ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA IBU

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA
IBU DENGAN KISTA OVARIUM DI RUANG I
RSUD dr. SOEKARDJO TASIKMALAYA
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Mencapai
Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh:
RIDA SAPITRI
NIM. 13DB277077
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk semakin meningkatnya
derajat
kesehatan
masyarakat,
kualitas
sumber
daya
manusia,
pemantauan jangkauan pelayanan kesehatan serta kualitas kehidupan. Di
negara berkembang seperti Indonesia sekitar 25-50% kematian wanita
usia subur dan lanjut disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan dan penyakit sistem reproduksi misalnya kista
ovarium, jika dibiarkan maka akan menjadi penyakit yang sangat
berbahaya. World Health Organization (WHO) memperkirakan diseluruh
dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 orang meninggal karena hal
tersebut ( Depkes RI, 2011).
Salah satu hal penting untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal, upaya pemerintah dalam mencegah gangguan sistem reproduksi
seperti kista ovarium ialah dengan memperhatikan kesehatan wanita,
khususnya kesehatan reproduksi karena hal tersebut berdampak luas,
menyangkut berbagai aspek kehidupan, serta merupakan parameter
kemampuan Negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
terhadap masyarakat. Kesehatan reproduksi wanita berpengaruh besar
dan berperan penting terhadap kelanjutan generasi penerus suatu
Negara ( Pojianto, 2012).
Kista ovarium paling sering terjadi pada wanita nerusia antara 20-50
tahun. Dimana usia dewasa muda,yaitu antara 16-45 tahun sering
dihubungkan dengan masa subur. Ketika usianya sampai 45 tahun,
hormon turun dengan lebih cepat lagi.
Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang
paling sering di jumpai pada wanita dimasa reproduksinya. Kista ovarium
disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormone pada hipotamalus,
hipofisis dan ovarium. Kista ovarium pada umumnya dijumpai pada wanita
yang lebih tua post menopause. Hampir 80% kasus tumor ovarium
dijumpai pada wanita usia di atas 50 tahun. Kista ovarium yang bersifat
ganas disebut kanker ovarium. Kista ovarium itu sendiri memiliki risiko
1
2
yaitu mengalami degenerasi keganasan menjadi kanker, di samping itu
bisa mengalami torsi atau terpuntir sehingga menimbulkan nyeri akut,
perdarahan atau infeksi bahkan sampai kematian. Oleh karena itu kista
ovarium
merupakan
masalah
penting
yang
menyangkut
kualitas
kesehatan reproduksi wanita ( Wiknjossatro, 2010).
Penanganan kista ovarium sampai sekarang belum ada cara
deteksi dini yang sederhana untuk memeriksa adanya
keganasan
ovarium. Sekarang ini, yang dapat digunakan adalah ultrasonografi, tetapi
cara itu agak sulit jika diterapkan secara massal karena biayanya cukup
mahal. Untuk meurunkan risiko keganasan kista ovarium, dapat
menggunakan pil Keluarga Berencana (KB) karena risiko terjadi kanker
ovarium lebih kecil. Dengan menggunakan kontrasepsi hormonal,
terutama pil KB proses pada ovarium dapat di tekan sehingga risiko
terjadi keganasan pada ovarium menurun.
The American Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun
2014, sekitar 21.980 kasus baru kanker ovarium akan didiagnosis dan
14.270 wanita akan meninggal karena kanker ovarium di Amerika Serikat.
Angka kejadian kista ovarium tertinggi ditemukan pada negara maju,
dengan rata-rata 10 per 100.000, 2 2 kecuali di Jepang (6,5 per 100.000).
Insiden di Amerika Selatan (7,7 per 100.000) relatif tinggi bila
dibandingkan dengan angka kejadian di Asia dan Afrika (WHO,2010).
Peran bidan mengenai kasus kista yaitu dengan melakukan
bimbingan dan peyuluhan kepada individu khususnya kepada wanita usia
reproduksi, melakukan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi, masalah
reproduksi, memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada
individu, keluarga kelompok, dan masyrakat tentang penanggulangan
masalah keshatan khususnya yang berhubungan dengan kista ovarium,
memberikan asuhan kebidanan secara komfrehensif yang mencakup
segala kebutuhan klien serta mampu mengatasi masalah yang mungkin
timbul pada pasien yang mengalami tindakan operasi sehingga pasien
dapat kembali melakukan aktivitasnya.
3
Dari segi spiritual faktor yang tidak kalah penting adalah keyakinan
terhadap Allah SWT bahwa setiap penyakit yakin ada obatnya, hal ini
harus diketahui oleh setiap muslim adalah tidaklah Allah
SWT
menciptakan suatu penyakit kecuali dia juga menciptakan penawarnya
sebagaimana tercantum dalam Al-Quran dan Hadist
“Jika Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah
kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaannya) bagi setiap orang yang
banyak bersabar dan banyak bersyukur”
Imam muslim „merekam „sebuah Hadist dari jabir bin „Abdullah
radhiyallahu‟anhu, dari rasululloh bahwa sanya beliau bersabda ;
“Setiap penyakit ada obatanya. Apabila obat itu tepat untuk suatu
penyakit,penyakit itu akan sembuh dengan se izin allah‟azza wa
jall,‟‟(HR.Muslim).
Berdasarkan ayat dan hadist di atas memberikan pengertian
kepada kita bahwa manusia diciptakan sempurna. Dan kesempurnaan itu
harus bisa kita syukuri dan menjaga apa yang telah Allah SWT berikan,
semua penyakit yang menimpa manusia maka Allah turunkan obatnya
termaksud tentang segala penyakit reproduksi seperti kista ovarium,
mioma uteri, kanker servik dan sebagainya. Oleh karenanya seseorang
yang sedang Allah SWT uji dengan penyakitnya harus bersabar untuk
selalu berobat dan terus berusaha untuk mencari obat. Diharapkan
tenaga kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan yang mungkin
menjumpai kasus kista oarium memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang
memadai
sesuai
dengan
kompetensi
dan
menyebabkan kualitas hidup seseorang wanita berkurang.
fasilitas
yang
4
Berdasarkan pengumpulan data yang telah di dapatkan dari Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Tasikmalaya yang mengalami tindakan
operasi akibat kista ovarium pada tahun 2015 juni sampai desember
sebanyak 283 orang. Menurut golongan umur 1-15 tahun sebanyak 1
orang, golongan umur 16-25 sebanyak 10 orang, golongan 26-44
sebanyak 32 orang, golongan 45-64 tahun sebanyak 22 orang, dan
jumlah kasus pada tahun 2016 januari sampai april di ruangan 1
sebanyak 66 orang. Mengalami penyakit kista ovarium pada tahun dan
disetiap bulannya selalu ada wanita yang mengalami gangguan
reproduksi
kista
ovarium.
(Rekam
Medik
RSUD
dr.
Soekardjo
Tasikmalaya, 2015).
Mengingat banyaknya masalah kejadian kista ovarium di Indonesia
terutama di daerah tasikmalaya maka perlu penanganan yang memadai
untuk mencegah terjadinya masalah kista ovarium maupun komplikasi
lebih lanjut agar dapat menekan dan menurunkan angka gangguan
reproduksi pada wanita maka penulis tertarik untuk mengambil kasus
dengan judul “ Asuhan Kebidanan Pada Ibu Dengan kista ovarium Di
Ruang 1 penyakit kandungan RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat disimpulkan, bahwa rumusan
masalah diatas yaitu “ Bagaimana asuhan kebidanan pada pasien wanita
yang menderita kista ovarium di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya ?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu
melaksanakann
asuhan
kebidanan
pada
gangguan
kesehatan reproduksi pada wanita P3A0 usia 34 tahun dengan kista
ovarium di RSUD dr. Soekardjo Tasikamalaya dengan pendekatan
manajemen kebidanan dan mendokumentasikan menggunakan
SOAP.
5
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan Laporan tugas akhir adalah :
a. Mampu melakukan pengkajian pada kista ovarium.
b. Mampu menginterpretasikan data dasar pada kista ovarium.
c. Mampu mengidentifikasi diagnosa atau maslaah potensial pada
kista ovarium.
d. Mampu mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera dan kolaborasi pada kista
ovarium.
e. Mampu merencanakan asuhan yang menyeluruh pada kista
ovarium.
f.
Mampu melaksanakan asuhan pada kista ovarium.
g. Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan pada pasien wanita
dengan kista ovarium.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang kista ovarium.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Instansi Rumah Sakit
Sebagai tambahan informasi dan bahan evaluasi mengenai kasus
kista ovarium, sehingga dapat meningkatan asuhan kebidanan
pada wanita dengan gangguan kesehatan reproduksi terutama
kista ovarium.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan bahan pembanding
yang dapat dijadikan dasar pemikiran dalam melakukan penelitian
selanjutnya.
.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi Wanita
1.
Pengertian
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental,
dan sosial yang utuh jadi sehat bukan berarti sekedar tidak ada penyakit
atau pun kecacatan, tetapi juga kondisi psikis dan sosial yang
mendukung
perempuan
untuk
melalui
proses
reproduksi,
baik
perempuan atau laki-laki berhak mendapatkan standar kesehatan yang
setinggi-tingginya, karena kesehatan merupakan hak asasi manusia
yang telah di akui dunia internasional (World Health Organizaton, 2014).
Kesehatan reproduksi wanita akan berpengaruh pada fungsi
reproduksinya dalam memperoleh keturunan dimasa yang akan datang.
Masalah yang timbul akibat kurangnya pemahaman akan kesehatan
reproduksi diantaranya adalah mengenai kebersihan atau hygiennisasi
yang dapat mengakibatkan suatu penyakit. Gangguan kesehatan yang
sering terjadi pada sistem reproduksi wanita di kalangan masyarakat
diantaranya kanker servik, kista ovarium, gangguan menstruasi, mioma
uteri dan lain sebagainya (Manuaba, 2010).
2.
Ruang Lingkup
Menurut program WHO,masalah kesehatan reproduksi ditinjau
dari pendekatan keluarga meliputi:
a) Masalah reproduksi.
b) Masalah gender dan seksualitas.
c) Masalah yang berkaitan dengan kehamilan.
d) Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan.
e) Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
f)
Masalah pelacuran.
g) Masalah sekitar ginekologi.
3. Masalah reproduksi
a)
Infertilisasi
b)
Kanker serviks
c)
Kanker payudara
6
7
4.
d)
Mioma uteri
e)
Kista ovarium
f)
Gangguan haid.
g)
Unwanred pregnancy(aborsi)
h)
Erosi portio
i)
Keganasan dan penyakit sistematik
Kista ovarium
a.
Definisi
Kista ovarium adalah suatu kantong abnormal yang berisi
cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam indung telur
(ovarium) (Eni, 2009). Kista ovarium adalah suatu kantong tertutup,
berdinding membran yang berlapis epitel yang berisi cairan atau
semi cairan tubuh tidak normal didalam rongga suatu organ
(Priyatno, 2014).
b.
Etiologi
Penyebab
kista
ovarium
adalah
terjadinya
gangguan
pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau indung telur
itu sendiri. Sedangkan kista indung telur timbul dari folikel yang
tidak berfungsi selama siklus menstruasi (Eni, 2009).
c.
Faktor penyebab kista
Menurut Eni (2009) faktor penyebab kista ovarium yaitu :
1)
Fakor Reproduksi
Riwayat reproduksi (kehamilan-persalinan) terdahulu
serta durasi serta jarak reproduksi memiliki dampak terbesar
pada penyakit ini, paritas yang rendah dan infertilisasi
(kemandulan), menars (pertama kali mendapat menstruasi) dini
dan menopause yang terlambat meningkatkan resiko untuk
berkembangnya kista ovarium. Peningkatan insiden kista
ovarium pada wanita lajang, biarawati dan wanita nulipara
(tidak memiliki keturunan) menunjukakan ovulasi yang teratur
yang tidak di selingi dengan kehamilan, meningkatkan podis
posisi wanita mengidap keganasan kehamilan yang multiple
(kembar) dapat meningkatkan efek protektif menghadapi
8
perkembangan
kanker
ovarium
faktor
lain
yang
dapat
mengurangi resiko adalah riwayat menyusui.
2)
Faktor Hormonal
Penggunaan hormon eksogen pada terapi gejala
menoupause berhubungan dengan peningkatkan resiko insiden
maupun tingkat mortalitas kista ovarium.Beberapa literatur
menunjukkan penggunaan terapi sulih hormon jangka panjang
(>5-10tahun). Peningkatan resiko secara spesifik terlihat pada
wanita pengguna hormon estrogen tanpa disertai progesteron.
Peningkatan berat badan juga memungkinkan terjadinya
peningkatan resiko terjadinya penyakit ini.
3)
Faktor Genetik
Pada umumnya kista ovarium bersifat sporadis/tidak
beraturan.
Pada
Familia/hubungan
keluarga/keturunan
di
laporkan hanya 5-10%. Dalam kasus dimana terdapat dua
anggota keluarga yang mengidap kista ovarium, resiko pada
wanita ini akan menjadi 7%.
4)
Faktor Lingkungan
Pada sebuah penelitian disebutkan diet wanita pengidap
kanker ovarium dapat ditemukan pada pola diet berat, hal ini
kemungkinan berhubungan dengan tingginya angka insiden
kista ovarium.
d.
Klasifikasi
Diantara tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan
tumor non plastik belum ada klasifikasi yang diterima oleh semua
pihak. Hal ini terjadi oleh klasifikasi berdasarkan hispatologi dan
embriologi belum dapat diterima secara tuntas berhubungan masih
kurang pengetahuan kita tentang asal usul beberapa hormon. Maka
pertimbangan praktis tumor.
1) Tumor Nonplasma
a) Tumor akibat radang
b) Tumor kista lain :
9
(1) Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak
sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista
folikel, atau dari beberapa folikel primer yang stelah
bertumbuh
di
bawah
pengaruh
estrogen
tidak
mengalami proses atresia yang lazim, melainkan
membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista atau
beberapa, dan besarnya biasanya berukuran sedikit
lebih besar (3-8 cm) dari folikel pro-ovulasi (2,5 cm)
(Prawirahardjo, 2011).
(2) Kista korpus luteum
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang
pada luar kehamilan. Pada beberapa kasus sering
menyerupai kehamilan, dapat menimbulkan gangguan
haid, berupa amenoria diikuti oleh perdarahan tidak
teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa
berat diperut bagian bawah. Pendarahan yang berulang
dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Rasa nyeri
didalam perut yang mendadak dengan adanya amenoria
sering
menimbulkan
diferensial
dalam
kesulitan
kehamilan
dalam
diagnosis
ektopik
terganggu
(Prawihardjo, 2010).
2) Tumor stein leventhal
Kelainan ini terkenal dengan nama sindrom stein leventhal dan
kiranya disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal.
Umumnya pada penderita terdapat gangguan ovulasi, oleh
karena itu endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen
(Prawihardjo, 2011).
e.
Tanda dan gejala
1) Gejala akibat pertumbuhan
a) Menimbulkan rasa berat pada abdomen bagian bawah
b) Tekanan tumor dapat menimbulkan obstipasi atau oedem
pada tungkai bawah.
10
2) Gejala akibat perubahan hormonal
Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita,
sehingga bila menjadi tumor menimbulkan gangguan terhadap
menstruasi. Menstruasi yang datang terlambat dan disertai rasa
nyeri, nyeri menstruasi hebat dan terus menerus. Dan serangan
yang tajam yang muncul mendadak pada perut bagian bawah.
f.
Patofisiologi
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang
dapat merupakan pembesaran sederhana konstituen ovarium
normal, folikel graff atau korpus luteum, atau kista ovarium dapat
timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epitel ovarium (Bunner,&
Suddath, 1989)
g.
Manajemen medik
1) Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui
apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk
menentukkan sifat-sifat tumor itu (Prawihardjo, 2011).
2) Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas
tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung
kencing. Apakah kistik dan solid dapat dibedakan pula antara
cairan atau rongga perut yang bebas atau tidak (Prawihardjo,
2011).
3) Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menetukkan adanya
hidrotoraks. Selanjutnya pada kista demoid dapat dilihat adanya
gigi dalam tumor (Prawihardjo, 2011).
4) Operasi
Pada saat diperiksa kista ovarium harus diperiksa,apakah
tumor ditemukan satu atau dua ovarium. Pada operasi tumor
ovarium yang diangkat harus segera dibuka. Untuk mengetahui
apakah ada keganasan atau tidak (Prawihardjo, 2011).
11
h.
Penatalaksanaan kista ovarium
Penatalaksanaan kista ovarium bergantung dari faktor-faktor
yaitu ukuran dan jenis kista, umur dan kondisi kesehatan penderita.
Ada dua prinsip yang penting dalam menejemen kista ovarium
adalah:
1) Sikap wait and see (menunggu hasil)
Oleh karena itu mayoritas kista adalah kista fungsional
yang akan menyusut dengan sendirinya dalam 2-3 bulan, maka
semakin dini deteksinya, semakin mudah pengobatan nya.
Tentu, tiap wanita selalu berharap agar indung telurnya tetap
utuh, tidak rusak atau tidak dipertahankan. Jika dokter
mengambill keputusan untuk mengangkat kista. Kemungkinan
tersebut menjadi ada jika kista ditemukan dalam stadium dini.
Alternatif terapi dapat dilakukan dengan pemberian pil KB
dengan maksud menekan proses ovulasi, dengan sendirinya
kista pun tidak akan tumbuh (Eni, 2011).
2) Terapi Bedah dan Operasi
Indikasi perlu dilakukan pembedahan adalah jika kista
tidak memiliki ukuran demikian besar, kista yang di temukan
pada wanita usia reproduksi,atau kista yang menimbulkan rasa
nyeri luar biasa, lebih-lebih sampai perdarahan. Tindakan
operatif yang mengandung kista ini adalah pengangkatan
dengan resiko (pemotongan) pada bagian ovarium yang
mengandung kista, jika kista ovarium
besar dan terjadi
komplikasi maka dilakukan pengangkatan ovarium dan tuba
(salpingektomi) (Eni,2009).
Salpingektomi adalah melakukan eksisi bagian tuba lalu
mengeluarkan hasil-hasil konsepsin pada suatu segmen tuba
diikuti dengn reparasi bagian tersebut (Prawihardjo, 2011) Hasil
penelitian
J
Nati
dkk,
tahun
2015
di
amerika
serikat
membuktikan bahwa salpingectomy pada indikasi jinak dikaitkan
dengan penurunan risiko kista ovarium. Data ini mendukung
hipotesis bahwa sebagian besar kista ovarium muncul di tuba
falopi dan rahim. Penelitian tersebut membuktikan bahwa
12
penghapusan saluran tuba dengan sendirinya, atau bersamaan
dengan operasi jinak lainnya, merupakan langkah yang efektif
untuk mengurangi risiko kista ovarium pada populasi umum (J
Nati dkk, 2015).
B. Teori Manajemen Kebidanan
1.
Pengertian
Menurut Varney yang di kutip Sari (2012), manajemen kebidanan
adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode
untuk mengorganisirkan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
temuan,
keterampilan,
dalam
rangkaian
tahapan
logis
untuk
pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan,
dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses preodik
dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Ketujuh langkah tersebut membentuk kerangka lengkap yang dapat
menjadi langkah-langkah tertentu dan dapat berubah sesuai dengan
keadaan pasien. Adapun pelaksanaan manajemen kebidanan 7 langkah
Varney tersebut adalah :
a.
Langkah pertama: Pengumpulan data dan Pengkajian data
Pengkajian adalah langkah awal yang dipakai dalam penerapan
asuhan kebidanan pada pasien yang terdiri dari subjketif dan
objektif.
Tahap ini meliputi :
1) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang dibutuhkan untuk menilai ibu
sesuai dengan kondisinya (Romauli,2011).
a) Biodata
(1) Nama
: Untuk mengetahui data pasien.
(2) Umur
: Untuk mengenal faktor resiko dari
umur pasien.
(3) Agama
: Berguna
untuk
memberi
motivasi
pasien sesuai dengan kepercayaan.
13
(4) Suku/Bangsa : Untuk mengetahui adat dan kebiasaan
pasien.
(5) Pendidikan
: Untuk
mengetahui
pengetahuan
ibu
tingkat
dalam
bidang
kesehatan.
(6) Pekerjaan
: Untuk
mengetahui
status
sosial
ekonomi dan aktifitas ibu sehari-hari.
(7) Alamat
: Untuk
mendapatkan
gambaran
lingkungan tempat tinggal pasien.
b) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan
pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Keluhan
yang muncul pada kasus kista ovarium adalah nyeri perut
bagian bawah (sulistyawati, 2013)
c) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus
menstruasi,
menstruasi,
lamanya
menstruasi,
teratur/tidak
banyaknya
menstruasi,
sifat
darah
darah
menstruasi, keluhan yang dirasakan sakit waktu menstruasi
atau disebut disminorea, gejala premenstrual.
d). Riwayat Perkawinan
Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah
kawin syah, berapa kali, usia menikah berapa tahun,
dengan suami usia berapa, lama perkawinan, dan sudah
mempunyai anak belum. Hal ini perlu diketahui seberapa
perhatian suami kepada istrinya ( Estiwidani dkk, 2008).
e). Riwayat Kehamilan dan Nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran : G
(gravidarum), P (papra), A (abortus), H (hidup). Riwayat
persalinan yaitu ajarak antara dua kelahiran, tempat
kelahiran, lamanya melahirkan, dan cara melahirkan.
Masalah/ gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil
dan melahirkan. Riwayat kelahiran kelainan bawaan bayi,
14
jenis kelamin bayi, keadaan bayi hidup/mati saat dilahirkan
(Estiwidani dkk, 2008).
f).
Riwayat Keluarga Berencana
Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis
kontrasepsi, efek samping, keluhanya apa, alasan berhenti,
(bila tidak memakai lagi), lamanya menggunakan alat
kontrasepsi (Ambarawati dan Wulandari, 2010).
g). Riwayat Kesehatan
Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami
penyakit kandungan seperti infertilisasi, penyakit kelamin,
tumor, dan sistem reproduksi (Ambarawatidan Wulandari,
2010)
h)
Riwayat kesehatan yang lalu
Dikaji untuk mengetahui apakah ada hubungan nya dengan
masalah yang dihadapi oleh klien pada saat ini.
i)
Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini,apakah
pada keadaan ibu dengan kista ovarium menderita sakit
pinggang dan nyeri perut bagian bawah (Jannah,2011)
j)
Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji untuk mengetahui apakah adanya penyakit menurun
dalam keluarga seperti asma, diabetes melitus, hipertensi,
jantung dan riwayat penyakit menular lainnya (jannah,2011)
k) Kebiasaan Sehari-hari
Pola Nutrisi
: Mengetahui seberapa banyak asupan
nutrisi pada pasien dengan mengamati
adakah penurunan berat badan atau
tidak ada pada pasien (Susilawati,
2008).
Pola Elminasi
: Untuk mengetahui perubahan siklus
BAB dan BAK sedikit atau jarang
(Susilawati,2008).
Pola Istirahat
: Mungkin terganggu karena adanya rasa
yang tidak nyaman (Susilawati,2008).
15
Pola Hygine
:Kebiasaan
mandi
setiap
harinya
(Susilawati, 2008).
Aktivitas
: Aktivitas akan terganggu karena kondisi
tubuh yang lemah atau adanya nyeri
akibat
penyakit
yang
dialaminya
(Susilawati,2008).
Pola Seksualitas : Untuk mengetahui kebiasaan hubungan
seksual klien dengan suami dan adakah
terdapat kelainan atau keluhan selama
hubungan seksual (Susilawati,2008).
2) Data Objektif
Data
obyektif
adalah
data
yang
diperoleh
dari
data
pemeriksaan (Rukiyah dkk, 2013) meliputi:
a. Pemeriksaan fisik
(1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik,cukup,atau
kurang. Pada ibu dengan kista ovarium keadaan umum ibu
baik.(fauziyah , 2012)
(2) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai dari keadaan
composmentis, apatis, sampai dengan koma. Pada ibu dengan
kista ovarium composmentis (fauziyah, 2012)
(3) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan
nilai satuannya mmHg. Keadaan ini sebaiknya antara 90/60130/90 mmHg atau peningkatan sistolik tidak lebih dari 30 mmHg
dan peningkatan diastolik tidak lebih dari 15mmHg dari keadaan
normal pasien atau paling sedikit pada pengukuran 2 kali berturutturut pada selisih 1 jam (saifuddin, 2006). Pada kasus kista
ovarium tekanan darah 130/60 dalam batas normal (manuaba,
2010).
(4) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan klien kemungkinan demam atau
febris yang merupakan gejala adanya infeksi yang berdampak
16
pada kista ovarium suhu di ukur dengan menggunakan skala
derajat celcius. Batas normal 36,5ºC-37,0ºC . Pada kasus kista
ovarium keadaan suhu badan dalam batas normal (Manuaba,
2010)
(5) Nadi
Untuk mengetahui denyut nadi klien yang dihitung dalam 1 menit,
denyut nadi normal 60-80x/menit (Ambarawati dan Wulandari,
2010). Nadi pada ibu penderita kista ovarium 80x/menit.
(6) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1
menit,
respirasi
normalnya
20-3-x/menit
(Ambarawati
dan
wulandari 2010). Pada kasus ibu penderita kista ovarium
pernafasan dalam batas normal (Manuaba, 2010)
b. Pemeriksaan Sistematis
1. Kepala ,meliputi:
a. Rambut
Untuk mengetahui apakah rambut rontok atau tidak, untuk
menilai warnanya, kelebatan, karakteristik rambut (Rukiyah
dkk,2013)
b. Muka
Untuk mengetahui oedem atau tidak (Jannah, 2011)
c. Mata
Untuk mengetahui keadaan conjungtiva pucat atau merah
muda , warna sclera putih atau kuning (Rukiyah dkk,
2013). Pada ibu penderita kista ovarium normal dan tidak
kelainan apapun (Manuaba, 2010).
d. Hidung
Untuk mengetahui keadaan hidung dari kebersihan,alergi
debu atau tidak ada polip atau tidak (Sulistyawati, 2013)
e. Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga apakah ada gangguan
pendengaran
atau
(Sulistyawati, 2013).
tidak,
ada
serumen
atau
tidak
17
f.
Mulut
Untuk mengetahui keadaan mulut apakah ada caries,
bersih atau tidak, keadaan bibir kering atau tidak, lidah
kering dan kotor atau tidak (Sulistyawati, 2013). Pada ibu
penderita kista ovarium mulut dalam keadaan normal.
g. Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembengkakan kelenjar
thyroid atau limfe (Rukiyah, 2013)
h. Payudara
Untuk mengetahui keadaan payudara membesar atau
tidak, simetris atau tidak , puting susu menonjol atau tidak,
ada benjolan dan nyeri tekan atau tidak (Rukiyah, 2013)
i.
Ekstermitas
Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, adanya
varices atau tidak, adanya kelainan atau tidak, reflek
patella positif atau negatif (varney,2007).
c. Pemeriksaan khusus
1. Abdomen
a. Infeksi
Merupakan proses observasi yang di laksanakan secara
sistematik
dilakukan
penglihatan,
dengan
pendengaran,
menggunakan
pencium
sebagai
indera
alat
mengumpulkan data (Nursalam,2008). Pada ibu penderita
kista ovarium tidak ditemukan adanya pembesaran.
b. Palpasi
Palpasi
merupakan
teknik
pemeriksaan
yang
menggunakan indra peraba (Nursalam, 2008). Untuk
meraba apakah ada nyeri tekan pada bagian perut. Pada
ibu penderita kista ovarium terdapat nyeri tekan pada perut
bagian bawah.
c. Auskultasi
Merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan
stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh
18
tubuh (Nursalam, 2008). Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui adanya bising usus atau tidak.
d. Perkusi
Pemeriksaan mengetuk-ngetuk jari ke tubuh klien yang
akan di kaji untuk membandingkan bagian kanan dan kiri
yang bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran,
bentuk dan konsistensi jaringan (Nursalam, 2008). Pada
kasus ini dilakukan pemeriksaan perkusi pada ekstremitas
bawah didapatkan hasil reflek patella kanan positif dan kiri.
d. Pemeriksaan penunjang
Untuk mengatakan diagnosa dari pemeriksaan fisik, pada
kasus kista ovarium pemeriksaan yang dilakukan adalah
ultrasonografi (USG).
b.
Langkah kedua: Interprestasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan impretasi
yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang
sudah dikumpulkan diintreprestasikan sehingga ditemukan masalah
atau diagnosa yang spesifik (Hidayat,dan Sujanti, 2010)
c.
Langkah ketiga: Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial adalah mengidentifikasikan masalah atau
diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosa yang sudah diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien, bidan diharapkan agar siap-siap bila diagnosa
atau masalah potensial yang benar-benar terjadi. Dari kasus kista
ovarium didapatkan diagnosa potensial terjadi torsi atau terpuntir
sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan, atau infeksi
(Manuaba, 2010)
19
d.
Langkah keempat: Antisipasi
Antisipasi adalah mengidentifikasi dan menetapkan beberapa
kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan
bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan
rujukan. Antisipasi dalam kasus kista ovarium adalah salpingektomi
(Prawirahardjo, 2011)
e.
Langkah kelima : Perencanaan
Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap
masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi dan diantisipasi,
apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan rujukan yang
mungkin diperlukan (Rukiyah dkk,2013). Rencana asuhan dari
diagnosa yang akan diberikan dalam kasus kista ovarium meliputi:
1) Ukur tanda-tanda vital
2) Bantu ibu untuk melakukan teknik relaksasi
3) Beri dukungan emosional kepada ibu
4) Beri pendidikan tentang kesehatan tentang perawatan luka
operasi
5) Bimbing ibu untuk melakukan mobilisasi setelah dioprasi
6) Beritahu tentang proses penyakitnya
7) Beritahu tentang cara perawatan personal hygiene.
f.
Langkah keenam : Penatalaksanaan
Pada langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan
menyeluruh
seperti yang diuraikan pada langkah
kelima,
mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien
dan bermutu (Rukiyah dkk, 2013). Pada kasus kista ovarium
penatalaksanaannya, meliputi :
1) Ukur tanda-tanda vital
2) Bantu ibu untuk melakukan teknik relaksasi
3) Beri dukungan emosional kepada ibu
4) Beri pendidikan tentang kesehatan tentang perawatan luka
oprasi
5) Bimbing ibu untuk melakukan mobilisasi setelah dioprasi
6) Beritahu tentang proses penyakitnya
7) Beritahu tentang cara perawatan personal hygiene
20
g.
Langkah ketujuh: Evaluasi
Langkah ini merupakan mengevaluasi kefektifan dan asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada klien
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi didalam diagnosa dan masalah
rencana tersebut (Rukiyah dkk, 2013).
2.
Kerangka konsep manajemen asuhan kebidan
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan
yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan
evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap
yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi.
Alur pikir bidan
Pencatatan dari asuhan kebidanan
Proses Manajemen kebidanan
7 Langkah Varney
Pendokumentasian
asuhan kebidanan (SAOP
Pengaumpulan data dasar
Subjektif & objektif
Interprestasi data dasar
SOAP NOTES
Mengidentifikasi masalah
atau diagnosa potensial
Subjektif Objektif
Analisa Data
Mengidentifikasi dan
menetapkan kebutuhan
yang memerlukan
penanganan segera
Assessment atau
Diagnosa
Plan:
Konsul
Tes diagnostik/Lab
Rujukan
Pendidikan/
Konseling
Follow up
Merencanakan asuhan
yang komprehensif atau
menyeluruh
Melaksanakan
perencanaan dan
pelaksanaan
Dokumen kebidanan
Penatalaksanaan
Evaluasi
Gambar 2.1 Bagan Skemalangkah-langkah proses manajemen
(Estiwidani., dkk, 2008)
21
3.
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
Menurut helen varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien
meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah
dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka
dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu:
a.
Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien dan keluarga melalui anamnesa sebagai langkah I varney.
b.
Objektif
Menggambarkan
pendokumentasian
hasil
pemeriksaan
fisik,hasil laboratorium, dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I varney.
c.
Assesment atau analisa data
Menggambarkan
pendokumentasian
hasil
analisa
dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :
diagnosa masalah, antisipasi diagnosa/ masalah potensial, perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi dan
atau rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 varney.
d.
Planning atau penatalaksanaan
Menggambarkan
pendokumentasian
dari
perencanaan,
tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assesment
sebagai langkah 5, 6, 7 varney.
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Kasus Kista Ovarium
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi,dan tanggung jawab
bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki
kebutuhan atau masalah kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru
lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi wanita, dan pelayanan
kesehatan masyarakat) (Soepardan,2008).
1.
Kewenangan Bidan
Keputusan
menteri
kesehatan
Republik
indonesia
nomor
1464/MenKes/Per/X/2010 tentang izin dan penyalahgunaan praktik
bidan.
22
Pasal 12 poin a
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam
pasal 9 poin c,berwenang untuk:
a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana.
b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
2.
Pandangan Al-Quran dan Al-Hadist tentang kista Ovarium
Dari segi spiritual faktor yang tidak kalah penting adalah
keyakinan terhadap Allah S.W.T bahwa setiap penyakit yakin ada
obatnya, hal ini harus diketahui oleh setiap muslim adalah tidaklah Allah
menciptakan suatu penyakit kecuali dia juga menciptakan penawarnya
sebagaimana
tercantum
dalam
Al-Quran
dan
Hadist.
Namun
sebelumnya kita harus mengetahui proses kehamilan dan proses
terbentuknya manusia sebagaimana tercantum dalam al-quran:
Alloh SWT berfirrman dalam Al-Quran surat al-mu’minun :12-14
mengenai proses kehamilan:
Artinya:“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah.Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).Kemudian air mani
itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
23
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (Q.S Al-Mu’minun :12-14).
“Sebagaimana yang telah dijelaskan menurut ayat al-quran dan
hadist diatas bahwa manusia diciptakan sempurna. Dan kesempurnaan
itu kita harus bisa mensyukuri dan menjaga apa yang Allah SWT
berikan,sehingga jika kita tidak bisa menjaga kesehatan dengan baik
maka akan timbul beberapa penyakit yang diantaranya kesehatan
reproduksi seperti kista ovarium.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran. Surat Al-Muminun Ayat 12-14. Surat Al-Sajdah Ayat 7-9.
Depkes. RI (2009) Upaya Percepatan Penurunan Angka kematian Ibu dan Bayi
Baru Lahir di Indonesia. Available from : http//:www.depkes.go.id [accessed
10 Mei 2016].
Dewi, VNL. Sunarsih T. (2011) Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
Dian Pratitis, Kamidah. (2013) Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang Tanda Bahaya kehamilan dengan Kepatuhan Pemeriksaan
KehamilanDi bps ernawati Boyolali, Vol 10 (2) Agustus, pp 33-41
DinKes (2015) Data AKI dan AKBCiamis. Ciamis : DinKes
Haya, MAN. Pakasi, TA, Bahar, NA, Basuki, B. (2014) Antenatal care practice
and the chance of having nurse/miwdife birth attendant a study in Central
Mountain of Papua, vol 8 (3) Oktober, pp 30-39
Kusumawati. (2008) Panduan Lengkap Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta:
Tugu Publisher.
Manuaba I.B.G (2010) Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan, dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Prawiroharjo, S. (2013) Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Prawiroharjo, S. (2010) Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Permenkes. (2010) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
Bidan. Available from: http://www.google.co.id/tag/ Diakses tanggal 10 Mei
2016.
Romauli, S. (2011) Asuhan kebidanan 1. Yogyakarta: Muha Medika
Soepardan, S. (2008) Konsep Kebidanan. Jakarta: PT Maha Putra
Sugiyono. (2010) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RND. Bandung:
Alfabeta
Walyani, ES. (2015) Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Press
Yuni, dkk (2010), Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya
Download