49 KOMPETENSI GURU DALAM PENGGUNAAN MEDIA DENGAN MUTU PEMBELAJARAN Abdul Azis (Dosen Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi STKIP PGRI Sumenep) Email: [email protected] Abstrak Pendidikan memiliki tujuan akhir menciptakan manusia yang bermutu. Usaha peningkatan mutu pendidikan pada prinsipnya adalah usaha meningkatkan mutu pembelajaran. Berbicara masalah mutu pembelajaran tidak terlepas dari peran guru, guru sebagai pengelola pembelajaran dituntut untuk dapat kompeten dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan proses komunikasi. Komunikasi yang efektif adalah apabila pesan yang disampaikan bisa diterima oleh penerima pesan. Namun, adalakanya pesan tidak bisa dipahami dengan baik disebabkan beberapa faktor yaitu; faktor fisik, psikis maupun budaya. Mengatasi hambatan tersebut maka dibutuhkan media pembelajaran yang akan membuat pembelajaran semakin efektif. Kata Kunci: Kompetensi Guru, Mutu Pembelajaran, Media pembelajaran Abstract Education has an ultimate goal; creating qualified person. Basically, the effort of improving education quality is the effort to improve the quality of teaching and learning process. Talking about the quality of teaching and learning cannot be separated from the teacher’s role. Teacher as instruction administrator must have competencies in planning, conducting, and making evaluation for the teaching and learning process. Teaching and learning activity is a process of communication. Communication could be considered effective when the transferred message can be well understood by receiver. However, sometimes the message cannot be clearly understood due to some factors i.e. physics, psychology, as well as culture. To overcome such obstacles, an effective medium of instruction is needed. Key Words: Teacher’s Competence, Quality of Instruction, Instruction Media A. Pendahuluan Berdasarkan pada laporan Human Development Index yang merupakan indikator dari kualitas suatu negara melaporkan bahwa Indonesia pada tahun 2013 naik keurutan 121 dari 187 negara. Naik 3 peringkat dari urutan 124 pada tahun sebelumnya (news.detik.com). Meskipun demikian rangking Indonesia masih kalah jauh dengan Negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, kedua negara tersebut berada diposisi 18 dan 64 dunia. Komposisi perangkingan tersebut didasarkan pada tiga komponen yaitu pendidikan, kesehatan serta ekonomi. Data tersebut menunjukkan bahwa kualitas Sumber daya Manusia (SDM) serta kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah. Dalam upaya mengatasi masalah tersebut pendidikan menjadi pintu gerbang utama, karena dengan pendidikan seseorang bisa mengetahui bagaimana cara hidup sehat, dan dengan pendidikan seseorang bisa mempelajari banyak hal untuk kehidupannya, serta dengan pendidikan pula seseorang bisa menjadikan hidupnya lebih baik termasuk mensejahterakan dirinya. Oleh sebab itu peningkatan mutu atau kualitas pembelajaran merupakan inti dari reformasi pendidikan di Volume 5, Nomor 1, Januari 2014 50 KOMPETENSI GURU negara manapun. Hal ini disebabkan oleh asumsi, bahwa peningkatan mutu sekolah yang memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan nasional, tergantung pada kualitas pembelajaran. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia, sebagaimana diuraikan dalam pasal 3 UU No 3 Th 203 tentang Sistem Pendidikan nasional (Sisdiknas) bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut dibutuhkan adanya pendidikan dan pembelajaran yang efektif dan efisien, baik internal maupun eksternal, yaitu sebanding tidaknya biaya yang dikeluarkan dengan hasil pendidikan yang telah dicapai, serta relevan tidaknya hasil pelaksanaan pendidikan dengan penghasilan lulusan setelah bekerja. Namun pendidikan di Indonesia belum memuaskan, salah satu indikator bahwa pendidikan belum memuaskan adalah masih banyaknya lulusan pendidikan yang menjadi pengangguran serta masih banyaknya sarjana yang tidak kompeten dibidangnya. Pendidikan dan pembelajaran merupakan usaha pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku melalui interaksi pengalaman yang pernah dialaminya dengan pengalaman baru yang sedang dialaminya (Azhar Arsyad, 2009:7). Pengalaman bisa diperoleh dengan memanfaatkan indra yang ada, semakin banyak indra yang terlibat dalam proses belajar maka semakin banyak pula pengalaman yang akan didapat. Belajar dengan menggunakan indra Jurnal Pelopor Pendidikan ganda akan sangat menguntungkan siswa, siswa belajar lebih banyak daripada isi pelajaran hanya disajikan dengan stimulus pandang saja atau indra dengar saja. Oleh sebab itu, seorang guru harus berupaya memberikan rangsangan yang dapat diproses dengan berbagai indra. Kadang–kadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi yaitu materi pelajaran yang disampaikan tidak dapat diterima siswa secara optimal, siswa tidak dapat memahami dengan baik seluruh materi pelajaran. Untuk menghindari semua itu, maka guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media pembelajaran Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran, meskipun media pembelajaran bukanlah komponen utama namun pemanfaatannya akan sangat membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Meteri pelajaran yang disajikan dengan menggunakan media pembelajaran akan lebih memungkinkan siswa untuk melibatkan lebih banyak indranya dalam usaha memperoleh pengalaman baru. B. Kompetensi Guru Kompetensi adalah karakteristik mendasar yang akan mengakibatkan seseorang mencapai prestasi kerja yang menonjol (diakses dari: analisisjabatan.woedpress.com). Robbins & De Cenzo (2005:288) memahami kompetensi sebagai ability, yaitu kemampuan individu untuk mengerjakan berbagai tugas yang diberikan dalam suatu pekerjaan. Kemampuan individu dibentuk oleh dua faktor, yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang di perlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan. Sedangkan guru menurut Poerwadaminta sebagaimana dikutip oleh Suparlan (2006:11) bahwa guru adalah orang yang kerjanya mengajar, definisi ini menyamakan guru hanya Abdul Azis sebagai pengajar tidak termasuk sebagai pelatih ataupun fasilitator. Guru menurut Cooper (1990) adalah a teacher is person charged with the responsibility of helping other to learn and to behave in new different ways (Wina sanjaya, 2011:15). Guru, di dalam undang-undang guru dan dosen, adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sedangkan kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Standard kompetensi guru merupakan suatu ukuran yang ditentukan dan dipersyaratkan untuk dimiliki seorang guru. Standard kompetensi tersebut terdiri atas tiga komponen yaitu pengelolaan pembelajaran, pengembangan profesi, dan penguasaan akademik. Suparlan (2006:87). Namun demikian komponen pertama terdiri atas empat kompetensi, komponen kedua terdiri dari satu kompetensi, dan komponen ketiga terdiri dari tiga kompetensi. Dengan demikian ketiga komponen secara keseluruhan terdiri dari tujuh kompetensi yaitu a. Penyusunan rencana pembelajaran. b. Pelaksanaan interaksi belajar mengajar. c. Penilaian prestasi belajar peserta didik. d. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik. e. Pengembangan profesi. f. Pemahaman wawasan kependidikan. g. Penguasaan bahan kajian akademik. Terkait dengan komponen pengelolaan pembelajaran, kompetensi yang harus dimiliki seorang guru adalah kemampuan dalam menyusun rencana pembelajaran serta kemampuan dalam melaksanakan interaksi atau kegiatan pembelajaran. Indikator seorang guru memiliki kompetensi tersebut adalah seorang guru mampu memilih dan menentukan media pembelajran yang akan digunakan serta mampu menggunakan media tersebut secara efektif dalam kegiatan pembelajaran. C. Mutu Pembelajaran Mutu berasal dari bahasa latin yang artinya what kind of, sedangkan istilah mutu memiliki banyak konotasi tergantung pemaknaannya. Deming memahami mutu sebagai kesesuaian kebutuhan dengan pasar, menurut Juran mutu adalah kecocokan dengan produk, sedangkan menurut Crosby mutu ialah kesesuaian dengan yang disyaratkan (Usman, 2008:477). Mutu dipandang sebagai sebuah konsep yang absolut dan relatif (Salis, 1993:22). Sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari standard yang sangat tinggi yang tidak dapat diungguli. Produk yang bermutu biasanya dibuat dengan biaya yang sangat mahal dan produk tersebut dapat dinilai dan dapat membuat bangga pemiliknya, inilah pandangan tentang mutu absolute. Berbeda dengan pandangan relative, mutu nemiliki dua aspek yaitu pertama kesesuaian dengan spesifikasi yang telah ditentukan, dan kedua dapat memenuhi atau bahkan melampai kebutuhan dan keinginan pelanggan. Pelanggan dalam pendidikan diklasifikasikan menjadi dua kelompok (Salis, 1993:32) yaitu pelanggan internal seperti guru, staf maupun administrator, sedangkan siswa atau pelajar, wali siswa, dan lainnya adalah pelanggan eksternal. Oleh sebab itu ketika sebuah lembaga pendidikan akan meningkatkan mutu maka hendaknya memfokuskan perhatiannya pada pelanggan eksternalnya yaitu siswa dan wali siswa serta yang lainnya. Menghasilkan pelajar dengan standard dan jaminan tertentu adalah hal yang mustahil, sebagaimana diungkapkan oleh Gray bahwa manusia tidak sama, mereka berbeda baik pengalaman, emosi, maupun pendapatnya dan semua itu tidak bisa disamaratakan. Menilai mutu pendidikan sangat berbeda dengan menilai sebuah produk, menyamakan pelajar dengan sebuah produk berarti telah menghilangkan kompleksitas proses belajar serta keunikan setiap individu. Volume 5, Nomor 1, Januari 2014 51 52 KOMPETENSI GURU Untuk dapat memahami produk dalam pendidikan, lembaga pendidikan perlu dilihat sebagai sebuah lembaga pemberi jasa atau layanan bukan sebuah bentuk produksi. Keduanya memiliki perbedaan yang sangat mendasar dan dengan melihat perbedaan keduanya maka mutu pendidikan dapat dijamin. Perbedaan tersebut antara lain: Pertama, jasa biasanya diberikan langsung oleh orang kepada orang. Kedua, jasa diberikan tepat waktu, sedangkan control mutu akan datang kemudian berupa evaluasi ataupun umpan balik. Ketiga, sebuah jasa tidak dapat ditambal ataupun diperbaiki, oleh sebab itu standard jasa haruslah baik sejak awal. Mutu di bidang pendidikan meliputi input, proses, output, dan outcome (Husani Usman, 2008:478). Input dinyatakan bermutu apabila siap untuk berproses, proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana yang PAKEMB (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Menyenangkan, dan Bermakna). Output dinyatakan bermutu apabila hasil belajar siswa baik akademik maupun non akademik tinggi, dan outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan dapat terserap dalam dunia kerja dengan cepat, gaji wajar dan semua pihak mengakuinya. Pembelajaran adalah usaha untuk membelajarkan seseorang atau sekelompok orang melalui satu atau lebih strategi metode dan pendekatan tertentu kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan (Hernawan dkk, 2010:11.2). Pembelajaran merupakan usaha yang terencana untuk mengkondisikan seseorang atau sekelompok orang untuk bisa belajar dengan baik. Sedangkan Knowles (1973) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu proses tempat perilaku diubah, dibentuk, atau dikendalikan. Namun meskipun para ahli berbeda pendapat dalam memahami pembelajaran akan tetapi dari setiap definisi yang dikemukakan memiliki satu persamaan yaitu adanya unsur yang baru (Newness) baik berupa perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Anisah Baslemen & Syamsu Mappa, 2011:13). Jurnal Pelopor Pendidikan Pembelajaran merupakan suatu proses yang rumit dan kompleks yang terjadi pada diri seseorang sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Salah satu tanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan perilaku pada dirinya baik perubahan pengetahuan, keterampilan maupun perubahan sikap yang diakibatkan oleh interaksi dengan lingkungannya, bukan diakibatkan oleh proses pendewasaan maupun faktor fisik karena sakit ataupun yang lainnya. Perubahan tersebut bersifat permanen, tahan lama, dan menetap. Pembelajaran dapat dilihat sebagai sebuah sistem (Wina Sanjaya, 2006:59). Sistem merupakan satu kesatuan komponen yang salling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan melibatkan berbagai komponen demi keberhasilan suatu proses. Adapun komponen-komponen sistem pembelajaran yaitu tujuan, isi/materi, metode, media, dan evaluasi. Tujuan merupakan komponen paling penting dalam pembelajaran, karena tujuan merupakan arah atau sasaran akhir yang ingin dicapai setelah melaksanakan pembelajaran. Komponen kedua adalah isi/ materi pelajaran, Komponen ketiga adalah strategi atau metode pembelajaran, keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan dengan penggunaan metode dan strategi yang tepat, bagaimanapun bagusnya komponen lainnya tanpa dibarengi dengan penggunaan metode dan strategi maka hal itu akan menjadi sia-sia belaka. Komponen keempat adalah media pembelajaran, meskipun keberadaan media pembelajaran sebagai alat bantu namun memiliki peran yang tidak kalah penting dengan komponen lainnya. Penggunaan media pembelajaran akan memungkinkan siswa memiliki persamaan persepsi tentang satu objek yang dipelajari, selain itu siswa akan jauh lebih antusias dan senang dalam mengikuti pelajaran. Komponen kelima dari komponen pembelajaran adalah evaluasi. Evaluasi merupakan Abdul Azis kegiatan mengumpulkan data atau informasi tentang bekerjanya sesuatu, kemudian data atau informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat untuk pengambilan keputusan (Suharsimi & Cepi 2009:2). Dalam proses pembelajaran, evaluasi berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan, selain itu juga sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran. Mengajar merupakan segala usaha yang dilakukan guru agar siswa belajar, sedangkan belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Pengalaman dapat berupa pengalaman langsung ataupun tidak langsung. Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh sendiri melalui aktivitas yang sebenarnya seperti agar siswa dapat terampil menggunakan komputer, maka guru menyediakan komputer dan membimbing siswa untuk dapat mengoperasikannya. Pengalaman langsung seperti itu tentu akan sangat bermanfaat, karena dengan mengalami langsung suatu aktifitas maka kemungkinan perbedaan ataupun kesalahan persepsi akan terhindarkan. Namun demikian, pada kenyataannya tidak semua bahan pelajaran dapat disajikan secara langsung, misalnya untuk mempelajari kehidupan didasar laut tidak mungkin guru membawa siswanya untuk menyelam kedasar laut, namun yang lebih memungkinkan adalah dengan memanipulasi kondisi atau dengan menggunakan media pembelajaran. D. Media Pembelajaran. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi khususnya tekhnologi informasi sangat berpengaruh dalam penyusunan, pelaksanaan serta evaluasi program pembelajaran. Dengan kemajuan tehnologi tersebu guru dapat menggunakan berbagai media komunikasi sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan media pembelajaran, pembelajaran akan semakin mudah dan efektif, serta akan lebih menarik sehingga siswa akan lebih merasa nyaman dalam belajar. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang artinya perantara atau pengantar yaitu perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Beberapa ahli berbeda pendapat dalam memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schram (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sedangkan Gagne (1970) media adalah jenis komponen dalam lingkup siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Media menurut Briggs (1970) adalah segala bentuk fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. NEA (Nasional Education Assosation) memberikan pengertian bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan menyampaikan pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar. Melihat begitu banyaknya media yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru, maka para ahli mencoba untuk mengklasifikasikan media, namun secara umum media dapat dipilah menjadi tiga bagian yaitu: 1. media visual merupakan media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra penglihatan, jenis media inilah yang sering digunakan oleh guru-guru untuk membantu menyampaikan isi pelajaran, seperti tabel, poster, foto, dan slide. 2. Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif atau pesan yang dapat didengar sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa untuk belajar, seperti program kaset suara dan program radio. Pada prinsipnya penggunaan media audio untuk melatih keterampilan menVolume 5, Nomor 1, Januari 2014 53 54 KOMPETENSI GURU dengarkan, karena media ini hanya bisa didengarkan maka sebaiknya dikombinasikan dengan media lainnya. dan 3. Audiovisual adalah media yang memiliki dua fungsi kombinasi yaitu dapat dilihat dan didengar, penggunaan media ini akan semakin melengkapi dan semakin optimal dalam menyampaikan isi pelajaran (Asep Hery Herawan, 2008:11.19). Kegiatan belajar mengajar merupakan proses komunikasi, proses penyampaian pesan dari pengirim pesan menggunakan media tertentu kepada penerima pesan. Pengirim pesan, saluran dan penerima pesan merupakan komponen komunikasi. Dalam konteks pendidikan, isi ajaran yang ada dalam kurikulum adalah pesan yang akan disampaikan kepada siswa, salurannya adalah media yang digunakan dalam pembelajaran dan siswa adalah penerima pesan, sedangkan pengirim pesan atau sumber pesan bisa guru, teman sekelas, ataupun orang lain. Pesan dituangkan kedalam simbol-simbol baik verbal maupun nonverbal oleh pengirim pesan, proses tersebut disebut encoding. Kemudian penerima pesan menafsirkan simbolsimbol tersebut sehingga diperoleh suatu pesan, proses ini disebut decoding. Namun ada kalanya pesan yang diterima oleh penerima pesan tidak diterima dengan baik atau ditafsirkan berbeda, dalam kondisi demikian berarti komunikasi mengalami kegagalan. Kegagalan komunikasi dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh berbagai factor, Husaini Usman (2008:396) mengidentifikasi kegagalan komunikasi disebabkan setidaknya oleh tiga faktor yaitu, faktor psikologis seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan, inteligensi dan pengetahuan. 2. Faktor kultural seperti perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial, dan nilai-nilai panutan, serta 3. faktor fisik seperti keterbatasan panca indra ataupun cacat tubuh, kelelahan, serta sakit. Mengantisipasi kemungkinan tidak tersampainya atau munculnya penafsiran yang berbeda maka dibuatkan media pembelajaran. Media pembelajaran memiliki berbagai fungsi Jurnal Pelopor Pendidikan yaitu mengatasi berbagai hambatan proses komunikasi, mengatasi sikap pasif siswa, mengatasi keterbatasan fisik kelas (Hery Hernawan dkk, 2010:11.20). Kegunaan media dalam mengatasi hambatan komunikasi antara lain untuk mengatasi ketergantungan dalam penggunaan kata-kata saja dalam menjelaskan materi pelajaran (verbalisme). Dengan menggunakan media, guru dapat menjelaskan pelajaran yang bersifat abstrak sehingga siswa akan dengan mudah memahaminya dan meminimalkan atau bahkan meniadakan verbalisme. Berkaitan dengan keterbatasan fisik, media dapat memperkecil objek yang terlalu besar dan media juga bisa memperbesar objek yang terlalu kecil. Menyederhanakan objek yang terlalu rumit serta menggambarkan objek yang terlalu luas. Sedangkan dalam mengatasi sikap pasif siswa, media pembelajaran memilliki berbagai kegunaan yaitu dapat menimbulkan kegairahan belajar, memfokuskan perhatian, memungkinkan siswa untuk berinteraksi langsung dengan lingkungan nyata, memberikan persepsi yang sama tentang suatu objek, serta dapat memotivasi siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pelajaran meningkat. E. Kompetensi Guru dalam Memilih Media Hubungannya dengan Mutu Pembelajaran Sebagaimana dikemukakan bahwa komunikasi yang baik ditentukan oleh kesesuaian antara media yang digunakan oleh pengirim pesan dengan isi pesan itu sendiri. Oleh sebab itu, komunikator hendaknya menggunakan media sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, kesalahan dalam pemilihan media akan berakibat pada tidak tersampainya isi pesan atau materi pelajaran. Agar supaya diperoleh hasil yang optimal, pembelajaran harus direncanakan dengan baik, begitu pula dengan media yang akan digunakan perlu direncanakan dengan baik pula (Arsyad, 2009:67). Meskipun demikian, kenyataannya Abdul Azis sebagian besar guru menggunakan media pembelajaran atas dasar pertimbangan bahwa; a) Merasa sudah akrab dengan media yang akan digunakan. b) Media yang dipillih guru dapat menggambarkan lebih baik dari guru itu sendiri. c) Media yang dipilih dapat menarik minat serta perhatian siswa, dan dapat menuntun siswa pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisir. Pada prinsipnya pertimbangan utama dalam pemilihan media adalah memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan pem-belajaran (Sadiman dkk, 2011:85). Tujuan pembelajaran biasanya memuat kompetensi apa yang diharapkan dari siswa pada akhir pertemuan, untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan media yang dapat membantu siswa dalam belajarnya. Mc. Connel (1974) mengatakan bila media itu sesuai maka pakailah “if the medium fits, use it”. Selain untuk memenuhi kebutuhan tujuan pembelajaran, Dick dan Carey (1978) menguraikan empat hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media (Sadiman dkk, 2011:85). Pertama, ketersediaan sumber setempat apakah madia akan dibeli atau dibuat sendiri jika tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada Kedua, Ketersediaan dana, tenaga serta fasilitas. jika harus memproduksi sendiri apakah ada dana, mapun tenaga. Ketiga, Keluwesan, ketahanan, dan ke-praktisan. media bisa digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan disekitarnya serta dapat dipindah-pindah. Keempat, Efektifitas biaya dalam jangka panjang, ada media yang biaya produksinya mahal, namun apabila media tersebut dapat digunakan berulang-ulang dalam jangka waktu yang panjang, maka media terebut akan lebih murah bila dibandingkan dengan media yang yang murah tetapi penggunaannya dalam jangka waktu yang pendek. Selain Dick dan Carey, Edgar Dale meng-ajukan konsep kerucut pengalaman (cone experience) untuk memudahkan guru dalam menentukan media apa yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan disajikan. Kerucut Pengalaman Edgar Dale. Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale tersebut memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mendengarkan dan mengamati melalui media tertentu, serta proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkrit siswa mempelajari bahan pelajaran, semakin konkrit pula pengalaman yang di-dapatkan. Namun sebaliknya, semakin abstrak siswa mempelajari bahan pelajaran maka semakin abstrak pula pengalaman yang didapatkan siswa (Wina Sanjaya, 2011:165). d) Pemanfaatan media pembelajaran Setelah media dipilih sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam sebuah pembelajaran, maka kemudian media itu tidak akan memberikan manfaat apabila tidak digunakan secara efektif. Ada tiga langkah dalam pemanfaatan media pembelajaran yaitu persiapan, kegiatan selama peng- Volume 5, Nomor 1, Januari 2014 55 56 KOMPETENSI GURU gunaan media dan tindak lanjut atau evaluasi (Sadiman dkk, 2011:189). Persiapan merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum kegiatan inti dilaksanakan, dalam pemanfaatan media pembelajaran persiapan yang harus dilakukan adalah pertama menguasai media yang akan digunakan dengan membaca buku petunjuk penggunaan kemudian mengikuti semua petunjuk itu. Kemudian me-nyiapkan media yang akan digunakan beserta semua perangkatnya, serta memposisikan media ditempat yang memungkinkan semua siswa dapat melihat ataupun mendengarkar program media tersebut. Kemudian pada saat menggunakan media, yang perlu diperhatikan adalah suasana ketenangan, menghindari gangguan yang dapat mengganggu konsentrasi dan perhatian. Ada kemungkinan selama sajian media berjalan, siswa diminta menunjuk gambar atau membuat garis, menyusun sesuatu menjawab pertanyaan, dan lain sebagainya. Semua perintah itu hendaknya dijalankan dengan tenang dan tidak mengganggu siswa yang lain. Maksud dan tujuan dari kegiatan tindak lanjut adalah untuk mengetahui apakah tujuan telah tercapai, dan juga untuk memantapkan materi pembelajaran yang disampaikan melalui media pembelajaran, selain itu juga untuk mengetahui efektifitas serta hambatanhambatan yang dihadapi selama penggunaan media pembelajaran. F. Penutup Media pembelajaran memegang peranan penting dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran, meskipun media bukanlah komponen utama pembelajaran akan tetapi keberadaanya dapat sangat membantu keberhasilan pembelajaran. Jurnal Pelopor Pendidikan Pembelajaran merupakan usaha komunikasi, guru sebagai pengirim pesan dan siswa sebagai penerima pesan, serta pelajaran sebagai isi pesan. Adakalanya pesan yang disampaikan guru tidak sampai atau dipahami berbeda oleh siswa, tidak sampainya pesan kepada siswa diakibatkan oleh tiga faktor yaitu faktok psikis, faktor fisik dan faktor kultural. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dibutuhkan media pembelajaran. Peningkatkan mutu Sumber daya manusia Indonesia merupakan kebutuhan yang mendesak dalam menghadapi era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan tehnologi informasi dan komunikasi. Peningkatan mutu pendidikan menjadi kunci penentu dalam peningkatan mutu manusia Indonesia sebagaimana diuraikan dalam pasal 3 Undang-Undang Sisdiknas Tahun 2003. Peningkatan mutu pembelajaran merupakan inti dari upaya peningkatan pendidikan di Indonesia. Pembelajaran merupakan usaha yang sistematis untuk melakukan perubahan pada diri peserta didik. Seseorang bisa dikatakan telah belajar apabila telah terjadi perubahan dalam dirinya. Belajar bisa didapatkan seseorang melalui pengalaman, baik pengalaman langsung maupun tidak langsung, pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman langsung akan jauh lebih bermanfaat. Namun kenyataannya tidak semua pengalaman bisa disajikan oleh guru kepada siswa. Oleh sebab itu diperlukan media yang bisa memberikan setidaknya mendekati pengalaman langsung. Belajar mengajar merupakan proses komunikasi, komunikasi yang berhasil dan lancar adalah apabila penerima pesan mampu memahami isi pesan, namun demikian kadangkala pesan yang disampaikan tidak bisa dipahami dengan baik atau bahkan dipahami berbeda oleh setiap peserta didik sebagai penerima pesan. Untuk menyiasati kelemahan tersebut makan dibutuhkan media sebagai penyalur pesan kepada penerima pesan. Oleh sebab itu, seorang guru harus mampu menentukan dan menggunakan media pem- Abdul Azis belajaran yang sesuai dengan tujuan Suparlan. (2006). Guru Sebagai Profesi. pembelajaran yang ingin dicapai. Pemilihan Yogyakarta: Hikayat Publishing. media hendaknya didasarkan pada tujuan yang Usman, Husaini. (2008). Manajemen: Teori, ingin dicapai dan kemampuan guru dalam Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi mengoperasikannya serta ketersediaan Aksara. media.[] Daftar Pustaka: Arsyad, Azhar. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pres. Arikunto, Suharsimi, & Jabar, Cepi Sarifudin Abdul. (2009). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumu Aksara. Basleman, Anisah, & Mappa, Syamsu. (2011). Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hernawan, Asep Hery, dkk. (2010). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Republik Indonesia. 2005. Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Lembaran Negara RI Tahun 2005, No. 4586. Jakarta: Sekretariat Kabinet RI. Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lembaran Negara RI Tahun 2003, No. 4301. Jakarta: Sekretariat Kabinet RI. Robbins, S.P. & De Cenzo, A.D. (1999). Human resources management. New York: John Willwy & Sons, Inc. Sadiman, Arief. S., dkk. (2011). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pres. Salis, Edward. (1993). Total Quality Management in Education. London: Kogan Page Limited. Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berstandard Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Volume 5, Nomor 1, Januari 2014 57 58 KOMPETENSI GURU Jurnal Pelopor Pendidikan