GANGUAN KESPRO INFERTILITAS

advertisement
MATA KULIAH
Kesehatan Reproduksi
WAKTU
DOSEN
IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes
TOPIK
Masalah Gangguan Pada Kesehatan
Reproduksi Dan Upaya
Penanggulangannya
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
1
SUB TOPIK
1. Infertilitas
2. Seksual Transmited Desease (STD)/ Infeksi menular
seksual
OBJEKTIF PERILAKU MAHASISWA
Setelah perkuliahan ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang:
1.
Infertilitas
2.
Seksual Transmited Desease (STD)/ Infeksi menular seksual
REFERENSI
1.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan
2.
Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area
EGC Jakarta.
3.
Masyarakat, 1996, “Kesehatan Reproduksi di Indonesia”, Jakarta.
4.
Mohamad, Kartono, 1998, “Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi”,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
5.
Perkumpulan
Keluarga
Berencana
Indonesia,
PPK-UGM,
dan
Ford
Foundation, 1995, “Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan
bahasa Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,
Yogyakarta.
6.
Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, “Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan
Ketimpangan Gender”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
7.
Wattie, Anna Marie,1996, “Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian
dan implikasi”, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
8.
Wattie, Anna Marie, 1996. “Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan
Kesehatan Reproduksi”, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.
9.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial, Jakarta.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
2
1. INFERTILITAS
adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk mencapai kehamilan setelah
selama 1 tahun melaksanakan hubungan seksual secara teratur dan tidak
menggunakan alat kontrasepsi.
Infertilitas primer
adalah istilah yang digunakan jika pasangan suami istri sama sekali belum pernah
memiliki anak. Jika sebelumnya pasangan suami istri pernah memiliki anak (minimal
1 kali
kehamilan), tetapi
kehamilan berikutnya
belum
berhasil
dicapai,
Penyebab
a. faktor pria
1. Masalah pada sperma : Pada pria dewasa, sperma dibuat terus menerus di
dalam
testis
(buah
zakar).
Proses
pembuatan
sperma
disebut
spermatogenesis.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
3
Sel yang belum terspesialisasi memerlukan waktu sekitar 72-74 hari untuk
berkembang menjadi sel sperma yang matang. Dari testis kiri dan kanan,
sperma bergerak ke dalam epididimis (suatu saluran berbentuk gulungan
yang terletak di puncak testis menuju ke testis belakang bagian bawah) dan
disimpan di dalam epididimis sampai saat terjadinya ejakulasi.
Dari
epididimis, sperma bergerak ke vas deferens dan duktus ejakulatorius. Di
dalam duktus ejakulatorius, cairan yang dihasilkan oleh vesikula seminalis
ditambahkan pada sperma dan membentuk semen, yang kemudian
mengalir menuju ke uretra dan dikeluarkan ketika ejakulasi.
Kesuburan seorang pria ditentukan oleh kemampuannya untuk mengantarkan
sejumlah sperma yang normal ke dalam vagina wanita.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses tersebut sehingga bisa terjadi
kemandulan:
a. Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat
panas yang berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma,
berkurangnya pergerakan sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang
abnormal di dalam semen. Pembentukan sperma yang paling efsisien adalah
pada suhu 33,5 (lebih rendah dari suhu tubuh). Testis bisa tetap berada pada
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
4
suhu tersebut karena terletak di dalam skrotum (kantung zakar) yang berada
diluar rongga tubuh. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah
pemakaian marijuana atau obat-obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan
nitrofurantoin).
b. Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens
(kiri dan kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk sperma sama
sekali.
Jika di dalam semen tidak terdapat fruktosa (gula yang dihasilkan oleh vesikula
seminalis) berarti tidak terdapat vas deferens atau tidak terdapat vesikula
seminalis atau terdapat penyumbatan pada duktus ejakulatorius.
c. Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada
kemandulan pria. Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum.
Varikokel bisa menghalangi pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju
pembentukan sperma.
d. Ejakulasi retrograd terjadi jika semen mengalir melawan arusnya, yaitu semen
mengalir ke dalam kandung kemih dan bukan ke penis. Kelainan ini lebih
sering ditemukan pada pria yang telah menjalani pembedahan panggul
(terutama pengangkatan prostat) dan pria yang menderita diabetes. Ejakulasi
retrograd juga bisa terjadi akibat kelainan fungsi saraf.
2. Impotensi
3. Kekurangan hormon
4. Polusi lingkungan.
5. Pembentukan jaringan parut akibat penyakit menular seksual.
b. Faktor wanita:
1. Jaringan parut akibat penyakit menular seksual atau endometriosis.
2. Disfungsi ovulasi (kelainan pada proses pelepasan sel telur oleh ovarium/sel
telur).
Ovulasi
adalah
pelepasan
sel
telur
dari
ovarium
(indung
telur).
Ovulasi biasanya terjadi 14 hari sebelum menstruasi hari pertama.
Sel telur yang dilepaskan ini siap dibuahi oleh sperma yang berasal dari pria.
Jika seorang wanita memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur atau tidak
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
5
mengalami menstruasi (amenore), maka dicari terlebih dahulu penyebabnya
lalu
dilakukan
Kadang
ovulasi
pengobatan
tidak
untuk
terjadi
merangsang
akibat
tidak
terjadinya
dilepaskannya
ovulasi.
GnRH
(donadotropin-releasing hormone) oleh hipotalamus.
3. Kelainan hormon.
4. Kekurangan gizi.
5. Kista ovarium.
6. Infeksi panggul.
7. Tumor.
8. Kelainan lendir servikal (lendir reher rahim). Lendir pada serviks bertindak
sebagai penyaring yang menghalangi masuknya bakteri dari vagina ke dalam
rahim. Lendir ini juga berfungsi memperpanjang kelangsungan hidup sperma.
Lendir pada serviks adalah kental dan tidak dapat ditembus oleh sperma
kecuali pada fase folikuler dari siklus menstruasi. Selama fase folikuler,
terjadi peningkatan hormon estradiol sehingga lendir lebih jernih dan elastis
dan bisa ditembus oleh sperma. Selanjutnya sperma menuju ke rahim lalu ke
tuba falopii dan terjadilah pembuahan di tuba falopii.
9. Kelainan sistem pengangkutan dari leher rahim ke tuba falopii (saluran telur).
10. Kelainan pada tuba falopii. Bisa terjadi kelainan struktur maupun fungsi tuba
falopii.
Penyebab yang utama adalah:
- Infeksi Endometriosis
- Pengikatan tuba pada tindakan sterilisasi.
Selain faktor yang berhubungan dengan usia, risiko infertilitas juga meningkat
pada:
1.
Berganti-ganti pasangan seksual (karena meningkatkan resiko terjadi penyakit
menular seksual)
2.
Penyakit menular seksual
3.
Pernah menderita penyakit peradangan panggul (setelah menderita penyakit
ini, 10-15% wanita menjadi mandul)
4.
Pernah menderita orkitis atau epididimitis (pria)
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
5.
Gondongan (pria)
6.
Varikokel (pria)
7.
Pemaparan DES (dietil stilbestrol) (pria maupun wanita)
8.
Siklus menstruasi anovulatoir
9.
Endometriosis
10.
Kelainan pada rahim (mioma) atau penyumbatan leher rahim
11.
Penyakit menahun (misalnya diabetes
6
Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan fisik dan pengumpulan riwayat kesehatan dari suami dan
istri.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah:
1.
Analisa semen untuk menilai volume dan kekentalan semen serta menilai
jumlah, pergerakan, kecepatan pergerakan dan bentuk sperma.
2-3 hari
sebelum menjalani pemeriksaan ini, suami tidak boleh melakukan ejakulasi.
2.
Pengukuran suhu tubuh basal. Setiap pagi, sebelum beranjak dari tempat tidur,
dilakukan pengukuran suhu tubuh wanita, jika terjadi peningkatan sebesar 0,51O Celsius berarti sedang terjadi ovulasi.
3.
Memperhatikan perubahan pada lendir servikal. Pada fase ovulatoir, lendir
menjadi basah, elastis dan licin.
4.
Postcoital test (PCT). PCT dilakukan untuk menilai interaksi antara sperma
dan lendir servikal dengan cara menganalisa lendir servikal yang dikumpulkan
dalam waktu 2-8 jam setelah melakukan hubungan seksual. Tes ini dilakukan
pada pertengahan siklus menstruasi yaitu pada saat estradiol mencapai kadar
tertinggi dan pada saat terjadi ovulasi. Dalam keadaan normal, lendir servikal
adalah jernih dan bisa diregangkan sepanjang 7,6-10 cm tanpa terputus. Bila
dilihat dengan mikroskop, lendir tampak seperti pohon pakis.
5.
Kadar progesteron serum.
6.
Biopsi endometrium
7.
Biopsi testis (jarang dilakukan)
8.
Kadar LH (luteinizing hormon) untuk memperkirakan saat ovulasi dan
membantu menentukan waktu untuk melakukan hubungan seksual.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
7
9.
Progestin challenge
10.
Kadar hormon pada suami dan istri.
11.
Histerosalpingografi (HSG) untuk menilai sistem transport dari serviks melalui
rahim sampai ke tuba falopii.
12.
Histeroskopi.
13.
Laparoskopi untuk melihat rongga panggul.
14.
Pemeriksaan panggul (pada wanita) untuk menentukan adanya kista atau tidak.
Prognosis
Sekitar
85-90%
kasus,
kemungkinan
penyebabnya
bisa
diketahui.
Pengobatan yang tepat (tidak termasuk teknik modern seperti fertilisasi in vitro)
memungkinkan terjadinya kehamilan pada 50-60% pasangan yang sebelumnya
didiagnosis mengalami kemandulan.
Tanpa pengobatan, 15-20% kasus pada
akhirnya akan mengalami kehamilan.
Pencegahan
Infertilitas seringkali disebabkan oleh penyakit menular seksual, karena itu
dianjurkan untuk menjalani perilaku seksual yang aman guna meminimalkan resiko
kemandulan di masa yang akan datang. Penyakit menular seksual yang paling sering
menyebabkan kemandulan adalah gonore dan klamidia. Kedua penyakit ini pada
awalnya mungkin tidak menunjukkan gejala dan gejala baru timbul setelah terjadinya
penyakit
peradangan
panggul
atau
salpingitis.
Peradangan
menyebabkan
pembentukan jaringan parut pada tuba falopii lalu terjadi penurunan kesuburan,
kemandulan absolut atau kehamilan di luar kandungan.
Immunisasi
gondongan
telah
terbukti
komplikasinya pada pria (orkitis).
mampu
mencegah
gondongan
dan
Kemandulan akibat gondongan bisa dicegah
dengan menjalani immunisasi gondongan. Beberapa jenis alat kontrasepsi memiliki
resiko kemandulan yang lebih tinggi (misalnya IUD). IUD tidak dianjurkan untuk
dipakai pada wanita yang belum pernah memiliki anak.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
8
Sebelum memutuskan memilih jenis teknik perawatan untuk masalah infertilitas atau
ketidaksuburan, sebaiknya Anda bertanya secara lebih dalam kepada ahli medis yang
menangani masalah Anda. Tanyakan apa saja kerugian dan keuntungan dari masingmasing teknik untuk Anda maupun pasangan. Serta tanyakan berbagai risiko yang
bisa terjadi bagi Anda dan pasangan. Beberapa jenis teknik perawatan untuk masalah
ketidaksuburan atau infertilitas yang memiliki tingkat keberhasilan cukup tinggi di
antaranya yaitu:
Tekhnik reproduksi buatan
a.
Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan atau artificial insemination (sering disingkat sebagai AI)
dilakukan dengan memasukkan cairan semen yang mengandung sperma dari
pria ke dalam organ reproduksi wanita tanpa melalui hubungan seks atau bukan
secara alami. Cairan semen yang mengandung sperma diambil dengan alat
tertentu dari seorang suami kemudian disuntikkan ke dalam rahim isteri
sehingga
terjadi
menganjurkan
pembuahan
inseminasi
dan
buatan
kehamilan.
sebagai
Biasanya
langkah
dokter
pertama
akan
sebelum
menerapkan terapi atau perawatan jenis lainnya.
b.
GIFT (Gamete Intrafallopian Transfer)
GIFT yang merupakan singkatan dari Gamete Intrafallopian Transfer
merupakan teknik yang mulai diperkenalkan sejak tahun 1984. Tujuannya
untuk menciptakan kehamilan. Prosesnya dilakukan dengan mengambil sel
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
9
telur dari ovarium atau indung telur wanita lalu dipertemukan dengan sel
sperma pria yang sudah dibersihkan. Dengan menggunakan alat yang bernama
laparoscope, sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan tersebut
dimasukkan ke dalam tuba falopi atau tabung falopi wanita melalui irisan kecil
di bagian perut melalui operasi laparoskopik. Sehingga diharapkan langsung
terjadi pembuahan dan kehamilan.
c.
IVF (In Vitro Fertilization)
IVF atau In Vitro Fertilization dikenal juga sebagai prosedur bayi tabung.
Mula-mula sel telur wanita dan sel sperma dibuahi di media pembuahan di luar
tubuh wanita. Lalu setelah terjadi pembuahan, hasilnya yang sudah berupa
embrio dimasukkan ke dalam rahim melalui serviks
d.
ZIFT (Zygote Intrafallopian Transfer)
ZIFT atau Zygote Intrafallopian Transfer merupakan teknik pemindahan zigot
atau sel telur yang telah dibuahi. Proses ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan sel telur dari indung telur seorang wanita lalu dibuahi di luar
tubuhnya. Kemudian setelah sel telur dibuahi, dimasukkan kembali ke tuba
falopi atau tabung falopi melalui pembedahan di bagian perut dengan operasi
laparoskopik. Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik IVF dan GIFT.
e.
ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection)
ICSI atau Intracytoplasmic Sperm Injection dilakukan dengan memasukkan
sebuah sel sperma langsung ke sel telur. Dengan teknik ini, sel sperma yang
kurang aktif maupun tidak matang dapat digunakan untuk membuahi sel telur.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
10
2. SEKSUAL TRANSMITED DESEASE (STD) /
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
Penyakit kelamin sudah lama dikenal di beberapa negara, terutama yang
paling populer di antaranya adalah Sifilis dan Gonorrhoe. Dengan semakin majunya
ilmu pengetahuan, makin banyak juga ditemukan jenis-jenis penyakit baru, sehingga
istilah Penyakit Kelamin yang dulu banyak disebut sudah dianggap tidak sesuai lagi
dan diubah menjadi Seksually Transmited Disease (STD) atau Penyakit Menular
Seksual (PMS). Karena pada kenyataanya penyakit-penyakit tersebut tidak hanya
mengenai juga organ-organ yang lain.Dari tahun ke tahun insiden PMS bisa
dikatakan semakin meningkat, terbukti dari data yang diperoleh terlihat setiap tahun
tidak kurang dari 250 kasus baru ditemukan dan dari jumlah tersebut 30-50%
merupakan penyakit-penyakit yang tergolong PMS. Peningkatan Insident tersebut
secara tidak langsung juga terjadi karena semakin banyaknya kelompok perilakuperilaku berisiko tinggi, seperti : anak-anak usia remaja, PSK (Pekerja Seks
Komersial), pecandu narkotika, kaum homoseksual, dll.
A.
Defenisi PMS
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah : Suatu gangguan/ penyakit-penyakit
yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak atau hubungan seksual.
Pertama sekali penyakit ini sering disebut ‘Penyakit Kelamin’ atau Veneral Disease,
tetapi sekarang sebutan yang paling tepat adalah Penyakit Hubungan Seksual/
Seksually Transmitted Disease atau secara umum disebut Penyakit Menular Seksual
(PMS).
Beberapa Penyakit Menular Seksual yang sering ditemukan di Indonesia antara lain:
1.
Disebabkan oleh Bakteri : Gonorrhoe, Sifilis, Urethritis, Vaginosis Bakterial
2.
Disebabkan Virus : AIDS, Herpes Genitalis, Hepatitis B, Kondiloma Akuminata
3.
Disebabkan oleh Jamur : Kandidiasis Vaginosis
4.
Disebabkan oleh Parasit : Scabies, Pedikulosis Pubis
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
11
B. Pencegahan PMS
Prinsip utama dari pengendalian Penyakit Menular Seksual secara prinsip ada dua,
yaitu:
a.
Memutuskan rantai penularan infeksi PMS
b.
Mencegah berkembangnya PMS serta komplikasi-komplikasinya.
B. Gejala awal yang menjadi pertanda PMS, diantaranya :
1.
benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin
2.
gatal atau sakit di sekitar alat kelamin
3.
bengkak atau merah di sekitar alat kelamin
4.
rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil
5.
buang air kecil lebih sering dari biasanya
6.
demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur tubuh
7.
kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari
8.
keluar cairan dari alat vital yang tidak biasa, berbau dan gatal
9.
pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi dll
C. Pencegahan yang bisa dilakukan antara lain :
a.
Tidak melakukan hubungan seks· tidak berganti-ganti pasangan· menggunakan
kondom setiap hubungan seks
b.
Menghindari transfusi darah dengan donor yang tidak jelas asal-usulnya
c.
Kebiasaan menggunakan alat kedokteran maupun non medis yang steril
D. Komplikasi dari PMS (termasuk AIDS) antara lain :
1. Kemandulan baik pria atau wanita
2. Kanker leher rahim pada wanita
3. Kehamilan di luar rahim
4. Infeksi yang menyebar
5. Bayi lahir dengan kelahiran yang tidak seharusnya, seperti lahir sebelum
cukup umur, berat badan lahir rendah, atau terinfeksi PMS
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
E.
12
Perempuan lebih rentan tertular PMS dibandingkan dengan laki-laki.
Alasan utamanya adalah:
1. Saat berhubungan seks, dinding vagina dan leher rahim langsung terpapar oleh
cairan sperma. Jika sperma terinfeksi oleh PMS, maka perempuan tsb pun bisa
terinfeksi
2. Jika perempuan terinfeksi PMS, dia tidak selalu menunjukkan gejala. Tidak
munculnya gejala dapat menyebabkan infeksi meluas dan menimbulkan
komplikasi
3. Banyak orang — khususnya perempuan dan remaja — enggan untuk mencari
pengobatan karena mereka tidak ingin keluarga atau masyarakat tahu mereka
menderita PMS.
F.
Jenis-jenis PMS
1. GO atau kencing nanah
2. Klamidia
3. Herpes kelamin
4. Sifilis atau raja singa
5. Jengger ayam
6. HIV/AIDS
1. GONORE
Definisi
infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri doplococcus gramnegatif Neisseria gonorrhoeae. Bakteri ini melekat dan menghancurkan
membran sel epitel yang melapisi selaput lendir
terutama epitel yang
melapisi kanalis endoserviks dan uretra. Infeksi ekstra genital di faring, anus,
dan rektum dapat dijum[pai pada kedua jenis kelamin. Untuk dapat menular,
harus terjadi kontak langsung mukosa ke mukosa. Penularan dari laki-laki ke
perempuan lebih sering terjadi dari pada penularan dari perempuan ke lakilaki karena lebih luasnya selaput lendir yang terpajan dan eksudat yang
berdiam lama di fagina. Setelah terinokulasi, infeksi dapat menyebar ke
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
13
prostat, vas deferens, vesikula seminalis, epydydymis, dan testis pada pria,
uertra, tuba fallopi , endometrim, dan rongga peritonium pada perempuan.
Epidemiologi
Angka infeksi paling tinggi pada kaum muda, dengan yang tertinggi pada
perempuan berusia 15-19 tahun dan laki-laki berusia 20-24 tahun, dan pada
laki-laki yang berhubungan seksual dengan sesama jenis.
Gejala dan tanda
Respon peradangan yang cepat disertai dekstruksi sel menyebabkan
keluarnya sekret purulen kuning kehijauan khasdari uretra pada pria dan
ostium serviks pada perempuan. Gejala dan tanda pada laki-laki dapat muncul
2 hari setelah pajanan dan mulai dengan uretritis, didikuti oleh sekret yang
purulen, disuria, sering berkemih dan malaise, gatal-gatal pada anus
sedangkan pada perempuan, gejala dan tanda timbul dalam 7-21 hari yang
dimulai dengan sekret vagina, nyeri abdomen, nyeri rectum, gatal, dan
tenesmus. Pada pemeriksaan, serviks tampak edematous dan rapuh dan
drainase mukopurulen dari ostium.
Infeksi ekstragenital yang bersifat primer atau sekunder lebih sering dijumpai
karena berubahnya paraktek-praktek seksual. Infeksi gonokokus di farinhg
lebih sering asimptomatik tapi dapat juga menyebabkan faringitis dengan
eksudat mukopurulen, demam, dan limfodenopati leher.
Pemeriksaan diagnostik
Gonore dapat didiagnosis dengan cepat dengan pewarnaan gram terhadap
apusan eksudat yang diambil dari tempat infeksi. Apusan positif bila
ditemukan diplokoccus gram negatif intra sel. Untuk memastikan diagnosis
harus dilakukan pembiakan dari semua kemungkinan tempat infeksi. Uji-uji
amplikasi DNA dengan metode reaksi berantai polimerase (PCR) dan reaksi
berantai ligase (LCR) lebih sensitif dibandingkan biakan bakteri dan dapat
digunakan sekret vagina atau serviks dan dapat digunakan urin . uji-uji nonbiakan misalnya deteksi antigen dengan antibodi imunofluerensensi lansung
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
14
(DFA) dan enzyme imunosorbent assay (EIA) kurang dikembangkan dan
jarang digunakan.
Terapi
Gonorea dapat disembuhkan dengan penisilin mulai tahun 1940-an, namun
sekarang banyak brkembang galur-galur gonorea yang resisten panisilin.
Terapi yang saat ini direkomendasikan adalah golonga sefalosporin dan
fluorokuinolon . Semua kontak seksual pasien yang terinfeksi harus
dievaluasi dan ditawarkan terapi profilaktik.
2. Sifilis
Definisi
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema
pallidum.
Penyebab
Bakteri Treponema pallidum. Bakteri ini masuk kedalam tubuh manusia
melalui selaput lendir (misalnya di vagina atau mulut) atau melalui kulit.
Dalam beberapa jam, bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening terdekat,
kemudian
menyebar
ke
seluruh
tubuh
melalui
aliran
darah.
Sifilis juga bisa menginfeksi janin selama dalam kandungan dan
menyebabkan cacat bawaan. Seseorang yang pernah terinfeksi oleh sifilis
tidak akan menjadi kebal dan bisa terinfeksi kembali.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
15
Gejala
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi;
rata-rara 3-4 minggu. Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang
menyebabkan kerusakan jantung, kerusakan otak maupun kematian.
Infeksi oleh Treponema pallidum berkembang melalui 4 tahapan:
1. Fase Primer. Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri (cangker) pada
tempat yang terinfeksi; yang tersering adalah pada penis, vulva atau vagina.
Cangker juga bisa ditemukan di anus, rektum, bibir, lidah, tenggorokan, leher
rahim, jari-jari tangan atau bagian tubuh lainnya. Biasanya penderita hanya
memiliki1 ulkus, tetapi kadang-kadang terbentuk beberapa ulkus. Cangker
berawal sebagai suatu daerah penonjolan kecil yang dengan segera akan
berubah menjadi suatu ulkus (luka terbuka), tanpa disertai nyeri. Luka
tersebut tidak mengeluarkan darah, tetapi jika digaruk akan mengeluarkan
cairan jernih yang sangat menular. Kelenjar getah bening terdekat biasanya
akan membesar, juga tanpa disertai nyeri. Luka tersebut hanya menyebabkan
sedikit gejala sehingga seringkali tidak dihiraukan. Luka biasanya membaik
dalam waktu 3-12 minggu dan sesudahnya penderita tampak sehat secara
keseluruhan.
2. Fase Sekunder. Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit,
yang muncul dalam waktu 6-12 minggu setelah terinfeksi. Ruam ini bisa
berlangsung hanya sebentar atau selama beberapa bulan. Meskipun tidak
diobati, ruam ini akan menghilang. Tetapi beberapa minggu atau bulan
kemudian akan muncul ruam yang baru. Pada fase sekunder sering ditemukan
luka di mulut. Sekitar 50% penderita memiliki pembesaran kelenjar getah
bening di seluruh tubuhnya dan sekitar 10% menderita peradangan mata.
Peradangan mata biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang terjadi
pembengkakan
saraf
mata
sehingga
penglihatan
menjadi
kabur.
Sekitar 10% penderita mengalami peradangan pada tulang dan sendi yang
disertai nyeri. Peradangan ginjal bisa menyebabkan bocornya protein ke
dalam air kemih.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
Peradangan
hati
bisa
menyebabkan
sakit
kuning
16
(jaundice).
Sejumlah kecil penderita mengalami peradangan pada selaput otak
(meningitis sifilitik akut), yang menyebabkan sakit kepala, kaku kuduk dan
ketulian. Di daerah perbatasan kulit dan selaput lendir serta di daerah kulit
yang lembab, bisa terbentuk daerah yang menonjol (kondiloma lata). Daerah
ini sangat infeksius (menular) dan bisa kembali mendatar serta berubah
menjadi pink kusam atau abu-abu.
Rambut mengalami kerontokan dengan pola tertentu, sehingga pada kulit
kepala tampak gambaran seperti digigit ngengat.
Gejala lainnya adalah
merasa tidak enak badan (malaise), kehilangan nafsu makan, mual, lelah,
demam dan anemia.
3. Fase Laten. Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan
memasuki fase laten dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa
berlangsung bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan
sepanjang hidup penderita.
Pada awal fase laten kadang luka yang infeksius kembali muncul .
4. Fase Tersier. Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya.
Gejala bervariasi mulai ringan sampai sangat parah. Gejala ini terbagi
menjadi 3 kelompok utama :
- Sifilis tersier jinak.
Pada saat ini jarang ditemukan. Benjolan yang disebut gumma muncul di
berbagai organ; tumbuhnya perlahan, menyembuh secara bertahap dan
meninggalkan jaringan parut. Benjolan ini bisa ditemukan di hampir semua
bagian tubuh, tetapi yang paling sering adalah pada kaki dibawah lutut,
batang tubuh bagian atas, wajah dan kulit kepala. Tulang juga bisa terkena,
menyebabkan nyeri menusuk yang sangat dalam yang biasanya semakin
memburuk di malam hari.
- Sifilis kardiovaskuler.
Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal. Bisa terjadi aneurisma
aorta atau kebocoran katup aorta. Hal ini bisa menyebabkan nyeri dada,
gagal jantung atau kematian.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
17
Diagnosa
Diagnosis
ditegakkan
berdasarkan
gejala-gejalanya.
Diagnosis
pasti
ditegakkan berdasarkan hasil pemeriskaan laboratorium dan pemeriksaan
fisik.
Ada 2 jenis pemeriksaan darah yang digunakan:
1. Tes penyaringan : VDRL (venereal disease research laboratory) atau RPR
(rapid plasma reagin). Tes penyaringan ini mudah dilakukan dan tidak
mahal. Mungkin perlu dilakukan tes ulang karena pada beberapa minggu
pertama sifilis primer hasilnya bisa negatif.
2. Pemeriksaan antibodi terhadap bakteri penyebab sifilis. Pemeriksaan ini
lebih akurat.
Salah satu dari pemeriksaan ini adalah tes FTA-ABS
(fluorescent treponemal antibody absorption), yang digunakan untuk
memperkuat hasil tes penyaringan yang positif.
Pada fase primer atau sekunder, diagnosis sifilis ditegakkan berdasarkan
hasil pemeriksaan mikroskopis terhadap cairan dari luka di kulit atau
mulut. Bisa juga digunakan pemeriksaan antibodi pada contoh darah.
Untuk neurosifilis, dilakukan pungsi lumbal guna mendapatkan contoh
cairan serebrospinal. Pada fase tersier, diagnosis ditegakkan berdasarkan
gejala dan hasil pemeriksan antibodi.
Pengobatan
Penderita sifilis fase primer atau sekunder bisa menularkan penyakitnya,
karena itu penderita sebaiknya menghindari hubungan seksual sampai
penderita dan mitra seksualnya telah selesai menjalani pengobatan. Pada
sifilis fase primer, semua mitra seksualnya dalam 3 bulan terakhir
terancam tertular. Pada sifilis fase sekunder, semua mitra seksualnya
dalam 1 tahun terakhir terancam tertular. Mereka harus menjalani tes
penyaringan antibodi dan jika hasilnya positif, mereka perlu menjalani
pengobatan. Antibiotik terbaik untuk semua fase sifilis biasanya adalah
suntikan penisilin.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
18
Prognosis
Setelah menjalani pengobatan, prognosis untuk sifilis fase primer,
sekunder dan fase laten adalah baik. Prognosis untuk sifulis fase tersier
pada hati atau otak adalah buruk, karena kerusakan yang telah terjadi
biasanya tidak dapat diperbaiki.
3. Herpes Genitalis
Herpes Genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin,
kulit di sekeliling rektum atau daerah di sekitarnya yang disebabkan oleh
virus herpes simpleks.
Etiologi:
Penyebabnya adalah virus herpes simpleks.
Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSV-2 biasanya
ditularkan
melalui
hubungan
seksual,
sedangkan
HSV-1
biasanya
menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa
menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan (terutama
bantalan kuku) dan bisa ditularkan ke bagian tubuh lainnya (misalnya
permukaan mata). Luka herpes biasanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
19
beberapa penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka tersebut yang
ditularkan secara seksual (misalnya sifilis atau cangkroid).
Gejala
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi. Gejala awal
biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak
kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang
terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka yang
melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan
membentuk keropeng. Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih
dan ketika berjalan akan timbul nyeri. Luka akan membaik dalam waktu 10
hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut.
Kelenjar getah bening
selangkangan biasanya agak membesar. Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri,
lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin
disertai dengan demam dan tidak enak badan. Pada pria, lepuhan dan luka
bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit depan pada penis yang
tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk di vulva dan leher
rahim. Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui anus, maka
lepuhan dan luka bisa terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum. Pada
penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi HIV), luka
herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama
beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap pengobatan dengan
asiklovir.
Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di
sekitarnya, karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan kembali aktif
untuk kembali menginfeksi kulit. HSV-2 mengalami pengaktivan kembali di
dalam saraf panggul. HSV-1 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf
wajah dan menyebabkan fever blister atau herpes labialis. Tetapi kedua virus
bisa menimbulkan penyakit di kedua daerah tersebut. Infeksi awal oleh salah
satu virus akan memberikan kekebalan parsial terhadap virus lainnya,
sehingga gejala dari virus kedua tidak terlalu berat.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
20
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memperkuat
diagnosa, diambil apusan dari luka dan dibiakkan di laboratorium.
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi terhadap virus.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi
pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan. Jumlah serangan bisa
dikurangi dengan terus menerus mengkonsumsi obat anti-virus dosis rendah.
Pengobatan akan efektif jika dimulai sedini mungkin, biasanya 2 hari setelah
timbulnya gejala. Asikovir atau obat anti-virus lainnya bisa diberikan dalam
bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan langsung ke luka herpes. Obat
ini mengurangi jumlah virus yang hidup di dalam luka sehingga mengurangi
resiko penularan. Obat ini juga bisa meringankan gejala pada fase awal.
Tetapi pengobatan dini pada serangan pertama tidak dapat mencegah
kambuhnya penyakit ini.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
21
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
22
4. Uretritis Non-Gonokokus & Servisitis Klamidialis
Uretritis Non-Gonokokus dan Servisitis Klamidialis merupakan penyakit menular
seksual yang biasanya disebabkan oleh Chlamydia trachomatis atau Ureaplasma
urealyticum (pada laki-laki), tetapi kadang-kadang disebabkan oleh Trichomonas
vaginalis atau virus herpes simpleks. Infeksi ini disebut non-gonokokus untuk
menunjukkan bahwa infeksi ini bukan disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae,
bakteri yang menyebabkan gonore.
Penyebab
Chlamydia trachomatis menyebabkan sekitar 50% infeksi uretra yang bukan
disebabkan gonore pada laki-laki dan infeksi leher rahim (serviks) penghasil
nanah yang bukan disebabkan gonore pada wanita. Uretritis lainnya disebabkan
oleh Ureaplasma urealyticum, yang merupakan suatu bakteri yang menyerupai
mikoplasma.
Chlamydia
merupakan
bakteri
kecil
yang
hanya
bisa
berkembangbiak di dalam sel. Ureaplasma adalah bakteri yang sangat kecil,
dengan dinding sel yang tidak terlalu kuat, tetapi bisa berkembang biak di luar
sel.
Gejala
Biasanya antara 4-28 hari setelah berhubungan intim dengan penderita, seorang
pria akan mengalami perasaan terbakar yang ringan ketika berkemih. Biasanya
akan keluar nanah dari penis. Nanahnya bisa jernih atau agak keruh, tetapi lebih
encer daripada nanah gonore. Pada pagi hari, lubang penis sering tampak merah
dan melekat satu sama lain karena nanah yang mengering. Kadang-kadang
penyakit ini dimulai lebih dramatis. Timbul rasa sakit waktu berkemih, frekuensi
berkemih menjadi lebih sering dan dari uretra keluar nanah. Meskipun
kebanyakan penderita wanita tidak menunjukkan gejala, beberapa diantaranya
mengalami urgensi (desakan) berkemih yang lebih sering, rasa nyeri ketika
berkemih, nyeri di perut bagian bawah, nyeri pada saat berhubungan intim dan
keluarnya lendir kekuningan dan nanah dari vagina. Hubungan seksual melalui
mulut atau dubur dengan penderita bisa menyebabkan infeksi tenggorokan atau
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
23
infeksi dubur. Infeksi ini menyebabkan rasa nyeri dan keluarnya lendir dan
nanah yang berwarna kekuningan.
Komplikasi
1.
Pria.
a. Epididimitis : infeksi pada epididimis, yang bisa menyebabkan nyeri pada
buah zakar. b. Striktur uretra : penyempitan uretra, yang bisa menyebabkan
penyumbatan aliran air kemih.
2.
Wanita.
Infeksi saluran telur, bisa menyebabkan nyeri, kehamilan ektopik (di luar
kandungan) dan kemandulan. Infeksi pembungkus hati dan daerah di
sekeliling hati, bisa menyebabkan nyeri perut bagian atas
3.
Pada pria dan wanita.
Konjungtivitis : infeksi pada bagian putih mata, bisa menyebakan nyeri mata
dan belekan
4.
Pada bayi baru lahir.
Konjungtivitis, bisa menyebabkan nyeri mata dan belekan. Pneumonia, bisa
menyebabkan demam dan batuk.
Diagnosa
Pada kebanyakan kasus, infeksi oleh Chlamydia trachomatis bisa didiagnosis
berdasarkan hasil pemeriksaan cairan dari penis atau leher rahim di
laboratorium. Infeksi Ureaplasma urealyticum tidak dapat didiagnosis secara
spesifik dengan pemeriksaan medis yang biasa. Karena pembiakannya sulit dan
teknik diagnostik yang lainnya mahal, maka diagnosis infeksi Chlamydia atau
Ureaplasma sering ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas disertai bukti
yang menunjukkan tidak adanya gonore.
Pengobatan
Biasanya diberikan antibiotik tetrasiklin atau doksisiklin per-oral (melalui
mulut), minimal selama 7 hari atau diberikan azitromisin dosis tunggal.
Tetrasiklin tidak boleh diberikan kepada wanita hamil.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
24
Prognosis
Pada sekitar 60-70% penderita, jika tidak diobati, infeksi Chlamydia trachomatis
akan membaik dalam waktu 4 minggu. Pada sekitar 20% penderita, infeksi
kembali kambuh setelah penderita menjalani pengobatan.
5.
Infeksi HIV
Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu infeksi virus yang
secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih dan menyebabkan AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome). Stadium akhir dari infeksi HIV
adalah AIDS.
AIDS adalah suatu keadaan dimana penurunan sistem kekebalan tubuh yang
didapat menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh terhadap penyakit
sehingga terjadi infeksi, beberapa jenis kanker dan kemunduran sistem saraf.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV mungkin tidak menderita AIDS;
sedangkan yang lainnya baru menimbulkan gejala beberapa tahun setelah
terinfeksi.
Infeksi HIV yang berakhir menjadi AIDS, telah menjadi penyebab utama
kematian pada anak-anak. Pada tahun 1995 CDC (Centers for Disease Control
and Prevention) telah menerima laporan tentang jumlah anak yang terinfeksi
oleh HIV pada saat lahir, yaitu sebanyak 5500 anak. Infeksi HIV dan AIDS
terutama menyerang dewasa muda, anak-anak atau remaja hanya sekitar 2%.
Penyebab
Penyebab terjadinya infeksi HIV adalah virus HIV-1 atau virus HIV-2 (lebih
jarang).
3 cara penularan virus kepada anak-anak:
1.
Ketika anak masih berada dalam kandungan
2.
Pada saat proses persalinan berlangsung
3.
Melalui ASI.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
25
Gejala
Infeksi sebelum selama atau segera setelah lahir, tidak langsung menampakkan
gejala.
Pada 10-20% kasus, gejala baru timbul pada saat anak berumur 1-2 tahun;
sedangkan pada 80-90% kasus, gejalanya baru timbul beberapa tahun
kemudian.
Sekitar 50% anak-anak yang terinfeksi HIV, terdiagnosis menderita AIDS pada
usia 3 tahun.
Gejala awal yang biasa ditemukan pada anak yang terinfeksi HIV:
1.
Pertumbuhan yang jelek, penurunan berat badan, demam yang berlangsung
lama atau berulang, diare yang menetap atau berulang, pembengkakan
kelenjar getah bening, pembesaran hati dan limpa, pembengkakan dan
peradangan kelenjar liur di pipi
2.
Infeksi jamur yang menetap atau berulang (thrush) di mulut atau daerah
yang tertutup popok
3.
Infeksi bakteri berulang (misalnya infeksi telinga tengah, pneumonia dan
meningitis)
4.
Infeksi oportunistik virus, jamur dan parasit
5.
Keterlambatan
atau
kemunduran
perkembangan
sistem
saraf.
Sejumlah gejala dan komplikasi bisa timbul karena adanya penurunan sistem
kekebalan. Sekitar sepertiga anak-anak yang terinfeksi HIV, menderita
peradangan paru-paru (pneumonitis interstisial limfositik), biasanya pada
tahun-tahun pertama. Gejalanya berupa batuk atau pembengkakan ujung jari
tangan (clubbing), tergantung kepada beratnya penyakit.
Pneumonia pneumokistik karena organisme Pneumocystis carinii merupakan
ancaman yang serius pada anak-anak. Anak-anak yang terlahir dengan infeksi
HIV biasanya mengalami serangan pneumonia pneumokistik minimal 1 kali
pada 15 bulan pertama.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
26
Pneumonia pneumokistik merupakan penyebab utama kematian pada anakanak dan orang dewasa yang menderita AIDS.
Pada sejumlah anak-anak yang terinfeksi oleh HIV, kerusakan otak yang
progresif menyebabkan anak mengalami gangguan atau keterlambatan
perkembangan, misalnya berjalan dan berbicara. Mereka juga mengalami
gangguan kecerdasan serta memiliki kepala yang ukurannya relatif lebih kecil
jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya.
20% dari mereka mengalami penurunan kemampuan sosial dan berbahasa serta
penurunan pengendalian otot. Bisa terjadi kelumpuhan parsial atau langkahnya
menjadi goyah atau ototnya menjadi kaku.
Beberapa anak menderita hepatitis (peradangan hati) dan gagal ginjal atau
gagal jantung. Kanker jarang terjadi pada anak-anak, tetapi kadang ditemukan
limfoma non-Hodgkin dan limfoma otak. Sarkoma Kaposi sangat jarang
menyerang anak-anak.
Bayi yang terlahir dengan infeksi HIV biasanya memiliki berat badan lahir
yang rendah. Dalam waktu 2-3 bulan, penambahan berat badannya juga jelek.
Pada anak-anak yang terinfeksi oleh HIV, bisa terjadi infeksi oportunistik
berikut;
 Pneumonia pneumokistik
 Pneumonia interstisial limfoid (pneumonia yang menjadi kronis dan
kadang ditandai dengan batuk serta sesak nafas)
 Infeksi bakteri
 Meningitis
 Infeksi jamur
 Esofagitis (peradangan kerongkongan)
 Kandidiasis (infeksi jamur)
 Infeksi virus
 Herpes
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
27
 Herpes zoster
 Infeksi parasit.
Pada anak-anak jarang terjadi keganasan.
2 masalah utama yang sering
ditemukan pada anak-anak yang terinfeksi HIV atau menderita AIDS adalah
wasting syndrome (ketidakmampuan untuk mempertahankan berat badan
akibat berkurangnya nafsu makan sebagai respon terhadap infeksi HIV) dan
ensefalopati HIV atau demensia AIDS (infeksi otak yang dapat menyebabkan
pembengkakan atau penciutan otak). Wasting syndrome kadang dapat diatasi
dengan menjalani konsultasi diet, sedangkan ensefalopati sulit untuk diobati.
Diagnosa
Pada bayi baru lahir, pemeriksaan darah standar untuk antibodi HIV tidak
bersifat diagnostik karena jika ibunya terinfeksi HIV, maka darah bayi hampir
selalu mengandung antibodi HIV. Antibodi ini akan tetap berada dalam
darah bayi selama 12-18 bulan. Jika bayi tidak terinfeksi, maka setelah
berumur 18 bulan, antibodi ini akan menghilang; tetapi jika bayi terinfeksi,
maka antibodi HIV tetap ditemukan dalam darahnya. Karena itu untuk
mendiagnosis infeksi HIV pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan
dilakukan pemeriksaan darah khusus, yaitu reaksi rantai polimerase (PCR,
polymerase chain reaction), tes antigen p24 atau pembiakan virus HIV.
Untuk bayi yang berumur lebih dari 18 bulan dilalukan pemeriksaan darah
standar untuk infeksi HIV.
Pengobatan
Semua obat-obatan ditujukan untuk mencegah reproduksi virus sehingga
memperlambat progresivitas penyakit. HIV akan segera membentuk resistensi
terhadap obat-obatan tersebut bila digunakan secara tunggal. Pengobatan
paling efektif adalah kombinasi antara 2 obat atau lebih, Kombinasi obat bisa
memperlambat
timbulnya
AIDS
pada
penderita
HIV
positif
dan
memperpanjang harapan hidup. Dokter kadang sulit menentukan kapan
dimulainya pemberian obat-obatan ini. Tapi penderita dengan kadar virus
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
28
yang tinggi dalam darah harus segera diobati walaupun kadar CD4+nya
masih tinggi dan penderita tidak menunjukkan gejala apapun. AZT, ddI, d4T
dan ddC menyebabkan efek samping seperti nyeri abdomen, mual dan sakit
kepala (terutama AZT).
Penggunaan AZT terus menerus bisa merusak
sumsum tulang dan menyebabkan anemia. ddI, ddC dan d4T bisa merusak
saraf-saraf perifer. ddI bisa merusak pankreas. Dalam kelompok nucleoside,
3TC tampaknya mempunyai efek samping yang paling ringan. Ketiga
protease inhibitor menyebabkan efek samping mual dan muntah, diare dan
gangguan perut. Indinavir menyebabkan kenaikan ringan kadar enzim hati,
bersifat reversibel dan tidak menimbulkan gejala, juga menyebabkan nyeri
punggung hebat (kolik renalis) yang serupa dengan nyeri yang ditimbulkan
batu ginjal. Ritonavir dengan pengaruhnya pada hati menyebabkan naik atau
turunnya kadar obat lain dalam darah. Kelompok protease inhibitor banyak
menyebabkan perubahan metabolisme tubuh seperti peningkatan kadar gula
darah dan kadar lemak, serta perubahan distribusi lemak tubuh (protease
paunch).
Penderita
AIDS
diberi
obat-obatan
untuk
mencegah
infeksi
ooportunistik.
Penderita dengan kadar limfosit CD4+ kurang dari 200 sel/mL darah
mendapatkan kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol untuk mencegah
pneumonia pneumokistik dan infeksi toksoplasma ke otak. Penderita dengan
limfosit CD4+ kurang dari 100 sel/mL darah mendapatkan azitromisin
seminggu sekali atau klaritromisin atau rifabutin setiap hari untuk mencegah
infeksi Mycobacterium avium.
Penderita yang bisa sembuh dari meningitis kriptokokal atau terinfeksi
candida mendapatkan flukonazol jangka panjang. Penderita dengan infeksi
herpes simpleks berulang mungkin memerlukan pengobatan asiklovir jangka
panjang.
Prognosis
Pemaparan terhadap HIV tidak selalu mengakibatkan penularan, beberapa
orang yang terpapar HIV selama bertahun-tahun bisa tidak terinfeksi. Di sisi
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
29
lain seseorang yang terinfeksi bisa tidak menampakkan gejala selama lebih
dari 10 tahun.
Tanpa pengobatan, infeksi HIV mempunyai resiko 1-2 % untuk menjdi AIDS
pada beberapa tahun pertama. Resiko ini meningkat 5% pada setiap tahun
berikutnya.
Resiko terkena AIDS dalam 10-11 tahun setelah terinfeksi HIV mencapai
50%.
Sebelum diketemukan obat-obat terbaru, pada akhirnya semua kasus akan
menjadi AIDS.
Pengobatan AIDS telah berhasil menurunkan angka infeksi oportunistik dan
meningkatkan angka harapan hidup penderita. Kombinasi beberapa jenis obat
berhasil menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak dapat terdeteksi.
Tapi belum ada penderita yang terbukti sembuh.
Teknik penghitungan
jumlah virus HIV (plasma RNA) dalam darah seperti polymerase chain
reaction (PCR) dan branched deoxyribonucleid acid (bDNA) test membantu
dokter untuk memonitor efek pengobatan dan membantu penilaian prognosis
penderita. Kadar virus ini akan bervariasi mulai kurang dari beberapa ratus
sampai lebih dari sejuta virus RNA/mL plasma.
Pada awal penemuan virus HIV, penderita segera mengalami penurunan
kualitas hidupnya setelah dirawat di rumah sakit. Hampir semua penderita
akan meninggal dalam 2 tahun setelah terjangkit AIDS.
Dengan perkembangan obat-obat anti virus terbaru dan metode-metode
pengobatan dan pencegahan infeksi oportunistik yang terus diperbarui,
penderita bisa mempertahankan kemampuan fisik dan mentalnya sampai
bertahun-tahun setelah terkena AIDS. Sehingga pada saat ini bisa dikatakan
bahwa AIDS sudah bisa ditangani walaupun belum bisa disembuhkan.
Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu kepada bayinya dilakukan dengan cara
memberikan obat anti-HIV. Kepada ibu hamil yang diketahui terinfeksi HIV,
pada trimester kedua dan ketiga (6 bulan terakhir) diberikan AZT per-oral
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
30
(melalui mulut), sedangkan pada saat persalinan diberikan AZT melalui infus.
Kepada bayi baru lahir diberikan AZT selama 6 minggu. Tindakan tersebut
telah berhasil menurunkan angka penularan HIV dari ibu kepada bayinya,
dari 25% menjadi 8%. Pada persalinan normal, kemungkinan penularan HIV
lebih besar, karena itu pada ibu hamil yang terinfeksi HIV kadang dianjurkan
untuk menjalani operasi sesar.
Resiko penularan melalui ASI relatif rendah. Jika tersedia susu formula yang
baik dan air yang bersih, maka sebaiknya ibu yang terinfeksi HIV tidak
memberikan ASI kepada bayinya.
Jika air yang tersedia tidak bersih
sehingga besar kemungkinannya untuk terjadi diare atau kekurangan gizi,
maka sebaiknya ibu tetap memberikan ASI kepada bayinya karena pemberian
ASI lebih menguntungkan bagi kesehatan bayinya.
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
31
EVALUASI
1. Selain faktor yang berhubungan dengan usia, risiko infertilitas juga
meningkat, kecuali:
a. Berganti-ganti pasangan seksual (karena meningkatkan resiko terjadi
penyakit menular seksual)
b. Penyakit menular seksual
c. Pernah menderita penyakit peradangan panggul
d. Kehamilan
Jawab D
2. Istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada
kemungkinan hamil selama 12 bulan/ 1 tahun, disebut:
a. Infertilitas sekunder
b. Infertilitas primer
c. Infertilitas tertier
d. Fertilitas
Jawab B
3. Istri pernah hamil, tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun
bersenggama dan dihadapkan pada kemungkinan hamil selama 12 bulan/1
tahun, disebut:
a. Infertilitas sekunder
b. Infertilitas primer
c. Infertilitas tertier
d. Fertilitas
Jawab A
4. Yang dinilai dalam pemeriksaan sperma pada pria, kecuali:
a. Koagulasi
b. Viskositas
c. Rupa dan bau
d. Tuba
Jawab D
5. Penyebab infertilitas dari faktor istri, kecuali:
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
32
a. gangguan proses ovulasi & hormonal
b. faktor uterus & endometrium
c. faktor tuba & peritoneum
d. faktor semen
Jawab D
6. Singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu:
a.
AIDS
b.
HIV
c.
HIP
d.
HYP
Jawab B
7. Tanda-tanda klinis penderita AIDS yaitu:
a.
Berat badan meningkat lebih dari 10 % dalam 1 bulan
b.
Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 minggu
c.
Demam berkepanjangan lebih dari1 minggu
d.
Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
Jawab D
8. Metode / Teknik Penularan dan Penyebaran Virus HIV/AIDS melalui cairan
semen/sperma yaitu:
a.
Tranfusi darah, terkena darah HIV+
b.
Laki-laki berhubungan badan tanpa kondom atau pengaman lainnya
c.
Wanita berhubungan badan tanpa pengaman
d.
Bayi minum asi dari wanita HIV+
Jawab B
9. Metode / Teknik Penularan dan Penyebaran Virus HIV/AIDS melalui darah
yaitu:
a. Tranfusi darah, terkena darah HIV+
b. Laki-laki berhubungan badan tanpa kondom atau pengaman lainnya
c. Wanita berhubungan badan tanpa pengaman
d. Bayi minum asi dari wanita HIV+
Jawab B
10. Cairan Tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita HIV+ :
Kesehatan Reproduksi
Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya
33
a. Air liur
b. Darah
c. ASI
d. Cairan vagina
Jawab A
Kesehatan Reproduksi
Download