JIK Vol. I No.16 Mei 2014: 793 – 798 e-ISSN: 2527-7170 Survey Kematian Ibu Hamil Dan Melahirkan Dengan Faktor Antara (Intermediate Determinan) di RS Undata dan Masyta Kota Palu Siti Rahmawati Atjo1) Abstrak: Kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar faktor penyebab yang mempengaruhi kematian maternal di Kota Palu, dan bagaimana faktor interaksi faktor keterlambatan mengambil risiko, dan keterlambatan tindakan pelayanan medis di rumah sakit. oleh karena itu diperlukan analisis untuk menentukan uji statistik perbandingan keterlambatan dengan kematian ibu hamil, melahirkan dan nifas antara kasus dan kontrol terlihat dengan jelas terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara keterlambatan mengenai bahaya atau risiko dan pengambilan keputusan merujuk dengan kasus kematian maternal dengan nilai p=0,002 (P<0,05). Hasil analisis menunjukkan penyebab kematian ibu bersalin salah satunya disebabkan karena keterlambatan memutuskan untuk merujuk kerumah sakit, artinya keterlambatan dari waktu tiba di rumah sakit sampai penanganan medis menjadi salah satu sebab terjadinya kematian ibu hamil dan persalinan, dan angka kematian maternal (Maternal Mortality Rate) adalah rasio jumlah kematian maternal terhadap 100.000 kelahiran hidup, angka ini merupakan indikator penting dalam upaya mencapai mutu layanan kesehatan yang lebih baik bagi ibu hamil dan melahirkan di Kota Palu. Kata kunci: Kematian Ibu, Faktor Keterlambatan, Pelayanan di Rumah Sakit . Abstract: This study is aimed to find out how big the factors influencing maternal deaths in Palu, and how these factors interact to risk delay, and delay action of medical services at the hospital. Therefore needed to test statistical analysis to determine the delay comparison with maternal mortality, birth and child birth between cases and controls are clearly visible statistically significant relationship between the delay of the danger or risk and decision-making refers to the case of maternal death with the pvalue=0.002 (P <0.05). The analysis showed the cause of maternal mortality one of them caused the delay at home decided to refer sick, it means a delay of time to arrive at the hospital until the medical treatment became one of the causes of maternal mortality and childbirth, and maternal mortality (Maternal Mortality Rate) is the ratio of the number of maternal deaths to 100,000 live births, the rate is an important indicator in order to achieve quality health care better for pregnant women and birth in the city of Palu. Keywords:Maternal death, Delay Factor, Hospital Service Pendahuluan maternal terjadi di negara negara berkembang. Salah satu tingkat kesenjangan terbesar Tujuan penulisan ini mengetahui determinan tingkat kesehatan antara negara maju dan negara mortality ibu hamil dan melahirkan di Kota berkembang dapat dilihat pada tingkat kematian Palu, dan penyebab kematiannya. masa Resiko kematian seorang wanita selama kehamilan dan melahirkan (WHO, 2000). Lebih hidupnya karena kehamilan atau persalinan banyak kematian maternal yang terjadi selama adalah 1 per 4000-10.000 di negara maju. seminggu di India dari pada kematian maternal Selanjutnya WHO, (2000) mengatakan bahwa dalam satu tahun diseluruh negara dibenua tidak ada negara yang dapat menyatakan dirinya Eropa, yang diperkirakan tiap tahun di dunia maju bila angka kematian maternal masih tinggi sebanyak karena Maine 1992). Dari pertemuan Executive Board kehamilan, persalinan dan masa nifasnya. Ini Unicef tahun 1990 dan ditegaskan lagi pada berarti hampir setiap menit terjadi kematian ibu. Konferensi Internasional Kependudukan dan Selanjutnya 99% atau 494.000 dari kematian pembangunan tahun 1984, di Kairo di mana maternal. Kematian 500.000 wanita ibu dalam meninggal 793 JIK Vol. I No.16 Mei 2014: 793 – 798 e-ISSN: 2527-7170 pemerintah Indonesia ikut hadir diputuskan pokok yang dihadapi di daerah khususnya Kota bahwa angka kematian maternal untuk masing- Palu adalah masalah kesehatan yang terjadi pada masing negara diharapkan turun sebesar 50% kelompok ibu hamil, yang ditandai antara lain pada tahun 2000 (Kesehatan bagi semua pada oleh masih tingginya angka kematian maternal tahun 2000) dan dalam tahun 2015 turun lagi (Dirjen Binkesmas Depkes, 1990). Kematian ibu menjadi seperempat dari angka tahun 1980. pada waktu melahirkan merupakan musibah Menanggapi masalah kematian ibu yang besar dalam kehidupan keluarga dan sangat demikian besar, tahun 1987 untuk pertama mempengaruhi kelangsungan hidup bayinya atau kalinya di Nairobi, Kenya diadakan Konfeensi seluruh keluarga. tingkat International tentang kematian ibu. Penyebab kematian maternal secara medis Kemudian pada tahun 1990 diselenggarakan yaitu trias klasik atau obstetrik; World Summit For Children di New York, infeksi dan keracunan kehamilan (eklamsia), Amerika Serikat tujuan utama, diantaranya sepsis, anemia, jantung, hipertensi. Persalinan menurunkan menjadi dilakukan di rumah dan ditolong oleh bidan dan separoh pada tahun 2000. Pada tahun 1990 dukun kemudian dirujuk untuk dibawa ke rumah WHO meluncurkan Strategis MPS (Making sakit PreqnancySafer) yang di dukung oleh Badan persalinan. Keterlambatan rujukan tersebut dan Internasional seperti World Bank yang pada pengambilan dasarnya MPS meminta perhatian Pemerintah ketempat pelayanan kesehatan jauh, sehingga dan masyarakat di setiap negara untuk a) penanganan pasien terlambat dan pasien tidak menempatkan Safe Motherhood sebagai prioritas dapat tertolong dan meninggal di rumah sakit. utama dalam rencana pembangunan Nasional Banyak faktor-faktor yang terlibat sebagai dan Internasional; b). Menyusun acuan nasional penyebab kematian maternal, tidak hanya faktor serta standar pelayanan kesehatan Ibu dan Anak, biomedis, tetapi juga faktor-faktor ekonomi, keluarga berencana, aborsi legal, baik publik sosial, demografi, dan budaya seperti yang maupun dikemukakan oleh WHO (2000): angka swasta; c). kematian ibu Meningkatkan upaya 1999). Menurut WHO (2001), dari hasil penelitian mengatakan bahwa 80%. Kematian ibu terjadi di rumah sakit rujukan walaupun pelayanan kesehatan, komplikasi keputusan kehamilan dan dan transportasi “Each death has roots in a complex interplay of economic, social, and culture factors. Maternal Mortality is intimately tied up with a country stage on development.“ kesehatan dalam kesehatan ibu dan anak (WHO kualitas karena perdarahan, khususnya Kota palu Propinsi Sulawesi Tengah sebagai maternal di pengaruhi oleh banyak faktor sosial daerah basis penelitian dengan angka kematian ekonomi dan budaya,namun kemampuan tenaga cukup tinggi, disebabkan oleh perbedaan kultur kesehatan (bidan, dokter, dokter spesialis), budaya, norma, nilai dan lingkungan, budaya merupakan salah satu faktor utama untuk tingkat sosial ekonomi rendah, letak geografis, menangani ibu-ibu dalam komplikasi kehamilan (aksessibilitas) dari pusat pelayanan kesehatan dan persalinan. Pada saat ini masalah kesehatan 794 JIK Vol. I No.16 Mei 2014: 793 – 798 e-ISSN: 2527-7170 jaraknya jauh. Pelayanan kesehatan tidak efektif, sebanyak pengetahuan perawatan kehanilan cukup rendah, keterlambatan tingkat 1 yakni keterlambatan dan sistem rujukan dari bidan ke puskesmas, dan mengenai bahaya atau risiko dan memutuskan rumah sakit prosesnya masih kurang efektif dan untuk mencari pertolongan rujukan ke rumah kurang berjalan dengan baik. Sehingga perlu sakit. Keterlambatan ini dapat dipengaruhi oleh langkah –langkah kebijakan Pemerintah Dinas faktor-faktor seperti pendidikan ibu bersalin Kesehatan Kota Palu untuk lebih mendukung maupun keluarga yang rendah, sehingga tidak program mengenal bahaya atau risiko persalinan dan 1 “ Safe didalam Motherhood” 5 kasus (26,3%) menunjukkan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu kasus keterlambatan bidan dan karena harus menunggu suami yang sedang anak dan upaya menurunkan angka dalam merujuk tidak ada di tempat. kematian maternal di Kota Palu dan sekitarnya. Hasil Dan Pembahasan Keterlambatan tingkat II, yaitu Hasil pengamatan dilapangan (di RS keterlambatan membawa ibu bersalin ke rumah Undata dan RS Masyita di Kota Palu) sebanyak sakit rujukan sebanyak 12 kasus, keterlambatan 39 ini bukan dkarenakan sulitnya transportasi tetapi kasus kematian ibu, sesuai dengan rekapitulasi kasus maternal Dinas Kesehatan oleh karena faktor financial. Kota Palu, selama periode penelitian ditemukan Keterlambatan tingkat III yaitu jumlah kasus tahun 2004 sebanyak 323 kasus: keterlambatan memperoleh penanganan yang yang ditangani puskesmas 103 kasus, dirujuk adekuat di rumah sakit, sebanyak 12 kasus dari 220 kasus dengan jumlah kematian ibu yang 19 kasus rujukan ibu bersalin ke RS Undata dan meninggal. Pada tahun 2005 terjadi penurunan RS Masyita Palu, 9 kasus meninggal yang yaitu dengan jumlah kasus 279, ditangani dirawat selama 2-14 jam, 10 kasus meninggal puskesmas 84 kasus dan dirujuk 196 kasus, dalam perawatan 12 jam. Dari kasus-kasus dengan jumlah kematian ibu meningkat 14 preeklamsia pada orang. Periode 2006 terjadi peningkatan lagi keterlambatan pada jumlah ditangani keterlambatan tingkat I dan II. Jadi walaupun puskesmas 119 kasus, dirujuk 283 kasus, dan ibu telah diberikan pelayanan pengobatan sesuai yang meninggal bertambah jumlahnya menjadi dengan protap namun pasien yang datang ke 17 orang. Jadi jumlah kasus kematian sebesar rumah sakit ibu hamil dalam kondisi yang 39 kematian ibu pada periode 2004-2006. kurang baik, sehingga sulit untuk diselamatkan. kasus sebanyak 472, umumnya tingkat III terjadi selain Apabila dilihat pada tahun 2014 kemungkinan bisa meningkat atau menurun, sehingga sangat Keterlambatan pada kasus perdarahan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Berikutnya dari 11 kasus rujukan gawat Keterlambatan pada kasus Preeklamsia darurat ibu bersalin di RS Undata dan RS Dari 19 kasus rujukan gawat darurat ibu Masyita, bersalin di RS Undata dan RS Masyita; sebanyak 3 kasus (27, 2%), menunjukkan keterlambatan tingkat I karena 795 JIK Vol. I No.16 Mei 2014: 793 – 798 e-ISSN: 2527-7170 pendidikan ibu dan pendidikan keluarga rendah, fakto tidak mengetahui tanda bahaya perdarahan pada dikendaki (unwanted preqnancy), komplikasi persalinan, 1 kasus keterlambatan bidan desa kehamilan seperti perdarahan, infeksi masa merujuk karena harus menunggu keluarga nifas, pre-eklamsia, partus macet dan rupture (suami). Keterlambatan tingkat II sebanyak 3 uteri, komplikasi abortus (Rosenfied, 1992) . kasus (37,25%), waktu tempuh dalam perjalanan Komplikasi dari rumah ibu bersalin ke rumah sakit (jam merupakan tempuh) terhitung sejak pengambilan keputusan harapan untuk menurunkan angka kematian ibu. untuk merujuk sampai tiba di rumah sakit, Faktor lain yang mempengaruhi tingginya AKI kurang dari 1 jam tidak terlambat dan lebih dari adalah kurangnya sarana kesehatan, penanganan 1 jam dinamakan terlambat. medis yang tidak benar, kurangnya tenaga Keterlambat Tingkat III sebanyak 5 kasus. ibu, paritas, kehamilan berakhir tindakan yang dengan paling tidak kematian, mengandung kesehatan yang tidak terlatih dan kemiskinan. Hal ini penyebabnya terlambat dioperasi, 1 (Maine, 1992). kasus dengan retensi plasenta previa karena Hasil pengamatan di rumah sakit bahwa dokter operator tidak ada ditempat, dan setelah jumlah kasus kematian di RS Undata dengan dokternya darah keadaan tidak sadar sebanyak 15 kasus (20,5%), karena harus menunggu suami datang dari PMI hal ini menunjukkan sistem rujukan belum baik dan akhirnya meninggal diatas meja operasi, selain keterlambatan pada tingkat pertama dan dengan lama perawatan 4 jam. Dari 6 kasus kedua atau kedua-duanya, yakni keterlambatan diantaranya 2 kasus dengan retensi plasenta dan dalam pengambilan keputusan untuk merujuk 4 kasus dengan ruptura uteri, meninggal kurang dan keterlambatan transportasi untuk mencapai dari 2 jam. Kemungkinan masih ada sisa fasilitas plasenta tertinggal, sehingga perdarahan belum pengujian Uji statistik yang digunakan adalah bisa teratasi (terhenti) atau plasenta sulit Rasio Odds dan analisis Regresi Logistik dengan dilepaskan secara manual. Dari kasus-kasus tingkat kepercayaan 95%. datang,kesulitan mendapat perdarahan pada umumnya keterlambatan pada tingkat III, selain keterlambatan pada tingkat 1 dan keterlambatan pada tingkat III. Oleh sebab itu diperlukan sarana dan prasarana yang lengkap, dan perbaikan sistim manajemen sehingga dalam pelayanan kasus harus dibenahi, khususnya obstetri di ruang kebidanan di UGD emergency di RS Undata dan RS Masyita. Hubungan Kematian Ibu dengan Faktor Antara (Intermediate Determinant) Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya AKI adalah 796 kesehatan (Maine, 1992). Hasil JIK Vol. I No.16 Mei 2014: 793 – 798 e-ISSN: 2527-7170 Tabel 1. Hubungan Kematian Ibu dengan Faktor Antara (Intermediate Determinant) No 01 02 03 Variabel Kesadaran -Sadar -Tidak sadar Frekuensi ANC <4 kali >4 kali Tempat persalinan -Di luar RS -Rumah Sakit Kasus Kontrol OR Cl 95% X2 P 15 24 39 0 - - 34,667 0,000 25 4 4,900 1,441-16,664 7,222 0,007 1 25 6 21 0,097 0,011-0,864 6,105 0,013 0,042-5,601 0,347 0,556 3,678-32,694 21,196 0,000 179-23,632 0,317 0,556 179-23,632 0,317 0,556 04. Dukun -ya 1 4 0,487 -tidak 36 37 05 Infus -ya 21,196 1 6 -tidak 38 33 06 Transfusi darah -ya 29 1 2,054 -tidak 10 38 07 Transportasi -ya 29 1 2,054 -tidak 10 38 Sumber: Data primer Rumah Sakit Undata dan RS Masyta Berdasarkan tabel diatas, ada hubungan yang sebelumnya, bahwa persalinan oleh dukun bermakna variabel tempat persalinan dengan mencapai 385 orang. Pasien yang diberikan kasus kematian maternal dengan P = 0,013 (P< infus atau tidak diberikan infus dengan kejadian 0,05). Hal ini terlihat dari distribusi kelompok ibu, terdapat hubungan yang signifikan dapat kasus terdapat satu orang dengan kelahiran di meningkatkan risiko 21 kali untuk terjadi luar rumah sakit dan terdapat 36 pasien kematian pertolongan persalinan di tolong oleh tenaga kelompok yang diberikan infus. ibu bila dibandingkan dengan kesehatan. Hal ini berbeda dengan penelitian Tabel 2 Keterlambatan Keputusan Merujuk, Keterlambatan Waktu Tempuh,Keterlambatan Penangananan Medis dengan Analisa Logistik Regresi No. Variabel B 1 Keterlambatan Keputusan Merujuk 1,752 2 Keterlambatan Waktu Tempuh 1,562 3 Keterlambatan Penanganan Medis 2,827 Keterangan: Beta (B) Koefisien Regresi/Koefisien Pengaruh Sumber: Data primer yang diolah P 0,002 0,001 0,015 OR 5,765 4,770 30,447 CL 95% 0,587-56,656 0,854-26,646 1,995-143,041 Hasil analisa logistik regresi diperoleh tempuh P= 0,001 dengan nilai P<0,05 sehingga hasil dari ketiga variabel (keterlambatan hubungan bermakna. Jika dilihat dari Od Rasio keputusan dan (OR) maka keterlambatan penaganan medis penanganan medis) ternyata diperoleh variabel juga mempunyai OR yang tertinggi (30,447) yang berpengaruh diantara yang lain yaitu dibandingkan dengan yang lain. Sehingga keterlabatan penanganan medis dengan nilai P keterlambatan =0,000 (P < 0,05). Sedangkan variabel yang meningkatkan risiko 30 kali untuk terjadi lain keputusan merujuk (P=0,002) dan waktu kematian apabila terlambat penanganan medis. merujuk, waktu tempuh, 797 penanganan medis JIK Vol. I No.16 Mei 2014: 793 – 798 e-ISSN: 2527-7170 DAFTAR PUSTAKA Kesimpulan Maine, D 1992. A Tramework for Analysing the Determinants of Maternal Mortality journal Studies in Family Planning Mc Carthy, J. and Maine, D. 1992. A Framework for Analyzing the Determinants of Maternal Mortality. Studies in Family Planning. Vol. 23, No. 1. pp. 23-33 Maine, 1992,Safe Motherhood Programs Option and Issues, Program Director Prevention of Maternal Mortality Centre of Population and Family Health, New York Murti, B. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemologi, Penelitian (LPKGM) Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada), Yogyakarta. Rundal, TG TG and Wheeler, J.R.C, 1979, The Effect of Income on Use of Preventive Care An Evaluation of Alternatif Explanatin, Jurnal of Health and Social Behavior,page 20-397 Rosenfield A, 1992, Maternal Mortality: Community Based Intervension int. Gynecol Obstet, Jun 38 Supp Page 1-51 World Health Organization,( 2000), Managing Complication in Preqnancy Childbirth A Quide for Midwives and Doctors, WHO/RNR. World health Organization (2001) Making Preqnancy Safer: A Health Sector Strategy for Reducing Maternal and Periatal Morbidity. 1. Sebab utama kamatian maternal adalah perdarahan,persalinan maupun pasca persalinan, infeksi, nifas, partus macet dan eklamsia 2. Kematian terbanyak di rumah sakit, dan ditolong oleh oleh dukun bersalin 3. Usia meninggal tergolong masih muda dengan jumlah anak yang relatif masih sedikit dan jarak kelahiran yang relatif pendek. 4. Faktor geografi dan banyaknya persalinan yang ditolong oleh dukun merupakan determinan utama dari kematian maternal 5. Faktor sosio medik/faktor sosial, ekonomi dan faktor keterjangkauan pelayanan pelayanan kesehatan, medis pengambilan transportasi di keputusan ke tempat keterlambatan rumah rujukan, merupakan sakit, dan determinan penyebab kematian maternal. 6. Model dan upaya untuk pencegahan kematian ibu meliputi tiga intervensi adalah: mengurangi pembatasan wanita hamil, mengurangi wanita hamil yang berkaitan dengan komplikasi kehamilan, dan kelahiran, dan mengurangi tingkat kesuburan. 7. Mengingat masih banyaknya kasus ibu yang meninggal melahirkan di rumah sakit oleh sebab itu perlu ditingkatkan upaya pelatihan, pembinaan pemantauan, petugas kesehatan dan dukun bersalin. 798