kompetensi guru dalam penggunaan media dengan mutu

advertisement
49
KOMPETENSI GURU DALAM PENGGUNAAN MEDIA DENGAN
MUTU PEMBELAJARAN
Abdul Azis
(Dosen Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi STKIP PGRI Sumenep)
Email: [email protected]
Abstrak
Pendidikan memiliki tujuan akhir menciptakan manusia yang bermutu. Usaha peningkatan mutu
pendidikan pada prinsipnya adalah usaha meningkatkan mutu pembelajaran. Berbicara masalah
mutu pembelajaran tidak terlepas dari peran guru, guru sebagai pengelola pembelajaran dituntut
untuk dapat kompeten dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran merupakan proses komunikasi. Komunikasi yang efektif adalah apabila
pesan yang disampaikan bisa diterima oleh penerima pesan. Namun, adalakanya pesan tidak
bisa dipahami dengan baik disebabkan beberapa faktor yaitu; faktor fisik, psikis maupun budaya.
Mengatasi hambatan tersebut maka dibutuhkan media pembelajaran yang akan membuat
pembelajaran semakin efektif.
Kata Kunci: Kompetensi Guru, Mutu Pembelajaran, Media pembelajaran
Abstract
Education has an ultimate goal; creating qualified person. Basically, the effort of improving
education quality is the effort to improve the quality of teaching and learning process. Talking
about the quality of teaching and learning cannot be separated from the teacher’s role. Teacher
as instruction administrator must have competencies in planning, conducting, and making
evaluation for the teaching and learning process. Teaching and learning activity is a process of
communication. Communication could be considered effective when the transferred message
can be well understood by receiver. However, sometimes the message cannot be clearly understood
due to some factors i.e. physics, psychology, as well as culture. To overcome such obstacles, an
effective medium of instruction is needed.
Key Words: Teacher’s Competence, Quality of Instruction, Instruction Media
A. Pendahuluan
Berdasarkan pada laporan Human Development Index yang merupakan indikator dari
kualitas suatu negara melaporkan bahwa
Indonesia pada tahun 2013 naik keurutan 121
dari 187 negara. Naik 3 peringkat dari urutan
124 pada tahun sebelumnya (news.detik.com).
Meskipun demikian rangking Indonesia masih
kalah jauh dengan Negara tetangga seperti
Malaysia dan Singapura, kedua negara tersebut
berada diposisi 18 dan 64 dunia. Komposisi
perangkingan tersebut didasarkan pada tiga
komponen yaitu pendidikan, kesehatan serta
ekonomi.
Data tersebut menunjukkan bahwa kualitas
Sumber daya Manusia (SDM) serta kualitas
pendidikan di Indonesia masih sangat rendah.
Dalam upaya mengatasi masalah tersebut
pendidikan menjadi pintu gerbang utama,
karena dengan pendidikan seseorang bisa
mengetahui bagaimana cara hidup sehat, dan
dengan pendidikan seseorang bisa mempelajari banyak hal untuk kehidupannya, serta
dengan pendidikan pula seseorang bisa
menjadikan hidupnya lebih baik termasuk
mensejahterakan dirinya. Oleh sebab itu
peningkatan mutu atau kualitas pembelajaran
merupakan inti dari reformasi pendidikan di
Volume 5, Nomor 1, Januari 2014
50
KOMPETENSI GURU
negara manapun. Hal ini disebabkan oleh
asumsi, bahwa peningkatan mutu sekolah yang
memiliki peran penting dalam peningkatan
mutu pendidikan nasional, tergantung pada
kualitas pembelajaran.
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan
Sumber Daya Manusia, sebagaimana diuraikan
dalam pasal 3 UU No 3 Th 203 tentang Sistem
Pendidikan nasional (Sisdiknas) bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada
tuhan yang maha esa, berahlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam upaya pencapaian tujuan
tersebut dibutuhkan adanya pendidikan dan
pembelajaran yang efektif dan efisien, baik
internal maupun eksternal, yaitu sebanding
tidaknya biaya yang dikeluarkan dengan hasil
pendidikan yang telah dicapai, serta relevan
tidaknya hasil pelaksanaan pendidikan dengan
penghasilan lulusan setelah bekerja. Namun
pendidikan di Indonesia belum memuaskan,
salah satu indikator bahwa pendidikan belum
memuaskan adalah masih banyaknya lulusan
pendidikan yang menjadi pengangguran serta
masih banyaknya sarjana yang tidak kompeten
dibidangnya.
Pendidikan dan pembelajaran merupakan
usaha pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan
perilaku melalui interaksi pengalaman yang
pernah dialaminya dengan pengalaman baru
yang sedang dialaminya (Azhar Arsyad,
2009:7).
Pengalaman bisa diperoleh dengan memanfaatkan indra yang ada, semakin banyak
indra yang terlibat dalam proses belajar maka
semakin banyak pula pengalaman yang akan
didapat. Belajar dengan menggunakan indra
Jurnal Pelopor Pendidikan
ganda akan sangat menguntungkan siswa,
siswa belajar lebih banyak daripada isi
pelajaran hanya disajikan dengan stimulus
pandang saja atau indra dengar saja. Oleh
sebab itu, seorang guru harus berupaya memberikan rangsangan yang dapat diproses
dengan berbagai indra. Kadang–kadang dalam
proses pembelajaran terjadi kegagalan
komunikasi yaitu materi pelajaran yang
disampaikan tidak dapat diterima siswa secara
optimal, siswa tidak dapat memahami dengan
baik seluruh materi pelajaran. Untuk menghindari semua itu, maka guru dapat menyusun
strategi pembelajaran dengan memanfaatkan
berbagai media pembelajaran
Media pembelajaran merupakan salah satu
komponen pembelajaran, meskipun media
pembelajaran bukanlah komponen utama
namun pemanfaatannya akan sangat membantu guru dalam menyampaikan materi
pelajaran. Meteri pelajaran yang disajikan
dengan menggunakan media pembelajaran
akan lebih memungkinkan siswa untuk
melibatkan lebih banyak indranya dalam usaha
memperoleh pengalaman baru.
B. Kompetensi Guru
Kompetensi adalah karakteristik mendasar
yang akan mengakibatkan seseorang mencapai
prestasi kerja yang menonjol (diakses dari:
analisisjabatan.woedpress.com). Robbins & De
Cenzo (2005:288) memahami kompetensi
sebagai ability, yaitu kemampuan individu
untuk mengerjakan berbagai tugas yang
diberikan dalam suatu pekerjaan. Kemampuan
individu dibentuk oleh dua faktor, yaitu
kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
Kemampuan intelektual adalah kemampuan
yang diperlukan untuk melakukan kegiatan
mental sedangkan kemampuan fisik adalah
kemampuan yang di perlukan untuk melakukan
tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan.
Sedangkan guru menurut Poerwadaminta
sebagaimana dikutip oleh Suparlan (2006:11)
bahwa guru adalah orang yang kerjanya
mengajar, definisi ini menyamakan guru hanya
Abdul Azis
sebagai pengajar tidak termasuk sebagai
pelatih ataupun fasilitator. Guru menurut
Cooper (1990) adalah a teacher is person
charged with the responsibility of helping other
to learn and to behave in new different ways
(Wina sanjaya, 2011:15). Guru, di dalam
undang-undang guru dan dosen, adalah
pendidik professional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah. Sedangkan kompetensi
guru adalah seperangkat pengetahuan dan
keterampilan yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Standard kompetensi guru merupakan suatu
ukuran yang ditentukan dan dipersyaratkan
untuk dimiliki seorang guru. Standard kompetensi tersebut terdiri atas tiga komponen
yaitu pengelolaan pembelajaran, pengembangan profesi, dan penguasaan akademik.
Suparlan (2006:87). Namun demikian komponen pertama terdiri atas empat kompetensi,
komponen kedua terdiri dari satu kompetensi,
dan komponen ketiga terdiri dari tiga kompetensi. Dengan demikian ketiga komponen
secara keseluruhan terdiri dari tujuh kompetensi yaitu
a. Penyusunan rencana pembelajaran.
b. Pelaksanaan interaksi belajar mengajar.
c. Penilaian prestasi belajar peserta didik.
d. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian
prestasi belajar peserta didik.
e. Pengembangan profesi.
f. Pemahaman wawasan kependidikan.
g. Penguasaan bahan kajian akademik.
Terkait dengan komponen pengelolaan
pembelajaran, kompetensi yang harus dimiliki
seorang guru adalah kemampuan dalam
menyusun rencana pembelajaran serta kemampuan dalam melaksanakan interaksi atau
kegiatan pembelajaran. Indikator seorang guru
memiliki kompetensi tersebut adalah seorang
guru mampu memilih dan menentukan media
pembelajran yang akan digunakan serta
mampu menggunakan media tersebut secara
efektif dalam kegiatan pembelajaran.
C. Mutu Pembelajaran
Mutu berasal dari bahasa latin yang artinya
what kind of, sedangkan istilah mutu memiliki
banyak konotasi tergantung pemaknaannya.
Deming memahami mutu sebagai kesesuaian
kebutuhan dengan pasar, menurut Juran mutu
adalah kecocokan dengan produk, sedangkan
menurut Crosby mutu ialah kesesuaian dengan
yang disyaratkan (Usman, 2008:477).
Mutu dipandang sebagai sebuah konsep
yang absolut dan relatif (Salis, 1993:22).
Sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari
standard yang sangat tinggi yang tidak dapat
diungguli. Produk yang bermutu biasanya
dibuat dengan biaya yang sangat mahal dan
produk tersebut dapat dinilai dan dapat
membuat bangga pemiliknya, inilah pandangan
tentang mutu absolute. Berbeda dengan
pandangan relative, mutu nemiliki dua aspek
yaitu pertama kesesuaian dengan spesifikasi
yang telah ditentukan, dan kedua dapat
memenuhi atau bahkan melampai kebutuhan
dan keinginan pelanggan.
Pelanggan dalam pendidikan diklasifikasikan menjadi dua kelompok (Salis, 1993:32)
yaitu pelanggan internal seperti guru, staf
maupun administrator, sedangkan siswa atau
pelajar, wali siswa, dan lainnya adalah
pelanggan eksternal. Oleh sebab itu ketika
sebuah lembaga pendidikan akan meningkatkan mutu maka hendaknya memfokuskan
perhatiannya pada pelanggan eksternalnya
yaitu siswa dan wali siswa serta yang lainnya.
Menghasilkan pelajar dengan standard dan
jaminan tertentu adalah hal yang mustahil,
sebagaimana diungkapkan oleh Gray bahwa
manusia tidak sama, mereka berbeda baik
pengalaman, emosi, maupun pendapatnya dan
semua itu tidak bisa disamaratakan. Menilai
mutu pendidikan sangat berbeda dengan
menilai sebuah produk, menyamakan pelajar
dengan sebuah produk berarti telah menghilangkan kompleksitas proses belajar serta
keunikan setiap individu.
Volume 5, Nomor 1, Januari 2014
51
52
KOMPETENSI GURU
Untuk dapat memahami produk dalam
pendidikan, lembaga pendidikan perlu dilihat
sebagai sebuah lembaga pemberi jasa atau
layanan bukan sebuah bentuk produksi.
Keduanya memiliki perbedaan yang sangat
mendasar dan dengan melihat perbedaan
keduanya maka mutu pendidikan dapat dijamin.
Perbedaan tersebut antara lain: Pertama, jasa
biasanya diberikan langsung oleh orang kepada
orang. Kedua, jasa diberikan tepat waktu,
sedangkan control mutu akan datang kemudian berupa evaluasi ataupun umpan balik.
Ketiga, sebuah jasa tidak dapat ditambal
ataupun diperbaiki, oleh sebab itu standard
jasa haruslah baik sejak awal.
Mutu di bidang pendidikan meliputi input,
proses, output, dan outcome (Husani Usman,
2008:478). Input dinyatakan bermutu apabila
siap untuk berproses, proses pendidikan
bermutu apabila mampu menciptakan suasana
yang PAKEMB (Pembelajaran yang Aktif,
Kreatif, Menyenangkan, dan Bermakna).
Output dinyatakan bermutu apabila hasil
belajar siswa baik akademik maupun non
akademik tinggi, dan outcome dinyatakan
bermutu apabila lulusan dapat terserap dalam
dunia kerja dengan cepat, gaji wajar dan semua
pihak mengakuinya.
Pembelajaran adalah usaha untuk membelajarkan seseorang atau sekelompok orang
melalui satu atau lebih strategi metode dan
pendekatan tertentu kearah pencapaian tujuan
yang telah direncanakan (Hernawan dkk,
2010:11.2). Pembelajaran merupakan usaha
yang terencana untuk mengkondisikan seseorang atau sekelompok orang untuk bisa
belajar dengan baik.
Sedangkan Knowles (1973) mendefinisikan
pembelajaran sebagai suatu proses tempat
perilaku diubah, dibentuk, atau dikendalikan.
Namun meskipun para ahli berbeda pendapat
dalam memahami pembelajaran akan tetapi
dari setiap definisi yang dikemukakan memiliki
satu persamaan yaitu adanya unsur yang baru
(Newness) baik berupa perubahan kognitif,
afektif, maupun psikomotorik (Anisah Baslemen
& Syamsu Mappa, 2011:13).
Jurnal Pelopor Pendidikan
Pembelajaran merupakan suatu proses
yang rumit dan kompleks yang terjadi pada diri
seseorang sejak dilahirkan hingga ke liang
lahat. Salah satu tanda bahwa seseorang telah
belajar adalah adanya perubahan perilaku
pada dirinya baik perubahan pengetahuan,
keterampilan maupun perubahan sikap yang
diakibatkan oleh interaksi dengan lingkungannya, bukan diakibatkan oleh proses pendewasaan maupun faktor fisik karena sakit
ataupun yang lainnya. Perubahan tersebut
bersifat permanen, tahan lama, dan menetap.
Pembelajaran dapat dilihat sebagai sebuah
sistem (Wina Sanjaya, 2006:59). Sistem
merupakan satu kesatuan komponen yang
salling berkaitan dan saling berinteraksi untuk
mencapai tujuan yang diharapkan secara
optimal sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dengan melibatkan berbagai
komponen demi keberhasilan suatu proses.
Adapun komponen-komponen sistem
pembelajaran yaitu tujuan, isi/materi, metode,
media, dan evaluasi. Tujuan merupakan
komponen paling penting dalam pembelajaran,
karena tujuan merupakan arah atau sasaran
akhir yang ingin dicapai setelah melaksanakan
pembelajaran. Komponen kedua adalah isi/
materi pelajaran, Komponen ketiga adalah
strategi atau metode pembelajaran, keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan
dengan penggunaan metode dan strategi yang
tepat, bagaimanapun bagusnya komponen
lainnya tanpa dibarengi dengan penggunaan
metode dan strategi maka hal itu akan menjadi
sia-sia belaka.
Komponen keempat adalah media pembelajaran, meskipun keberadaan media
pembelajaran sebagai alat bantu namun
memiliki peran yang tidak kalah penting
dengan komponen lainnya. Penggunaan media
pembelajaran akan memungkinkan siswa
memiliki persamaan persepsi tentang satu
objek yang dipelajari, selain itu siswa akan jauh
lebih antusias dan senang dalam mengikuti
pelajaran.
Komponen kelima dari komponen pembelajaran adalah evaluasi. Evaluasi merupakan
Abdul Azis
kegiatan mengumpulkan data atau informasi
tentang bekerjanya sesuatu, kemudian data
atau informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat untuk pengambilan keputusan (Suharsimi & Cepi 2009:2).
Dalam proses pembelajaran, evaluasi
berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa
dalam mencapai tujuan, selain itu juga sebagai
umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam
pengelolaan pembelajaran.
Mengajar merupakan segala usaha yang
dilakukan guru agar siswa belajar, sedangkan
belajar adalah proses perubahan tingkah laku
melalui pengalaman. Pengalaman dapat
berupa pengalaman langsung ataupun tidak
langsung. Pengalaman langsung merupakan
pengalaman yang diperoleh sendiri melalui
aktivitas yang sebenarnya seperti agar siswa
dapat terampil menggunakan komputer, maka
guru menyediakan komputer dan membimbing
siswa untuk dapat mengoperasikannya.
Pengalaman langsung seperti itu tentu akan
sangat bermanfaat, karena dengan mengalami
langsung suatu aktifitas maka kemungkinan
perbedaan ataupun kesalahan persepsi akan
terhindarkan.
Namun demikian, pada kenyataannya tidak
semua bahan pelajaran dapat disajikan secara
langsung, misalnya untuk mempelajari
kehidupan didasar laut tidak mungkin guru
membawa siswanya untuk menyelam kedasar
laut, namun yang lebih memungkinkan adalah
dengan memanipulasi kondisi atau dengan
menggunakan media pembelajaran.
D. Media Pembelajaran.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi khususnya tekhnologi informasi sangat berpengaruh dalam
penyusunan, pelaksanaan serta evaluasi
program pembelajaran. Dengan kemajuan
tehnologi tersebu guru dapat menggunakan
berbagai media komunikasi sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Dengan
menggunakan media pembelajaran, pembelajaran akan semakin mudah dan efektif,
serta akan lebih menarik sehingga siswa akan
lebih merasa nyaman dalam belajar.
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu
medium yang artinya perantara atau pengantar
yaitu perantara atau pengantar pesan dari
pengirim pesan kepada penerima pesan.
Beberapa ahli berbeda pendapat dalam
memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schram (1977) mengemukakan
bahwa media pembelajaran adalah teknologi
pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran. Sedangkan
Gagne (1970) media adalah jenis komponen
dalam lingkup siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Media menurut Briggs (1970) adalah
segala bentuk fisik yang dapat menyajikan
pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
NEA (Nasional Education Assosation)
memberikan pengertian bahwa media adalah
bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak
maupun audio visual serta peralatannya.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut,
dapat disimpulkan bahwa media merupakan
segala sesuatu yang dapat digunakan
menyampaikan pesan dari pengirim pesan ke
penerima pesan sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa
sehingga terjadi proses belajar.
Melihat begitu banyaknya media yang
dapat dipilih dan digunakan oleh guru, maka
para ahli mencoba untuk mengklasifikasikan
media, namun secara umum media dapat
dipilah menjadi tiga bagian yaitu: 1. media
visual merupakan media yang hanya dapat
dilihat dengan menggunakan indra penglihatan, jenis media inilah yang sering
digunakan oleh guru-guru untuk membantu
menyampaikan isi pelajaran, seperti tabel,
poster, foto, dan slide. 2. Media audio adalah
media yang mengandung pesan dalam bentuk
auditif atau pesan yang dapat didengar
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan siswa untuk belajar,
seperti program kaset suara dan program
radio. Pada prinsipnya penggunaan media
audio untuk melatih keterampilan menVolume 5, Nomor 1, Januari 2014
53
54
KOMPETENSI GURU
dengarkan, karena media ini hanya bisa
didengarkan maka sebaiknya dikombinasikan
dengan media lainnya. dan 3. Audiovisual
adalah media yang memiliki dua fungsi
kombinasi yaitu dapat dilihat dan didengar,
penggunaan media ini akan semakin melengkapi dan semakin optimal dalam menyampaikan isi pelajaran (Asep Hery Herawan,
2008:11.19).
Kegiatan belajar mengajar merupakan
proses komunikasi, proses penyampaian pesan
dari pengirim pesan menggunakan media
tertentu kepada penerima pesan. Pengirim
pesan, saluran dan penerima pesan merupakan
komponen komunikasi. Dalam konteks pendidikan, isi ajaran yang ada dalam kurikulum
adalah pesan yang akan disampaikan kepada
siswa, salurannya adalah media yang digunakan dalam pembelajaran dan siswa
adalah penerima pesan, sedangkan pengirim
pesan atau sumber pesan bisa guru, teman
sekelas, ataupun orang lain.
Pesan dituangkan kedalam simbol-simbol
baik verbal maupun nonverbal oleh pengirim
pesan, proses tersebut disebut encoding.
Kemudian penerima pesan menafsirkan simbolsimbol tersebut sehingga diperoleh suatu
pesan, proses ini disebut decoding. Namun ada
kalanya pesan yang diterima oleh penerima
pesan tidak diterima dengan baik atau
ditafsirkan berbeda, dalam kondisi demikian
berarti komunikasi mengalami kegagalan.
Kegagalan komunikasi dalam proses belajar
mengajar dipengaruhi oleh berbagai factor,
Husaini Usman (2008:396) mengidentifikasi
kegagalan komunikasi disebabkan setidaknya
oleh tiga faktor yaitu, faktor psikologis seperti
minat, sikap, pendapat, kepercayaan, inteligensi dan pengetahuan. 2. Faktor kultural
seperti perbedaan adat istiadat, norma-norma
sosial, dan nilai-nilai panutan, serta 3. faktor
fisik seperti keterbatasan panca indra ataupun
cacat tubuh, kelelahan, serta sakit.
Mengantisipasi kemungkinan tidak tersampainya atau munculnya penafsiran yang
berbeda maka dibuatkan media pembelajaran.
Media pembelajaran memiliki berbagai fungsi
Jurnal Pelopor Pendidikan
yaitu mengatasi berbagai hambatan proses
komunikasi, mengatasi sikap pasif siswa,
mengatasi keterbatasan fisik kelas (Hery
Hernawan dkk, 2010:11.20).
Kegunaan media dalam mengatasi hambatan komunikasi antara lain untuk mengatasi
ketergantungan dalam penggunaan kata-kata
saja dalam menjelaskan materi pelajaran
(verbalisme). Dengan menggunakan media,
guru dapat menjelaskan pelajaran yang
bersifat abstrak sehingga siswa akan dengan
mudah memahaminya dan meminimalkan atau
bahkan meniadakan verbalisme.
Berkaitan dengan keterbatasan fisik, media
dapat memperkecil objek yang terlalu besar
dan media juga bisa memperbesar objek yang
terlalu kecil. Menyederhanakan objek yang
terlalu rumit serta menggambarkan objek yang
terlalu luas. Sedangkan dalam mengatasi sikap
pasif siswa, media pembelajaran memilliki
berbagai kegunaan yaitu dapat menimbulkan
kegairahan belajar, memfokuskan perhatian,
memungkinkan siswa untuk berinteraksi
langsung dengan lingkungan nyata, memberikan persepsi yang sama tentang suatu
objek, serta dapat memotivasi siswa sehingga
perhatian siswa terhadap materi pelajaran
meningkat.
E. Kompetensi Guru dalam Memilih
Media Hubungannya dengan Mutu
Pembelajaran
Sebagaimana dikemukakan bahwa komunikasi yang baik ditentukan oleh kesesuaian
antara media yang digunakan oleh pengirim
pesan dengan isi pesan itu sendiri. Oleh sebab
itu, komunikator hendaknya menggunakan
media sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, kesalahan dalam pemilihan media
akan berakibat pada tidak tersampainya isi
pesan atau materi pelajaran.
Agar supaya diperoleh hasil yang optimal,
pembelajaran harus direncanakan dengan baik,
begitu pula dengan media yang akan digunakan
perlu direncanakan dengan baik pula (Arsyad,
2009:67). Meskipun demikian, kenyataannya
Abdul Azis
sebagian besar guru menggunakan media
pembelajaran atas dasar pertimbangan bahwa;
a) Merasa sudah akrab dengan media
yang akan digunakan.
b) Media yang dipillih guru dapat
menggambarkan lebih baik dari guru itu
sendiri.
c) Media yang dipilih dapat menarik
minat serta perhatian siswa, dan dapat
menuntun siswa pada penyajian yang
lebih terstruktur dan terorganisir.
Pada prinsipnya pertimbangan
utama dalam pemilihan media adalah
memenuhi kebutuhan untuk mencapai
tujuan pem-belajaran (Sadiman dkk,
2011:85). Tujuan pembelajaran biasanya memuat kompetensi apa yang
diharapkan dari siswa pada akhir pertemuan, untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan media yang dapat
membantu siswa dalam belajarnya. Mc.
Connel (1974) mengatakan bila media
itu sesuai maka pakailah “if the
medium fits, use it”.
Selain untuk memenuhi kebutuhan
tujuan pembelajaran, Dick dan Carey
(1978) menguraikan empat hal yang
perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
media (Sadiman dkk, 2011:85). Pertama,
ketersediaan sumber setempat apakah
madia akan dibeli atau dibuat sendiri
jika tidak terdapat pada sumber-sumber
yang ada Kedua, Ketersediaan dana,
tenaga serta fasilitas. jika harus memproduksi sendiri apakah ada dana,
mapun tenaga.
Ketiga, Keluwesan, ketahanan, dan
ke-praktisan. media bisa digunakan
dimanapun dan kapanpun dengan
peralatan disekitarnya serta dapat
dipindah-pindah. Keempat, Efektifitas
biaya dalam jangka panjang, ada media
yang biaya produksinya mahal, namun
apabila media tersebut dapat digunakan berulang-ulang dalam jangka waktu
yang panjang, maka media terebut akan
lebih murah bila dibandingkan dengan
media yang yang murah tetapi
penggunaannya dalam jangka waktu
yang pendek.
Selain Dick dan Carey, Edgar Dale
meng-ajukan konsep kerucut pengalaman (cone experience) untuk memudahkan guru dalam menentukan
media apa yang sesuai dengan materi
pelajaran yang akan disajikan.
Kerucut Pengalaman Edgar Dale.
Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale tersebut
memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa
dapat melalui proses perbuatan atau
mengalami sendiri apa yang dipelajari,
proses mendengarkan dan mengamati
melalui media tertentu, serta proses
mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkrit siswa mempelajari bahan
pelajaran, semakin konkrit pula pengalaman yang di-dapatkan. Namun
sebaliknya, semakin abstrak siswa
mempelajari bahan pelajaran maka
semakin abstrak pula pengalaman yang
didapatkan siswa (Wina Sanjaya,
2011:165).
d) Pemanfaatan media pembelajaran
Setelah media dipilih sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai dalam
sebuah pembelajaran, maka kemudian
media itu tidak akan memberikan
manfaat apabila tidak digunakan secara
efektif. Ada tiga langkah dalam pemanfaatan media pembelajaran yaitu
persiapan, kegiatan selama peng-
Volume 5, Nomor 1, Januari 2014
55
56
KOMPETENSI GURU
gunaan media dan tindak lanjut atau
evaluasi (Sadiman dkk, 2011:189).
Persiapan merupakan kegiatan
yang harus dilakukan sebelum kegiatan
inti dilaksanakan, dalam pemanfaatan
media pembelajaran persiapan yang
harus dilakukan adalah pertama menguasai media yang akan digunakan
dengan membaca buku petunjuk penggunaan kemudian mengikuti semua
petunjuk itu. Kemudian me-nyiapkan
media yang akan digunakan beserta
semua perangkatnya, serta memposisikan media ditempat yang memungkinkan semua siswa dapat melihat
ataupun mendengarkar program media
tersebut.
Kemudian pada saat menggunakan
media, yang perlu diperhatikan adalah
suasana ketenangan, menghindari
gangguan yang dapat mengganggu
konsentrasi dan perhatian. Ada kemungkinan selama sajian media berjalan, siswa diminta menunjuk gambar
atau membuat garis, menyusun sesuatu
menjawab pertanyaan, dan lain sebagainya. Semua perintah itu hendaknya dijalankan dengan tenang dan tidak
mengganggu siswa yang lain.
Maksud dan tujuan dari kegiatan tindak
lanjut adalah untuk mengetahui apakah
tujuan telah tercapai, dan juga untuk
memantapkan materi pembelajaran
yang disampaikan melalui media pembelajaran, selain itu juga untuk mengetahui efektifitas serta hambatanhambatan yang dihadapi selama
penggunaan media pembelajaran.
F. Penutup
Media pembelajaran memegang peranan
penting dalam upaya peningkatan mutu
pembelajaran, meskipun media bukanlah
komponen utama pembelajaran akan tetapi
keberadaanya dapat sangat membantu
keberhasilan pembelajaran.
Jurnal Pelopor Pendidikan
Pembelajaran merupakan usaha komunikasi, guru sebagai pengirim pesan dan siswa
sebagai penerima pesan, serta pelajaran
sebagai isi pesan. Adakalanya pesan yang
disampaikan guru tidak sampai atau dipahami
berbeda oleh siswa, tidak sampainya pesan
kepada siswa diakibatkan oleh tiga faktor yaitu
faktok psikis, faktor fisik dan faktor kultural.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka
dibutuhkan media pembelajaran.
Peningkatkan mutu Sumber daya manusia
Indonesia merupakan kebutuhan yang mendesak dalam menghadapi era globalisasi yang
ditandai dengan kemajuan tehnologi informasi
dan komunikasi. Peningkatan mutu pendidikan
menjadi kunci penentu dalam peningkatan
mutu manusia Indonesia sebagaimana diuraikan dalam pasal 3 Undang-Undang Sisdiknas
Tahun 2003.
Peningkatan mutu pembelajaran merupakan inti dari upaya peningkatan pendidikan di
Indonesia. Pembelajaran merupakan usaha
yang sistematis untuk melakukan perubahan
pada diri peserta didik. Seseorang bisa
dikatakan telah belajar apabila telah terjadi
perubahan dalam dirinya.
Belajar bisa didapatkan seseorang melalui
pengalaman, baik pengalaman langsung
maupun tidak langsung, pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman langsung akan jauh
lebih bermanfaat. Namun kenyataannya tidak
semua pengalaman bisa disajikan oleh guru
kepada siswa. Oleh sebab itu diperlukan media
yang bisa memberikan setidaknya mendekati
pengalaman langsung.
Belajar mengajar merupakan proses
komunikasi, komunikasi yang berhasil dan
lancar adalah apabila penerima pesan mampu
memahami isi pesan, namun demikian
kadangkala pesan yang disampaikan tidak bisa
dipahami dengan baik atau bahkan dipahami
berbeda oleh setiap peserta didik sebagai
penerima pesan. Untuk menyiasati kelemahan
tersebut makan dibutuhkan media sebagai
penyalur pesan kepada penerima pesan.
Oleh sebab itu, seorang guru harus mampu
menentukan dan menggunakan media pem-
Abdul Azis
belajaran yang sesuai dengan tujuan Suparlan. (2006). Guru Sebagai Profesi.
pembelajaran yang ingin dicapai. Pemilihan
Yogyakarta: Hikayat Publishing.
media hendaknya didasarkan pada tujuan yang Usman, Husaini. (2008). Manajemen: Teori,
ingin dicapai dan kemampuan guru dalam
Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
mengoperasikannya serta ketersediaan
Aksara.
media.[]
Daftar Pustaka:
Arsyad, Azhar. (2009). Media Pembelajaran.
Jakarta: Rajawali Pres.
Arikunto, Suharsimi, & Jabar, Cepi Sarifudin
Abdul. (2009). Evaluasi Program
Pendidikan. Jakarta: Bumu Aksara.
Basleman, Anisah, & Mappa, Syamsu. (2011).
Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Hernawan, Asep Hery, dkk. (2010).
Pengembangan
Kurikulum
dan
Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Republik Indonesia. 2005. Undang-Undang No
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Lembaran Negara RI Tahun 2005, No. 4586.
Jakarta: Sekretariat Kabinet RI.
Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang
No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Lembaran Negara RI
Tahun 2003, No. 4301. Jakarta: Sekretariat
Kabinet RI.
Robbins, S.P. & De Cenzo, A.D. (1999). Human
resources management. New York: John
Willwy & Sons, Inc.
Sadiman, Arief. S., dkk. (2011). Media
Pendidikan: Pengertian, Pengembangan,
dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali
Pres.
Salis, Edward. (1993). Total Quality
Management in Education. London: Kogan
Page Limited.
Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran
Berstandard Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana.
Volume 5, Nomor 1, Januari 2014
57
58
KOMPETENSI GURU
Jurnal Pelopor Pendidikan
Download