PERAN AUDITOR EKSTERNAL DI BMT AL-ISHLAH SALATIGA Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy) Oleh : FARDA NUR ROHIMA NIM : 201 13 056 JURUSAN DIPLOMA TIGA ( D III ) PERBANKKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016 ii iii iv v MOTTO Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Q.S Al Insyirah: 6-8) Barang siapa yang keluar dalam menuntut ilmu maka ia adalah berperang di jalan Allah hingga pulang (HR. Tirmidzi) Ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu pengetahuan buta (Albert Einstein) vi HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.Penyusunan tugas akhir ini, penulis banyak dibantu, dibimbing, dan didukung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Kepala Jurusan D3 Perbankan Syariah yang telah banyak membantu dan memberi semangat dalam penyusunan tugas akhir ini. 2. Dosen pembimbing Ibu Dr. Hikmah Endraswati, S.E., M.Si. yang selalu memberikan pengarahan, bimbingan dan semangat dalam penyusunan tugas akhir ini. 3. Bapak ibu dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah memberi ilmu. 4. Seluruh keluarga besar yang telah mendukung dan selalu mendoakan, Ibu, Ayah, Adik dan saudara-saudara. 5. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 jurusan D III Perbankan Syariah yang berjuang bersama dalam penulisan tugas akhir ini. vii KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat, taufik dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin umat dan penutup para Rasul, Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing dan mendidik manusia dari masa kegelapan menuju masa yang sangat terang benderang dengan syariatnya yang lurus. Tugas akhir yang berjudul “Peran Auditor Eksternal di BMT Al-Ishlah Salatiga” ini, diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya dalam bidang Ekonomi Syariah pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam Tugas Akhir ini, penulis akan memaparkan tentang peran auditor eksternal di BMT Al-Ishlah. Penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1. Yang terhormat Rektor IAIN Salatiga Bpk. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd., 2. Yang terhormat Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga Bpk. Dr. Anton Bawono, M.Si. 3. Yang terhormat Ketua Jurusan DIII Perbankan Syariah IAIN Salatiga Bpk. Drs. Alfred L.,M.Si viii 4. Yang terhormat Ibu Dr. Hikmah Endraswati, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing yang selaku memberikan bimbingan, masukan, arahan dalam menyusun tugas akhir ini. 5. Ibunda tercinta Nur Ngatiyah dan alm. Ayah tercinta Rohmat yang senantiasa mencurahkan cinta, kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk penulis. 6. Segenap karyawan BMT Al-Ishlah Salatiga yang telah membantu dalam pembuatan Tugas Akhir ini. 7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 jurusan D III Perbankan Syariah yang berjuang bersama penulis dalam penulisan tugas akhir. Semoga atas segala bantuan dan bimbingan serta semangat yang diberikan mendapatkan balasan yang melimpah dari Allah SWT dan semoga tugas akhir ini dapat memberikan sumbangan ilmu bagi lingkungan akademisi. Salatiga, 19 September 2016 Penulis ix ABSTRAK Rohima, Farda Nur. 2016. Peran Auditor Eksternal di BMT Al-Ishlah Salatiga. Tugas Akhir. Jurusan Syariah. Program Studi DIII Perbankan Syariah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran, prosedur dan tindak lanjut temuan auditor eksternal di BMT Al-Ishlah Salatiga.Metodologi yang penulis gunakan pada Tugas Akhir ini yaitu penelitian kualitatif dengan berdasarkan pengumpulan data di lapangan dan sumber-sumber lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa auditor eksternal berperan penting bagi BMT Al-Ishlah dan membuat laporan keuangan BMT Al-Ishlah menjadi lebih baik. Prosedur pelaksaan audit dilaksanakan secara beruntutan sesuai ketentuan yang sudah diatur. Pelaksanaan audit dilaksanakan untuk memperbaiki laporan BMT dan menindak lanjuti hasil temuan. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu auditor eksternal berperan penting bagi pihak BMT Al-Ishlah Salatiga untuk menjadikan BMT lebih baik lagi dan menjadikan BMT lebih dipercaya oleh pihak luar. Selain itu BMT dapat membuat laporan keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga reputasi BMT sebagai salah satu lembaga keuangan Islam yang membuat laporan sesuai syarat dan ketentuan yang berlaku. Kata Kunci : Peran, Auditor Eksternal, BMT Al-Ishlah x DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................ iv PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ................................................................... v MOTTO ................................................................................................................. vi HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vii KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii ABSTRAK ............................................................................................................. x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B.Rumusan Masalah ..................................................................................... 6 C.Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6 D.Manfaat Penelitian.. ................................................................................... 6 E.Metodologi Penelitian ................................................................................ 7 F.Sistematika Penulisan ............................................................................... 10 xi BAB II LANDASAN TEORI A.Telaah Pustaka ...................................................................................... 11 B.Landasan Teori .................................................................................... .13 1.Pengertian Pengawas dan DPS .......................................................... 13 2.Hakekat Audit .................................................................................... 14 3.Pengertian Auditing .......................................................................... 14 4.Peran dan Tanggung Jawab Auditor ................................................. 16 5.Jenis-Jenis Audit ............................................................................... 19 6.Standar Audit .................................................................................... 23 7.Jenis Audit Sektor Publik/ Audit Eksternal ....................................... 25 8.Standar Audit Sektor Publik .............................................................. 28 9.Departemen Koprasi Dekopin dan Pusat Koperasi ........................... 30 10.Regulasi Koprasi Tentang Audit ..................................................... 32 11.Jenis Opini Audit ............................................................................ 38 BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN A.Sejarah Pendirian BMT Al-Ishlah....................................................... 42 B.Visi dan Misi ...................................................................................... 43 C.Lokasi dan Wilayah Perusahaan ........................................................ 44 D.Produk ................................................................................................ 44 E.Badan Hukum dan Struktur Lembaga ................................................ 49 F.Data Pertambahan Anggota Tahun 2013-2015 .................................. 50 G.Data Laporan Laba Rugi 2013-2015 .................................................. 51 xii H.Profil Ausditor Eksternal .................................................................... 52 BAB IV ANALISIS A.Peran Auditor Eksternal......................................................................... 53 B.Prosedur Pelaksanaan Auditing ............................................................. 54 C.Tindak Lanjut Hasil Temuan ................................................................. 58 BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ........................................................................................... 63 B.Saran ..................................................................................................... 63 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 65 LAMPIRAN xiii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Bagan Audit Gambar 2.2 Bagan Auditor Gambar 3.1 Bagan Struktur Organisasi BMT Al-Ishlah Gambar 3.2 Daftar Anggota Baru BMT xiv DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Laporan Laba Rugi tahun 2013-2015 xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 21/Per/M.KUKM/XI/2008 bab 1 pasal 1 menyatakan Pengawasan adalah kegiatan pembinaan, pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi oleh pemerintah, dalam hal ini Menteri di tingkat pusat dan pejabat yang diberi wewenang menjalankan tugas pembantuan di tingkat daerah dengan tujuan agar pengelolaan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi dilakukan secara baik dan terkendali sehingga menumbuhkan kepercayaan dari pihak terkait. Pengawasan di lembaga keuangan syariah (LKS) sangat penting dalam rangka untuk menjaga kesehatan dan stabilitas keuangan lembaga itu sendiri. Pengawasan dilakukan LKS untuk meminimalisir resiko yang mengakibatkan kerugian bagi nasabah dan lembaga, terlebih pengawasan untuk laporan keuangan. Pengawasan laporan keuangan dilakukan dengan cara mengaudit laporan keuangan. Menurut Holmes & Overmyers (1975) dalam Harahab (1995: 11) mendefinisikan auditing adalah fungsi penyaksi yang melakukan pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan perusahaan yang disusun oleh manajemen. Menurut Arens dan Loebbecke (1980) dalam Harahab (1995: 11) 1 2 auditing adalah satu set prosedur yang sesuai dengan norma pemeriksaan akuntansi yang memberi informasi sehingga akuntan dapat menyatakan suatu pendapat tentang apakah laporan keuangan yang diperiksa disajikan secara wajar sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang berlaku. Tujuan audit adalah pemeriksaan laporan keuangan oleh akuntan yang independen. Laporan keuangan yang disajikan manajemen adalah daftar posisi keuangan (Neraca), hasil usaha (Laba Rugi), dan daftar perubahan posisi keuangan atau laporan arus kas. Berdasarkan pemeriksaannya ia memerlukan pendapat apakah laporan keuangan yang disusun menajemen wajar atau tidak dalam arti sesuai atau tidak dengan Standar Akuntansi Keuangan (Harahab, 1995: 11). Fungsi auditing ini sudah lama ada semenjak adanya pemisahan antara pemilik dan manajemen atau antara agent dan principal. Audit dilakukan untuk memberikan keyakinan bahwa laporan penyajian manajemen, pihak manapun telah dapat dipercaya dan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam proses pengambilan keputusan (Harahab, 1995: 13). Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dan merupakan tanggung jawabnya. Laporan keuangan perlu diaudit oleh pihak ketiga yang independen, dalam hal ini auditor eksternal, karena: 1. Adanya perbedaan kepentingan antara manajemen perusahaan dengan pihak luar perusahaan menyebabkan perlunya pihak ketiga yang dapat dipercaya. 2. Laporan keuangan kemungkinan mengandung kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. 3 3. Laporan keuangan yang sudah diaudit dan mendapat opini unqualified, diharapkan para pemakai laporan keuangan dapat yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum (Fridati: 2005). Auditor Eksternal merupakan para auditor yang bekerja pada perusahaan akuntan publik, di mana salah satu jasa yang ditawarkan oleh kantor akuntan publik adalah jasa pemeriksaan audit pada laporan keuangan perusahaan yang disusun manajemen perusahaan. Perusahaaan dengan skala menengah keatas biasanya menggunakan jasa auditor eksternal untuk menilai kembali laporan keuangan perusahaannya. Pemeriksaan audit oleh auditor eksternal berguna agar laporan keuangan tersebut mampu disajikan secara lebih akurat dan terpercaya, karena laporan keuangan memiliki resiko informasi, yaitu bahwa laporan keuangan mungkin tidak benar atau tidak lengkap. Selain itu permeriksaan audit juga digunakan sebagai syarat untuk masuk ke pasar modal. Oleh sebab itu dikatakan bahwa pemeriksaan audit laporan keuangan meningkatkan kredibilitas laporan keuangan dengan menekan resiko informasi. Laporan keuangan tersebut mampu membawa keyakinan atas pihak eksternal yang akan atau sudah menjadi patner atas perusahaan tersebut (Grihardini, 2011: 1). BMT yang berbadan hukum maka dapat melakukan perbuatan hukum (rechtshandeling) dalam hubungan-hubungan hukum (rechtsbetrekking), dapat melakukan transaksi dan membuat perjanjian akad, baik internal organisasi maupun eksternal organisasi, yaitu dengan anggota, pemerintah maupun 4 masyarakat. Hal inilah yang mendorong Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah untuk menerbitkan Surat Keputusan Menteri Nomor 91/kep/MKUKM/IX/2004, berdasarkan ketentuan itu maka yang disebut Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil, sehingga semua BMT yang ada di Indonesia dapat digolongkan dalam Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS), mempunyai payung hukum dan kegiatan legal operasionalnya dengan syarat memenuhi ketentuan perundang–undangan yang berlaku. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011 Tentang Akuntan Publik, bab 1 pasal 1 menjelaskan tentang akuntan publik. Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Akuntan Publik Asing adalah warga negara asing yang telah memperoleh izin berdasarkan hukum di negara yang bersangkutan untuk memberikan jasa sekurang-kurangnya jasa audit atas informasi keuangan historis. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 15/seojk.05/2016 Tentang Laporan Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan menyatakan bahwa fungsi auditor eksternal adalah efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan kepatuhan perusahaan terhadap ketentuan, antara lain mengenai penyediaan semua catatan akuntansi dan data penunjang yang diperlukan bagi auditor eksternal, sehingga memungkinkan 5 auditor eksternal memberikan pendapatnya tentang kewajaran, ketaatan, dan kesesuaian laporan keuangan perusahaan dengan standar audit yang berlaku. Audit laporan keuangan penting dilakukan oleh lembaga keuangan dan perusahaan pada umumnya karena kewajiban hukum suatu perusahaan (PT) dilakukan audit. Misalnya, Pasal 68 ayat (1) UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan Direksi wajib menyerahkan laporan keuangan kepada akuntan publik untuk diaudit apabila memenuhi syarat tertentu. Kemudian UU Pasar Modal, UU Perbankan, dan beberapa peraturan perundang-undangan lainnya juga mengatur kewajiban audit laporan keuangan. Menurut Taylor & Glezen (1994:6-8) terdapat empat alasan perlunya audit atas laporan keuangan: 1. There is a potential conflict between those who prepare information (management) and those who use information (owner, investors, creditor, and regulators). This potential conflict can result biased information. 2. Information can have substantial economic consequences for a decision maker. 3. Expertise is often required for preparing and verifying information. 4. Users of information frequently are prevented from direcly assessing the quality of information. Untuk itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran Auditor Eksternal di BMT Al Ishlah Salatiga” yang akan dilakukan di lembaga keuangan BMT Al Ishlah Salatiga karena auditor berperan penting bagi lembaga keuangan karena menjadikan lembaga lebih maju dengan cara yang benar dan baik. 6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apa peran auditor eksternal di BMT Al-Ishlah? 2. Bagaimana prosedur pelaksanaan auditing di BMT Al-Ishlah? 3. Bagaimana tindak lanjut hasil temuan auditor eksternal di BMT Al-Ishlah? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui apa saja peran auditor eksternal di BMT Al-Ishlah. 2. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan yang seperti apa saja yang dilakukan auditing di BMT Al-Ishlah. 3. Untuk mengetahui bagaimana tindak lanjut hasil temuan auditor eksternal di BMT Al-Ishlah. D. Manfaat Penelitian Penelitian yang penulis lakukan ini mudah-mudahan bermanfaat bagi penulis sendiri, maupun para pembaca atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. 1. Manfaat akademis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan kemaslahatan keilmuan dalam lembaga keuangan syariah. 7 2. Manfaat bagi Pembaca Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca dan dapat dijadikan sebagai kajian pustaka. 3. Bagi Penulis Untuk memenuhi syarat dalam menempuh ujian akhir progrm studi DIII Syariah IAIN Salatiga dan untuk menambah pengetahuan tentang Auditor Eksternal. E. Metodologi Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan yaitu penelitian kualitatif yang didasarkan pada pengumpulan data di lapangan. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif (Reinard, 2006) 2. Jenis Data a. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya (Suryana, 2010). Data ini bersumber dari hasil observasi. Data primer yang penulis maksud disini tertuang pada bab ketiga yaitu berupa laporan objek penelitian dan juga pada bab keempat yaitu tentang auditor eksternal di BMT Al-Ishalah. 8 b. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (Suryana, 2010). Data ini bersumber dari hasil riset perpustakaan dan internet yang tertuang pada bab pertama dan bab kedua tentang landasan teori. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Riset Perpustakaan dan Internet Riset yaitu melalui pengumpulan data-data yang diperlukan melalui buku-buku di perpustakaan dan info-info di internet. b. Observasi Observasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari pengamatan langsung dilapangan. Bentuk observasi yang penulis lakukan yaitu melalui wawancara terhadap karyawan-karyawan BMT Al-Ishalah Salatiga untuk kemudiaan dianalisis lebih lanjut. c. Wawancara Teknik wawancara (interview) adalah teknik pencairan data/informasi mendalam yang dijukan kepada responden/informan dalam bentuk pernyataan susulan setelah teknik angket dalam bentuk pernyataan lisan. Teknik in sangat diperlukan untuk mengungkap bagian terdalam (tersembunyi) yang tidak dapat terungkap lewat angket (Hikmah, 2011: 79). 9 Teknik pengumpulan data ini digunakan penulis untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui percakapan. Wawancara juga bertujuan agar terjalin hubungan baik antar pihak yang bersangkutan. d. Studi Dokumentasi Teknik dokumentasi yaitu penelusuran dan pengolahan data yang telah tersedia. Biasanya berupa data statistik, agenda kegiatan, produk keputusan atau kebijakan, sejarah dan hal lainnya yang berkaitan dengan penelitian (Hakmat, 2011: 83). Teknik pengumpulan data ini digunakan penulis untuk mendapatkan data melalui dokumen-dokumen yang ada di BMT Al-Ishlah Salatiga seperti jenis produk-produk, visi misi dan data lain yang diperlukan. 4. Analisis Data Dalam penelitin ini penulis menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang diarahkan untuk memberi gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi di daerah tertentu. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif analisis yang berarti interpretasi isi disebut dan disusun secara sistematis atau menyeluruh dan sistematis. Data-data yang diperoleh kemudian penulis analisis untuk mengetahui bagaimana peran auditor eksternal di BMT Al-Ishlah Salatiga. 10 F. Sistematika Penulisan Sistematika Bab I Pendahuluan Pendahuluan terdiri dari hal-hal yang berkaitan dan berhubungan dengan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan Bab II Pembahasan teori Bab ini terdapat telaah pustaka dan sebagai bab untuk mengantarkan pada pembahasan-pembahasan teori yang digunakan dalam sebuah sistem ekonomi islam di masyarakat. Bab III Laporan objek penelitian Bab ini berisi tentang sejarah BMT, visi dan misi BMT, lokasi dan wilayah perusahaan, produk BMT, badan hukum dan struktur lembaga, data pertumbuhan anggota baru tahun 2013-2015, dan data laporan laba rugi tahun 2013-2015 Bab IV Analisis Bab ini merupakan bagian inti dari penelitian, didalamnya memberikan suatu analisis data dari data-data yang telah diteliti. Bab V Penutup kesimpulan dan saran terhadap penelitian yang dilakukan. BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka Penelitian dilakukan oleh Hermawan (2010) di Universitas Pasundan Bandung. Menyimpulkan bahwa ada berbagai kesamaan antara auditor internal dan auditor eksternal memungkinkan keduanya untuk menjalin hubungan yang erat. Auditor internal memungkinkan tidak perlu lagi mengulang beberapa prosedur audit yang telah dilakukan oleh auditor eksternal. Begitu juga sebaliknya, auditor eksternal tidak perlu mengulangi prosedur auditnya apabila ia menilai bahwa auditor internal telah berfungsi secara efektif. Auditor eksternal juga dapat meminta auditor internal membantu selama melaksanakan audit, sehingga diharapkan informasi keuangan yang disajikan BUMN memenuhi karakteritik kualitatif pelaporan keuangan yang pada akhirnya menumbuhkan kepercayaan pengguna. Penelitian Rapina, Saragi dan Carolina (2010) di Universitas Kristen Maranatha. Menyimpulkan bahwa berdasarkan tujuan penelitian ini pula, maka penulis menarik suatu hipotesis penelitian yang mengatakan bahwa independensi eksternal auditor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pelaksanaan audit. Besarnya pengaruh independensi eksternal auditor yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pelaksanaan audit dapat dilihat dari hasil perhitungan koefisien determinasi yang menunjukkan nilai 11 12 sebesar 14,8% sedangkan sisanya yaitu sebesar 85,% dipengaruhi oleh faktorfaktor lain yang tidak diteliti. Penelitian dilakukan oleh Hawarid (2014) di Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura. Menyimpulkan bahwa KJKS Kalbar Madani Pontianak telah menerapkan kebijakan–kebijakan yang seusai dengan PSAK 105 tentang pembiayaan mudharabah. Hal ini di tunjukkan dalam hal seperti, tidak diberlakukannya bunga namun terdapat kesepakatan nisbah bagi hasil yang sebelumnya telah didiskusikan secara bersama–sama oleh pemilik modal yaitu KJKS dengan pengelola dana. Kesepatan itu tertuang dalam suatu akad atau perjanjian. Selain itu, pengelola dana juga harus memberikan jaminan kepada KJKS untuk mengantisipasi penyelewengan dana yang bias saja dilakukan oleh pengelola dana tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Martamin (2006) tentang perbedaan pelaksanaan tindakan Supervisi antara Kantor Akuntan Publik dengan perusahaan. Hasil studi ini dapat menunjukkan bahwa terkecuali untuk aspek Kepemimpinan & Mentoring, tidak terdapat perbedaan pelaksanaan tindakan Supervisi terhadap auditor dalam dua aspek tindakan Supervisi sebagaimana yang direkomendasikan oleh Accounting Education Change Commission (AECC) yang meliputi aspek Kondisi Kerja dan aspek Penugasan demikian pula untuk aspek Kepuasan Kerja auditor antara Kantor Akuntan Publik dengan auditor internal di perusahaan khususnya tempat peneliti bekerja. Untuk aspek Kepemimpinan & Mentoring hasil pengujian menunjukan adanya perbedaan yang signifikan dalam 13 praktik antara Kantor Akuntan Publik dengan auditor internal di perusahaan. Perbedaan hasil pengujian dalam penelitian ini dengan hasil penelitian sebelumnya disebabkan adanya beberapa perbedaan praktik audit antara praktik audit di Amerika dengan praktik audit di Indonesia. Dari beberapa penelitian di atas, maka penelitian yang saat ini penulis susun dengan judul “Peran Auditor Eksternal di BMT Al-Ishlah Salatiga” belum pernah diteliti sebelumnya. Perbedaan dari penelitian terdahulu adalah penelitian ini lebih membahas dalam hal peran, prosedur dan tindak lanjut temuan di BMT Al-Ishlah dan lebih sepesifik terdahap auditor eksternal. B. Landasan Teori 1. Pengertian Pengawas dan DPS Pengawas adalah melakukan pengawasan secara periodik atas aktivitas manajemen, oprasional dan keuangan, sehingga dapat dipastikan aktivitas manajemen, oprasional dan keuangan BMT berjalan sesuai denganprosedur yang berlaku di BMT dan terhindar dari kemungkinan-kemungkinan yang dapat mengancam keberlangsungan BMT. Dewan pengawas syariah (DPS) adalah lembaga independen atau hakim khusus dalam fiqh muamalat. Namun DPS bisa juga anggota diluar ahli fiqh tetapi ahli juga di dalam lembaga keuangan islam dan fiqh muamalat. Dewan pengawas syariah lembaga yang berkewajiban mengarahkan, meriview dan mengawasi aktivitas lembaga keuangan agar dapat diyakinkan bahwa mereka mematuhi aturan dan prinsip syariah islam (Harahab, 2002: 207). 14 2. Hakekat Audit Menurut Mulyadi & Puradiredja (1998) dalam Ulum (2012 : 3) audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepantingan. Menurut Arens & Loebbecke (1996) dalam Ulum (2012 : 3) menyatakan bahwa audit merupakan proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang kompeten dan independen untuk dapat menentuan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh orang yang independen dan kompeten. 3. Pengertian Auditing Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena angkutan publik sebagai pihak yang akhli dan independen pada akhir pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan laporan independen arus kas (Agoes, 2012: 2) Menurut Holmes & Overmyers (1975) dalam Harahab (1995: 11) mendefinisikan auditing adalah fungsi penyaksi yang melakukan pemeriksaan 15 secara objektif atas laporan keuangan perusahaan yang disusun oleh manajemen. Menurut Arens dan Loebbecke (1980) dalam Harahab (1995: 11) auditing adalah satu set prosedur yang sesuai dengan norma pemeriksaan akuntansi yang memberi informasi sehingga akuntan dapat menyatakan suatu pendapat tentang apakah laporan keuangan yang diperiksa disajikan secara wajar sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang berlaku. Auditor adalah seseorang yang menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia (Arens, 1995). Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditor adalah pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan trsebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut (Mulyadi, 2002). Menurut Mulyadi (2002) dalam Noverio (2011) auditor digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu: a. Auditor Independen Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut umumnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan. 16 b. Auditor Pemerintah Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. c. Auditor Intern Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara atau swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas kegiatan organisasi serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. 4. Peran dan Tanggung Jawab Auditor Auditor memiliki peran yang sangat strategis, banyak pendapat yang menyatakan bahwa auditor akan berguna bagi pihak pengguna laporan keuangan, hasil auditan akan membuat keputusan ekonomi. Auditor berfungsi melindungi pihak yang berkepentingan dengan menyediakan informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan, baik bagi pihak luar perusahaan maupun bagi manajemen dalam mendukung pertanggung jawaban kepada 17 pemilik dan memberikan kepastian bahwa laporan keuangan tidak mengandung informasi yang menyesatkan pemakainya (Baridwan, 1999). Kebutuhan akan laporan keuangan tidak lagi hanya disediakan untuk manajemen dan banker, namun telah meluas kepihak-pihak lain seperti pemerintah, investor, kreditur dan pemegang saham. Oleh karena itu, perusahaan harus membuat laporan keuangan yang transparan, akurat, tepat waktu dan tidak menyimpang dari prinsip akuntansi berterima umum. Peran auditor jika dilihat dari segi lingkungan bisnis yang semakin berkembang, maka peran auditorpun semakin luas. Auditor harus mampu berperan menjadi moderator bagi perbedaanperbedaan kepentingan antara berbagai pelaku bisnis dan masyarakat, agar mampu menjalankan peran tersebut, Auditor harus selalu menjaga mutu jasa yang diberikannya dan menjaga independensi, integritas dan objektivitas profesinya. Auditor harus bertanggung jawab kepada klien dan pihak ketiga atau secara khusus kepada (Mulyadi, 2002) dalam Noverio (2011): a. Pihak khusus (parties in privity) seperti klien. b. Pihak yang diuntungkan (primary beneficiaries) seperti direktur. c. Pihak-pihak terbatas (foreseen and limited classes) seperti pihak-pihak yang memerlukan laporan audit dalam melakukan bisnis. d. Pihak-pihak foreseeable (foreseeable parties) seperti investor. 18 e. Peran dan tanggung jawab auditor diatur dalam Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia ataupun Statement Auditing Standarts Board (ASB). Peran dan tanggung jawab auditor sebagai berikut (Mulyadi, 2002): a. Tanggung jawab mendeteksi dan melaporkan kecurangan (frand), kekeliruan dan ketidak beresan. Dalam SPAS seksi 316 pendeteksian terhadap kekeliruan dan ketidak beresan dapat berupa kekeliruan pengumpulan dan pengelolaan data akuntansi, kesalahan estimasi akuntansi, kesalahan penafsiran prinsip akuntansi tantang jumlah, klasifikasi dan cara penyajian, penyajian laporan keuangan yang menyesatkan serta penyalah gunaan aktiva. b. Tanggung jawab mempertahankan sikap independensi dan konflik. SPAP seksi 220 harus bersikap jujur, bebas dari kewajiban klien dan tid meak mempunyai kepentingan dengan klien baik terhadap manajemen maupun pemilik. Disamping itu sikap mempertahankan tindakan independensi dan penuh intregritas serta bebas dari hubunganhubungan tertentu dalam wujud mempertahankan fakta (independent infact) dan menghindari pihak luar merugikan sikap independensinya (independent in appearasce). c. Tanggung jawab mengkonfirmasikan informasi yang berguna tentang sifat dan hasil proses audit. SPAP seksi 341 menyatakan bahwa hasil evaluasi yang dilakukan,mengindikasikan adanya ancaman terhadap 19 kelangsungan hidup perusahaan, auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen untuk memperbaiki kondisi tersebut. Bila ternyata tidak memuaskan, auditor boleh tidak memberikan pendapat dan perlu diungkapkan. d. Tanggung jawab menemukan tindakan melanggar hukum dari klien. 5. Jenis-Jenis Audit Secara umum dalam akuntan nonpublik, audit dibedakan dalam tiga jenis, yaitu audit laporan keuangan (financial statement audit), audit oprasional (operational audit), dan audit ketaatan (compliance audit) (Ulum, 2012: 5). a. Audit Laporan Keuangan bertujuan menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Umumnya, kriteria itu adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum. Sering kali juga dilakukan audit laporan keuangan yang disusun berdasarkan basis kas atau basis akuntansi lainnya yang sesuai dengan kebutuhan organisasi yang bersangkutan. Asumsi dasar dari suatu audit laporan keuangan adalah bahwa laporan untuk maksud berbeda. Oleh karenanya, jauh lebih efisien memperkerjakan satu auditor untuk melaksanakan audit dan membuat kesimpulan yang dapat diandalkan oleh semua pihak dari pada membiarkan masing-masing pihak melakukan audit sendiri-sendiri (Ulum, 2012: 5). 20 b. Audit Operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi sesuatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitasnya. Umumnya, pada saat selesainya audit oprasional, auditor akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan. Tujuan audit operasional adalah untuk mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, dan membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut (Ulum, 2012: 5). c. Audit ketaatan bertujuan mempertimbangkan apakah audit (klien) telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi. Suatu audit ketaatan pada perusahaan swasta, dapat termasuk penentuan apakah para pelaksana akuntan telah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan (Ulum, 2012: 6). 21 Gambar 2.1 AUDIT Audit Laporan Keuangan Audit Kepatuhan Audit Operasional Memeriksa asersi dalam laporan keuangan Memeriksa tindakan perorangan atau organisasi Memeriksa seluruh atau sebagian aktivitas organisasi Kriteria yang digunakan adalah prinsip akuntansi berterima umum Kriteria yang digunakan adalah kebijakan, perundangan, peraturan Kriteria yang digunakan adalah tujuan tertentu organisasi Laporan audit berisi pendapat auditor atas kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi berterima umum Laporan audit berisi pendapat auditor atas kepatuhan perorangan atau organisasi terhadap kebajikan, perundangan, peraturan Laporan audit berisi pendapat auditor atas kepatuhan perorangan atau organisasi terhadap kebajikan, perundangan, peraturan Sumber : Ulum, 2012 Sedangkan dari sisi auditor, dikenal istilah eksternal auditor (akuntan publik), internal auditoar, dan governmenmtal auditor. Eksternal auditor atau juga disebut 22 dengan akuntan publik adalah akuntan yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP). Jasa yang diberikan mencakup berbagai jenis audit. Untuk bisa menjadi seorang akuntan publik yang memiliki KAP sendiri, harus memiliki izin dari Departemen Keuangan yang ditunjukkan dengan bukti kepemilikan nomor register. Akuntan publik merupakan auditor eksternal yang bekerja dan memperoleh imbalan (fee) berdasarkan kontrak dengan pihak perusahaan/entitas tertentu (Ulum, 2012: 7). Sedangkan internal auditor adalah akuntan yang berkerja pada suatu perusahaan dan ditempatkan sebagai auditor. Setatusnya karyawan dan dibayar oleh perusahaan. Biasanya bertugas melakukan compliance audit dan oprational audit (Ulum, 2012: 7). Sementara govermenmtal auditor adalah auditor yang bekerja pada sektor pemerintah (di Indonesia misalnya pada BPKP-Badan Pengawasan Keuangan dan pembangunan-dan BPK-Badan Pemeriksa Keuangan). Karena bkerja pada sektor pemerintah, maka setatusnya merupakan PNS dan digaji oleh negara. Govermenmtal Auditor melakukan semua jenis pekerjaan audit, baik laporan keuangan, audit kepatuhan, maupun audit oprasional (Ulum, 2012:7). 23 Gambar 2.2 AUDITOR Eksternal Auditor Internal Auditor Governmental Auditor Dilaksanakan oleh auditor independen atas dasar kontrak kerja Dilaksanakan oleh auditor intern sebagai karyawan organisasi Dolaksanakan oleh auditor pemerintah sebagai karyawan pemerintah Mencakup audit kepatuhan dan audit oprasional Mencakup audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit oprasional Mencakup sebagai tipe audit, terutama audit atas laporan keuangan Sumber : Ulum, 2012: 6. Standar Audit Menurut Arens & Loebbecke (1997) dalam Ulum (2012: 11) mengatakan bahwa standar audit merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggungjawab profesionalnya, standar-standar ini meliputi pertimbangan mengenai kualitas profisional mereka, seperti keahlian dan independensi, persyaratan pelaporan, dan bahan bukti. Pedoman utama adalah sepuluh standar audit atau 10 Generally Acceptend Auditing Standards – GAAS. Sejak disusun 24 ACIPA di tahun 1974 dan diadaptasi oleh IAI di Indonesia sejak 1973, dan sekarang disebut standar auditing yang ditetapkan IAI (SA-IAI), kecuali untuk perubahan-perubahan kecil, bentuknya tetap sama. Kesepuluh standar sebagaimana yang dimaksud di atas adalah sebagai berikut: a. Standar Umum 1) Audit harus dilakukan dengan seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor. 2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independen dalam sikap mental dipertahankan oleh auditor. 3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. b. Standar Pekerjaan Lapangan 1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang harus dilakukan. 3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. 25 c. Standar Pelaporan 1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2) Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya. 3) Penguangkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit. 4) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang mana auditor dihubungkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang dipikulnya (Ulum, 2012: 12). 7. Jenis Audit Sektor Publik/ Audit Eksternal Ditinjau dari perspektif audit sector public sesuai dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhannya, serta sifat, tujuan, dan ruang lingkupnya, dapat diklarifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu audit keuangan, audit kinerja/audit operasional, dan audit invetigasi (Ulum, 2012: 104). 26 Audit keuangan, secara tradisional adalah pemeriksaan keuangan dan ketaatan terhadap perundang-undangan yang berlaku (compliance test), dengan tujuan. a. Menilai kewajaran laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran negara (budget accountability report) setiap manajemen instansi pemerintah atau instansi pemerintah sebagai satu kesatuan. b. Menilai dan memberikan pernyataan pendapat akuntan (opini) atau kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen entitas bisnis sector publik. Dalam hal ini, menilai dan menentukan: 1) apakah laporan keuangan tersebuat telah disajikan secara layak mengenai posisi keuangan dan hasil usaha serta laporan perubahan posisi keuangannya, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2) Apakah prosedur atau prosesnya telah dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang berlaku. 3) Apakah tidak ada salah saji material yang berpengaruh terhadap laporan keuangan secara keseluruhan. Audit kinerja diartikan sebagai sebuah pengujian secara sistematis, terorganisasi dan objektif atas suatu entitas untuk menilai pemanfaatan sumber daya dalam memberikan pelayanan publik secara efisien dan efektif dalam memenuhi harapan stakeholder dan memberikan rekomendasi guna peningkatan kerja. Audit kinerja adalah bagian integral dari manajemen terhadap hasil-hasil (managing for results) yang meliputi: perencanaan strategik, perencanaan kinerja 27 tahunan, anggaran berbasis kinerja, sistem pengindikator kinerja, analisis dan pelaporan capaian kinerja, secara audit kinerja. Menurut Rosjidi (2001) dalam Ulum (2012: 105) Senada dengan definisi tersebut, audit operasional juga diartikan sebagai evaluasi yang bebas, selektif, dan analitis terhadap suatu kegiatan, program, atau fungsi dengan tujuan untuk memberikan rekomendasi perbaikan kepada objek yang diaudit. Definisi lain yang menyatakan bahwa audit operasional/kinerja adalah pemeriksaan yang sistematis terhadap kegiatan, program organisasi, dan seluruh atau sebagian aktivitas, dengan tujuan menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana digunakan secara ekonomis dan efisien, dan apakah tujuan kegiatan, program, dan aktivitas yang telah direncanakan dapat dicapai dengan efektif tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Berdasarkan pengertian tersebut, ruang lingkup audit operasional meliputi penilaian terhadap: ekonomi dan efisiensi dalam penggunaan sumber daya dan dana, efektivitas atau pemanfaatan hasil program (program result) (Ulum, 2012: 105). Jenis audit sektor publik yang ketiga adalah audit investigasi, yang didefinisikan sebagai audit dengan tujuan khusus, yaitu membuktikan dugaan penyimpangan dalam bentuk: kecurangan (fraud), ketidakteraturan (irregularities), pengeluaran illegal (illegal expenitures) atau penyalahgunaan memenuhi: (1) unsur-unsur Tindak Pidana Korupsi (TPK) dan/atau, (2) Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), yang harus diungkapkan oleh auditor serta ditindaklanjuti oleh instansi yang berwewenang, kejaksaan atau kepolusian 28 berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Ulum, 2012: 107). Standar pemeriksaan keuangan negara memasukan audit investigasi sebagai salah satu bagian dari pemeriksaan dengan tujuan tertentu, selain pemeriksaan atas sistem pengendalian intern pemerintah dengan pemeriksaan atas hal-hal lain di bidang keuangan (Ulum, 2012: 107). 8. Standar Audit Sektor Publik Standar merupakan kriteria atau ukuran mutu kinerja yang harus dicapai, berbeda dengan prosedur yang merupakan urutan tindakan yang harus dilaksanakan untuk mencapai suatu standar tertentu. Standar audit merupakan ukuran mutu pekerjaan audit yang ditetapkan oleh organisasi profesi audit, yang merupakan syarat-syarat minimum yang harus dicapai auditor dalam melaksanakan pemeriksaannya. Standar audit diperlukan untuk menjaga mutu pekerjaan auditor. Mutu audit perlu dijaga supaya profesi auditor tetap mendapat kepercayaan dari masyarakat. Untuk meyakinkan pembaca laporan audit, maka auditor harus mencantumkan dalam laporannya bahwa pemeriksaannya telah dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku (Ulum, 2012: 107). Menurut Rosjidi (2001) dalam Ulum (2012: 108) standar audit sektor publik adalah ukuran mutu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang yang harus diikuti dalam rangka melaksanakan fungsi audit agar dapat mencapai mutu pelaksanaan dengan laporan hasil audit yang dikehendaki. Ada empat standar 29 audit sektor publik yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang, yaitu sebagai berikut: a. Standar audit aparat pengawasan fungsional pemerintah, yang ditetapkan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) b. Setandar audit pemerintah (Government Auditing Standards), yang ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai Lembaga Tinggi Negara dan Lembaga Audit Eksternal Pemerintah. Standar audit pemerintah inilah yang kemudian diubah/diganti dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara sebagai implementasi dari UU. No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. c. Standar audit perbankan, diterbitkan oleh Bank Indonesia, dikenalkan dengan nama Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB) d. Standar audit perpajakan, ditetapkan oleh menteri keuangan RI, merujuk pada standar audit US Spesial Revenues Service dan AICPA. 1) Standar audit Aparat Pengawasan Pemerintah (APFP) Standraudit APFP merupakan prinsip-prinsip dasar dan persyaratan yang diperlukan APFP serta akuntan publik yang dtugaskan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungi suatu APFP, untukmenjamin mutu hasil audit dan konsistensi pelaksanaan tugas audit (Ulum, 2012: 108). 2) Standar Pemerikaan Keuangan Negara Sandar pemeriksaan keuangan negaramemuat persyaratan profesional Pemeriksa, mutu pelaksanaan Pemeriksan, dan persyaratan pemeriksaan 30 yang profesional. Pelaksnaan pemeriksaan yang didasarkan pada standar pemeriksaan akan menjamin kredibilitas informasi yanng dilaporkan atau diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti secara objektif. Apabila pemeriksaan pemeriksa melaksanakan pekerjaannya dengan cara ini dan melaporkan hasilnya sesuai dengan standar pemeriksaan maka hasil pekerjaannya tersebut akan dapat mendukung peningatan mutu pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara serta pengambilan keputusan peerintah.pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara juga merupakan salah satu unsur penting dalam rangka terciptanya akuntabilitas publik (Ulum, 2012: 111). Standar pemeriksaan keuangan negara dimaksudkan untuk dapat dijadikan patokan bagi par pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara agar dapat memelihara kompetensi, integritas, onjektifitas dan independensi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan ekerjaan yang dilaksanakannya. Tujuan standar pemeriksaan keuangan negara adalah untuk membantu pemerintah, termasuk instansidan para pejabatnya dalam menyelenggarakan pengelolaan dan membuat pertanggungjawaban keuangan negara, yang semakin baik (Ulum, 2012: 111). 9. Departemen Koperasi Dekopin dan Pusat Koperasi Pengawas ini termasuk pengawas eksternal yaitu adalah pengawas yang berasal dari luar organisasi bersangkutan, baik dari organisasi pengawasan 31 fungsional maupun nonfungsional. Pelaksanaan pengawasan eksternal pada koperasi adalah sebagai berikut (Nugroho, 2011: 2) a. Pusat koperasi atau koperasi sekunder secara terus-menerus mengadakan peninjauan yang bersifat pembinaan dan pengawasan Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil setempat, yang secara aktif melakukan peninjauan ke masing masing koperasi dalam rangka pembinaan dan pemberian informasi rutin dari pemerintah b. Badan Penasehat dan Dewan Pembina Dewan pembina dan penasehat sesuai dengan fungsinya hanya memberi pembinaan serta nasehat pada pengurus dan pengawas. Mereka ini biasanya sosok yang dituakan atau secara struktural lebih dihormati sehingga tepat untuk dimintai saran, nasehat, dan petunjuk. Disini secara tidak langsung berarti juga bertindak sebagai pengawas asal mereka menyadari dan mempunyai fungsi tersebut serta mau dan mampu melaksanankannya. c. Manajer adalah pengawas operasional, yaitu fungsi yang melekat pada jabatannya karena mempunyai tanggung jawab. Tanggung jawab manajer mencakup semua bidang usaha atau koperasinya sehingga seluruh karyawan koperasi menjadi bawahannya. Hal ini berarti manajer menjadi pengawas atas segala kerja para karyawan koperasi yang menyelenggarakan kegiatan sehari-hari. d. Anggota beradasarkan pada pasal 20 undang-undang No.25 tahun 1992, ayat 2d, yang menyatakan bahwa anggota berhak mengemukakan pendapat atau 32 saran kepada pengurus, baik diminta maupun tidak. Dengan demikian, seandainya seorang anggota melihat ketidak beresan dalam pelaksanaan koperasi, dia secara langsung memberikan saran dan pendapat kepada pengurus, pengawas, Dewan Penasehat, dan Badan Pembina, atau ke kantor koperasi. e. Akuntan Publik, Koperasi Jasa Audit (KJA) dan akuntan publik merupakan pengawas keuangan yang professional. Namun sampai sekarang masih banyak koperasi yang tidak memanfaatkan layanan jasa akuntan publik sebagai pengawas. Hal ini disebabkan karena belum dirasa perlu dan juga banyak koperasi yang tidak mampu untuk membayar jasa pemeriksaan akuntan. 10. Regulasi Koperasi Tentang Audit Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Bab 1 (Ketentuan Umum) Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 2. Akuntan Publik Asing adalah warga negara asing yang telah memperoleh izin berdasarkan hukum di negara yang bersangkutan untuk memberikan jasa sekurang-kurangnya jasa audit atas informasi keuangan historis. 3. Asosiasi Profesi Akuntan Publik adalah organisasi profesi Akuntan Publik yang bersifat nasional. 33 4. Asosiasi Profesi Akuntan adalah organisasi profesi Akuntan yang bersifat nasional. 5. Kantor Akuntan Publik, yang selanjutnya disingkat KAP, adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-Undang ini. 6. Organisasi Audit Indonesia, yang selanjutnya disingkat OAI, adalah organisasi di Indonesia yang merupakan jaringan kerja sama antar-KAP. 7. Kantor Akuntan Publik Asing, yang selanjutnya disingkat KAPA, adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan hukum negara tempat KAPA berkedudukan dan melakukan kegiatan usaha sekurang-kurangnya di bidang jasa audit atas informasi keuangan historis. 8. Organisasi Audit Asing, yang selanjutnya disingkat OAA, adalah organisasi di luar negeri yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan di negara yang bersangkutan, yang anggotanya terdiri dari badan usaha jasa profesi yang melakukan kegiatan usaha sekurang-kurangnya di bidang jasa audit atas informasi keuangan historis. 9. Pihak Terasosiasi adalah Rekan KAP yang tidak menandatangani laporan pemberian jasa, pegawai KAP yang terlibat dalam pemberian jasa, atau pihak lain yang terlibat langsung dalam pemberian jasa. 10. Rekan adalah sekutu pada KAP yang berbentuk usaha persekutuan. 34 11. Standar Profesional Akuntan Publik, yang selanjutnya disingkat SPAP, adalah acuan yang ditetapkan menjadi ukuran mutu yang wajib dipatuhi oleh Akuntan Publik dalam pemberian jasanya. 12. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang keuangan. Pasal 2 Wilayah kerja Akuntan Publik meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bab 2 (Bidang Jasa) Bagian Kesatu Jenis Jasa Pasal 3 (1) Akuntan Publik memberikan jasa asurans, yang meliputi: a. jasa audit atas informasi keuangan historis; b. jasa reviu atas informasi keuangan historis; dan c. jasa asurans lainnya. (2) Jasa asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan oleh Akuntan Publik. (3) Selain jasa asurans sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Akuntan Publik dapat memberikan jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan manajemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Pembatasan Pemberian Jasa Pasal 4 (1) Pemberian jasa audit oleh Akuntan Publik dan/atau KAP atas informasi keuangan historis suatu klien untuk tahun buku yang berturut-turut dapat dibatasi dalam jangka waktu tertentu 35 (2) Ketentuan mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis diatur dalam Peraturan Pemerintah. Peraturan mentri negara koprasi dan usaha kecil dan menengah Republik Indonesia Nomor: 21/Per/M.KUKM/XI/2008 Bab 1 (Ketentuan Umum), dalam pasal 1. Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: a. Pengawasan adalah kegiatan pembinaan, pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi oleh pemerintah dalam hal ini Menteri di tingkat pusat dan pejabat yang diberi wewenang menjalankan tugas pembantuan di tingkat daerah dengan tujuan agar pengelolaan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi dilakukan secara baik dan terkendali sehingga menumbuhkan kepercayaan dari pihak terkait. b. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. c. Koperasi Simpan Pinjam yang selanjutnya disebut KSP adalah Koperasi yang kegiatannya hanya usaha simpan pinjam. d. Unit Simpan Pinjam Koperasi yang selanjutnya disebut USP Koperasi adalah unit koperasi yang bergerak di bidang usaha simpan pinjam, sebagai bagian dari kegiatan usaha koperasi yang bersangkutan. 36 e. Kesehatan KSP dan USP Koperasi adalah kondisi atau keadaan koperasi yang dinyatakan sehat, cukup sehat kurang sehat, tidak sehat dan sangat tidak sehat. f. Penilaian kesehatan KSP dan USP Koperasi adalah penilaian terhadap ukuran kinerja KSP dan USP Koperasi dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran, keberhasilan, pertumbuhan dan atau perkembangan serta keberlangsungan usaha KSP dan USP Koperasi dalam jangka pendek dan Jangka panjang, g. Pemeriksaan adalah proses untuk menyakini kebenaran atas penyajian laporan keuangan pertanggung jawaban pengurus koperasi baik dari aspek organisasi, aspek pengelolaan dan aspek keuangan koperasi. h. Pejabat pengawas simpan pinjam adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh Menteri untuk melakukan pengawasan terhadap KSP dan USP Koperasi. i. Standar Operasional Manajemen (SOM) adalah pedoman pengelolaan yang berisikan kebijakan dan strategi pengelolaan KSP dan USP Koperasi di bidang organisasi kelembagaan, usaha dan pengelolaan keuangan. j. Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pedoman operasional yang merupakan penjabaran lebih teknis dari SOM yang berisikan peraturan dan kebijakan serta tata cara kerja dan atau sistem prosedur kerja KSP dan USP Koperasi. 37 k. SPI adalah Sistem Pengendalian Intern merupakan kebijakan dan prosedur yang dijalankan oleh pengawas, pengurus dan manajemen KSP dan USP Koperasi untuk mengamankan kekayaan koperasi dan memberikan keyakinan yang memadai tentang keandalan informasi laporan pertanggungjawaban keuangan, kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan dalam menunjang efektivitas dan efisiensi operasi. l. Auditor independen adalah akuntan publik yang melakukan tugas pemeriksaan terhadap laporan keuangan KSP dan USP Koperasi wajib audit, sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan atau ditunjuk oleh menteri atau pejabat yang berwenang, untuk melakukan audit finansial dan atau investigasi terhadap KSP dan USP Koperasi setiap waktu apabila terjadi indikasi penyimpangan dari KSP dan USP Koperasi yang bersangkutan. m. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di Bidang Koperasi. Bab II (Tujuan) Pasal 2 Tujuan pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi : a. Mengendalikan KSP dan USP Koperasi agar dalam menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku; b. Meningkatkan citra dan kredibilitas KSP dan USP Koperasi sebagai lembaga keuangan yang mampu mengelola dana dari anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya berdasarkan prinsip koperasi; 38 c. Menjaga dan melindungi asset KSP dan USP Koperasi dari tindakan penyelewengan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab; d. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan KSP dan USP Koperasi terhadap pihak-pihak yang berkepentingan; e. Mendorong pengelolaan KSP dan USP Koperasi mencapai tujuannya secara efektif dan efisien yaitu meningkatkan pemberdayaan ekonomi anggota. Bab III (Penyelenggaraan pengawasan KSP dan USP Koprasi): Pasal 3: Pengawasan terhadap KSP dan USP Koperasi dilakukan oleh Menteri. Pasal 4: Ruang lingkup Pengawasan KSP dan USP Koperasi meliputi : a. Pembinaan pelaksanaan pengendalian internal KSP dan USP Koperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku b. Pemantauan perkembangan KSP dan USP Koperasi secara berkala melalu laporan keuangan KSP dan USP Koperasi yang bersangkutan; c. Pemeriksaan terhadap KSP dan USP Koperasi yang menyangkut organisasi dan usahanya, termasuk program pembinaan anggota sesuai Standar Operasional Manajemen (SOM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) KSP dan USP Koperasi; d. Penilaian kesehatan KSP dan USP Koperasi sesuai standar kesehatan KSP dan USP Koperasi yang diatur dalam ketentuan yang berlaku; 11. Jenis Opini Audit Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan lingkungannya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui 39 beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit. Auditor dalam memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya. Menurut IAI (2001) dalam SA Seksi 326 bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor juga merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Terdapat 5 jenis opini audit, yaitu (Grihardini, 2011: 10): a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (Unqualified Opinion with Explanatory Language). Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf penjelas (atau bahasa penjelas yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab utama 40 ditambahkannya suatu paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku adalah: 1) Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum. 2) Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas. 3) Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 4) Penekanan atas suatu hal. 5) Laporan audit yang melibatkan auditor lain. c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion) Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material sesuai dengan 12 prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan. Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan: 1) Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit. 2) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar. d. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion) Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan audit tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. 41 e. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion) Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika ia tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga diberikan apabila ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien. BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Pendirian Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Al-Ishlah Perkembangan BMT sejak tahun 1992 sampai sekarang semakin berkembang. Hal ini dibuktikan semakin banyaknya lembaga-lembaga keuangan yang didirikan di Indonesia. Salah satunya yaitu BMT Al-Ishlah yang bertempat di Jl. Patimura 15B Salatiga. Lembaga ini berdiri sejak 10 September 1998 hingga sekarang masih tetap eksis dengan mempertahankan fokus untuk menyejahterakan kehidupan ummat. Proses berdirinya BMT AL-ISHLAH bermula dari keinginan organisasiorganisasi Islam yang ada dilingkup Salatiga. BMT Al-Ishlah berdiri di bawah naungan Departemen Koperasi dan berbadan hukum KSU Al-Ishlah 518/030/BH/VI/2004 yang bergerak dalam sektor simpan pinjam yang berorientasi pada masyarakat menengah kebawah. Menurut manajer BMT Al-Ishlah alasan dipilih usaha keuangan berbentuk koperasi adalah lebih mudah cara dan persyaratan pendiriannya, yaitu: 1. Jangka waktu pinjamannya hanya 3 bulan. 2. Tempat atau lokasi bisa dimana-mana seperti provinsi, kabupaten, kecamatan. 3. Sifat keterbukaaan koperasi sesuai ajaran agama sehingga memungkinkan keanggotaannya bertambah terus. 4. Mengutamakan golongan masyarakat menengah ke bawah. 42 43 Keanggotaan Keanggotaan BMT Al-Ishlah terbuka untuk semua komponen masyarakat di sekitarnya. Jumlah anggota pada akhir tahun 2013 kurang lebih sebanyak 4.000 orang. Pemanbahan anggota pada tahun 2014 berjalan relatif stabil. Anggota yang mengundurkan diri juga ada, namun jumlahnya tidak terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan penambahan anggota diatur lebih detail, sementara mereka yang mengundurkan diri dikarenakan pindah domisili dll. Namun demikian tidak mengurangi antusias dari masyarakat untuk mendaftar sebagai anggota “KJKS BMT AL-ISHLAH”. Sampai dengan tahun 2012, usaha yang dijalankan oleh KJKS BMT AL-ISHLAH tidak hanya sektor simpan pinjam dengan menggunakan pola syariah, namun juga pada sektor-sektor yang lain, seperti pengelolaan arisan bulanan yang diundi setiap tanggal 16, jasa tempat pembayaran rekening listrik dan telepon, kerjasama dengan biro perjalanan haji dan umroh. Hal ini dilakukan agar koperasi mempermudah anggota dalam mandapatkan motor dan pembayaran listrik serta telepon, melaksanakan ibadah haji dan umroh, serta meningkatkan pendapatan koperasi terutama diluar simpam pinjam. B. Visi dan Misi 1. Visi “Menjalin kerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan umat dan kepuasan anggota menjadi prioritas kami” 44 2. Misi a. Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan memejukan lingkungan kerja pada umumnya b. Menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi anggotadengan prinsip syariah c. Mengembangkan sikap hemat dan mendorong kegiatan menyimpan d. Menumbuhkan usaha-usaha produktif anggota e. Memperkuat posisi tawar, sikap amanah dan jaringan komunikasi para anggota C. Lokasi dan Wilayah Perusahaan Lokasi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) AL-Ishlah di Jl. Patimura No. 15 B Salatiga, Telp. (0298) 324598 dengan badan hukum 518/030/BH/VI/2004 tanggal 7 juni 2004, dan NPWP 02.253.366.5-505.000 Tanggal 27 Juni 2005. D. Produk 1. Pendanaan BMT AL ISLAH dalam melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat berupa simpanan mempunyai beberapa jenis usaha sebagai berikut : a. Simpanan berjangka Yaitu simpanan berdasarkan kaidah syariah mudhorobah al muthlaqoh , dimana mudhorib memberikan kepercayaan kepada BMT AL ISLAH untuk memanfaatkan dana yan gdapat digunakan dalam 45 bentuk pembiayaan secara produktif, dapat memberikan manfaat pada anggota yang lain secara halal dan profesional. Laba dari pembiayaan dibagi antara anggota dan BMT sesuai nisbah ( bagi hasil ) yang disepakati di awal. b. Simpanan sukarela Simpanan sukarela adalah simpanan anggota selain simpanan pokok khusus, simpanan pokok dan simpanan wajib. Simpanan sukareka dapat disetor dan ditarik sesuai dengan perjanjian yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan aturan khusus BMT. c. Simpanan Idul Fitri Yaitu simpanan dana dengan akad wadiah yad dhpmmah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hari raya Idul Fitri. d. Simpanan Qurban Yaitu simpanan yang diperuntukkan untuk keperluan pembelian hewan qurban, penarikan dilakukan satu kali menjelang Idul Adha. Simpanan ini menggunakan prinsip mudhorobah muthlaqoh sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% ( bagi mitra ) dan 80% ( bagi BMT ) e. Arisan sejahtera Arisan sejahtera dapat memberikan kemudahan bagi anggotauntuk menyalurkan keuangannya dengan baik, karena uang yang dibayarkan saat arisan sama dengan tabungan. 46 Ketentuan arisan sejahtera : 1) Peserta arisan adalah yang telah mendaftarkan diri di BMT AL ISLAH pada saat dibuka pendaftaran 2) Menyetor arisan sebesar Rp 100.000,00 tiap bulan untuk pengundian 3) Penyelenggaraan arisan selama 15 bulan 4) Pengundian arisan pada tanggal 16 setiap bulan di kantor BMT AL ISLAH untuk satu orang pemenang dengan disaksikan peserta arisan 5) Peserta arisan (yang mendapatkan undian) mendapatkan uang sebesar Rp 1.500.000,00 setelah lunas setor setiap bulan. f. Talangan haji Membantu mewujudkan niat suci ibadah haji dan umroh, pembayarannya pun mudah, murah dan sesuai Syariah. Yaitu dengan menyetorkan dana minimal Rp 5.000.000,00 g. Jasa pembayaran rekening listrik, tepon dan PDAM. Memudahkan nasabah dalam pembayaran rekening listrik dan telepon, listrik dan PDAM setiap bulan. Adapun syarat-syarat pembukaan tabungan adalah sebagaai berikut : 1) Mengisi formulir tabungan 2) Menyerahkan fotocopy identitas 3) Setoran awal : a) Tabungan sukarela minimal Rp 10.000,00 b) Deposito minimal Rp 1.000.000,00 47 c) Arisan Rp 100.000,00 4) Setoran berikutnya minimal Rp 5.000,00 2. Pembiayaan BMT AL ISLAH dalam menyalurkan dana kepada masyarakat berupa pembiayaan mempunyai beberapa jenis usaha sebagai berikut : a. Pembiayaan murobahah Yaitu akad jual beli atas barang tertentu, dalam transaksi jual beli tersebut, penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan termasuk harga pembelian dan keuntungan yang diambil. Sedangkan murobahah dalam teknis perbankan adalah akad jual beli antara BMT dengan nasabah. b. Pembiayaan musyarokah Yaitu pembiayaan sebagian dari modal usaha, dimana pihak BMT dapat dilibatkan dalam manajemennya . modal yang disetor dapat bebarnerupa uang, barang perdagangan, properti dan barang-barang yang dapat dinilai dengan uang. c. Pembiayaan mudhorobah Yaitu pembiayaan yang diberikan kepada nasabah sebagai modal kerja dan nasabah bertindak sebagai pengelola usaha (untuk nasabah yang ingin berwirausaha). 48 d. Pembiayaan Salam Pembiayaan Salam diaplikasikan dalam pembiayaan jangka pendek untuk produksi agrobisnis atau industri jenis lainnya. e. Pembiayaan Qardh Yaitu meminjamkan harta kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur fiqih, Qardh dikategorikan sebagai akad tathowwu’ yaitu akad yang saling membantu dan bukan transaksi komersial. Dalam rangka mewujudkan tanggung jawab sosial, lembaga keuangan Syariah dapat memberikan fasilitas yang disebut Al Qardh al Hasan, yaitu penyediaan pinjaman dana kepada pihak yang layak untuk mendapatkannya. Secara Syariah peminjam hanya berkewajiban membayar kembali pokok pinjamannya, walaupun Syariah membolehkan peminjam untuk memberikan imbalan sesuai dengan keikhlasannya, tetapi lembaga keuangan pemberi Qardh tidak diperkenankan untuk meminta imbalan apapun. Adapun syarat-syarat mengajukan pembiayaan adalah sebagai berikut : a. Mengisi formulir pembiayaan b. Fotocopy KTP c. Fotocopy KK d. Fotocopy surat nikah e. Fotocopy agunan ( BPKB/surat tanah ) f. Bersedia disurvey 49 E. Badan Hukum dan Struktur Lembaga Berangkat dari semangat bahwa BMT Al-Ishlah adalah milik anggota bukan perorangan dan kelompok tertentu, maka BMT Al-Ishlah memilih badan hokum koperasi. BMT Al-Ishlah mendapatkan akta pendirian BMT No: 01/KSU-AL IshlahMM/III/2004 tanggal 5 Mei 2004. Dan memiliki badan hokum dengan No: 518/030/BH/VI/2004 tanggal 7 Juni 2004. Struktur organisasi suatu perusahaan merupakan suatu bentuk pengaturan dan pengalokasian tugas dan wewenang serta sumber daya diantara anggota-anggota organisasi sehingga dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan dapat mencapai sasaran/tujuan organisasi. Dalam organisasi diperlukan suatu struktur yang baik dan dirancang sedemikian rupa guna memperjelas tugas, fungsi, tanggung jawab, dan wewenang dari tiap-tiap bagian dalam organisasi sehingga terbentuk jaringan komunikasi yang baik dalam pengambilan keputusan agar sasaran dan tujuan perusahaan tercapai. BMT Al-Ishlah Salatiga memiliki staf dan karyawan yang membantu dalam kegiatan operasional. Adapun struktur organisasi BMT AlIshlah sebagai berikut : 50 Gambar 3.1 RAPAT ANGGOTA DEWAN SYARIAH Mashudi Nurhidayah Ahmad Mutohir PENGURUS KETUA Joko Sutriono PENGAWAS Edi Triyanto SEKRETARIS Amin Pramono BENDAHARA Hariyani TELLER Anis Fatiha MANAGER Rusdiana PEMBUKUAN Ika Kustyaningsih MARKETING Haryani Nafiatul Ummah,A.Mdi F. Data Pertambahan Anggota Tahun 2013-2015 Dibawah ini menunjukan jumlah perambahan anggota baru yang ada di BMT Al-Ishlah pada tahun 2013-2015 : 51 Gambar 3.2 ANGGOTA BARU BMT 295 290 292 289 285 280 275 270 265 264 260 255 250 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Sumber : Manajer BMT Al-Ishlah Al G. Data Laporan Laba Rugi tahun 2013-2015 2013 BMT Al-Ishlah Ishlah setiap tahunnya mengalami penambahan atau pengurangan modal, dibawah ah ini menunjukkan laba yang dimiliki BMT Al Al-Ishlah pada tahun 2013-2015: 2015: Tabel 3.1 No 1 2 3 Tahun 2013 2014 2015 Laba Rp. 31.045.766 Rp. 35.366.100 Rp. 43.197.600 Sumber : RAT Tahun 2013-2015 52 H. Profil Auditor Eksternal Nama : Tri Marnanto Alamat Rumah : Jl. Argo Tunggal rt 03 rw No.02 Ledok Salatiga Riwayat : 1. Pensiunan Dinas Koprasi 2.Pengawas KSP Manunggal Makmur Solo 3. KAP Trasmisi Ahmad Semarang sebagai Auditor BAB IV ANALISIS A. Peran Auditor Eksternal Auditor memiliki peran yang sangat strategis, banyak pendapat yang menyatakan bahwa auditor akan berguna bagi pihak pengguna laporan keuangan, hasil auditan akan membuat keputusan ekonomi. Auditor berfungsi melindungi pihak yang berkepentingan dengan menyediakan informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan, baik bagi pihak luar perusahaan maupun bagi manajemen dalam mendukung pertanggung jawaban kepada pemilik dan memberikan kepastian bahwa laporan keuangan tidak mengandung informasi yang menyesatkan pemakainya (Baridwan, 1999). 1. Peran auditor eksternal menurut pihak BMT Al-Ishlah Pihak BMT Al-Ishlah mengatakan bahwa “Auditor eksternal sangat berperan penting untuk meningkatkan perkembangan BMT Al-Ishlah agar lebih maju, untuk pengawasan secara eksternal, memberikan penilaian untuk memotifasi BMT agar lebih baik lagi karena auditor memberikan penilaian BMT itu layak atau tidak, BMT sesuai setandar atau tidak, dan memberikan saran-saran” kata manajer BMT Al-Ishlah (21 Juli 2016) 2. Peran auditor eksternal bagi BMT Al-Ishlah menurut auditor eksternal Pihak auditor eksternal mengatakan bahwa “Auditor eksternal berperan sebagai penilai laporan keuangan, mendeteksi dan melaporkan kecurangan (frand), kekeliruan dan ketidak beresan, mempertahankan sikap independensi dan konflik, mengkonfirmasikan informasi yang berguna tentang sifat dan hasil prose audit, tanggung jawab menemukan tindakan melanggar hukum dari klien. Auditor harus selalu menjaga mutu jasa yang diberikannya dan menjaga independensi, integritas dan objekvitas profesinya. Setidaknya auditor harus bertanggung jawab kepada klien dan pihak ketiga atau secara khusus kepada pihak BMT” kata auditor eksternal BMT Al-Ishlah (23 Juli 2016) 53 54 Penjelasan di atas menunjukkan bahwa auditor eksternal sangat berperan penting untuk lembaga BMT, karena dengan adanya audior eksternal dapat menjadikan BMT lebih maju, memberikan motifasi bagi pihak BMT, BMT dapat memperbaiki kesalahan terlebih dalam penyajian laporan keuangan agar sesuai dengan ketentuan dari kantor akuntan publik (KAP) dan menjadikan BMT Al-Ishlah lebih dipercaya lagi dari pihak eksternal. B. Prosedur Pelaksanaan Auditing Menurut Mulyadi (2001) dalam Rizki (2014) berpendapat bahwa Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. Didalam suatu sistem, biasanya terdiri dari beberapa prosedur dimana prosedurprosedur itu saling terkait dan saling mempengaruhi. Akibatnya jika terjadi perubahan maka salah satu prosedur, maka akan mempengaruhi prosedurprosedur yang lain. Di bawah ini menjelaskan tentang prosedur auditor eksternal di BMT AlIshlah Salatiga: 1. Prosedur Pelaksanaan auditing menurut pihak BMT Al-Ishlah Beberapa prosedur auditing menurut pihak BMT Al-Ishlah menatakan bahwa “Audit dilaksakan kurang lebih 1 tahun sekali, pada saat akhir tahun, contohnya audit pada tahun 2015 akhir yang diaudit RAT tahun 2014. Pembayaran auditor kurang lebih Rp 5.000.000 dan disubsidi dari pemerintah Rp 1.500.000 jadi BMT Al-Ishlah membayar Rp 3.500.000. Semua diaudit mulai dari manajemen, laporan keuangan, yang paling 55 penting adalah analisa laporan keuangan (laporan keuangan bisa diterima apa tidak, sehat atau tidak, hasil dari BMT diberi nilai oleh Auditor)” kata mager BMT Al-Ishlah (21 Juli 2016). Kegiatan sebelum audit dilaksanakan: a. Pemberitahuan dari pihak dinas BMT mana yang akan diaudit. b. Dinas mengadaan sosialisasi untuk BMT-BMT di Salatiga yang akan diaudit. c. Menjalankan pelatihan dari dinas, seperti mempelajari audit, penjelasan tentang cara mengaudit, penjelasan tentang apa saja yang akan diminta oleh pihak auditor kepada pihak BMT, pelatihan cara membuat laporan keuangan yang benar seperti neraca, buku besar, jurnal, dan buku harian. d. Praktik langsung kelapangan. “Dalam pelaksanaan pelatihan auditor dilaksanakan selama 3 hari, yang diadakan oleh dinas Salatiga” kata manager BMT Al-Ishlah Pelaksanaan auditor eksternal di BMT Al-Ishlah, yaitu: a. Auditor meminta data-data BMT seperti neraca, buku besar, jurnal, dan buku harian (minimal 3 bulan dan diambil secara acak). b. Mencocokkan hasil pembukuan yang ada di BMT Al-Ishlah. c. Mewawancarai pengelola BMT Al-Ishlah. d. Mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan di BMT Al-Ishlah, dokumentasi adalah pemeriksaan auditor atas dokumen untuk mendukung suatu transaksi akuntansi. e. Proses penilaian bagi auditor, “selama proses audit dilakukan auditor mengecak semua laporan keuangan yang ada di BMT Al-Ishlah, ketika 56 auditor merasa tidak jelas auditor berhak bertanya kepada karyawan BMT dan pihak BMT harus menjelaskan” kata manager BMT Al-Ishlah. f. Penerimaan penilaian dari auditor. 2. Prosedur Pelaksanaan auditing menurut pihak Auditor Eksternal a. Pengamatan (Observation), “auditor mengamati laporan keuangan yang ada di BMT Al-Ishlah, dimulai dari neraca, buku besar, jurnal, dan buku harian (minimal 3 bulan dan diambil secara acak).” Kata auditor eksternal BMT Al-Ishlah. Opservasi digunakan pada pengujian pengendalian yang tidak meninggalkan jejak audit atas bukti dokumenter. Auditor mengajukan pertanyaan kepada beberapa orang dan mengadakan pengujian observasi untuk menentukan siapa yang melaksanakan aktivitas tertentu atau bagaimana dan kapan aktivitas itu dilakukan. b. Permintaan Keterangan (enquiry), Meminta keterangan tentang tingkat keusangan sediaan di gudang “auditor akan meminta keterangan kepada karyawan BMT Al-Ishlah jika laporan keuangan BMT ada yang kurang jelas atau terjadi kerancuan laporan keuangan” kata auditor eksternal BMT Al-Ishlah. c. Konfirmasi, auditor meminta tanggapan tertulis dari pihak ketiga mengenai item-item tertentu yang mempengaruhi laporan keuangan. Auditor menggunakan bukti konfirmasi secara ekstentif. Jadi, pihak ketiga dari mana konfirmasi diminta akan tergantung pada akun mana yang sedang diaudit. d. Penelusuran (tracing), Menelusuri faktur penjualan ke dalam kartu piutan usaha. 57 e. Pemeriksaan Bukti Pendukung (vouching), bukti adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. f. Penghitungan (counting), Footing terhadap jurnal penjualan dan Cross-footing terhadap jurnal pembelian g. Scanning, auditor eksternal mengatakan “Auditor mengambil 3 bulan contoh laporan keuangan di BMT Al-Ishlah secara acak untuk dijadikan acuan bahwa laporan keuangan tersebut sehat atau tidak”. h. Computer-asisted Audit Techniques, “Pengecekan oprasional di BMT Al-Ishlah sudah menggunakan computerisasi atau belum” kata auditor eksternal. i. Inspeksi, “Pengambilan contoh dari anggota secara langsung”. j. Penyerahan hasil auditor eksternal ke lembaga keuangan syariah untuk dicek ulang. k. Pelaksanaan Ulang (reperforming), “setelah hasil auditor diserahkan ke lembaga keuangan, auditor menerima kembali hasil audit, dan ketika ada review, auditor harus mengecek kembali laporan keuangan” kata auditor eksternal. Contoh review Review koperasi serba usaha " Al-Ishlah " kota Salatiga 1. Pada catatan laporan keuangan (CaLK) dapat di berikan tambahan informasi berapa anggota, dan calon anggota 2. Pada CaLK dapat di berikan tambahan informasi SK kepengurusan 58 3. Kebijakan akuntans (a. Dasar Penyusunan Laporan….dan seterusnya) 4. Catatan Belum sesuai (Kas dan Setara Kas = 1. 2.b) 5. Dalam Kebijakan Kas dan Setara Kas, CaLK hanya Kas, di Neraca (Kas dan Setara Kas) 6. Kas dan Setara Kas di neraca tidak usah dijabarkan 7. Pembiayaan mohon di Jabarkan 8. Pembentukan cadangan pembiayaan (dapat dijelaskan di CaLK 9. Penjelasan penyertaan di CaLK di Jabarkan 10.SHU di neraca tahun 2013 dan di Penjelasan tahun 2013 Rp. 723.300 11. Penjelasan CaLK hutang pajak (PPN atau PPh) 12. Penjelasan Hutang kalau bisa di rinci. Setelah direview, auditorakan mengeluarkan nilai hasil audit (terlampir). l. Penilaian hasil auditor eksternal. C. Tindak Lanjut Hasil Temuan Audit dilakukan untuk menganalisis suatu data yang terdapat di dalam BMT untuk mengetahui apakah terdapat kesalahan atau tidak di dalamnya. Tindak lanjut temuan terjadi jika terdapat kesalahan, hal yang sangat penting karena dapat menjadikan BMT lebih mengetahui kesalahan sehingga BMT dapat memperbaikinya. Pentingnya tindak lanjut perbaikan demi tujuan besar 59 institusi, maka sebaiknya Satuan Pemeriksa Intern (SPI) membuat sebuah Daftar Tindak Lanjut (Monev). Tindak Lanjut yang berisi tentang semua temuan dan rekomendasi dalam satu penugasan audit, penanggung jawab tindak lanjut/rekomendasi, batas waktu tindak lanjut hingga diperoleh suatu informasi bahwa temuan dan rekomendasi pada satu penugasan telah selesai dilaksanakan oleh penanggung jawab unit kerja yang di audit (auditee). Dengan demikian, harapan agar sebuah kesalahan tidak terulang dimasa yang akan datang dapat terwujud. 1. Tindak lanjut hasil temuan menurut pihak BMT Al-Ishlah Manager BMT Al-Ishlah menegaskan bahwa “Selama proses audit dilakukan, auditor eksternal BMT Al-Ishlah belum pernah menemukan kejanggalan dalam laporan keuangan. Akan tetapi audit internal BMT AlIshlah pernah ada temuan yang menunjukkan kecurangan karyawan BMT Al-Ishlah. Tindak lanjut yang dilakukan pihak BMT Al-Ishlah adalah mengeluarkan pelaku kecurangan. Kejadian tersebut tidak diketahui pihak luar, BMT Al-Ishlah langsung memperbaiki laporan keuangan dan semua berkas-berkas keuangan BMT” kata manager BMT Al-Ishlah. 2. Tindak lanjut hasil temuan auditor menurut pihak auditor eksternal Auditor eksternal BMT menyatakan bahwa “Selama proses auditor eksternal diadakan, auditor eksternal tidak pernah menemukan permasalahan di BMT Al-Ishlah, hasil penilaian auditor eksternal per 31 desembar 2014 dinyatakan wajar (terlampir)” kata auditor eksternal BMT Al-Ishlah. Penilaian audit terdapat 5 opini penilaian yaitu (Sutanto: 2016): a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion), jika: 1) Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun laporan keuangan 60 2) Perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari periode ke periode telah cukup dijelaskan 3) Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelasan (Unqualified Opinion Report With Explanatory Language), jika: 1) Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun laporan keuangan 2) Perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari periode ke periode telah cukup dijelaskan 3) Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. 4) Terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan; ex: perubahan metode penyusutan. c. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion), jika: 1) Lingkup audit dibatasi oleh klien 2) Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar kekuasaan klien maupun auditor 61 3) Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum 4) Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten. d. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion), jika: 1) Laporan keuangan tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan 2) Tidak ada pembatasan lingkup audit, sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. e. Pendapat Auditor(5) Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Of Opinion), jika: 1) Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit 2) Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya Perbedaan antara “Pernyataan tidak Memberikan Pendapat” dengan “Pendapat tidak Wajar”: ‘Pendapat Tidak Wajar’ diberikan jika auditor mengetahui adanya ketidakwajaran laporan keuangan klien. ‘Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (no opinion)’ karena auditor tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau karena ia tidak independen dalam hubungannya dengan klien. 62 Hasil auditor eksternal BMT Al-Ishlah menunjukkan bahwa temuan audit sudah memadai sehingga dapat diselesaikan diperoleh skor dengan kategori positif. Hal ini menunjukan bahwa temuan audit eksternal sudah memadai dalam artian temuan audit eksternal sudah dihasilkan dengan proses audit yang benar dan sudah berdasarkan pada kondisi, kriteria, sebab akibat serta adanya rekomendasi. Selain itu sebelum dimasukan kedalam laporan hasil pemeriksaan hasil temuan sudah dilakukan komunikasi terlebih dahulu dengan auditee. Menindak lanjuti hasil audit “Wajar” BMT Al-Ishlah harus mempertahankan dan dilanjutkan kinerja keuangan dan arus kasnya untuk tahun yang akan datang, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. BAB V PENUTUP Kesimpulan 1. Auditor eksternal berperan untuk mengecek laporan keuangan BMT Al-Ishlah, menindak lanjuti hasil temuan, dan memberikan penilaian untuk BMT Al-Ishlah. 2. Prosedur pelaksanaan auditing dilakukan dengan cara pengecekan laporan keuangan BMT mulai dari neraca, buku besar, jurnal, dan buku harian. Selanjutnya auditor menilai dari hasil laporan keuangan dan diberikan ke lembaga keuangan. Jika hasil audit terdapat rivew, auditor harus mengecek kembali dan selanjutnya memberikan penilaian. 3. Audit eksternal belum pernah mendapatkan temuan di BMT Al-Ishlah Salatiga, akan tetapi pihak internal BMT Al-Ishlah Salatiga pernah menemukan temuan yang mengakibatkan kerugian BMT, sebelum menyebar pihak internal BMT memutuskan segera menyelesaikan masalah dan menindak lanjutinya hingga tuntas dan tidak menambah resiko. Saran 1. Dalam pelaksanaan audit berlangsung seharusnya BMT Al-Ishlah menjalankan kesempatan sebaik-baiknya agar BMT Al-Ishlah lebih baik lagi dan dapat dipercaya pihak luar BMT. 2. Ada kalanya ketika pihak auditor eksternal melaksanakan auditor, pihak BMT Al-Ishlah lebih banyak lagi belajar dari masukan-masukan yang diberikan auditor terhadap BMT Al-Ishlah. 63 64 3. BMT Al-Ishlah harus mempertahankan atau bahkan memajukan kembali BMT agar tidak terjadi lagi kecurangan dari pihak BMT yang mengakibatkan terjadinya resiko. 65 Daftar Pustaka Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. Chapra, M. Umer dan Tariqullah Khan. 2008. Regulasi dan Pengawasan Bank Syariah. Jakarta: Bumi Aksara. Grihardini, Agatha Varadisa Nadia. 2011. Perbedaan Kinerja Auditor Eksternal Pada Fase Penyelesaian Audit. Skripsi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Harahap, Sofyan Syafri. 1995. Auditing Perusahaan Kecil. Jakarta: Bumi Aksara. Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Auditing dalam Persspektif Islam. Jakarta: Pustaka Quantum. Hawarid, Hasnul. 2014. Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Nomor 105 Tentang Pembiayaan Mudharabah Pada Laporan Keuangan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Kalbar Madani Pontianak. Jurnal Audit dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura. Vol. 3. No. 2. Hermawan, Ateng. 2010. Pengaruh Auditor Eksternal dan Auditor Internal pada Pelaksanaan Good Corporate Governance. Jurnal Trikonopika. Volume 9. No. 1. Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Martamin, Irvan. 2006. Analisis Pengaruh Tindakan Supervisi Terhadap Kepuasan Kerja (Studi Empiris Pada Auditor Eksternal Dan Auditor Internal. Thesis Universitas Diponegoro. Noverio, Rezhy. 2011. Analisis Pengaruh Kualitas Auditor, Likuiditas, Profabilitas dan Solvabilitas Terhadap Opini Audit Going Concerb pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang. Peraturan Mentri Negara Koprasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 21/Per/M.KUKM/XI/2008. ( http://smecda.com/wpcontent/uploads/2015/12/Permeneg-KUKM-2008-4.pdf). Repina, Lili Marlen Saragi dan Verani Carolina. 2010. Pengaruh Independensi Eksternal Auditor Terhadap Kuantitas Pelaksanaan Audit (Studi Kasus Pada Beberapa Kantor Akuntan Publik di Bandung). Jurnal Ilmiah Akuntansi. No.2. 66 Ridwan, Muhammad. 2004. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Yogyakarta: UII Press. Sutanto, Eko Madyo. 2016. Audit Laporan Keuangan. Ulum, Ihyaul. 2012. Audit Sektor Publik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara. LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP Curriculum Vitae 1. Nama : Farda Nur Rohima 2. Tempat, Tanggal Lahir : Salatiga, 10 Juli 1995 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Agama : Islam 5. Status Pernikahan : Lajang 6. Warga Negara : Indonesia 7. Alamat : Macanan Rt 02 Rw Ii, Sidorejo Kidul, Kec. Tingkir, Salatiga 8. Nomor Hp : 085713558284 9. E-Mail : [email protected] 10. Kode Pos : 50741 11. Pendidikan Formal Periode (Tahun) Sekolah/Institusi/Universitas 1999 – 2001 2001 – 2007 TK Masitoh SDN 03 Sidorejo Kidul Salatiga SMPIT Nurul Islam Tengaran SMK N 1 Salatiga IAIN Salatiga 2007 – 2010 2010 – 2013 2013 – 2016 Demikian CV ini saya buat dengan sebenarnya Jurusan Tata Busana Diploma 3 Perbankan Syariah