JADILAH PENDIDIK BUKAN PENGAJAR Oleh: Arif Suryo Priyatmojo Pendidik dan pengajar adalah dua istilah yang secara logika memiliki kesamaan arti. Mungkin kalau di definisikan secara telanjang kedua istilah tersebut bisa diartikan sebagai subjek yang memiliki tugas memberikan ilmu pengetahuan didalam instansi pendidikan dari berbagai level kepada peserta didiknya. Namun bila kita tinjau dari definisi filosofis kedua istilah itu memiliki arti yang sangat berbeda. Berdasarkan definisi filosofis, pendidikan adalah “a process of helping students to change their knowledge and behaviour”. Dari definisi tersebut maka ada beberapa hal yang perlu dijabarkan secara lebih rinci dan mendalam. Pertama pendidikan adalah sebuah proses. Baik guru maupun dosen sebagai salah satu pilar terselenggaranya pendidikan berperan penting dalam proses pendidikan itu sendiri. Ketika guru/ dosen mengajar maka mereka harus berorientasi pada proses (process oriented). Para guru/ dosen tidak bisa menutup mata bahwa tugas mereka bukanlah untuk menjadikan mahasiswa sebagai manusia yang sukses namun lebih kepada bagaimana membawa peserta didik/mahasiswa menjadi manusia yang sukses melalui sebuah proses. Proses itu sendiri dapat dianalogikan sebagai proses dari yang tidak bisa menjadi bisa, proses dari yang tidak baik menjadi baik, dsb. Kedua, pendidikan adalah sebuah proses perubahan yang meliputi pengetahuan (knowledge) dan tingkah laku (behaviour). Bagi kita sebagai guru/ dosen, kita tidak asing lagi dengan istilah three domains of education. Yang pertama adalah cognitive domain. Hal ini berkaitan dengan kemampuan peserta didik/ mahasiswa untuk mengembangkan kecerdasan intelektualitas mereka. Domain ini sangatlah personal karena terkait dengan hal-hal yang subjektif yaitu perbedaan tingkat kecerdasan satu dengan lainnya. Namun cognitive domain tidaklah cukup karena domain ini tidak bisa memecahkan berbagai macam permasalahan baik skala kecil maupun besar. Bisa kita lihat di berbagai kondisi dan situasi bahwasanya bangsa ini, Indonesia, memiliki banyak sekali sumber daya manusia yang cerdas namun ternyata kecerdasan tersebut tidak dapat mengatasi permasalahan yang ada. Maka dibutuhkan domain yang lain yakni affective domain. Peserta didik/ mahasiswa selain cerdas dan intelek perlu memiliki dan mengembangkan kecerdasan afektif mereka, yakni yang berhubungan dengan cara pandang dan tingkah laku mereka yang mencerminkan nilai-nilai kepribadian. Peserta didik/ mahasiwa perlu manjadi manusia yang cerdas namun juga baik yakni cerdas dan baik yang berkeTuhanan. Selanjutnya domain yang terakhir adalah psychomotoric domain. Peserta didik/ mahasiswa selain cerdas dan baik perlu juga menjadi manusia yang tangguh. Tangguh dalam menghadapi setiap persoalan yang ada. Dengan ketiga domain tersebut, niscaya akan terjadi sebuah perubahan ke arah yang lebih baik yang dimulai dari ranah pendidikan. Berdasarkan uraian diatas, maka kita sebagai guru/ dosen harus bisa memposisikan diri menjadi pendidik bukan pengajar yang berperan sebagai agen-agen perubahan. Pendidik yang selalu meletakan three domains of education dalam mindset peserta didik/ mahasiswa. Arif Suryo Priyatmojo, S.Pd., M.Pd – Dosen Pendidikan Bahasa Inggris dan Pemerhati Peradaban Manusia.