JURNAL TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT TERHADAP

advertisement
JURNAL
TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT TERHADAP MENINGGALNYA
PASIEN AKIBAT TINDAKAN MEDIK OLEH DOKTER
(Studi Kasus di Rumah Sakit Harapan Keluarga Mataram)
JURNAL ILMIAH
Oleh
PUTU WANDA PRADASARI LAKSMI
D1A 012 363
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2016
HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH
TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT TERHADAP MENINGGALNYA
PASIEN AKIBAT TINDAKAN MEDIK OLEH DOKTER
(Studi Kasus di Rumah Sakit Harapan Keluarga Mataram)
Oleh
PUTU WANDA PRADASARI LAKSMI
D1A 012 363
Menyetujui,
Mataram,
Agustus 2016
Pembimbing Pertama,
(DR. H. M ARBA, SH., M. Hum)
NIP : 19621231 198903 1 018
ix
ABSTRAK
TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT TERHADAP MENINGGALNYA PASIEN
AKIBAT TINDAKAN MEDIK OLEH DOKTER
(Studi Kasus di Rumah Sakit Harapan Keluarga Mataram)
Putu Wanda P.L
D1A 012 363
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM
Penelitian ini disusun untuk mengetahui bagaimana substansi perjanjian antara dokter
dengan Rumah Sakit dan dokter dengan pasien terkait tindakan medik yang dilakukan
terhadap pasien dan untuk mengetahui tanggungjawab hukum Rumah Sakit terhadap
meninggalnya pasien akibat tindakan medik oleh Dokter. Untuk mengetahui hal tersebut,
maka metodependekatan yang dilakukan adalah pendekatan yuridis normatif dan pendekatan
empirik.
Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa pada dasarnya tanggungjawab
akan timbul dari hak dan kewajiban para pihak dimana salah satu jika salah satu pihak tidak
memenuhi hak atau kewajibannya maka disitulah akan lahir tanggungjawab. Seperti halnya
perjanjian dokter dengan pasien dimana dokter memiliki kewajiban untuk menyembuhkan
pasien,sedangkan pasien sendiri memiliki kewajiban prestasinya berupa imbalan atasjasa
yang diberikan oleh dokter, sehingga apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya
dalam transaksi medis maka akan berdampak pada beberapa kewajiban,diantaranya
tanggungjawab dibidang keperdataan,pidana,dan administrasi.
Kata kunci :Tanggungjawab Rumah Sakit, Meninggalnya Pasien.
Abstract
"Against the responsibility of the hospital patient’s death a result of a medical
procedure By Doctor"
(Study at Rumah Sakit Harapan Keluarga Mataram)
This scription is prepared to determine the Against the responsibility of the
hospital patient’s death a result of a medical procedure By Doctorand how substance of
agreements between doctors and hospitals and physicians with patient related medical action
on patient.
The results of research and discussion shows that basically the responsibility would
arise from the rights and obligations of the parties in which one if one party does not fulfill its
rights or obligations then that is where the responsibility will be born . As is the case with the
patient's physician agreement where doctors have an obligation to cure the patient , while the
patient himself has an obligation in the form of rewards atasjasa achievement given by the
doctor . So that if one party does not fulfill its obligations in the medical transaction will have
an impact on some obligations , including responsibilities in the field of civil and criminal,
and administrative.
Keywords :responsibility Hospital , death of patient.
i
I. PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai organisasi badan usaha di bidang kesehatan
mempunyai peranan penting dalam mewujudkan kesehatan masyarakat secara
optimal. Oleh karena itu rumah sakit dituntut mampu mengelola kegiatannya
dengan mengutamakan pada tanggungjawab para professional di bidang kesehatan
seperti perawat, bidan, dan dokter pada khususnya sebagai orang yang dianggap
paling tahu tentang keadaan dan cara mengatasi masalah yang dihadapi pasien
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.
Pada dasarnya dokter dengan pasien memiliki hubungan yang erat.
Hubungan antara dokter dengan pasien/keluarganya bersumber dari perjanjian
antara keduanya.Perjanjian yang terjalin antara dokter dengan pasien/keluarganya
dikenal dengan perjanjian terapeutik.Dari hubungan hukum dalam transaksi
terapeutik tersebut, timbulah hak dan kewajiban masing-masing pihak, pasien
mempunyai hak dan kewajibannya, demikian juga sebaliknya dengan dokter.
Salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh dokter terhadap pasiennya
dalam memberikan tindakan medis adalah pasien mendapatkan penjelasan secara
lengkap tentang tindakan medis yang akan dilakukan oleh dokter tersebut.
Walaupun begitu tidak tertutup kemungkinan dokter melakukan kesalahan dalam
memberikan tindakan medis yang menyebabkan kerugikan bagi pasien/
keluarganya dan tidak jarang tindakan tersebut membuat pasien meningal dunia.
Untuk kerugian yang dialami oleh pasien/keluarganya, maka dokter dan
rumah sakit tempat dokter tersebut bernaung bertanggung jawab atas semua
kesalahan yang dilakukan oleh dokter.
ii
Pasal 58 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
mengatur mengenai hak setiap orang untuk menuntut ganti rugi terhadap tenaga
kesehatan dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat
kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.
Dokter sebagai individu yang memiliki keahlian di bidang kesehatan secara
administratif profesi dipercaya oleh rumah sakit untuk menangani pasien yang ada
di rumah sakit tersebut berdasarkan perjanjian kerja sama yang menimbulkan hak
dan tanggungjawab bagi kedua belah pihak begitu juga dengan tindakan medis
yang dilakuan oleh dokter terhadap pasien tidak terlepas dari perjanjian yang
mengikat sehingga jika terjadi tindakan dokter yang mengakibatkan kerugaian
bagi pasien, maka atas dasar perjanjian tersebut akan timbul hak dan kewajiban
para pihak.
Tindakan dokter yang mengakibatkan pasien meninggal dunia tentunya
akan memiliki dampak yang begitu besar terutama bagi keluarga pasein yang
sejatinya adalah orang yang buta dengan masalah kesehatan, oleh karena itu
rumah sakit dan dokter yang bernaung di dalamnya memiliki tanggungjawab yang
begitu besar terhadap pasien atas tindakan-tindakan yang dilakukan. Berdasarkan
latar belakang di atas diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana
substansi perjanjian antara dokter dengan rumah sakit dan dokter dengan pasien di
Rumah Sakit Harapan Keluarga Mataram terkait tindakan medik yang dilakukan
terhadap pasien ; b.Bagaimana tanggungjawab Rumah Sakit Harapan Keluarga
Mataram terhadap meninggalnya pasien akibat tindakan medik oleh dokter ?
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : a. untuk mengetahui
iii
substansi perjanjian antara dokter dengan rumah sakit dan dokter dengan pasien di
Rumah Sakit Harapan Keluarga Mataram terkait tindakan medik yang dilakukan
terhadap pasien b.Untuk mengetahui tanggungjawab Rumah Sakit Harapan
Keluarga Mataram terhadap meninggalnya pasien akibat tindakan medik oleh
dokter. Manfaat yang ingin dicapai : a. Manfaat akademis penyusunan skripsi ini
sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada tingkat Strata 1. b. Manfaat
teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam
pengembangan dan pengettahuan di bidang hukum khususnya Hukum Perdata. c.
Manfaat praktis penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi dokter, rumah sakit,
pasien maupun keluarga pasien dalam melakukan perbuatan hukum yang
berkaitan erat dengan tindakan medis dan akibat dari hubungan hukum tersebut.
Adapun metode pendekatan yang digunakan yaitu : a. Pendekatan konsepsual
(conceptual approach) yaitu pendekatan yang bersumber dari teori-teori dan dari
pendapat ahli hukum (doktrin) yang terdapat dalam literatur yang berkaitan pokok
masalah. b. Pendekatan perundang-undangan (statue approach) yaitu pendekatan
menggunakan legislasi dan regulasi.Selain itu, metode pendekatan ini mengkaji
perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
iv
II. PEMBAHASAN
Sejarah singkat Rumah Sakit Harapan Keluarga Mataram
Rumah Sakit Harapan Keluarga merupakan cabang usaha dari PT.
Mataram Sentra Medika yang beralamat di Jalan Ahmad Yani Nomor 9 Selagalas,
Mataram, Nusa Tengara Barat, yang didirikan berdasarkan Akta Nomor 85
tanggal 24 Oktober 2007. Rumah Sakit Harapan Keluarga (RSHK) mulai
beroprasi pada 24 November 2011, izin oprasional sementara dikeluarkan oleh
Walikota Mataram pada tanggal 10 September 2011 yaitu dengan dikeluarkannya
keputusan Walikota Mataram Nomor: 548/IX/2011. Izin pendirian Rumah Sakit
diberikan kepada PT. Mataram Sentra Medika selaku badan hukum.
Rumah Sakit Harapan Keluarga beralamat di Jalan Ahmad Yani Nomor 9,
Selagalas, Mataram. Adapun perizinan yang dimiliki adalah sebagai berikut: a.
Nomor Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Perseroan Terbatas: 23.07.1.85.01047. b.
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP): 02.720.362.9-914.000.
Maksud dan tujuan pendirian perseroan
Perseroan melaksanakan kegiatan usaha dalam bidang jasa kesehatan
meliputi, pengelolaan rumah sakit beserta segala sarana dan prasarana pendukung
kegiatan serta lingkup usaha yang terkait.
Substansi perjanjian antara dokter dengan pasien
Pasien yang datang kerumah sakit untuk memeriksa kesehatannya akan
menemui dokter yang sesuai dengan keahliannya. Pasien yang datang ke rumah
v
sakit untuk kemudian menemui dokter yang dianggap dapat membantu
permasalahan kesehatan yang dialaminya akan memberikan informasi kepada
dokter tentang apa yang dikeluhkan perihal kesehatannya. Dokter akan
memberikan penjelasan yang cukup atas keluhan kesehatan pasien tersebut.
Penjelasan tentang tindakan kedokteran tersebut harus diberikan langsung kepada
pasien dan/atau keluarga terdekat, baik diminta maupun tidak diminta. Penjelasan
harus diberikan secara lengkap dan dengan menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti atau dengan cara lain yang bertujuan agar pasien mudah dalam
memahami penjelasan tindakan kedokteran yang akan dilakukan.
Informasi atau penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh dokter merupakan
hak pasien sebagai subyek hukum yang dilindungi oleh Undang-Undang Nomor :
29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran sebagaimana dalam Pasal 52
Undang-Undang Praktik Kedokteran bahwa “pasien dalam menerima pelayanan
pada praktik kedokteran mempunyai hak mendapatkan informasi dan penjelasan
secara lengkap tentang tindakan medis.
Mengingat hakikat hubungan antara dokter dengan pasien yang diikat dalam
transaksi terapeutik sebagaimana diuraikan diatas.Apabila dipandang dari sudut
hukum, hubungan itu pada umumnya termasuk perikatan ikhtiar, oleh karena itu
kewajiban hukum atau prestasi yang harus diwujudkan oleh dokter, adalah ikhtiar
semaksimal
mungkin
dalam
batas
keahliannya
untuk
menyembuhkan
pasien.Sepanjang ikhtiar yang dilakukan oleh dokter itu didasarkan pada keahlian
dan pengetahuan yang dimilikinya, tindakan yang dilakukan oleh dokter itu
merupakan tindakan yang sah. Wanprestasi atau ingkar janji baru terjadi apabila
vi
dokter tidak melaksanakan prestasi sesuai dengan apa yang disepakati, sedangkan
perbuatan melanggar hukum terjadi jika terapi yang dilakukan oleh dokter
menyimpang dari patokan atau standar yang ditentukan.
Substansi perjanjian antara dokter dengan rumah sakit
Ada beberapa macam pola yang berkembang dalam kaitannya dengan
hubungan kerja antara dokter dan rumah sakit, antara lain: a. Dokter sebagai
employee, kedudukan rumah sakit adalah sebagai pihak yang harus memberikan
prestasi semantara dokter hanya berfungsi sebagai employee (sub-ordinate dari
rumah sakit) yang berkewajiban melakukan kewajiban rumah sakit, dengan kata
lain kedudukan rumah sakit adalah sebagai principal dan dokter sebagai agent. b.
Dokter sebagai attending physician (mitra), bahwa kedudukan antara dokter dan
rumah sakit adalah sama derajatnya. Posisi dokter adalah sebagai pihak yang
wajib memberikan prestasi, sedangkan fungsi rumah sakit adalah sebagai tempat
yang menyediakan fasilitas (tempat tidur, makan dan minum, perawat atau bidan
serta sarana medik dan non medik), konsepnya adalah seolah-olah rumah sakit
menyewakan fasilitasnya. c. Dokter sebagai independent contractor, bahwa
dokter bertindak dalam profesinya sendiri dan tidak terikat dengan institusi
manapun. Masing-masing dari pola hubungan tersebut akan menentukan apakah
rumah sakit harus bertanggungjawab atau tidak terhadap kerugian yang
disebabkan oleh kesalahan dokter, serta sejauh mana tanggungjawab dokter
terhadap pasiennya di rumah sakit tergantung pada hubungan kerjanya dengan
vii
rumah sakit dimana ia bekerja. Di RSHK Mataram bentuk kerjasama yang
digunakan adalah attending physician (mitra).
Tanggungjawab Rumah Sakit Harapan Keluarga Mataram Terhadap
Meninggalnya Pasien Akibat Tindakan Medik Oleh Dokter
Menurut Endang Wahyanti Yustina,”rumah sakit sebagai fasilitas
pelayanan kesehatan (demikian terminologi yang digunakan dalam
Undang-undang Rumah Sakit), berfungsi untuk melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan paripurna, meliputi upaya preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif. Pada dasarnya upaya pelayanan kesehatan
dilaksanakan secara berjenjang terutama untuk pelayanan rujukan dan
pelayanan tingkat lanjut, termasuk pelayanan penunjang (melalui fasilitas
pelayana penunjang seperti laboratorium dan apotek). 1
Menurut Pasal 46 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit bertanggungjawab secara
hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit. Tanggung jawab hukum
rumah sakit dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan terhadap pasien dapat
dilihat dari aspek etika profesi, hukum adminstrasi, hukum perdata dan
hukum pidana.
Di
dalam
ketentuan
Pasal
1367
KUH
Perdata
disebutkan
bahwa,”Seseorang tidak hanya bertanggungjawab atas kerugian yang
1
Endang Wahyanti Yustina, Mengenal Hukum Rumah Sakit, (Bandung: CV Keni media,
2012), hal. 75
viii
disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang
disebabkan perbuatan-perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya
atau disebabkan barang-barang yang berada di bawah pengawasannya.”
Pertanggungjawaban sebuah rumah sakit pada dasarnya terdiri atas
pertanggungjawaban
manajemen
dan
pertanggungjawaban
professional.Tanggungjawab manajemen terkait dengan sarana kesehatan
memiliki
pertanggungjawaban
perdata
dan
administrasi
sedangkan
pertanggungjawaban professional terkait dengan tenaga kesehatan/ tenaga
professional dibidangnya memiliki tanggungjwab perdata, pidana dan
administrasi. 2 Dalam penelitian ini hanya menekankan pertanggungjawaban
secara perdata terkait dengan tindakan medis yang menyebabkan pasien
meninggal, acacat atau bertambah parahnya penyakit yang diderita sebagaimana
kualifikasi tindakan medis yang dilakukan merupakan perbuatan melanggar
hukum sebagaimana diatur dalam pasal 1365 KUHPerdata.
Dalam praktek, penanganan pasien di rumah sakit terutama penaganan
pasien yang menderita penyakit serius yang mengancam keselamatan jiwanya
tidak jarang kita jumpai pasien tersebut mengalami trauma, cacat, penyakit
yang diderita tidak bisa disembuhkan atau bahkan pasien tersebut meninggal
dunia.Di Rumah Sakit Harapan Keluarga Mataram yang merupakan Rumah
Sakit bertaraf internasional tidak luput dari hal-hal tersebut sehingga pasien
atau keluarga pasien merasa keberatan atas hasil dari tindakan penyembuhan
yang dilakukan pekerja medis yang ada di rumah sakit tersebut. Menurut
2
hal.49-50
Titik Triwulan , Perlindungan Hukum Bagi Pasien, (Jakarta: PT.Prestasi Pustaka, 2010)
ix
Ainnudin,”gugatan kepada Rumah Sakit Harapan Keluarga terhadap tindakan
pekerja medis yang ada di dalamnya pernah dilakukan oleh salah seorang keluarga
pasien dan gugatan tersebut merupakan gugatan ganti kerugian akibat perbuatan
melawan hukum sebagaimana telah di daftarkan di Pengadilan Negeri Mataram
dengan Nomor Perkara 145/Pdt.G/2015/PN.Mtr.” 3
Gugatan yang diajukan penggugat dalam hal ini adalah hak hukum
setiap orang, karena merasa dirugikan atas tindakan dokter dalam melakukan
upaya penyembuhan terhadap anak penggugat yang menderita penyakit
epilepsi dan komplikasi beberapa penyakit lain, tindakan yang dilakukan oleh
beberapa dokter dan perawat tersebut menurut penggugat sangat merugikan
sehingga perlu untuk dimintakan pertanggungjawaban namun, Menurut
Ainuddin,”secara formal gugatan tuntutan ganti kerugian yang diajukan oleh
penggugat sangat mengada-ngada dan tidak sesuai dengan fakta materillnya.
Hingga pada akhirnya pada tanggal 1 Oktober 2015, Penggugat mencabut
gugatannya melalui surat yang dilayangkan kepada Ketua Pengadilan Negeri
Mataram. Untuk selanjutnya di luar pengadilan Rumah Sakit Harapan
Keluarga Mataram diwakili kuasa hukumnya dan Direktur Rumah Sakit
membuat kesepakatan perdamaian yang pada intinya orang tua pasien
membenarkan bahwa meninggal anaknya bukan akibat kesengajaan atau
kealpaan dari para pekerja medis (dokter dan perawat) yang ada pada Rumah
Sakit Harapan Keluarga Mataram, dan sebagai rasa belasungkawa pihak
3
Wawancara Dengan Ainuddin, Manager Legal Rumah Sakit Harapan Keluarga
Mataram Pada Hari Sabtu 25 Juni 2016.
x
rumah sakit secara sukarela memberikan santunan sejumalah uang senilai Rp
20.000.000,- (duapuluh juta rupiah) kepada pihak keluarga yang ditinggalkan.
Beradasarkan hal tersebut di atas sangat jelas bahwa tidak menutup
kemungkinan dan tidak terhalang hak hukum seseorang untuk menuntut
keadilan melalui jalur litigasi, namun menuntut keadilan melalui jalur gugatan
ke pengadilan perlu disertai dengan alasan hukum dan bukti-bukti yang
mendukung hal tersebut sehingga tuntutan apa yang diinginkan dapat
dipertimbangkan dan dikabulkan.
Jika suatu gugatan ganti kerugian terhadap tindakan kesalahan medik yang
dilakukan oleh dikter dikabulkan, maka tanggungjawab secara hukum untuk
melakukan pembayaran ganti kerugian adalah Rumah sakit dimana dokter
tersebut bernaung, jika tindakan tersebut terdapat unsur pidana yang berupa
kesalahan yaitu kesengajaan atau kealpaan, maka dokter dapat dituntut telah
melakukan suatu perbuatan pidana.
xi
III. PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan hasil pembahasan di atas diperoleh kesimpulan
sebagai berikut: 1. Perjanjan antara dokter dengan pasien merupakan perjanjian
terapeutik dimana dokter memiliki kewajiban berusaha secara maksimal untuk
menyembuhkan pasien sedangkan pasien sendiri memiliki kewajiban untuk
memenuhi prestasinya berupa imbalan atas jasa yang diberikan oleh dokter
tersebut. Lain halnya dengan perjanjian antara dokter dengan rumah sakit tempat
bernaungya, dokter memiliki kewajiban melakukan melakukan pelayanan medis
terhadap pasien serta mematuhi segala peraturan yang diterapkan di rumah sakit
tersebut, sedangkan rumah sakit sebagai bentuk prestasinya harus membayarkan
honorarium terhadap apa yang telah dilakukan oleh dokter. 2. Tanggungjawab
akan timbul dari hak dan kewajiban para pihak, jika salah satu pihak tidak
memenuhi kewajibannya atau pihak lain tidak terpenuhi haknya, maka disitulah
lahir tanggungjawab. Dalam hal tanggungjawab juga diatur dalam ketentuan pasal
1367 KUH Perdata yang jika dikaitkan dengan tanggungjawab rumah sakit, maka
semua kerugian yang timbul disebabkan perbuatan orang yang menjadi
tanggungannya dan setiap alat yang berada di dalam pengawasannya menjadi
tanggungjawab keperdataan rumah sakit.
SARAN
1. Agar terdapat keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam kesepakatan
antara dokter dan pasien atau antara dokter dan rumah sakit, maka dokter, pasien
xii
dan rumah sakit harus mengetahui makna perjanjian yang mereka sepakati dan
menjalankan isi perjanjian tersebut dengan itikad baik serta sesuai dengan
keinginan para pihak. 2. Agar meninggalnya pasien dapat dipertanggungjawabkan
dengan baik dan benar, apakah meninggalnya pasien memangang akibat
kesengajaan
atau
kealpaan,
wanprestasi,
kesalahan
administrasi,
atau
meninggalnya pasien memang karena takdir yang tidak dapat dihalangi oleh
kemampuan manusia, maka diperlukan tindakan yang benar sesuai dengan kode
etik pelayanan medis dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
BUKU-BUKU
Triwulan Titik, 2010, Perlindungan Hukum Bagi Pasien, PT.Prestasi Pustaka,
Jakarta
Yustina Wahyati, Endang, 2012, Mengenal Hukum Rumah Sakit, CV. Keni
Media, Bandung
PERATURAN-PERATURAN
Indonesia, Undang-Undang Praktik Kedokteran, Undang-Undang
Tahun 2004.
Nomor 29
Indonesia, Undang-Undang Rumah Sakit, Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009.
Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Download