaan dengan pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa
karakteristik khusus pasar modal syariah yaitu bahwa produk dan
mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah
sebagaimana diatur dalam peraturan BAPEPAM dan LK No. IX.A.13,
yaitu tidak melakukan kegiatan usaha :
a. Perjudian dan permainan yang tergolong judi.
b. Perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa.
c. Perdagangan dengan penawaran/ permintaan palsu.
d. Bank berbasis bunga.
e. Perusahaan pembiayaan berbasis bunga.
f. Jual beli yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan atau
judi (maisir), antara lain asuransi konvensional.
g. Memproduksi, mindistribusikan, memperdagangkan dan atau
menyediakan barang atau jasa haram zatnya (haram lil-dzatihi),
baarang dan jasa haram bukan karena zatnya ((haram lighairihi)yang ditetapkan oleh DSN-MUI dan atau, barang atau
jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.
h. Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap.
Kumpulan efek yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariah di pasar modal yang ditetapkan oleh BAPEPAM dan LK
29
(sekarang OJK) atau pihak yang disetujui oleh BAPEPAM dan LK
disebut Daftar Efek Syariah (DES). Daftar Efek Syariah (DES) dibentuk
pada tanggal 12 September 2007. DES didirikan dengan tujuan untuk
memandu investor agar mengetahui perusahaan yang termasuk dalam
kategori syariah.
Kinerja saham-saham yang masuk dalam kategori syariah secara
umum diwakili oleh 2 indeks yaitu Jakarta Islamic Index (JII) dan Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI). Perbedaan JII dan ISSI hanya terletak
pada jumlah perusahaan. Jakarta Islamic Index (JII) hanya mengambil 30
perusahaan dari DES dengan pertimbangan likuiditas, kapitalisasi dan
faktor fundamental lainnya. Sedangkan Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) adalah cerminan semua saham yang masuk dalam Daftar Efek
Syariah (DES) yang akan dievaluasi enam bulan sekali yaitu setiap bulan
Mei dan November, atau setiap adanya penyesuaian apabila terdapat
saham syariah
yang baru tercatat atau dihapuskan dari DES
(www.idx.co.id).
2.2.4 Islamic Social Reporting (ISR)
Dalam perspektif islam, sosial reporting tidak hanya menekankan
pada tanggungjawab perusahaan antar sesama manusia. Haniffa (2002)
berpendapat bahwa seharusnya aspek spiritual juga dijadikan sebagai
fokus utama dalam social reporting perusahaan karena para pembuat
keputusan Muslim memiliki ekspektasi agar perusahaan mengungkapkan
informasi-informasi secara sukarela guna membantu dalam pemenuhan
30
kebutuhan spiritual mereka. Oleh karena itu, ia memandang bahwa perlu
adanya kerangka khusus untuk pelaporan pertanggungjawaban sosial
yang sesuai dengan prinsip Islam.
Kerangka tersebut tidak hanya berguna bagi para pembuat
keputusan Muslim, tetapi juga berguna bagi perusahaan Islam dalam
memenuhi pertanggungjawabannya terhadap Allah SWT dan masyarakat.
Kerangka ini dikenal dengan sebutan Islamic Social Reporting (ISR).
Islamic Social Reporting (ISR) menggunakan prinsip syariah sebagai
landasan dasarnya. Prinsip syariah dalam ISR menghasilkan aspek-aspek
material, moral, dan spiritual yang menjadi fokus utama dari pelaporan
sosial perusahaan. Islamic Social Reporting (ISR) merupakan perluasan
dari pelaporan sosial yang tidak hanya berupa keinginan besar dari
seluruh masyarakat terhadap peranan perusahaan dalam ekonomi
melainkan berkaitan dengan perspektif spiritual (Haniffa, 2002).
Menurut Haniffa (2002), Islamic Social Reporting (ISR) memiliki
dua tujuan utama. Pertama yaitu sebagai bentuk akuntabilitas kepada
Allah SWT dan masyarakat. Kedua, adalah untuk meningkatakan
transparansi kegiatan bisnis dengan cara memberikan informasi yang
relevan dan sesuai dengan kebutuhan spiritual para pembuat keputusan
muslim. Abu-Tapanjeh (2009) mengungkapkan bahwa akuntabilitas tidak
hanya ditujukan kepada para pemangku kepentingan saja, tetapi juga pada
Allah SWT sebagai Dzat yang memiliki otoritas tertinggi dalam
31
memberikan keberkahan dan kesuksesan. Dengan kata lain, akuntabilitas
yang utama adalah kepada Allah SWT sebagai Tuhan bagi semesta alam.
Ada dua hal lagi yang merupakan hal terpenting dalam Islamic
Social Reporting (ISR) menurut Othman dan Thani (2009). Pertama ialah
Keadilan sosial, yang dimaksud keadilan sosial disini adalah keadilan
bagi seluruh orang yang terkait dalam lingkungan perusahaan seperti
keadilan kepada karyawan, pelanggan, distributor, dan seluruh anggota
masyarakat dimana kegiatan bisnis tersebut beroperasi. Dan yang kedua
ialah tanggungjawab perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang
dimilikinya dalam upaya memberikan manfaat kepada umat agar
mencapai kesejahteraan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
islam ingin menyelaraskan antara kegiatan ekonomi dan spiritual dalam
kegiatan bisnisnya. Syariah Islam memiliki tiga dimensi yang saling
berhubungan, yaitu mencari ridho Allah agar tercapainya keadilan sosial,
yang kemudian memberikan manfaat kepada umat, dan mencapai
kesejahteraan (Haniffa, 2002).
Penelitian ini menggunakan kerangka Islamic Social Reporting
(ISR) dengan rujukan utama Haniffa (2002) yang dimodifikasi dengan
item-item yang terdapat pada penelitian Othman et.al. (2009). Berikut
keenam tema pengungkapan dalam Islamic Social Reporting (ISR) yang
digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
32
1. Pendanaan dan Investasi
a) Riba (interest-free)
Riba berasal dari bahasa Arab yang berarti tambahan (AlZiyadah), berkembang (An-Nuwuw), meningkat (Al-Irtifa‟), dan
membesar (Al-„uluw). Antonio dalam Putri (2014) memaparkan
mengenai masalah riba sebagai setiap penambahan yang diambil
tanpa adanya suatu penyeimbang atau pengganti („iwad) yang
dibenarkan syariah. Hal yang dimaksud transaksi pengganti atau
penyeimbang yaitu transaksi bisnis atau komersil yang
melegitimasi adanya penambahan secara adil, seperti jual beli,
sewa menyewa, atau bagi hasil proyek dimana dalam transaksi
tersebut ada faktor penyeimbang berupa ikhtiar/usaha,risiko dan
biaya. Larangan riba dalam Al-Quran QS. Al-Baqarah 278-280 :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan tingglkanlah sisa riba (yang belum dipungut)
jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu
tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang dari
Allah dan Rasul-Nya. Tetapi jika kamu bertobat, maka
kamu berhak atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat
zalim (merugikan) dan tidak pula dizalimi (dirugikan).
Dan jika orang yang berutang itu dalam kesulitan, maka
berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh
kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih
baik bagimu, jika kamu mengetahui.”
b) Gharar (ketidakpastian)
Terjadi ketika terdapat incomplete information antara kedua
belah pihak yang bertransaksi dalam hal kuantitas, kualitas,
harga, waktu penyerahan dan akad (Widiawati, 2012). Salah
satu contoh dari transaksi yang mengandung gharar adalah
33
transaksi lease and purchase (sewa-beli) karena adanya
ketidakpastian dalam akad yang diikrarkan antara kedua pihak.
c) Zakat
Zakat merupakan kewajiban bagi seluruh umat Muslim atas
harta benda yang dimiliki ketika telah mencapai nisab (Raditya,
2012). Zakat tidaklah sama dengan donasi, sumbangan, dan
shadaqah. Zakat memiliki aturan yang jelas mengenai harta
yang harus dizakatkan, batasan harta yang terkena zakat, cara
penghitungannya, dan siapa saja yang boleh menerima harta
zakat sesuai apa yang telah diatur oleh Allah SWT.
d) Kebijakan
atas
keterlambatan
pembayaran
piutang
dan
penghapusan piutang tak tertagih.
Penangguhan atau penghapusan utang harus dilakukan dengan
adanya penyelidikan terlebih dahulu kepada pihak debitur
terkait
ketidakmampuannya
dalam
pembayaran
piutang
(Widiawati, 2012). Penangguhan atau penghapusan utang
merupakan
suatu
bentuk
sikap
tolong-menolong
yang
dianjurkan didalam Islam sesuai dengan firman Allah SWT
dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 280 berikut:
“Dan jika (orang berutang) dalam kesulitan, maka
berilah tangguh hingga dia berkelapangan. Dan
menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih
baik bagimu jika kamu mengetahui.”
34
e) Current Value Balance Sheet (Nilai masa kini)
Nilai kini dalam neraca akan dijadikan sebagai pedoman untuk
menentukan berapa jumlah zakat yang dikeluarkan. Nilai masa
kini dapat diperoleh dari estimasi nilai rata-rata transaksi yang
terjadi atau transaksi yang akan terjadi apabila aset tersebut
diperjualbelikan oleh perusahaan. Current value balance sheet
sudah seharusnya dimasukkan sebagai bagian dari persyaratan
pelaporan operasi perusahaan (Sulaiman, 2003). Namun, PSAK
Indonesia masih memberlakukan nilai historis atas nilai-nilai
akun pada neraca. Salah satu aspek yang masih mengandung
nilai historis adalah pengukuran setelah pengakuan aset tidak
berwujud. Dalam PSAK No 19 (revisi 2000) disebutkan bahwa
entitas hanya dapat menggunakan model harga perolehan dalam
mengukur aset tidak berwujud. Meskipun, PSAK No. 19 (revisi
2009) yang mulai berlaku efektif tahun buku 1 Januari 2011
sudah mengarahkan pada konsep current value menyatakan
bahwa tiap entitas diberikan kebebasan untuk menggunakan
model harga perolehan atau model revaluasi dalam mengukur
aset tidak berwujud. Oleh karena itu, klasifikasi current value
balance sheet tidak relevan untuk dijadikan kriteria dalam
pengungkapan penelitian ini.
f) Value Added Statement
Menurut Staden dalam Raditya (2012) value added adalah nilai
yang tercipta dari hasil aktivitas perusahaan dan karyawan-
35
karyawannya. Value added statement merupakan pernyataan
yang
melaporkan
perhitungan
nilai
tambah
beserta
pemanfaatannya oleh para pemangku kepentingan perusahaan
(Widiawati, 2012). Istilah value added statement pada dewasa
ini diartikan sebagai laporan pertambahan nilai. Value Added
Statement
lebih
berkembang
di
negara-negara
maju
dibandingkan dengan negara berkembang seperti Indonesia.
Dalam penelitian ini istilah value added statement lebih merujuk
pada
pernyataan
nilai
tambah
dalam
laporan
tahunan
perusahaan.
2. Produk dan Jasa
a. Produk yang ramah lingkungan (green product)
Setiap perusahaan di seluruh dunia diharapkan menghasilkan
produk ataupun jasa yang ramah lingkungan sebagai suatu
bentuk partisipasi dalam menjaga dan memelihara lingkungan
yang kian mengalami kerusakan (Widiawati, 2012).
b. Status kehalalan produk
Widiawati (2012) mengungkapkan bahwa status kehalalan suatu
produk merupakan suatu kewajiban yang harus diungkapkan
oleh perusahaan dalam laporan tahunannya kepada seluruh
konsumen Muslim. Status kehalalan suatu produk diketahui
setelah mendapatkan sertifikat kehalalan produk dari Majelis
Ulama Indonesia (MUI).
36
c. Kualitas dan keamanan suatu produk
Setelah produk dinyatakan halal, hal lain yang juga penting
untuk perusahaan dalam mengungkapkan produknya adalah
mengenai kualitas dan keamanan produk (Widiawati, 2012).
Produk yang berkualitas dan aman akan meningkatkan
kepercayaan dan loyalitas konsumen terhadap suatu perusahaan.
Kualitas dan keamanan suatu produk perusahaan dinyatakan
dengan adanya ISO 9000 : 2000 yang merupakan sertifikat
manajemen mutu.
d. Keluhan konsumen/indikator yang tidak terpenuhi dalam
peraturan dan kode sukarela (jika ada).
Item pengungkapan selanjutnya adalah mengenai keluhan
konsumen atau pelayanan pelanggan. Suatu perusahaan
diharapkan tidak hanya berfokus pada produk yang dihasilkan
(product-oriented) melainkan memberikan pelayanan terhadap
konsumen
yang memuaskan (consumer-oriented) dengan
menyediakan pusat layanan keluhan konsumen setelah proses
jual beli (Widiawati, 2012).
3. Karyawan
Haniffa (2002) dan Othman dan Thani (2010) memaparkan
bahwa masyarakat Islam ingin mengetahui apakah karyawankaryawan perusahaan telah diperlakukan secara adil dan wajar
melalui informasi-infromasi yang diungkapkan, seperti upah,
37
karakteristik pekerjaan, jam kerja per hari, libur tahunan, jaminan
kesehatan dan kesejahteraan, kebijakan terkait waktu dan tempat
ibadah, pendidikan dan pelatihan, kesetaraan hak, dan lingkungan
kerja. Berdasarkan penjelasan di atas, item pengungkapan pada
tema karyawan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada
lampiran 1.
4. Masyarakat
Haniffa (2002) menerangkan bahwa konsep dasar yang
mendasari tema ini adalah ummah, amanah, dan adl. Konsep
tersebut
menekankan
pada
pentingnya
saling berbagi
dan
meringankan beban orang lain dengan hal-hal yang telah disebutkan
pada item-item pengungkapan di atas. Perusahaan memberikan
bantuan dan kontribusi kepada masyarakat dengan tujuan sematamata untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membantu
menyelesaikan
permasalahan
sosial
di
masyarakat
seperti
membantu memberantas buta aksara, memberikan beasiswa, dan
lain-lain (Maali et al., 2006 dan Othman dan Thani, 2010). Ada
sebelas item pada tema ini yang dipaparkan lebih lanjut dalam
lampiran satu.
5. Lingkungan
Menurut Haniffa (2002), penting bagi seluruh makhluk
hidup untuk melindungi lingkungan sekitarnya. Konsep yang
mendasari tema lingkungan dalam penelitian ini adalah mizan,
i‟tidal, khilafah, dan akhirah. Konsep tersebut menekankan pada
38
prinsip keseimbangan, kesederhanaan, dan tanggung jawab dalam
menjaga lingkungan. Oleh karena itu, informasi-informasi yang
berhubungan dengan penggunaan sumber daya dan programprogram yang digunakan untuk melindungi lingkungan harus
diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan (Othman dan
Thani, 2010). Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam AlQuran surat Ar-Rum ayat 41 berikut:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut akibat ulah
tangan manusia, supaya Allah menghendaki agar mereka
merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar).”
6. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)
Tata kelola perusahaan dalam sistem ekonomi Islam
mempunyai cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan tata
kelola perusahaan dalam sistem
konvensional (Abu-Tapanjeh,
2009). Tata kelola perusahaan dalam Islam berasal dari konsep
khalifah. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat
Al-Baqarah ayat 30 berikut:
“Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada malaikat,
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi. Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih kepada dengan memuji
Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman,
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.”
Makna ayat di atas adalah manusia sebagai utusan Allah SWT telah
diberikan kepercayaan oleh-Nya untuk menjaga bumi beserta isinya
39
dari segala bentuk kerusakan. Pertanggungjawaban manusia atas
amanah itu tidak hanya kepada masyarakat atau para pemangku
kepentingan, tetapi juga kepada Allah SWT sebagai pemilik dari
bumi beserta isinya. Dalam Islam, tujuan utama akuntabilitas adalah
semata-mata untuk mencapai al-falah dan kesejahteraan sosial.
Sedangkan
dalam
ekonomi
konvensional,
tujuan
utama
akuntabilitas adalah sebagai bentuk transparansi dalam rangka
menciptakan pasar efisien yang sesuai dengan aturan yang berlaku
(Abu-Tapanjeh, 2009). Menurut Kasri (2009), perbedaan utama
tata kelola perusahaan dalam sistem Islam dan konvensional terletak
pada aspek filosofi yang mencakup tujuan perusahaan, jenis
keterlibatan kontrak, pemain kunci dalam praktik kelola perusahaan,
serta hubungan antara pemain kunci tersebut. Praktik tata kelola
perusahaan dalam perspektif Islam merupakan salah satu bentuk
kewajiban umat muslim kepada Allah SWT sehingga tercipta
kontrak “implisit” antara manusia dan Allah SWT dan kontrak
“eksplisit” antara
sesama manusia. Namun, pada praktiknya
perbedaan tata kelola perusahaan dalam ekonomi Islam dan
ekonomi konvensional terlihat tidak ada bedanya.
Munid dalam Raditya (2012) memaparkan bahwa prinsip-prinsip
tata kelola perusahaan dalam ekonomi Islam terbagi menjadi empat,
yaitu :
40
a. Akuntabilitas (Accountability)
Dalam hal akuntabilitas, umat Muslim harus percaya bahwa
apapun yang telah diperbuat di bumi pasti ada balasannya di
akhirat kelak. Oleh karena itu, manusia harus menjalankan
perintah Allah SWT semata-mata demi mengharap ridha
Allah SWT.
b. Transparansi (Transparency)
Konsep mengenai transparansi terdapat dalam Al-Quran surat
Al-Baqarah ayat 282. Makna dari ayat tersebut menyiratkan
bahwa tujuan perusahaan bukan hanya untuk menghasilkan
keuntungan saja, melainkan juga untuk menyejahterakan
masyarakat.
Oleh
karena
itu,
perusahaan
harus
mengungkapkan informasi-informasi yang terkait dengan
usaha
perusahaan
dalam
menyejahterakan
masyarakat
tersebut. Haniffa (2002) menambahkan bahwa sesuai dengan
konsep transparansi, perusahaan harus mengungkapkan
informasi
yang
perusahaan,
terkait
dengan
aktifitas-aktifitas
bisnis
kebijakan-kebijakan
yang
dilakukan,
kontribusi perusahaan terhadap masyarakat, penggunaan
sumber
daya
yang
telah
dimanfaatkan,
dan
upaya
perlindungan lingkungan.
c. Keadilan (Fairness)
Prinsip keadilan terdapat dalam firman Allah SWT Al-Quran
surat An-Nisa ayat 58. Makna dari ayat tersebut adalah Allah
41
SWT menghimbau agar manusia dapat selalu berlaku adil
dalam menghadapi masalah-masalah hukum di muka bumi.
d. Tanggung Jawab (Responsibility)
Konsep tanggung jawab erat kaitannya dengan konsep
akuntabilitas. Firman Allah SWT yang mendasari prinsip
tanggungjawab terdapat dalam Al-Quran surat Al-Anfal ayat
27. Ayat tersebut mengindikasikan bahwa islam mengajarkan
kepada umatnya untuk berperilaku etis dalam setiap kegiatan
bisnis mereka. Dengan kata lain, para pelaku kegiatan bisnis
harus dapat memanfaatkan sebaik-baiknya titipan yang
dipercayakan Allah SWT kepada mereka.
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Islamic Social Reporting (ISR)
2.3.1 Ukuran Perusahaan
Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public
demand terhadap informasi yang lebih tinggi dibanding perusahaan yang
berukuran lebih kecil. Cowen et al. dalam Sembiring (2003) menyatakan
bahwa perusahaan yang lebih besar mungkin akan memiliki pemegang
saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan
dalam laporan tahunannya.
Penelitian Haniffa dan Cooke (2005) periode 1996 dan 2002 pada
138 perusahaan non keuangan di Bursa Malaysia dan Jizi et al., (2014)
pada 193 bank komersial yang ada di Amerika periode waktu 2009-2011
telah membuktikan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan
menggunakan proxy total aset memiliki pengaruh positif signifikan
42
terhadap tingkat pengungkapan wajib ataupun sukarela. Hal itu
dikarenakan perusahaan yang lebih besar adalah perusahaan yang
memiliki sumber daya lebih banyak daripada perusahaan yang lebih kecil
dan perusahaan yang lebih besar memiliki pembiayaan, fasilitas, dan
sumber daya manusia yang lebih banyak untuk dapat melakukan
pengungkapan yang lebih sesuai dengan prinsip Islam (Othman et al.,
2009). Namun, ada pula penelitian yang mengindikasikan bahwa ukuran
perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan
wajib dan sukarela karena perusahaan yang lebih kecil melakukan
pengungkapan informasi secara lebih luas agar mendapat citra positif oleh
masyarakat luas. Penelitian tersebut dihasilkan oleh Kuiksuko (2013)
pada 40 perusahaan yang tercatat di BEI pada periode tahun 2010.
2.3.2 Profitabilitas
Profitabilitas digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan dan untuk melihat keefektifan manajemen
suatu perusahaan dalam mengungkapkan tanggungjawab sosialnya
(Maulida et al. 2014). Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin tinggi
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sehingga public
demand
meningkat
yang
akan
menekan
manajemen
untuk
mempublikasikan laporan tahunannya secara lebih luas agar mendapatkan
citra positif dari masyarakat.
Penelitian Tagesson, Blank, Broberg, & Collin (2009) pada 267
perusahaan yang terdaftar pada Bursa Swedia dan Othman (2009) dengan
sampel 100 perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia telah
43
membuktikan bahwa profitabilitas yang diukur dengan menggunakan
proxy ROA memiliki pengaruh positif signifikan terhadap tingkat
pengungkapan wajib ataupun sukarela. Hal itu dikarenakan perusahaan
yang memiliki profitabilitas yang lebih besar akan banyak mendapat
perhatian dari masyarakat, sehingga manajemen akan memperluas
laporan sukarelanya agar mendapat citra positif dari masyarakat. Namun,
penelitian yang dilakukan oleh Suta (2012) pada 105 perusahaan yang
terdaftar di BEI periode tahun 2008-2010 menyatakan bahwa
profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan
wajib dan sukarela karena pengungkapan informasi akuntansi akan
mengurangi laba perusahaan yang disebabkan karena biaya tambahan
yang digunakan untuk membayar sumber daya untuk mengungkapkan
informasi tersebut.
2.3.3 Umur Perusahaan
Umur perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan
tersebut dalam bersaing dan memanfaatkan peluang bisnis untuk dapat
tetap eksis dalam perekonomian. Dalam penelitian ini, umur perusahaan
dihitung sejak perusahaan listing atau terdaftar di Bursa Efek. Umur
perusahaan
diduga
memiliki
pengaruh
positif
terhadap
luas
pengungkapan informasi sukarela. Alasan yang mendasari pemilihan
variabel ini, yaitu dugaan bahwa perusahaan yang lebih senior atau tua
mungkin telah lebih meningkatkan praktek-praktek pelaporan keuangan
mereka dari waktu ke waktu, sehingga informasi yang diungkapkan akan
lebih luas (Akhtarudin, 2005).
44
Penelitian Tristanti (2012) pada 726 perusahaan yang terdaftar
pada BEI periode tahun 2006-2010, dan Dwita (2014) pada 14
perusahaan yang terdaftar pada BEI periode tahun 2008-2012
membuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara umur perusahaan
dengan tingkat pengungkapan wajib maupun sukarela karena perusahaan
dengan umur yang lebih tua akan cenderung mengungkapkan informasi
yang
lebih
banyak
dalam
laporan
tahunannya
dengan
tujuan
meningkatkan reputasi dan citra perusahaan di pasar.
Penelitian yang dilakukan Dyah (2008) pada 62 perusahaan yang
terdaftar di BEI dan Raditya (2012) dengan sampel 117 perusahaan yang
masuk dalam DES menyatakan bahwa umur perusahaan tidak
berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sukarela karena perusahaan
yang berumur lebih muda akan melakukan pelaporan informasi yang
lebih banyak dibandingkan perusahaan yang lebih tua dengan tujuan
untuk mengurangi ketidakpastian risiko operasi serta untuk meningkatkan
kepercayaan diri investor terhadap posisi mereka.
2.3.4 Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris yang dimaksud adalah jumlah anggota
dewan komisaris dalam perusahaan. Dewan komisaris merupakan
mekanisme pengendali intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk
memonitor tindakan manajemen puncak. Individu yang bekerja sebagai
anggota dewan komisaris merupakan hal penting dalam memonitor
aktivitas manajemen secara efektif (Sembiring, 2005).
45
Penelitian Terzaghi (2012) pada 89 perusahaan manufaktur yang
tercatat di BEI untuk tahun 2008 dan Khoirudin (2013) pada 11 unit bank
umum syariah menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh
terhadap pengungkapan sukarela perusahaan karena semakin besar
jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah
mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin
efektif. Dihubungkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial
syariah perusahaan, maka tekanan terhadap manajemen juga akan
semakin besar untuk mengungkapkan ISR. Penelitian yang dilakukan
oleh Ratnasari (2011) pada 16 perusahaan yang terdaftar di BEI
menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan sukarela karena dalam dewan komisaris terdapat hubungan
terafiliasi seperti hubungan kekeluargaan dengan pemilik perusahaan,
sehingga tekanan yang dilakukan kurang efektif.
2.3.5 Proporsi Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan komisaris yang tidak berasal
dari pihak terafiliasi, sedangkan komisaris non-independen merupakan
komisaris yang terafiliasi. Terafiliasi adalah pihak yang mempunyai
hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali,
anggota direksi dan dewan komisaris lain, serta dengan perusahaan itu
sendiri (Ariningtika, 2013).
Keberadaan dewan komisaris independen diharapkan dapat
bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi.
46
Keberadaan dewan komisaris independen telah diatur dalam peraturan
BEJ tanggal 19 Juli 2004 yang menyatakan bahwa perusahaan yang
terdaftar di Bursa harus mempunyai komisaris independen sekurangkurangnya 30% dari seluruh jajaran anggota dewan komisaris (Surya dan
Yustivandana, 2006).
Penelitian Wardhana (2013) pada 328 perusahaan yang terdaftar
di BEI dan Jizi, Salama, Dixon dan Stratling (2014) pada 193 bank
komersial yang ada di Amerika periode waktu 2009-2011 menyatakan
bahwa proporsi komisaris independen mempengaruhi pengungkapan
informasi sukarela karena semakin banyak komisaris independen yang
terdapat pada suatu perusahaan, maka tuntutan untuk memberikan
informasi lebih banyak juga semakin besar. Penelitian Ratnasari (2011)
pada 16 perusahaan yang terdaftar di BEI menyatakan bahwa proporsi
komisaris independen tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela
karena tugas dari komisaris independen hanya untuk menciptakan
keseimbangan intern saja seperti pemegang saham utama, direksi,
komisaris, dan manajemen.
2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian-peneitian
terdahulu
yang
membahas
mengenai
pengungkapan ISR masih sangat tebatas. Penelitian-penelitian tersebut
kebanyakan dilakukan di negara Malaysia dengan perusahaan-perusahaan
Malaysia sebagai objek penelitiannya. Sehingga, ada beberapa aspek
47
spesifik yang melekat pada kondisi negara Malaysia yang sulit diterapkan di
negara lain.
Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana pengaruh karakteristik
perusahaan terhadap tingkat pengungkapan ISR perusahaan yang masuk
pada Indeks Saham Syariah Indonesia tahun 2012-2013. Tabel 2.1
menunjukkan beberapa penelitian terdahulu :
Tabel 2.1
Daftar Penelitian Terdahulu
No.
Peneliti dan Judul
1. Rohana Othman,
Azlan Md Thani dan
Erlane .K. Ghani
(2009)
“Determinants of
Islamic Social
Reporting Among Top
Shariah- Approved
Companies in Bursa
Malaysia
Variabel
Dependen :
Islamic Social
Reporting (ISR)
Independen:
Size,Profitabilitas,
Komposisi
Dewan dan Tipe
Industri
Metode
Metode
analisis
regresi
linier
berganda
Raditya (2012)
“Analisis Faktorfaktor yang
mempengaruhi tingkat
pengungkapan ISR
Pada Perusahaan yang
Masuk Daftar Efek
Syariah (DES)
Periode 2009-2010.
Independen :
Islamic Sosial
Reporting
Dependen :
Sukuk, Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas,
Jenis Industri,
Umur Perusahaan
Metode
analisis
regresi
linier
berganda
2.
Hasil
Ukuran
perusahaan dan
Profitabilitas
berpengaruh
terhadap
pengungkapan
ISR, sedangkan
tipe industri tidak
berpengaruh
terhadap
pengungkapan
ISR.
Ukuran
perusahaan dan
profitabilitas
mempunyai
pengaruh positif
signifikan
terhadap
pengungkapan
ISR. Namun,
Jenis Industri,
penerbitan sukuk
dan
Umur perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap
pengungkapan
ISR
48
3.
4.
5.
Widiawati (2012)
“Analisis Faktorfaktor yang
mempengaruhi
Islamic Social
Reporting
Perusahaanperusahaan pada
Daftar Efek Syariah
Tahun 2009-2011
Putri (2014) “Faktorfaktor yang
Mempengaruhi ISR
Perusahaanperusahaan yang
terdaftar pada Indeks
Saham Syariah
Indonesia Tahun
2011-2012
Independen :
Islamic Sosial
Reporting
Dependen :
Ukuran
perusahaan,
Profitabilitas,
Tipe industri dan
Jenis bank
Metode
analisis
regresi
linier
berganda
Dependen :
Islamic Sosial
Reporting
Independen :
Ukuran
perusahaan,
Profitabilitas,
Tipe industri, dan
Surat berharga
syariah
Metode
analisis
regresi
berganda
Maulida, Yulianto dan
Asrori (2014)
“Analisis Faktorfaktor yang
Mempengaruhi
Pengungkapan Islamic
Sosial Responsibility
pada Perusahaan yang
terdaftar di Jakarta
Islamic Index (JII)
Tahun 2009-2012”
Dependen :
Islamic Sosial
Reporting
Independen :
Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas dan
Kinerja
Lingkungan.
Metode
analisis
regresi
berganda
Hasil
penelitian ini
menunjukkan
bahwa seluruh
variabel
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan
ISR.
Ukuran
Perusahaan, Tipe
Industri, dan
Surat Berharga
Syariah
berpengaruh
positif signifikan
terhadap ISR di
Indonesia.
Sedangkan
profitabilitas tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap ISR di
Indonesia.
Ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh
terhadap
pengungkapan
ISR perusahaan
syariah di JII.
Sedangkan
variabel
profitabilitas dan
variabel kinerja
lingkungan secara
partial
berpengaruh
terhadap
pengungkapan
ISR perusahaan
syariah di JII.
49
2.5. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih harus dibuktikan
kebenarannya melalui penelitian lebih lanjut (Suta, 2012). Hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
2.5.1 Hipotesis Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan ISR
Ukuran perusahaan merupakan tingkat identifikasi besar atau
kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan yang lebih besar melakukan
aktivitas yang lebih banyak, menyebabkan dampak yang lebih besar.
Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin banyak modal yang
ditanamkan sehingga sumber daya dan dana yang besar dalam perusahaan
cenderung memiliki permintaan yang lebih luas akan informasi pelaporan
perusahaannya (Maulida et al. 2014).
Secara lebih spesifik, penelitian yang terkait antara ukuran
perusahaan dan ISR pernah dilakukan oleh Othman et al. (2009) di Bursa
Malaysia dan Raditya (2012) di Daftar Efek Syariah (DES). Hasil
penelitian keduanya menyatakan bahwa ukuran perusahaan secara positif
signifikan mempengaruhi tingkat ISR. Othman et al. (2009) menduga
bahwa perusahaan yang lebih besar akan cenderung melakukan
pengungkapan ISR secara lebih luas. Hal ini sesuai dengan teori
legitimasi. Perusahaan yang besar biasanya memiliki aktivitas yang lebih
banyak dan kompleks, mempunyai dampak yang lebih besar terhadap
masyarakat sehingga mendapat perhatian lebih dari kalangan publik,
maka dari itu perusahaan besar akan mendapat tekanan yang lebih untuk
50
mengungkapkan pertanggungjawaban sosialnya (Cowen et al.,) dalam
(Amran dan Devi, 2008). Dengan demikian penelitian ini merumuskan ke
dalam hipotesis:
H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat
Islamic Social Reporting (ISR)
2.5.2 Hipotesis Profitabilitas Terhadap Tingkat Pengungkapan ISR
Perusahaan yang berada pada posisi menguntungkan akan
cenderung melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas dalam
laporan tahunannya (Raditya, 2012). Menurut Watts dan Zimmerman
(1986),
perusahaan
dengan
profit
yang
lebih
tinggi
memiliki
kecenderungan untuk melakukan intervensi kebijkan. Oleh karena itu,
perusahaan tersebut akan terdorong untuk mengungkapkan informasi
yang lebih rinci dalam laporan tahunan mereka dalam rangka mengurangi
biaya politik dan menunjukkan kinerja keuangan kepada publik. Raditya
(2012) menambahkan bahwa profitabilitas dapat diukur dengan beberapa
cara, antara lain ROA, ROE, laba per saham, deviden dalam suatu
periode, marjin keuntungan, tingkat pengembalian, dan lain-lain.
Penelitian sebelumnya Othman et al. (2009) dan Raditya (2012)
membuktikan
bahwa
profitabilitas
mempunyai
pengaruh
positif
signifikan terhadap tingkat pengungkapan ISR. Oleh karena itu,
penelitian ini menduga bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang
lebih tinggi akan melakukan ISR secara lebih luas.
51
Hal ini sesuai dengan teori legitimasi yang menyatakan bahwa
profitabilitas sebagai sistem nilai yang menjadi pencapaian perusahaan
dalam meningkatkan keuntungannya sejalan dengan sistem sosial yang
dilakukan oleh perusahaan dalam pengungkapan tanggungjawab sosial
secara islami (Maulida et al. 2014). Oleh karena itu, semakin banyak
keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan maka perusahaan memiliki
biaya yang lebih dalam mengungkapkan informasi dalam pembuatan
laporan pertanggungjawaban sosial secara islami. Dengan demikian
penelitian ini merumuskan ke dalam hipotesis :
H2 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap tingkat Islamic
Social Reporting (ISR)
2.5.3 Umur Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan ISR
Umur perusahaan adalah pengelompokan perusahaan berdasarkan
kriteria lamanya perusahaan tersebut listing di Bursa Efek Indonesia.
Menurut Marwata (2001), umur perusahaan memiliki hubungan yang
positif dengan pengungkapan sukarela. Alasan yang mendasari adalah
bahwa perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengalaman yang
lebih banyak dalam mempublikasikan lapoan keuangan. Perusahaan yang
memiliki pengalaman yang lebih banyak akan lebih mengetahui
kebutuhan konstituennya akan informasi tentang perusahaan.
Hal ini dapat dikaitkan dengan teori legitimasi. Menurut teori ini,
legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan
masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari
52
perusahaan dari masyarakat (Tristanti, 2012). Semakin lama perusahaan,
maka semakin banyak informasi yang diperoleh masyarakat tentang
perusahaan tersebut. Sehingga semakin lama perusahaan dapat bertahan,
maka perusahaan lebih mengungkapkan informasi sukarelanya sebagai
bentuk tanggung jawabnya agar tetap diterima di masyarakat.
H3 : Umur perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat Islamic
Social Reporting (ISR)
2.5.4 Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Tingkat Pengungkapan ISR
Dewan
komisaris
bertugas
dan
bertanggungjawab
untuk
melaksanakan pengawasan dan memberikan nasihat kepada dewan
direksi serta memastikan bahwa perusahaan telah melaksanakan GCG
(Good Corporate Governance) sesuai dengan aturan yang berlaku. Hal
ini sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun
2007 Pasal 97 yang menjelaskan bahwa komisaris bertugas mengawasi
kebijakan direksi dalam menjalankan perusahaan serta memberikan
nasihat kepada direksi.
Untuk mewujudkan akuntabilitas perusahaan, dewan komisaris
dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk menekan manajemen
dalam mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas. Dengan
pengungkapan informasi sosial dan lingkungan yang lebih luas ini,
diharapkan perusahaan mampu memenuhi kebutuhan informasi yang
dibutuhkan oleh para stakeholder serta dapat mengelola para stakeholder
53
agar mendapatkan legitimasi oleh para stakeholder yang berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup perusahaan (Ratnasari, 2011).
Dewan komisaris dianggap sebagai mekanisme pengendalian
intern tertinggi, yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan
manajemen puncak. Semakin besar ukuran dewan komisaris, maka
pengawasan akan semakin baik. Dengan pengawasan yang baik, maka
diharapkan pengungkapan Islamic Social Reporting akan semakin luas
karena
dapat
meminimalisir
informasi
yang
mungkin
dapat
disembunyikan oleh manajemen. Hasil penelitian Sembiring (2005) serta
Veronica dan Sumin (2009) menunjukkan bahwa proporsi dewan
komisaris mempengaruhi tingkat pengungkapan CSR. Berdasarkan uraian
di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:
H4 : Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat
Islamic Social Reporting (ISR)
2.5.5 Proporsi Komisaris Independen Terhadap Tingkat Pengungkapan
ISR
Komisaris Independen merupakan pihak yang tidak terafiliasi
dengan pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan
dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan
Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri (KNKG, 2010).
Dewan Komisaris Independen diharapkan dapat bersikap netral terhadap
segala kebijakan yang dibuat oleh direksi (Ratnasari 2011).
54
Penelitian yang dilakukan oleh Webb (2004) menunjukkan bahwa
dewan
komisaris
independen
memainkan
peran
penting
dalam
meningkatkan image perusahaan. Karena dewan komisaris independen
dapat mendorong perusahaan untuk mengungkapakan informasi sosial
dan lingkungannya agar dapat meningkatkan image perusahaan di mata
masyarakat. Dengan demikian, semakin besar proporsi Komisaris
Independen yang dimiliki oleh perusahaan, diharapkan dapat bertindak
semakin objektif dalam rangka memastikan keselarasan antara keputusan
organisasi, tindakan perusahaan dengan nilai-nilai sosial agar perusahaan
tersebut terlegitimasi (Parbonetti, 2010).
H5 : Proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap
tingkat Islamic Social Reporting (ISR)
2.6. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2 mengilustrasikan kerangka yang akan mendukung dalam
penelitian ini. Kerangka pemikiran ini akan menjelaskan lima faktor
karakteristik perusahaan yang berpengaruh dalam mengungkapkan Islamic
Social Reporting (ISR). Kelima faktor tersebut antara lain ukuran
perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, ukuran dewan komisaris dan
proporsi komisaris independen.
55
Ukuran
Perusahaan (+)
H1
Profitabilitas (+)
Umur Perusahaan
(+)
H2
H3
Islamic Social
Reporting (ISR)
Ukuran Dewan
Komisaris (+)
H4
Proporsi Komisaris
Independen (+)
H5
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian adalah sebuah proses pencarian solusi dalam suatu
masalah dengan melakukan studi dan analisis terhadap faktor-faktor yang
dapat mempengaruhinya. Jenis penelitian menurut tujuannya dapat dibagi
menjadi 3, yaitu explanatory study, deskripsi dan pengujian hipotesis.
Sedangkan menurut jenis investigasinya dapat dibedakan menjadi studi
kausal dan studi korelasi (Sekaran, 2010).
Penelitian ini menggunakan studi kausal dimana peneliti ingin
mengetahui pengaruh dari satu atau lebih faktor dalam menyebabkan suatu
masalah. Penelitian ini ingin mengetahui apakah ukuran perusahaan,
profitabilitas, umur perusahaan, ukuran dewan komisaris dan proporsi
komisaris independen mempengaruhi tingkat ISR. Selain itu penelitian ini
juga menggunakan pengujian hipotesis. Menurut Sekaran (2010) pengujian
hipotesis biasanya digunakan untuk menjelaskan hubungan atau melihat
perbedaan diantara kelompok atau independensi dari dua atau lebih faktor
yang ada dalam suatu situasi.
Selain itu penelitian ini juga menggunakan tekhnik content analysis
terhadap laporan tahunan perusahaan dalam penghitungan indeks ISR.
Content analysis yaitu metode penelitian observasi yang digunakan untuk
mengevaluasi secara sistematis isi dari suatu informasi (Sekaran, 2010). Ada
56
57
beberapa alasan mengapa menggunakan laporan tahunan perusahaan untuk
melakukan content analysis (Kent dan Chan dalam Siregar dan Bachtiar,
2010), yaitu :
1. Laporan tahunan merupakan sumber utama komunikasi perusahaan
kepada investor dan banyak digunakan oleh perusahaan untuk
mengungkapkan laporan sosialnya.
2. Penyajian laporan keuangan dan laporan sosial dalam satu dokumen
laporan tahunan perusahaan merupakan salah satu cara untuk
mengurangi biaya pengungkapan.
3. Laporan tahunan merupakan salah satu informasi yang banyak dilihat
oleh masyarakat luas.
4. Pengungkapan yang dilakukan melalui media lain seperti media
jurnalistik
memiliki
risiko
kesalahan
interpretasi
sedangkan
pengungkapan yang dilakukan melalui laporan tahunan dapat
dikontrol langsung oleh manajemen.
3.2
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau mengubah
nilai (Sekaran dan Bougie, 2010). Variabel juga dapat diartikan sebagai
karakteristik yang dapat diamati dari suatu objek dan mampu memberikan
bermacam-macam nilai atau berbagai kategori (Riduwan dan Akdon, 2005).
Penelitian ini melibatkan lima variabel bebas (independen) dan satu variabel
terikat (dependen). Sekaran dan Bougie (2010) mendefinisikan variabel
terikat sebagai variabel yang menjadi perhatian utama dari peneliti dengan
58
tujuan untuk mengetahui variable-variabel bebas yang mempengaruhinya
dan menemukan jawaban atau solusi atas semua masalah. Sedangkan
variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik
secara positif maupun negatif.
3.2.1 Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas dalam penelitian ini terbagi menjadi dua macam,
yaitu variabel bebas berskala ukuran metrik (angka) dan non-metrik
(kategori). Variabel independen berukuran kategori dalam penelitian ini
dinyatakan sebagai variabel dummy (Ghozali, 2011). Cara pemberian
kode dummy umumnya menggunakan kategori yang dinyatakan dengan
angka 1 dan 0. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi:
1.
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah jumlah nilai kekayaan yang
dimiliki perusahaan. Dalam penelitian Almilia dan Retrinasari
(2007), Widiawati (2012) dan Maulida et al. (2014), variabel
ukuran perusahaan diukur dengan mentransformasikan jumlah
aktiva yang dimiliki perusahaan ke dalam bentuk logaritma natural.
SIZE =
2.
Ln (nilai buku total asset)
Profitabilitas
Profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
dalam
mendapatkan laba. Nilai profitabilitas perusahaan dalam penelitian
ini diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA) sama
59
seperti penelitian yang dilakukan oleh Raditya (2012), Tristanti
(2012) dan Ariningtika (2013). Hal ini dikarenakan ROA
menunjukkan kinerja keuangan yang dilihat dari perbandingan
antara laba bersih setalah pajak dengan total asset (Amalia, 2005).
Semakin tinggi profit/ laba maka kemungkinan besar perusahaan
mempunyai kemampuan untuk melakukan pengungkapan tanggung
jawab sosial secara islami lebih luas.
ROA =
Laba Bersih Setelah Pajak
Total Asset
3. Umur Perusahaan
Umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan
mampu bertahan di bursa. Dalam penelitian Liu dan Anbummozhi
(2008), Hossain dan Hammami (2009) dan Tristanti (2012), umur
perusahaan dihitung dari selisih antara tahun penelitian dengan
tahun pencatatan atau tahun IPO (first issue) di Bursa Efek.
Informasi tersebut dapat diperoleh dari situs web BEI dan/atau
laporan
tahunan
masing-masing
perusahaan.
Variabel
ini
disimbolkan dengan simbol AGE.
AGE=
Tahun sejak perusahaan listing di Bursa Efek Indonesia
sampai dengan tahun periode penelitian
60
4. Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran Dewan Komisaris yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah banyaknya jumlah anggota Dewan Komisaris dalam
suatu perusahaan. Dalam penelitian Ratnasari (2011), Khoiruddin
(2013) dan Dipika (2014), Ukuran Dewan komisaris diukur dengan
menghitung jumlah anggota Dewan Komisaris dalam suatu
perusahaan yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan.
UDK = Jumlah Dewan Komisaris
5. Proporsi Komisaris Independen
Komisaris Independen merupakan pihak yang tidak
terafiliasi dengan pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan
kekeluargaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ratnasari
(2011) dan Suta (2012), variabel proporsi dewan komisaris
independen diukur dengan menghitung pembagian antara jumlah
anggota Komisaris Independen dan total seluruh dewan komisaris
yang dimiliki perusahaan.
PKI =
Jumlah Komisaris Independen
Jumlah Dewan Komisaris
6. Dummy Tahun
Dummy tahun digunakan untuk melihat pengaruh tahun
terhadap variabel dependen. Pengukuran dummy tahun dengan
61
memberikan nilai 1 dan 0. Dummy tahun 2013 diberi nilai satu dan
yang lainnya 0.
7. Dummy Tipe Industri
Dummy tipe industri digunakan untuk melihat pengaruh tipe
industri terhadap variabel dependen. Pengukuran dummy tipe
industri dengan memberikan nilai 1 dan 0. Dummy tipe industri
menggunakan tipe industri pertambangan sebagai excluded
variabel dan yang lainnya diberi nilai satu ketika perusahaan
berada pada industri selain pertambangan
3.2.2 Variabel Terikat (Dependen)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ISR yang diukur
dengan nilai (score) dari ISR masing-masing perusahaan. Nilai ISR ini
diperoleh dari hasil content analysis. Indeks ISR yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan adaptasi dari indeks ISR yang dibuat oleh
Othman et. al (2009) dengan beberapa penyesuaian. Adapun langkahlangkah yang dilakukan dalam melakukan content analysis adalah :
1. Membuat daftar ISR sesuai dengan Othman et. al (2009) dengan
beberapa penyesuaian. ISR yang digunakan terdiri dari 46 item
pengungkapan yang terbagi dalam enam tema yaitu tema
Pendanaan dan Investasi, Produk dan Jasa, Karyawan, Masyarakat,
Lingkungan dan Tata kelola perusahaan.
62
2. Memberi nilai pada setiap komponen ISR secara diktomi, yaitu 1
apabila komponen tersebut diungkapkan dan 0 apabila tidak
diungkapkan.
3. Nilai yang diperoleh setiap perusahaan kemudian dijumlahkan
untuk mendapatkan nilai total dari indeks ISR.
3.3
Populasi dan Sampel
Populasi merujuk pada keseluruhan kelompok orang, peristiwa atau
sesuatu yang menjadi perhatian yang akan diinvestigasi oleh peneliti
(Sekaran dan Bougie, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang masuk pada Indeks Saham Syariah Indonesia tahun 2012
sebanyak 235 perusahaan. Indeks Saham Syariah Indonesia adalah
kumpulan efek yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di
pasar modal yang ditetapkan oleh BAPEPAM dan LK atau pihak yang
disetujui oleh BAPEPAM dan LK. Setelah menentukan populasi, tahap
selanjutnya adalah pengambilan sampel. Pengambilan sampel adalah proses
memilih jumlah elemen secukupnya dari populasi sehingga penelitian
terhadap sampel dan pemahaman terhadap suatu sifat atau karakteristik
memungkinkan kita untuk menggeneralisasi sifat atau karakteristik tersebut
pada elemen populasi (Sekaran dan Bougie, 2010). Metode pengambilan
sampel dalam penelitian adalah purposive sampling. Purposive sampling
merupakan proses pengambilan sampel yang membatasi jumlah sampel
sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh peneliti (Sekaran dan
Bougie, 2010). Kriteria sampel dalam penelitian ini, antara lain:
63
1. Perusahaan yang masuk dalam Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) dan tercatat (listed) di BEI pada tahun 2012.
2. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) selalu diperbaharui oleh
BAPEPAM dan LK setiap enam bulan sekali (satu periode) sehingga
sampel yang digunakan adalah perusahaan yang masuk dalam ISSI
sebanyak empat periode.
3. Perusahaan yang menggunakan mata uang Rupiah sebagai satuan
mata uang dalam laporan keuangan perusahaan dan menerbitkan
laporan tahunan berturut-turut dari tahun 2012-2013. Kriteria ini
dipilih karena untuk mempermudah peneliti dalam penentuan nilai.
Dan
penelitian
dilakukan
pada
tahun
2012-2013
karena
sepengetahuan peneliti belum ada.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, berikut hasil yang diperoleh :
1. Berdasarkan kriteria pertama diperoleh 235 perusahaan yang
terdaftar dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tahun 2012.
2. Berdasarkan kriteria kedua terdapat 21 perusahaan yang tidak masuk
dalam daftar ISSI pada periode berikutnya. 21 perusahaan tersebut
tidak terdaftar dalam ISSI selama empat periode, sehingga
perusahaan sampel menjadi 214 perusahaan. Perusahaan-perusahaan
tersebut antara lain : ABBA, BORN, BRMS, BTEK, BUDI, BUVA,
CPDW, ETWA, IKBI, INDX, KARK, KPIG, KRAS, MAMI,
MBAI, MORE, PNSE, PTRO, ROTI, SQMI, TRAM.
64
3. Berdasarkan kriteria ketiga, sebanyak 52 perusahaan tidak memenuhi
kreteria ini, karena perusahaan-perusahaan tersebut menggunakan
mata uang Dollar sebagai satuan mata uang dalam laporan
keuangannya. Sehingga terdapat 162 perusahaan yang menggunakan
mata uang Rupiah dalam laporan keuangannya dan menerbitkan
laporan tahunan berturut-turut selama 2012-2013. Perusahaan yang
dikeluarkan dari kriteria ketiga antara lain : ADRO, ARII, ARTI,
ASIA, ASII, BRAM, BRPT, BSDE, BTON, BULL, BYAN, CASS,
CTBN, DEWA, DNET, DSSA, DVLA, EKAD, ENREG, ESTI,
FPNI, GDYR, GIAA, GTBO, HEXA, HITS, HRUM, IATA, IKAI,
INCO, INDR, ITMG, KKGI, MBSS, MKPI, NIKL, PGAS, PSAB,
PTBA, PTIS, PTSN, RICY, RIGS, SMAR, SMCB, SOBI, SUGI,
TFCO, TOTL, TPIA, UNIC, WINS.
Tabel 3.1 Rangkuman Hasil Proses Pengambilan Sampel
No
Kriteria
Jumlah
Perusahaan
1.
Perusahaan yang masuk dalam Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) dan tercatat (listed) di BEI
selama 2012
235
2.
Eliminasi perusahaan yang tidak masuk ISSI pada
periode tahun 2013
(21)
3.
Eliminasi perusahaan yang tidak menggunakan mata
uang rupiah dan perusahaan yang tidak mempunyai
laporan keuangan selama 4 periode
(52)
Total Perusahaan
Sumber : Hasil olah penulis
162
65
3.4
Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya
berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
(data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan
(Almilia dan Retrinasari, 2007). Penelitian ini menggunakan data sekunder
berupa laporan tahunan (annual report) perusahaan yang masuk dalam
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada tahun 2012-2013.
3.5
Metode Analisis
3.6.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data sehingga menjadikan sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah
untuk dipahami, yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, modus,
standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum (Ghozali, 2011).
Statistik deskriptif menyajikan ukuran-ukuran numerik yang sangat
penting bagi data sampel. Uji Statistik deskriptif tersebut dilakukan
dengan program SPSS 20.
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Untuk menguji hipotesis penelitian ini dengan menggunakan
regresi linier berganda. Sebagai prasyarat regresi linier berganda
dilakukan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa data penelitian
valid, tidak bias, konsisten, dan penaksiran koefisien regresinya bersifat
66
efisien
(Ghozali,
2011).
Pengujian
asumsi
klasik
meliputi
uji
multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Menurut Ghozali (2011) ada dua cara untuk mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis
grafik dan analisis statistik.
Cara menganalisis dengan analisis grafik yaitu dengan
melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dengan distribusi normal. Distribusi normal akan
membentuk suatu garis lurus diagonal. Jika distribusi data residual
normal, maka garis yang menggambarakan data sesungguhnya akan
mengikuti garis diagonalnya.
Cara kedua adalah analisis statistik yaitu dengan Uji
Kolmogorov-Smirnov yang merupakan pengujian normalitas dengan
membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya)
dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data
yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan
diasumsikan normal. Apabila nilai signifikansi di atas 0,05
menunjukkan bahwa tidak terdapat adanya perbedaan yang
signifikan atau hasilnya normal, dan jika nilai signifikansi di bawah
67
0,05 maka terdapat adanya perbedaan yang signifikan atau hasil
tidak normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Uji ini merupakan uji model. Model Regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi antara variabel independen (Ghozali, 2011).
Multikolinearitas dapat dilihat dengan cara menganalisis nilai VIF
(Variance Inflation Factor). Suatu model regresi menunjukkan
adanya Multikolinearitas jika: (1) Tingkat korelasi > 95%, (2) Nilai
Tolerance < 0,10, atau (3) Nilai VIF > 10. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen
(Ghozali, 2011).
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t
dengan kesalahan penganggu pada periode t-1
(sebelumnya)
(Ghozali, 2011). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi.
Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji
Durbin Watson (DW test). Metode ini digunakan untuk autokorelasi
tingkat
satu
(first
order
autocorrelation).
Adapun
pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi:
dalam
68
Tabel 3.2 Kriteria Pengujian Ada Tidaknya Autokorelasi
Hipotesis nol
Tidak ada autokorelasi
positif
Tidak ada autokorelasi
positif
Tidak ada korelasi negatif
Tidak ada korelasi negatif
Tidak ada autokorelasi,
positif atau negatif
Keputusan
Tolak
Jika
0 < d < dl
No desicison
dl ≤ d ≤ du
Tolak
No desicison
4 – dl < d < 4
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
du ˂ d ˂ 4-du
Tidak ditolak
Sumber : Ghozali (2011)
4. Uji Heterokedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang
tidak terjadi heterokedastisitas, dimana titik-titik dalam gambar
scatterplot menyebar dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas.
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu
yang
teratur,
maka
mengindikasikan
telah
terjadi
heterokedastisitas. Akan tetapi, jika tidak ada pola yang jelas serta
titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol (0) pada sumbu
Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2011).
3.6
Analisis Regresi
Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan
variabel terikat (dependen) dengan satu atau lebih variabel bebas
(independen), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi
rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai
69
variabel independen yang diketahui (Gujarati, 2003). Untuk regresi yang
variabel independennya terdiri atas dua atau lebih disebut juga regresi linear
berganda (Multiple Regression). Dalam upaya menjawab permasalahan
dalam penelitian ini yang variabel bebasnya ada tujuh variabel, maka
digunakan analisis regresi linear berganda. Persamaan regresi dalam
penelitian ini adalah ::
ISR= α + β1 SIZE + β2 PROFIT + β3 AGE + β4 UDK +β5 PKI + β6 DTH
+ β7 DINDS + ε
Keterangan:
ISR
: Tingkat Islamic Social Reporting
α
: Konstanta
βi
: Koefisien regresi
SIZE
: Ukuran Perusahaan, Total Aset (Ln)
PROFIT
: Profitabilitas, ROA
AGE
: Umur Perusahaan
UDK
: Ukuran Dewan Komisaris
PKI
: Proporsi Komisaris Independen
DTH
: Dummy Tahun
DINDS
: Dummy Tipe Industri
ε
: Error term
Kemudian untuk mengetahui pengaruh antara variabel-variabel
independen dengan tingkat ISR maka dilakukan pengujian-pengujian
70
hipotesis penelitian terhadap variabel-variabel dengan pengujian di bawah
ini.
3.7.1 Koefisien Determinan ( Adjusted R²)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya adalah mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Ghozali, 2011). Nilai koefisien determinasi adalah nol dan
satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
3.7.2 Uji F (Uji Simultan)
Menurut
Ghozali
(2011)
uji
statistik
F
pada
dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam
model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05
(α=5%). Ketentuan penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagai
berikut:
1. Jika nilai siginifikansi f ≥ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien
regresi tidak signifikan). Hal ini berarti bahwa secara simultan
kelima variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen.
71
2. Jika nilai signifikansi f ≤ 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien
regresi signifikan). Hal ini berarti secara simultan kelima variabel
independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.
3.7.3
Uji-T (Uji Signifikan Parsial)
Uji t digunakan untuk mengetahui kemampuan masing-masing
variabel independen secara individu (parsial) dalam menjelaskan perilaku
variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan
probabilitas statistik t dengan tingkat signifikansi 0,05 (α = 5%). Apabila
probabilitas statistik t ˂ tingkat signifikansi (α) 0,05 maka variabel bebas
tersebut signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat
(Riduwan dan Akdon, 2005).
72
BAB 4
ANALISIS PENELITIAN
4.1
Analisis Hasil Content Analisis
Skor indeks ISR yang merupakan variabel terikat dalam penelitian
ini diperoleh dengan menggunakan metode content analysis terhadap
laporan tahunan 162 perusahaan sampel dalam kurun waktu dua tahun
pada periode 2012-2013, sehingga berjumlah 324 data. Hasil content
analysis skor indeks ISR secara lebih lengkap disajikan dalam lampiran 3.
3850
3800
3750
3700
Skor ISR 2012
3650
Skor ISR 2013
3600
3550
3500
3450
Sumber: Hasil olah penulis
Gambar 4.1 Total Skor Indeks ISR Tahun 2012-2013
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan
skor indeks ISR mengalami peningkatan, yaitu dengan total sebanyak
3.603 pokok pengungkapan pada tahun 2012 dan 3.820 pokok
pengungkapan pada tahun 2013. Hal ini menandakan bahwa perusahaan
yang kegiatan operasionalnya berdasarkan prinsip syariah telah melakukan
72
73
peningkatkan pelaksanaan, pelaporan dan pengungkapan tanggung jawab
sosial yang sesuai dengan prinsip syariah selama kurun waktu 2012-2013.
Hasil
ini
diharapkan
dapat
memberikan
dampak
positif
bagi
perkembangan praktik tanggung jawab sosial perusahaan syariah di
Indonesia.
Tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah setiap
perusahaan berbeda-beda. Ada perusahaan yang melakukan pengungkapan
tanggung jawab sosial secara syariah dengan baik, namun ada pula
perusahaan yang melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara
syariah dengan sangat minim meskipun perusahaan tersebut telah
dikategorikan oleh badan otoritas pasar modal dan lembaga keuangan
(Raditya, 2012).
Perbedaan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial secara
syariah dalam perusahaan dapat disebabkan oleh faktor internal dan
eksternal perusahaan. Salah satu contoh faktor internal adalah keadaan
lingkungan alam di sekitar perusahaan dan kebijakan pimpinan setiap
perusahaan. Menurut Fitria dan Hartanti (2010), kebijakan pimpinan
sangat mempengaruhi pola pelaksanaan tanggung jawab sosial dalam
perusahaan syariah. Sedangkan salah satu faktor eksternal adalah tekanan
dari
pemangku
kepentingan
masing-masing
perusahaan
untuk
melaksanakan, melaporkan dan mengungkapakan tanggung jawab sosial
perusahaan sesuai dengan ketentuan syariah. Selain itu, pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan bersifat sukarela, tidak ada standar
74
mengenai pelaksanaan dan pokok-pokok pengungkapan tanggung jawab
sosial secara syariah sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan menjadi tidak seragam.
Tabel 4.1 Daftar Perusahaan dengan Skor Indeks ISR Tiga Tertinggi
dan Tiga Terendah Tahun 2012-2013
No
Skor Indeks ISR Tertinggi
2012
2013
Kode Skor
Kode
Skor
1
INDF
35
2
ICBP,
KLBF
34
3
INTP,
TINS
33
INDF
ICBP,
KLBF
GEMS,
INAF,
INTP,
TINS
35
Skor Indeks ISR Terendah
2012
2013
Kode
Skor Kode
Skor
SQBB,
AIMS
6
8
TRIL
34
ZBRA
7
PDES
9
33
LPIN,
SQBB,
TRIL
8
BAPA,
CENT
10
Sumber : Hasil olah penulis
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa Skor Indeks ISR
Tertinggi tahun 2012-2013 adalah PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
(INDF) dengan skor 35 poin. Skor indeks ISR tiga tertinggi didominasi
oleh perusahaan yang bergerak dalam industri barang konsumsi bidang
makanan (INDF, ICBP), bidang farmasi (INAF, KLBF) dan industri
manufaktur dalam bidang semen (INTP), eksportir dan produsen timah
(TINS), serta pertambangan (GEMS). Di sisi lain, PT Akbar Indomakmur
Stimec Tbk (AIMS) menempati posisi terendah pada tahun 2012 sebanyak
6 skor pengungkapan. Sementara pada tahun 2013 posisi terendah
ditempati oleh PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBB) dan PT
75
Triwira
Insanlestari
Tbk
(TRIL)
yang
mengungkapkan
7
skor
pengungkapan.
Sangat wajar bila perusahaan yang bergerak dalam bidang industri
barang konsumsi dan bidang konsumsi dan farmasi mengungkapkan
informasi secara lebih luas karena risiko perusahaan yang bergerak dalam
bidang ini sangat kompeks dibandingkan dengan industri lainnya. Industri
barang konsumsi berdampak pada 2 hal sekaligus, yaitu dampak
lingkungan dan dampak kepada konsumen (Putri, 2014). Dampak
lingkungan yaitu limbah hasil produksi yang berdampak kerusakan bagi
lingkungan perusahaan. Sementara dampak kepada konsumen timbul
akibat dari hasil produksi yang dapat menyebabkan adanya kejadian yang
buruk akibat dari dari mengkonsumsi produk tersebut. Sehingga sebagai
bentuk pertanggungjawaban kepada konsumen, maka perusahaan harus
dapat meyakinkan konsumen bahwa produknya mempunyai kualitas
produk yang baik, jaminan mutu bahan bermutu dan sertifikasi halal
melalui pengungkapan informasi yang baik.
Perusahaan dalam bidang industri manufaktur bahan kimia dan
industri pertambangan juga mengungkapkan informasi secara lebih
dikarenakan bidang ini mempunyai dampak lingkungan yang sangat besar
sebagai akibat dari produksinya. Kita ketahui bahwa bahan kimia sangat
berbahaya
bagi
keberlangsungan
lingkungan
hidup.
Begitu
pula
pertambangan yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan yang
sangat besar. Oleh karena itu sangat dibutuhkan pengungkapan informasi
76
yang besar agar perusahaan diterima oleh pemangku kepentingan dan
masyarakat luas.
Dari daftar perusahaan di atas terdapat perusahaan BUMN (Badan
Usaha Milik Negara) yaitu PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Timah
(Persero) Tbk (TINS). Perusahaan BUMN sangat logis jika melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah yang lebih luas karena
lebih dari setengah kepemilikan BUMN berasal dari dana pemerintah atau
APBN. Dengan kata lain, sebagian besar kepemilikan BUMN merupakan
dana masyarakat yang mereka setorkan ke pemerintah melalui sistem
pajak.
Oleh
karena
itu,
BUMN
sudah
seharusnya
melakukan
pengungkapan laporan tanggung jawab sosial yang lebih baik dan lebih
luas kepada seluruh pemangku kepentingannya termasuk masyarakat.
Apabila dicermati, daftar perusahaan yang menempati posisi tiga
tertinggi cenderung konsisten dalam mengungkapkan tanggungjawab
sosial secara syariah. Dan daftar perusahaan tiga terendah skor indeks ISR
masing-masing perusahaan cenderung meningkat dari tahun 2012 ke 2013.
Perusahaan dengan skor indeks ISR tinggi cenderung konsisten dalam
melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah.
Sedangkan perusahaan dengan skor ISR rendah cenderung meningkatkan
pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah. Namun, skor indeks
ISR yang rendah tidak dapat mutlak disalah artikan bahwa perusahaan
tersebut tidak melakukan pengungkapan tanggung jawab secara syariah
dengan baik karena terdapat dua kemungkinan, yakni perusahaan tersebut
77
melakukan tanggung jawab sosial secara syariah akan tetapi tidak
diungkapkan dalam laporan tahunannya atau perusahaan tersebut memang
tidak melakukan pengungkapkan tanggung jawab sosial secara syariah.
Pembahasan content analysis juga dapat dilakukan dari segi
masing-masing tema indeks ISR. Indeks ISR terdiri dari enam tema, antara
lain pembiayaan dan investasi, produk dan jasa, karyawan, masyarakat,
lingkungan dan tata kelola perusahaan (Othman et. al. 2009). Hasil content
analysis skor indeks ISR masing-masing tema disajikan lebih lengkap
pada lampiran 4.
1400
1200
1000
800
600
400
2012
200
2013
0
2012
2013
410
426
377
393
1069
1146
818
888
353
401
576
566
Sumber: Hasil olah penulis
Gambar 4.2 Total Skor Indeks ISR Masing-masing Tema Tahun
2012-2013
78
Sesuai dengan gambar 4.2 di atas, secara umum skor indeks ISR
masing-masing tema mengalami peningkatan selama tahun 2012-2013,
kecuali tema tata kelola perusahaan yang mengalami penurunan dari 576
pada tahun 2012, menjadi 566 pada tahun 2013. Tema pembiayaan dan
investasi mengalami peningkatan sebanyak 16 skor dari 410 tahun 2012
menjadi 426 pada tahun 2013. Tema produk dan jasa meningkat sebanyak
16 skor dari 377 pada tahun 2012 menjadi 393 tahun 2013. Tema
karyawan adalah tema yang paling banyak mengalami peningkatan yaitu
sebanyak 77 skor dari 1069 pada tahun 2012 menjadi 1146 pada tahun
2013. Selain itu, tema masyarakat mengalami peningkatan sebanyak 70
skor dari 818 pada tahun 2012 menjadi 888 tahun 2013. Dan terakhir tema
lingkungan yang meningkat 48 skor dari 353 pada tahun 2012 menjadi 401
pada tahun 2013. Peningkatan-peningkatan dari masing-masing tema yang
diungkapkan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang terdaftar
dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) berusaha mengungkapkan
indeks Islamic Social Reporting (ISR) secara lebih luas untuk
mendapatkan citra positif dari masyarakat luas, khususnya masyarakat
Muslim.
Pembahasan selanjutnya terkait daftar perusahaan dengan skor
indek ISR tertinggi dan terendah per masing-masing tema. Setiap
perusahaan memiliki concern yang berbeda-beda terhadap aspek yang
ingin perusahaan tonjolkan dalam laporan tahunannya. Aspek-aspek
79
tersebut tentu selaras dengan visi dan misi perusahaan dalam rangka
mencapai tujuan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, sangat wajar apabila
perusahaan
dengan
karakteristik
bisnis
yang
berbeda
memiliki
kecenderungan pengungkapan yang berbeda atas keenam indeks ISR
tersebut.
Tabel 4.2 Daftar Perusahaan dengan Skor Tema Indeks ISR Tertinggi
dan pada Tahun 2012-2013
No
Tema
Skor Indeks Tema ISR Tertinggi
2012
2013
Kode
Skor
Kode
Skor
Pembiayaan dan
Investasi
85 Perusahaan
2
Produk dan jasa
CPIN, FAST, ICBP, INAF,
INDF, KAEF, KLBF,
MDRN, MERK, MYOR,
PYFA, SIPD, STTP, ULTJ,
UNVR
4
3
Karyawan
BHIT, ELTY, EMDE,
INDF, INTP, SIMP, WIKA
10
4
Masyarakat
DILD, GEMS, MTLA,
SIMP, TINS,
10
DILD, GEMS, SCMA,
TINS, TMPO,
10
Lingkungan
AALI, AKPI, AKRA,
ALKA, AMFG, ANTM,
APLN, ARNA, ASGR,
AUTO, BATA, BHIT,
BKSL, CTRA, DILD,
FAST, GEMS, ICBP,
INAF, INDF, INTP, KAEF,
KBLF, SGRO, TINS,
TLKM,
5
AALI, AKPI, AKRA,
AMFG, ANTM, ARNA,
ASGR, AUTO, BATA,
BHIT, BKSL, CTRA,
DILD, FAST, GEMS,
ICBP, INDF, INTP,
KAEF, KBLI, KBLF,
PJAA, SCCO, SGRO,
SIMP, TINS, TLKM,
5
1
5
3
102 Perusahaan
ARNA, CPIN, FAST,
ICBP, INAF, INDF,
KAEF, KLBF, MDRN,
MERK, MYOR, PYFA,
SIPD, SKLT, STTP,
ULTJ, UNVR
BHIT, ELTY, EMDE,
INDF, INTP, STAR,
WIKA
3
4
10
80
6
Tata kelola
perusahaan
INDF, PYFA, SKLT,
ULTJ, UNVR
5
INDF, SKLT, ULTJ,
UNVR
Sumber: Hasil olah peneliti
Pada tabel 4.2 di atas, penjelasan untuk masing-masing tema akan
dijelaskan satu per satu. Pertama ialah pada tema pembiayaan dan
investasi, sebanyak 85 perusahaan yang diteliti pada tahun 2012
mengungkapkan 3 pokok item, dan pada tahun 2013 sebanyak 102
perusahaan juga mengungkapkan 3 pokok item dari total 5 pokok item
yang perlu diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan secara syariah.
Tiga pokok item tersebut adalah kegiatan yang mengandung riba,
kebijakan atas keterlambatan pembayaran piutang dan penghapusan
piutang tak tertagih, dan pernyataan nilai tambah perusahaan. Hal ini
memcerminkan bahwa seluruh perusahaan yang terdaftar dalam Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada tahun 2012-2013, paling banyak
hanya mengungkapkan sebanyak 60% dari total pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan secara syariah.
Perusahaan yang fokus dengan tema kedua yaitu produk dan jasa
mengalami peningkatan dari 15 perusahaan di tahun 2012 menjadi 17
perusahaan di tahun 2013. Sebanyak 15 perusahaan konsisten untuk tetap
fokus pada pengungkapan aspek produk dan jasa pada tahun 2012-2013.
Kelimabelas perusahaan tersebut ialah :
5
81
Tabel 4.3 Daftar Perusahaan dengan Fokus Tema Produk dan Jasa Tertinggi
No Kode
Nama Perusahaan
1
CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk
2
FAST PT Fast Food Indonesia Tbk
3
ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
4
INAF PT Indofarma (Persero) Tbk
5
INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk
6
KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk
7
KLBF PT Kalbe Farma Tbk
8 MDRN PT Modern Internasional Tbk
9 MERK PT Merck Tbk
10 MYOR PT Mayora Indah Tbk
11 PYFA PT Pyridan Farma Tbk
12 SIPD PT Sierad Produce Tbk
13 STTP PT Siantar Top Tbk
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading
14 ULTJ
Company Tbk
Bidang
Konsumsi (Makanan)
Konsumsi (Makanan)
Konsumsi (Makanan)
Kesehatan (Obat-obatan)
Konsumsi (Makanan)
Kesehatan (Obat-obatan)
Kesehatan (Obat-obatan)
Perdagangan (Makanan)
Kesehatan (Obat-obatan)
Konsumsi (Makanan)
Kesehatan (Obat-obatan)
Konsumsi (Makanan)
Konsumsi (Makanan)
15
Konsumsi (Makanan)
UNVR
PT Unilever Indonesia Tbk
Konsumsi (Makanan)
Dari daftar di atas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 10
perusahaan bergerak dalam bidang industri konsumsi dan 5 perusahaan
bergerak di bidang kesehatan. Dengan demikian, sudah sewajarnya bahwa
perusahaan yang bergerak dalam bidang konsumsi dan kesehatan
melakukan pengungkapan yang lebih utama pada tema produk dan jasa
karena bidang usahanya berhubungan dengan tanggung jawab moral
kesehatan masyarakat
luas. Perusahaan-perusahaan tersebut
harus
meyakinkan masyarakat luas bahwa produk-produknya merupakan produk
ramah lingkungan, halal, aman untuk dikonsumsi serta memiliki kualitas
terbaik. Selain itu pelayanan yang dilakukan harus memadai dan sesuai
dengan standar mutu baik nasional maupun internasional.
82
Ketiga ialah tema karyawan. Pada tema ini, daftar perusahaan yang
menaruh perhatian maksimal pada pengungkapan tema karyawan
berjumlah 7 perusahaan pada tahun 2012 dan 2013. Akan tetapi hanya
terdapat 6 perusahaan yang konsisten mengungkapkan tema karyawan
berturut-turut selama dua tahun yaitu :
Tabel 4.4 Daftar Perusahaan dengan Fokus Tema Karyawan Tertinggi
No Kode
Nama Perusahaan
Bidang
Perdagangan Jasa dan
Investasi
1
BHIT
PT MNC Investama Tbk
2
ELTY
PT Bakrieland Development Tbk
Properti, Real Estate dan
Konstruksi Bangunan
3
EMDE
PT Megapolitan Developments Tbk
4
INDF
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
Properti, Real Estate dan
Konstruksi Bangunan
Konsumsi (Makanan)
5
6
INTP
WIKA
Industri Semen
Infrastruktur
Dari daftar perusahaan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
perusahaan yang memaksimalkan pengungkapan tema karyawan tidak
didominasi oleh perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sejenis
seperti tema produk dan jasa. Dibuktikan dengan adanya enam perusahaan
di atas yang bergerak dalam lima industri berbeda dan mengungkapkan
tema karyawan secara maksimal. Itu berarti perusahaan yang bergerak
dalam berbagai industri telah memperhatikan Sumber Daya Manusia
(SDM) secara layak. Dalam berbagai laporan tahunan perusahaanperusahaan tersebut memang terlihat komitmen penuh untuk selalu
meningkatkan kesejahteraan karyawan-karyawannya.
83
Keempat, pada tahun 2012 terdapat lima perusahaan yang skor
indeks tema ISR tertingginya terletak pada tema masyarakat, yaitu PT
Intiland Development Tbk (DILD-Properti), PT Golden Energy Mines Tbk
(GEMS-Pertambangan), PT Metropolitan Land Tbk (MTLA-Properti), PT
Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP-Perkebunan), PT TIMAH (Persero)
Tbk (TINS-Pertambangan). Namun pada tahun 2013 hanya terdapat tiga
perusahaan yang konsisten tetap menjadikan tema masyarakat sebagai
tema yang mendapat perhatian penuh dalam melakukan pengungkapan
tanggung jawab sosial secara syariah, yaitu DILD, GEMS dan TINS.
Bentuk kongkrit tanggung jawab sosial terhadap masyarakat diwujudkan
perusahaan-perusahaan tersebut dalam program kemitraan. Program
kemitraan merupakan wujud komitmen perusahaan-perusahaan tersebut
dalam memberdayakan ekonomi masyarakat, terutama masyarakat yang
tinggal di sekitar lokasi perusahaan.
Kelima, tema lingkungan merupakan tema indeks ISR yang paling
banyak mendapat sorotan utama. Dalam penelitian ini, terlihat bahwa
dalam kurun waktu 2012-2013 jumlah perusahaan yang melaksanakan,
melaporkan dan mengungkapkan Islamic Social Reporting (ISR) yang
fokus utamanya pada tema lingkungan paling banyak dari pada
pengungkapan tema yang lain. Pada tahun 2012 terdapat 26 perusahaan
yang fokus utama laporan tanggung jawab sosial syariahnya mengarah
pada tema lingkungan, dan bertambah satu perusahaan menjadi 27
84
perusahaan pada tahun 2013. Sebanyak 22 perusahaan yang konsisten
mengungkapkan tema lingkungan berturut-turut selama dua tahun yaitu :
Tabel 4.5 Daftar Perusahaan dengan Fokus Tema Lingkungan Tertinggi
No
Kode
Nama Perusahaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
AALI
AKPI
AKRA
AMFG
ANTM
ARNA
ASGR
AUTO
BATA
10
BHIT
PT MNC Investama Tbk
11
12
13
14
15
16
BKSL
CTRA
DILD
FAST
GEMS
INDF
PT Sentul City Tbk.
PT Ciputra Development Tbk
PT Intiland Development Tbk.
Properti
Properti
Properti
PT Fast Food Indonesia Tbk
Konsumsi (Makanan)
PT Golden Energy Mines Tbk.
Pertambangan
17
INTP
18
19
20
21
KAEF
KLBF
SGRO
TINS
22
TLKM
PT Astra Agro Lestari
PT Argha Karya Prima Industry Tbk
PT AKR Korporindo Tbk
PT Asahimas Flat Glass Tbk.
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk.
PT Arwana Citramulia Tbk.
PT Astra Graphia Tbk.
PT Astra Otoparts Tbk.
PT Sepatu BATA Tbk.
Bidang
Pertanian dan Perkebunan
Industri Dasar Kimia
Industri Dasar Kimia
Industri Dasar Kimia
Pertambangan
Infrastruktur
Aneka Industri
Perdagangan
Perdagangan
Perdagangan Jasa dan
Investasi
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk
PT Kimia Farma (Persero) Tbk
PT Kalbe Farma Tbk
Kesehatan (Obat-obatan)
Kesehatan (Obat-obatan)
PT Sampoerna Agro Tbk.
PT Timah (Persero) Tbk.
Pertanian dan Perkebunan
Pertambangan
PT Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk.
Konsumsi (Makanan)
Industri Semen
Perdagangan Jasa
Secara umum, perusahaan-perusahaan tersebut konsisten untuk
selalu berkomitmen mengedepankan praktik tanggung jawab sosial
terhadap
lingkungan
serta
mengungkapkan
secara
lengkap
dan
komprehensif dalam laporan tahunan perusahaan. Perusahaan yang
85
menitikberatkan pengungkapan laporan-laporannya pada tema lingkungan
dikarenakan proses operasional perusahaan tersebut besentuhan langsung
dengan alam atau lingkungan. Tidak ada satu pun perusahaan yang ingin
diberi label pengrusak lingkungan hanya karena mengedepankan profitoriented. Oleh karena itu, perusahaan tersebut merasa berkepentingan dan
berkewajiban untuk melaksanakan, melaporkan dan mengungkapkan
tanggung jawab sosial dengan fokus utama pada aspek lingkungan. Hal
tersebut merupakan salah satu cara bagi perusahaan untuk menjaga
reputasi (image) perusahaan dihadapan para pemegang saham dan para
pemangku kepentingan.
Keenam, tema yang terakhir adalah tema tata kelola perusahaan.
Dalam tema ini terdapat 4 perusahaan yang konsisten untuk berfokus pada
tema tata kelola perusahaan dalam melakukan pengungkapan tanggung
jawab sosial secara syariah berturut-turut pada 2012-2013. Keempat
perusahaan tersebut memiliki indeks skor ISR tertinggi pada tema tata
kelola perusahaan dalam kurun waktu 2012-2013. Perusahaan-perusahaan
tersebut yaitu :
Tabel 4.6 Daftar Perusahaan dengan Fokus Tema Tata Kelola Perusahaan
Tertinggi
No
1
2
3
4
Kode
INDF
SKLT
ULTJ
UNVR
Nama Perusahaan
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
PT Sekar Laut Tbk
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading
Company Tbk
Bidang
Konsumsi (Makanan)
Perdagagan (Makanan)
PT PT Unilever Indonesia Tbk
Konsumsi (Makanan)
Konsumsi (Makanan)
86
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan pada
industri konsumsi mendominasi perusahaan yang mengungkapkan secara
maksimal tema tata kelola perusahaan. Bentuk kongkrit tanggung jawab
sosial terhadap tata kelola perusahaan diwujudkan perusahaan-perusahaan
tersebut dengan adanya pernyataan bahwa perusahaan tersebut telah
mengelola perusahaannya sesuai dengan prinsip syariah. Bukti perusahaan
tersebut sudah sesuai syariah adalah dengan adanya sertifikat langsung
dari Majelis Ulama Indenesia (MUI) mengenai operasional perusahaan
yang berlandaskan prinsip syariah.
Dalam
merupakan
rangka
memepertajam
pembahasan-pembahasan
analisis,
bagian
mengenai
selanjutnya
pokok-pokok
pengungkapan setiap tema. Rangkuman mengenai jumlah perusahaan yang
disajikan per pokok pengungkapan dapat dilihat dalam lampiran 4. Seperti
yang dijelaskan sebelumnya, tema pengungkapan dalam indeks ISR
terbagi menjadi enam tema yakni, pembiayaan dan investasi, produk dan
jasa, karyawan, masyarakat, lingkungan, dan tata kelola perusahaan.
Berikut adalah penjelasan hasil content analysis untuk setiap tema indeks
ISR:
1. Tema Pembiayaan dan Investasi
Tema pembiayaan dan investasi terdiri dari lima pokok
pengungkapan. Pokok pengungkapan kegiatan yang mengandung
riba dan pernyataan nilai tambah perusahaan merupakan pokok
87
pengungkapan yang paling banyak diungkapkan oleh perusahaan.
Pada tahun 2012-2013 sebanyak 162 perusahaan konsisten
mengungkapkan kegiatan yang mengandung riba dan pernyataan
nilai tambah perusahaan. Pengungkapan kegiatan yang mengandung
riba tersebut mencakup jumlah utang yang mengandung bunga serta
pendapatan bunga.
Pengungkapan mengenai apakah perusahaan melakukan
kegiatan yang mengandung gharar atau tidak, dalam penelitian ini
tidak ada satu pun perusahaan yang mengungkapkannya dalam
laporan tahunan perusahaannya. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan syariah di Indonesia dapat dikatakan buruk dalam
mengungkapkan apakah mereka terlibat dalam kegiatan gharar atau
tidak. Tidak dimuatnya perihal apakah perusahaan melakukan
kegiatan gharar mengandung dua kemungkinan, yakni perusahaan
telah mengungkapkan akan tetapi tidak mengungkapkannya di
laporan tahunan perusahaan atau diungkapkan pada laporan lain
selain laporan tahunan perusahaan, dan atau perusahaan memang
tidak mengungkapkan perihal kegiatan gharar.
Sebagai perusahaan yang sahamnya dikategorikan sebagai
saham syariah oleh BAPEPAM dan LK, sudah selazimnya
perusahaan
tersebut
melakukan
pembayaran
zakat
serta
mengungkapkannya (Raditya, 2012). Namun, dalam penelitian ini
tidak ada perusahaan yang mengungkapkan perihal kegiatan zakat
88
dalam laporan tahunan perusahaannya. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan-perusahaan tersebut tidak komprehensif mengugkapkan
kegiatan zakat yang telah mereka lakukan. Tidak dimuatnya perihal
zakat
dalam laporan
tahunan perusahaan
mengandung dua
kemungkinan, yakni perusahaan telah membayar zakat akan tetapi
tidak dimuat dalam laporan tahunannya atau dimuat dalam laporan
lain dan atau perusahaan memang tidak melakukan pengungkapan
dalam laporan tahunannya.
Pokok pengungkapan selanjutnya adalah kebijakan atas
keterlambatan piutang dan penghapusan piutang tak tertagih.
Perusahaan yang mengungkapkan hal ini meningkat dari 86
perusahaan pada tahun 2012 menjadi 102 perusahaan di tahun 2013.
Salah satu faktor yang diduga menyebabkan peningkatan ialah
dengan diberlakukannya PSAK 50 (Revisi 2006) pada 1 Januari
2010
(sesuai
dengan
surat
pengumuman
DSAK
IAI
No.
1705/DSAK/IAI/XII/2008). Dalam PSAK 50 disebutkan bahwa
perusahaan harus mengungkapkan mengenai risiko-risiko yang
melekat pada kegiatan usaha perusahaan, salah satunya adalah risiko
kredit. Dampak dari hal tersebut membuat sebagian besar perusahaan
mengungkapkan
kebijakan
atas
pembayaran
piutang
dan
penghapusan piutang tak tertagih secara lebih komprehensif dalam
laporan tahunannya.
89
Pokok pengungkapan yang terakhir dalam tema ini terkait
dengan ada atau tidaknya pernyataan nilai tambah dalam laporan
tahunan perusahaan. Jumlah perusahaan yang melaporkan hal ini
relatif konsisten dari tahun 2012-2013. Karena pernyataan nilai
tambah biasanya diungkapkan pada bagian visi, misi, nilai-nilai
perusahaan, laporan dewan komisaris, atau laporan dewan direksi
yang isinya cenderung hampir sama tiap tahun.
Secara keseluruhan, jumlah perusahaan yang mengungkapkan
masing-masing pokok pengungkapan pembiayaan dan investasi
mengalami peningkatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
semakin
bertambahnya
tahun,
perusahaan
syariah
semakin
meningkatkan kualitas pengungkapan pembiayaan dan investasinya
agar lebih sesuai dengan prinsip islam.
2. Tema Produk dan Jasa
Dalam tema ini terdapat empat pokok pengungkapan.
Pertama, pokok pengungkapan terkait dengan produk atau kegiatan
operasi ramah lingkungan. Jumlah perusahaan yang mengungkapkan
hal ini mengalami peningkatan sebanyak 11 perusahaan selama
tahun 2012-2013. Peningkatan ini berhubungan erat dengan semakin
maraknya isu pemanasan global dalam beberapa tahun belakangan.
Isu pemanasan global memicu perusahaan-perusahaan di seluruh
dunia untuk dapat menghasilkan produk dan/atau melakukan
kegiatan operasi ramah lingkungan (Raditya, 2012).
90
Kedua, pokok pengungkapan yang berhubungan dengan
kehalalan
produk.
Pada
tahun
2012,
perusahaan
yang
mengungkapkan kehalalan produk berjumlah 18 perusahaan. Dan
meningkat pada tahun 2013 menjadi 19 perusahaan. Hal ini
memberikan dampak positif bagi pemangku kepentingan muslim,
khususnya konsumen muslim, untuk mengetahui apakah produk
yang dihasilkan perusahaan tersebut halal atau tidak. Meskipun
menurut BAPEPAM dan LK perusahaan yang masuk ke dalam
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan perusahaan yang
produknya tidak bertentangan dengan prinsip syariah, sebagian besar
perusahaan masih belum mengungkapkan kehalalan produk dalam
laporan tahunannya. Namun, perusahaan yang tidak mengungkapkan
kehalalan produk dalam laporan tahunannya bukan berarti bahwa
produk yang dihasilkan itu tidak halal. Oleh karena itu, alangkah
lebih baik apabila perusahaan-perusahaan yang dikategorikan
sebagai perusahaan syariah tersebut melakukan pengungkapan
mengenai status kehalalan produk dalam laporan tahunannya.
Pokok pengungkapan yang ketiga dan keempat adalah
keamanan dan kualitas produk serta pelayanan pelanggan. Pokok
pengungkapan
ini
menekankan
pada
pengungkapan
sistem
manajemen mutu, pelayanan jual-beli, dan penanganan komplain
atau keluhan konsumen. Kedua pokok pengungkapan ini merupakan
pokok
pengungkapan
yang
paling
banyak
dilakukan
oleh
91
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa keamanan dan kualitas
produk serta pelayanan pelanggan menjadi fokus utama bagi
sebagian besar perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen Muslim.
Secara keseluruhan, perusahaan-perusahaan yang melakukan
pengungkapan
terhadap
tema
produk
dan
jasa
mengalami
peningkatan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin
bertambahnya
tahun
perusahaan
syariah
semakin
berupaya
memenuhi informasi-informasi yang dibutuhkan oleh konsumen
Muslim.
3. Tema Kayawan
Tema karyawan terdiri dari tiga belas pokok pengungkapan.
Pada tahun 2012 dan 2013, pokok pengungkapan tunjangan dan
remunerasi merupakan pokok pengungkapan yang paling banyak
dilakukan perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa tunjangan dan
remunerasi merupakan aspek paling penting bagi kesejahteraan
karyawan sehingga perusahaan sudah seharusnya memberikan
tunjangan dan remunerasi yang memadai bagi seluruh karyawannya.
Selain tunjangan dan remunerasi, pokok pengungkapan
pendidikan dan pelatihan kerja atau pengembangan Sumber Daya
Manusia (SDM) juga menjadi sorotan penting bagi perusahaan. Hasil
content analysis menunjukkan bahwa terdapat 133 perusahaan di
tahun 2012 dan 140 perusahaan di tahun 2013 yang melakukan
92
pengungkapan terkait pendidikan dan pelatihan kerja dalam laporan
tahunannya. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar perusahaan
berkomitmen untuk selalu meningkatkan kualitas dan kompetensi
karyawan-karyawannya.
Perusahaan biasanya memberikan pendidikan dan pelatihan
dengan memperhatikan kebutuhan karyawan secara personal dan
kebutuhan perusahaan secara profesional. Pendidikan dan pelatihan
yang
diberikan
bertujuan
untuk
meningkatkan
pengetahuan,
keterampilan, motivasi, sikap, produktifitas dan karir. Di beberapa
perusahaan biasanya juga terdapat survei yang dilakukan untuk
menilai efektivitas dan efisiensi dari pendidikan dan pelatihan yang
telah diberikan. Kegiatan ini dilakukan agar pendidikan dan
pelatihan tidak hanya berorientasi pada kuantitas tetapi juga
berorientasi pada kualitas. Pokok pengungkapan ini tampak pada
bentuk sistem pendidikan dan pelatihan, frekuensi pendidikan dan
pelatihan, jumlah yang mengikuti pendidikan dan pelatihan, dan
biaya pendidikan dan pelatihan tersebut.
Sekitar 72%-89% perusahaan melakukan pengungkapan
mengenai kesehatan keselamatan kerja dan lingkungan kerja. Pokok
pengungkapan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja serta
lingkungan kerja telihat dari pelaksanaan dan evaluasi pengelolaan
lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja (LK3) perusahaan,
contohnya zero accident program dan sertifikasi dari pihak
93
independen seperti OHASS 18001 Sistem Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan kerja (Raditya, 2012).
Tema
berikutnya
adalah
karyawan
muslim
boleh
melaksanakan ibadah dan karyawan kelas atas melakukan ibadah
bersama-sama dengan karyawan menengah dan kebawah. Pada tema
ini,
sebanyak
65%-71%
perusahaan
mengungkapkan
pokok
pengungkapan tersebut. Tema ini merupakan tema yang sangat
penting karena menyangkut kebebasan beribadah (Putri, 2014). Oleh
karena itu, sudah sewajarnya bahwa perusahaan yang bergerak dalam
prinsip syariah megedepankan keleluasaan beribadah bagi para
karyawannya.
Sebanyak
30
perusahaan
mengungkapkan
mengenai
kesetaraan hak antara pria dan wanita pada tahun 2012 dan
meningkat menjadi 39 perusahaan pada tahun 2013. Pokok
pengungkapan mengenai kesetaraan hak antara pria dan wanita
terlihat dari komitmen perusahaan yang menjunjung tinggi asas
kewajaran dan kesetaraan dengan cara memberikan kesempatan yang
sama kepada seluruh karyawan tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan, gender, dan kondisi fisik yang merujuk pada Hak Asasi
Manusia (HAM), Undang-Undang Ketenagakerjaan, dan berbagai
konvensi Internasional Labour Organitataion (ILO) (Raditya, 2012).
Selanjutnya, terlihat bahwa perusahaan tidak terlalu menaruh
perhatian penuh pada pengungkapan jam kerja, keterlibatan
94
karyawan dalam diskusi menajemen dan pengambilan keputusan,
karyawan dari kelompok khusus dan tempat ibadah yang memadai.
Hanya sekitar 0%-22% perusahaan yang melakukan pengungkapkan
terhadap masing-masing pokok pengungkapan tersebut. Hal ini
mengindikasikan bahwa terdapat hak-hak dasar karyawan muslim
yang belum diungkapkan secara baik dalam laporan tahunan
perusahaan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa walaupun
sebagian besar pengungkapan pada tema ini sudah meningkat dari
tahun ketahun, akan tetapi masih terdapat sub tema yang belum
diungkapkan secara lebih komprehensif oleh perusahaan. Perusahaan
seharusnya memenuhi hak kebutuhan spiritual karyawan dan
mengungkapkannya dalam laporan perusahaan agar masyarakat luas
mengetahui apakah karyawan-karyawannya telah diperlakukan
sesuai dengan ajaran Islam (Haniffa, 2002 dan Othman dan Thani,
2010).
4. Tema Masyarakat
Pokok pengungkapan pada tema ini terdiri dari sebelas
bagian. Selaras dengan tema-tema lain, secara rata-rata, jumlah
pengungkapan pada tema ini mengalami peningkatan. Pokok
pengungkapan yang paling banyak diungkapkan di tahun 2012-2013
adalah pengungkapan terkait sedekah, donasi atau sumbangan. Hal
ini mengindikasikan bahwa sebagian besar perusahaan syariah di
95
Indonesia telah memiliki kesadaran yang baik mengenai pentingnya
melakukan infak dan sedekah dengan tujuan untuk saling
meringankan beban orang lain. Meskipun demikian, bentuk saling
berbagi yang lain seperti wakaf dan qardh hasan masih sedikit
perusahaan yang melakukannya. Informasi dari content analysis
yang menunjukan bahwa pada tahun 2012-2013 hanya sekitar 30-36
perusahaan yang mengungkapkan bahwa mereka telah memberikan
wakaf kepada pihak lain. Sedangkan, tidak ada perusahaan yang
mengungkapkan qardh hasan pada tahun 2012-2013.
Pokok pengungkapan lain yang cukup menonjol dalam tema
ini adalah sukarelawan dari kalangan karyawan, pemberian
beasisiwa sekolah, peningkatan kualitas hidup masyarakat miskin,
kepedulian terhadap anak-anak, kegiatan amal atau sosial, dan
menyokong kegiatan-kegiatan kesehatan, hiburan, olahraga, budaya,
pendidikan dan keagamaan. Hal tersebut cukup menjadi sorotan
utama
setiap
perusahaan
karena
kesejahteraan
masyarakat,
khususnya masyarakat sekitar merupakan indikator yang sangat erat
hubungannya dengan konsep tanggung jawab sosial. Perusahaan
memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sebagai salah satu upaya dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Negara. Salah satu bentuk dukungan
pemerintah terhadap peningkatan kualitas masyarakat miskin
diwujudkan melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
96
(PKBL) yang diwajibkan bagi seluruh BUMN yang tertuang dalam
Peraturan Mentri Negara BUMN Nomer PER-05/MBU/2007 tentang
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan program Bina
Lingkungan.
Pokok pengungkapan lain yang tidak terlalu banyak
dilakukan perusahaan terkait dengan pemberdayaan kerja pada
lulusan sekolah/kuliah, dan pembangunan tunas muda. Berdasarkan
hasil content analysis, kedua program tersebut merupakan program
yang hanya dimiliki oleh 18%-27% dari seluruh perusahaan.
Karakteristik kedua program tersebut sifatnya bergantung pada
kebijakan masing-masing perusahaan dengan memperhitungkan
terlebih dahulu tujuan, biaya, dan manfaat dari kedua program
tersebut bagi perusahaan (Raditya, 2012).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepedulian
perusahaan syariah di Indonesia terhadap masyarakat tergolong baik.
Penjelasan terkait biaya yang dikeluarkan, pihak yang menerima
bantuan, dan bukti kongkrit berupa foto kegiatan juga telah
diungkapkan secara komprehensif oleh sebagian besar perusahaan.
Meskipun
demikian,
masih
terdapat
keterbatasan
dalam
pengungkapan aspek-aspek spesifik yang terkait dengan prinsip
Islam, seperti wakaf dan qardh hasan. Perusahaan syariah
seharusnya melakukan pengungkapan secara detail dan lengkap tidak
terkecuali terhadap aspek-aspek spesifik yang terkait dengan prinsip
97
Islam agar para pemangku kepentingan Muslim mengetahui apakah
tanggung jawab sosial yang diberikan perusahaan kepada masyarakat
telah sesuai dengan prinsip Islam.
5. Tema Lingkungan
Dalam kurun waktu 2012-2013, jumlah perusahaan yang
melakukan
pengungkapan
terhadap
masing-masing
pokok
pengungkapan pada tema lingkungan mengalami peningkatan. Tema
lingkungan terbagi menjadi lima pokok pembahasan. Pokok
pengungkapan yang paling banyak dilakukan oleh perusahaan adalah
kegiatan mengurangi pemanasan global, yakni sebanyak 97
perusahaan di tahun 2012 dan 111 perusahaan di tahun 2013.
Kegiatan mengurangi efek pemanasan global dapat diwujudkan
dalam
bentuk
meminimalisasi
polusi,
pengelolaan
limbah,
pengelolaan air bersih, dan lain-lain (Raditya, 2012).
Pokok pengungkapan tertinggi kedua dan ketiga adalah
konservasi
lingkungan
dan
pendidikan
melalui
lingkungan.
Pengungkapan tentang konservasi lingkungan dibuktikan dengan
dilakukannya kegiatan penanaman kembali pohon di lingkungan
sekitar perusahaan untuk mengganti pohon yang telah hilang dan
penanaman pohon di pantai untuk mengantisipasi abrasi air laut.
Sedangkan pendidikan melalui lingkungan dilakukan dengan
mengajak anak-anak dalam konservasi lingkungan.
98
Selain itu, pokok pengungkapan selanjutnya yang fokus
utamanya tidak lebih dari 40% perusahaan adalah pernyataan
verifikasi independen atau audit dan sistem manajemen lingkungan.
Salah satu faktor yang menyebabkan tidak banyaknya perusahaan
yang
melakukan
dan
mengungkapkan
mengenai
pernyataan
verifikasi independen atau audit lingkungan adalah faktor biaya.
Sedangkan salah satu tanda perusahaan memiliki sistem manajemen
lingkungan yang baik adalah perusahaan memiliki sertifikasi ISO
14001 Sistem Manajemen Lingkungan. Kebanyakaan perusahaan
yang memiliki kedua hal tersebut adalah perusahaan-perusahaan
besar dan paling banyak bergerak dalam bidang pertambangan,
properti dan perkebunan.
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa kesadaran dan
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan semakin meningkat
seiring dengan semakin rusaknya alam semesta akibat aktivitas
operasi berbagai perusahaan. Tanggung jawab perusahaan terhadap
lingkungan diwujudkan oleh perusahaan dalam komitmen untuk
selalu
menjaga,
memelihara
dan
melestarikan
lingkungan.
Peningkatan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan hanya
konsisten terjadi pada perusahaan besar. Dengan kata lain, masih
banyak perusahaan kecil yang kurang perduli terhadap lingkungan.
Hal tersebut seharusnya tidak terjadi pada perusahaan yang tergolong
sebagai perusahaan syariah. Perusahaan syariah seharusnya memiliki
99
kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan yang lebih baik
dibandingkan dengan perusahaan non-syariah karena sesungguhnya
Allah SWT tidak menyukai segala bentuk kerusakan yang ada di
bumi.
6. Tata Kelola Perusahaan
Tema tata kelola perusahaan mencakup delapan pokok
pembahasan. Diantara kelima tema sebelumnya, tema tata kelola
perusahaan merupakan tema yang paling konsisten diungkapkan oleh
perusahaan syariah di Indonesia. Pokok pengungkapan yang
dilakukan oleh seluruh perusahaan adalah pengungkapan struktur
kepemilikan saham, profil dewan direksi dan kebijakan anti koropsi.
Dua dari tiga pokok pengungkapan tersebut, yakni pengungkapan
struktur kepemilikan saham dan profil dewan direksi merupakan
pokok pengungkapan yang diwajibkan oleh BAPEPAM dan LK
yang dituangkan dalam BAPEPAM-LK Nomor K.X.6. Dengan
demikian, maka dapat disimpulkan seluruh perusahaan telah
mentaati peraturan yang diberikan oleh BAPEPAM dan LK.
Pokok pengungkapan status kepatuhan terhadap syariah dari
tahun 2012 sampai 2013 tidak mengalami perubahan jumlah, yaitu
hanya terdapat 14 perusahaan yang menyatakan patuh terhadap
ketentuan syariah. Perusahaan-perusahaan yang patuh terhadap
syariah kebanyakan bergerak dalam bidang industri konsumsi dan
obat-obatan. Dibuktikan dengan sertifikasi halal dari Majelis Ulama
100
Indonesia (MUI) tentang produk yang mereka jual adalah produk
yang benar-benar halal untuk dikonsumsi.
Sedangkan pokok pengungkapan tentang ada atau tidaknya
perkara hukum mengalami penurunan. Pada tahun 2012, terdapat 76
perusahaan dan menurun pada tahun 2013 menjadi 66 perusahaan.
Penurunan ini dapat mengandung dua arti, yakni perkara hukum
yang
dialami
perusahaan
semakin
berkurang
tetapi
tidak
diungkapkan dalam laporan tahunan atau perusahaan semakin
enggan untuk mengungkapkan ada atau tidaknya perkara hukum
yang sedang dihadapi. Ketidakterlibatan perusahaan dalam perkara
hukum
merupakan
salah
satu
upaya
untuk
menjaga
dan
meningkatkan citra perusahaan di mata publik (Putri, 2013).
Di sisi lain, pokok pengungkapan yang tidak dilakukan sama
sekali oleh perusahaan adalah pokok mengenai pengungkapan ada
atau
tidaknya
memanipulasi
praktik
harga.
monopoli,
Pokok
menimbun
pengungkapan
barang
tersebut
dan
tidak
diungkapkan oleh perusahaan diduga karena pengungkapan tersebut
bisa dikatakan sebagai pengungkapan yang dapat merusak citra
perusahaan (Raditya, 2012).
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pengungkapan
perusahaan syariah terhadap tema tata kelola perusahaan masih
didominasi dengan motivasi untuk mematuhi pengungkapan wajib
dari BAPEPAM dan LK. Padahal, sebagai perusahaan syariah sudah
101
seharusnya perusahaan melakukan pengungkapan tata kelola
perusahaan berbasis syariah dengan seluas-luasnya. Informasi
tersebut sangat bermanfaat bagi para investor Muslim dalam proses
pengambilan keputusan.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis keenam
tema tersebut adalah perusahaan-perusahaan syariah di Indonesia
masih kurang komprehensif dalam melakukan tanggung jawab sosial
yang
spesifik
terhadap
aspek-aspek
syariah.
Hal
tersebut
memberikan dampak tersendiri bagi para investor Muslim dalam
melakukan pertimbangan investasi. Indeks Saham Syariah Indonesia
merupakan panduan investasi bagi para investor yang ingin
berinvestasi pada portofolio efek syariah. Indeks Saham Syariah
Indonesia hanya menyajikan informasi mengenai daftar perusahaanperusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan
prinsip syariah tanpa memberi informasi lebih dalam mengenai
apakah kegiatan operasi sehari-hari dan tanggung jawab sosial yang
dilakukan perusahaan tersebut telah sesuai dengan prinsip syariah.
Satu-satunya sumber informasi lain yang dapat diakses oleh para
investor Muslim dalam rangka melakukan pertimbangan investasi
adalah laporan tahunan. Oleh karena itu, keterbatasan pengungkapan
pada laporan tersebut akan mempengaruhi pola investasi para
investor Muslim.
102
Menurut Raditya
(2012), ada beberapa
faktor
yang
menyebabkan masih rendahnya pengungkapan perusahaan syariah
terhadap aspek-aspek spesifik syariah dalam laporan tahunan
perusahaan. Pertama, masih sempitnya pemahaman mengenai
konsep tanggung jawab sosial secara syariah di Indonesia. Kedua,
konsep indeks ISR belum terlalu berkembang di Indonesia.
Perkembangan indeks ISR di Indonesia masih lambat karena indeks
ISR merupakan sesuatu yang baru dan tidak banyak diketahui oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia. Selain itu, salah satu standar
pengungkapan yang diterima secara umum dan paling banyak
digunakan oleh perusahaan-perusahaan di seluruh dunia adalah
Global Reporting Initiative (GRI). Ketiga, pokok pengungkapan
yang sebagian besar dipenuhi oleh perusahaan adalah pokok
pengungkapan yang sifatnya memenuhi unsur kepatuhan. Kesadaran
perusahaan untuk melakukan pengungkapan aspek-aspek spesifik
syariah secara sukarela masih minim. Dan terakhir, kurangnya
tekanan dari para pemangku kepentingan dalam menggalakkan
pengungkapan aspek-aspek spesifik syariah pada perusahaan syariah.
Akibatnya, perusahaan syariah di Indonesia tidak terlalu
lengkap dalam mengungkapkan aspek-aspek spesifik syariah.
Meskipun demikian, kurang lengkapnya pengungkapan tanggung
jawab sosial secara syariah tidak dapat disalahartikan bahwa
perusahaan tersebut kurang atau tidak patuh terhadap prinsip syariah.
103
Rendahnya skor indeks ISR pada suatu perusahaan syariah dapat
diartikan dalam dua kondisi, yakni perusahaan telah melakukan
pokok-pokok tanggung jawab sosial secara syariah tetapi tidak
mengungkapkannya dalam laporan perusahaan atau perusahaan
memang tidak melakukan pokok-pokok tanggung jawab sosial
seperti yang ada dalam indeks ISR.
Secara keseluruhan, pokok pengungkapan indeks ISR masih
sangat sederhana dan setiap pokok pengungkapannya masih
mengandung makna yang cukup luas sehingga diperlukan batasanbatasan yang jelas agar masing-masing pokok pengungkapan dapat
dievaluasi secara baik. Untuk kedepannya, bukan tidak mungkin
indeks ISR berkembang menjadi pedoman pengungkapan yang
diterima secara umum bagi perusahaan-perusahaan syariah atau
dikonversi kedalam indeks GRI sebagai satu bagian (section) khusus
untuk pengungkapan aspek-aspek spesifik syariah (Fitria dan
Hartanti, 2010).
4.2
Analisa Statistik Deskriptif
Analisis selanjutnya terkait dengan hasil regresi model dalam
penelitian ini. Keseluruhan rangkuman data penelitian yang digunakan
dalam proses regresi tersebut disajikan dalam lampiran 5. Sedangkan, hasil
output SPSS 20 statistik deskriptif disajikan dalam lampiran 6.
104
Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Variabel ISR
Tahun
2012
2013
Total
Minimum Maksimum
6
35
8
35
6
35
Rata-rata
22,2407
23,5802
22,9105
Std.Dev
6,49013
6,19329
6,36904
Sumber : Hasil olah penulis
Tabel 4.7 menggambarkan mengenai statistik deskriptif skor
indeks ISR. Tabel tersebut menunjukkan bahwa rata-rata skor ISR secara
keseluruhan masih kurang dari setengah total pokok pengungkapan indeks
ISR. Rata-rata indeks skor ISR secara keseluruhan adalah 22,9. Sedangkan
total dari pengungkapan indeks ISR adalah 46. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa secara rata-rata perusahaan yang masuk ke dalam
Indeks Saham Syariah Indonesia memiliki tingkat pengungkapan tanggung
jawab sosial yang cukup jauh dari kriteria-kriteria ISR. Dan secara
keseluruhan, standar deviasi skor indeks ISR bernilai 6,36. Hal ini
mengandung arti bahwa skor indeks ISR menyimpang sebesar 6,36 dari
rata-rata skor indeks ISR secara keseluruhan.
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Variabel Ukuran Perusahaan yang Diukur
dengan Total Aset
Tahun
2012
2013
Total
Minimum
(Ribuan Rp)
2.512.217.343
696.946.318
696.946.318
Maksimum (Ribuan Rata-rata (Ribuan
Std. Dev (Ribuan
Rp)
RP)
Rp)
111.369.000.000.000 5.071.206.707.583,21 11.627.514.951.839,5
127.951.000.000.000 6.062.866.785.646,32 13.710.201.019.438,4
127.951.000.000.000 5.567.036.746.614,76 12.701.602.472.494,7
Sumber: Hasil olah penulis
Tabel 4.8 menampilkan statistik deskriptif dari variabel bebas
ukuran perusahaan yang diukur oleh total aset. Secara keseluruhan, rata-
105
rata total aset yang dimiliki oleh perusahaan yang masuk dalam Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) mencapai Rp 5.567.036.746.614,76 dan
standar deviasinya sebesar Rp 12.701.602.472.494,7. Dengan kata lain,
nilai total aset memiliki variabilitas sebesar Rp 12.701.602.472.494,7 atau
menyimpang kurang lebih Rp 12.701.602.472.494,7 dari rata-rata total
aset
secara
keseluruhan.
Tidak
ada
standar
yang
jelas
untuk
mengelompokkan sebagai suatu perusahaan yang kecil, sedang ataupun
besar. Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa ukuran perusahaan
yang tercatat di ISSI relatif sangat beragam. Hal ini terlihat dari nilai total
aset terendah sebesar Rp 696.946.318 dan nilai total aset tertinggi sebesar
Rp 127.951.000.000.000. Ada dua kemungkinan mengapa total aset suatu
perusahaan bernilai rendah, yakni bidang bisnis dari perusahaan tersebut
tidak membutuhkan kepemilikan aset yang sangat besar atau perusahaan
tersebut masih baru.
Tabel 4.9 Statistik Deskriptif Variabel Profitabilitas yang Diukur
dengan ROA
Tahun Minimum Maksimum
2012
2013
Total
-18%
-20%
-20%
54%
40%
60%
Rata-rata
Std. Dev
7,77%
6,63%
7,19%
8,63%
8,23%
8,42%
Sumber: Hasil olah penulis
Tabel 4.9 menyajikan tentang statistik deskriptif variabel
profitabilitas yang diukur dengan rasio ROA. Nilai terendah ROA tahun
2012 dimiliki oleh PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA) dengan nilai -18%.
Dan nilai terendah ROA tahun 2013 dimiliki oleh PT Triwira Insanlestari
106
dengan nilai -20%. Faktor utama yang menyebabkan rendahnya nilai ROA
perusahaan tersebut adalah masalah nilai tukar rupiah terhadap dollar yang
semakin melemah. Walaupun dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah
berdampak pada seluruh perusahaan, akan tetapi terdapat perusahaan yang
memiliki nilai ROA yang cukup baik. PT Wicaksana Overseas
International Tbk (WICO) membukukan ROA tertinggi di tahun 2012
dengan nilai sebesar 54%. Di tahun 2013, ROA tertinggi berhasil dicapai
oleh PT Unilever Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 40%. Rata-rata ROA
seluruh perusahaan sampel dalam kurun waktu 2012-2013 adalah 7,19%.
Nilai tersebut mengandung arti bahwa rata-rata kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba bersih dari setiap satu rupiah aset yang
digunakan adalah sebesar 7,19%. Nilai standar deviasi ROA sebesar
8,42% menunjukkan bahwa nilai ROA mengalami penyimpangan sebesar
kurang lebih 8,42% dari rata-rata nilai ROA secara keseluruhan. ROA
memberikan ukuran yang lebih baik dalam mengukur profitabilitas
perusahaan
karena
menunjukkan
efektifitas
perusahaan
menggunakan aset untuk memperoleh laba bersih.
Tabel 4.10 Statistik Deskriptif Variabel Umur Perusahaan
Tahun Minimum Maksimum
2012
2013
Total
1
2
1
Sumber: Hasil olah peneliti
31
32
32
Rata-rata
Std. Dev
13,84
14,84
14,34
7,58
7,57
7,58
dalam
107
Tabel 4.10 merupakan gambaran mengenai statistik deskriptif pada
variabel bebas umur perusahaan. Data tersebut menunjukkan bahwa secara
keseluruhan rata-rata umur perusahaan yang tercatat di ISSI adalah 14,34
tahun dengan tingkat variabilitas sebesar 7,58 tahun. Dalam penelitian ini,
umur perusahaan-perusahaan yang tercatat di ISSI berada pada kisaran 1
sampai 32 tahun. Jumlah perusahaan dengan umur tertua adalah satu
perusahaan dan termuda sebanyak 8 perusahaan. Satu-satunya perusahaan
dengan umur tertua yang tercatat di ISSI dalam penelitian ini adalah PT
Merck Tbk (MERK).
Tabel 4.11 Statistik Deskriptif Variabel Ukuran Dewan Komisaris
Tahun Minimum Maksimum
2012
2013
Total
2
2
2
10
11
11
Rata-rata
Std. Dev
4,15
4,26
4,20
1,64
1,69
1,66
Sumber : Hasil olah penulis
Tabel 4.11 adalah statistik deskriptif variabel ukuran dewan
komisaris. Data tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan rata-rata
ukuran dewan komisaris perusahaan yang terdaftar di ISSI adalah 4,20
dengan tingkat variabilitas 1,66. Dalam penelitian ini, ukuran dewan
komisaris yang paling kecil adalah dua orang. Hal ini mengindikasikan
bahwa perusahaan-perusahaan yang masuk dalam ISSI telah mengikuti
peraturan Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 Pasal
108 ayat (5) yang menjelaskan bahwa bagi perusahaan berbentuk
108
Perseroan Terbatas wajib memiliki paling sedikit 2 (dua) anggota Dewan
Komisaris.
Tabel 4.12 Statistik Deskriptif Variabel Proporsi Komisaris
Independen
Tahun Minimum Maksimum
2012
2013
Total
0
0
0
1
0,8
1
Rata-rata
Std. Dev
0,38
0,39
0,38
0,15
0,12
0,13
Sumber: Hasil olah penulis
Tabel 4.12 merupakan gambaran mengenai statistik deskriptif pada
variabel bebas proporsi komisaris independen. Data tersebut menunjukkan
bahwa secara keseluruhan rata-rata proporsi komisaris independen pada
perusahaan yang terdaftar di ISSI adalah 0,38 dengan tingkat variabilitas
0,13. Pada penelitian ini, masih terdapat perusahaan yang belum
mempunyai komisaris independen pada tahun 2012 dan 2013. Jumlah
perusahaan yang tidak mempunyai dewan komisaris pada perusahaan yang
terdaftar dalam ISSI adalah sebanyak 10 perusahaan pada tahun 2012 dan
5 perusahaan pada tahun 2013. PT Alakasa Industrindo Tbk (ALKA),
(HOME), (INCI), (LION), (TRST) adalah perusahaan yang tidak
mempunyai dewan komisaris pada tahun 2012-2013.
109
4.3
Uji Asumsi Klasik
4.3.1
Uji Normalitas
Sumber: Olah data penulis
Gambar 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas
Hasil uji statistik normalitas menggunakan SPSS 20 di atas
menunjukkan bahwa grafik normal plot terdistribusi secara normal.
Dalam grafik normal plot di atas, menunjukkan bahwa adanya
titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal sedangkan
penyebarannya mengikuti arah garis diagonalnya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi klasik
normalitas. Untuk lebih meyakinkan normalitas dari residual
estimasi maka digunakan pengujian one sample KolmogorovSmirnov, berikut hasilnya :
110
Tabel 4.13 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One Sample Kologorov-Smirnov Test
Asymp.Sig (2Variabel Kolmogorov-Smirnov Z
tailed)
RES_1
1,023
0,246
Keterangan
Normal
Sumber : Hasil olah penulis
Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat diketahui bahwa nilai
Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,023 dan nilai probabilitasnya
sebesar 0,246. Jadi residual terdistribusi secara normal karena nilai
p = 0,246 lebih besar dari pada 0,05.
4.3.2
Uji Multikolinearitas
Mulrikoliniearitas
mengandung
arti
bahwa
adanya
hubungan linier yang sempurna diantara beberapa variabel pada
model regresi. Dalam penelitian ini, uji multikolinearitas dilakukan
dengan menganalisis korelasi antar variabel dan perhitungan nilai
tolerance serta Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai
tolerance lebih kecil dari 0,1 yang berarti tidak ada korelasi antar
variabel independen yang nilainya lebih dari 95%, dan jika nilai
VIF kurang dari 10 maka dapat dikatakan bahwa variabel
independen yang digunakan dalam model adalah objektif dan dapat
dipercaya.
111
Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolinearitas
Model
(Constant)
Ukuran Perusahaan
Profitabilitas
Umur Perusahaan
Ukuran Dewan
Komisaris
Proporsi Komisaris
Independen
Dummy tahun 2013
Dummy Tipe
Industri
-) Pertanian
-) Industri Kimia
-) Aneka Industri
-) Konsumsi
-) Properti
-) Infrastruktur
-) Perdagangan
sig.
0,006
0,000
0,017
0,020
Tolerance
VIF
0,794
0,871
0,909
1,259
1,149
1,101
0,000
0,842
1,187
0,629
0,933
1,072
0,034
0,986
1,014
0,158
0,970
0,392
0,158
0,032
0,111
0,080
0,918
0,808
0,902
0,797
0,825
0,916
0,833
1,090
1,237
1,108
1,254
1,212
1,092
1,200
Sumber: Hasil olah penulis
Hasil statistik menggunakan SPSS 20 dijelaskan secara
lengkap pada lampiran 6. Tabel 4,14 di atas adalah hasil
rangkuman dari hasil SPSS uji multikolinearitas. Dari tabel di atas,
nilai Tolerance menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen
yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0.10 yang berarti tidak
ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih besar
dari 95%. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF)
juga menunjukkan tidak ada satu variabel independen yang
memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa
tidak ada multikoliniearitas antar variabel independen dalam model
regresi.
112
4.3.3
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan keadaan dimana semua
gangguan yang muncul dalam fungsi regresi tidak memiliki varians
yang sama. Dalam penelitian ini, uji heteroskedastisitas dilakukan
dengan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil.
Uji statistik yang digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas
adalah Uji White. Pengujian pada uji white dilakukan dengan
mengamati nilai x²-hitung, dimana x²-hitung = n ⃰ R². Apabila nilai
x²-hitung lebih kecil dari pada x²-tabel, maka hipotesis adanya
heteroskedastisitas dalam model ditolak, begitu pula sebaliknya.
Tabel 4.15 Hasil SPSS Uji White
Model
1
R
0,318
R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of the
Estimate
0,101
0,70
3,544,814
Sumber : Olah data penulis
Dengan mengetahui nilai R² sebesar 0,101, maka kita dapat
mengetahui besarnya x²-hitung, yaitu 324 x 0,101 = 32,724.
Sedangkan besarnya x²-tabel adalah 341,3950. Karena x²-hitung
lebih kecil dari x²-tabel, maka gejala penyakit heteroskedastisitas
dalam model persamaan tidak ada.
4.3.4
Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi yang terjadi antar
observasi dalam satu variabel. Autokorelasi dapat terjadi jika
observasi yang terjadi secara berturut-turut sepanjang waktu
memiliki korelasi antara satu dengan yang lain. Dalam penelitian
113
ini, uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan statistik
Durbin Watson.
Tabel 4.16 Hasil SPSS Uji Durbin Watson
Model
1
R
R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of the
Estimate
0,292
0,281
0,25301
0,541
DurbinWatson
1,919
Sumber: Hasil olah penulis
Dalam tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai statistik
Durbin-Watson sebesar 1.919. Apabila dibandingkan dengan nilai
tabel dari jumlah sampel sebanyak 324 dan jumlah variabel
independen (k) adalah 5 dengan asumsi derajat kepercayaan 5%.
Maka diperoleh nilai tabel dl = 1.794 dan nilai tabel du = 1.844.
Sedangkan syarat tidak adanya autokorelasi adalah du<d< 4-du.
Karena nilai DW test diantara du dan 4-du, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala penyakit autokorelasi
dalam model regresi.
4.4
Analisis Hasil Regresi
Hasil output hasil regresi model dari SPSS 20 disajikan secara
lengkap dalam lampiran 6. Berikut adalah rangkuman hasil regresi model
yang telah dilakukan :
114
Tabel 4.17 Hasil Regresi Model
Variabel
C
SIZE
PROFIT
AGE
UDK
PKI
Dummy tahun 2013
Dummy Tipe Industri
-) Pertanian
-) Industri Kimia
-) Aneka Industri
-) Konsumsi
-) Properti
-) Infrastruktur
-) Perdagangan
N
R²
F-statistik
Sig. (F-statistik)
⃰ ⃰ ⃰ Signifikansi 1%
⃰ ⃰ Signifikansi 5%
Koefisien
-12,683
1,127
8,863
-0,094
1,166
-1,325
1,242
t-statistik
-2,762
6,531
2,399
-2,338
6,152
-0,484
2,129
Sig.
0,006
0,000 ⃰ ⃰ ⃰
0,017 ⃰ ⃰
0,020 ⃰ ⃰
0,000 ⃰ ⃰ ⃰
0,629
0,034 ⃰ ⃰
-0,014
-0,002
-0,041
-0,072
-1,635
-0,076
-1,213
1,415
-0,038
-0,858
-1,415
-2,154
-1,597
-1,757
324
0,330
23,764
0,000 ⃰
0,158
0,970
0,392
0,158
0,032 ⃰ ⃰
0,111
0,080 ⃰
⃰
Signifikansi 10 %
Sumber: Hasil olah penulis
Berdasarkan tabel 4.17, maka model regresi berganda antara
variabel independen dan variabel dependen dapat dirumuskan dalam
bentuk persamaan berikut :
ISR= -12,683 + 1,127 SIZE + 8,863 PROFIT - 0,094 AGE + 1,166 UDK
- 1,325 PKI + 1,242 DTH – 0,014 Dpert – 0,002 Dkim – 0,041 Dai –
0,072 Dkon – 1,635 Dpro – 0,076 Dinf – 1,213 Dperd
115
Penjelasan yang dapat diberikan berkaitan dengan model regresi
yang terbentuk adalah:
1. Konstanta
Persamaan tersebut dapat menunjukkan bahwa jika seluruh
variabel independen (ukuran perusahaan, profitabilitas, umur
perusahaan,
ukuran
dewan
komisaris,
proporsi
komisaris
independen, dummy tahun dan dummy tipe industri) bernilai 0,
maka tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR)
nilainya negatif, yaitu 12,683.
2. Ukuran Perusahaan (SIZE)
Koefisien
ukuran
perusahaan
yang
bernilai
positif
1,127
mengandung arti bahwa setiap peningkatan 1% ukuran perusahaan
atau total aset mampu meningkatkan skor ISR sebesar 1,127%.
3. Profitabilitas (PROFIT)
Koefisien profitabilitas yang bernilai positif sebesar 8,863
mengandung arti bahwa setiap peningkatan 1% nilai ROA mampu
meningkatkan skor indeks ISR sebesar 8,863%.
4. Umur Perusahaan (AGE)
Koefisien umur perusahaan yang bernilai negatif sebesar 0,094
mengandung arti bahwa setiap peningkatan 1 umur perusahaan
maka akan diikuti penurunan ISR sebesar 0,094.
116
5. Ukuran Dewan Komisaris (UDK)
Koefisien ukuran dewan komisaris yang bernilai positif sebesar
1,166 mengandung arti bahwa setiap peningkatan 1 dewan
komisaris, maka mampu meningkatkan skor indeks ISR sebesar
1,166.
6. Proporsi Komisaris Independen (PKI)
Koefisien proporsi komisaris independen yang bernilai negatif
sebesar 1,325 mengandung arti bahwa setiap peningkatan 1 maka
akan diikuti penurunan ISR sebesar 1,325.
7. Dummy Tahun 2013 (DTH)
Koefisien variabel dummy tahun 2013 adalah sebesar 1,242. Hal itu
berarti bahwa pengungkapan ISR pada tahun 2013 lebih tinggi
sebesar 1,242 dari tahun sebelumnya.
8. Dummy Tipe Industri
a.
Industri Pertanian (Dpert)
Berdasarkan tabel 4.17 nilai koefisien variabel dummy
tipe industri pertanian adalah sebesar -0,014. Ini berarti bahwa
perusahaan dengan tipe industri pertanian mengungkapkan
ISR
lebih
rendah
sebesar
0,014
dari
tipe
industri
pertambangan.
b. Industri Kimia (Dkim)
Berdasarkan tabel 4.17 nilai koefisien variabel dummy
tipe industri kimia adalah sebesar -0,002. Ini berarti bahwa
117
perusahaan dengan tipe industri kimia mengungkapkan ISR
lebih rendah sebesar 0,002 dari tipe industri pertambangan.
c. Aneka Industri (Dai)
Berdasarkan tabel 4.17 nilai koefisien variabel dummy
tipe industri dari berbagai macam aneka industri adalah
sebesar -0,041. Ini berarti bahwa perusahaan yang bergerak di
bidang aneka industri mengungkapkan ISR lebih rendah
sebesar 0,041 dari tipe industri pertambangan.
d. Industri Konsumsi (Dkon)
Berdasarkan tabel 4.17 nilai koefisien variabel dummy
tipe industri konsumsi adalah sebesar -0,072. Ini berarti bahwa
perusahaan dengan tipe industri konsumsi mengungkapkan
ISR
lebih
rendah
sebesar
0,072
dari
tipe
industri
pertambangan.
e. Industri Properti (Dpro)
Berdasarkan tabel 4.17 nilai koefisien variabel dummy
tipe industri properti adalah sebesar -1,635. Ini berarti bahwa
perusahaan dengan tipe industri properti mengungkapkan ISR
lebih rendah sebesar 1,635 dari tipe industri pertambangan.
f. Industri Infrastruktur (Dinf)
Berdasarkan tabel 4.17 nilai koefisien variabel dummy
tipe industri yang bergerak dalam bidang infrastruktur adalah
sebesar -0,076. Ini berarti bahwa perusahaan dengan tipe
118
industri bidang infrastruktur mengungkapkan ISR lebih rendah
sebesar 0,076 dari tipe industri pertambangan.
g. Industri Perdagangan (Dperd)
Berdasarkan tabel 4.17 nilai koefisien variabel dummy
tipe industri dalam bidang perdagangan adalah sebesar -1,213.
Ini berarti bahwa perusahaan dengan tipe industri perdagangan
mengungkapkan ISR lebih rendah sebesar 1,213 dari tipe
industri pertambangan.
4.4.1
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi dinotasikan dengan R² (R square).
Koefisien determinasi menunjukkan proporsi variasi variabel
terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Sesuai dengan
tabel 4.17 di atas, nilai R² penelitian ini sebesar 33%. Nilai R²
sebesar 33% mengandung arti bahwa variabel terikat skor indeks
Islamic Social Reporting mampu dijelaskan 33% oleh variabel
bebas dalam model, sedangkan sisanya 67% dijelaskan oleh faktor
di luar model.
4.4.2
Uji Signifikan Simultan (Uji-F)
Uji signifikansi simultan atau Uji-F dilakukan untuk
mengetahui
apakah
variabel
bebas
secara
bersama-sama
mempengaruhi variabel terikat. Sesuai dengan tabel 4.17 di atas,
nilai statistik F dan nilai probabilitas statistik F dalam penelitian ini
masing-masing sebesar 23,764 dan 0,000. Nilai probabilitas
statistik F tersebut lebih kecil dari pada tingkat signifikansi (α) =
119
0,05 atau Ho ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
variabel bebas dalam model secara bersama-sama mempengaruhi
variabel skor indeks Islamic Social Reporting.
4.4.3
Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Uji signifikansi parsial atau Uji-t dilakukan untuk
mengetahui tingkat signifikansi atau pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat secara parsial. Berikut adalah penjelasan
mengenai analisis uji signifikansi parsial atau uji-t pada kelima
variabel bebas :
1. Ukuran Perusahaan
Tabel 4.17 menunjukkan bahwa nilai statistik t pada
variabel bebas ukuran perusahaan sebesar 6,531. Sedangkan,
nilai signifikansi variabel bebas ukuran perusahaan sebesar
0,000. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil daripada tingkat
signifikansi (α) 5% dengan tingkat keyakinan 95%. Dengan
demikian, berarti variabel bebas ukuran perusahaan mempunyai
pengaruh
positif
yang
signifikan
terhadap
tingkat
pengungkapan Islamic Social Reporting.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Othman (2009), Raditya (2012), dan Widyawati (2012)
dengan hasil penelitian positif signifikan. Hal ini dikarenakan
perusahaan yang lebih besar sudah pasti memiliki pembiayaan,
fasilitas, dan sumber daya manusia yang lebih banyak
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Secara
120
spesifik, semakin besar ukuran perusahaan syariah, maka
semakin bertambah pula para pemangku kepentingan Muslim
yang ikut mempengaruhi atau dipengaruhi oleh kegiatan bisnis
perusahaan tersebut. Dengan demikian, perusahaan yang lebih
besar akan cenderung untuk melakukan pengungkapan
tanggung jawab sosial secara syariah lebih luas dibandingkan
perusahaan syariah yang lebih kecil.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kuiksuko (2013) pada 40 perusahaan yang
tercatat di BEI pada periode tahun 2010, dan Maulida, Yulianto
dan Asrori (2014) pada perusahaan yang terdaftar di JII pada
periode 2009-2012 yang membuktikan bahwa variabel ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan
Islamic
Social
Reporting
(ISR).
Penelitian
tersebut
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan yang besar tidak
memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib dan
sukarela karena perusahaan yang lebih kecil melakukan
pengungkapan informasi secara lebih luas agar mendapat citra
positif oleh masyarakat.
2. Profitabilitas
Berdasarkan tabel 4.17, secara keseluruhan variabel
bebas profitabilitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting
dengan nilai statistik t sebesar 2,399 dan nilai signifikansi
121
sebesar 0,017. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari pada
tingkat signifikansi (α) 5% dengan tingkat keyakinan 95%.
Secara keseluruhan, hasil ini sesuai dengan temuan
Othman et al. (2009), Ayu (2010), Raditya (2012) dan
Widyawati (2012) yang membuktikan bahwa profitabilitas
yang diukur dengan proxy nilai ROA mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap pengungkapan Islamic Social
Reporting. Beberapa bukti empiris menunjukkan bahwa
perusahaan yang berada pada posisi menguntungkan akan
cenderung mengungkapkan informasi secara lebih luas.
Terminologi probabilitas identik dengan kinerja ekonomi
perusahaan. Semakin tinggi kinerja ekonomi perusahaan, nilai
perusahaan pun akan relatif meningkat. Tingginya nilai
perusahaan diyakini oleh manajemen perusahaan sebagai salah
satu cara untuk menarik perhatian investor, khususnya investor
Muslim. Dengan demikian, perusahaan syariah yang semakin
untung akan cenderung melakukan pengungkapan tanggung
jawab sosial secara syariah lebih luas.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dyah (2008) pada 62 perusahaan BEI periode
2005-2006 dan Suta (2012) pada 105 perusahaan yang terdaftar
di BEI periode 2008-2010 dengan hasil bahwa profitabilitas
tidak mempengaruhi pengungkapan informasi. Pengungkapan
122
informasi dianggap akan mengurangi laba perusahaan karena
biaya tambahan untuk mengungkapkan informasi tersebut.
3. Umur Perusahaan
Pada tabel 4.17 menunjukkan bahwa secara keseluruhan
variabel bebas umur perusahaan mempunyai pengaruh negatif
signifikan terhadap tingkat pengungkapan Islamic Social
Reporting dengan nilai statistik t sebesar -2,338 dan nilai
signifikansi sebesar 0,020. Nilai signifikansi tersebut lebih
kecil dari pada tingkat signifikansi (α) 5% dengan tingkat
keyakinan 95%.
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Tristanti (2012) pada 726 perusahaan yang
terdaftar pada BEI periode 2006-2010 dan Dwita (2014) pada
14 perusahaan yang terdaftar pada BEI periode tahun 20082012 yang menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh
terhadap pengungkapan informasi karena semakin lama
perusahaan dapat bertahan, maka perusahaan cenderung
mengungkapakan informasinya secara lebih luas agar tetap
diterima di masyarakat.
Penelitian ini tidak sejalan dengan Raditya (2012) yang
menemukan bahwa umur perusahaan bukanlah faktor yang
signifikan dalam mempengaruhi tingkat pengungkapan Islamic
Social Reporting. Sedangkan, Sembiring (2003), Akhtarudin
(2005) dan Dyah (2008) berhasil membuktikan umur
123
perusahaan tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan wajib
dan/atau sukarela. Penelitian ini tidak dapat membuktikan
bahwa perusahaan dengan umur yang lebih tua pasti melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah lebih luas
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih muda umurnya.
Menurut Raditya (2012), ada dua kemungkinan umur
perusahaan tidak menjamin pengungkapan informasi secara
lebih luas. Pertama, perusahaan dengan umur yang lebih tua
memungkinkan untuk melakukan pengungkapan tanggung
jawab sosial secara syariah lebih sempit karena perusahaan
yang lebih tua tidak dapat dipastikan bahwa perusahaan
tersebut merupakan perusahaan besar yang dianggap telah
memiliki pembiayaan, fasilitas dan sumber daya manusia yang
lebih memadai sehingga mampu melakukan pengungkapan
lebih luas. Kedua, perusahaan dengan umur yang lebih muda
juga memungkinkan untuk melakukan pengungkapan tanggung
jawab sosial syariah secara lebih luas karena perusahaan yang
lebih muda kemungkinan melakukan pengungkapan tanggung
jawab sosial secara syariah lebih luas dengan tujuan
mengurangi
ketidakpastian
risiko
dan
meningkatkan
kepercayaan investor, khususnya investor Muslim terhadap
posisi perusahaan.
124
4. Ukuran Dewan Komisaris
Tabel 4.17 menunjukkan bahwa secara keseluruhan
variabel bebas ukuran dewan komisaris mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan ISR
dengan nilai statistik t sebesar 6,152 dan nilai signifikansi
sebesar 0,000. Nilai probabilitas statistik t (p-value) tersebut
lebih kecil dari pada tingkat signifikansi (α) 5% dengan tingkat
keyakinan 95%.
Karena semakin banyak dewan komisaris maka tekanan
terhadap
manajemen
juga
akan
semakin
besar
untuk
mengungkapkan informasi secara lebih luas. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Terzaghi (2012) pada 89
perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI untuk tahun 2008
dan Khoirudin (2013) pada 11 unit bank umum syariah tahun
2010-2011 dengan hasil penelitian positif signifikan.
Berbeda dengan Ratnasari (2011) pada 16 perusahaan
yang terdaftar di BEI yang menyatakan bahwa dewan
komisaris tidak efektif dalam menekan manajemen karena
terdapat dewan komisaris yang berasal dari pihak terafiliasi
yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan.
5. Proporsi Komisaris Independen
Berdasarkan tabel 4.17 variabel bebas proporsi dewan
komisaris independen tidak mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap tingkat pengungkapan Islamic Social
125
Reporting. Hal ini ditunjukkan oleh nilai statistik t sebesar 0,484 dan nilai signifikansi sebesar 0,629. Nilai signifikansi
tersebut lebih besar dari pada tingkat signifikansi (α) 5%
dengan tingkat keyakinan 95%.
Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ratnasari (2011) pada 16 perusahaan yang terdaftar dalam
BEI yang menyatakan bahwa proporsi komisaris independen
tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela. Karena
tugas dari komisaris independen adalah untuk menciptakan
keseimbangan intern saja seperti pemegang saham utama,
direksi komisaris, manajemen, maupun pemegang saham
publik.
Akan tetapi, penelitian ini tidak sejalan dengan
Penelitian Wardhana (2013) pada 328 perusahaan yang
terdaftar di BEI dan Jizi, Salama, Dixon dan Stratling (2014)
pada 193 bank komersial yang ada di Amerika periode waktu
2009-2011 yang menyatakan bahwa komisaris independen
berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sukarela karena
perusahaan yang memiliki komisaris independen yang tinggi
biasanya akan mendapatkan tuntutan untuk memberikan
informasi yang lebih banyak.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis penelitian dari bab sebelumnya, kesimpulan
yang dapat ditarik adalah sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
memiliki
pengaruh
positif
signifikan
terhadap
tingkat
pengungkapan ISR. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa
perusahaan syariah yang memiliki total aset yang lebih besar
memiliki
kecenderungan
untuk
melakukan
pengungkapan
tanggung jawab sosial secara syariah yang lebih luas dibandingkan
perusahaan yang mempunyai total aset kecil.
2. Secara keseluruhan, profitabilitas mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap tingkat pengungkapan ISR. Dengan demikian,
perusahaan syariah yang semakin untung akan cenderung
melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah
lebih luas.
3. Secara keseluruhan variabel bebas umur perusahaan mempunyai
pengaruh yang negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan
ISR.
Ada
dua
kemungkinan
mengapa
umur
perusahaan
berpengaruh negatif signifikan. Pertama, perusahaan yang lebih tua
umurnya tidak dapat dipastikan bahwa perusahaan tersebut
merupakan perusahaan besar yang dianggap telah memiliki
126
127
pembiayaan, fasilitas dan sumber daya manusia yang lebih
memadai sehingga mampu melakukan pengungkapan lebih luas.
Kedua, perusahaan yang lebih muda kemungkinan melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah lebih luas
dengan tujuan mengurangi ketidakpastian risiko dan meningkatkan
kepercayaan investor, khususnya investor Muslim terhadap posisi
perusahaan.
4. Secara keseluruhan, variabel bebas ukuran dewan komisaris
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat
pengungkapan ISR. Penelitian ini membuktikan bahwa semakin
banyak dewan komisaris maka perusahaan akan melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial syariah secara lebih luas.
5. Variabel bebas proporsi dewan komisaris independen tidak
mempunyai
pengaruh
positif
signifikan
terhadap
tingkat
pengungkapan ISR. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
perusahaan yang mempunyai dewan komisaris independen yang
banyak tidak menjamin melakukan pengungkapan informasi
tanggung jawab sosial secara syariah lebih banyak pula.
5.2. Keterbatasan Penelitian
Setelah melakukan analisis penelitian, maka penulis mengetahui
bahwa masih terdapat keterbatasan penelitian yaitu sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilakukan hanya untuk periode tahun 2012 dan 2013
saja.
128
2. Pengungkapan
merupakan
indeks
hasil
ISR
yang
pengembangan
memungkinkan adanya
pokok
dan
pengungkapannya
penyesuaian
pokok pengungkapan
penulis
yang kurang
dikembangkan secara komprehensif.
3. Subjektifitas penulis dalam memberikan nilai pada saat melakukan
penilaian (scoring) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan berdasarkan indeks ISR.
4. Sumber informasi yang dijadikan sebagai bahan penelitian
pengungkapan informasi tanggung jawab sosial secara syariah
hanya terbatas pada laporan tahunan perusahaan yang bersangkutan
saja.
5.3. Saran
Penelitian lanjutan menjadi suatu hal penting dalam rangka
mendukung perkembangan Islamic Social Reporting di Indonesia.
Berikut adalah saran penulis untuk penelitian selanjutnya.
1. Memperluas jumlah sampel dengan memperpanjang periode
penelitian menjadi tiga tahun atau lebih.
2. Penelitian selanjutnya harus dapat mengembangkan pokok-pokok
pengungkapan indeks ISR secara lebih komprehensif dengan tidak
lupa memperhatikan karakteristik perusahaan di Indonesia. Hal ini
dilakukan agar indeks
ISR
yang digunakan dapat
lebih
merefleksikan tanggung jawab sosial yang sesuai dengan prinsip
Islam dan dapat diterapkan di Indonesia.
129
3. Metode content analysis dalam penelitian ini sarat akan
subjektifitas dalam melakukan interpretasi terhadap pokok
pengungkapan. Dengan demikian, penelitian selanjutnya mungkin
dapat menggunakan metode content analysis lain yang dapat
mengurangi tingkat subjektifitas terhadap informasi yang disajikan
oleh perusahaan dalam laporannya.
4. Menambah sumber informasi yang dijadikan sebagai bahan
penilaian pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah
seperti press release, informasi yang diungkapkan di situs web
perusahaan dan sumber informasi lain.
Selain saran terkait penelitian selanjutnya, saran untuk pihak-pihak
terkait juga diperlukan dalam rangka turut mendukung perkembangan
praktik CSR secara syariah dan indeks ISR di Indonesia. Berikut adalah
saran untuk berbagai pihak terkait :
1. BAPEPAM dan LK
Langkah BAPEPAM dan LK yang berkerja sama dengan
DSN MUI dalam rangka untuk mengembangkan pasar modal
syariah Indonesia dengan menerbitkan Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) sebenarnya patut diapresiasi. Sayangnya, langkah
tersebut tidak dibarengi dengan sosialisasi kepada perusahaan yang
bersangkutan. Akibatnya, perusahaan tersebut tidak menyadari
bahwa ia telah mendapatkan sorotan dari para pemangku
kepentingan (stakeholder) Muslim. Ekspektasi para pemangku
130
kepentingan Muslim terhadap indeks tersebut lebih hanya sebagai
panduan investasi. Para pemangku kepentingan Muslim pasti
berharap bahwa perusahaan-perusahaan yang masuk dalam ISSI
juga berperilaku layaknya suatu entitas islam. Expectation gap ini
sebaiknya dapat diminimalisir oleh BAPEPAM dan LK selaku
regulator pasar modal. Salah satu langkah yang seharusnya
dilakukan BAPEPAM dan LK adalah dengan mengeluarkan suatu
regulasi yang sifatnya memberikan insentif bagi perusahaanperusahaan tersebut untuk berlaku sesuai dengan prinsip syariah,
tidak terkecuali dalam hal tanggung jawab sosial. Dengan
demikian, perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai dorongan
untuk melakukan tanggung jawab sosial secara syariah yang lebih
komprehensif.
2. Perusahaan yang masuk Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Perusahaan yang masuk dalam ISSI seharusnya memiliki
kesadaran tinggi dalam melakukan tanggung jawab sosial secara
syariah sebagai konsekuensi dari kebijakan BAPEPAM dan LK
terkait dengan dikeluarkannya daftar nama perusahaan-perusahaan
yang termasuk ke dalam kategori perusahaan yang memiliki efek
atau sekuritas syariah.
3. Akademisi
Pihak
akademisi
dalam
dimensi
Perguruan
Tinggi
seharusnya melakukan diskusi berkala dengan BAPEPAM-LK dan
perwakilan dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI
131
terkait dengan hasil-hasil penelitian mahasiswa. Hasil-hasil
penelitian tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi BAPEPAM-LK untuk menghasilkan aturanaturan yang lebih komprehensif dalam rangka menciptakan pasar
modal Indonesia yang lebih efisien. Selain itu, hasil-hasil
penelitian
tersebut
juga
dapat
dijadikan
sebagai
bahan
pertimbangan bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan
bisnisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu-Tapanjeh, A. M. (2009). Corporate Governance from the Islamic
Perspective: A comparative analysis with OECD principles.
Critical Perspective on Accounting, 20, 566-567.
Akhtaruddin, M. (2005). Corporate Mandatory Disclosure Practices in
Bangladesh. The International Jurnal of Accounting, 40, 399422.
Almilia, L Spica dan Retrinasari Ikka, 2007. “Analisis Pengaruh
Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengaruh dalam
Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI”, Proocedings Seminar Nasional. FE Universitas Trisakti:
hal 1-14.
Amalia, D. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan
Sukarela Pada Laporan Tahunan Perusahaan yang Tercatat di
Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Pemerintahan Vol.1, No.2,
November 2005.
Amran, A and Devi, S.S. (2008). The impact of government and foreign
affiliate influence on corporate social reporting: The case of
Malaysia. Managerial Auditing Journal. Vol. 23 No. 4, pp. 386404.
Amurwani, A. (2006). Pengaruh Luas Pengungkapan Sukarela dan
Asimetri Informasi Terhadap Cost of Equity Capital. Skripsi.
Yogyakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Anggraini, Fr. (2006). Pengungkapan informasi sosial dan faktor-faktor
yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam
laporan keuangan tahunan (Studi empiris pada perusahaanperusahaan yang terdaftar Bursa Efek Jakarta). Simposium
Nasional Akuntansi 9.
Ariningtika, P. (2013). Pengaruh Praktik Tata Kelola Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Lingkungan Perusahaan (Studi Empiris Pada
Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2010-2011). Skripsi. Semarang. Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Ayu, D. F. 2010. Analisis Pengaruh Jenis Industri, Ukuran Perusahaan,
dan Profitabilitas terhadap Tingkat Pengungkapan Islamic Social
Reporting (ISR) pada Perusahaan yang Masuk Daftar Jakarta
Islamic Index (JII). Skripsi. Depok. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Cooke, T.E. 1992. “The Impact of Size, Stock Market Listing and Industry
Type on Disclosure in The Annual Reports of Japanese Listed
Companies”. Accounting and Business Research, Vol.19: 113124.
Daniri, Mas Achmad. Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Sambutan Menteri Negara Lingkungan Hidup pada Seminar
Sehari “A Promise of Gold Rating: Sustainable CSR”, Tanggal
23 Agustus 2006, diambil dari www.menlh.go.id, diakses pada
tanggal 4 November 2014.
Deegan, C. 2000. Financial Accounting Theory. Sydney: McGraw Hill
Book Company.
Dipika, A, N. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance, Ukuran
Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan ISR
(Studi Kasus Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 20102012). Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga.
Dusuki, A, W. (2008). What Does Islam Say about Corporate Sosial
Responsibility? Review of Islamic Economics, 12, 5-28.
Dyah, I. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan
Informasi Lingkungan Hidup dalam Laporan Tahunan
Perusahaan (Studi Pada Perusahaan PROPER yang Terdaftar Di
BEI). Skripsi. Malang. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.
Fitria, S., & Hartanti, D. (2010) “Islam dan Tanggung Jawab Sosial: Studi
Pengungkapan Berdasarkan Global Reporting Initiative Indeks
dan Islamic Social Reporting Indeks,” Simposium Nasional
Akutansi XIII. Purwokerto.
Friedmen, M. (1982). Capitalism and Freedom. USA: The University of
Chicago.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 19. Semarang. Universitas Diponegoro
Ghozali, Imam dan Chariri, Anis. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro: Semarang.
Gray, R., Owen, D., & Maunders, K. (1987). Corporate Social Reporting:
Accounting and Accountability. USA: Prentice-Hall.
Gray. S. J., Meek, g., & Roberts, C. (1995). International Capital Market
Pressures and Voluntary Annual Reports Disclosure by US and
UK Multinationals. Journal of International Financial
Management and Accounting, 6, 43-68.
Gunawan, Y. 2000. “Analisis Pengungkapan Informasi Laporan
Tahunan pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”.
Simposium Nasional Akuntansi III. 78-98.
Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Haniffa, R. M., & Cooke , T. E. (2002). Culture, Corporate Government,
and Disclosure in Malaysian Corporations. Abacus, 38, 317-349.
Haniffa, R. M., & Cooke , T. E. (2005). The Impact of Culture and
Governance Corporate Social Reporting. Journal of Accounting
and Public Policy, 24, 391-430.
Haniffa, R. (2002). Social Reporting Disclosure An Islamic Perspective.
Indonesian Management & Accounting Research, 1, 128-146.
Hariandy, P. P. (2011). Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Tingkat
Diversifikasi dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Tingkat
Pengungkapan Sukarela (Studi Empiris pada Bank yang
Terdaftar Di BEI Tahun 2007-2009). Skripsi. Depok. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Harsanti, P. (2011). Corporate Social Responsibility dan Teori Legitimasi.
Jurnal Mawas, Juni 2011. Universitas Muria Kudus.
Ho, S. S., & Wong, K. S. 2001. A Study of the Relationship between
Corporate Governance Structures and the Extent of Voluntary
Disclosure. Journal of International Accounting, Auditing, &
Taxation, 10, 139-156.
Hossain, M., & Hammami, H. (2009). Voluntary Disclosure in the Annual
Reports of an Emerging Country : The Case of Qatar. Advances
in Accounting, Incorporating Advances in International
Accounting, 25, 255-265.
Ikatan Akutansi Indonesia. (2009). ED PSAK 1 (Revisi 2009) Penyajian
Laporan Keuangan. Dipetik 12 November 2014, dari Ikatan
Akutansi Indonesia:
http://www.iaiglobal.or.id/prinsip_akutansi/eksposure.php?id=13
Jizi, M. and Salama, A. and Dixon, R. and Stratling, R. (2014). 'Corporate
governance and corporate social responsibility disclosure :
evidence from the US banking sector.', Journal of business
ethics., 125 (4). pp. 601-615.
Lestari, P. (2013). Determinants Of Islamic Social Reporting In Syariah
Banks: Case Of Indonesia. International Journal of Business and
Management Invention ISSN, 2, 28-34.
Kasri, R. A. (2009). Corporate Governance: Conventional vs Islamic
Perspective. Working Paper Series SSRN, 1-11.
Khoirudin, Amirul. (2013). Corporate Governance dan Pengungkapan ISR
Pada Perbankan Syariah Di Indonesia. Accounting Analysis
Journal, 2, 227-232.
Kuiksuko. (2013). Pengaruh Jenis Industri dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada
Laporan Tahunan Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan
Publik yang Tercatat pada BEI Tahun 2010). Skripsi. Makassar.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanudin.
Maali, B., Casson, P., & Napier, C. (2006). Social Reporting by Islamic
Banks. ABACUS, 42, 266-289.
Marwata. (2001). Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas
Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik
di Indonesia. Simposium Nasional Akutansi 4, 155-173.
Maulida. P. A., Yulianto, A., & Asrori. (2014). Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pengungkapan ISR Pada Perusahaan yang
Terdaftar di JII Tahun 2009-2012. Jurnal Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Munid, D. S. (2007). Corporate Governance in Islamic Perspective: 5th
International Islamic Finance Conference: “Thity Five Years
On-The Future of Islamic Finance”. Kuala Lumpur.
Noegraheni. (2005). Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kualitas
Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan pada
Perusahaan Publik Non Industri Keuangan di Bursa Efek Jakarta.
EQUITY, 2, 61-70.
Nurhayati, S., & Wasilah (2009). Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat.
Nurseto, Adhi. (2012). Pengaruh Krakteristik Perusahaan Terhadap Luas
Pengungkapan Sukarela dan Implikasinya terhadap Asimetri
Informasi (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI Tahun 2009). Skripsi. Semarang. Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Diponegoro.
Oktoviana, A. (2009). Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap
Pengungkapan Sukarela Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2007. Skripsi. Depok.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Omar, B., & Simon, J. (2011). Corporate Aggregate Disclosure Practice in
Jordan. Advances in Accounting, incorporating Advances in
International Accounting, 27, 166-186.
Othman, R., Thani, A. M.,& Ghani, E. K. (2009). Determinants of Islamic
Sosial Reporting Among Top Syariah-Approved Companies in
Bursa Malaysia. Research Jurnal of International Studies.
------------ and Azlan Md ani. 2010. Islamis Social Reporting of Listed
Companies in Malaysia. International Business & Economics
Research Journal Vol. 9. Pp.135-144
Owusu-Ansah, S. (1998). The Impact of Corporate Attributes on the
Extent of Mandatory Disclosure and Reporting by Listed
Companies in Zimbabwe. The International Journal of
Accounting, 33, 605-631.
Parbonetti, A. & Michelon, G. (2010). The Effect of Corporate
Governance on Sustainability Disclosure. The International
Research, Birmingham University.
Peraturan BAPEPAM-LK Nomor II.K.1 tahun 2009 tentang Kriteria dan
Penerbitan Daftar Efek Syariah. Dipetik 12 Februari 2015, Dari
www.ojk.go.id/sharia-capital-id
Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.A.13 tahun 2009 tentang Penerbitan
Efek
Syariah.
Dipetik
12
Februari
2015,
Dari
www.ojk.go.id/sharia-capital-id
Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.A.14 tahun 2006 tentang Akad-akad
yang Digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal.
Dipetik 12 Februari 2015, Dari www.ojk.go.id/sharia-capital-id
Peraturan BAPEPAM-LK Nomor X.K.6 tahun 2006 tentang Kewajiban
Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan
Publik. Diunduh 10 februari 2015, dari www.hukumonline.com
Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 1 (Revisi 2009)
tentang Pengungkapan Laporan Sukarela Perusahaan. Dipetik
10 Februari 2015, dari http://www.iaiglobal.or.id
Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 50 (Revisi 2006)
tentang Kewajiban Penyampaian Risiko Usaha Perusahaan.
Dipetik 10 Februari 2015, dari http://www.iaiglobal.or.id
Prastowo, Dwi. 1995. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
Putri, K. T. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ISR PerusahaanPerusahaan Yang Terdaftar ISSI Tahun 2011-2012. Skripsi.
Semarang. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro.
Raditya, N. A. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat ISR Pada Perusahaan yang Masuk DES Tahun 20092010. Skripsi. Depok. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ratnasari, Y. (2011). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Luas
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di dalam
Sustainability Report. Skripsi. Semarang. Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.
Riduwan, & Akdon. (2005). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika.
Bandung : Alfabeta.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2010). Research Methods for Business Fifth
Edition. UK : John Wiley & Son.
Sembiring, E. R. (2003). Kinerja Keuangan, Political Visibility,
Ketergantungan
Pada
Hutang,
dan
Pengungkapan
Tanggungjawab Sosial Perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi 6, 249-259.
Sembiring. (2005). “Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan
Tanggung jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang
Tercatat di Bursa Efek Jakarta,” Simposium Nasional Akutansi 8.
Solo.
Siamat, D. (2004). Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Keempat.
Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Siregar, S. V., & Utama, S. (2005). Pengaruh Struktur Kepemilikan
Ukuran Perusahaan, Praktek Corporate Governance terhadap
Pengelolaan Laba (Earning management). Simposium Nasional
Akuntansi VII, Solo, 15-16 September 2005, 475-490.
Siregar, S.V. and Bachtiar, Y. (2010). Corporate social reporting:
empirical evidence fromIndonesia Stock Exchange. International
Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and
Management, Vol. 3 No.3, pp. 241-252.
Siwar, C.,& Hossain, M. T. (2009). An Analysis of Islamic CSR concept
and the opinions of Malaysian managers. Managemen of
Environmental Quality: An International Journal, 20, 290-298.
Staden, C. V. (2000). Revisiting the Value Added Statement: Social
Responsibility or Social Manipulation. Critic Perspect Acc
Conference at Baruch College. University of New York City.
Steurer, R., Langer, M. E., Konard, A., & Martinuzzi, A. (2005).
Corporation, Stakeholders and Sustainable Development I: A
Theoritical Exploration of Business-Society Relations. Jurnal of
Business Ethnic, 61, 263-281.
Sudarmaji, A. M., & Sularto, L. (2007). Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan
terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan
Tahunan. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra,
Arsitek & Sipil). Depok.
Suharto, Edi. (2011). Pekerja Sosial di Dunia Industri, Memperkuat CSR.
Bandung: Alfabeta.
Sulaiman, M. (2003). The Influence of Riba and Zakat on Islamic
Accounting. Indonesian Management and Accounting Review, 2,
149-167.
Sulaiman, M., & Willet, R. (2003). Using the Hofstede-Gray Framework
to argue normatively for an extension of Islamic Corporate
Report. Malaysian Accounting Review, 2, 1-35.
Suta, Y. A. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas
Pengungkapan Informasi Sukarela Laporan Tahunan (Studi
Empiris Perusahaan yang Terdaftar Di BEI Tahun 2008-2010).
Skripsi. Semarang. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro.
Tagesson, T., Blank, V., Broberg, P., & Collin, S. O. (2009). What
explains the extent and content of social and environmental
disclosures on corporate websites: a study of social and
environmental reporting in Swedish listed corporations.
Corporate Social Responsibility & Environmental Management,
16(6), 352–364. http://dx.doi.org/ 10.1002/csr.194
Terzaghi, M. T. (2012). Pengaruh Earning Managemen dan Mekanisme
Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal
Ekonomi dan Informasi Akutansi (JENIUS).
Tristanti, L. L. (2012). Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Sukarela Pada Perusahaan
yang Terdaftar Di BEI tahun 2006-2010. Skripsi. Semarang.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal. Diunduh 13 Februari 2015, dari
www.hukumonline.com
Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. Diunduh 14 Oktober 2014, dari
www.humumonline.com
Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal. Diunduh 12 Februari 2015, dari www.humumonline.com
Utama, S. (2007). Evaluasi Infrastruktur Pendukung Pelaporan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan di Indonesia. Pidato Ilmiah
Pengukuhan Guru Besar FEUI. Jakarta.
Verrecchia, R. (1983). Discretionary disclosure, Journal of Accounting
and Economics, Vol 5, pp. 179–194.
Veronica, Theodora Martina dan Agus Sumin. 2009. “Pengaruh
Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Universitas Gunadarma
Jakarta.
Wardhana A, A. (2013). Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap
Tingkat Pengungkapan Risiko (Studi Empiris pada Perusahaan
Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Skripsi.
Semarang. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro.
Watts dan Zimmerman. Positive Accounting Theory. (New York: PrenticeHall, Englewood ChB, NJ, 1986)
Watt, P., & Holme, L. (1999). CSR: Meeting Changing Expectations.
WBCSD Publication.
Webb, E., (2004). An Examination of Socially Responsible Firms‟ Board
Structure. Journal of Management and Governance 8, 255–277.
Wicaksono, B, B. (2011). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Luas Pengungkapan Sukarela pada Laporan Keuangan (Studi
pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI). Skripsi.
Semarang. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Widiawati. S. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ISR
Perusahaan-Perusahaan yang Terdapat pada DES Tahun 20092011. Skripsi. Semarang. Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro.
DAFTAR LAMPIRAN 1
Islamic Sosial Reporting (ISR)
Pokok-pokok Pengungkapan
Tema Pembiayaan dan Investasi
A
1
Kegiatan yang mengandung riba (beban bunga
dan pendapatan bunga)
2
Pengungkapan kegiatan yang mengandung
gharar atau tidak (hegding, future non delivery
trading/margin trading, arbitrage baik spot
maupun forward, short selling, pure swap,
warrant, dan lain-lain
Poin
Sumber Referensi
1
Haniffa (2002)
Othman et al. (2009)
Fitria dan Hartanti
(2010
1
Haniffa (2002)
Maali et al. (2006)
Othman et al.(2009)
Fitria dan Hartanti
(2010)
1
Haniffa (2002)
Maali et al. (2006)
Othman et al. (2009)
Fitria dan Hartanti
(2010)
3
Zakat
4
Kebijakan atas keterlambatan pembayaran
piutang dan penghapusan piutang tak tertagih
1
Maali et al. (2006)
Othman et al. (2009)
Fitria dan Hartanti
(2010)
5
Pernyataan nilai tambah perusahaan
1
Sulaiman dan Willet
(2003)
Othman et al. (2009)
B
TEMA PRODUK DAN JASA
6
Produk atau kegiatan operasi ramah lingkungan
1
Othman et al. (2009)
7
Kehalalan produk
1
Haniffa (2002)
Othman et al. (2009)
8
Keamanan dan kualitas produk
1
Othman et al. (2009)
1
Othman et al. (2009)
Fitria dan Hartanti
(2010)
9
Pelayanan pelanggan
C
10
11
12
TEMA KARYAWAN
Jam kerja
Hari libur dan cuti
Tunjangan
13
Remunerasi
14
Pendidikan dan pelatiha kerja ( pengembangan
Sumber Daya Manusia)
1
Haniffa (2002)
Othman et al. (2009)
Fitria dan Hartanti
(2010)
1
Haniffa (2002)
Othman et al. (2009)
Fitria dan Hartanti
(2010)
1
Haniffa (2002)
Othman et al. (2009)
Fitria dan Hartanti
(2010)
1
Haniffa (2002)
Othman et al. (2009)
Fitria dan Hartanti
(2010)
1
Maali et al. (2006)
Othman et al. (2009)
Fitria dan Hartanti
(2010)
15
Kesetaraan hak antara pria dan wanita
1
Maali et al. (2006)
Othman et al. (2009)
Fitria dan Hartanti
(2010)
16
Keterlibatan karyawan dalam diskusi manajemen
dan pengambilan keputusan
1
Othman et al. (2009)
Fitria dan Hartanti
(2010)
1
Haniffa (2002)
Othman et al. (2009)
Fitria dan Hartanti
(2010)
17
Kesehatan dan keselamatan kerja
18
Lingkungan kerja
1
Maali et al. (2006)
Othman et al. (2009)
Fitria dan Hartanti
(2010)
19
Karyawan dari kelompok khusus (cacat fisik,
mantan narapidana, mantan pecandu narkoba)
1
Othman et al.(2009)
20
Karyawan kelas atas melakukan ibadah bersamasama dengan karyawan tingkat menengah dan
bawah
1
21
Karyawan muslim diperbolehkan menjalankan
ibadah di waktu-waktu shalat dan berpuasa di
bulan Ramadhan
1
22
D
Tempat ibadah yang memadahi
TEMA MASYARAKAT
1
23
Sedekah, donasi atau sumbangan
1
Haniffa (2002)
Othman et al.(2009)
24
Wakaf
1
Haniffa (2002)
Othman et al.(2009)
25
Qardh Hasan
1
26
27
Sukarelawan dari kalangan karyawan
pemberian beasiswa sekolah
Pemberdayaan kerja pada lulusan sekolah/kuliah
(magang atau praktik kerja lapangan)
Pembangunan tunas muda
Peningkatan kualitas hidup masyarakat miskin
Kepedulian terhadap anak-anak
1
1
Haniffa (2002)
Maali et al.(2006)
Othman et al.(2009)
Othman et al.(2009)
Othman et al.(2009)
1
Othman et al.(2009)
1
1
1
Othman et al.(2009)
Othman et al.(2009)
Othman et al.(2009)
1
Othman et al.(2009)
1
Othman et al.(2009)
28
29
30
31
32
33
E
Kegiatan amal atau kegiatan sosial (bencana
alam, donor darah, sunatan masal, pembangunan
infrastruktur dan lain-lain)
Menyokong kegiatan-kegiatan kesehatan,
hiburan, olahraga, budaya, pendidikan dan
keagamaan
TEMA LINGKUNGAN
Othman et al.(2009)
Othman et al. (2009)
Fitria dan Hartanti
(2010)
Othman et al.(2009)
34
Konservasi lingkungan
1
Haniffa (2002)
Maali et al. (2006)
Othman et al. (2009)
Fitria dan Hartanti
(2010)
35
Kegiatan mengurangi efek pemanasan global
(minimalisasi polusi, pengelolaan limbah,
pengelolaan air bersih dan lain-lain
1
Othman et al.(2009)
1
Othman et al.(2009)
1
Othman et al.(2009)
36
37
Pendidikan melalui lingkungan
Pernyataan verifikasi independen atau audit
lingkungan
38
Sistem manajemen lingkungan
1
Othman et al. (2009)
Fitria dan Hartanti
(2010)
F
39
TEMA TATA KELOLA PERUSAHAAN
Status kepetuhan terhadap syariah
1
Othman et al.(2009)
40
Struktur kepemilikan saham
1
41
Profil dewan direksi
1
42
Pengungkapan melakukan praktik monopoli
usaha atau tidak
1
Othman et al. (2009)
Fitria dan Hartanti
(2010)
43
Pengungkapan melakukan praktik menimbun
bahan kebutuhan pokok atau tidak
1
Othman et al. (2009)
Fitria dan Hartanti
(2010)
44
Pengungkapan melakukan praktik manipulasi
harga atau tidak
1
Othman et al. (2009)
Fitria dan Hartanti
(2010)
1
Othman et al.(2009)
1
Othman et al.(2009)
45
46
Pengungkapan melakukan perkara hukum atau
tidak
Kebijakan anti korupsi (code of conduct,
whisteblowing system dan lain-lain
TOTAL
46
Othman et al. (2009)
Fitria dan Hartanti
(2010)
Othman et al.(2009)
Lampiran 2 : Daftar Perusahaan Sampel
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Kode
AALI
ACES
AIMS
AKPI
AKRA
ALKA
AMFG
ANTM
APLI
APLN
ARNA
ASGR
ASRI
ATPK
AUTO
BAPA
BATA
BAYU
BCIP
BHIT
BIPP
BISI
BKDP
BKSL
BMSR
BMTR
CENT
CITA
CMNP
CMPP
CNKO
COWL
CPIN
CSAP
CTRA
Nama Perusahaan
Astra Agro Lestari Tbk.
Ace Hardware Indonesia Tbk.
Akbar Indo Makrnur Stimec Tbk
Argha Karya Prima Industry Tbk
AKR Corporindo Tbk.
Alakasa Industrindo Tbk.
Asahimas Flat Glass Tbk.
Aneka Tambang (Persero) Tbk.
Asiaplast Industries Tbk.
Agung Podomoro Land Tbk.
Arwana Citramulia Tbk.
Astra Graphia Tbk.
Alam Sutera Realty Tbk.
ATPK Resources Tbk
Astra Otoparts Tbk.
Bekasi Asri Pemula Tbk.
Sepatu Bata Tbk.
Bayu Buana Tbk.
Bumi Citra Permai Tbk.
Bhakti Investama Tbk.
Bhuanatala Indah Permai Tbk.
BISI International Tbk.
Bukit Darrno Property Tbk.
Sentul City Tbk.
Bintang Mitra Semestaraya Tbk.
Global Mediacom Tbk.
Centrin Online Tbk.
Cita Mineral Investindo Tbk
Citra Marga Nusaphala Persada Tbk.
Centris Multipersada Pratama Tbk.
Exploitasi Energi Indonesia Tbk.
Cowell Development Tbk.
Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
Catur Sentosa Adiprana Tbk.
Ciputra Development Tbk
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
CTRS
DILD
DPNS
DUTI
ELSA
ELTY
EMDE
EMTK
EPMT
FAST
FMII
FORU
GDST
GEMS
GMCW
GMTD
GOLD
GPRA
GREN
GZCO
HDTX
HERO
HOME
ICBP
IGAR
IIKP
INAF
INCI
INDF
INDS
INPP
INTP
INVS
JAWA
JKON
JPRS
JRPT
JSPT
JTPE
Ciputra Surya Tbk.
Intiland Development Tbk.
Duta Pertiwi Nusantara Tbk.
Duta Pertiwi Tbk.
Elnusa Tbk.
Bakrieland Development Tbk.
Megapolitan Developments Tbk.
Elang Mahkota Tekhnologi Tbk.
Enseval Putera Megatrading Tbk.
Fast Food Indonesia Tbk.
Fortune Mate Indonesia Tbk.
Fortune Indonesia Tbk.
Gunawan Dianjaya Steel Tbk.
Golden Energy Mines Tbk.
Grahamas Citrawisata Tbk.
Gowa Makassar Tourism Development Tbk.
Golden Retailindo Tbk.
Gapuraprima Tbk.
Evergreen Invesco Tbk.
Gozco Plantations Tbk.
Panasia Indosyntec Tbk.
Hero Supermarket Tbk.
Hotel Mandarine Regency Tbk.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Champion Pacific Indonesia Tbk.
Inti Agri Resources Tbk.
Indofarma Tbk.
Intanwijaya International Tbk.
Indofood Sukses Makmur Tbk.
Indospring Tbk.
Indonesia Paradise Property Tbk.
Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
Inovisi Infracom Tbk.
Jaya Agra Wattie Tbk.
Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk.
Jaya Pari Steel Tbk.
Jaya Real Property Tbk.
Jakarta Setiabudi Intemasional Tbk.
Jasuindo Tiga Perkasa Tbk.
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
KAEF
KBLI
KBLM
KBLV
KBRI
KDSI
KICI
KIJA
KLBF
KOIN
LAMI
LAPD
LCGP
LION
LMPI
LMSH
LPCK
LPIN
LPKR
LPLI
LSIP
MAPI
MBTO
MDLN
MDRN
MERK
META
MFMI
MICE
MLPL
MNCN
MPPA
MRAT
MTDL
MTLA
MTSM
MYOR
PDES
PGLI
Kimia Farma Tbk.
KMI Wire & Cable Tbk.
Kabelindo Murni Tbk.
First Media Tbk.
Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk.
Kedawung Setia Industrial Tbk.
Kedaung Indah Can Tbk.
Kawasan Industri Jababeka Tbk.
Kalbe Farma Tbk.
Kokoh Inti Arebama Tbk.
Lamicitra Nusantara Tbk.
Leyand International Tbk.
Laguna Cipta Griya Tbk.
Lion Metal Works Tbk.
Langgeng Makmur lndustri Tbk.
Lionmesh Prima Tbk.
Lippa Cikarang Tbk.
Multi Prima Sejahtera Tbk
Lippo Karawaci Tbk.
Star Pacific Tbk.
PP London Sumatra Indonesia Tbk.
Mitra Adiperkasa Tbk.
Martina Berto Tbk.
Modemland Realty Ltd. Tbk.
Modem Intemasional Tbk.
Merck Tbk.
Nusantara Infrastruktur Tbk.
Multifiling Mitra Indonesia Tbk.
Multi Indocitra Tbk.
Multipolar Tbk.
Media Nusantara Citra Tbk.
Matahari Putra Prima Tbk.
Mustika Ratu Tbk.
Metrodata Electronics Tbk.
Metropolitan Land Tbk.
Metro Reality Tbk.
Mayora Indah Tbk.
Destinasi Tirta Nusantara Tbk.
Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk.
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
PJAA
PLIN
PTSP
PWON
PYFA
RALS
RBMS
RDTX
RODA
SCBD
SCCO
SCMA
SDMU
SGRO
SHID
SIAP
SIMP
SIPD
SKLT
SMDM
SMGR
SMRA
SMSM
SONA
SQBB
SRAJ
SRSN
SSIA
STAR
STTP
TCID
TINS
TIRA
TLKM
TMPO
TOTO
TRIL
TRST
TSPC
Pembangunan Jaya Antol Tbk.
Plaza Indonesia Realty Tbk.
Pioneerindo Gourmet International Tbk.
Pakuwon Jati Tbk.
Pyridam Farma Tbk.
Ramayana Lestari Sentosa Tbk.
Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk.
Roda Vivatex Tbk.
Royal Oak Development Asia Tbk
Danayasa Arthatama Tbk.
Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk.
Surya Citra Media Tbk.
Sidomulyo Selaras Tbk.
Sampoema Agro Tbk.
Hotel Sahid Jaya International Tbk.
Sekawan Intipratama Tbk.
Surya lntrindo Makmur Tbk.
Sierad Produce Tbk.
Sekar Laut Tbk.
Suryamas Dutamakmur Tbk.
Semen Gresik (Persero) Tbk.
Sumrnarecon Agung Tbk.
Selamat Sempuma Tbk.
Sona Topas Tourism Industry Tbk.
Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk.
Indo Acidatama Tbk.
Surya Semesta Intemusa Tbk.
Star Petrochem Tbk.
Siantar Top Tbk.
Mandom Indonesia Tbk.
Timah (Persero) Tbk.
Tira Austenite Tbk.
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
Tempo Intimedia Tbk.
Surya Toto Indonesia Tbk.
Triwira lnsanlestari Tbk.
Trias Sentosa Tbk.
Tempo Scan Pacific Tbk.
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
TURI
ULTJ
UNIT
UNTR
UNVR
VOKS
WICO
WIKA
YPAS
ZBRA
Tunas Ridean Tbk.
Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company, Tbk.
Nusantara Inti Corpora Tbk.
United Tractors Tbk.
Unilever Indonesia Tbk.
Voksel Electric Tbk.
Wicaksana Overseas International Tbk
Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Yanaprima Hastapersada Tbk.
Zebra Nusantara Tbk.
Lampiran 4
Rangkuman Jumlah Perusahaan Per Pokok Pengungkapan
Pokok-pokok Pengungkapan
A
1
Tema Pembiayaan dan Investasi
Kegiatan yang mengandung riba (beban bunga
dan pendapatan bunga)
Jumlah
Perusahaan
2012
2013
162
162
2
Pengungkapan kegiatan yang mengandung
gharar atau tidak (hegding, future non delivery
trading/margin trading, arbitrage baik spot
maupun forward, short selling, pure swap,
warrant, dan lain-lain)
0
0
3
Zakat
0
0
4
Kebijakan atas keterlambatan pembayaran
piutang dan penghapusan piutang tak tertagih
86
102
162
410
162
426
71
18
131
157
377
82
19
133
159
393
0
106
153
151
0
110
158
157
133
140
30
39
1
1
117
138
130
145
1
0
5
B
6
7
8
9
C
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Pernyataan nilai tambah perusahaan
Jumlah
TEMA PRODUK DAN JASA
Produk atau kegiatan operasi ramah lingkungan
Kehalalan produk
Keamanan dan kualitas produk
Pelayanan pelanggan
Jumlah
TEMA KARYAWAN
Jam kerja
Hari libur dan cuti
Tunjangan
Remunerasi
Pendidikan dan pelatiha kerja ( pengembangan
Sumber Daya Manusia)
Kesetaraan hak antara pria dan wanita
Keterlibatan karyawan dalam diskusi
manajemen dan pengambilan keputusan
Kesehatan dan keselamatan kerja
Lingkungan kerja
Karyawan dari kelompok khusus (cacat fisik,
mantan narapidana, mantan pecandu narkoba)
20
Karyawan kelas atas melakukan ibadah
bersama-sama dengan karyawan tingkat
menengah dan bawah
105
114
21
Karyawan muslim diperbolehkan menjalankan
ibadah di waktu-waktu shalat dan berpuasa di
bulan Ramadhan
109
115
29
1073
36
1145
140
31
0
72
82
145
36
0
79
89
30
37
34
66
95
45
77
102
137
144
133
140
820
894
80
88
97
111
63
70
55
65
57
352
65
399
14
162
14
162
22
D
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
E
34
35
36
37
38
F
39
40
Tempat ibadah yang memadahi
Jumlah
TEMA MASYARAKAT
Sedekah, donasi atau sumbangan
Wakaf
Qardh Hasan
Sukarelawan dari kalangan karyawan
Pemberian beasiswa sekolah
Pemberdayaan kerja pada lulusan
sekolah/kuliah (magang atau praktik kerja
lapangan)
Pembangunan tunas muda
Peningkatan kualitas hidup masyarakat miskin
Kepedulian terhadap anak-anak
Kegiatan amal atau kegiatan sosial (bencana
alam, donor darah, sunatan masal,
pembangunan infrastruktur dan lain-lain)
Menyokong kegiatan-kegiatan kesehatan,
hiburan, olahraga, budaya, pendidikan dan
keagamaan
Jumlah
TEMA LINGKUNGAN
Konservasi lingkungan
Kegiatan mengurangi efek pemanasan global
(minimalisasi polusi, pengelolaan limbah,
pengelolaan air bersih dan lain-lain
Pendidikan melalui lingkungan
Pernyataan verifikasi independen atau audit
lingkungan
Sistem manajemen lingkungan
Jumlah
TEMA TATA KELOLA PERUSAHAAN
Status kepatuhan terhadap syariah
Struktur kepemilikan saham
41
42
43
44
45
46
Profil dewan direksi
Pengungkapan melakukan praktik monopoli
usaha atau tidak
Pengungkapan melakukan praktik menimbun
bahan kebutuhan pokok atau tidak
Pengungkapan melakukan praktik manipulasi
harga atau tidak
Pengungkapan melakukan perkara hukum atau
tidak
Kebijakan anti korupsi (code of conduct,
whisteblowing system dan lain-lain)
162
162
0
0
0
0
0
0
76
66
162
162
Jumlah
576
566
Lampiran 5
Rangkuman Data Penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Kode
Skor
ISR
Size
LnSize
Laba Bersih
Total Asset
ROA
Age
AALI12
AALI13
ACES12
ACES13
AIMS12
AIMS13
AKPI12
AKPI13
AKRA12
AKRA13
ALKA12
ALKA13
AMFG12
AMFG13
ANTM12
ANTM13
APLI12
APLI13
APLN12
APLN13
ARNA12
ARNA13
ASGR12
ASGR13
ASRI12
29.00
31.00
21.00
18.00
6.00
15.00
28.00
28.00
24.00
26.00
24.00
18.00
29.00
29.00
27.00
27.00
16.00
16.00
27.00
25.00
30.00
30.00
29.00
31.00
19.00
12,419,820,000,000.00
14,963,190,000,000.00
1,916,914,650,213.00
2,478,918,584,338.00
45,766,173,346.00
24,648,959,652.00
1,714,834,430,000.00
2,084,567,189,000.00
11,787,524,999,000.00
14,633,141,381,000.00
147,882,362,000.00
241,912,806,000.00
3,115,421,000,000.00
3,539,393,000,000.00
19,708,540,946,000.00
21,865,117,391,000.00
333,867,300,446.00
303,594,490,546.00
15,195,642,352,000.00
19,679,908,990,000.00
937,359,770,277.00
1,135,244,802,060.00
1,239,927,000,000.00
1,451,020,000,000.00
10,946,417,244,000.00
30.15
30.34
28.28
28.54
24.55
23.93
28.17
28.37
30.10
30.31
25.72
26.21
28.77
28.89
30.61
30.72
26.53
26.44
30.35
30.61
27.57
27.76
27.85
28.00
30.02
2,520,266,000,000.00
1,903,088,000,000.00
428,849,175,516.00
503,004,238,918.00
520,072,331.00
1,839,218,508.00
31,115,755,000.00
34,620,336,000.00
618,833,343,000.00
615,626,683,000.00
5,112,929,000.00
-315,494,000.00
346,609,000,000.00
338,358,000,000.00
2,989,024,589,000.00
410,138,723,000.00
4,203,700,813.00
1,881,586,263.00
841,290,753,000.00
930,240,497,000.00
158,684,349,130.00
237,697,913,883.00
171,192,000,000.00
209,006,000,000.00
1,216,091,539,000.00
12,419,820,000,000.00
14,963,190,000,000.00
1,916,914,650,213.00
2,478,918,584,338.00
45,766,173,346.00
24,648,959,652.00
1,714,834,430,000.00
2,084,567,189,000.00
11,787,524,999,000.00
14,633,141,381,000.00
147,882,362,000.00
241,912,806,000.00
3,115,421,000,000.00
3,539,393,000,000.00
19,708,540,946,000.00
21,865,117,391,000.00
333,867,300,446.00
303,594,490,546.00
15,195,642,352,000.00
19,679,908,990,000.00
937,359,770,277.00
1,135,244,802,060.00
1,239,927,000,000.00
1,451,020,000,000.00
10,946,417,244,000.00
0.20
0.13
0.22
0.20
0.01
0.07
0.02
0.02
0.05
0.04
0.03
0.00
0.11
0.10
0.15
0.02
0.01
0.01
0.06
0.05
0.17
0.21
0.14
0.14
0.11
15.00
16.00
5.00
6.00
11.00
12.00
20.00
21.00
8.00
9.00
22.00
23.00
12.00
13.00
15.00
16.00
12.00
13.00
2.00
3.00
11.00
12.00
23.00
24.00
5.00
Tipe Industri
Ukuran
Proporsi
Dewan
Komisaris
Komisaris Independen 1 2 3 4 5 6 7 8
7.00
7.00
4.00
4.00
2.00
2.00
5.00
6.00
3.00
3.00
4.00
4.00
6.00
6.00
6.00
6.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
5.00
0.43
0.43
0.50
0.50
0.00
0.50
0.40
0.33
0.33
0.33
0.00
0.00
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
1.00
0.67
0.33
0.33
0.40
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
ASRI13
ATPK12
ATPK13
AUTO12
AUTO13
BAPA12
BAPA13
BATA12
BATA13
BAYU12
BAYU13
BCIP12
BCIP13
BHIT12
BHIT13
BIPP12
BIPP13
BISI12
BISI13
BKDP12
BKDP13
BKSL12
BKSL13
BMSR12
BMSR13
BMTR12
BMTR13
CENT12
CENT13
CITA12
29.00
17.00
15.00
29.00
31.00
10.00
10.00
29.00
29.00
13.00
13.00
21.00
21.00
28.00
30.00
14.00
15.00
20.00
20.00
23.00
25.00
28.00
29.00
17.00
17.00
22.00
25.00
10.00
10.00
15.00
14,428,082,567,000.00
150,829,601,000.00
1,489,339,945,000.00
8,881,642,000,000.00
12,617,678,000,000.00
159,093,151,873.00
175,635,233,972.00
574,108,000,000.00
680,685,000,000.00
346,575,916,931.00
453,681,363,834.00
432,216,712,637.00
341,565,287,503.00
27,253,915,000,000.00
31,748,619,000,000.00
178,403,632,950.00
561,406,598,837.00
1,587,603,000,000.00
1,712,683,000,000.00
889,948,360,908.00
845,487,178,846.00
6,154,231,305,371.00
10,665,713,361,698.00
670,168,566,886.00
710,885,259,735.00
19,995,526,000,000.00
21,069,471,000,000.00
107,351,966,000.00
832,480,769,000.00
1,968,580,000,000.00
30.30
25.74
28.03
29.82
30.17
25.79
25.89
27.08
27.25
26.57
26.84
26.79
26.56
30.94
31.09
25.91
27.05
28.09
28.17
27.51
27.46
29.45
30.00
27.23
27.29
30.63
30.68
25.40
27.45
28.31
889,576,596,000.00
-16,740,643,000.00
13,040,702,000.00
1,135,914,000,000.00
1,058,015,000,000.00
4,488,128,775.00
5,025,737,151.00
69,343,398,000.00
44,373,679,000.00
16,525,778,806.00
21,104,421,989.00
9,491,018,470.00
32,690,007,526.00
1,975,655,000,000.00
394,987,000,000.00
15,132,023,671.00
109,202,843,861.00
129,350,000,000.00
127,041,000,000.00
-58,396,173,479.00
-59,138,577,166.00
220,926,021,026.00
605,095,613,999.00
-29,167,591,736.00
-27,921,017,107.00
1,993,489,000,000.00
1,029,646,000,000.00
-7,312,310,251.00
-31,386,107,369.00
236,310,000,000.00
14,428,082,567,000.00
150,829,601,000.00
1,489,339,945,000.00
8,881,642,000,000.00
12,617,678,000,000.00
159,093,151,873.00
175,635,233,972.00
574,108,000,000.00
680,685,000,000.00
346,575,916,931.00
453,681,363,834.00
432,216,712,637.00
341,565,287,503.00
27,253,915,000,000.00
31,748,619,000,000.00
178,403,632,950.00
561,406,598,837.00
1,587,603,000,000.00
1,712,683,000,000.00
889,948,360,908.00
845,487,178,846.00
6,154,231,305,371.00
10,665,713,361,698.00
670,168,566,886.00
710,885,259,735.00
19,995,526,000,000.00
21,069,471,000,000.00
107,351,966,000.00
832,480,769,000.00
1,968,580,000,000.00
0.06
-0.11
0.01
0.13
0.08
0.03
0.03
0.12
0.07
0.05
0.05
0.02
0.10
0.07
0.01
0.08
0.19
0.08
0.07
-0.07
-0.07
0.04
0.06
-0.04
-0.04
0.10
0.05
-0.07
-0.04
0.12
6.00
10.00
11.00
14.00
15.00
4.00
5.00
30.00
31.00
23.00
24.00
3.00
4.00
15.00
16.00
17.00
18.00
5.00
6.00
5.00
6.00
15.00
16.00
13.00
14.00
17.00
18.00
11.00
12.00
10.00
5.00
3.00
3.00
9.00
11.00
3.00
3.00
5.00
5.00
4.00
3.00
3.00
3.00
5.00
5.00
3.00
3.00
3.00
3.00
4.00
4.00
7.00
7.00
2.00
2.00
5.00
6.00
4.00
3.00
2.00
0.40
0.00
0.33
0.33
0.36
0.33
0.33
0.40
0.40
0.50
0.33
0.33
0.33
0.40
0.40
0.33
0.33
0.33
0.33
0.50
0.50
0.43
0.43
0.50
0.50
0.40
0.33
0.50
0.33
0.50
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
CITA13
CMNP12
CMNP13
CMPP12
CMPP13
CNKO12
CNKO13
COWL12
COWL13
CPIN12
CPIN13
CSAP12
CSAP13
CTRA12
CTRA13
CTRS12
CTRS13
DILD12
DILD13
DPNS12
DPNS13
DUTI12
DUTI13
ELSA12
ELSA13
ELTY12
ELTY13
EMDE12
EMDE13
EMTK12
21.00
24.00
24.00
10.00
11.00
15.00
15.00
19.00
22.00
23.00
29.00
19.00
25.00
27.00
28.00
23.00
23.00
32.00
32.00
21.00
26.00
24.00
24.00
30.00
30.00
32.00
32.00
29.00
29.00
22.00
3,773,610,000,000.00
3,759,108,698,062.00
4,783,202,994,218.00
68,628,672,040.00
59,996,774,635.00
4,628,216,030,000.00
5,516,122,336.00
1,778,428,912,031.00
1,944,913,754,306.00
12,348,627,000,000.00
15,722,197,000,000.00
2,512,217,343.00
3,107,895,429.00
15,023,391,727,244.00
20,114,871,381,857.00
4,428,210,643,555.00
5,770,169,834,673.00
6,091,751,240,542.00
7,526,470,401,005.00
184,533,123,832.00
256,372,669,050.00
6,529,254,980,112.00
7,473,596,509,696.00
4,294,557,000,000.00
4,370,964,000,000.00
15,235,632,983,194.00
12,301,124,419,066.00
886,378,756,878.00
938,536,950,089.00
10,177,897,837.00
28.96
28.96
29.20
24.95
24.82
22.26
22.43
28.21
28.30
30.14
30.39
21.64
21.86
30.34
30.63
29.12
29.38
29.44
29.65
25.94
26.27
29.51
29.64
29.09
29.11
30.35
30.14
27.51
27.57
23.04
686,670,000,000.00
385,522,024,729.00
402,426,078,674.00
143,768,598.00
797,600,466.00
6,825,229,000.00
103,574,210,000.00
69,675,152,924.00
48,711,921,383.00
2,680,872,000,000.00
2,528,690,000,000.00
63,072,180,000.00
75,880,191,000.00
849,382,875,816.00
1,413,388,450,323.00
273,913,555,964.00
412,809,066,465.00
200,435,726,378.00
329,608,541,861.00
20,608,530,035.00
66,813,230,321.00
613,327,842,111.00
756,858,436,790.00
135,597,000,000.00
242,605,000,000.00
-1,102,086,243,270.00
-232,249,751,768.00
4,172,791,951.00
34,002,476,382.00
1,029,499,905,000.00
3,773,610,000,000.00
3,759,108,698,062.00
4,783,202,994,218.00
68,628,672,040.00
59,996,774,635.00
4,628,216,030,000.00
5,516,122,336,000.00
1,778,428,912,031.00
1,944,913,754,306.00
12,348,627,000,000.00
15,722,197,000,000.00
2,512,217,343,000.00
3,107,895,429,000.00
15,023,391,727,244.00
20,114,871,381,857.00
4,428,210,643,555.00
5,770,169,834,673.00
6,091,751,240,542.00
7,526,470,401,005.00
184,533,123,832.00
256,372,669,050.00
6,529,254,980,112.00
7,473,596,509,696.00
4,294,557,000,000.00
4,370,964,000,000.00
15,235,632,983,194.00
12,301,124,419,066.00
886,378,756,878.00
938,536,950,089.00
10,177,897,837,000.00
0.18
0.10
0.08
0.00
0.01
0.00
0.02
0.04
0.03
0.22
0.16
0.03
0.02
0.06
0.07
0.06
0.07
0.03
0.04
0.11
0.26
0.09
0.10
0.03
0.06
-0.07
-0.02
0.00
0.04
0.10
11.00
17.00
18.00
18.00
19.00
11.00
12.00
5.00
6.00
21.00
22.00
5.00
6.00
18.00
19.00
13.00
14.00
22.00
23.00
22.00
23.00
18.00
19.00
4.00
5.00
17.00
18.00
1.00
2.00
2.00
2.00
5.00
7.00
3.00
3.00
5.00
6.00
3.00
3.00
5.00
6.00
5.00
5.00
5.00
4.00
4.00
4.00
6.00
6.00
3.00
3.00
6.00
6.00
5.00
5.00
6.00
5.00
3.00
3.00
8.00
0.50
0.40
0.57
0.33
0.33
0.40
0.33
0.33
0.33
0.40
0.33
0.40
0.40
0.40
0.50
0.75
0.75
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.40
0.40
0.33
0.40
0.33
0.33
0.38
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
EMTK13
EPMT12
EPMT13
FAST12
FAST13
FMII12
FMII13
FORU12
FORU13
GDST12
GDST13
GEMS12
GEMS13
GMCW12
GMCW13
GMTD12
GMTD13
GOLD12
GOLD13
GPRA12
GPRA13
GREN12
GREN13
GZCO12
GZCO13
HDTX12
HDTX13
HERO12
HERO13
HOME12
22.00
25.00
25.00
31.00
31.00
17.00
17.00
29.00
30.00
18.00
20.00
32.00
33.00
22.00
26.00
23.00
27.00
13.00
18.00
13.00
13.00
18.00
23.00
22.00
22.00
18.00
19.00
29.00
29.00
27.00
12,825,628,223.00
4,951,687,572,380.00
5,528,067,698,030.00
1,781,905,994,000.00
2,028,124,663,000.00
355,112,249,519.00
429,979,371,877.00
257,252,585,937.00
263,517,555,441.00
1,163,971,056,842.00
1,191,496,619,152.00
3,440,326,009,433.00
4,022,393,567,309.00
21,036,592,841.00
20,617,639,302.00
900,597,066,316.00
1,307,846,871,186.00
87,673,506,285.00
96,693,297,826.00
1,310,251,294,004.00
1,332,646,538,409.00
581,076,926,718.00
615,900,484,802.00
3,187,520,000,000.00
3,201,105,000,000.00
1,362,547,000,000.00
2,378,728,000,000.00
5,276,736,000,000.00
7,758,303,000,000.00
268,350,003,145.00
23.27
29.23
29.34
28.21
28.34
26.60
26.79
26.27
26.30
27.78
27.81
28.87
29.02
23.77
23.75
27.53
27.90
25.20
25.29
27.90
27.92
27.09
27.15
28.79
28.79
27.94
28.50
29.29
29.68
26.32
1,364,544,542,000.00
402,771,606,068.00
464,371,980,988.00
206,045,984,000.00
156,290,628,000.00
969,288,096.00
-7,958,072,266.00
12,658,611,833.00
10,581,287,564.00
46,591,042,719.00
91,885,687,801.00
178,934,525,099.00
170,268,433,795.00
2,934,011,626.00
-295,762,791.00
64,373,090,893.00
91,845,276,661.00
6,830,103,491.00
6,617,805,183.00
56,281,503,224.00
106,511,465,341.00
633,198,544.00
564,526,922.00
98,421,000,000.00
95,845,000,000.00
3,102,000,000.00
-218,655,000,000.00
302,728,000,000.00
671,138,000,000.00
-9,059,702,722.00
12,825,628,223,000.00
4,951,687,572,380.00
5,528,067,698,030.00
1,781,905,994,000.00
2,028,124,663,000.00
355,112,249,519.00
429,979,371,877.00
257,252,585,937.00
263,517,555,441.00
1,163,971,056,842.00
1,191,496,619,152.00
3,440,326,009,433.00
4,022,393,567,309.00
21,036,592,841.00
20,617,639,302.00
900,597,066,316.00
1,307,846,871,186.00
87,673,506,285.00
96,693,297,826.00
1,310,251,294,004.00
1,332,646,538,409.00
581,076,926,718.00
615,900,484,802.00
3,187,520,000,000.00
3,201,105,000,000.00
1,362,547,000,000.00
2,378,728,000,000.00
5,276,736,000,000.00
7,758,303,000,000.00
268,350,003,145.00
0.11
0.08
0.08
0.12
0.08
0.00
-0.02
0.05
0.04
0.04
0.08
0.05
0.04
0.14
-0.01
0.07
0.07
0.08
0.07
0.04
0.08
0.00
0.00
0.03
0.03
0.00
-0.09
0.06
0.09
-0.03
3.00
18.00
19.00
19.00
20.00
12.00
13.00
10.00
11.00
3.00
4.00
1.00
2.00
5.00
6.00
12.00
13.00
2.00
3.00
18.00
19.00
3.00
4.00
4.00
5.00
22.00
23.00
23.00
24.00
4.00
8.00
3.00
3.00
6.00
6.00
3.00
3.00
7.00
5.00
3.00
2.00
6.00
5.00
5.00
6.00
10.00
9.00
3.00
3.00
3.00
3.00
2.00
2.00
4.00
4.00
4.00
3.00
8.00
8.00
3.00
0.25
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.29
0.40
0.33
0.50
0.50
0.60
0.40
0.50
0.20
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.50
0.50
0.25
0.25
0.00
0.33
0.38
0.38
0.00
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
HOME13
ICBP12
ICBP13
IGAR12
IGAR13
IIKP12
IIKP13
INAF12
INAF13
INCI12
INCI13
INDF12
INDF13
INDS12
INDS13
INPP12
INPP13
INTP12
INTP13
INVS12
INVS13
JAWA12
JAWA13
JKON12
JKON13
JPRS12
JPRS13
JRPT12
JRPT13
JSPT12
27.00
34.00
34.00
22.00
25.00
20.00
20.00
32.00
33.00
20.00
20.00
35.00
35.00
22.00
22.00
25.00
25.00
33.00
33.00
26.00
17.00
28.00
28.00
26.00
26.00
22.00
22.00
26.00
27.00
28.00
260,422,396,006.00
17,819,884,000,000.00
21,267,470,000,000.00
312,342,760,278.00
314,764,644,499.00
387,240,518,836.00
365,956,197,714.00
1,188,618,790,410.00
1,294,510,669,195.00
132,278,839,079.00
136,142,063,219.00
59,389,405,000,000.00
78,092,789,000,000.00
1,664,779,358,215.00
2,196,518,364,473.00
1,834,630,146,241.00
1,960,713,108,438.00
22,755,160,000,000.00
26,607,241,000,000.00
3,207,545,141,508.00
4,591,910,858,608.00
2,240,678,942,227.00
2,659,037,365,483.00
2,557,731,220,187.00
3,417,012,222,326.00
398,606,524,648.00
376,540,741,943.00
4,998,260,900,000.00
6,163,177,866,000.00
3,308,945,278,758.00
26.29
30.51
30.69
26.47
26.48
26.68
26.63
27.80
27.89
25.61
25.64
31.72
31.99
28.14
28.42
28.24
28.30
30.76
30.91
28.80
29.16
28.44
28.61
28.57
28.86
26.71
26.65
29.24
29.45
28.83
1,577,618,796.00
2,282,371,000,000.00
2,235,040,000,000.00
44,507,701,367.00
35,030,416,158.00
-15,275,938,915.00
-18,426,897,169.00
128,917,000,000.00
120,801,000,000.00
4,443,840,864.00
10,331,808,096.00
4,779,446,000,000.00
3,416,635,000,000.00
134,068,283,255.00
147,608,449,013.00
11,721,862,510.00
26,252,943,818.00
4,763,388,000,000.00
5,012,294,000,000.00
519,495,537,923.00
328,271,140,050.00
153,730,766,199.00
70,035,278,386.00
185,245,654,155.00
210,967,010,853.00
9,610,155,243.00
15,045,492,572.00
427,924,997,000.00
546,269,619,000.00
235,234,485,314.00
260,422,396,006.00
17,819,884,000,000.00
21,267,470,000,000.00
312,342,760,278.00
314,764,644,499.00
387,240,518,836.00
365,956,197,714.00
1,188,618,790,410.00
1,294,510,669,195.00
132,278,839,079.00
136,142,063,219.00
59,389,405,000,000.00
78,092,789,000,000.00
1,664,779,358,215.00
2,196,518,364,473.00
1,834,630,146,241.00
1,960,713,108,438.00
22,755,160,000,000.00
26,607,241,000,000.00
3,207,545,141,508.00
4,591,910,858,608.00
2,240,678,942,227.00
2,659,037,365,483.00
2,557,731,220,187.00
3,417,012,222,326.00
398,606,524,648.00
376,540,741,943.00
4,998,260,900,000.00
6,163,177,866,000.00
3,308,945,278,758.00
0.01
0.13
0.11
0.14
0.11
-0.04
-0.05
0.11
0.09
0.03
0.08
0.08
0.04
0.08
0.07
0.01
0.01
0.21
0.19
0.16
0.07
0.07
0.03
0.07
0.06
0.02
0.04
0.09
0.09
0.07
5.00
2.00
3.00
22.00
23.00
10.00
11.00
11.00
12.00
22.00
23.00
18.00
19.00
22.00
23.00
8.00
9.00
23.00
24.00
3.00
4.00
1.00
2.00
5.00
6.00
23.00
24.00
18.00
19.00
14.00
3.00
8.00
7.00
3.00
3.00
3.00
3.00
4.00
7.00
3.00
3.00
8.00
8.00
3.00
3.00
3.00
4.00
7.00
7.00
3.00
3.00
3.00
3.00
5.00
5.00
2.00
2.00
5.00
5.00
5.00
0.00
0.38
0.43
0.33
0.33
0.33
0.33
0.50
0.43
0.00
0.00
0.38
0.25
0.33
0.33
0.33
0.50
0.29
0.29
0.33
0.33
0.33
0.33
0.40
0.40
0.50
0.50
0.40
0.40
0.40
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
JSPT13
JTPE12
JTPE13
KAEF12
KAEF13
KBLI12
KBLI13
KBLM12
KBLM13
KBLV12
KBLV13
KBRI12
KBRI13
KDSI12
KDSI13
KICI12
KICI13
KIJA12
KIJA13
KLBF12
KBLF13
KOIN12
KOIN13
LAMI12
LAMI13
LAPD12
LAPD13
LCGP12
LCGP13
LION12
29.00
22.00
24.00
30.00
30.00
23.00
28.00
28.00
30.00
21.00
21.00
27.00
27.00
24.00
23.00
13.00
20.00
26.00
26.00
34.00
34.00
20.00
21.00
15.00
15.00
14.00
15.00
18.00
18.00
25.00
3,428,702,485,089.00
446,703,439,536.00
575,115,523,377.00
2,076,347,580,785.00
2,471,939,548,890.00
1,161,698,219,225.00
1,337,022,291,951.00
722,941,339,245.00
654,296,256,935.00
4,306,576,000,000.00
5,242,465,000,000.00
740,753,171,392.00
788,749,190,752.00
570,564,051,755.00
850,233,842,186.00
94,955,970,131.00
98,295,722,100.00
7,077,817,870,077.00
8,255,167,231,158.00
9,417,957,180,958.00
11,315,061,275,026.00
336,895,934,853.00
336,448,362,410.00
598,919,130,000.00
612,074,767,000.00
1,155,885,012,000.00
1,017,448,129,000.00
173,798,341,733.00
1,652,514,522,490.00
433,497,042,140.00
28.86
26.83
27.08
28.36
28.54
27.78
27.92
27.31
27.21
29.09
29.29
27.33
27.39
27.07
27.47
25.28
25.31
29.59
29.74
29.87
30.06
26.54
26.54
27.12
27.14
27.78
27.65
25.88
28.13
26.80
208,071,242,241.00
42,431,606,013.00
40,744,251,183.00
205,763,997,378.00
215,642,329,977.00
125,181,635,828.00
73,530,280,777.00
23,833,078,478.00
7,678,095,359.00
10,470,000,000.00
19,937,000,000.00
36,542,090,733.00
-18,220,913,379.00
36,837,060,793.00
36,002,772,194.00
2,259,475,494.00
7,419,500,718.00
380,022,434,090.00
104,477,632,614.00
1,775,098,847,932.00
1,970,452,449,686.00
33,532,460,828.00
36,682,541,552.00
39,253,958,000.00
54,340,019,000.00
15,799,965,000.00
-3,748,178,000.00
-677,551,965.00
-6,271,879,370.00
85,373,721,654.00
3,428,702,485,089.00
446,703,439,536.00
575,115,523,377.00
2,076,347,580,785.00
2,471,939,548,890.00
1,161,698,219,225.00
1,337,022,291,951.00
722,941,339,245.00
654,296,256,935.00
4,306,576,000,000.00
5,242,465,000,000.00
740,753,171,392.00
788,749,190,752.00
570,564,051,755.00
850,233,842,186.00
94,955,970,131.00
98,295,722,100.00
7,077,817,870,077.00
8,255,167,231,158.00
9,417,957,180,958.00
11,315,061,275,026.00
336,895,934,853.00
336,448,362,410.00
598,919,130,000.00
612,074,767,000.00
1,155,885,012,000.00
1,017,448,129,000.00
173,798,341,733.00
1,652,514,522,490.00
433,497,042,140.00
0.06
0.09
0.07
0.10
0.09
0.11
0.05
0.03
0.01
0.00
0.00
0.05
-0.02
0.06
0.04
0.02
0.08
0.05
0.01
0.19
0.17
0.10
0.11
0.07
0.09
0.01
0.00
0.00
0.00
0.20
15.00
10.00
11.00
11.00
12.00
20.00
21.00
20.00
21.00
12.00
13.00
4.00
5.00
16.00
17.00
19.00
20.00
18.00
19.00
21.00
22.00
4.00
5.00
11.00
12.00
11.00
12.00
8.00
9.00
19.00
5.00
4.00
4.00
5.00
5.00
5.00
6.00
3.00
3.00
5.00
6.00
3.00
3.00
4.00
4.00
3.00
3.00
2.00
4.00
6.00
6.00
6.00
6.00
3.00
3.00
2.00
2.00
3.00
4.00
3.00
0.60
0.50
0.50
0.40
0.40
0.40
0.33
0.33
0.33
0.40
0.67
0.33
0.33
0.50
0.50
0.33
0.33
0.50
0.50
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.50
0.50
0.33
0.25
0.00
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
LION13
LMPI12
LMPI13
LMSH12
LMSH13
LPCK12
LPCK13
LPIN12
LPIN13
LPKR12
LPKR13
LPLI12
LPLI13
LSIP12
LSIP13
MAPI12
MAPI13
MBTO12
MBTO13
MDLN12
MDLN13
MDRN12
MDRN13
MERK12
MERK13
META12
META13
MFMI12
MFMI13
MICE12
26.00
23.00
23.00
28.00
28.00
28.00
31.00
8.00
13.00
24.00
26.00
15.00
15.00
29.00
30.00
21.00
22.00
26.00
26.00
24.00
24.00
23.00
29.00
25.00
26.00
24.00
28.00
25.00
25.00
21.00
498,567,897,161.00
815,153,025,335.00
822,189,506,877.00
128,547,715,366.00
141,697,598,705.00
2,832,000,551,101.00
3,854,166,345,345.00
172,268,827,993.00
196,390,816,224.00
24,869,295,733,093.00
31,300,362,430,266.00
1,590,431,000,000.00
1,870,675,000,000.00
7,551,796,000,000.00
7,974,876,000,000.00
5,990,586,903,000.00
7,808,299,570,000.00
609,494,013,942.00
611,769,745,328.00
4,591,920,046,013.00
9,647,813,079,565.00
985,911,960,237.00
747,394,940,040.00
569,430,951,000.00
696,946,318.00
2,019,528,000,000.00
2,579,582,000,000.00
247,318,923,566.00
155,623,046,629.00
469,330,133,864.00
26.94
27.43
27.44
25.58
25.68
28.67
28.98
25.87
26.00
30.84
31.07
28.10
28.26
29.65
29.71
29.42
29.69
27.14
27.14
29.16
29.90
27.62
27.34
27.07
20.36
28.33
28.58
26.23
25.77
26.87
64,761,350,816.00
2,340,674,019.00
-12,040,411,197.00
41,282,515,026.00
14,382,899,194.00
407,021,908,297.00
590,616,930,141.00
16,599,848,712.00
8,554,996,356.00
1,322,847,018,938.00
1,592,491,214,696.00
292,004,000,000.00
279,509,000,000.00
1,115,539,000,000.00
768,625,000,000.00
432,750,980,000.00
327,792,717,000.00
45,523,078,819.00
16,162,858,075.00
260,474,880,599.00
2,451,686,470,278.00
55,725,908,480.00
50,145,687,551.00
107,808,155,000.00
175,444,757,000.00
48,163,586,646.00
80,654,109,739.00
11,034,097,119.00
12,069,360,250.00
46,640,710,987.00
498,567,897,161.00
815,153,025,335.00
822,189,506,877.00
128,547,715,366.00
141,697,598,705.00
2,832,000,551,101.00
3,854,166,345,345.00
172,268,827,993.00
196,390,816,224.00
24,869,295,733,093.00
31,300,362,430,266.00
1,590,431,000,000.00
1,870,675,000,000.00
7,551,796,000,000.00
7,974,876,000,000.00
5,990,586,903,000.00
7,808,299,570,000.00
609,494,013,942.00
611,769,745,328.00
4,591,920,046,013.00
9,647,813,079,565.00
985,911,960,237.00
747,394,940,040.00
569,430,951,000.00
696,946,318,000.00
2,019,528,000,000.00
2,579,582,000,000.00
247,318,923,566.00
155,623,046,629.00
469,330,133,864.00
0.13
0.00
-0.01
0.32
0.10
0.14
0.15
0.10
0.04
0.05
0.05
0.18
0.15
0.15
0.10
0.07
0.04
0.07
0.03
0.06
0.25
0.06
0.07
0.19
0.25
0.02
0.03
0.04
0.08
0.10
20.00
18.00
19.00
22.00
23.00
15.00
16.00
22.00
23.00
14.00
15.00
23.00
24.00
16.00
17.00
8.00
9.00
1.00
2.00
19.00
20.00
21.00
22.00
31.00
32.00
11.00
12.00
2.00
3.00
7.00
3.00
2.00
2.00
3.00
3.00
6.00
7.00
3.00
3.00
7.00
8.00
3.00
3.00
9.00
8.00
5.00
5.00
3.00
3.00
4.00
5.00
3.00
3.00
3.00
3.00
4.00
3.00
3.00
3.00
3.00
0.00
0.50
0.50
0.33
0.33
0.50
0.43
0.33
0.33
0.71
0.63
0.67
0.67
0.44
0.38
0.40
0.40
0.33
0.33
0.50
0.40
0.33
0.33
0.33
0.33
0.50
0.67
0.33
0.33
0.33
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
MICE13
MLPL12
MLPL13
MNCN12
MNCN13
MPPA12
MPPA13
MRAT12
MRAT13
MTDL12
MTDL13
MTLA12
MTLA13
MTSM12
MTSM13
MYOR12
MYOR13
PDES12
PDES13
PGLI12
PGLI13
PJAA12
PJAA13
PLIN12
PLIN13
PTSP12
PTSP13
PWON12
PWON13
PYFA12
22.00
27.00
27.00
23.00
25.00
24.00
27.00
27.00
28.00
23.00
26.00
29.00
28.00
13.00
13.00
28.00
28.00
9.00
9.00
17.00
17.00
28.00
31.00
26.00
28.00
16.00
22.00
23.00
27.00
28.00
628,738,165,030.00
14,088,183,000,000.00
20,255,269,000,000.00
8,960,942,000,000.00
9,615,280,000,000.00
8,225,206,000,000.00
6,579,518,000,000.00
455,472,778,210.00
439,583,727,202.00
1,662,380,706,074.00
2,296,991,727,662.00
2,015,753,149,000.00
2,834,484,171,000.00
106,107,435,423.00
98,129,812,821.00
8,302,506,241,903.00
9,710,223,454,000.00
229,669,000,000.00
294,545,000,000.00
45,302,057,800.00
68,117,883,499.00
2,388,263,279,045.00
2,627,075,992,774.00
3,950,266,763,000.00
4,126,804,890,000.00
203,876,994,000.00
250,670,408,000.00
7,565,819,916,000.00
9,298,245,408,000.00
135,849,510,061.00
27.17
30.28
30.64
29.82
29.89
29.74
29.51
26.84
26.81
28.14
28.46
28.33
28.67
25.39
25.31
29.75
29.90
26.16
26.41
24.54
24.94
28.50
28.60
29.00
29.05
26.04
26.25
29.65
29.86
25.63
45,841,190,810.00
166,583,000,000.00
1,645,910,000,000.00
1,763,019,000,000.00
1,809,842,000,000.00
239,478,000,000.00
444,905,000,000.00
30,751,407,882.00
-6,700,373,076.00
116,860,554,163.00
170,230,738,921.00
203,895,228,000.00
240,967,649,000.00
7,765,578,849.00
-2,076,924,553.00
744,428,404,309.00
1,013,558,238,779.00
9,145,000,000.00
17,845,000,000.00
254,202,614.00
-219,172,196.00
177,849,241,628.00
190,104,929,854.00
234,725,164,000.00
33,342,916,000.00
35,783,461,000.00
25,334,007,000.00
766,495,905,000.00
1,136,547,541,000.00
5,308,221,363.00
628,738,165,030.00
14,088,183,000,000.00
20,255,269,000,000.00
8,960,942,000,000.00
9,615,280,000,000.00
8,225,206,000,000.00
6,579,518,000,000.00
455,472,778,210.00
439,583,727,202.00
1,662,380,706,074.00
2,296,991,727,662.00
2,015,753,149,000.00
2,834,484,171,000.00
106,107,435,423.00
98,129,812,821.00
8,302,506,241,903.00
9,710,223,454,000.00
229,669,000,000.00
294,545,000,000.00
45,302,057,800.00
68,117,883,499.00
2,388,263,279,045.00
2,627,075,992,774.00
3,950,266,763,000.00
4,126,804,890,000.00
203,876,994,000.00
250,670,408,000.00
7,565,819,916,000.00
9,298,245,408,000.00
135,849,510,061.00
0.07
0.01
0.08
0.20
0.19
0.03
0.07
0.07
-0.02
0.07
0.07
0.10
0.09
0.07
-0.02
0.09
0.10
0.04
0.06
0.01
0.00
0.07
0.07
0.06
0.01
0.18
0.10
0.10
0.12
0.04
8.00
23.00
24.00
5.00
6.00
20.00
21.00
17.00
18.00
22.00
23.00
1.00
2.00
21.00
22.00
22.00
23.00
4.00
5.00
12.00
13.00
8.00
9.00
20.00
21.00
18.00
19.00
23.00
24.00
11.00
3.00
4.00
5.00
5.00
5.00
6.00
7.00
3.00
3.00
3.00
3.00
6.00
6.00
4.00
4.00
4.00
5.00
2.00
3.00
3.00
4.00
4.00
4.00
3.00
3.00
4.00
3.00
3.00
3.00
3.00
0.33
0.50
0.40
0.40
0.40
0.67
0.43
0.33
0.33
0.33
0.33
0.50
0.33
0.25
0.25
0.50
0.40
0.00
0.33
0.33
0.50
0.50
0.50
0.33
0.33
0.25
0.33
0.67
0.67
0.33
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
PYFA13
RALS12
RALS13
RBMS12
RBMS13
RDTX12
RDTX13
RODA12
RODA13
SCBD12
SCBD13
SCCO12
SCCO13
SCMA12
SCMA13
SDMU12
SDMU13
SGRO12
SGRO13
SHID12
SHID13
SIAP12
SIAP13
SIMP12
SIMP13
SIPD12
SIPD13
SKLT12
SKLT13
SMDM12
28.00
16.00
16.00
22.00
22.00
10.00
18.00
12.00
19.00
26.00
26.00
24.00
28.00
25.00
30.00
24.00
24.00
32.00
32.00
10.00
13.00
15.00
15.00
32.00
32.00
22.00
22.00
14.00
20.00
21.00
175,118,921,406.00
4,073,365,000,000.00
4,378,556,000,000.00
152,811,855,863.00
158,997,536,543.00
1,207,905,280,350.00
1,549,674,922,146.00
2,441,055,005,643.00
2,750,856,730,771.00
3,558,903,785,000.00
5,550,429,288,000.00
1,486,921,000,000.00
1,762,032,000,000.00
3,837,486,256,000.00
4,010,166,376,000.00
277,672,117,951.00
370,378,402,033.00
4,137,700,386,000.00
4,512,655,525,000.00
1,304,365,923,713.00
1,442,622,700,965.00
272,597,818,000.00
184,367,259,000.00
26,574,461,000,000.00
28,065,121,000,000.00
3,298,123,574,771.00
3,155,680,394,480.00
249,746,467,756.00
301,989,488,699.00
2,637,664,776,000.00
25.89
29.04
29.11
25.75
25.79
27.82
28.07
28.52
28.64
28.90
29.34
28.03
28.20
28.98
29.02
26.35
26.64
29.05
29.14
27.90
28.00
26.33
25.94
30.91
30.97
28.82
28.78
26.24
26.43
28.60
6,195,800,338.00
423,728,000,000.00
390,535,000,000.00
9,402,130,871.00
1,675,979,067.00
124,817,978,364.00
198,229,841,964.00
70,799,940,574.00
376,806,804,889.00
69,466,498,000.00
1,754,524,211,000.00
169,742,000,000.00
104,962,000,000.00
1,170,100,481,000.00
1,285,897,062,000.00
5,151,853,385.00
6,256,437,814.00
336,288,972,000.00
120,380,480,000.00
12,705,730,387.00
14,568,372,522.00
3,389,850,176.00
-5,779,119,179.00
1,516,101,000,000.00
635,277,000,000.00
15,061,473,532.00
8,377,508,652.00
7,962,693,771.00
11,440,014,188.00
46,319,686,000.00
175,118,921,406.00
4,073,365,000,000.00
4,378,556,000,000.00
152,811,855,863.00
158,997,536,543.00
1,207,905,280,350.00
1,549,674,922,146.00
2,441,055,005,643.00
2,750,856,730,771.00
3,558,903,785,000.00
5,550,429,288,000.00
1,486,921,000,000.00
1,762,032,000,000.00
3,837,486,256,000.00
4,010,166,376,000.00
277,672,117,951.00
370,378,402,033.00
4,137,700,386,000.00
4,512,655,525,000.00
1,304,365,923,713.00
1,442,622,700,965.00
272,597,818,000.00
184,367,259,000.00
26,574,461,000,000.00
28,065,121,000,000.00
3,298,123,574,771.00
3,155,680,394,480.00
249,746,467,756.00
301,989,488,699.00
2,637,664,776,000.00
0.04
0.10
0.09
0.06
0.01
0.10
0.13
0.03
0.14
0.02
0.32
0.11
0.06
0.30
0.32
0.02
0.02
0.08
0.03
0.01
0.01
0.01
-0.03
0.06
0.02
0.00
0.00
0.03
0.04
0.02
12.00
16.00
17.00
15.00
16.00
12.00
13.00
11.00
12.00
6.00
7.00
30.00
31.00
10.00
11.00
1.00
2.00
5.00
6.00
22.00
23.00
9.00
10.00
1.00
2.00
16.00
17.00
19.00
20.00
17.00
3.00
4.00
4.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
4.00
5.00
3.00
3.00
3.00
4.00
3.00
3.00
4.00
4.00
5.00
5.00
3.00
3.00
3.00
6.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
0.33
0.50
0.50
0.33
0.33
0.00
0.33
0.33
0.33
0.50
0.40
0.33
0.33
0.67
0.50
0.33
0.33
0.50
0.50
0.40
0.40
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.67
0.33
0.33
0.33
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
SMDM13
SMGR12
SMGR13
SMRA12
SMRA13
SMSM12
SMSM13
SONA12
SONA13
SQBB12
SQBB13
SRAJ12
SRAJ13
SRSN12
SRSN13
SSIA12
SSIA13
STAR12
STAR13
STTP12
STTP13
TCID12
TCID13
TINS12
TINS13
TIRA12
TIRA13
TLKM12
TLKM13
TMPO12
16.00
27.00
29.00
16.00
18.00
22.00
22.00
20.00
21.00
8.00
8.00
17.00
17.00
23.00
23.00
18.00
25.00
21.00
23.00
13.00
14.00
24.00
24.00
33.00
33.00
19.00
19.00
26.00
31.00
23.00
2,950,314,446,000.00
26,579,083,786,000.00
30,792,884,092,000.00
10,876,386,685,000.00
13,659,136,825,000.00
1,556,214,342,213.00
1,701,103,245,176.00
929,094,000,000.00
945,482,000,000.00
397,144,458,000.00
421,187,982,000.00
1,236,394,000,000.00
2,052,080,000,000.00
402,108,960,000.00
420,782,548,000.00
4,855,000,000,000.00
5,814,000,000,000.00
751,720,620,157.00
749,402,740,231.00
1,249,840,835,890.00
1,470,059,394,892.00
1,261,572,952,461.00
1,465,952,460,752.00
6,130,320,000,000.00
7,883,294,000,000.00
240,323,965,247.00
234,205,363,000.00
111,369,000,000,000.00
127,951,000,000,000.00
212,446,003,000.00
28.71
30.91
31.06
30.02
30.25
28.07
28.16
27.56
27.57
26.71
26.77
27.84
28.35
26.72
26.77
29.21
29.39
27.35
27.34
27.85
28.02
27.86
28.01
29.44
29.70
26.21
26.18
32.34
32.48
26.08
26,471,209,000.00
4,926,639,847,000.00
5,354,298,521,000.00
792,085,965,000.00
1,095,888,248,000.00
254,635,403,407.00
338,222,792,309.00
90,385,000,000.00
52,383,000,000.00
135,248,606,000.00
149,521,096,000.00
4,725,373,212.00
-55,576,720,730.00
16,956,040,000.00
15,994,295,000.00
739,000,000,000.00
747,000,000,000.00
920,838,273.00
569,455,861.00
74,626,183,474.00
114,437,068,803.00
150,373,851,969.00
160,148,465,833.00
431,589,000,000.00
515,102,000,000.00
7,147,424,000.00
-12,717,792,000.00
111,369,000,000,000.00
127,951,000,000,000.00
29,642,693,000.00
2,950,314,446,000.00
26,579,083,786,000.00
30,792,884,092,000.00
10,876,386,685,000.00
13,659,136,825,000.00
1,556,214,342,213.00
1,701,103,245,176.00
929,094,000,000.00
945,482,000,000.00
397,144,458,000.00
421,187,982,000.00
1,236,394,000,000.00
2,052,080,000,000.00
402,108,960,000.00
420,782,548,000.00
4,855,000,000,000.00
5,814,000,000,000.00
751,720,620,157.00
749,402,740,231.00
1,249,840,835,890.00
1,470,059,394,892.00
1,261,572,952,461.00
1,465,952,460,752.00
6,130,320,000,000.00
7,883,294,000,000.00
240,323,965,247.00
234,205,363,000.00
111,369,000,000,000.00
127,951,000,000,000.00
212,446,003,000.00
0.01
0.19
0.17
0.07
0.08
0.16
0.20
0.10
0.06
0.34
0.35
0.00
-0.03
0.04
0.04
0.15
0.13
0.00
0.00
0.06
0.08
0.12
0.11
0.07
0.07
0.03
-0.05
0.16
0.16
0.14
17.00
21.00
22.00
22.00
23.00
16.00
17.00
20.00
21.00
29.00
30.00
1.00
2.00
23.00
24.00
15.00
16.00
1.00
2.00
16.00
17.00
19.00
20.00
17.00
18.00
19.00
20.00
17.00
18.00
11.00
3.00
6.00
6.00
4.00
4.00
3.00
3.00
6.00
6.00
3.00
3.00
6.00
5.00
9.00
8.00
5.00
5.00
2.00
2.00
2.00
2.00
5.00
5.00
6.00
6.00
3.00
3.00
5.00
6.00
5.00
0.33
0.67
0.50
0.50
0.50
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.50
0.40
0.33
0.38
0.40
0.40
0.50
0.50
0.50
0.50
0.40
0.40
0.50
0.50
0.33
0.33
0.40
0.33
0.40
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
TMPO13
TOTO12
TOTO13
TRIL12
TRIL13
TRST12
TRST13
TSPC12
TSPC13
TURI12
TURI13
ULTJ12
ULTJ13
UNIT12
UNIT13
UNTR12
UNTR13
UNVR12
UNVR13
VOKS12
VOKS13
WICO12
WICO13
WIKA12
WIKA13
YPAS12
YPAS13
ZBRA12
ZBRA13
27.00
28.00
28.00
8.00
8.00
17.00
17.00
11.00
11.00
20.00
20.00
31.00
31.00
15.00
21.00
13.00
27.00
29.00
29.00
23.00
23.00
18.00
15.00
27.00
30.00
25.00
25.00
7.00
16.00
247,314,964,000.00
1,522,663,914,388.00
1,746,177,682,568.00
223,888,198,580.00
185,933,390,815.00
2,188,129,039,119.00
3,260,919,505,192.00
4,632,984,970,719.00
5,407,957,915,805.00
3,312,385,000,000.00
3,465,316,000,000.00
2,420,793,382,029.00
2,811,620,982,142.00
379,900,742,389.00
459,118,935,528.00
50,300,633,000,000.00
57,362,244,000,000.00
11,984,979,000,000.00
13,348,188,000,000.00
1,698,078,355,471.00
1,955,830,321,070.00
154,301,199,970.00
169,324,429,155.00
11,020,768,204,000.00
12,594,962,700,000.00
349,438,243,276.00
613,878,797,683.00
47,104,836,323.00
41,609,000,000.00
26.23
28.05
28.19
26.13
25.95
28.41
28.81
29.16
29.32
28.83
28.87
28.52
28.66
26.66
26.85
31.55
31.68
30.11
30.22
28.16
28.30
25.76
25.82
30.03
30.16
26.58
27.14
24.58
24.45
7,356,264,000.00
235,945,643,357.00
236,557,513,162.00
-20,533,966,888.00
-36,567,882,185.00
61,453,058,755.00
32,965,552,359.00
635,176,093,653.00
638,535,108,795.00
420,088,000,000.00
307,611,000,000.00
353,431,619,485.00
325,127,420,664.00
352,726,678.00
831,855,726.00
5,753,342,000,000.00
4,798,778,000,000.00
4,839,145,000,000.00
5,352,625,000,000.00
147,020,574,291.00
39,092,753,172.00
83,837,097,480.00
-4,826,555,834.00
523,268,580,000.00
624,371,679,000.00
16,472,534,252.00
6,221,712,803.00
-8,700,000,000.00
-7,849,000,000.00
247,314,964,000.00
1,522,663,914,388.00
1,746,177,682,568.00
223,888,198,580.00
185,933,390,815.00
2,188,129,039,119.00
3,260,919,505,192.00
4,632,984,970,719.00
5,407,957,915,805.00
3,312,385,000,000.00
3,465,316,000,000.00
2,420,793,382,029.00
2,811,620,982,142.00
379,900,742,389.00
459,118,935,528.00
50,300,633,000,000.00
57,362,244,000,000.00
11,984,979,000,000.00
13,348,188,000,000.00
1,698,078,355,471.00
1,955,830,321,070.00
154,301,199,970.00
169,324,429,155.00
11,020,768,204,000.00
12,594,962,700,000.00
349,438,243,276.00
613,878,797,683.00
47,104,836,323.00
41,609,000,000.00
0.03
0.15
0.14
-0.09
-0.20
0.03
0.01
0.14
0.12
0.13
0.09
0.15
0.12
0.00
0.00
0.11
0.08
0.40
0.40
0.09
0.02
0.54
-0.03
0.05
0.05
0.05
0.01
-0.18
-0.19
12.00
12.00
13.00
4.00
5.00
22.00
23.00
18.00
19.00
17.00
18.00
22.00
23.00
20.00
21.00
23.00
24.00
30.00
31.00
22.00
23.00
18.00
19.00
5.00
6.00
4.00
5.00
23.00
24.00
5.00
4.00
4.00
4.00
4.00
3.00
3.00
4.00
5.00
5.00
5.00
3.00
3.00
2.00
2.00
6.00
7.00
5.00
5.00
5.00
5.00
3.00
3.00
6.00
6.00
3.00
3.00
2.00
2.00
0.40
0.25
0.25
0.75
0.75
0.00
0.00
0.50
0.60
0.40
0.40
0.33
0.33
0.50
0.50
0.50
0.43
0.80
0.80
0.40
0.40
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.50
0.50
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Tipe Industri
1
Pertanian dan Perkebunan
2
Pertambangan
3
Industri Dasar Kimia
4
Aneka Industri
5
Industri Barang Konsumsi
6
Properti
7
Infrastruktur
8
Perdagangan
LAMPIRAN 6
HASIL SPSS 20
1. STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Skor_ISR
324
6.00
35.00
22.9105
6.36904
LnSize
324
20.36
32.48
27.9588
1.88596
ROA
324
-.20
.54
.0719
.08416
AGE
324
1.00
32.00
14.3426
7.57970
Ukuran_Dewan_Komisaris
324
2.00
11.00
4.2099
1.66714
324
.00
1.00
.3861
.13892
Proporsi_Komisaris_Indepe
nden
Valid N (listwise)
324
2. UJI NORMALITAS
A. Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parameters
324
a,b
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Mean
Std. Deviation
0E-7
5.11274717
Absolute
.057
Positive
.028
Negative
-.057
1.023
.246
B. Grafik Normal Probability Plot
3. HASIL UJI ASUMSI KLASIK
A. Uji Multikoleniaritas
Coefficients
Model
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std.
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
Error
(Constant)
-12.491
4.826
-2.588
.010
LnSIZE
1.170
.178
.346
6.556
.000
.744
1.344
ROA
7.655
3.800
.101
2.015
.045
.825
1.213
AGE
-.094
.043
-.112
-2.202
.028
.811
1.233
1.161
.192
.304
6.033
.000
.820
1.220
-1.056
2.215
-.023
-.477
.634
.891
1.123
1.232
.584
.097
2.108
.036
.984
1.016
-1.446
2.038
-.039
-.710
.479
.677
1.477
-.919
1.495
-.049
-.615
.539
.333
3.001
-1.760
1.625
-.072
-1.084
.279
.464
2.153
KONSUMSI
.177
1.510
.009
.117
.907
.341
2.936
PROPERTI
-2.535
1.330
-.167
-1.906
.058
.270
3.708
-2.785
1.782
-.095
-1.563
.119
.564
1.774
-2.070
1.310
-.150
-1.580
.115
.232
4.306
-12.339
4.642
-2.658
.008
LnSIZE
1.168
.178
.346
6.580
.000
.750
1.334
ROA
7.718
3.756
.102
2.055
.041
.841
1.189
AGE
-.092
.041
-.110
-2.247
.025
.864
1.157
1.158
.191
.303
6.063
.000
.829
1.207
Ukuran_Dewan
_Komisaris
Proporsi_Komi
saris_Independ
en
d2013
1
PERTANIAN
INDUSTRI_KI
MIA
ANEKA_INDU
STRI
INFRASTRUK
TUR
PERDAGANG
AN
(Constant)
2
Ukuran_Dewan
_Komisaris
Proporsi_Komi
saris_Independ
-1.054
2.211
-.023
-.477
.634
.891
1.123
1.232
.584
.097
2.111
.036
.984
1.016
-1.551
1.825
-.042
-.850
.396
.841
1.189
-1.042
1.068
-.055
-.975
.330
.651
1.536
-1.878
1.273
-.077
-1.475
.141
.754
1.327
-2.646
.929
-.175
-2.848
.005
.551
1.816
-2.899
1.490
-.099
-1.946
.053
.804
1.244
-2.184
.869
-.158
-2.513
.012
.526
1.902
-12.275
4.634
-2.649
.008
LnSIZE
1.151
.173
.341
6.636
.000
.784
1.275
ROA
7.581
3.740
.100
2.027
.044
.846
1.182
AGE
-.092
.041
-.109
-2.236
.026
.865
1.156
1.162
.191
.304
6.098
.000
.830
1.204
1.223
.583
.096
2.100
.037
.985
1.015
-1.470
1.815
-.040
-.810
.419
.848
1.179
-.971
1.056
-.051
-.920
.359
.664
1.506
-1.820
1.266
-.075
-1.438
.151
.761
1.315
-2.644
.928
-.175
-2.849
.005
.551
1.816
-2.960
1.483
-.101
-1.996
.047
.810
1.235
-2.180
.868
-.157
-2.512
.013
.526
1.902
-12.333
4.631
-2.663
.008
LnSIZE
1.141
.173
.338
6.599
.000
.788
1.269
ROA
7.749
3.733
.102
2.076
.039
.849
1.178
AGE
-.086
.040
-.103
-2.131
.034
.891
1.123
en
d2013
PERTANIAN
INDUSTRI_KI
MIA
ANEKA_INDU
STRI
PROPERTI
INFRASTRUK
TUR
PERDAGANG
AN
(Constant)
Ukuran_Dewan
_Komisaris
d2013
PERTANIAN
3
INDUSTRI_KI
MIA
ANEKA_INDU
STRI
PROPERTI
INFRASTRUK
TUR
PERDAGANG
AN
(Constant)
4
Ukuran_Dewan
1.170
.190
.306
6.148
.000
.832
1.201
1.220
.582
.096
2.095
.037
.985
1.015
-.782
1.030
-.041
-.760
.448
.698
1.433
-1.612
1.239
-.066
-1.301
.194
.793
1.261
-2.414
.883
-.159
-2.734
.007
.607
1.646
-2.753
1.460
-.094
-1.886
.060
.835
1.198
-1.964
.825
-.142
-2.379
.018
.581
1.722
-12.810
4.585
-2.794
.006
LnSIZE
1.148
.172
.340
6.658
.000
.791
1.265
ROA
7.721
3.730
.102
2.070
.039
.849
1.178
AGE
-.090
.040
-.107
-2.254
.025
.907
1.103
1.179
.190
.309
6.213
.000
.836
1.196
1.222
.582
.096
2.100
.037
.985
1.015
-1.315
1.175
-.054
-1.119
.264
.881
1.135
-2.138
.804
-.141
-2.658
.008
.732
1.367
-2.468
1.410
-.084
-1.751
.081
.894
1.119
-1.678
.734
-.121
-2.286
.023
.734
1.363
-12.978
4.585
-2.831
.005
LnSIZE
1.144
.172
.339
6.632
.000
.791
1.264
ROA
8.052
3.720
.106
2.165
.031
.854
1.171
AGE
-.091
.040
-.109
-2.279
.023
.907
1.102
1.189
.190
.311
6.270
.000
.838
1.194
1.226
.582
.096
2.106
.036
.986
1.015
-1.896
.775
-.125
-2.447
.015
.789
1.268
_Komisaris
d2013
INDUSTRI_KI
MIA
ANEKA_INDU
STRI
PROPERTI
INFRASTRUK
TUR
PERDAGANG
AN
(Constant)
Ukuran_Dewan
_Komisaris
5
d2013
ANEKA_INDU
STRI
PROPERTI
INFRASTRUK
TUR
PERDAGANG
AN
(Constant)
6
Ukuran_Dewan
_Komisaris
d2013
PROPERTI
INFRASTRUK
-2.225
1.393
-.076
-1.597
.111
.916
1.092
-1.444
.704
-.104
-2.051
.041
.798
1.252
-12.683
4.592
-2.762
.006
LnSIZE
1.127
.173
.334
6.531
.000
.794
1.259
ROA
8.863
3.694
.117
2.399
.017
.871
1.149
AGE
-.094
.040
-.112
-2.338
.020
.909
1.101
1.166
.190
.305
6.152
.000
.842
1.187
1.242
.583
.098
2.129
.034
.986
1.014
-1.635
.759
-.108
-2.154
.032
.825
1.212
-1.213
.691
-.088
-1.757
.080
.833
1.200
TUR
PERDAGANG
AN
(Constant)
7
Ukuran_Dewan
_Komisaris
d2013
PROPERTI
PERDAGANG
AN
a. Dependent Variable: SKOR_ISR
Excluded Variables
Model
Beta In
t
Sig.
Partial
Correlation
2
KONSUMSI
KONSUMSI
3
Proporsi_Komisaris_
Independen
KONSUMSI
4
Proporsi_Komisaris_
Independen
PERTANIAN
KONSUMSI
5
Proporsi_Komisaris_
Independen
a
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
Minimum Tolerance
b
.117
.907
.007
.341
2.936
.232
.009
c
.113
.910
.006
.341
2.936
.232
-.023
c
-.477
.634
-.027
.891
1.123
.526
.032
d
.461
.645
.026
.424
2.358
.316
-.019
d
-.399
.690
-.023
.899
1.113
.581
-.040
d
-.810
.419
-.046
.848
1.179
.526
.045
e
.836
.404
.047
.700
1.428
.597
-.015
e
-.306
.760
-.017
.912
1.097
.727
.009
-.030
e
-.622
.534
-.035
.892
1.121
.691
-.041
e
-.760
.448
-.043
.698
1.433
.581
.059
f
1.132
.259
.064
.768
1.302
.694
-.012
f
-.258
.796
-.015
.913
1.095
.757
-.022
f
-.461
.645
-.026
.909
1.100
.755
-.019
f
-.367
.714
-.021
.775
1.290
.682
-.054
f
-1.119
.264
-.063
.881
1.135
.732
.072
g
1.415
.158
.080
.797
1.254
.743
-.023
g
-.484
.629
-.027
.933
1.072
.758
PERTANIAN
-.014
g
-.304
.761
-.017
.918
1.090
.790
INDUSTRI_KIMIA
-.002
g
-.038
.970
-.002
.808
1.237
.732
ANEKA_INDUSTRI
-.041
g
-.858
.392
-.048
.902
1.108
.777
INFRASTRUKTUR
-.076
g
-1.597
.111
-.090
.916
1.092
.789
PERTANIAN
INDUSTRI_KIMIA
KONSUMSI
Proporsi_Komisaris_
6
Independen
PERTANIAN
INDUSTRI_KIMIA
ANEKA_INDUSTRI
KONSUMSI
Proporsi_Komisaris_
Independen
7
a. Dependent Variable: SKOR_ISR
b. Predictors in the Model: (Constant), PERDAGANGAN, d2013, Proporsi_Komisaris_Independen,
Ukuran_Dewan_Komisaris, AGE, INFRASTRUKTUR, PERTANIAN, ANEKA_INDUSTRI, ROA, LnSIZE,
INDUSTRI_KIMIA, PROPERTI
c. Predictors in the Model: (Constant), PERDAGANGAN, d2013, Ukuran_Dewan_Komisaris, AGE, INFRASTRUKTUR,
PERTANIAN, ANEKA_INDUSTRI, ROA, LnSIZE, INDUSTRI_KIMIA, PROPERTI
d. Predictors in the Model: (Constant), PERDAGANGAN, d2013, Ukuran_Dewan_Komisaris, AGE, INFRASTRUKTUR,
ANEKA_INDUSTRI, ROA, LnSIZE, INDUSTRI_KIMIA, PROPERTI
e. Predictors in the Model: (Constant), PERDAGANGAN, d2013, Ukuran_Dewan_Komisaris, AGE, INFRASTRUKTUR,
ANEKA_INDUSTRI, ROA, LnSIZE, PROPERTI
f. Predictors in the Model: (Constant), PERDAGANGAN, d2013, Ukuran_Dewan_Komisaris, AGE, INFRASTRUKTUR,
ROA, LnSIZE, PROPERTI
g. Predictors in the Model: (Constant), PERDAGANGAN, d2013, Ukuran_Dewan_Komisaris, AGE, ROA, LnSIZE,
PROPERTI
B. Uji Heteroskedastisitas
Variables Entered/Removed
Model
Variables Entered
a
Variables
Method
Removed
Perkalian, UDK2i,
Proporsi_Komisari
s_Independen,
AGE, LnSize,
1
ROA2i, ROA,
. Enter
PKI2i, Age2i,
Ukuran_Dewan_K
omisaris,
LnSize2i
b
a. Dependent Variable: U2i
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model
R
1
R Square
.318
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.101
.070
35.44814
a. Predictors: (Constant), Perkalian, UDK2i,
Proporsi_Komisaris_Independen, AGE, LnSize, ROA2i, ROA, PKI2i,
Age2i, Ukuran_Dewan_Komisaris, LnSize2i
a
ANOVA
Model
Sum of Squares
Regression
1
df
Mean Square
44175.309
11
4015.937
Residual
392050.026
312
1256.571
Total
436225.335
323
F
Sig.
3.196
a. Dependent Variable: U2i
b. Predictors: (Constant), Perkalian, UDK2i, Proporsi_Komisaris_Independen, AGE, LnSize,
ROA2i, ROA, PKI2i, Age2i, Ukuran_Dewan_Komisaris, LnSize2i
.000
b
C. Uji Autokorelasi
b
Model Summary
Model
1
R
.541
R Square
a
.292
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.281
Durbin-Watson
.25301
a. Predictors: (Constant), LnPKIt@, LnUKURt@, LnAGEt@, LnROAt@, LnUDKt@
b. Dependent Variable: LnISRt@
1.919
Download