Radiasi. Vol.4.No.1. Deci Tri Setiyowati Studi Kasus tentang Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Warga untuk Masuk SMP Terbuka Wonosobo Deci Tri Setiyowati, Sriyono, Eko Setyadi Kurniawan Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Purworejo Jl. K.H A.Dahlan No. 3 Purworejo email: [email protected] Intisari – Telah dilakukan penelitian kualitatif guna mengidentifikasi: 1) faktor-faktor yang melatarbelakangi warga masuk SMP Terbuka berdasar keadaan ekonomi orang tua; 2) kondisi geografis yang melatarbelakangi warga masuk SMP Terbuka; dan 3) kesempatan belajar yang melatarbelakangi warga masuk SMP Terbuka. Subjek dalam penelitian ini terdiri siswa, kepala sekolah dan orang tua/wali siswa SMP Terbuka Kepil, SMP Terbuka Sapuran serta SMP Terbuka Kalikajar. Data dikumpulkan menggunakan metode kuesioner dan metode wawancara. Teknik analisis data menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif menggunakan teknik persentase. Analisis data secara kualitatif menggunakan teknik analisis adopsi model interaktif Miles & Huberman (reduksi data, display data, analisis data dan penarikan kesimpulan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua siswa rata-rata bekerja sebagai petani dengan pendapatan kecil, aset kecil dan minim fasilitas. Tempat tinggal siswa berada di daerah terpencil yang jauh dari pusat kota jarang dilewati alat transportasi umum. Siswa masuk SMP Terbuka karena memiliki aktivitas lain selain sekolah sehingga waktu untuk bersekolah menjadi kurang. Namun demikian, siswa mendapat dukungan untuk mengikuti aktivitas sekolah. Kata kunci: SMP Terbuka PENDAHULUAN Kurang meratanya pendidikan di Indonesia membuat sebagian masyarakat tidak mampu mengakses pendidikan secara mudah. Kesulitan ekonomi menjadi salah satu penyebab munculnya fenomena anak putus sekolah. Menurut data Susenas, angka putus sekolah serta tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi tercatat sekitar 5,6 persen dan sebagian besar berasal dari keluarga miskin [1]. Wilayah negara Indonesia yang luas dengan karakteristik geografis dan demografis yang begitu beragam, juga menjadi kendala dalam memberikan layanan pendidikan yang dapat menjangkau seluruh masyarakat. Anak-anak yang tinggal didaerah terpencil kesulitan untuk menjangkau tempat belajar. Jauhnya jarak membuat anak-anak tersebut lebih memilih untuk tidak melanjutkan sekolah. Bahkan sekalipun di lokasi-lokasi seperti itu dibangun sekolah reguler, belum tentu kelompok anak yang memiliki kendala tersebut sempat mengikuti pendidikan karena kesibukannya bekerja membantu orang tua mencari nafkah. Bagi kelompok anak seperti ini, pergi ke sekolah setiap hari dengan segala konsekuensinya, merupakan kegiatan yang dianggap terlalu mahal. Sistem pendidikan terbuka dan sistem pendidikan jarak jauh dapat dijadikan alternatif untuk memberikan layanan pendidikan bagi kelompok anak yang memiliki kendala seperti ekonomi, geografis atau waktu. Untuk tingkat SMP, bentuk pendidikan terbuka yang telah dilaksanakan saat ini adalah SMP Terbuka. Kabupaten Wonosobo termasuk salah satu daerah yang menyelenggarakan SMP Terbuka. Sampai saat ini sudah ada 10 SMP Terbuka yang tersebar di wilayah Wonosobo. Wilayah kabupaten Wonosobo yang sebagian besar merupakan daerah pegunungan membuat akses pendidikan menjadi sulit karena sekolah-sekolah formal berada di daerah perkotaan. Di samping itu, adanya I. perkebunan beberapa tanaman bernilai ekonomis tinggi membuat warga lebih memilih bekerja di perkebunan dibanding melanjutkan sekolah. Keputusan untuk bekerja, salah satunya dilatarbelakangi oleh tingkat ekonomi masyarakat yang rendah. Anak-anak, baik karena keinginan sendiri ataupun diminta orang tua, menjadi pekerja di usia sekolah. Hasil survey statistik, dibandingkan kabupaten lain di Jawa Tengah, penduduk Wonosobo bersekolah lebih sebentar, dimana indikator ini ditunjukkan dengan rata-rata lama sekolah 6,27 tahun, atau memutuskan berhenti sekolah ketika kelas satu SMP [2]. Sejak didirikannya SMP Terbuka, masyarakat Wonosobo mulai tertarik untuk melanjutkan pendidikan di SMP Terbuka dengan berbagai alasan. Belum pernah dilakukan penelitian tentang faktor yang melatar belakangi masyarakat Wonosobo mengikuti kegiatan belajar di SMP Terbuka sehingga tidak ada data resmi mengenai alasan masyarakat untuk masuk SMP Terbuka. Oleh karena itu, peneliti melakukan studi kasus dengan tujuan mengungkap mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi masyarakat Wonosobo masuk SMP Terbuka. Berdasarkan permasalahan di atas, masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana faktor-faktor yang melatarbelakangi warga masuk SMP Terbuka Wonosobo berdasar keadaan ekonomi orang tua, kondisi geografis dan kesempatan belajar. II. LANDASAN TEORI A. Pengertian SMP Terbuka SMP Terbuka merupakan sekolah yang dirancang untuk mengatasi permasalahan belajar siswa yang memiliki kendala seperti ekonomi, jarak dan waktu. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara mandiri, tidak terjadwal 51 Radiasi. Vol.4.No.1. Deci Tri Setiyowati pada tempat dan waktu yang ketat. Ada beberapa konsep dasar yang melandasi pengertian SMP Terbuka. Menurut Siahaan, ada lima konsep dasar yang menjadi landasan [3] yaitu: a. Belajar pada dasarnya merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi seseorang dengan sumber belajar, baik yang dirancang secara khusus maupun melalui pemanfaatan sumber belajar yang tersedia. b. Kegiatan belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, serta tidak sepenuhnya tergantung pada sekolah dan guru. c. Kegiatan belajar-mengajar akan tercapai tujuannya apabila diberikan kesempatan dan perlakuan yang sesuai dengan karakteristiknya. B. Latar Belakang Penyelenggaraan SMP Terbuka Alasan yang melatarbelakangi penyelenggaraan SMP Terbuka meliputi alasan filosofis, geografis, social ekonomis dan kesempatan belajar [4] Alasan filosofis Setiap manusia mempunyai hak untuk memperolah kesempatan belajar tanpa mempersoalkan segala macam bentuk perbedaan Alasan geografis Bagi anak-anak yang mengalami kendala geografis, pendidikan yang jarak jauh merupakan suatu alternatif yang cukup menjanjikan. Alasan sosial ekonomis Sekolah masih di pandang suatu yang mewah baik dari segi biaya, maupun dari kebutuhan yang harus di keluarkan untuk mengikuti proses belajar mengajar sehingga masih banyak ditemui anak yang putus sekolah dan tidak mengikuti pendidikan di sekolah. Alasan kesempatan belajar Banyak anak-anak yang harus memenuhi kebutuhannya dengan bekerja atau mengikuti gerak kehidupan orang tuanya. Untuk itu melalui pendidikan terbuka mereka tetap dapat bersekolah tanpa harus meninggalkan tempat tinggal atau tempat bekerja. Mereka tetap dapat bekerja membantu orang tua mereka mencari nafkah sambil bersekolah. C. Komponen Sistem Sekolah Menengah Terbuka Komponen SMP Terbuka sama dengan SMP Reguler. Perbedaannya hanya terletak pada strategi pembelajarannya. Komponen sistem SMP Terbuka meliputi siswa, kurikulum, dan proses pembelajaran, fasilitas belajar, tenaga kependidikan dan penilaian hasil belajar [5]. D. Prinsip-Prinsip Pendidikan di SMP Terbuka Pendidikan di SMP Terbuka dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip tersebut antara lain prinsip kemandirian, prinsip keluwesan, prinsip keterkinian, prinsip kesesuaian, prinsip mobilitas dan prinsip efisiensi [6] III. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan menerapkan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan persepsi atau tanggapan siswa terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sekolah. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan desain studi kasus (case study). Desain studi kasus (case study) dilakukan untuk memperoleh pengertian yang mendalam mengenai situasi dan makna sesuatu/ subjek yang diteliti [7]. Subjek penelitian ini terdiri dari: 66 siswa, 10 orang tua siswa, dan 3 kepala sekolah. Data dikumpulkan dengan teknik kuesioner, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, namun dalam analisis data juga diterapkan pendekatan kuantitatif sehingga ada dua macam teknik analisis data dalam penelitian ini. Analisis data kuantitatif yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan teknik persentase. Analisis data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan metode non statistik dengan menggunakan model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Hubesman [8]. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Keadaan Ekonomi Keadaan ekonomi yang menjadi dasar memilih SMP Terbuka disajikan pada table berikut. Tabel 1. Karakteristik Keadaan Ekonomi Karakteristik Pendidikan Ayah Kriteria Tamat SD dan atau tidak sekolah 90,9 Tamat SMP/MTs/sederajat 9,1 Pekerjaan Ayah Tidak bekerja Pendidikan Ibu Pekerjaan Ibu Penghasilan Ayah 1,5 Buruh/petani penggarap 95,5 Wiraswasta 3,0 Tamat SD dan atau tidak sekolah 92,4 Tamat SMP/MTs/sederajat 7,6 Tidak bekerja 12,1 Buruh/petani penggarap 84,8 Wiraswasta 1,5 Pegawai Negeri/Swasta/Guru 1,5 Kurang dari Rp. 500.000,00 84,8 Rp. 500.000,00 – Rp. 1.500.000,00 10,6 Rp. 1.500.000,00 – Rp. 3.000.000,00 4,5 Penghasilan Ibu Kurang dari Rp. 500.000,00 Aset yang dimiliki Luas tanah/ pekarangan % 89,4 Rp. 500.000,00 – Rp. 1.500.000,00 9,1 Rp. 1.500.000,00 – Rp. 3.000.000,00 1,5 Tidak ada 74,2 Tabungan saja atau emas saja 22,7 Tabungan, emas 3,0 Tidak ada 19,7 Kurang dari 200 m2 2 2 200 m – 500 m 66,7 13,6 52 Radiasi. Vol.4.No.1. Deci Tri Setiyowati Karakteristik Barang elektronik Jenis rumah Jenis lantai Penerangan Jamban Kriteria % Tidak ada 3,0 Radio 15,2 Televisi dan radio 77,3 Kulkas, televisi, tape dan radio 4,5 Kayu 37,9 Semi permanen 42,4 Permanen 19,7 Keramik/marmer/granit 25,8 Ubin/tegel/teraso 65,2 Semen/batu bata 9,1 Bukan listrik 1,5 Listrik PLN menyalur tetangga 53,0 Listrik PLN tipe 450 watt 42,4 Listrik PLN tipe 900 watt 3,0 umum 50,0 sendiri, septik tank tidak terpisah 31,8 sendiri, septik tank terpisah bukan keramik 15,2 Sendiri, septik tank terpisah dan keramik 3,0 Hasil wawancara menunjukkan bahwa keadaan ekonomi menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi siswa untuk masuk SMP Terbuka. Orang tua juga ikut terlibat dalam pengambilan keputusan masuk SMP Terbuka. Alasan sebagian besar orang tua karena SMP Terbuka tidak memungut biaya apapun. Keadaan ekonomi yang kurang baik dikarenakan banyak orang tua siswa yang hanya menjadi buruh tani dengan penghasilan yang minim.Selain penghasilan yang rendah, orang tua juga tidak memiliki tabungan yang dapat digunakan untuk kebutuhan mendadak. Hal menarik yang ditemukan dalam penelitian ini adalah fasilitas yang dimiliki oleh keluarga siswa. Meskipun memiliki penghasilan rendah dan keadaan rumah yang sangat sederhana, namun banyak siswa yang memiliki radio dan televisi di rumahnya. Fenomena tersebut dapat menggambarkan bahwa radio dan televisi termasuk kebutuhan yang prioritas pemenuhannya di atas kebutuhan akan pendidikan. Hal itu menunjukkan bahwa orang tua kurang peduli terhadap perkembangan pendidikan anak. Penelitian Firdaus menemukan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh pada minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya adalah faktor kurangnya tingkat kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan (faktor orang tua) [9]. Karakteristik Kondisi Geografis Kondisi geografis yang melatarbelakangi siswa memilih SMP Terbuka meliputi karakteristik tempat tinggal, jarak ke pusat kota, jarak ke sekolah terdekat, waktu tempuh ke sekolah terdekat, biaya yang dikeluarkan, alat transportasi, dan kondisi jalan. Dari hasil kuesioner, diketahui karakteristik kondisi geografis siswa seperti disajikan pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Karakteristik Kondisi Geografis Karakteristik Kriteria Karakteristik wilayah Pegunungan Jarak ke pusat kota Jarak ke SMP terdekat Waktu ke SMP terdekat Alat transportasi Frekuensi dilalui angkutan umum Frekuensi berganti kendaraan Biaya Jenis jalan Kondisi jalan Kondisi jalan saat % 60,6 Perbukitan 4,5 Dataran rendah 33,3 Lembah 1,5 Lebih dari 25 km 57,6 15 km – 25 km 21,2 5 km – 15 km 12,1 Kurang dari 5 km 9,1 Lebih dari 16 km 45,5 8 km – 16 km 12,1 2 km – 8 km 27,3 Kurang dari 2 km 15,2 1 jam – 2 jam 21,2 30 menit sampai 1 jam 65,2 Kurang dari 30 menit 13,6 Tidak ada 37,9 Ojek 12,1 Angkot 28,8 Bus/minibus Tidak pernah 21,2 66,7 Kurang dari 3 kali 19,7 3 – 5 kali 7,6 Lebih dari 5 kali 6,1 Lebih dari 3 kali 7,6 3 kali 9,1 2 kali 36,4 1 kali 47,0 Lebih dari Rp. 15.000,00 4,5 Rp. 10.000,00 – Rp. 15.000,00 37,9 Rp. 5.000,00 – Rp. 10.000,00 25,8 Kurang dari Rp. 5.000,00 31,8 Jalan berpasir 3,0 Jalar berbatu 30,3 Jalan tanah 21,2 Jalan aspal 45,5 Rusak parah 1,5 Rusak 27,3 Biasa saja 57,6 Bagus Sangat licin 13,6 18,2 53 Radiasi. Vol.4.No.1. Deci Tri Setiyowati Karakteristik hujan Kriteria % Licin 18,2 Sedikit licin 50,0 Tidak licin 13,6 Hasil wawancara menunjukkan bahwa kondisi geografis menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi siswa untuk masuk SMP Terbuka. Pada umumnya dari siswa menyatakan bahwa alasan masuk SMP Terbuka karena tempat belajarnya dekat dengan rumah sehingga tidak membutuhkan waktu lama dan biaya yang banyak. Siswa lain menyatakan bahwa kondisi jalan di daerah tempat tinggalnya kurang baik. Banyak jalan yang rusak, hal itu menyebabkan siswa sulit untuk mencapai sekolah karena angkutan umum jarang lewat. Berdasarkan hasil kuesioner yang didukung dengan wawancara, kondisi geografis tempat tinggal siswa menjadi salah satu alasan siswa masuk SMP Terbuka. Siswa berada di wilayah yang jauh dari pusat kota dengan kondisi wilayah yang sulit membuat siswa lebih memilih SMP Terbuka karena lebih dekat dengan tempat tinggalnya. Karakteristik Kesempatan Belajar Faktor kesempatan belajar yang menjadi dasar memilih SMP Terbuka disajikan pada tabel berikut. Tabel 3. Karakteristik Kesempatan Belajar Karakteristik Kriteria Lama waktu Frekuensi setiap minggu Tabel 4. Persepsi Orang Tua terhadap Pendidikan Anak No. 1 2 3 4 5 6 % 7 Membantu orang tua 48,5 8 Pekerjaan rumah tangga 47,0 Pagi hari 77,3 Menjelang siang 15,2 Siang 4,5 Sore 3,0 Lebih dari 10 jam 10,6 6 – 10 jam 9,1 2 – 6 jam 45,5 Kurang dari 2 jam 34,8 Setiap hari 65,2 5 – 6 hari 6,1 2 – 4 hari 21,2 Kurang dari 2 hari 7,6 Efek kegiatan sekolah Sedikit mengganggu terhadap aktivitas siswa Tidak mengganggu Respon orang tua/ majikan Persepsi Orang Tua terhadap Pendidikan Anak Selain faktor kondisi ekonomi, keadaan geografis dan kesempatan belajar, peneliti juga menemukan faktor lain yang mendorong anak untuk masuk SMP Terbuka. 4,5 Aktivitas selain sekolah Bekerja pada orang lain Waktu memulai aktivitas perekonomian keluarga. Salah satu siswa menyatakan bahwa alasannya masuk SMP Terbuka karena dia harus mengurusi rumah dan menjaga adik-adiknya. Hal itu dikarenakan orangtuanya harus bekerja. Siswa yang harus bekerja, biasanya ikut bekerja bersama orang tuanya di ladang atau sawah. Tetapi ada pula yang menjadi pembantu rumah tangga. Dari hasil kuesioner maupun wawancara, kondisi siswa memang tidak memungkinkan untuk menempuh pendidikan di sekolah reguler. Seperti penelitian Weston yang menemukan bahwa salah satu alasan utama untuk tidak bersekolah adalah keharusan bekerja [10]. 6,1 93,9 Mendukung 27,3 Sangat mendukung 72,7 Hasil wawancara menunjukkan bahwa kesempatan belajar menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi siswa untuk masuk SMP Terbuka. Sebagian besar siswa yang diwawancarai menyatakan tidak ada waktu untuk sekolah di SMP reguler karena harus bekerja membantu 9 10 11 Sikap Orang Tua Menyekolahkan anak supaya mendapat pekerjaan yang lebih baik Menyekolahkan anak karena kasihan Mengarahkan anak dalam memilih sekolah Menyerahkan keputusan pada anak untuk meneruskan sekolah atau tidak Berusaha agar anak dapat bersekolah Menganggap bahwa SMP Terbuka bermanfaat bagi anak Tetap menyekolahkan anak walaupun tidak ada SMP Terbuka Menganggap bahwa SMP Terbuka bisa menjadi kesulitan dalam meneruskan sekolah Merasa sia-sia apabila anak menjadi pengangguran setelah lulus sekolah Menegur anak bila tidak berangkat sekolah Memantau perkembangan belajar anak % 80 20 60 40 60 100 30 100 70 70 40 Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa semua orang tua beranggapan bahwa SMP Terbuka bermanfaat dan dapat mengatasi kesulitan dalam meneruskan sekolah. Orang tua menyambut baik keberadaan SMP Terbuka karena dengan mengikuti kegiatan belajar di SMP Terbuka, siswa tetap bisa melakukan pekerjaan sehari-hari. Namun, ada orang tua yang tetap menyekolahkan anaknya walaupun tidak ada SMP Terbuka. Salah satu alasan sebagian besar orang tua menyekolahkan anaknya, baik di SMP Terbuka maupun SMP reguler adalah agar anaknya mendapatkan pekerjaan yang baik. Diantara orang tua yang diwawancarai, ada yang menyekolahkan anaknya karena kasihan pada anak. Persepsi orang tua terhadap pendidikan anak cukup baik. Orang tua menanggap pendidikan itu penting. Orang tua memiliki peran penting dalam mendorong anak-anak untuk bersekolah. Akan tetapi keterlibatan orang tua dalam membimbing anak-anak belum maksimal. Rendahnya pendidikan orang tua membuat mereka sulit untuk membimbing anak dalam belajar. Kepala sekolah yang lain juga mengungkapkan bahwa, orang tua jarang memantau 54 Radiasi. Vol.4.No.1. Deci Tri Setiyowati perkembangan belajar anak. Orang tua juga tidak memahami apa yang dipelajari anak. Meskipun jarang memantau perkembangan belajar anak, namun orang tua tetap peduli dengan pendidikan anak. Hal itu ditunjukkan dengan sikap orang tua yang menegur anaknya apabila membolos. Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa sebenarnya orang tua cukup peduli dengan pendidikan anak. Namun karena keterbatasannya, orang tua tidak dapat membimbing kegiatan belajar anak. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Keadaan ekonomi orang tua siswa yang masuk SMP Terbuka, rata-rata bekerja sebagai petani dengan pendapatan dan aset yang kecil sehingga tingkat eknominya rendah. Kondisi ini mengakibatkan fasilitas yang dimiliki minim. 2. Siswa di SMP Terbuka Wonosobo bertempat tinggal jauh dari pusat kota maupun sekolah terdekat dengan waktu tempuh yang lama. Hal tersebut membuat biaya transport menjadi mahal. Kondisi jalan yang kurang memadai membuat terbatasnya alat transportasi umum. 3. Siswa masuk SMP Terbuka karena memiliki aktivitas lain selain sekolah sehingga waktu untuk bersekolah menjadi kurang. Namun demikian, siswa mendapat dukungan untuk mengikuti aktivitas sekolah. [7] A. Alsa. 2004. Pendekatan Kuantitatif Kualitatif serta Kombinasinya dalam. Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. pp. 20. [8] Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta. pp. 337. SKRIPSI: [9] Firdaus. 2005. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Minat Orang Tua untuk Melanjutkan Pendidikan Anak ke Sekolah Menengah Pertama (Studi Kasus di Sekolah Dasar Negeri Lubuk Sengkuang Kecamatan Banyuasin III Kabupaten Banyuasin)” Skripsi. Palembang: Universitas Sriwijaya. DAFTAR PUSTAKA INTERNET: [1] Bappenas. 2012. Peningkatan Akses Masyarakat terhadap Pendidikan. Website: www.bappenas. go.id/get-file-server/node/5659, diakses pada 20 Juli 2013. [2] BPS Wonosobo. 2011. Data Penduduk Kabupaten Wonosobo. Website: http://wonosobokab.bps. go.id/ BRS/sept11.pdf, diakses pada 20 Juli 2013. ARTIKEL JURNAL: [3] S. Siahaan. 2004. E-Learning (Pembelajaran Elektronik) Sebagai Salah Satu Alternatif Kegiatan Pembelajaran. Website: http://www.depdiknas. go.id/Jurnal/42/ sudirman.htm, diakses pada 3 Agustus 2013. pp. 62. [10] Weston. 2008. A Study of Junior Secondary Education in Indonesia: A Review of the Implementation of Nine Years Universal Basic Education, Jakarta: Decentralized Basic Education Three Project,Website: http://ddp-ext.worldbank.org/EdStats/IDNdprep08.pdf. diakses pada tanggal 20 Juli 2013. pp. BUKU: [4] A. Sadiman. 1999. Jaringan Sistem Belajar Jarak Jauh Indonesia. Pustekkom Pendidikan Depkdinas. pp. 33-36 [5] M. Yusufhadi. 2009. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Kencana: Jakarta. pp. 25. [6] A. Sadiman. Op.Cit. pp. 42-44 55