SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Mendag Tegaskan Tidak Ada Pembatasan dalam Kebijakan Waralaba Jakarta, 22 Maret 2013 – “Dengan Permendag Nomor 7 Tahun 2013, pengusaha waralaba tetap dapat mengembangkan usahanya meskipun telah memiliki 250 gerai,” tegas Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan pada acara Diskusi mengenai Penataan Usaha Waralaba Restoran, Rumah Makan dan Minuman dengan jajaran Pemimpin Media hari ini, Jumat (22/3), di Auditorium Kemendag. Dalam acara yang diselenggarakan oleh Kemendag bekerja sama dengan Harian Bisnis Indonesia ini, Mendag menekankan bahwa kebijakan baru waralaba ini tidak menutup kesempatan bagi pemilik utama untuk terus mengembangkan gerai sebanyak-banyaknya guna memajukan bisnis waralaba di Indonesia. “Bagi pengusaha waralaba yang telah memiliki 250 company owned outlet, apabila ingin melakukan penambahan outlet/gerai ditawarkan dua bentuk kemitraan, yaitu waralaba atau kerja sama dengan pola penyertaan modal dengan mengutamakan Usaha Kecil Menengah (UKM),” jelasnya. Dengan demikian, lanjut Mendag, kebijakan waralaba yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) 7/2013 ini dapat mendorong pengusaha waralaba untuk tetap berkreasi dengan memberikan kesempatan bagi UKM untuk melakukan usaha waralaba. Melalui kemitraan ini, Mendag berharap pengusaha besar dan UKM dapat tumbuh dan berkembang bersama, saling memperkuat, saling membutuhkan, dan saling menguntungkan. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Srie Agustina menambahkan, untuk pilihan kerja sama waralaba langsung, tidak diatur berapa jumlah gerai yang dapat diwaralabakan setelah kepemilikan 250 gerai. Namun apabila perusahaan lebih memilih kemitraan dengan cara penyertaan modal, untuk nilai investasi gerai di bawah atau sama dengan Rp 10 miliar, maka paling sedikit 40% wajib menyertakan modal pihak lain dengan mengutamakan pengusaha UKM. Sementara itu, untuk nilai investasi gerai di atas Rp 10 miliar, paling sedikit 30% diwajibkan menyertakan modal pihak lain dengan mengutamakan pengusaha UKM. “Dengan adanya dua pilihan tersebut, pengusaha Rumah Makan, Restoran, Bar/Rumah Minum dan Kafe masih dapat meningkatkan kepemilikan jumlah gerai yang dimiliki. Hal ini berarti bahwa pemberi waralaba atau pengusaha pemilik waralaba dimaksud masih dapat memiliki dan mengendalikan 60 persen modalnya untuk nilai investasi gerai di bawah atau sama dengan Rp 10 miliar, dan 70 persen untuk investasi gerai di atas Rp 10 miliar,” tambah Srie Agustina. Kerja sama dengan pola penyertaan modal bisa dalam bentuk kerja sama untuk penyediaan lokasi usaha, interior dan pendukungnya; biaya operasi; serta biaya bahan dan pasokan yang selama ini lazimnya dilakukan dalam membangun sebuah gerai waralaba. Pemodal akan mendapatkan pembagian keuntungan tertentu dari omzet setiap bulan berdasarkan perjanian kedua belah pihak. Keikutsertaan wirausaha baru dalam pola kerja sama penyertaan modal tersebut diharapkan dapat turut memberikan saran pengembangan usaha walau tidak mengikat. Ada transfer pengetahuan melalui keikutsertaan dalam manajemen pengelolaan usaha sebagai karyawan yang bersertifikasi dari perusahaan, serta dapat memberikan wawasan untuk berinisiatif mengembangkan merek lokal waralaba yang baru. Transfer pengetahuan dimaksud sejalan dengan Pasal 8 Permendag No. 07/2013 yang mewajibkan Pemberi Waralaba (franchisor) untuk jenis usaha Restoran, Rumah Makan, Bar/Rumah Minum dan Kafe melakukan pembinaan kepada Penerima Waralaba dan/atau penyerta modal berupa pelatihan dan petunjuk pengelolaan usaha Waralaba. Hal tersebut bertujuan untuk mentransfer pengetahuan pengelolaan usaha secara profesional. Dengan demikian, pengusaha UKM dan wirausaha-wirausaha baru dapat menjadi pengusaha yang profesional, tidak sekadar menaruh uang dan mengharapkan keuntungan. Selain berdiskusi dengan media, pada kesempatan ini Mendag didampingi Dirjen PDN juga berdiskusi bersama para anggota Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) yang kebanyakan dari skala UKM. Diskusi ini diharapkan dapat memberikan semangat kepada para anggota IWAPI untuk dapat mengembangkan sayap usaha yang lebih luas lagi dengan masuk ke dalam bisnis waralaba ini. Menurut Mendag, UKM calon mitra usaha waralaba tentunya harus memahami kemampuan pembiayaan, kecenderungan jenis usaha yang diminati dan mempelajari kemungkinan peluang usaha yang dapat dimasuki sebagai calon wirausaha baru. “Dengan kisaran modal Rp 1,6 - 4 miliar untuk waralaba restoran/kafe asing seperti McDonalds, Pizza Hut, dan KFC; serta Rp 400 juta - Rp 2 miliar untuk waralaba lokal seperti Coffee Toffee, Sari Ratu, dan Es Teler 77; sebetulnya tidak terlalu berat bagi calon wirausaha baru untuk terjun ke dalam bisnis waralaba. Selain tidak perlu untuk memulai usaha dari nol, bisnis waralaba juga lebih menjanjikan dari segi pemasaran dan segmentasi pasar,” jelasnya. --selesai-Informasi lebih lanjut hubungi: Arlinda Imbang Jaya Kepala Pusat Humas Kementerian Perdagangan Telp/Fax: 021-3860371/021-3508711 Email: [email protected] Nurlaila Nur Muhammad Direktur Bina Usaha Perdagangan Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Telp/Fax: 021-23528531/021-3858188 Email: [email protected]