board duties

advertisement
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
Disusun oleh :
Mas’ud Machfoeds
DAFTAR ISI
DAFTRA ISI..................................................................................................... i
SAMBUTAN KETUA LKDI........................................................................... ii
PROFIL LKDI.................................................................................................. iii
BAB I KONSEP-KONSEP DASAR
A. Development of Corporation...........................................................2-6
B. Agency Theory................................................................................. 6
C. Kompleksitas Hubungan dalam Perusahaan Modern......................8
D. Kesimpulan..................................................................................... 9
BAB II TUGAS DEWAN KOMISARIS
A. Antisipasi, Advokasi, Autonomi, Akuntabilitas, Advice, Assitance...11-18
B. Kesimpulan......................................................................................19
BAB III BOARDS RESPONSIBILITY
A. Akuntabilitas....................................................................................22
B. Transparansi Informasi......................................................................23
C. Shareholder Voice Function..............................................................24
D. Penelitian Empiris Boards Responsibility..........................................25
E. Kesimpulan.......................................................................................29
BAB IV EMPOWERING THE BOARD
A. Demand for Empowering.................................................................32
B. Invalid Asumptions About Empowering Directors............................33
C. The Sources and Limit of Directors Power.......................................34
D. Theory of Friendly Boards.................................................................36
E. Kesimpulan.......................................................................................38
BAB V THE NEW TOOLS FOR BOARD
A. Elemen-elemen Strategic Audit........................................................40
B. Kesimpulan.......................................................................................44
BAB VI AUDIT COMITEE AND OTHER SUPPORTING COMMITEES
A. Laporan Keuangan...........................................................................46
B. Others Supporting Commitees........................................................50
C. Kesimpulan......................................................................................53
CONTOH KASUS............................................................................................55
DAFTAR LITERATUR.....................................................................................59
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
i
SAMBUTAN KETUA LKDI
L
embaga Komisaris dan Direktur Indonesia (LKDI) dibentuk pada tahun 2001
dengan tujuan untuk menjadi wadah bagi para komisaris dan direktur dalam
meningkatkan kompetensi, pengetahuan dan integritas dalam menerapkan
prinsip-prinsip good corporate governance (GCG). Untuk itu sejak awal
tahun 2005, LKDI secara intensif telah menyelenggarakan program “Training and
Directorship Certification for Commissioners and Directors”. Disamping itu LKDI juga
menyelenggarakan program pendidikan profesional berkelanjutan bagi para komisaris
dan direktur yang muatannya menekankan pada pembelajaran masalah-masalah
yang fundamental dan mutakhir berkaitan dengan praktek GCG terkini baik di tingkat
nasional maupun internasional.
Dalam upaya meningkatkan kualitas program “Training and Directorship Certification
for Commissioners and Directors”, LKDI menerbitkan modul yang didukung
pelaksanaannya oleh Center for International Private Enterprises (CIPE) yang
berkedudukan di Amerika Serikat. Dukungan CIPE ini merupakan bagian dari suatu
kerjasama dengan LKDI dalam melaksanakan serangkaian program yang bertajuk
“Strengthening Corporate Governance in Indonesia”.
Modul tersebut merupakan acuan bagi para fasilitator dan peserta program pelatihan
LKDI sehingga menjadi suatu referensi yang telah terstandarisasi dengan perbandingan
pada kurikulum program kedirekturan yang juga diselenggarakan oleh UK Institute
of Directors, Australian Institute of Company Directors, dan Singapore Institute of
Directors.
Pada tahap pertama ini, LKDI menerbitkan lima modul yaitu: “GCG Concepts,
Principles and Practices”, “Boards’ Duties, Liabilities and Responsibilities”, “Enterprise
Risk Management”, “Corporate Social Responsibility”, dan “High Quality Corporate
Reporting”. Penyusunan modul-modul tersebut dilakukan oleh para akademisi senior
yang tergabung dalam Academic Network Indonesia on Governance (ANIG) yang
dibentuk dan berada dibawah naungan Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG).
Akhirnya LKDI mengucapkan terimakasih kepada CIPE, KNKG dan ANIG atas
dukungannya dalam penerbitan modul pelatihan ini, dengan harapan kerjasama yang
baik ini akan dilanjutkan dalam rangka melaksanakan program-program penguatan
GCG di Indonesia.
Salam hormat,
Hoesein Wiriadinata
Ketua
ii
BOARD DUTIES
Antonius Alijyo
Executive Director
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
Profile LKDI
K
omisaris dan Direktur adalah pihak yang berkepentingan dan secara
langsung mempunyai peranan strategis dalam keberhasilan implementasi
Good Corporate Governanace. Krisis tahun 1997 memberikan hikmah
pelajaran yang sangat berharga karena telah memberikan bukti yang tidak
terbantahkan mengenai rapuhnya struktur ekonomi dan berbagai praktek korporasi
yang menyimpang. Namun, demikian banyak perusahaan yang telah berinisiatif
memperbaiki diri menuju tata kelola yang lebih baik.
Adalah tanggung jawab sektor korporasi untuk memperbaiki praktek corporate
governance, Komisaris dan Direktur adalah pihak yang berkepentingan yang harus
memiliki kompeten dan berdaya guna untuk menjalankan peranan strategis tersebut.
Berdasarkan pemahaman tersebut, Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)
mendirikan Lembaga Komisaris dan Direktur Indonesia (LKDI) di tahun 2000. Dan
secara sah dihadapan notaris Imas Fatimah, SH No. Pada tanggal 6 Juli 2001.
LKDI mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas anggota sehingga menjadikan
barisan terdepan dalam penerapan praktik corporate governance lewat pengembangan
jaringan (network) dan pengembangan program pendidikan yang berkesinambungan.
Pendiri : Komite Nasional Kebijakan Governance
Penasehat : Mar’ie Muhammad
Badan Pembina
: Amrin Siregar Kartini Muljadi
Gunarni Soeworo Ratnawati Prasodjo
Mas Achmad Daniri
Badan Pengurus
: Hoesein Wiriadinata (Ketua)
Eva Riyanti Hutapea (Wakil Ketua)
Fachry Aly
Fred B.G.Tumbuan
Jos F. Luhukay
Partomuan Pohan Irwan M. Habsjah
Adi Rahman Adiwoso
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
iii
BAB 1
KONSEP-KONSEP DASAR
B
oard of Directors adalah istilah yang digunakan di Amerika Serikat untuk
kelompok pengawas dan pengelola perusahaan yang terdiri dari perwakilan
pemegang saham mayoritas, pendiri perusahaan, kreditor utama, dan
orang-orang yang berjasa pada perusahaan. Struktur perusahaan model
Amerika adalah seperti pada gambar 1-1. Model Amerika ini disebut one board
system. Dari Board of Directors, akan dipilih diantara mereka, paling tidak dua orang
untuk menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO) dan Chief Financial Officer
(CFO), sering juga ditambah satu orang lagi yang menjabat sebagai Chief Operating
Officer (COO) Berbeda dengan model Amerika, model Eropa menganut two tiers
system (lihat gambar 1 dan 2) seperti yang diterapkan di Indonesia. Dalam system
dua tingkat (two tiers), Pemegang saham akan menunjuk sekelompok pengelola
operasi perusahaan (management) dan juga pengawas dan penasihat manajemen
yang disebut komisaris (Commissioners). Permasalahan pengawasan perusahaan ini
berkembang dari waktu ke waktu karena luasan dan kepemilikan perusahaan.
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
1
Development of Corporation
Pada dasarnya kompleksitas pengawasan dan operasi perusahaan dimulai dari adanya
revolusi industri di Eropa pada abad 18 dan dibawa ke Amerika Serikat pada abad yang
sama dengan dikenalkannya kepemilikan publik(Hendriksen 1995, p.18). Sebelum
perusahaan itu mengenal kepemilikan publik, maka perusahaan biasanya dimiliki dan
diawasi oleh keluarga. Pada tahap kepemilikan keluarga, manajemen dan pengawas
manajemen berada pada satu pihak yaitu pemilik, yang dikenal dengan managementowners system. Tentu saja masalahnya tidak kompleks dan complicated.
Kepemilikan publik dikenalkan pertama kali di Eropa pada abad ke 16, yaitu dengan
terbentuknya perusahaan yang bernama South Sea Limited Inc. Perusahaan ini
beroperasi dalam pengadaan budak dari Afrika untuk dijual di pasar budak di London.
Perusahaan ini memerlukan dana yang besar dan mulailah menawarkan share (bagian
kepemilikan) pada keluarga raja dan anggota parlemen. Dengan adanya perusahaan
publik, maka kepemilikan menyebar pada publik dan diperlukan pasar untuk melakukan
perdagangan kepemilikan (saham) maka berdirilah pasar modal pertama di dunia, yaitu
London Stock Exchange pada tahun 1873.
Revolusi industri yang diekspor Eropa ke Amerika mengenalkan korporasi pertama
dengan pendirian perusahaan kereta api Santa-Fe yang memerlukan dana luar biasa
besar dan oleh karena itu pendiri mengajak masyarakat untuk memiliki perusahaan
dengan membeli stock (kepemilikan yang bisa diperjual belikan) dan menyebabkan
adanya ide pendirian pasar tempat jual beli stock (Stock Exchange) kedua di dunia yaitu
New York Stock Exchange (NYSE) pada tahun 1892.
Setelah dikenalkannya korporasi baik di Amerika maupun di Eropa, pengawasan dan
operasi perusahaan menjadi makin kompleks dan complicated. Di Amerika para pendiri
perusahaan dan pemegang saham pengendali atau mayoritas, serta kreditor utama
perusahaan akan menentukan siapakah yang akan mengawasi dan menentukan arah
strategi perusahaan. Maka para pendiri, pemegang saham pengendali, kreditor utama,
dan wakil pemegang saham minoritas membentuk kelompok pengawas dan pengendali
perusahaan yang disebut Board of Directors. Dari anggota BoD tersebut, dipilihlah dua
atau tiga orang untuk menduduki posisi Chief Excecutive Officer (CEO), Chief Financial
Officer (CFO), dan seringkali juga Chief Operating Officer (COO). Sedangkan, CEO akan
memilih beberapa orang sebagai senior manajer yang akan masuk sebagai management
team dibawah komando CEO. Inilah yang disebut system one tier management.
2
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
Model Eropa yang disebut two tiers management, membagi kekuasaan korporasi
menjadi dua kelompok pengelola. Kelompok pertama disebut Board of Commissioners
(Dewan Komisaris) yang dipimpin seorang presiden komisaris atau komisaris utama
dan kelompok kedua disebut Board of Management yang dipimpin oleh seorang
direktur utama. Kedua kelompok ini dipilih dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS). Dewan komisaris bertugas mengawasi dan memberi nasihat strategis
(supervising and advising), mereka ditunjuk oleh pemegang saham baik mayoritas
maupun minoritas. dan manajemen (model two tiers ini bisa dilihat pada gambar 1-2)
Gambar 1-1 menunjukkan bagaimana hubungan kontraktual antara pemberi wewenan
(prinsipal) dan penerima wewenang (agent). Pemberi wewenang adalah para pemilik
perusahaan dan pendiri, yang diberi wewenang adalah manajemen. Dalam kondisi
seperti ini, principal-agent contract yang sesungguhnya adalah antara Chief Execuitive
Officer dengan para manajer dan karyawan bukan antara boars of director dan chief
of executive officer.
Adanya konflik agent dan principal, maka tingkah laku opportunistic akan dilakukan
at the expense of owners. Keterwakilan minority stock holders sangat terbatas.
Untuk melindungi hak-hak pemegang saham, diperlukan seseorang yang tidak terkait
langsung dengan manajemen dan pemegang saham yaitu independent directors.
Brown dan Caylor (2006) menguji hubungan antara good corporate governance dengan
kinerja operasi perusahaan. Sample diambil dari 1.757 perusahaan. Perusahaan yang
memiliki independent outside directors, komite audit dan komite nominasi berhubungan
dengan tingginya return on equity dan return on asset. Hal ini menunjukkan bahwa
independent directors berperan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Makin besar
jumlah independent directors, maka diharapkan makin bagus tata-kelola perusahaan
dalam melindungi kepentingan stakeholders.
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
3
Common stockholders
Public shareholders
Institutional Investors
Large Block Holders
Other Corporations
BOARD OF DIRECTORS
Creditors:
lFinancial Institution
lBond Holders
CEO
Managers And Employees
Suppliers
Customers
Government :
lLocal
lState
lNational
lForeign
Sumber: Fred R.Kaen Hal 18
Gambar 1-1. A Contracting Schematic of The Modern Corporation (one tier system)
Civic Republican
Civic Republican adalah sebuah konsep bahwa ada hubungan yang erat antara
kepemilikan kekayaan (property ownership) dan tanggung jawab sosial pemilik
sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian maka, para pemilik kekayaan pada
umumnya akan berkiprah dibidang politik untuk melindungi kepemilikannya dari sifat
opportunistic pihak-pihak tertentu. Karena pada dasarnya, manusia menyandang
sifat opportunistic ini. Dengan asumsi seperti ini, penyebaran kepemilikan kepada
masyarakat luas akan menghasilkan perlindungan secara politis pada para pemilik
kekayaan. Artinya, kepemilikan kekayaan secara meluas adalah sebuah cara untuk
merubah sikap manusia daam mengurangi sifat opportunistic.
Kepemilikan kekayaan yang menyebar akan menghasilkan suatu kondisi hak
kepemilikan bersama yang meningkatkan komitmen kepada kesejahteraan masyarakat
dan hubungan yang harmonis dengan lingkungan.
4
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
Civic Republican juga mempunyai pandangan bahwa penyebaran kepemilikan
kekayaan adalah cara menuju kemerdekaan (liberty) dan kesamaan derajat (equality).
Kemerdekaan berarti terbebas dari tirani dan oligarki, dengan kemampuan menentukan
nasib sendiri, khususnya menentukan kemandirian dalam bidang ekonomi, agar
tidak tergantung pada sekelompok penyusun peraturan atau pihak yang kuat. Dalam
kondisi seperti ini, maka harga tenaga kerja dan juga elemen produksi lainnya, akan
ditentukan oleh mekanisme pasar dan bulan oleh aristokrasi penguasa atau pemilik
modal yang terkonsentrasi. Pasar, dalam hal ini, adalah media untuk menentukan
harga yang wajar dan membebaskan seseorang dari ketergantungan dan penindasan
pihak lain, artinya pasar adalah media dalam menciptakan kenikmatan kehidupan,
kebebasan menentukan nilai diri tanpa ketergantungan kepada pihak lain,dan akhirnya
menciptakan kesejahteraan.
Stock Holders Meeting
Board of Commissioners
Executive Directors :
lPresident Director
lOperating Directors
Creditors
Government
Others
Managers And Employees
Suppliers
Customers
Sumber: Mas’ud Machfoedz
Gambar 1-2 Typical Indonesia Contracting Schematic
Pasar akan menentukan sebuah nilai antara yang menawarkan dan melakukan
permintaan sumber ekonomi. Pasar juga akan meningkatkan efisiensi melalui
transaksi arms length, sebuah proses penentuan nilai dengan mengabaikan status
sosial maupun kelas. Dengan adanya pasar maka masyarakat akan melakukan
transaksi secara bebas dan bertanggung jawab, cara inilah yang akan menyebabkan
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
5
semua pelaku pasar mempunyai kedudukan dan kebebasan yang sederajat. Dengan
demikian maka akan tercipta demokrasi, kemerdekaan, kebebasan, dan tanggung
jawab sosial melalui mekanisme pasar.
Untuk menciptakan kondisi pasar yang ideal tersebut, maka kepemilikan kekayaan
harus tersebar secara luas, dan jangan sampai terkonsentrasi kepada orang atau pihak
tertentu saja, selain itu pasar itu sendiri harus efisien dan jauh dari manipulasi dari
pelaku. Apabila ini terjadi, maka pasar tersebut disebut sempurna (perfect market),
kebalikannya, apabila terjadi kegagalan pasar (market failure) dimana kondisi monopoli
hanya satu pihak memperoleh hak jual, oligopoli-hanya sekelompok pihak diberi hak
menentukan harga, maupun monopsoni-hanya satu pihak diberi hak beli, maka hal ini
akan melukai kebebasan dan kemerdekaan masyarakat.
Liberalism
Konsep lain tentang bisnis adalah pemahaman yang disebut liberalisme, tidak seperti
pada civic republican, paham liberalisme tidak percaya bahwa sifat manusia bisa
dirubah dengan distribusi kekayaan kepada publik melalui pasar kepemilikan. Pada
dasarnya manusia akan bersifat oportunistik dan self seeking baik dia mepunyai
property atau kepemilikan property dan mereka tidak akan termotivasi menjadi warga
negara yang mempunyai tanggung jawab sosial karena sifat dasar tersebut. paham
liberal menekankan pada penciptaan struktur institusional prosedur, dan sistem tata
kelola, sehingga terciptalah kondisi yang tidak memungkinkan kekuatan ekonomi
dan politik terkonsentrasi hanya pada beberapa orang.Dengan kata lain, liberal tidak
bertujuan mengeliminasi tingkah laku oprtunistik manusia. Mereka hanya ingin
mengendalikan tingkah laku manusia tersebut. dengan demikian maka penciptaan
pasar diperlukan untuk memfasilitasi transaksi ekonomi disebabkan barter sudah
tidak efisien, dan property digunakan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi
dan pertumbuhan ekonomi. Dalam paham liberalisme, pertumbuhan ekonomi adalah
tujuan bukan untuk merubah sifat dasar manusia.
Hal yang penting dalam liberalisme adalah bagaimana pertumbuhan bisa dijaga melaui
pasar yang efisien dengan cara mengendalikan sifat manusia yang opportunistik dan
self seeking.
Agency Theory
Jensen and Meckling (1976) memberikan penjelasan tentang hubungan antara pemberi
6
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
wewenang (principal) dan yang diberi wewenang (agent). Principal direpresentasikan
sebagai pemegang saham dan penerima wewenang direpresentasikan sebagai
manajemen. Kedua pihak, principal dan agent, secara normative dan empiris selalu
mempunyai karakteristik: Moral Hazard, Bounded Rationality, dan Risk Averse
atau Opportunistic. Mereka berusaha untuk menguntungkan diri sendiri atas
beban pihak lain, pemegang saham menginginkan nilai sahamnya selalu naik yang
akan mencerminkan peningkatan wealth mereka, dengan meminta manajemen
menghasilkan laba per lembar saham yang tinggi. Karena Earning Per Share (EPS)
mempunyai korelasi positip dengan harga saham (Machfoedz dan Sugiri 2002; Ou
and Penman 1990). Dengan adanya target EPS yang tinggi, maka manajemen akan
melakukan earnings management (Machfoedz dan Fajrih 2005) agar bottom line
earnings tinggi dan manajemen akan memperoleh insentip yang memadai.
Kondisi seperti ini menimbulkan problem keagenan. Prinsipal yang menginginkan
nilai saham naik secara kontinyu akan menekan manajemen supaya terus menerus
berusaha maksimal meningkatkan laba. Manajemen akan dipertahankan kedudukannya
atau memperoleh bonus dan tantiem yang cukup, maka manajemen akan berusaha
mempertinggi laba dengan mencari metoda akuntansi yang fit untuk itu. Seringkali tidak
disadari oleh pemegang saham bahwa earning manajemen akan bisa membahayakan
sustainabilitas perusahaan, seperti pada kasus Enron. Inilah yang disebut bounded
rationality. Masalah hubungan keagenan lainnya adalah adanya kesenjangan
penguasaan informasi (information assimetry). Manajemen yang mengoperasikan
perusahaan jauh lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan pemegang saham
atau stakeholders lainnya. Kondisi ini akan menyebabkan kurangnya informasi yang
diterima pemegang saham dan akan berakibat kesalahan dalam membuat keputusan
(adverse selection).
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
7
• MORALE HAZARD
• BOUNDED RATIONALITY
• RISK AVERSE
EVERY EFFORT TO REDUCE
THE INFORMATION
ASSIMETRY WILL INCREASE
AGENCY COSTS
INFORMATION
ASSIMETRY
ADVERSE
SELECTION
Gambar 1-3 Agency Theory
Di dalam one tier system yang dianut oleh Amerika, maka permainan dengan
information assimetry bisa dilakukan oleh pemegang saham mayoritas bersama-sama
dengan manajemen, karena mereka berada dalam satu kelompok pembuat keputusan
perusahaan. Apabila ini terjadi, maka yang paling dirugikan adalah pemegang saham
minoritas, karena mereka bisa keliru membuat keputusan investasi dan akan menderita
kerugian investasi. Oleh karena itu, diperlukan sebuah sistem tata kelola yang baik
(good corporate governance) yang salah satu caranya adalah memperbanyak outside
directors (Independent Commissioners). Kondisi information assimetry lebih parah
terjadi pada two tiers system, seperti di Indonesia, dimana pemegang saham berada
diluar manajemen (walau dalam banyak kasus pemegang saham mayoritas akan
duduk sebagai komisaris). Dengan demikian, maka kembali tata kelola yang baik akan
mengharuskan perusahaan mempunyai komisaris independent.
Kompleksitas Hubungan Dalam Perusahaan Modern
Today we are all conected.
Saat ini terjadi shifting paradigm, perusahaan tidak hanya terdiri dari hubungan antara
manajemen dan pemilik seperti pada stockholders paradigm tetapi mencakup hubungan
yang lebih luas. Perluasan hubungan dalam perusahaan (extended enterprise) meliputi
hubungan antara investor, customer, suplier, kompetitor, regulator dan jaringan kerja
8
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
(stakeholders paradigm). Dari perspektif corporate governance, pemahaman terhadap
hubungan tersebut menjadi satu keharusan.
Mekanisme good corporate governance dimulai dengan perhatian pada kepentingan
pemilik perusahaan. Kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya penting
untuk memudahkan perusahaan memperoleh modal untuk perkembangan perusahaan.
Pemahaman tentang konsumen perusahaan diperlukan untuk membuat strategi pasar
yang akan menambah nilai perusahaan bagi konsumennya. Demikian juga pemahaman
pada supplier adalah bagian integral dalam menciptakan nilai bagi perusahaan.
Misalnya jika kita gagal memilih supplier menyebabkan lambatnya proses produksi.
Corporate governance sebagai mekanisme yang akan memahami dan mengakomodasi
kepentingan-kepentingan beberapa pihak tersebut.
Sebagai contoh sebuah perusahaan yang mempunyai hubungan yang tidak bagus
dengan stakeholders menyebabkan perusahan tersebut mengalami kerugian besar
bahkan kehancuran. Newmont, Freeport dan Lapindo merupakan contoh perusahaan
yang gagal dalam mengakomodasi kepentingan-kepentingan stakeholders. Newmon
mengabaikan masalah lingkungan karena penanganan limbah yang tidak baik, akibatnya
Newmon memperoleh klaim dari berbagai pihak termasuk LSM kesehatan. Kepercayaan
investor pada perusahaan menurun karena perusahaan dinilai tidak memperhatikan
kepentingan stakeholders. Hal ini menunjukkan bahwa saat ini seharusnya perusahaan
tidak hanya memberi perhatian pada pencarian laba yang sebesar-besarnya untuk
kepentingan investor saja tetapi juga harus memperhatikan kepentingan pihak lain yang
juga mempunyai hubungan dengan perusahaan misalnya masyarakat, konsumen, dan
stakeholders lainnya.
Summary
Konsep konsep dalam pengelolaan perusahaan yang baik harus memperhatikan
hubungan antar organ dengan konsep struktur two tier atau one tier. Ada dua model
pengelolaan perusahaan, negara-negara di AS menganut one tier system, sedangkan
negara di Eropa menganut two tier system. . Konsep one tier system diilhami
liberalism, sedangkan two tier system diilhami civic replubican. Menurut paham civic
republican, sebenarnya semua orang yang mempunyai kekayaan bertanggungjawab
pada publik, oleh karena itu setiap pemilik perusahaan membagikan kepemilikan untuk
pertanggungjawaban publik. Konsep one tier system diilhami oleh paham liberalism.
Paham liberalisme menyatakan bahwa tanggung jawab kepemilikan kekayaan bukan
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
9
tanggung jawab publik tetapi untuk meningkatkan kesejahteraan, sehingga siapapun
yang mengelola perusahaan yang penting bisa mensejahterakan. Indonesia menganut
two tier system, karena Indonesia adalah pengalaman panjang dengan operasionalisasi
BUMN pada jaman Belanda sehingga tatanan hukum dan sosial berorientasi pada hukum
Belanda.. Pada perusahaan tertentu, seperti: PT. Sampurna, PT. Gudang Garam, PT.
Polytron, yang mana pemilik juga pemegang saham mayoritas dan juga pendiri sekaligus
adalah presiden perusahaan dan Chief Executive Officer, kondisi seperti ini mirip yang
terjadi di USA yang menganut One Board system, namun Undang-undang dan peraturan
korporasi yang berlaku di Indonesia tidak memungkinkan itu terjadi. Dalam kondisi
seperti ini, maka diperlukan pihak yang independen yakni independent directors untuk
mengurangi sifat opportunistic dari pemilik yang sekaligus manajemen agar tidak terjadi
moral hazard dan asymetry information. Independent directors merupakan media untuk
mencapai good corporate governance. Saat ini perusahaan tidak hanya berorientasi pada
stockholder saja, tetapi juga stakeholders. Corporate governance sebagai mekanisme
yang akan memahami dan mengakomodasi kepentingan-kepentingan beberapa pihak
tersebut. Pengakomodasian kepentingan-kepentingan pihak-pihak yang terkait dengan
perusahaan akan meningkatkan value of the firm.
10
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BAB 2
TUGAS DEWAN KOMISARIS
For many people, especially medium and small size business, a
company directorship is simply a status symbol. Often it is up to the
accountant to ensure that clients understand the complexities and
magnitude of directors’ responsibility.
Mark J.Warner (Executive Exellence Sep 8, 1997)
D
alam modul ini, istilah board digunakan untuk padanan komisaris. Karena
istil;ah tersebut, sebetulnya berasal dari sistem yang digunakan di negara
asalnya, yaitu Amerika serikat. Board berarti pihak yang ditunjuk oleh Rapat
Umum Pemegang Saham dengan tugas utama melakukan representasi
pemegang saham dalam perusahaan dengan tugas-tugas khusus yang diuraikan
dalam bab ini.
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
11
Tugas utama board adalah melakukan pengawasan (supervising) dan memberi
nasehat (advising) pada eksekutif perusahaan. Namun secara lebih luas, tugas boards
tidak sekedar pengawasan dan pemberian nasihat kepada eksekutif, tetapi masih ada
tugas-tugas penting yang perlu dilakukan oleh boards. Patrick (2001) mendefinisikan
enam tugas utama boards:
1. Anticipation:
Boards harus mampu, dengan metoda tertentu, melakukan antisipasi, apa yang akan
terjadi pada perusahaan kedepan. Analisis tentang problem apa yang mungkin terjadi
di masa datang, harus bisa diantisipasi. Untuk melakukan antisipasi yang baik, maka
boards harus bisa membangun visi dan misi perusahaan yang tepat, dan memastikan
orientasi kedepan yang visioner. Setelah Visi dan misi disusun, maka pada tahap
berikutnya, boards harus ikut aktif membuat program-program perusahaan .
VISI MISI
STRATEGY
Board’s Responsibility
and Directing
PROGRAMING
BUDGETTING
REALIZATION
Supervision and Advising
VALUE COMPANY
Customers
Sumber: Mas’ud Machfoedz
Gambar 2-1 Alur Tugas Direksi dan tugas Dewan Komisaris
Dalam system pengendalian manajemen (Anthony and Govindarajan 2005).
Digambarkan proses operasi dan eksekusi visi misi perusahaan (gambar 2-1). Pada
tingkat paling tinggi, perusahaan harus menyusun visi dan misi. Setelah visi dan
12
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
misi disusun, maka harus digariskan strategi untuk mengeksekusi visi dan misi.
Tanggung jawab utama boards adalah menentukan arah perusahaan dan ikut terlibat
langsung dalam menyusun strategi. Pada tahapan ini, boards (tidak selalu terjadi
pada posisi komisaris) akan menentukan arah perusahaan dalam rangka mencapai
tujuan perusahaan, yang pada bottom line akan meningkatkan nilai perusahaan.
Pada perusahaan yang menjual saham ke publik, nilai perusahaan ditentukan dari
kapitalisasi pasar saham, yaitu harga pasar saham kali jumlah saham yang beredar.
Visi, misi, dan strategi bisa disusun dengan baik apabila boards mempunyai wawasan
dan pengalaman untuk mengantisipasi kemungkinan apa yang dihadapi perusahaan
dimasa depan.
Agar boards mampu mempunyai antisipasi ke depan, maka mereka perlu dibekali
dengan kemampuan mengelola risiko (management risk).
Banyak boards yang lemah dan kurang mampu dalam melakukan antisipasi
tentang apa yang mungkin akan terjadi kedepan dan akhirnya menjadi tak berdaya
menghadapi krisis di perusahaan. Disinilah perlunya komposisi anggota boards yang
ideal, khususnya anggota boards yang berasal dari luar (independent member) agar
dipilih orang-orang yang kapabel dibidangnya. Dalam kaitan dengan daya antisipasi
ini, maka boards bisa dibantu oleh komite manajemen resiko, atau membentuk team
ahli (expert team) yang mampu melakukan penelitian di industri dimana perusahaan
berada.
Pemberdayaan pimpinan perusahaan untuk berfokus pada gambaran menyeluruh
apa yang harus dilakukan oleh manajemen, merupakan tugas yang terkait dengan
antisipasi ini. Bagi perusahaan dengan one tier system, menerapkan pemantauan
strategi perusahaan bisa dilakukan lebih baik dibandingkan dengan two tier system.
Pada one tier system, anggota boards juga menduduki posisi Chief Executive Officer
(CEO) dan Chief Finance Officer (CFO) dan bahkan Chief Operation Officer. Dengan
adanya fungsi ganda seperti ini, maka eksekusi misi dan strategi akan lebih mudah
dilaksanakan. Berbeda dengan sistem two tier, dewan komisaris tidak bisa secara
langsung terlibat dalam operasi perusahaan, akibatnya para komisaris tidak begitu
menjiwai apa yang terkandung dalam visi, misi, dan strategi.
Sebagai contoh adalah peranan Board of Director dalam kasus kolapsnya Enron, yang
dinyatakan oleh United States Senate’s Permanent Subordinatee on Investigation
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
13
dan berdasar pada review yang mendalam ditemukan bukti bahwa boards gagal
memonitor. Kadang boards ”memilih untuk mengabaikan” masalah, juga mengijinkan
Enron untuk melaksanakan praktik yang ”berisiko”. Hal tersebut sebagai masalah
dalam corporate governance. Masalah ini berasal dari strategi organisasi perusahaan
yang ”progressive”, yang disebut ”redesign corporation”. Dalam perusahaan yang
diredesign, project dilakukan secara bottom-up, bukan top down. Dalam beberapa
perusahaan, monitoring eksekutif berarti menganalisis laporan manajemen risiko.
Power Report menyimpulkan bahwa boards Enron dapat dan harus disalahkan karena
gagal meminta informasi dan gagal memeriksa dan memahami informasi yang tidak
disampaikan kepada mereka. Hal ini menunjukkan kegagalan boards dari Enron untuk
mengantisipasi kejdian masa depan.
2. Advocacy:
Advokasi berarti Advokasi dapat diartikan sebagai dukungan perorangan dari anggota
boards yang diberikan kepada stakeholders.Anggota boards bisa berkomunikasi
dengan pemangku kepentingan (stakeholders), pemegang saham, dan publik
dengan berbagai macam cara. Angota boards bisa mempengaruhi persepsi tentang
perusahaan, pengetahuan dan edukasi masyarakat, dan pemahaman tentang bisnis
perusahaan Dengan cara ini, maka boards tidak saja memberikan dukungan emosional
dan intelektual tetapi juga berbentuk manajemen keuangan dan kebijakan investasi.
Salah satu cara yang dapat dilkukan oleh angota boards agar dapat mempengaruhi
persepsi perusahaan adalah melalui kebijakan disclosure tentang CSR (corporate
social responsibility). Saat ini CSR menjadi trend yang paling signifikan. CSR adalah
tindakan yang diambil perusahaan terhadap tenaga kerja, lingkungan dan masyarakat
yang menjadi kewajiban legal perusahaan. CSR dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Rubin dan Barnea (2006) menganalisis hubungan antara CSR expenditure dan nilai
perusahaan. Ketika CSR expenditure rendah maka akan berkontribusi positif terhadap
nilai perusahaan dengan meningkatnya produktivitas tenaga kerja atau menghindari
biaya dan denda yang berhubungan dengan reputasi dan polusi. Akan tetapi pada
saat yang bersamaan, tiap kenaikan jumlah CSR expenditure akan mengurangi
kesejahteraan pemegang saham. Keputusan perusahaan dibuat untuk memaksmalkan
nilai perusahaan, oleh karena itu level CSR expenditure merupakan keputusan yang
signifikan bagi boards. Insider manajer (corporate manager, directors, dan blockholders)
mungkin mempunyai keinginan untuk meningkatkan CSR expenditure pada level
14
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
yang lebih tinggi dari yang memaksimalkan nilai perusahaan jika mereka memperoleh
keuntungan pribadi dari tingkat CSR. Misalkan tingkat CSR tertentu dapat meningkatkan
reputasi mereka sebagai individu yang perhatian terhadap lingkungan, masyarakat
dan pegawai. Sehngga CSR expenditure yang tinggi memberikan keuntungan yang
tinggi bagi firm’s insider (affiliated shareholder) sedangkan pemegang saham lainnya
(non-affiliated shreholder) mungkin tidak menyetujui CSR expenditure yang tinggi jika
dapat mengurangi nilai perusahaan. Sehinga CSR dapat mengakibatkan konflik antar
pemegang saham. Konflik CSR ini dapt dipandang dari dua perspektif normative yang
berbeda. Pada satu sisi, ditemukan bukti bahwa pemilihan tingkat CSR expenditure
lebih besar daripada memksimalkan nilai perusahaan. Hal ini mempunyai konotasi
negatif karena menurunnya nilai pemegang saham. Di sisi yang lain konflik CSR
menimbulkan promosi terhadap agenda sosial, yang dianggap sebagai sisi positif.
Kebanyakan masalah diintepretasikan sebagai tindakan manajer yang menguntungkan
dirinya sendiri pada biaya pemegang saham, dan sangat mengejutkan bahwa konflik
CSR berimplikasi pada penyetaraan antara tujuan perusahaan dan tujuan sosial. Dari
perspektif kesejahteraan sosial, apakah konflik ini akan meningkatkan kesejahteraan
bergantung pada apakah perusahaan memiliki keuntungan relatif dalam memberikan
kontribusi bagi kesejahteraan sosial.
(apa yang dilakukan boardnya lapindo ?). Apa kontribusi CSR lapindo terhadap
kesejahteraan sosial? Apaka lapindo telah mengkomunikasikan kondisi perusahaan
kepada stakeholder secara trnsparan?
3. Autonomy:
Keterlibatan boards dalam memformulasikan dan mengimplementasikan strategi
perusahaan selalu menimbulkan isu yang sensitif. Walaupun boards juga mengarahkan
CEO, dalam menyusun struktur dan strategi perusahaan, akan tetapi selalu dapat
dimengerti apabila masalah ”ownership” dari strategi berada ditangan CEO dan team
manajemen mereka. Untuk tujuan meningkatkan efektivitas tiap organisasi tidak
hanya memerlukan strategi yang jelas dan tidak ambigu tetapi juga keyakinan bahwa
manajemen puncak punya otoritas dan kemampuan untuk menjalankannya. Secara
alami tipe boards tidak punya leadership baik dalam menangani produk maupun pasar.
Karena mayoritas anggotanya tidak punya pengalaman dan pengetahuan khusus
mengenai industri, yang penting lagi adalah ketidakmampuan untuk menurunkan visi
strategis perusahaan menjadi operasional nyata. Oleh karena itu, boards tidak bisa
membuat keputusan sendiri dan membutuhkan CEO yang punya keahlian.
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
15
Untuk mengimplementasikan visi dan misi strategis perusahaan boards harus
bekerjasama dengan CEO untuk menjalankan perusahaan dengan keahlian masingmasing sehingga tercipta sinergi. Walaupun boards punya hk legal untuk memonitor
dan mengevaluasi kinerja CEO akan tetapi boards harus memberi hak otonomi bagi
pelaksana perusahaan (CEO) untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Karena
dengan diberi otonomi maka CEO merasa diberi kepercayaan untuk mengelola
perusahaan dengan biak, maka dia akan berusaha untuk tidak menyalahgunakan
kepercayaan perusahaan. Tanpa adanya otonomi dan kebebasan melaksanakan
tugas, maka para pelaksana operasi perusahaan akan merasa tidak bermanfaat dan
akan meningkatkan frustrasi. Atau paling tidak akan menimbulkan negative feeling.
4. Accountability:
Otonomi harus seimbang dengan akuntabilitas, boards harus memastikan bahwa
pemberian otonomi kepada eksekutif dibarengi dengan akuntabilitas yang harus
dijalankan oleh para eksekutif. Dengan pemberian amanah (fiduary), eksekutif harus
diawasi bahwa mereka mampu menjaga public trust, memajukan perusahaan, dan
mengemban serta melaksanakan misi perusahaan. Untuk melaksanakan pengawasan
agar eksekutif melaksanakan akuntabilitasnya, maka boards bisa membentuk beberapa
komite, seperti komite audit, komite pemantau risiko, dan komite remunerasi dan
nominasi. Perlu disadari bahwa pembentukan komite-komite semacam ini bisa
menimbulkan ketegangan hubungan dengan eksekutif, disinilah peranan dari boards
untuk meredakan ketegangan seperti ini.
Independensi akan mengurangi agency cost dengan membuat boards
bertanggungjawab terhadap pemegang saham mengenai kinerja perusahaan.
Independensi dapat memastikan bahwa mereka akan mengevaluasi keputusan
manajemen secara objektif. Funsi akuntabilitas meliputi monitoring yang pasif.
Bagi boards yang independen, agar dapat mengurangi agency cost mereka harus
secara aktif meningkatkan kultur mengenai respon terhadap kepentingan pemegang
saham. Walaupun boards yang independen tidak dapat dan tidak perlu bertindak
sebagai pengambil keputusan terbaik dalam berbagai masalah perusahaan, hal ini
berarti memungkinkan manajer untuk memastikan integritas dasar dari tindakan
manajemen.
Akhir-akhir ini tekanan terhadap akuntanbilitas perusahaan meningkat, terutama
akibat adanya krisis ekonomi, skandal akuntansi dan remunerasi, dan kecurigaan
16
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
terhadap implikasi sosial dan lingkungan perusahaan mengakibatkan meningkatnya
transparansi mengenai perilaku perusahaan. Meningkatnya permintaan terhadap
transparansi berasal dari dua sudut pandang yang berbeda, yang kelihatan overlap.
Pada satu sisi akuntabilitas diwajibkan dalam konteks corporate governance dan
diawali dengan berbagai hal yng mengcover masalah yang berhubungan dengan staf
dan aspek etika. Pada sisi lain yang terpisah dari framework corporate governnce
tradisional, adalah laporan mengenai sustainability/kelangsungan hidup. Biasanya
hanya berfokus pada masalah lingkungan, saat ini scopenya telah meluas dengan
dimasukkannya masalah etika dan sosial yaitu masalah yang berhubungan dengan
masyarakat dan pegawai perusahaan, struktur perusahaan harus mengendalikan hal
ini dan aspek finansialnya.
Sustainability reporting adalah didefinisikan secara luas dan memasukkan masalah
lingkungan, sosial/etika, dan finansial (atau triple bottom line ”people, planet,
profit” reporting ). Jumlah konstituen dan pembaca potensial terhadap sustainability
reporting telah melus, meliputi stakeholder internl dan stakehlder eksternal, termasuk
shareholder. Kadang juga disebut CSR reporting, sustainability reporting dianggap
memenuhi peranan perusahaan terhadap CSR, suatu konsep yang dianggap dapat
mewujudkan tanggungjawab ekonomi, hukum, etis, dan kedermawanan/philanthropic
perusahaan terhadap stakeholder dan masyarakat pada umumnya. Berdasarkan
hal tersebut, sustainability dan corporate governance mengimplikasikan usaha
akuntabilitas yang cenderung menjadi konvergen. Yang menarik adalah framework
sustainability reporting menimbulkan pertanyaan mengenai sifat dari akuntabilitas
dan gagasan mengenai transparansi. Mengenai bentuk akuntabilitas dapat dilakukan
melalui annual report ataupun laporan sustainability secara terpisah. Walaupun laporan
terintegrasi telah disarankan yaitu laporan keuangan tahunan terdiri dari informsi
sosial dan etika atau yang biasa disebut ”sustainable stakeholder accounting”, perlu
dicatat bahwa integrasi yang sesungguhnya perlu mendapat perhatian. Tindakan
sustainablity dalam annual report dalam beberapa kasus tetap dipisahkan, walaupun
termasuk bagian corporate governance yang berhubungan dengan sustainbility. Pada
waktu bersamaan corporate governance dan sustainablity benar-benar digabungkan
dan dilaporkan secara bersama-sama, hal ini memberikan kesempatan untuk
pendekatan integratif dalam akuntansi. Hal penting lainnya adalah untuk menentukan
level dan detail informsi yang akan diberikan, karena kenyataanya sebagian informasi
tersebut adalah sukarela, tetapi ada yang diwajibkan terutama mengenai risiko dan
pengendalian manajemen (termasuk aspek sosial, etika, dan lingkungan), masalah
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
17
reputasi dan merek, dan dimensi etika mengenai remunerasi dan auditing.
Sustainability reporting adalah langkah perusahaan untuk memenuhi keinginan
berbagai fihak. Jika dijadikan satu dengan corporate governance, hubungan perusahaan
dengan pemegang saham, perusahaan dengan masyarakat akan tercover. Bagaimana
hal ini dapat dilakukan, jika dalam beberapa hal informasi yang diinginkan stakeholder
(termasuk shareholder) terpenuhi, dan juga perbedaan permintaan (yang terkadang
menimbulkan konflik). Auditor yang memverifikasi laporan ini dapat memainkan peran
sebagai penengah dalam menentukan area yang perlu perhatian lebih lanjut.
5. Advice:
Boards memiliki otoritas legal dalam pembuatan keputusan dalam perusahaan. Hal
ini berarti boards harus mereview dan menyetujui operasi fundamental, finansial,
strategi dan rencana perusahaan lainnya. Untuk mengurangi masalah moral hazard,
boards harus berpartisipasi aktif dalam pembuatan keputusan. Dalam perannya
sebagi penasihat (advisory) boards harus mengambil berbagai pendekatan. Boards
menggunakan keahlian anggotanya untuk mengarahkan manajemen sesuai dengan
arah strategi perusahaan. Ketika anggota boards memiliki full-time job pada perusahaan
lain, mereka bergantung pada CEO perusahaan untuk memberikan informasi yang
diperlukan untuk mengevaluasi, sebagai contoh apakah perusahaan harus memasuki
lini bisnis baru. Semakin banyak informasi yang diberikan dan semakin baik manajer
mensintesa informasi maka akan semakin baik nasihat yang diberikan oleh boards.
Ketika boards memiliki peran sebagai penasihat, maka pemegang saham akan lebih
baik jika preferensi boards adalah sejalan dengan manajer. Hal ini berarti konstituen
selain pemegang saham tidak akan mengurangi nilai pemegang saham, karena
mereka mengijinkan preferensi boards lebih sejalan dengan manajemen.
Boards beranggotakan beberapa orang yang punya expertise, pengalaman, dan
keahlian dibeberapa bidang. Dengan expertise dan pengalaman mereka, maka
boards seharusnya mampu memberikan advis pada manajemen dalam rangka
mengoperasikan perusahaan secara efisien dan efektif. Seharusnya, boards terdiri
dari orang-orang dengan berbagai latar belakang, khususnya meliputi keuangan,
akuntansi, industri dimana perusahaan berada, dan politik.
6.Assistance:
Hal yang lebih penting dalam tugas boards adalah tidak sekedar memberi nasihat,
18
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
tetapi juga memberi arahan (assist). Ada pelajaran menarik tentang pentingnya assist
ini yang diambil dari pertandingan sepakbola. Tujuan sepakbola sama dengan bisnis,
yaitu memenangkan kompetisi dengan membuat banyak goal. Pada pertandingan
yang sangat penting, yaitu piala dunia sebagai lambang persaingan global,
kesebelasan Brasil hampir kalah samapi menit-menit terakhir, pada situasi kritis
tersebut, Ronaldinho, striker handal Brasil membawa bola kesamping kiri lapangan
dan dengan kejeliannya Ronaldinho menendang bola kearah Ronaldo yang beridiri
bebas disebelah kanan gawang kesebelasan Inggris, Ronaldo memperoleh umpan
matang dari Ronaldinho dan menendang dengan mudah ke gawang dan GOAL.
Commentator sepakbola mengatakan ’Ronaldinho was assisting (assist) Ronaldo
to create spectacular goal’ . Artinya, dengan Assist dari Ronaldinho, maka Ronaldo
mampu mencetak goal dan kesebelasan Brasil menang. Arahan (Assist) untuk para
eksekutip perusahaan sangat penting, karena eksekutif harus merealisasikan strategi
perusahaan dan mereka memerlukan direction atau arahan boards agar betul-betul
menuju tujuan yang diinginkan boards.
Summary
Pada praktiknya tugas boards sangat bervariasi antar negara, tergantung pada struktur
organisasi yang digunakan (one tier atau two tier). Berikut ini adalah ringkasan tugas
boards yang dilakukan dibeberapa negara:
Pertama, dewan harus menjamin pelaksanaan good corporate governance; Kedua,
memonitor kinerja manajemen dan perusahaan. Boards mempunyai tanggung
jawab yang berhubungan dengan kontrol terhadap kinerja, evaluasi dan penggajian
manajemen, management development, kebijakan sumber daya manusia. Boards
hendaknya tidak hanya memberikan perhatian pada kinerja saat ini saja tetapi juga
kinerja jangka panjang. Ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen
juga harus fair dan relevan, sehingga manajemen akan termotivasi untuk menjalankan
fungsinya dengan baik karena kinerjanya dinilai dengan fair; Ketiga, Melakukan
kontrol pada laporan keuangan dan manajemen risikoBoards hendaknya memberikan
perhatian pada laporan keuangan, integritas sistem kontrol internal dan eksternal,
sistem informasi manajemen dan manajemen risiko. Boards hendaknya memahami
risiko perusahaan dan memonitor keseimbangan antara risiko/return, memastikan
bahwa sistem manajemen risiko yang efektif berjalan dengan baik. Penunjukkan
akuntan eksternal juga merupakan tugas yang dipercayakan pada boards sebagai
upaya kontrol pada laporan keuangan perusahaan; Ketiga, tugas boards berkaitan
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
19
dengan strategi perusahaan.Boards hendaknya memberikan misi, arah strategi dan
tujuan jangka panjang. Tanpa tujuan jangka panjang, perusahaan akan kehilangan arah.
Boards juga harus mengevaluasi implementasi strategi; Kelima, tugas boards berkaitan
dengan alokasi sumber daya keuangan. Merupakan tugas boards untuk memonitor
kecukupan dan alokasi sumber daya keuangan dan memberikan persetujuan rencana
bisnis dan anggaran; Terakhir, Peran Komunikasi dari boards
Selain manajemen, boards juga bertanggung jawab pada berlangsungnya komunikasi
antara perusahaan dengan dunia luar seperti press, konsumen dan pemegang saham.
Last but not least, Boards memegang peran penting dalam situasi krisis dan konflik.
20
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BAB 3
BOARDS’ RESPONSIBILITY
K
arakteristik perusahaan publik di Indonesia adalah adanya pemisahan antara
pemilik dan pengelola perusahaan, hal ini menyebabkan kesulitan bagi pemilik
untuk mengawasi secara langsung semua tindakan manajer. Permasalahan
utama adalah adanya asymetri informasi, yaitu perbedaan informasi yang
dipunyai manajemen sebagai pihak internal perusahaan dan pihak pemilik. Manajemen
merupakan full employment di perusahaan sehingga mempunyai banyak informasi
mengenai perusahaan dibanding pemilik. Manajemen dapat berlaku opportunis dengan
tidak memberikan informasi yang reliabel pada pemilik untuk kepentingan manajemen
sendiri misalnya untuk kepetingan kontrak bonus yang berbasis laba akuntansi.
Manajemen dapat melakukan rekayasa laba yang dilakukan dengan cara antara lain
mengubah metode akuntansi atau merekayasa cadangan kerugian piutang, biaya garansi
dan biaya-biaya lain yang merupakan discretionary manajemen. Manipulasi laba dilakukan
untuk memenuhi target laba yang disyaratkan untuk tujuan bonus. Tindakan manipulasi
laba akan menurunkan reliabilitas dari informasi akuntansi, rendahnya reliabilitas
informasi akan berdampak pada kesalahan pengambilan keputusan oleh pengguna
informasi (adverse selection). Sehingga diperlukan adanya pihak yang independen,
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
21
dalam hal ini komisaris. Komisaris bertanggung jawab untuk membangun visi, misi,
dan stategi perusahaan yang tepat, dan memastikan orientasi kedepan yang visioner.
Setelah visi dan misi disusun, maka pada tahap berikutnya, komisaris harus ikut aktif
membuat program-program perusahaan dan menjamin program-program perusahaan
dilaksanakan dengan baik (gambar 2.1.). Secara rinci tanggung jawab komisaris meliputi:
akuntabilitas, transparansi informasi dan shareholder voice function.
1. Akuntabilitas
Dalam teori corporate governance menyatakan bahwa fungsi komisaris adalah
menentukan mekanisme untuk mengurangi agency cost. Manajemen mempunyai
superior dalam informasi dan memunginkan manajemen untuk melakukan distorsi
informasi. Dalam game theory, pemain dalam suatu permainan berusaha memahami
strategi masing-masing pemain. Demikian juga halnya dengan investor, mereka sudah
mengantisipasi tindakan oportunis manajemen, investor akan meminta manajemen
untuk menggunakan jasa auditor untuk melakukan spesial purpose audit, misalnya
untuk meningkatkan tranparansi informasi. Dengan penggunaan jasa audit tersebut
akan dibebankan sebagai biaya yang akan mengurangi laba perusahaan, sehingga
mengurangi hak dividen bagi pemegang saham. Hal inilah yang disebut dengan agency
cost. Komisaris bertanggungjawab membentuk mekanisme untuk melawan dominasi
manajemen dengan cara mereview keputusan perusahaan dan mengurangi manajemen
misbehaviour untuk menjaga kepentingan pemegang saham.
Komisaris dapat mengurangi agency cost karena tanggung jawab komisaris pada
pemegang saham untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Komisaris melaksanakan
akuntabilitas dengan monitoring. Pemegang saham yang tersebar menyebabkan
kurangnya pengawasan dan kedekatan dengan manajer untuk mendeteksi kelalaian
manajemen, pendelegasian monitoring menjadi sangat penting.
Akuntabilitas tidak hanya sekedar pasif monitoring. Komisaris harus secara aktif
meningkatkan respons pada kepentingan pemegang saham. Meskipun komisaris tidak
selalu bertindak sebagai pembuat kebijakan dalam perusahaan tetapi kedekatannya
dengan manajer seharusnya dapat menjamin integritas dari tindakan manajemen.
Dengan kata lain, komisaris tidak hanya bertanggung jawab after the fact, tetapi juga
terlibat dalam pembuatan keputusan. Dengan demikian komisaris dapat menjamin
investor, pembuat regulasi dan hukum bahwa perusahaan dijalankan sesuai untuk
kepentingan perusahaan.
22
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
2. Transparansi informasi
Komisaris bertanggung jawab untuk meningkatkan transparasi informasi yang dibuat
oleh manajemen. Problem utama dari masalah keagenan adalah asimetri informasi;
investor memerlukan informasi untuk pengambilan keputusan investasi, tetapi
manajemen cenderung untuk menyediakan informasi yang kurang akurat, misalnya
dengan merekayasa laba. Misalnya, perusahaan menghasilkan laba sebesar 500 M,
dengan mengkapitalisasi sebagian biaya (ie, capital lease) maka jumlah biaya akan
menjadi lebih rendah dan laba akan cenderung terinflasi. Window dressing seperti ini
menyebabkan adanya misleading information dan membuat keputusan para investor
menjadi kurang akurat. Untuk mengatasi hal tersebut, investor memerlukan mediator
yang dapat menjamin kualitas informasi perusahaan. Fungsi mediator ini bisa dilakukan
oleh komisaris, karena kedekatan komisaris dengan manajemen memungkinkan
komisaris berfungsi tranformer informasi dari manajemen kepada investor. Dalam
fungsi seperti ini reputasi komisaris merupakan suatu jaminan bahwa kedekatan
dengan manajemen tidak mengurangi independensinya.
Reputasi dan kompetensi komisaris akan menjamin bahwa manajemen akan
meningkatkan transparansi informasi. Transparansi informasi ini meliputi dua kondisi
yang saling melengkapi yaitu information forcing dan information validation. Information
forcing mempunyai peran untuk mencegah manajemen melakukan distorsi informasi
walaupun berdasarkan aturan kewajiban untuk menyajikan mandatory disclosure
namun mandatory disclosure saja tidak akan mencukupi dalam rangka membantu
investor memperoleh informasi yang memadahi. Disinilah komisaris mempunyai
tanggung jawab melakukan information forcing yaitu meningkatkan volume dan
kualitas informasi dalam bentuk disclosure baik yang bersifat mandatory maupun
voluntary. Komisaris yang kompeten akan mampu untuk memotivasi manajemen di
dalam memberikan informasi yang memadahi agar para pengguna laporan manajemen
mempunyai informasi yang cukup untuk mebuat keputusan ekonomi. Contoh dalam
dunia bisnis perusahaan yang mempunyai risiko legal yang tinggi akan terbantu untuk
memberikan gambaran bagi investor di dalam memprediksi kondisi perusahaan di masa
depan ketika komisaris menjalankan tanggung jawabnya untuk meminta manajemen
untuk mendisclose risiko legal tersebut seperti perusahaan yang berpotensi untuk
dituntut secara hukum karena sifat usahanya (misalnya perusahaan pertambangan
dengan potensi limbah yang mungkin mencemari lingkungan).
Fungsi informasi validasi merupakan fungsi untuk memonitor manajemen dalam
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
23
rangka menyajikan informasi yang akurat untuk stakeholders. Pada posisi ini komisaris
bertanggung jawab memonitor proses penyajian informasi sebelum dipublikasinya
untuk menjamin informasi mempunyai akurasi dan validitas yang tinggi. Komisaris
tidak hanya sekedar meminta manajemen untuk mempublikasikan informasi tetapi
juga menjamin reliabilitas informasi. Contoh yang paling relevan tentang validasi
informasi adalah ketika komisaris meminta komite audit mereview pekerjaan internal
auditor yang melakukan satu proses audit untuk menjamin bahwa informasi yang
disajikan manajemen valid dan akurat. Bagi perusahaan yang menjual sahamnya
kepublik informasi yang akurat dan reliabel akan membantu terciptanya pasar modal
dan pasar riil yang efisien. Dengan validitas dan akurasi informasi yang disajikan
manajemen biaya transaksi menjadi lebih efisien karena investor tidak memerlukan
biaya tambahan dalam rangka mencari informasi tambahan, demikian juga pada sektor
riil, informasi yang disajika manajemen dengan tingkat validitas dan akurasi tinggi akan
meyebabkan kreditor untuk meberikan dana dengan biaya dan covenant yang lebih
efisien dan akan mengatraksi biaya produksi yang lebih efisien. Disinilah komisaris
ikut menciptakan pasar modal dan sektor riil yang efisien dan akan tercipta suatu nilai
perusahaan yang benar.
3. Shareholder voice function
Shareholder voice function memberikan gambaran bahwa komisaris juga harus
bertanggung jawab meningkatkan nilai suara dari pemilik (investor) dalam rangka
meningkatkan nilai perusahaan. Tanggung jawab komisaris dalam voice function
adalah membuat kondisi equilibrium dengan mengurangi konstrain komunikasi antara
investor dan manajemen. Komisaris harus mampu meyakinkan bahwa keputusan
atas operasi perusahaan yang optimal akan menyebabkan pembagian kesejahteraan
yang seimbang antara manajemen dan investor, kesejahteraan investor yang diukur
dari nilai saham perusahaan akan dipengaruhi oleh nilai buku perusahaan, ketika nilai
buku perlembar saham meningkat maka secara empiris terbukti nilai saham juga
meningkat dan akan meningkatkan kesejahteraan investor. Disisi lain, peningkatan
kesejahteraan investor akan membuat investor mempunyai keputusan dalam rapat
pemegang saham untuk mempertahankan manajemen, meningkatkan remunerasi,
termasuk didalamnya adalah Manajemen Stock Ownership Plan (MSOP) dan
Employee Stock Ownership Plan (ESOP). Apabila tanggung jawab komisaris sebagai
penyeimbang suara kedua belah pihak dijalankan dengan baik maka akan mengurangi
secara signifikan ketegangan antara manajemen dan investor dan akan meningkatkan
nilai investor.
24
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
Penelitian Empiris Board’s Responsibility
Angka akuntansi digunakan untuk menilai kesehatan dan kelangsungan hidup
perusahaan. Manajer mempunyai dorongan untuk memanipulasi angka akuntansi
dengan mengganti metode akuntansi, mengubah biaya cadangan kerugian piutang,
biaya garansi dan sebagainya. Dari perspektif kreditor, pemegang obligasi atau pemberi
kredit akan melindungi investasi mereka. Elemen yang penting untuk melindungi
investasi mereka adalah dengan cara melihat angka akuntansi. Kreditor menggunakan
angka akuntansi untuk menilai kepatuhan manajemen terhadap kontrak hutang.
Komisaris mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi proses pelaporan keuangan.
Komisaris bertemu secara rutin dengan staff akuntansi dan auditor eksternal untuk
mereview laporan keuangan, prosedur audit dan mekanisme internal kontrol. Investor
memandang komisaris sebagai elemen penting dalam proses penyajian laporan
keuangan yang relevan dan reliabel.
Anderson et al (2003) menguji hubungan antara karakteristik komisaris, integritas
laporan keungan dan cost of debt. Sampel yang digunakan adalah 252 perusahaan
industri, sampel diambil dari database Lehman Brothers Fixed Income dan S&P
500. Hasil analisis menunjukkan cost of debt untuk perusahaan dengan komisaris
independen yang dominan lebih rendah dibanding perusahaan yang mempunyai
komisaris independen sedikit. Peneliti juga menemukan bahwa ada hubungan
negatif antara ukuran dewan komisaris dengan cost of debt. Secara keseluruhan,
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemegang obligasi atau kreditor memandang
independensi auditor sebagai elemen penting dalam penentuan biaya bunga.
Kreditor percaya bahwa komisaris independen dapat meningkatkan validitas laporan
keuangan.
Dalton Et Al (1998) melakukan meta-analitis yang mereview penelitian komposisi
komisaris, struktur kepemimpinan dan kinerja keuangan. Meta analisis adalah kajian
mendalam pada penelitian-penelitian terdahulu untuk menunjukkan faktor-faktor
yang diduga mempengaruhi kinerja keuangan. Meta Analitis dilakukan karena adanya
ketidakkonsistenan hasil penelitian sebelumnya mengenai pengaruh komposisi
komisaris, struktur kepemimpinan terhadap kinerja perusahaan. Sampel diambil
dari 54 penelitian komposisi komisaris dan 31 penelitian struktur kepemimpinan
terhadap konerja perusahaan. Menurut teori keagenan, pemisahan hubungan antara
pemilik dan pengelola perusahaan akan menyebabkan manajer bertindak moral
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
25
hazard. Manajer, dengan pengetahuannya tentang perusahaan dan keahliannnya,
dapat memperoleh keuntungan dari perusahaan at the expense of investor. Anggota
board yang independen mempunyai peran penting untuk melakukan pengawasan
terhadap manajer untuk melindungi kepentingan pemilik. Sedangkan menurut
stewardship theory, manajer akan bekerja untuk melayani kepentingan pemilik,
sehingga pengendalian diserahkan pula pada manajemen. Menurut teori ini, insider
directors lebih efektif dalam melakukan fungsi pengawasan karena insider directors
mempunyai kualitas informasi yang baik sehingga evaluasi pada kinerja manajer lebih
baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara komposisi
komisaris (komisaris independen dan intern) dengan kinerja keuangan.
Corporate Governance berhubungan dengan upaya memberikan keamanan bagi
investor untuk memperoleh return investasi yang diharapkan. Investor menggunakan
mekanisme corporate governance untuk mengurangi bahkan meniadakan adanya
fraud di perusahaan, baik financial fraud maupun non-financial fraud. Financial fraud
misalnya penggunaan metode akuntansi untuk memanipulasi laba atau laporan
keuangan yang tidak mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya.
Non-financial fraud antara lain tindakan fraud tidak hanya pada pemegang saham,
tetapi juga pada konsumen, pemerintah dan pelanggaran hukum lainnya. Karpoff
dan Lott (1993) menunjukkan adanya penurunan harga saham yang signifikan pada
perusahaan yang melakukan fraud. Penurunan harga saham akan sangat berpengaruh
pada return investasi.
Tanggung jawab komisaris yang utama adalah menjaga kepentingan investor jangka
panjang. Komisaris menerima wewenag untuk melakukan internal kontrol dan
membuat keputusan dari pemegang saham. Pendelegasian wewenag tersebut
karena pemegang saham umumnya mendiversikasi risikonya dengan berinvestasi
pada beberapa perusahaan. Diversifikasi menyebabkan masalah free-rider, pemegang
saham tidak mempunyai usaha untuk memastikan bahwa manajemen bertindak untuk
kepentingan investor.
Persons (2006) mengidentifikasi karakteristik corporate governance yang membantu
mengurangi kemungkinan terjadinya non financial fraud. Karakteristik corporate
governance yang diuji dalam penelitian ini adalah tingkat independensi dan efektivitas
komisaris. Fama dan Jensen (1983) menunjukkan bahwa komisaris mempunyai
tanggung jawab mengawasi tindakan manajemen. Semakin independen dari manajer,
26
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
komisaris akan melakukan pengawasan dengan lebih baik. Penelitian ini menggunakan
4 ukuran independensi komisaris: (1) persentase komisaris independen, (2) apakah
chief executive officer (CEO) juga merupakan komisaris, (3) masa jabatan manajemen
dan komisaris, (4) persentase saham yang dimiliki komisaris independen relatif
terhadap semua saham yang dimiliki semua directors. Independensi komisaris rendah
jika komposisi komisaris independen rendah, manajer juga sebagai komisaris, masa
jabatan komisaris dan manajemen panjang, persentase kepemilihan saham oleh
komisaris independen kecil. Pengukuran efektivitas komisaris denan ukuran komisaris
dan frekuensi pertemuan. Efektivitas rendah jika jumlah komisaris banyak dan jumlah
pertemuan rendah. Penelitian ini juga memasukkan variabel lain yang berpotensial
berpengaruh pada non-financial fraud.
Data non-financial reported fraud diambil dari the Wall Street Journal Index dari tahun
1992-2000. Sample terdiri dari 83 perusahaan yang listing di New York Stock Exchange.
Hasil penelitian menunjukkan rendahnya non financial fraud berhubungan dengan
kecilnya ukuran komisaris, banyaknya persentase komisaris independent, manajer
bukan komisaris, masa jabatan manajer dan komisari lama, tingginya profitability dan
yang menari adalah tidak adanya standar etis perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa
regulator tidak hanya menjamin bahwa perusahaan mempunyai standar etis tapi juga
menjalankan standar tersebut.
Marciukaityte et al (2006) menguji apakah setelah ada fraud, perusahaan akan
mengubah struktur corporate governance dan perubahan corporate governance
tersebut akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Data fraud diambil dari Wall Street
Journal selama periode 1978-2001. Tiga tipe fraud yang digunakan adalah: (1) Fraud
of stakehoders. Tipe fraud ini terjadi ketika perusahaan menipu secara implisit atau
eksplisit pada kontrak dengan supplier, pekerja, konsumen. (2) Fraud of Government,
ketika perusahaan melanggar kontrak dengan pemerintah, (3) Financial reporting fraud,
terjadi ketika manajer tidak menyajikan yang sesungguhnya kondisi keuangan yang
sebenarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah adanya fraud, perusahaan
meningkatkan jumlah komisaris independen dalam dewan komisaris, komite audit,
komite kompensasi, komite nominasi. Harga saham setelah adanya perubahan
struktur corporate governance dan perbaikan system kontrol internal.
Fungsi utama dari board adalah untuk meminimalisasi biaya yang timbul dari adanya
pemisahan antara pemilik dan pengelola perusahaan dalam perusahaan modern.
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
27
Board mempunyai tanggung jawab untuk melakukan kontrol internal dan keputusan
lain dari pemegang saham. Komposisi dari board merupakan hal yang penting dalam
meningkatkan efektivitas pengawasan terhadap tindakan manajemen. Fama dan
Jensen (1983) berargumen bahwa keefektifan pengawasan board dalam monitoring
manajemen adalah fungsi mix dari insider dan outsider board. Board bukan merupakan
alat kontrol yang efektif jika tidak ada pembatasan keleluasaan manajemen. Manajemen
mempunyai superioritas informasi tentang kondisi perusahaan dibanding pemilik, board
dapat menjadi alat bagi manajemen untuk melakukan tindakan-tindakan yang dapat
meningkatkan kepentingannya meskipun mengorbankan kepentingan pemegang
saham. Untuk mengatasi masalah keagenan diperlukan pihak yang independen yakni
independent directors. Komisaris independen mempunyai dorongan untuk membangun
reputasinya sebagai ahli dalam decision control, sehingga mereka akan menjalankan
tanggungjawabnya dengan baik, kecuali ingin reputasinya hancur. Penelitian Rosenstein
dan Wyatt (1990) menunjukkan bahwa investor memberikan rekasi positif pada
masuknya komisaris indepeden dalam anggota dewan komisaris. Hal ini menunjukkan
investor percaya bahwa adanya komisaris independen akan melindungi kepentingan
investor. Masuknya komisaris independen dalam anggota dewan akan meningkatkan
fungsi internal control perusahaan dan mampu mencegah adanya fraud.
Beasley (1996) menguji hubungan antara komposisi dewan direksi dengan kejahatan
laporan keuangan. Data diambil dari 150 perusahaan publik selama tahun 1980-1999.
Sampel terdiri dari 75 perusahaan yang melakukan fraud dan 75 perusahaan yang
tidak melakukan fraud. Fraud perusahaan meliputi pelanggaran terhadap ketentuan
Stock Exchange Commision (SEC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi
dewan komisaris berbeda antara perusahaan yang melakukan ftaud dan yang tidak.
Dewan komisaris perusahaan fraud mempunyai komisaris independen yang lebih
sedikit dibanding perusahaan yang tidak melakukan fraud. Komisaris independen akan
meningkatkan efektifitas komisaris dalam mendeteksi dan mencegah terjadinya fraud.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa komite audit akan mengurangi kemungkinan
manajemen melakukan fraud.
Fama (1980) menunjukkan bahwa insentif bagi komisaris independen untuk melakukan
monitoring juga disebabkan karena adanya dorongan dari pasar tenaga kerja. Komisaris
independen melakukan monitoring dengan baik karena menjaga reputasinya sebagai
expert di pasar tenaga kerja. Kegagalan perusahaan tidak hanya menjadi tanggung
jawab manajemen tetapi juga komisaris, reputasi komisaris di pasar tenaga kerja akan
28
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
buruk jika komisaris gagal dalam melakukan tanggungjawabnya untuk bekerja demi
kepentingan perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan.
Summary
Tanggung jawab Boards yang utama adalah memberi keyakinan pada stakeholders
bahwa manajemen mengimplementasikan visi, misi dan strategi perusahaan agar bisa
mengoptimalkan nilai perusahaan. Secara lebih terinci, tanggung jawab utama boards
adalah untuk memastikan tingkat akuntabilitas manajemen, meningkatkan transparansi
perusahaan, dan menjalankan shareholders voice function.
Akuntabilitas
bermakna bahwa komisaris (boards) harus meyakinkan kepada
stakeholders bahwa manajemen tidak melakukan moral hazard yang bisa merugikan
stakeholders dan khususnya adalah stockholders. Setiap tindakan manajemen yang bisa
meningkatkan agency cost, akan mampu dideteksi oleh komisaris dan segera dilakukan
monitoring untuk meminimalisir perbuatan manajemen yang menaikkan agency cost
tersebut.
Selain tanggung jawab menjaga akuntabilitas manajemen, komisaris juga mempunyai
tanggung jawab untuk meyakinkan pada stakeholders tentang pentingnya transparansi
informasi. Transparansi informasi dari manajemen akan mengurangi information
assimetry dan mampu mengurangi detorsi kualitas informasi sehingga informasi
manajemen akan bisa digunakan dalam rangka membantu pengguna informasi dalam
rangka membuat keputusan ekonomi, seperti investasi, pembelian obligasi, dan
lainnya.
Tanggung jawab ketiga dari Boards adalah mewakili suara pemegang saham. Pemegang
saham adalah pemilik perusahaan. Mereka mempunyai ’tangan-tangan’ yang terbatas
untuk ikut mengontrol perusahaannya. Kontrol dan monitoring pemegang saham hanya
terbatas pada rapat pemegang saham. Dalam kondisi seperti ini, komisaris harus
berfungsiu sebagai Shareholders Voice Function, yaitu penyambung lidah pemegang
saham dalam meningkatkan nilai perusahaan.
Secara normatif maupun empiris, tanggung jawab komisaris yang diekspresikan dengan
tiga tanggung jawab tersebut terbukti akan membuat stake holders dan khususnya
stockholders menjadi lebih percaya pada manajemen dan komisaris, sebagai hasilnya
adalah meningkatnya nilai perusahaan yang ditandai dengan naiknya harga saham.
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
29
30
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BAB 4
EMPOWERING THE BOARD
Ten or 15 years ago, if you were invited to sit on a company’s board
of directors, it meant that you had reached a certain level in the
business world and were being rewarded for your achievements.
Today, being a board member involves much more than just rewards:
the board member must now not only show a strong track record,
but must also bring to the table the proper skills and competencies,
a strong commitment to the firm, and a willingness to share some of
the risks-It’s still prestigious to be a director; but now you’ve got to
know your stuff (Christian Bellavance, ca Magazine)
S
eorang direktur utama sebuah perusahaan publik berkomunikasi dengan
seorang menteri untuk meminta menteri tersebut memberikan pernyataan
publik tentang rencana dengan risiko kerugian yang besar bahwa rencana
tersebut bukan akibat kelalaian perusahaan. Pengaruh yang cukup besar
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
31
dari direktur utama tersebut terhadap seorang menteri didasari atas hubungan direktur
utama tersebut yang telah dibina beberapa waktu dengan banyak membantu menteri
untuk kegiatan-kegiatan sang menteri. Pembiayaan yang non-related bisnis tersebut
tanpa sepengetahuan komisaris perusahaan. Komisaris perusahaan tidak seluruhnya
memahami tentang pengeluaran-pengeluaran biaya disebabkan kekuatan direktur
utama melebihi komisarisnya. Gambaran diatas menunjukkan bahwa kelemahan utama
pengelolaan perusahaan saat ini adalah adanya konsentrasi kewenangan yang besar di
tangan manajemen. Ketidakseimbangan power merupakan penyebab awal terjadinya
fraud, manipulasi laporan keuangan dan penyimpangan-penyimpangan lain. Problem
sistematik yang dihadapi Enron merupakan akibat dari ketidakseimbangan tersebut.
Agar terjadi keseimbangan power, perlu upaya untuk empowering boards. Empowering
the board berarti boards mempunyai kemampuan dan independensi untuk memonitor
kinerja manajemen dan perusahaan. Boards juga dapat mempengaruhi manajemen
untuk mengubah arah strategi jika kinerjanya tidak memenuhi harapan boards, dan yang
paling ekstrim adalah dengan mengganti kepemimpinan perusahaan.
Manajemen dan boards harus mempunyai hubungan yang sinergis, komisaris sebagai
organ didalam perusahaan harus deberdayakan dalam rangka menjalankan fungsinya
sebagai supervisor dan advisor bagi manajemen. Hubungan yang sinergi antara komisaris
dan manajemen akan membuat posisi komisaris tidak sekedar sebagai pihak yang
mengikuti kehendak manajemen yang sangat mungkin dipengaruhi oleh self interest para
manajer perusahaan. Manajemen bertugas sebagai pengelola perusahaan, sedangkan
boards berfungsi menjalankan mekanisme pengendalian, sehingga akan timbul ’checks
and balances’. Perbaikan hubungan tersebut akan menguatkan kemampuan boards
dalam memberikan nasihat dan monitor pada kinerja perusahaan. Tanpa adanya power
yang seimbang, fungsi check and balance boards tidak akan berjalan dengan baik.
Demand for empowerment
Ada korelasi antara lemahnya posisi board dan tingginya tingkat penyalahgunaan
wewenang oleh manajemen perusahaan. Ketika board tidak cukup mempunyai
kekuatan maka kondisi ini memberi peluang manajemen melakukan tindakan yang bisa
merugikan perusahaan atau potensi timbulnya konflik antara board dan manajemen
akan mengganggu kinerja perusahaan. Ada beberapa tekanan pada perusahaan untuk
melakukan empowering boards:
32
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
Pertama, sebagian besar investor tidak ingin terlibat langsung di dalam pengelolaan
perusahaan, tetapi mereka lebih memilih untuk mendorong boards dan media masa
untuk memonitor manajemen. Kedua, dengan power yang memadahi, boards
mempunyai kekuasaan untuk mengganti manajemen yang kinerjanya buruk. Ketiga,
adanya hubungan antara good corporate governance yang menempatkan board pada
posisi yang kuat akan mendorong kesuksesan kompetitif perusahaan.
Invalid Assumptions About Empowering Directors
In companies where directors are empowered, CEOs do not find their power
diminished
Empowering board, seringkali dianggap manajemen sebagai ancaman. Manajemen
merasa boards mengintervensi tingkah laku dan keputusan yang diambilnya dalam
pengelolaan perusahaan. Manajemen perusahaan menganggap bahwa empowering
boards akan mengurangi powernya. Satu pihak dapat memperoleh power tanpa pihak
lain kehilangan power. Ketakutan-ketakutan manajemen bahwa empowering board
akan mengurangi fungsi manajemen di perusahaan perlu dihilangkan. Sebenarnya
empowering board akan membantu manajemen dalam menjalankan perusahaan,
jika manajemen menyadari bahwa semua pihak diperusahaan mempunyai tujuan,
visi, misi yang sama. Power yang dimiliki board harus dipandang sebagai upaya
untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu peningkatan kinerja perusahaan. Hubungan
manajemen-board yang mempunyai balancing power dan penyatuan visi misi penting
dalam tercapainya pengelolaan perusahaan yang baik.
Asumsi yang menyatakan bahwa boards berlaku aktif hanya jika perusahaan dalam
keadaan krisis adalah salah. Boards yang tidak aktif dalam memonitor kinerja
perusahaan, akan terlambat dalam mendeteksi adanya permasalahan-permasalahan
yang dihadapi perusahaan. Permasalahan yang bertumpuk dan tidak segera diatasi
akan menjadi gunung es dan ketika meleleh akan menenggelamkan perusahaan.
Seperi halnya kasus Enron, kehancuran perusahaan itu bukan semata-mata kesalahan
manajemen tapi juga merupakan kegagalan boards dalam menjalankan fungsinya.
Peran boards sebagai monitor tergantung pada kompleksitas tugas yang dihadapi
manajemen. Paling tidak ada tiga hal yang mempengaruhi proses dan prosedur yang
digunakan boards dalam memonitor manajemen: pertama, pemahaman boards atas
ide manajemen. Jika boards memandang ide manajemen kurang baik, dia akan lebih
sering melakukan monitor dan lebih berhati-hati.
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
33
Kedua, permasalahan dan kompleksitas perusahaan. Jika board memandang bahwa
perusahaan sedang dalam masalah, board akan lebih terlibat dalam memahami
pemikiran dan keputusan manajemen dibanding jika perusahaan tidak sedang dalam
masalah. Ketiga, perubahan pasar dan teknologi dalam bisnis perusahaan. Perusahaanperusahaan di bidang industri teknologi mempunyai kompleksitas yang tinggi karena
perubahan teknologi yang cepat dan perubahan pasar yang cepat. Boards harus
mempunyai semua informasi yang diperlukan dalam mennetukan arah perusahaan
dan memberikan saran yang usefull. Kemampuan boards untuk terus menerus meng
update pengetahuan dan pemahaman tentang bisnis perusahaan merupakan salah
satu sumber untuk meningkatkan powernya.
Pertanyaan yang berkaitan adalah kapan dan seberapa jauh boards terlibat dalam
strategi perusahaan? Harus ada garis batas antara boards yang berkontribusi pada ide
strategi perusahaan dan manajemen yang berusaha untuk memanage perusahaan.
Boards harus menyetujui strategi perusahaan dan mereview dan mengevaluasi
hasilnya. Seberapa besar keterlibatan boards tergantung pada lingkungan spesifik
perusahaan, misalnya dalam memutuskan akuisisi, takeover dsb,boards harus terlibat
secara aktif karena hal ini sangat berpengaruh pada kinerja perusahaan yang akan
datang.
The Sources and Limit of Directors’ Power
Sumber power bagi board sangat tergantung pada: pengetahuan boards dan
kekompakan boards sebagai satu kesatuan. Board bekerja part time dalam perusahaan,
sedangkan manajemen adalah pekerja full time yang berkarir di perusahaan. Dilihat dari
jam kerjanya, tidak heran jika manajemen mempunyai pengetahuan yang lebih tentang
seluk beluk perusahaan, dibanding board. Dari perspektif manajemen, pertemuan
dengan boards sering dianggap sebagai alat bagi boards untuk memperoleh informasi
mengenai perusahaan dari manajemen. Board memang memerlukan data perusahaan
yang diperlukan, tetapi data tersebut harus diubah menjadi informasi yang berguna
untuk pengambilan keputusan. Data keuangan dan data lainya hanyalah bagian kecil
dari cerita yang sesungguhnya.Kemampuan mengolah data menjadi informasi dan
pengetahuan yang berguna sangat tergantung pada pengetahuan boards tentang
bisnis perusahaan. Pengetahuan yang superior mengenai perusahaan merupakan
sumber power bagi board.
34
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
Pengetahuan yang dimiliki board berasal dari informasi tertulis misalnya laporan
keuangan dan informasi lisan yang berasal dari diskusi dengan manajer. Tantangan
bagi boards adalah bagaimana mengolah informasi tersebut menjadi pengetahuan
yang berguna dengan tepat waktu. Board juga harus mampu memahami kejadian
eksternal yang juga turut berpengaruh pada kinerja perusahaan misalnya perubahan
kondisi pasar, teknologi dan perekonomian negara. Agar dapat melakukan evaluasi
yang efektif terhadap manajemen dan menyetujui strategi perusahaan, board tidak
hanya mempunyai informasi keuangan saja, yang merupakan indikasi kinerja masa lalu,
tetapi juga informasi mengenai kemajuan perusahaan dalam melaksanakan strategi.
Pemahaman mengenai perkembangan teknologi, jasa dan produk baru, perubahan
kebutuhan konsumen, dan apa yang dilakukan kompetitor sangat diperlukan.
Informasi yang digunakan boards harus seimbang antara data keuangan yang berfokus
pada masa lalu dan informasi strategis yang berfokus pada prospek perusahaan yang
akan datang.
Solidaritas diantara anggota boards merupakan sumber power. Konsensus boards
merupakan alat yang ampuh untuk dapat mengontrol manajemen, konsesus boards
dapat mengganti manajemen perusahaan yang buruk kinerjanya.
What Makes an Empowered Board?
Hal-hal berikut ini dapat digunakan untuk meningkatkan power boards:
a. Sebagian besar anggota boards berasal dari luar perusahaan dan tidak mempunyai
hubungan dengan perusahaan.
b. Anggota boards hendaknya tidak terlalu besar agar menjadi kelompok yang
bersatu. Anggota boards harus memahami tujuan dan mempunyai kemauan untuk
mencapainya.
c. Anggota boards mempunyai pengalaman kepemimpinan dan bisnis, dan
memahami bisnis perusahaan.
d. Anggota boards berkomunikasi dengan bebas dengan anggota lainnya, dalam
rapat komite, baik ada atau tidak ada manajemen.
e. Boards menerima data mengenai keuangan perusahaan dan kinerja industri yang
memungkinkan mereka untuk memahami kinerja perusahaan relatif terhadap
kompetisinya.
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
35
Effective Empowerment
Evaluasi manajemen secara rutin, dengan melaksanakan rapat reguler dan
memberdayakan komite-komite yang ada, merupakan sentral dari monitoring yang
efektif karena merupakan langkah utama untuk empowering boards. Evaluasi pada
manajemen akan memberikan pesan yang jelas bagi boards mengenai kinerja
perusahaan dan meningkatkan pemahaman tentang perusahaan. Pemahaman yang
baik tentang perusahaan akan meningkatakan power boards. Evaluasi tersebut juga
akan memberikan keuantungan bagi manajemen melaui adanya komunikasi langsung
manajemen dan boards yang memberikan perhatian dan saran untuk langkah
perbaikan. Manajemen juga dapat mendiskusikan reaksi mereka.
Ada beberapa kriteria yang penting untuk evaluasi yang efektif:
a. Evaluasi seharusnya dilakukan secara terus-menerus melalui mekanisme yang
telah diteteapkan oleh anggaran dasar perusahaan.
b. Menilai kinerja tahunan dan jangka panjang dan dibandingkan dengan perusahaan
lain dalam industri yang sama
c. Menilai kesesuaian tujuan manajemen dengan tujuan perusahaan
d. Manajer harus memberikan penilaian pada kinerjanya sendiri
e. Boards harus melakukan penilaian pada kinerja manajemen.
Theory of Friendly Boards
Komisaris mempunyai otoritas hukum pada pembuatan keputusan dalam perusahaan.
Komisaris harus mereview dan menyetujui rencana operasi, keungan dan strategis.
Untuk mengurangi moral hazard yang timbul ketika manajer memilih proyek yang tidak
memaksimalkan nilai pemegang saham, maka manajer harus mendapat persetujuan
dari komisaris. Dalam kondisi ini, komisaris berpartisipasi aktif dalam pembuatan
keputusan dan monitoring. Namun tindakan ini tidak akan meniadakan tanggung
jawab direksi dan manajemen tidak bisa berlindung dibalik komisaris. Mereka tetap
harus bertanggung jawab secara institusional maupun individual.
Selain bertanggung jawab untuk memonitor perusahaan, komisaris harus memberikan
nasihat pada manajer menentukan arah strategi perusahaan. Karena komisaris tidak
bekerja full time di perusahaan maka mereka memerlukan informasi keuangan dan
non-keuangan dari manajer. Jika manajer memberikan informasi yang reliabel maka
komisaris dapat memberikan nasihat yang baik.
36
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
Komisaris mempunyai kombinasi dua peran yaitu monitoring dan memberikan nasehat
pada manajer. Ketika komisaris menjalankan fungsi monitoring secara intensif. Manajer
dihadapkan pada trade off dalam sharing information. Disatu sisi, informasi komisaris
akan memberikan nasehat lebih baik jika manajer mau memberikan informasi. Disisi
lain, informasi yang diberikan manajer akan membatu komisaris dalam memahami
dengan lebih baik kondisi perusahaan. Jika komisaris mengetahui kondisi perusahaan
menurun atau dibawah rata-rata industri, maka komisaris akan turut mencampuri
pengambilan keputusan oleh manajer.
Peran sebagai pengawas dan penasehat saling melengkapi, karena komisaris
menggunakan informasi dari manajer untuk memberikan rekomendasi yang lebih
baik dan implementasi keputusan yang lebih baik. Agar manajer mau memberikan
informasi, pemegang saham akan optimal jika memilih komisaris yang friendly atau
kurang independen yang tidak hanya memberikan penekanan pada fungsi pengawasan
tapi juga penasehat.
Adams dan Ferreira (2005) menguji theory of friendly of boards. Penekanan pada
fungsi kontrol oleh komisaris independen akan membawa konsekuensi buruk,
alasannya manajer akan cenderung mengurangi informasi yang diberikan, sehingga
nasehat yang diberikan pada manajer juga kurang tepat. Sehingga peningkatan
komisaris independen akan menurunkan nilai pemegang saham. Pemegang saham
akan diuntungkan jika peningkatan komisaris independen akan menyebabkan
praktik disclosure yang lebih baik. Adams dan Ferreira menunjukkan bahwa model
managemeny- friendly boards dapat optimal.
Hal yang menarik dari penelitian Adams dan Ferreira adalah bahwa komisaris
independen tidak berpengaruh pada kinerja perusahaan. Betentangan dengan
penelitian Ezzamel dan Watson (1993), Pearce dan Zahra (1992), Rosenstein dan
Wyatt (1990) menunjukkan bahwa komisaris perusahaan berhubungan positifdengan
kinerja perusahaan. Ketidak konsistenan hasil penelitian mengenai pengaruh komisaris
independen terhadap kinerja perusahaan mungkin salah satunya disebabkan karena
definisi independen kurang tepat. Apakah independen berarti tidak ada hubungan
kontraktual dengan manajer dan bukan sebagai pemegang saham mayoritas. Komisaris
independen tidak dapat ditentukan dari ada atau tidak adanya hubungan kontraktual
dengan manajer tetapi independen dalam tindakan.
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
37
Summary
Ada suatu thesis yang salah tentang power dari komisaris (boards). Ketika komisaris
mempunyai otoritas yang memadai, dianggap akan menurunkan otoritas manajemen.
Pendapat ini tentunya tidak benar. Kemampuan yang memadai dari komisaris akan
menghasilkan sinergi yang positip. Ketika komisaris mempunyai cukup power,
maka manajemen akan lebih mampu meningkatkan kinerja mereka. Manajemen
dan komisaris yang kompak akan mampu merealisasikan visi, misi, dan strategi
perusahaan.
Sudah tidak masanya lagi komisaris menjadi manusia-manusia yang hanya duduk
manis dan diberi fasilitas tanpa menyumbangkan pembentukan nilai perusahaan.
Mereka harus mempunyai adequate authority and power untuk memberi advis dan
supervise pada manajemen. Banyak bukti menunjukkan bahwa ketika manajemen
overpower dan komisaris under power, maka kinerja internal maupun kinerja pasar
perusahaan diminish. Lihat saja perusahaan BUMN dimasa lalu yang komisarisnya
tidak powerful dan kompeten, manajemen menjadi tidak terkendali dan mendetorsi
kinerja perusahaan, bahkan menghancurkan perusahaan.
38
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BAB 5
THE NEW TOOLS FOR BOARDS
S
aat ini, keberadaan investor institusional, badan regulator, pers, dan
ketakutan terhadap tuntutan hukum, membuat dewan direksi perusahaan
publik semakin aktif mencari langkah praktis untuk memimpin secara
strategis. Ada perbedaan perspektif antara dewan direksi dam dewan
komisaris. Dewan direksi/manajer diharapkan menurunkan visi strategis dalam
operasional nyata. Mereka harus berfokus pada strategic path untuk memaksimalkan
profitabilitas perusahaan. Maka diperlukan standar kinerja terbaik untuk memotivasi
anggota organisasi. Sedangkan dewan komisaris bertanggungjawab mewakili
perspektif investor. Dewan komisaris mengevaluasi validitas strategi yang dijalankan
berdasarkan pada perbandingan antara return yang dihasilkan dari strategi saat in
dengan strategi lain yang memungkinkan. Walaupun memiliki perspektif yang berbeda
akan tetapi perbedaan itu mengecil ketika dewan direksi dan komisaris membangun
strategi.
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
39
Strategic Audit
Strategic audit yang didesain untuk memberikan kredibilitas kepemimpinan manajemen
adalah strategi efektif yang dapat mengantisipasi masalah dan menunjukkan kepada
pemegang saham bahwa dewan direksi telah memiliki komitmen dan melaksanaankan
tata kelola yang baik. Strategic audit harus diarahkan oleh komisaris yang independen,
dan dewan komisaris harus menetapkan kriteria kunci untuk memonitor hasil
strategic.
Elemen-elemen dari strategic audit:
1. Menetapkan kriteria
Salah satu hal penting dalam menetapkan kriteria untuk proses review strategis
adalah kriteria tersebut harus objektif. Kriteria tersebut juga harus familiar, mudah
dipahami, dan menggunkan ukuran kinerja finansial yang dapat diterima. Hal ini karena:
a) tanggungjawab komisaris adalah memahami dampak strategi yang diterapkan
dalam menilai investasi pemilik. Kewajiban ini membutuhkan evaluasi kinerja berbasis
keuangan, b) manajemen yang memahami pasar produk, masalah ksusus perusahaan,
dan akses mereka terhadap jumlah dan jenis data yang luar biasa, membuat mereka
mempunyai keuntungan melebihi dewan komisaris.
Kriteria tersebut juga berfokus pada sustainable tingkat pengembalian dari investasi
pemegang saman, dan memungkinkan untuk membuat perbandingan arus income
antar perusahaan dan alternatif investasi antar perusahaan dalam satu undustri
maupun antar industri.
Kriteria tersebut juga harus mencerminkan realitas ekonomi yang fundamental,
misalkan loyalitas pemegang saham tergantung pada ROI (return on investment) yang
kompetitif. Kriteria lain yang biasa digunakan untuk mengevaluasi alternatif strategis
adalah CFROI (cash flow return on investment), EVA (economic value added), dan
TSR (total of shareholder’as return on investment). Akan tetapi tiap ukuran tersebut
memiliki kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri, sehingga dewan komisaris harus
melakukan analisis terbaik dan tidak hanya memilih satu ukuran.
2. Mendesain dan menjaga database.
Proses mendalam mengenai strategi yang efektif mewajibkan dewan komisaris untuk
mengontrol tidak hanya kriteria kinerja akan tetapi juga pemeliharaan data base dari
kriteria tersebut. Ada beberapa altenatif untuk melakukan hal ini, yaitu: meminta CEO
40
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
untuk memperkerjakan staf, akan tetapi hal ini mengakibatkan konflik kepentingan
yang berasal dari karyawan yang bekerja pada data yang sensitif. Alternatif lain adalah
memita jasa konsultan luar untuk mendesain data dan mengumpulkan data yang
ingin dimonitor oleh komisaris. Solusi terbaik adalah melibatkan auditor eksternal ,
yang akan menilai desain dan penguimpulan data yang dilakukan oleh konsultan luar.
Peranan ini akan memastikan konsistensi dalam pemeliharaan, dokumentasi, dan
pelaporan dalam jangka panjang.
3. Komite Audit Strategic.
Komite audit harus memilih kriteria untuk mereview kinerja strategic, meliputi desain
database, dan menetapkan proses review. Hal ini akan meningkatkan integritas dan
kontinuitas usaha pengumpulan dan pelaporan data, serta mengidentifikasi masalah
untuk didiskusikan dengan direksi. Komite audit strategic sama dengan komite audit
yang ada dalam tata struktur yang diatur dalam ketentuan yang berlaku di Indonesia.
Tekanan dalam komite ini adalah mereka akan berkonsentrasi dalam mereview
strategy perusahaan, yang juga bisa dilaksanakan oleh komite audit..
4. Hubungan dengan direksi
Proses review ditujukan untuk mendiskusikan kinerja strategis dengan CEO, hal ini
untuk mengurangi atmosfir bermusuhan dalam organisasi.
5. Kesiapan terhadap tugas.
Dewan komisaris harus waspada terhadap sinyal adanya kelemahan dalam misi strategis
yang ditetapkan dan peristiwa yang menunjukkan kesempatan untuk memodifikasi
arah strategis yang sudah ada. Beberapa peristiwa, munkin membutuhkan pertemuan
khusus dengan komite audit strategis.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dewan direksi tidak bisa bekerja sendiri dalam
mengoperasionalkan strategi perusahaan, agar kinerjanya maksimal maka diperlukan
komite audit dan komisaris independen untuk mengevaluasi kinerja mereka.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh ukuran dan komposisi
dewan direksi dalam kegiatan perusahaan. Ukuran dan komposisi dewan direksi dapat
mempengaruhi efektif tidaknya aktivitas monitoring. Ukuran dan komposisi board of
director juga mempengaruhi hubungan kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional terhadap kinerja perusahaan. Menurut Pfeffer (1973) peningkatan ukuran
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
41
dan diversitas dari board of director akan memberikan manfaat bagi perusahaan
karena terciptanya network dengan pihak luar perusahaan dan menjamin ketersediaan
sumberdaya.
Hermalin dan Weisbach (1988) yang menyatakan bahwa outside director selain lebih
efektif dalam memonitor manajemen juga merupakan sarana untuk mendisplinkan
para manajer, serta pengurangan inefisiensi dan kinerja yang rendah. Outside director
memberikan kontribusi terhadap nilai perusahaan melalui aktivitas evaluasi dan
keputusan strategik (Brickley dan James,1987)
Fama and Jensen (1983) menyatakan dengan memasukkan outside directors akan
meningkatkan kinerja dewan dan mengurangi kemungkinan terjadinya ekspropriasi
manajemen terhadap kesejahteraan pemegang saham.
Beasley (1996) membuktikan bahwa perusahaan yang melakukan fraud mempunyai
persentase outside director yang signifikan lebih rendah daripada perusahaan yang
tidak melakukan fraud. .
Forensic Accounting
Beberapa penelitian empiris menunjukkan bahwa corporate governance yang buruk
akan mengakibatkan penurunan kinerja perusahaan. Penurunan kinerja perusahaan
akan mendorong manajemen untuk bertindak opportunistic dengan cara memanipulasi
laba yang dilaporkan untuk kepentingan bonus yang akan diterimanya. Akibatnya
laporan keuangan yang dihasilkan diragukan reliabilitasnya. Boards berfungsi untuk
mencegah adanya tindakan opportunistic manajemen yang merugikan pemilik
perusahaan.
Forensic accounting adalah keahlian dalam bidang pengujian finansial dan non finansial
untuk melaksanakan investigasi pada permasalahan yang tidak terpecahkan oleh
metoda akuntansi atau auditing konvensional (Bologna dan Lindquist, 1995). Sebagai
suatu disiplin, forensic accounting memerlukan keahlian financial, pengetahuan
tentang fraud dan pemahaman realitas bisnis dan system hukum atau perundangundangan yang berlaku. Hal ini mengimplikasikan bahwa forensic accountant tidak
hanya dibekali keahlian akuntansi keuangan, tetapi juga system control internal, hukum
dan kemampuan investigasi, dan kemampuan interpersonal. Forensic accounting
dapat digunkan sebagai sarana untuk melindungi pemegang saham dari tindakan
42
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
opportunis dari manajemen. Dengan membantu perusahaan dalam pencegahan dan
pendeteksian terhadap fraud, forensic accounting dapat membantu terlaksananya
system good corporate governance.
Sebagai bagian dari komite governance, forensic accountant dapat memberikan
kontribusi pada:
Pertama, corporate governance. Forensic accountant dapat membantu menyususn
dan membangun kebijakan governance, menentukan tanggung jawab yang tepat bagi
boards dan komite audit, menjamin alokasi power yang adil antara manajemen, boards
dan pemilik, menjamin adanya kode etik bagi pekerja dan manajemen. Tindakan
yang etis dipaksakan bila manajemen menunjukkan perilaku anaeh yang tidak dapat
ditoleransi.
Kedua, pencegahan Fraud. Forensic accountant memahami cara terbaik untuk
mencegah kecurangan yaitu dengan membentuk sistem kontrol yang efisien yang
meliputi kontrol lingkungan yang baik yang ditentukan oleh filosofi manajemen
tentang perilaku etis dan kebijakan corporate governance, sistem akuntansi yang baik
yang menjamin ketepatan pencatatan, pengklasifikasian dan pelaporan transaksi yang
relevan, dan prosedur kontrol yang kuat yang memberikan keamanan pada asset,
otorisasi yang tepat, mekanisme audit yang tepat.
Ketiga, menciptakan lingkungan kerja yang positif. Program pencegahan terhadap
fraud juga akan menciptakan suasana kerja yang positif. Misalnya pegawai yang
mempunyai motivasi tinggi tidak akan tergoda untuk menyalahgunakan wewenangnya.
Forensic accountant dapat menjamin bahwa kebijakan governance diciptakan untuk
menghindari lingkungan yang high risk.
Keempat, membentuk komunikasi yang efektif. Komunikasi adalah elemen yang
penting dalam menjamin bahwa pekerja dan pemilik, manajemen, boards telah
melaksanakan hak dan kewajibannya. Komunikasi yang efektif harus mengalir tidak
hanya dari atas kebawah tetapi juga antara pekerja. Forensic accountant dapat
mendukung penyebaran informasi yang mengenai governance dan kebijakan etik
pada pihak-pihak yang berkepentingan.
Kelima, vigilant oversight. Semua sistem agar berjalan dengan baik perlu dimonitor
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
43
dan dievaluasi secara terus menerus untuk memastikan bahwa sistem tersebut
berfungsi baik. Forensic accountant dapat memonitor kepatuhan manajemen,
prosedur manajemen dan aktivitas pekerja.
Keenam, establishing consequences. Sesorang menghindari fraud karena adanya
hukuman. Forensic accountant dapat membantu membuat kebijakan yang mencegah
adanya tindakan kriminal .
Ketujuh, fraud investigation. Forensic accountant dapat menjamin integritas laporan
keuangan dengan cara secara aktif menginvestigasi fraud, mengidentifikasi daerah
yang berisiko dan menyelidiki anomali dalam keuangan dan akuntansi.
Summary
Pada millennium kedua, kondisi bisnis sangat berbeda dengan bisnis di millennium
sebelumnya. Pemanfaatan teknologi maju merubah total strategi dan operasi
perusahaan dalam persaingan. Akibat dari kondisi ini juga merubah pola froud
di perusahaan, dari blue collar crime ke white collar crime. Strategi menghadapi
persaingan juga berubah, persaingan didunia riil digantikan dengan persaingan di
dunia maya.
Ada dua alat baru yang dikenalkan untuk menghandle kondisi seperti ini. Pertama
adalah strategic Audit. Yaitu audit untuk menentukan apakah operasi perusahaan
sudah sejalan dengan strategi yang digariskan top management. Yang kedua adalah
Forensic Auditing, yaitu audit yang tidak seperti audit finansial biasa. Dalam audit
forensic, auditor akan memperluas auditnya menjadi audit seperti biasa dan dipoerluas
dengan kemungkinan impak dari temuan audit. Dalam hal ini resiko perusahaan yang
mungkin terjadi akan dianalisis, sehingga auditor harus punya pengetahuan akuntansi,
strategi dan hukum. Dalam audit forensik, auditor merupakan team audit dan harus
dilaksanakan bersama oleh anggota team.
Audit forensik akan bermanfaat untuk: membangun good corporate governance,
mencegah froud sebelum fraud terjadi, menciptakan lingkungan kerja yang kondusif,
membangun komunikasi antar organ dalam dan luar perusahaan yang efektip, dan
memeastikan bahwa sistem dalam perusahaan berjalan dengan baik.
44
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BAB 6
AUDIT COMMITTEE
AND OTHER SUPPORTING COMMITTEES
K
omite audit memiliki tugas terpisah dalam membantu dewan komisaris
untuk memenuhi tanggungjawabnya dalam memberikan pengawasan
secara menyeluruh. Komite audit membantu dewan komisaris untuk
memonitor proses pelaporan keuangan oleh manajemen untuk
meningkatkan kredibilitas laporan keuangan. Dalam pelaksanaan tugasnya komite
audit menyediakan komunikasi formal antara dewan, manajemen, auditor eksternal,
dan auditor internal (Bradbury et al., 2004). Komite audit bertindak sebagai penengah
apabila terjadi perselisihan pendapat antara pihak manajemen dan auditor mengenai
intepretasi dan penerapan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (Klien, 2002).
Komite audit sebaiknya beranggotakan komisaris independen dan terlepas dari
kegiatan manajemen sehari-hari serta mempunyai tanggungjawab utama untuk
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
45
membantu dewan komisaris dalam menjalankan tanggungjawabnya terutama
masalah yang berhubungan dengan kebijakan akuntansi perusahaan, pengawasan
internal, dan sistem pelaporan keuangan. Pada umumnya, komite audit mempunyai
tanggung jawab pada tiga bidang (FCGI, Jilid II: hal. 12) yaitu:
a. Laporan keuangan (financial reporting)
Tanggungjawab komite audit di bidang laporan keuangan adalah untuk memastikan
bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen telah memberikan gambaran
yang sebenarnya tentang hal-hal sebagai berikut: 1)kondisi keuangan, 2)hasil usahanya,
3) rencana dan komitmen jangka panjang.
Ruang lingkup pelaksanaan dalam bidang ini adalah:
1. Merekomendasikan auditor eksternal
2. Memeriksa hal-hal yang berkaitan dengan auditor eksternal, yaitu:
a. Surat penunjukan auditor
b. Perkiraan biaya audit
c. Jadwal kunjungan auditor
d. Koordinasi dengan internal audit
e. Pengawasan terhadap hasil audit
f. Menilai pelaksanaan pekerjaan auditor
3. Menilai kebijakan akuntansi dan keputusan-keputusan yang menyangkut
kebijaksanaan.
4. Meneliti laporan keuangan , yang meliputi;
a. Laporan keuangan interim
b. Laporan tahunan
c. Opini auditor dan management letters
Khusus tentang penilaian atas kebijakan akuntansi dan keputusan suatu kebijaksanaan,
dapat dilakukan secara efektif dengan memperoleh suatu rangkuman singkat dari
pejabat di bagian akuntansi perusahaan.
46
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
b. Tata kelola perusahaan (corporate governance)
Tanggung jawab komite audit dalam bidang corporate governance adalah untuk
memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang-undang dan
peraturan yang berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika, melaksanakan
pengawasannya secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang
dilakukan oleh karyawan perusahaan.
Ruang lingkup pelaksanaan dalam bidang ini adalah:
1. Menilai kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan kepatuhan terhadap
undang-undang dan peraturan, etika, benturan kepentingan dan penyelidikan
terhadap perbuatan yang merugikan perusahaan dan kecurangan.
2. Memonitor proses pengadilan yang sedang terjadi ataupun yang ditunda serta
yang menyangkut masalah corporate governance dalam hal perusahaan menjadi
salah satu pihak yang terkait di dalamnya.
3. Memeriksa kasus-kasus penting yang berhubungan dengan benturan kepentingan,
perbuatan yang merugikan perusahaan, dan kecurangan.
4. Keharusan auditor internal untuk melaporkan hasil pemeriksaan corporate
governance dan temuan-temuan penting lainnya.
c. Pengawasan perusahaan (corporate control)
Tanggung jawab komite audit untuk pengawasan perusahaan termasuk di dalamnya
pemahaman tentang masalah serta hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan
sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh
auditor internal. Ruang lingkup audit internal harus meliputi pemeriksaan dan penilaian
tentang kecukupan dan efektivitas system pengawasan intern.
d. Keanggotaan
• Paling sedikit satu anggota komite audit harus mempunyai pengetahuan yang
memadai tentang keuangan dan akuntansi.
• Ketua komite audit harus hadir pada RUPS untuk menjawab pertanyaan para
pemegang saham.
• Komite audit harus mengundang eksekutif yang menurut mereka tepat (terutama
pejabat di bidang keuangan) untuk hadir pada rapat komite, akan tetapi apabila
dipandang perlu dapat mengadakan rapat tanpa kehadiran seorangpun eksekutif
perusahaan.
• Sekretaris perusahaan harus bertindak sebagai sekretaris komite audit.
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
47
Berdasarkan keputusan BAPEPAM, kep. No 17/PM/2002, yang mempercepat jeda
pelaporan (reporting lag) penyampaian laporan keuangan emiten kepada publik dan
BAPEPAM mulai akhir tahun fiskal 2002. Dalam keputusan tersebut emiten wajib
mengumumkan laporan keuangan: 1) tahunan, paling lambat 3 bulan dari tanggal
laporan keuangan-opini akuntan, 2) tengah tahunan: (a) 1 bulan setelah tanggal
laporan keuangan-jika tanpa diaudit, (b) 2 bulan setelah tanggal laporan keuanganjika ada telaah terbatas, (c) 3 bulan setelah tanggal laporan keuangan-jika ada opini
akuntan. Berdasarkan tanggung jawab komite audit terhadap tata kelola perusahaan,
ruang lingkup pertama bahwa salah satu tugas komite audit adalah menilai kebijakan
perusahaan yang berhubungan dengan kepatuhan terhadap undang-undang dan
peraturan, maka secara instuitif keberadaan komite audit akan berpengaruh pada
kepatuhan perusahaan terhadap peraturan BAPEPAM yaitu mengenai ketepatwaktuan
pengumuman laporan keuangan atau dengan kata lain perusahaan yang mempunyai
komite audit maka reporting lag-nya akan lebih sedikit daripada perusahaan yang tidak
mempunyai komite audit.
Perusahaan yang memiliki komite audit yang seluruh anggotanya independen,
paling tidaksalah satu anggotanya memiliki pengetahuan akuntansi&keuangan,
dan melakukan pertemuan setahun tiga kali, akan memiliki sedikit masalah dalam
pelaporan keuangannya (McMulen dan Raghunandan, 1996).
Salah satu tugas komite audit adalah merekomendasikan auditor eksternal yang
akan mengaudit laporan keuangan perusahaan. Menurut De Angelo (1981) kualitas
audit tergantung pada kemungkinan auditor untuk mengungkapkan fraud dalam
sistem akuntansi dan melaporkan fraud. Sehingga kualitas audit dapat meningkatkan
kualitas pelaporan keuangan perusahaan dan akan mengurangi asimetri informasi
antara manajemen dan pemegang saham. Verschoor (1993) menyatakan bahwa
adanya pengawasan terhadap audit eksternal diharapkan yang dapat meningkatkan
independensi auditor sehingga dapat memperbaiki efektivitas audit. Keberadaan
komite audit berhubungan dengan semakin sedikitnya tuntutan pemegang saham
karena fraud, tindakan illegal, dan semakin sedikitnya pergantian auditor ketika terjadi
perselisihan pendapat antara perusahaan dan auditor (McMulen, 1996).
Blue Ribbon Committee (BRC) dalam memperbaiki keefektifan komiteaudit
menyatakan bahwa komite audit akan meningkatkan proses pelaporan keuangan,
ketika terdiri dari anggota yang independent, financially literate, berkomitmen penuh
48
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
terhadap komite dan melakukan pertemuan secara regular. Bryan et al. (2004) menguji
apakah rekomendasi BRC akan meningkatkan kualitas pelaporan laba dengan menguji
keinformatifan laba dan transparansi, dan akan lebih tinggi pada perusahaan yang
mempunyai komite audit yang sesuai dengan rekomendasi BRC. Keinformatifan laba
diproksi dengan ERC dan transparansi diproksi dengan tingkat mispricing (overpricing)
dalam akrual. Sample adalah 1.291 perusahan yang terdaftar dalam 1996 Fortune 500,
untuk perioda 1996-2000. Ditemukan bukti ERC lebih kuat ketika komite audit adalah
independent dan financially literate, dan overpricing akrual lebih kecil ketika komite
audit independent dan melakukan pertemuan secara regular. Secara keseluruhan
hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit yang independent dan efektif akan
meningkatkan kualitas pelaporan keuangan, hasil ini mendukung rekomendasi BRC dan
Sarbanas-Oxley Act tahun 2002.
Qin (2006) menguji pengaruh keahlian keuangan dari komite audit terhadap kualitas
laba yang diukur dengan hubungan laba-return. Sample yang digunakan adalah 92
perusahaan dari 43 industri perusahaanpublik di AS. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perusahaan yang memiliki komite audit dengan keahlian akuntansi professional
memiliki kualitas laba yang lebih tinggi. Ukuran dari komite audit dengan keahlian
akuntansi berpengaruh positif terhadap kualitas laba.
Peraturan baru NYSE untuk corporate governance mewajibkan komite audit untuk
mendiskusikan dan mereview penilaian risiko perusahaan dan strategi hedging.
Mereka juga memberikan tambahan kewajiban mengenai komposisi dan pengetahuan
financial dari director yang duduk dalam board dan komite audit. Dionne dan Triki (2005)
menguji peraturan baru ini mengenai keputusan hedging yang lebih menguntungkan
bagi pemegang saham. Ditemukan bukti bahwa kewajiban mengenai ukuran dan
independensi komite audit menguntungkan bagi pemegang saham, walaupun anggota
komite audit dengan latar belakang akuntansi tidak terlalu penting. Yang menarik
adalah director yang beredukasi keuangan mendorong hedging perusahaan, sedangkan
director yang aktif dan berlatar belakang akuntansi tidak memainkan peranan aktif dalam
beberapa kebijakan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan hubungan positif antara
hedging dan kinerja perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa pemegang saham lebih
diuntungkan dengan adanya director berpendidikan keuangan yang duduk dalam board
dan komite audit. hasil penelitian empiris juga menunjukkan bahwa memiliki director
yang berpendidikan universitas dalam board dan komite audit. hasil ini memberikan
bukti langsung mengenai pentingnya pendidikan universitas bagi board of directors.
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
49
Mengikuti Sarbanes Oxley Act (2002), NYSE mewajibkan keberadaan ahli financial
dalam komite audit. akan tetapi definisi idela dari keahlian financial menjadi isu yang
controversial, dan hal ini mencapai puncaknya ketika pasar modal mengadopsi definisi
keahlian financial dalam scope yang luas. Dhaliwal et al. (2006) menguji hubungan
tiga definisi keahlian financial dari komite audit (keahlian akuntansi, finance, dan
supervisory) dengan kualitas akrual. Sample dalam penelitian ini adalah perusahaan
yang masuk dalam Investor Responsibility Research Center (IRRC) board practice
database, dari tahun 1995-1998, yaitu 1.114 perusahaan dari 53 industri. Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan positif antara keahlian akuntansi dan kualitas
akrual. Hal ini mengindikasikan bahwa definisi keahlian financial saat ini terlalu luas
dan perbaikan masa depan harus fokus pada keahlian akuntansi dalam keanggotaan
komite audit.
Other Supporting Committees
Dalam suatu lingkungan usaha yang kompleks, pendelegasian tugas kepada
komite-komite akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi waktu. Pembentukan
komite dalam boards akan meningkatkan efektivitas boards karena dengan adanya
spesialisasi, board melakukan tugasnya sesuai dengan keahlian dan pendidikannya
sehingga kebijakan dan tindakan yang dihasilkan akan lebih baik. Spesialisasi juga
akan meningkatkan efisien dalam penggunaan waktu.
Tetapi dalam praktiknya, spesialisasi dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan
misalnya: seringkali komite hanya dapat membuat proposal tetapi tidak ada keputusan
yang dihasilkan, keputusan dihasilkan oleh boards secara keseluruhan. Dampak yang
tidak menguntungkan lainnya adalah terganggunya iklim persaudaraan yang ada
dalam boards karena adanya pembatasan keterlibatan anggota boards yang ada diluar
komite. Untuk mengatasi permasalahan yang timbul dari terbentuknya komite-komite
di dalam boards antara lain adanya petunjuk yang jelas mengenai operasionalisasi
komite dan adanya laporan yang lengkap mengenai operasi komite kepada boards.
Beberapa komite yang dapat dibentuk untuk mempermudah kerja boards selain
komite audit:
a. Komite Nominasi
Tugas komite ini adalah:
- melakukan seleksi pada profil manajer
50
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
-
-
-
-
melakukan seleksi pada anggota boards
menguji independensi direktur
mengevaluasi manajemen dan boards
management development sebagai bagian dari kebijakan sumber daya manusia
dan kebijakan recruitment
b. Komite Remunerasi
Komite remunerasi bertugas untuk memonitor penggajian pada manajemen,
termasuk hubungan antara prestasi perusahaan dengan kompensasi bagi
manajemen.
c. Komite manajemen risiko
Salah satu prinsip transparansi dalam corporate governance adalah penerapan
enterprise-wide risk management atau manajemen risiko yang luas dan terpadu.
Penerapan manajemen risiko adalah untuk mengidentifikasi risiko, mengukurnya
dan mengatasinya pada level toleransi tertentu. Dalam enterprise-wide risk
management, risiko bukan hanya risiko spesifik/unsistematik seperti risiko financial
seperti gagal bayar, pemogokan buruh, tuntutan oleh pihak lain, tetapi juga risiko
pasar/sistematik. Risiko pasar/sistematik misalnya risiko terjadinya inflasi, resesi
dan sebagainya. Naiknya harga minyak dunia yang merupakan dampak dari
rentetan kejadian yang diluar kontrol perusahaan yang akan berdampak pada
kinerja perusahaan. Tetapi apakah manajer perusahaan akan disalahkan atas
penurunan kinerja yang disebabkan oleh faktor yang diluar kontrolnya? Proses
indentifikasi risiko dan penentuan langkah-langkah untuk meminimalisasi atau
memanage risiko menjadi hal yang penting. Upaya-upaya ini merupakan wujud
tanggung jawab perusahaan terhadap stakeholdersnya.
Komite ini bertujuan untuk memahami risiko perusahaan dan memonitor
keseimbangan antara risiko/return, memastikan bahwa sistem manajemen risiko
yang efektif berjalan dengan baik.
d. Komite Corporate Governance
Komite ini bertanggung jawab untuk memonitor pelaksanaan corporate governance
dan kepatuhan pada standar corporate governance.
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
51
e. Komite financial
Komite ini bertanggungjawab pada analisis investasi dan permasalahan
keuangan.
Interpretasi pada pembentukan komite-komite tersebut harus fleksibel, artinya
disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis perusahaan.
Menurut dan Murphy (2004) bahwa level kompensasi cukum mampu menjadi daya
tarik seseorang untuk berkarir secara bagus dan cemerlang dalam manajemen
perusahaan. Saat ini perubahan untuk membuat keseimbangan dalam sistem
remunerasi tidaklan mudah untuk diimplementasikan. Masalah ini sangatlah
kompleks. Akan ada konflik pada level tinggi perusahaan, dan banyak kesalahan
akan dibuat. Akan tetapi saat ini board dan manajer yang wise/bijaksana dan forwardlooking, dapat mencapai suatu keuntungan kompetitif dengan menghadapi pilihan
yang sulit dalam remunerasi, tata kelola, dan hubungannya dengan pasar modal.
Investasi yang tepat dalam integritas organisasi dan sistem akan menghasilakn
keuntungan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Anggotan board dan
CEO yang bijaksana akan mendorong investasi ini karena mereka akan memahami
bahwa sistem monitoring dan governance yang berfungsi baik akan menjamin
tidak hanya kesuksesan organisasi tapi juga kesuksesan personal. Bukti dari
rusaknya reputasi personal dan organisasi saat ini sering menjadi headline di
Amerika Serikat dan seluruh dunia.
Saat ini skandal yang berhubungan dengan kompensasi CEO (Chief Executive Officer)
sehubungan dengan kompensasi eksekutif dan perquisites (penghasilan tambahan)
menagibatkan terjadinya debat mengenai pembatasan kompensasi eksekutif dan
perbaikan struktur corporate governance. Beberapa hal dapat dilakukan untuk
memperbaiki hal tersebut yaitu kewajiban untuk meningkatkan independensi komite
kompensasi, kewajiban bagi eksekutif untuk memegang ekuitas dalam perusahaan,
kewajiban untuk meningkatkan disclosure mengenai kompensasi eksekutif,
meningkatkan ketrlibatan investor institusional dalam corporate governance (termasuk
kompensasi eksekutif), dan mewajibkan perusahankan untuk menjadikan stock
options sebagai expense dalam laporan laba rugi (Matsumara dan Shin, 2005).
Gore et al. (2005) menguji hubungan antara lingkungan monitoring dan tingkat equity
incentives bagi CFO (Chief Financial Officers). Data meliputi 3.628 perusahaan yang
52
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
mermiliki data CFO di ExecuComp data base dari tahun 1993-2001.Ditemukan
bukti bahwa incentive dengan CFO’s portofolio of option dan pembatasan saham
berhubungan negatif dengan keberadaan finance committee dan keberadaan CFO
dengan latar belakang financial. Hasil penelitian ini konsisten dengan keahlian finansial
dalam board dan CEO menjadi salah satu faktor yang signifikan dalam ketetapan
equity incentive bagi CEO.
Menurut Ferrarini dan Moloney (2005) saat ini sudah ada divergensi antara negaranegara di Uni Eropa (UE) dalam menetapkan struktur remunerasi eksekutif.
Perbedaan yang tajam juga terjadi dalam mengadopsi praktik terbaik dalam paysetting dan disclosure mengenai executive-pay. Divergensi ini sesuai denga prediksi
agency theory. Walaupun UE telah mengadopsi dua rekomendasi penting tahun
2004 mengenai executive pay, hasil penelitian ini menyatakan bahwa reformasi di
UE harus dilakukan secara hati-hati. Harmonisasi harus dibatasi, dan hanya berfokus
pada disclosure. Disclosure adalah sentral untuk mengadopsi kontrak insentif
efektif yang dapat memanage agency cost dari executive pay antara negara yang
menganut sistem governance dengan kepemilikan yang terdispersi dan blockholding,
tanpa mengintervensi struktur dan pilihan governance. Intervensi lain dalam proses
pembayaran dapat menimbulkan risiko kompetisi yang menyimpang.
Calcagno dan Renneboog (2004) membuktikan bahwa senioritas utang dan kompensasi
manajerial memiliki implikasi penting dalam mendesain kontrak remunerasi. Literatur
tradisional berasumsi bahwa utang lebih diutamakan daripada remunerasi, akan tetapi
hal ini terbukti tidak sesuai terutama dalam kasus regulasi kebangkrutan dan yang
terobservasi dalam praktik. Secara teoritis dengan memasukkan utang yang berisiko
akan merubah insentif untuk memberikan manajer insentif yang berhubungan dengan
kinerja yang lebih tinggi (”contract substitution” effect). Jika kompensasi manajerial
memiliki priorotas melebihi klaim utang, semakin tinggi leverage mengakibatkan
kekuatan skema insentif yang lebih rendah, dan basis gaji yang lebih tinggi. Dengan
junior compensation. Diharapkan akann lebih menekankan pada pay-for-performance
incentives. Hasil penelitian empiris menunjukkan bahwa remuneration seniority
sebagai basis gaji secarai signifikan lebih tinggi dan performance bonus lebih rendah
pada perusahaan yang mengalami financially distressed.
Summary
Penerapan sistem Good Corporate Governance mengharuskan adanya beberapa
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
53
komite untuk membantu tugas dewan komisaris. Komite-komite tersebut harus
independent dan akan mempertanggung jawabkan tugas-tugasnya kepada komisaris.
Komite yang sudah dimiliki oleh lebih dari 90 persen perusahaan publik di Indonesia
adalah Komite Audit, yaitu komite yang membantu komisaris untuk mengarahkan
manajemen dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas perusahaan.
Komite Audit bertanggung jawab untuk melakukan review pekerjaan audit internal
dan pekerjaan yg terkait dengan masalah finansial. Komite yang harus ada dalam
penerapan GCG adalah komite remunerasi dan nominasi. Komite ini bertugas untuk
mencari fakta dan analisis tentang ketepatan remunerasi pada manajemen dan
komisaris, sedangkan komite nominasi bertuga membantu komisaris dalam rangka
menentukan menominasikan jabatan-jabatan strategis dalam perusahaan yang akan
diusulkan pada rapat umum pemegang saham.
Komite penting lainnya adalah komite pemantau resiko. Oprasi perusahaan paska
skandal Enron, memaksa stakeholder mengharuskan manajemen mengantisipasi
adanya resiko yang bisa menghancurkan perusahaan. Komite pemantau resiko akan
membantu komisaris dalam melakukan kajian dan antisipasi terhadap kemungkinan
resiko yang dihadapi oleh perusahaan dan mencari solusi untuk menghindari atau
mengurangi resiko tersebut. Komite yang mulai dirasakan pentingnya selain komitekomite tersebut adalah komite investasi. Banyak perusahaan kurang hati-hati dalam
melakukan investasi dan akan mencelakakan perusahaan. Oleh karena itu komisaris
harus dibantu untuk memantau setiap investasi besar sehingga komisaris mampu
memberi nasihat dan monitor setiap investasi besar.
54
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
KASUS UNTUK EXERCISE
KASUS 1.
Pada suatu routine meeting antara komisaris dan direksi, agenda utama adalah
membahas tiga isu; Menurunnya kinerja perusahaan; Perjanjian kerjasama dengan
Departemen Pertanian; dan temuan Audit Internal tentang fraud di kantor wilayah.
Berikut petikan jalannya rapat.
Rapat dimulai pada jam 08.30, hari senin, tanggal 21 Nopember 2006 dipimpin oleh
Komisaris Utama dan dihadiri oleh seluruh direksi dan anggota komisaris. Komisaris Utama (KU) : Berdasarkan prognosa sampai akhir tahun 2006, kinerja
keuangan, dilihat dari bootom line earning tidak mencapai
target RKAP 2006.
Komisaris Independent/
Ketua Komite Audit (KI) : Analisis komite audit menunjukkan bahwa penyimpangan
yg paling siknifikan adalah naiknya biaya pemasaran
yang 20 % dan biaya pegawai 15% dari rencana, dan
jumlah kenaikan tersebut sama sekali tidak menaikkan
revenues, bahkan ada penurunan revenues 6 persen.
Akibatnya adalah turunnya bottom line earning sebesar
Rp 48 milyar atau 8 persen.
Komisaris/Ketua Komite
Remunerasi dan
Nominasi (Ko)
: Kenaikan biaya pegawai sebagian besar adalah kenaikan
jasa produksi yang ada di RKAP tanpa melihat pencapaian
target dan kenaikan gaji direksi. Kenaikan jasa produksi
yang dibagi sama rata pada karyawan sebaiknya ditinjau
ulang. Sedangkan gaji direksi memang masih dibawah
gaji rta-rata di pasar.
Direktur Utama (DU)
: Sejak awal saya paling tidak setuju jasa produksi
didasarkan pada RKAP, tapi harus didasarkan pada
pencapaian. Tapi Serikat Pekerja menentang perubahan
model jasa produksi dengan sistem merit. Kalau
penurunan revenues banyak disebabkan oleh dua
hal, pertama pergeseran pola konsumsi masyarakat
sehingga permintaan makanan siap saji kita turun
drastis permintaannya, kedua pembatalan kontrak oleh
pemerintah yang dipangkas dari APBN.
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
55
Direktur SDM (DS)
: Menambahkan apa yang dikemukakan Bapak Dirut
tadi, menurut sepengetahuan saya, karyawan kita
itu sudah overpayment. Pada perusahaan pesaing
yang penjualannya jauh lebih besar dari kita saja, gaji
karyawannya lebih rendah dari kita.
KU: Mengapa direksi tidak bisa negosiasi dengan Serikat Pekerja?
Diskusi tentang kinerja keuangan dan Sumber Daya Manuasia berlangsung satu jam
lebih. Selama dua tahun terakhir kinerja perusahaan tidak memuaskan. Pasar telah
memberi punishment dengan koreksi dengan turunnya harga saham 10 persen.
Diminta saudara diskusikan bagimana komisaris harus berperan dalam situasi
seperti ini? Baik peran dalam advising maupun supervising.
Rapat dilanjutkan pada jam 09.45 dengan agenda membahas masalah kerjasama
dengan departemen pertanian.
KU: Kami, dewan komisaris, baru saja menerima undangan penanda tanganan kerja
sama perusahaan kita dengan Departemen Pertanian. Kami tidak tahu sama sekali
prosesnya, tahu-tahu ada undangan itu.
KI: Kerjasama tersebut, setelah saya pelajari termasuk membuat jaringan bersama
penyebaran hasil pertanian dan pupuk, dengan biaya seluruhnya dibebankan perusahaan.
Menurut saya hasilnya belum jelas dan bukan core kita untuk didistribusi pupuk.
KU: Mengapa kami di Dekom tidak diajak membahasnya dulu?
DU: Kami di direksi beranggapan bahwa ini masalah oerasional teknis, jadi kami
beranggapan ini wilayah direksi.
KU: Ini masalah policy yang memerlukan ijin komisaris, bagaimana ini terjadi?
Diskusi tentang kerjasama ini berlangsung 60 menit dan berakhir dengan dispute.
Sekretaris komisaris dan komite pemantau risiko akan membahas dan akan melaporkan
pada komisaris secepatnya.
Diskusikan bagaimana seharusnya hubungan seperti ini disikapi baik oleh
Komisaris maupun direksi.
Rapat dilanjutkan dengan pembahasan fraud yang terjadi pada wilayah yang
merupakan tindakan yang dianggap penyalah gunakan wewenang dan penggelapan
uang perusahaan dan diputuskan untuk dilaporkan ke pihak yang berwajib. Rapat
diakhiri pada jam 12.3
56
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
KASUS 2
PT’Transportasi Cepat Indonesia TCI’ adalah perusahaan transportasi yang saham
nya dijual dipasar modal. Perusahaan ini telah beroperasi sejak tahun 1953. Sampai
dengan tahun 1980 an PT TCI merupakan perusahaan yang menguntungkan dan aset
serta penghasilannya tumbuh dengan baik. Pada akhir 1980an, pemerintah membuat
kebijakan deregulasi transportasi, baik daran , uadara, maupun laut. Sebagai akibat
atas kebijakan ini, maka persaingan dibidang bisnis transportasi menjadi sangat
tajam. PT’TCI” terkena imbas langsung atas kondisi bisnis dan regulasi ini, dan mulai
pertengahan tahun 1990an, PT TCI mulai menderita rugi terus menerus dan mulau
kesulitan likuiditas. Manajemen dihadapkan pada kondisi yang makin terpuruk dan
mulai menjalankan operasi dengan membangun hutang yang cukup siknifikan. Pada
awal awal tahun 2000, pemegang saham sudah mengganti direksi tiga kali. Direksi
terakhir ditunjuk pada awal tahun 2004.
Direksi baru mulai dengan strategi baru dengan membuat efisiensi biaya dan
perbaikan alat transportasinya. Pada awal tahun 2006 akuntan publik yang mengaudit
PT TCI menerbitkan hasil audit yang menyatakan bahwa laporan keuangan yang
disusun manajemen dengan informasi laba sebesar Rp 38 milyar mendapatkan opini
WAJAR TANPA PENGECUALIAN. Setelah laporan akuntan dipublikasikan, komisaris
independen yang juga ketua Komite Audit meminta anggota komite audit untuk
mereview hasil audit akuntan publik. Hasilnya adalah bahwa, menurut komisaris
independent laporan akuntan tersebut tidak benar. Menurut komisaris independen,
laporan laba rugi yang disusun manajemen seharusnya mengakui rugi sebesar Rp 8
milyar. Komisaris independen menyatakan hal tersebut secara terbuka, dan dimuat
dibeberapa media cetak.
Atas kejadian tersebut, maka timbul dispute antara manajemen dan akuntan publik,
disatu pihak, dan komisaris independen dipihak lain. Dispute ini berlarut-larut dan
menyebabkan operasi perusahaan terganggu.
Pertanyaan:
1. Tepatkah tindakan komisaris independen tersebut?
2. Bagaimanakah seharusnya sikap manajemen
3. bAGAIMANAKAH SEHARUSNYA MASALAH INI DIPECAHKAN?
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
57
58
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
Daftar Literatur:
Machfoedz, Mas’ud (1995).”Pergeseran Nilai Dan Pertanggung Jawaban Social
Perusahaan’ Kajian Bisnis No.4-1995
------------- (1997) The problem of contractual management-Paper for Asen Economic
Association”.Manila, Phillippines.
--------------(2003) “Akuntansi Management-6 Ed” BPFE-UGM
Machfoedz, M.,Slamet Sugiri.”Quality Earning and Impact of Earning Management.”
Dissertation for Doctoral, UGM, 2002
Machfoedz, M.,Nur Fadjrih Asjik.”Earning Management pada Employees Stock
Ownership Plan (ESOP).” Dissertation for Doctoral, UGM, 2005
Alijoyo, A., and Subarto Zaini.”Komisaris Independen.” Indeks, Jakarta, 2004
Harvard Business Review.”Corporate Governance.” Harvard Business School
Press, 2000
Kaen., Fred R.”A Blueprint for Corporate Governance-Strategy, Accountability, and
the Preservation of Shareholder Value.” Amacom, New York, 2003
Warner., Mark J.”Grade A Board.” Executive Excellent pp8, Sep 1997
Dunes, Patrick.”Staying on board.” Director pp 23-27, February 2001
Thomas., William.”The Rise and Fall of the Enron Empire.” The Ohio CPA Journal,
April-June 2002 pp.11-16
Australian Accountant.”Directors’ Duties.” Australian Accountant Issues, 1998,
pp24-28
Dimma.,A William.”Corporate Governance.” Executive Exellence.-Sept 1997 pp
7-9
Bellavance., Christian.”Governing corporations.” CAmagazine, August 2001 pp
2-4.
Santomero., Anthony M.”Corporate Governance and Responsibility.”Business
Review, Feb 2003 pp 1-5
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
59
Oliver Richard W.”The Board’s Role:Driver’s Seat or Rubber Stamp? Journal of
Business Strategy, July/Augut 2000 pp.7-11
Bhagat, Sanjai., Bernard Black.”The Non-Correlation Between Board Independence
and Long-Term Firm Performance.” Journal of Corporation Law, 2002 pp231-273.
Ramaswamy, Vinita. Corporate Governance and the Foensic Accountant. The CPA
Journal, March 2005 pp68-70.
Berghe, L.V dan Ridder, L.D. International Standardization of Good Corporate
Governance: Best Practices for the Boards of Directors. Boston: Kluwer academic
Publishers. 1999.
Bologna, jack dan Robert J. Lindquist. Fraud auditing and forensic accounting: new
tools and techniques. John Wiley & Sons, Inc. 1995
Fama, E dan Jensen, M, 1983. Agency Problems and Residual Claims. Journal of
Law and Economics. Vol.26. hal.327-350.
Brickley, J dan James, C, 1987. The Takeover Market, Corporate Board Composition
and Ownership Structure: The Case of Banking. Journal of Law and Economics.
Vol.30. hal.161-180.
Pfeffer, J, 1973. Size Composition and Functions of Hospital Boards of Directors: A
Study of Organization Environment Linkage. Administrative Science Quarterly. Vol.18.
hal.349-364.
McMullen, D.A. dan Raghunandan, K. 1996. “Enhanching Audit Committee
Effectiveness.” Journal of Accounting.
McMullen, D.A. 1996. “Audit Committee Performance: An Investigation of
the Consequences Associated with Audit Committes. “Auditing: A Journal of
Practice&Theory. Vol. 15. hal. 88-103.
Anderson, K.L., Deli, D.N., dan Gillian, S.T. 2003. “Board of directors, Audit
Committees, and the Information Content of Earnings.” Working Paper.
Bradburry, M.E.Mak, Y.T. dan Tan, S. M. 2004. “Board Characteristics, Audit
Committee Characteristics and Abnormal Accruals.” Working Paper.
Klien, A. 2002. “Audit Committee, Board of Director Characteristic, and Earnings
Management. Journal Accounting and Economics (33). Hal. 375-400.
Verschoor, C.C., 1993, “Benchmarking the audit committee,” Journal of Accountancy
176, 59-64.
60
BOARD DUTIES
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
Beasley, M., 1996. “An Empirical Analysis of the relation between the board of
director composition and financial statement fraud,” The Accunting Review, vol. 71,
pp. 443-465.
DeAngelo, L. 1981. Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting and
Economics: 113-127.
Francis, J.R., E.L. Maydew & H.C. Sparks. 1999. The Role of Big 6 Auditors in the
Credible Reporting of Accruals . Auditing: A Journal of Practice and Theory Vol.18:
17-34.
Forum for Corporate Governance in Indonesia. “Peranan Dewan Komisaris dan
Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan).”
Seri tata kelola perusahaan. Jilid II. Edisi 2.
Adams, Renee B dan Daniel Ferreire. 2005. A Theory of Friendly Board. ECGI
Working Papers Series in Finance.
Persons, Obewa S. 2006. Corporate Governance and Non-Financial Reporting Fraud.
Journal of Business & Economics Studies. Vol 12 No. 1 Spring 2006.
Marciukaityle, Daila., Samuel H Szewczyk, Hatice Uzun, dan Raj Varma. 2006.
Governance and performance Changes after Accusation of Corporate Fraud. Financial
Analyst Journal. Vol 62 No.3.
LEMBAGA KOMISARIS DAN DIREKTUR INDONESIA
BOARD DUTIES
61
Download