Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / April 2015 Komunikasi dalam Penanggulangan Bencana Rudianto Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UMSU Abstrak Komunikasi dalam bencana tidak saja dibutuhkan dalam kondisi darurat bencana, tapi juga penting pada saat pra bencana.Mempersiapkan masyarakat di daerah rawan bencana tentu harus senantiasa dilakukan.Selain informasi yang memadai tentang potensi bencana di suatu daerah, pelatihan dan internalisasi kebiasaan menghadapi situasi bencana juga harus dilakukan secara berkelanjutan.Tapi harus diingat, informasi berlimpah saja tidak cukup untuk menyadarkan warga atas bahaya bencana yang mengancam.Cara menyampaikan informasi juga harus dilakukan dengan tepat.Kekeliruan dalam mengkomunikasikan sebuah informasi, bisa menimbulkan ketidakpastian yang memperburuk situasi. Kata kunci: komunikasi, bencana, penanggulangan bencana Abstract Communication on disaster is not only needed in disaster emergency condition, but also important before the disaster attacks. Preparing people in disaster critical areas must be done. Beside provide enough information about disaster potency, it also need sustainable training and behaviour internalisation to deal with disaster situation. But information is not enough to increase people awareness on disaster risk. The method to deliver information must be accurate also. Inaccuracy on delivering information causes uncertainty that make worse situation. Keywords: communication, disaster, disaster management rakyat negeri ini. Pendahuluan Indonesia merupakan negeri yang Terlepas bagi sebagian kalangan itu bentuk cobaan dari Tuhan atau beruntung karena dianugerahi oleh Tuhan YME sumber daya alam yang berlimpah. Tanahnya bukan, cara terbaik menyikapi ancaman bencana yang subur, alamnya yang indah beserta adalah mempersiapkan diri sebelum bencana itu kandungan kekayaan di perut bumi nusantara hadir. pantas untuk seluruh Belajar dari bencana gempa dan tsunami kekayaan Aceh-Nias 2004 yang menimbulkan korban jiwa alamnya, negeri nusantara menyimpan segudang lebih dari dua ratus ribu jiwa, Indonesia baru potensi bencana baik alam maupun non alam. mulai mempersiapkan penanggulangan bencana Gempa, longsor, dengan lebih terencana. Pembentukan Badan kebakaran, kecelakaan transportasi, kegagalan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di teknologi dan lainnya menjadi bagian kehidupan tingkat nasional dan Badan Penanggulangan bangsa.Namun disyukuri begitu, tsunami, di banjir, oleh balik tanah Daerah (BPBD) di level daerah diharapkan 51 mampu mengefektifkan untuk Cara menyampaikan informasi juga harus mempersiapkan masyarakat menghadapi situasi dilakukan dengan tepat. Kekeliruan dalam bencana, mengatasi kondisi darurat bencana mengkomunikasikan sebuah informasi, bisa hingga merehabilitasi pasca-bencana. Kehadiran menimbulkan UU memperburuk nomor 24 Penanggulangan upaya tahun 2007 tentang Bencana juga merupakan ketidakpastian situasi. Dalam yang situasi ini, pendekatan komunikasi budaya dan lintas bagian dari rencana bangsa ini mempersiapkan budaya amat dibutuhkan. segala potensi menghadapi bencana. Penanggulangan bencana harus Komunikasi dalam Kehidupan Manusia didukung dengan berbagai pendekatan baik soft Dewasa ini keberadaan komunikasi power maupun hard power untuk mengurangi sebagai sebuah ilmu dan aktivitas semakin resiko dari bencana. Pendekatan soft power disadari teramat penting. Sebagai manusia adalah kesiagaan yang hidup dan berinteraksi dengan orang masyarakat melalui sosialisasi dan pemberian lain, komunikasi selalu dibutuhkan. Sejak informasi tentang bencana. Sementara hard manusia power adalah upaya menghadapi bencana dilakukan begitu seterusnya hingga masa dengan pembangunan fisik seperti membangun akhir kehidupan. Dengan demikian kita dapat sarana tanggul, mengatakan komunikasi merupakan aktivitas mendirikan dinding beton, mengeruk sungai dan yang tidak bisa ditiadakan selama manusia lain-lain. Dalam UU, dua hal ini yang disebut hidup. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan mitigasi bencana. Pada dua pendekatan inilah, Ruben dan Steward (2013: 4) komunikasi bencana amat dibutuhkan. ada kegiatan yang lebih mendasar untuk dengan mempersiapkan komunikasi, membangun dilahirkan, komunikasi telah bahwa tidak Komunikasi dalam bencana tidak saja kehidupan kita secara pribadi, sosial atau dibutuhkan dalam kondisi darurat bencana, tapi professional kecuali komunikasi. Lebih lanjut juga penting pada saat Ruben dan Steward mengatakan: dan pra bencana. Mempersiapkan masyarakat di daerah rawan “Kesadaran bahwa komunikasi merupakan bencana tentu harus senantiasa dilakukan. proses Selain informasi yang memadai tentang potensi menyiratkan bahwa hal itu mudah dipahami bencana dan atau dikendalikan. Sebaliknya, komunikasi itu menghadapi situasi sangat kompleks dan memiliki banyak bentuk. dilakukan secara Banyak contohnya dalam kehidupan pribadi, berkelanjutkan. Tapi harus diingat, informasi keluarga, masyarakat, profesional, teknologi, berlimpah saja tidak cukup untuk menyadarkan nasional ataupun tradisional” (2013: 4). di internalisasi bencana suatu daerah, kebiasaan juga harus pelatihan warga atas bahaya bencana yang mengancam. 52 yang mendasar, mau tidak mau Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / April 2015 Penegasan tentang pentingnya orang lain (Zimmerman dalam Mulyana 2007: komunikasi dalam kehidupan manusia juga 4). disampaikan oleh Scheidel dalam Mulyana Terkait dengan fungsi hubungan, (2007: 4) yang mengemukakan: komunikasi adalah jalur yang menghubungkan “Bahwa kita berkomunikasi terutama untuk manusia di dunia, sarana untuk menampilkan menyatakan dan mendukung identitas diri, kesan, mengekspresikan diri, mempengaruhi untuk membangun kontak sosial dengan orang orang lain dan mengorbankan diri kita sendiri. sekitar kita dan untuk mempengaruhi orang Melalui komunikasilah manusia membangun lain untuk merasa, berpikir atau berperilaku hubungan dengan orang lain yang berbeda. seperti yang kita inginkan. Namun menurut Komunikasi adalah sarana mencapai kegiatan Sheidel tujuan dasar kita berkomunikasi bersama, menghubungkan satu dengan yang adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik lain dan alat berbagi ide. Dalam kelompok, dan psikologis kita”. organisasi dan masyarakat, komunikasi adalah Berdasarkan penjelasan di atas, maka sarana yang dapat mempertemukan kebutuhan komunikasi dapat dikatakan sebagai perilaku dan tujuan kita sendiri dengan kebutuhan dan atau aktivitas manusia yang utama dalam tujuan pihak lain. Di dalam organisasi yang kehidupannya di muka bumi. Tidak mungkin lebih besar, masyarakat dan komunitas dunia, manusia sosial komunikasi menyediakan jaringan hubungan dengan orang lain dan lingkungannya. Itu yang memungkinkan kita untuk melakukan semua aksi bersama, pembentukan identitas bersama tidak tentu melakukan saja kontak dilakukan dengan komunikasi. dan pembangunan kepemimpinan (Ruben dan Selain merupakan aktivitas mendasar Stewart 2013: 17). dalam kehidupan manusia, komunikasi juga memiliki tujuan penting untuk menyelesaikan Konsep Komunikasi Bencana tugas-tugas penting bagi kebutuhan manusa serta untuk menciptakan dan Istilah memupuk komunikasi bencana belum menjadi konsep popular dalam bidang hubungan dengan orang lain. Jadi komunikasi komunikasi mempunyai melibatkan Meski penelitian komunikasi bencana sendiri pertukaran informasi yang kita perlukan untuk telah banyak dilakukan, namun di Indonesia menyelesaikan tugas dan fungus hubungan kajian komunikasi terkait bencana baru banyak untuk informasi dilakukan setelah peristiwa bencana alam mengenai bagaimana hubungan kita dengan gempa dan tsunami Aceh tahun 2014. Meski fungsi melibatkan isi, yang pertukaran demikian, 53 maupun kesadaran bidang akan kebencanaan. pentingnya komunikasi dalam bencana pelanggan dalam hal ini masyarakat dan semakin tinggi belakangan ini. Salah satu titik relawan. Harus dibangun mekanisme penting komunikasi yang menjamin informasi yang penanganan menjadi perhatian terkait komunikasi dalam bencana adalah masalah disampaikan dengan tepat dan akurat. ketidakpastian. Menurut Frank Dance (dalam 2.Leadership commitment, pemimpin yang Littlejohn, 2006: 7), salah satu aspek penting di berperan dalamtanggap darurat dalam komunikasi reduksi memiliki komitmen untuk melakukan ketidakpastian. Komunikasi itu sendiri muncul komunikasi efektif dan terlibat aktif da- karena adanya kebutuhan untuk mengurangi lam proses komunikasi. adalah konsep harus ketidakpastian, supaya dapat bertindak secara 3.Situational awareness, komunikasi efek- efektif demi melindungi atau memperkuat ego tif didasari oleh pengumpulan, analisis yang bersangkutan dalam berinteraksi secara dan diseminasi informasi yang terkendali indivuidual Dalam terkait bencana. Prinsip komunikasi efek- penanganan bencana, informasi yang akurat tif seperti transparansi dan dapat di- diperlukan oleh masyarakat maupun lembaga percaya menjadi kunci. maupun kelompok. swasta yang memiliki kepedulian terhadap 4.Media partnership, media seperti televi- korban bencana. si, surat kabar, radio, dan lainnya adalah Komunikasi dalam bencana tidak saja media yang sangat penting untuk dibutuhkan dalam kondisi darurat bencana, tapi menyampaikan informasi secara tepat juga penting pada saat dan pra bencana. kepada publik. Kerjasama dengan media Sebagaimana dikatakan bahwa komunikasi menyangkut kesepahaman tentang kebu- adalah cara terbaik untuk kesuksesan mitigasi tuhan media dengan tim yang terlatih un- bencana, persiapan, respon, dan pemulihan tuk berkerjasama dengan media untuk- situasi pada saat bencana. Kemampuan untuk mendapatkan informasi dan menyebar- mengkomunikasikan kannya kepada publik. pesan-pesan tentang bencana kepada publik, pemerintah, media dan Penanggulangan bencana, harus didukung pemuka pendapat dapat mengurangi resiko, dengan berbagai pendekatan baik soft power menyelamatkan kehidupan dan dampak dari maupun hard power untuk mengurangi resiko bencana (Haddow and Haddow, 2008: xiv). dari bencana. Pendekatan soft power adalah Menurut Haddow dan Haddow (2008: dengan mempersiapkan kesiagaan masyarakat 2) terdapat 5 landasan utama dalam membangun melalui sosialisasi dan pemberian informasi komunikasi bencana yang efektif yaitu: tentang bencana.Sementara hard power adalah 1.Costumer Focus, formasi apa yaitu memahami in- yang dibutuhkan upaya oleh menghadapi bencana dengan pembangunan fisik sepeti membangun sarana 54 Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / April 2015 komunikasi, membangun tanggul, mendirikan pesan dari sumber yang tidak jelas nilai dinding beton, mengeruk sungai dll. Dalam UU, faktualnya. dua hal ini yang disebut mitigasi bencana. Pada dua pendekatan inilah, komunikasi bencana Diskusi: Perlunya Riset Komunikasi Bencana amat dibutuhkan. Kajian tentang komunikasi bencana Dalam UU No 23 Tahun 2007 tentang memang belum terlalu lama dilakukan. Meski Penanggulangan Bencana, salah satu langkah begitu saat ini riset tentang fungsi komunikasi yang penting dilakukan untuk pengurangan dalam bencana semakin banyak dilakukan. resiko bencana adalah melalui mitigasi bencana. Berikut beberaa riset komunikasi bencana yang Dijelaskan mitigasi bencana adalah serangkaian pernah dilakukan: upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan Model Komunikasi Bencana menghadapi Salah satunya penelitian yang dilakukan ancaman bencana. Salah satu bentuk kegiatan Jeanne Branch Johsnton dari University of mitigasi bencana menurut pasal 47 ayat 2 (c) Hawaii dengan judul Personal Account From adalah melalui pendidikan, penyuluhan dan Survivor of the Hilo Tsunamis 1946 and 1960: pelatihan baik secara konvensional maupun Toward A Dister Communication Models. modern Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Sebagaimana dijelaskan Susanto (dalam pengakuan personal para korban selamat dari Budi, 2011: 17) bahwa untuk mengintegrasikan bencana tsunami di Hilo pada tahun 1946 dan karakter masyarakat kawasan rawan bencana 1960. dengan regulasi pemerintah dalam penanganan bencana tsunami di Hilo tahun 1946 dan 1960 bencana, bisa tercapai dengan baik jika kedua terjadi kesalahan prosedur dan koordinasi belah pihak mampu menciptakan komunikasi pemerintah kohesif pemahaman tsunami. Pihak berwenang dalam hal ini dinas bersama. Namun persoalannya dalam kondisi pertahanan sipil, kepolisian di Hawaii dan Hilo darurat bencana, membuka sinyal komunikasi mengalami untuk menangani korban dengan cepat, tidak sehingga pemberitahuan kepada warga Hilo mudah untuk dilaksanakan.Sebab, lembaga terlambat diberitakan. Selain itu ditemukan juga pemerintah dibelenggu oleh belantara peraturan, bahwa media massa melakukan kesalahan sedangkan masyarakat, selain tetap berpijak dalam menyampaikan berita kepada publik kepada nilai setempat, juga dikuasai oleh pesan– tentang tsunami. Media menyampaikan berita yang menghasilkan Penelitian ini menemukan bahwa pada dalam mengantisipasi miskomunikasi dan bencana koordinasi melalui radio di Hawaii bahwa tidak akan ada 55 gelombang tsunami dalam satu jam ke depan. Selain itu, pesan-pesan kampanye “Feel Free to Masyarakat memiliki Feel Better” atau jangan ragu untuk merasakan tentang lebih baik, “saya tidak merasa sendirian”, juga pengetahuan yang diketahui sangat rendah bencana tsunami. Hal itulah yang dianggap “bahkan menjadi salah satu sebab banyaknya korban pertolongan” yang tewas pada dua bencana alam tersebut poster-poster membuat korban-korban tragedi (Johnston, 2013). 9/11 merasa lebih baik. Pesan-pesan tersebut superhero yang kadang-kadang disebarluaskan butuh melalui digunakan untuk menguatkan mental publik bahwa mereka baik-baik saja, tidak sakit mental dan tidak ragu untuk meminta pertolongan. Komunikasi Pasca Bencana Penelitian selanjutnya berkaitan dengan Dalam hal peristiwa pengeboman di komunikasi dan bencana dilakukan oleh Susan London, Nicholls dan Chris Healy dari University of komunikasi dengan chat room di internet Canbera pada tahun 2007. Bedanya, penelitian dengan fitur-fitur yang menarik guna membantu ini mengenai bencana non-alam. Penelitian ini penyembuhan mental masyarakat. Satu chat berjudul Communication with Disaster Survi- room disiapkan untuk ucapan belasungkawa, vor: Toward Best Practice. Latar belakang satu lagi untuk korban. Dua kelompok chat ini penelitian 11 cukup unik dan membutuhkan perhatian khusus. September 2001 dan ledakan bom di Inggris Namun hanya satu orang yang selamat yang pada tahun 2005. Pertanyaan penelitian yang merasakan kesedihan, sementara yang lain lebih diajukan bersemangat setelah berkomunikasi (Healy dan ini adalah adalah peristiwa WTC bagaimana penggunaan komunikasi dalam upaya membantu pemulihan pemerintah membuka fasilitas Nicholls, 2008). masyarakat korban tragedi New York dan London. Fungsi Media Sosial dalam Komunikasi Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh Bencana hasil bahwa terdapat kompleksitas, kesamaan Penelitian dengan judul Best Practices: karakter dan keunikan bentuk komunikasi yang The Use of Social Media Throughout Emergen- digunakan dalam pemulihan. Upaya pemerintah cy & Disaster Relief dilakukan oleh Erica federal untuk memulihkan kesehatan mental Goldfinedari American University pada tahun publik pasca tragedi 9/11 dilakukan melalui 2011. Risetnya dilakukan dengan tujuan untuk kampanye melalui Proyek Liberty dengan mengetahui menyebarluaskan pesan-pesan di stasiun kereta, sosial pada saat darurat bencana. warung-warung kopi dan tempat umum lainnya bagaimana Penelitian guna memberikan pertolongan bagi korban. ini penggunaan mengambil media lembaga- lembaga sosial peduli bencana sebagai subjek 56 Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / April 2015 penelitian antara lain Direct Relief Internation- Komunikasi Pemuka al, Chatolic Medical Mission Board, Humani- Penanganan Bencana tarian Information Unit, Office of the Assistant Yogyakarta (Kasus Secretary for Preparedness and Response dan Penelitiannya dilatarbelakangi bahwa Indonesia World Vision Program. Metode penelitian yang merupakan salah satu negara yang memiliki digunakan adalah penekatan kualitatif dengan tingkat kerawanan gempa tinggi. Gempa bumi metode wawancara mendalam tak berstruktur. tanggal 27 Mei 2006 di Yogyakarta dan Jawa Informan Tengah yang diwawancarai adalah para Pendapat Gempa dalam Bumi Kabupaten menyebabkan di Bantul)”. korban jiwa dan operator komunikasi sebanyak enam orang dari kerusakan infrastruktur. masing-masing lembaga. Dipilihnya operator Hasil komunikasi ini karena dianggap memiliki pemberdayaan komunikasi pemuka pendapat pemahaman tentang dalam penanganan bencana dipengaruhi secara pemanfaatan media sosial di lembaganya selama nyata oleh keragaman kelompok masyarakat. masa darurat dan pemulihan bencana. Dijelaskan bahwa bila tokoh masyarakat banyak dan Penelitian ini pengalaman menyimpulkan bahwa penelitian terlibatdalam menunjukkan penanganan bahwa bencana di belajar dari pengalaman yang ada, pemanfaatan lingkungannya, kemudian menjadi fasilitator media sosial dapat memaksimalkan kegiatan sosial dan kompak dengan kelompoknya, maka penanggulangan proses penanganan bencana di lingkungannya bencana. darurat Kemudian dan media pemulihan sosial yang relatif lebih cepat dan berhasil. Penanganan digunakan dalam penanganan bencana baiknya bencana adalah media yang populer dan relevan dengan mensinergikan penggunaan partisipasi penggunaan masyarakat. media sosial Selanjutnya juga dapat merupakan program masyarakat kegiatan yang pemerintah dan korban bencana, sehingga faktor-faktor tersebut berpengaruh memudahkan pemetaan dan mengetahui lokasi terhadap keberhasilan program penanganan bencana. Terakhir penggunaan media sosial bencana di masyarakat. Peran pemuka pendapat secara tepat akan bermanfaat untuk pemulihan juga diperlukan dalam kegiatan penanganan bencana (Goldfine, 2011). bencana oleh lembaga non pemerintah yang biasanya cenderung partisipatif dan melibatkan banyak Opinion Leader dalam Komunikasi Bencana pihak dalam masyarakat. Penelitian tentang keterlibatan pemuka Pemberdayaan komunikasi pemuka pendapat pendapat dalam komunikasi saat bencana dalam penanganan bencana perlu ditingkatkan, pernah dilakukan oleh Muhammad Badri. Ia karena pemuka pendapat banyak berperan mengambil judul riset “Pemberdayaan 57 dalam kegiatan penanganan bencana (Badri, Komunikasi Antar-budaya Korban dan 2008). Relawan Bencana Penelitian dilakukan Mahyuzar dengan “Dinamika Komunikasi Peran Media Massa dalam Penanganan judul Antarbudaya Bencana Pasca Tsunami (Studi Dramaturgis dalam Penelitian mengenai peran media massa Kegiatan Kemasyarakatan Antar Warga Korban dalam penanganan bencana salah satunya Tsunami dan Interaksi dengan Orang Asing di dilakukan oleh Elva Ronaningroem dengan Banda Aceh). Penelitian ini bertujuan untuk mengangkat judul “Persepsi Masyarakat tentang mengkaji proses perubahan dalam perilaku Peran Media Cetak Lokal dalam Mitigasi berkomunikasi korban tsunami yang berbeda Bencana Alam”. penelitian ini adalah untuk budaya. Penelitian ini mengambil lokasi di mendeskripsikan persepsi masyarakat dalam dalam wilayah Kota Banda Aceh. Penelitian menafsirkan peran media cetak lokal Padang menggunakan pendekatan kualitatif dengan Ekpress tradisi interaksi simbolik khususnya dengan dan Singgalang tentang mitigasi bencana alam. varian dramaturgi. Sebagai suatu acuan untuk Hasil penelitian mendeskripsikan Peran menggali informasi dan persepsi serta melihat media lokal yaitu Harian Padang Ekpress dan perilaku komunikasi para informan sebagai Singgalang dipersepsi secara berbeda oleh subjek kelompok buruh, pegawai negeri, mahasiswa, carawawancara dan dosen. Menurut mahasiswa dan dosen, berperanserta, dan studi dokumentasi. Teknik media lokal dapat analisis mengurangi kepanikan masyarakat akibat isu-isu dan rumor yang tidak penelitian. data Data diperoleh mendalam, dilakukan dengan pengamatan secara deskriptif kualitatif bertanggung jawab dan mendidik masyarakat Hasil penelitian menunjukkan bahwa; agar lebih melek bencana. Menurut buruh dan pertama, identitas diri yang ditampilkan saat pegawai negeri, media lokal terlalu mengekspos melakukan bencana secara berlebihan dan menyebabkan mengharapkan masyarakat kalut, bahkan eksodus ke luar Dengan cara menutupi kelemahan yang ada daerah. Penelitian ini merekomendasikan agar dalam dirinya dengan menampilkan sebaliknya media dan pemerintah serta lembaga yang agar dapat diterima oleh kelompoknya dan terkait dengan bencana alam agar mengontrol orang lain. Kedua, warga korban tsunami di pemberitaan tentang bencana alam sehingga Banda tidak merugikan masyarakat (Elva, 2011). perannya dengan melakukan pengelolaan kesan suatu Aceh kegiatan dapat oleh dipersepsikan masing-masing individu positif. menampilkan (impression management) sehingga tampak tegar atau menunjukkan lebih baik dari orang 58 Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / April 2015 lain yang sama-sama mengalami musibah Dalam kondisi darurat bencana, tsunami. Demikian juga untuk menampilkan komunikasi amat dibutuhkan sebagai fungsi kepada masyarakat bahwa kondisi manajemen dan koordinasi antara pemerintah, sama seperti korban, masyarakat, relawan dan media massa. masyarakat biasa yang tidak tertimpa tsunami, Manajemen komunikasi krisis yang baik akan namun masih membuat fungsi koordinasi dan pengambilan menopang keputusan pemerintah berjalan stabil. Pada sisi kebutuhan hidupnya dan sebagai modal usaha korban, penderitaan bisa dikurangi karena (Mahyuzar, 2011). bantuan lebih cepat dan mudah diberikan kehidupannya luar kini secara mengharapkan sudah ekonomi (finansial) bantuan untuk dengan modal informasi yang memadai. Keluarga korban dan masyarakat luas penting mendapatkan pemenuhan kebutuhan informasi mengenai kondisi terkini dan keadaan korban Kesimpulan dan Saran Komunikasi dalam bencana tidak saja baik yang selamat maupun meninggal dunia dibutuhkan dalam kondisi darurat bencana, tapi untuk menghindarkan dari kecemasan. Relawan juga pra juga amat membutuhkan komunikasi yang bencana.Mempersiapkan masyarakat di daerah lancar dengan berbagai pihak untuk bisa terjun rawan bencana tentu harus senantiasa dilakukan. ke lokasi bencana. Sedangkan media massa, Selain informasi yang memadai tentang potensi dalam kondisi darurat sangat membutuhkan bencana sumber informasi yang kredibel agar berita yang penting di internalisasi bencana pada suatu daerah, kebiasaan juga harus saat pelatihan dan menghadapi situasi disebarluaskan memberikan dilakukan secara masyarakat luas. manfaat bagi berkelanjutan.Tapi harus diingat, informasi Pada masa rehabilitasi atau pasca bencana, berlimpah saja tidak cukup untuk menyadarkan komunikasi juga penting untuk mengembalikan warga atas bahaya bencana yang mengancam. masyarakat Cara menyampaikan informasi juga harus kehidupan dilakukan dengan tepat. Kekeliruan dalam pemberdayaan mengkomunikasikan sebuah informasi, bisa pengembalian kehidupan sosial masyarakat menimbulkan yang adalah kegiatan yang amat membutuhkan ini, pemahaman komunikasi yang baik. Pendekatan pendekatan komunikasi budaya dan lintas komunikasi yang tepat akan membuat upaya budaya amat dibutuhkan. penyembuhan mental korban bencana berjalan memperburuk ketidakpastian situasi. Dalam situasi korban bencana normal.Melakukan sosial pada kondisi konseling, ekonomi, dan lebih cepat. Strategi dan model komunikasi 59 yang efektif akan mendukung pemberdayaan munication Models. University Of sosial ekonomi masyarakat. Begitu juga dengan Hawaii Library mengembalikan kehidupan sosial masyarakat menuntut sebuah ruang komunikasi yang sesuai Haddow, G. D, dan Kims. 2008. Disaster Com- dengan nilai, budaya dan agama masyarakat. munications, In A Changing Media Cara terbaik untuk mengembembalikan kondisi World. London. Elsevier sosial masyarakat adalah melalui interaksi sosial yang normal.Dalam interaksi sosial ini, fungsi komunikasi memegang Mukti, A. G. dan A. Winarna. 2012. Manajemen peranan Resiko Bencana dalam Konstruksi penting.Rekonstruksi sosial dapat dilakukan Masyarakat dengan merekayasa komunikasi sosial dan lintas Yokyakarta: Mizan. budaya yang setara dan egaliter diantara sesama Mahyuzar. 2011. Dinamika Komunikasi masyarakat korban bencana. Tangguh Bencana”. Antarbudaya Pasca Tsunami (Studi Pada hakikatnya, komunikasi memang Dramaturgis Dalam Kegiatan pasti hadir kapanpun dan dimanapun manusia Kemasyarakatan Antar Warga berada, termasuk pada saat bencana. Pra- Korban Tsunami Dan Interaksi bencana, darurat dencana atau pasca bencana Dengan Orang Asing di Banda sama-sama melibatkan komunikasi. Hanya saja Aceh. Bandung: Disertasi Program perlu dipahami bagaimana fungsi komunikasi Doktor Ilmu Komunikasi UNPAD. hadir pada masing-masing kondisi. Dengan kata lain, dalam penanggulangan bencana, Muhammad, B. 2008. Pemberdayaan komunikasi bisa hadir sebagai fungsi sosialisasi Komunikasi Pemuka Pendapat dan dalam Penanganan Bencana penyebarluasan informasi, fungsi manajemen dan koordinasi dan fungsi konseling Gempa Bumi di Yogyakarta (Kasus dan rehabilitasi. Kabupaten Bantul). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Daftar Putaka Setio, H. H. B (ed). 2011. Komunikasi Bencana. Yogyakarta: Mata Padi .Mulyana, D. 2006. Ilmu Komunikasi, Suatu Presindo pengantar. Bandung: Remaja Johsnton, J. B. 2003. Personal Account From Rosdakarya Survivor of the Hilo Tsunamis 1946 and 1960: Toward A Dister Com- Nicholls, S, dan C. Healy. Communication with Disaster Survivor: Toward Best 60 Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / April 2015 Practice. The Australian Journal of Mitigasi Bencana Alam." Jurnal Ilmu Emergency Management, Vol. 23 Komunikasi Terakreditasi . No. 3, August 2008 14-20 Stewart, L. P, dan R. D. Brent 2013, Ritzer, G, dan S. Barry, 2011. Handbook Teori Komunikasi dan Perilaku Manusia. Sosial. Bandung: Nusamedia. Jakarta: Roem,E. R. 2011. "Persepsi Masyarakat tentang Peran Media Cetak Lokal dalam 61 Rajawal