INVESTASI LEWAT BARANG KOLEKSI Oleh: Safir Senduk Dikutip dari Tabloid NOVA No. 715/XIV Ke mana saja Anda pernah berinvestasi? Pertanyaan itu mungkin mudah sekali untuk Anda jawab. Yang pasti, saya rasa tabungan di bank pernah Anda jadikan tempat untuk berinvestasi. Tabungan? Bukankah tabungan adalah tempat menyimpan uang saja, dan bukan untuk investasi? Oh, tidak begitu menurut saya. Tabungan di Bank, selain tempat untuk menyimpan dana Anda sehari-hari, sebetulnya juga bisa Anda jadikan tempat berinvestasi. Jadi ada dua macam kegunaan orang dalam menggunakan tabungan di bank, pertama sebagai tempat menyimpan uang untuk kebutuhan dana sehari-hari, dan yang kedua adalah sebagai tempat investasi. Tergantung yang mana yang Anda pilih. Pendeknya, segala macam tempat yang bisa Anda taruh sejumlah dana dan bisa mendapatkan hasil investasi dari situ (baik berupa bunga maupun selisih harga jual dan beli), maka Anda layak menyebutkannya sebagai sebuah produk investasi. Termasuk produk tabungan di bank sekalipun. Apa lagi selain tabungan? Ada deposito. Deposito juga merupakan produk investasi yang mungkin sering Anda gunakan untuk membiakkan uang Anda, karena deposito dianggap sebagai produk yang sangat aman sepanjang bank Anda tidak bangkrut dan uang Anda dijamin. 1 Tapi, selain tabungan dan deposito yang memang sudah populer, pernahkah Anda berpikir untuk berinvestasi ke dalam barangbarang koleksi? Barang-barang koleksi? Wah, jenis investasi apa lagi itu? Begitu mungkin Anda bertanya. Barang-barang koleksi adalah sebutan bagi barang-barang yang umumnya sering dikoleksi orang. Kenapa orang mau mengoleksinya? Sederhana saja. Salah satu sebabnya adalah karena barang-barang tersebut dianggap memiliki nilai khusus. Apa saja contoh barang yang dianggap memiliki nilai khusus itu? Oh, banyak sekali. Contoh salah satunya yang paling sering kita lihat adalah perangko. Memiliki Nilai Seni Tersendiri Ngomong-ngomong soal perangko, saya yakin hampir semua dari Anda tahu apa itu perangko. Bagi Anda yang rajin mengirim surat (termasuk mengirim surat ke NOVA), paling tidak pastilah menggunakan perangko. Kalau Anda perhatikan, perangko terdiri dari berbagai macam terbitan. Entah itu terbitan tahun 50-an, 60an, 70-an, sampai tahun 2000 pun juga ada. Masing-masing terbitan memiliki tampilannya sendiri-sendiri. Namun demikian, kebanyakan perangko memiliki tampilan berupa gambar atau lukisan. Dengan demikian, melihat perangko sama ibaratnya seperti kita melihat lukisan dalam ukuran kecil. Karena itulah banyak sekali orang yang memutuskan untuk mengoleksi perangko, mengingat gambar-gambar yang ada di perangko memiliki nilai seni tersendiri sehingga orang-pun betah berlamalama untuk melihat dan menikmati gambarnya. 2 Apa lagi selain perangko? Lukisan...! lukisan juga memiliki nilai seni tersendiri bukan? Ada banyak sekali orang yang mengkoleksi lukisan, dan semuanya berasal dari berbagai macam harga, ada yang ratusan ribu, jutaan hingga puluhan juta rupiah. Apa lagi? Tidak harus barang-barang yang bergambar seperti perangko dan lukisan yang merupakan barang-barang yang memiliki nilai seni. Ada juga barang-barang yang dikoleksi karena memiliki bentuk dan tampilan khusus dan itu tidak harus berupa gambar. Pendeknya, segala macam barang yang memiliki nilai seni tersendiri bisa dijadikan barang-barang koleksi. Memiliki Nilai Bersejarah Selain barang yang memiliki nilai seni tersendiri, ada juga barangbarang yang dikoleksi karena barang-barang tersebut memiliki nilai yang dianggap bersejarah. Contohnya adalah barang-barang peninggalan proklamator kemerdekaan kita. Wah, sering lho ada barang-barang koleksi Bung Karno yang diperjualbelikan di pasar bebas dengan harga yang luar biasa tingginya. Padahal barang tersebut mungkin sederhana saja, bisa berupa pulpen, buku, lemari, atau apa saja. Akan tetapi karena barangbarang tersebut tadinya dimiliki oleh Bung Karno sebagai tokoh yang sangat bersejarah, barang-barang tersebut seringkali menjadi rebutan para kolektor dan sering berpindah tangan dengan harga yang makin lama makin tinggi. Jadi sekali lagi, selain karena adanya nilai seni tersendiri, tindakan mengkoleksi barang seringkali disebabkan karena barang-barang tersebut dianggap memiliki nilai bersejarah. 3 Memiliki Usia Sangat Tua Selain itu, pengoleksian barang sering juga didasarkan karena umurnya. Banyak orang yang mengoleksi barang karena barang tersebut memiliki usia yang cukup tua. Bahkan, makin tua usia barang tersebut, bisa jadi akan makin mahal harga barang tersebut. Apa contoh barang-barang yang dikoleksi karena usianya? Beberapa diantaranya adalah guci antik, meja antik, kursi antik, dan lain sebagainya. Namun demikian perlu diketahui bahwa tidak semua barang-barang yang berusia tua memiliki nilai khusus dan dikoleksi oleh orang banyak, mengingat bahwa itu semua sangat tergantung pada persepsi orang terhadap barang tersebut. Karenanya, dari beberapa macam anggapan terhadap nilai khusus tersebut, dibawah ini adalah contoh barang-barang yang bisa dikoleksi: • Barang-barang seni (lukisan, patung) • Barang-barang kerajinan (keramik, batik) • Barang-barang aksesori (arloji) • Barang-barang perhiasan (kalung, gelang) • Barang-barang sejarah (benda peninggalan) Jadi pada prinsipnya, hampir semua barang bisa dikoleksi. Nah, barang-barang koleksi inilah yang bisa dijadikan investasi. BEDA KOLEKTOR DAN INVESTOR 4 Investasi? Lho, jadi apa bedanya melakukan investasi dengan mengoleksi? Jelas beda. Di sini saya ingin memperkenalkan Anda kepada sebutan Kolektor dan Investor : "Kolektor" adalah sebutan bagi orang yang gemar mengoleksi barang tertentu. Tujuannya mengoleksi barang adalah (mungkin) untuk kepuasan batin, gengsi, dianggap memiliki selera yang baik, atau apa pun itu. Seorang kolektor membeli barang untuk dimiliki kalau bisa selamanya. Sedangkan "Investor" adalah sebutan bagi orang yang mengoleksi barang hanya untuk dijual lagi demi mendapatkan keuntungan. Jadi, kalau kolektor membeli barang untuk dimiliki, sedangkan investor membeli barang untuk kemudian kelak bisa dijual kembali, bisa kepada kolektor atau sesama investor juga. Pendeknya, seorang kolektor adalah pembeli, sedangkan investor adalah orang yang berinvestasi. Bila Anda tertarik untuk berinvestasi ke dalam barang-barang koleksi, di bawah ini adalah tips yang mungkin perlu Anda ketahui : 1. Berinvestasilah ke dalam barang-barang yang memang Anda kenal dan kuasai seluk beluknya. Dengan demikian, Anda bisa tahu dengan pasti tentang segala macam hal yang menyangkut barang-barang koleksi Anda, seperti berapa harga pantasnya, ke mana bisa menjualnya, di mana bisa membelinya, dan seterusnya. 2. Jangan jatuh cinta pada barang koleksi Anda. Bila Anda jatuh cinta pada barang koleksi Anda, bisa-bisa Anda akan berat hati bila ingin menjualnya kembali. Padahal bila Anda adalah 5 seorang investor, Anda toh harus menjual barang koleksi Anda kembali untuk mendapatkan keuntungan kan? INVESTASI MAHAL? Banyak orang beranggapan bahwa investasi pada barang-barang koleksi adalah investasi yang tergolong mahal. Pernyataan itu tidak selalu benar. Jangan lupa bahwa setiap barang memiliki harga awal-nya sendiri. Sebuah perangko terbitan tahun 2000 yang sekarang ini berharga katakan Rp 1.000 dan sudah dipakai, bisa jadi 10 atau 20 tahun kelak menjadi barang koleksi yang bisa diperjualbelikan dengan harga ratusan ribu rupiah. Jadi pertanyaannya sekarang, pada harga berapa Anda membeli barang koleksi tersebut? Pada harga awalnya (ketika dia masih "murah"), atau pada harga yang memang sudah tinggi? Sekarang, bagaimana dengan barang-barang di sekitar Anda? Bisa jadi barang-barang yang tadinya Anda pikir biasa saja, 10 atau 20 tahun kemudian menjadi tinggi sekali harganya karena barang tersebut memiliki nilai keindahan yang luar biasa. Siapa tahu? Jadi, pasang mata dan telinga Anda, siapa tahu ada barang-barang tertentu di sekitar Anda yang nantinya bisa berharga tinggi. Dan yang jelas, investasi pada barang-barang koleksi tidak selalu merupakan investasi mahal, karena hal itu sangat bergantung pada harga berapa Anda membeli barang tersebut, apakah ketika harganya masih murah atau sudah mahal. Selamat berinvestasi pada barang-barang koleksi. 6