ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 1 ………………………………………………………………………………………………………… FAKTOR RESIKO PENULARAN PENYAKIT MALARIA DI SEKITAR LAGUNA KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN LOMBOK UTARA Oleh : I Wayan Getas Siti Zaetun Dosen Poltekkes Kemenkes Mataram Abstract: Background: Out of five subdistricts at District of Lombok Utara, Subdistrict of Tanjung is the highest endemic area in the last three years (2007-2009), due to the existence of lagoons that have suspected as malaria vector breeding place. Objective: To identify risk factor of malaria disease infection around the lagoon at Subdistrict of Tanjung, District of Lombok Utara. Method: The study was analytic observational with case control study design. Samples were taken consecutively. Data analysis used bivariate with chi square and multivariate with logistic regression. Result: The result of logistic regression analysis showed significant risk factors of the incidence of malaria were distance of the lagoon with score of p=0.001, OR 5.826 and CI 95% 2.101-16.153; going out at night with score of p=0.001, OR 5.841 and CI 95% 2.03716.748; condition of house wall with score of p=0.005, OR 4.726 and CI 95% 1.610-13.872; presence of Anopheles larva in the laggon with score of p=0.022, OR 3.078 and CI 95% 1.185-9.090; and use of mosquito repellent with score of p=0.043, OR 3.075 and CI 95% 1.035-9.152. Conclusion: Distance of the lagoon, going out at night, condition of house wall, presence of Anopheles larva in the lagoon and use of mosquito repellent were risk factors for the incidence of malaria disease of the community living around the lagoon at Subdistrict of Tanjung, District of Lombok Utara. Key word: malaria, faktor risiko, lagoon PENDAHULUAN Tanjung merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Lombok Utara, yang wilayahnya secara geografis terdiri dari perbukitan, persawahan, perkebunan, sungai, laguna, pantai dan secara ekologi sangat potensial sebagai tempat perindukan nyamuk. Kecamatan Tanjung menduduki urutan tertinggi kasus malaria tahun 2007-2009, dari lima kecamatan di Kabupaten Lombok Utara, yaitu tahun 2007; 45,58‰, tahun 2008; 30,95‰, dan tahun 2009 sebesar 36,62‰ (Dinkes Lombok Utara, 2009). Sebagian besar permukiman penduduk berada di sekitar laguna seperti penduduk desa Medana, Jenggala, Tanjung dan desa Sokong berjarak ± 1002000M dari laguna dan termasuk dalam kategori medium incidence area (MIA) dengan angka kejadian malaria di atas 10-50‰. Angka kejadian malaria pada tahun 2009 untuk masing-masing desa tersebut adalah Medana sebesar 37,19‰, Jenggala 34,4‰, Tanjung 59,78‰ dan Sokong sebesar 35,19‰ (Dinkes Lombok Utara, 2009). Lingkungan fisik, kimia, biologis dan sosial budaya sangat berpengaruh terhadap penyebaran penyakit malaria di Indonesia (Harijanto, 2000). Kejadian malaria juga dipengaruhi oleh faktor risiko yang berhubungan dengan nyamuk Anopheles sebagai vektor malaria yang menyebabkan penularan penyakit malaria (Barodji et al., 1992; Marwoto et al., 1992; Mardihusudo, 1997). Jenis vektor penyebab penularan malaria di Kecamatan Tanjung adalah An. sundaicus dan An. Subpictus (Dinkes Lombk Utara, 2009). Tempat perkembangbiakan nyamuk An. subpictus hampir sama dengan An. sundaicus yaitu pada daerah laguna yang airnya payau dan juga air tawar (Depkes RI, 1999) Program pemberantasan malaria sudah dilaksanakan di Kecamatan Tanjung khususnya pada daerah sekitar laguna dengan cara pembagian kelalambu, pemberian obat terhadap penderita, tetapi hasilnya kurang memuaskan, ditunjukkan dengan masih tingginya kasus malaria di daerah tersebut. Kemungkinan hal ini dikarenakan perilaku dan kesadaran penduduk tentang kebersihan lingkungan masih kurang, terutama kebersihan lingkungan rumah dan laguna sebagai tempat berkembangbiak nyamuk Anopheles sebagai vektor malaria. _____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 6, No. 4, Juni 2012 2 Media Bina Ilmiah METODE Penelitian ini bersifat observasional analitik, dengan metode yang digunakan adalah studi kasus kontrol (case-control study). Teknik sampling nonprobabilitas dengan cara consecutive sampling dimana semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro dan ismail, 2006). Subyek penelitian adalah pasien yang datang ke Puskesmas Tanjung yang berasal dari Desa Medana, Tanjung, Jenggala dan desa Sokong yang dinyatakan positif malaria berdasarkan hasil pemeriksaan sediaan darah oleh Laboratorium sebagai kasus dan negatif sebagai kontrol. Analisis data menggunakan analisis univariat, Bivariat dan Multivariat (regresi logistik). HASIL Karakteristik responden, menunjukkan bahwa mayoritas responden pada penelitian ini berumur 3140 tahun (28,6%); dilihat dari karakteristik jenis kelaminnya mayoritas adalah wanita (50,9%); dengan pendidikan SD (35,7%); dan tidak bekerja (28,6%). Dilihat dari pekerjaannya, pada urutan kedua adalah petani (25,9%) dan nelayan (24,1%). Hasil analisis univariat disajikan pada Tabel 1. menunjukkan bahwa mayoritas terdapat biotik di laguna (56,3%); dan jarak dengan laguna dekat (53,6%), mayoritas kondisi dinding rumahnya tidak rapat (58,9%); tidak memakai kawat kasa (85,7%); dan tidak memakai plafon (56,2%), dan mayoritas tidak keluar pada malam hari (51,8%); menggunakan obat anti nyamuk (68,8%); dan tidak menggunakan kelambu (65,2%). Faktor risiko yang berasal dari vektor malaria, yaitu keberadaan jentik Anopheles di laguna mayoritas terdapat jentik Anopheles (57,1%). Tabel 1. Analisis Univariat Faktor Risiko Dengan Kejadian Malaria di Sekitar Laguna, Kecamatan Tanjung ISSN No. 1978-3787 a. Analisis Bivariat Faktor Risiko Dengan Kejadian Malaria Tabel 2. menunjukkan bahwa lingkungan biotik, jarak laguna, kondisi dinding rumah, pemakaian plafon, kebiasaan keluar malam, pemakaian obat anti nyamuk dan keberadaan jentik berpengaruh signifikan terhadap kejadian malaria. Sedangkan pemakaian kawat kasa dan pemakaian kelambu tidak berpengaruh signifikan terhadap kejadian malaria. Tabel 2. Analisis Bivariat Faktor risiko Dengan Kejadian Malaria di Sekitar Laguna Kecamatan Tanjung Keterangan: * Signifikan (p<0,05) b. Analisis Multivariat Faktor Risiko Dengan Kejadian Malaria Hasil analisis bivariat, diketahui bahwa dari 9 variabel bebas terdapat tujuh variabel yang berpengaruh signifikan (p<0,05) terhadap kejadian malaria, yaitu: lingkungan biotik, jarak laguna, kondisi dinding rumah, pemakaian plafon, keluar malam hari, pemakaian obat anti nyamuk, dan keberadaan jentik Anopheles di laguna. Dengan demikian analisis multivariat mengikut sertakan ketujuh variabel bebas tersebut. Analisis multivariat menggunakan teknik analisis regresi logistik, dengan bantuan software komputer SPSS versi 12.0 dengan Backward Method, yaitu dengan menghilangkan satu demi satu variabel bebas (independent variable) yang tidak mempunyai pengaruh signifikan. Hasil analisis regresi model 3 (tahap akhir), seperti disajikan pada Tabel 3. diketahui bahwa semua variabel bebas yang dianalisis menunjukkan pengaruh yang signifikan (p<0,05). Hal ini berarti bahwa lingkungan (jarak laguna dan kondisi dinding rumah), perilaku manusia (keluar malam hari dan penggunaan obat anti nyamuk), serta keberadaan _____________________________________ Volume 6, No. 4, Juni 2012 http://www.lpsdimataram.com ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 3 ………………………………………………………………………………………………………… jentik Anopheles pada laguna berpengaruh secara signifikan (p<0,05) terhadap kejadian malaria. Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Logistik Faktorfaktor Risiko Dengan Kejadian Malaria di Sekitar laguna, Kecamatan Tanjung Keterangan : * berpengaruh signifikan (p<0,05). Variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian malaria adalah jarak laguna kemudian diikuti oleh variabel lain yaitu, keluar pada malam hari memberikan kontribusi positif tertinggi kedua terhadap kejadian malaria, kondisi dinding rumah yang tidak rapat memberikan kontribusi positif pada urutan ketiga terhadap kejadian malaria, keberadaan jentik anopheles pada laguna memberikan kontribusi positif pada urutan keempat terhadap kejadian kejadian malaria dan tidak memakai obat anti nyamuk memberikan kontribusi positif kelima terhadap kejadian malaria di sekitar laguna, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. Lingkungan biotik tidak berpengaruh signifikan terhadap kejadian malaria artinya ada atau tidaknya biota air pada laguna tidak menjadi faktor risiko terhadap kejadian malaria. Jarak laguna berpengaruh signifikan terhadap kejadian malaria. Hal ini dikarenakan lingkungan fisik dan kimia pada laguna mendukung sebagai tempat berkembangbiak nyamuk dan terdapat jentik Anopheles sebagai vektor malaria, ada biota air yang potensial sebagai tempat berkembangbiak dan didukung oleh kemampuan nyamuk Anopheles terbang 0,5-2km dari tempat perkembangbiakannya (Depkes, 2007). Jarak pemukiman dengan tempat perindukan vektor Anopheles sp berhubungan dengan kejadian malaria. Artinya semakin dekat jarak pemukiman dengan laguna semakin besar faktor risiko tertular penyakit malaria. Kondisi dinding rumah berpengaruh signifikan terhadap kejadian malaria. Hal ini disebabkan kondisi rumah penduduk sebagian besar rumah panggung dengan dinding terbuat dari anyaman bambu yang banyak terdapat celah jalan masuknya nyamuk Anopheles, keadaan ini menyebabkan terjadi kontak antara penghuni rumah dengan nyamuk Anopheles, sehingga kejadian malaria meningkat. Pemakaian kawat kasa tidak berpengaruh signifikan terhadap kejadian malaria. Berdasarkan hasil observasi dilapangan sebagian besar penduduk tidak menggunakan kawat kasa (47,9%). Pemakaian plafon tidak berpengaruh signifikan terhadap kejadian malaria. Keluar malam hari berpengaruh signifikan terhadap kejadian malaria. Karena sebagian besar responden mempunyai kebiasaan di luar rumah sampai larut malam seperti (bertamu di rumah tetangga duduk diberanda rumah yang terbuka, diskusi di kebun), Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk di luar rumah (Harijanto, 2000). Kebiasaan ini semakin berisiko jika orang terbiasa keluar rumah tanpa memakai pakaian pelindung seperti baju berlengan panjang, celana panjang dan repellant (Depkes, 2007). Pemakaian obat anti nyamuk berpengaruh signifikan terhadap kejadian malaria. Hal ini disebabkan asap obat nyamuk dapat mengusir nyamuk dan sifat kimianya dapat membunuh nyamuk, sehingga seseorang dapat terhindar dari gigitan nyamuk dan terhindar dari infeksi plasmodium. Pemakaian kelambu tidak berpengaruh signifikan terhadap kejadian malaria artinya pakai atau tidak pakai kelambu penghuni rumah tetap akan tertular malaria. Kemungkinan hal ini dikarenakan oleh beberapa hal; pemakaian kelambu pada saat tidur masih bisa digigit nyamuk, karena saat kelambu dibuka dan ditutup ada peluang nyamuk untuk masuk, pemasangan kelambu yang terlalu tinggi akan memberikan kesempatan nyamuk masuk melalui celah antara kelambu dengan tempat tidur, kondisi kelambu yang dipakai banyak sobek atau berlubang sehingga nyamuk bisa keluar masuk kedalam kelambu, jumlah kelambu yang dibagikan tidak sesuai dengan jumlah kamar, sehingga keadaan ini yang menyebabkan kejadian malaria tetap tinggi Keberadaan jentik Anopheles pada laguna berpengaruh signifikan terhadap kejadian malaria. Hal ini disebabkan karena didalam laguna sebagai tempat berkembang biak nyamuk vektor malaria terdapat biota (tanaman air) yang berperan sebagai tempat mencari makan, beristirahat dan berlindung dari serangan predator. Keadaan ini dapat meningkatkan penularan penyakit malaria terhadap responden yang tinggal dekat dengan laguna. _____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 6, No. 4, Juni 2012 4 Media Bina Ilmiah PENUTUP a. Simpulan Lingkungan biotik di laguna tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian malaria, sedangkan jarak laguna dekat merupakan faktor risiko terjadinya malaria artinya responden yang tinggal dekat dengan laguna mempunyai risiko terkena malaria lebih besar dibandingkan dengan responden yang tinggal jauh dari laguna dengan nilai OR = 5,856 dan CI(95%) =2,101-16,153 Kondisi dinding rumah merupakan faktor risiko terjadinya malaria artinya responden yang kondisi rumahnya tidak rapat mempunyai risiko terkena malaria lebih besar dibandingkan dengan responden yang dinding rumahnya rapat dengan OR = 2,464 dan CI(95%) = 1,136-5,344, sedangkan pemakaian kawat kasa dan pemakaian plafon tidak berpengaruh signifikan terhadap kejadian malaria. Perilaku masyarakat yang kebiasaan keluar rumah pada malam hari dan tidak memakai obat anti nyamuk merupakan faktor risiko terjadinya malaria artinya responden yang mempunyai kebiasaan keluar malam mempunyai risiko terkena malaria lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak mempunyai kebiasaan keluar pada malam hari dengan OR=5,841, CI(95%) = 2,03716,748 dan responden yang tidak memakai obat anti nyamuk mempunyai risiko terkena malaria lebih besar dibandingkan dengan responden yang memakai obat anti nyamuk dengan nilai OR = 3,078 dan CI(95%) = 1,035-9,152, sedangkan pemakaian kelambu tidak berpengaruh signifikan terhadap kejadian malaria. Keberadaan jentik Anopheles pada laguna merupakan faktor risiko terjadinya malaria, artinya responden yang tinggal dekat dengan laguna yang terdapat jentik Anopheles mempunyai risiko terkena malaria lebih besar dibandingkan dengan responden yang tinggal dekat dengan laguna yang tidak terdapat jentik Anopheles dengan OR = 3,281 dan CI(95%) =1,185-9,090. b. Saran Pentingnya diperhatikan kebersihan lingkungan sekitar rumah terutama genangan air laguna dan tumbuhan air untuk mencegah terbentuknya tempat perindukan nyamuk. Sedapat mungkin mengindari kebiasaan keluar rumah pada malam hari, jika harus keluar rumah hendaknya proteksi diri dengan obat anti nyamuk berupa repellent. Rumah yang Dindingnya tidak rapat di upayakan untuk diperbaiki sehingga nyamuk tidak mudah masuk ke dalam rumah.Untuk mengindari gigitan nyamuk malaria pada waktu tidur malam hari hendaknya menggunakan obat anti nyamuk. ISSN No. 1978-3787 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Faktor Risiko Kejadian Malaria Di Desa Lubuk Nipis, Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim, Universitas Diponogoro, Semarang, 2008 Barodji, Sumardi, Suwaryono T., Rahardjo, Mujiono, Priyanto H., Beberapa aspek bionomik vektor malaria dan filariasis Anopheles subpictus Grassi di Kecamatan Tanjung Bunga Flores Timur, NTT. Bul Penel Kesehatan 1992; 27(2):268-281. Babba, I., Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Jayapura, Tesis Program Pascasarjana UNDIP, Semarang, 2007 Depkes RI, Epidemiologi Malaria. Modul 1. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Jakarta, 1999. Depkes RI., Vektor malaria di Indonesia. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Jakarta, 2007 Dinas Kesehatan Kab. Lombok Utara, Laporan Tahunan Malaria untuk Kabupaten Lombok Utara. Subdin P2P Dinas Kesehatan Kab. Lombok Utara, 2009. Harefa P., Laporan penyidikan kejadian luar biasa (KLB) malaria di Desa Holi Kecamatan Lahewa, Kabupaten Nias. FETP-IKM, Universitas Gadjah Mada, 2007. Harijanto P.N., Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 2000. Hermando, Endah, W.,Raharjo,M. Faktor risiko kejadian malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Kenanga Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, J Kesehatan Lingkungan Vol 8 No 1 April 2009 Mardihusudo, S.J., Vektor malaria dan penanggulangannya. Jurnal kedokteran YARSI 1997; 5(1):32-49. Marai, A, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dinamika Penularan Penyakit Falcifarum Di Kecamatan Nabire Kota _____________________________________ Volume 6, No. 4, Juni 2012 http://www.lpsdimataram.com ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 5 ………………………………………………………………………………………………………… Tahun 2006, Tesis S-2 FETP IKM Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2006. Sastroasmoro dan Ismail, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Sagung Seto, Jakarta, 2006. Setyaningrum E., Murwani S., Rosa E., Andananta K., Studi ekologi perindukan nyamuk vector malaria di desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan. Dipresentasikan dalam seminar hasil penelitian dan pengabdian masyarakat, Unila, 2008. Thaharuddin, Lingkungan Perumahan, Kondisi Fisik Rumah, Tngkat Pengetahuan, Perilaku Masyarakat dan Tingkat Kejadian Malaria Di Kota Sabang, Tesis, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2003. Suwito, Suhartono, Joko T., Kondisi lingkungan rumah dan perilaku masyarakat sebagai faktor risiko kejadian malaria di Puskesmas Benteng, Bangka Belitung. J Kesehat Lingkung Indonesia 2005: 4(2):1-4 _____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 6, No. 4, Juni 2012 6 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 IKLIM ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PERUSAHAAN Oleh: H. Mahsun Dosen PNS dpk pada AKPAR Mataram Abstrak : Iklim organisasi adalah suatu bentuk kondisi yang tercipta sebagai akibat dari interaksi berbagai komponen sistem dari organisasi itu sendiri. Organisasi perusahaan tertentu akan sangat berbeda dengan organisasi perusahaan lainnya,hal ini sangat tergantung dari volume dan unit kerja atau besar kecilnya organisasi perusahaan. Penciptaan iklim hubungan karyawan dalam hal keyakinan,kepercayaan dan keterbukaan merupakan pertimbangan mendasar dan memberikan hasil.Iklim organisasi semacam itu dianggap sejalan dengan produktifitas yang tinggi dan implementasi strategi organisasi yang efektif. Iklim kepercayaan dan keyakinan yang konsisten dengan nilai-nilai kemanusiaan untuk bekerja sama dan menguntungkan bagi semua pihak( manajemen,supervisor,karyawan dan customer),baik untuk jangka panjang yang efisien dan efektif dari strategi perusahaan.Jika pola strategi seperti ini yang dapat diterapkan maka iklim organisasi perusahaan tersebut akan tercipta dua hal penting yang akan menjadi implikasinya yaitu,terciptanya hubungan antara manajemen dan karyawan yang lebih baik,dan di sisi lain diperoleh produktivitas atau kinerja karyawan yang lebih tinggi. Iklim organisasi yang berimplikasi kepada kinerja karyawan perusahaan seperti disebutkan di atas akan dapat tercipta manakala pihak manajemen menerapkan kebijakan-kebijakan substantive separti;(1)pengelolaan yang efektif factor-faktor lingkungan dan karakteristik-karakteristik Perusahaan,(2)keselamatan pekerjaan,(3)promosi dari perusahaan,(4)departemen sumber daya manusia yang berpengaruh dan proaktif,(5)program kompensasi dan tunjangan yang memuaskan karyawan,(6)mekanisme umpan balik,mengkomunikasikan program,dan kepatuhan terhadap prosedur yang efektif,dan(7)seleksi,pengembangan dan evaluasi manajer yang efektif. Kata Kunci: Iklim, Organisasi, Kinerja. PENDAHULUAN Iklim organisasi yang dapat menunjang pencapaian tujuan semua pihak dalam sebuah perusahaan adalah harapan yang sangat ideal bagi perusahaan manapun. Penciptaan iklim hubungan karyawan dalam hal keyakinan,kepercayaan,dan keterbukaan merupakan produktifitas yang tinggi dan implementasi strategi organisasi yang efektif.Jika iklim organisasi merupakan iklim terbuka dan mendorong karyawan menyampaikan ketidakpuasan dan kepentingannya tanpa rasa takut akan adanya pembalasan, maka ketidakpuasan dan perhatian seperti itu dapat ditangani dengan cara yang positip. Implikasi dari iklim organisasi seperti itu akan terwujud bilamana karyawan memiliki keyakinan yang tinggi dan percaya pada keadilan keputusan dan tindakan manajerial.Di sisi lain untuk mewujudkan iklim organisasi seperti itu dituntut adanya kesungguhan manajemen puncak perusahaan untuk kebutuhan memperlakukan karyawan secara wajar, serta adanya tujuan organisasi yang memenuhi dan mengintegrasikan kebutuhan dan tujuan karyawan serta organisasi. Namun demikian perlu disadari bahwa hingga saat ini belum ada cara mekanis yang secara otomatis untuk mendapatkan jenis iklim hubungan karyawan yang positif dan terwujud secara sempurna. Kendatipun demikian,realitas adanya perubahan penting dalam iklim hubungan karyawan dapat diamati dengan cara menghubungkannya dengan perubahan dalam pengawasan kepemimpinan sebuah departemen,perubahan manajer perusahaan,dan perubahan manajemen puncak sebuah organisasi.Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa iklim organisasi dapat diamati melalui suasana dan kondisi yang tercipta melalui interaksi dan kombinasi antara nilai dan tujuan manajemen puncak,kebijakan mendasar tertentu dan juga implementasi dan pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut.Demikian dijelaskan oleh Henry Simamora.(2002:31). Setiap anggota organisasi mempunyai pandangan sendiri-sendiri tentang apa yang mereka butuhkan dari perusahaan di manapun mereka bekerja.Keberhasilan untuk memenuhi kebutuhan itu akan berpengaruh pada etos kerja dan akan berimplikasi kepada kinerja. Di sisi lain dari pihak manajemen harus berusaha agar kebutuhan karyawan dapat terpenuhi dan para karyawan harus _____________________________________ Volume 6, No. 4, Juni 2012 http://www.lpsdimataram.com