Jurnal e-maksi Harapan Vol. 1, No. 1, Februari 2013 DAMPAK ALIRAN KAS BEBAS TERHADAP BIAYA KEAGENAN, KINERJA, NILAI, DAN PENGEMBALIAN SAHAM : STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA TAHUN 2006-2011 Shinta Marshalita Prayitno ([email protected]) Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis, UGM, Jogyakarta Sumiyana ([email protected]) Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis, UGM, Jogyakarta ABSTRACT This paper investigated how free cash flow affect agency cost, company performance, value, and stock return of manufacturing companies registered on Indonesian Stock Exchange between 2006 – 2011. Fifteen Companies involved in this study based on criterias; published audited and comprehensive income statement, actively sold stocks, also never delisted as long as observation period. To analyze hypothesis, multiple regression was used with 10% significance level. The result shows that free cash flow give positive effect to agency cost with two contradict meaning. In one side free cash flow consequence agency cost as it provide consumption and negligence, however in other side free cash flow generated from efficiency internal operations, lead to better performance. In contrast, this research found that free cash flow have positive effect to companies performance, which means managers in Indonesia has high conservatism level to use company’s free cash flow. Keywords : Free Cash Flow, Agency Cost, Company’s Performance membagikan kompensasi bonus senilai $165 juta dollar untuk diberikan kepada senior manajemen meskipun rencana ini telah dikritik oleh media. Hal ini menjadi dilema bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan apakah pemerintah harus tetap membantu perusahaan-perusahaan bermasalah untuk keluar dari kesulitan keuangan perusahaan. PENDAHULUAN Tujuan utama dari adanya administrasi bisnis dan manajemen keuangan adalah untuk mengejar pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan, seperti memaksimalkan kesejahteraan para pemegang sahamnya. Sejak terjadinya krisis ekonomi di tahun 2008, krisis keuangan menimpa beberapa perusahaan-perusahaan besar terkemuka, termasuk CitiBank dan American International Group (AIG). Sehingga Pemerintah Amerika Serikat berinisiatif untuk mengadakan proyek talangan keuangan demi untuk menyelamatkan perusahaan-perusahaan ini dari krisis keuangan. Namun hal yang mengejutkan adalah beberapa perusahaan, setelah menerima dana dan talangan dari pemerintah, mengusulkan untuk memberikan kompensasi bonus yang besar bagi manajemen sama serta kepada dewan direksi. Contohnya, AIG memutuskan untuk Brush, et.al. (2000) mengemukakan bahwa teori keagenan menganut tiga dasar premis, yaitu: Pertama, tujuan dari manajemen adalah untuk memaksimalkan kesejahteraan pribadinya daripada kesejahteraan bagi pemegang saham. Kedua, kepentingan pribadi manajemen menyebabkan ketidakefisienan pada aliran kas bebas. Ketiga, adanya biaya keagenan yang dikeluarkan oleh pemegang saham itu disebabkan oleh tata kelola perusahaan yang buruk. Penelitian ini didasarkan pada hipotesis aliran kas bebas yang bertujuan 20 2013 Shinta Marshalita Prayitno & Sumiyana untuk mengetahui bagaimana aliran kas bebas berdampak pada biaya keagenan dan dengan demikian berdampak pada kinerja perusahaan, dengan menggunakan data perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Aliran kas bebas adalah arus kas lebih/tersisa yang diperlukan untuk mendanai semua proyek yang mempunyai NPV positif ketika discounted atas kos relevant pada capital. Selain konsep akuntansi, aliran kas bebas juga merupakan arus kas menganggur pada kebijakan manajemen. Konflik kepentingan diantara pemegang saham dan para manajer atas kebijakan payout terjadi ketika organisasi menghasilkan aliran kas bebas secara substansial. Masalahnya adalah bagaimana memotivasi menejemen untuk membagikan kas itu daripada menginvestasikannya kepada biaya modal atau pemborosan yang berupa ketidakefisienan organisasi. Hipotesis aliran kas bebas menyatakan bahwa manajemen dapat meningkatkan kesejahteraan mereka dengan investasi di perusahaan menggunakan aliran kas bebas pada kesempatan investasi yang tidak menguntungkan daripada membayar dividend, membeli saham, dan sebagainya. Proyek NPV negatif ini terjadi ketika terlalu banyak aliran kas bebas di tangan manajemen. (Jensen, 1986) dilakukan sebelumnya mengenai pengaruh aliran kas bebas dan biaya keagenan terhadap kinerja perusahaan, maka di dalam penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti mengenai dampak aliran kas bebas apabila diterapkan pada perusahaan-perusahan yang bergerak dibidang manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah kebijakan manajemen dalam aliran kas bebas akan mempengaruhi biaya keagenan? 2. Apa dampak aliran kas bebas terhadap kinerja perusahaan manufaktur di Indonesia? TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Penelitian Sebelumnya Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wang (2010) pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Taiwan menemukan bukti untuk mendukung teori keagenan, bahwa biaya keagenan mempunyai dampak negatif yang signifikan pada kinerja perusahaan dan pengembalian saham. Namun kebalikannya, peneliti juga mendapatkan dampak yang positif dari hubungan antara aliran kas bebas dan ukuran kinerja perusahaan. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas hipotesis aliran kas bebas dan teori keagenan, serta bagaimana dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah: Pertama, karena pada literatur sebelumnya aliran kas bebas dianggap sebagai biaya keagenan (Chung, et.al. 2005). Namun, gagal untuk membangun hubungan antara aliran kas bebas dan biaya keagenan, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengisi kesenjangan penelitian dengan menyelidiki bagaimana aliran kas bebas pada kebijaksanaan manajemen akan mempengaruhi biaya agensi. Kedua, karena hasil studi empiris pada pengujian hipotesis aliran kas bebas tidak konsisten, penelitian ini ingin menguji bagaimana aliran kas bebas secara empiris berdampak pada kinerja perusahaan dengan menggunakan data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan pada hasil penelitian-penelitian yang telah Pada penelitian yang dilakukan oleh Jensen (1986) ditemukan adanya excess return pada perusahaan dengan aliran kas bebas yang tinggi adalah paling besar untuk : High book-to-market firms (Fama dan French 1992); dan perusahaan dengan rasio Tobin’s q di bawah unit (satu kesatuan). Wang (2010), peneliti sebelumnya menemukan bukti untuk mendukung teori keagenan, yang berarti biaya keagenan memiliki dampak negatif secara signifikan pada kinerja perusahaan dan pengembalian saham. Lang, et.al. (1991) menguji 101 kasus merger dan menemukan bahwa aliran kas bebas mungkin memperburuk rasio q dari perusahaan untuk kasus merger dan akuisisi. Chung, et.al. (2005) menemukan bahwa 21 20 - 34 Jurnal e-maksi Harapan aliran kas bebas mungkin dapat menyebabkan terjadinya biaya keagenan sehingga secara terbalik mempengaruhi jangka pendek aliran kas operasi, sehingga melemahkan nilai jangka panjang perusahaan. Chang, et.al. (2007) menemukan bukti pendukung mengenai adanya sebuah hubungan terbalik yang signifikan antara aliran kas bebas dan pengembalian saham. Oleh karena itu, hipotesis di dalam penelitian ini menyatakan bahwa aliran kas bebas memiliki dampak negatif terhadap kinerja operasi, nilai perusahaan, dan pengembalian saham. Untuk menguji hipotesis ini proksi ROA dan ROE dipilih untuk mengukur kinerja operasi, dan Rasio Tobin-q digunakan untuk mengukur nilai perusahaan. Februari dan ini sulit bagi prinsipal untuk melakukan verifikasi apakah agen telah melakukan sesuatunya dengan tepat. Kedua, masalah pembagian dalam menanggung resiko yang timbul dimana prinsipal dan agen memiliki sikap yang berbeda terhadap resiko. Manajer hanya mengendalikan dan mengelola resiko, namun tidak ikut menangung resiko dan sebagai akibatnya, ketika manajemen salah mengambil keputusan, mereka tidak dapat meningkatkan nilai dari perusahaan. Teori keagenan dilandasi oleh beberapa asumsi yang dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu asumsi mengenai sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia ini menerangkan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan dirinya sendiri, memiliki keterbatasan rational, dan tidak menyukai resiko. Asumsi keorganisasian menekankan adanya konflik antar anggota organisasi dan adanya asimetris informasi antara prinsipal dan agen. Sedangkan asumsi informasi menerangkan bahwa informasi sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan (Eisenhardt, 1989). Teori Keagenan Pemisahan pemilik dan manajemen di dalam literatur akuntansi disebut dengan teori keagenan. Teori ini berdasarkan pada hubungan kontrak yang terjadi diantara prinsipal dan agen, dimana sekelompok prinsipal akan menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa untuk dapat memenuhi kepentingan mereka. Pertentangan yang disebabkan perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen ini akan menimbulkan permasalahan yang di dalam teori keagenan dikenal sebagai asimetris informasi, yaitu informasi yang tidak seimbang disebabkan karena adanya distribusi informasi yang tidak sama antara prinsipal dan agen. Faktor ketergantungan pihak eksternal pada angka akuntansi serta kecenderungan manajemen untuk mencari keuntungan sendiri menyebabkan tingkat asimetris informasi yang tinggi, sehingga manajer berperilaku nakal dengan cara memanipulasi kerja yang dilaporkan untuk kepentingannya sendiri. Aliran kas bebas Menurut Jensen (1986), aliran kas bebas didefinisikan sebagai arus kas menganggur dan merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net present value (NPV) positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal relevan. Jansen berpendapat bahwa aliran kas bebas yang terlalu banyak akan mengakibatkan insuffisiensi internal dan pemborosan sumber daya perusahaan, sehingga mengarah pada biaya keagenan sebagai biaya untuk para pemegang saham. Sedangkan Kieso, et.al. (2007) mendefinisikan Aliran kas capital expenditure bebas sebagai jumlah aliran kas diskresioner suatu perusahaan yang dapat digunakan untuk tambahan investasi, melunasi hutang, membeli kembali saham treasury, atau menambah likuiditas perusahaan. Aliran kas bebas mempunyai manfaat baik bagi pemegang saham dan manajer. Manfaat bagi pemegang saham adalah aliran kas bebas akan dibagikan dalam bentuk dividen yang merupakan bentuk Teori keagenan berusaha untuk menjawab masalah keagenan yang terjadi yang disebabkan karena adanya pihak-pihak yang saling bekerjasama dengan tujuan yang berbeda. Menurut Eisenhard (1989), teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang terjadi di dalam hubungan keagenan. Pertama, masalah keagenan yang timbul pada saat tujuantujuan prinsipal dan agen saling bertentangan 22 2013 Shinta Marshalita Prayitno & Sumiyana keuntungan yang secara langsung dapat meningkatkan kesejahteraan pemegang saham, oleh karena itu pembagian dividen sangat diharapkan oleh pemegang saham. Bagi manajemen, aliran kas bebas dapat digunakan untuk membiayai investasi perusahaan yang apabila mendatangkan keuntungan akan menguntungkan posisi manajemen dalam perusahaan. pemisahan kepemilikan dan pengelolaan perusahaan membawa kepada kondisi dimana manajer akan menghambur-hamburkan kekayaan pemilik perusahaan. Pada penelitian sebelumnya, Jensen dan Meckling (1976) dan Jensen (1986) berpendapat bahwa ada setidaknya 3 bentuk dari biaya keagenan, yaitu meliputi: biaya pengawasan perilaku manejemen, Bonding kos of restrictive covenants, dan residual loss due to suboptimal manajemen’s decisions. Jensen (1986) menghubungkan masalah keagenan dengan aliran kas bebas seperti manajemen yang mungkin akan menyalahgunakan aliran kas bebas dengan otoritasnya ketika tidak tersedianya peluang investasi di perusahaan. Oleh karena itu, aliran kas bebas pada manajemen merupakan biaya keagenan bagi pemegang saham. Hipotesis aliran kas bebas menyatakan bahwa ketika sebuah perusahaan telah menghasilkan surplus aliran kas bebas dan tidak memiliki peluang investasi yang menguntungkan, maka manajemen cenderung akan menyalahgunakan aliran kas bebas yang tersedia sehingga mengakibatkan peningkatan biaya agensi, alokasi sumber daya yang tidak efisien, dan investasi yang salah. Chung, et.al. (2005) menemukan bahwa aliran kas bebas yang berlebihan mungkin memiliki dampak negatif terhadap profitabilitas perusahaan dan valuasi saham. Hubungan Antara Aliran Kas Bebas dan Teori Keagenan Terkait dengan teori keagenan, terdapat hubungan antara prinsipal dan agen di dalamnya, pemegang saham sebagai prinsipal pada sebuah perusahaan akan membatasi atau memperkecil masalah perbedaan kepentingannya dengan manajemen sebagai agen dengan cara melakukan pengawasan agar agen melaksanakan sesuai dengan kontrak yang disepakati. Biaya yang terjadi berkaitan dengan monitoring agen ini disebut dengan kos pengawasan. Sebaliknya untuk memaksimalkan kepuasan, agen akan mengeluarkan bonding kos guna memberikan jaminan bahwa agen tidak akan melakukan tindakan yang berlawanan dan membahayakan bagi kepentingan pemegang saham sebagai prinsipal dan juga untuk menjamin bahwa prinsipal akan memberikan kompensasi bagi manajemen jika manajemen yang bertindak sebagai agen dapat melaksanakan kinerjanya sesuai dengan kontrak. Biaya keagenan Jensen & Meckling mendefinisikan biaya keagenan sebagai biaya yang dikeluarkan guna pengawasan oleh prinsipal, biaya bonding oleh agen, dan residual loss. Masalah keagenan untuk pertama kali dikemukan oleh Berle dan Means (1932), mereka berpendapat bahwa biaya keagenan terjadi ketika ada pemisahan atas kepemilikan dan pengelolaan perusahaan maka akan menyebabkan timbulnya kepentingan yang tidak konsisten dari pihak manajemen dan pemegang saham. Jensen dan Meckling (1976), berpendapat bahwa hubungan kontraktual yang tidak lengkap diantara pemegang saham sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen dapat menyebabkan masalah keagenan. Teori keagenan mengemukakan jika antara pihak prinsipal (pemilik) dan agen (manajer) memiliki kepentingan yang berbeda maka muncul konflik yang dinamakan masalah keagenan. Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa masalah keagenan disebabkan karena adanya sistem pengambilan keputusan yang terpisah antara manajemen dan pihak pengawas. Berdasarkan penelitian Jensen dan Meckling (1976) serta Shleifer dan Vishny (1997), Aliran kas bebas berhubungan dengan teori keagenan, khususnya biaya keagenan. Para manajer perusahaan merupakan agen dari para pemegang saham, hubungan ini penuh dengan konflik kepentingan di dalamnya. Misal; pembayaran 23 20 - 34 Jurnal e-maksi Harapan deviden berupa kas kepada pemegang saham menciptakan konflik. Payout kepada pemegang saham akan mengurangi sumber daya yang dikontrol oleh manajer, dengan demikian akan mengurangi kekuasaan/wewenang manajer, dan para prinsipal akan melakukan pengawasan atas apa yang terjadi pada pasar modal ketika perusahaan harus memperoleh capital baru (Sasongko, 2003). Februari H1a : aliran kas bebas berpengaruh positif terhadap perputaran aset H1b : aliran kas bebas berpengaruh positif terhadap rasio biaya operasi H1c : aliran kas bebas berpengaruh positif terhadap biaya administrasi H1d : aliran kas bebas berpengaruh positif terhadap rasio biaya iklan, penelitian, dan pengembangan Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis Melalui telaah pustaka dan tinjauan pada penelitian sebelumnya, dapat dikemukakan kerangka hubungan antar variabel-variabel penelitian disertai beberapa hipotesis sebagai berikut: H2 : Aliran kas bebas memiliki dampak negatif bagi kinerja operasi Kinerja operasi perusahaan diukur melalui return on equity (ROE) dan return on assets (ROA). Dengan demikian hipotesis kedua dibagi menjadi hipotesis 2a dan 2b. H1 : Aliran kas bebas berpengaruh positif terhadap biaya keagenan Biaya keagenan diproksikan dengan empat variabel, yaitu rasio perputaran total aset (Asst), rasio biaya operasi terhadap penjualan (OpeR), rasio biaya administrasi terhadap penjualan (AdmR), rasio biaya iklan, penelitian, dan pengembangan terhadap penjualan, karena itu dibentuk Hipotesis 1a, 1b, 1c, dan 1d. H2a : aliran kas bebas memiliki dampak negatif terhadap ROE H2b : aliran kas bebas memiliki dampak negatif terhadap ROA H3 : aliran kas bebas memiliki dampak negatif bagi nilai perusahaan. H4 : aliran kas bebas memiliki dampak negatif bagi pengembalian saham. Aliran kas bebas H1 Biaya Keagenan H2 Kinerja Operasi H3 Nilai Perusahaan Gambar 1. Kerangka Hubungan antar Variabel Penelitian 24 H4 Pengembalian Saham 2013 Shinta Marshalita Prayitno & Sumiyana Delta Δ, menunjukan perubahan operasi menghasilkan laba operasi, dan aliran kas bebas adalah bagian dari pendapatan yang tersisa setelah menginvestasikan kembali sebagian aset operasi bersih. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2006 – 2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling, yaitu pemilihan anggota sampel yang didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu atau ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh sampel itu dengan tujuan mendapatkan sampel yang representative (Ghozali, 2006). Dalam pemilihan sampel ini, periode pengamatan dilakukan pada perusahaan manufaktur sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 dan setiap perusahaan yang akan masuk dalam sampel harus memenuhi kriteria seleksinya sebagai berikut: 1. Biaya keagenan Pada pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan empat variabel perhitungan dalam memproksikan biaya keagenan, antara lain: rasio perputaran total aset (AssT), rasio biaya operasi terhadap penjualan (OpeR), rasio biaya administrasi terhadap penjualan (AdmR), Rasio biaya iklan, penelitian, dan pengembangan terhadap penjualan (ARDR). Variabel Dependen Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006 – 2011 2. Perusahaan tidak mengalami delisted selama periode tahun 2006 – 2011 3. Sampel yang diteliti menerbitkan laporan keuangan yang lengkap selama periode tahun 2006 – 2011. 4. Perusahaan aktif memperdagangkan sahamnya dipasar modal selama periode tahun 2006 – 2011. Kinerja Operasi ROA dan ROE mendemonstrasikan kinerja perusahaan dengan total aset yang dimiliki perusahaan ketika mengukur pengembalian pada pemegang saham. ROA merupakan perbandingan net income terhadap assets, sedangkan ROE merupakan perbandingan net income terhadap equity. Nilai Perusahaan Secara empiris, rasio tobin-q pada umumnya menyarankan sebuah proksi untuk nilai perusahaan, seperti yang ditunjukan oleh Lang et.al. (1991) dan Fama dan French (1992). Rasio q diuraikan sebagai berikut: Dengan demikian didapatkan sampel untuk penelitian ini sebanyak 15 perusahaan. Variabel dan Pengukuran Variabel Independen Aliran kas bebas MVA = Nilai pasar common equity Debt = Nilai buku hutang TAB = Nilai buku total aset Menurut Lang et.al. (1991), aliran kas bebas dapat didefinisikan sebagai laba bersih operasi sebelum biaya depresiasi, pengurangan pajak penghasilan, biaya bunga, dan deviden kas. Berdasarkan pertimbangan dari ukuran perusahaan, aliran kas bebas diskalakan dengan laba operasi (Penman: 2010). Standarisasi perhitungan aliran kas bebas adalah sebagai berikut: Pengembalian Saham Pengembalian saham dihitung sebagai periode pengembalian dari waktu t-1 ke t, yang akan dijabarkan berikut: 25 20 - 34 Dimana Jurnal e-maksi Harapan menunjukan pengembalian saham dan P adalah harga saham. Februari Dan menunjukan indeks harga saham gabungan pada bulan ke (t-1) (Jogiyanto, 2003). Variabel Kontrol Pengujian Hipotesis Berdasarkan penelitian pada umumnya, untuk mengendalikan pengaruh mereka terhadap variabel dependen, mereka menggunakan tiga variabel control. Demsetz dan Lehn (1985) berpendapat bahwa perusahaan yang lebih besar mungkin memiliki nilai perusahaan lebih tinggi selama tersedia lebih banyak sumber daya perusahaan yang di transformed ke dalam outputs. Fama and France (1998), berpendapat bahwa terdapat hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan kinerja perusahaan. Banyak penelitian juga yang mendukung dampak dari ukuran perusahaan yang dapat dilihat pada Gul dan Judy (1998), Grullon dan Michaely (2002), dan Singh and Davidson (2003), untuk tujuan empiris, ukuran kinerja dapat diukur : Uji hipotesis yang digunakan adalah Uji-R², uji signifikan simultan (uji statistik F) atau ANOVA dan uji signifikan parameter individual (uji statistik t). Metode analisis yang digunakan adalah dengan analisis regresi linear berganda. Analisis ini digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat (Ghozali, 2006). Model regresi untuk menguji Hipotesis 1a, 1b, 1c, dan 1d adalah sebagai berikut: …(H1a) … (H1b) …(H1c) …(H1d) Untuk menguji hipotesis apakah aliran kas bebas dapat mempengaruhi kinerja operasi seperti di dalam H2 dilakukan uji-F statistik dari dua model. Variabel aliran kas bebas haruslah mempunyai kecocokan yang baik dan berasosiasi secara positif dengan ROE dan ROA. Hipotesis 2a dan 2b diuji dengan persamaan: Sebagai tambahan, untuk mengontrol bagaimana financial leverage dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, debt ratio juga termasuk ke dalam regresi model. Myers (1977) dan Easterbrook (1984) ..(H2a) ..(H2b) Untuk mengendalikan dampak dari resiko yang sistematis pada nilai pasar perusahaan, pengembalian pasar juga diperkenalkan berdasarkan pada Fama dan French (1992). Pengembalian pasar diukur sebagai : Dimana Untuk menguji H3 digunakan metode regresi menggunaan uji-F dengan persamaan sebagai berikut: …… (H3) Dalam menguji H4, model yang digunakan di dalam uji F adalah dengan persamaan: menunjukan tingkat pengembalian pasar pada bulan ke t Dan menunjukan indeks harga saham gabungan pada bulan ke t ….. (H4) 26 2013 Shinta Marshalita Prayitno & Sumiyana adalah 0.090943 dan nilai dari standard deviasinya sebesar 0.0749426 HASIL dan PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Nilai perusahaan memiliki nilai minimal 0.260 dan nilai maksimal sebesar 3.980 dengan nilai rata-rata adalah 1.359 dan standard deviasinya sebesar 0.728. Nilai minimal yang dimiliki oleh rasio hutangadalah sebesar 0.070 dengan nilai maksimalnya sebesar 0.850 dan nilai rata-rata dari debt ratio adalah sebesar 0.412 dengan standard deviasinya sebesar 0.218 Statistik deskriptif menunjukkan karakteristik sampel yang mencakup variabel dependen dan independen dalam analisis regresi untuk menguji hipotesis Statistik deskriptif setiap variabel yang meliputi jumlah sampel data yang dapat dihitung, nilai minimal, nilai maksimal, mean, dan standar deviasi. Pengembalian saham memiliki nilai minimal yaitu sebesar -0.850 dan nilai maksimal sebesar 1.460. Nilai rata-rata dari stock return adalah sebesar 0.285 dan nilai standard deviasinya sebesar 0.522. Nilai minimal untuk Size adalah sebesar 26.530 dan nilai maksimalnya yaitu sebesar 30.380 dengan nilai rata-ratanya sebesar 28.446 dan standard deviasinya sebesar 1.110 dan yang terakhir adalah variabel Pengembalian pasar yang memiliki nilai minimal sebesar -0.510 dan nilai maksimalnya sebesar 0.790 dengan nilai rata-rata sebesar 0.2859 dan standard deviasinya adalah sebesar 0.4318 Nilai minimal untuk aliran kas bebas didapat sebesar -307,102,000,000 dan nilai maksimalnya sebesar 1,937,630,000,000,000. Nilai rata-rata untuk aliran kas bebas adalah sebesar 326,693,207,224.43 dengan nilai standard deviasinya sebesar 574,759,775,714.69. Pengukuran untuk biaya keagenan diproksikan pada perputaran aset, rasio biaya operasi, rasio biaya administrasi, dan yang terakhir adalah rasio biaya iklan, penelitian, dan pengembangan. Perputaran aset memiliki nilai minimal 0.3600 dan nilai maksimal sebesar 2.0 dengan nilai rata-rata sebesar 1.079 dan nilai standard deviasi 0.385. Rasio biaya operasi memiliki nilai minimal sebesar 0.0300 dan nilai maksimal yaitu 0.3200 dengan nilai rata-rata rasio biaya operasi adalah sebesar 0.139434 dan nilai standar deviasinya sebesar 0.0708849. Rasio biaya administrasi memiliki nilai minimal sebesar 0.010 dan nilai maksimalnya sebesar 0.120 dengan nilai rata-rata sebesar 0.055283 dan standard deviasinya sebesar 0.0297815. Nilai minimal dari rasio biaya iklan, penelitian, dan pengembangan (ARDR) adalah sebesar 0.00001 dan nilai maksimal sebesar 0.1500 dengan nilai rata-rata 0.0194340 dan standard deviasi adalah sebesar 0.04001995 Uji R² (R Square) Nilai Uji-R² dan nilai uji-F dari masing-masing variabel pengukuran pada H1 sampai dengan H4. Berdasarkan hasil pengukuran, R² untuk H1 variabel perputaran aset didapatkan sebesar 0.211 yang artinya pengukuran ini dapat menggambarkan atau menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel dependen dipengaruhi oleh faktor variabel independennya sebesar 21.1% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Pada pengukuran variabel berikutnya, yaitu variabel rasio biaya operasi didapatkan nilai R² sebesar 0.506 yang artinya pengukuran ini dapat menggambarkan atau menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel dependen dipengaruhi oleh faktor variabel independennya sebesar 50.6% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. ROA dan ROE merupakan proksi yang digunakan untuk mengukur kinerja operasi perusahaan. Pada tabel dapat dilihat bahwa ROE memiliki nilai minimal sebesar 0.020 dan nilai maksimalnya sebesar 0.59 dengan nilai rata-rata sebesar 0.164528 dan memiliki standard deviasi sebesar 0.1090089. Sedangkan, ROA memiliki nilai minimal yaitu -0.090 dan nilai maksimalnya sebesar 0.260 dengan nilai rata-rata yang dimilikinya Variabel ketiga dalam H1 adalah rasio biaya administrasi yang memiliki nilai R² sebesar 0.091 yang artinya pengukuran ini dapat menggambarkan atau menjelaskan 27 20 - 34 Jurnal e-maksi Harapan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel dependen dipengaruhi oleh faktor variabel independennya sebesar 9.1% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Selanjutnya variabel ke empat di dalam H1, yaitu Rasio biaya iklan, penelitian, dan pengembangan yang memiliki nilai R² sebesar 0.348 yang artinya pengukuran ini dapat menggambarkan atau menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel dependen dipengaruhi oleh faktor variabel independennya sebesar 34.8% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Februari signifikansi F sebesar 0% sampai 5%. Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat bahwa pada pengujian H1, variabel-variabel yang menunjukan nilai F signifikan adalah pada variabel perputaran aset, rasio biaya operasi, dan rasio biaya iklan, penelitian, dan pengembangan dengan nilai signifikansi untuk uji-9F masing-masing sebesar 0.000, 0.008, 0.000 Angka ini dinyatakan signifikan karena berada di bawah batasan yang diberikan peneliti yaitu sebesar 0% - 5%. sehingga dapat disimpulkan paling tidak ada satu variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen. H2 menggunakan dua variabel untuk mengukur kinerja perusahaan yaitu ROE dan ROA. Variabel pertama, ROE memiliki nilai R² sebesar 0.131 artinya pengukuran ini dapat menggambarkan atau menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel dependen dipengaruhi oleh faktor variabel independennya sebesar 13.1% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Variabel kedua, ROA nilai R² nilainya sebesar 0.542 artinya pengukuran ini dapat menggambarkan atau menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel dependen dipengaruhi oleh faktor variabel independennya sebesar 54.2% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, didapatkan Nilai F untuk ROE dan ROA sebagai proxy dari H2 sebesar 2.460 dan 19.350 dengan nilai signifikansinya sebesar .008 dan .000. Angka-angka tersebut dinyatakan signifikan karena berada di bawah batasan nilai yang diberikan, yaitu sebesar 5% sehingga disimpulkan bahwa pada model regresi untuk masing-masing proxi paling tidak terdapat satu variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen mereka. Pengujian H3 dan H4 didapatkan untuk nilai F masing-masing sebesar 26.638 dan 1.841 dengan nilai signifikansinya sebesar .000 dan .136. Berdasarkan uji F untuk H3, nilai F dinyatakan signifikan. Hal ini berarti bahwa pada model regresi pengujian H3 paling tidak ada terdapat satu variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependennya. Sedangkan pada tabel uji F 4a untuk H4 nilai F dinyatakan tidak signifikan karena berada di atas batasan nilai yang telah diberikan sebelumnya. H3 menggunakan variabel nilai perusahaan dengan nilai R² yaitu sebesar 0.689, artinya pengukuran ini menggambarkan atau menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel dependen dipengaruhi oleh faktor variabel independennya sebesar 68.9% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Sedangkan H4 menggunakan variabel pengembalian saham dan didapatkan R²-nya sebesar 0.133 yang artinya pengukuran ini dapat menggambarkan atau menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel dependen dipengaruhi oleh faktor variabel independennya sebesar 13.3% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Uji t Setelah dilakukan uji-F, maka selanjutnya dilakukan uji regresi parsial dengan uji-t untuk menguji pengaruh masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji-t dapat dilakukan dengan membandingkan nilai p-value dengan tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebesar diantara .000 sampai 0.1. Jika p-value lebih kecil dari 0.1, Uji ANOVA Pengukuran uji-F menggunakan pengujian Anova dengan batasan nilai 28 2013 Shinta Marshalita Prayitno & Sumiyana maka Ha dapat diterima. Hasil regresi dapat dilihat pada tabel 3. yang terjadi pada rasio biaya administrasi sebagai salah satu proksi biaya keagenan. Hasil pengukuran uji t untuk rasio biaya iklan, penelitian, & pengembangan yang dinyatakan sebagai salah satu proxi biaya keagenan di dalam H1. Berdasarkan perhitungan, didapat nilai t aliran kas bebas memiliki signifikansi sebesar 0.248. Angka ini dinyatakan tidak signifikan, begitu pula untuk nilai t pada variabel ukuran perusahaan yang menunjukan angka signifikansi sebesar 0.168. Angka-angka tersebut nilainya lebih besar dari batasan level maksimal yang diberikan yaitu 10%. Sedangkan nilai t pada variabel kontrol rasio hutang menunjukan nilai signifikansi sebesar 0.000 angka ini signifikan pada level 1% dan memiliki hubungan negatif. Uji-t 1a didapatkan nilai signifikansi untuk nilai t aliran kas bebas adalah sebesar 0.009, nilai ini dinyatakan signifikan pada level 1% dan memiliki hubungan negatif terhadap variabel dependennya yaitu perputaran aset. Biaya keagenan memiliki hubungan yang terbalik terhadap perputaran asset, sehingga untuk proksi ini dinyatakan sesuai dengan Ha pada H1: aliran kas bebas memiliki dampak positif terhadap biaya keagenan (Wang, 2010). Nilai signifikansi untuk variabel ukuran dan rasio hutang yang dinyatakan sebagai variabel kontrol pada model regresi H1a masing-masing sebesar 0.001 dan 0.242. disimpulkan bahwa pada model regresi H1a yang memiliki pengaruh terhadap variabel dependen perputaran asset sebagai salah satu proksi biaya keagenan yaitu aliran kas bebas dan ukuran perusahaan. Terdapat dua proksi utama dalam mengukur kinerja operasi, yaitu menggunakan penggukuran ROE dan ROA sebagai variabel dependennya. Hasil pengukuran uji-t untuk ROA. berdasarkan nilai t untuk aliran kas bebas dihasilkan sgnifikansi sebesar 0.071, angka ini signifikan di level 10% dan aliran kas bebas ini berpengaruh positif terhadap perubahan yang terjadi pada ROE. Artinya, aliran kas bebas tinggi mengakibatkan pergerakan ROE meningkat. Ukuran perusahaan yang dinyatakan sebagai variabel kontrol memiliki nilai t dengan signifikansi sebesar 0.910 angka ini tidak signifikan. Selanjutnya, variabel kontrol lainnya, debt ratio memiliki nilai t dengan signifikansi sebesar 0.574, angka ini juga tidak signifikan karena lebih besar dari batasan yang ditentukan. Maka, disimpulkan bahwa pada proksi ROE sebagai pengukur kinerja operasi variabel yang mempengaruhi secara signifikan yaitu aliran kas bebas dan memiliki hubungan positif terhadap perubahan yang terjadi pada ROE Hasil pengukuran uji t untuk rasio biaya operasi sebagai proxi biaya keagenan di dalam hipotesis1. Berdasarkan perhitungan tersebut, didapat nilai t aliran kas bebas memiliki signifikansi sebesar 0.046. angka ini dinyatakan signifikan pada level 5% dan menunjukan bahwa aliran kas bebas sebagai variabel independen memiliki hubungan positif terhadap variabel dependennya. Sedangkan nilai t untuk size dan debt ratio, keduanya memiliki nilai signifikansi 0.000 dan berhubungan negatif. Pengujian ini sesuai dengan pengujian sebelumnya (Wang, 2010). Hasil pengukuran uji t untuk rasio biaya administrasi yang dinyatakan sebagai salah satu proxi biaya keagenan di dalam H1. Berdasarkan perhitungan, didapat nilai t aliran kas bebas dengan signifikansi sebesar 0.895 angka ini tidak signifikan karena lebih besar dari batasan yang diberikan yaitu sebesar 0.10 begitu pula dengan nilai t pada size yang memiliki nilai signifikansi sebesar 0.726 nilainya juga tidak signifikan. Sedangkan nilai t untuk debt ratio memiliki signifikansi sebesar 0.035 dan dinyatakan signifikan pada level 5%. Nilai t aliran kas bebas memiliki nilai signifikansi sebesar 0.071 angka ini dianggap signifikan pada level 1% dan memiliki hubungan yang positif terhadap variabel dependennya, ROA. Nilai t pada ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.578, angka ini dianggap tidak signifikan sehingga ukuran perusahaan dianggap tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan ROA. Variabel Debt Ratio, nilai t yang dimiliki Berdasarkan pengukuran uji t model regresi ini, disimpulkan bahwa aliran kas bebas dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan 29 20 - 34 Jurnal e-maksi Harapan oleh debt ratio memiliki signifikansi sebesar 0.000 serta memiliki hubungan yang negatif, jadi perubahan ROA dipengaruhi secara signifikan oleh perubahan yang terjadi pada debt ratio dan hubungan keduanya negatif, apabila debt ratio meningkat maka ROA-nya akan menurun, begitu juga sebaliknya. Jadi, disimpulkan bahwa perubahan pada ROA sebagai proksi penilaian kinerja operasi dipengaruhi secara signifikan oleh variabel aliran kas bebas serta memiliki hubungan positif dan dipengaruhi juga oleh variabel debt ratio yang memiliki hubungan negatif. menyatakan bahwa aliran kas bebas memiliki hubungan positif terhadap biaya keagenan. Pada penelitian ini biaya keagenan diproksikan ke dalam empat proksi, yaitu perputaran aset, rasio biaya operasi, rasio biaya administrasi, dan rasio biaya iklan, penelitian, dan pengembangan. Diantara empat proksi ini yang dapat mencerminkan biaya keagenan untuk memenuhi pernyataan H1 adalah perputaran aset dan rasio biaya operasi. Hal ini disebabkan sampel yang dipilih oleh peneliti adalah perusahaanperusahaan di Indonesia dan manajer perusahaan lebih berfokus pada asset dan operasi perusahaan. Sehingga kedua variabel ini, yaitu perputaran aset dan rasio biaya operasi lebih dapat mencerminkan pengukuran untuk biaya keagenan. Hasil pengukuran nilai t untuk variabel pada H3 dan H4. Pernyataan pada H3: aliran kas bebas memiliki dampak negatif bagi nilai perusahaan. Sedangkan pernyataan pada H4: aliran kas bebas memiliki dampak negatif bagi pengembalian saham perusahaan. Variabel yang digunakan untuk H3 dan H4 yaitu aliran kas bebas, pengembalian pasar, ukuran perusahaan, dan rasio hutang. Berdasarkan pengukuran ke dua tabel, nilai t yang didapatkan untuk variabel aliran kas bebas memiliki signifikansi masing-masing sebesar 0.000 dan 0.579. Aliran kas bebas pada H3 dinyatakan signifikan pada level 1%. Namun Aliran kas bebas untuk H4 tidak terdukung. Nilai t pada variabel ukuran perusahaan memiliki signifikasi masing-masing sebesar 0.335 dan 0.113 sedangkan nilai t pada return market memiliki signifikansi masing-masing sebesar 0.090 dan 0.087 kedua angka ini signifikan pada level 10% sedangkan variabel terakhir adalah debt ratio. Nilai t untuk debt ratio masing-masing tabel memiliki signifikansi sebesar 0.151 dan 0.229. jadi kesimpulan akhirnya adalah H3 terdukung namun aliran kas bebas memiliki hubungan positif terhadap variabel dependennya yaitu nilai perusahaan sedangkan pada penelitian untuk H4 tidak terdukung, dikarenakan stock return merupakan salah satu bentuk yang dihasilkan dari sentimental pasar, sehingga banyak variabel lain yang lebih dapat mempengaruhi perubahan pengembalian saham selain aliran kas bebas. Misalnya laba rugi dan aliran kas. Dari pengujian uji-t didapatkan bahwa aliran kas bebas memang berpengaruh positif terhadap biaya keagenan. Sehingga Ha didukung dan penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya (Wang, 2010). Artinya, bagi kedua proksi biaya keagenan, perputaran aset dan rasio biaya operasi memiliki hubungan secara langsung dengan kinerja operasi perusahaan. Kedua variabel ini merupakan bentuk operasi internal yang dapat menyebabkan kinerja perusahaan berjalan lebih baik atau buruk. Perputaran aset sebagai proksi dari biaya keagenan memiliki hubungan yang negatif dengan biaya keagenan. Artinya semakin banyak perusahaan memiliki aliran kas bebas, semakin rendah perputaran aset perusahaan.. Sedangkan untuk proksi rasio biaya operasi, artinya aliran kas bebas yang semakin tinggi maka biaya keagenan yang diproksikan oleh rasio biaya operasi juga semakin tinggi, karena aliran kas bebas dianggap sebagai sumber daya yang menganggur. Sehingga, manajer cenderung berprilaku lalai dengan menghambur-hamburkan sumber daya perusahaan dan menyebabkan biaya operasi meningkat dikarenakan adanya ineffisiensi penggunaan sumber daya. H2: aliran kas bebas memiliki dampak negatif bagi kinerja operasi perusahaan. Pengukuran kinerja operasi perusahaan diproksikan ke dalam dua variabel pengukuran, yaitu ROE dan ROA. Hasil yang didapatkan pada penelitian sebelumnya ditemukan ketidakkonsistenan PEMBAHASAN didapat Februari Berdasarkan penelitian pada uji-t pada hipotesis pertama yang 30 2013 Shinta Marshalita Prayitno & Sumiyana dengan pernyataan pada H2, berdasarkan penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa aliran kas bebas memiliki dampak positif terhadap proksi-proksi kinerja operasi yaitu ROE dan ROA, begitu juga pada hasil penelitian yang peneliti lakukan saat ini. Penelitian ini menyatakan bahwa aliran kas bebas memiliki dampak positif bagi kinerja operasi perusahaan. Manajer perusahaan di Indonesia cenderung untuk bersikap lebih hati-hati dan jujur ketika aliran kas bebas perusahaan tinggi. Sehingga manajer akan sangat berhati-hati dalam menggunakan kas mereka dan berusaha untuk memaksimalkan penggunaan assets mereka untuk menghasilkan profit. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya (Wang, 2010) hasil kinerja perusahaan yang diukur menggunakan proksi ROE dan ROA, kedua variabel ini ikut meningkat pula dan akibat dari kenaikan kinerja operasi menyebabkan nilai perusahaan ikut meningkat juga. H4: aliran kas bebas memiliki dampak negatif namun tidak berpengaruh bagi pengembalian saham perusahaan. Hal ini dikarenakan aliran kas bebas bukan merupakan variabel yang dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap perubahan pengembalian saham. Banyak Faktor lain yang dapat mempengaruhi perubahan pengembalian saham lebih signifikan daripada variabel aliran kas bebas yang dimiliki perusahaan. Artinya bahwa aliran kas bebas bukanlah variabel utama dalam pengembalian saham, masih banyak variabel lain yang digunakan untuk pengembalian saham, misal dari laba-rugi. H3: aliran kas bebas memiliki dampak negatif bagi nilai perusahaan saat ini. Dikatakan bahwa Aliran kas bebas yang tinggi menyebabkan nilai perusahaan menurun. Namun pada penelitian ini ditemukan bahwa aliran kas bebas memiliki hubungan yang positif dengan nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan pada hipotesis kedua menyatakan bahwa aliran kas bebas berpengaruh positif terhadap kinerja operasi, sehingga kinerja operasi memiliki hubungan positif dengan nilai perusahaan. Ketika kinerja operasi perusahaan baik maka nilai perusahaan akan meningkat dan nilai perusahaan tercermin dari harga saham yang beredar. Hal tersebut mengandung arti bahwa aliran kas bebas mempengaruhi nilai perusahaan dengan hubungan positif yaitu ketika aliran kas bebas meningkat maka nilai perusahaan meningkat, begitu pula sebaliknya. Terkait dengan penemuan pada H2 yang menyatakan bahwa aliran kas bebas berpengaruh positif terhadap kinerja operasi perusahaan. Artinya adalah manajer perusahaan yang memiliki aliran kas tinggi cenderung untuk bersikap hati-hati dalam mengambil tindakan, hal ini dikarenakan terdapat pihak lain, dalam hal ini adalah investor institusional yang mengawasi dan mengontrol prilaku kinerja manajer. Sehingga semakin tinggi aliran kas bebas maka semakin tinggi juga tingkat pengawasan yang dilakukan dan manajer semakin berhati-hati. Kehati-hatian yang dilakukan oleh manajer berdampak pada SIMPULAN, SARAN KETERBATASAN, dan Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji dampak aliran kas bebas dan biaya keagenan terhadap kinerja keuangan perusahaan di Indonesia. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2006-2011 dan aktif memperdagangkan sahamnya di pasar modal. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, hasil penelitian menunjukan bahwa: 1. 31 Pemain saham di pasar modal Indonesia terdiri dari pemain saham institusional dan individu. Kedua pemain ini memiliki perannya masing-masing di pasar modal Indonesia. Pemain saham institusional membeli saham sebuah perusahaan dengan maksud untuk mengendalikan perusahaan yang mereka kuasai sahamnya, dan pemain ini cenderung untuk lebih dalam menganalisis perusahaan yang akan mereka kuasai. Sedangkan pemain saham individu membeli saham sebuah perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan selisih harga jual saham, 20 - 34 Jurnal e-maksi Harapan pemain ini cenderung menganalisis sebuah perusahaan dengan melihat labarugi daripada melihat aliran kas dan aliran kas bebas perusahaan tersebut. 2. 3. 4. Ketika perusahaan dikuasai oleh pemain saham institusi, mereka akan lebih berhati-hati dan cermat dalam mengendalikan aliran kas bebas mereka. Karena perusahaan ini dikendalikan dengan baik oleh perusahaan yang menguasai saham mereka, sehingga saat aliran kas bebas mereka meningkat mereka akan lebih berhati-hati dalam penggunaan aliran kas bebas. Pengendalian yang baik juga akan menyebabkan kinerja operasi mereka ikut meningkat. Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka saran-saran penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagi penelitian selanjutnya dapat mengambil objek penelitian berupa perusahaan dari bidang selain perusahaan manufaktur sehingga dapat membuktikan apakah hasil penelitian dapat dipakai di perusahaan-perusahaan selain yang bergerak di bidang manufaktur. 2. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengambil objek penelitian berupa perusahaan manufaktur dan dikelompokkan sesuai dengan industri masing-masing. 3. Penelitian berikutnya dapat mempersempit penelitian hanya untuk perusahaan dengan nilai aliran kas bebas yang positif saja atau perusahaan yang memiliki nilai aliran kas bebas yang negatif secara terus-menerus. 4. Bagi peneliti berikutnya dapat menggunakan data harga saham sekitar tanggal pelaporan keuangan perusahaan agar dapat lebih mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Keterbatasan Penelitian ini mempunyai sejumlah keterbatasan. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain: Objek penelitian hanya meliputi perusahaan manufaktur sehingga hasil penelitian tidak secara otomatis dapat dipakai pada perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang lain. 2. Objek penelitian yang meliputi perusahaan manufaktur tidak digolongkan secara spesifik sesuai dengan industrinya, sehingga lingkungan industri yang berbeda menyebabkan reaksi investor yang berbeda pula. 3. Karena perbedaan tanggal pelaporan penulis menggunakan data akhir tahun untuk menghitung pengembalian saham, yang pada akhirnya kurang mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Saran Dan ketika perusahaan ini memiliki kinerja operasional yang baik maka nilai perusahaan mereka juga ikut meningkat. Nilai perusahaan berhubungan positif dengan kinerja operasi perusahaan. Nilai perusahaan tercermin dari harga jual saham perusahaan yang beredar di pasar modal. Semakin tinggi nilai sahamnya maka semakin tinggi juga nilai perusahaan itu. 1. Februari DAFTAR PUSTAKA Berle, A. A., Means, G. C. (1932). The Modern Corporation and Private Property. Macmillan. New York. Brush, T. H. Phillip, B. and Margaretha, H. (2000). The Free Cash Flow Hypothesis for Sales Growth and Firm Performance. Strategic Management Journal. Vol. 21. Hal. 455-472. Sampel penelitian terdiri atas perusahaan-perusahaan yang memiliki baik aliran kas bebas yang bernilai positif maupun bernilai negatif. 32 2013 Shinta Marshalita Prayitno & Sumiyana Chang, S. C., Chen, S. S., Hsing, A., and Huang, C. W. (2007). Investment Opportunities, Free Cash Flow, and Stock Valuation Effects of Secured Debt Offerings. Review of Quantitative Finance and Accounting. Vol. 28. No. 4. Hal. 123145. Grullon, G., Michaely, R. (2002). Devidens, Share Repurchases, and the Subtitution Hypothesis. Journal of Finance. Vol. 57. No. 5. Hal. 16491684. Gul, F. A., Judy, S. L. T. (1998). A Test of Free Cash Flow and Debt Monitoring Hypothesis: Evidence from Audit Pricing. Journal of Accounting and Economics. Vol. 24. No. 2. Hal. 219237. Chung, R., Firth, M., and Kim, J. B. (2005). FCF Agency Costs, Earning Management, and Investor Monitoring. Corporate Ownership and Control. Vol. 2. No. 4. Hal. 5161. Jensen, M. C. (1986). Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate Finance, and Takeover. American Economic Review, Vol. 76. No. 2. Hal. 323329. Chung, R., Firth, M., and Kim, J. B. (2005). Earning Management, Surplus Free Cash Flow, and External Monitoring. Journal of Business Research. Vol. 58. Hal. 766-776. Jensen, M. C., Meckling, W. H. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol. 3. No. 4. Hal. 305-360. Demsetz, H., Lehn, K. (1985). The Structure of Corporate Owership: Causes and Consequences. Journal of Political Economy. Vol. 93. No. 6. Hal. 11551177. Jogiyanto H. M. (2003). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ketiga. Easterbrook, F. (1984). Two Agency-Cost Explanation of Devidends. American Economic Review. Vol. 74. No. 4. Hal. 650-659. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. (2007). th Intermediate Accounting. 12 . John Wiley & Sons, Inc. Eisenhardt, Kahtleen, M. (1989). Agency Theory: An Assessment and Review. Academy of Management Review. Vol. 14. No. 1. Hal. 57-74. Lang, L. H. P., Stulz, R. M., and Walking, R. A. (1991). A Test of the Free Cas Flow Hypothesis, the Case of Bidder Returns. Journal of Financial Economics.vol. 29. No. 2. Hal. 315335. Fama, E. F., Jensen, M. C., (1983). Separation of ownership and control. Journal of Law and Economics. Vol. 26, 301-325. Myers, S. C. (1977). The Determinants of Corporate Borrowing. Journal of Financial Economics. Vol. 5. No. 3. Hal. 147-175. Fama, E. F., French, K. R. (1992). The Cross-Section of Expected Stock and Returns. Journal of Finance. Vol. 47. No. 2. Hal. 427-465. Penman, H Stephen. (2010), Financial Statement Analysis and Security Valuation. 4th. McGraw-hill. Fama, E. F., French, K. R. (1998). Value versus Growth: The International Evidence. Journal of Finance. Vol. 53. No. 6. Hal. 1975-1999. Sasongko, Noer. (2003). Teori Free Cash Flow, Pembahasan, dan Riset. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 2. No. 1. Hal. 83-101. Ghozali, Imam. (2006). Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Shleifer , A. dan R. W. Vishny. (1997). A Survey of Corporate Governance. Journal of Finance. Vol. 52. Hal. 737-783. 33 20 - 34 Jurnal e-maksi Harapan Singh, M., Davidson III, W. N. (2003). Agency Costs, Ownership Structure, and Corporate Governance Mechanism. Journal of Banking and Finance. Vol. 27. Hal. 793-816. Wang, George Yungchih. (2010). The Impact of Free Cash Flows and Agency Costs on Firm Performance. Journal Service Science and Management. Vol. 3. Hal. 408-418. 34 Februari