ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. T

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. T
DENGAN ASFIKSIA SEDANG DI RSUD
SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
Wiwin Wulandari
B12 055
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. T
DENGAN ASFIKSIA SEDANG DI RSUD
SURAKARTA
Diajukan Oleh :
Wiwin Wulandari
B12 055
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal
Juni 2015
Pembimbing
Ernawati, S.ST., M.Kes
NIK 200886033
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. T
DENGAN ASFIKSIA SEDANG DI RSUD
SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Disusun Oleh:
Wiwin Wulandari
B12 055
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Ujian Akhir Progam D III Kebidanan
Pada Tanggal
Juni 2015
PENGUJI I
PENGUJI II
Hutari Puji Astuti, S.SiT., M.Kes
Ernawati, S.ST., M.Kes
NIK 200580012
NIK 200886033
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi D III Kebidanan
Retno Wulandari, S.ST
NIK 200985034
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul : ”Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. T dengan Asfiksia
Sedang di RSUD Surakarta Tahun 2015”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan
maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari
Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti., M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Retno Wulandari., SST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Ernawati., SST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. Dr. Willy Handoko Widjaja, MARS selaku direktur RSUD Surakarta yang
telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data.
5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta,
Penulis
iv
2015
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015
Wiwin Wulandari
B12055
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. T
DENGAN ASFIKSIA SEDANG DI RSUD
SURAKARTA
xi + 81 halaman + 13 lampiran + 2 tabel
INTISARI
Latar Belakang : Angka Kematian Bayi di Indonesia masih sangat tinggi,
sebanyak 32 per 1.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebabnya adalah asfiksia.
Asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Asfiksia sedang membutuhkan penangan segera agar
bayi dapat bertahan hidup. Angka kejadian Asfiksia sedang di RSUD Surakarta
sebesar 79 bayi (4,2%).
Tujuan : Mampu melakukan pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial,
tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, menganalisis kesenjangan
serta mencari alternatif pemecahan masalah jika terjadi kesenjangan antara teori
dan praktek pada bayi Ny. T dengan asfiksia sedang.
Metode Studi Kasus : Jenis laporan studi kasus dengan metode diskriptif. Lokasi
studi kasus di RSUD Surakarta waktu tanggal 17 – 18 April 2015. Subyek adalah
bayi Ny. T dengan asfiksia sedang, instrumen yang digunakan adalah format
asuhan kebidanan bayi baru lahir. Teknik pengumpulan data menggunakan data
primer dan sekunder.
Hasil Studi Kasus : Dari pengkajian bayi Ny. T dengan asfiksia sedang diketahui
nilai APGAR score pada menit pertama 5, warna kulit tubuh pucat, ektremitas
biru, reflek lemah, aktivitas kurang, hidung terdapat secret. Asuhan yang
diberikan adalah keringkan tubuh bayi, letakkan dimeja resusitasi, bersihkan jalan
nafas dari mulut ke hidung, pasang oksigen 1,5 liter/ menit, menilai APGAR
score menit ke lima dan sepuluh. Setelah diberikan asuhan selama 2 hari pada
tanggal 17 – 18 April 2015 asfiksia teratasi dan bayi dalam kondisi normal.
Kesimpulan : Asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny. T dengan asfiksia
sedang dan dalam pelaksanaanya ada sedikit kesenjangan antara dan praktek pada
perencanan dan pelaksanaan yaitu, pemasangan oksigen 1,5 liter/ menit. Tetapi
hal tersebut tidak menjadi suatu masalah.
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Bayi Baru Lahir, Asfiksia Sedang
Keputakaan : 20 Literatur (2008 s/d 2014)
v
MOTTO
1. “Learn from the past, live for today and plan for tomorrow”
(Albert Einstein)
2. “The best revenge for the people who have insulted you is the success that
you can show them later”
3. ” Everything will be ok in the end, if it’s not ok, it’s not the end”
(John Lennon)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, akhirnya terselesaikan karya tulis dengan penuh kerja keras dan
emosi ini. Dengan segala kerendahan hati saya persembahkan kepada :
1. Papa dan Mama tercinta atas setiap tetes keringat dan setiap doa yang tak
pernah henti diberikan, hanya ucapan terima kasih yang tak mungkin bisa
menggantikan pengorbanan kalian, dan berusaha untuk lulus tepat waktu
yang bisa saya lakukan untuk menghargainya.
2. Adik tercintaku Luky yang selalu bikin kesel, jangan nakal terus yaa cah
bagus, mbak sayang kamu dek.
3. Buat kaka’ (Eko sugiyanto) kekasih tercinta yang selalu memberi semangat,
selalu ada waktu adek pusing bahkan nangis karena KTI ini, makasih sayang.
4. Buat teman – teman tercinta tanpa terkecuali yang juga membantu untuk
menyelesaikan KTI terutama Za’a yang jail dan cerewet, Winda, Yuni, sukses
buat kita semua pokoknya.
5. Untuk Bu Anis Nur Hidayati SST, M.Kes selaku pembimbing akademik dan
ibu yang cantik yang selalu memberi dukungan dan Bu Ernawati SST, M.Kes
yang membimbing untuk menyelesaikan KTI ini.
6. Almamater tercinta
vi
CURICULUM VITAE
Nama
: Wiwin Wulandari
Tempat/ Tanggal Lahir
: Bolaang Mongondow, 19 Mei 1994
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Badran geneng 02/07 Kwangsan, Jumapolo,
Karanganyar
Riwayat Pendidikan
1. SD N 02 Kwangsan Jumapolo, Karanganyar
LULUS TAHUN 2006
2. SMP N 01 Jumapolo, Karanganyar
LULUS TAHUN 2009
3. SMK N 01 Karanganyar
LULUS TAHUN 2012
4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan Tahun
2012
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iii
KATA PENGANTAR .................................................................................
iv
INTISARI .....................................................................................................
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...............................................................
vi
CURICULUM VITAE .................................................................................
vii
DAFTAR ISI ................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Rumusan Masalah .................................................................
3
C. Tujuan Studi Kasus.................................................................
3
D. Manfaat Studi Kasus...............................................................
4
E. Keaslian Studi Kasus .............................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ............................................................................
7
1. Bayi Baru Lahir (BBL) ...................................................
7
2. Asfiksia ............................................................................
16
B. Teori Manajemen Kebidanan ................................................
25
1. Langkah I Pengumpulan Data Dasar ..............................
25
2. Langkah II Interpretasi Data ...........................................
35
3. Langkah III Diagnosa Potensial .....................................
36
4. Langkah IV Antisipasi ....................................................
37
5. Langkah V Rencana Tindakan .......................................
37
6. Langkah VI Pelaksanaan .................................................
39
7. Langkah VII Mengevaluasi .............................................
41
C. Landasan Hukum ....................................................................
42
viii
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Studi Kasus ...................................................................
44
B. Lokasi Studi Kasus ................................................................
44
C. Subyek Studi Kasus ...............................................................
44
D. Waktu Studi Kasus ................................................................
44
E. Instrumen Studi Kasus ...........................................................
45
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................
45
G. Alat dan Bahan ......................................................................
48
H. Jadwal Studi Kasus .................................................................
49
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus .......................................................................
50
B. Pembahasan ............................................................................
71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................
78
B. Saran .......................................................................................
80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Apgar Score Bayi Baru Lahir.........................................................
18
Tabel 4.1 Apgar Score Bayi Ny. T .................................................................
55
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Studi Kasus
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5 Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Pasien
Lampiran 7. Surat Persetujuan Pasien (Inform Consent)
Lampiran 8. Lembar Pedoman Wawancara (Format Askeb Bayi Baru Lahir)
Lampiran 9. Lembar Observasi
Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 11. Leaflet
Lampiran 12. Dokumentasi Studi Kasus
Lampiran 13. Lembar Konsultasi
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih sangat tinggi. Menurut
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), AKB hanya turun dari
34/1.000 kelahiran hidup tahun 2007 menjadi 32/1.000 kelahiran hidup tahun
2012. Sasaran Millenium Development Goals (MDGs), yaitu Angka
Kematian Bayi (AKB) turun menjadi 16 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
2015. Untuk mencapai target tersebut perlu percepatan yang lebih besar dan
kerja sama antar tenaga kesehatan (Helmizar, 2014).
AKB menurut WHO, setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta
bayi lahir mengalami asfiksia, hampir satu juta bayi ini kemudian meninggal.
Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada
masa BBL (usia dibawah satu bulan). Setiap 6 menit terdapat satu BBL yang
meninggal. Penyebab kematian BBL di Indonesia adalah Bayi Berat Lahir
Rendah (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain,
dan kelainan congenital (JNPK-KR, 2008).
AKB provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 10,41/1.000 kelahiran
hidup, bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 10,75/1.000
kelahiran hidup maka terjadi penurunan angka tetapi ada peningkatan kinerja
1
2
dalam upaya penurunan AKB. Angka kematian terendah adalah Surakarta
sebesar 3,22/1.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2014).
Peran bidan pada pertolongan persalinan dengan asfiksia, bidan perlu
mengetahui sebelum dan sesudah bayi lahir, apakah bayi mempunyai resiko
asfiksia atau tidak. Pada keadaan tersebut, bicarakan dengan ibu dan keluarga
tentang kemungkinan diperlukan tindakan resusitasi. Akan tetapi, pada
keadaan tanpa faktor resikopun bayi dapat mengalami asfiksia. Oleh karena
itu bidan harus siap melakukan resusitasi bayi setiap menolong persalinan
(JNPK-KR, 2008).
Studi pendahuluan dari RSUD Surakarta dari bulan Januari sampai
September 2014 terdapat Bayi Baru Lahir (BBL) sebesar 1.879 orang. BBL
normal sebesar 1.308 orang (69,6%), Asfiksia Berat sebesar 15 orang
(0,79%), Asfiksia Sedang sebesar 79 orang (4,2%), Asfiksia Ringan sebasar
61 orang (3,25%), Berat Badan Lahir Rendah sebesar 202 orang (10,7%),
Berat Badan Lahir Besar sebesar 169 orang (8,99%), Tetanus sebesar 5 orang
(0,27%), Ikterik sebesar 40 orang (2,13%).
Studi pendahuluan diatas menyebutkan masih tingginya angka kejadian
bayi baru lahir akibat asfiksia, didukung dengan data yang diperoleh serta
hasil studi pendahuluan di atas maka penulis tertarik untuk mengambil studi
kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. T
dengan Asfiksa Sedang”.
3
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada kasus ini yaitu : “Bagaimana asuhan kebidanan
bayi baru lahir pada bayi Ny. T dengan Asfiksia Sedang di RSUD Surakarta?”
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi
Ny. T dengan Asfiksia Sedang di RSUD Surakarta dengan tujuh langkah
Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu :
1) Melakukan pengkajian data bayi baru lahir pada bayi Ny. T dengan
Asfiksia Sedang di RSUD Surakarta.
2) Melakukan interpretasi data bayi baru lahir pada bayi Ny. T dengan
Asfiksia Sedang diRSUD Surakarta.
3) Melakukan diagnosa potensial bayi baru lahir pada bayi Ny. T
dengan Asfiksia Sedang di RSUD Surakarta.
4) Melakukan antisipasi atau tindakan segera bayi baru lahir pada bayi
Ny. T dengan Asfiksia Sedang di RSUD Surakarta.
5) Melakukan rencana tindakan bayi baru lahir pada bayi Ny. T
dengan Asfiksia Sedang di RSUD Surakarta.
6) Melakukan pelaksanaan tindakan bayi baru lahir pada bayi Ny. T
dengan Asfiksia Sedang di RSUD Surakarta.
4
7) Melakukan evaluasi tindakan bayi baru lahir pada bayi Ny. T
dengan Asfiksia Sedang di RSUD Surakarta.
b. Mahasiswa mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus
nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat pada
asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan asfiksia sedang pada bayi
Ny. T di RSUD Surakarta.
c. Mahasiswa mampu mengetahui alternatif pemecahan masalah jika
terjadi kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan termasuk
faktor pendukung dan penghambat pada asuhan kebidanan bayi baru
lahir dengan asfiksia sedang pada bayi Ny. T di RSUD Surakarta.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Peneliti
Menambah ketrampilan dan mengaplikasikan ilmu yang telah didapat
dalam perkuliahan pada praktek nyata dilapangan.
2. Bagi Profesi
Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang.
3. Bagi Institusi dan Instansi
a. Bagi Institusi
Dapat menambah bahan bacaan dan refensi yang bermanfaat
mengenai asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan asfiksia sedang,
5
b. Bagi Instansi
Dapat menjadi bahan reverensi dalam peningkatan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang.
E. Keaslian Studi Kasus
1. Titis Arum Putri (2012), STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul
“Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Ny. T dengan Asfiksia Sedang
di RB Restu Ibu Sragen” dengan asuhan yang diberikan yaitu
membebaskan jalan lahir dengan menghisap lendir dan memberikan
rangsangan tartil, menghangatkan bayi, mengobservasi keadaan bayi dan
kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam pemberian terapi yaitu :
injeksi kalfoxim 1 x 160 mg/hari, injeksi Vit. K secara IM. Hasil dari
asuhan yang diberikan adalah keadaan bayi baik dan tidak terjadi
hipotermi.
2. Claudia Jilly Setiawan, (2013) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta Diploma III Kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan
Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. H dengan Asfiksia Sedang di Ruang
PICU/NICU RSUD Sukoharjo.” Bayi lahir dengan presentasi bokong,
dengan asfiksia sedang APGAR score 1 menit pertama 5, dengan asuhan
yang diberikan yaitu memindah bayi ke ruang PICU/NICU merawat bayi
dalam inkubator. Memberi O2 nassal dengan kecepatan 1,5 liter/menit,
setelah ditegakkan diagnosa dan diberikan penanganan resusitasi segera
keadaan bayi semakin membaik. Keadaan umum bayi baik, denyut jantung
6
lebih dari 100 kali/menit, menangis kuat, nafas teratur, gerak aktif dan
tidak sianosis.
Berdasarkan dua keaslian studi kasus, diperoleh perbedaan antara keaslian
studi kasus dengan Karya Tulis Ilmiah yang dibuat oleh penulis, perbedaan
tersebut antara lain adalah subyek studi kasus, lokasi studi kasus, dan
permberian terapi.
Sedangkan persamaannya adalah sama – sama memberikan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Bayi baru lahir
a. Pengertian
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai
dengan 4000 gram (Wahyuni, 2012).
b. Ciri-ciri bayi baru lahir normal :
1) Berat badan 2500-4000 gram;
2) Panjang badan 48-52 cm;
3) Lingkar dada 30-38 cm;
4) Lingkar kepala 33-35 cm;
5) Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 kali/menit,
kemudian menurun sampai 120-140 denyut/menit;
6) Pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit,
kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit;
7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan yang
cukup terbentuk dan diliputi verniks kaseosa;
8) Rambut lanugo tidak terlihat lagi, rambut kepala biasanya telah
sempurna;
7
8
9) Kuku agak panjang dan lunak;
10) Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan), testis sudah turun (pada laki-laki);
11) Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik
12) Reflek
moro
sudah
baik,
bayi
ketika
dikejutkan
akan
memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk;
13) Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 48 jam
pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan (Wahyuni, 2012).
c. Adaptasi fisiologi BBL terhadap kehidupan diluar uterus :
1) Sistem pernapasan
Struktur matang ranting paru-paru sudah bisa mengembangkan
sistem alveoli. Selama didalam uterus, janin mendapat oksigen dari
pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas
harus melalui paru-paru bayi.
Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama :
a) Tekanan mekanik torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi
mekanik).
b) Penurunan O2 dan kenaikan CO2 merangsang komereseptor yang
terletak disinus karotikus (stimulasi kimiawi).
c) Rangsangan dingin di daerah muka dan penurunan suhu didalam
uterus (stimulasi sensorik).
Pernapasan pertama pada bayi baru lahir normal terjadi dalam
waktu 30 detik pertama sesudah lahir. Usaha pertama kali untuk
9
mempertahan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang
dengan menarik napas dan mengeluarkan napas dengan merintih
sehingga udara tertahan di dalam. Respirasi pada neonatus biasanya
pernapasan diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi
dalam tarikan belum teratur. Apabila surfaktan berkurang maka
alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi atelektasis,
dalam keadaan anoksia neonatus masih dapat mempertahankan
hidupnya
karena
adanya
kelanjutan
metabolisme
anaerobik
(Indrayani & Moudy, 2013).
2) Sirkulasi darah
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis
sebagian ke hati, sebagian langsung keserambi kiri jantung, kemudian
ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melalui aorta
keseluruh tubuh. Dari bilik kanan darah di pompa sebagian ke paru
dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta.
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan
arteriol dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun,
sehingga tekanan jantung kiri lebih besar dari pada jantung kanan
yang mengakibatkan foramen ovale menutup secara fungsional. Hal
ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena
tekanan dalam aorta desenden naik dan karena rangsangan biokimia
(O2 yang naik), duktus arteriosus akan berobliterasi, ini terjadi pada
hari pertama.
10
Aliran darah paru pada hari pertama ialah 4-5 liter per menit/ m2.
Aliran darah sistolik pada hari pertama rendah yaitu 1,96
liter/menit/m2 dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54
liter/m2) karena penutupan duktus arteriosus. Tekanan darah pada
waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfusi
plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk
kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira-kira 85/40 mmHg
(Indrayani & Moudy, 2013).
3) Perlindungan termal (termoregulasi)
Mekanisme pengaturan suhu tubuh ada bayi baru lahir belum
berfungsi sempurna, untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas dari tubuh bayi karena bayi beresiko mengalami
hipotermi. Bayi dengan hipotermi mudah terjadi pada bayi yang
tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera di keringkan
dan di selimuti walaupun di dalam ruangan yang relatif hangat
(Indrayani & Moudy, 2013).
a) Beberapa mekanisme kehilangan panas tubuh pada BBL menurut
Wahyuni (2012) :
(1) Evaporasi
Evaporasi adalah cara kehilangan panas utama pada tubuh
bayi. Kehilangan panas terjadi karena menguapnya cairan
pada tubuh bayi. Kehilangan panas tubuh bayi melalui
penguapan dari kulit tubuh yang basah ke udara, karena bayi
11
baru lahir diselimuti oleh air/cairan ketuban/amnion. Proses
ini terjadi apabila BBL tidak segera dikeringkan setelah lahir.
(2) Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak
langsung antara tubuh bayi dan benda atau permukaan yang
temperaturnya lebih rendah.
(3) Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat
tubuh bayi terpapar udara atau lingkungan yang bertemperatur
dingin. Kehilangan panas badan bayi melalui aliran udara
sekitar bayi yang lebih dingin.
(4) Radiasi
Radiasi adalah pelepasan panas akibat adanya benda yang
lebih dingin di dekat tubuh bayi. Kehilangan panas badan bayi
melalui pancaran/ radiasi dari tubuh bayi kelingkungan sekitar
bayi yang lebih dingin.
4) Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari tubuh
orang dewasa sehingga metabolisme basal per KgBB akan lebih
besar, sehingga BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan
baru sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan
lemak.
12
Pada jam-jam pertama energi didapat dari perubahan karbohidrat.
Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah
mendapat susu + pada hari ke enam, energi 60% di dapatkan dari
lemak dan 40 dari karbohidrat (Indrayani & Moudy, 2013).
5) Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Menurut Indrayani & Moudy (2013), Tubuh BBL mengandung
relatif banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar dari kalium
karena ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna
karena :
a) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.
b) Ketidak seimbangan luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal.
c) Renal blood flow relatif kurang bila dibanding dengan orang
dewasa.
6) Immunoglobulin
a) Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sumsum tulang
belakang dan lamina propia ilium dan apendiks.
b) Plasentan merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan
stress imunologis.
c) Pada BBL hanya terdapat gama globulin G, sehingga imunologi
dari ibu dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil.
13
d) Tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (Lues,
toksoplasma, herpes simpleks) reaksi imunologis dapat terjadi
dengan pembentukan sel plasma dan antiboti gama A, G dan M
(Indrayani & Moudy, 2013)
7) Traktus digestivus
Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih panjang
dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus traktus digestivus
mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari
mukopolisakarida dan disebut mekonium. Pengeluaran mekonium
biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinjanya
sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim dalam dalam traktus
digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase
pankreas. Bayi sudah reflek hisap dan menelan, sehingga pada saat
bayi lahir sudah bisa minum ASI. Gumoh sering terjadi akibat dari
hubungan esophagus bawah dengan lambung belum sempurna,
dan kapasitas dari lambung juga terbatas yaitu + 30 cc
(Indrayani & Moudy, 2013).
8) Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan
morfologis, yaitu kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak
dan glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun
memakan waktu agak lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu
bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum
14
sempurna, contoh pemberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih
dari 50 mg/KgBB/hari dapat menimbulkan grey baby syndrome
(Indrayani & Moudy, 2013).
9) Keseimbangan asam basa
PH darah pada waktu lahir rendah karena glikolisis anaerobik.
Dalam 24 jam neonatus telah mengkompensasi asidosis ini
(Indrayani & Moudy, 2013).
d. Bayi baru lahir bermasalah
Menurut Saifuddin (2010), masalah bayi baru lahir yang perlu
tindakan segera :
1) Bayi tidak bernapas / sulit bernapas
Penanganan umum yang bisa dilakukan adalah :
a) Keringkan bayi atau ganti kain yang basah dan bungkus dengan
pakaian yang hangat dan kering.
b) Jika belum dilakukan, segera klem dan potong tali pusat.
c) Letakkan bayi pada tempat yang keras dan hangat (dibawah
radiant heater) untuk resusitasi.
d) Kerjakan pedoman pencegahan infeksi dalam melakukan
tindakan perawatan dan resusitasi.
2) Sianosis dan sukar bernapas.
Bayi yang mengalami sianosis (biru) atau sukar bernafas
(frekuensi < 30 atau > 60 x/menit, tarikan dinding dada ke dalam atau
merintih).
15
a) Hisap mulut dan hidung untuk memastikan jalan napas bersih.
b) Berikan oksigen 0,5 liter/menit lewat kateter hidung atau nasal
prong
c) Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang dituju
Menjaga bayi tetap hangat, bungkus bayi dengan kain kering,
selimuti dan pakai topi untuk mencegah kehilangan panas.
3) Bayi Berat Lahir Sangat Kecil (BBLSR) atau Prematur Kecil
Bayi yang sangat kecil (< 1500 g atau < 32 minggu) sering terjadi
yang masalah berat misalnya sukar bernapas, kesukaran pemberian
minum, ikterus berat, infeksi. Bayi rentan hipotermi jika tidak dalam
inkubator.
4) Letargi
Bayi yang mengalami letargi (tonus otot rendah, tidak ada
gerakan), sangat mungkin bayi sakit berat dan harus segera dirujuk ke
tempat pelayanan yang sesuai.
5) Hipotermi
Hipotermi dapat terjadi secara cepat pada bayi sangat kecil atau
bayi yang di resusitasi atau dipisahkan dari ibu.dalam kasus-kasus ini,
suhu dapat cepat turun < 35oC.
6) Kejang
Kejang dalam 1 jam pertama kehidupan jarang. Kejang dapat
disebabkan oleh meningitis, ensefalopati atau hipoglikemia berat.
16
2. Asfiksia
a. Pengertian
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya
disertai dengan keadaan hipoksia, hiperkarbia dan asidosis. Asfiksia
ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan organ pernapasan
bayi dalam menjalankan fungsinya, seperti mengembangkan paru
(Indrayani & Moudy, 2013).
Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan
mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan
dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau
sesudah persalinan (JNPK-KR, 2008).
b. Penyebab asfiksia
Menurut Indrayani & Moudy (2013), Asfiksia dapat terjadi selama
kehamilan, pada proses persalinan atau periode segera setelah lahir.
Selama kehamilan, beberapa kondisi tertentu dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke
bayi dapat berkurang. Hipoksia bayi didalam uterus ditunjukan dengan
gawat janin yang berlanjut menjadi asfiksia pada sesaat bayi baru lahir.
Beberapa faktor yang diketahui dapat menyebabkan terjadinya asfiksia
pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat bayi dan
kondisi bayi.
17
1) Faktor ibu
a) Preeklamsia dan eklamsia
b) Perdarahan abnormal (plasenta previa dan solusio plasenta)
c) Partus lama atau partus macet
d) Demam selama persalinan
e) Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
f) Kehamilan postmatur (setelah uia kehamilan 42 minggu)
g) Penyakit ibu
2) Faktor tali pusat
Faktor
yang
dapat
menyebabkan
penurunan
sirkulasi
uteroplasenter yang dapat mengakibatkan menurunnya pasokan
oksigen ke bayi sehingga data menyebabkan asfiksia pada bayi baru
lahir.
a) Lilitan tali pusat
b) Tali pusat pendek
c) Simpul tali pusat
d) Prolapsus tali pusat
3) Faktor bayi
Asfiksia dapat terjadi tanpa didahului dengan tanda dan gejala
gawat janin. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor berikut ini :
a) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
18
c) Kelainan kongenital
d) Air ketuban bercampur mekonium
c. Tanda dan gejala asfiksia
Tanda-tanda dan gejala bayi mengalami asfiksia pada bayi baru lahir
meliputi :
1) Tidak bernapas atau bernapas megap-megap
2) Warna kulit kebiruan
3) Penurunan kesadaran
Semua bayi dengan tanda-tanda asfiksia memerlukan perawatan dan
perhatian (Indrayani & Moudy, 2013).
d. Klasifikasi asfiksia
Tabel 2.1 APGAR Score
Tanda
Nilai
0
1
2
Warna
Biru/pucat
Frekuensi
jantung
Refleks
Tidak ada
Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh
ekstremitas biru
kemerahan
Lambat <100/menit >100/menit
Tidak ada
Gerakan sedikit
Aktivitas/tonus
otot
Usaha napas
Lumpuh/lemah
Ekstremitas fleksi
Tidak ada
Lambat
teratur
Gerakan
kuat/melawan
Gerakan aktif
tidak Menangis kuat
Sumber : Wahyuni, 2012
Asfiksia bayi baru lahir dalam dibagi dalam :
1) Nilai apgar 7 – 10 disebut asfiksia ringan
Bayi dianggap sehat tidak memerlukan tindakan istimewa.
19
2) Nilai apgar 4 – 6 disebut asfiksia sedang
Biasanya didapat frekuensi jantung >100 kali/ menit, tonus otot buruk,
biru, refleksi masih ada.
3) Nilai apgar 0 – 3
disebut asfiksia berat
Didapat frekuensi jantung <100 kali/ menit, tonus otot buruk, biru
kadang-kadang pucat, refleks tidak ada (Ridha, 2014).
e. Patofisiologi asfiksia sedang
Menurut Indrayani & Moudy (2013) Oksigen merupakan hal yang
sangat penting bagi kehidupan janin sebelum maupun sesudah persalinan.
Cara bayi memperoleh oksigen sebelum dan setelah lahir :
1) Sebelum lahir
Seluruh oksigen yang dibutuhkan janin diberikan melalui
mekanisme difusi melalui plasenta yang berasal dari ibu ke darah
janin. Saat dalam uterus,hanya sebagian kecil darah janin dialirkan ke
paru-paru janin. Paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen
atau jalan untuk mengeluarkan karbondioksida. Oleh karena itu, aliran
darah paru tidak penting untuk mempertahankan oksigenasi janin yang
normal dan keseimbangan asam basa. Paru janin berkembang dalam
uterus, akan tetapi alveoli di paru janin masih terisi oleh cairan, bukan
udara. Pembuluh arteriol yang ada di paru janin dalam keadaan
kontriksi pembuluh darah janin, sehingga darah dialirkan melalui
pembuluh yang bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus
kemudian masuk ke aorta.
20
2) Setelah lahir
Bayi tidak lagi berhubungan dengan plasenta dan akan segera
bergantung pada paru sebagai sumber utama oksigen, karena itu dalam
beberapa saat cairan paru harus diserap dari alveoli, setelah itu paru
harus terisi udara yang mengandung oksigen dan pembuluh darah di
paru harus beraksi untuk meningkatkan aliran ke alveoli. Pengisian
alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen mengalir kedalam
pembuluh darah disekitar alveoli. Oksigen diserap untuk diedarkan ke
seluruh tubuh.
Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga menurunkan
tahanan pada sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah
sistemik. Akibat dari tekanan udara dan peningkatan kadar oksigen di
alveoli, pembuluh darah paru akan mengalami relaksasi sehingga
tahanan terhadap aliran darah berkurang. Keadaan relaksasi tersebut
dan peningkatan tekanan darah sistemik, menyebabkan tekanan pada
arteri pulmonalis lebih rendah dibandingkan dengan tekanam sistemik
sehingga aliran darah paru meningkat sedangkan aliran pada duktus
arteriosus menurun. Oksigen yang diabsorbsi di alveoli oleh
pembuluh darah di vena pulmonalis dan darah yang banyak
mengandung oksigen kembali ke bagian jantung kiri, kemudian
dipompakan ke seluruh tubuh bayi baru lahir. Pada kebanyakan
keadaan, udara menyediakan oksigen (21%) untuk menginisiasi
relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat kadar oksigen meningkat
21
dan pembuluh paru mengalami relaksasi, duktus arteriosus mulai
menyempit. Darah yang sebelumnya melalui duktus arteriosus
sekarang melalui paru-paru, akan mengambil banyak oksigen untuk
dialirkan ke seluruh jaringan tubuh.
Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan
menggunakan paru-parunya untuk mendapatkan oksigen. Tangisan
pertama dan tarikan napas yang dalam akan mendorong cairan dari
jalan napasnya. Oksigen dan pengembangan paru merupakan rangsang
utama relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat oksigen masuk
adekuat dalam pembuluh darah. Warna kulit bayi akan berubah dari
abu-abu/ biru menjadi kemerahan.
Reaksi bayi terhadap kesulitan selama masa transisi normal. Bayi
baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara kedalam
paru-parunya. Masuknya oksigen ke dalam paru-paru bayi akan
mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan interstitial
di paru sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteriol pulmonal dan
menyebabkan arteriol pulmonal berelaksasi. Jika keadaan ini
terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap berkontriksi, alveoli
tetap terisi cairan dan pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat
oksigen.
Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi kontriksi
arteriol pada organ seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun
demikian aliran darah ke jantung dan otak tetap stabil atau meningkat
22
untuk mempertahankan pasokan oksigen. Penyesuaian distribusi aliran
darah akan membantu kelangsungan fungsi organ-organ vital. Akan
tetapi apabila kekurangan oksigen berlangsung terus maka dapat
terjadi kegagalan fungsi moikardium dan kegagalan peningkatan curah
jantung, penurunan tekanan darah, yang berdampak pada penurunan
aliran darah keseluruh organ tubuh. Dampak yang dapat ditimbulkan
dari kekurangan perfusi oksigen dan oksigenasi jaringan adalah
kerusakan jaringan otak yang irreversible, kerusakan organ tubuh lain
atau kematian (Indrayani & Moudy, 2013).
f. Diagnosa Asfiksia Sedang
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah
menilai bayi, menentukan tindakan. Penilaian selanjut merupakan dasar
untuk menentukan kesimpulan dan tindakan berikutnya. Upaya resusitasi
yang efisien dan efektif berlangsung melalui tindakan penilaian,
pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan. Nilai APGAR pada
umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit sesudah bayi lahir.
Akan tetapi, penilaian bayi harus segera dimulai sesudah bayi lahir.
Apabila bayi memerlukan intervensi berdasarkan penilaian pernafasan,
denyut jantung atau warna bayi, maka penilaian ini harus dilakukan
segera. Intervensi yang harus dilakukan jangan sampai terlambat karena
menunggu hasil penilaian APGAR 1 menit. Keterlambatan tindakan
sangat membahayakan terutama pada bayi yang mengalami depresi berat.
Walaupun nilai APGAR tidak penting dalam pengambilan keputusan
23
pada awal resusitasi, tetapi dapat menolong dalam upaya penilaian
keadaan bayi dan penilaian efektifitas upaya resusitasi. Jadi nilai APGAR
perlu dinilai 1 menit dan 5 menit (Wiknjosastro, 2009).
Dalam
manajemen
asfiksia,
proses
penilaian
sebagai
dasar
pengambilan keputusan bukanlah suatu proses sesaat yang dilakukan satu
kali. Setiap tahapan manajemen asfiksia, senantiasa dilakukan penilaian
untuk membuat keputusan, tindakan apa yang tepat dilakukan
(JNPK-KR, 2008).
g. Penatalaksanaan Asfiksia Sedang
Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia sedang :
1) Membersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir dan kasa steril
(Arif dan Weni, 2009).
2) Potong
tali
pusat
dengan
teknik
aseptik
dan
antiseptik
(Arif dan Weni, 2009).
3) Apabila bayi tidak menangis lakukan rangsangan tartil dengan cara
menepuk-nepuk kaki, mengelus-elus dada, perut atau punggung. Jika
bayi masih belum menangis setelah dilakukan rangsangan tartil
lakukan nafas buatan mulut ke mulut atau dengan ventilasi tekanan
positif (Arif dan Weni, 2009).
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukan
sejumlah udara ke dalam paru dengan tekanan positif yang memadai
untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan
teratur.
24
Langkah – langkah ventilasi :
a) Pasang sungkup, perhatikan lekatan
b) Ventilasi 2 kali dengan dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan
dada bayi
c) Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan
tekanan 20 cm air dalam 30 detik
d) Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur
atau tidak (Indrayani dan Moudy, 2013).
4) Pertahankan suhu tubuh agar tidak memperburuk keadaan asfiksia
menurut Arif dan Weni (2009), dengan cara :
a) Membungkus bayi dengan kain hangat
b) Badan bayi harus dalam keadaan kering
c) Jangan mandikan bayi dengan air dingin, gunakan minyak atau
baby oil untuk membersihkan tubuhnya
d) Kepala bayi ditutup dengan baik.
5) Apabila nilai apgar pada menit ke lima sudah baik (7-10) lakukan
perawatan selanjutnya, menurut Arif dan Weni (2009) yaitu :
a) Membersihkan badan bayi
b) Perawatan tali pusat
c) Pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat
d) Melaksanakan antropometri dan pengkajian kesehatan
e) Memasang pakaian bayi
f) Memasang peneng (tanda pengenal) bayi
25
B. Teori Menajemen Kebidanan Asfiksia Sedang
1. Pengertian
Manajemen kebidanan Helen Varney adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pemikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah melalui penemuan. Ketrampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien (Estiwidani, dkk, 2008).
2. proses manajemen kebidanan
Manajemen kebidanan 7 langkah, meliputi:
a. Langkah I : Tahap pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan
fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang (Estiwidani, dkk, 2008).
1) Data subjektif
Data subjektif adalah informasi yang dicatat mencangkup identitas,
kebutuhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada
pasien/ klien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan
(allo anamnesis) (Wildan dan Hidayat, 2008).
a) Biodata
Pengkajian biodata menurut Romauli (2011) antara lain :
(1) Nama bayi
: untuk mengenal pasien.
26
(2) Tanggal lahir
: untuk mengetahui kapan bayi lahir.
(3) Jenis kelamin
: untuk mengetahui jenis kelamin yang
dilahirkan.
(4) Nama orang tua
: untuk mengetahui identitas orang tua
bayi.
(5) Umur
: untuk
mengetahui
kurun
waktu
reproduksi sehat, dikenal bahwa usia
aman untuk kehamilan dan persalinan
adalah 20-30 tahun.
(6) Agama
: dalam hal ini berhubungan dengan
perawatan penderita yang berkaitan
dengan ketentuan agama.
(7) Pendidikan
: untuk mengetahui intelektual, tingkat
pendidikan
mempengaruhi
sikap
perilaku kesehatan seseorang.
(8) Pekerjaan
: hal ini untuk mengetahui taraf hidup
dan sosial ekonomi agar nasehat kita
sesuai. Pekerjaan ibu perlu diketahui
untuk
mengetahui
apakah
ada
pengaruh pada kehamilan seperti
bekerja dipabrik rokok, percetakan,
dan lain-lain.
27
(9) Alamat
: untuk mengetahui ibu tinggal dimana
menjaga kemungkinan bila ada ibu
yang namanya bersamaan. Alamat
juga diperlukan bila mengadakan
kunjungan kepada penderita.
b) Keluhan utama
Untuk mengetahui alasan pasien yang dirasakan pasien saat
pemeriksaan (Romauli, 2011).
Pasien dengan asfiksia sedang frekuensi jantung >100 kali/ menit,
tonus otot kurang baik atau baik, biru, refleksi masih ada
(Ridha, 2014).
c) Antenatal care (ANC)
Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak, sejak hamil
berapa minggu, tempat ANC dan riwayat kehamilannya
(Wiknjosastro, 2009)
d) Penyuluhan
Apakah ibu sudah dapat penyuluhan tentang gizi, aktifitas selama
hamil dan tanda – tanda bahaya kehamilan (Saifuddin, 2010).
e) Imunisasi tetanus toksoid (TT)
Untuk mengetahui sudah/ belum, kapan, dan berapa kali yang
nantinya akan mempengaruhi kekebalan ibu dan bayi terhadap
penyakit tetanus (Wiknjosastro, 2009).
28
f) Kebiasaan ibu sewaktu hamil
(1) Pola nutrisi
Dikaji untuk mengetahui apa ibu hamil mengalami gangguan
nutrisi atau tidak, pada pola nutrisi yang perlu dikaji meliputi
frekuensi, kualitas, keluhan, makanan pantangan.
(Manuaba, 2008).
(2) Pola eliminasai
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAK dan
BAB
adalah
kaitannya
dengan
obesitas
atau
tidak
(Muslihatun, 2009).
(3) Pola istirahat
Untuk mengetahui hambatan ibu yang mungkin muncul jika
didapat data yang senjang tentang pemenuhan kebutuhan
istirahat (Romauli, 2011).
(4) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan, sangat penting
agar tidak terkena infeksi (Muslihatun, 2009).
(5) Psikologi budaya
Untuk mengetahui apakah ibu ada pantang makanan dan
kebiasaan selama hamil yang tidak diperbolehkan dalam adat
masyarakat setempat, tentang kehamilan ini diharapkan atau
tidak, jenis kelamin yang diharapkan, dukungan keluarga
29
dalam kehamilan ini, keluarga lain yang tinggal serumah
(Varney, 2007).
(6) Perokok dan pemakaian obat – obatan dan alkohol
yang
mengakibatkan
abortus
dan
kerusakan
janin
(Muslihatun, 2009).
2) Data obyektif
Data obyektif adalah pencatatan yang dilakukan dari hasil
pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan, dan data
penunjang (Wildan dan Hidayat, 2008).
a) Pemeriksaan khusus
Dilakukan dengan pemeriksaan APGAR pada menit pertama, ke
5 dan ke 10 (Ridha, 2014).
b) Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum menurut Indrayani dan Moudy (2013),
periksa ukuran keseluruhan, kepala, badan, ekstermitas, tonus
otot, tingkat aktivitas, warna kulit dan bibir tangis bayi.
Pemeriksaan tanda-tanda :
(1) Laju nafas 40-60 kali per menit, periksa kesulitan bernapas
(2) Laju jantung 120-160 kali per menit
(3) Suhu normal 36,5oC - 37,5oC
30
c) Pemeriksaan fisik sistematis menurut Indrayani dan Moudy
(2013) :
(1) Kepala
: periksa
kepala,
ubun-ubun
(raba
adanya cekungan atau cairan dalam
ubun-ubun), sutura (pada perabaan
sutura masih terbuka), molase, periksa
hubungan dalam letak dengan mata dan
kepala. Ukur lingkar kepala dimulai
dari lingkar oksipito sampai frontal.
(2) Mata
: buka mata bayi dan lihat apakah ada
tanda-tanda infeksi atau pus. Bersihkan
kedua mata bayi dengan lidi kapas
DTT. Berikan salf mata tetrasiklin.
(3) Telinga
: periksa hubungan letak dengan mata
dan kepala.
(4) Hidung dan mulut
: periksa bibir dan langitan, sumbing,
refleks
hisap
dinilai
saat
bayi
menyusui.
(5) Leher
: periksa adanya pembesaran.
(6) Dada
: periksa bunyi nafas dan detak jantung.
Lihat adakah tarikan dinding dada dan
lihat puting susu (simetris atau tidak).
31
(7) Abdomen
: palpasi perut apakah ada kelainan dan
keadaan tali pusat.
(8) Genetalia
: untuk laki-laki, periksa apakah testis
sudah turun kedalam skrotum. Untuk
bayi perempuan periksalah labia mayor
dan minor, apakah vagina berlubang
dan uretra berlubang.
(9) Punggung
: untuk
mengetahui
belakangnya,
keadaan
periksa
tulang
reflek
di
punggung dengan cara menggoreskan
jari kita di punggung bayi. Bayi akan
mengikuti gerakan dari goresan jari
kita.
(10) Anus
: periksa lubang anus, apabila bayi sudah
mengeluarkan
mekonium
maka
langkah ini tidak usah dikerjakan.
(11) Ekstremitas
: sentuh telapak tangan bayi dengan jari
dan hitung jumlah jari tangan bayi.
Bayi akan menggenggam tangan kuatkuat sehingga tubuhnya bisa terangkat
naik.
32
Dalam
kasus
asfiksia
sedang
ekstremitas biru dan gerakan lemah
(Ridha, 2014).
(12) Kulit
: periksa vernik, warna kulit dan bibir,
tanda lahir.
Dalam kasus asfiksia sedang warna
kulit biru (Ridha, 2014).
d) Pemeriksaan reflek menurut Wahyuni, (2012) :
(1) Reflek glabelar
: dinilai
dengan
pangkal
mengetuk
hidung
secara
daerah
perlahan
menggunakan jari telujuk saat mata
terbuka. Bayi akan mengedipkan mata
pada 4 sampai 5 ketukan pertama.
(2) Reflek suching
: reflek ini dinilai dengan memberi
tekanan pada mulut bayi dilangit
bagian dalam gusi atas yang akan
menimbulkan isapan yang kuat dan
cepat. Reflek ini juga dapat dilihat pada
waktu bayi menyusu.
(3) Refleks rooting
: bayi menoleh kearah benda yang
menyentuh pipi. Dapat dinilai dengan
mengusap pipi bayi dengan lembut,
bayi
akan
menolehkan
kepalanya
33
kearah
jari
kita
dan
membuka
mulutnya.
(4) Refleks grasping
: refleks ini dinilai dengan meletakkan
jari telunjuk pemeriksa ada telapak
tangan bayi, tekanan dengan perlahan,
normalnya bayi akan menggenggam
dengan kuat. Jika telapak bayi ditekan
bayi akan mengepalkan tinjunya.
(5) Refleks babinski
: pemeriksaan
refleks
ini
dengan
memberi goresan telapak kaki dimulai
dari tumit. Gores sisi lateral telapak
kaki kearah atas kemudian gerakan jari
sepanjang telapak kaki. Bayi akan
menunjukkan respon berupa semua jari
kaki hiperekstensi dengan ibu jari
dorsofleksi.
(6) Refleks moro
: refleks
ini
ditunjukan
dengan
timbulnya pergerakan tangan yang
simetris
apabila
kepala
tiba-tiba
digerakkan atau dikejutkan dengan cara
bertepuk tangan. Fungsi pemeriksaan
ini adalah menguji kondisi umum bayi
34
serta
kenormalan
sistem
syaraf
pusatnya.
(7) Reflek melangkah : bayi menggerakkan tungakainya dalam
waktu gerakan berjalan atau melangkah
jika
kita
sedangkan
memegang
lengannya
kakinya
dibiarkan
menyentuh permukaan yang rata dan
keras.
(8) Reflek merangkak : bayi akan berusaha untuk merangkak
ke depan dengan kedua tangan dan kaki
bayi
diletakkan
telungkup
diatas
permukaan datar.
(9) Reflek tonik neck
: ekstremitas pada satu sisi ketika kepala
ditolehkan
akan
ekstensi,
dan
ekstermitas yang berlawanan akan
fleksi bila kepala bayi ditolehkan ke
satu sisi saat istirahat. Respon ini
mungkin tidak ada atau tidak lengkap
segera setelah lahir.
e) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan untuk menunjang
diagnosis penyakit, mendukung atau menyingkirkan diagnosis
yang lainnya (Nurmalasari, 2010).
35
Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan penunjang pada
pasien asfiksia sedang adalah pemeriksaan laboratorium yaitu
pemeriksaan darah yang berguna untuk mengetahui kadar Hb,
leukosit dan trombosit.
b. Langkah II : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan
(Estiwidani, 2008).
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan bunyinya diagnosa yang tegakkan oleh bidan
dalam
lingkup
praktek
kebidanan
dan
memenuhi
standar
nomenklatur diagnose kebidanan (Estiwidani, 2008).
Diagnosa Kebidanan :
Bayi Ny. X umur 1 menit jenis kelamin perempuan dengan asfiksia
sedang.
Data Dasar :
DS : 1. Ibu mengatakan bayinya perempuan.
2. Ibu mengatakan bayinya bernapas megap-megap
DO : 1. KU : Kurang
2. TTV : N : 100 x/menit, S : 36oC, R : 65 /menit
3. Kulit kebiruan
4. Gerakan lemah
36
2) Masalah
Masalah diidentifikasi berdasarkan masalah yang ditemukan
dengan
didukung
oleh
data
subjektif
dan
data
objektif
(Wildan dan Hidayat, 2008).
Masalah :
Bayi lahir tidak langsung menangis dan bernapas megap-megap.
3) Kebutuhan
Kebutuhan
disesuaikan
dengan
kebutuhan
pasien
saat
itu
(Wildan dan Hidayat, 2008).
Kebutuhan :
Pembersihan jalan napas.
c. Lankah III : Mengidentifikasi diagnosa potensial atau masalah potensial
dan mengantisipasi penanganannya
Pada
langkah
berdasarkan
ini
diagnosa
bidan
atau
mengidentifikasi
masalah
yang
masalah
sudah
potensial
diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap
mencegah diagnosa atau masalah potensial ini menjadi benar-benar
terjadi (Estiwidani, 2008).
Apabila tidak segera ditangani dengan tepat dan terdapat gangguan
pertukaran gas atau transportasi oksigen lebih lama setelah kelahiran,
maka akan terjadi asfiksia yang lebih berat (Ridha, 2014).
37
d. Langkah IV : Antisipasi
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk
konsultasi atau dokter untuk ditangani bersama dengan anggota tim yang
lain sesuai dengan kondisi klien (Estiwidani, 2008).
Antisipasi :
1) Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, megap-megap atau
tidak bernapas.
2) Bila bayi tidak bernapas atau megap-megap, segera lakukan tindakan
ventilasi
(Indrayani dan Moudy, 2013).
e. Langkah V : Rencana Tindakan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah di identifikasi
atau diantisipasi (Estiwidani, 2008).
Rencana Tindakan:
1) Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir dan kasa steril
(Arif dan Weni, 2009).
2) Potong
tali
pusat
dengan
teknik
aseptik
dan
antiseptik
(Arif dan Weni, 2009).
3) Apabila bayi tidak menangis lakukan rangsangan tartil dengan cara
menepuk-nepuk kaki, mengelus-elus dada, perut atau punggung
(Arif dan Weni, 2009)
38
4) Jika bayi masih belum menangis setelah dilakukan rangsangan tartil
lakukan napas buatan mulut ke mulut atau dengan ventilasi tekanan
positif (Arif dan Weni, 2009).
Ventilasi menurut Indrayani dan Moudy (2013), adalah bagian dari
tindakan resusitasi untuk memasukan sejumlah udara ke dalam paru
dengan tekanan positif yang memadai untuk membuka alveoli paru
agar bayi bisa bernapas spotan dan teratur.
Langkah – langkah ventilasi menurut Indrayani dan Moudy (2013) :
a) Pasang sungkup, perhatikan lekatan
b) Ventilasi 2 kali dengan dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan
dada bayi
c) Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan
tekanan 20 cm air dalam 30 detik
d) Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur
atau tidak
5) Pertahankan suhu tubuh agar tidak memperburuk keadaan asfiksia
menurut Arif dan Weni (2009), dengan cara :
a) Bungkus bayi dengan kain hangat
b) Badan bayi harus dalam keadaan kering
c) Jangan mandikan bayi dengan air dingin, gunakan minyak atau
baby oil untuk membersihkan tubuhnya
d) Kepala bayi ditutup dengan baik.
39
6) Menurut Arif dan Weni (2009), Apabila nilai apgar pada menit ke
lima sudah baik (7-10) lakukan perawatan selanjutnya, yaitu :
a) Pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat
b) Laksanakan antropometri dan pengkajian kesehatan
c) Pasang pakaian bayi
d) Pasang peneng (tanda pengenal) bayi
f. Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kellima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya (Estiwidani, 2008).
Pelaksanaan :
1) Membersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir dan kasa steril
(Arif dan Weni, 2009).
2) Memotong tali
pusat
dengan tehnik
aseptik dan
antiseptik
(Arif dan Sari, 2009).
3) Apabila bayi tidak menangis lakukan rangsangan tartil dengan cara
menepuk-nepuk kaki, mengelus-elus dada, perut atau punggung
(Arif dan Weni, 2009).
4) Jika bayi masih belum menangis setelah dilakukan rangsangan tartil
lakukan nafas buatan mulut ke mulut atau dengan ventilasi tekanan
positif (Arif dan Weni, 2009).
40
Ventilasi menurut Indrayani dan Moudy (2013), adalah bagian dari
tindakan resusitasi untuk memasukan sejumlah udara ke dalam paru
dengan tekanan positif yang memadai untuk membuka alveoli paru
agar bayi bisa bernapas spotan dan teratur.
Langkah – langkah ventilasi menurut Indrayani dan Moudy (2013) :
a) Memasang sungkup, perhatikan lekatan
b) Ventilasi 2 kali dengan dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan
dada bayi
c) Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan
tekanan 20 cm air dalam 30 detik
d) Menilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur
atau tidak
5) Menurut Arif dan Weni (2009), memertahankan suhu tubuh agar tidak
memperburuk keadaan asfiksia dengan cara :
a) Membungkus bayi dengan kain hangat
b) Badan bayi harus dalam keadaan kering
c) Jangan mandikan bayi dengan air dingin, gunakan minyak atau
baby oil untuk membersihkan tubuhnya
d) Kepala bayi ditutup dengan baik.
6) Apabila nilai apgar pada menit ke lima sudah baik (7-10) menurut
Arif dan Weni (2009), lakukan perawatan selanjutnya, yaitu :
a) Memberikan ASI sedini mungkin dan adekuat
b) Melaksanakan antropometri dan pengkajian kesehatan
41
c) Memasang pakaian bayi
d) Memasang peneng (tanda pengenal) bayi
g. Langkah VII : Mengevaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi ke efektifan dari asuhan yang
telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah di
didentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya
(Estiwidani, 2008).
Pada langkah ini mengevaluasi hasil tindakan apakah resusitasi
berhasil, bayi menangis dan bernapas nomal sesudah langkah awal atau
sesudah ventilasi. Resusitasi dinyatakan berhasil apabila pernapasan bayi
teratur, warna kulitnya kembali normal yang kemudian diikuti dengan
perbaikan tonus otot atau bergerak aktif (Indrayani dan Moudy, 2013).
3. Data Perkembangan
Metode pendokumentasian untuk data perkembangan dalam asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang ini menggunakan
SOAP menurut Varney (2007), yaitu :
S
: Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa.
42
O
: Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien,
hasil laboratorium dan test diagnostik yang dirumuskan dalam focus
untuk mendukung asuhan sebagai langkah I.
A
: Assesment atau analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam satu identifikasi :
a. Diagnosa atau masalah
b. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau
kolaborasi dan atau rujukan.
P
: Plan
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan (P) dan evaluasi
(E) berdasarkan analisa.
C. LANDASAN HUKUM
Bidan dalam menyelenggarakan praktiknya berlandaskan pada Permenkes
No. 1464/Menkes/Per/X/2010 pasal 16 ayat 2 yaitu pelayanan kebidanan
kepada anak meliputi :
1. Perawatan bayi baru lahir
2. Perawatan tali pusat
3. Perawatan bayi
4. Resusitasi pada bayi baru lahir
43
5. Pemantauan tumbuh kembang anak
6. Pemberian imunisasi
7. Pemberian penyuluhan
(Kepmenkes, 2010).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus
Jenis laporan ini adalah studi kasus dengan metode diskriptif yaitu metode
yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memaparkan atau membuat
gambaran tentang studi keadaan secara obyektif. Menjelaskan studi kasus
yang diusulkan tersebut kedalam jenis atau metode yang mana tentang
penelitian yang diusulkan tersebut (Notoatmodjo, 2010).
Studi kasus ini akan menggambarkan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru
Lahir pada bayi Ny. T dengan Asfiksia Sedang di RSUD Surakarta.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi menjelaskan tempat atau lokasi tersebut dilakukan menurut
Notoatmodjo, (2010). Studi kasus ini akan dilaksanakan di RSUD Surakarta.
C. Subyek studi kasus
Subyek merupakan orang yang dijadikan sebagai responden untuk
mengambil kasus (Notoatmodjo, 2010). Subyek untuk kasus ini adalah Bayi
Ny. T dengan asfiksia sedang.
D. Waktu Studi Kasus
Waktu untuk studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan penulis
untuk mencari kasus (Notoatmodjo, 2010). Studi Kasus ini telah dilaksanakan
tanggal 17 s/d 18 April 2015.
44
45
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen
studi
kasus
adalah
alat-alat
yang
digunakan
untuk
pengumpulan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa kuesioner (daftar
pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan
pencatatan data dan sebagainya (notoatmodjo, 2010).
Instrumen yang digunakan selama melakukan laporan kasus ini adalah
dengan menggunakan format asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dari 7
langkah Varney dan data perkembangan menggunakan SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Saryono (2011), teknik pengumpulan data dibedakan menjadi 2
antara lain :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subyek
atau penelitian dengan mengenakan alat pengukur atau alat pengambil
data, langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari
(Saryono, 2011). Data dapat diperoleh dari :
a. Wawancara
Wawancara
adalah
metode
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data dimana penelitian mendapatkan keterangan atau
penelitian secara lisan dari seseorang responden atau sasaran
penelitian atau bercakap – cakap berhadapan muka dengan orang
tersebut (face to face) (Notoatmodjo, 2010).
46
Pada kasus ini wawancara dilakukan pada keluarga pasien atau
bidan serta tenaga kesehatan yang terkait dengan menggunakan
format
asuhan
kebidanan
pada
bayi
baru
lahir
dan
didokumentasikan.
b. Observasi
Observasi adalah suatu prosedur yang terencana antara lain
meliputi : melihat, mencatat jumlah data, syarat aktifitas tertentu
yang ada hubungannya dengan masalah yang telah diteliti
(Notoatmodjo, 2010).
Untuk memperoleh data obyektif peneliti melakukan pengamatan
langsung untuk mengetahui perkembengan dan perawatan yang telah
diberikan pada pasien.
Pada kasus ini yang diobservasi adalah tanda – tanda vital, dan
nilai APGAR, warna kulit, keaktifan, input dan output.
c. Pemeriksaan fisik
Menurut Nusalam (2008), pemeriksaan fisik digunakan untuk
mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara :
1) Inspeksi
Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan
secara sistematis dengan menggunakan indra penglihatan,
pandangan
dan
penciuman
mengumpulkan data.
sebagai
suatu
alat
untuk
47
Inspeksi dilakukan secara berurutan mulai dari kepala
sampai kaki.
2) Palpasi
Palpasi adalah suatu pemeriksaan seluruh bagian tubuh yang
dapat teraba dengan menggunakan bagian tangan yang berbeda
untuk mendeteksi jaringan, bentuk tubuh, persepsi getaran atau
pergerakan dan konsistensi. Palpasi ini digunakan untuk
memeriksa tugor kulit bayi.
3) Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi yang terbentur
dalam organ tubuh untuk mendeteksi perbedaan dari normal.
Dilakukan untuk memeriksa detak jantung bayi.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lingkungan studi kasus
(Arikunto, 2010). Data sekundar dapat diperoleh dari :
a. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah semua bentuk informasi yang
berhubungan dengan dokumen (Notoatmodjo, 2010). Dalam studi
kasus ini dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan data yang
diambil dari catatan kebidanan dan rekam medik dari RSUD
Surakarta berupa data bayi baru lahir dari bulan Januari sampai
September 2014 .
48
b. Studi kepustakaan
Kepustakaan adalah semua literatur atau bacaan yang digunakan
untuk mendukung dalam menyusun proposal tersebut. Literatur ini
umumnya terdiri dari buku-buku teks, majalah atau jurnal ilmiah,
makalah ilmiah, skripsi, tesis atau disertasi (Notoatmodjo, 2010).
Pada studi kasus ini yang digunakan adalah kepustakaan tahun
2008 – 2014.
G. Alat – alat yang dibutuhkan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data antara lain :
1. Alat – alat yang dibutuhkan dalam wawancara antara lain :
a. Lembar format asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
b. Buku tulis
c. Bolpoint
2.
Alat – alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan asuhan observasi
(pengamatan) antara lain :
a. Tempat tidur pemeriksaan
b. Stetoskop
c. Termometer
d. Pengukur panjang badan
e. Timbangan bayi dan alas
f. Pita pengukur
49
g. Alat resusitasi
Menggunakan alat :
1) Dua helai kain / handuk
2) Alat penghisap lendir dee lee atau bola karet
3) Tabung oksigen dan kanula nasal
4) Jam atau pencatat waktu
(Indrayani dan Moudy, 2013).
H. Jadwal Studi Kasus
Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai
penyusunan proposal studi kasus, sampai dengan penulisan laporan studi
kasus, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut
(Notoatmodjo, 2010)
Jadwal terlampir.
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA Ny. T DENGAN
ASFIKSIA SEDANG DI RSUD SURAKARATA
Tanggal/ pukul masuk : 17 April 2015
Tempat
: PERINA RSUD Surakarta
No. Register
: 00011905
A. TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
Tanggal : 17 April 2015
Pukul : 11.00 WIB
a. IDENTITAS
1) Identitas Bayi
a) Nama Bayi
: Bayi Ny. T
b) Umur Bayi
: 1 menit
c) Tanggal/ pukul lahir : 17 April 2015/ 11.00 WIB
d) Jenis kelamin
: Perempuan
e) Berat badan lahir
: 3000 gram
f) Panjang badan lahir : 49 cm
2) Identitas Ibu
Identitas Ayah
a) Nama ibu
: Ny. T
Nama suami : Tn. S
b) Umur
: 23 tahun
Umur
50
: 25 tahun
51
c) Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
d) Agama
Agama
: Islam
: Islam
e) Pendidikan : SMP
Pendidikan : SMU
f) Pekerjaan
Pekerjaan
: Swasta
: Swasta
g) Alamat rumah : Debegan 06/ 06 Mojosongo, Surakarta.
b. ANAMNESA (DATA SUBYREKTIF)
PADA IBU
1) Riwayat kehamilan ibu
a) HPHT
: Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir pada
tanggal 11 Juli 2014
b) HPL
: Ibu mengatakan hari perkiraan lahir pada tanggal
18 April 2015
c) Keluhan – keluhan pada :
Trimester I : Ibu mengatakan sering mual kadang muntah.
Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
Trimester III : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
d) ANC
: 8x di bidan dan dokter, teratur.
Trimester I : umur kehamilan 6 minggu, 11 minggu
Trimester II : umur kehamilan 15 minggu, 20 minggu, 25 minggu
Trimester III : umur kehamilan 29 minggu, 34 minggu, 39 minggu
e) Penyuluhan yang pernah didapat :
Ibu mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang gizi ibu
hamil, tablet Fe dan tanda – tanda persalinan.
52
f) Imunisasi TT
Ibu mengatakan mendapat imunisasi TT sebanyak 2 kali di
bidan yaitu pada saat akan menikah dan saat hamil usia kehamilan
2 bulan.
2) Riwayat kehamilan ini
a) Tempat Persalinan : RSUD Surakarta, penolong : Dokter SpOG
b) Jenis Persalinan
: Spontan, normal pada pukul 11.00 WIB
c) Komplikasi/ kelainan dalam persalinan : tidak ada kelainan
(1)Plasenta :
(a) Berat plasenta
: 500 gram
(b) Panjang
: 49 cm
(c) Jumlah kotiledon : 18 cm
(d) Cairan ketuban
: Jernih
(e) Insersi tali pusat
: Centralis
(f) Kelainan
: tidak ada kelainan
(g) Lama persalinan
:
(i) Kala I
: 11 Jam
(ii) Kala II
: 30 menit
3) Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit saat ini :
Ibu mengatakan saat hamil tidak sedang menderita penyakit
yang menyertai kehamilannya seperti : flu, batuk, demam, dan
diare.
53
b) Riwayat penyakit sistemik :
1) Jantung
: Ibu mengatakan tidak pernah berdebar-debar
saat beraktivitas, tidak nyeri dada pada bagian
kiri dan tidak berkeringat dingin ditelapak
tangan.
2) Ginjal
: Ibu mengatakan tidak pernah sakit pada bagian
pinggang kanan dan kiri.
3) Asma/ TBC : Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas dan
batuk berkepanjangan lebih dari 2 minggu
diseratai darah dari mulut.
4) Hepatitis
: Ibu mengatakan tidak pernah terlihat kuning
pada daerah mata, ujung kuku dan kulit.
5) DM
: Ibu
mengatakan tidak
pernah menderita
penyakit gula dengan gejala sering haus, lapar,
dan sering kencing dimalam hari.
6) Hipertensi
: Ibu mengatakan tekanan darahnya tidak
pernah lebih dari 140/90 mmHg.
7) Epilepsi
: Ibu mengatakan tidak pernah kejang – kejang
sampai mengeluarkan busa dari mulut.
8) Lain – lain
: Ibu
mengatakan tidak
penyakit lainnya.
pernah menderita
54
c) Riwayat penyakit keluarga
1) Menular
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga
suaminya tidak ada yang menderita penyakit menular
seperti : TBC, Hepatitis, HIV/AIDS.
2) Menurun
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga
suaminya tidak ada yang menderita penyakit menurun
seperti : jantung, gula, hipertensi dan epilepsi.
d) Riwayat keturunan kembar :
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga
suaminya tidak ada yang memiliki riwayat keturunan kembar.
e) Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak pernah operasi apapun.
55
c. PEMERIKSAAN FISIK BAYI
1) Riwayat pemeriksaan khusus (APGAR SCORE)
Tabel 4.1 APGAR Score By. Ny. T
Nilai
1 Menit
I
Tanda
0
1
2
Warna
Biru/pucat Tubuh
kemerahan,
ekstremitas biru
Frekuensi Tidak ada Lambat
jantung
<100/menit
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit
Seluruh tubuh
kemerahan
1
1
1
>100/menit
1
2
2
1
1
2
1
1
1
1
2
2
5
7
8
Gerakan
kuat/melawan
Aktivitas/ Lumpuh/ Ekstremitas fleksi Gerakan aktif
tonus otot lemah
Usaha Tidak ada Lambat tidak
Menangis kuat
napas
teratur
Jumlah
(Sumber : Pasien Bayi Ny. T)
2) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum : Lemah
b) Kesadaran
: somnolent
c) TTV
:
(1) Nadi
: 98 kali/ menit
(2) Pernapasan : 35 kali/ menit
(3) Suhu
5 Menit 5 Menit
I
II
: 36 °C
3) Eliminasi
a) BAK
: Belum keluar
b) BAB
: Belum keluar
56
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium : tidak dilakukan
2) Pemeriksaan Penunjang
: tidak dilakukan
2. INTERPRETASI DATA
Tanggal : 17 April 2015
Pukul : 11.10 WIB
a. DIAGNOSA KEBIDANAN
Bayi Ny. T baru lahir umur 10 menit, jenis kelamin perempuan
dengan asfiksia sedang.
Data Dasar:
Dasar Subjektif :
1) Ibu mengatakan baru saja melahirkan bayi pada tanggal 17 April 2015
pukul 11.00 WIB.
2) Ibu mengatakan HPHT nya tanggal 11 juli 2014.
3) Ibu mengatakan bayinya terlihat lemah.
4) Ibu mengatakan bayinya tidak segera menangis saat lahir.
Dasar Objektif :
1) Keadaan umum : lemah
2) Kesadaran
(a) Nadi
: somnolent
: 98 kali/ menit
(b) Pernapasan : 35 kali/ menit
(c) Suhu
: 36 °C
3) APGAR Score 1 menit pertama = 5, yaitu :
57
a) Warna kulit
: pucat/ biru
b) Frekuensi jantung
: Lambat <100/menit
c) Refleks
: Gerakan lemah
d) Aktivitas/ tonus otot
: Ekstremitas fleksi
e) Usaha napas
: Lambat tidak teratur
b. MASALAH
1) Bayi kesulitan bernapas karena masih ada lendir pada jalan napas
2) Terjadi hipotermi ringan
c. KEBUTUHAN
1) Pembersihan jalan nafas dan pengeluaran lendir
2) Oksigenasi
3) Jaga kehangatan tubuh bayi
3. DIAGNOSA POTENSIAL
Potensial terjadi asfiksia berat
4. TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak untuk pemberian terapi dan
tindakan selanjutnya, yaitu:
Tindakan : mengeringkan
bayi,
memberikan
rangsang
taktil,
membersihkan jalan napas.
5. RENCANA TINDAKAN
Tanggal : 17 April 2015
a. Jaga kehangat bayi
b. Keringkan tubuh bayi
Pukul: 11.12 WIB
58
c. Letakkan bayi pada radiant heat warmer
d. Ganti kain basah dengan kain kering
e. Bungkus bayi dengan kain bersih dan kering
f. Bersihkan jalan nafas bayi dari mulut ke hidung
g. Berikan rangsang taktil
h. Lakukan advice dokter spesialis anak untuk pemberian terapi dan
tindakan selanjutnya dengan rawat dalam inkubator lalu pasang O2 1,5
liter/ menit
i. Lakukan pengukuran KU dan VS bayi
6. PELAKSANAAN
Tanggal : 17 April 2015
Pukul : 11.13 WIB
a. Menjaga kehangatan bayi dengan membungkus dengan kain bersih
b. Mengeringkan tubuh bayi dengan kain bersih dan kering
c. Meletakkan bayi pada radiant heat warmer
d. Mengganti kain basah dengan kain kering
e. Membungkus bayi dengan kain bersih dan kering
f. Membersihkan jalan nafas bayi dari mulut ke hidung dee lee
g. Memberikan rangsang taktil dengan mengusap punggung, perut dan
menepuk telapak kaki bayi
h. Melanjutkan advice dokter spesialis anak untuk merawat bayi dalam
inkubator kemudian memasang O2 1,5 liter/ menit
i. Mengukur KU dan VS bayi
59
7. EVALUASI
Tanggal : 17 April 2015
Pukul : 11.19 WIB
a. Bayi telah disemuti dengan kain bersih dan kering
b. Tubuh bayi telah dikeringkan
c. Bayi telah diletakkan pada radiant heat warmer untuk menjaga
kehangatan
d. Kain basah telah diganti dengan kain bersih dan kering
e. Bayi telah dibungkus dengan kain bersih dan kering
f. Jalan nafas bayi telah dibersihkan dari mulut ke hidung
g. Telah dilakukan rangsang taktil, dan bayi sudah bisa menangis.
h. Telah dilakukan advice dokter spesialis anak untuk tindakan dan terapi
dengan merawat bayi dalam inkubator dalam suhu 33OC dan terpasang
O2 1,5 liter/ menit
i. Hasil pengukuran KU dan VS:
1) Keadaan Umum : sedang
2) Nadi
: 110 kali/ menit
3) Suhu
: 36oC
4) Pernafasan
: 40 kali/ menit, teratur
60
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal : 17 April 2015
Pukul : 11. 20 WIB
S : Subyektif
Ibu mengatakan merasa senang karena bayinya sudah menangis dengan kuat.
O : Obyektif
1. Keadaan umum bayi cukup dan bergerak aktif
2. Tanda-tanda vital bayi :
a. Nadi
: 110 kali/ menit
b. Pernapasan
: 40 kali/ menit
c. Suhu
: 360C
3. Warna kulit kemerahan
4. Terpasang O2 1,5 liter/ menit
A : Assesment
Bayi Ny. T umur 20 menit, jenis kelamin perempuan dengan riwayat asfiksia
sedang.
P : Planning
Tanggal : 17 April 2015
Pukul : 11.25 WIB
1. Melakukan pemeriksaan fisik (head to toe) dan pemeriksaan refleks bayi
Hasil :
a. Telah dilakukan pemeriksaan head to toe dan pemeriksaan refleks:
1) Pemeriksaan Fisik
61
a) Kepala
: Bentuk mesochepal, tidak ada caput succedanum,
tidak
ada
chepal
hematoma,
tidak
ada
hidrocephalus, normal
b) Muka
: Tidak ada oedema, kemerahan
c) Mata
: Simetris antara kanan dan kiri, sklera berwarna
putih (tidak ikterik), conjunctiva pucat (tidak
anemis)
d) Telinga
: Simetris antara kanan dan kiri, tidak ada serumen
e) Hidung
: Berlubang, tidak ada benjolan, normal
f) Mulut
: Tidak ada labioskisis ataupun labiopalatoskisis,
normal
g) Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak
teraba massa atau benjolan
h) Dada
: Puting susu simetris antara kanan dan kiri, tidak
ada retraksi
i) Perut
: Tali pusat masih basah, tidak ada perdarahan
j) Ekstremitas : Simetris, jari tangan dan kaki lengkap, berwarna
biru, sedikit gerakan
k) Genetalia
: Labia mayora menutupi labia minora, tidak ada
kelainan, anus (+)
2) Pemeriksaan Reflek
a) Reflek Moro
: lemah,
bayi
memperlihatkan
gerakan
seperti memeluk ketika dirangsang
62
b) Reflek Rooting
: lemah, bayi menoleh ke arah rangsangan
ketika sudut mulut bayi disentuh
c) Reflek Sucking
: lemah, bayi menghisap dengan kuat saat
diberikan rangsangan dengan memasukan
jari kelingking kedalam mulutnya
d) Reflek Tonick Neck : Lemah, bayi ada reflek melawan ketika
kepala bayi digelengkan ke salah satu sisi
dan berusaha menoleh kearah sebaliknya
2. Melakukan pemeriksaan antropometri
Hasil :
a. Lingkar kepala : 33 cm
b. Lingkar dada
: 34 cm
c. BB/ PB
: 3100 gram/ 49 cm
d. LLA
: 11 cm
3. Memberikan injeksi vit K1 1 mg IM di paha kiri dan Hb0 IM di paha
kanan anterolateral bayi pada pukul 11.45 WIB
Hasil : Vit. K telah disuntikkan dengan dosis 1 mg dipaha kiri dan Hb0
telah disuntikkan dipaha kanan pukul 11.45 WIB
4. Memberikan salf mata eritromisin 0,5 % pada bayi
Hasil : bayi telah diberikan salf mata dan tidak ada tanda – tanda infeksi
5. Menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan pakaian dan selimut.
Hasil : bayi sudah dalam keadaan hangat didalam inkubator.
6. Mengobservasi eliminasi BAB dan BAK bayi.
63
Hasil: BAB (+) mekonium warna hijau kehitaman, konsistensi lembek dan
BAK (+) warna kuning jernih.
7. Menjaga kenyamanan dan kebersihan bayi dengan mengganti kain
pengalas dengan yang bersih dan mengganti popok bayi.
Hasil: Bayi telah diganti popoknya dan tampak lebih tenang dan nyaman.
8. Melaksanakan advice dokter untuk melepas O2 setelah bayi dapat bernapas
dengan teratur.
Hasil : Pernapasan bayi baik dan teratur dan O2 dilepas pada pukul 13.30
WIB.
9. Melaksanakan advice dokter untuk memindahkan bayi dari box inkubator
ke box bayi biasa.
Hasil : bayi telah dalam keadaan baik dan stabil dan dipindahakan ke
dalam box biasa pukul 16.00 WIB
64
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal
: 17 April 2015
Pukul : 20.00 WIB
S : Subjektif
1. Ibu mengatakan bayinya menangis kuat.
2. Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan baik dan kuat.
O : Objektif
1. Keadaan umum bayi baik, bayi berada di box bayi, warna kulitnya
kemerahan, tidak sianosis, tidak tampak ikterik, reflek hisap dan telan kuat.
2. Vital sign bayi :
a. Nadi
: 124 kali/ menit
b. Suhu
: 36,6oC
c. Pernafasan
: 48 kali/ menit
3. BB/ PB
: 3000 gram/ 49 cm
4. BAB (+) 2 kali, konsistensi lembek, warna kehitaman dan BAK (+) 2 kali,
warna kuning jernih.
A : Assesment
Bayi Ny. T umur 1 hari, jenis kelamin perempuan dengan riwayat asfiksia
sedang.
65
P : Planning
Tanggal : 17 April 2015
Pukul : 20.05 WIB
1. Memberitahu ibu dan keluarga Vital sign bayi.
Hasil: keadaan umum bayi baik, kesadaran composmentis, TTV dalam
batas normal.
2. Mengobservasi eliminasi BAB dan BAK.
Hasil: BAB (+) konsistensi lembek, warna hitam kehijauan dan BAK (+)
warna kuning jernih.
3. Menjaga personal hygiene dan kehangatan bayi.
Hasil: bayi digantikan pakaian dan popok setelah BAB atau BAK, bayi
telah dijaga kehangatannya dengan dibedong.
4. Memberikan pemenuhan nutrisi pada bayi.
Hasil : nutrisi pada bayi telah terpenuhi dengan diberikan ASI sebanyak 10
cc melalui dot.
66
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal
: 18 April 2015
Pukul : 07.00 WIB
S : Subjektif
1. Ibu mengatakan bayinya menangis kuat.
2. Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan baik dan kuat.
O : Objektif
1. Keadaan umum bayi baik, bayi berada di box bayi, warna kulitnya
kemerahan, tidak sianosis, tidak tampak ikterik, reflek hisap dan telan
kuat.
2. Vital sign bayi :
a. Nadi
:
152 kali/ menit
b. Suhu
:
36,9oC
c. Pernafasan
:
54 kali/ menit
3. BB/ PB
:
3000 gram/ 49 cm
4. BAB (+) 3 kali, konsistensi lembek, warna kehitaman dan BAK (+) 4 kali,
warna kuning jernih.
A : Assesment
Bayi Ny. T umur 2 hari, jenis kelamin perempuan dengan riwayat asfiksia
sedang.
67
P : Planning
Tanggal : 18 April 2015
Pukul : 07.05 WIB
1. Memberitahu ibu dan keluarga Vital sign bayi.
Hasil: keadaan umum bayi baik, kesadaran composmentis, TTV dalam
batas normal.
2. Memberikan bayi pada ibu agar ibu menyusui bayinya.
Hasil : Ibu menyusui bayinya selama + 20 menit, ASI keluar lancar, reflek
hisap bayi kuat.
3. Melanjutkan advice dari Dokter Spesialis Anak yaitu : bayi diperbolehkan
rawat gabung.
Hasil: bayi telah dipindah ke ruang rawat gabung dengan ibu pukul 08.45
WIB.
4. Mengobservasi eliminasi BAB dan BAK.
Hasil: BAB (+) konsistensi lembek, warna hitam kehijauan dan BAK (+)
warna kuning jernih.
5. Menjaga personal hygiene dan kehangatan bayi.
Hasil: bayi telah dimandikan, pakaian dan popok telah diganti, bayi telah
dijaga kehangatannya dengan dibedong.
68
DATA PERKEMBANGAN IV
Tanggal
: 18 April 2015
Pukul : 14.00 WIB
S : Subjektif
Bayi menangis kuat.
O : Objektif
1. Keadaan umum bayi baik, bayi berada di box bayi di ruang rawat gabung,
warna kulitnya kemerahan, tidak ada sianosis, tidak tampak ikterik, reflek
hisap dan telan kuat.
2. Mengobservasi vital sign :
a. Nadi
: 158 x/ menit
b. Suhu
: 37,2 °C
c. Pernapasan : 57 x/ menit
3. BB/ PB
: 3000 gram/ 49 cm
4. BAB (+) konsistensi lembek, warna hitam kehijauan dan BAK (+) warna
kuning jernih.
A : Assesment
Bayi Ny. T umur 2 hari, jenis kelamin perempuan dengan riwayat asfiksia
sedang.
P : Planning
Tanggal : 18 April 2015
Pukul : 14.05 WIB
1. Memberitahu ibu dan keluarga Vital sign dan keadaan umum bayi.
Hasil: Keadaan umum bayi baik, kesadaran composmentis.
69
2. Mengobservasi eliminasi BAB dan BAK.
Hasil: BAB (+) 3 kali, konsistensi lembek, warna hitam kehijauan dan
BAK (+) 5 kali, warna kuning jernih.
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan ASI menetek ibu dan mengobservasi
muntah pada bayi.
Hasil: menetek, bayi menghisap kuat, muntah (-).
4. Mengajarkan ibu merawat tali pusat dengan membungkus tali pusat
menggunakan kassa steril yang kering.
Hasil : Ibu bersedia akan merawat tali pusat dengan benar yaitu cara
mencuci atau membersihkan tali pusat bayi dari bagian ujung ke bagian
pangkal, dikeringkan dan dibungkus dengan kassa steril.
5. Menganjurkan
ibu
menjaga
kebersihan
bayinya
dengan
selalu
memandikan setiap pagi dan sore serta mengganti pakaian yang
kotor/basah atau sesuai kondisi.
Hasil : Ibu bersedia akan tetap menjaga kebersihan bayinya.
6. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI saja kepada bayinya sampai
bayi berusia 6 bulan (ASI eksklusif), memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
dengan memberikan ASI setiap 2 jam sekali atau setiap bayi menginginkan
(ASI on demand).
Hasil : Ibu bersedia memberikan ASI saja kepada bayinya selama 6 bulan
penuh tanpa makanan pendamping dan disusui setiap 2 jam sekali atau bila
bayi menginginkan.
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang bayi 1 minggu lagi.
70
Hasil : Ibu bersedia untuk membawa bayinya ke Rumah Sakit untuk
kontrol ulang 1 minggu lagi.
8. Melaksanakan
advice
dari
Dokter
Spesialis
Anak,
yaitu:
bayi
diperbolehkan pulang.
Hasil: Keluarga telah melengkapi administrasi dan bayi diperbolehkan
pulang pukul 14.30 WIB.
71
B. Pembahasan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny. T dengan
asfiksia sedang di ruang Perina RSUD Surakarta, maka penulis akan
memaparkan kesesuaian antara konsep teori dengan penatalaksanaan kasus di
lahan. Adapun rincian hasil pembahasan antara teori dan praktik yang penulis
temukan selama melakukan studi kasus adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian Data Dasar
Menurut Estiwidani, dkk, (2008) pada tahap awal data diperoleh dengan
cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan
pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan
penunjang,
diperoleh
klien(anamnesis)
atau
dari
wawancara
dari
keluarga
langsung
dan
tenaga
kepada
pasien/
kesehatan
(alo
anamnasesis). Keadaan bayi lahir hidup, tidak segera menangis, gerakan
sedikit, dan ekstremitas kebiruan. Menurut Ridha, (2014)
yang
menyebutkan bahwa gejala asfiksia sedang APGAR score 4-6. Ditandai
pula dengan Biasanya didapat frekuensi jantung >100 kali/menit, tonus otot
buruk, biru, refleksi masih ada.
Pada bayi Ny. T data subjektif diperoleh dari keluarga dan tenaga
kesehatan. Data objektif pada bayi Ny. T diperoleh data tanda-tanda bayi
dengan asfiksia sedang yaitu APGAR score pada menit pertama adalah 5
yang ditandai dengan denyut jantung lebih dari 100 x/menit, pernapasan 35
x/menit lambat dan tidak teratur, tonus otot kurang baik, reflek kurang, dan
badan bayi pucat.
72
Maka dapat diambil kesimpulan pada tahap pengumpulan data dasar
tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus nyata yang penulis kaji.
2. Interpretasi Data Dasar
Menurut teori Estiwidani, dkk, (2008) yaitu diagnosa yang tegakkan oleh
bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan.
Diagnosis kebidanan yang dapat ditegakkan pada kasus ini adalah Bayi
Ny. T baru lahir spontan umur 10 menit dengan asfiksia sedang. Diagnosis
kebidanan tersebut dapat ditegakkan berdasarkan data-data yang diperoleh.
Masalah yang muncul pada kasus ini adalah jalan napas tidak efektif
yang menyebabkan pemasukan oksigen dalam tubuh bayi baru lahir tidak
adekuat. Dasar adalah masih terdapatnya lendir pada mulut dan hidung
bayi. Dalam masalah ini bayi membutuhkan pembersihan jalan napas
dengan penghisapan lendir pada jalan napas dan oksigenasi. Sedangkan
masalah yang kedua adalah terjadinya hipotermi yang didasari hasil
pengukuran suhu bayi yaitu 36oC dan dalam masalah ini bayi
membutuhkan kehangatan untuk menstabilkan sunhu bayi. Hal ini sudah
sesuai dengan teori Wildan dan Hidayat, (2008) yang menyebutkan bahwa
masalah diidentifikasi berdasarkan masalah yang ditemukan
dengan
didukung oleh data subjektif dan data objektif dan kebutuhan disesuaikan
dengan kebutuhan pasien saat itu. Kebutuhan pada kasus ini adalah
pembersihan jalan napas, oksigenasi, dan kehangatan dengan menempatkan
bayi pada inkubator 330 C.
73
Sehingga pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara
teori dan praktek dilahan pada diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan.
3. Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial atau Diagnosa Potensial
dan Mengantisipasi Penanganannya
Menurut Ridha, (2014) apabila tidak segera ditangani dengan tepat dan
terdapat gangguan pertukaran gas atau transportasi oksigen lebih lama
setelah kelahiran, maka akan terjadi asfiksia yang lebih berat (Ridha, 2014).
Diagnosa potensial ini tidak muncul karena kondisi asfiksia sedang dapat
diatasi dengan melakukan resusitasi segera setelah bayi lahir.
Diagnosa potensial pada By. Ny. T dengan asfiksia sedang adalah
potensial terjadi asfiksia berat. Pada kasus tersebut antisipasi yang bisa
dilakukan bidan adalah melakukan resusitasi tahap awal.
Maka pada tahap ini penulis telah melakukan antisipasi secara benar
sehingga tidak terjadi asfiksia berat.
4. Antisipasi/ Tindakan Segera
Menurut Indrayani & Moudy (2013) yaitu, antisipasi dengan melakukan
penilaian apakah bayi bernapas normal, megap-megap atau tidak bernapas.
Bila bayi tidak bernapas atau megap-megap, segera lakukan tindakan
ventilasi. Dan teori menurut Estiwidani, dkk, (2008) bahwa perlunya
tindakan segera oleh bidan untuk konsultasi atau dokter untuk ditangani
bersama dengan anggota tim yang lain sesuai dengan kondisi klien.
74
Tindakan segera pada kasus By. Ny. T ini adalah melakukan kolaborasi
dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi dan tindakan yang
meliputi resutasi awal, oksigenasi dan perawatan dalam inkubator.
Sehingga pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara
teori dan praktek dilapangan.
5. Rencana Tindakan
Menurut Arif dan Weni, (2009), rencana tindakan yang dilakukan
bersihkan jalan nafas, potong tali pusat, apabila bayi tidak menangis
lakukan rangsangan tartil, jika bayi masih belum menangis setelah
dilakukan rangsangan taktil lakukan nafas buatan mulut ke mulut atau
dengan ventilasi tekanan positif.
Perencanaan pada kasus By. Ny. T dengan asfiksia sedang antara lain
jaga kehangatan bayi, lakukan tindakan resusitasi tahap awal, lakukan
advice dokter spesialis anak untuk pemberian terapi dan tindakan
selanjutnya dengan rawat dalam inkubator lalu pasang O2 1,5 liter/ menit,
Observasi KU dan VS bayi, lakukan pemeriksaan fisik dan reflek, dan
lakukan identifikasi bayi.
Maka dapat diambil kesimpulan tahap perencanaan pada kasus Bayi.
Ny. T tidak sesuai dengan teori dan praktik dilapangan yaitu pada
perencanaan oksigen 1,5 liter/ menit, sehingga terdapat kesenjangan dalam
pemberian terapi.
75
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan menyeluruh pada kasus Bayi Ny. T dengan asfiksia sedang
menurut Estiwidani, dkk, (2008) yaitu rencana asuhan menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini bisa dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
Menurut Arif dan Weni, (2009), rencana tindakan yang dilakukan
membersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir dan kasa steril, apabila
bayi tidak menangis lakukan rangsangan taktil dengan cara menepuk-nepuk
kaki, mengelus-elus dada, perut atau punggung, jika bayi masih belum
menangis setelah dilakukan rangsangan taktil, lakukan nafas buatan mulut
ke mulut atau dengan ventilasi tekanan positif sampai bayi menagis dan
bernapas teratur.
Implementasi pada kasus By. Ny. T dengan asfiksia sedang antara lain
menjaga kehangatan bayi, melakukan tindakan resusitasi tahap awal,
melakukan advice dokter spesialis anak untuk pemberian terapi dan
tindakan selanjutnya dengan rawat dalam inkubator lalu pasang O2 1,5 liter/
menit, mengobservasi KU dan VS bayi, melakukan pemeriksaan fisik dan
reflek, dan melakukan identifikasi bayi.
Maka dapat diambil kesimpulan tahap pelaksaan pada kasus By. Ny. T
tidak sesuai dengan teori dan praktik dilapangan yaitu tidak dilakukan
ventilasi tetapi dilakukan pemasangan oksigen 1,5 liter/ menit, sehingga
terdapat kesenjangan dalam pembarian terapi.
76
7. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan yang telah diberikan pada
Bayi Ny. T dengan asfiksia sedang adalah resusitasi berhasil, bayi
menangis dan bernapas nomal sesudah langkah awal atau sesudah ventilasi.
Resusitasi dinyatakan berhasil apabila pernapasan bayi teratur, warna
kulitnya kembali normal yang kemudian diikuti dengan perbaikan tonus
otot atau bergerak aktif (Indrayani dan Moudy, 2013).
Setelah dilakukan membersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir
dan kasa steril, melakukan rangsangan taktil dengan cara menepuk-nepuk
kaki, mengelus-elus dada, perut atau punggung, bayi menangis kuat dan
perawatan sampai hari kedua diperoleh hasil tidak terjadi asfiksia berat,
keadaan umum By. Ny. T sudah membaik yang ditandai dengan menangis
kuat, nafas lebih teratur, gerakan aktif, semua anggota tubuh bayi
kemerahan, reflek hisap kuat, bayi tidak mengalami gangguan dalam buang
air besar dan buang air kecil. Keadaan bayi sesaat sebelum pulang adalah
baik, kulit kemerahan, refleks hisap dan telan (+) kuat, gerak aktif, hasil
pemeriksaan vital sign baik.
Hal ini sesuai dengan hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan
yang telah diberikan pada Bayi Ny. T dengan asfiksia sedang din RSUD
Surakarta yaitu resusitasi berhasil, bayi menangis dan bernapas nomal
sesudah langkah awal atau sesudah ventilasi. Resusitasi dinyatakan berhasil
77
pernapasan
bayi
teratur,
warna
kulitnya
kembali
normal
dan
kemudian diikuti dengan perbaikan tonus otot atau bergerak aktif.
Demikian asuhan yang diberikan dengan teori yang ada, sehingga
ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek dilapangan yaitu tidak
dilakukannya ventilasi tekanan positif pada bayi Ny. T dengan asfiksia
sedang dan pernapasan yang belum teratur setelah dilakukan resusitasi
tahap awal, tetapi dilakukan alternatif tindakan dengan pemberian O2
sebanyak 1,5 liter/menit. Alternatif tersebut cukup efisien dan tidak
mempengaruhi hasil yang diharapkan, asfiksia sedang pada bayi Ny. T
teratasi dan bayi dalam keadaan baik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab terakhir penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. T dengan Asfiksia Sedang di
RSUD Surakarta” ini penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran sebagai
berikut :
1.
Dari pengkajian pada bayi Bayi Ny. T dengan asfiksia sedang diperoleh
APGAR score pada menit pertama dengan nilai 5, warna kulit tubuh
kemerahan, ekstremitas biru, frekuensi jantung lambat kurang dari 100
kali/ menit, gerakan sedikit, akivitas kurang.
2.
Interpretsi data didapatkan diagnosa kebidanan Bayi Ny. T umur 10
menit dengan asfiksia sedang. Masalah yang diperoleh adalah bayi
kesulitan bernapas karena lendir pada jalan napas dan terjadi hipotermi
ringan. Kebutuhan yang diberikan adalah pembersihan jalan nafas untuk
pengeluaran lendir, oksigenasi dan menjaga kehangatan tubuh bayi.
3.
Diagnosa potensial pada Bayi Ny. T dengan asfiksia sedang adalah
asfiksia berat, tetapi pada kasus ini tidak terjadi karena telah dilakukan
perawatan secara intensif.
78
79
4. Tindakan segera yang diberikan pada Bayi Ny. T dengan asfiksia sedang
adalah kolaborasi dengan dokter Spesialis Anak untuk pemberian terapi
dan tindakan, yaitu mengeringkan bayi, memberikan rangsang tartil,
membersihkan jalan napas.
5. Rencana tindakan Bayi Ny. T dengan asfiksia sedang dilakukan secara
menyeluruh yaitu dengan jaga kehangatan bayi, potong dan ikat tali pusat,
lakukan tindakan resusitasi tahap awal, lakukan pemeriksaan fisik dan
reflek, lakukan identifikasi bayi, lakukan advice dokter spesialis anak
untuk pemberian terapi dan tindakan selanjutnya dengan rawat dalam
inkubator lalu pasang O2 1,5 liter/ menit, dan observasi KU dan VS bayi.
6. Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada Bayi Ny. T dengan asfiksia
sedang sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun dengan
menjaga kehangatan bayi, memotong dan mengikat tali pusat, melakukan
tindakan resusitasi tahap awal, melakukan pemeriksaan fisik dan reflek,
melakukan identifikasi bayi, melakukan advice dokter spesialis anak untuk
pemberian terapi dan tindakan selanjutnya dengan merawat bayi dalam
inkubator lalu memasang O2 1,5 liter/ menit, dan mengobservasi KU dan
VS bayi.
7. Setelah dilakukan perawatan dan pemeriksaan selama 2 hari pada Bayi
Ny. T dengan asfiksia sedang hasilnya kondisi asfiksia bayi dapat teratasi
dan bayi dalam kondisi normal, nutrisi dan eliminasi baik. Maka diperoleh
hasil akhir bahwa asuhan yang telah diberikan berhasil dengan baik.
80
8. Berdasarkan hasil pembahasan dari pengkajian sampai dengan evaluasi
diperoleh kesenjangan antara teori dan praktek dilahan yaitu pada
pemberian terapi oksigen 1,5 liter/ menit.
9. Melakukan alternatif pemecahan masalah pada bayi Ny. T yaitu setelah
dilakukan resusitasi tahap awal bayi Ny. T tidak dilakukan Ventilasi
tekanan positif tetapi diberikan oksigen 1,5 liter/menit. Disamping itu bayi
harus diberikan ASI sesering mungkin agar kebutuhan nutrisinya terpenuhi
dan untuk mempertahan kondisi Bayi Ny. T tetap dalam keadaan baik.
B. Saran
Berdasarkan studi kasus yang telah dilaksanakan di RSUD Surakarta
mengenai bayi baru lahir dengan asfiksia sedang, penulis memberikan saran
sebagai berikut :
1. Bagi Profesi
Diharapkan lebih meningkatkan dan menjaga standar pelayanan
kebidanan sesuai dengan manajemen kebidanan tujuh langkah varney
sehingga pelayanan yang dihasilkan lebih efektif dan efisien dapat tercapai
pada klien.
2. Bagi Instansi
Diharapkan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan
memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia
sedang.
81
3. Bagi Institusi
Diharapkan dapat menambahkan dan memanfaatkan revesensi bacaan
tentang bayi baru lahir dengan asfiksia sedang.
DAFTAR PUSTAKA
Arief ZR, WK. 2009.Neonatus dan Asuhan Keperawatan. Yogyakarta.
Yogyakarta: Nuha Medika
Arikunto, S. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta
Estiwidani, D,dkk. 2008. KonsepKebidanan. Yogyakarta : 2008
Helmizar.2014. Evaluasi Kebijakan Jaminan Persalinan (Jampersal) dalam
Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Vol.1, No.1, Januari 2014. Universitas Negeri
Semarang. Semarang
Hidayat, A. A. A.2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Indrayani dan Moudy, 2013. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :
TIM
JNPK-KR. 2008. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (APN). Jakarta : JNPKKR
Manuaba, I. C. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri
Ginekologi untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC
Muslihatun, W. N, 2010. Asuhan Neonatus bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Prawirohardjo. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Buku Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Ridha, N. 2014.Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Romauli, S. 2011. Buku Ajar Askeb I Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Saifuddin, dkk. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Tridasa Printer
Saifuddin, dkk. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Tridasa Printer
Saryono. 2011. Metode Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula.
Yogyakarta : Mitra Cendikia Press
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. Edisi 4. Jakarta: ECG
Wahyuni, S. 2012. Asuhan Neonatus Bayi & Balita Penuntun Belajar Praktek
Klinik. Jakarta : EGC
Wiknjosastro, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Buku Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Download