gambaran karakteristik penderita neuropati

advertisement
GAMBARAN KARAKTERISTIK
PENDERITA NEUROPATI PERIFER
DIABETIK
NURSCOPE
Jurnal Keperawatan dan
Pemikiran Ilmiah
Suyanto (2017). Gambaran karakteristik
penderita neuropati perifer diabetik.
Nurscope. Jurnal Keperawatan dan Pemikiran
Ilmiah. 3 (1). 1-6
1
Suyanto
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Islam Sultan Agung Semarang
ABSTRAK
Pendahuluan: Penderita Diabetes Mellitus (DM) dalam jangka waktu yang lama bisa mengalami neuropati perifer diabetik.
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran karakteristik penderita neuropati perifer diabetik. Metodologi: deskripif analitik
dengan desain cross sectional, 35 orang (sampel) yang didapat dengan tehnik purposive sampling. Sampel penelitian yaitu
pasien neuropati perifer diabetik dengan skor sensasi kaki maksimal 8. Hasil: Hasil uji distribusi frekuensi menunjukkan ratarata usia responden 49.5±6,7, jenis kelamin perempuan (68,4%) , lama menderita diabetes mellitus 4,6±2, terapi farmakologi
dominan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) (84,1%) dan rata-rata nilai Ankle Brachial Index (ABI) 0.85±0.05, skor rata-rata sensasi
kaki 8 ± 0,8. Diskusi: karakteristik penderita yang mengalami neuropati perifer diabetik sangat beragam, perlu kiranya dilihat
korelasi antar karakteristik dengan kejadian neuropati perifer diabetik
Kata kunci : Diabetes Melitus, Neuropati Perifer Diabetik, Sensasi Kaki
CHARACERISTICS OF DIABETIC PERIPHERAL NEUROPATIC
ABSTRACT
Introduction: Diabetes Mellitus (DM) for a long time may experience diabetic peripheral neuropathy (DPN). This study aims to
determine the characteristics of diabetic peripheral neuropathy. Methodology: descriptive analytic design with cross sectional
design used with 35 samples obtained with purposive sampling technique. The sample of the research was diabetic peripheral
neuropathy patients with maximum leg sensitivity score 8. Results: The frequency distribution test results showed the average
age of respondents 49.5 ± 6.7, female gender (68.4%), diabetes mellitus 4.6 ± 2, dominant pharmacological treatment of Oral
Hypoglycemic Drugs (OHO) (84.1%) and average ABI values 0.85 ± 0.05, mean foot sensation score of 8 ± 0.8. Discussion: the
characteristics of patients with diabetic peripheral neuropathy are very diverse, it is necessary to see the correlation between
characteristics with the incidence of diabetic peripheral neuropathy.
Keywords: Diabetic Mellitus, Diabetic Peripheral Neuropathy, Legs Sensitivity
Corresponding Author :
1
Suyanto , Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung, Jalan Raya Kaligawe Km 4, Semarang,
Jawa Tengah, Indonesia, Kode pos 50112; e-mail [email protected]
PENDAHULUAN
Beberapa penyakit kronik semakin meningkat kejadiannya di seluruh dunia. Salah satuny yang ada di
Indonesia adalah Diabetes melitus (DM). Komplikasi DM terbagi menjadi 2, yaitu
komplikasi
makrovaskular dan mikrovaskular (Black & Hawk, 2009). Komplikasi mikrovaskular menyerang pada
pembuluh-pembuluh darah kecil, diantaranya terjadi di mata, ginjal, dan saraf perifer yang dapat
menyebabkan terjadinya neuropati perifer diabetik (DPN) (Ignatavicius & Workman, 2010).
Insidensi neuropati perifer diabetik terjadi antara 60% sampai 70% pada pasien DM tipe I dan tipe II.
Neuropati perifer diabetik secara umum akan menimbulkan gejala khas diantaranya adalah
parastesia distal, kaki menjadi terasa dingin, dan adanya nyeri yang khas yang dideskripsikan seperti
nyeri terbakar atau bahkan seperti tertusuk-tusuk. Adapun tanda dan gejala lainnya meliputi
berkurangnya sensasi sensori seperti penurunan stimulus sentuhan atau getaran, nyeri, dan suhu
(Lemone & Burke, 2008).
Dampak dari adanya neuropati perifer diabetik yang salah satunya adalah penurunan sensasi sensori,
maka akan menyebabkan pasien DM berpeluang mengalami luka pada daerah kaki. Doctherman &
Bulechek (2004) menyatakan bahwa tindakan yang dapat dilakukan perawat antara lain manajemen
sensasi perifer dan perawatan kaki.
Banyak penelitian yang membahas mengenai hal-hal terkait penanganan neuropati perifer diabetik,
tetapi belum banyak penelitian terkait gambaran karakteristik penderita neuropati perifer diabetik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita neuropati perifer
diabetik.
METODE
Desain penelitian deskriptif analitik dengan teknik cross sectional. Sebanyak (35) pasien neuropati
perifer diabetic yang menjadi sampel dipilih secara purposive sampling. Prosedur pengambilan data
dilakukan selama 4 minggu di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Tugurejo Semarang. Instrumen
yang digunakan untuk mengukur sensasi kaki yakni Siemens Weinstein Monofilament 10. Sedangkan
kuesioner digunakan untuk mengukur karakteritik responden. Program komputer digunakan untuk
mengolah data yang telah terkumpul. Adapun etika pengambilan data memegang prinsip self
determinant privacy, anonimity, confidentiality confidentiality, dan justice. Analisis pada variabelvariabel di dalam penelitian ini dilakukan secara univariat.
HASIL
Terdapat 5 karakteristik responden yang akan ditampilkan, ke 5 karakteritik tersebut antaralain usia,
jenis kelamin, lama menderita DM, terapi farmakologi, dan ABI. Rerata umur responden adalah 49.5
(95% CI) dengan standar deviasi 6.7. Jenis kelamin dalam penelitian ini sebagian besar perempuan (≥
68.4%). Rerata lama menderita DM yaitu 4.6 tahun (95% CI) dengan standar deviasi 2. Rerata nilai
ABI adalah 0.85 (95% CI) dengan standar deviasi 0.05. Sebagian besar responden mengkonsumsi
obat hipoglikemik oral (OHO) sebesar ≥ 84.1%. Skor rata-rata sensasi kaki panderita neuropati perifer
diabetik 8 ± 0,8.
PEMBAHASAN
Rata-rata responden dalam penelitian ini termasuk kedalam klasifikasi lansia tengah dengan rentang
umur 45 – 65 tahun. DM tiep 2 yang berumur kurang dari 70 tahun memiliki resiko lebih tinggi
mengalami komplikasi mikrovaskuler seperti neuropati, retinopati, dan nefropati ( Floch, Doucet,
Bauduceu, & Verny., 2013). Adapun Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian terkait
lain,bahwa rata-rata usia penderita DM yang mengalami neuropati yakni berumur 55.1 tahun (Booya,
et al. 2005). Hasil penelitian yang relevan lainnya menyatakan bahwa rata-rata umur penderita DM
yang mengalami neuropati perifer diabetik adalah 44 – 58 tahun ( Jember et al, 2017).
Jenis kelamin yang dominan pada penelitian ini adalah perempuan. Hal ini tidak sesuai dengan
pendapat bahwa laki-laki beresiko 2 kali lebih besar mengalami luka kaki dibandingkan wanita. hal ini
dikarenakan laki-laki lebih banyak merokok dan minum alkohol sehingga dapat merusak syaraf
(National diabetes information clearinghouse, 2002). Penelitian relevan lainnya menyatakan bahwa
perbedaan jenis kelamin dapat diartikan sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian neuropati, akan tetapi penjelasan ilmiah yang mendasarinya masih menjadi perdebatan dan
diperlukan penelitian lebih lanjut (Katulanda et al, 2012). Menurut asumsi peneliti karena
terbatasnya jumlah responden dan area penelitian yang hanya melibatkan satu rumah sakit, maka
hal tersebut belum dapat menggambarkan proporsi mayoritas mengenai jenis kelamin yang
mengalami neuropati perifer diabetik.
4.6 tahun lama rata - rata pasien menderita DM. Nilai tersebut sesuai dengan penelitian relevan
lainnya yang menyatakan bahwa neuropati perifer diabetik yang dialami pasien DM terjadi sejak 3 5 tahun setelah terdiagnosa DM (Tefaye et al, 2005). Hasil penelitian yang relevan lainnya
menyatakan bahwa lama waktu seseorang mengalami DM seiring dengan komplikasi yang akan
ditimbulkan, artiya bahwa semakin lama mengalami DM maka semakin tinggi pula kejadian
komplikasi yang dialami oleh pasien (Herrera-Rangel et al, 2014).
Hasil penelitian yang relevan menyatakan bahwa lamanya menderita DM dengan hiperglikemi
mempengaruhi perubahan terhadap dinding pembuluh darah dan tekanan darah (Suzuki et al ,
2001). Kurun waktu 5-10 tahun seseorang terdiagnosis DM, akan menyebabkan terjadinya komplikasi
lainnya. Teori yang relevan menyatakan bahwa penurunan fungsi sel beta pankreas seiring dengan
lama seorang penderita DM terdiagnosis (Smeltzer & Bare, 2010). Hal tersebut sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa penurunan fungsi sel beta pankreas akan berdampak pada berkurangnya
jumlah produksi insulin didalam darah akan menurunkan proses glikolisis didalam sel. Akibatnya
glukosa yang tidak terserap oleh sel akan menyebabkan peningkatan akumulasi glukosa pada
pembuluh darah dan menjadikan kondisi hiperglikemik (Corwin, 2009).
Hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa sebagian besar mengkonsumsi obat antihiperglikemik oral
(OHO). Jenis OHO yang sering dikonsumsi responden adalah Metformin dalam jangka waktu minimal
1 tahun. Hasil penelitian yang relevan menyatakan bahwa bahwa pasien dengan neuropati perifer
diabetik tipe II, dan mengkonsumsi metformin lebih dari 6 bulan memiliki serum rendah Vitamin B12
(Cobalamin/Cbl) dan tanda menunjukkan klinis neuropati perifer yang lebih parah dibandingkan
dengan pasien yang tidak terpapar Metformin (Wile & Toth, 2010). Pasien DM akan mengalami
penurunan vitamin B12, rasa kesemutan pada tangan dan pada kaki serta mati rasa merupakan
tanda dan gejala kurangnya vitamin B12 didalam tubuh (Gilligan, 2002).
Nilai ABI pada penderita neuropati diabetik relatif tidak normal, hal ini sesuai dengan hasil penelitian
ini yang menggambarkan perputaran aliran darah dalam tubuh berada pada tahapan gangguan
ringan. Pernyataan yang relevan terkait hal ini adalah salah satu faktor penting yang akan
menyebabkan masalah-masalah lainnya pada pasien DM seperti makrovaskular dan mikrovaskuler
adalah gangguan pada pembuluh darah. Pada pasien DM, aliran darah akan terganggu dan
menyebabkan terganggunya sirkulasi tubuh (Farmet, et al, 2005). Salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap nilai ABI adalah riwayat konsumsi merokok. Hasil penelitian lain juga bahwa riwayat atau
merokok mempengaruhi pembuluh darah karena menyebabkan aterosklerosis dalam pembuluh
darah. Akibat dari atersoklerosis tersebut akan meningkatkan tekanan sistolik yang akan
berkontribusi besar terhadap nilai ABI (Jung, Chu, Bhan, 2011). Hasil penelitian lainnya yang relevan
menunjukkan bahwa merokok merupakan bahwa merokok secara signifikan mampu meningkatkan
resiko pasien DM mengalami neuropati perifer diabetik ( Clair et al, 2015).
Salah satu tanda penderita neuropati perifer diabetik adalah adanya mati rasa pada telapak kaki yang
disebabkan gangguan sistem syaraf perifer yang sangat erat hubungannya dengan dampak
hiperglikemik kronik dan faktor neurovaskuler. Akibatnya adalah pembuluh darah yang membawa
oksigen dan nutrisi ke sel syaraf akan rusak (National diabetes information clearinghouse, 2002).
Neuropati periper diabetik juga salah satu komplikasi akibat diabetes mellitu yang tidak kadar
gulanya tidak terkontrol. Gula darah yang tidak terkontrol juga menjadi salah satu penyebab
terjadinya luka pada kaki. Hasil penelitian yang relevan menyatakan bahwa peningkatan kadar
glukosa pada darah dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya ulkus diabetik foot (
Dekker et al, 2016). Hasil penelitian lainnya menyatakan bahwa kontrol gula yang buruk juga akan
menyebabkan munculnya gejala neuropati perifer diabetik (Zilliox et al, 2015).
SIMPULAN
Sebagian besar penderita mengalami penurunan sensasi kaki dengan lama menderita DM yang
bervariatif. Umur penderita sudah memasuki dewasa akhir atau lansia awal dengan wanita yang
paling banyak mengalami neuropati perifer diabetik. Terapi farmakologi OHO paling banyak
dikonsumsi dan nilai ABI dalam tahapan yang mengalami gangguan ringan.
SARAN
Perlu adanya peningkatan pemahaman dan perilaku bagi para penderita DM untuk melakukan
kontrol gula rutin, konsumsi obat, olah raga untuk mengurangi terjadinya kejadian neuropati perifer
diabetik.
DAFTAR PUSTAKA
Booya, F., Bandarian, F., Larijani, B., Pajouhi, M., Nooraei, M, & Lotfi, J. (2005). Potential risk factors
for diabetic neuropathy : A case control study. BMC Neurol, 5, 24
Black, J.M., & Hawks, J.H, (2009), Medical-surgical nursing: Clinical management for positive
outcomes, Eight edition. Singapore: Saunders Elsevier.
Corwin, E. (2009). Hand book of pathophisiolofy. Philadelphia : Mosby
Clair, C., Cohen, M.J., Eichler, F., Selby,K.J., and Rigotti, N.A. (2015). The Effect of Cigarette Smoking
on Diabetic Peripheral Neuropathy: A Systematic Review and Meta-Analysis. J Gen Intern Med.
30(8):1193-203. doi: 10.1007/s11606-015-3354-y. Epub 2015 May 7
Dochterman, J.M, & Bulechek,G.M.(2004). Nursing intervention classification (NIC).(4th ed). St.Louis:
Mosby.
Dekker, R.G., Qin, C., Ho, B.S., and Kadakia ,A.R. (2016). The effect of cumulative glycemic burden on
the incidence of diabetic foot disease. J Orthop Surg Res. 18;11(1):143.
Farmet, E.(2005). Diabetic foot ulcer. The journal of american medical association, 293.
http://Jama.ama-assn.org/cgi/content/full/293/2:135
Floch, J.P., Doucet, J., Bauduceau, B., & Verny, C. (2013). Short report: Complications retinopathy,
nephropathy, periperal neuropahty and geriatric scale scores in elderly people with type 2
diabetes. Diabetic Medicine, 31, 107-111
Gilligan, M.A. (2002). Metformin and vitamin B12 deficiency. Arch Intern Med, 162, 484 –
485Ignatavicius, D.D., & Workman, M.L. (2006). Medical surgical nursing: Critical thinking for
collaborative care. Fifth edition. St. Louis, Missouri: Elsevier Saunders.
Herrera-Rangel, A., Aranda-Moreno, C., Mantilla-Ochoa, T., Zainos-Saucedo, L., & Jáuregui-Renaud, K.
(2014). The Influence of Peripheral Neuropathy, Gender, and Obesity on the Postural Stability
of Patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Journal of Diabetes Research, 2014, 1–7.
doi:10.1155/2014/787202
Jung, K., Chu, K., Lee, S., Bahn,J et al. (2011). Risk of macrovascular complications in type 2 diabetes
mellitus: Endothelial microparticle profiles. Cerebrovascular diseases, 31(5), 485-493
Jember, G., Melsew,Y.A., Fisseha, B., Sany, K., Gelaw A,Y., and Janakiraman, B. (2017). Peripheral
Sensory Neuropathy and associated factors among adult diabetes mellitus patients in Bahr
Dar, Ethiopia. J Diabetes Metab Disord.16:16. doi: 10.1186/s40200-017-0295-5
Katulanda, P.,Priyanga,R.,Ranil,J.,Gidwin,R.C.,Rezvi,S.,David,R.M.(2012). The prevalance, patterns and
predictors of diabetic peripheral neuropathy in a developing country. Diabetology &
Metabolic Syndrome,4, 21-29
Kohnle
.(2008).
Symptom
of
http://diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs/neuropathies
diabetic
neuropathy,
LeMone, P, & Burke .(2008). Medical surgical nursing : Critical thinking in client care.( 4th ed).
Pearson Prentice Hall: New Jersey.
National Diabetes Information Clearinghouse. (2005). Total prevalence of diabetes in the Unites
States. http://diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs.htm
Suzuki, E., Kashigawi, A., Nishio, Y., Egawa, K., Shimizu, S., & Maegawa, H. (2001). Increased arterial
wall stiffness limits flow volume in the lower extremities in type 2 diabetics patients. Diabetic
care, 24(12), 2107-2114
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. (2008). Brunner & Suddarth’s textbook of
medical surgical nursing (11th ed.). Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Wile, Daryl. J., and Toth, Cory. (2010). Association of Metformin, Elevated Homocysteine, and
Methylmalonic Acid Levels and Clinically Worsened Diabetic Peripheral Neuropathy. Diabetes
Care. 2010 Jan; 33(1): 156–161
Tesfaye, S. (2006). Diabetic neuropathy. In; Veves A, Giurini JM, LoGerfo FW, editor. The Diabetic
Foot, Second Edition. New Jersey: Humaniora Press
Zilliox, L.A., Ruby, S.K., Singh, S., Zhan, M., & Russel, J.W. (2015). Clinical neuropathy scales in
neuropathy associated with impaired glucose tolerance. Journal of diabetes and its
complications, 29, 372-377
Download