bab ii tinjauan pustaka - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Mengenai Ekspor
2.1.1
Teori Klasik
a. Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage/ Absolut Cost)
Teori keunggulan Absolut dikemukakan oleh Adam Smith pada abad ke
18.
Di dalam perdagangan bebas Adam Smith menginginkan tidak adanya
campur tangan pemerintah dalam perdagangan bebas, karena perdagangan bebas
akan membuat orang bekerja keras untuk kepentingan negaranya sendiri dan
sekaligus mendorong terciptanya spesialisasi. Dengan terciptanya spesialisasi
maka negara akan menghasilkan suatu produk yang memiliki keunggulan mutlak
(absolute advantage).
Adam Smith mengemukakan bahwa teori keunggulan mutlak (absolute
advantage) tersebut, dimana negara akan memperolerh manfaat perdagangan
internasional karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika
negara ini memiliki keunggulan mutlak tersebut dan akan mengimpor barang bila
tidak memiliki keunggulan mutlak. Walaupun negara yang satu dengan negara
yang lain sama-sama dapat menghasilkasn dua jenis barang yang berbeda, tetapi
salah satu dari kedua jenis barang tersebut harus dipilih. Dimana barang yang
dipilih adalah barang yang lebih menguntungkan bagi suatu negara untuk
menghasilkan sendiri yang didasarkan pada keuntungan mutlak (absolute
advantage).
Teori keunggulan Mutlak didasarkan pada asumsi pokok, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
i. Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja
ii. Kualitas barang yang diproduksi kedua Negara sama
iii. Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang
iv. Biaya angkut diabaikan
b. Teori Biaya Relatif (Comparative Cost)
Teori Biaya Relatif (Comparative Cost) dikemukakan oleh David Ricardo.
Teori ini didasarkan pada nilai tenaga kerja atau theory of labor value yang
menyatakan bahwa nilai atau harga suatu cost comparative produk ditentukan
oleh jumlah waktu atau jam kerja yang diperlukan untuk memproduksinya.
Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu negara akan
memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi
produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif
lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif
kurang/tidak efisien.
Dalam teori ini setiap negara mengkhususkan produksinya dalam bidangbidang yang diunggulinya secara komparatif dan semua negara melakukan
perdagangan secara bebas tanpa hambatan, maka akan tercapainya efisiensi dalam
penggunaan faktor-faktor produksi dan pada gilirannya produksi dunia akan
mencapai maksimum, sehingga makin tinggi kemakmurannya.
Apakah suatu negara mempunyai keuntungan komperatif dibandingkan
dengan negara lain dapat juga dilihat dari segi ongkos tenaga kerja (wage of
labor). Apabila ongkos tenaga kerja rendah, maka harga output akan rendah pula.
Suatu negara akan memproduksi suatu produk yang harga relative lebih rendah
Universitas Sumatera Utara
dari negara lain. Ini berarti mereka mendapat keuntungan komperatif dalam
produksi produknya.
2.1.2
Teori Modern
a. Teori Heberler
Dalam teori ini Heberler mengatakan bahwa harga barang di pasar bukan
hanya disebabkan pemakaian tenaga kerja, tetapi merupakan kombonasi
pemakaian faktor produksi (tanah, tenaga kerja dan modal). Untuk itu Heberler
menggunakan konsep opportunity cost atau ongkos alternatif, yang dapat
dijelaskan dengan possibility curve dan digabungkan dengan indeference curve
untuk melihat terjadinya perdagangan antar dua negara, dan sekaligus dapat
memperlihatkan keuntungan dari perdagangan internasional tersebut.
Opportunity cost adalah ongkos yang dikorbankan dari memproduksi satu
barang untuk memproduksi barang lain atau dapat juga dikatakan
beberapa
pengorbanan faktor produksi yang dapat dipergunakan untuk memproduksi satu
barang, dialihkan pada barang lain yang dianggap mempunyai keuntungan
komperative, yang dapat digambarkan dengan possibility curve. Production
possibility curve adalah kurva yang memperlihatkan berbagai kombinasi barang
yang dapat kita hasilkan dan sekaligus menggambarkan produksi atau kombinasi
yang paling baik.
Universitas Sumatera Utara
b. Teori Hecksher-Ohlin (H-O)
Teori H-O ini disebut juga factor proportion theory atau teori ketersediaan
faktor. Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa perdagangan internasional antar
dua negara yang terjadi karena biaya alternatif (opportunity cost) berbeda antara
kedua negara tersebut, yang disebabkan oleh adanya perbedaan dalam jumlah
faktor produksi (tenaga kerja, modal, dan tanah) yang dimiliki oleh kedua negara
tersebut. Sehingga struktur perdagangan luar negeri dari suatu negara tergantung
pada ketersediaan dan intesitas pemakaian faktor-faktor produksi dan yang
terakhir ditentukan oleh teknologi. Suatu negara akan berspesialisasi dalam
produksi dan mengekspor barang-barang relative banyak di negara tersebut dan
mengimpor barang yang input utamanya tidak dimiliki oleh negara tersebut
(jumlahnya terbatas).
c. Teori Keunggulan Kompetitif (Competitive Advantage)
Teori ini dikemukakan oleh Michael E. Porter. Menurut Porter dalam era
persaingan global saat ini, suatu bangsa atau Negara yang memiliki competitive
advantage of nation dapat bersaing di pasar internasional bila memiliki empat
faktor penentu yakni Human resources (Sumber Daya Manusia), Physical
resources (Sumber daya alam), knowledge resources (IPTEK), capital resources
(permodalan), infrastructure resources (prasarana).
Permintaan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan
keunggulan daya saing atau competitive advantage suatu bangsa/perusahaan
Universitas Sumatera Utara
produk atau jasa yang dihasilkannya. Adapun yang dimaksud dengan ”demand
conditions” tersebut terdiri atas:
1. Composition of home demand
2. Size and pattern of growth of home demand
3. Rapid home market growth
4. Trend of international demand
Untuk menjaga dan memelihara kelangsungan keunggulan daya saing,
maka perlu selalu dijaga kontak dan koordinasi dengan pemasok (supplier),
terutama dalam menjaga dan memelihara value chain. Strategi perusahaan,
struktur organisasi dan modal perusahaan, serta kondisi persaingan di dalam
negeri merupakan faktor-faktor yang akan menentukan dan mempengaruhi
competitive advantage perusahaan. Rivalry yang berat di dalam negeri biasanya
justru akan lebih mendorong perusahaan untuk melakukan pengembangan produk
dan teknologi, peningkatan produktivitas, efesiensi dan efektivitas, serta
peningkatan kualitas produk dan layanan.
2.2 Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Wilayah
2.2.1 Aliran Klasik
Aliran Klasik muncul pada akhir abad ke 18 yang dipelopori oleh Adam
Smith. Selain Adam Smith ada beberapa tokoh lain yang berbicara tentang
pembangunan dan pertumbuhan wilayah seperti David Ricardo, Robert Malthus
dan J.B. Say.
Universitas Sumatera Utara
Adam Smith berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi disebabkan karena
faktor kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Kemajuan
teknologi tergantung pada pembentukan modal. Dengan adanya akumulasi modal
akan memungkinkan dilaksanakannya spesialisasi atau pembagian kerja sehingga
produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan. Dampaknya akan mendorong
penambahan investasi (pembentukan modal) dan persediaan modal (capital stock),
yang selanjutnya diharapkan akan meningkatkan kemajuan teknologi dan
menambah pendapatan berarti meningkatnya kemakmuran (kesejahteraan
penduduk).
Peningkatan
kemakmuran
mendorong
bertambahnya
jumlah
penduduk menyebabkan berlakunya hukum pertambahan hasil yang semakin
berkurang (law of diminishing return), yang selanjutnya akan menurunkan
akumulasi modal.
David Ricardo berpendapat, bila jumlah penduduk dan akumulasi modal
bertambah terus menerus maka ketersediaan tanah (lahan) yang subur menjadi
berkurang jumlahnya. Akibatnya sewa tanah yang subur akan lebih tinggi
daripada tanah yang kurang subur. Pengolahan tanah yang subur akan
memperoleh penghasilan dan keuntungan yang tinggi sehingga mampu untuk
membayar sewa tanah yang tinggi.
Menurut Robert Malthus, kenaikan jumlah penduduk yang terus menerus
konsekuensinya adalah permintaan akan bahan pangan semakin meningkat.
Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk mengikuti deret ukur, sedangkan tingkat
pertumbuhan Bahan pangan mengikuti deret hitung artinya akan terjadi
ketimpangan yang semakin besar antara jumlah penduduk dan jumlah bahan
Universitas Sumatera Utara
pangan yang dibutuhkan. Hal ini berdampak terhadap semakin menurunnya
tingkat kemakmuran (kesejahteraan penduduk).
Menurut J.B. Say “supply creates its own demand” artinya setiap barang
yang dihasilkan oleh produsen selalu ada pembelinya sehingga tidak mungkin
terjadinya kelebihan produksi dan pengangguran. Hukum Say hanya akan berlaku
apabila kenaikan pendapatan seluruhnya digunakan untuk membeli barang dan
jasa, artinya semua tabungan digunakan untuk kegiatan investasi. Jadi tambahan
pendapatan adalah sama dengan tambahan konsumsi. Tabungan itu sangat
diperlukan untuk pembentukan modal atau investasi. Investasi dilakukan
dilakukan setelah ada kenaikan jumlah permintaan secara agregat (aggregate
demand).
2.2.2
Aliran Neo Klasik
Ahli-ahli aliran Neo Klasik banyak menyumbang pemikiran mengenai
teori pertumbuhan ekonomi, yaitu sebagai berikut:
i. Akumulasi modal merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi,
ii. Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan yang gradual,
iii. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses yang harmonis dan kumulatif,
iv. Aliran Neo Klasik merasa optimis terhadap pertumbuhan (perkembangan).
Meskipun model pertumbuhan neo klasik telah digunakan secara luas
dalam analisis regional, namun beberapa asumsi mereka tidak tepat, yakni: (i) full
employment yang terus menerus tidak dapat diterapkan pada sistem multi-regional
timbul disebabkan karena perbedaan-perbedaan geografis dalam hal tingkat
Universitas Sumatera Utara
penggunaan sumberdaya, dan (ii) persaingan sempurna tidak dapat diberlakukan
pada perekonomian regional dan spasial.
Tingkat pertumbuhan terdiri dari tiga sumber yaitu akumulasi modal,
penawaran kerja dan kemajuan teknik. Model neo klasik menarik perhatian ahliahli teori ekonomi regional karena mengandung teori tentang mobilitas faktor.
Implikasi dari persaingan sempurna adalah modal dan tenaga kerja akan
berpindah apabila balas jasa faktor-faktor tersebut berbeda-beda. Modal akan
berarus dari daerah yang mempunyai tingkat biaya tinggi ke daerah yang
mempunyai tingkat biaya rendah, karena keadaan yang terakhir itu memberikan
suatu penghasilan (return) yang lebih tinggi. Tenaga kerja yang kehilangan
pekerjaan akan pindah ke daerah lain yang mempunyai lapangan kerja baru yang
merupakan pendorong untuk pembangunan di daerah tersebut.
Model Neo Klasik kurang menjelaskan tentang alasan-alasan riil mengapa
beberapa daerah mempunyai daya saing yang kuat dan beberapa daerah lain
mengalami kegagalan. Neo klasik berpendapat bahwa dalam perkembangan
ekonomi jangka panjang, senantiasa akan muncul kekuatan tandingan (counter
forces) yang dapat menanggulangi ketidakseimbangan dan mengembalikan
penyeimbangan kepada keadaan keseimbangan yang stabil, sehingga tidak
diperlukan intervensi kebijakan pemerintah secara aktif.
2.2.3
Aliran Keynes dan Pasca Keynes
Aliran yang dikemukakan oleh John Maynard Keynes ini muncul pada
tahun 1930-an. Mula-mula Keynes menekankan pada persoalan permintaan efektif
Universitas Sumatera Utara
(effective demand). Analisisnya adalah jangka pendek. Kumpulan pemikiran
Keynes dibukukan dalam bukunya yang berjudul General Theory of Employment,
Interest, and Money (1936). Tema sentralnya adalah bahwa karena upah bergerak
lamban, maka sistem kapitalisme tidak akan secara otomatis menuju kepada
keseimbangan penggunaan tenaga kerja secara penuh (full employment
equilibrium). Menurut Keynes, akibat yang ditimbulkan adalah justru sebaliknya
(equilibrium underemployment) yang dapat diperbaiki melalui kebijakan fiscal
atau moneter untuk meningkatkan permintaan agregat.
Aliran Pasca Keynes memperluas Teori Keynes menjadi teori output dan
kesempatan kerja dalam jangka panjang, yang menganalisis fluktuasi jangka
pendek untuk mengetahui adanya perkembangan jangka panjang. Beberapa
persoalan pentingpenting dalam analisis pasca Keynes adalah:
i. Syarat-syarat apakah yang diperlukan untuk mempertahankan perkembangan
pendapatan yang mantap (steady growth) pada tingkat pendapatan dalam
kesempatan kerja penuh (full employment income) tanpa mengalami deflasi
ataupun inflasi.
ii. Apakah pendapatan itu benar-benar bertambah pada tingkat sedemikian rupa
sehingga dapat mencegah terjadinya kemacetan yang lama atau tingkat inflasi
terus-menerus.
Apabila jumlah penduduk bertambah, maka pendapatan per kapita akan
berkurang, kecuali bila pendapatan riil juga bertambah. Selanjutnya bila angkatan
kerja berkembang, maka output harus bertambah juga untuk mempertahankan
kesempatan kerja penuh. Bila terjadi investasi, maka pendapatan riil harus
Universitas Sumatera Utara
bertambah pula untuk mencegah terjadinya kapasitas yang menganggur (idle
capacity).
2.2.4
Teori Basis Eksport (Export Base Theory)
Teori basis ekspor adalah bentuk model pendapatan yang paling
sederhana. Teori ini sebenarnya tidak dapat digolongkan sebagai bagian dari
ekonomi makro internasional karena karena teori ini menyederhanakan suatu
sistem regional menjadi dua bagian yaitu daerah yang bersangkutan dan daerahdaerah lainnya.
Dalam teori ini masyarakat itu dapat dinyatakan sebagai suatu sistem
sosial ekonomi. Sebagai suatu sistem, keseluruhan masyarakat melakukan
perdagangan dengan masyarakat lain di luar batas wilayahnya. Faktor penentu
(determinan) pertumbuhan ekonomi dikaitkan secara langsung kepada permintaan
akan barang dari daerah lain di luar batas masyarakat ekonomi regional.
Pertumbuhan industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga
kerja dan material (bahan) untuk komoditas ekspor akan meningkatkan
kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat.
Teori basis ekonomi (economic base theory) mendasarkan pandangannya
bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya
peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekspor dikelompokkan atas
kegiatan basis dan kegiatan nonbasis. Kegiatan basis adalah semua kegiatan baik
penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar
wilayah. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi dari
Universitas Sumatera Utara
permintaan
yang
bersifat
exogenous
(tidak
tergantung
pada
kekuatan
intern/permintaan lokal). Sedangkan, sektor nonbasis adalah semua kegiatan lain
yang bukan kegiatan basis termasuk ke dalam kegiatan sektor service atau
pelayanan, tetapi untuk tidak menciptakan pengertian yang keliru tentang arti
service. Sektor basis sifatnya untuk memenuhi kebutuhan lokal, permintaan sektor
ini sangat dipengaruhi oleh oleh tingkat pendapatan setempat.
2.2.5
Teori Sektor (Sektor Theory of Growth)
Salah satu teori pertumbuhan wilayah yang paling sederhana adalah Teori
Sektor. Teori ini dikembangkan berdasarkan hipotesis Clark-Fisher yang
mengemukakan bahwa kenaikan pendapatan per kapita akan dibarengi oleh
penurunan dalam proporsi sumber daya yang digunakan dalam sektor pertanian
(sektor primer) dan kenaikan dalam sektor industri manufaktur (sektor sekunder)
dan kemudian dalam industri jasa (sektor tersier). Laju pertumbuhan dalam sektor
yang mengalami perubahan (sektor shift). Dianggap sebagai determinan utama
dari perkembangan suatu wilayah.
Terjadinya perubahan atau pergeseran sektor dan evaluasi spesialisasi
(pembagian kerja) dipandang sebagai sumber dinamika pertumbuhan wilayah.
Suatu perluasan dari teori sektor ini adalah teori tahapan (stages theory) yang
menjelaskan bahwa perkembangan wilayah merupakan proses evolusioner
internal dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
i. Tahapan perekonomian subsistem swasembada dimana hanya terdapat sedikit
investasi atau perdagangan. Sebagian besar penduduk bekerja pada sektor
pertanian.
ii. Dengan kemajuan transportasi di wilayah yang bersangkutan akan
mendorong perdagangan dan spesialisasi. Industri pedesaan masih bersifat
sederhana (tradisional) untuk memenuhi kebutuhan para petani.
iii. Dengan bertambah majunya perdagangan antar wilayah, maka wilayah yang
maju akan memprioritaskan pada pengembangan sub sektor tanaman pangan,
selanjutnya diikuti oleh sub-sub sektor peternakan dan perikanan.
iv. Industri sekunder berkembang, pada permulaan mengolah produk-produk
primer, kemudian diperluas dan makin lebih berspesialisasi.
v. Pengembangan industri tersier (jasa) yang melayani permintaan dalam
wilayah maupun di luar wilayah.
2.2.6
Teori Kausasi Kumulatif (Cummulative Causation Theory)
Pada tahun 1955, Gunnar Myrdal mengemukakan tiga kesimpulan penting
yaitu:
i. Dunia dihuni oleh segelintir negara-negara yang sangat kaya dan sejumlah
besar Negara-negara yang sangat miskin.
ii. Negara-negara melaksanakan pola perkembangan ekonomi yang terus
menerus, sedangkan negara-negara miskin mengalami perkembangan yang
sangat lamban dan bahkan ada yang mandeg.
Universitas Sumatera Utara
iii. Jurang ketidakmerataan ekonomi antara negara-negara kaya dan negaranegara miskin semakin bertambah besar.
Berdasarkan prinsip kausasi sirkuler kumulatif, dapat dijelaskan terjadinya
ketidakmerataan ekonomi (internasional, nasional dan regional). Apabila proses
kausasi sirkuler kumulatif dibiarkan bekerja atas kekuatan sendiri, maka akan
menimbulkan pengaruh merambat yang ekspansioner di satu pihak (spread
effects) dan pengaruh pengurasan (backwash effects). Strategi campur tangan
pemerintah yang dikehendaki adalah pengambilan tindakan yang melemahkan
backwash effect dan memperkuat spread effect agar proses kausasi sirkuler
kumulatif
mengarah
ke
atas.
Dengan
demikian
semakin
memperkecil
ketidakmerataan.
Untuk menanggulangi masalah keterbelakangan, ketidakmerataan dan
kemiskinan dalam pembangunan dihadapi proses lingkaran tidak berujung
pangkal (vicious circle). Daerah yang terbelakang karena masyarakatnya miskin,
mereka menjadi miskin karena mereka terbelakang (kapasitas sumberdaya
manusianya lemah serta ketersediaan prasarana dan sarana pembangunan
terbatas). Kondisis semacam ini dapat diperlihatkan pula pada kesenjangan atau
ketimpangan antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan yang cenderung
bertambah semakin besar. Demikian pula kesenjangan antar daerah akan menjadi
besar.
Kegiatan perdagangan juga bergerak dengan kecendrungan yang
menguntungkan daerah yang lebih kaya atau lebih maju dan merugikan daerahdaerah lainnya. Kebebasan dan semakin luasnya pasar seringkali memberikan
Universitas Sumatera Utara
keuntungan bersaing kepada industri-industri di pusat-pusat ekpansi yang sudah
mapan. Sebaliknya mengancam kematian kegiatan usaha kerajinan dan industri
kecil di daerah-daerah lain yang kurang maju.
2.2.7. Kerangka Konseptual
Pertanian
Hasil-Hasil
Pertanian
Potensi
Ekspor
Tingkat Permintaan
Negara Pengimpor
Kontribusi
Ekspor
Pengembangan
Pertanian
Pembangunan
Ekonomi
Pertanian merupakan sektor yang berperan dalam pemenuhan pangan
sehingga untuk mengatasi krisis pangan perlu dilakukan perhatian khusus untuk
meningkatkan hasil-hasil pertanian. Hasil-hasil pertanian yang diproduksi akan
dilihat potensi ekspornya dari sisi produksi dan dari segi permintaan negara
Universitas Sumatera Utara
pengimpor. dengan terjadinya kegiatan perdagangan luar negeri maka kegiatan
ekspor akan member kontribusiny terhadap pendapatan daerah. Dengan demikian
perlu dilakukan pengembangan pertanian guna meningkatkan kualitas dan
kuantitas hasil-hasil pertanian. secara tidak langsung pengembangan pertanian
mampu meningkatkan pembangunan ekonomi wilayah.
2.3 Penelitian Terdahulu
1. Penelitian oleh Luhut Hamonangan pada tahun 2009, tentang “Prospek
Pembangunan Sektor Pertanian di Kabupaten Karo”, menggunakan data time
series dari tahun 2003-2007 dan menggunakan menganalisis secara deskriptif
dan hasil penelitian mengungkapkan bahwa hasil pertanian dan ekspor hasil
pertanian member kontribusi yang besar terhadap peningkatan pendapatan
daerah Kabupaten Karo, pengeluaran pembangunan di sektor pertanian
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan produksi hasil
pertanian, dan sektor pertanian memberi kontribusi yang besar terhadap
penyerapan tenaga kerja.
2. Penelitian oleh A. Husni Malian pada tahun 2003, tentang “Faktor-faktor
yang mempengaruhi ekspor produk pertanian dan produk industri pertanian
Indonesia” dengan Pendekatan Macroeconomic Models dengan Path
Analysis. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dalam jangka panjang
variabel yang member pengaruh positif terhadap ekspor produk pertanian
adalah investasi privat di sektor pertanian, PDB dunia, dan ICOR pertanian.
Sementara variabel PDB Total, indeksa harga barang impor , impor barang
Universitas Sumatera Utara
konsumsi dan tingkat bunga pinjaman investasi tidak member pengaruh
terhadap ekspor produk pertanian dalam jangka panjang. Untuk produk
industri pertanian nilai tukar PDB dunia, harga ekspor agregat produk industri
pertanian member pengaruh yang positif untuk produk hasil pertanian.
Universitas Sumatera Utara
Download