BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini persaingan antar perusahaan semakin ketat. Persaingan yang ketat tidak hanya di perusahaan manufaktur tetapi juga pada perusahaan jasa. Semakin berkembangnya pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta membuat perusahaan jasa terutama yang bergerak di bidang pariwisata dan perhotelan menjadi semakin berkembang pesat. Hal ini menjadi peluang besar bagi para pelaku bisnis dalam mengembangkan usaha perhotelan. Menurut Istidjab M. Danunegoro sebagai Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, hingga saat ini jumlah hotel di wilayah Yogyakarta tercatat sebanyak 1.160 hotel. Sebanyak 60 di antaranya merupakan hotel berbintang dengan 6.000-an kamar dan 1.100 hotel lainnya merupakan hotel kelas Melati dengan 12.660 kamar (Tribun Jogja, 2013). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta, jumlah hotel khusus di Yogyakarta hingga awal 2014 tercatat 339 hotel yang terdiri dari 43 hotel bintang dan 356 hotel nonbintang (Antaranews, 2014). Hal ini disadari oleh para pelaku bisnis untuk bisa terus bertahan dalam persaingan memperebutkan konsumen. Informasi akuntansi manajemen dapat membantu manajer dalam mengidentifikasi masalah, menyelesaikan masalah, serta mengevaluasi kinerja perusahaan. Informasi akuntansi manajemen dibutuhkan dan dipergunakan dalam semua tahap manajemen, termasuk perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan (Hansen & Mowen, 2006). Salah satu peran utama sistem informasi 1 2 akuntansi manajemen adalah menyediakan informasi yang memudahkan proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan adalah proses manajemen dalam usaha untuk membuat pilihan rasional di antara beberapa alternatif (Supriyono, 1993). Salah satu informasi yang bersifat internal dan sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan bagi manajemen adalah informasi biaya. Dalam penentuan harga jual suatu produk/jasa, biaya juga menjadi faktor penting. Biaya adalah pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi atau menghasilkan suatu barang atau jasa. Biaya tersebut disebut sebagai biaya harga pokok atau harga pokok produksi (Mulyadi, 2005). Penentuan harga jual umumnya merupakan pengambilan keputusan menyangkut masa yang akan datang dan dalam jangka panjang harga jual tersebut harus cukup untuk menutupi biaya produksi/penyediaan jasa dan non produksi/penyediaan jasa. Akuntansi biaya tradisional saat ini tidak cocok lagi digunakan dalam perusahaan yang memiliki persaingan sangat ketat. Hal ini karena informasi yang dihasilkan oleh akuntansi biaya tradisional tidak lagi akurat dalam pembebanan biaya yang mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan sehingga terjadi overcosting/undercosting terhadap produk/jasa yang disediakan. Perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu produk/jasa akan mengalami kesulitan untuk menyajikan biaya produksi yang akurat dengan metode akuntansi tradisional karena metode akuntansi tradisional hanya membebankan biaya overhead berdasarkan unit produksi dari setiap produk/jasa sedangkan setiap produk/jasa mengkonsumsi sumber daya yang berbeda-beda. 3 Pembebanan biaya tidak langsung yang tidak akurat pada sebuah perusahaan dapat diatasi dengan menggunakan activity based costing (ABC). Menurut Mulyadi (2007) activity based cost system adalah sistem informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap tentang aktivitas yang mememungkinkan personal perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Activity based costing dikembangkan untuk menjawab keterbatasan metode konvensional dari kebutuhan manajemen akan informasi cost of good manufactured yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya secara akurat. Penerapan activity based costing akan relevan bila biaya tidak langsung merupakan biaya yang paling dominan dan multiproduk (Martusa & Mariam, 2012). Activity based cost system (ABCS) membebankan activity costs ke produk/jasa disamping menggunakan unit level activity driver, juga menggunakan batch related activity driver, product related activity driver, dan/atau facility sustaining activity driver. Dengan menggunakan berbagai macam activity driver untuk membebankan activity cost ke produk/jasa, biaya yang dibebankan menjadi lebih akurat. Hal ini karena dapat mencerminkan konsumsi yang bervariasi pada setiap aktivitas untuk menghasilkan produk/jasa yang disebabkan oleh tingkat kebutuhan customer yang bervariasi juga. Kompleksitas sistem activity-based costing menyebabkan mengapa konsep ini tidak didukung penerapannya dalam perusahaan. Kaplan & Anderson (2004 & 2007) mengembangkan time driven activity based costing (TDABC) untuk menyelesaikan masalah tersebut. Time driven activity based costing memberikan kemudahan dalam mengimplementasikan metode tersebut, lebih akurat, dan lebih sederhana untuk 4 diterapkan. Activity based costing terdapat 2 tahap yaitu (1) pembebanan sumber daya ke aktivitas, dan (2) pembebanan aktivitas ke produk/jasa sedangkan time driven activity based costing hanya membebankan sumber daya langsung ke produk/jasa. Untuk menerapkan activity based costing pada suatu perusahaan, setidaknya harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu produk/jasa yang dihasilkan bermacam-macam, biaya tidak langsung lebih besar dibandingkan biaya langsung, dan ketatnya persaingan di industri yang perusahaan berada. Persyaratan tersebut sesuai dengan kondisi The Sahid Rich Jogja Hotel. The Sahid Rich Jogja Hotel merupakan salah satu hotel yang berada di Yogyakarta. Selain menyediakan kamar, hotel tersebut memiliki pelayanan lain, seperti paket meeting, paket seminar, paket pernikahan, dan juga penyewaaan ruangan maupun gedung. Selain itu karakteristik yang menguatkan alasan pemilihan The Sahid Rich Jogja Hotel sebagai objek penelitian adalah ketatnya persaingan dalam industri perhotelan di daerah Yogyakarta. Informasi biaya terkait setiap jasa yang disediakan disajikan secara keseluruhan sehingga sulit untuk mengetahui kinerja dari setiap jasa yang disediakan. Harga jual jasa Hotel ditentukan oleh kantor pusat (Sahid Group), meskipun demikian The Rich Sahid Jogja harus mengetahui kontribusi setiap jasa terhadap laba sehingga pengambilan keputusan menjadi lebih baik. Alasan ini mendorong penulis untuk meneliti Perbandingan Penerapan Akuntansi Biaya Tradisional, Activity Based Costing, dan Time Driven Activity Based Costing. 5 1.2 Rumusan Masalah Persaingan bisnis perhotelan di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami perkembangan yang sangat pesat, terbukti dengan banyaknya pembangunan hotel setiap tahun atau bahkan setiap bulan. Masalah yang dihadapi oleh perusahaan adalah perusahan tidak mengetahui unit cost dari setiap jasa yang dihasilkan sehingga perusahaan tidak mengetahui secara pasti apakah harga yang telah ditetapkan overcosting atau undercosting. Untuk mampu bersaing, perusahaan harus mengetahui unit cost jasa yang dihasilkan sehingga tidak salah dalam pengambilan keputusan harga jual dimana akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan kedepan. 1.3 Pertanyaan Penelitian Penelitian ini mengajukan 3 pertanyaaan riset yang akan diteliti : 1. Berapakah biaya yang sesunguhnya dikeluarkan oleh hotel untuk melayani konsumen per malam untuk setiap tipe kamar dan fasilitasfasilitas lain untuk setiap orang dengan metode akuntansi biaya tradisional? 2. Berapakah biaya yang sesunguhnya dikeluarkan oleh hotel untuk melayani konsumen per malam untuk setiap tipe kamar dan fasilitasfasilitas lain untuk setiap orang dengan metode activity based costing? 3. Berapakah biaya yang sesunguhnya dikeluarkan oleh hotel untuk melayani konsumen per malam untuk setiap tipe kamar dan fasilitasfasilitas lain untuk setiap orang dengan metode time driven activity 6 based costing? 4. Metode manakah yang paling akurat dalam penentuan biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh hotel untuk melayani konsumen per malam untuk setiap tipe kamar dan fasilitas- fasilitas lain? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian yang akan dilakukan diharapkan memberikan tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui biaya yang sesunguhnya dikeluarkan oleh hotel untuk melayani konsumen per malam untuk setiap tipe kamar dan fasilitasfasilitas lain untuk setiap orang dengan metode akuntansi biaya tradisional. 2. Mengetahui biaya yang sesunguhnya dikeluarkan oleh hotel untuk melayani konsumen per malam untuk setiap tipe kamar dan fasilitasfasilitas lain untuk setiap orang dengan metode activity based costing 3. Mengetahui biaya yang sesunguhnya dikeluarkan oleh hotel untuk melayani konsumen per malam untuk setiap tipe kamar dan fasilitasfasilitas lain untuk setiap orang dengan metode time driven activity based costing. 4. Untuk mengetahui perbandingan penerapan untuk setiap metode yang digunakan. 7 1.5 Motivasi Penelitian Penelitian ini dilakukan karena pesatnya pembangunan hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta yang membuat persaingan bisnis perhotelan menjadi ketat. Semakin ketatnya persaingan usaha membuat para pelaku bisnis melakukan segala cara untuk mendapatkan konsumen sebanyak-banyaknya. Hal tersebut dilakukan dengan cara menambah fasilitas pelayanan hotel, memberikan kerja sama dalam bentuk potongan harga, dan menurunkan harga jual. Untuk dapat melakukan ke tiga hal tersebut maka perusahaan harus mengetahui unit cost dari setiap pelayanan yang diberikan sehingga dalam penentuan harga jual menjadi lebih tepat. Selain itu, penelitian ini memberikan pemahaman tentang pengembangan konsep activity based costing yang baru yaitu time driven activity based costing dan perbedaan dari penerapan metode akuntansi tradisional, activity based costing, dan time driven activity based costing pada perusahaan. 1.6 Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi : 1. Bagi perusahaan, mampu mengevaluasi harga jual yang telah ditetapkan sehingga perusahaan mampu bersaing dalam persaingan bisnis perhotelan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang semakin ketat. 2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan memberikan tambahan pengetahuan dalam penerapan activity based costing dan time driven activity based costing dalam kaitannya dengan penentuan unit cost pada perusahaan jasa serta memperoleh pemahaman konsep time driven activity 8 based costing yang masih baru dan belum banyak diteliti. 1.7 Proses Penelitian Tahapan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : 3. Pondasi Teoretikal Penelitian Studi Kasus 2. Tujuan Penelitian 1. Pertanyaan Penelitian 4. Model Penelitian Studi Kasus 5. Temuan dan Analisis Sumber : Pedoman Umum Penulisan Tesis (Program Maksi UGM, 2015) Gambar 1.1 Proses Penelitian Studi Kasus 1.8. Sistematika Penulisan Hasil penelitian digunakan untuk memudahkan dalam mengkomunikasikan, maka peneliti menyusun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, proses penelitian, dan sistematika pembahasan. BAB II: TINJAUAN LITERATUR Bab ini menjelaskan mengenai teori yang digunakan dalam penyusunan hipotesis dan model penelitian. 9 BAB III: LATAR BELAKANG KONTEKSTUAL PENELITIAN STUDI KASUS Bagian ini menguraikan mengenai objek penelitian yang diteliti. BAB IV: RANCANGAN PENELITIAN STUDI KASUS Bagian ini menguraikan mengenai metode dan alasan menggunakan metode penelitian kuantitatif, subjek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik menganalisis data. BAB V: ANALISIS DATA Bagian ini menjelaskan analisis dan diskusi mengenai temuan hasil penelitian yang akan menjawab pertanyaan penelitian. BAB VI: PENUTUP Bagian ini berisi simpulan dari analisis permasalahan yang ada. Bab ini juga membahas keterbatasan penelitian dari sudut pandang keilmuan dan efektivitas penelitian ini menjawab permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, bab ini juga akan memberikan informasi dan saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak lembaga dan akademisi.