Majalah Ilmiah Juni 2012ref

advertisement
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 1
…………………………………………………………………………………………………………
FAKTOR RESIKO PENULARAN PENYAKIT MALARIA
DI SEKITAR LAGUNA KECAMATAN TANJUNG
KABUPATEN LOMBOK UTARA
Oleh :
I Wayan Getas
Siti Zaetun
Dosen Poltekkes Kemenkes Mataram
Abstract: Background: Out of five subdistricts at District of Lombok Utara, Subdistrict of Tanjung is the
highest endemic area in the last three years (2007-2009), due to the existence of lagoons that have suspected
as malaria vector breeding place. Objective: To identify risk factor of malaria disease infection around the
lagoon at Subdistrict of Tanjung, District of Lombok Utara. Method: The study was analytic observational
with case control study design. Samples were taken consecutively. Data analysis used bivariate with chi
square and multivariate with logistic regression. Result: The result of logistic regression analysis showed
significant risk factors of the incidence of malaria were distance of the lagoon with score of p=0.001, OR
5.826 and CI 95% 2.101-16.153; going out at night with score of p=0.001, OR 5.841 and CI 95% 2.03716.748; condition of house wall with score of p=0.005, OR 4.726 and CI 95% 1.610-13.872; presence of
Anopheles larva in the laggon with score of p=0.022, OR 3.078 and CI 95% 1.185-9.090; and use of
mosquito repellent with score of p=0.043, OR 3.075 and CI 95% 1.035-9.152. Conclusion: Distance of the
lagoon, going out at night, condition of house wall, presence of Anopheles larva in the lagoon and use of
mosquito repellent were risk factors for the incidence of malaria disease of the community living around the
lagoon at Subdistrict of Tanjung, District of Lombok Utara.
Key word: malaria, faktor risiko, lagoon
PENDAHULUAN
Tanjung merupakan salah satu kecamatan yang
terdapat di wilayah Kabupaten Lombok Utara, yang
wilayahnya secara geografis terdiri dari perbukitan,
persawahan, perkebunan, sungai, laguna, pantai dan
secara ekologi sangat potensial sebagai tempat
perindukan
nyamuk.
Kecamatan
Tanjung
menduduki urutan tertinggi kasus malaria tahun
2007-2009, dari lima kecamatan di Kabupaten
Lombok Utara, yaitu tahun 2007; 45,58‰, tahun
2008; 30,95‰, dan tahun 2009 sebesar 36,62‰
(Dinkes Lombok Utara, 2009).
Sebagian besar permukiman penduduk berada
di sekitar laguna seperti penduduk desa Medana,
Jenggala, Tanjung dan desa Sokong berjarak ± 1002000M dari laguna dan termasuk dalam kategori
medium incidence area (MIA) dengan angka
kejadian malaria di atas 10-50‰. Angka kejadian
malaria pada tahun 2009 untuk masing-masing desa
tersebut adalah Medana sebesar 37,19‰, Jenggala
34,4‰, Tanjung 59,78‰ dan Sokong sebesar
35,19‰ (Dinkes Lombok Utara, 2009).
Lingkungan fisik, kimia, biologis dan sosial
budaya sangat berpengaruh terhadap penyebaran
penyakit malaria di Indonesia (Harijanto, 2000).
Kejadian malaria juga dipengaruhi oleh faktor risiko
yang berhubungan dengan nyamuk Anopheles
sebagai vektor malaria yang menyebabkan penularan
penyakit malaria (Barodji et al., 1992; Marwoto et
al., 1992; Mardihusudo, 1997). Jenis vektor
penyebab penularan malaria di Kecamatan Tanjung
adalah An. sundaicus dan An. Subpictus (Dinkes
Lombk Utara, 2009). Tempat perkembangbiakan
nyamuk An. subpictus hampir sama dengan An.
sundaicus yaitu pada daerah laguna yang airnya
payau dan juga air tawar (Depkes RI, 1999)
Program pemberantasan malaria
sudah
dilaksanakan di Kecamatan Tanjung khususnya pada
daerah sekitar laguna dengan cara pembagian
kelalambu, pemberian obat terhadap penderita, tetapi
hasilnya kurang memuaskan, ditunjukkan dengan
masih tingginya kasus malaria di daerah tersebut.
Kemungkinan hal ini dikarenakan perilaku dan
kesadaran penduduk tentang kebersihan lingkungan
masih kurang, terutama kebersihan lingkungan
rumah dan laguna sebagai tempat berkembangbiak
nyamuk Anopheles sebagai vektor malaria.
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com
Volume 6, No. 4, Juni 2012
2 Media Bina Ilmiah
METODE
Penelitian ini bersifat observasional analitik,
dengan metode yang digunakan adalah studi kasus
kontrol (case-control study). Teknik sampling
nonprobabilitas dengan cara consecutive sampling
dimana semua subyek yang datang dan memenuhi
kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian
sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi
(Sastroasmoro dan ismail, 2006).
Subyek penelitian adalah pasien yang datang ke
Puskesmas Tanjung yang berasal dari Desa Medana,
Tanjung, Jenggala dan desa Sokong yang dinyatakan
positif malaria berdasarkan hasil pemeriksaan
sediaan darah oleh Laboratorium sebagai kasus dan
negatif sebagai kontrol. Analisis data menggunakan
analisis univariat, Bivariat dan Multivariat (regresi
logistik).
HASIL
Karakteristik responden, menunjukkan bahwa
mayoritas responden pada penelitian ini berumur 3140 tahun (28,6%); dilihat dari karakteristik jenis
kelaminnya mayoritas adalah wanita (50,9%);
dengan pendidikan SD (35,7%); dan tidak bekerja
(28,6%). Dilihat dari pekerjaannya, pada urutan
kedua adalah petani (25,9%) dan nelayan (24,1%).
Hasil analisis univariat disajikan pada Tabel 1.
menunjukkan bahwa mayoritas terdapat biotik di
laguna (56,3%); dan jarak dengan laguna dekat
(53,6%), mayoritas kondisi dinding rumahnya tidak
rapat (58,9%); tidak memakai kawat kasa (85,7%);
dan tidak memakai plafon (56,2%), dan mayoritas
tidak keluar pada malam hari (51,8%);
menggunakan obat anti nyamuk (68,8%); dan tidak
menggunakan kelambu (65,2%). Faktor risiko yang
berasal dari vektor malaria, yaitu keberadaan jentik
Anopheles di laguna mayoritas terdapat jentik
Anopheles (57,1%).
Tabel 1. Analisis Univariat Faktor Risiko Dengan
Kejadian Malaria di Sekitar Laguna,
Kecamatan Tanjung
ISSN No. 1978-3787
a.
Analisis Bivariat Faktor Risiko Dengan
Kejadian Malaria
Tabel 2. menunjukkan bahwa lingkungan
biotik, jarak laguna, kondisi dinding rumah,
pemakaian plafon, kebiasaan keluar malam,
pemakaian obat anti nyamuk dan keberadaan jentik
berpengaruh signifikan terhadap kejadian malaria.
Sedangkan pemakaian kawat kasa dan pemakaian
kelambu tidak berpengaruh signifikan terhadap
kejadian malaria.
Tabel 2. Analisis Bivariat Faktor risiko Dengan
Kejadian Malaria di Sekitar Laguna
Kecamatan Tanjung
Keterangan: * Signifikan (p<0,05)
b.
Analisis Multivariat Faktor Risiko Dengan
Kejadian Malaria
Hasil analisis bivariat, diketahui bahwa dari 9
variabel bebas terdapat tujuh variabel yang
berpengaruh signifikan (p<0,05) terhadap kejadian
malaria, yaitu: lingkungan biotik, jarak laguna,
kondisi dinding rumah, pemakaian plafon, keluar
malam hari, pemakaian obat anti nyamuk, dan
keberadaan jentik Anopheles di laguna. Dengan
demikian analisis multivariat mengikut sertakan
ketujuh variabel bebas tersebut. Analisis multivariat
menggunakan teknik analisis regresi logistik, dengan
bantuan software komputer SPSS versi 12.0 dengan
Backward Method, yaitu dengan menghilangkan
satu demi satu variabel bebas (independent variable)
yang tidak mempunyai pengaruh signifikan.
Hasil analisis regresi model 3 (tahap akhir),
seperti disajikan pada Tabel 3. diketahui bahwa
semua variabel bebas yang dianalisis menunjukkan
pengaruh yang signifikan (p<0,05). Hal ini berarti
bahwa lingkungan (jarak laguna dan kondisi dinding
rumah), perilaku manusia (keluar malam hari dan
penggunaan obat anti nyamuk), serta keberadaan
_____________________________________
Volume 6, No. 4, Juni 2012
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 3
…………………………………………………………………………………………………………
jentik Anopheles pada laguna berpengaruh secara
signifikan (p<0,05) terhadap kejadian malaria.
Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Logistik Faktorfaktor Risiko Dengan Kejadian Malaria di
Sekitar laguna, Kecamatan Tanjung
Keterangan : * berpengaruh signifikan (p<0,05).
Variabel yang paling berpengaruh terhadap
kejadian malaria adalah jarak laguna kemudian
diikuti oleh variabel lain yaitu, keluar pada malam
hari memberikan kontribusi positif tertinggi kedua
terhadap kejadian malaria, kondisi dinding rumah
yang tidak rapat memberikan kontribusi positif pada
urutan ketiga terhadap kejadian malaria, keberadaan
jentik anopheles pada laguna memberikan kontribusi
positif pada urutan keempat terhadap kejadian
kejadian malaria dan tidak memakai obat anti
nyamuk memberikan kontribusi positif kelima
terhadap
kejadian malaria di sekitar laguna,
Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara.
Lingkungan biotik tidak berpengaruh signifikan
terhadap kejadian malaria artinya ada atau tidaknya
biota air pada laguna tidak menjadi faktor risiko
terhadap kejadian malaria.
Jarak laguna berpengaruh signifikan terhadap
kejadian malaria. Hal ini dikarenakan lingkungan
fisik dan kimia pada laguna mendukung sebagai
tempat berkembangbiak nyamuk dan terdapat jentik
Anopheles sebagai vektor malaria, ada biota air
yang potensial sebagai tempat berkembangbiak dan
didukung oleh kemampuan nyamuk Anopheles
terbang 0,5-2km dari tempat perkembangbiakannya
(Depkes, 2007). Jarak pemukiman dengan tempat
perindukan vektor Anopheles sp berhubungan
dengan kejadian malaria. Artinya semakin dekat
jarak pemukiman dengan laguna semakin besar
faktor risiko tertular penyakit malaria.
Kondisi dinding rumah berpengaruh signifikan
terhadap kejadian malaria. Hal ini disebabkan
kondisi rumah penduduk sebagian besar rumah
panggung dengan dinding terbuat dari anyaman
bambu yang banyak terdapat celah jalan masuknya
nyamuk Anopheles, keadaan ini menyebabkan
terjadi kontak antara penghuni rumah dengan
nyamuk Anopheles, sehingga kejadian malaria
meningkat.
Pemakaian kawat kasa tidak berpengaruh
signifikan terhadap kejadian malaria. Berdasarkan
hasil observasi dilapangan sebagian besar penduduk
tidak menggunakan kawat kasa (47,9%).
Pemakaian plafon tidak berpengaruh
signifikan terhadap kejadian malaria.
Keluar malam hari berpengaruh signifikan
terhadap kejadian malaria. Karena sebagian besar
responden mempunyai kebiasaan di luar rumah
sampai larut malam seperti (bertamu di rumah
tetangga duduk diberanda rumah yang terbuka,
diskusi di kebun), Anopheles sundaicus dan
Anopheles subpictus bersifat eksofilik dan eksofagik
akan memudahkan gigitan nyamuk di luar rumah
(Harijanto, 2000). Kebiasaan ini semakin berisiko
jika orang terbiasa keluar rumah tanpa memakai
pakaian pelindung seperti baju berlengan panjang,
celana panjang dan repellant (Depkes, 2007).
Pemakaian obat anti nyamuk berpengaruh
signifikan terhadap kejadian malaria. Hal ini
disebabkan asap obat nyamuk dapat mengusir
nyamuk dan sifat kimianya dapat membunuh
nyamuk, sehingga seseorang dapat terhindar dari
gigitan nyamuk
dan terhindar dari infeksi
plasmodium.
Pemakaian kelambu tidak berpengaruh
signifikan terhadap kejadian malaria artinya pakai
atau tidak pakai kelambu penghuni rumah tetap akan
tertular malaria. Kemungkinan hal ini dikarenakan
oleh beberapa hal; pemakaian kelambu pada saat
tidur masih bisa digigit nyamuk, karena saat
kelambu dibuka dan ditutup ada peluang nyamuk
untuk masuk, pemasangan kelambu yang terlalu
tinggi akan memberikan kesempatan nyamuk masuk
melalui celah antara kelambu dengan tempat tidur,
kondisi kelambu yang dipakai banyak sobek atau
berlubang sehingga nyamuk bisa keluar masuk
kedalam kelambu, jumlah kelambu yang dibagikan
tidak sesuai dengan jumlah kamar, sehingga keadaan
ini yang menyebabkan kejadian malaria tetap tinggi
Keberadaan jentik Anopheles pada laguna
berpengaruh signifikan terhadap kejadian malaria.
Hal ini disebabkan karena didalam laguna sebagai
tempat berkembang biak nyamuk vektor malaria
terdapat biota (tanaman air) yang berperan sebagai
tempat mencari makan, beristirahat dan berlindung
dari serangan predator.
Keadaan ini dapat
meningkatkan penularan penyakit malaria terhadap
responden yang tinggal dekat dengan laguna.
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com
Volume 6, No. 4, Juni 2012
4 Media Bina Ilmiah
PENUTUP
a. Simpulan
Lingkungan biotik di laguna tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kejadian malaria,
sedangkan jarak laguna dekat merupakan faktor
risiko terjadinya malaria artinya responden yang
tinggal dekat dengan laguna mempunyai risiko
terkena malaria lebih besar dibandingkan dengan
responden yang tinggal jauh dari laguna dengan
nilai OR = 5,856 dan CI(95%) =2,101-16,153
Kondisi dinding rumah merupakan faktor
risiko terjadinya malaria artinya responden yang
kondisi rumahnya tidak rapat mempunyai risiko
terkena malaria lebih besar dibandingkan dengan
responden yang dinding rumahnya rapat dengan OR
= 2,464 dan CI(95%) = 1,136-5,344, sedangkan
pemakaian kawat kasa dan pemakaian plafon tidak
berpengaruh signifikan terhadap kejadian malaria.
Perilaku masyarakat yang kebiasaan keluar
rumah pada malam hari dan tidak memakai obat
anti nyamuk merupakan faktor risiko terjadinya
malaria artinya responden
yang mempunyai
kebiasaan keluar malam mempunyai risiko terkena
malaria lebih besar dibandingkan dengan responden
yang tidak mempunyai kebiasaan keluar pada
malam hari dengan OR=5,841, CI(95%) = 2,03716,748 dan responden yang tidak memakai obat anti
nyamuk mempunyai risiko terkena malaria lebih
besar dibandingkan dengan responden
yang
memakai obat anti nyamuk dengan nilai OR = 3,078
dan CI(95%) = 1,035-9,152, sedangkan pemakaian
kelambu tidak berpengaruh signifikan terhadap
kejadian malaria.
Keberadaan jentik Anopheles pada laguna
merupakan faktor risiko terjadinya malaria, artinya
responden yang tinggal dekat dengan laguna yang
terdapat jentik Anopheles mempunyai risiko terkena
malaria lebih besar dibandingkan dengan responden
yang tinggal dekat dengan laguna yang tidak
terdapat jentik Anopheles dengan OR = 3,281 dan
CI(95%) =1,185-9,090.
b.
Saran
Pentingnya diperhatikan kebersihan lingkungan
sekitar rumah terutama genangan air laguna dan
tumbuhan air untuk mencegah terbentuknya tempat
perindukan nyamuk. Sedapat mungkin mengindari
kebiasaan keluar rumah pada malam hari, jika harus
keluar rumah hendaknya proteksi diri dengan obat
anti nyamuk berupa repellent. Rumah yang
Dindingnya tidak rapat di upayakan untuk diperbaiki
sehingga nyamuk tidak mudah masuk ke dalam
rumah.Untuk mengindari gigitan nyamuk malaria
pada waktu tidur malam hari hendaknya
menggunakan obat anti nyamuk.
ISSN No. 1978-3787
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Faktor Risiko Kejadian Malaria Di Desa
Lubuk Nipis, Kecamatan Tanjung
Agung Kabupaten Muara Enim,
Universitas Diponogoro, Semarang,
2008
Barodji,
Sumardi, Suwaryono T., Rahardjo,
Mujiono, Priyanto H., Beberapa aspek
bionomik vektor malaria dan filariasis
Anopheles
subpictus
Grassi
di
Kecamatan Tanjung Bunga Flores
Timur, NTT. Bul Penel Kesehatan
1992; 27(2):268-281.
Babba, I., Faktor Risiko Yang Mempengaruhi
Kejadian Malaria di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Jayapura, Tesis
Program
Pascasarjana
UNDIP,
Semarang, 2007
Depkes RI, Epidemiologi Malaria. Modul 1.
Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman, Jakarta, 1999.
Depkes RI., Vektor malaria di Indonesia. Direktorat
Jenderal
Pemberantasan
Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman, Jakarta, 2007
Dinas Kesehatan Kab. Lombok Utara, Laporan
Tahunan Malaria untuk Kabupaten
Lombok Utara. Subdin P2P Dinas
Kesehatan Kab. Lombok Utara, 2009.
Harefa P., Laporan penyidikan kejadian luar biasa
(KLB) malaria di Desa Holi Kecamatan
Lahewa, Kabupaten Nias. FETP-IKM,
Universitas Gadjah Mada, 2007.
Harijanto P.N., Malaria, Epidemiologi, Patogenesis,
Manifestasi Klinis dan Penanganan.
Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta, 2000.
Hermando, Endah, W.,Raharjo,M. Faktor risiko
kejadian malaria di Wilayah Kerja
Puskesmas
Kenanga
Kecamatan
Sungailiat Kabupaten Bangka Propinsi
Kepulauan
Bangka Belitung, J
Kesehatan Lingkungan Vol 8 No 1
April 2009
Mardihusudo,
S.J.,
Vektor
malaria
dan
penanggulangannya. Jurnal kedokteran
YARSI 1997; 5(1):32-49.
Marai, A, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Dinamika
Penularan
Penyakit
Falcifarum Di Kecamatan Nabire Kota
_____________________________________
Volume 6, No. 4, Juni 2012
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 5
…………………………………………………………………………………………………………
Tahun 2006, Tesis S-2 FETP IKM
Program Pascasarjana Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta, 2006.
Sastroasmoro dan Ismail, Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis, Sagung Seto, Jakarta,
2006.
Setyaningrum E., Murwani S., Rosa E., Andananta
K., Studi ekologi perindukan nyamuk
vector malaria di desa Way Muli,
Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan.
Dipresentasikan dalam seminar hasil
penelitian dan pengabdian masyarakat,
Unila, 2008.
Thaharuddin,
Lingkungan Perumahan, Kondisi
Fisik Rumah, Tngkat Pengetahuan,
Perilaku Masyarakat dan Tingkat
Kejadian Malaria Di Kota Sabang,
Tesis, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta, 2003.
Suwito, Suhartono, Joko T., Kondisi lingkungan
rumah dan perilaku masyarakat sebagai
faktor risiko kejadian malaria di
Puskesmas Benteng, Bangka Belitung.
J Kesehat Lingkung Indonesia 2005:
4(2):1-4
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com
Volume 6, No. 4, Juni 2012
6 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
IKLIM ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
KINERJA KARYAWAN PERUSAHAAN
Oleh:
H. Mahsun
Dosen PNS dpk pada AKPAR Mataram
Abstrak : Iklim organisasi adalah suatu bentuk kondisi yang tercipta sebagai akibat dari interaksi berbagai
komponen sistem dari organisasi itu sendiri. Organisasi perusahaan tertentu akan sangat berbeda dengan
organisasi perusahaan lainnya,hal ini sangat tergantung dari volume dan unit kerja atau besar kecilnya
organisasi perusahaan. Penciptaan iklim hubungan karyawan dalam hal keyakinan,kepercayaan dan
keterbukaan merupakan pertimbangan mendasar dan memberikan hasil.Iklim organisasi semacam itu
dianggap sejalan dengan produktifitas yang tinggi dan implementasi strategi organisasi yang efektif. Iklim
kepercayaan dan keyakinan yang konsisten dengan nilai-nilai kemanusiaan untuk bekerja sama dan
menguntungkan bagi semua pihak( manajemen,supervisor,karyawan dan customer),baik untuk jangka
panjang yang efisien dan efektif dari strategi perusahaan.Jika pola strategi seperti ini yang dapat diterapkan
maka iklim organisasi perusahaan tersebut akan tercipta dua hal penting yang akan menjadi implikasinya
yaitu,terciptanya hubungan antara manajemen dan karyawan yang lebih baik,dan di sisi lain diperoleh
produktivitas atau kinerja karyawan yang lebih tinggi. Iklim organisasi yang berimplikasi kepada kinerja
karyawan perusahaan seperti disebutkan di atas akan dapat tercipta manakala pihak manajemen menerapkan
kebijakan-kebijakan substantive separti;(1)pengelolaan yang efektif factor-faktor lingkungan dan
karakteristik-karakteristik Perusahaan,(2)keselamatan pekerjaan,(3)promosi dari perusahaan,(4)departemen
sumber daya manusia yang berpengaruh dan proaktif,(5)program kompensasi dan tunjangan yang
memuaskan karyawan,(6)mekanisme umpan balik,mengkomunikasikan program,dan kepatuhan terhadap
prosedur yang efektif,dan(7)seleksi,pengembangan dan evaluasi manajer yang efektif.
Kata Kunci: Iklim, Organisasi, Kinerja.
PENDAHULUAN
Iklim
organisasi yang dapat menunjang
pencapaian tujuan semua pihak dalam sebuah
perusahaan adalah harapan yang sangat ideal bagi
perusahaan manapun. Penciptaan iklim hubungan
karyawan dalam hal keyakinan,kepercayaan,dan
keterbukaan merupakan produktifitas yang tinggi
dan implementasi strategi organisasi yang
efektif.Jika iklim organisasi merupakan iklim
terbuka dan mendorong karyawan menyampaikan
ketidakpuasan dan kepentingannya tanpa rasa takut
akan adanya pembalasan, maka ketidakpuasan dan
perhatian seperti itu dapat ditangani dengan cara
yang positip. Implikasi dari iklim organisasi seperti
itu akan terwujud bilamana karyawan memiliki
keyakinan yang tinggi dan percaya pada keadilan
keputusan dan tindakan manajerial.Di sisi lain untuk
mewujudkan iklim organisasi seperti itu dituntut
adanya kesungguhan manajemen puncak perusahaan
untuk kebutuhan memperlakukan karyawan secara
wajar, serta adanya tujuan organisasi yang
memenuhi dan mengintegrasikan kebutuhan dan
tujuan karyawan serta organisasi. Namun demikian
perlu disadari bahwa hingga saat ini belum ada cara
mekanis yang secara otomatis untuk mendapatkan
jenis iklim hubungan karyawan yang positif dan
terwujud
secara
sempurna.
Kendatipun
demikian,realitas adanya perubahan penting dalam
iklim hubungan karyawan dapat diamati dengan cara
menghubungkannya dengan perubahan dalam
pengawasan
kepemimpinan
sebuah
departemen,perubahan manajer perusahaan,dan
perubahan
manajemen
puncak
sebuah
organisasi.Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa iklim
organisasi dapat diamati melalui suasana dan kondisi
yang tercipta melalui interaksi dan kombinasi antara
nilai dan tujuan manajemen puncak,kebijakan
mendasar tertentu dan juga implementasi dan
pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut.Demikian
dijelaskan oleh Henry Simamora.(2002:31).
Setiap
anggota
organisasi
mempunyai
pandangan sendiri-sendiri tentang apa yang mereka
butuhkan dari perusahaan di manapun mereka
bekerja.Keberhasilan untuk memenuhi kebutuhan itu
akan berpengaruh pada etos kerja dan akan
berimplikasi kepada kinerja. Di sisi lain dari pihak
manajemen harus berusaha
agar
kebutuhan
karyawan dapat terpenuhi dan para karyawan harus
_____________________________________
Volume 6, No. 4, Juni 2012
http://www.lpsdimataram.com
Download