peran auditor eksternal di bmt al-ishlah salatiga

advertisement
PERAN AUDITOR EKSTERNAL DI BMT AL-ISHLAH
SALATIGA
Tugas Akhir
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
Oleh :
FARDA NUR ROHIMA
NIM : 201 13 056
JURUSAN DIPLOMA TIGA ( D III ) PERBANKKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai dari
sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya
kepada tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Q.S Al Insyirah: 6-8)
Barang siapa yang keluar dalam menuntut ilmu maka ia adalah berperang di jalan
Allah hingga pulang (HR. Tirmidzi)
Ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu pengetahuan buta (Albert
Einstein)
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
ini dengan baik.Penyusunan tugas akhir ini, penulis banyak dibantu, dibimbing, dan
didukung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Kepala Jurusan D3 Perbankan Syariah yang telah banyak membantu dan
memberi semangat dalam penyusunan tugas akhir ini.
2.
Dosen pembimbing Ibu Dr. Hikmah Endraswati, S.E., M.Si. yang selalu
memberikan pengarahan, bimbingan dan semangat dalam penyusunan tugas
akhir ini.
3.
Bapak ibu dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah memberi ilmu.
4.
Seluruh keluarga besar yang telah mendukung dan selalu mendoakan, Ibu, Ayah,
Adik dan saudara-saudara.
5.
Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 jurusan D III Perbankan Syariah yang
berjuang bersama dalam penulisan tugas akhir ini.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi
beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat, taufik dan hidayahNya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin umat dan penutup
para Rasul, Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing dan mendidik manusia
dari masa kegelapan menuju masa yang sangat terang benderang dengan syariatnya
yang lurus.
Tugas akhir yang berjudul “Peran Auditor Eksternal di BMT Al-Ishlah Salatiga”
ini, diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya dalam bidang Ekonomi Syariah
pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam Tugas Akhir ini, penulis
akan memaparkan tentang peran auditor eksternal di BMT Al-Ishlah.
Penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang
telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual.
Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada:
1.
Yang terhormat Rektor IAIN Salatiga Bpk. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd.,
2.
Yang terhormat Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga Bpk.
Dr. Anton Bawono, M.Si.
3.
Yang terhormat Ketua Jurusan DIII Perbankan Syariah IAIN Salatiga Bpk. Drs.
Alfred L.,M.Si
viii
4.
Yang terhormat Ibu Dr. Hikmah Endraswati, S.E., M.Si. selaku dosen
pembimbing yang selaku memberikan bimbingan, masukan, arahan dalam
menyusun tugas akhir ini.
5.
Ibunda tercinta Nur Ngatiyah dan alm. Ayah tercinta Rohmat yang senantiasa
mencurahkan cinta, kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus
untuk penulis.
6.
Segenap karyawan BMT Al-Ishlah Salatiga
yang telah membantu dalam
pembuatan Tugas Akhir ini.
7.
Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 jurusan D III Perbankan Syariah
yang berjuang bersama penulis dalam penulisan tugas akhir.
Semoga atas segala bantuan dan bimbingan serta semangat yang diberikan
mendapatkan balasan yang melimpah dari Allah SWT dan semoga tugas akhir ini
dapat memberikan sumbangan ilmu bagi lingkungan akademisi.
Salatiga, 19 September 2016
Penulis
ix
ABSTRAK
Rohima, Farda Nur. 2016. Peran Auditor Eksternal di BMT Al-Ishlah Salatiga. Tugas
Akhir. Jurusan Syariah. Program Studi DIII Perbankan Syariah. Institut Agama
Islam Negeri Salatiga.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran, prosedur dan tindak lanjut
temuan auditor eksternal di BMT Al-Ishlah Salatiga.Metodologi yang penulis
gunakan pada Tugas Akhir ini yaitu penelitian kualitatif dengan berdasarkan
pengumpulan data di lapangan dan sumber-sumber lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa auditor eksternal berperan penting bagi
BMT Al-Ishlah dan membuat laporan keuangan BMT Al-Ishlah menjadi lebih baik.
Prosedur pelaksaan audit dilaksanakan secara beruntutan sesuai ketentuan yang sudah
diatur. Pelaksanaan audit dilaksanakan untuk memperbaiki laporan BMT dan
menindak lanjuti hasil temuan.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu auditor eksternal berperan penting bagi
pihak BMT Al-Ishlah Salatiga untuk menjadikan BMT lebih baik lagi dan
menjadikan BMT lebih dipercaya oleh pihak luar. Selain itu BMT dapat membuat
laporan keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan untuk
menjaga reputasi BMT sebagai salah satu lembaga keuangan Islam yang membuat
laporan sesuai syarat dan ketentuan yang berlaku.
Kata Kunci : Peran, Auditor Eksternal, BMT Al-Ishlah
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................ iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ................................................................... v
MOTTO ................................................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B.Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
C.Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
D.Manfaat Penelitian.. ................................................................................... 6
E.Metodologi Penelitian ................................................................................ 7
F.Sistematika Penulisan ............................................................................... 10
xi
BAB II LANDASAN TEORI
A.Telaah Pustaka ...................................................................................... 11
B.Landasan Teori .................................................................................... .13
1.Pengertian Pengawas dan DPS .......................................................... 13
2.Hakekat Audit .................................................................................... 14
3.Pengertian Auditing .......................................................................... 14
4.Peran dan Tanggung Jawab Auditor ................................................. 16
5.Jenis-Jenis Audit ............................................................................... 19
6.Standar Audit .................................................................................... 23
7.Jenis Audit Sektor Publik/ Audit Eksternal ....................................... 25
8.Standar Audit Sektor Publik .............................................................. 28
9.Departemen Koprasi Dekopin dan Pusat Koperasi ........................... 30
10.Regulasi Koprasi Tentang Audit ..................................................... 32
11.Jenis Opini Audit ............................................................................ 38
BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN
A.Sejarah Pendirian BMT Al-Ishlah....................................................... 42
B.Visi dan Misi ...................................................................................... 43
C.Lokasi dan Wilayah Perusahaan ........................................................ 44
D.Produk ................................................................................................ 44
E.Badan Hukum dan Struktur Lembaga ................................................ 49
F.Data Pertambahan Anggota Tahun 2013-2015 .................................. 50
G.Data Laporan Laba Rugi 2013-2015 .................................................. 51
xii
H.Profil Ausditor Eksternal .................................................................... 52
BAB IV ANALISIS
A.Peran Auditor Eksternal......................................................................... 53
B.Prosedur Pelaksanaan Auditing ............................................................. 54
C.Tindak Lanjut Hasil Temuan ................................................................. 58
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan ........................................................................................... 63
B.Saran ..................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 65
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Audit
Gambar 2.2 Bagan Auditor
Gambar 3.1 Bagan Struktur Organisasi BMT Al-Ishlah
Gambar 3.2 Daftar Anggota Baru BMT
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Laporan Laba Rugi tahun 2013-2015
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia Nomor 21/Per/M.KUKM/XI/2008 bab 1 pasal 1 menyatakan
Pengawasan adalah kegiatan pembinaan, pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian
kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi oleh
pemerintah, dalam hal ini Menteri di tingkat pusat dan pejabat yang diberi
wewenang menjalankan tugas pembantuan di tingkat daerah dengan tujuan agar
pengelolaan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi
dilakukan secara baik dan terkendali sehingga menumbuhkan kepercayaan dari
pihak terkait.
Pengawasan di lembaga keuangan syariah (LKS) sangat penting dalam
rangka untuk menjaga kesehatan dan stabilitas keuangan lembaga itu sendiri.
Pengawasan dilakukan LKS untuk meminimalisir resiko yang mengakibatkan
kerugian bagi nasabah dan lembaga, terlebih pengawasan untuk laporan
keuangan. Pengawasan laporan keuangan dilakukan dengan cara mengaudit
laporan keuangan. Menurut Holmes & Overmyers (1975) dalam Harahab (1995:
11) mendefinisikan auditing adalah fungsi penyaksi
yang melakukan
pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan perusahaan yang disusun oleh
manajemen. Menurut Arens dan Loebbecke (1980) dalam Harahab (1995: 11)
1
2
auditing adalah satu set prosedur yang sesuai dengan norma pemeriksaan
akuntansi yang memberi informasi sehingga akuntan dapat menyatakan suatu
pendapat tentang apakah laporan keuangan yang diperiksa disajikan secara wajar
sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang berlaku.
Tujuan audit adalah pemeriksaan laporan keuangan oleh akuntan yang
independen. Laporan keuangan yang disajikan manajemen adalah daftar posisi
keuangan (Neraca), hasil usaha (Laba Rugi), dan daftar perubahan posisi
keuangan atau laporan arus kas. Berdasarkan pemeriksaannya ia memerlukan
pendapat apakah laporan keuangan yang disusun menajemen wajar atau tidak
dalam arti sesuai atau tidak dengan Standar Akuntansi Keuangan (Harahab, 1995:
11). Fungsi auditing ini sudah lama ada semenjak adanya pemisahan antara
pemilik dan manajemen atau antara agent dan principal. Audit dilakukan untuk
memberikan keyakinan bahwa laporan penyajian manajemen, pihak manapun
telah dapat dipercaya dan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam proses
pengambilan keputusan (Harahab, 1995: 13).
Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dan merupakan tanggung
jawabnya. Laporan keuangan perlu diaudit oleh pihak ketiga yang independen,
dalam hal ini auditor eksternal, karena:
1. Adanya perbedaan kepentingan antara manajemen perusahaan dengan pihak
luar perusahaan menyebabkan perlunya pihak ketiga yang dapat dipercaya.
2. Laporan keuangan kemungkinan mengandung kesalahan, baik yang disengaja
maupun yang tidak disengaja.
3
3. Laporan keuangan yang sudah diaudit dan mendapat opini unqualified,
diharapkan para pemakai laporan keuangan dapat yakin bahwa laporan
keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan disajikan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berterima umum (Fridati: 2005).
Auditor Eksternal merupakan para auditor yang bekerja pada perusahaan
akuntan publik, di mana salah satu jasa yang ditawarkan oleh kantor akuntan
publik adalah jasa pemeriksaan audit pada laporan keuangan perusahaan yang
disusun manajemen perusahaan. Perusahaaan dengan skala menengah keatas
biasanya menggunakan jasa auditor eksternal untuk menilai kembali laporan
keuangan perusahaannya. Pemeriksaan audit oleh auditor eksternal berguna agar
laporan keuangan tersebut mampu disajikan secara lebih akurat dan terpercaya,
karena laporan keuangan memiliki resiko informasi, yaitu bahwa laporan
keuangan mungkin tidak benar atau tidak lengkap. Selain itu permeriksaan audit
juga digunakan sebagai syarat untuk masuk ke pasar modal. Oleh sebab itu
dikatakan bahwa pemeriksaan audit laporan keuangan meningkatkan kredibilitas
laporan keuangan dengan menekan resiko informasi. Laporan keuangan tersebut
mampu membawa keyakinan atas pihak eksternal yang akan atau sudah menjadi
patner atas perusahaan tersebut (Grihardini, 2011: 1).
BMT yang berbadan hukum maka dapat melakukan perbuatan hukum
(rechtshandeling) dalam hubungan-hubungan hukum (rechtsbetrekking), dapat
melakukan transaksi dan membuat perjanjian akad, baik internal organisasi
maupun eksternal organisasi, yaitu dengan anggota, pemerintah maupun
4
masyarakat. Hal inilah yang mendorong Menteri Negara Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah untuk menerbitkan Surat Keputusan Menteri Nomor
91/kep/MKUKM/IX/2004, berdasarkan ketentuan itu maka yang disebut Koperasi
Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak
di bidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil, sehingga
semua BMT yang ada di Indonesia dapat digolongkan dalam Koperasi Jasa
Keuangan Syariah (KJKS), mempunyai payung hukum dan kegiatan legal
operasionalnya dengan syarat memenuhi ketentuan perundang–undangan yang
berlaku.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011 Tentang Akuntan
Publik, bab 1 pasal 1 menjelaskan tentang akuntan publik. Akuntan Publik adalah
seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini. Akuntan Publik Asing adalah warga negara asing
yang telah memperoleh izin berdasarkan hukum di negara yang bersangkutan
untuk memberikan jasa sekurang-kurangnya jasa audit atas informasi keuangan
historis.
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 15/seojk.05/2016 Tentang
Laporan Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan
Pembiayaan menyatakan bahwa fungsi auditor eksternal adalah efektivitas
pelaksanaan tugas auditor eksternal dan kepatuhan perusahaan terhadap
ketentuan, antara lain mengenai penyediaan semua catatan akuntansi dan data
penunjang yang diperlukan bagi auditor eksternal, sehingga memungkinkan
5
auditor eksternal memberikan pendapatnya tentang kewajaran, ketaatan, dan
kesesuaian laporan keuangan perusahaan dengan standar audit yang berlaku.
Audit laporan keuangan penting dilakukan oleh lembaga keuangan dan
perusahaan pada umumnya karena kewajiban hukum suatu perusahaan (PT)
dilakukan audit. Misalnya, Pasal 68 ayat (1) UU No. 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas menyatakan Direksi wajib menyerahkan laporan keuangan
kepada akuntan publik untuk diaudit apabila memenuhi syarat tertentu. Kemudian
UU Pasar Modal, UU Perbankan, dan beberapa peraturan perundang-undangan
lainnya juga mengatur kewajiban audit laporan keuangan. Menurut Taylor &
Glezen (1994:6-8) terdapat empat alasan perlunya audit atas laporan keuangan:
1. There is a potential conflict between those who prepare information
(management) and those who use information (owner, investors, creditor,
and regulators). This potential conflict can result biased information.
2. Information can have substantial economic consequences for a decision
maker.
3. Expertise is often required for preparing and verifying information.
4. Users of information frequently are prevented from direcly assessing the
quality of information.
Untuk itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran
Auditor Eksternal di BMT Al Ishlah Salatiga” yang akan dilakukan di
lembaga keuangan BMT Al Ishlah Salatiga karena auditor berperan penting bagi
lembaga keuangan karena menjadikan lembaga lebih maju dengan cara yang
benar dan baik.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka
dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa peran auditor eksternal di BMT Al-Ishlah?
2. Bagaimana prosedur pelaksanaan auditing di BMT Al-Ishlah?
3. Bagaimana tindak lanjut hasil temuan auditor eksternal di BMT Al-Ishlah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui apa saja peran auditor eksternal di BMT Al-Ishlah.
2. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan yang seperti apa saja yang dilakukan
auditing di BMT Al-Ishlah.
3. Untuk mengetahui bagaimana tindak lanjut hasil temuan auditor eksternal di
BMT Al-Ishlah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan ini mudah-mudahan bermanfaat bagi penulis
sendiri, maupun para pembaca atau pihak-pihak lain yang berkepentingan.
1. Manfaat akademis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan kemaslahatan keilmuan
dalam lembaga keuangan syariah.
7
2. Manfaat bagi Pembaca
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca dan
dapat dijadikan sebagai kajian pustaka.
3. Bagi Penulis
Untuk memenuhi syarat dalam menempuh ujian akhir progrm studi DIII
Syariah IAIN Salatiga dan untuk menambah pengetahuan tentang Auditor
Eksternal.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan yaitu penelitian kualitatif yang
didasarkan pada pengumpulan data di lapangan. Penelitian kualitatif adalah
penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis dengan pendekatan induktif (Reinard, 2006)
2. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari sumber datanya (Suryana, 2010). Data ini bersumber
dari hasil observasi. Data primer yang penulis maksud disini tertuang pada
bab ketiga yaitu berupa laporan objek penelitian dan juga pada bab
keempat yaitu tentang auditor eksternal di BMT Al-Ishalah.
8
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti
dari berbagai sumber yang telah ada (Suryana, 2010). Data ini bersumber
dari hasil riset perpustakaan dan internet yang tertuang pada bab pertama
dan bab kedua tentang landasan teori.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Riset Perpustakaan dan Internet
Riset yaitu melalui pengumpulan data-data yang diperlukan melalui
buku-buku di perpustakaan dan info-info di internet.
b. Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari pengamatan
langsung dilapangan. Bentuk observasi yang penulis lakukan yaitu melalui
wawancara terhadap karyawan-karyawan BMT Al-Ishalah Salatiga untuk
kemudiaan dianalisis lebih lanjut.
c. Wawancara
Teknik wawancara (interview) adalah teknik pencairan data/informasi
mendalam yang dijukan kepada responden/informan dalam bentuk
pernyataan susulan setelah teknik angket dalam bentuk pernyataan lisan.
Teknik in sangat diperlukan untuk mengungkap bagian terdalam
(tersembunyi) yang tidak dapat terungkap lewat angket (Hikmah, 2011:
79).
9
Teknik pengumpulan data ini digunakan penulis untuk mendapatkan
keterangan-keterangan lisan melalui percakapan. Wawancara juga
bertujuan agar terjalin hubungan baik antar pihak yang bersangkutan.
d. Studi Dokumentasi
Teknik dokumentasi yaitu penelusuran dan pengolahan data yang telah
tersedia. Biasanya berupa data statistik, agenda kegiatan, produk
keputusan atau kebijakan, sejarah dan hal lainnya yang berkaitan dengan
penelitian (Hakmat, 2011: 83).
Teknik pengumpulan data ini digunakan penulis untuk mendapatkan
data melalui dokumen-dokumen yang ada di BMT Al-Ishlah Salatiga
seperti jenis produk-produk, visi misi dan data lain yang diperlukan.
4. Analisis Data
Dalam penelitin ini penulis menggunakan metode deskriptif. Metode
deskriptif merupakan metode penelitian yang diarahkan untuk memberi
gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat,
mengenai sifat-sifat populasi di daerah tertentu. Analisis yang digunakan
dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif analisis yang berarti interpretasi
isi disebut dan disusun secara sistematis atau menyeluruh dan sistematis.
Data-data yang diperoleh kemudian penulis analisis untuk mengetahui
bagaimana peran auditor eksternal di BMT Al-Ishlah Salatiga.
10
F. Sistematika Penulisan
Sistematika
Bab I Pendahuluan
Pendahuluan terdiri dari hal-hal yang berkaitan dan berhubungan dengan latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan
Bab II Pembahasan teori
Bab ini terdapat telaah pustaka dan sebagai bab untuk mengantarkan pada
pembahasan-pembahasan teori yang digunakan dalam sebuah sistem ekonomi
islam di masyarakat.
Bab III Laporan objek penelitian
Bab ini berisi tentang sejarah BMT, visi dan misi BMT, lokasi dan wilayah
perusahaan, produk BMT, badan hukum dan struktur lembaga, data pertumbuhan
anggota baru tahun 2013-2015, dan data laporan laba rugi tahun 2013-2015
Bab IV Analisis
Bab ini merupakan bagian inti dari penelitian, didalamnya memberikan suatu
analisis data dari data-data yang telah diteliti.
Bab V Penutup
kesimpulan dan saran terhadap penelitian yang dilakukan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Penelitian dilakukan oleh Hermawan (2010) di Universitas Pasundan
Bandung. Menyimpulkan bahwa ada berbagai kesamaan antara auditor internal
dan auditor eksternal memungkinkan keduanya untuk menjalin hubungan yang
erat. Auditor internal memungkinkan tidak perlu lagi mengulang beberapa
prosedur audit yang telah dilakukan oleh auditor eksternal. Begitu juga
sebaliknya, auditor eksternal tidak perlu mengulangi prosedur auditnya apabila ia
menilai bahwa auditor internal telah berfungsi secara efektif. Auditor eksternal
juga dapat meminta auditor internal membantu selama melaksanakan audit,
sehingga diharapkan informasi keuangan yang disajikan BUMN memenuhi
karakteritik kualitatif pelaporan keuangan yang pada akhirnya menumbuhkan
kepercayaan pengguna.
Penelitian Rapina, Saragi dan Carolina (2010) di Universitas Kristen
Maranatha. Menyimpulkan bahwa berdasarkan tujuan penelitian ini pula, maka
penulis menarik suatu hipotesis penelitian yang mengatakan bahwa independensi
eksternal auditor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas
pelaksanaan audit. Besarnya pengaruh independensi eksternal auditor yang
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pelaksanaan audit dapat
dilihat dari hasil perhitungan koefisien determinasi yang menunjukkan nilai
11
12
sebesar 14,8% sedangkan sisanya yaitu sebesar 85,% dipengaruhi oleh faktorfaktor lain yang tidak diteliti.
Penelitian dilakukan oleh Hawarid (2014) di Fakultas Ekonomi Universitas
Tanjungpura. Menyimpulkan bahwa KJKS Kalbar Madani Pontianak telah
menerapkan kebijakan–kebijakan yang seusai dengan PSAK 105 tentang
pembiayaan mudharabah. Hal ini di tunjukkan dalam hal seperti, tidak
diberlakukannya bunga namun terdapat kesepakatan nisbah bagi hasil yang
sebelumnya telah didiskusikan secara bersama–sama oleh pemilik modal yaitu
KJKS dengan pengelola dana. Kesepatan itu tertuang dalam suatu akad atau
perjanjian. Selain itu, pengelola dana juga harus memberikan jaminan kepada
KJKS untuk mengantisipasi penyelewengan dana yang bias saja dilakukan oleh
pengelola dana tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Martamin (2006) tentang perbedaan
pelaksanaan tindakan Supervisi antara Kantor Akuntan Publik dengan
perusahaan. Hasil studi ini dapat menunjukkan bahwa terkecuali untuk aspek
Kepemimpinan & Mentoring, tidak terdapat perbedaan pelaksanaan tindakan
Supervisi terhadap auditor dalam dua aspek tindakan Supervisi sebagaimana yang
direkomendasikan oleh Accounting Education Change Commission (AECC) yang
meliputi aspek Kondisi Kerja dan aspek Penugasan demikian pula untuk aspek
Kepuasan Kerja auditor antara Kantor Akuntan Publik dengan auditor internal di
perusahaan khususnya tempat peneliti bekerja. Untuk aspek Kepemimpinan &
Mentoring hasil pengujian menunjukan adanya perbedaan yang signifikan dalam
13
praktik antara Kantor Akuntan Publik dengan auditor internal di perusahaan.
Perbedaan hasil pengujian dalam penelitian ini dengan hasil penelitian
sebelumnya disebabkan adanya beberapa perbedaan praktik audit antara praktik
audit di Amerika dengan praktik audit di Indonesia.
Dari beberapa penelitian di atas, maka penelitian yang saat ini penulis susun
dengan judul “Peran Auditor Eksternal di BMT Al-Ishlah Salatiga” belum pernah
diteliti sebelumnya. Perbedaan dari penelitian terdahulu adalah penelitian ini lebih
membahas dalam hal peran, prosedur dan tindak lanjut temuan di BMT Al-Ishlah
dan lebih sepesifik terdahap auditor eksternal.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Pengawas dan DPS
Pengawas adalah melakukan pengawasan secara periodik atas aktivitas
manajemen, oprasional dan keuangan, sehingga dapat dipastikan aktivitas
manajemen, oprasional dan keuangan BMT berjalan sesuai denganprosedur
yang berlaku di BMT dan terhindar dari kemungkinan-kemungkinan yang
dapat mengancam keberlangsungan BMT.
Dewan pengawas syariah (DPS) adalah lembaga independen atau hakim
khusus dalam fiqh muamalat. Namun DPS bisa juga anggota diluar ahli fiqh
tetapi ahli juga di dalam lembaga keuangan islam dan fiqh muamalat. Dewan
pengawas syariah lembaga yang berkewajiban mengarahkan, meriview dan
mengawasi aktivitas lembaga keuangan agar dapat diyakinkan bahwa mereka
mematuhi aturan dan prinsip syariah islam (Harahab, 2002: 207).
14
2. Hakekat Audit
Menurut Mulyadi & Puradiredja (1998) dalam Ulum (2012 : 3) audit
adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan
kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepantingan.
Menurut Arens & Loebbecke (1996) dalam Ulum (2012 : 3) menyatakan
bahwa audit merupakan proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti
tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang
dilakukan seorang kompeten dan independen untuk dapat menentuan dan
melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh orang yang independen dan
kompeten.
3. Pengertian Auditing
Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan,
karena angkutan publik sebagai pihak yang akhli dan independen pada akhir
pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan laporan independen arus kas
(Agoes, 2012: 2)
Menurut Holmes & Overmyers (1975) dalam Harahab (1995: 11)
mendefinisikan auditing adalah fungsi penyaksi yang melakukan pemeriksaan
15
secara objektif atas laporan keuangan perusahaan yang disusun oleh
manajemen. Menurut Arens dan Loebbecke (1980) dalam Harahab (1995: 11)
auditing adalah satu set prosedur yang sesuai dengan norma pemeriksaan
akuntansi yang memberi informasi sehingga akuntan dapat menyatakan suatu
pendapat tentang apakah laporan keuangan yang diperiksa disajikan secara
wajar sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang berlaku.
Auditor adalah seseorang yang menyatakan pendapat atas kewajaran
dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang
sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia (Arens, 1995).
Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditor adalah pemeriksaan
(examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau
organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan
trsebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut (Mulyadi,
2002).
Menurut Mulyadi (2002) dalam Noverio (2011) auditor digolongkan menjadi
tiga kategori, yaitu:
a. Auditor Independen
Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya
kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan
keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut umumnya ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan.
16
b. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi
pemerintah
yang
tugas
pokoknya
melakukan
audit
atas
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi
pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada
pemerintah.
c. Auditor Intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan
negara atau swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah
dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan
organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas kegiatan organisasi serta
menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian
organisasi.
4. Peran dan Tanggung Jawab Auditor
Auditor memiliki peran yang sangat strategis, banyak pendapat yang
menyatakan bahwa auditor akan berguna bagi pihak pengguna laporan
keuangan, hasil auditan akan membuat keputusan ekonomi. Auditor berfungsi
melindungi pihak yang berkepentingan dengan menyediakan informasi yang
relevan dalam pengambilan keputusan, baik bagi pihak luar perusahaan
maupun bagi manajemen dalam mendukung pertanggung jawaban kepada
17
pemilik dan memberikan kepastian bahwa laporan keuangan tidak
mengandung informasi yang menyesatkan pemakainya (Baridwan, 1999).
Kebutuhan akan laporan keuangan tidak lagi hanya disediakan untuk
manajemen dan banker, namun telah meluas kepihak-pihak lain seperti
pemerintah, investor, kreditur dan pemegang saham. Oleh karena itu,
perusahaan harus membuat laporan keuangan yang transparan, akurat, tepat
waktu dan tidak menyimpang dari prinsip akuntansi berterima umum. Peran
auditor jika dilihat dari segi lingkungan bisnis yang semakin berkembang,
maka peran auditorpun semakin luas.
Auditor harus mampu berperan menjadi moderator bagi perbedaanperbedaan kepentingan antara berbagai pelaku bisnis dan masyarakat, agar
mampu menjalankan peran tersebut, Auditor harus selalu menjaga mutu jasa
yang diberikannya dan menjaga independensi, integritas dan objektivitas
profesinya. Auditor harus bertanggung jawab kepada klien dan pihak ketiga
atau secara khusus kepada (Mulyadi, 2002) dalam Noverio (2011):
a. Pihak khusus (parties in privity) seperti klien.
b. Pihak yang diuntungkan (primary beneficiaries) seperti direktur.
c. Pihak-pihak terbatas (foreseen and limited classes) seperti pihak-pihak
yang memerlukan laporan audit dalam melakukan bisnis.
d. Pihak-pihak foreseeable (foreseeable parties) seperti investor.
18
e. Peran dan tanggung jawab auditor diatur dalam Standar Profesi Akuntan
Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia ataupun
Statement Auditing Standarts Board (ASB).
Peran dan tanggung jawab auditor sebagai berikut (Mulyadi, 2002):
a. Tanggung jawab mendeteksi dan melaporkan kecurangan (frand),
kekeliruan dan ketidak beresan. Dalam SPAS seksi 316 pendeteksian
terhadap kekeliruan dan ketidak beresan dapat berupa kekeliruan
pengumpulan dan pengelolaan data akuntansi, kesalahan estimasi
akuntansi, kesalahan penafsiran prinsip akuntansi tantang jumlah,
klasifikasi dan cara penyajian, penyajian laporan keuangan yang
menyesatkan serta penyalah gunaan aktiva.
b. Tanggung jawab mempertahankan sikap independensi dan konflik.
SPAP seksi 220 harus bersikap jujur, bebas dari kewajiban klien
dan tid meak mempunyai kepentingan dengan klien baik terhadap
manajemen maupun pemilik. Disamping itu sikap mempertahankan
tindakan independensi dan penuh intregritas serta bebas dari hubunganhubungan tertentu dalam wujud mempertahankan fakta (independent
infact) dan menghindari pihak luar merugikan sikap independensinya
(independent in appearasce).
c. Tanggung jawab mengkonfirmasikan informasi yang berguna tentang
sifat dan hasil proses audit. SPAP seksi 341 menyatakan bahwa hasil
evaluasi yang dilakukan,mengindikasikan adanya ancaman terhadap
19
kelangsungan hidup perusahaan, auditor wajib mengevaluasi rencana
manajemen untuk memperbaiki kondisi tersebut. Bila ternyata tidak
memuaskan, auditor boleh tidak memberikan pendapat dan perlu
diungkapkan.
d. Tanggung jawab menemukan tindakan melanggar hukum dari klien.
5. Jenis-Jenis Audit
Secara umum dalam akuntan nonpublik, audit dibedakan dalam tiga jenis,
yaitu audit laporan keuangan (financial statement audit), audit oprasional
(operational audit), dan audit ketaatan (compliance audit) (Ulum, 2012: 5).
a. Audit Laporan Keuangan bertujuan menentukan apakah laporan keuangan
secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang akan
diverifikasi telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu.
Umumnya, kriteria itu adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Sering kali juga dilakukan audit laporan keuangan yang disusun
berdasarkan basis kas atau basis akuntansi lainnya yang sesuai dengan
kebutuhan organisasi yang bersangkutan. Asumsi dasar dari suatu audit
laporan keuangan adalah bahwa laporan untuk maksud berbeda. Oleh
karenanya, jauh lebih efisien memperkerjakan satu auditor untuk
melaksanakan audit dan membuat kesimpulan yang dapat diandalkan oleh
semua pihak dari pada membiarkan masing-masing pihak melakukan audit
sendiri-sendiri (Ulum, 2012: 5).
20
b. Audit Operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari
prosedur dan metode operasi sesuatu organisasi untuk menilai efisiensi
dan efektivitasnya. Umumnya, pada saat selesainya audit oprasional,
auditor akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk
memperbaiki jalannya operasi perusahaan. Tujuan audit operasional
adalah untuk mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk
peningkatan, dan membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan
lebih lanjut (Ulum, 2012: 5).
c. Audit ketaatan bertujuan mempertimbangkan apakah audit (klien) telah
mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang
memiliki otoritas lebih tinggi. Suatu audit ketaatan pada perusahaan
swasta, dapat termasuk penentuan apakah para pelaksana akuntan telah
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan (Ulum, 2012:
6).
21
Gambar 2.1
AUDIT
Audit Laporan
Keuangan
Audit Kepatuhan
Audit Operasional
Memeriksa asersi
dalam laporan
keuangan
Memeriksa tindakan
perorangan atau
organisasi
Memeriksa seluruh
atau sebagian
aktivitas organisasi
Kriteria yang
digunakan adalah
prinsip akuntansi
berterima umum
Kriteria yang
digunakan adalah
kebijakan,
perundangan,
peraturan
Kriteria yang
digunakan adalah
tujuan tertentu
organisasi
Laporan audit berisi
pendapat auditor
atas kesesuaian
laporan keuangan
dengan prinsip
akuntansi berterima
umum
Laporan audit berisi
pendapat auditor atas
kepatuhan perorangan
atau organisasi
terhadap kebajikan,
perundangan,
peraturan
Laporan audit berisi
pendapat auditor atas
kepatuhan
perorangan atau
organisasi terhadap
kebajikan,
perundangan,
peraturan
Sumber : Ulum, 2012
Sedangkan dari sisi auditor, dikenal istilah eksternal auditor (akuntan publik),
internal auditoar, dan governmenmtal auditor. Eksternal auditor atau juga disebut
22
dengan akuntan publik adalah akuntan yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik
(KAP). Jasa yang diberikan mencakup berbagai jenis audit. Untuk bisa menjadi
seorang akuntan publik yang memiliki KAP sendiri, harus memiliki izin dari
Departemen Keuangan yang ditunjukkan dengan bukti kepemilikan nomor
register. Akuntan publik merupakan auditor eksternal yang bekerja dan
memperoleh imbalan (fee) berdasarkan kontrak dengan pihak perusahaan/entitas
tertentu (Ulum, 2012: 7).
Sedangkan internal auditor adalah akuntan yang berkerja pada suatu
perusahaan dan ditempatkan sebagai auditor. Setatusnya karyawan dan dibayar
oleh perusahaan. Biasanya bertugas melakukan compliance audit dan oprational
audit (Ulum, 2012: 7).
Sementara govermenmtal auditor adalah auditor yang bekerja pada sektor
pemerintah (di Indonesia misalnya pada BPKP-Badan Pengawasan Keuangan dan
pembangunan-dan BPK-Badan Pemeriksa Keuangan). Karena bkerja pada sektor
pemerintah, maka setatusnya merupakan PNS dan digaji oleh negara.
Govermenmtal Auditor melakukan semua jenis pekerjaan audit, baik laporan
keuangan, audit kepatuhan, maupun audit oprasional (Ulum, 2012:7).
23
Gambar 2.2
AUDITOR
Eksternal Auditor
Internal Auditor
Governmental
Auditor
Dilaksanakan oleh
auditor independen
atas dasar kontrak
kerja
Dilaksanakan oleh
auditor intern sebagai
karyawan organisasi
Dolaksanakan oleh
auditor pemerintah
sebagai karyawan
pemerintah
Mencakup audit
kepatuhan dan audit
oprasional
Mencakup audit
laporan keuangan,
audit kepatuhan, dan
audit oprasional
Mencakup sebagai
tipe audit, terutama
audit atas laporan
keuangan
Sumber : Ulum, 2012:
6. Standar Audit
Menurut Arens & Loebbecke (1997) dalam Ulum (2012: 11) mengatakan
bahwa standar audit merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan
tanggungjawab profesionalnya, standar-standar ini meliputi pertimbangan
mengenai kualitas profisional mereka, seperti keahlian dan independensi,
persyaratan pelaporan, dan bahan bukti. Pedoman utama adalah sepuluh standar
audit atau 10 Generally Acceptend Auditing Standards – GAAS. Sejak disusun
24
ACIPA di tahun 1974 dan diadaptasi oleh IAI di Indonesia sejak 1973, dan
sekarang disebut standar auditing yang ditetapkan IAI (SA-IAI), kecuali untuk
perubahan-perubahan kecil, bentuknya tetap sama.
Kesepuluh standar sebagaimana yang dimaksud di atas adalah sebagai berikut:
a. Standar Umum
1) Audit harus dilakukan dengan seorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independen
dalam sikap mental dipertahankan oleh auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya.
2) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan
lingkup pengujian yang harus dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
25
c. Standar Pelaporan
1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2) Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya prinsip
akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi
yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
3) Penguangkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
4) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian
tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat
diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang mana
auditor dihubungkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada,
dan tingkat tanggungjawab yang dipikulnya (Ulum, 2012: 12).
7.
Jenis Audit Sektor Publik/ Audit Eksternal
Ditinjau dari perspektif audit sector public sesuai dengan perkembangan dan
tuntutan kebutuhannya, serta sifat, tujuan, dan ruang lingkupnya, dapat
diklarifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu audit keuangan, audit kinerja/audit
operasional, dan audit invetigasi (Ulum, 2012: 104).
26
Audit keuangan, secara tradisional adalah pemeriksaan keuangan dan
ketaatan terhadap perundang-undangan yang berlaku (compliance test), dengan
tujuan.
a. Menilai kewajaran laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran
negara (budget accountability report) setiap manajemen instansi pemerintah
atau instansi pemerintah sebagai satu kesatuan.
b. Menilai dan memberikan pernyataan pendapat akuntan (opini) atau
kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen entitas bisnis
sector publik. Dalam hal ini, menilai dan menentukan:
1) apakah laporan keuangan tersebuat telah disajikan secara layak mengenai
posisi keuangan dan hasil usaha serta laporan perubahan posisi
keuangannya, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2) Apakah prosedur atau prosesnya telah dilaksanakan berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
3) Apakah tidak ada salah saji material yang berpengaruh terhadap laporan
keuangan secara keseluruhan.
Audit kinerja diartikan sebagai sebuah pengujian secara sistematis,
terorganisasi dan objektif atas suatu entitas untuk menilai pemanfaatan sumber
daya dalam memberikan pelayanan publik secara efisien dan efektif dalam
memenuhi harapan stakeholder dan memberikan rekomendasi guna peningkatan
kerja. Audit kinerja adalah bagian integral dari manajemen terhadap hasil-hasil
(managing for results) yang meliputi: perencanaan strategik, perencanaan kinerja
27
tahunan, anggaran berbasis kinerja, sistem pengindikator kinerja, analisis dan
pelaporan capaian kinerja, secara audit kinerja.
Menurut Rosjidi (2001) dalam Ulum (2012: 105) Senada dengan definisi
tersebut, audit operasional juga diartikan sebagai evaluasi yang bebas, selektif,
dan analitis terhadap suatu kegiatan, program, atau fungsi dengan tujuan untuk
memberikan rekomendasi perbaikan kepada objek yang diaudit. Definisi lain
yang menyatakan bahwa audit operasional/kinerja adalah pemeriksaan yang
sistematis terhadap kegiatan, program organisasi, dan seluruh atau sebagian
aktivitas, dengan tujuan menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana
digunakan secara ekonomis dan efisien, dan apakah tujuan kegiatan, program,
dan aktivitas yang telah direncanakan dapat dicapai dengan efektif tidak
bertentangan dengan peraturan yang berlaku.
Berdasarkan pengertian tersebut, ruang lingkup audit operasional meliputi
penilaian terhadap: ekonomi dan efisiensi dalam penggunaan sumber daya dan
dana, efektivitas atau pemanfaatan hasil program (program result) (Ulum, 2012:
105). Jenis audit sektor publik yang ketiga adalah audit investigasi, yang
didefinisikan sebagai audit dengan tujuan khusus, yaitu membuktikan dugaan
penyimpangan
dalam
bentuk:
kecurangan
(fraud),
ketidakteraturan
(irregularities), pengeluaran illegal (illegal expenitures) atau penyalahgunaan
memenuhi: (1) unsur-unsur Tindak Pidana Korupsi (TPK) dan/atau, (2) Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme (KKN), yang harus diungkapkan oleh auditor serta
ditindaklanjuti oleh instansi yang berwewenang, kejaksaan atau kepolusian
28
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Ulum,
2012: 107).
Standar pemeriksaan keuangan negara memasukan audit investigasi sebagai
salah satu bagian dari pemeriksaan dengan tujuan tertentu, selain pemeriksaan
atas sistem pengendalian intern pemerintah dengan pemeriksaan atas hal-hal lain
di bidang keuangan (Ulum, 2012: 107).
8.
Standar Audit Sektor Publik
Standar merupakan kriteria atau ukuran mutu kinerja yang harus dicapai,
berbeda dengan prosedur yang merupakan urutan tindakan yang harus
dilaksanakan untuk mencapai suatu standar tertentu. Standar audit merupakan
ukuran mutu pekerjaan audit yang ditetapkan oleh organisasi profesi audit, yang
merupakan syarat-syarat minimum yang harus dicapai auditor dalam
melaksanakan pemeriksaannya. Standar audit diperlukan untuk menjaga mutu
pekerjaan auditor. Mutu audit perlu dijaga supaya profesi auditor tetap mendapat
kepercayaan dari masyarakat. Untuk meyakinkan pembaca laporan audit, maka
auditor harus mencantumkan dalam laporannya bahwa pemeriksaannya telah
dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku (Ulum, 2012: 107).
Menurut Rosjidi (2001) dalam Ulum (2012: 108) standar audit sektor publik
adalah ukuran mutu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang yang harus
diikuti dalam rangka melaksanakan fungsi audit agar dapat mencapai mutu
pelaksanaan dengan laporan hasil audit yang dikehendaki. Ada empat standar
29
audit sektor publik yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang, yaitu sebagai
berikut:
a.
Standar audit aparat pengawasan fungsional pemerintah, yang ditetapkan
oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
b.
Setandar audit pemerintah (Government Auditing Standards), yang
ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai Lembaga Tinggi
Negara dan Lembaga Audit Eksternal Pemerintah. Standar audit pemerintah
inilah yang kemudian diubah/diganti dengan Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara sebagai implementasi dari UU. No. 15 tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
c.
Standar audit perbankan, diterbitkan oleh Bank Indonesia, dikenalkan
dengan nama Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB)
d.
Standar audit perpajakan, ditetapkan oleh menteri keuangan RI, merujuk
pada standar audit US Spesial Revenues Service dan AICPA.
1) Standar audit Aparat Pengawasan Pemerintah (APFP)
Standraudit APFP merupakan prinsip-prinsip dasar dan persyaratan yang
diperlukan APFP serta akuntan publik yang dtugaskan untuk melaksanakan
tugas pokok dan fungi suatu APFP, untukmenjamin mutu hasil audit dan
konsistensi pelaksanaan tugas audit (Ulum, 2012: 108).
2) Standar Pemerikaan Keuangan Negara
Sandar pemeriksaan keuangan negaramemuat persyaratan profesional
Pemeriksa, mutu pelaksanaan Pemeriksan, dan persyaratan pemeriksaan
30
yang profesional. Pelaksnaan pemeriksaan yang didasarkan pada standar
pemeriksaan akan menjamin kredibilitas informasi yanng dilaporkan atau
diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian
bukti secara objektif. Apabila pemeriksaan pemeriksa melaksanakan
pekerjaannya dengan cara ini dan melaporkan hasilnya sesuai dengan standar
pemeriksaan maka hasil pekerjaannya tersebut akan dapat mendukung
peningatan mutu pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara
serta pengambilan keputusan peerintah.pemeriksaan pengelolaan dan
tanggungjawab keuangan negara juga merupakan salah satu unsur penting
dalam rangka terciptanya akuntabilitas publik (Ulum, 2012: 111).
Standar pemeriksaan keuangan negara dimaksudkan untuk dapat
dijadikan patokan bagi par pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara agar dapat
memelihara kompetensi, integritas, onjektifitas dan independensi dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan ekerjaan yang dilaksanakannya.
Tujuan standar pemeriksaan keuangan negara adalah untuk membantu
pemerintah, termasuk instansidan para pejabatnya dalam menyelenggarakan
pengelolaan dan membuat pertanggungjawaban keuangan negara, yang
semakin baik (Ulum, 2012: 111).
9.
Departemen Koperasi Dekopin dan Pusat Koperasi
Pengawas ini termasuk pengawas eksternal yaitu adalah pengawas yang
berasal dari luar organisasi bersangkutan, baik dari organisasi pengawasan
31
fungsional maupun nonfungsional. Pelaksanaan pengawasan eksternal pada
koperasi adalah sebagai berikut (Nugroho, 2011: 2)
a.
Pusat koperasi atau koperasi sekunder secara terus-menerus mengadakan
peninjauan yang bersifat pembinaan dan pengawasan Departemen Koperasi
dan Pengusaha Kecil setempat, yang secara aktif melakukan peninjauan ke
masing masing koperasi dalam rangka pembinaan dan pemberian informasi
rutin dari pemerintah
b.
Badan Penasehat dan Dewan Pembina Dewan pembina dan penasehat sesuai
dengan fungsinya hanya memberi pembinaan serta nasehat pada pengurus
dan pengawas. Mereka ini biasanya sosok yang dituakan atau secara
struktural lebih dihormati sehingga tepat untuk dimintai saran, nasehat, dan
petunjuk. Disini secara tidak langsung berarti juga bertindak sebagai
pengawas asal mereka menyadari dan mempunyai fungsi tersebut serta mau
dan mampu melaksanankannya.
c.
Manajer adalah pengawas operasional, yaitu fungsi yang melekat pada
jabatannya karena mempunyai tanggung jawab. Tanggung jawab manajer
mencakup semua bidang usaha atau koperasinya sehingga seluruh karyawan
koperasi menjadi bawahannya. Hal ini berarti manajer menjadi pengawas
atas segala kerja para karyawan koperasi yang menyelenggarakan kegiatan
sehari-hari.
d.
Anggota beradasarkan pada pasal 20 undang-undang No.25 tahun 1992, ayat
2d, yang menyatakan bahwa anggota berhak mengemukakan pendapat atau
32
saran kepada pengurus, baik diminta maupun tidak. Dengan demikian,
seandainya seorang anggota melihat ketidak beresan dalam pelaksanaan
koperasi, dia secara langsung memberikan saran dan pendapat kepada
pengurus, pengawas, Dewan Penasehat, dan Badan Pembina, atau ke kantor
koperasi.
e.
Akuntan Publik, Koperasi Jasa Audit (KJA) dan akuntan publik merupakan
pengawas keuangan yang professional. Namun sampai sekarang masih
banyak koperasi yang tidak memanfaatkan layanan jasa akuntan publik
sebagai pengawas. Hal ini disebabkan karena belum dirasa perlu dan juga
banyak koperasi yang tidak mampu untuk membayar jasa pemeriksaan
akuntan.
10. Regulasi Koperasi Tentang Audit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan
Bab 1 (Ketentuan Umum)
Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk
memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Akuntan Publik Asing adalah warga negara asing yang telah memperoleh izin
berdasarkan hukum di negara yang bersangkutan untuk memberikan jasa
sekurang-kurangnya jasa audit atas informasi keuangan historis.
3. Asosiasi Profesi Akuntan Publik adalah organisasi profesi Akuntan Publik
yang bersifat nasional.
33
4. Asosiasi Profesi Akuntan adalah organisasi profesi Akuntan yang bersifat
nasional.
5. Kantor Akuntan Publik, yang selanjutnya disingkat KAP, adalah badan usaha
yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-Undang ini.
6. Organisasi Audit Indonesia, yang selanjutnya disingkat OAI, adalah organisasi
di Indonesia yang merupakan jaringan kerja sama antar-KAP.
7. Kantor Akuntan Publik Asing, yang selanjutnya disingkat KAPA, adalah badan
usaha yang didirikan berdasarkan hukum negara tempat KAPA berkedudukan
dan melakukan kegiatan usaha sekurang-kurangnya di bidang jasa audit atas
informasi keuangan historis.
8. Organisasi Audit Asing, yang selanjutnya disingkat OAA, adalah organisasi di
luar negeri yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan di
negara yang bersangkutan, yang anggotanya terdiri dari badan usaha jasa
profesi yang melakukan kegiatan usaha sekurang-kurangnya di bidang jasa
audit atas informasi keuangan historis.
9. Pihak Terasosiasi adalah Rekan KAP yang tidak menandatangani laporan
pemberian jasa, pegawai KAP yang terlibat dalam pemberian jasa, atau pihak
lain yang terlibat langsung dalam pemberian jasa.
10. Rekan adalah sekutu pada KAP yang berbentuk usaha persekutuan.
34
11. Standar Profesional Akuntan Publik, yang selanjutnya disingkat SPAP, adalah
acuan yang ditetapkan menjadi ukuran mutu yang wajib dipatuhi oleh
Akuntan Publik dalam pemberian jasanya.
12. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
keuangan.
Pasal 2 Wilayah kerja Akuntan Publik meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Bab 2 (Bidang Jasa)
Bagian Kesatu Jenis Jasa Pasal 3
(1) Akuntan Publik memberikan jasa asurans, yang meliputi:
a.
jasa audit atas informasi keuangan historis;
b. jasa reviu atas informasi keuangan historis; dan
c.
jasa asurans lainnya.
(2) Jasa asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan
oleh Akuntan Publik.
(3) Selain jasa asurans sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Akuntan Publik
dapat memberikan jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan,
dan manajemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua Pembatasan Pemberian Jasa Pasal 4
(1) Pemberian jasa audit oleh Akuntan Publik dan/atau KAP atas informasi
keuangan historis suatu klien untuk tahun buku yang berturut-turut dapat
dibatasi dalam jangka waktu tertentu
35
(2) Ketentuan mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas informasi
keuangan historis diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Peraturan mentri negara koprasi dan usaha kecil dan menengah Republik
Indonesia Nomor: 21/Per/M.KUKM/XI/2008
Bab 1 (Ketentuan Umum), dalam pasal 1.
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
a.
Pengawasan adalah kegiatan pembinaan, pemantauan, pemeriksaan, dan
penilaian kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam
Koperasi oleh pemerintah dalam hal ini Menteri di tingkat pusat dan pejabat
yang diberi wewenang menjalankan tugas pembantuan di tingkat daerah
dengan tujuan agar pengelolaan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan
Pinjam
Koperasi
dilakukan
secara
baik
dan
terkendali
sehingga
menumbuhkan kepercayaan dari pihak terkait.
b.
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau
badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas asas kekeluargaan.
c.
Koperasi Simpan Pinjam yang selanjutnya disebut KSP adalah Koperasi
yang kegiatannya hanya usaha simpan pinjam.
d.
Unit Simpan Pinjam Koperasi yang selanjutnya disebut USP Koperasi
adalah unit koperasi yang bergerak di bidang usaha simpan pinjam, sebagai
bagian dari kegiatan usaha koperasi yang bersangkutan.
36
e.
Kesehatan KSP dan USP Koperasi adalah kondisi atau keadaan koperasi
yang dinyatakan sehat, cukup sehat kurang sehat, tidak sehat dan sangat tidak
sehat.
f.
Penilaian kesehatan KSP dan USP Koperasi adalah penilaian terhadap
ukuran kinerja KSP dan USP Koperasi dilihat dari faktor-faktor yang
mempengaruhi
kelancaran,
keberhasilan,
pertumbuhan
dan
atau
perkembangan serta keberlangsungan usaha KSP dan USP Koperasi
dalam jangka pendek dan Jangka panjang,
g.
Pemeriksaan adalah proses untuk menyakini kebenaran atas penyajian
laporan keuangan pertanggung jawaban pengurus koperasi baik dari aspek
organisasi, aspek pengelolaan dan aspek keuangan koperasi.
h.
Pejabat pengawas simpan pinjam adalah Pegawai Negeri Sipil yang
diangkat oleh Menteri untuk melakukan pengawasan terhadap KSP dan
USP Koperasi.
i.
Standar Operasional Manajemen (SOM) adalah pedoman pengelolaan yang
berisikan kebijakan dan strategi pengelolaan KSP dan USP Koperasi di
bidang organisasi kelembagaan, usaha dan pengelolaan keuangan.
j.
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pedoman operasional yang
merupakan penjabaran lebih teknis dari SOM yang berisikan peraturan dan
kebijakan serta tata cara kerja dan atau sistem prosedur kerja KSP dan
USP Koperasi.
37
k.
SPI adalah Sistem Pengendalian Intern merupakan kebijakan dan prosedur
yang dijalankan oleh pengawas, pengurus dan manajemen KSP dan USP
Koperasi untuk mengamankan kekayaan koperasi dan memberikan
keyakinan
yang
memadai
tentang
keandalan
informasi
laporan
pertanggungjawaban keuangan, kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan dalam menunjang efektivitas dan efisiensi operasi.
l.
Auditor independen adalah akuntan publik yang melakukan tugas
pemeriksaan terhadap laporan keuangan KSP dan USP Koperasi wajib
audit, sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan atau ditunjuk oleh menteri
atau pejabat yang berwenang, untuk melakukan audit finansial dan atau
investigasi terhadap KSP dan USP Koperasi setiap waktu apabila terjadi
indikasi penyimpangan dari KSP dan USP Koperasi yang bersangkutan.
m.
Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di
Bidang Koperasi.
Bab II (Tujuan) Pasal 2
Tujuan pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi :
a.
Mengendalikan KSP dan USP Koperasi agar dalam menjalankan kegiatan
usahanya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku;
b.
Meningkatkan citra dan kredibilitas KSP dan USP Koperasi sebagai lembaga
keuangan yang mampu mengelola dana dari anggota, calon anggota, koperasi
lain dan atau anggotanya berdasarkan prinsip koperasi;
38
c.
Menjaga dan melindungi asset KSP dan USP Koperasi dari tindakan
penyelewengan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab;
d.
Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan KSP dan USP
Koperasi terhadap pihak-pihak yang berkepentingan;
e.
Mendorong pengelolaan KSP dan USP Koperasi mencapai tujuannya secara
efektif dan efisien yaitu meningkatkan pemberdayaan ekonomi anggota.
Bab III (Penyelenggaraan pengawasan KSP dan USP Koprasi):
Pasal 3: Pengawasan terhadap KSP dan USP Koperasi dilakukan oleh Menteri.
Pasal 4: Ruang lingkup Pengawasan KSP dan USP Koperasi meliputi :
a.
Pembinaan pelaksanaan pengendalian internal KSP dan USP Koperasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
b.
Pemantauan perkembangan KSP dan USP Koperasi secara berkala melalu
laporan keuangan KSP dan USP Koperasi yang bersangkutan;
c.
Pemeriksaan terhadap KSP dan USP Koperasi yang menyangkut organisasi
dan usahanya, termasuk program pembinaan anggota sesuai Standar
Operasional Manajemen (SOM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP)
KSP dan USP Koperasi;
d.
Penilaian kesehatan KSP dan USP Koperasi sesuai standar kesehatan
KSP dan USP Koperasi yang diatur dalam ketentuan yang berlaku;
11. Jenis Opini Audit
Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam
berkomunikasi dengan lingkungannya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui
39
beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini
yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Laporan audit
adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit. Auditor dalam memberikan
opini sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya.
Menurut IAI (2001) dalam SA Seksi 326 bahwa tujuan audit atas laporan
keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan
pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor juga merupakan sarana bagi auditor
untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan, untuk
menyatakan tidak memberikan pendapat. Terdapat 5 jenis opini audit, yaitu
(Grihardini, 2011: 10):
a.
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) Dengan pendapat
wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum di Indonesia.
b.
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (Unqualified
Opinion with Explanatory Language). Dalam keadaan tertentu, auditor
menambahkan suatu paragraf penjelas (atau bahasa penjelas yang lain) dalam
laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa
pengecualian atas laporan keuangan auditan. Paragraf penjelas dicantumkan
setelah paragraf pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab utama
40
ditambahkannya suatu paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam
laporan audit baku adalah:
1)
Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum.
2)
Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas.
3)
Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
4)
Penekanan atas suatu hal.
5)
Laporan audit yang melibatkan auditor lain.
c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion) Pendapat wajar
dengan pengecualian diberikan apabila auditee menyajikan secara wajar
laporan keuangan, dalam semua hal yang material sesuai dengan 12 prinsip
akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang
dikecualikan. Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam
keadaan:
1)
Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan
terhadap lingkup audit.
2)
Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip
akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia
berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
d.
Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion) Pendapat tidak wajar diberikan oleh
auditor apabila laporan keuangan audit tidak menyajikan secara wajar laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
41
e.
Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion) Auditor menyatakan
tidak memberikan pendapat jika ia tidak melaksanakan audit yang berlingkup
memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan
keuangan. Pendapat ini juga diberikan apabila ia dalam kondisi tidak
independen dalam hubungannya dengan klien.
BAB III
LAPORAN OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Pendirian Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Al-Ishlah
Perkembangan BMT sejak tahun 1992 sampai sekarang semakin
berkembang. Hal ini dibuktikan semakin banyaknya lembaga-lembaga keuangan
yang didirikan di Indonesia. Salah satunya yaitu BMT Al-Ishlah yang bertempat
di Jl. Patimura 15B Salatiga. Lembaga ini berdiri sejak 10 September 1998
hingga sekarang masih tetap eksis dengan mempertahankan fokus untuk
menyejahterakan kehidupan ummat.
Proses berdirinya BMT AL-ISHLAH bermula dari keinginan organisasiorganisasi Islam yang ada dilingkup Salatiga. BMT Al-Ishlah berdiri di bawah
naungan
Departemen
Koperasi
dan
berbadan
hukum
KSU Al-Ishlah
518/030/BH/VI/2004 yang bergerak dalam sektor simpan pinjam yang
berorientasi pada masyarakat menengah kebawah.
Menurut manajer BMT Al-Ishlah alasan dipilih usaha keuangan berbentuk
koperasi adalah lebih mudah cara dan persyaratan pendiriannya, yaitu:
1. Jangka waktu pinjamannya hanya 3 bulan.
2. Tempat atau lokasi bisa dimana-mana seperti provinsi, kabupaten,
kecamatan.
3. Sifat keterbukaaan koperasi sesuai ajaran agama sehingga memungkinkan
keanggotaannya bertambah terus.
4. Mengutamakan golongan masyarakat menengah ke bawah.
42
43
Keanggotaan
Keanggotaan
BMT
Al-Ishlah
terbuka
untuk
semua
komponen
masyarakat di sekitarnya. Jumlah anggota pada akhir tahun 2013 kurang lebih
sebanyak 4.000 orang. Pemanbahan anggota pada tahun 2014 berjalan relatif
stabil. Anggota yang mengundurkan diri juga ada, namun jumlahnya tidak
terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan penambahan anggota diatur lebih detail,
sementara mereka yang mengundurkan diri dikarenakan pindah domisili dll.
Namun demikian tidak mengurangi antusias dari masyarakat untuk mendaftar
sebagai anggota “KJKS BMT AL-ISHLAH”.
Sampai dengan tahun 2012, usaha yang dijalankan oleh KJKS BMT
AL-ISHLAH tidak hanya sektor simpan pinjam dengan menggunakan pola
syariah, namun juga pada sektor-sektor yang lain, seperti pengelolaan arisan
bulanan yang diundi setiap tanggal 16, jasa tempat pembayaran rekening
listrik dan telepon, kerjasama dengan biro perjalanan haji dan umroh. Hal ini
dilakukan agar koperasi mempermudah anggota dalam mandapatkan motor
dan pembayaran listrik serta telepon, melaksanakan ibadah haji dan umroh,
serta meningkatkan pendapatan koperasi terutama diluar simpam pinjam.
B. Visi dan Misi
1. Visi
“Menjalin kerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan umat dan
kepuasan anggota menjadi prioritas kami”
44
2. Misi
a. Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan memejukan
lingkungan kerja pada umumnya
b. Menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi
anggotadengan prinsip syariah
c. Mengembangkan sikap hemat dan mendorong kegiatan menyimpan
d. Menumbuhkan usaha-usaha produktif anggota
e. Memperkuat posisi tawar, sikap amanah dan jaringan komunikasi para
anggota
C. Lokasi dan Wilayah Perusahaan
Lokasi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) AL-Ishlah di Jl. Patimura No. 15 B
Salatiga, Telp. (0298) 324598 dengan badan hukum 518/030/BH/VI/2004
tanggal 7 juni 2004, dan NPWP 02.253.366.5-505.000 Tanggal 27 Juni 2005.
D. Produk
1. Pendanaan
BMT AL ISLAH dalam melakukan usaha menghimpun dana dari
masyarakat berupa simpanan mempunyai beberapa jenis usaha sebagai
berikut :
a. Simpanan berjangka
Yaitu simpanan berdasarkan kaidah syariah mudhorobah al
muthlaqoh , dimana mudhorib memberikan kepercayaan kepada BMT
AL ISLAH untuk memanfaatkan dana yan gdapat digunakan dalam
45
bentuk pembiayaan secara produktif, dapat memberikan manfaat pada
anggota yang lain secara halal dan profesional. Laba dari pembiayaan
dibagi antara anggota dan BMT sesuai nisbah ( bagi hasil ) yang
disepakati di awal.
b. Simpanan sukarela
Simpanan sukarela adalah simpanan anggota selain simpanan
pokok khusus, simpanan pokok dan simpanan wajib. Simpanan
sukareka dapat disetor dan ditarik sesuai dengan perjanjian yang diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga dan aturan khusus BMT.
c. Simpanan Idul Fitri
Yaitu simpanan dana dengan akad wadiah yad dhpmmah yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hari raya Idul Fitri.
d. Simpanan Qurban
Yaitu simpanan yang diperuntukkan untuk keperluan pembelian
hewan qurban, penarikan dilakukan satu kali menjelang Idul Adha.
Simpanan ini menggunakan prinsip mudhorobah muthlaqoh sehingga
akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (
bagi mitra ) dan 80% ( bagi BMT )
e. Arisan sejahtera
Arisan sejahtera dapat memberikan kemudahan bagi anggotauntuk
menyalurkan keuangannya dengan baik, karena uang yang dibayarkan
saat arisan sama dengan tabungan.
46
Ketentuan arisan sejahtera :
1) Peserta arisan adalah yang telah mendaftarkan diri di BMT AL
ISLAH pada saat dibuka pendaftaran
2) Menyetor arisan sebesar Rp 100.000,00 tiap bulan untuk pengundian
3) Penyelenggaraan arisan selama 15 bulan
4) Pengundian arisan pada tanggal 16 setiap bulan di kantor BMT AL
ISLAH untuk satu orang pemenang dengan disaksikan peserta arisan
5) Peserta arisan (yang mendapatkan undian) mendapatkan uang sebesar
Rp 1.500.000,00 setelah lunas setor setiap bulan.
f. Talangan haji
Membantu
mewujudkan
niat
suci
ibadah
haji
dan
umroh,
pembayarannya pun mudah, murah dan sesuai Syariah. Yaitu dengan
menyetorkan dana minimal Rp 5.000.000,00
g. Jasa pembayaran rekening listrik, tepon dan PDAM.
Memudahkan nasabah dalam pembayaran rekening listrik dan telepon,
listrik dan PDAM setiap bulan.
Adapun syarat-syarat pembukaan tabungan adalah sebagaai berikut :
1) Mengisi formulir tabungan
2) Menyerahkan fotocopy identitas
3) Setoran awal :
a) Tabungan sukarela minimal Rp 10.000,00
b) Deposito minimal Rp 1.000.000,00
47
c) Arisan Rp 100.000,00
4) Setoran berikutnya minimal Rp 5.000,00
2.
Pembiayaan
BMT AL ISLAH dalam menyalurkan dana kepada masyarakat berupa
pembiayaan mempunyai beberapa jenis usaha sebagai berikut :
a.
Pembiayaan murobahah
Yaitu akad jual beli atas barang tertentu, dalam transaksi jual beli
tersebut, penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan
termasuk harga pembelian dan keuntungan yang diambil. Sedangkan
murobahah dalam teknis perbankan adalah akad jual beli antara BMT
dengan nasabah.
b.
Pembiayaan musyarokah
Yaitu pembiayaan sebagian dari modal usaha, dimana pihak BMT
dapat dilibatkan dalam manajemennya . modal yang disetor dapat
bebarnerupa uang, barang perdagangan, properti dan barang-barang yang
dapat dinilai dengan uang.
c.
Pembiayaan mudhorobah
Yaitu pembiayaan yang diberikan kepada nasabah sebagai modal
kerja dan nasabah bertindak sebagai pengelola usaha (untuk nasabah yang
ingin berwirausaha).
48
d.
Pembiayaan Salam
Pembiayaan Salam diaplikasikan dalam pembiayaan jangka pendek
untuk produksi agrobisnis atau industri jenis lainnya.
e.
Pembiayaan Qardh
Yaitu meminjamkan harta kepada orang lain tanpa mengharapkan
imbalan. Dalam literatur fiqih, Qardh dikategorikan sebagai akad
tathowwu’ yaitu akad yang saling membantu dan bukan transaksi
komersial. Dalam rangka mewujudkan tanggung jawab sosial, lembaga
keuangan Syariah dapat memberikan fasilitas yang disebut Al Qardh al
Hasan, yaitu penyediaan pinjaman dana kepada pihak yang layak untuk
mendapatkannya.
Secara
Syariah
peminjam
hanya
berkewajiban
membayar kembali pokok pinjamannya, walaupun Syariah membolehkan
peminjam untuk memberikan imbalan sesuai dengan keikhlasannya,
tetapi lembaga keuangan pemberi Qardh tidak diperkenankan untuk
meminta imbalan apapun.
Adapun syarat-syarat mengajukan pembiayaan adalah sebagai berikut :
a.
Mengisi formulir pembiayaan
b.
Fotocopy KTP
c.
Fotocopy KK
d.
Fotocopy surat nikah
e.
Fotocopy agunan ( BPKB/surat tanah )
f.
Bersedia disurvey
49
E. Badan Hukum dan Struktur Lembaga
Berangkat dari semangat bahwa BMT Al-Ishlah adalah milik anggota
bukan perorangan dan kelompok tertentu, maka BMT Al-Ishlah memilih
badan hokum koperasi. BMT Al-Ishlah mendapatkan akta pendirian BMT
No: 01/KSU-AL IshlahMM/III/2004 tanggal 5 Mei 2004. Dan memiliki
badan hokum dengan No: 518/030/BH/VI/2004 tanggal 7 Juni 2004.
Struktur organisasi
suatu perusahaan merupakan suatu bentuk
pengaturan dan pengalokasian tugas dan wewenang serta sumber daya
diantara anggota-anggota organisasi sehingga dapat menjaga kelangsungan
hidup perusahaan dan dapat mencapai sasaran/tujuan organisasi. Dalam
organisasi diperlukan suatu struktur yang baik dan dirancang sedemikian
rupa guna memperjelas tugas, fungsi, tanggung jawab, dan wewenang dari
tiap-tiap bagian dalam organisasi sehingga terbentuk jaringan komunikasi
yang baik dalam pengambilan keputusan agar sasaran dan tujuan perusahaan
tercapai. BMT Al-Ishlah Salatiga memiliki staf dan karyawan yang
membantu dalam kegiatan operasional. Adapun struktur organisasi BMT AlIshlah sebagai berikut :
50
Gambar 3.1
RAPAT
ANGGOTA
DEWAN SYARIAH
Mashudi
Nurhidayah
Ahmad Mutohir
PENGURUS
KETUA
Joko Sutriono
PENGAWAS
Edi Triyanto
SEKRETARIS
Amin Pramono
BENDAHARA
Hariyani
TELLER
Anis Fatiha
MANAGER
Rusdiana
PEMBUKUAN
Ika Kustyaningsih
MARKETING
Haryani
Nafiatul Ummah,A.Mdi
F. Data Pertambahan Anggota Tahun 2013-2015
Dibawah ini menunjukan jumlah perambahan anggota baru yang ada di BMT
Al-Ishlah pada tahun 2013-2015 :
51
Gambar 3.2
ANGGOTA BARU BMT
295
290
292
289
285
280
275
270
265
264
260
255
250
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Sumber : Manajer BMT Al-Ishlah
Al
G. Data Laporan Laba Rugi tahun 2013-2015
2013
BMT Al-Ishlah
Ishlah setiap tahunnya mengalami penambahan atau pengurangan
modal, dibawah
ah ini menunjukkan laba yang dimiliki BMT Al
Al-Ishlah pada
tahun 2013-2015:
2015:
Tabel 3.1
No
1
2
3
Tahun
2013
2014
2015
Laba
Rp. 31.045.766
Rp. 35.366.100
Rp. 43.197.600
Sumber : RAT Tahun 2013-2015
52
H. Profil Auditor Eksternal
Nama
: Tri Marnanto
Alamat Rumah
: Jl. Argo Tunggal rt 03 rw No.02 Ledok Salatiga
Riwayat
: 1. Pensiunan Dinas Koprasi
2.Pengawas KSP Manunggal Makmur Solo
3. KAP Trasmisi Ahmad Semarang sebagai Auditor
BAB IV
ANALISIS
A. Peran Auditor Eksternal
Auditor memiliki peran yang sangat strategis, banyak pendapat yang
menyatakan bahwa auditor akan berguna bagi pihak pengguna laporan
keuangan, hasil auditan akan membuat keputusan ekonomi. Auditor berfungsi
melindungi pihak yang berkepentingan dengan menyediakan informasi yang
relevan dalam pengambilan keputusan, baik bagi pihak luar perusahaan maupun
bagi manajemen dalam mendukung pertanggung jawaban kepada pemilik dan
memberikan kepastian bahwa laporan keuangan tidak mengandung informasi
yang menyesatkan pemakainya (Baridwan, 1999).
1. Peran auditor eksternal menurut pihak BMT Al-Ishlah
Pihak BMT Al-Ishlah mengatakan bahwa “Auditor eksternal sangat
berperan penting untuk meningkatkan perkembangan BMT Al-Ishlah agar
lebih maju, untuk pengawasan secara eksternal, memberikan penilaian untuk
memotifasi BMT agar lebih baik lagi karena auditor memberikan penilaian
BMT itu layak atau tidak, BMT sesuai setandar atau tidak, dan memberikan
saran-saran” kata manajer BMT Al-Ishlah (21 Juli 2016)
2. Peran auditor eksternal bagi BMT Al-Ishlah menurut auditor eksternal
Pihak auditor eksternal mengatakan bahwa “Auditor eksternal berperan
sebagai penilai laporan keuangan, mendeteksi dan melaporkan kecurangan
(frand), kekeliruan dan ketidak beresan, mempertahankan sikap
independensi dan konflik, mengkonfirmasikan informasi yang berguna
tentang sifat dan hasil prose audit, tanggung jawab menemukan tindakan
melanggar hukum dari klien. Auditor harus selalu menjaga mutu jasa yang
diberikannya dan menjaga independensi, integritas dan objekvitas
profesinya. Setidaknya auditor harus bertanggung jawab kepada klien dan
pihak ketiga atau secara khusus kepada pihak BMT” kata auditor eksternal
BMT Al-Ishlah (23 Juli 2016)
53
54
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa auditor eksternal sangat berperan
penting untuk lembaga BMT, karena dengan adanya audior eksternal dapat
menjadikan BMT lebih maju, memberikan motifasi bagi pihak BMT, BMT
dapat memperbaiki kesalahan terlebih dalam penyajian laporan keuangan agar
sesuai dengan ketentuan dari kantor akuntan publik (KAP) dan menjadikan
BMT Al-Ishlah lebih dipercaya lagi dari pihak eksternal.
B.
Prosedur Pelaksanaan Auditing
Menurut Mulyadi (2001) dalam Rizki (2014) berpendapat bahwa
Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa
orang dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin
penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.
Didalam suatu sistem, biasanya terdiri dari beberapa prosedur dimana prosedurprosedur itu saling terkait dan saling mempengaruhi. Akibatnya jika terjadi
perubahan maka salah satu prosedur, maka akan mempengaruhi prosedurprosedur yang lain.
Di bawah ini menjelaskan tentang prosedur auditor eksternal di BMT AlIshlah Salatiga:
1.
Prosedur Pelaksanaan auditing menurut pihak BMT Al-Ishlah
Beberapa prosedur auditing menurut pihak BMT Al-Ishlah menatakan
bahwa “Audit dilaksakan kurang lebih 1 tahun sekali, pada saat akhir
tahun, contohnya audit pada tahun 2015 akhir yang diaudit RAT tahun
2014. Pembayaran auditor kurang lebih Rp 5.000.000 dan disubsidi dari
pemerintah Rp 1.500.000 jadi BMT Al-Ishlah membayar Rp 3.500.000.
Semua diaudit mulai dari manajemen, laporan keuangan, yang paling
55
penting adalah analisa laporan keuangan (laporan keuangan bisa
diterima apa tidak, sehat atau tidak, hasil dari BMT diberi nilai oleh
Auditor)” kata mager BMT Al-Ishlah (21 Juli 2016).
Kegiatan sebelum audit dilaksanakan:
a. Pemberitahuan dari pihak dinas BMT mana yang akan diaudit.
b. Dinas mengadaan sosialisasi untuk BMT-BMT di Salatiga yang akan
diaudit.
c. Menjalankan pelatihan dari dinas, seperti mempelajari audit, penjelasan
tentang cara mengaudit, penjelasan tentang apa saja yang akan diminta
oleh pihak auditor kepada pihak BMT, pelatihan cara membuat laporan
keuangan yang benar seperti neraca, buku besar, jurnal, dan buku harian.
d. Praktik langsung kelapangan.
“Dalam pelaksanaan pelatihan auditor dilaksanakan selama 3 hari, yang
diadakan oleh dinas Salatiga” kata manager BMT Al-Ishlah
Pelaksanaan auditor eksternal di BMT Al-Ishlah, yaitu:
a. Auditor meminta data-data BMT seperti neraca, buku besar, jurnal, dan
buku harian (minimal 3 bulan dan diambil secara acak).
b. Mencocokkan hasil pembukuan yang ada di BMT Al-Ishlah.
c. Mewawancarai pengelola BMT Al-Ishlah.
d. Mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan di BMT Al-Ishlah,
dokumentasi
adalah
pemeriksaan
auditor
atas
dokumen
untuk
mendukung suatu transaksi akuntansi.
e. Proses penilaian bagi auditor, “selama proses audit dilakukan auditor
mengecak semua laporan keuangan yang ada di BMT Al-Ishlah, ketika
56
auditor merasa tidak jelas auditor berhak bertanya kepada karyawan
BMT dan pihak BMT harus menjelaskan” kata manager BMT Al-Ishlah.
f. Penerimaan penilaian dari auditor.
2. Prosedur Pelaksanaan auditing menurut pihak Auditor Eksternal
a. Pengamatan (Observation), “auditor mengamati laporan keuangan yang
ada di BMT Al-Ishlah, dimulai dari neraca, buku besar, jurnal, dan buku
harian (minimal 3 bulan dan diambil secara acak).” Kata auditor
eksternal BMT Al-Ishlah.
Opservasi
digunakan
pada
pengujian
pengendalian
yang
tidak
meninggalkan jejak audit atas bukti dokumenter. Auditor mengajukan
pertanyaan kepada beberapa orang dan mengadakan pengujian observasi
untuk menentukan siapa yang melaksanakan aktivitas tertentu atau
bagaimana dan kapan aktivitas itu dilakukan.
b. Permintaan Keterangan (enquiry), Meminta keterangan tentang tingkat
keusangan sediaan di gudang “auditor akan meminta keterangan kepada
karyawan BMT Al-Ishlah jika laporan keuangan BMT ada yang kurang
jelas atau terjadi kerancuan laporan keuangan” kata auditor eksternal
BMT Al-Ishlah.
c. Konfirmasi, auditor meminta tanggapan tertulis dari pihak ketiga
mengenai item-item tertentu yang mempengaruhi laporan keuangan.
Auditor menggunakan bukti konfirmasi secara ekstentif. Jadi, pihak
ketiga dari mana konfirmasi diminta akan tergantung pada akun mana
yang sedang diaudit.
d. Penelusuran (tracing), Menelusuri faktur penjualan ke dalam kartu piutan
usaha.
57
e. Pemeriksaan Bukti Pendukung (vouching), bukti adalah segala
informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang
disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor
sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya.
f. Penghitungan (counting), Footing terhadap jurnal penjualan dan
Cross-footing terhadap jurnal pembelian
g. Scanning, auditor eksternal mengatakan “Auditor mengambil 3 bulan
contoh laporan keuangan di BMT Al-Ishlah secara acak untuk
dijadikan acuan bahwa laporan keuangan tersebut sehat atau tidak”.
h. Computer-asisted Audit Techniques, “Pengecekan oprasional di BMT
Al-Ishlah sudah menggunakan computerisasi atau belum” kata auditor
eksternal.
i. Inspeksi, “Pengambilan contoh dari anggota secara langsung”.
j. Penyerahan hasil auditor eksternal ke lembaga keuangan syariah untuk
dicek ulang.
k. Pelaksanaan Ulang (reperforming), “setelah hasil auditor diserahkan
ke lembaga keuangan, auditor menerima kembali hasil audit, dan
ketika ada review, auditor harus mengecek kembali laporan keuangan”
kata auditor eksternal.
Contoh review
Review koperasi serba usaha " Al-Ishlah " kota Salatiga
1. Pada catatan laporan keuangan (CaLK) dapat di berikan tambahan
informasi berapa anggota, dan calon anggota
2. Pada CaLK dapat di berikan tambahan informasi SK kepengurusan
58
3. Kebijakan akuntans (a. Dasar Penyusunan Laporan….dan
seterusnya)
4. Catatan Belum sesuai (Kas dan Setara Kas = 1. 2.b)
5. Dalam Kebijakan Kas dan Setara Kas, CaLK hanya Kas, di Neraca
(Kas dan Setara Kas)
6. Kas dan Setara Kas di neraca tidak usah dijabarkan
7. Pembiayaan mohon di Jabarkan
8. Pembentukan cadangan pembiayaan (dapat dijelaskan di CaLK
9. Penjelasan penyertaan di CaLK di Jabarkan
10.SHU di neraca tahun 2013 dan di Penjelasan tahun 2013 Rp.
723.300
11. Penjelasan CaLK hutang pajak (PPN atau PPh)
12. Penjelasan Hutang kalau bisa di rinci.
Setelah direview, auditorakan mengeluarkan nilai hasil audit
(terlampir).
l. Penilaian hasil auditor eksternal.
C. Tindak Lanjut Hasil Temuan
Audit dilakukan untuk menganalisis suatu data yang terdapat di dalam
BMT untuk mengetahui apakah terdapat kesalahan atau tidak di dalamnya.
Tindak lanjut temuan terjadi jika terdapat kesalahan, hal yang sangat penting
karena dapat menjadikan BMT lebih mengetahui kesalahan sehingga BMT
dapat memperbaikinya. Pentingnya tindak lanjut perbaikan demi tujuan besar
59
institusi, maka sebaiknya Satuan Pemeriksa Intern (SPI) membuat sebuah
Daftar Tindak Lanjut (Monev). Tindak Lanjut yang berisi tentang semua
temuan dan rekomendasi dalam satu penugasan audit, penanggung jawab
tindak lanjut/rekomendasi, batas waktu tindak lanjut hingga diperoleh suatu
informasi bahwa temuan dan rekomendasi pada satu penugasan telah selesai
dilaksanakan oleh penanggung jawab unit kerja yang di audit (auditee).
Dengan demikian, harapan agar sebuah kesalahan tidak terulang dimasa yang
akan datang dapat terwujud.
1. Tindak lanjut hasil temuan menurut pihak BMT Al-Ishlah
Manager BMT Al-Ishlah menegaskan bahwa “Selama proses audit
dilakukan, auditor eksternal BMT Al-Ishlah belum pernah menemukan
kejanggalan dalam laporan keuangan. Akan tetapi audit internal BMT AlIshlah pernah ada temuan yang menunjukkan kecurangan karyawan BMT
Al-Ishlah. Tindak lanjut yang dilakukan pihak BMT Al-Ishlah adalah
mengeluarkan pelaku kecurangan. Kejadian tersebut tidak diketahui pihak
luar, BMT Al-Ishlah langsung memperbaiki laporan keuangan dan semua
berkas-berkas keuangan BMT” kata manager BMT Al-Ishlah.
2. Tindak lanjut hasil temuan auditor menurut pihak auditor eksternal
Auditor eksternal BMT menyatakan bahwa “Selama proses auditor
eksternal diadakan, auditor eksternal tidak pernah menemukan
permasalahan di BMT Al-Ishlah, hasil penilaian auditor eksternal per 31
desembar 2014 dinyatakan wajar (terlampir)” kata auditor eksternal BMT
Al-Ishlah. Penilaian audit terdapat 5 opini penilaian yaitu (Sutanto: 2016):
a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion), jika:
1) Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun
laporan keuangan
60
2)
Perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari
periode ke periode telah cukup dijelaskan
3) Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah
digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan
keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelasan
(Unqualified Opinion Report With Explanatory Language), jika:
1) Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun
laporan keuangan
2) Perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari
periode ke periode telah cukup dijelaskan
3) Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah
digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan
keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
4) Terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan; ex:
perubahan metode penyusutan.
c.
Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion), jika:
1) Lingkup audit dibatasi oleh klien
2) Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau
tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi
yang berada di luar kekuasaan klien maupun auditor
61
3) Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum
4) Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
d.
Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion), jika:
1) Laporan keuangan tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi
berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan
2) Tidak ada pembatasan lingkup audit, sehingga auditor dapat
mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung
pendapatnya.
e.
Pendapat Auditor(5) Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat
(Disclaimer Of Opinion), jika:
1) Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit
2) Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya
Perbedaan antara “Pernyataan tidak Memberikan Pendapat”
dengan “Pendapat tidak Wajar”:
‘Pendapat Tidak Wajar’ diberikan jika auditor mengetahui adanya
ketidakwajaran
laporan
keuangan
klien.
‘Pernyataan
tidak
Memberikan Pendapat (no opinion)’ karena auditor tidak cukup
memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau
karena ia tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
62
Hasil auditor eksternal BMT Al-Ishlah menunjukkan bahwa temuan
audit sudah memadai sehingga dapat diselesaikan diperoleh skor dengan
kategori positif. Hal ini menunjukan bahwa temuan audit eksternal sudah
memadai dalam artian temuan audit eksternal sudah dihasilkan dengan
proses audit yang benar dan sudah berdasarkan pada kondisi, kriteria, sebab
akibat serta adanya rekomendasi. Selain itu sebelum dimasukan kedalam
laporan hasil pemeriksaan hasil temuan sudah dilakukan komunikasi terlebih
dahulu dengan auditee. Menindak lanjuti hasil audit “Wajar” BMT Al-Ishlah
harus mempertahankan dan dilanjutkan kinerja keuangan dan arus kasnya
untuk tahun yang akan datang, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Auditor eksternal berperan untuk mengecek laporan keuangan BMT Al-Ishlah,
menindak lanjuti hasil temuan, dan memberikan penilaian untuk BMT Al-Ishlah.
2.
Prosedur pelaksanaan auditing dilakukan dengan cara pengecekan laporan
keuangan BMT mulai dari neraca, buku besar, jurnal, dan buku harian.
Selanjutnya auditor menilai dari hasil laporan keuangan dan diberikan ke
lembaga keuangan. Jika hasil audit terdapat rivew, auditor harus mengecek
kembali dan selanjutnya memberikan penilaian.
3.
Audit eksternal belum pernah mendapatkan temuan di BMT Al-Ishlah Salatiga,
akan tetapi pihak internal BMT Al-Ishlah Salatiga pernah menemukan temuan
yang mengakibatkan kerugian BMT, sebelum menyebar pihak internal BMT
memutuskan segera menyelesaikan masalah dan menindak lanjutinya hingga
tuntas dan tidak menambah resiko.
Saran
1.
Dalam pelaksanaan audit berlangsung seharusnya BMT Al-Ishlah menjalankan
kesempatan sebaik-baiknya agar BMT Al-Ishlah lebih baik lagi dan dapat
dipercaya pihak luar BMT.
2.
Ada kalanya ketika pihak auditor eksternal melaksanakan auditor, pihak BMT
Al-Ishlah lebih banyak lagi belajar dari masukan-masukan yang diberikan
auditor terhadap BMT Al-Ishlah.
63
64
3.
BMT Al-Ishlah harus mempertahankan atau bahkan memajukan kembali BMT
agar tidak terjadi lagi kecurangan dari pihak BMT yang mengakibatkan
terjadinya resiko.
65
Daftar Pustaka
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh
Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Chapra, M. Umer dan Tariqullah Khan. 2008. Regulasi dan Pengawasan Bank
Syariah. Jakarta: Bumi Aksara.
Grihardini, Agatha Varadisa Nadia. 2011. Perbedaan Kinerja Auditor Eksternal Pada
Fase Penyelesaian Audit. Skripsi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Harahap, Sofyan Syafri. 1995. Auditing Perusahaan Kecil. Jakarta: Bumi Aksara.
Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Auditing dalam Persspektif Islam. Jakarta: Pustaka
Quantum.
Hawarid, Hasnul. 2014. Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Nomor 105 Tentang Pembiayaan Mudharabah Pada Laporan Keuangan Koperasi
Jasa Keuangan Syariah Kalbar Madani Pontianak. Jurnal Audit dan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura. Vol. 3. No. 2.
Hermawan, Ateng. 2010. Pengaruh Auditor Eksternal dan Auditor Internal
pada Pelaksanaan Good Corporate Governance. Jurnal Trikonopika. Volume 9.
No. 1.
Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Martamin, Irvan. 2006. Analisis Pengaruh Tindakan Supervisi Terhadap Kepuasan
Kerja (Studi Empiris Pada Auditor Eksternal Dan Auditor Internal. Thesis
Universitas Diponegoro.
Noverio, Rezhy. 2011. Analisis Pengaruh Kualitas Auditor, Likuiditas, Profabilitas
dan Solvabilitas Terhadap Opini Audit Going Concerb pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Universitas
Diponegoro Semarang.
Peraturan Mentri Negara Koprasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
Nomor:
21/Per/M.KUKM/XI/2008.
(
http://smecda.com/wpcontent/uploads/2015/12/Permeneg-KUKM-2008-4.pdf).
Repina, Lili Marlen Saragi dan Verani Carolina. 2010. Pengaruh Independensi
Eksternal Auditor Terhadap Kuantitas Pelaksanaan Audit (Studi Kasus Pada
Beberapa Kantor Akuntan Publik di Bandung). Jurnal Ilmiah Akuntansi. No.2.
66
Ridwan, Muhammad. 2004. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Yogyakarta:
UII Press.
Sutanto, Eko Madyo. 2016. Audit Laporan Keuangan.
Ulum, Ihyaul. 2012. Audit Sektor Publik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Curriculum Vitae
1.
Nama
: Farda Nur Rohima
2.
Tempat, Tanggal Lahir
: Salatiga, 10 Juli 1995
3.
Jenis Kelamin
: Perempuan
4.
Agama
: Islam
5.
Status Pernikahan
: Lajang
6.
Warga Negara
: Indonesia
7.
Alamat
: Macanan Rt 02 Rw Ii, Sidorejo Kidul, Kec.
Tingkir, Salatiga
8.
Nomor Hp
: 085713558284
9.
E-Mail
: [email protected]
10.
Kode Pos
: 50741
11.
Pendidikan Formal
Periode (Tahun)
Sekolah/Institusi/Universitas
1999 – 2001
2001 – 2007
TK Masitoh
SDN 03 Sidorejo Kidul
Salatiga
SMPIT Nurul Islam Tengaran
SMK N 1 Salatiga
IAIN Salatiga
2007 – 2010
2010 – 2013
2013 – 2016
Demikian CV ini saya buat dengan sebenarnya
Jurusan
Tata Busana
Diploma 3 Perbankan
Syariah
Download