program studi ners fakultas keperawatan dan kebidanan universitas

advertisement
SKRIPSI
HUBUNGAN EKSPRESI EMOSI KELUARGA DENGAN FREKUENSI
KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA PROF. DR.
MUHAMMAD ILDREM PROVSU MEDAN
TAHUN 2015
Oleh
TUMESAS KADUPE LAIA
11 02 046
PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2015
SKRIPSI
HUBUNGAN EKSPRESI EMOSI KELUARGA DENGAN FREKUENSI
KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA PROF. DR.
MUHAMMAD ILDREM PROVSU MEDAN
TAHUN 2015
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Oleh
TUMESAS KADUPE LAIA
11 02 046
PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2015
PERNYATAAN
HUBUNGAN EKSPRESI EMOSI KELUARGA DENGAN FREKUENSI
KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA ROF.DR.
MUHAMMAD ILDREM. PROVSU MEDAN
TAHUN 2015
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum
pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dan dicantumkan dalam
naskah ini dan yang disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juni 2015
Peneliti
(Tumesas Kadupe Laia)
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
Identitas diri
1. Nama
: Tumesas Kadupe Laia
2. Tempat/Tanggal Lahir
: Hiliwaebu, 20 Pebruari 1992
3. Agama
: Kristen Protestan
4. Nama Ayah
: Awobali Laia
5. Nama Ibu
: Yatina Giawa
6. Anak
: 7 (tujuh) dari 7 (tujuh) Bersaudara
7. Alamat
: Desa Amorosa Kec.Lolomatua
8. No.Hp
: 085277117069
9. Email
: [email protected]
II. Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1998-2004
: SD Negeri 071149
2. Tahun 2004-2007
: SMP Negeri 1 Lolomatua
3. Tahun 2007-2010
: SMK Swasta Pembda Nias Gunungsitoli
4. Tahun 2011- Sekarang
: Sedang
Menyelesaikan
Pendidikan
Sarjana
Keperawatan di Program Studi Ners Fakultas
Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara
Indonesia
ii
PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
Skripsi, Juli 2015
Tumesas Kadupe Laia
Hubungan Ekspresi Emosi Keluarga Dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia di RSJ.
Prof. DR. Muhammad Ildrem PROVSU Medan Tahun 2015
xiii + 40 hal + 5 Tabel + 1 skema + 8 Lampiran
ABSTRAK
Skizofrenia merupakan penyakit atau gangguan jiwa yang di alami oleh sebagian besar masyarakat di
dunia. Semakin tingginya prevalensi kunjungan ulang pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa
menyebabkan perawatan pasien skizofrenia merupakan prioritas utama untuk mengurangi frekuensi
kekambuhan pasien skizofrenia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi ekspresi
emosi keluarga, frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia dan hubungan ekspresi emosi keluarga dengan
frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia. Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif korelasi
dengan pendekatan cross-sectional. Populasi adalah semua keluarga pasien yang memiliki anggota
keluarga skizofrenia di RSJ. Prof. DR. Muhammad Ildrem PROVSU Medan tahun 2015 yaitu 876 orang
dengan jumlah sampel 88 orang dengan teknik accidental sampling. Teknik pengumpulan data
menggunakan kuisioner yang diberikan kepada responden dan wawancara langsung kepada responden
oleh peneliti. Hasil penelitian ini di analisis secara univariat yaitu mayoritas ekspresi emosi keluarga yaitu
rendah (72,7%) dan mayoritas frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia yaitu 1 kali (68,2%). Setelah di
uji dengan chi-square didapatkan hasil yaitu ada hubungan ekspresi emosi keluarga dengan frekuensi
kekambuhan pasien skizofrenia (p value = 0,000). Saran peneliti agar petugas kesehatan memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga skizofrenia yang berkunjung di RSJ Prof. DR. Muhammad Ildrem
PROVSU Medan tentang penyakit skizofrenia, agar keluarga mengontrol ekspresi emosi dan melakukan
penelitian dengan menggunakan uji statistic spearman rank.
Kata Kunci
Daftar Pustaka
: Ekspresi Emosi Keluarga; Kekambuhan Skizofrenia;
: 36 (1988 – 2014)
iii
PROGRAME STUDY OF NURSING
FAKULTY OF NURSING & MIDWIFERY
UNIVERSITY OF SARI MUTIARA INDONESIA
Scription, july 2015
Tumesas kadupe laia
Expression of Emotions Family Relationships With Frequency Recurrence Schizophrenia Patients in
the RSJ. Prof. DR. Muhammad Ildrem PROVSU Medan 2015
xiii + 40 Pages + 5 Tables +1 Scheme + 8 Enclosures
ABSTRACT
Schizophrenia is a mental illness or disorder experienced by most people in the world. The high
prevalence of repeat visits schizophrenic patients in a mental hospital caused the treatment of patients
with schizophrenia is a major priority to reduce the frequency of relapse of patients with schizophrenia.
This study aims to determine the frequency distribution of emotional expression family, the frequency of
recurrence of patients with schizophrenia and emotional expression family relationships with the
frequency of relapse of patients with schizophrenia. Researchers used descriptive method correlation
with cross-sectional. Population is all the families of patients who have family members with
schizophrenia in the RSJ. Prof. DR. M. Ildrem PROVSU Medan in 2015 that 876 people with a sample of
88 people with accidental sampling technique. Data collection techniques using a questionnaire given to
respondents and interviews directly to the respondent by the researcher. Results of this study in
univariate analysis that the majority of family emotional expression is low (72.7%) and the majority of
patients with schizophrenia relapse frequency is 1 times (68.2%). Once in the chi-square test showed that
there is a relationship of emotional expression families with recurrence frequency of schizophrenia
patients (p value = 0.000). Researchers suggestion that health workers provide health education to
families who visit the RSJ schizophrenia Prof. DR. M. Ildrem PROVSU field of schizophrenia, so that the
family controls the expression of emotions and conduct research using the Spearman rank test statistic.
Keywords
Reference
: Emotion Expression Family; Recurrence Schizophrenia;
: 36 (1988 - 2014)
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti mengucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan kepada peneliti dan atas berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini dengan judul “Hubungan
Ekspresi Emosi Keluarga Dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia Di
RS Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem. Medan Tahun 2015.”
Penyelesaian skripsi penelitian ini merupakan salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan
Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan Tahun 2015. Selama proses
penyusunan skripsi penelitian ini, begitu banyak bantuan, nasehat dan bimbingan yang
peneliti terima demi kelancaran penulisan skripsi penelitian ini. Dengan segala
kerendahan hati, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih
kepada:
1.
Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2.
Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia
Medan.
3.
dr. Chandra Syafei.Sp OG, selaku Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Muhammad Ildrem Medan yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti
dalam melakukan penelitian.
4.
Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp.KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Dan
Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas
Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
6.
Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp.Kep.J, selaku ketua penguji yang telah
meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran
kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.
7.
Ns. Laura Siregar, M.Kep, selaku penguji I yang telah memberikan banyak
masukan dan meluangkan waktu, serta pikiran untuk memberikan bimbingan,
arahan, saran, kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini
v
8.
Ns. Masri Saragih, M.Kep, selaku penguji II yang telah meluangkan waktu serta
pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi penelitian ini
9.
Ns. Eva Kartika Hasibuan, S.Kep, selaku penguji III yang telah meluangkan waktu
serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi penelitian ini.
10. Para dosen dan staff di lingkungan Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan
Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
11. Teristimewa buat kedua orang tua tercinta, abang & kakak peneliti, yang tidak bisa
peneliti sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan doa, semangat,
moral dan material.
12. Teman-teman seperjuangan (Gembel Elite), dan serta orang yang peneliti sayang,
bahkan semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi penelitian ini masih banyak kekurangan,
dengan demikian peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi penelitian ini sehingga layak untuk diteliti,
akhir kata saya mengucapkan terimakasih,
Medan, Juli 2015
Peneliti
(Tumesas Kadupe Laia)
vi
DAFTAR ISI
Hal
PERNYATAAN ...................................................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................
ABSTRAK ............................................................................................................
ABSTRACT ...........................................................................................................
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
DAFTAR TABEL ................................................................................................
DAFTAR SKEMA ...............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
x
xi
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................
A. Latar belakang .................................................................................
B. Rumusan masalah............................................................................
C. Tujuan penelitian.............................................................................
1. Tujun Umum ............................................................................
2. Tujuan Khusus .........................................................................
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................
1. Bagi Rumah Sakit Jiwa.............................................................
2. Bagi Keluarga ..........................................................................
3. Bagi Penelitian Keperawatan ....................................................
1
1
5
5
5
5
6
6
6
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS .......................................................................
A. Konsep Skizofrenia .........................................................................
1. Definisi Skizofrenia ..................................................................
2. Penyebab Skizofrenia ...............................................................
3. Tanda dan Gejala ......................................................................
4. Tipe-Tipe Skizofrenia ...............................................................
5. Terapi Skizofrenia ....................................................................
B. Konsep Kekambuhan ......................................................................
1. Definisi Kekambuhan ...............................................................
C. Konsep keluarga ..............................................................................
1. Definisi keluarga ......................................................................
2. Tipe keluarga............................................................................
3. Dukungan Keluarga ..................................................................
4. Ekspresi Emosi Keluarga ..........................................................
D. Kerangka konsep .............................................................................
E. Hipotesis .........................................................................................
7
7
7
7
8
9
11
12
12
13
13
14
14
17
18
18
vii
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................
A. Jenis Penelitian................................................................................
B. Populasi & sampel...........................................................................
1. Populasi....................................................................................
2. Sampel .....................................................................................
C. Lokasi Penelitian .............................................................................
D. Waktu Penelitian .............................................................................
E. Definisi Operasional ........................................................................
F. Aspek Pengukuran ..........................................................................
1. Ekspresi Emosi Keluarga ..........................................................
2. Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia ..............................
G. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data..............................................
1. Alat Pengumpulan Data ............................................................
2. Prosedur Pengumpulan data ......................................................
H. Etika Penelitian ...............................................................................
I. Pengolahan Data dan Analisa data ...................................................
1. Pengolahan Data.......................................................................
2. Analisa data..............................................................................
19
19
19
19
19
20
20
20
21
21
21
22
22
22
23
25
25
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................
A. Hasil Penelitian ...............................................................................
1. Gambaran Umum RSJ. Prof. DR. Muhammad Ildrem Provsu
Medan ......................................................................................
2. Analisa Univariat......................................................................
3. Analisa Bivariat ........................................................................
B. Pembahasan ....................................................................................
1. Interpretasi dan Diskusi Hasil ...................................................
2. Keterbatasan Penelitian ............................................................
28
28
BAB V
39
39
39
KESIMULAN DAN SARAN ...............................................................
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
28
28
31
31
31
38
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian ............................................................
20
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan
Karakteristik Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Pendidikan, Hubungan
Keluarga dan Jumlah Keluarga di Poliklinik RS Jiwa Prof. dr.
Muhammad Ildrem Medan Tahun 2015 (n = 88) ..................................
29
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Ekspresi
Emosi Keluarga di RSJ. Prof. dr. Muhammad Ildrem PROVSU
Medan Tahun 2015 (n = 88) .................................................................
30
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan
Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia di RSJ. Prof. dr.
Muhammad Ildrem PROVSU Medan Tahun 2015 (n = 88) ..................
30
Tabel 4.4 Hasil Uji Chi-SquareAntara Ekspresi Emosi Keluarga Dengan
Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia di RSJ. Prof. dr.
Muhammad Ildrem PROVSU Medan Tahun 2015 (n = 88) ..................
31
ix
DAFTAR SKEMA
Hal
Skema 2.1 Kerangka Konsep .................................................................................
x
18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Lembar Kuisioner
Lampiran 4 : Surat Izin Memperoleh Data Dasar Dari Universitas Sari Mutiara
Indonesia
Lampiran 5 : Surat Balasan Memperoleh Data Dasar Dari RSJ Prof. Dr. M. Ildrem
Provsu
Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian Dari Universitas Sari Mutiara Indonesia
Lampiran 7 : Surat Selesai Melaksanakan Penelitian Dari RSJ Prof.Dr.M. Ildrem
Provsu
Lampiran 8 : Master Data
Lampiran 9 : Output SPSS
Lampiran 10 : Lembar Bimbingan Skripsi
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan
mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (UU Kesehatan jiwa No. 18
Tahun 2014). Kesehatan jiwa merupakan keadaan diri yang mampu bertanggung
jawab, adanya kesadaran diri tidak kuatir dengan apapun, dapat mengatasi
ketegangan sehari-hari, diterima dalam suatu keompok serta berfungsi dengan baik
di masyarakat yang pada umumnya puas dengan kehidupannya (Shives, 2012).
Menurut data yang ditemukan oleh WHO (2009), diperkirakan 450 juta orang di
seluruh dunia mengalami gangguan jiwa, sekitar 10% orang dewasa akan
mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan
mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Gangguan jiwa
mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan
berkembang menjadi 25% di tahun 2030, gangguan jiwa tersebut berhungan dengan
bunuh diri, lebih dari 90% dari satu juta kasus bunuh diri setiap tahunya akibat
gangguan jiwa (Pardede, Keliat, & Wardani, 2013).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) kementrian kesehatan pada tahun 2007,
menunjukan sebesar 4,6 per mil (empat sampai lima dari 1000 penduduk indonesia
menderita gangguan jiwa berat). Sedangkan Rikesdas Tahun 2013 Prevalensi
gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Departemen kesehatan
tahun 2009, mengungkapkan jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini,
mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 11,16%
dan 0,46% menderita gangguan jiwa berat. Menurut data statistik direktorat
Kesehatan jiwa menunjukkan klien dengan gangguan jiwa berat terbesar di
Indonesia adalah skizofrenia yakni 70%. Sesuai dengan data yang telah di laporkan
1
2
di atas, bahwa gangguan jiwa berat yang mempunyai prevelensi paling tinggi
adalah skizofrenia. Sedangkan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera
Utara, jumlah pasien meningkat hingga 100% dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Pada tahun 2006-2007, Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera
Utara hanya menerima 25-30 penderita perhari, dan pada awal 2008 mengalami
peningkatan, 50 penderita perhari untuk menjalani rawat inap dan sekitar 70-80
penderita untuk rawat jalan (Garcia, 2009).
Skizofrenia merupakan penyakit atau gangguan jiwa yang dialami oleh 1%
penduduk. Gejala-gejala yang serius dan pola perjalanan penyakit kronis berakibat
disabilitas pada penderita skizofrenia, sekitar 80% yang dirawat dengan gangguan
sizofrenia. Hasil penelitian keliat (2006) menunjukan 25% pasien skizofrenia dapat
sembuh, 25% dapat mandiri, 25% membutuhkan bantuan, dan 25% kondisi berat.
Prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0,3-1% dan biasanya timbul
pada usia sekitar 18-45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun sudah
menderita skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa, maka
diperkirakan sekitar 2 juta jiwa menderita skizofrenia, dimana sekitar 99% pasien di
RS Jiwa di Indonesia adalah penderita skizofrenia (Arif, 2006). Penderita
skizofrenia sering mendapat stigma dan diskriminasi yang lebih besar dari
masyarakat disekitarnya dibandingkan individu yang menderita penyakit medis
lainnya. Mereka sering mendapat perlakuan yang tidak manusiawi, misalnya
perlakuan kekerasan, diasingkan, diisolasi atau dipasung. Mereka sering sekali
disebut sebagai orang gila (insanity atau madness) (Arif, 2006).
Ekspresi emosi keluarga yang tinggi menyebabkan frekuensi kekambuhan penderita
skizofrenia bertambah. Pasien skizofrenia yang tinggal dalam lingkungan keluarga
dengan ekspresi emosi yang kuat (highly expressed emotion) atau gaya afektif
negatif secara signifikan lebih sering mengalami kekambuhan dibandingkan dengan
yang tinggal dalam lingkungan keluarga dengan ekspresi emosi yang rendah (low
expressed
emotion)
atau
gaya
afektif
yang
normal.
Apabila
keluarga
3
memperlihatkan emosi yang diekspresikan secara berlebihan, misalnya klien sering
diomeli atau dikekang dengan aturan yang berlebihan, kemungkinan kambuh akan
bertambah besar.
Ekspresi emosi merupakan persepsi dalam bentuk verbal dan non verbal,
merupakan aspek penting menentukan efektivitas dalam komunikasi hubungan
interpersonal. Terdiri dari beberapa sikap yaitu permusuhan, kritik yang berlebihan,
dukungan yang tidak tepat. Pasien dengan keluarga yang ekspresi emosinya tinggi
dan lama kontak lebih atau sama dengan 35 jam per minggu mempunyai risiko
kambuh atau rawat inap ulang dua kali lebih besar, menurunkan ekspresi emosi
keluarga terhadap pasien gangguan jiwa akan dapat memperbaiki prognosis
gangguan jiwa (Sadock & Sadock, 2007).
Hasil penelitian Carla & Sumarni (2008) Hubungan antara ekspresi emosi keluarga
pasien dengan kekambuhan penderita skizofrenia di RS dr. Sardjito Yogyakarta.
Analisis kai kuadrat menunjukkan X2= 8,22 ; p=0,001, hasil ini menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna antara ekspresi emosi keluarga pasien dengan
tingkat kekambuhan pada skizofrenia.
Beberapa prediktor terjadinya kekambuhan antara lain: pemberian neuroleptik,
onset dan previous course (akut/kronis, manifestasi awal, upaya bunuh diri, dan
faktor presipitasi), psikopatologi (tipe residual, gejala afektif, sindrom paranoid,
halusinasi, gejala negatif), pengalaman hidup (pengalaman traumatik, gangguan
psikiatrik dan perkembangan saat anak), social adjustment (status perkawinan,
pekerjaan, pengalaman seksual, dan tingkat pendidikan), kepribadian premorbid,
situasi emosi keluarga (ekspresi emosi keluarga yang tinggi/rendah), faktor biologi
(genetik, pria/ wanita, dan umur) dari penderita. terdapat penelitian yang juga
menyebutkan salah satu faktor risiko tinggi terjadinya kekambuhan adalah adanya
riwayat keluarga yang kuat dari skizofrenia (Dewi & Marchira, 2009).
4
Relaps diartikan sebagai suatu keadaan dimana apabila seorang pasien skizofrenia
yang telah menjalani rawat inap di rumah sakit jiwa dan diperbolehkan pulang
kemudian kembali menunjukkan gejala-gejala sebelum dirawat inap. Setiap relaps
yang terjadi berpotensi membahayakan bagi pasien dan keluarganya. Apabila relaps
terjadi maka pasien harus kembali melakukan perawatan inap di rumah sakit jiwa
(rehospitalisasi) untuk ditangani oleh pihak yang berwenang. (Amelia & Anwar,
2013).
Kekambuhan (relapse) merupakan kondisi pemunculan kembali tanda dan gejala
satu penyakit setelah mereda. Sekitar 33% penderita skizofrenia mengalami
kekambuhan dan sekitar 12,1% kembali mengalami rawat inap. Penyakit
skizofrenia cenderung menjadi kronis, sekitar 20 hingga 40% penderita skizofrenia
yang diobati belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Beberapa faktor yang
memengaruhi kekambuhan penderita skizofrenia, antara lain meliputi ekspresi
emosi keluarga, pengetahuan keluarga, ketersediaan pelayanan kesehatan, dan
kepatuhan minum obat (Fadly & Mitra, 2013).
Terjadinya
relaps
pada
pasien
skizofrenia
tentu
akan
merugikan
dan
membahayakan pasien, keluarga, dan masyarakat. Ketika tanda-tanda kekambuhan
atau relaps muncul, pasien bisa saja berperilaku menyimpang seperti mengamuk,
bertindak anarkis seperti menghancurkan barang-barang atau yang lebih parah lagi
pasien akan melukai bahkan membunuh orang lain atau dirinya sendiri. Jika hal itu
terjadi masyarakat akan menganggap bahwa gangguan yang diderita pasien
tersebut sudah tidak bisa disembuhkan lagi. Keluarga pun akan dirugikan dari segi
materi karena jika pasien mengalami rehospitalisasi atau kembali menjalani rawat
inap di rumah sakit jiwa maka akan banyak biaya yang harus mereka keluarkan
untuk pengobatan. (Amelia & Anwar, 2013)
Menurut data yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr
Muhammad Ildrem Provsu Medan tahun 2014, pasien gangguan jiwa yang dirawat
berjumlah 14.349 orang, dari jumlah tersebut penderita skizofrenia sebanyak
5
11,055 orang (77 %). Dari jumlah tersebut penderita yang mengalami kekambuhan
sebanyak 876 orang (58,67%). Data di atas menunjukan tingginya angka penderita
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prov. Dr Muhammad Ildrem Provsu dan sesuai
dengan data tersebut sebagian besar penderita skizofrenia di rawat kembali karena
terjadinya kekambuhan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik
mengetahui apakah ada “Hubungan ekspresi emosi keluarga dengan frekuensi
kekambuhan skizofrenia di RS. Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Tahun 2015.”
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka peneliti menyusun
serangkaian rumusan masalah dalam peneliti yaitu :
1. Ditemukan klien gangguan jiwa sebayak 14, 349, orang yang dirawat diruangan
rawat inap di RS. Jiwa Prof, Dr Muhammad Ildrem Provsu Medan Ditemukan
gangguan skizofrenia 11.055 (77,0%)
2. Pasien dengan kekambuhan di temukan 876 orang.
Berdasarkan data di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan penelitian
yaitu apakah ada hubungan ekspresi emosi keluarga dengan frekuensi
kekambuhan pasien skizofrenia di RS. Jiwa Prov. Dr. Muhammad Ildrem
Medan Tahun 2015.?
C. Tujuan penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan ekspresi emosi keluarag dengan frekuensi
kekambuahan skizofernia di RS Jiwa Prof. Dr Muhammad Ildrem Provsu
Medan Tahun 2015.
2.
Tujuan Khusus
a.
Diketahuinya ekspresi emosi keluarga di RS Jiwa Prof. Dr Muhammad
Ildrem. Provsu Medan Tahun 2015.
b.
Diketahuinya frekuensi kekambuhan pasien skizofernia di RS Jiwa Prof.
Dr Muhammad Ildrem Provsu Medan Tahun 2015.
6
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Rumah Sakit Jiwa
Dari hasil penelitian ini dijadikan sebagai masukan bagi perawat Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Sumatra Utara didalam pelayanan kesehatan khususnya pada
klien yang mengalami skizofrenia.
2.
Bagi Keluarga
Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat menambah pengetahuan keluarga
tentang skizofrenia dan mampu memahami cara menghadapi dan merawat
anggota keluarga yang mengalami skizofrenia.
3.
Bagi Penelitian Selanjutnya
Dapat hasil penelitian ini, dapat dijadikan sebagai data informasi dan data
tambahan terkait dengan, hubungan ekspresi emosi keluarga dengan frekuensi
kekambuhan pasien skizofrenia.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Skizofrenia
1.
Definisi Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu bentuk psikofungsional dengan gangguan utama pada
proses pikir (keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek atau emosi,
kemauan dan psikomotor disertai distrosi kenyataan, terutama karna waham
dan halusinasi, asosiasi terbagi-bagi sehingga terjadi ikoherensi, serta
mengganggu kemampuan untuk perfikir secara jernih, membuat keputusan dan
berhubungan dengan orang lain (Townsend, 2009).
Menurut Keliat, dkk (2012), skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa berat yang
di tandai dengan penurunan atau ketidak mampuan berkomunikasi, gangguan
realitas (halusinasi atau waham), efek tidak wajar atau tumpul, gangguan
kognitif (tidak mampu berpikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan
aktifitas sehari-hari.
2.
Penyebab Skizofrenia.
Terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam menganalisis penyebab
skizofrenia, antara lain.
a.
Faktor genetik.
Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena quantitative
traid loci. Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin disebabkan
oleh beberapa gen yang berloasi ditempat-tempat yang berbeda diseluruh
kromosan. Ini juga mengklarifikasikan mengapa ada gradasi tingkat
keparahan pada orang orang yang mengalami gangguan ini(dari ringan
sampai berat) dan mengapa resiko untuk mengalami skizofrenia semakin
tinggi dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki
penyakit ini.
7
8
b.
Faktor biokimia.
Skizofrenia mungkin berasal dari ketidak seimbangan kimia otak yang di
sebut neuotranmitter, yaitu kimia otak yang memungkinkan neuron-neuron
berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan
skizofrenia berasal dari aktifitas neurotransmitter dopamine
bahwa
yang
berlebihan dibagian-bagian otak atau dikarenakan sensifitas abnormal
terhadap dopamine.
c.
Faktor psikologis sosial
Faktor psikologis meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin lama
semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan
orang tua anak yang patagenik serata interaksi patogenik dalam keluarga
(Durand & Barlow, 2007)
3.
Tanda dan Gejala.
Secara general gejala serangan skizofrenia dibagi menjadi 2, yaitu gejala
positif dan negatif (Maramis, 2005).
a.
Gejala positif
Halusinasi selalu terjadi saat ransangan terlalau kuat dan otak tidak mampu
mengiterpretasikan dan merespons pesan atau rangsangan yang dating.
Klien skizofrenia mungkin mendengar suara-suara atau melihat sesuatu
yang sebenarnya tidak ada, atau mengalami suatu sensasi yang tidak biasa
pada tubuhnya. Auditory hallucinations, gejala atau berbicara sendiri
denga keras tanpa memeperdulikan sekelilingnya.
b.
Gejala negatif.
Klien skizofrenia kehilangan motifasi dan apatis berarti kehilanagan
energy dan minat dalam hidup yang memebuat klien menjadi orang yang
malas. Karena klien skizofrenia hanya memiliki energy yang sedikit.
Mereka tidak biasa melakukan hal-hal yang lain selain tidur dan makan.
Perasaan yang tumpul membuat emosi klien skizofrenia menjadi datar.
9
Klien skizofrenia tidak memiliki ekspresi baik dari raut muka maupun
gerakan tangannya, seakan-akan dan tidak memiliki emosi apapun. Mereka
mungkin bias menerima pemberian dan perhatian orang lain, tetapi tidak
bias mengekspresikan perasaan mereka.
4.
Tipe-Tipe Skizofrenia
Menurut PPDGJ III (1993) ada beberapa tipe skizofrenia yaitu :
a.
Skizofrenia paranoid
Ini adalah Jenis skizofrenia yang palin sering di jumpain di Negara mana
pun. Gambaran klinis didominasi oleh waham-waham yang secara relative
stabil, sering kali bersifat paranoid, biasanya disertai oleh halusinasihalusianasi, terutama halusinasi pendengaran, dan gangguan-gangguan
presepsi. Gangguan afektif, dorongan kehendak (volition) dan pembicara
serta gejala-gejala katatonik tidak menonjol.
b.
Skizofrenia hebefrnik
Suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan afektif yang tampak jelas, dan
secara umum juga dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat
mengambang serta terputus-putus (fragmentary), perilaku yang tak
bertanggung jawab dan tak dapat diramalakan, serta umumnya mannerism.
Suasana perasaan (mood) pasien dangkal dan tidak wajar (inappropriate),
Sering disertai oleh cekikikan(giggling) atau perasaan puas-diri( selfstatisfied), senyum sendiri (self-absorbed smiling), atau sikap angkuh/
agung (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), manerisme,
mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan yang hipokondrik, dan
ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases). Proses pikir
mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling), serta
inkohoren. Ada kecenderungan untuk tetap menyendiri (solitary) dan
perilaku tanpa hampa tujuan dan hampa perasaan. Bentuk skizofrenia ini
biasanya mulai antara umur 15 dan 25 tahun, cenderung mempunyai
prognosis yang buruk akibat berkembangnya secara cepat gejala “negatif”
10
terutama mendatarnya afek dan semakin berkurangnya dorongan kehendak
(loss of volition).
c.
Skizofrenia katatonik
Gangguan psikomotor yang menonjol merupakan gambaran yang esensial
dan dominan dan dapat bervariasi antara kondisi ekstrem seperti
hiperkinesis dan stupor, atau antara sifat penurut yang otomatis dan
negativism. Sikap dan posisi tubuh yang dipaksakan (constrained) dapat
dipertahankan untuk waktu jangka yang lama. Episode kegelisahan disertai
kekerasan (violent) mungkin merupakan gambaran keadaan ini yang
mencolok.
d.
Skizofrenia tak terinci (undifferentiated)
Kondisi-kondisi
yang
memenuhi kriteria diagnosis umum untuk
skizofrenia tetapi tidak sesuai dengan satu pun subtipe diatas seperti
(Skizofrenia paranoid dan skizofrenia katatonik) atau memeperlihatkan
gejala lebih dari subtipetanpa gambaran predomiasi yang jelas untuk suatu
kelompok diagnosis yang khas
e.
Depresi pasca skizofrenia
Suatu episode depresif yang mungkin berlangsung lama dan timbul
sesudah suatu serangan penyakit skizofrenia. Beberapa gejala skizofrenia
harus tetap ada tapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya. Gejalagejala yang menetap ini dapat positif atau negative, walaupun biasanya
yang terakhir itu lebih sering.
f.
Skizofrenia residual
Suatu stadium kronis dalam perkembangan suatu gangguan skizofrenia
dimana telah terjadi progresi yang jelas dari stadium awal (terdiri dari satu
atau lebih episode dengan gejala psikotik yang memenuhi kriteria umum
11
skizofrenia diatas) ke stadium lebih lanjut yang ditandai secara khas oleh
gejala-gejala negative jangka panjang, walaupun belum tentu ireversibel.
g.
Skizofrenia simpleks
Suatu kelainan yang tidak lazim di mana ada perkembangan yang bersifat
perlahan
tetapi
progresif
mengenai
keanehan
tingkah
laku,
ketidakmampuan untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan penurunan
kineja secara menyeluruh. Tidak terdapat waham dan halusinasi, serta
gangguan ini bersifat kurang nyata psikotik jika dibandingkan dengan
skizofrenia subtipe hebefrenik, paranoid dan katatonik. Ciri-ciri “negtif”
yang khas dari skizofrenia residual (misalnya afek yang menumpul,
hilangnya dorongan kehendak) timbul tanpa didahului oleh gejala-gejala
psikotik yang overt. Bersama dengan bertambahnya kemunduran social,
maka pasien dapat berkembang lebih lanjut menjadi gelandangan
(psikotik), pendiam, malas dan tanpa tujuan.
5.
Terapi Skizofrenia.
Skizofrenia merupakan interaksi dari tiga faktor (biogenik-psikogeniksosiogenik), maka pengobatan gangguan skizofrenia juga diarahkan ketiga
faktor tersebut yaitu samototerapi, psikoterapi, dan sosioterapi. dengan kata
lain, tidak ada pengobatan tunggal yang dapat memperbaiki keanekaragaman
gejala dan disabilitas berkaitan dengan skizofrenia, tetapi harus dilakukan
secara komprehensif (syamsulhadi, 2004).
a.
Farmakoterapi
b.
ECT (Electro Convulsive Therapy)
c.
Terapi koma insulin
d.
Psikoterapi (Maramis, 2005)
12
B. Konsep Kekambuhan
1.
Definisi Kekambuhan.
Kekambuhan merupakan keadaan penyakit setelah berada pada periode
pemulihan yang disebabkan 3 faktor yaitu : aspek pasien dan aspek keluaraga.
(Wardani, Hamid & Wiarsih, 2009) Menurut Sulinger (1988 dalam Keliat,
1996) Ada 4 faktor penyebab pasien kambuh dan perlu dirawat kembali
dirumah sakit jiwa antara lain:
a.
Pasien
Secara umum bahwa pasien yang minum obat secara tidak teratur
mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Hasil penelitian menunjukkan
25% sampai 50% pasien skizofrenia yang pulang dari rumah sakit jiwa
tidak memakan obat secara teratur (Appleton, dalam Keliat, 1996). Pasien
kronis, khususnya skizofrenia sukar mengikuti aturan minum obat karena
adanya gangguan realitas dan ketidakmampuan mengambil keputusan. Di
rumah sakit
perawat
bertanggung jawab dalam pemberian atau
pemantauan pemberian obat sedangkan di rumah tugas perawat digantikan
oleh keluarga.
b.
Dokter
Minum obat yang teratur dapat mengurangi kekambuhan, namun
pemakaian obat neuroleptik yang lama dapat menimbulkan efek samping
yang mengganggu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak terkontrol.
Pemberian obat oleh dokter diharapkan sesuai dengan dosis terapeutik
sehingga dapat mencegah kekambuhan.
c.
Penanggung jawab pasien (Case manager)
Setelah pasien pulang ke rumah, maka penanggung jawab kasus
mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk bertemu dengan pasien,
sehingga dapat mengidentifikasi gejala dini pasien dan segera mengambil
tindakan.
13
d.
Keluarga
Ekspresi emosi yang tinggi dari keluarga diperkirakan menyebabkan
kekambuhan yang tinggi pada pasien. Hal lain adalah pasien mudah
dipengaruhi oleh stress yang menyenangkan maupun yang menyedihkan.
Keluarga mempunyai tanggung jawab yang penting dalam proses
perawatan di rumah sakit jiwa, persiapan pulang dan perawatan di rumah
agar adaptasi klien berjalan dengan baik. Kualitas dan efektifitas perilaku
keluarga akan membantu proses pemulihan kesehatan pasien sehingga
status pasien meningkat.
C. Konsep keluarga
1.
Definisi keluarga
Dion & Betan (2013), menjelaskan pengertian keluarga memiliki beberapa
versi
menurut
beberapa penulis sebelumnya.
Masing-masing penulis
menuliskan menurut cara pandangnya terhadap keluarga tersebut dalam
konteks teori. Namun ada beberapa definisi keluarga yang sering dijadikan
rujukan dalam memudahkan kita mengerti apa arti dari keluarga yaitu.:
a.
Menurut WHO (1969), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawainan.
b.
Menurut UU No. 10 tahun (1992), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau suami istri dan anaknya atau
ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.
c.
Menurut Sayekt (1994), keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan
hidup atas dasr perkawinan antara orang dewasa yang berkelainan jenis
yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau perempuanyang sdah
sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan
tinggal dalam sebuah rumah tangga.
d.
Menurut Salvicion & Area Celis
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawianan atau pengangkatan dan mereka
hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
14
didalamnya
perannya
masing-masing
dan
menciptakan
serta
mempertahankan suatu kebudayaan (Salvicion Dan Ara celis dalam buku
Dion & Betan 2013)
2.
Tipe keluarga
Menurut Sudiharto (2007), tipe keluarga dikelompokkan menjadi enam bagian
yaitu :
a.
Keluarga Inti (nuclear family) terdiri dari suami, istri dan anak-anak, baik
karena kelahiran maupun adopsi.
b.
Keluarga Besar (extended family) terdiri dari keluarga inti ditambah
keluarga yang lain misalnya kakek, nenek, paman, bibi, sepupu termasuk
keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak serta
keluarga pasangan sejenis.
c.
Keluarga Berantai (social family) keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali.
d.
Keluarga asal (family of origin) merupakan satu unit keluarga tempat asal
seseorang dilahirkan.
e.
Keluarga Komposit (composite family) adalah keluarga dari perkawinan
poligami dan hidup bersama.
f.
Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan menurut ikatan
perkawinan, keluarga tradisional diikat oleh perkawinan. Sedangkan
keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan.
3.
Dukungan Keluarga
Menurut Firedman (2003), dukungan keluarga adalah sikap, dan tindakan dan
penerimaan kelurga terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi
sebagai system pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan
jika diperlukan.
15
Keluarga merupakan unit paling dekat dengan penderita dan merupakan
perawat bagi Penderita dirumah. Keluarga berperan dalam menentukan cara
atau perawatan yang diperlukan penderita dirumah. Keberhasilan perawat
dirumah sakit akan sia-sia jika tidak diteruskan dirumah yang kemudian
mengakibatkan penderita harus dirawat kembali atau Kambuh (Keliat 2006),
Dukungan sosial dari anggota keluarga merupakan faktor-faktor yang penting
dalam
kepatuhan
terhadap
program-program
medis.
Keluarga
dapat
mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu dan dapat
mengurangi godaan terhadap ketidakpatuhan (Niven, 2000). Menurut Coben &
Mc Kay (1984, dalam Setiadi, 2006) bahwa komponen-komponen dukungan
keluarga adalah sebagai berikut:
a.
Dukungan Emosional
Dukungan emosional memberikan pasien perasaan nyaman, merasa
dicintai meskipun saat mengalami suatu masalah, bantuan dalam bentuk
semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang
menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga
menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat kepada pasien
yang dirawat di rumah atau rumah sakit jiwa. Jenis dukungan bersifat
emosional atau menjaga keadaan emosi atau ekspresi. Yang termasuk
dukungan emosional ini adalah ekspresi dari empati, kepedulian dan
perhatian kepada individu. Memberikan individu perasaan yang nyaman,
jaminan rasa memiliki dan merasa dicintai saat mengalami masalah,
bantuan dalam bentuk semangat, kehangatan personal, cinta, dan emosi.
Jika stres mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan
dicintai maka dukungan dapat menggantikannya sehingga akan dapat
menguatkan kembali perasaan dicintai tersebut. Apabila dibiarkan terus
menerus dan tidak terkontrol maka akan berakibat hilangnya harga diri.
b.
Dukungan Informasi
Dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama,
termasuk didalamnya memberikan solusi dari masalah yang dihadapi
16
pasien di rumah atau rumah sakit jiwa, memberikan nasehat, pengarahan,
saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang.
Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tempat,
dokter, dan terapi yang baik bagi dirinya dan tindakan spesifik bagi
individu untuk melawan stressor. Pada dukungan informasi keluarga
sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.
c.
Dukungan Nyata
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan,
bantuan finansial dengan menyediakan dana untuk biaya pengobatan, dan
material berupa bantuan nyata (Instrumental Support/ Material Support),
suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan
masalah kritis, termasuk didalamnya bantuan langsung seperti saat
seseorang membantu pekerjaan sehari-hari, menyediakan informasi dan
fasilitas, menjaga dan merawat saat sakit serta dapat membantu
menyelesaikan masalah. Pada dukungan nyata, keluarga sebagai sumber
untuk mencapai tujuan praktis. Meskipun sebenarnya, setiap orang dengan
sumber-sumber yang tercukupi dapat memberi dukungan dalam bentuk
uang atau perhatian yang bertujuan untuk proses pengobatan. Akan tetapi,
dukungan nyata akan lebih efektif bila dihargai oleh penerima dengan
tepat. Pemberian dukungan nyata yang berakibat pada perasaan ketidak
adekuatan dan perasaan berhutang, malah akan menambah stress individu.
d.
Dukungan Pengharapan
Dukungan pengharapan merupakan dukungan berupa dorongan dan
motivasi yang diberikan keluarga kepada pasien. Dukungan ini merupakan
dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap
individu. Pasien mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang
masalah mereka, terjadi melalui ekspresi penghargaan positif keluarga
kepada pasien, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan
pasien. Dukungan keluarga ini dapat membantu meningkatkan strategi
17
koping pasien dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman
yang berfokus pada aspek-aspek positif. Dalam dukungan pengharapan,
kelompok dukungan dapat mempengaruhi persepsi pasien akan ancaman.
Dukungan keluarga dapat membantu pasien mengatasi masalah dan
mendefinisikan kembali situasi tersebut sebagai ancaman kecil dan
keluarga bertindak sebagai pembimbing dengan memberikan umpan balik
dan mampu membangun harga diri pasien.
4. Ekspresi Emosi Keluarga
Ekspresi emosi keluarga adalah persepsi dalam bentuk verbal dan non verbal,
merupakan aspek penting menentukan efektivitas dalam komunikasi hubungan
interpersonal. Terdiri dari beberapa sikap yaitu permusuhan, kritik yang
berlebihan, dukungan yang tidak tepat. Ekspresi emosi yang tinggi pada
keluarga pasien skizofrenia dilaporkan dipengaruhi juga oleh gejala positif dan
negatif dari pasien. Berdasarkan penelitian EE, hasil analisis terhadap faktor
kritik didapatkan bahwa sanak keluarga pasien skizofrenia lebih cenderung
mengkritik gejala-gejala negatif dari pada gejala-gejala positif (Sadock, 2007).
Bila salah sorang anggota keluarga termasuk golongan dengan EE yang tinggi
maka keluarga dianggap tergolong EE yang tinggi. Pasien dengan keluarga
yang ekspresi emosinya tinggi dan lama kontak lebih atau sama dengan 35 jam
per minggu mempunyai risiko kambuh atau rawat inap ulang dua kali lebih
besar. Menurunkan ekspresi emosi keluarga terhadap pasien gangguan jiwa
akan dapat memperbaiki prognosis gangguan jiwa (Sadock, 2007).
Dalam keluarga sering terjadi ekspresi emosi yang sulit terkendali sehingga
mencetuskan kekambuhan, menurunkan kadar ekspresi emosi keluarga
terhadap gangguan jiwa akan dapat memperbaiki prognosis gangguan jiwa
termasuk memperbaiki fungsi sosial dan peran yang selanjutnya dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien skiofrenia (Glashan & Hoffman, dalam
Badriyah 2011).
18
Menurut hasil penelitian Fadly & Mitra, (2013) Pengetahuan dan Ekspresi
Emosi Keluarga serta Frekuensi Kekambuhan Penderita Skizofrenia.
Berdasarkan analisis bivariat dengan uji korelasi dan regresi linier sederhana
diperoleh bahwa pengetahuan keluarga, sikap keluarga, dan dukungan
keluarga mempunyai hubungan yang kuat dan berarah negatif dengan nilai R
masing-masing -0,747; -0,602; dan -0,617. Hal tersebut berarti semakin tinggi
pengetahuan keluarga, semakin berkurang frekuensi kekambuhan penderita
skizofrenia. Semakin baik sikap keluarga, semakin berkurang frekuensi
kekambuhan penderita skizofrenia. Semakin tinggi dukungan keluarga,
semakin berkurang frekuensi kekambuhan penderita. Sedangkan Untuk
variabel ekspresi emosi keluarga, besar hubungan adalah sedang dengan arah
yang positif berarti semakin meningkat ekspresi emosi semakin meningkatkan
frekuensi kekambuhan penderita skizofrenia.
D. Kerangka konsep
Skema 2.1
Kerangka konsep penelitian
Variabel Independent
Ekspresi emosi keluarga
Variabel Dependent
Frekuensi kekambuahan pasien
skizofrenia.
E. Hipotesis
Ha: Ada hubungan ekspresi emosi keluarga dengan frekuensi kekambuhan pasien
skizofrenia di Poliklinik RS Jiwa Prof. DR. Muhammmad Ildrem Medan
Tahun 2015.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan menggunakan
pendekatan Cross-Sectional karena pada saat melakukan penelitian, penulis hanya
melakukan satu kali penelitian terhadap subjek yang diteliti dalam waktu yang
bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ekspresi emosi
keluarga dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia di Poliklinik RS Jiwa
Prof. dr. Muhammmad Ildrem Medan.
B. Populasi & sampel
1.
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh keluarga pasien yang memiliki
anggota keluarga skizofrenia yang datang rawat jalan di Poliklinik RS Jiwa
Prof. dr. Muhammad Ildrem Medan.
Data yang diperoleh dari Medical Records Rumah Sakit Jiwa Prov.Dr
Muhammad ildrem Provsu Medan tahun 2014. Pasien skizofrenia yang rawat
jalan 11.055 orang dan yang kambuh berjumlah 876 orang.
2.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian kelurga pasien yang datang untuk
rawat jalan di Poliklinik RS Jiwa Prof. dr. Muhammad Ildrem Medan. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Accidental sampling. Ini
dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau
tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian. (Notoatmodjo 2010).
Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah :
a.
Kelurga yang memiliki anggota kelurga yang menderita skizofrenia lebih
satu kali rawat Jalan di RS Jiwa Prof. dr. Muhammad Ildrem Medan
19
20
b.
Keluarga mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar
c.
Keluarga mampu membaca dan menulis.
d.
Anggota keluarga tinggal serumah dengan pasien
e.
Bersedia menjadi responden.
Adapun rumus untuk menentukan jumlah sampel yang digunakan oleh peneliti
yaitu dengan menggunakan rumus Arikunto (2006), jika jumlah populasi >100
maka diambil 10%-15% atau 20%-25%, maka dalam proposal penelitian ini
diambil 10% dari jumlah populasi yaitu:
876
= 88 orang
Jadi jumlah sampel yang telah ditetapkan oleh penulis berjumlah 88 orang.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik RS Jiwa Prof. DR. Muhammmad Ildrem
Medan Tahun 2015.
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan Februari s/d Juni 2015.
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian
Variabel
Defenisi Operasional
Variabel
independent:
Ekspresi emosi
keluarga
Sikap kelurga yang ditunjukan dengan
ekspresi emosi yang tinggi atau rendah
yang dapat mengakibatkan prognosis
yang buruk pada anggota keluarga yang
menderita skizofrenia yang rawat jalan
dirumah sakit jiwa Prof.dr Muhammad
Ildrem Provsu Medan.
Terjadinya kekambuhan pada pasien
satu kali atau lebih sehingga pasien
skizofrenia kembali dirawat jalan di
rumah sakit jiwa Prof.dr Muhammad
Ildrem Provsu Medan.
Variabel
dependent:
Frekuensi
kekambuhan
skizofrenia
Alat
Ukur
Kuisioner
Lembar
Observasi
Hasil Ukur
1.
2.
EE Tinggi:
46 – 72
EE
Rendah:
18 - 45
1.
2.
3.
> 2 Kali
2 Kali
1 Kali
Skala
Ukur
Ordinal
Ordinal
21
F. Aspek Pengukuran
1. Ekspresi Emosi Keluarga
Untuk mengukur ekspresi emosi keluarga dengan memberikan kuisioner kepada
responden sebanyak 18 pernyataan yang sudah diuji Validitas dan Reliabilitas.
Jika responden menjawab “sangat jarang” diberi nilai 1, “jarang” diberi nilai 2,
“sering” diberi nilai 3, “sangat sering” diberi nilai 4. Jadi skor tertinggi adalah
76 dan skor terendah adalah 18. Selanjutnya akan dikategorikan dengan
menggunakan rumus statistik menurut (Hidayat, 2009).
P=
Keterangan :
P
= Panjang kelas
R
= Rentang (Skor tertinggi-skor terendah)
BK
= Banyak kelas
P=
P= 27
Ekspresi emosi keluarga:
a.
: 46 – 72
EE Tinggi
: 18 – 45
b. EE Rendah
2. Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia
Untuk mengukur frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia dapat dilihat dari
keadaan
pasien
muncul
gejala
yang
sama
seperti
sebelumnya
dan
mengakibatkan pasien dirawat kembali di Rumah Sakit Jiwa (Sulinger 1988
dalam Keliat, 1996).
22
a. Kambuh jika pasien skizofrenia kembali dirawat di Rumah Sakit Jiwa.
1) 1 kali
2) 2 kali
3) > 2 kali
b. Tidak kambuh jika pasien skizofrenia tidak kembali dirawat di Rumah Sakit
Jiwa.
G. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1.
Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
kuisioner yang disusun sendiri oleh peneliti dan diisi oleh keluarga pasien
skizofrenia.
2.
Prosedur Pengumpulan data
a.
Data Primer
Dalam melaksanakan penelitian terdapat beberapa tahapan prosedur yang
dilakukan oleh peneliti. Prosedur dalam pengumpulan data adalah sebagai
berikut:
1) Pertama-tama peneliti mengajukan surat izin penelitian dari Program
Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari
Mutiara Indonesia ke RSJ Prof. Dr.Muhammad Ildrem Medan.
2) Dua hari kemudian peneliti mendapatkan izin melakukan penelitian
dari RSJ Prof.Dr.Muhammad Ildrem Medan, setelah itu bagian kepala
penelitian memberikan surat untuk diantarkan ke kepala bidang
Pendidikan Keperawatan RSJ.Prof.Dr.Muhammad Ildrem. Dari
bidang Pendidikan Keperawatan melayangkan surat izin melakukan
penelitian keruangan poli rawat jalan yang akan diteliti oleh peneliti.
3) Kemudian peneliti pergi keruangan poli rawat jalan untuk menemui
kepala ruangan dan menjelaskan tujuan penelitian serta meminta izin
untuk bertemu kepada calon responden.
23
4) Setelah itu memeberikan penjelasan kepada calon responden tentang
tujuan penelitian serta meminta persetujuan menjadi responden.
Apabila calon responden setuju akan diberikan informed consent
untuk ditanda tangani, kemudian peneliti mejelaskan kembali kepada
responden cara pengsian kuisioner, untuk frekuensi kekambuhan
peneliti melakukan wawancara kepada responden.
5) Kemudian peneliti kembali ke kepala pendidikan keperawatan untuk
menyampaikan bahwa penelitian sudah selesai dilaksanakan, dan
kemudian kepala bidang pendidikan mengeluarkan surat selesai
penelitian di RSJ.Prof.Dr.Muhamad Ildrem Medan pada tanggal 18
juni 2015.
b. Data Sekunder
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan hasil survey yang dilakukan
oleh peneliti terdahulu tentang hubungan ekspresi emosi keluarga dengan
frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia dan Data yang diperoleh dari
Medical Records Rumah Sakit Jiwa Prov.Dr Muhammad ildrem Provsu
Medan tahun 2014. Pasien skizofrenia yang rawat jalan 11.055 orang dan
yang kambuh berjumlah 876 orang.
H. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini sebelum peneliti mendatangi calon responden untuk meminta
kesediaan menjadi responden penelitian. Peneliti harus melalui beberapa tahap
pengurusan perijinan sebagai berikut ; Peneliti meminta surat ijin dari Dekan
Fakultas Keperwatan & Kebidanan untuk mengambil data Survei awal di RS Jiwa
Prof. Dr Muhammad Ildrem Provsu Medan. Kemudian peneliti mendatangi calon
responden dan meminta persetujuan calon responden untuk menjadi responden
penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan barulah dilaksanakan penelitian
dengan memeperhatikan etika-etika dalam melakukan penelitian yaitu:
24
1.
Informed Consent (Persetujuan responden)
Peneliti melakukan beberapa hal yang berhubungan dengan informed consent
(Kelana, 2011).
a.
Mempersiapkan formulir persetujuan yang akan ditandatangani oleh
subjek penelitian. Isi formulir informend consent mencakup.
1) Penjelasan tentang judul penelitian , tujuan dan manfaat penelitian
2) Permintaan kepada subjek untuk berpastisipasi dalam penelitian
3) Penjelasan prosedur penelitian
4) Gambaran tentang resiko dan ketidak nyamanan sealama penelitian
5) Penjelasan tentang keuntungan yang didapat dengan berpastisipasi
sebagi subjek penelitian
6) Penjelasan tentang kerahasian dan anonimitas
7) Hak untuk mengundurkan diri dari keikutsertaan sebagai subjek
penelitian, kapanpun sesuai dengan keinginan subjek
8) Persetujuan peneliti untuk memberikan informasi yang jujur terkait
dengan prosedur penelitian
9) Pernyataan persetujuan dari subjek untuk ikut serta dalam penelitian
b. Memberikan penjelasan langsung kepada subjek mencakup seluruh
penjelasan yang tertulis dalam formulir Informed consent dan penjelasan lain
yang diperlukan untuk memperjelas pemahaman subjek tentang pelaksanaan
penelitian.
c. Memberikan kesempatan kepada subjek untuk bertanya tentang aspek-aspek
yang belum dipahami dari penjelasan peneliti dan menjawab seluruh
pernyataan subjek denga terbuka
d. Memebrikan waktu yang cukup kepada subjek untuk menentukan pilihan
mengikuti atau menolak ikut serta sebagai subjek penelitian.
e. Meminta subjek untuk menandatangani formulir informed consent jika ia
menyetujui ikut serta dalam penelitian
25
2. Privacy and Confidentiality (Privasi)
Peneliti perlu merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut privasi
subjek yang tidak ingin identitas dan segala informasi tentang dirinya
diketahui oleh orang lain. Prinsip ini dapat diterapkan dengan cara meniadakan
identitas seperti nama dan alamat subjek penelitian diganti dengan kode
tetentu. Dengan demikian segala informasi yang menyangkut identitas subjek
tidak terekspos secara luas.
3. Justice (Keadilan)
Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa penelitian
dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan secara
professional. Sedangkan prinsip keadilan mengandung makna bahwa
penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan subjek.
4. Beneficience & Nomalaficience (Bermanfaat & Tidak Merugikan)
Prinsip mengundang makna bahwa setiap penelitian harus mempertimbangkan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek penelitian dan populasi dimana
hasil penelitian akan diterapkan (beneficience). Kemudian meminimalisir
resiko/ dampak yang merugikan bagi subjek penelitian (nonmaleficience).
Prinsip ini yang harus diperhatikan oleh peneliti ketika mengajukan usulan
penelitian untuk mendapatkan persetujuan etika dari komite etik penelitian.
Penelitian harus mempertimbangkan rasio antara manfaat dan kerugian/resiko
dari penelitian.
I.
Pengolahan Data & Analisa Data
1.
Pengolahan Data
Seluruh data yang telah terkumpul kemudian diolah dan disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi menurut Notoatmodjo (2010) pengolahan
dengan menggunakan:
a.
Editing
Setelah peneliti melakukan pengumpulan data kuisioner dari 88 responden
sebanyak 88 lembar kuisioner dan hasil wawancara, terdapat 4 kuisioner
26
yang tidak lengkap sedangkan 84 lembar kuisioner yang lainnya terisi
lengkap. Untuk melengkapi data dari 4 responden yang tidak lengkap,
peneliti menemui kembali responden untuk melengkapi data tersebut.
b.
Coding
Pengkodingan pada umur responden diberi koding 1 untuk umur 18 – 40
tahun, koding 2 untuk umur 41 – 60 tahun dan koding 3 untuk umur > 60
tahun ; pengkodingan pada jenis kelamin, peneliti memberika koding 1
untuk perempuan dan koding 2 untuk laki – laki; pengkodingan pada
pekerjaan, peneliti memberikan koding 1 untuk pekerjaan petani, koding 2
untuk pegawai swasta, koding 3 untuk ibu rumah tangga, koding 4 untuk
PNS, koding 5 untuk pengangguran, koding 6 untuk pekerjaan lainnya;
pengkodingan untuk pendidikan tertinggi, peneliti memberian koding 1
untuk SD, koding 2 untuk SMP, koding 3 untuk SMA dan koding 4 untuk
sarjana; pengkodingan pada hungan keluarga, peneliti memberi koding 1
untuk ayah, koding 2 untuk ibu, koding 3 untuk kakak, koding 4 untuk
adik, koding 5 untuk suami, koding 6 untuk istri, koding 7 untuk anak dan
koding 8 untuk lainnya; pengkodingan pada jumlah keluarga, peneliti
memberi koding 1 untuk 1 – 5 orang, koding 2 untuk > 5 orang; pada
variabel ekspresi emosi keluarga, peneliti memberi koding 1 untuk
ekspresi emosi tinggi dan koding 2 untuk ekspresi emosi rendah; dan
untuk variabel frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia, peneliti memberi
koding 1 untuk > 2 kali, koding 2 untuk 2 kali dan koding 3 untuk
frekuensi kekambuhan 1 kali.
c.
Entry Data
Setelah peneliti memberikan koding, maka data tersebut diproses dengan
cara memasukkan ke dalam program computer.
27
d.
Tabulating
Memasukkan data ke dalam table distribusi frekuensi maupun tabulasi
silang
dari
kedua
variabel
dan
karakteristik
responden
untuk
mempermudah pengolahan dan analisi data dan pengambilan keputusan
apakah ada hubungan ekspresi emosi keluarga dengan frekuensi
kekambuhan skizofrenia.
2.
Analisa data
a.
Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari
karakteristik responden yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan, pekerjaan,
peendidikan tertinggi, hubungan keluarga, jumlah keluarga dan variabel
penelitian yaitu ekspresi emosi keluarga dan frekuensi kekambuhan
b.
Bivariat
Dalam penelitian ini, analisa data secara statistik dilakukan dengan
menggunakan uji non parametric yaitu uji statistik chi-square dengan α =
< 0,05 dan CI 95% untuk mengetahui hubungan ekspresi emosi keluarga
dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia di Poliklinik RS Jiwa
Prof. DR. Muhammmad Ildrem Medan Tahun 2015. Setelah dilakukan
analisis statistik chi-square, ada hubungan ekspresi emosi keluarga dengan
frekuensi kekambuhan penyakit skizofrenia dengan p value = 0,000.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan ekspresi emosi
keluarga dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia di RSJ. Prof. DR.
Muhammad Ildrem Provsu Medan Tahun 2015.
1.
Gambaran Umum RSJ. Prof. DR. Muhammad Ildrem Provsu Medan
Rumah Sakit Umum Daerah Sumatra Utara Medan adalah satu-satunya rumah
sakit jiwa pemerintah daerah Sumatra utara Rumah Sakit ini terletak di Padang
Bulan km 10 dengan luas tanah ± 38.210 m². Dengan alamat Jl. Tali Air No. 21
Medan. Pelayanan di Rumah sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara Medan di bagi
menjadi dua unit pelayanan yaitu pelayanan rawat jalan dan pelayanan rawat
inap. Perawat dipoliklinik jarang memberikan penyuluhan kepada keluarga
mengenai Hubungan ekspresi emosi keluarga. Sedangkan Kekambuhan pasien
skizofrenia dipengaruhi oleh sikap keluarga yang merawat penderita
skizofrenia.
Peneliti melakukan penelitian di unit rawat jalan yang memberikan pelayanan
kepada setiap keluarga yang datang membawa pasien berobat, perawat
melakukan pengukuran tanda-tanda vital dan berat badan pasien tetapi jarang
memberikan pendidikan kesehatan.
2. Analisa Univariat
a.
Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini berjumalah 88 orang keluarga pasien yang
datang untuk rawat jalan di poliklinik RS Jiwa Prof. dr. Muhammad Ildrem
Medan tahun 2015. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah
umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, hubungan keluarga dan jumlah
keluarga.
28
29
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Karakteristik
Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Pendidikan, Hubungan Keluarga
dan Jumlah Keluarga di Poliklinik RS Jiwa
Prof. dr. Muhammad Ildrem Medan
Tahun 2015 (n = 88)
Variabel
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Pendidikan
Hubungan
Keluarga
Jumlah Keluarga
18 – 40 Tahun
41 – 60 Tahun
> 60 Tahun
Perempuan
Laki – Laki
Petani
Pegawai Swasta
IRT
PNS
Pengangguran
Lainnya
SD
SMP
SMA
Sarjana
Ayah
Ibu
Kakak
Adik
Suami
Istri
Anak
Lainnya
1 – 5 Orang
> 5 Orang
n
59
27
2
43
45
29
20
22
9
2
6
7
27
38
16
16
9
22
17
6
5
12
1
59
29
%
67
30.7
2.3
48.9
51.1
33
22.7
25
10.2
2.3
6.8
8
30.7
43.2
18.2
18.2
10.2
25
19.3
6.8
5.7
13.6
1.1
67
33
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas umur keluarga pasien
skizofrenia berada pada rentang 18 – 40 Tahun sebanyak 67,0%. Mayoritas
jenis kelamin keluarga pasien skizofrenia adalah laki – laki sebanyak 51,1%
dan mayoritas bekerja sebagai petani sebanyak 33,0%. Mayoritas keluarga
pasien skizofrenia memiliki latar belakang pendidikan SMA sebanyak
43,2% dan mayoritas yang merawat pasien skizofrenia di rumah adalah
kakak penderita pasien skizofrenia serta mayoritas pasien skizofrenia
memilki saudara 1 – 5 Orang sebanyak 67,0%.
30
b. Ekspresi Emosi Keluarga
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan
Ekspresi Emosi Keluarga di RSJ. Prof. dr. Muhammad
Ildrem PROVSU Medan Tahun 2015 (n = 88)
Ekspresi Emosi Keluarga
Ekspresi Emosi Tinggi
Ekspresi Emosi Rendah
n
24
64
%
27.3
72.7
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas ekspresi emosi
keluarga pasien skizofrenia rendah sebanyak 72,7%.
c.
Frekuensi Kekambuhan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Frekuensi
Kekambuhan Pasien Skizofrenia di RSJ. Prof. dr. Muhammad Ildrem
PROVSU Medan Tahun 2015 (n = 88)
Frekuensi Kekambuhan
> 2 Kali
2 Kali
1 Kali
n
7
21
60
%
8,0
23,9
68,2
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa mayoritas pasien skizofrenia
mengalami kekambuhan 1 kali sebanyak 68,2%.
31
3.
Analisa Bivariat
Tabel 4.4
Hasil Uji Chi-SquareAntara Ekspresi Emosi Keluarga Dengan Frekuensi
Kekambuhan Pasien Skizofrenia di RSJ. Prof. dr. Muhammad Ildrem
PROVSU Medan Tahun 2015 (n = 88)
Frekuensi Kekambuhan
Ekspresi Emosi
Keluarga
> 2 Kali
n
Ekspresi Emosi
Tinggi
7
Ekspresi Emosi
Rendah
0
%
8.0
2 Kali
Total
P
1 Kali
n
%
n
%
n
%
13
14.8
4
4.5
24
27.3
.000
.0
8
9.1
56
63.6
64
72.7
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari keluarga yang memiliki
ekspresi emosi tinggi sebanyak 27,3%, dengan frekuensi kekambuhan pasien
skizofrenia yang mengalami frekuensi kekambuhan > 2 kali sebanyak 8,0%,
pasien skizofrenia mengalami frekuensi kekambuhan 2 kali sebanyak 14,8%
dan mengalami frekuensi kekambuhan 1 kali sebanyak 4,5%. Sedangkan dari
72,7% keluarga yang memiliki ekspresi emosi rendah, mayoritas 63,6% pasien
skizofrenia mengalami kekambuhan 1 kali.
Setelah uji chi-square dapat di lihat bahwa nilai p value = 0,000 menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara ekspresi emosi keluarga dengan
frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia.
B. Pembahasan
1.
Interpretasi dan Diskusi Hasil
a.
Ekspresi Emosi Keluarga
Ekspresi emosi keluarga merupakan persepsi dalam bentuk verbal dan non
verbal merupakan aspek penting dalam menentukan efektifitas dalam
berkomunikasi dengan pasien skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian
yang didapatkan menunjukkan bahwa mayoritas keluarga skizofrenia
32
memiliki ekspresi emosi yang rendah sebanyak 72,7%. Hal ini sesuai
dengan jawaban responden yang mengatakan bahwa jarang keluarga yang
mengatakan
bahwa
pasien
skizofrenia
menjengkelkan,
keluarga
mengatakan bahwa pasien sudah mau melakukan tanpa disuruh, keluarga
sudah tidak mengatakan tidak bisa berpikir lagi tentang nasib pasien
skizofrenia, keluarga sudah mau merawat pasien skizofrenia, keluarga
sudah tidak mengkritiknya lagi. Ini menunjukkan bahwa mayoritas
keluarga pasien skizofrenia memiliki yang baik pasien skizofrenia baik
verbal maupun non verbal. Namun dari hasil penelitian di atas masih ada
keluarga pasien skizofrenia yang memiliki ekspresi emosi tinggi sebanyak
27,3%. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang diberikan kepada
keluarga pasien skizofrenia di RSJ. Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provsu
Medan tahun 2015 bahwa mereka sering tidak bisa tidur karena pasien
skizofrenia 47,7%, sering pasien skizofrenia melakukan hal – hal yang
menyebalkan sehingga membuat keluarga kesal 35,2%, keluarga sering
memaksa pasien skizofrenia untuk mengubah perilakunya 38,6%, keluarga
sering marah pada pasien skizofrenia 38,6%, dan keluarga tidak peduli
terhadap pasien skizofrenia 36,4%. Dari pernyataan di atas menunjukkan
bahwa masih ada keluarga yang memiliki ekspresi emosi yang tinggi
dalam melakuka perawatan pasien skizofrenia di rumah sedangkan
menurut Sadock (2007), bahwa ekspresi emosi keluarga yang rendah akan
memperbaiki prognosis gangguan jiwa yang di alami oleh pasien
skizofrenia.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti berasumsi bahwa masih ada
keluarga penderita pasien skizofrenia yang memiliki sifat yang kurang
baik terhadap pasien skizofrenia. Hal ini mungkin disebabkan karena
keluarga tidak tahu bahwa ekspresi emosi keluarga sangat berpengaruh
terhadap prognosis pada pasien skizofrenia, mungkin juga karena sifat
maskulin laki – laki yang memiliki sifat keras dan cepat emosi sehingga
mempengaruhi ekspresi emosi keluarga.
33
Menurut Shaffer (2005) bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi emosi
seseorang adalah umur, jenis kelamin, dll. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas keluarga berada pada rentang usia 18 – 40
tahun 67,0%. Pada rentang usia ini seseorang sudah mencapai masa
dewasa. Seseorang yang sudah mencapai masa dewasa memiliki
kematangan mental yang baik sehingga hal ini mempengaruhi ekspresi
emosi keluarga pasien skizofrenia. Bertambahnya usia seseorang
menyebabkan ekspresi emosi seseorang semakin baik dan terkontrol
(Coon, 2005).
Beberapa penelitian menemukan bahwa laki – laki dan perempuan
memiliki perbedaan dalam mengekspresikan emosi baik verbal maupun
non verbal sesuai dengan gender nya. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dapat di lihat bahwa mayoritas responden adalah
laki – laki 51,1% sedangkan perempuan sebanyak 48,9%. Perempuan
menunjukkan sifat feminimnya seperti mengekspresikan emosi sedih,
takut, cemas dan menghindari mengekspresikan emosi marah dan bangga
yang menunjukkan sifat maskulin yang dimiliki oleh laki – laki sehingga
perempuan mudah dalam mengontrol emosinya dari pada laki – laki
(Coon, 2005). Hal ini menunjukkan masih adanya keluarga yang memiliki
ekspresi emosi yang tinggi yang berdampak pada frekuensi kekambuhan
pada pasien skizofrenia.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas keluarga yang
merawat pasien skizofrenia adalah kakak pasien 25%. Saat klien kembali
ke rumah, maka keluarga yang berperan dalam pengawasan dan
memberikan perhatian agar emosi klien tetap terjaga. Kakak merupakan
salah satu anggota keluarga terdekat dengan pasien skizofrenia. Menurut
Nurdiana (2007), lingkungan keluarga berperan dalam merawat dan
meningkatkan keyakinan klien akan kesembuhan dirinya sehingga klien
mempunyai motivasi dalam proses penyembuhan dan rehabilitasi diri,
34
karena suasana di dalam keluarga yang mendukung akan menciptakan
perasaan positif dan berarti bagi klien.
Peneliti berasumsi bahwa ekspresi emosi keluarga sudah bagus dengan
mau merawat pasien skizofrenia dan sudah banyak keluarga yang tidak
marah lagi pada pasien skizofrenia. Ekspresi emosi keluarga ini juga
berhubungan dengan umur, jenis kelamin dan hubungan keluarga.
Semakin
dewasa
yang
merawat
pasien
skizofrenia
maka
akan
mempengaruhi ekspresi emosi keluarga. Jika yang merawat pasien
skizofrenia adalah maka akan mempengaruhi prognosis perbaikan pasien
skizofrenia karena perempuan memiliki sifat feminim yang tidak mau
marah terhadap seseorang dan jika yang merawat adalah keluarga maka
pasien memiliki motivasi yang tinggi untuk sembuh.
b. Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia
Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa mayoritas pasien
skizofrenia mengalami kekambuhan 1 kali sebanyak (68,2%). Hal ini
menunjukkan bahwa masih ada pasien yang mengalami kekambuhan
penyakit
skizofrenia.
Menurut
Sadock
(2007),
bahwa
frekuensi
kekambuhan pasien skizofrenia dipengaruhi oleh emosi keluarga yang
melakukan perawatan.
Menurut Stuart & Sundeen (2007), salah satu faktor predisposisi
kekambuhan penyakit Skizofrenia adalah lingkungan yang berupa suasana
rumah yang tidak nyaman, kurangnya dukungan sosial maupun dukungan
keluarga.
Sedangkan
menurut
Sulinger
dalam
Keliat
(1996)
mengidentifikasi empat faktor penyebab klien kambuh dan perlu dirawat
di Rumah Sakit Jiwa, yaitu klien yang minum obat tidak teratur, dokter
(pemberi resep), perawat yang bertanggung jawab memantau klien setelah
klien pulang, serta tanggung jawab keluarga dalam pemberian dan
pemantauan minum obat dan ekspresi emosi keluarga.
35
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruspawan (2011),
bahwa keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan,
mengkritik) diperkirakan klien Skizofrenia dapat kambuh dalam waktu
sembilan bulan. Hasilnya 57% kembali dirawat dari keluarga dengan
ekspresi emosi yang tinggi dan 17% kembali dirawat dari keluarga dengan
ekspresi emosi yang rendah.
Menurut Nurdiana (2007) bahwa klien dengan diagnosa skizofrenia
mengalami kekambuhan 50 % pada tahun pertama dan 70 % pada kedua.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurdiana (2007) bahwa
tingkat kekambuhan yang tinggi sebanyak 26.7%, dan yang menunjukkan
tingkat kekambuhan yang rendah sebanyak 73.3%
Menurut Shaffer (2005) bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi emosi
seseorang adalah pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat
bahwa mayoritas keluarga berpendidikan SMA sebanyak 43,2%. Menurut
Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
pengetahuan seseorang tentang penyakit skizofrenia semakin baik.Hal ini
juga berdampak pada frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadly (2012)
bahwa ada hubungan pengetahuan dengan frekuensi kekambuhan pasien
skizofrenia (r = - 0,747) artinya kekuatan hubungan pengetahuan dengan
frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia adalah kuat.
Asumsi peneliti bahwa adanya kekambuhan penyakit skizofrenia
dipengaruhi oleh emosi keluarga yang merawat. Jika keluarga memiki
emosi yang baik dan mampu mengontrol emosi, hal ini akan
mempengaruhi frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia.
36
c.
Hubungan Ekspresi Emosi Keluarga Dengan Frekuensi Kekambuhan
Pasien Skizofrenia.
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari keluarga yang memiliki
ekspresi emosi tinggi sebanyak 27,3%, dengan frekuensi kekambuhan
pasien skizofrenia yang mengalami frekuensi kekambuhan > 2 kali
sebanyak 8,0%, pasien skizofrenia mengalami frekuensi kekambuhan 2
kali sebanyak 14,8% dan mengalami frekuensi kekambuhan 1 kali
sebanyak 4,5%. Sedangkan dari 72,7% keluarga yang memiliki ekspresi
emosi
rendah,
mayoritas
63,6%
pasien
skizofrenia
mengalami
kekambuhan 1 kali.
Setelah dilakuan uji chi-square dapat di lihat bahwa nilai p value = 0,000
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ekspresi emosi
keluarga dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang memiliki
ekspresi emosi rendah mayoritas mengalami frekuensi kekambuhan
penyakit skizofrenia 1 kali 87,5% dibandingkan dengan keluarga yang
memiliki ekspresi emosi tinggi 16,7%. Sedangkan keluarga yang memiliki
ekspresi emosi tinggi, mayoritas penderita skizofrenia mengalami
kekambuhan 2 kali sebanyak 54,2% dibandingkan keluarga yang memiliki
ekspresi emosi rendah 12,5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
keluarga yang memiliki ekspresi emosi tinggi lebih sering mengalami
kekambuhan penyakit skizofrenia dibandingkan dengan pasien yang di
rawat oleh keluarga yang memiliki ekspresi emosi rendah. Hasil penelitian
ini sesuai dengan pernyataan Sadock (2007) bahwa menurunkan ekspresi
emosi keluarga akan memperbaiki prognosis gangguan jiwa yang di alami
oleh pasien skizofrenia.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan uji chi-square, dapat dilihat bahwa ada hubungan yang
signifikan antara ekspresi emosi keluarga dengan frekuensi kekambuhan
37
pasien skizofrenia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Marchira (2008), bahwa ada hubungan yang signifikan
antara ekspresi emosi keluarga dengan frekuensi kekambuhan pasien
skizofrenia (p value = 0,001).
Menurut Sadock (2007) bahwa pasien yang keluarganya memiliki ekspresi
emosi yang tinggi mempunyai risiko kambuh atau rawat inap ulang dua
kali lebih besar dibandingkan dengan keluarga yang memiliki emosi
rendah. Menurunkan ekspresi emosi keluarga terhadap pasien skizofrenia
akan memberbaiki prognosis yang di alami oleh penderita skizofrenia.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadly
(2012), bahwa ada hubungan pengetahuan dengan frekuensi kekambuhan
pasien skizofrenia (R = - 0,747) artinya semakin meningkat ekspresi emosi
semakin meningkatkan frekuensi kekambuhan penderita skizofrenia.
Menurut marchira (2008), bahwa adanya hubungan yang bermakna antara
ekspresi emosi keluarga pasien dengan tingkat kekambuhan pada
skizofrenia. Hoffman & Holley menyebutkan jika ekspresi emosi keluarga
yang tinggi akan mengarah pada prognosis yang buruk dan faktor prediksi
kekambuhan pasien skizofrenia. Juga disebutkan pada penelitian –
penelitian di negara barat, jika ekspresi emosi keluarga yang tinggi akan
menyebabkan meningkatnya angka kekambuhan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti berasumsi bahwa ada
hubungan yang signifikan antara ekspresi emosi keluarga dengan frekuensi
kekambuhan pasien skizofrenia.Sebaliknya semakin rendah ekspresi emosi
keluarga maka frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia berkurang. Hal
ini disebabkan karena rendahnya ekspresi emosi keluarga yang
menyebabkan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia pun berkurang.
38
2.
Keterbatasan Penelitian
Setelah peneliti melakukan penelitian di RSJ. Prof. Dr. Muhammad Ildrem
Provsu Medan tahun 2015, peneliti mengalami keterbatasan yaitu: Peneliti
tidak mengetahui tingkat pengetahuan keluarga pasien skizofrenia tentang
penyakit skizofrenia dan cara merawat penderita skizofrenia karena
pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat berhubungan dengan
frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia.
Dan peneliti mengalami keterbatasan dalam pemeberian kuisioner diakibatkan
karena masalah waktu, pada saat pasien datang ke ruang rawat jalan, pasien
langsung di ukur tanda-tanda vital, dan langsung status pasien di berikan
kepada dokter, sehingga peneliti harus menunggu responden dalam mengisi
kuisioner.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah peneliti melakukan penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa
1.
Mayoritas ekspresi emosi keluarga di RSJ. Prof. Dr. Muhammad Ildrem
PROVSU Medan tahun 2015 adalah rendah
2.
Mayoritas frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia di RSJ. Prof. Dr.
Muhammad Ildrem PROVSU Medan tahun 2015 yaitu 1 kali.
3.
Ada hubungan ekspresi emosi keluarga dengan frekuensi kekambuhan
skizofrenia di RSJ. Prof. Dr. Muhammad Ildrem PROVSU Medan tahun 2015
dengan nilai p value = 0,000 artinya semakin tinggi ekspresi emosi keluarga
maka semakin tinggi frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia sedangkan
semakin rendah ekspresi emosi keluarga maka semakin rendah frekuensi
kekambuhan pasien skizofrenia.
B. Saran
1.
Bagi RSJ. Prof. Dr. Muhammad Ildrem PROVSU Medan
Diharapkan agar petugas kesehatan di RSJ. Prof. Dr. Muhammad Ildrem
PROVSU Medan memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga pasien
skizofrenia yang berkunjung ke RSJ terutama tentang cara perawatan pasien
skizofrenia dan hal – hal yang dapat mempengaruhi kekambuhan pasien
skizofrenia.
2.
Bagi Keluarga Pasien Skizofrenia
Diharapkan kepada keluarga mampu menjaga dan melatih untuk mengontrol
ekspresi emosi sehingga pasien skizofrenia tidak mengalami kekambuhan lagi.
39
40
3.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian tentang
pengetahuan dan ekspresi emosi keluarga pasien skizofrenia tentang penyakit
skizofrenia dan cara perawatanya di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, D.R., & Anwar, Z. (2013). Relaps Pada Pasien Skizofrenia Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan. Fakultas Psikologis Universitas Muhammadyah Malang.
Arif, (2006). Buku Ajar Memahami Dinamika keluarga pasien, Refika aditama.
Bandung.
Arikunto, (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Ed.VI. Jakarta: EGC
Badriyah, (2011). Keefektifan Konseling Keluarga Dalam Memperbaiki Skor Ekspresi
Emosi Pada Caregiver Pasien Skizofrenia. Jurnal Kedokteran Indonesia,12-131-PB.
Carla, & Sumarni, (2008). Hubungan Antara Ekspresi Emosi Keluarga Pasien Dengan
Kekambuhan Penderita Skizofrenia di RS Dr. Sardjito Yogyakarta, Berita
kedokteran masyarakat.
Coon, (2005). Psychology a Journey. USA: Thomas Wadsworth
Departemen kesehatan, (1993). Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa
di Indonesia III, Jakarta.
Dewi, R & Marchira, C R. (2009). Riwayat Gangguan Jiwa Pada Keluarga Dengan
Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Jurnal Berita Kedokteran Masyrakat
Dion, Y,; & Betan, Y. (2013). Asuhan keperawatan keluarga konsep dan praktik,
Yogyakarta.
Durand & Barlow, (2007). Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fadly, & Mitra. (2013). Pengetahuan dan Ekspresi Emosi Keluarga serta Frekuensi
Kekambuhan Penderita Skizofrenia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.
Program Studi Magister Ilmu Kesehatan STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
Friedman, (2003). Family Nursing : New Jersey
Garcia, (2009). Gangguan Jiwa Makin Merebak. (http : www. inilah. com /berita/
gaya-hidup/gangguan-jiwamakin-merebak. Diperoleh 10 April 2015).
Hidayat. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Hoffan & Holley, (1999). Schizophrenia Psychodinamic to Neurodynamic Theories.
Dalam Kaplan and Sadock’s Komprehensive Textbook
Kelana, (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan, Jakarta-Timur: CV, Trans Info
Media.
Keliat dkk, (2012). Buku Ajar Manejemen Kasus Gangguan Jiwa.Jakarta: EGC.
Keliat, BA. et al. (2006). Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa . Jakarta : EGC
Makmuroch, (2014). Keefektifan Pelatihan Ketrampilan Regulasi Emosi Terhadap
Penurunan Tingkat Ekspresi Emosi Pada Caregiver Pasien Skizofrenia Di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Wacana jurnal psikologi vol,6. Program
Study Pskikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Maramis, W.F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga University
Press.
Marchira, (2008). Hubungan antara Eksprsi Emosi Keluarga Pasien dengan
Kekambuhan Penderita Gangguan Jiwa Psikotik di RS DR Sardjito Yokyakarta.
Berita Kedokteran Masyarakat. 24(4):172-175
Nifu, (2012). Analisis Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Frekuensi Kekambuhan
Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Amino Gondohutomo Semarang. Skripsi
FIK UKSW.
Nirmala A,R. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Berobat
Klien Skizofrenia Dipoliklinik GM0 RSJ prof. Dr. Hb. Sa’anin Padang, Skripsi
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
Niven, N. (2000). Psikologi Kesehatan: Pengantar Untuk Perawat dan Professional
Kesehatan Lain, Jakatra: EGC.
Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT RinekaCipta.
Nurdiana. (2007). Peran Serta Keluarga Terhadap Tingkat Kekambuhan Pasien
Skizofrenia. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Vol 3 no 1
Pardede, J. P, Keliat, B. A, & Wardani, I. Y (2013). Pengaruh Acceptance And
Commitment Therapy dan Key Dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum
Obat Terhadap Gejala, Kemampuan Menerima Dan Berkomitment Pada
Pengobatan dan Kepatuhan Klien Skizofrenia. Tesis, FIK UI.
Sadock, (2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/
Clinical Psychiatry, 10th Edition. Schizophrenia. Lippincott Williams &
Wilkins.
Setiadi, (2006). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Edisi 1. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Shaffer, K.A, (2005). On the nature and function of emotion: A component Process
approach. In K.R Scherer & P.E, Ekman.
Shives L. R. (2012). Basic Concepts Of Psychiatric Mental Health Nursing. (8th ed).
Philadelphia: Lippicontt William & ilkins.
Siahaan, C.P. & Wardiah, D. (2012). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ketidak
patuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia Yang Mengalami Relaps Di Rumah
Sakit Jiwa Provsu Medan, Skripsi USU.
Sudiharto, (2007). Asuhan Keperawatan Dengan Pedekatan Keperawatan Trans
kultural. Jakarta: EGC.
Sullinger, N (1988), Relapse, Journal of Psycosocial Nursing.
Syamsulhadi, (2004). Terapi Pikososial Pada Gangguan Skizofrenia. Dibacakan pada
National Conferenceon Schizophrenia, Sanur Bali.
Townsend, (2009). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts Of Care In EvidenceBased Practice. Philadelphia: F.A. Davis Company.
UU Kesehatan Jiwa, (2014). Tentang Kesehatan Jiwa http: www,hukumonline.
com/pusat data/downloadfile. Diperoleh 10 April 2015.
Wardani, I.Y. Hamid, A.Y.,& Wiarsih, W. (2009). Pengalaman Keluarga Menghadapi
Ketidak patuhan Anggota Keluarga Dengan Skizofrenia Dalam Mengikuti
Regimen Terapeutik: Pengobatan Tesis FIK UI.
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth :
Responden
di
Tempat
Dengan Hormat
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Tumesas Kadupe laia
Nim
: 11.02.046
Saya mahasiswa Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara
Indonesia yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui “Hubungan
Ekspresi emosi keluarga dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia di RS Jiwa
Muhammad Ildrem Provsu Medan Tahun 2015. Partisipasi saudara dalam penelitian ini
adalah bersifat sukarela dan tidak ada paksaan dari pihak manapun. Apabila saudara
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini maka saudara akan diberi formulir
persetujuan menjadi responden untuk ditandatangani sebagai lembar persetujuan.
Peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas dan data yang responden berikan. Informasi
yang responden berikan akan saya simpan seaman mungkin dan apabila dalam
pemberian informasi ada yang kurang mengerti maka responden dapat menanyakannya
kepada peneliti.
Demikian permohonan ini, atas bantuan dan kerjasama yang baik saya ucapkan terima
kasih.
Responden
(
Medan,
Mei 2015
Peneliti
)
Tumesas Kadupe Laia
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth :
Calon Responden
di
Tempat
Dengan Hormat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Tumesas Kadupe laia
Nim
: 11.02.046
Sehubungan dengan penyusunan laporan penelitian yang akan saya lakukan dengan
judul “Hubungan ekspresi emosi keluarga dengan frekuensi kekambuhan pasien
skizofrenia” di RS Jiwa Muhammad Ildrem Provsu Medan Tahun 2015. Yang
merupakan untuk memperoleh gelar S1 Keperawatan di Program Study Ilmu
Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Medan.
Untuk keperluan tersbut dengan kerendahan hati saya mohon kesediaan saudara/I untuk
menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi kuisioner dengan kejujuran dan
apa adanya. Jawaban dari saudara/i dijamin kerahasiaan nya.
Demikian permohonan saya ini, atas kesediaan dan kerjasama saudara/i saya ucapkan
banyak terimakasih.
Medan,
Mei 2015
Hormat saya
Tumesas Kadupe Laia
Lampiran 3
LEMBAR KUISIONER PENELITIAN
HUBUNGAN EKSPRSI EMOSI KELUARGA DENGAN FREKUENSI
KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA PROF. DR.
MUHAMMAD ILDREM PROVSU MEDAN.
TAHUN 2015
A. Kuisioner Data Demografi
1.
Nama
:
2.
Umur
:
Tahun
3.
Jenis Kelamin
:
Laki-laki
Perempuan
4.
Status Perkawinan
:
Belum menikah
Menikah
Janda / Duda
Cerai
Tidak Sekolah
SMA
SD
SMP
PNS
Petani
Pegawai Swasta
Pengangguran
Ibu Rumah Tangga
Lainnya
5.
6.
7.
8.
Tingkat pendidikan
Pekerjaan
:
:
Anggota keluarga yang tinggal serumah :
1
4
2
5
3
>5
Hubungan keluarga :
B. Kuisioner Ekspresi Emosi
Petunjuk Pengisian
a.
Menjawab setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda Checklist
(√) pada tempat yang tersedia
b.
Semua pernyataan harus di jawab.
c.
Tiap satu pernyataan ini diisi dengan satu jawaban.
d.
Bila ada pertanyaan yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Pernyataan
Sangat
jarang
Jarang
Sering
Saya harus menyuruhnya untuk melakukan
sesuatu.
Dia menjengkelkan saya.
Ketika ia terus menerus meminta sesuatu
dari saya, itu menjengkelkan saya
Saya tidak bisa tidur karenanya.
Sulit bagi kami untuk sependapat dalam
berbagai hal.
Dia tidak menghargai apa yang saya lakukan
untuknya.
Dia membuat saya menjadi tegang.
Di luar kebiasaannya, dia melakukan hal
yang menyebalkan / membuat saya kesal.
Saya
memaksanya untuk mengubah
perilakunya
Saya marah terhadapnya.
Saya cenderung tidak memperdulikan
dirinya.
Saya tidak bisa lagi berpikir bagaimana
dengan nasibnya
Saya sangat lelah merawatnya.
Terpikir oleh saya bahwa saya sendiri akan
menjadi sakit.
Saya mengkritiknya
Ketika ada sesuatu tentangnya mengganggu
saya, saya pendam sendiri
Bosan merawatnya.
Malu dengan orang lain ketika menanyakan
tentangnya.
C. Kuesioner Frekuensi kekambuhan
Petunjuk Pengisian
Berilah Tanda checklist (√) pada tempat yang disediakan
Dalam dua tahun ini berapa kali pasien menunjukan gejala kekambuhan
( ) 1 kali
( ) 2 kali
( ) Lebih dari 2 kali
Sangat
sering
Lampiran
8
MASTER DATA
Hubungan Ekspresi Emosi Keluarga Dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia
di RS Jiwa Prov.DR.Muhammad Ildrem Prov. Medan Tahun 2015
No
U
JK
Pj
Pt
Hk
Jkl
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
3
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
2
2
2
1
2
1
1
1
2
3
1
2
2
1
1
1
1
2
1
2
1
1
2
1
2
2
2
1
2
2
1
1
1
1
2
2
2
2
1
2
2
1
1
1
2
1
2
3
2
1
5
2
3
2
2
3
1
1
2
3
1
2
3
4
1
3
2
1
2
2
6
1
4
3
3
3
4
3
1
2
4
3
3
1
4
3
3
3
3
1
2
2
1
3
2
4
3
2
2
3
3
3
3
3
4
3
3
2
3
3
2
7
7
3
3
4
3
4
2
1
3
6
7
5
7
4
5
7
2
5
1
1
3
1
4
4
4
7
3
1
4
2
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
2
2
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
p1
3
4
3
3
2
3
1
2
2
3
2
1
1
3
2
3
2
2
2
3
2
2
2
2
1
3
2
1
4
2
4
3
p2
3
2
3
2
2
2
3
3
2
2
3
3
3
2
2
4
2
3
3
2
3
3
2
2
2
3
3
2
3
1
3
2
p3
2
3
3
3
3
3
1
1
2
2
3
3
2
2
2
3
2
3
2
2
3
2
1
2
2
2
3
2
2
1
2
3
p4
2
2
2
2
3
3
3
3
2
4
2
2
3
1
3
3
2
4
3
3
3
3
2
2
2
3
3
1
3
1
3
3
p5
3
2
4
3
2
2
3
3
1
1
3
3
3
3
2
2
2
3
3
3
2
3
2
2
2
3
3
2
3
3
2
2
p6
2
2
3
3
4
3
3
2
2
2
2
1
2
1
3
3
1
2
3
3
3
3
1
1
1
2
2
4
3
1
2
2
p7
2
3
2
3
3
3
2
3
1
2
2
3
2
1
4
3
2
3
4
2
3
3
2
2
2
3
2
1
3
2
3
2
Ekspresi Emosi Keluarga
p8
p9
p10
p11
2
3
2
2
3
3
3
2
3
3
2
2
3
2
3
1
3
3
2
3
4
4
1
2
4
3
2
2
4
1
1
2
3
3
2
2
2
4
2
2
3
4
3
1
4
2
4
4
4
4
2
2
3
1
2
1
4
3
4
3
3
4
4
1
2
2
2
1
4
3
3
3
4
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
2
1
2
2
2
2
2
1
1
2
3
3
3
3
2
3
3
3
1
2
2
1
4
3
3
3
1
1
1
1
3
3
3
2
2
2
3
3
p12
3
2
3
3
4
2
2
4
3
3
1
4
3
4
3
3
1
2
3
2
2
3
3
2
1
3
3
1
2
3
3
2
p13
2
2
1
1
3
1
1
3
3
4
2
4
3
1
1
2
1
1
4
2
3
3
2
1
1
3
3
2
2
1
2
2
p14
3
2
3
4
3
1
1
3
3
2
3
2
3
1
3
2
1
1
1
1
3
3
2
2
1
3
2
2
2
3
2
3
p15
2
3
4
2
3
3
1
2
3
4
3
3
2
1
2
3
1
3
3
2
2
2
3
1
1
3
2
1
3
3
2
2
p16
3
4
4
2
2
3
1
3
2
1
2
2
3
1
2
3
2
2
3
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
1
2
2
p17
2
1
1
1
3
1
2
2
3
4
3
3
2
1
1
3
2
2
3
1
3
3
2
1
2
1
1
1
2
1
3
2
p18
2
2
2
3
2
1
1
3
2
2
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
3
3
2
2
1
2
1
1
1
1
1
3
jlh
Kt
Em
43
45
48
44
50
42
36
45
41
46
43
49
45
31
45
50
30
45
50
39
48
50
38
32
27
48
43
29
48
28
45
43
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
1
2
1
1
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
3
2
1
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
1
3
3
1
3
2
1
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
1
1
1
2
1
2
2
2
2
1
1
1
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
2
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
2
1
1
2
1
2
1
1
1
1
2
1
2
1
2
2
1
1
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
1
1
2
2
2
2
2
2
1
1
6
2
3
3
2
3
1
6
6
3
3
6
6
1
2
4
2
1
3
3
4
2
1
1
5
1
2
2
1
4
1
3
1
3
2
1
1
1
1
2
3
3
4
4
2
3
1
1
3
3
3
3
2
3
3
4
4
3
2
2
2
4
4
1
2
3
2
4
3
2
4
2
3
2
2
3
3
2
2
2
7
6
2
7
8
4
1
2
6
3
4
4
7
4
3
4
3
3
2
2
5
3
4
1
2
3
3
5
1
6
4
4
1
3
2
4
4
1
1
1
3
1
1
1
1
1
2
1
1
1
2
1
1
1
2
2
1
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
1
2
1
2
1
1
1
2
2
1
2
1
2
2
2
3
3
1
3
3
1
3
2
3
2
1
2
3
1
3
2
1
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
1
1
1
1
2
2
2
1
2
2
2
3
3
3
3
3
1
2
2
1
3
2
3
2
1
2
3
1
3
1
1
3
3
2
2
1
2
2
2
2
3
1
1
1
2
2
2
3
1
2
2
3
3
3
3
2
2
1
3
2
2
2
2
2
2
1
3
2
2
2
2
3
3
3
3
2
1
2
3
3
1
1
2
2
2
2
2
3
3
1
2
2
3
3
3
3
3
3
1
2
2
2
2
1
1
3
2
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
3
2
2
3
3
3
3
2
3
3
3
2
4
4
2
3
2
2
3
2
2
2
1
3
2
2
2
3
3
2
4
2
1
3
3
3
3
3
2
2
3
1
2
1
3
3
1
2
2
3
3
3
3
3
3
1
4
2
2
3
2
3
2
3
4
2
2
1
3
2
3
3
3
2
4
2
3
4
3
4
3
3
2
2
3
2
3
1
2
3
3
3
3
3
2
2
3
4
1
3
2
3
2
3
4
4
1
3
1
2
3
3
3
4
2
4
2
3
4
3
2
4
2
3
2
3
3
3
2
1
3
2
2
1
3
2
2
3
3
1
3
2
3
2
3
2
3
2
2
1
2
1
3
3
4
2
3
2
4
4
3
4
3
1
3
2
2
2
3
2
1
2
2
1
1
3
3
2
2
2
1
3
3
3
3
1
4
3
2
2
3
3
3
4
4
4
3
4
2
4
4
2
2
2
1
3
2
2
3
1
3
1
3
2
1
3
3
3
2
3
3
1
2
2
2
3
1
4
3
3
1
2
1
2
2
2
4
3
4
3
4
3
2
2
1
1
1
3
2
2
1
3
1
3
1
3
3
3
3
2
1
1
4
2
1
2
1
2
3
2
1
2
1
3
3
2
2
3
3
2
3
3
3
4
1
3
3
4
3
1
2
2
4
3
3
1
1
2
3
2
2
3
1
4
3
1
1
2
2
2
1
2
1
1
2
4
2
2
2
2
2
2
3
3
4
2
2
2
2
2
4
2
2
4
3
1
3
1
3
3
3
3
2
2
1
2
2
2
1
2
2
3
3
1
2
2
4
2
2
2
2
4
3
4
3
4
3
2
2
2
1
4
1
4
4
2
1
1
2
2
2
2
2
2
3
1
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
1
3
3
3
3
4
3
3
2
2
3
2
3
3
3
1
3
1
4
2
2
2
1
2
3
2
2
2
1
3
1
3
2
3
2
1
2
2
3
3
1
1
3
3
3
3
4
2
4
2
3
4
4
3
3
2
3
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
3
3
1
1
3
3
3
3
2
3
1
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
4
3
3
4
3
1
2
1
2
2
3
2
3
2
2
2
2
3
2
2
2
1
2
1
1
3
2
3
2
3
1
2
3
1
3
2
2
4
2
1
2
3
3
3
3
2
1
2
2
2
1
2
3
3
1
3
1
2
1
1
1
2
2
3
1
2
1
3
1
2
2
2
1
3
2
2
1
3
2
2
2
3
2
2
2
3
3
2
1
2
1
2
2
3
1
2
3
2
1
41
46
45
44
40
46
26
43
39
39
40
34
47
43
34
40
34
38
46
44
48
52
44
52
47
49
53
55
47
40
37
38
34
37
38
45
45
36
38
35
35
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
2
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
2
3
2
2
3
1
2
2
1
1
2
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
1
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
1
2
2
1
1
2
1
1
1
2
4
4
1
1
3
3
2
4
1
1
2
1
1
3
4
4
4
2
3
3
3
3
4
2
2
3
1
2
3
3
1
3
3
3
3
3
6
3
7
7
7
1
1
5
1
2
2
2
1
1
2
1
2
1
1
1
1
2
1
3
2
3
2
1
2
2
3
2
1
1
3
2
1
3
2
3
2
2
2
1
1
3
2
2
2
2
2
1
3
2
2
2
2
2
3
2
3
2
2
1
3
3
3
2
2
2
2
3
2
1
1
4
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
3
1
1
3
3
2
1
3
2
3
3
2
3
3
2
1
2
2
3
3
1
1
3
3
3
2
3
3
3
2
1
2
2
2
3
1
2
3
3
3
3
3
2
2
2
2
1
1
3
2
1
2
1
3
2
3
2
1
1
1
1
3
3
3
3
2
1
1
1
2
2
1
2
2
1
2
3
2
2
3
1
1
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
3
2
2
1
1
3
3
2
3
2
1
1
2
1
1
2
3
3
2
2
3
2
2
3
3
1
1
1
2
3
1
3
3
1
1
2
2
3
3
3
2
2
3
3
2
1
3
2
1
1
3
3
1
3
1
2
2
2
2
2
1
3
2
1
2
3
3
2
4
1
1
3
1
2
3
2
2
3
2
1
3
2
3
4
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
3
2
3
Keterangan
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
1. 18 - 40 Tahun
1. Perempuan
1. Petani
2. 41 - 60 Tahun
3.> 60 Tahun
2. Laki - Laki
2. Pegawai Swasta
3. IRT
4. PNS
5. Pengangguran
6. Lainnya
Ekspresi Emosi Keluarga
1. Ekspresi Emosi Tinggi
2. Ekspresi Emosi Rendah
Frekuensi Kekambuhan
1. > 2 Kali
2. 2 Kali
3. 1 Kali
Pendidikan
Tertinggi
1.
SD
2. SMP
3. SMA
4. Sarjana
Hubungan Keluarga
1. Ayah
2.
Ibu
3. Kakak
4. Adik
5. Suami
6. Istri
7. Anak
8. Lainnya
Jumlah Keluarga
1. 1 - 5
Orang
2. > 5 Orang
2
2
1
1
1
2
1
1
2
1
1
2
1
1
2
39
36
37
33
32
36
30
48
44
24
24
45
43
39
51
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
3
3
Lampiran 9
OUTPUT SPSS
Frequencies
Frequency Table
Pernyataan 1
Frequency
Valid
Sangat Jarang
Jarang
Sering
Sangat Sering
Total
Percent
20
40
25
3
88
Valid Percent
22.7
45.5
28.4
3.4
100.0
22.7
45.5
28.4
3.4
100.0
Cumulative Percent
22.7
68.2
96.6
100.0
Pernyataan 2
Frequency
Valid
Sangat Jarang
Jarang
Sering
Sangat Sering
Total
Percent
15
41
31
1
88
Valid Percent
17.0
46.6
35.2
1.1
100.0
17.0
46.6
35.2
1.1
100.0
Cumulative Percent
17.0
63.6
98.9
100.0
Pernyataan 3
Frequency
Valid
Sangat Jarang
Jarang
Sering
Total
Percent
11
46
31
88
Valid Percent
12.5
52.3
35.2
100.0
12.5
52.3
35.2
100.0
Cumulative Percent
12.5
64.8
100.0
Pernyataan 4
Frequency
Valid
Sangat Jarang
Jarang
Sering
Sangat Sering
Total
Percent
10
33
42
3
88
Valid Percent
11.4
37.5
47.7
3.4
100.0
11.4
37.5
47.7
3.4
100.0
Cumulative Percent
11.4
48.9
96.6
100.0
Pernyataan 5
Frequency
Valid
Sangat Jarang
Jarang
Sering
Sangat Sering
Total
Percent
10
36
38
4
88
Valid Percent
11.4
40.9
43.2
4.5
100.0
11.4
40.9
43.2
4.5
100.0
Cumulative Percent
11.4
52.3
95.5
100.0
Pernyataan 6
Frequency
Valid
Sangat Jarang
Jarang
Sering
Sangat Sering
Total
Percent
13
30
38
7
88
Valid Percent
14.8
34.1
43.2
8.0
100.0
14.8
34.1
43.2
8.0
100.0
Cumulative Percent
14.8
48.9
92.0
100.0
Pernyataan 7
Frequency
Valid
Sangat Jarang
Jarang
Sering
Sangat Sering
Total
Percent
9
32
38
9
88
Valid Percent
10.2
36.4
43.2
10.2
100.0
10.2
36.4
43.2
10.2
100.0
Cumulative Percent
10.2
46.6
89.8
100.0
pernyataan 8
Frequency
Valid
Sangat Jarang
Jarang
Sering
Sangat Sering
Total
Percent
13
31
31
13
88
Valid Percent
14.8
35.2
35.2
14.8
100.0
14.8
35.2
35.2
14.8
100.0
Cumulative Percent
14.8
50.0
85.2
100.0
pernyataan 9
Frequency
Valid
Sangat Jarang
Jarang
Sering
Sangat Sering
Total
Percent
18
24
34
12
88
Valid Percent
20.5
27.3
38.6
13.6
100.0
20.5
27.3
38.6
13.6
100.0
Cumulative Percent
20.5
47.7
86.4
100.0
pernyataan 10
Frequency
Valid
Sangat Jarang
Jarang
Sering
Sangat Sering
Total
Percent
18
29
34
7
88
Valid Percent
20.5
33.0
38.6
8.0
100.0
20.5
33.0
38.6
8.0
100.0
Cumulative Percent
20.5
53.4
92.0
100.0
pernyataan 11
Frequency
Valid
Sangat Jarang
Jarang
Sering
Sangat Sering
Total
Percent
20
31
32
5
88
Valid Percent
22.7
35.2
36.4
5.7
100.0
22.7
35.2
36.4
5.7
100.0
Cumulative Percent
22.7
58.0
94.3
100.0
pernyataan 12
Frequency
Valid
Sangat Jarang
Jarang
Sering
Sangat Sering
Total
Percent
16
37
26
9
88
Valid Percent
18.2
42.0
29.5
10.2
100.0
18.2
42.0
29.5
10.2
100.0
Cumulative Percent
18.2
60.2
89.8
100.0
pernyataan 13
Frequency
Valid
Sangat Jarang
Jarang
Sering
Sangat Sering
Total
Percent
24
31
23
10
88
Valid Percent
27.3
35.2
26.1
11.4
100.0
27.3
35.2
26.1
11.4
100.0
Cumulative Percent
27.3
62.5
88.6
100.0
pernyataan 14
Frequency
Valid
Sangat Jarang
Jarang
Sering
Sangat Sering
Total
Percent
17
35
33
3
88
Valid Percent
19.3
39.8
37.5
3.4
100.0
19.3
39.8
37.5
3.4
100.0
Cumulative Percent
19.3
59.1
96.6
100.0
pernyataan 15
Frequency
Valid
Sangat Jarang
Jarang
Sering
Sangat Sering
Total
Percent
15
36
30
7
88
Valid Percent
17.0
40.9
34.1
8.0
100.0
17.0
40.9
34.1
8.0
100.0
Cumulative Percent
17.0
58.0
92.0
100.0
pernyataan 16
Frequency
Valid
Sangat Jarang
Jarang
Sering
Sangat Sering
Total
Percent
14
37
32
5
88
Valid Percent
15.9
42.0
36.4
5.7
100.0
15.9
42.0
36.4
5.7
100.0
Cumulative Percent
15.9
58.0
94.3
100.0
pernyataan 17
Frequency
Valid
Sangat Jarang
Jarang
Sering
Sangat Sering
Total
Percent
23
39
24
2
88
Valid Percent
26.1
44.3
27.3
2.3
100.0
26.1
44.3
27.3
2.3
100.0
Cumulative Percent
26.1
70.5
97.7
100.0
pernyataan 18
Frequency
Valid
Sangat Jarang
Jarang
Sering
Total
Percent
37
37
14
88
Valid Percent
42.0
42.0
15.9
100.0
42.0
42.0
15.9
100.0
Cumulative Percent
42.0
84.1
100.0
Frequencies
Frequency Table
Umur
Frequency
Valid
Percent
18 - 40 Tahun
41 - 60 Tahun
> 60 Tahun
Total
59
27
2
88
Valid Percent
67.0
30.7
2.3
100.0
67.0
30.7
2.3
100.0
Cumulative Percent
67.0
97.7
100.0
Jenis Kelamin
Frequency
Valid
Perempuan
Laki - Laki
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
43
45
88
48.9
51.1
100.0
48.9
51.1
100.0
Frequency
Percent
Valid Percent
48.9
100.0
Pekerjaan
Valid
Petani
Pegawai Swasta
IRT
PNS
Pengangguran
Lainnya
Total
29
20
22
9
2
6
88
33.0
22.7
25.0
10.2
2.3
6.8
100.0
Cumulative
Percent
33.0
22.7
25.0
10.2
2.3
6.8
100.0
33.0
55.7
80.7
90.9
93.2
100.0
Pendidikan Tertinggi
Frequency
Valid
SD
SMP
SMA
Sarjana
Total
Percent
7
27
38
16
88
Cumulative
Percent
Valid Percent
8.0
30.7
43.2
18.2
100.0
8.0
30.7
43.2
18.2
100.0
8.0
38.6
81.8
100.0
Hubungan Keluarga
Frequency
Valid
Ayah
Ibu
Kakak
Adik
Suami
Istri
Anak
Lainnya
Total
Percent
16
9
22
17
6
5
12
1
88
Cumulative
Percent
Valid Percent
18.2
10.2
25.0
19.3
6.8
5.7
13.6
1.1
100.0
18.2
10.2
25.0
19.3
6.8
5.7
13.6
1.1
100.0
18.2
28.4
53.4
72.7
79.5
85.2
98.9
100.0
Jumlah Keluarga
Frequency
Valid
1 - 5 Orang
> 5 Orang
Total
Percent
59
29
88
Cumulative
Percent
Valid Percent
67.0
33.0
100.0
67.0
33.0
100.0
67.0
100.0
Ekspresi Emosi Keluarga
Frequency
Valid
Ekpresi Emosi Tinggi
Ekspresi Emosi Rendah
Total
Cumulative
Valid Percent
Percent
27.3
27.3
27.3
72.7
72.7
100.0
100.0
100.0
Percent
24
64
88
Frekuensi Kekambuhan
Frequency
Valid
> 2 Kali
2 Kali
1 Kali
Total
Percent
7
21
60
88
8.0
23.9
68.2
100.0
Cumulative
Valid Percent
Percent
8.0
8.0
23.9
31.8
68.2
100.0
100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Ekspresi Emosi Keluarga *
Frekuensi Kekambuhan
Missing
Percent
N
88
100.0%
Total
N
Percent
0
.0%
Percent
88
100.0%
Ekspresi Emosi Keluarga * Frekuensi Kekambuhan Crosstabulation
Ekspresi Emosi Keluarga
Ekpresi Emosi Tinggi
Ekspresi Emosi Rendah
Total
Count
% within Ekspresi Emosi
Keluarga
% of Total
Count
% within Ekspresi Emosi
Keluarga
% of Total
Count
% within Ekspresi Emosi
Keluarga
% of Total
Frekuensi Kekambuhan
> 2 Kali 2 Kali
1 Kali
Total
7
13
4
24
29.2%
54.2%
16.7% 100.0%
8.0%
0
.0%
14.8%
8
12.5%
4.5%
56
87.5%
27.3%
64
100.0%
.0%
7
8.0%
9.1%
21
23.9%
63.6%
60
68.2%
72.7%
88
100.0%
8.0%
23.9%
68.2%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Value
df
44.210a
45.826
43.289
88
Asymp. Sig. (2-sided)
2
2
1
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.91.
.000
.000
.000
Download