dampak aliran kas bebas terhadap biaya keagenan, kinerja, nilai

advertisement
Jurnal e-maksi Harapan
Vol. 1, No. 1, Februari 2013
DAMPAK ALIRAN KAS BEBAS TERHADAP BIAYA KEAGENAN, KINERJA, NILAI,
DAN PENGEMBALIAN SAHAM : STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI INDONESIA TAHUN 2006-2011
Shinta Marshalita Prayitno
([email protected])
Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis, UGM, Jogyakarta
Sumiyana
([email protected])
Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis, UGM, Jogyakarta
ABSTRACT
This paper investigated how free cash flow affect agency cost, company performance,
value, and stock return of manufacturing companies registered on Indonesian Stock Exchange
between 2006 – 2011. Fifteen Companies involved in this study based on criterias; published
audited and comprehensive income statement, actively sold stocks, also never delisted as long as
observation period. To analyze hypothesis, multiple regression was used with 10% significance
level.
The result shows that free cash flow give positive effect to agency cost with two contradict
meaning. In one side free cash flow consequence agency cost as it provide consumption and
negligence, however in other side free cash flow generated from efficiency internal operations,
lead to better performance. In contrast, this research found that free cash flow have positive effect
to companies performance, which means managers in Indonesia has high conservatism level to use
company’s free cash flow.
Keywords : Free Cash Flow, Agency Cost, Company’s Performance
membagikan kompensasi bonus senilai $165
juta dollar untuk diberikan kepada senior
manajemen meskipun rencana ini telah
dikritik oleh media. Hal ini menjadi dilema
bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan
apakah pemerintah harus tetap membantu
perusahaan-perusahaan bermasalah untuk
keluar dari kesulitan keuangan perusahaan.
PENDAHULUAN
Tujuan
utama
dari
adanya
administrasi bisnis dan manajemen keuangan
adalah untuk mengejar pertumbuhan
perusahaan secara berkesinambungan, seperti
memaksimalkan
kesejahteraan
para
pemegang sahamnya. Sejak terjadinya krisis
ekonomi di tahun 2008, krisis keuangan
menimpa beberapa perusahaan-perusahaan
besar terkemuka, termasuk CitiBank dan
American International Group (AIG).
Sehingga Pemerintah Amerika Serikat
berinisiatif untuk mengadakan proyek
talangan
keuangan
demi
untuk
menyelamatkan perusahaan-perusahaan ini
dari krisis keuangan. Namun hal yang
mengejutkan adalah beberapa perusahaan,
setelah menerima dana dan talangan dari
pemerintah, mengusulkan untuk memberikan
kompensasi bonus yang besar bagi
manajemen sama serta kepada dewan direksi.
Contohnya,
AIG
memutuskan untuk
Brush, et.al. (2000) mengemukakan
bahwa teori keagenan menganut tiga dasar
premis, yaitu: Pertama, tujuan dari
manajemen adalah untuk memaksimalkan
kesejahteraan
pribadinya
daripada
kesejahteraan bagi pemegang saham. Kedua,
kepentingan
pribadi
manajemen
menyebabkan ketidakefisienan pada aliran
kas bebas. Ketiga, adanya biaya keagenan
yang dikeluarkan oleh pemegang saham itu
disebabkan oleh tata kelola perusahaan yang
buruk.
Penelitian ini didasarkan pada
hipotesis aliran kas bebas yang bertujuan
20
2013
Shinta Marshalita Prayitno & Sumiyana
untuk mengetahui bagaimana aliran kas
bebas berdampak pada biaya keagenan dan
dengan demikian berdampak pada kinerja
perusahaan, dengan menggunakan data
perusahaan-perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI. Aliran kas bebas adalah arus
kas lebih/tersisa yang diperlukan untuk
mendanai semua proyek yang mempunyai
NPV positif ketika discounted atas kos
relevant pada capital. Selain konsep
akuntansi, aliran kas bebas juga merupakan
arus kas menganggur pada kebijakan
manajemen. Konflik kepentingan diantara
pemegang saham dan para manajer atas
kebijakan payout terjadi ketika organisasi
menghasilkan aliran kas bebas secara
substansial. Masalahnya adalah bagaimana
memotivasi menejemen untuk membagikan
kas itu daripada menginvestasikannya kepada
biaya modal atau pemborosan yang berupa
ketidakefisienan organisasi. Hipotesis aliran
kas bebas menyatakan bahwa manajemen
dapat meningkatkan kesejahteraan mereka
dengan investasi di perusahaan menggunakan
aliran kas bebas pada kesempatan investasi
yang tidak menguntungkan daripada
membayar dividend, membeli saham, dan
sebagainya. Proyek NPV negatif ini terjadi
ketika terlalu banyak aliran kas bebas di
tangan manajemen. (Jensen, 1986)
dilakukan sebelumnya mengenai pengaruh
aliran kas bebas dan biaya keagenan terhadap
kinerja perusahaan, maka di dalam penelitian
ini penulis tertarik untuk meneliti mengenai
dampak aliran kas bebas apabila diterapkan
pada perusahaan-perusahan yang bergerak
dibidang manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kebijakan manajemen dalam
aliran kas bebas akan mempengaruhi
biaya keagenan?
2. Apa dampak aliran kas bebas terhadap
kinerja perusahaan manufaktur di
Indonesia?
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Pada penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Wang (2010) pada
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Taiwan menemukan bukti untuk
mendukung teori keagenan, bahwa biaya
keagenan mempunyai dampak negatif yang
signifikan pada kinerja perusahaan dan
pengembalian saham. Namun kebalikannya,
peneliti juga mendapatkan dampak yang
positif dari hubungan antara aliran kas bebas
dan ukuran kinerja perusahaan.
Secara khusus, penelitian ini
bertujuan untuk menguji validitas hipotesis
aliran kas bebas dan teori keagenan, serta
bagaimana dampaknya terhadap kinerja
perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah:
Pertama, karena pada literatur sebelumnya
aliran kas bebas dianggap sebagai biaya
keagenan (Chung, et.al. 2005). Namun, gagal
untuk membangun hubungan antara aliran
kas bebas dan biaya keagenan, maka
penelitian ini dimaksudkan untuk mengisi
kesenjangan penelitian dengan menyelidiki
bagaimana
aliran
kas
bebas
pada
kebijaksanaan
manajemen
akan
mempengaruhi biaya agensi. Kedua, karena
hasil studi empiris pada pengujian hipotesis
aliran kas bebas tidak konsisten, penelitian
ini ingin menguji bagaimana aliran kas bebas
secara empiris berdampak pada kinerja
perusahaan dengan menggunakan data
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan pada
hasil penelitian-penelitian yang telah
Pada penelitian yang dilakukan oleh
Jensen (1986) ditemukan adanya excess
return pada perusahaan dengan aliran kas
bebas yang tinggi adalah paling besar untuk :
High book-to-market firms (Fama dan French
1992); dan perusahaan dengan rasio Tobin’s
q di bawah unit (satu kesatuan). Wang
(2010), peneliti sebelumnya menemukan
bukti untuk mendukung teori keagenan, yang
berarti biaya keagenan memiliki dampak
negatif
secara
signifikan
pada
kinerja perusahaan dan pengembalian saham.
Lang, et.al. (1991) menguji 101
kasus merger dan menemukan bahwa aliran
kas bebas mungkin memperburuk rasio q dari
perusahaan untuk kasus merger dan akuisisi.
Chung, et.al. (2005) menemukan bahwa
21
20 - 34
Jurnal e-maksi Harapan
aliran
kas
bebas
mungkin
dapat
menyebabkan terjadinya biaya keagenan
sehingga secara terbalik mempengaruhi
jangka pendek aliran kas operasi, sehingga
melemahkan
nilai
jangka
panjang
perusahaan. Chang, et.al. (2007) menemukan
bukti pendukung mengenai adanya sebuah
hubungan terbalik yang signifikan antara
aliran kas bebas dan pengembalian saham.
Oleh karena itu, hipotesis di dalam penelitian
ini menyatakan bahwa aliran kas bebas
memiliki dampak negatif terhadap kinerja
operasi, nilai perusahaan, dan pengembalian
saham. Untuk menguji hipotesis ini proksi
ROA dan ROE dipilih untuk mengukur
kinerja operasi, dan Rasio Tobin-q digunakan
untuk mengukur nilai perusahaan.
Februari
dan ini sulit bagi prinsipal untuk melakukan
verifikasi apakah agen telah melakukan
sesuatunya dengan tepat. Kedua, masalah
pembagian dalam menanggung resiko yang
timbul dimana prinsipal dan agen memiliki
sikap yang berbeda terhadap resiko. Manajer
hanya mengendalikan dan mengelola resiko,
namun tidak ikut menangung resiko dan
sebagai akibatnya, ketika manajemen salah
mengambil keputusan, mereka tidak dapat
meningkatkan nilai dari perusahaan.
Teori keagenan dilandasi oleh
beberapa asumsi yang dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu asumsi mengenai sifat
manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi
informasi. Asumsi sifat manusia ini
menerangkan bahwa manusia memiliki sifat
untuk mementingkan dirinya sendiri,
memiliki keterbatasan rational, dan tidak
menyukai resiko. Asumsi keorganisasian
menekankan adanya konflik antar anggota
organisasi dan adanya asimetris informasi
antara prinsipal dan agen. Sedangkan asumsi
informasi menerangkan bahwa informasi
sebagai barang komoditi yang bisa
diperjualbelikan (Eisenhardt, 1989).
Teori Keagenan
Pemisahan pemilik dan manajemen
di dalam literatur akuntansi disebut dengan
teori keagenan. Teori ini berdasarkan pada
hubungan kontrak yang terjadi diantara
prinsipal dan agen, dimana sekelompok
prinsipal akan menyewa orang lain (agen)
untuk melakukan beberapa jasa untuk dapat
memenuhi kepentingan mereka. Pertentangan
yang disebabkan perbedaan kepentingan
antara prinsipal dan agen ini akan
menimbulkan permasalahan yang di dalam
teori keagenan dikenal sebagai asimetris
informasi, yaitu informasi yang tidak
seimbang disebabkan karena
adanya
distribusi informasi yang tidak sama antara
prinsipal dan agen. Faktor ketergantungan
pihak eksternal pada angka akuntansi serta
kecenderungan manajemen untuk mencari
keuntungan sendiri menyebabkan tingkat
asimetris informasi yang tinggi, sehingga
manajer berperilaku nakal dengan cara
memanipulasi kerja yang dilaporkan untuk
kepentingannya sendiri.
Aliran kas bebas
Menurut Jensen (1986), aliran kas
bebas didefinisikan sebagai arus kas
menganggur dan merupakan sisa dari
pendanaan
seluruh
proyek
yang
menghasilkan net present value (NPV)
positif yang didiskontokan pada tingkat biaya
modal relevan. Jansen berpendapat bahwa
aliran kas bebas yang terlalu banyak akan
mengakibatkan insuffisiensi internal dan
pemborosan sumber daya perusahaan,
sehingga mengarah pada biaya keagenan
sebagai biaya untuk para pemegang saham.
Sedangkan Kieso, et.al. (2007)
mendefinisikan
Aliran
kas
capital
expenditure bebas sebagai jumlah aliran kas
diskresioner suatu perusahaan yang dapat
digunakan untuk tambahan investasi,
melunasi hutang, membeli kembali saham
treasury,
atau
menambah
likuiditas
perusahaan. Aliran kas bebas mempunyai
manfaat baik bagi pemegang saham dan
manajer. Manfaat bagi pemegang saham
adalah aliran kas bebas akan dibagikan dalam
bentuk dividen yang merupakan bentuk
Teori keagenan berusaha untuk
menjawab masalah keagenan yang terjadi
yang disebabkan karena adanya pihak-pihak
yang saling bekerjasama dengan tujuan yang
berbeda. Menurut Eisenhard (1989), teori
keagenan ditekankan untuk mengatasi dua
permasalahan yang terjadi di dalam
hubungan keagenan. Pertama, masalah
keagenan yang timbul pada saat tujuantujuan prinsipal dan agen saling bertentangan
22
2013
Shinta Marshalita Prayitno & Sumiyana
keuntungan yang secara langsung dapat
meningkatkan
kesejahteraan
pemegang
saham, oleh karena itu pembagian dividen
sangat diharapkan oleh pemegang saham.
Bagi manajemen, aliran kas bebas dapat
digunakan untuk membiayai investasi
perusahaan yang apabila mendatangkan
keuntungan akan menguntungkan posisi
manajemen dalam perusahaan.
pemisahan kepemilikan dan pengelolaan
perusahaan membawa kepada kondisi dimana
manajer
akan
menghambur-hamburkan
kekayaan pemilik perusahaan.
Pada penelitian sebelumnya, Jensen
dan Meckling (1976) dan Jensen (1986)
berpendapat bahwa ada setidaknya 3 bentuk
dari biaya keagenan, yaitu meliputi: biaya
pengawasan perilaku manejemen, Bonding
kos of restrictive covenants, dan residual loss
due to suboptimal manajemen’s decisions.
Jensen (1986) menghubungkan masalah
keagenan dengan aliran kas bebas seperti
manajemen
yang
mungkin
akan
menyalahgunakan aliran kas bebas dengan
otoritasnya ketika tidak tersedianya peluang
investasi di perusahaan. Oleh karena itu,
aliran kas bebas pada manajemen merupakan
biaya keagenan bagi pemegang saham.
Hipotesis
aliran
kas
bebas
menyatakan bahwa ketika sebuah perusahaan
telah menghasilkan surplus aliran kas bebas
dan tidak memiliki peluang investasi yang
menguntungkan,
maka
manajemen
cenderung akan menyalahgunakan aliran kas
bebas yang tersedia sehingga mengakibatkan
peningkatan biaya agensi, alokasi sumber
daya yang tidak efisien, dan investasi yang
salah. Chung, et.al. (2005) menemukan
bahwa aliran kas bebas yang berlebihan
mungkin memiliki dampak negatif terhadap
profitabilitas perusahaan dan valuasi saham.
Hubungan Antara Aliran Kas Bebas dan
Teori Keagenan
Terkait dengan teori keagenan,
terdapat hubungan antara prinsipal dan agen
di dalamnya, pemegang saham sebagai
prinsipal pada sebuah perusahaan akan
membatasi atau memperkecil masalah
perbedaan
kepentingannya
dengan
manajemen sebagai agen dengan cara
melakukan
pengawasan
agar
agen
melaksanakan sesuai dengan kontrak yang
disepakati. Biaya yang terjadi berkaitan
dengan monitoring agen ini disebut dengan
kos
pengawasan.
Sebaliknya
untuk
memaksimalkan kepuasan, agen akan
mengeluarkan bonding kos guna memberikan
jaminan bahwa agen tidak akan melakukan
tindakan
yang
berlawanan
dan
membahayakan bagi kepentingan pemegang
saham sebagai prinsipal dan juga untuk
menjamin bahwa prinsipal akan memberikan
kompensasi bagi manajemen jika manajemen
yang bertindak sebagai agen dapat
melaksanakan kinerjanya sesuai dengan
kontrak.
Biaya keagenan
Jensen & Meckling mendefinisikan
biaya keagenan sebagai biaya yang
dikeluarkan guna pengawasan oleh prinsipal,
biaya bonding oleh agen, dan residual loss.
Masalah keagenan untuk pertama kali
dikemukan oleh Berle dan Means (1932),
mereka berpendapat bahwa biaya keagenan
terjadi
ketika
ada
pemisahan atas
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan
maka
akan
menyebabkan
timbulnya
kepentingan yang tidak konsisten dari pihak
manajemen dan pemegang saham. Jensen
dan Meckling (1976), berpendapat
bahwa
hubungan kontraktual yang tidak lengkap
diantara pemegang saham sebagai prinsipal
dan
manajemen
sebagai
agen dapat
menyebabkan masalah keagenan.
Teori keagenan mengemukakan jika
antara pihak prinsipal (pemilik) dan agen
(manajer) memiliki kepentingan yang
berbeda maka muncul konflik yang
dinamakan masalah keagenan. Fama dan
Jensen (1983) menyatakan bahwa masalah
keagenan disebabkan karena adanya sistem
pengambilan keputusan yang terpisah antara
manajemen
dan
pihak
pengawas.
Berdasarkan penelitian Jensen dan Meckling
(1976) serta Shleifer dan Vishny (1997),
Aliran kas bebas berhubungan
dengan teori keagenan, khususnya biaya
keagenan.
Para
manajer
perusahaan
merupakan agen dari para pemegang saham,
hubungan ini penuh dengan konflik
kepentingan di dalamnya. Misal; pembayaran
23
20 - 34
Jurnal e-maksi Harapan
deviden berupa kas kepada pemegang saham
menciptakan konflik. Payout kepada
pemegang saham akan mengurangi sumber
daya yang dikontrol oleh manajer, dengan
demikian
akan
mengurangi
kekuasaan/wewenang manajer, dan para
prinsipal akan melakukan pengawasan atas
apa yang terjadi pada pasar modal ketika
perusahaan harus memperoleh capital baru
(Sasongko, 2003).
Februari
H1a : aliran kas bebas berpengaruh
positif terhadap perputaran
aset
H1b : aliran kas bebas berpengaruh
positif terhadap rasio biaya
operasi
H1c : aliran kas bebas berpengaruh
positif
terhadap
biaya
administrasi
H1d : aliran kas bebas berpengaruh
positif terhadap rasio biaya
iklan,
penelitian,
dan
pengembangan
Kerangka Pemikiran dan Pengembangan
Hipotesis
Melalui telaah pustaka dan tinjauan
pada
penelitian
sebelumnya,
dapat
dikemukakan kerangka hubungan antar
variabel-variabel penelitian disertai beberapa
hipotesis sebagai berikut:
H2 : Aliran kas bebas memiliki dampak
negatif bagi kinerja operasi
Kinerja operasi perusahaan diukur
melalui return on equity (ROE) dan
return on assets (ROA). Dengan
demikian hipotesis kedua dibagi
menjadi hipotesis 2a dan 2b.
H1 : Aliran kas bebas berpengaruh
positif terhadap biaya keagenan
Biaya keagenan diproksikan dengan
empat variabel, yaitu rasio perputaran
total aset (Asst), rasio biaya operasi
terhadap penjualan (OpeR), rasio biaya
administrasi
terhadap
penjualan
(AdmR), rasio biaya iklan, penelitian,
dan
pengembangan
terhadap
penjualan, karena itu dibentuk
Hipotesis 1a, 1b, 1c, dan 1d.
H2a : aliran kas bebas memiliki
dampak negatif terhadap ROE
H2b : aliran kas bebas memiliki
dampak negatif terhadap ROA
H3 : aliran kas bebas memiliki dampak
negatif bagi nilai perusahaan.
H4 : aliran kas bebas memiliki dampak
negatif bagi pengembalian saham.
Aliran kas bebas
H1
Biaya
Keagenan
H2
Kinerja
Operasi
H3
Nilai
Perusahaan
Gambar 1. Kerangka Hubungan antar Variabel Penelitian
24
H4
Pengembalian
Saham
2013
Shinta Marshalita Prayitno & Sumiyana
Delta Δ, menunjukan perubahan
operasi menghasilkan laba operasi, dan aliran
kas bebas adalah bagian dari pendapatan
yang tersisa setelah menginvestasikan
kembali sebagian aset operasi bersih.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tahun 2006 – 2011. Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode
Purposive
Sampling, yaitu pemilihan anggota sampel
yang didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu
atau ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh
sampel itu dengan tujuan mendapatkan
sampel yang representative (Ghozali, 2006).
Dalam pemilihan sampel ini, periode
pengamatan dilakukan pada perusahaan
manufaktur sejak tahun 2006 sampai dengan
tahun 2011 dan setiap perusahaan yang akan
masuk dalam sampel harus memenuhi
kriteria seleksinya sebagai berikut:
1.
Biaya keagenan
Pada pada penelitian ini peneliti
hanya
menggunakan
empat
variabel
perhitungan dalam memproksikan biaya
keagenan, antara lain: rasio perputaran total
aset (AssT), rasio biaya operasi terhadap
penjualan (OpeR), rasio biaya administrasi
terhadap penjualan (AdmR), Rasio biaya
iklan, penelitian, dan pengembangan
terhadap penjualan (ARDR).
Variabel Dependen
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode
tahun 2006 – 2011
2.
Perusahaan tidak mengalami delisted
selama periode tahun 2006 – 2011
3.
Sampel yang diteliti menerbitkan
laporan keuangan yang lengkap selama
periode tahun 2006 – 2011.
4.
Perusahaan aktif memperdagangkan
sahamnya dipasar modal selama periode
tahun 2006 – 2011.
Kinerja Operasi
ROA dan ROE mendemonstrasikan
kinerja perusahaan dengan total aset yang
dimiliki perusahaan ketika mengukur
pengembalian pada pemegang saham. ROA
merupakan perbandingan net income
terhadap assets, sedangkan ROE merupakan
perbandingan net income terhadap equity.
Nilai Perusahaan
Secara empiris, rasio tobin-q pada
umumnya menyarankan sebuah proksi untuk
nilai perusahaan, seperti yang ditunjukan
oleh Lang et.al. (1991) dan Fama dan French
(1992). Rasio q diuraikan sebagai berikut:
Dengan demikian didapatkan sampel
untuk penelitian ini sebanyak 15 perusahaan.
Variabel dan Pengukuran
Variabel Independen
Aliran kas bebas
MVA = Nilai pasar common equity
Debt = Nilai buku hutang
TAB = Nilai buku total aset
Menurut Lang et.al. (1991), aliran
kas bebas dapat didefinisikan sebagai laba
bersih operasi sebelum biaya depresiasi,
pengurangan pajak penghasilan, biaya bunga,
dan deviden kas. Berdasarkan pertimbangan
dari ukuran perusahaan, aliran kas bebas
diskalakan dengan laba operasi (Penman:
2010). Standarisasi perhitungan aliran kas
bebas adalah sebagai berikut:
Pengembalian Saham
Pengembalian
saham
dihitung
sebagai periode pengembalian dari waktu t-1
ke t, yang akan dijabarkan berikut:
25
20 - 34
Dimana
Jurnal e-maksi Harapan
menunjukan pengembalian
saham dan P adalah harga saham.
Februari
Dan
menunjukan indeks
harga saham gabungan pada bulan
ke (t-1) (Jogiyanto, 2003).
Variabel Kontrol
Pengujian Hipotesis
Berdasarkan
penelitian
pada
umumnya, untuk mengendalikan pengaruh
mereka terhadap variabel dependen, mereka
menggunakan tiga variabel control. Demsetz
dan Lehn (1985) berpendapat bahwa
perusahaan yang lebih besar mungkin
memiliki nilai perusahaan lebih tinggi selama
tersedia lebih banyak sumber daya
perusahaan yang di transformed ke dalam
outputs. Fama and France (1998),
berpendapat bahwa terdapat hubungan positif
antara ukuran perusahaan dengan kinerja
perusahaan. Banyak penelitian juga yang
mendukung dampak dari ukuran perusahaan
yang dapat dilihat pada Gul dan Judy (1998),
Grullon dan Michaely (2002), dan Singh and
Davidson (2003), untuk tujuan empiris,
ukuran kinerja dapat diukur :
Uji hipotesis yang digunakan adalah
Uji-R², uji signifikan simultan (uji statistik F)
atau ANOVA dan uji signifikan parameter
individual (uji statistik t). Metode analisis
yang digunakan adalah dengan analisis
regresi linear berganda. Analisis ini
digunakan untuk mengukur pengaruh antara
lebih dari satu variabel prediktor (variabel
bebas) terhadap variabel terikat (Ghozali,
2006). Model regresi untuk menguji
Hipotesis 1a, 1b, 1c, dan 1d adalah sebagai
berikut:
…(H1a)
… (H1b)
…(H1c)
…(H1d)
Untuk menguji hipotesis apakah
aliran kas bebas dapat mempengaruhi kinerja
operasi seperti di dalam H2 dilakukan uji-F
statistik dari dua model. Variabel aliran kas
bebas haruslah mempunyai kecocokan yang
baik dan berasosiasi secara positif dengan
ROE dan ROA. Hipotesis 2a dan 2b diuji
dengan persamaan:
Sebagai tambahan, untuk mengontrol
bagaimana
financial
leverage
dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan, debt ratio
juga termasuk ke dalam regresi model. Myers
(1977) dan Easterbrook (1984)
..(H2a)
..(H2b)
Untuk mengendalikan dampak dari
resiko yang sistematis pada nilai pasar
perusahaan, pengembalian pasar juga
diperkenalkan berdasarkan pada Fama dan
French (1992). Pengembalian pasar diukur
sebagai :
Dimana
Untuk menguji H3 digunakan
metode regresi menggunaan uji-F dengan
persamaan sebagai berikut:
…… (H3)
Dalam menguji H4, model yang
digunakan di dalam uji F adalah dengan
persamaan:
menunjukan
tingkat
pengembalian pasar pada bulan
ke t
Dan
menunjukan indeks
harga saham gabungan pada bulan
ke t
….. (H4)
26
2013
Shinta Marshalita Prayitno & Sumiyana
adalah 0.090943 dan nilai dari standard
deviasinya sebesar 0.0749426
HASIL dan PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Nilai perusahaan memiliki nilai
minimal 0.260 dan nilai maksimal sebesar
3.980 dengan nilai rata-rata adalah 1.359 dan
standard deviasinya sebesar 0.728. Nilai
minimal
yang
dimiliki
oleh
rasio
hutangadalah sebesar 0.070 dengan nilai
maksimalnya sebesar 0.850 dan nilai rata-rata
dari debt ratio adalah sebesar 0.412 dengan
standard deviasinya sebesar 0.218
Statistik deskriptif menunjukkan
karakteristik sampel yang mencakup variabel
dependen dan independen dalam analisis
regresi untuk menguji hipotesis Statistik
deskriptif setiap variabel yang meliputi
jumlah sampel data yang dapat dihitung, nilai
minimal, nilai maksimal, mean, dan standar
deviasi.
Pengembalian saham memiliki nilai
minimal yaitu sebesar -0.850 dan nilai
maksimal sebesar 1.460. Nilai rata-rata dari
stock return adalah sebesar 0.285 dan nilai
standard deviasinya sebesar 0.522. Nilai
minimal untuk Size adalah sebesar 26.530
dan nilai maksimalnya yaitu sebesar 30.380
dengan nilai rata-ratanya sebesar 28.446 dan
standard deviasinya sebesar 1.110 dan yang
terakhir adalah variabel Pengembalian pasar
yang memiliki nilai minimal sebesar -0.510
dan nilai maksimalnya sebesar 0.790 dengan
nilai rata-rata sebesar 0.2859 dan standard
deviasinya adalah sebesar 0.4318
Nilai minimal untuk aliran kas bebas
didapat sebesar -307,102,000,000 dan nilai
maksimalnya sebesar 1,937,630,000,000,000.
Nilai rata-rata untuk aliran kas bebas adalah
sebesar 326,693,207,224.43 dengan nilai
standard
deviasinya
sebesar
574,759,775,714.69.
Pengukuran untuk biaya keagenan
diproksikan pada perputaran aset, rasio biaya
operasi, rasio biaya administrasi, dan yang
terakhir adalah rasio biaya iklan, penelitian,
dan pengembangan. Perputaran aset memiliki
nilai minimal 0.3600 dan nilai maksimal
sebesar 2.0 dengan nilai rata-rata sebesar
1.079 dan nilai standard deviasi 0.385. Rasio
biaya operasi memiliki nilai minimal sebesar
0.0300 dan nilai maksimal yaitu 0.3200
dengan nilai rata-rata rasio biaya operasi
adalah sebesar 0.139434 dan nilai standar
deviasinya sebesar 0.0708849. Rasio biaya
administrasi memiliki nilai minimal sebesar
0.010 dan nilai maksimalnya sebesar 0.120
dengan nilai rata-rata sebesar 0.055283 dan
standard deviasinya sebesar 0.0297815. Nilai
minimal dari rasio biaya iklan, penelitian,
dan pengembangan (ARDR) adalah sebesar
0.00001 dan nilai maksimal sebesar 0.1500
dengan nilai rata-rata 0.0194340 dan standard
deviasi adalah sebesar 0.04001995
Uji R² (R Square)
Nilai Uji-R² dan nilai uji-F dari
masing-masing variabel pengukuran pada H1
sampai dengan H4.
Berdasarkan hasil pengukuran, R²
untuk H1 variabel perputaran aset didapatkan
sebesar 0.211 yang artinya pengukuran ini
dapat menggambarkan atau menjelaskan
bahwa perubahan yang terjadi pada variabel
dependen dipengaruhi oleh faktor variabel
independennya sebesar 21.1% dan sisanya
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Pada
pengukuran variabel berikutnya, yaitu
variabel rasio biaya operasi didapatkan nilai
R² sebesar 0.506 yang artinya pengukuran ini
dapat menggambarkan atau menjelaskan
bahwa perubahan yang terjadi pada variabel
dependen dipengaruhi oleh faktor variabel
independennya sebesar 50.6% dan sisanya
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
ROA dan ROE merupakan proksi
yang digunakan untuk mengukur kinerja
operasi perusahaan. Pada tabel dapat dilihat
bahwa ROE memiliki nilai minimal sebesar 0.020 dan nilai maksimalnya sebesar 0.59
dengan nilai rata-rata sebesar 0.164528 dan
memiliki standard deviasi sebesar 0.1090089.
Sedangkan, ROA memiliki nilai minimal
yaitu -0.090 dan nilai maksimalnya sebesar
0.260 dengan nilai rata-rata yang dimilikinya
Variabel ketiga dalam H1 adalah
rasio biaya administrasi yang memiliki nilai
R² sebesar 0.091 yang artinya pengukuran ini
dapat menggambarkan atau menjelaskan
27
20 - 34
Jurnal e-maksi Harapan
bahwa perubahan yang terjadi pada variabel
dependen dipengaruhi oleh faktor variabel
independennya sebesar 9.1% dan sisanya
dipengaruhi
oleh
faktor-faktor
lain.
Selanjutnya variabel ke empat di dalam H1,
yaitu Rasio biaya iklan, penelitian, dan
pengembangan yang memiliki nilai R²
sebesar 0.348 yang artinya pengukuran ini
dapat menggambarkan atau menjelaskan
bahwa perubahan yang terjadi pada variabel
dependen dipengaruhi oleh faktor variabel
independennya sebesar 34.8% dan sisanya
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Februari
signifikansi F sebesar 0% sampai 5%.
Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat bahwa
pada pengujian H1, variabel-variabel yang
menunjukan nilai F signifikan adalah pada
variabel perputaran aset, rasio biaya operasi,
dan rasio biaya iklan, penelitian, dan
pengembangan dengan nilai signifikansi
untuk uji-9F masing-masing sebesar 0.000,
0.008, 0.000 Angka ini dinyatakan signifikan
karena berada di bawah batasan yang
diberikan peneliti yaitu sebesar 0% - 5%.
sehingga dapat disimpulkan paling tidak ada
satu variabel independen yang berpengaruh
terhadap variabel dependen.
H2 menggunakan dua variabel untuk
mengukur kinerja perusahaan yaitu ROE dan
ROA. Variabel pertama, ROE memiliki nilai
R² sebesar 0.131 artinya pengukuran ini
dapat menggambarkan atau menjelaskan
bahwa perubahan yang terjadi pada variabel
dependen dipengaruhi oleh faktor variabel
independennya sebesar 13.1% dan sisanya
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Variabel
kedua, ROA nilai R² nilainya sebesar 0.542
artinya
pengukuran
ini
dapat
menggambarkan atau menjelaskan bahwa
perubahan yang terjadi pada variabel
dependen dipengaruhi oleh faktor variabel
independennya sebesar 54.2% dan sisanya
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Berdasarkan
pengujian
yang
dilakukan, didapatkan Nilai F untuk ROE
dan ROA sebagai proxy dari H2 sebesar
2.460
dan
19.350
dengan
nilai
signifikansinya sebesar .008 dan .000.
Angka-angka tersebut dinyatakan signifikan
karena berada di bawah batasan nilai yang
diberikan, yaitu sebesar 5% sehingga
disimpulkan bahwa pada model regresi untuk
masing-masing proxi paling tidak terdapat
satu variabel independen yang berpengaruh
terhadap variabel dependen mereka.
Pengujian H3 dan H4 didapatkan
untuk nilai F masing-masing sebesar 26.638
dan 1.841 dengan nilai signifikansinya
sebesar .000 dan .136. Berdasarkan uji F
untuk H3, nilai F dinyatakan signifikan. Hal
ini berarti bahwa pada model regresi
pengujian H3 paling tidak ada terdapat satu
variabel independen yang berpengaruh
terhadap variabel dependennya. Sedangkan
pada tabel uji F 4a untuk H4 nilai F
dinyatakan tidak signifikan karena berada di
atas batasan nilai yang telah diberikan
sebelumnya.
H3 menggunakan variabel nilai
perusahaan dengan nilai R² yaitu sebesar
0.689,
artinya
pengukuran
ini
menggambarkan atau menjelaskan bahwa
perubahan yang terjadi pada variabel
dependen dipengaruhi oleh faktor variabel
independennya sebesar 68.9% dan sisanya
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Sedangkan
H4
menggunakan
variabel pengembalian saham dan didapatkan
R²-nya sebesar 0.133 yang artinya
pengukuran ini dapat menggambarkan atau
menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi
pada variabel dependen dipengaruhi oleh
faktor variabel independennya sebesar 13.3%
dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor
lainnya.
Uji t
Setelah dilakukan uji-F, maka
selanjutnya dilakukan uji regresi parsial
dengan uji-t untuk menguji pengaruh masingmasing variabel independen terhadap
variabel dependen. Uji-t dapat dilakukan
dengan membandingkan nilai p-value dengan
tingkat signifikansi yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu sebesar diantara .000
sampai 0.1. Jika p-value lebih kecil dari 0.1,
Uji ANOVA
Pengukuran uji-F menggunakan
pengujian Anova dengan batasan nilai
28
2013
Shinta Marshalita Prayitno & Sumiyana
maka Ha dapat diterima. Hasil regresi dapat
dilihat pada tabel 3.
yang terjadi pada rasio biaya administrasi
sebagai salah satu proksi biaya keagenan.
Hasil pengukuran uji t untuk rasio biaya
iklan, penelitian, & pengembangan yang
dinyatakan sebagai salah satu proxi biaya
keagenan di dalam H1. Berdasarkan
perhitungan, didapat nilai t aliran kas bebas
memiliki signifikansi sebesar 0.248. Angka
ini dinyatakan tidak signifikan, begitu pula
untuk nilai t pada variabel ukuran perusahaan
yang menunjukan angka signifikansi sebesar
0.168. Angka-angka tersebut nilainya lebih
besar dari batasan level maksimal yang
diberikan yaitu 10%. Sedangkan nilai t pada
variabel kontrol rasio hutang menunjukan
nilai signifikansi sebesar 0.000 angka ini
signifikan pada level 1% dan memiliki
hubungan negatif.
Uji-t 1a didapatkan nilai signifikansi
untuk nilai t aliran kas bebas adalah sebesar
0.009, nilai ini dinyatakan signifikan pada
level 1% dan memiliki hubungan negatif
terhadap variabel dependennya yaitu
perputaran aset. Biaya keagenan memiliki
hubungan yang terbalik terhadap perputaran
asset, sehingga untuk proksi ini dinyatakan
sesuai dengan Ha pada H1: aliran kas bebas
memiliki dampak positif terhadap biaya
keagenan (Wang, 2010). Nilai signifikansi
untuk variabel ukuran dan rasio hutang yang
dinyatakan sebagai variabel kontrol pada
model regresi H1a masing-masing sebesar
0.001 dan 0.242. disimpulkan bahwa pada
model regresi H1a yang memiliki pengaruh
terhadap variabel dependen perputaran asset
sebagai salah satu proksi biaya keagenan
yaitu aliran kas bebas dan ukuran
perusahaan.
Terdapat dua proksi utama dalam
mengukur
kinerja
operasi,
yaitu
menggunakan penggukuran ROE dan ROA
sebagai
variabel
dependennya. Hasil
pengukuran uji-t untuk ROA. berdasarkan
nilai t untuk aliran kas bebas dihasilkan
sgnifikansi sebesar 0.071, angka ini
signifikan di level 10% dan aliran kas bebas
ini berpengaruh positif terhadap perubahan
yang terjadi pada ROE. Artinya, aliran kas
bebas tinggi mengakibatkan pergerakan ROE
meningkat. Ukuran perusahaan yang
dinyatakan sebagai variabel kontrol memiliki
nilai t dengan signifikansi sebesar 0.910
angka ini tidak signifikan. Selanjutnya,
variabel kontrol lainnya, debt ratio memiliki
nilai t dengan signifikansi sebesar 0.574,
angka ini juga tidak signifikan karena lebih
besar dari batasan yang ditentukan. Maka,
disimpulkan bahwa pada proksi ROE sebagai
pengukur kinerja operasi variabel yang
mempengaruhi secara signifikan yaitu aliran
kas bebas dan memiliki hubungan positif
terhadap perubahan yang terjadi pada ROE
Hasil pengukuran uji t untuk rasio
biaya operasi sebagai proxi biaya keagenan
di dalam hipotesis1. Berdasarkan perhitungan
tersebut, didapat nilai t aliran kas bebas
memiliki signifikansi sebesar 0.046. angka
ini dinyatakan signifikan pada level 5% dan
menunjukan bahwa aliran kas bebas sebagai
variabel independen memiliki hubungan
positif terhadap variabel dependennya.
Sedangkan nilai t untuk size dan debt ratio,
keduanya memiliki nilai signifikansi 0.000
dan berhubungan negatif. Pengujian ini
sesuai dengan pengujian sebelumnya (Wang,
2010). Hasil pengukuran uji t untuk rasio
biaya administrasi yang dinyatakan sebagai
salah satu proxi biaya keagenan di dalam H1.
Berdasarkan perhitungan, didapat nilai t
aliran kas bebas dengan signifikansi sebesar
0.895 angka ini tidak signifikan karena lebih
besar dari batasan yang diberikan yaitu
sebesar 0.10 begitu pula dengan nilai t pada
size yang memiliki nilai signifikansi sebesar
0.726 nilainya juga tidak signifikan.
Sedangkan nilai t untuk debt ratio memiliki
signifikansi sebesar 0.035 dan dinyatakan
signifikan pada level 5%.
Nilai t aliran kas bebas memiliki nilai
signifikansi sebesar 0.071 angka ini dianggap
signifikan pada level 1% dan memiliki
hubungan yang positif terhadap variabel
dependennya, ROA. Nilai t pada ukuran
perusahaan memiliki nilai signifikansi
sebesar 0.578, angka ini dianggap tidak
signifikan sehingga ukuran perusahaan
dianggap tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perubahan ROA.
Variabel Debt Ratio, nilai t yang dimiliki
Berdasarkan pengukuran uji t model
regresi ini, disimpulkan bahwa aliran kas
bebas dan ukuran perusahaan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perubahan
29
20 - 34
Jurnal e-maksi Harapan
oleh debt ratio memiliki signifikansi sebesar
0.000 serta memiliki hubungan yang negatif,
jadi perubahan ROA dipengaruhi secara
signifikan oleh perubahan yang terjadi pada
debt ratio dan hubungan keduanya negatif,
apabila debt ratio meningkat maka ROA-nya
akan menurun, begitu juga sebaliknya. Jadi,
disimpulkan bahwa perubahan pada ROA
sebagai proksi penilaian kinerja operasi
dipengaruhi secara signifikan oleh variabel
aliran kas bebas serta memiliki hubungan
positif dan dipengaruhi juga oleh variabel
debt ratio yang memiliki hubungan negatif.
menyatakan bahwa aliran kas bebas memiliki
hubungan positif terhadap biaya keagenan.
Pada penelitian ini biaya keagenan
diproksikan ke dalam empat proksi, yaitu
perputaran aset, rasio biaya operasi, rasio
biaya administrasi, dan rasio biaya iklan,
penelitian, dan pengembangan. Diantara
empat proksi ini yang dapat mencerminkan
biaya keagenan untuk memenuhi pernyataan
H1 adalah perputaran aset dan rasio biaya
operasi. Hal ini disebabkan sampel yang
dipilih oleh peneliti adalah perusahaanperusahaan di Indonesia dan manajer
perusahaan lebih berfokus pada asset dan
operasi perusahaan. Sehingga kedua variabel
ini, yaitu perputaran aset dan rasio biaya
operasi
lebih
dapat
mencerminkan
pengukuran untuk biaya keagenan.
Hasil pengukuran nilai t untuk
variabel pada H3 dan H4. Pernyataan pada
H3: aliran kas bebas memiliki dampak
negatif bagi nilai perusahaan. Sedangkan
pernyataan pada H4: aliran kas bebas
memiliki dampak negatif bagi pengembalian
saham perusahaan. Variabel yang digunakan
untuk H3 dan H4 yaitu aliran kas bebas,
pengembalian pasar, ukuran perusahaan, dan
rasio hutang. Berdasarkan pengukuran ke dua
tabel, nilai t yang didapatkan untuk variabel
aliran kas bebas memiliki signifikansi
masing-masing sebesar 0.000 dan 0.579.
Aliran kas bebas pada H3 dinyatakan
signifikan pada level 1%. Namun Aliran kas
bebas untuk H4 tidak terdukung. Nilai t pada
variabel ukuran perusahaan memiliki
signifikasi masing-masing sebesar 0.335 dan
0.113 sedangkan nilai t pada return market
memiliki signifikansi masing-masing sebesar
0.090 dan 0.087 kedua angka ini signifikan
pada level 10% sedangkan variabel terakhir
adalah debt ratio. Nilai t untuk debt ratio
masing-masing tabel memiliki signifikansi
sebesar 0.151 dan 0.229. jadi kesimpulan
akhirnya adalah H3 terdukung namun aliran
kas bebas memiliki hubungan positif
terhadap variabel dependennya yaitu nilai
perusahaan sedangkan pada penelitian untuk
H4 tidak terdukung, dikarenakan stock return
merupakan salah satu bentuk yang dihasilkan
dari sentimental pasar, sehingga banyak
variabel lain yang lebih dapat mempengaruhi
perubahan pengembalian saham selain aliran
kas bebas. Misalnya laba rugi dan aliran kas.
Dari pengujian uji-t didapatkan
bahwa aliran kas bebas memang berpengaruh
positif terhadap biaya keagenan. Sehingga Ha
didukung dan penelitian ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya (Wang, 2010).
Artinya, bagi kedua proksi biaya keagenan,
perputaran aset dan rasio biaya operasi
memiliki hubungan secara langsung dengan
kinerja operasi perusahaan. Kedua variabel
ini merupakan bentuk operasi internal yang
dapat menyebabkan kinerja perusahaan
berjalan lebih baik atau buruk. Perputaran
aset sebagai proksi dari biaya keagenan
memiliki hubungan yang negatif dengan
biaya keagenan. Artinya semakin banyak
perusahaan memiliki aliran kas bebas,
semakin rendah perputaran aset perusahaan..
Sedangkan untuk proksi rasio biaya operasi,
artinya aliran kas bebas yang semakin tinggi
maka biaya keagenan yang diproksikan oleh
rasio biaya operasi juga semakin tinggi,
karena aliran kas bebas dianggap sebagai
sumber daya yang menganggur. Sehingga,
manajer cenderung berprilaku lalai dengan
menghambur-hamburkan
sumber
daya
perusahaan dan menyebabkan biaya operasi
meningkat dikarenakan adanya ineffisiensi
penggunaan sumber daya.
H2: aliran kas bebas memiliki
dampak negatif bagi kinerja operasi
perusahaan. Pengukuran kinerja operasi
perusahaan diproksikan ke dalam dua
variabel pengukuran, yaitu ROE dan ROA.
Hasil yang didapatkan pada penelitian
sebelumnya ditemukan ketidakkonsistenan
PEMBAHASAN
didapat
Februari
Berdasarkan penelitian pada uji-t
pada hipotesis pertama yang
30
2013
Shinta Marshalita Prayitno & Sumiyana
dengan pernyataan pada H2, berdasarkan
penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa
aliran kas bebas memiliki dampak positif
terhadap proksi-proksi kinerja operasi yaitu
ROE dan ROA, begitu juga pada hasil
penelitian yang peneliti lakukan saat ini.
Penelitian ini menyatakan bahwa aliran kas
bebas memiliki dampak positif bagi kinerja
operasi perusahaan. Manajer perusahaan di
Indonesia cenderung untuk bersikap lebih
hati-hati dan jujur ketika aliran kas bebas
perusahaan tinggi. Sehingga manajer akan
sangat berhati-hati dalam menggunakan kas
mereka dan berusaha untuk memaksimalkan
penggunaan
assets
mereka
untuk
menghasilkan profit. Penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian sebelumnya (Wang,
2010)
hasil kinerja perusahaan yang diukur
menggunakan proksi ROE dan ROA, kedua
variabel ini ikut meningkat pula dan akibat
dari kenaikan kinerja operasi menyebabkan
nilai perusahaan ikut meningkat juga.
H4: aliran kas bebas memiliki
dampak negatif namun tidak berpengaruh
bagi pengembalian saham perusahaan. Hal
ini dikarenakan aliran kas bebas bukan
merupakan
variabel
yang
dapat
mempengaruhi secara signifikan terhadap
perubahan pengembalian saham. Banyak
Faktor lain yang dapat mempengaruhi
perubahan pengembalian saham lebih
signifikan daripada variabel aliran kas bebas
yang dimiliki perusahaan. Artinya bahwa
aliran kas bebas bukanlah variabel utama
dalam pengembalian saham, masih banyak
variabel lain yang digunakan untuk
pengembalian saham, misal dari laba-rugi.
H3: aliran kas bebas memiliki
dampak negatif bagi nilai perusahaan saat ini.
Dikatakan bahwa Aliran kas bebas yang
tinggi menyebabkan nilai perusahaan
menurun. Namun pada penelitian ini
ditemukan bahwa aliran kas bebas memiliki
hubungan yang positif dengan nilai
perusahaan. Hal ini dikarenakan pada
hipotesis kedua menyatakan bahwa aliran kas
bebas berpengaruh positif terhadap kinerja
operasi, sehingga kinerja operasi memiliki
hubungan positif dengan nilai perusahaan.
Ketika kinerja operasi perusahaan baik maka
nilai perusahaan akan meningkat dan nilai
perusahaan tercermin dari harga saham yang
beredar. Hal tersebut mengandung arti bahwa
aliran kas bebas mempengaruhi nilai
perusahaan dengan hubungan positif yaitu
ketika aliran kas bebas meningkat maka nilai
perusahaan
meningkat,
begitu
pula
sebaliknya. Terkait dengan penemuan pada
H2 yang menyatakan bahwa aliran kas bebas
berpengaruh positif terhadap kinerja operasi
perusahaan.
Artinya
adalah
manajer
perusahaan yang memiliki aliran kas tinggi
cenderung untuk bersikap hati-hati dalam
mengambil tindakan, hal ini dikarenakan
terdapat pihak lain, dalam hal ini adalah
investor institusional yang mengawasi dan
mengontrol
prilaku
kinerja
manajer.
Sehingga semakin tinggi aliran kas bebas
maka
semakin tinggi juga
tingkat
pengawasan yang dilakukan dan manajer
semakin berhati-hati. Kehati-hatian yang
dilakukan oleh manajer berdampak pada
SIMPULAN,
SARAN
KETERBATASAN,
dan
Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk
menguji dampak aliran kas bebas dan biaya
keagenan terhadap kinerja
keuangan
perusahaan di Indonesia. Sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
dari
tahun
2006-2011
dan
aktif
memperdagangkan sahamnya di pasar modal.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
pada bab sebelumnya, hasil penelitian
menunjukan bahwa:
1.
31
Pemain saham di pasar modal Indonesia
terdiri dari pemain saham institusional
dan individu. Kedua pemain ini
memiliki perannya masing-masing di
pasar modal Indonesia. Pemain saham
institusional membeli saham sebuah
perusahaan dengan maksud untuk
mengendalikan perusahaan yang mereka
kuasai sahamnya, dan pemain ini
cenderung
untuk
lebih
dalam
menganalisis perusahaan yang akan
mereka kuasai. Sedangkan pemain
saham individu membeli saham sebuah
perusahaan dengan tujuan untuk
mendapatkan selisih harga jual saham,
20 - 34
Jurnal e-maksi Harapan
pemain ini cenderung menganalisis
sebuah perusahaan dengan melihat labarugi daripada melihat aliran kas dan
aliran kas bebas perusahaan tersebut.
2.
3.
4.
Ketika perusahaan dikuasai oleh pemain
saham institusi, mereka akan lebih
berhati-hati
dan
cermat
dalam
mengendalikan aliran kas bebas mereka.
Karena perusahaan ini dikendalikan
dengan baik oleh perusahaan yang
menguasai saham mereka, sehingga saat
aliran kas bebas mereka meningkat
mereka akan lebih berhati-hati dalam
penggunaan
aliran
kas
bebas.
Pengendalian yang baik juga akan
menyebabkan kinerja operasi mereka
ikut meningkat.
Berdasarkan
kesimpulan
dan
keterbatasan
penelitian
yang
telah
dikemukakan di atas, maka saran-saran
penelitian adalah sebagai berikut:
1.
Bagi penelitian selanjutnya dapat
mengambil objek penelitian berupa
perusahaan
dari
bidang
selain
perusahaan manufaktur sehingga dapat
membuktikan apakah hasil penelitian
dapat dipakai di perusahaan-perusahaan
selain yang bergerak di bidang
manufaktur.
2.
Bagi
peneliti
selanjutnya
dapat
mengambil objek penelitian berupa
perusahaan
manufaktur
dan
dikelompokkan sesuai dengan industri
masing-masing.
3.
Penelitian
berikutnya
dapat
mempersempit penelitian hanya untuk
perusahaan dengan nilai aliran kas bebas
yang positif saja atau perusahaan yang
memiliki nilai aliran kas bebas yang
negatif secara terus-menerus.
4.
Bagi
peneliti
berikutnya
dapat
menggunakan data harga saham sekitar
tanggal pelaporan keuangan perusahaan
agar dapat lebih mencerminkan keadaan
yang sesungguhnya.
Keterbatasan
Penelitian ini mempunyai sejumlah
keterbatasan. Beberapa keterbatasan dalam
penelitian ini antara lain:
Objek penelitian hanya meliputi
perusahaan manufaktur sehingga hasil
penelitian tidak secara otomatis dapat
dipakai pada perusahaan-perusahaan
yang bergerak di bidang lain.
2.
Objek
penelitian
yang
meliputi
perusahaan
manufaktur
tidak
digolongkan secara spesifik sesuai
dengan
industrinya,
sehingga
lingkungan industri yang berbeda
menyebabkan reaksi investor yang
berbeda pula.
3.
Karena perbedaan tanggal pelaporan
penulis menggunakan data akhir tahun
untuk menghitung pengembalian saham,
yang
pada
akhirnya
kurang
mencerminkan
keadaan
yang
sesungguhnya.
Saran
Dan ketika perusahaan ini memiliki
kinerja operasional yang baik maka nilai
perusahaan mereka juga ikut meningkat.
Nilai perusahaan berhubungan positif
dengan kinerja operasi perusahaan. Nilai
perusahaan tercermin dari harga jual
saham perusahaan yang beredar di pasar
modal. Semakin tinggi nilai sahamnya
maka semakin tinggi juga nilai
perusahaan itu.
1.
Februari
DAFTAR PUSTAKA
Berle, A. A., Means, G. C. (1932). The
Modern Corporation and Private
Property. Macmillan. New York.
Brush, T. H. Phillip, B. and Margaretha, H.
(2000). The Free Cash Flow
Hypothesis for Sales Growth and
Firm
Performance.
Strategic
Management Journal. Vol. 21. Hal.
455-472.
Sampel
penelitian
terdiri
atas
perusahaan-perusahaan yang memiliki
baik aliran kas bebas yang bernilai
positif maupun bernilai negatif.
32
2013
Shinta Marshalita Prayitno & Sumiyana
Chang, S. C., Chen, S. S., Hsing, A., and
Huang, C. W. (2007). Investment
Opportunities, Free Cash Flow, and
Stock Valuation Effects of Secured
Debt
Offerings.
Review
of
Quantitative
Finance
and
Accounting. Vol. 28. No. 4. Hal. 123145.
Grullon, G., Michaely, R. (2002). Devidens,
Share
Repurchases,
and
the
Subtitution Hypothesis. Journal of
Finance. Vol. 57. No. 5. Hal. 16491684.
Gul, F. A., Judy, S. L. T. (1998). A Test of
Free Cash Flow and Debt Monitoring
Hypothesis: Evidence from Audit
Pricing. Journal of Accounting and
Economics. Vol. 24. No. 2. Hal. 219237.
Chung, R., Firth, M., and Kim, J. B. (2005).
FCF
Agency Costs,
Earning
Management,
and
Investor
Monitoring. Corporate Ownership
and Control. Vol. 2. No. 4. Hal. 5161.
Jensen, M. C. (1986). Agency Cost of Free
Cash Flow, Corporate Finance, and
Takeover.
American
Economic
Review, Vol. 76. No. 2. Hal. 323329.
Chung, R., Firth, M., and Kim, J. B. (2005).
Earning Management, Surplus Free
Cash Flow, and External Monitoring.
Journal of Business Research. Vol.
58. Hal. 766-776.
Jensen, M. C., Meckling, W. H. (1976).
Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and
Ownership Structure. Journal of
Financial Economics. Vol. 3. No. 4.
Hal. 305-360.
Demsetz, H., Lehn, K. (1985). The Structure
of Corporate Owership: Causes and
Consequences. Journal of Political
Economy. Vol. 93. No. 6. Hal. 11551177.
Jogiyanto H. M. (2003). Teori Portofolio dan
Analisis Investasi. Edisi ketiga.
Easterbrook, F. (1984). Two Agency-Cost
Explanation of Devidends. American
Economic Review. Vol. 74. No. 4.
Hal. 650-659.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan
Terry
D.
Warfield.
(2007).
th
Intermediate Accounting. 12 . John
Wiley & Sons, Inc.
Eisenhardt, Kahtleen, M. (1989). Agency
Theory: An Assessment and Review.
Academy of Management Review.
Vol. 14. No. 1. Hal. 57-74.
Lang, L. H. P., Stulz, R. M., and Walking, R.
A. (1991). A Test of the Free Cas
Flow Hypothesis, the Case of Bidder
Returns. Journal of Financial
Economics.vol. 29. No. 2. Hal. 315335.
Fama, E. F., Jensen, M. C., (1983).
Separation of ownership and control.
Journal of Law and Economics. Vol.
26, 301-325.
Myers, S. C. (1977). The Determinants of
Corporate Borrowing. Journal of
Financial Economics. Vol. 5. No. 3.
Hal. 147-175.
Fama, E. F., French, K. R. (1992). The
Cross-Section of Expected Stock and
Returns. Journal of Finance. Vol. 47.
No. 2. Hal. 427-465.
Penman, H Stephen. (2010), Financial
Statement Analysis and Security
Valuation. 4th. McGraw-hill.
Fama, E. F., French, K. R. (1998). Value
versus Growth: The International
Evidence. Journal of Finance. Vol.
53. No. 6. Hal. 1975-1999.
Sasongko, Noer. (2003). Teori Free Cash
Flow, Pembahasan, dan Riset. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan. Vol. 2.
No. 1. Hal. 83-101.
Ghozali, Imam. (2006). Analisis Multivariate
dengan program SPSS. Semarang :
Badan
Penerbit
Universitas
Diponegoro.
Shleifer , A. dan R. W. Vishny. (1997). A
Survey of Corporate Governance.
Journal of Finance. Vol. 52. Hal.
737-783.
33
20 - 34
Jurnal e-maksi Harapan
Singh, M., Davidson III, W. N. (2003).
Agency Costs, Ownership Structure,
and
Corporate
Governance
Mechanism. Journal of Banking and
Finance. Vol. 27. Hal. 793-816.
Wang, George Yungchih. (2010). The Impact
of Free Cash Flows and Agency
Costs on Firm Performance. Journal
Service Science and Management.
Vol. 3. Hal. 408-418.
34
Februari
Download