BIOEKOLOGI VIRUS MOSAIK BERGARIS TEBU

advertisement
BIOEKOLOGI VIRUS MOSAIK BERGARIS TEBU
(Sugarcane Streak Mosaic Virus) DAN CARA PENGENDALIAN
Arie Hapsani Hasan Basri
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan
Jalan Binjai Km 10 Tromol Pos 18 Medan 20002
[email protected]
ABSTRACT
Virus mosaik bergaris tebu (Sugarcane Streak Mosaic Virus) merupakan salah satu penyakit penting yang
menyebabkan mosaik pada tanaman tebu yang umumnya menyebar di negara-negara Asia termasuk India dan
Indonesia, dan menyebabkan kehilangan hasil yang nyata. Virus mempunyai pengaruh yang beragam terhadap tanaman
karena virus mempunyai daya tular yang tinggi sehingga infeksinya pada tanaman budidaya berlangsung cepat dan
dapat mencapai tingkat epidemi.Virus mosaik bergaris tebu (Sugarcane streak mosaic virus) memiliki partikel yang
berbentuk batang lentur, filament dengan panjang 890 x 15 nm dengan satu bagian genom ssRNA dengan panjang kirakira 10 kilobase (kb). Berat molekul dari protein mantel virus ini sebesar 40 kDa lebih tinggi dari urutan asam amino
yang memiliki ukuran sebesar 34 kDa. Infeksi virus pada suatu tanaman bergantung kepada sintesa virus karena infeksi
tidak akan terjadi bila virus tak dapat bermultiplikasi dalam inang. Virus yang masuk pada inang akan melepaskan
selubung protein untuk menimbulkan infeksi. RNA virus yang sudah terlepas dari selubung protein akan merangsang
pembentukan enzim-enzim RNA polymerase, RNA sintesa atau RNA replikasi. Virus memanfaatkan asam amino,
ribosom dan transfer RNA dari inang untuk digunakan sebagai blueprint (messenger RNA) virus. Protein yang
dibentuk kemudian digunakan sebagai selubung virus. Beberapa dari protein ini ada yang berupa enzim baik enzim
yang sudah ada dalam sel inang maupun enzim yang baru. Enzim ini dapat mempengaruhi reaksi kimia pada sel inang
sehingga menggangu fungsi fisiologis sel inang. Cara pengendalian dari penyakit yang disebabkan virus secara umum
yaitu dengan varietas tahan, eradikasi, pengendalian serangga vektor misalnya penggunaan insektisida, menghancurkan
tanaman dengan cara dibakar atau dicabut, menghindari sumber infeksi dan perlakuan panas. Penyakit mosaik bergaris
tebu dapat dikontrol atau diminimalisir penyebarannya menggunakan bibit yang sehat. Penggunaan bibit sehat
merupakan cara pengendalian yang sangat penting dan efektif, tetapi mungkin sulit untuk daerah yang telah terinfeksi.
Kultur in vitro menggunakan kultur meristem apikal, kultur pucuk dan kalus merupakan tindakan lanjutan untuk
perbanyakan mikro secara cepat dan untuk memproduksi tanaman bebas virus.
Key words: Virus Mosaik Bergaris Tebu (Sugarcane Streak Mosaic Virus), patogen tanaman, bioekologi, cara
pengendalian
PENDAHULUAN
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.)
ialah satu dari tanaman perkebunan penting
penghasil gula di dunia. Tanaman tebu selama
pertumbuhannya tidak terlepas dari organisme
penggangu tanaman, baik hama maupun patogen
termasuk penyakit yang disebabkan oleh virus.
Virus mosaik bergaris tebu (Sugarcane Streak
Mosaic Virus) merupakan salah satu penyakit
penting yang menyebabkan mosaik pada tanaman
tebu yang umumnya menyebar di negara-negara
Asia termasuk India dan Indonesia, dan
menyebabkan kehilangan hasil yang nyata. Virus
mempunyai pengaruh yang beragam terhadap
tanaman karena virus mempunyai daya tular yang
tinggi sehingga infeksinya pada tanaman budidaya
berlangsung cepat dan dapat mencapai tingkat
epidemi.
Virus mosaik bergaris tebu (Sugarcane Streak
Mosaic Virus) merupakan salah satu penyakit
mosaik penting tanaman tebu di India dan dapat
menyebabkan kehilangan hasil yang nyata dari
waktu ke waktu.
Kehadiran SCSMV pada
perkebunan tebu di India mendekati 100% dan
menyebabkan kehilangan hasil yang nyata. Virus
mosaik tebu dilaporkan memiliki sebaran yang luas
dan berpotensi menjadi patogen penting pada
banyak industri tebu (Hema et al., 2003; James,
2004). Viswanathan et al., (2008) melaporkan
bahwa virus mosaik bergaris menyebar secara
merata di negara-negara Asian terutama India dan
51
Bioekologi Virus Mosaik Bergaris Tebu ... (Arie Hapsani H.B.)
merupakan virus yang menyebabkan penyakit
mosaik pada tanaman tebu.
Virus ini dilaporkan juga menyerang tanaman
tebu di Indonesia dan telah menyebar di 59 kebun
tebu milik 5 pabrik gula di Jawa Tengah dan Jawa
Timur.
Intensitas serangan penyakit mosaik
bergaris berkisar 0-62%.
Intensitas penyakit
ditemukan lebih tinggi pada tebu yang ditanam di
lahan sawah dan tegalan. Selain menyerang
tanaman tebu, SCSMV atau virus mosaik bergaris
juga dapat menyebabkan penyakit pada jagung,
sorgum dan gulma rumput Dactylactonium
aegypticum (Damayanti et al., 2007).
Bioekologi virus ini penting untuk di pelajari
dan diketahui, hal ini untuk mempermudah dalam
pengendalian terhadap serangan virus SCMV dan
mengetahui perkembangannya di alam serta cara
menginfeksinya pada tanaman budidaya. Beberapa
cara pengendalian dari penyakit yang disebabkan
virus secara umum hingga saat ini yaitu dengan
menggunakan
varietas
tahan,
eradikasi,
pengendalian serangga vektor misalnya dengan
penggunaan insektisida, menghancurkan tanaman
dengan cara dibakar atau dicabut, menghindari
sumber infeksi dan perlakuan panas (Boss, 1990;
Semangun, 2000; Comstock dan Lentini, 2005).
BIOLOGI VIRUS TANAMAN
Virus adalah suatu nukleoprotein yang dapat
memperbanyak diri hanya dalam sel yang hidup
dan memiliki kemampuan menyebabkan penyakit.
Virus berukuran sangat kecil dengan diameter yang
bervariasi dari 20 – 300 nm dan membutuhkan
bantuan mikroskop elektron untuk mengamatinya
(Agrios, 2005). Virus tersusun atas asam nukleat
dan protein (kapsid). Protein tersebut berfungsi
sebagai pelindung yang berada disekelilingi asam
nukleat (Yuwono, 2005).
Virus memiliki berbagai macam bentuk, tetapi
umumnya berbentuk batang, polihedral, atau
variannya terdiri dari dua struktur dasar. Beberapa
virus hanya tersusun atas RNA atau DNA saja.
Molekul RNA dan DNA tersebut ada yang berupa
untai tunggal (single-stranded) dan ada yang
berupa molekul untai ganda (double-stranded).
Virus tanaman kebanyakan hanya memiliki satu
macam protein. Tetapi beberapa diantaranya
memiliki dua atau lebih protein yang berbeda
(Yuwono, 2005).
Virus memiliki perbedaan dibandingkan
dengan semua patogen tanaman, tidak hanya dalam
ukuran dan bentuk tetapi juga pada susunan kimia
dan struktur fisik, cara penularan, perbanyakan,
translokasi dalam jaringan inang, penyebaran dan
gejala yang disebabkan pada tanaman inang.
Ekspresi genetik virus juga dilakukan dengan
menggunakan sistem enzim yang terdapat dalam
tubuh inangnya (Agrios, 2005).
Karakteristik Virus Tanaman
Keberadaan virus dalam tanaman dapat
dideteksi dengan beberapa cara yaitu purifikasi,
mikroskop elektron, dan pendeteksian serologi.
Salah satu cara yang mulai digunakan sekitar lima
sampai sepuluh tahun yang lalu yaitu dengan
polymerase chain reaction (PCR). Agrios (2005)
menyatakan bahwa penggunaan DNA dan RNA
proba dan amplifikasi segmen dari asam nukleat
virus menggunakan polymerase chain reaction
(PCR) merupakan metode yang efektif untuk
mendeteksi dan mengidentifikasi berbagai virus.
Virus tanaman pada umumnya terdiri dari
asam nukleat dan protein. Akan tetapi, beberapa
virus ada yang tersusun atas lebih dari satu ukuran
asam nukleat dan protein, dan lainnya mengandung
enzim dan lapisan lipid. Asam nukleat yang
terkandung pada virus dapat mencapai 5 – 40 %
dan 60 – 95 % sisanya adalah protein. Persentase
asam nukleat tertinggi terdapat pada virus yang
berbentuk bulat dan yang terendah terdapat pada
virus yang berbentuk panjang. (Agrios, 2005).
PENYAKIT MOSAIK BERGARIS TEBU
(SCSMV)
Penyebab
Penyakit mosaik bergaris tebu adalah
salah satu penyakit tebu yang terpenting di
negara-negara Asian terutama di India.
Penyakit ini mulai ditemukan di Indonesia
pada perkebunan tebu di Jawa dan Sumatera.
Survei lapang yang dilakukan Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) di tahun
2005 melaporkan bahwa ditemukan tanaman
tebu yang memiliki gejala mosaik bergaris
(streak mosaic) dengan kejadian bervariasi
antara 30 – 67% tergantung lokasi.
Sebelumnya penyakit ini tidak pernah
dilaporkan menyerang pertanaman tebu di
Indonesia (Damayanti et al., 2007).
52
Agrica Ekstensia. Vol. 9 No. 1 Juni 2015: 50-57
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang biasa
disebut virus mosaik bergaris tebu (Sugarcane
streak mosaic virus). Virus ini memiliki partikel
yang berbentuk batang lentur, filament dengan
panjang 890 x 15 nm dengan satu bagian genom
ssRNA dengan panjang kira-kira 10 kilobase (kb).
Berat molekul dari protein mantel virus ini sebesar
40 kDa lebih tinggi dari urutan asam amino yang
memiliki ukuran sebesar 34 kDa. Peningkatan
ukuran tersebut menunjukkan adanya glikosilasi
dari protein mantel, dimana belum ada penemuan
sejauh ini dalam suku Potyviridae (gambar 1).
Virus dengan tipe agregat berlapis-lapis yang
hampir mirip dengan golongan family Potyviridae.
Hal ini merupakan penemuan pertama pada
karakterisasi molekuler dari SCSMV dan
berdasarkan analisis genom RNA virus pada urutan
nukleotida 3’ terminal 1084 menunjukkan bahwa
85,7% memiliki kesamaan dengan Tritimovirus
sehingga dapat disimpulkan bahwa SCSMV
merupakan anggota dari marga Tritimovirus.
Secara alami penyakit ini ditularkan melalui bibit
tebu (sett) dan diduga termasuk dalam genus
Tritimovirus dalam family Potyviridae ( Hema et
al., 1999; Hema et al., 2002; Hema et al., 2003).
SCSMV-AP dan identifikasi vektor virus juga
menunjukkan terdapat hubungan dengan marga
yang lain. Secara umum, strain virus SCSMV
mempunyai kesamaan urutan >85% sedangkan
anggota genus dalam suku Potyviridae mempunyai
kesamaan urutan >55%. Posisi dari taksonomi
SCSMV-AP menunjukkan SCSMV-AP tidak
memiliki kesamaan deskripsi genus dari
Potyviridae (Hema, et al. 2002).
Penyakit ini memiliki gejala penting yaitu
timbulnya gambaran mosaik (belang) pada daundaun berupa alur atau bercak-bercak memanjang
berwarna hijau muda sepanjang urat daun (Gambar
2). Gejala semakin jelas terdapat pada daun muda,
dan akan semakin jelas jika dilihat dengan sinar
yang menembus atau menghadap matahari. Gejala
serangan penyakit terlihat pada daun yang sudah
membuka (daun 1 – 4) dan daun yang masih
menggulung. Gejala penyakit ini pada setiap
varietas
tebu
berbeda-beda
(Direktorat
Perlindungan Perkebunan, 2007).
Gambar 1. Pengamatan mikroskop elektron pada purifikasi
partikel virus penyebab penyakit mosaik (SCSMV) pada
tanaman tebu dalam preparat dengan 1% asam
phosphotungstic. Perbesaran 50.000 x (Hema, et al.1999)
Gambar 2. Gejala Sugarcane streak mosaic virus pada daun
tebu (Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2007).
Perbandingan dari kisaran urutan pada ujung
3’ dari 1315 nukleotida SCSMV-AP dengan marga
lain dari Potyviridae menunjukkan kesamaan
sebesar 30% pada level asam amino dari bagian
poliprotein ORF (open reading frame) dengan
genus Ipomovirus dan Tritimovirus. Pengujian
dengan mencetak daerah NIb juga hanya
menunjukkan kesamaan sebesar 40% dengan tipe
marga dari genus ini. Analisis urutan asam amino
Penyebaran
Penyakit SCSMV merupakan penyakit
sistemik yang penyebaran utamanya melalui bibit
tanaman yang telah terinfeksi (sett). Penyakit ini
selain menyerang tanaman tebu juga dapat
mempertahankan diri pada jenis tanaman rumputrumputan lainnya seperti jagung dan sorgum.
Infeksi alami dari penyakit ini dilaporkan terdapat
pada beberapa kultivar dan spesies rumput-
53
Bioekologi Virus Mosaik Bergaris Tebu ... (Arie Hapsani H.B.)
rumputan liar. Tipe penularan atau penyebaran
dari penyakit ini meliputi yaitu (1) melalui bibit
atau benih tebu yang terinfeksi, (2) melalui
inokulasi secara mekanik dengan metode inokulasi
Sein, abrasive pad rubbing, carborandum dan
dengan pisau potong, dan (3) melalui vektor.
Virus ini 100% terbawa oleh bibit (cutting cane).
Penyebaran penyakit ini sangat cepat pada
penanaman varietas tebu yang rentan, dan
banyaknya tanaman yang terinfeksi. Penyakit
virus mosaik bergaris tidak dapat ditularkan
dengan serangga vektor aphid Rophalosipum
maydis dan mealybug atau kutu putih
(Ceratovacuna lanigera) (Hema et al., 1999;
Damayanti et al., 2007).
virus (gambar 3) (Sastrahidayat, 1984; Agrios
2005).
Selama sintesa virus berlangsung, sebagian
dari asam nukleat juga membentuk protein lain.
Beberapa dari protein ini ada yang berupa enzim
baik enzim yang sudah ada dalam sel inang
maupun enzim yang baru. Enzim ini dapat
mempengaruhi reaksi kimia pada sel inang
sehingga menggangu fungsi fisiologis sel inang
(Sastrahidayat, 1984).
Proses Infeksi Virus SCSMV
Infeksi virus pada suatu tanaman bergantung
kepada sintesa virus karena infeksi tidak akan
terjadi bila virus tak dapat bermultiplikasi dalam
inang. Virus yang masuk pada inang akan
melepaskan selubung protein untuk menimbulkan
infeksi.
Pelepasan selubung protein
ini
membutuhkan waktu sekitar satu jam setelah
inokulasi. Protein virus tersebut terlepas setahap
demi setahap karena aktifitas enzim sel tanaman
yang dimanfaatkan oleh virus karena virus sendiri
tidak memiliki enzim. Selubung protein yang
sudah terurai tertinggal di dalam sel dan
dimanfaatkan dalam proses sintesa di dalam sel
(Sastrahidayat, 1984).
RNA virus yang sudah terlepas dari selubung
protein akan merangsang pembentukan enzimenzim RNA polymerase, RNA sintesa atau RNA
replikasi. Enzim-enzim ini akan bereaksi dengan
RNA virus menghasilkan RNA baru. RNA yang
baru terbentuk disebut complementary strand yaitu
cermin dari RNA virus yang terbentuk dengan cara
melekat pada RNA virus asli, sehingga keduanya
terbentuk RNA double stranded. RNA double
stranded akan terpisah kembali dan RNA baru
akan dipakai untuk sintesa RNA. Setelah asam
nukleat baru terbentuk, maka asam nukleat virus
tersebut akan merangsang sel inang untuk
menghasilkan molekul protein untuk subunit
protein yang akhirnya akan menyusun selubung
protein pada virus. Sintesis protein pada virus
dilakukan oleh mRNA atau messenger RNA.
Virus memanfaatkan asam amino, ribosom dan
transfer RNA dari inang untuk digunakan sebagai
blueprint (messenger RNA) virus. Protein yang
dibentuk kemudian digunakan sebagai selubung
Gambar 3. Rangkaian proses infeksi virus dan
biosintesis. CW : dinding sel, R : ribosom, N : nukleus,
n : nukleolus, P : poliribosom, Pp : polipeptida, PS :
subunit protein, VP : partikel viral, VR : viral RNA
(Agrios, 2005).
Hubungan Virus dan Inangnya
Hubungan virus dan tanaman inang sangat
beragam, yaitu (1) satu jenis virus yang dapat
menginfeksi berbagai jenis; (2) virus yang spesifik
pada satu inang dan (3) Satu jenis inang dapat
terinfeksi oleh berbagai jenis virus. Virus
berkembang biak hanya dengan bantuan energi
dari hasil metabolisme inang. Salah satu sifat
parasitisme virus terhadap tanaman inang adalah
pengambil alihan energi inang untuk keperluan
perkembangbiakan virus (Hadiastono, 2001).
Virus
pada
tanaman
yang
rentan
menyebabkan terjadinya gangguan metabolik pada
sel inang bahkan dalam sel-sel tetangganya.
Infeksi yang dimulai pada tempat masuknya virus
disebut infeksi setempat. Virus yang telah masuk
ke dalam sel inang, kemudian akan berpindah dari
satu sel ke sel lainnya dan memperbanyak diri.
Perpindahan virus dari sel yang satu ke sel yang
lain melalui plasmodesmata.
Plasmodesmata
54
Agrica Ekstensia. Vol. 9 No. 1 Juni 2015: 50-57
berfungsi sebagai penghubung sel yang
berdekatan.
Virus yang mencapai jaringan
pengangkut akan bersama-sama dengan asimilat
masuk ke dalam floem atau buluh ayak dan
menyebar secara pasif ke bagian tumbuhan yang
menggunakan asimilat seperti akar, bagian
tumbuhan yang muda dan sedang berkembang
serta buah. Virus kemudian kembali memasuki
jaringan parenkim dan bergerak perlahan-lahan
dari sel ke sel. Proses memperbanyak diri virus
terjadi pada setiap sel parenkim. Virus berkembang
sekitar 1 milimeter atau 8 – 10 sel perhari dalam
sel parenkim daun. Virus membutuhkan 2 – 5 hari
atau lebih untuk berpindah dari daun yang
terinfeksi.
Virus menyebar secara sistemik
diseluruh tanaman dan masuk kembali ke sel
parenkhim yang berbatasan dengan floem dan terus
ke plasmodemata (Boss, 1990; Agrios, 2005).
PENYAKIT YANG DISEBABKAN FAMILI
POTYVIRIDAE
Menurut Agrios (2005), Famili Potyviridae
merupakan kelompok virus yang berperan penting
dalam menyebabkan penyakit tanaman yang terdiri
dari enam kelompok (genera) yaitu Potyvirus,
Ipomovirus,
Macluravirus,
Tritimovirus,
Rymovirus, dan Bymovirus. Famili ini berbentuk
virus flexuous filamentous dengan diameter 11 –
15 nm. Potyviridae sebagian besar tersusun atas
monopartite partikel dengan panjang 650 – 900
nm, Bymovirus tersusun atas bipartite dengan
panjang 250 – 300 nm, dan partikel dengan
panjang 500 – 600 nm.
1. Potyvirus
Potyvirus atau Potato Virus Y (PVY)
merupakan genus terbesar dari virus tanaman.
Penyakit-penyakit yang termasuk dalam Potyvirus
yaitu: bean common mosaic virus (BCMV), bean
yellow mosaic virus (BYMV), beet mosaic virus
(BtMV), celery mosaic virus (CeMV), lettuce
mosaic virus (LMV), papaya ring spot virus
(PRSV), pepper mottle virus (PepMV), plum pox
virus (PPV), soybean mosaic virus (SoyMV),
sugarcane mosic virus (SCMV), tobacco etch virus
(TEV), turnip mosaic virus (TuMV), watermelon
mosaic virus (WMV1) dan (WMV1), zucchini
yellow mosaic virus (ZYMV).
Potyvirus terdiri dari satu partikel yang
berbentuk flexuous rod dengan panjang 680 – 900
nm dan diameter 12 nm. Terdiri dari satu RNA
positif dengan ukuran sekitar 10 kb dan satu
macam subunit selubung protein.
2. Ipomovirus
Tipe spesies sweet potato (Ipomea sp.) yang
menyebabkan penyakit mild mottle virus.
Ipomovirus memiliki panjang 800 – 950 nm dan
ditularkan secara nonpersisten oleh Bemisia tabaci.
3. Macluravirus
Nama dari spesies macluvirus adalah Maclura
mosaic virus dengan panjang 650 – 675 nm.
Penyebarannnya melalui aphids dengan cara
nonpersisten.
4. Tritimovirus
Nama dari spesies genus ini adalah Wheat
streak mosaic virus yang menginfeksi rumputrumputan dan tanaman padi-padian. Penyakit ini
menimbulkan gejala yang tegas pada daun yang
terinfeksi. Tritimovirus disebarkan oleh tungau
eriophyid dan mungkin bersifat persisten.
5. Rymovirus
Spesies yang termasuk dalam keompok ini
adalah rygrass mosaic virus dengan panjang 690 –
720 nm. Penyebarannya melalui tungau eriophyid.
6. Bymovirus
Bymovirus terdiri dari partikel dan
sitopatologi yang sama dengan potyvirus, tetapi
vektor antar keduanya berbeda.
Bymovirus
menyebabkan penyakit barley yellow mosaic virus
pada daerah pertanaman biji-bijian dan rumputrumputan yang menyebabkan kehilangan hasil
yang nyata. Penyakit-penyakit lain yang
disebabkan Bymovirus yaitu: oat mosaic virus, rice
necrosis mosaic virus, and wheat spindle streak
mosaic virus. Penyakit-penyakit diatas adalah
virus tanah yang disebarkan oleh Polymyxa
graminis.
Setiap Bymovirus terdiri dari dua
partikel yang berbeda yaitu satu partikel sekitar
500 – 600 dengan panjang 12 nm dan partikel
lainnya sekitar 275 – 300 dengan panjang yang
sama (12 nm).
Perbedaan kelompok dari Potyviridae
dapat dilihat pada diagram skematik dari famili
dan genus dari virus dan viroid. Perbedaan
penyakit mosaik juga dapat dilihat pada susunan
dari klasifikasi virus.
55
Bioekologi Virus Mosaik Bergaris Tebu ... (Arie Hapsani H.B.)
Gambar 4. Diagram skematik dari famili dan genus dari virus
dan viroid yang menginfeksi tanaman, Sumber : Agrios (2005)
Tabel 1. Klasifikasi Virus
CARA PENGENDALIAN VIRUS
Beberapa cara pengendalian dari penyakit
yang disebabkan virus secara umum hingga saat ini
yaitu dengan menggunakan varietas tahan,
eradikasi, pengendalian serangga vektor misalnya
penggunaan insektisida, menghancurkan tanaman
dengan cara dibakar atau dicabut, menghindari
sumber infeksi dan perlakuan panas (Boss, 1990;
Semangun, 2000; Comstock dan Lentini, 2005).
Cara-cara tersebut telah dilakukan dan beberapa
diantaranya kurang efektif. Penggunaan pestisida
misalnya insektisida yang digunakan jauh sebelum
tanaman terserang untuk mencegah penyebaran
virus dari serangga vector (Aphid) juga pencabutan
tanaman yang terinfeksi mungkin dilakukan jika
infeksi serangan melebihi level 5%. Sedangkan
kontrol dengan menggunakan perlakuan panas
56
Agrica Ekstensia. Vol. 9 No. 1 Juni 2015: 50-57
cukup efektif akan tetapi praktek ini akan lebih
baik pada daerah yang terlindung atau daerah
karantina. Satu-satunya cara pengendalian yang
efektif dari penyakit yang disebabkan virus hingga
saat ini yaitu penggunaan varietas tahan.
Penanaman varietas tahan merupakan metode
yang digunakan hanya untuk mengontrol penyakit
mosaik pada daerah beresiko tinggi tingkat
serangan aphidnya. Penyaringan klon baru yang
resisten terhadap mosaik umumnya lebih praktis.
Perkembangan modifikasi genetik yang tahan
terhadap mosaik merupakan dasar dalam
mentransfer gen pengkode selubung protein virus.
Metode ini tidak digunakan untuk komersial, tetapi
kemungkinan besar sebagai tahap awal untuk
pengendalian penyakit pada tanaman tebu (James,
2004).
Penyakit mosaik bergaris tebu dapat dikontrol
atau diminimalisir penyebarannya menggunakan
bibit yang sehat (Hema et al., 2003). Penggunaan
bibit sehat merupakan cara pengendalian yang
sangat penting dan efektif, tetapi mungkin sulit
untuk daerah yang telah terinfeksi. Kultur in vitro
menggunakan kultur meristem apikal, kultur pucuk
dan kalus merupakan tindakan lanjutan untuk
perbanyakan mikro secara cepat dan untuk
memproduksi tanaman bebas virus (Bhojwani dan
Razdan 1983; Gunawan, 1988; Watimena et
al.,1992).
bermultiplikasi dalam inang. Virus yang masuk
pada inang akan melepaskan selubung protein
untuk menimbulkan infeksi. RNA virus yang
sudah terlepas dari selubung protein akan
merangsang pembentukan enzim-enzim RNA
polymerase, RNA sintesa atau RNA replikasi.
Virus memanfaatkan asam amino, ribosom dan
transfer RNA dari inang untuk digunakan sebagai
blueprint (messenger RNA) virus. Protein yang
dibentuk kemudian digunakan sebagai selubung
virus. Beberapa dari protein ini ada yang berupa
enzim baik enzim yang sudah ada dalam sel inang
maupun enzim yang baru. Enzim ini dapat
mempengaruhi reaksi kimia pada sel inang
sehingga menggangu fungsi fisiologis sel inang.
Cara pengendalian dari penyakit yang
disebabkan virus secara umum yaitu dengan
varietas tahan, eradikasi, pengendalian serangga
vektor
misalnya
penggunaan
insektisida,
menghancurkan tanaman dengan cara dibakar atau
dicabut, menghindari sumber infeksi dan perlakuan
panas. Penyakit mosaik bergaris tebu dapat
dikontrol atau diminimalisir penyebarannya
menggunakan bibit yang sehat. Penggunaan bibit
sehat merupakan cara pengendalian yang sangat
penting dan efektif, tetapi mungkin sulit untuk
daerah yang telah terinfeksi. Kultur in vitro
menggunakan kultur meristem apikal, kultur pucuk
dan kalus merupakan tindakan lanjutan untuk
perbanyakan mikro secara cepat dan untuk
memproduksi tanaman bebas virus.
KESIMPULAN
Virus mosaik bergaris tebu (Sugarcane Streak
Mosaic Virus) merupakan salah satu penyakit
penting yang menyebabkan mosaik pada tanaman
tebu yang umumnya menyebar di negara-negara
Asia termasuk India dan Indonesia, dan
menyebabkan kehilangan hasil yang nyata. Virus
mempunyai pengaruh yang beragam terhadap
tanaman karena virus mempunyai daya tular yang
tinggi sehingga infeksinya pada tanaman budidaya
berlangsung cepat dan dapat mencapai tingkat
epidemi.
Virus mosaik bergaris tebu (Sugarcane streak
mosaic virus) memiliki partikel yang berbentuk
batang lentur, filament dengan panjang 890 x 15
nm dengan satu bagian genom ssRNA dengan
panjang kira-kira 10 kilobase (kb). Berat molekul
dari protein mantel virus ini sebesar 40 kDa lebih
tinggi dari urutan asam amino yang memiliki
ukuran sebesar 34 kDa. Infeksi virus pada suatu
tanaman bergantung kepada sintesa virus karena
infeksi tidak akan terjadi bila virus tak dapat
DAFTAR PUSTAKA
Basri, A. H. H. 2009. Eliminasi Virus Mosaik
Bergaris Tebu (Sugarcane Streak Mosaic
Virus) Melalui Teknik Kultur In Vitro.
Tesis. Fakultas Pertanian, Universitas
Brawijaya Malang.
Agrios, G. N. 2005. Plant Pathology. Fifth Edition.
Elsevier Academic Press. London. 948 p.
Bhojwani, S. S. dan M. K. Razdan. 1983. Plant
Tissue Culture: Theory and practice.
Elsevier Science Publishing Company Inc.
New York. 502 p.
Boss, L. 1990. Pengantar Virologi Tumbuhan.
Gadjah Mada Universiti Press. Yogyakarta.
226 p.
Bioekologi Virus Mosaik Bergaris Tebu ... (Arie Hapsani H.B.)
Comstock, J. C., dan R. S. Lentini. 2005.
Sugarcane Mosaic Virus Disease. University
of Florida. Institute of Food and Agriculture
Sciences.
Florida.
www.edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/SC/SC00900.
pdf. Tanggal akses 31 Oktober 2008.
Damayanti, T. A., L. Koesmihartono P., dan D.
Juliadi. 2007. Kajian Sifat Bio-ekologi dan
Bio-molekular pada Tebu di Indonesia.
LPPM
IPB.
Bogor.
web.ipb.ac.id/~lppm/ID/index.php. Tanggal
akses 29 November 2008.
Gunawan, L. W. 1988. Teknik Kultur Jaringan
Tumbuhan. Laboratorium Kultur Jaringan
Tumbuhan Pusat Antar Universitas (PAU).
Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 304 Hal.
Hadiastono, T. 2001. Dasar-dasar Perlindungan
Tanaman. Lembaga Penerbitan Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. 86
Hal.
Hema, M., J. Joseph, K. Gopinath, P. Sreenivasulu,
dan H. S. Savithri. 1999. Molecular
Characterization and Interval Relationships
of A Flexuous Filamentous Virus Causing
Mosaic Disease of Sugarcane (Saccharum
officinarum L.) In India. Arch Virol 144:
479-490.
Springer-Verlag.
www.springerlink.com. Tanggal akses 29
November 2008.
Hema, M., P. Sreenivasulu, dan H. S. Savithri.
2002. Taxonomic Position of Sugarcane
Streak Mosaic Virus in Family Potyviridae.
Arch Virol 147: 1997-2007. SpringerVerlag. www.springerlink.com.
Tanggal akses 29 November 2008.
57
Download