Studi Kasus tentang Faktor-Faktor yang

advertisement
Radiasi. Vol.4.No.1. Deci Tri Setiyowati
Studi Kasus tentang Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Warga
untuk Masuk SMP Terbuka Wonosobo
Deci Tri Setiyowati, Sriyono, Eko Setyadi Kurniawan
Program Studi Pendidikan Fisika
Universitas Muhammadiyah Purworejo
Jl. K.H A.Dahlan No. 3 Purworejo
email: [email protected]
Intisari – Telah dilakukan penelitian kualitatif guna mengidentifikasi: 1) faktor-faktor yang melatarbelakangi warga masuk
SMP Terbuka berdasar keadaan ekonomi orang tua; 2) kondisi geografis yang melatarbelakangi warga masuk SMP Terbuka;
dan 3) kesempatan belajar yang melatarbelakangi warga masuk SMP Terbuka. Subjek dalam penelitian ini terdiri siswa,
kepala sekolah dan orang tua/wali siswa SMP Terbuka Kepil, SMP Terbuka Sapuran serta SMP Terbuka Kalikajar. Data
dikumpulkan menggunakan metode kuesioner dan metode wawancara. Teknik analisis data menggunakan analisis kuantitatif
dan kualitatif. Analisis kuantitatif menggunakan teknik persentase. Analisis data secara kualitatif menggunakan teknik analisis
adopsi model interaktif Miles & Huberman (reduksi data, display data, analisis data dan penarikan kesimpulan). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa orang tua siswa rata-rata bekerja sebagai petani dengan pendapatan kecil, aset kecil dan
minim fasilitas. Tempat tinggal siswa berada di daerah terpencil yang jauh dari pusat kota jarang dilewati alat transportasi
umum. Siswa masuk SMP Terbuka karena memiliki aktivitas lain selain sekolah sehingga waktu untuk bersekolah menjadi
kurang. Namun demikian, siswa mendapat dukungan untuk mengikuti aktivitas sekolah.
Kata kunci: SMP Terbuka
PENDAHULUAN
Kurang meratanya pendidikan di Indonesia membuat
sebagian masyarakat tidak mampu mengakses pendidikan
secara mudah. Kesulitan ekonomi menjadi salah satu
penyebab munculnya fenomena anak putus sekolah. Menurut
data Susenas, angka putus sekolah serta tidak melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi tercatat sekitar 5,6
persen dan sebagian besar berasal dari keluarga miskin [1].
Wilayah negara Indonesia yang luas dengan karakteristik
geografis dan demografis yang begitu beragam, juga
menjadi kendala dalam memberikan layanan pendidikan
yang dapat menjangkau seluruh masyarakat. Anak-anak
yang tinggal didaerah terpencil kesulitan untuk menjangkau
tempat belajar. Jauhnya jarak membuat anak-anak tersebut
lebih memilih untuk tidak melanjutkan sekolah. Bahkan
sekalipun di lokasi-lokasi seperti itu dibangun sekolah
reguler, belum tentu kelompok anak yang memiliki kendala
tersebut sempat mengikuti pendidikan karena kesibukannya
bekerja membantu orang tua mencari nafkah. Bagi kelompok
anak seperti ini, pergi ke sekolah setiap hari dengan segala
konsekuensinya, merupakan kegiatan yang dianggap terlalu
mahal.
Sistem pendidikan terbuka dan sistem pendidikan jarak
jauh dapat dijadikan alternatif untuk memberikan layanan
pendidikan bagi kelompok anak yang memiliki kendala
seperti ekonomi, geografis atau waktu. Untuk tingkat SMP,
bentuk pendidikan terbuka yang telah dilaksanakan saat ini
adalah SMP Terbuka. Kabupaten Wonosobo termasuk salah
satu daerah yang menyelenggarakan SMP Terbuka. Sampai
saat ini sudah ada 10 SMP Terbuka yang tersebar di wilayah
Wonosobo. Wilayah kabupaten Wonosobo yang sebagian
besar merupakan daerah pegunungan membuat akses
pendidikan menjadi sulit karena sekolah-sekolah formal
berada di daerah perkotaan. Di samping itu, adanya
I.
perkebunan beberapa tanaman bernilai ekonomis tinggi
membuat warga lebih memilih bekerja di perkebunan
dibanding melanjutkan sekolah. Keputusan untuk bekerja,
salah satunya dilatarbelakangi oleh tingkat ekonomi
masyarakat yang rendah. Anak-anak, baik karena keinginan
sendiri ataupun diminta orang tua, menjadi pekerja di usia
sekolah.
Hasil survey statistik, dibandingkan kabupaten lain di
Jawa Tengah, penduduk Wonosobo bersekolah lebih
sebentar, dimana indikator ini ditunjukkan dengan rata-rata
lama sekolah 6,27 tahun, atau memutuskan berhenti sekolah
ketika kelas satu SMP [2]. Sejak didirikannya SMP
Terbuka, masyarakat Wonosobo mulai tertarik untuk
melanjutkan pendidikan di SMP Terbuka dengan berbagai
alasan. Belum pernah dilakukan penelitian tentang faktor
yang melatar belakangi masyarakat Wonosobo mengikuti
kegiatan belajar di SMP Terbuka sehingga tidak ada data
resmi mengenai alasan masyarakat untuk masuk SMP
Terbuka. Oleh karena itu, peneliti melakukan studi kasus
dengan tujuan mengungkap mengenai faktor-faktor yang
melatarbelakangi masyarakat Wonosobo masuk SMP
Terbuka.
Berdasarkan permasalahan di atas, masalah yang diteliti
dalam penelitian ini adalah bagaimana faktor-faktor yang
melatarbelakangi warga masuk SMP Terbuka Wonosobo
berdasar keadaan ekonomi orang tua, kondisi geografis dan
kesempatan belajar.
II. LANDASAN TEORI
A. Pengertian SMP Terbuka
SMP Terbuka merupakan sekolah yang dirancang untuk
mengatasi permasalahan belajar siswa yang memiliki
kendala seperti ekonomi, jarak dan waktu. Kegiatan
pembelajaran dilaksanakan secara mandiri, tidak terjadwal
51
Radiasi. Vol.4.No.1. Deci Tri Setiyowati
pada tempat dan waktu yang ketat. Ada beberapa konsep
dasar yang melandasi pengertian SMP Terbuka. Menurut
Siahaan, ada lima konsep dasar yang menjadi landasan [3]
yaitu:
a. Belajar pada dasarnya merupakan perubahan tingkah
laku sebagai hasil interaksi seseorang dengan sumber
belajar, baik yang dirancang secara khusus maupun
melalui pemanfaatan sumber belajar yang tersedia.
b. Kegiatan belajar dapat terjadi di mana saja dan
kapan saja, serta tidak sepenuhnya tergantung pada
sekolah dan guru.
c. Kegiatan belajar-mengajar akan tercapai tujuannya
apabila diberikan kesempatan dan perlakuan yang sesuai
dengan karakteristiknya.
B. Latar Belakang Penyelenggaraan SMP Terbuka
Alasan yang melatarbelakangi penyelenggaraan SMP
Terbuka meliputi alasan filosofis, geografis, social
ekonomis dan kesempatan belajar [4]
Alasan filosofis
Setiap manusia mempunyai hak untuk memperolah
kesempatan belajar tanpa mempersoalkan segala macam
bentuk perbedaan
Alasan geografis
Bagi anak-anak yang mengalami kendala geografis,
pendidikan yang jarak jauh merupakan suatu alternatif yang
cukup menjanjikan.
Alasan sosial ekonomis
Sekolah masih di pandang suatu yang mewah baik dari
segi biaya, maupun dari kebutuhan yang harus di keluarkan
untuk mengikuti proses belajar mengajar sehingga masih
banyak ditemui anak yang putus sekolah dan tidak
mengikuti pendidikan di sekolah.
Alasan kesempatan belajar
Banyak anak-anak yang harus memenuhi kebutuhannya
dengan bekerja atau mengikuti gerak kehidupan orang
tuanya. Untuk itu melalui pendidikan terbuka mereka tetap
dapat bersekolah tanpa harus meninggalkan tempat tinggal
atau tempat bekerja. Mereka tetap dapat bekerja membantu
orang tua mereka mencari nafkah sambil bersekolah.
C. Komponen Sistem Sekolah Menengah Terbuka
Komponen SMP Terbuka sama dengan SMP
Reguler. Perbedaannya hanya terletak pada strategi
pembelajarannya. Komponen sistem SMP Terbuka meliputi
siswa, kurikulum, dan proses pembelajaran, fasilitas belajar,
tenaga kependidikan dan penilaian hasil belajar [5].
D. Prinsip-Prinsip Pendidikan di SMP Terbuka
Pendidikan di SMP Terbuka dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip tersebut
antara lain prinsip kemandirian, prinsip keluwesan, prinsip
keterkinian, prinsip kesesuaian, prinsip mobilitas dan prinsip
efisiensi [6]
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan
menerapkan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan persepsi atau tanggapan
siswa terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
sekolah. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan desain studi kasus (case
study). Desain studi kasus (case study) dilakukan untuk
memperoleh pengertian yang mendalam mengenai situasi
dan makna sesuatu/ subjek yang diteliti [7]. Subjek
penelitian ini terdiri dari: 66 siswa, 10 orang tua siswa, dan
3 kepala sekolah. Data dikumpulkan dengan teknik
kuesioner, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, namun
dalam analisis data juga diterapkan pendekatan kuantitatif
sehingga ada dua macam teknik analisis data dalam
penelitian ini. Analisis data kuantitatif yang digunakan
adalah analisis deskriptif dengan teknik persentase. Analisis
data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
non statistik dengan menggunakan model interaktif yang
dikembangkan oleh Miles dan Hubesman [8].
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi yang menjadi dasar memilih SMP
Terbuka disajikan pada table berikut.
Tabel 1. Karakteristik Keadaan Ekonomi
Karakteristik
Pendidikan
Ayah
Kriteria
Tamat SD dan atau tidak
sekolah
90,9
Tamat SMP/MTs/sederajat
9,1
Pekerjaan Ayah Tidak bekerja
Pendidikan Ibu
Pekerjaan Ibu
Penghasilan
Ayah
1,5
Buruh/petani penggarap
95,5
Wiraswasta
3,0
Tamat SD dan atau tidak
sekolah
92,4
Tamat SMP/MTs/sederajat
7,6
Tidak bekerja
12,1
Buruh/petani penggarap
84,8
Wiraswasta
1,5
Pegawai Negeri/Swasta/Guru
1,5
Kurang dari Rp. 500.000,00
84,8
Rp. 500.000,00 – Rp.
1.500.000,00
10,6
Rp. 1.500.000,00 – Rp.
3.000.000,00
4,5
Penghasilan Ibu Kurang dari Rp. 500.000,00
Aset yang
dimiliki
Luas tanah/
pekarangan
%
89,4
Rp. 500.000,00 – Rp.
1.500.000,00
9,1
Rp. 1.500.000,00 – Rp.
3.000.000,00
1,5
Tidak ada
74,2
Tabungan saja atau emas saja
22,7
Tabungan, emas
3,0
Tidak ada
19,7
Kurang dari 200 m2
2
2
200 m – 500 m
66,7
13,6
52
Radiasi. Vol.4.No.1. Deci Tri Setiyowati
Karakteristik
Barang
elektronik
Jenis rumah
Jenis lantai
Penerangan
Jamban
Kriteria
%
Tidak ada
3,0
Radio
15,2
Televisi dan radio
77,3
Kulkas, televisi, tape dan radio
4,5
Kayu
37,9
Semi permanen
42,4
Permanen
19,7
Keramik/marmer/granit
25,8
Ubin/tegel/teraso
65,2
Semen/batu bata
9,1
Bukan listrik
1,5
Listrik PLN menyalur tetangga
53,0
Listrik PLN tipe 450 watt
42,4
Listrik PLN tipe 900 watt
3,0
umum
50,0
sendiri, septik tank tidak
terpisah
31,8
sendiri, septik tank terpisah
bukan keramik
15,2
Sendiri, septik tank terpisah dan
keramik
3,0
Hasil wawancara menunjukkan bahwa keadaan
ekonomi menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi
siswa untuk masuk SMP Terbuka. Orang tua juga ikut
terlibat dalam pengambilan keputusan masuk SMP Terbuka.
Alasan sebagian besar orang tua karena SMP Terbuka tidak
memungut biaya apapun. Keadaan ekonomi yang kurang
baik dikarenakan banyak orang tua siswa yang hanya
menjadi buruh tani dengan penghasilan yang minim.Selain
penghasilan yang rendah, orang tua juga tidak memiliki
tabungan yang dapat digunakan untuk kebutuhan mendadak.
Hal menarik yang ditemukan dalam penelitian ini adalah
fasilitas yang dimiliki oleh keluarga siswa. Meskipun
memiliki penghasilan rendah dan keadaan rumah yang
sangat sederhana, namun banyak siswa yang memiliki radio
dan televisi di rumahnya. Fenomena tersebut dapat
menggambarkan bahwa radio dan televisi termasuk
kebutuhan yang prioritas pemenuhannya di atas kebutuhan
akan pendidikan. Hal itu menunjukkan bahwa orang tua
kurang peduli terhadap perkembangan pendidikan anak.
Penelitian Firdaus menemukan bahwa salah satu faktor yang
berpengaruh pada minat orang tua untuk menyekolahkan
anaknya adalah faktor kurangnya tingkat kesadaran orang
tua akan pentingnya pendidikan (faktor orang tua) [9].
Karakteristik Kondisi Geografis
Kondisi geografis yang melatarbelakangi siswa memilih
SMP Terbuka meliputi karakteristik tempat tinggal, jarak ke
pusat kota, jarak ke sekolah terdekat, waktu tempuh ke
sekolah terdekat, biaya yang dikeluarkan, alat transportasi,
dan kondisi jalan. Dari hasil kuesioner, diketahui
karakteristik kondisi geografis siswa seperti disajikan pada
tabel 2 berikut.
Tabel 2. Karakteristik Kondisi Geografis
Karakteristik
Kriteria
Karakteristik wilayah Pegunungan
Jarak ke pusat kota
Jarak ke SMP
terdekat
Waktu ke SMP
terdekat
Alat transportasi
Frekuensi dilalui
angkutan umum
Frekuensi berganti
kendaraan
Biaya
Jenis jalan
Kondisi jalan
Kondisi jalan saat
%
60,6
Perbukitan
4,5
Dataran rendah
33,3
Lembah
1,5
Lebih dari 25 km
57,6
15 km – 25 km
21,2
5 km – 15 km
12,1
Kurang dari 5 km
9,1
Lebih dari 16 km
45,5
8 km – 16 km
12,1
2 km – 8 km
27,3
Kurang dari 2 km
15,2
1 jam – 2 jam
21,2
30 menit sampai 1 jam
65,2
Kurang dari 30 menit
13,6
Tidak ada
37,9
Ojek
12,1
Angkot
28,8
Bus/minibus
Tidak pernah
21,2
66,7
Kurang dari 3 kali
19,7
3 – 5 kali
7,6
Lebih dari 5 kali
6,1
Lebih dari 3 kali
7,6
3 kali
9,1
2 kali
36,4
1 kali
47,0
Lebih dari Rp. 15.000,00
4,5
Rp. 10.000,00 – Rp.
15.000,00
37,9
Rp. 5.000,00 – Rp.
10.000,00
25,8
Kurang dari Rp. 5.000,00
31,8
Jalan berpasir
3,0
Jalar berbatu
30,3
Jalan tanah
21,2
Jalan aspal
45,5
Rusak parah
1,5
Rusak
27,3
Biasa saja
57,6
Bagus
Sangat licin
13,6
18,2
53
Radiasi. Vol.4.No.1. Deci Tri Setiyowati
Karakteristik
hujan
Kriteria
%
Licin
18,2
Sedikit licin
50,0
Tidak licin
13,6
Hasil wawancara menunjukkan bahwa kondisi
geografis menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi
siswa untuk masuk SMP Terbuka. Pada umumnya dari
siswa menyatakan bahwa alasan masuk SMP Terbuka
karena tempat belajarnya dekat dengan rumah sehingga
tidak membutuhkan waktu lama dan biaya yang banyak.
Siswa lain menyatakan bahwa kondisi jalan di daerah
tempat tinggalnya kurang baik. Banyak jalan yang rusak, hal
itu menyebabkan siswa sulit untuk mencapai sekolah karena
angkutan umum jarang lewat. Berdasarkan hasil kuesioner
yang didukung dengan wawancara, kondisi geografis tempat
tinggal siswa menjadi salah satu alasan siswa masuk SMP
Terbuka. Siswa berada di wilayah yang jauh dari pusat kota
dengan kondisi wilayah yang sulit membuat siswa lebih
memilih SMP Terbuka karena lebih dekat dengan tempat
tinggalnya.
Karakteristik Kesempatan Belajar
Faktor kesempatan belajar yang menjadi dasar memilih
SMP Terbuka disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3. Karakteristik Kesempatan Belajar
Karakteristik
Kriteria
Lama waktu
Frekuensi setiap
minggu
Tabel 4. Persepsi Orang Tua terhadap Pendidikan Anak
No.
1
2
3
4
5
6
%
7
Membantu orang tua
48,5
8
Pekerjaan rumah tangga
47,0
Pagi hari
77,3
Menjelang siang
15,2
Siang
4,5
Sore
3,0
Lebih dari 10 jam
10,6
6 – 10 jam
9,1
2 – 6 jam
45,5
Kurang dari 2 jam
34,8
Setiap hari
65,2
5 – 6 hari
6,1
2 – 4 hari
21,2
Kurang dari 2 hari
7,6
Efek kegiatan sekolah Sedikit mengganggu
terhadap aktivitas siswa
Tidak mengganggu
Respon orang tua/
majikan
Persepsi Orang Tua terhadap Pendidikan Anak
Selain faktor kondisi ekonomi, keadaan geografis dan
kesempatan belajar, peneliti juga menemukan faktor lain
yang mendorong anak untuk masuk SMP Terbuka.
4,5
Aktivitas selain sekolah Bekerja pada orang lain
Waktu memulai
aktivitas
perekonomian keluarga. Salah satu siswa menyatakan
bahwa alasannya masuk SMP Terbuka karena dia harus
mengurusi rumah dan menjaga adik-adiknya. Hal itu
dikarenakan orangtuanya harus bekerja. Siswa yang harus
bekerja, biasanya ikut bekerja bersama orang tuanya di
ladang atau sawah. Tetapi ada pula yang menjadi pembantu
rumah tangga. Dari hasil kuesioner maupun wawancara,
kondisi siswa memang tidak memungkinkan untuk
menempuh pendidikan di sekolah reguler. Seperti penelitian
Weston yang menemukan bahwa salah satu alasan utama
untuk tidak bersekolah adalah keharusan bekerja [10].
6,1
93,9
Mendukung
27,3
Sangat mendukung
72,7
Hasil wawancara menunjukkan bahwa kesempatan
belajar menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi
siswa untuk masuk SMP Terbuka. Sebagian besar siswa
yang diwawancarai menyatakan tidak ada waktu untuk
sekolah di SMP reguler karena harus bekerja membantu
9
10
11
Sikap Orang Tua
Menyekolahkan anak supaya mendapat
pekerjaan yang lebih baik
Menyekolahkan anak karena kasihan
Mengarahkan anak dalam memilih
sekolah
Menyerahkan keputusan pada anak untuk
meneruskan sekolah atau tidak
Berusaha agar anak dapat bersekolah
Menganggap bahwa SMP Terbuka
bermanfaat bagi anak
Tetap menyekolahkan anak walaupun
tidak ada SMP Terbuka
Menganggap bahwa SMP Terbuka bisa
menjadi kesulitan dalam meneruskan
sekolah
Merasa sia-sia apabila anak menjadi
pengangguran setelah lulus sekolah
Menegur anak bila tidak berangkat
sekolah
Memantau perkembangan belajar anak
%
80
20
60
40
60
100
30
100
70
70
40
Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa semua orang
tua beranggapan bahwa SMP Terbuka bermanfaat dan dapat
mengatasi kesulitan dalam meneruskan sekolah. Orang tua
menyambut baik keberadaan SMP Terbuka karena dengan
mengikuti kegiatan belajar di SMP Terbuka, siswa tetap bisa
melakukan pekerjaan sehari-hari. Namun, ada orang tua
yang tetap menyekolahkan anaknya walaupun tidak ada
SMP Terbuka. Salah satu alasan sebagian besar orang tua
menyekolahkan anaknya, baik di SMP Terbuka maupun
SMP reguler adalah agar anaknya mendapatkan pekerjaan
yang baik. Diantara orang tua yang diwawancarai, ada yang
menyekolahkan anaknya karena kasihan pada anak.
Persepsi orang tua terhadap pendidikan anak cukup
baik. Orang tua menanggap pendidikan itu penting. Orang
tua memiliki peran penting dalam mendorong anak-anak
untuk bersekolah. Akan tetapi keterlibatan orang tua dalam
membimbing anak-anak belum maksimal. Rendahnya
pendidikan orang tua membuat mereka sulit untuk
membimbing anak dalam belajar. Kepala sekolah yang lain
juga mengungkapkan bahwa, orang tua jarang memantau
54
Radiasi. Vol.4.No.1. Deci Tri Setiyowati
perkembangan belajar anak. Orang tua juga tidak
memahami apa yang dipelajari anak. Meskipun jarang
memantau perkembangan belajar anak, namun orang tua
tetap peduli dengan pendidikan anak. Hal itu ditunjukkan
dengan sikap orang tua yang menegur anaknya apabila
membolos. Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa
sebenarnya orang tua cukup peduli dengan pendidikan anak.
Namun karena keterbatasannya, orang tua tidak dapat
membimbing kegiatan belajar anak.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang
telah diuraikan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut.
1. Keadaan ekonomi orang tua siswa yang masuk SMP
Terbuka, rata-rata bekerja sebagai petani dengan
pendapatan dan aset yang kecil sehingga tingkat
eknominya rendah. Kondisi ini mengakibatkan fasilitas
yang dimiliki minim.
2. Siswa di SMP Terbuka Wonosobo bertempat tinggal
jauh dari pusat kota maupun sekolah terdekat dengan
waktu tempuh yang lama. Hal tersebut membuat biaya
transport menjadi mahal. Kondisi jalan yang kurang
memadai membuat terbatasnya alat transportasi umum.
3. Siswa masuk SMP Terbuka karena memiliki aktivitas
lain selain sekolah sehingga waktu untuk bersekolah
menjadi kurang. Namun demikian, siswa mendapat
dukungan untuk mengikuti aktivitas sekolah.
[7] A. Alsa. 2004. Pendekatan Kuantitatif Kualitatif serta
Kombinasinya
dalam.
Penelitian
Psikologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. pp. 20.
[8] Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta. pp. 337.
SKRIPSI:
[9] Firdaus. 2005. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya
Minat Orang Tua untuk Melanjutkan Pendidikan Anak
ke Sekolah Menengah Pertama (Studi Kasus di Sekolah
Dasar Negeri Lubuk Sengkuang Kecamatan Banyuasin
III Kabupaten Banyuasin)” Skripsi. Palembang:
Universitas Sriwijaya.
DAFTAR PUSTAKA
INTERNET:
[1] Bappenas. 2012. Peningkatan Akses Masyarakat
terhadap Pendidikan. Website: www.bappenas.
go.id/get-file-server/node/5659, diakses pada 20 Juli
2013.
[2] BPS Wonosobo. 2011. Data Penduduk Kabupaten
Wonosobo.
Website: http://wonosobokab.bps.
go.id/ BRS/sept11.pdf, diakses pada 20 Juli 2013.
ARTIKEL JURNAL:
[3] S. Siahaan. 2004. E-Learning (Pembelajaran
Elektronik) Sebagai Salah Satu Alternatif Kegiatan
Pembelajaran.
Website:
http://www.depdiknas.
go.id/Jurnal/42/ sudirman.htm, diakses pada 3 Agustus
2013. pp. 62.
[10] Weston. 2008. A Study of Junior Secondary Education
in Indonesia: A Review of the Implementation of Nine
Years
Universal
Basic
Education,
Jakarta:
Decentralized Basic Education Three Project,Website:
http://ddp-ext.worldbank.org/EdStats/IDNdprep08.pdf.
diakses pada tanggal 20 Juli 2013. pp.
BUKU:
[4] A. Sadiman. 1999. Jaringan Sistem Belajar Jarak Jauh
Indonesia. Pustekkom Pendidikan Depkdinas. pp. 33-36
[5] M. Yusufhadi. 2009. Menyemai Benih Teknologi
Pendidikan. Kencana: Jakarta. pp. 25.
[6] A. Sadiman. Op.Cit. pp. 42-44
55
Download