ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA IBU DENGAN KISTA OVARIUM DI RUANG I RSUD dr. SOEKARDJO TASIKMALAYA LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Oleh: RIDA SAPITRI NIM. 13DB277077 PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk semakin meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, kualitas sumber daya manusia, pemantauan jangkauan pelayanan kesehatan serta kualitas kehidupan. Di negara berkembang seperti Indonesia sekitar 25-50% kematian wanita usia subur dan lanjut disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan penyakit sistem reproduksi misalnya kista ovarium, jika dibiarkan maka akan menjadi penyakit yang sangat berbahaya. World Health Organization (WHO) memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 orang meninggal karena hal tersebut ( Depkes RI, 2011). Salah satu hal penting untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, upaya pemerintah dalam mencegah gangguan sistem reproduksi seperti kista ovarium ialah dengan memperhatikan kesehatan wanita, khususnya kesehatan reproduksi karena hal tersebut berdampak luas, menyangkut berbagai aspek kehidupan, serta merupakan parameter kemampuan Negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Kesehatan reproduksi wanita berpengaruh besar dan berperan penting terhadap kelanjutan generasi penerus suatu Negara ( Pojianto, 2012). Kista ovarium paling sering terjadi pada wanita nerusia antara 20-50 tahun. Dimana usia dewasa muda,yaitu antara 16-45 tahun sering dihubungkan dengan masa subur. Ketika usianya sampai 45 tahun, hormon turun dengan lebih cepat lagi. Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering di jumpai pada wanita dimasa reproduksinya. Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormone pada hipotamalus, hipofisis dan ovarium. Kista ovarium pada umumnya dijumpai pada wanita yang lebih tua post menopause. Hampir 80% kasus tumor ovarium dijumpai pada wanita usia di atas 50 tahun. Kista ovarium yang bersifat ganas disebut kanker ovarium. Kista ovarium itu sendiri memiliki risiko 1 2 yaitu mengalami degenerasi keganasan menjadi kanker, di samping itu bisa mengalami torsi atau terpuntir sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan atau infeksi bahkan sampai kematian. Oleh karena itu kista ovarium merupakan masalah penting yang menyangkut kualitas kesehatan reproduksi wanita ( Wiknjossatro, 2010). Penanganan kista ovarium sampai sekarang belum ada cara deteksi dini yang sederhana untuk memeriksa adanya keganasan ovarium. Sekarang ini, yang dapat digunakan adalah ultrasonografi, tetapi cara itu agak sulit jika diterapkan secara massal karena biayanya cukup mahal. Untuk meurunkan risiko keganasan kista ovarium, dapat menggunakan pil Keluarga Berencana (KB) karena risiko terjadi kanker ovarium lebih kecil. Dengan menggunakan kontrasepsi hormonal, terutama pil KB proses pada ovarium dapat di tekan sehingga risiko terjadi keganasan pada ovarium menurun. The American Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2014, sekitar 21.980 kasus baru kanker ovarium akan didiagnosis dan 14.270 wanita akan meninggal karena kanker ovarium di Amerika Serikat. Angka kejadian kista ovarium tertinggi ditemukan pada negara maju, dengan rata-rata 10 per 100.000, 2 2 kecuali di Jepang (6,5 per 100.000). Insiden di Amerika Selatan (7,7 per 100.000) relatif tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian di Asia dan Afrika (WHO,2010). Peran bidan mengenai kasus kista yaitu dengan melakukan bimbingan dan peyuluhan kepada individu khususnya kepada wanita usia reproduksi, melakukan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi, masalah reproduksi, memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga kelompok, dan masyrakat tentang penanggulangan masalah keshatan khususnya yang berhubungan dengan kista ovarium, memberikan asuhan kebidanan secara komfrehensif yang mencakup segala kebutuhan klien serta mampu mengatasi masalah yang mungkin timbul pada pasien yang mengalami tindakan operasi sehingga pasien dapat kembali melakukan aktivitasnya. 3 Dari segi spiritual faktor yang tidak kalah penting adalah keyakinan terhadap Allah SWT bahwa setiap penyakit yakin ada obatnya, hal ini harus diketahui oleh setiap muslim adalah tidaklah Allah SWT menciptakan suatu penyakit kecuali dia juga menciptakan penawarnya sebagaimana tercantum dalam Al-Quran dan Hadist “Jika Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaannya) bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur” Imam muslim „merekam „sebuah Hadist dari jabir bin „Abdullah radhiyallahu‟anhu, dari rasululloh bahwa sanya beliau bersabda ; “Setiap penyakit ada obatanya. Apabila obat itu tepat untuk suatu penyakit,penyakit itu akan sembuh dengan se izin allah‟azza wa jall,‟‟(HR.Muslim). Berdasarkan ayat dan hadist di atas memberikan pengertian kepada kita bahwa manusia diciptakan sempurna. Dan kesempurnaan itu harus bisa kita syukuri dan menjaga apa yang telah Allah SWT berikan, semua penyakit yang menimpa manusia maka Allah turunkan obatnya termaksud tentang segala penyakit reproduksi seperti kista ovarium, mioma uteri, kanker servik dan sebagainya. Oleh karenanya seseorang yang sedang Allah SWT uji dengan penyakitnya harus bersabar untuk selalu berobat dan terus berusaha untuk mencari obat. Diharapkan tenaga kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan yang mungkin menjumpai kasus kista oarium memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai sesuai dengan kompetensi dan menyebabkan kualitas hidup seseorang wanita berkurang. fasilitas yang 4 Berdasarkan pengumpulan data yang telah di dapatkan dari Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Tasikmalaya yang mengalami tindakan operasi akibat kista ovarium pada tahun 2015 juni sampai desember sebanyak 283 orang. Menurut golongan umur 1-15 tahun sebanyak 1 orang, golongan umur 16-25 sebanyak 10 orang, golongan 26-44 sebanyak 32 orang, golongan 45-64 tahun sebanyak 22 orang, dan jumlah kasus pada tahun 2016 januari sampai april di ruangan 1 sebanyak 66 orang. Mengalami penyakit kista ovarium pada tahun dan disetiap bulannya selalu ada wanita yang mengalami gangguan reproduksi kista ovarium. (Rekam Medik RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya, 2015). Mengingat banyaknya masalah kejadian kista ovarium di Indonesia terutama di daerah tasikmalaya maka perlu penanganan yang memadai untuk mencegah terjadinya masalah kista ovarium maupun komplikasi lebih lanjut agar dapat menekan dan menurunkan angka gangguan reproduksi pada wanita maka penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul “ Asuhan Kebidanan Pada Ibu Dengan kista ovarium Di Ruang 1 penyakit kandungan RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dapat disimpulkan, bahwa rumusan masalah diatas yaitu “ Bagaimana asuhan kebidanan pada pasien wanita yang menderita kista ovarium di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya ?” C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mampu melaksanakann asuhan kebidanan pada gangguan kesehatan reproduksi pada wanita P3A0 usia 34 tahun dengan kista ovarium di RSUD dr. Soekardjo Tasikamalaya dengan pendekatan manajemen kebidanan dan mendokumentasikan menggunakan SOAP. 5 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penyusunan Laporan tugas akhir adalah : a. Mampu melakukan pengkajian pada kista ovarium. b. Mampu menginterpretasikan data dasar pada kista ovarium. c. Mampu mengidentifikasi diagnosa atau maslaah potensial pada kista ovarium. d. Mampu mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera dan kolaborasi pada kista ovarium. e. Mampu merencanakan asuhan yang menyeluruh pada kista ovarium. f. Mampu melaksanakan asuhan pada kista ovarium. g. Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan pada pasien wanita dengan kista ovarium. D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis Sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang kista ovarium. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Instansi Rumah Sakit Sebagai tambahan informasi dan bahan evaluasi mengenai kasus kista ovarium, sehingga dapat meningkatan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan kesehatan reproduksi terutama kista ovarium. b. Bagi Institusi Pendidikan Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan bahan pembanding yang dapat dijadikan dasar pemikiran dalam melakukan penelitian selanjutnya. . BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi Wanita 1. Pengertian Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh jadi sehat bukan berarti sekedar tidak ada penyakit atau pun kecacatan, tetapi juga kondisi psikis dan sosial yang mendukung perempuan untuk melalui proses reproduksi, baik perempuan atau laki-laki berhak mendapatkan standar kesehatan yang setinggi-tingginya, karena kesehatan merupakan hak asasi manusia yang telah di akui dunia internasional (World Health Organizaton, 2014). Kesehatan reproduksi wanita akan berpengaruh pada fungsi reproduksinya dalam memperoleh keturunan dimasa yang akan datang. Masalah yang timbul akibat kurangnya pemahaman akan kesehatan reproduksi diantaranya adalah mengenai kebersihan atau hygiennisasi yang dapat mengakibatkan suatu penyakit. Gangguan kesehatan yang sering terjadi pada sistem reproduksi wanita di kalangan masyarakat diantaranya kanker servik, kista ovarium, gangguan menstruasi, mioma uteri dan lain sebagainya (Manuaba, 2010). 2. Ruang Lingkup Menurut program WHO,masalah kesehatan reproduksi ditinjau dari pendekatan keluarga meliputi: a) Masalah reproduksi. b) Masalah gender dan seksualitas. c) Masalah yang berkaitan dengan kehamilan. d) Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan. e) Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. f) Masalah pelacuran. g) Masalah sekitar ginekologi. 3. Masalah reproduksi a) Infertilisasi b) Kanker serviks c) Kanker payudara 6 7 4. d) Mioma uteri e) Kista ovarium f) Gangguan haid. g) Unwanred pregnancy(aborsi) h) Erosi portio i) Keganasan dan penyakit sistematik Kista ovarium a. Definisi Kista ovarium adalah suatu kantong abnormal yang berisi cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam indung telur (ovarium) (Eni, 2009). Kista ovarium adalah suatu kantong tertutup, berdinding membran yang berlapis epitel yang berisi cairan atau semi cairan tubuh tidak normal didalam rongga suatu organ (Priyatno, 2014). b. Etiologi Penyebab kista ovarium adalah terjadinya gangguan pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau indung telur itu sendiri. Sedangkan kista indung telur timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi (Eni, 2009). c. Faktor penyebab kista Menurut Eni (2009) faktor penyebab kista ovarium yaitu : 1) Fakor Reproduksi Riwayat reproduksi (kehamilan-persalinan) terdahulu serta durasi serta jarak reproduksi memiliki dampak terbesar pada penyakit ini, paritas yang rendah dan infertilisasi (kemandulan), menars (pertama kali mendapat menstruasi) dini dan menopause yang terlambat meningkatkan resiko untuk berkembangnya kista ovarium. Peningkatan insiden kista ovarium pada wanita lajang, biarawati dan wanita nulipara (tidak memiliki keturunan) menunjukakan ovulasi yang teratur yang tidak di selingi dengan kehamilan, meningkatkan podis posisi wanita mengidap keganasan kehamilan yang multiple (kembar) dapat meningkatkan efek protektif menghadapi 8 perkembangan kanker ovarium faktor lain yang dapat mengurangi resiko adalah riwayat menyusui. 2) Faktor Hormonal Penggunaan hormon eksogen pada terapi gejala menoupause berhubungan dengan peningkatkan resiko insiden maupun tingkat mortalitas kista ovarium.Beberapa literatur menunjukkan penggunaan terapi sulih hormon jangka panjang (>5-10tahun). Peningkatan resiko secara spesifik terlihat pada wanita pengguna hormon estrogen tanpa disertai progesteron. Peningkatan berat badan juga memungkinkan terjadinya peningkatan resiko terjadinya penyakit ini. 3) Faktor Genetik Pada umumnya kista ovarium bersifat sporadis/tidak beraturan. Pada Familia/hubungan keluarga/keturunan di laporkan hanya 5-10%. Dalam kasus dimana terdapat dua anggota keluarga yang mengidap kista ovarium, resiko pada wanita ini akan menjadi 7%. 4) Faktor Lingkungan Pada sebuah penelitian disebutkan diet wanita pengidap kanker ovarium dapat ditemukan pada pola diet berat, hal ini kemungkinan berhubungan dengan tingginya angka insiden kista ovarium. d. Klasifikasi Diantara tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan tumor non plastik belum ada klasifikasi yang diterima oleh semua pihak. Hal ini terjadi oleh klasifikasi berdasarkan hispatologi dan embriologi belum dapat diterima secara tuntas berhubungan masih kurang pengetahuan kita tentang asal usul beberapa hormon. Maka pertimbangan praktis tumor. 1) Tumor Nonplasma a) Tumor akibat radang b) Tumor kista lain : 9 (1) Kista folikel Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang stelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista atau beberapa, dan besarnya biasanya berukuran sedikit lebih besar (3-8 cm) dari folikel pro-ovulasi (2,5 cm) (Prawirahardjo, 2011). (2) Kista korpus luteum Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang pada luar kehamilan. Pada beberapa kasus sering menyerupai kehamilan, dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenoria diikuti oleh perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa berat diperut bagian bawah. Pendarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Rasa nyeri didalam perut yang mendadak dengan adanya amenoria sering menimbulkan diferensial dalam kesulitan kehamilan dalam diagnosis ektopik terganggu (Prawihardjo, 2010). 2) Tumor stein leventhal Kelainan ini terkenal dengan nama sindrom stein leventhal dan kiranya disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya pada penderita terdapat gangguan ovulasi, oleh karena itu endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen (Prawihardjo, 2011). e. Tanda dan gejala 1) Gejala akibat pertumbuhan a) Menimbulkan rasa berat pada abdomen bagian bawah b) Tekanan tumor dapat menimbulkan obstipasi atau oedem pada tungkai bawah. 10 2) Gejala akibat perubahan hormonal Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga bila menjadi tumor menimbulkan gangguan terhadap menstruasi. Menstruasi yang datang terlambat dan disertai rasa nyeri, nyeri menstruasi hebat dan terus menerus. Dan serangan yang tajam yang muncul mendadak pada perut bagian bawah. f. Patofisiologi Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat merupakan pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel graff atau korpus luteum, atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epitel ovarium (Bunner,& Suddath, 1989) g. Manajemen medik 1) Laparaskopi Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukkan sifat-sifat tumor itu (Prawihardjo, 2011). 2) Ultrasonografi Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing. Apakah kistik dan solid dapat dibedakan pula antara cairan atau rongga perut yang bebas atau tidak (Prawihardjo, 2011). 3) Foto Rontgen Pemeriksaan ini berguna untuk menetukkan adanya hidrotoraks. Selanjutnya pada kista demoid dapat dilihat adanya gigi dalam tumor (Prawihardjo, 2011). 4) Operasi Pada saat diperiksa kista ovarium harus diperiksa,apakah tumor ditemukan satu atau dua ovarium. Pada operasi tumor ovarium yang diangkat harus segera dibuka. Untuk mengetahui apakah ada keganasan atau tidak (Prawihardjo, 2011). 11 h. Penatalaksanaan kista ovarium Penatalaksanaan kista ovarium bergantung dari faktor-faktor yaitu ukuran dan jenis kista, umur dan kondisi kesehatan penderita. Ada dua prinsip yang penting dalam menejemen kista ovarium adalah: 1) Sikap wait and see (menunggu hasil) Oleh karena itu mayoritas kista adalah kista fungsional yang akan menyusut dengan sendirinya dalam 2-3 bulan, maka semakin dini deteksinya, semakin mudah pengobatan nya. Tentu, tiap wanita selalu berharap agar indung telurnya tetap utuh, tidak rusak atau tidak dipertahankan. Jika dokter mengambill keputusan untuk mengangkat kista. Kemungkinan tersebut menjadi ada jika kista ditemukan dalam stadium dini. Alternatif terapi dapat dilakukan dengan pemberian pil KB dengan maksud menekan proses ovulasi, dengan sendirinya kista pun tidak akan tumbuh (Eni, 2011). 2) Terapi Bedah dan Operasi Indikasi perlu dilakukan pembedahan adalah jika kista tidak memiliki ukuran demikian besar, kista yang di temukan pada wanita usia reproduksi,atau kista yang menimbulkan rasa nyeri luar biasa, lebih-lebih sampai perdarahan. Tindakan operatif yang mengandung kista ini adalah pengangkatan dengan resiko (pemotongan) pada bagian ovarium yang mengandung kista, jika kista ovarium besar dan terjadi komplikasi maka dilakukan pengangkatan ovarium dan tuba (salpingektomi) (Eni,2009). Salpingektomi adalah melakukan eksisi bagian tuba lalu mengeluarkan hasil-hasil konsepsin pada suatu segmen tuba diikuti dengn reparasi bagian tersebut (Prawihardjo, 2011) Hasil penelitian J Nati dkk, tahun 2015 di amerika serikat membuktikan bahwa salpingectomy pada indikasi jinak dikaitkan dengan penurunan risiko kista ovarium. Data ini mendukung hipotesis bahwa sebagian besar kista ovarium muncul di tuba falopi dan rahim. Penelitian tersebut membuktikan bahwa 12 penghapusan saluran tuba dengan sendirinya, atau bersamaan dengan operasi jinak lainnya, merupakan langkah yang efektif untuk mengurangi risiko kista ovarium pada populasi umum (J Nati dkk, 2015). B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Menurut Varney yang di kutip Sari (2012), manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisirkan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan, dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan, dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses preodik dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk kerangka lengkap yang dapat menjadi langkah-langkah tertentu dan dapat berubah sesuai dengan keadaan pasien. Adapun pelaksanaan manajemen kebidanan 7 langkah Varney tersebut adalah : a. Langkah pertama: Pengumpulan data dan Pengkajian data Pengkajian adalah langkah awal yang dipakai dalam penerapan asuhan kebidanan pada pasien yang terdiri dari subjketif dan objektif. Tahap ini meliputi : 1) Data Subjektif Data subjektif adalah data yang dibutuhkan untuk menilai ibu sesuai dengan kondisinya (Romauli,2011). a) Biodata (1) Nama : Untuk mengetahui data pasien. (2) Umur : Untuk mengenal faktor resiko dari umur pasien. (3) Agama : Berguna untuk memberi motivasi pasien sesuai dengan kepercayaan. 13 (4) Suku/Bangsa : Untuk mengetahui adat dan kebiasaan pasien. (5) Pendidikan : Untuk mengetahui pengetahuan ibu tingkat dalam bidang kesehatan. (6) Pekerjaan : Untuk mengetahui status sosial ekonomi dan aktifitas ibu sehari-hari. (7) Alamat : Untuk mendapatkan gambaran lingkungan tempat tinggal pasien. b) Keluhan Utama Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Keluhan yang muncul pada kasus kista ovarium adalah nyeri perut bagian bawah (sulistyawati, 2013) c) Riwayat Menstruasi Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus menstruasi, menstruasi, lamanya menstruasi, teratur/tidak banyaknya menstruasi, sifat darah darah menstruasi, keluhan yang dirasakan sakit waktu menstruasi atau disebut disminorea, gejala premenstrual. d). Riwayat Perkawinan Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin syah, berapa kali, usia menikah berapa tahun, dengan suami usia berapa, lama perkawinan, dan sudah mempunyai anak belum. Hal ini perlu diketahui seberapa perhatian suami kepada istrinya ( Estiwidani dkk, 2008). e). Riwayat Kehamilan dan Nifas yang lalu Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran : G (gravidarum), P (papra), A (abortus), H (hidup). Riwayat persalinan yaitu ajarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya melahirkan, dan cara melahirkan. Masalah/ gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan. Riwayat kelahiran kelainan bawaan bayi, 14 jenis kelamin bayi, keadaan bayi hidup/mati saat dilahirkan (Estiwidani dkk, 2008). f). Riwayat Keluarga Berencana Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis kontrasepsi, efek samping, keluhanya apa, alasan berhenti, (bila tidak memakai lagi), lamanya menggunakan alat kontrasepsi (Ambarawati dan Wulandari, 2010). g). Riwayat Kesehatan Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami penyakit kandungan seperti infertilisasi, penyakit kelamin, tumor, dan sistem reproduksi (Ambarawatidan Wulandari, 2010) h) Riwayat kesehatan yang lalu Dikaji untuk mengetahui apakah ada hubungan nya dengan masalah yang dihadapi oleh klien pada saat ini. i) Riwayat kesehatan sekarang Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini,apakah pada keadaan ibu dengan kista ovarium menderita sakit pinggang dan nyeri perut bagian bawah (Jannah,2011) j) Riwayat kesehatan keluarga Dikaji untuk mengetahui apakah adanya penyakit menurun dalam keluarga seperti asma, diabetes melitus, hipertensi, jantung dan riwayat penyakit menular lainnya (jannah,2011) k) Kebiasaan Sehari-hari Pola Nutrisi : Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien dengan mengamati adakah penurunan berat badan atau tidak ada pada pasien (Susilawati, 2008). Pola Elminasi : Untuk mengetahui perubahan siklus BAB dan BAK sedikit atau jarang (Susilawati,2008). Pola Istirahat : Mungkin terganggu karena adanya rasa yang tidak nyaman (Susilawati,2008). 15 Pola Hygine :Kebiasaan mandi setiap harinya (Susilawati, 2008). Aktivitas : Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah atau adanya nyeri akibat penyakit yang dialaminya (Susilawati,2008). Pola Seksualitas : Untuk mengetahui kebiasaan hubungan seksual klien dengan suami dan adakah terdapat kelainan atau keluhan selama hubungan seksual (Susilawati,2008). 2) Data Objektif Data obyektif adalah data yang diperoleh dari data pemeriksaan (Rukiyah dkk, 2013) meliputi: a. Pemeriksaan fisik (1) Keadaan umum Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik,cukup,atau kurang. Pada ibu dengan kista ovarium keadaan umum ibu baik.(fauziyah , 2012) (2) Kesadaran Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai dari keadaan composmentis, apatis, sampai dengan koma. Pada ibu dengan kista ovarium composmentis (fauziyah, 2012) (3) Tekanan darah Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan nilai satuannya mmHg. Keadaan ini sebaiknya antara 90/60130/90 mmHg atau peningkatan sistolik tidak lebih dari 30 mmHg dan peningkatan diastolik tidak lebih dari 15mmHg dari keadaan normal pasien atau paling sedikit pada pengukuran 2 kali berturutturut pada selisih 1 jam (saifuddin, 2006). Pada kasus kista ovarium tekanan darah 130/60 dalam batas normal (manuaba, 2010). (4) Suhu Untuk mengetahui suhu badan klien kemungkinan demam atau febris yang merupakan gejala adanya infeksi yang berdampak 16 pada kista ovarium suhu di ukur dengan menggunakan skala derajat celcius. Batas normal 36,5ºC-37,0ºC . Pada kasus kista ovarium keadaan suhu badan dalam batas normal (Manuaba, 2010) (5) Nadi Untuk mengetahui denyut nadi klien yang dihitung dalam 1 menit, denyut nadi normal 60-80x/menit (Ambarawati dan Wulandari, 2010). Nadi pada ibu penderita kista ovarium 80x/menit. (6) Respirasi Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit, respirasi normalnya 20-3-x/menit (Ambarawati dan wulandari 2010). Pada kasus ibu penderita kista ovarium pernafasan dalam batas normal (Manuaba, 2010) b. Pemeriksaan Sistematis 1. Kepala ,meliputi: a. Rambut Untuk mengetahui apakah rambut rontok atau tidak, untuk menilai warnanya, kelebatan, karakteristik rambut (Rukiyah dkk,2013) b. Muka Untuk mengetahui oedem atau tidak (Jannah, 2011) c. Mata Untuk mengetahui keadaan conjungtiva pucat atau merah muda , warna sclera putih atau kuning (Rukiyah dkk, 2013). Pada ibu penderita kista ovarium normal dan tidak kelainan apapun (Manuaba, 2010). d. Hidung Untuk mengetahui keadaan hidung dari kebersihan,alergi debu atau tidak ada polip atau tidak (Sulistyawati, 2013) e. Telinga Untuk mengetahui keadaan telinga apakah ada gangguan pendengaran atau (Sulistyawati, 2013). tidak, ada serumen atau tidak 17 f. Mulut Untuk mengetahui keadaan mulut apakah ada caries, bersih atau tidak, keadaan bibir kering atau tidak, lidah kering dan kotor atau tidak (Sulistyawati, 2013). Pada ibu penderita kista ovarium mulut dalam keadaan normal. g. Leher Untuk mengetahui apakah ada pembengkakan kelenjar thyroid atau limfe (Rukiyah, 2013) h. Payudara Untuk mengetahui keadaan payudara membesar atau tidak, simetris atau tidak , puting susu menonjol atau tidak, ada benjolan dan nyeri tekan atau tidak (Rukiyah, 2013) i. Ekstermitas Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, adanya varices atau tidak, adanya kelainan atau tidak, reflek patella positif atau negatif (varney,2007). c. Pemeriksaan khusus 1. Abdomen a. Infeksi Merupakan proses observasi yang di laksanakan secara sistematik dilakukan penglihatan, dengan pendengaran, menggunakan pencium sebagai indera alat mengumpulkan data (Nursalam,2008). Pada ibu penderita kista ovarium tidak ditemukan adanya pembesaran. b. Palpasi Palpasi merupakan teknik pemeriksaan yang menggunakan indra peraba (Nursalam, 2008). Untuk meraba apakah ada nyeri tekan pada bagian perut. Pada ibu penderita kista ovarium terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah. c. Auskultasi Merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh 18 tubuh (Nursalam, 2008). Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya bising usus atau tidak. d. Perkusi Pemeriksaan mengetuk-ngetuk jari ke tubuh klien yang akan di kaji untuk membandingkan bagian kanan dan kiri yang bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan (Nursalam, 2008). Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan perkusi pada ekstremitas bawah didapatkan hasil reflek patella kanan positif dan kiri. d. Pemeriksaan penunjang Untuk mengatakan diagnosa dari pemeriksaan fisik, pada kasus kista ovarium pemeriksaan yang dilakukan adalah ultrasonografi (USG). b. Langkah kedua: Interprestasi Data Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan impretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diintreprestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik (Hidayat,dan Sujanti, 2010) c. Langkah ketiga: Diagnosa Potensial Diagnosa potensial adalah mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan agar siap-siap bila diagnosa atau masalah potensial yang benar-benar terjadi. Dari kasus kista ovarium didapatkan diagnosa potensial terjadi torsi atau terpuntir sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan, atau infeksi (Manuaba, 2010) 19 d. Langkah keempat: Antisipasi Antisipasi adalah mengidentifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan. Antisipasi dalam kasus kista ovarium adalah salpingektomi (Prawirahardjo, 2011) e. Langkah kelima : Perencanaan Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi dan diantisipasi, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan rujukan yang mungkin diperlukan (Rukiyah dkk,2013). Rencana asuhan dari diagnosa yang akan diberikan dalam kasus kista ovarium meliputi: 1) Ukur tanda-tanda vital 2) Bantu ibu untuk melakukan teknik relaksasi 3) Beri dukungan emosional kepada ibu 4) Beri pendidikan tentang kesehatan tentang perawatan luka operasi 5) Bimbing ibu untuk melakukan mobilisasi setelah dioprasi 6) Beritahu tentang proses penyakitnya 7) Beritahu tentang cara perawatan personal hygiene. f. Langkah keenam : Penatalaksanaan Pada langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima, mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan bermutu (Rukiyah dkk, 2013). Pada kasus kista ovarium penatalaksanaannya, meliputi : 1) Ukur tanda-tanda vital 2) Bantu ibu untuk melakukan teknik relaksasi 3) Beri dukungan emosional kepada ibu 4) Beri pendidikan tentang kesehatan tentang perawatan luka oprasi 5) Bimbing ibu untuk melakukan mobilisasi setelah dioprasi 6) Beritahu tentang proses penyakitnya 7) Beritahu tentang cara perawatan personal hygiene 20 g. Langkah ketujuh: Evaluasi Langkah ini merupakan mengevaluasi kefektifan dan asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada klien apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam diagnosa dan masalah rencana tersebut (Rukiyah dkk, 2013). 2. Kerangka konsep manajemen asuhan kebidan Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Alur pikir bidan Pencatatan dari asuhan kebidanan Proses Manajemen kebidanan 7 Langkah Varney Pendokumentasian asuhan kebidanan (SAOP Pengaumpulan data dasar Subjektif & objektif Interprestasi data dasar SOAP NOTES Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial Subjektif Objektif Analisa Data Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera Assessment atau Diagnosa Plan: Konsul Tes diagnostik/Lab Rujukan Pendidikan/ Konseling Follow up Merencanakan asuhan yang komprehensif atau menyeluruh Melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan Dokumen kebidanan Penatalaksanaan Evaluasi Gambar 2.1 Bagan Skemalangkah-langkah proses manajemen (Estiwidani., dkk, 2008) 21 3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) Menurut helen varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu: a. Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan keluarga melalui anamnesa sebagai langkah I varney. b. Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik,hasil laboratorium, dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I varney. c. Assesment atau analisa data Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi : diagnosa masalah, antisipasi diagnosa/ masalah potensial, perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 varney. d. Planning atau penatalaksanaan Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assesment sebagai langkah 5, 6, 7 varney. C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Kasus Kista Ovarium Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi,dan tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan atau masalah kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan masyarakat) (Soepardan,2008). 1. Kewenangan Bidan Keputusan menteri kesehatan Republik indonesia nomor 1464/MenKes/Per/X/2010 tentang izin dan penyalahgunaan praktik bidan. 22 Pasal 12 poin a Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 poin c,berwenang untuk: a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom. 2. Pandangan Al-Quran dan Al-Hadist tentang kista Ovarium Dari segi spiritual faktor yang tidak kalah penting adalah keyakinan terhadap Allah S.W.T bahwa setiap penyakit yakin ada obatnya, hal ini harus diketahui oleh setiap muslim adalah tidaklah Allah menciptakan suatu penyakit kecuali dia juga menciptakan penawarnya sebagaimana tercantum dalam Al-Quran dan Hadist. Namun sebelumnya kita harus mengetahui proses kehamilan dan proses terbentuknya manusia sebagaimana tercantum dalam al-quran: Alloh SWT berfirrman dalam Al-Quran surat al-mu’minun :12-14 mengenai proses kehamilan: Artinya:“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. 23 Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (Q.S Al-Mu’minun :12-14). “Sebagaimana yang telah dijelaskan menurut ayat al-quran dan hadist diatas bahwa manusia diciptakan sempurna. Dan kesempurnaan itu kita harus bisa mensyukuri dan menjaga apa yang Allah SWT berikan,sehingga jika kita tidak bisa menjaga kesehatan dengan baik maka akan timbul beberapa penyakit yang diantaranya kesehatan reproduksi seperti kista ovarium. DAFTAR PUSTAKA Al-Quran. Surat Al-Muminun Ayat 12-14. Surat Al-Sajdah Ayat 7-9. Depkes. RI (2009) Upaya Percepatan Penurunan Angka kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia. Available from : http//:www.depkes.go.id [accessed 10 Mei 2016]. Dewi, VNL. Sunarsih T. (2011) Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika Dian Pratitis, Kamidah. (2013) Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya kehamilan dengan Kepatuhan Pemeriksaan KehamilanDi bps ernawati Boyolali, Vol 10 (2) Agustus, pp 33-41 DinKes (2015) Data AKI dan AKBCiamis. Ciamis : DinKes Haya, MAN. Pakasi, TA, Bahar, NA, Basuki, B. (2014) Antenatal care practice and the chance of having nurse/miwdife birth attendant a study in Central Mountain of Papua, vol 8 (3) Oktober, pp 30-39 Kusumawati. (2008) Panduan Lengkap Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta: Tugu Publisher. Manuaba I.B.G (2010) Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Prawiroharjo, S. (2013) Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Prawiroharjo, S. (2010) Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Permenkes. (2010) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik Bidan. Available from: http://www.google.co.id/tag/ Diakses tanggal 10 Mei 2016. Romauli, S. (2011) Asuhan kebidanan 1. Yogyakarta: Muha Medika Soepardan, S. (2008) Konsep Kebidanan. Jakarta: PT Maha Putra Sugiyono. (2010) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RND. Bandung: Alfabeta Walyani, ES. (2015) Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Press Yuni, dkk (2010), Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya