situs B3 Kota Kebudayaan Islam

advertisement
REPUBLIKA ● AHAD, 6 MARET 2011
B3
DAKWAH.COM
ESACADEMIC.COM
WIKIMEDIA.COM
LIFEINTHEHOLYLAND.COM
jatuh ke pelukan umat Islam, Aleppo pun melalui dan
mengalami masa pasang surut.
Oleh Heri Ruslan
leppo adalah sebuah kota yang terletak
di sebelah utara. Menurut Dr Syauqi
Abu Khalil dalam Athlas al-hadith alNabawi, kota yang sempat menjadi
basis Jun Qinnasrin (tentara Qinnasrin)
itu pernah menjadi salah satu kota
paling penting dalam sejarah Islam.
Jun Qinnasrin merupakan satu dari empat subprovinsi yang sempat dikuasai Kekhalifahan
Umayyah dan Abbasiyah sesaat setelah pasukan
tentara Muslim menguasai wilayah itu pada abad ke7 M. Allepo pun pernah menjadi ibu kota pemerintahan Islam di wilayah Suriah setelah Kota Qinnasrin
mulai kehilangan pamor.
“Dari Allepo ke Qinnasrin berjarak sekitar 15 mil.
Di sana terdapat Benteng Mani’ah,” ujar Dr Syauqi.
Sejak 15 abad lalu, Kota Aleppo telah menjelma
menjadi kota terkemuka dalam bidang ekonomi,
sejarah, artistik, dan kebudayaan Islam.
Pada 2006, Islamic Educational Scientific and
Cultural Organization (ISESCO)—organisasi kebudayaan Organisasi Konferensi Islam (OKI)—mendaulat
Aleppo sebagai ibu kota kebudayaan Islam. Aleppo
dinilai mampu mewakili tipe kota Islam yang ideal
dalam konteks toleransi hubungan beragama.
Secara arsitektur, Aleppo juga mampu merepresentasikan sebuah kota Islam. Betapa tidak, bangunan berarsitektur Islam sejak abad ke-7 M itu masih
kokoh berdiri. Tak cuma itu, warisan arsitektur dari
beragam dinasti seperti Umayyah, Abbasiyah,
Hamdaniyah, Seljuk, Zankiyah, Ayubiyah, Mamluk,
hingga Usmani masih menghias Kota Aleppo.
Warisan arsitektur itu berupa istana, pintu, pasar,
rumah peristirahatan, masjid, rumah sakit, pemandian umum, dan rumah-rumah bersejarah. Selain itu,
Aleppo pun telah melahirkan sejumlah tokoh penting
dalam khazanah keilmuwan dan peradaban Islam.
Allepo pun telah menjadi semacam museum hidup
bagi beragam peradaban.
Aleppo merupakan salah satu kota tertua dalam
sejarah manusia. Kota itu sudah didiami manusia
sejak abad ke-11 SM. Fakta sejarah itu terkuak
dengan ditemukannya permukiman di Bukit alQaramel. Kota ini pun telah dikuasai oleh beragam
bangsa dan peradaban sejak abad ke-4 SM, seperti
Sumeria, Akadian, Amorites, Babylonia, Hithies,
Mitanian, Assyria, Arametes, Chaldeans, Yunani,
Romawi, dan Bizantium.
Itulah mengapa Kota Aleppo begitu banyak
disebut-sebut dalam catatan sejarah dan lembaran
kuno. Kali pertama, nama Aleppo disebut dalam lembaran kuno dari abad ke-3 SM. Jejak Aleppo juga
terkuak selama masa kekuasaan Raja Akkadian, anak
Sargon (2530 SM – 2515 SM). Aleppo kuno sempat
mencapai masa kejayaannya pada masa kekuasaan
Raja Hammurabi, Babilonia. Ketika dikuasai Romawi
pada abad ke-5 M, agama Kristen pun menyebar di
bumi Aleppo.
Peradaban kota tua itu memasuki babak baru
ketika Islam menancapkan benderanya pada 637 M.
Di bawah komando Khalid bin al-Walid, pasukan
tentara Islam berhasil memasuki Kota Aleppo melalui
gerbang Antakya.
Tak sulit dan tak butuh waktu lama bagi umat
Islam untuk menyebarkan bahasa Arab di Aleppo.
Pasalnya, penduduk di kota itu berbahasa Assyria
yang tak jauh beda dengan bahasa Arab. Semenjak
A
ALEPPO
Kota Kebudayaan Islam
ALEPPO MENCAPAI KEMASYHURAN DALAM
SEJARAH BANGSA ARAB KETIKA SAYF AD-DAWLA
AL-HAMADANI MENGUASAI KOTA ITU.
● Masjid di
kota Aleppo
ISLAMMEDIA.COM
Era kekhalifahan
Selama berada dalam kekuasaan kekhalifahan,
Aleppo belum mampu mencapai masa kejayaan. Tak
juga dalam era Umayyah dan Abbasiyah. Sejarah
mencatat, di akhir masa kekuasaan Abbasiyah, Kota
Aleppo mengalami masa kemakmuran.
Kala itu, kebudayaan, intelektual, dan peradaban
berkembang begitu pesat di semua bidang. Salah satu
bukti tumbuh pesatnya peradaban di bumi Aleppo ditandai dengan kemampuan orang-orang Aleppo untuk
membuat pakaian yang amat bagus, serta berdirinya
istana dan sejumlah masjid terkemuka di kota itu.
Pascakhalifah
Aleppo mencapai kemasyhuran dalam sejarah
bangsa Arab ketika Sayf ad-Dawla al-Hamadani
menguasai kota itu. Aleppo pun kembali mencapai
kemakmuran dalam bidang seni, ilmu pengetahuan,
dan sastra. Pada masa itu, Aleppo pun menjadi ibu
kota pemerintahan.
Berkembang pesatnya peradaban turut
melahirkan sejumlah penulis, sastrawan, dan
ilmuwan terkemuka, seperti Abu Firas al-Hamadani
dan Abu Tayyeb al-Mutanabbi. Kota Aleppo pun
bertambah luas meliputi Kelikiya, Malatya, Diarbekir,
Antioch, Tarsus, Mardin, dan Roum Qal’a. Pada 353 H,
Aleppo diserang imperium Romawi.
Penduduk dibunuhi dan dijadikan budak, serta
bangunan-bangunan dihancurkan. Sayf ad-Dawla
melihat kota yang dibangunnya telah hancur. Ia lalu
membangun kembali jembatan, bangunan, dan tembok
yang telah porak-poranda. Dia mengundang orangorang dari Qisrin untuk tinggal di kota itu. Setelah Sayf
Addawla tutup usia, selama dua abad Aleppo
teperosok dalam kubangan anarki dan kekacauan.
Setelah itu, Aleppo dikuasai Dinasti Fatimiyah,
Mirdassid, Turki, dan kemudian jatuh ke pangkuan
Seljuk. Setelah itu, Aleppo kembali diambil alih
Romawi, dan pada 1108 M diserbu pasukan Perang
Salib (Crusader).
Kota yang diliputi anarki itu kembali pulih ketika
Imad ad-Din Zengi menjadi Pangeran Aleppo.
Semenjak dikuasai Pangeran Imad ad-Din dan
anaknya Nur ad-Din Mahmud, Aleppo berada di
bawah kekuasaan negara Nurid (523-579 H/1128 M1260 M). Kondisi Aleppo pun mulai pulih.
Sayangnya pada 1170 M, Kota Aleppo hancur
diguncang gempa bumi. Nur ad-Din kembali membangun kota yang telah hancur. Setelah Nur ad-Din
wafat, Aleppo dikuasai oleh anaknya. Tampuk
kekuasaan lalu beralih ke Salahudin al-Ayubi, dan
kemudian berpindah ke tangan Raja al-Zahir Ghazi,
seorang raja yang hebat dan reformis.
Aleppo kembali mencapai kejayaannya pada era
Dinasti Ayyubiyah (579-659 H/1183 M-1260 M).
Salah satu raja yang tersohor waktu itu bernama
Ghazi ibn Salah Eddine. Dia melindungi Aleppo dan
kembali membuat nama Aleppo harum dan disegani.
Era keemasan itu berakhir pada 1260 M, ketika
bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan
menghancurkan Aleppo.
Pada 1400 M, Mongol terusir dari Aleppo setelah
ditaklukkan Dinasti Mamluk. Raja Ashraf Sayf Eddine
Qalawoun kembali membangun Kota Allepo. Setahun
kemudian, Mongol lagi-lagi diserang Mongol di bawah
pimpinan Timur Lenk. Mamluk kembali menguasai
Aleppo dan memulihkan lagi kota segala peradaban itu.
Di era kekuasaan Sultan Qaitibay, di
Aleppo dibangun Masjid Firdaus dan Khan
Saboun. Kekuasaan Mamluk berakhir pada
922 H /1516 M. Setelah itu,
Aleppo dikuasai kerajaan
Usmani Turki (922-1337
H/- 1516-1918 M). Kota
itu juga sempat diduduki
tentara Prancis hingga
1946. Sejak itu, Aleppo
menjadi salah satu
provinsi di Suriah. ■
BLENNERHASSETT.COM
situs
Download