BIOEKOLOGI VIRUS MOSAIK BERGARIS TEBU (Sugarcane Streak Mosaic Virus) DAN CARA PENGENDALIAN Arie Hapsani Hasan Basri Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan Jalan Binjai Km 10 Tromol Pos 18 Medan 20002 [email protected] ABSTRACT Virus mosaik bergaris tebu (Sugarcane Streak Mosaic Virus) merupakan salah satu penyakit penting yang menyebabkan mosaik pada tanaman tebu yang umumnya menyebar di negara-negara Asia termasuk India dan Indonesia, dan menyebabkan kehilangan hasil yang nyata. Virus mempunyai pengaruh yang beragam terhadap tanaman karena virus mempunyai daya tular yang tinggi sehingga infeksinya pada tanaman budidaya berlangsung cepat dan dapat mencapai tingkat epidemi.Virus mosaik bergaris tebu (Sugarcane streak mosaic virus) memiliki partikel yang berbentuk batang lentur, filament dengan panjang 890 x 15 nm dengan satu bagian genom ssRNA dengan panjang kirakira 10 kilobase (kb). Berat molekul dari protein mantel virus ini sebesar 40 kDa lebih tinggi dari urutan asam amino yang memiliki ukuran sebesar 34 kDa. Infeksi virus pada suatu tanaman bergantung kepada sintesa virus karena infeksi tidak akan terjadi bila virus tak dapat bermultiplikasi dalam inang. Virus yang masuk pada inang akan melepaskan selubung protein untuk menimbulkan infeksi. RNA virus yang sudah terlepas dari selubung protein akan merangsang pembentukan enzim-enzim RNA polymerase, RNA sintesa atau RNA replikasi. Virus memanfaatkan asam amino, ribosom dan transfer RNA dari inang untuk digunakan sebagai blueprint (messenger RNA) virus. Protein yang dibentuk kemudian digunakan sebagai selubung virus. Beberapa dari protein ini ada yang berupa enzim baik enzim yang sudah ada dalam sel inang maupun enzim yang baru. Enzim ini dapat mempengaruhi reaksi kimia pada sel inang sehingga menggangu fungsi fisiologis sel inang. Cara pengendalian dari penyakit yang disebabkan virus secara umum yaitu dengan varietas tahan, eradikasi, pengendalian serangga vektor misalnya penggunaan insektisida, menghancurkan tanaman dengan cara dibakar atau dicabut, menghindari sumber infeksi dan perlakuan panas. Penyakit mosaik bergaris tebu dapat dikontrol atau diminimalisir penyebarannya menggunakan bibit yang sehat. Penggunaan bibit sehat merupakan cara pengendalian yang sangat penting dan efektif, tetapi mungkin sulit untuk daerah yang telah terinfeksi. Kultur in vitro menggunakan kultur meristem apikal, kultur pucuk dan kalus merupakan tindakan lanjutan untuk perbanyakan mikro secara cepat dan untuk memproduksi tanaman bebas virus. Key words: Virus Mosaik Bergaris Tebu (Sugarcane Streak Mosaic Virus), patogen tanaman, bioekologi, cara pengendalian PENDAHULUAN Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) ialah satu dari tanaman perkebunan penting penghasil gula di dunia. Tanaman tebu selama pertumbuhannya tidak terlepas dari organisme penggangu tanaman, baik hama maupun patogen termasuk penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus mosaik bergaris tebu (Sugarcane Streak Mosaic Virus) merupakan salah satu penyakit penting yang menyebabkan mosaik pada tanaman tebu yang umumnya menyebar di negara-negara Asia termasuk India dan Indonesia, dan menyebabkan kehilangan hasil yang nyata. Virus mempunyai pengaruh yang beragam terhadap tanaman karena virus mempunyai daya tular yang tinggi sehingga infeksinya pada tanaman budidaya berlangsung cepat dan dapat mencapai tingkat epidemi. Virus mosaik bergaris tebu (Sugarcane Streak Mosaic Virus) merupakan salah satu penyakit mosaik penting tanaman tebu di India dan dapat menyebabkan kehilangan hasil yang nyata dari waktu ke waktu. Kehadiran SCSMV pada perkebunan tebu di India mendekati 100% dan menyebabkan kehilangan hasil yang nyata. Virus mosaik tebu dilaporkan memiliki sebaran yang luas dan berpotensi menjadi patogen penting pada banyak industri tebu (Hema et al., 2003; James, 2004). Viswanathan et al., (2008) melaporkan bahwa virus mosaik bergaris menyebar secara merata di negara-negara Asian terutama India dan 51 Bioekologi Virus Mosaik Bergaris Tebu ... (Arie Hapsani H.B.) merupakan virus yang menyebabkan penyakit mosaik pada tanaman tebu. Virus ini dilaporkan juga menyerang tanaman tebu di Indonesia dan telah menyebar di 59 kebun tebu milik 5 pabrik gula di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Intensitas serangan penyakit mosaik bergaris berkisar 0-62%. Intensitas penyakit ditemukan lebih tinggi pada tebu yang ditanam di lahan sawah dan tegalan. Selain menyerang tanaman tebu, SCSMV atau virus mosaik bergaris juga dapat menyebabkan penyakit pada jagung, sorgum dan gulma rumput Dactylactonium aegypticum (Damayanti et al., 2007). Bioekologi virus ini penting untuk di pelajari dan diketahui, hal ini untuk mempermudah dalam pengendalian terhadap serangan virus SCMV dan mengetahui perkembangannya di alam serta cara menginfeksinya pada tanaman budidaya. Beberapa cara pengendalian dari penyakit yang disebabkan virus secara umum hingga saat ini yaitu dengan menggunakan varietas tahan, eradikasi, pengendalian serangga vektor misalnya dengan penggunaan insektisida, menghancurkan tanaman dengan cara dibakar atau dicabut, menghindari sumber infeksi dan perlakuan panas (Boss, 1990; Semangun, 2000; Comstock dan Lentini, 2005). BIOLOGI VIRUS TANAMAN Virus adalah suatu nukleoprotein yang dapat memperbanyak diri hanya dalam sel yang hidup dan memiliki kemampuan menyebabkan penyakit. Virus berukuran sangat kecil dengan diameter yang bervariasi dari 20 – 300 nm dan membutuhkan bantuan mikroskop elektron untuk mengamatinya (Agrios, 2005). Virus tersusun atas asam nukleat dan protein (kapsid). Protein tersebut berfungsi sebagai pelindung yang berada disekelilingi asam nukleat (Yuwono, 2005). Virus memiliki berbagai macam bentuk, tetapi umumnya berbentuk batang, polihedral, atau variannya terdiri dari dua struktur dasar. Beberapa virus hanya tersusun atas RNA atau DNA saja. Molekul RNA dan DNA tersebut ada yang berupa untai tunggal (single-stranded) dan ada yang berupa molekul untai ganda (double-stranded). Virus tanaman kebanyakan hanya memiliki satu macam protein. Tetapi beberapa diantaranya memiliki dua atau lebih protein yang berbeda (Yuwono, 2005). Virus memiliki perbedaan dibandingkan dengan semua patogen tanaman, tidak hanya dalam ukuran dan bentuk tetapi juga pada susunan kimia dan struktur fisik, cara penularan, perbanyakan, translokasi dalam jaringan inang, penyebaran dan gejala yang disebabkan pada tanaman inang. Ekspresi genetik virus juga dilakukan dengan menggunakan sistem enzim yang terdapat dalam tubuh inangnya (Agrios, 2005). Karakteristik Virus Tanaman Keberadaan virus dalam tanaman dapat dideteksi dengan beberapa cara yaitu purifikasi, mikroskop elektron, dan pendeteksian serologi. Salah satu cara yang mulai digunakan sekitar lima sampai sepuluh tahun yang lalu yaitu dengan polymerase chain reaction (PCR). Agrios (2005) menyatakan bahwa penggunaan DNA dan RNA proba dan amplifikasi segmen dari asam nukleat virus menggunakan polymerase chain reaction (PCR) merupakan metode yang efektif untuk mendeteksi dan mengidentifikasi berbagai virus. Virus tanaman pada umumnya terdiri dari asam nukleat dan protein. Akan tetapi, beberapa virus ada yang tersusun atas lebih dari satu ukuran asam nukleat dan protein, dan lainnya mengandung enzim dan lapisan lipid. Asam nukleat yang terkandung pada virus dapat mencapai 5 – 40 % dan 60 – 95 % sisanya adalah protein. Persentase asam nukleat tertinggi terdapat pada virus yang berbentuk bulat dan yang terendah terdapat pada virus yang berbentuk panjang. (Agrios, 2005). PENYAKIT MOSAIK BERGARIS TEBU (SCSMV) Penyebab Penyakit mosaik bergaris tebu adalah salah satu penyakit tebu yang terpenting di negara-negara Asian terutama di India. Penyakit ini mulai ditemukan di Indonesia pada perkebunan tebu di Jawa dan Sumatera. Survei lapang yang dilakukan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) di tahun 2005 melaporkan bahwa ditemukan tanaman tebu yang memiliki gejala mosaik bergaris (streak mosaic) dengan kejadian bervariasi antara 30 – 67% tergantung lokasi. Sebelumnya penyakit ini tidak pernah dilaporkan menyerang pertanaman tebu di Indonesia (Damayanti et al., 2007). 52 Agrica Ekstensia. Vol. 9 No. 1 Juni 2015: 50-57 Penyakit ini disebabkan oleh virus yang biasa disebut virus mosaik bergaris tebu (Sugarcane streak mosaic virus). Virus ini memiliki partikel yang berbentuk batang lentur, filament dengan panjang 890 x 15 nm dengan satu bagian genom ssRNA dengan panjang kira-kira 10 kilobase (kb). Berat molekul dari protein mantel virus ini sebesar 40 kDa lebih tinggi dari urutan asam amino yang memiliki ukuran sebesar 34 kDa. Peningkatan ukuran tersebut menunjukkan adanya glikosilasi dari protein mantel, dimana belum ada penemuan sejauh ini dalam suku Potyviridae (gambar 1). Virus dengan tipe agregat berlapis-lapis yang hampir mirip dengan golongan family Potyviridae. Hal ini merupakan penemuan pertama pada karakterisasi molekuler dari SCSMV dan berdasarkan analisis genom RNA virus pada urutan nukleotida 3’ terminal 1084 menunjukkan bahwa 85,7% memiliki kesamaan dengan Tritimovirus sehingga dapat disimpulkan bahwa SCSMV merupakan anggota dari marga Tritimovirus. Secara alami penyakit ini ditularkan melalui bibit tebu (sett) dan diduga termasuk dalam genus Tritimovirus dalam family Potyviridae ( Hema et al., 1999; Hema et al., 2002; Hema et al., 2003). SCSMV-AP dan identifikasi vektor virus juga menunjukkan terdapat hubungan dengan marga yang lain. Secara umum, strain virus SCSMV mempunyai kesamaan urutan >85% sedangkan anggota genus dalam suku Potyviridae mempunyai kesamaan urutan >55%. Posisi dari taksonomi SCSMV-AP menunjukkan SCSMV-AP tidak memiliki kesamaan deskripsi genus dari Potyviridae (Hema, et al. 2002). Penyakit ini memiliki gejala penting yaitu timbulnya gambaran mosaik (belang) pada daundaun berupa alur atau bercak-bercak memanjang berwarna hijau muda sepanjang urat daun (Gambar 2). Gejala semakin jelas terdapat pada daun muda, dan akan semakin jelas jika dilihat dengan sinar yang menembus atau menghadap matahari. Gejala serangan penyakit terlihat pada daun yang sudah membuka (daun 1 – 4) dan daun yang masih menggulung. Gejala penyakit ini pada setiap varietas tebu berbeda-beda (Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2007). Gambar 1. Pengamatan mikroskop elektron pada purifikasi partikel virus penyebab penyakit mosaik (SCSMV) pada tanaman tebu dalam preparat dengan 1% asam phosphotungstic. Perbesaran 50.000 x (Hema, et al.1999) Gambar 2. Gejala Sugarcane streak mosaic virus pada daun tebu (Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2007). Perbandingan dari kisaran urutan pada ujung 3’ dari 1315 nukleotida SCSMV-AP dengan marga lain dari Potyviridae menunjukkan kesamaan sebesar 30% pada level asam amino dari bagian poliprotein ORF (open reading frame) dengan genus Ipomovirus dan Tritimovirus. Pengujian dengan mencetak daerah NIb juga hanya menunjukkan kesamaan sebesar 40% dengan tipe marga dari genus ini. Analisis urutan asam amino Penyebaran Penyakit SCSMV merupakan penyakit sistemik yang penyebaran utamanya melalui bibit tanaman yang telah terinfeksi (sett). Penyakit ini selain menyerang tanaman tebu juga dapat mempertahankan diri pada jenis tanaman rumputrumputan lainnya seperti jagung dan sorgum. Infeksi alami dari penyakit ini dilaporkan terdapat pada beberapa kultivar dan spesies rumput- 53 Bioekologi Virus Mosaik Bergaris Tebu ... (Arie Hapsani H.B.) rumputan liar. Tipe penularan atau penyebaran dari penyakit ini meliputi yaitu (1) melalui bibit atau benih tebu yang terinfeksi, (2) melalui inokulasi secara mekanik dengan metode inokulasi Sein, abrasive pad rubbing, carborandum dan dengan pisau potong, dan (3) melalui vektor. Virus ini 100% terbawa oleh bibit (cutting cane). Penyebaran penyakit ini sangat cepat pada penanaman varietas tebu yang rentan, dan banyaknya tanaman yang terinfeksi. Penyakit virus mosaik bergaris tidak dapat ditularkan dengan serangga vektor aphid Rophalosipum maydis dan mealybug atau kutu putih (Ceratovacuna lanigera) (Hema et al., 1999; Damayanti et al., 2007). virus (gambar 3) (Sastrahidayat, 1984; Agrios 2005). Selama sintesa virus berlangsung, sebagian dari asam nukleat juga membentuk protein lain. Beberapa dari protein ini ada yang berupa enzim baik enzim yang sudah ada dalam sel inang maupun enzim yang baru. Enzim ini dapat mempengaruhi reaksi kimia pada sel inang sehingga menggangu fungsi fisiologis sel inang (Sastrahidayat, 1984). Proses Infeksi Virus SCSMV Infeksi virus pada suatu tanaman bergantung kepada sintesa virus karena infeksi tidak akan terjadi bila virus tak dapat bermultiplikasi dalam inang. Virus yang masuk pada inang akan melepaskan selubung protein untuk menimbulkan infeksi. Pelepasan selubung protein ini membutuhkan waktu sekitar satu jam setelah inokulasi. Protein virus tersebut terlepas setahap demi setahap karena aktifitas enzim sel tanaman yang dimanfaatkan oleh virus karena virus sendiri tidak memiliki enzim. Selubung protein yang sudah terurai tertinggal di dalam sel dan dimanfaatkan dalam proses sintesa di dalam sel (Sastrahidayat, 1984). RNA virus yang sudah terlepas dari selubung protein akan merangsang pembentukan enzimenzim RNA polymerase, RNA sintesa atau RNA replikasi. Enzim-enzim ini akan bereaksi dengan RNA virus menghasilkan RNA baru. RNA yang baru terbentuk disebut complementary strand yaitu cermin dari RNA virus yang terbentuk dengan cara melekat pada RNA virus asli, sehingga keduanya terbentuk RNA double stranded. RNA double stranded akan terpisah kembali dan RNA baru akan dipakai untuk sintesa RNA. Setelah asam nukleat baru terbentuk, maka asam nukleat virus tersebut akan merangsang sel inang untuk menghasilkan molekul protein untuk subunit protein yang akhirnya akan menyusun selubung protein pada virus. Sintesis protein pada virus dilakukan oleh mRNA atau messenger RNA. Virus memanfaatkan asam amino, ribosom dan transfer RNA dari inang untuk digunakan sebagai blueprint (messenger RNA) virus. Protein yang dibentuk kemudian digunakan sebagai selubung Gambar 3. Rangkaian proses infeksi virus dan biosintesis. CW : dinding sel, R : ribosom, N : nukleus, n : nukleolus, P : poliribosom, Pp : polipeptida, PS : subunit protein, VP : partikel viral, VR : viral RNA (Agrios, 2005). Hubungan Virus dan Inangnya Hubungan virus dan tanaman inang sangat beragam, yaitu (1) satu jenis virus yang dapat menginfeksi berbagai jenis; (2) virus yang spesifik pada satu inang dan (3) Satu jenis inang dapat terinfeksi oleh berbagai jenis virus. Virus berkembang biak hanya dengan bantuan energi dari hasil metabolisme inang. Salah satu sifat parasitisme virus terhadap tanaman inang adalah pengambil alihan energi inang untuk keperluan perkembangbiakan virus (Hadiastono, 2001). Virus pada tanaman yang rentan menyebabkan terjadinya gangguan metabolik pada sel inang bahkan dalam sel-sel tetangganya. Infeksi yang dimulai pada tempat masuknya virus disebut infeksi setempat. Virus yang telah masuk ke dalam sel inang, kemudian akan berpindah dari satu sel ke sel lainnya dan memperbanyak diri. Perpindahan virus dari sel yang satu ke sel yang lain melalui plasmodesmata. Plasmodesmata 54 Agrica Ekstensia. Vol. 9 No. 1 Juni 2015: 50-57 berfungsi sebagai penghubung sel yang berdekatan. Virus yang mencapai jaringan pengangkut akan bersama-sama dengan asimilat masuk ke dalam floem atau buluh ayak dan menyebar secara pasif ke bagian tumbuhan yang menggunakan asimilat seperti akar, bagian tumbuhan yang muda dan sedang berkembang serta buah. Virus kemudian kembali memasuki jaringan parenkim dan bergerak perlahan-lahan dari sel ke sel. Proses memperbanyak diri virus terjadi pada setiap sel parenkim. Virus berkembang sekitar 1 milimeter atau 8 – 10 sel perhari dalam sel parenkim daun. Virus membutuhkan 2 – 5 hari atau lebih untuk berpindah dari daun yang terinfeksi. Virus menyebar secara sistemik diseluruh tanaman dan masuk kembali ke sel parenkhim yang berbatasan dengan floem dan terus ke plasmodemata (Boss, 1990; Agrios, 2005). PENYAKIT YANG DISEBABKAN FAMILI POTYVIRIDAE Menurut Agrios (2005), Famili Potyviridae merupakan kelompok virus yang berperan penting dalam menyebabkan penyakit tanaman yang terdiri dari enam kelompok (genera) yaitu Potyvirus, Ipomovirus, Macluravirus, Tritimovirus, Rymovirus, dan Bymovirus. Famili ini berbentuk virus flexuous filamentous dengan diameter 11 – 15 nm. Potyviridae sebagian besar tersusun atas monopartite partikel dengan panjang 650 – 900 nm, Bymovirus tersusun atas bipartite dengan panjang 250 – 300 nm, dan partikel dengan panjang 500 – 600 nm. 1. Potyvirus Potyvirus atau Potato Virus Y (PVY) merupakan genus terbesar dari virus tanaman. Penyakit-penyakit yang termasuk dalam Potyvirus yaitu: bean common mosaic virus (BCMV), bean yellow mosaic virus (BYMV), beet mosaic virus (BtMV), celery mosaic virus (CeMV), lettuce mosaic virus (LMV), papaya ring spot virus (PRSV), pepper mottle virus (PepMV), plum pox virus (PPV), soybean mosaic virus (SoyMV), sugarcane mosic virus (SCMV), tobacco etch virus (TEV), turnip mosaic virus (TuMV), watermelon mosaic virus (WMV1) dan (WMV1), zucchini yellow mosaic virus (ZYMV). Potyvirus terdiri dari satu partikel yang berbentuk flexuous rod dengan panjang 680 – 900 nm dan diameter 12 nm. Terdiri dari satu RNA positif dengan ukuran sekitar 10 kb dan satu macam subunit selubung protein. 2. Ipomovirus Tipe spesies sweet potato (Ipomea sp.) yang menyebabkan penyakit mild mottle virus. Ipomovirus memiliki panjang 800 – 950 nm dan ditularkan secara nonpersisten oleh Bemisia tabaci. 3. Macluravirus Nama dari spesies macluvirus adalah Maclura mosaic virus dengan panjang 650 – 675 nm. Penyebarannnya melalui aphids dengan cara nonpersisten. 4. Tritimovirus Nama dari spesies genus ini adalah Wheat streak mosaic virus yang menginfeksi rumputrumputan dan tanaman padi-padian. Penyakit ini menimbulkan gejala yang tegas pada daun yang terinfeksi. Tritimovirus disebarkan oleh tungau eriophyid dan mungkin bersifat persisten. 5. Rymovirus Spesies yang termasuk dalam keompok ini adalah rygrass mosaic virus dengan panjang 690 – 720 nm. Penyebarannya melalui tungau eriophyid. 6. Bymovirus Bymovirus terdiri dari partikel dan sitopatologi yang sama dengan potyvirus, tetapi vektor antar keduanya berbeda. Bymovirus menyebabkan penyakit barley yellow mosaic virus pada daerah pertanaman biji-bijian dan rumputrumputan yang menyebabkan kehilangan hasil yang nyata. Penyakit-penyakit lain yang disebabkan Bymovirus yaitu: oat mosaic virus, rice necrosis mosaic virus, and wheat spindle streak mosaic virus. Penyakit-penyakit diatas adalah virus tanah yang disebarkan oleh Polymyxa graminis. Setiap Bymovirus terdiri dari dua partikel yang berbeda yaitu satu partikel sekitar 500 – 600 dengan panjang 12 nm dan partikel lainnya sekitar 275 – 300 dengan panjang yang sama (12 nm). Perbedaan kelompok dari Potyviridae dapat dilihat pada diagram skematik dari famili dan genus dari virus dan viroid. Perbedaan penyakit mosaik juga dapat dilihat pada susunan dari klasifikasi virus. 55 Bioekologi Virus Mosaik Bergaris Tebu ... (Arie Hapsani H.B.) Gambar 4. Diagram skematik dari famili dan genus dari virus dan viroid yang menginfeksi tanaman, Sumber : Agrios (2005) Tabel 1. Klasifikasi Virus CARA PENGENDALIAN VIRUS Beberapa cara pengendalian dari penyakit yang disebabkan virus secara umum hingga saat ini yaitu dengan menggunakan varietas tahan, eradikasi, pengendalian serangga vektor misalnya penggunaan insektisida, menghancurkan tanaman dengan cara dibakar atau dicabut, menghindari sumber infeksi dan perlakuan panas (Boss, 1990; Semangun, 2000; Comstock dan Lentini, 2005). Cara-cara tersebut telah dilakukan dan beberapa diantaranya kurang efektif. Penggunaan pestisida misalnya insektisida yang digunakan jauh sebelum tanaman terserang untuk mencegah penyebaran virus dari serangga vector (Aphid) juga pencabutan tanaman yang terinfeksi mungkin dilakukan jika infeksi serangan melebihi level 5%. Sedangkan kontrol dengan menggunakan perlakuan panas 56 Agrica Ekstensia. Vol. 9 No. 1 Juni 2015: 50-57 cukup efektif akan tetapi praktek ini akan lebih baik pada daerah yang terlindung atau daerah karantina. Satu-satunya cara pengendalian yang efektif dari penyakit yang disebabkan virus hingga saat ini yaitu penggunaan varietas tahan. Penanaman varietas tahan merupakan metode yang digunakan hanya untuk mengontrol penyakit mosaik pada daerah beresiko tinggi tingkat serangan aphidnya. Penyaringan klon baru yang resisten terhadap mosaik umumnya lebih praktis. Perkembangan modifikasi genetik yang tahan terhadap mosaik merupakan dasar dalam mentransfer gen pengkode selubung protein virus. Metode ini tidak digunakan untuk komersial, tetapi kemungkinan besar sebagai tahap awal untuk pengendalian penyakit pada tanaman tebu (James, 2004). Penyakit mosaik bergaris tebu dapat dikontrol atau diminimalisir penyebarannya menggunakan bibit yang sehat (Hema et al., 2003). Penggunaan bibit sehat merupakan cara pengendalian yang sangat penting dan efektif, tetapi mungkin sulit untuk daerah yang telah terinfeksi. Kultur in vitro menggunakan kultur meristem apikal, kultur pucuk dan kalus merupakan tindakan lanjutan untuk perbanyakan mikro secara cepat dan untuk memproduksi tanaman bebas virus (Bhojwani dan Razdan 1983; Gunawan, 1988; Watimena et al.,1992). bermultiplikasi dalam inang. Virus yang masuk pada inang akan melepaskan selubung protein untuk menimbulkan infeksi. RNA virus yang sudah terlepas dari selubung protein akan merangsang pembentukan enzim-enzim RNA polymerase, RNA sintesa atau RNA replikasi. Virus memanfaatkan asam amino, ribosom dan transfer RNA dari inang untuk digunakan sebagai blueprint (messenger RNA) virus. Protein yang dibentuk kemudian digunakan sebagai selubung virus. Beberapa dari protein ini ada yang berupa enzim baik enzim yang sudah ada dalam sel inang maupun enzim yang baru. Enzim ini dapat mempengaruhi reaksi kimia pada sel inang sehingga menggangu fungsi fisiologis sel inang. Cara pengendalian dari penyakit yang disebabkan virus secara umum yaitu dengan varietas tahan, eradikasi, pengendalian serangga vektor misalnya penggunaan insektisida, menghancurkan tanaman dengan cara dibakar atau dicabut, menghindari sumber infeksi dan perlakuan panas. Penyakit mosaik bergaris tebu dapat dikontrol atau diminimalisir penyebarannya menggunakan bibit yang sehat. Penggunaan bibit sehat merupakan cara pengendalian yang sangat penting dan efektif, tetapi mungkin sulit untuk daerah yang telah terinfeksi. Kultur in vitro menggunakan kultur meristem apikal, kultur pucuk dan kalus merupakan tindakan lanjutan untuk perbanyakan mikro secara cepat dan untuk memproduksi tanaman bebas virus. KESIMPULAN Virus mosaik bergaris tebu (Sugarcane Streak Mosaic Virus) merupakan salah satu penyakit penting yang menyebabkan mosaik pada tanaman tebu yang umumnya menyebar di negara-negara Asia termasuk India dan Indonesia, dan menyebabkan kehilangan hasil yang nyata. Virus mempunyai pengaruh yang beragam terhadap tanaman karena virus mempunyai daya tular yang tinggi sehingga infeksinya pada tanaman budidaya berlangsung cepat dan dapat mencapai tingkat epidemi. Virus mosaik bergaris tebu (Sugarcane streak mosaic virus) memiliki partikel yang berbentuk batang lentur, filament dengan panjang 890 x 15 nm dengan satu bagian genom ssRNA dengan panjang kira-kira 10 kilobase (kb). Berat molekul dari protein mantel virus ini sebesar 40 kDa lebih tinggi dari urutan asam amino yang memiliki ukuran sebesar 34 kDa. Infeksi virus pada suatu tanaman bergantung kepada sintesa virus karena infeksi tidak akan terjadi bila virus tak dapat DAFTAR PUSTAKA Basri, A. H. H. 2009. Eliminasi Virus Mosaik Bergaris Tebu (Sugarcane Streak Mosaic Virus) Melalui Teknik Kultur In Vitro. Tesis. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang. Agrios, G. N. 2005. Plant Pathology. Fifth Edition. Elsevier Academic Press. London. 948 p. Bhojwani, S. S. dan M. K. Razdan. 1983. Plant Tissue Culture: Theory and practice. Elsevier Science Publishing Company Inc. New York. 502 p. Boss, L. 1990. Pengantar Virologi Tumbuhan. Gadjah Mada Universiti Press. Yogyakarta. 226 p. Bioekologi Virus Mosaik Bergaris Tebu ... (Arie Hapsani H.B.) Comstock, J. C., dan R. S. Lentini. 2005. Sugarcane Mosaic Virus Disease. University of Florida. Institute of Food and Agriculture Sciences. Florida. www.edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/SC/SC00900. pdf. Tanggal akses 31 Oktober 2008. Damayanti, T. A., L. Koesmihartono P., dan D. Juliadi. 2007. Kajian Sifat Bio-ekologi dan Bio-molekular pada Tebu di Indonesia. LPPM IPB. Bogor. web.ipb.ac.id/~lppm/ID/index.php. Tanggal akses 29 November 2008. Gunawan, L. W. 1988. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Pusat Antar Universitas (PAU). Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 304 Hal. Hadiastono, T. 2001. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Lembaga Penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. 86 Hal. Hema, M., J. Joseph, K. Gopinath, P. Sreenivasulu, dan H. S. Savithri. 1999. Molecular Characterization and Interval Relationships of A Flexuous Filamentous Virus Causing Mosaic Disease of Sugarcane (Saccharum officinarum L.) In India. Arch Virol 144: 479-490. Springer-Verlag. www.springerlink.com. Tanggal akses 29 November 2008. Hema, M., P. Sreenivasulu, dan H. S. Savithri. 2002. Taxonomic Position of Sugarcane Streak Mosaic Virus in Family Potyviridae. Arch Virol 147: 1997-2007. SpringerVerlag. www.springerlink.com. Tanggal akses 29 November 2008. 57