BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah sakit 1. Pengertian rumah

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah sakit
1. Pengertian rumah sakit
Rumah
sakit
adalah
institusi
pelayanan
kesehtan
yang
menyelenggarakan pelayanan kesehtan prorangan secara parnipurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat
(Permenkes tahun 2010 tentang klasifikasi rumah sakit).
Rumah sakit adalah institusi kesehtan professional yang pelayanannya
diselenggarakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli lainya. Di dalam
Rumah Sakit terdapat banyak aktivitas dan kegiatan yang berlangsung
secara berkaitan (Haliman & wulandari 2012). Kegiatan-kegiatan tersebut
menjadi bagian dari tugas serta fungsi Rumah Sakit, yaitu:
a. Memberi pelayanan medis
b. Memberi pelayanan penunjang medis
c. Memberi pelayanan kedokteran kehakiman
d. Memberi pelayanan medis khusus
e. Memberi pelayanan rujukan kesehatan
f. Memberi pelayanan kedokteran gigi
g. Memberi pelayanan sosial
h. Memberi penyuluhan kesehatan
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
i. Memberi pelayanan rawat jalan, rawat inap, rawat darurat, dan rawat
intensif
j. Memberi pendidikan medis secara umum dan khusus
k. Memberi fasilitas untuk penelitian dan pengembangan ilmu kesehatan
dan
l. Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi.
2. Jenis-jenis rumah sakit
Jenis-jenis Rumah Sakit di Indonesia secara umum ada lima, yaitu
Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus atau Spesialis, Rumah Sakit
Pendidikan dan Penelitian, Rumah Sakit Lembaga atau Perusahaan, dan
Klinik (Haliman & Wulandari, 2012). Berikut penjelasan dari lima jenis
Rumah Sakit tersebut :
a. Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Umum, biasanya Rumah Sakit Umum melayani
segala jenis penyakit umum, memiliki institusi perawatan darurat yang
siaga 24 jam (Ruang gawat darurat). Untuk mengatasi bahaya dalam
waktu secepat-cepatnya dan memberikan pertolongan pertama. Di
dalamnya juga terdapat layanan rawat inap dan perawatan intensif,
fasilitas bedah, ruang bersalin, laboratorium, dan sarana-prasarana lain
b. Rumah Sakit Khusus atau Spesialis
Rumah Sakit Khusus atau Spesialis dari namanya sudah tergambar
bahwa Rumah Sakit Khusus atau Rumah Sakit Spesialis hanya
melakukan perawatan kesehatan untuk bidang-bidang tertentu, misalnya,
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Rumah Sakit untuk trauma (trauma center), Rumah Sakit untuk Ibu dan
Anak, Rumah Sakit Manula, Rumah Sakit Kanker, Rumah Sakit Jantung,
Rumah Sakit Gigi dan Mulut, Rumah Sakit Mata, Rumah Sakit Jiwa,
c. Rumah Sakit Bersalin, dan lain-lain;
Rumah Sakit Pendidikan dan Penelitian, Rumah Sakit ini berupa
Rumah Sakit Umum yang terkait dengan kegiatan pendidikan dan
penelitian di Fakultas Kedokteran pada suatu Universitas atau Lembaga
Pendidikan Tinggi
d. Rumah Sakit Lembaga atau Perusahaan,
Rumah sakit ini adalah Rumah Sakit yang didirikan oleh suatu
lembaga atau perusahaan untuk melayani pasien-pasien yang merupakan
anggota lembaga tersebut
e. Klinik,
merupakan tempat pelayanan kesehatan yang hampir sama dengan
Rumah Sakit, tetapi fasilitas medisnya lebih
B. Mutu pelayanan
1. Mutu
Mutu adalah faktor yang mendasar dari pelanggan berdasarkan atas
pengalaman pelanggan terhadap produk dan pelayanan. Mutu mempunyai
beberapa standar kesesuaian dengan spesifikasi kesesuaian dengan tujuan
dan manfaat, tanpa cacat, selalu baik sejak awal. Untuk standar pelanggan
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
terdiri dari kepuasan pasien, memenuhi kebutuhan pelanggan, menyenagkan
pelanggan.
Mutu merupakan keseluruhan karakteristik barang atau jasa yang
menunjukan kemampuan dalam memeutuskan kebutuhan konsumen, baik
berupa kebutuhan yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat (
Efendi, 2009). Mutu pelayanan sangat menentukan tingkat kepuasan pasien,
kepuasan merupakan tingkat perasaan di mana seseorang menyatakan hasil
perbandingan atas kinerja jasa yang di terima dan yang di harapakan.
Definisi kualitas jasa berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan
keinginan pelanggan serta ketetapan penyampaian untuk mengimbangi
harapan pelanggan (Kotler, 1997 dalam Ni putu, 2013).
Menurut Hermanto (2013). Mutu dikaitkan dengan keselamatan pasien
adalah tingkat dimana pelayanan kesehatan untuk individu maupun populasi
mampu menghasilkan outcome pelayanan kesehtan sesuai dengan yang di
harapkan dan konsisten dengan pengetahuan professional terkini, atau
secara singkat berpedoman pada struktur (sarana fisik, perlengkapan dan
peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan, tenaga/SDM), proses
(menjalankan apa yang sesungguhnya dilakukan terhadap pasien untuk
mendapatkan pelayanan), output (menunjukan efek pelayanan yang di
berikan terhadappasien), dan outcome (kepuasan pasien ).
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
2. Mutu pelayanan kesehatan
a. Dimensi mutu
Mutu atau kualitas pelayanan berasal dari kata kualitas pelayanan,
untuk menyelenggarakan pelayanan yang berkualitas, banyak hal yang
perlu dipahami salah satunya yang di nilai mempunyai peranan yang
amat penting yaitu tentang apa yang dimaksud dengan mutu kualitas
pelayanan, Setiap orang akan menilai mutu layanan kesehatan
berdasarkan standar atau karakteristik yang berbeda-beda. Salah satu
kesulitan dalam merumuskan pengertian mutu layanan kesehatan adalah
karena mutu pelayanan kesehtan itu sangat melekat dengan faktor-faktor
subjektivitas orang yang berkepentingan, baik pasien/konsumen, pemberi
layanan kesehatan (provider) penyandang dana masyarakat, ataupun
pemilik sarana layanan kesehatan.
Kualitas pelayanan kesehatan yang di selenggarakan oleh banyak
orang institusi pelayanan kesehatan hampir selalu dapat memuaskan
pasien, maka dari itu sering disebut sebagai pelayanan yang berkualitas.
Salah satu definisi menyatakan bahwa kualitas pelayanan kesehatan
biasanya mengacu pada kemampuan rumah sakit, memberi pelayanan
yang sesuai dengan standar profesi kesehatan dan dapat diterima oleh
pasiennya, menurut Azwar (2007). Kualitas pelayanan kesehatan adalah
yang menunjukan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam
menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien maka sempurna kepuasan
tersebut makin baik pula kualitas pelayanan kesehatan.
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Dalam menyelenggarakan upaya menjaga kualitas pelayanan
kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari profesi perawat, dokter, ahli
gizi, apoteker dan tenaga kesehatan lainnya, yang berperan penting.
Berdasarkan standar tentang evaluasi dan pengendalian kualitas mutu
dijelaskan bahwa pelayanan menjadi adanya tenagga kesehatan yang
berkualitas tinggi dengan terus menerus melibatkan dari dalam program
pengendalian kualitas di rumah sakit.
b. Mutu pelayanan keperawatan
Pelayanan dalam kontek penelitian ini adalah pelayanan oleh
perawat. International Council Of Nurse menyebutkan bahwa perawat
adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
keperawatan, berwenang di Negara bersangkutan untuk memberikan
pelayanan dan tanggungjawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit serta pelayanan terhadap pasien (Nursalam, 2001).
Pengertian
keperawatan
adalah
suatu
bentuk
pelayanan
professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, bentuk pelayanan bio-psikospiritual yang komperhensif, di tunjukan pada individu, keluarga dan
masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup proses kehidupan
manusia (Kusnanto 2004)
Keperawatan mengakui dan menghargai seluruh martabat manusia
tidak membedakan jenis kelamin, umur, warna kulit, etnis, ras, agama,
bangsa, kepercayaan dan tingkat kebudayaan termasuk ekonomi.
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Keperawatan merupakan ilmu terapan yang menggunakan keterampilan
internasional serta menggunakan proses keperawatan dalam membantu
pasien mencapai tingkat keseahtan optimal (Nursalam, 2001).
Setandar pelayanan keperawatan meliputi 7 (tujuh) standar sebagai
berikut :
1. Standar 1
Divisi keperawatan mempunyai falsafah dan struktur yang menjamin
pemberian asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan merupakan
sarana untuk menyelesaikan berbagai persoalan praktik keperawatan
diseluruh instansi asuhan keperawatan
2. Standar 1
Divisi keperawatan dipimpin oleh seorang perawat eksekutif yang
memenuhi prsyaratan dan anggota direksi
3. Standar 1
Kebijaksanaan dan praktik divisi keperawatan menjamin pelayanan
keperawatan dan berkesinambungan yang mengakui perbedaan
agama, sosial, budaya dan ekonomi diantara pasien di insitusi
pelayanan keperawatan
4. Standar 1
Divisi keperawatan menjamin bahwa proses keperawatan yang
digunakan untuk merancang dan memberikan asuhan untuk memenuhi
kebutuhan individu pasien dalam konteks keluarga.
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
5. Standar 1
Divisi
keperawatan
menciptakan
lingkungan
yang
menjamin
efektifitas praktik keperawatan
6. Standar 1
Divisi keperawatan menjamin pengembangan berbagai program
pendidikan untuk menunjang pelaksanan asuhan keperawatan yang
bermutu tinggi
7. Standar 1
Divisi keperawatan memprakasi, memanfaatkan, dan berperan serta
dalam berbagai proyek penelitian untuk meningkatkan asuhan pasien
(Nursalam, 2001)
Pelayanan keperawatan termasuk dalam produk jasa. Mutu jasa adalah
prsepsi pelanggan mengenai superioritas jasa yang merupakan akumulasi
kepuasan pelanggan bagi banyak pelanggan atas banyak pengalaman.
Penyedia jasa yang berkualitas adalah penyedia yang mampu secara terus
menerus menyediakan pelayanan jasa yang memuaskan selama periode
waktu yang lama. Jadi pelayanan keperawatan akan dapat disebut
berkualitas jika terdapat kepuasan dari pelanggan (Tangklilisan, 2005)
Pelayanan keperawatan merupakan salah satu jenis pelayanan yang
diberikan di rumah sakit khususnya di ruang rawat inap dengan mengacu
pada aspek-aspek mutu atau kualitas pelayanan adalah :
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
1. Kehandalan (reability)
Kehandalan yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan
dengan segera akurat dan memuaskan, jujur , aman, tepat waktu,
ketersediaan keseluruhan ini berhubungan dengan kepercayaan
terhadap pelayanan dalam kaitannya dengan waktu.
2. Ketanggapan (responsiveness)
Ketanggapan yaitu keinginan para pegawai atau karyawan membantu
konsumen dan memberikan pelayanan itu dengan itu dengan tanggap
terhadap kebutuhan konsumen cepat memperatikan dan mengatasi
kebutuhan-kebutuhan.
3. Jaminan ( Assurance )
Jaminan mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat di percaya
yang memiliki pada karyawan bebas dari resiko, bahaya, keraguanperaguan, memiliki kompentas, percaya diri dan menimbulkan
keyakinan (Obyektif)
4. Empati atau kepedulian ( emphaty )
Empati meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi
yang baik dan memahami kebutuhan konsumen yang terwujud dalam
penuh perhatian terhadap setip konsumen, melayani konsumen dengan
rumah dan menarik, memahami aspirasi konsumen , berkomunikasi
yang baik dan benar serta bersikap dengan penuh simpati
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
5. Bukti langsung atau berwujud
Bukti langsung meliputi fasilitas fisik, peralatan pegawai, kebersihan
(kesehatan), ruangan baik teratur rapi, berpakaian rapi dan harmonis,
penampilan karyawan atau peralatannya dan komunikasi.
Sedangkan menurut Depkes RI dalam Onny (2007). Telah
menetapkan bahwa pelayanan yang ada dalam pelayanan kesehatan salah
satunya adalah profesi keperawatan, keperawatan dikatakan berkualitas
baik apabila perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien sesuai
dengan aspek-aspek dasar keperawatan, aspek dasar tersebut meliputi:
a. Aspek penerimaan
Aspek ini meliputi sikap perawat yang selalu ramah, periang, selalu
tersenyum, menyapa semua pasien. Perawat perlu memiliki minat
terhadap orang lain, menerima pasien tanpa membedakan golongan,
pangkat, latar belakang, sosial ekonomi dan budaya, sehingga pribadi
utuh, agara dapat melakukan pelayanan sesuai aspek penerimaan,
perawat harus memiliki minat terhadap orang lain dan memiliki
wawasan luas.
b. Aspek perhatian
Aspek ini meliputi sikap perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan perlu bersikap sabar, murah hati dalam arti bersedia
memberikan bantuan dan pertolongan kepada pasien dengan sukarela
tanpa mengharapkan imbalan, memiliki sentifitas dan peka terhadap
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
setiap perubahan pasien, mau mengerti terhadap kecemasan dan
ketakutan pasien.
c. Aspek komunikasi
Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus bisa dilakukan
komunikasi
yang baik dengan pasien dan keluarga pasien adanya
komunikasi yang saling beriteraksi antara pasien dengan perawat, dan
adanya hubungan yang baik dengan keluarga pasien.
d. Aspek kerja sama
Aspek ini meliputi sikap perawat yang mampu melakukan kerjasama
yang baik dengan pasien dan keluarga pasien.
e. Aspek tanggung jawab
Aspek ini meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas
mampu mencurahkan waktu dan perhatian positif dalam tugas,
konsisten, serta tepat dalam bertindak
c. Indikator mutu ( Konsep menjaga mutu )
1. Aspek klinis
Komponen yang menyangkut pelayanan dokter perawat dan terkait
dengan teknis medis
2. Efektif
Pelayanan yang murah, tepat guna, tidak ada diagnosa dan terapi yang
berlebihan
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
3. Keselamatan pasien
Upaya perlindungan pasien dari hal yang dapat membahayakan
keselamatan pasien, seperti jatuh, mecation error, dan lain-lain.
4. Kepuasan pasien
Berhubungan dengan karyawan, keramahan, dan kecepatan pelayanan
d. Efek mutu
1. Proses pelayanan lebih baik
2. Mengurangi biaya
3. Kepuasan pelanggan meningkat
4. Image rumah sakit baik
5. Mengurangi biaya promosi
C. Kepuasan pasien
1. Pengertian kepuasan pasien
Pasien akan merasa puas apabila kinerja layanan kesehatan yang
diperolehnya sama atau melebihi harapanya dan sebaliknya, ketidak
puasan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan
yang diperolehnya tidak dengan harapanya.
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa Seseorang yang
muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil), produk yang
dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapakan (Kotler, 2009).
Kepuasn pasien adalah suatu tingkat perasaan perasaan pasien yang
tombul akibat kinerja layanan kesehtan yang di perolehnya setelah pasien
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
membandingkanya dengan apa yang diharapakannya (Imbalo, 2011).
Memahami kebutuhan dan keinginan pasien adalah hal penting yang
mempengaruhi kepuasan pasien, pasien yang merasa puas merupakan aset
yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan terus
melakukan pemakaian terhadap jasa pilihanya, tetapi jika merasa tidak
puas mereka akan dua kali lebih habit kepada orang lain tentang
pengalaman buruknya (Yunista, dalam Ni putu 2013)
Kepuasan menurut kamus bahasa Indonesia adalah puas, merasa
senang,
perihal
(yang
bersifat
puas,
kesenangan,
kalangan
dan
sebagainya). Kepuasan dapat diartikan sebagai perasan puas, rasa senang
dan kalegaan seseorang karena mengonsumsi suatu produk atau jasa untuk
mendapatkan pelayanan suatau jasa (Simbolon, dalam Ni Putu, 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien Tjiptono (2005)
mengungkapkan bahwa kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa faktor
antara lain, yaitu :
1. Kinerja
Kinerja (performance), pelayanan inti yang telah diterima sangat
berpengaruh pada kepuasan yang dirasakan. Wujud dari kinerja ini
misalnya : kecepatan, kemudahan dan kenyamanan bagaimana perawat
dalam memberikan jasa pengobatan terutama keperawatan pada waktu
penyembuhan yang relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi
kebutuhan pasien dan kenyamanan yang diberikan yaitu dengan
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
memperhatikan kebersihan, keramahan dan kelengkapan peralatan
rumah sakit
2. Ciri- ciri atau keistimewaan tam bahan (features), titik sekunder atau
karakteristik pelengkap yang dimiliki oleh jasa pelayanan, misalnya :
kelengkapan interior dan eksterior seperti televisi, AC, sound system
dan sebagainya
3. Kehandalan (reliability), sejauh mana kemungkinan kecil akan
mengalami ketidakpuasan atau ketidaksesuaian dengan harapan atas
pelayanan yang diberikan. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan yang
dimiliki oleh perawat didalam memberikan jasa keperawatannya yaitu
dengan kemampuan dan pengalaman yang baik terhadap memberikan
pelayanan keperawatan dirumah sakit
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesification), yaitu
sejauh mana karakteristik pelayanan memenuhi standar standar yang
telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya : standar keamanan dan emisi
terpenuhi seperti peralatan pengobatan
5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan beberapa lama produk
tersebut digunakan. Dimensia ini mencakup umur teknis maupun umur
ekonomis dalam penggunaan peralatan rumah sakit, misalnya: peralatan
bedah, alat transportasi dan sebagainya
6. Service abilitiy meliputi kecepatan, kompetensi, serta keluhan.
Pelayanan
yang
diberikan
oleh
perawat
dengan
memberikan
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
penanganan yang cepat dan kompetensi yang tinggi terhadap keluhan
pasien sewaktu-waktu
7. Estetika, merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh
panca indra Misalnya: keramahan perawat, peralatan rumah sakit yang
lengkap dan moderen, desain arsitektur rumah sakit, dekorasi kamar,
kenyamanan ruang tunggu, taman yang indah dan sejuk dan sebagainya.
8. Kualitas yang dipresepsikan (perceived quality), citra dan reputasi
rumah sakit serta tanggung jawab rumah sakit. Bagaimana kesan yang
diterima pasien terhadap rumah sakit tersebut terhadap prestasi dan
keunggulan rumah sakit dari pada rumah sakit lainnya dan tanggung
jawab rumah sakit selama proses penyembuhan baik dari pasien masuk
sampai pasien keluar rumah sakit dalam keadaan sehat.
Metode dalam pengukuran kepuasan menurut kotler (2009), ada beberapa
macam metode dalam pengukuran tingkat kepuasan pasien :
a. System keluhan dan saran
memberikan kesempatan pada pasien menyampaikan keluhan dan saran
b. Ghost scooping
memperkerjakan beberapa orang yang berperan sebagai pembeli kemudian
melaporkan temuan mengenai kekuatan dan kelemahan pelayanan
c. Lost customer analysis
menghubungi pelanggan yang telah berhenti agar dapat memehami
mengapa hal itu terjadi
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
d. Survey kepuasan pelanggan
Penelitian survey dapat melalui pos,telepon dan wawancara langsung
2. Manfaat pengukuran kepuasan pasien
Menurut Derson (dalam Nasution 2010), Manfaat utama dari program
pengukuran adalah terjadinya umpan balik yang segera berarti dan obyektif.
Dalam situasi rumah sakit manfaat yang dapat diperoleh sebagai rekomendasi
medis untuk kesembuhan pasien akan dengan senang hati diikuti oleh pasien
yang merasa puas terhadap pelayanan rumah sakit, terciptanya citra positif dan
nama baik rumah sakit karena pasien tersebut akan akan memberikan
kepuasannya kepada orang lain, citra rumah sakit akan menguntungkam secara
sosial dan ekonomi, beberapa pihak yang berkepentingan di rumah sakit,
seperti perusahaan asuransi akan lebih menaruh kepercayaan pada rumah sakit
yang mempunyai citra positif, didalam rumah sakit yang berusaha mewujudkan
kepuasan pasien akan lebih diwarnai dengan situasi pelayanan yang menunjang
hak-hak pasien
D. Pelayanan BPJS
1. Pengertian
BPJS
Kesehatan
adalah
badan
hukum
yang
dibentuk
untuk
menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan (Peraturan BPJS Kesehatan
Nomor 1 Tahun 2014 Pasal 1).
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
2. Visi dan Misi
Dalam penyelenggaraannya BPJS Kesehatan memiliki Visi dan Misi untuk
mencapai mutu pelayanan yang baik kepada seluruh penduduk Indonesia
peserta jaminan kesehatan nasional ini (www.bpjs-kesehatan.go.id, diakses
18 Maret 2015).
a. Visi BPJS Kesehatan
Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki
jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan
dan
perlindungan
dalam
memenuhi
kebutuhan
dasar
kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal,
unggul, dan terpercaya.
b. Misi BPJS Kesehatan
1. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan
mendorong partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
2. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan
yang efektif, efisien, dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan
yang optimal dengan fasilitas kesehatan
3.
Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana
BPJS Kesehatan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel
untuk mendukung kesinambungan program
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
4.
Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsipprinsip tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan
kompetensi pegawai untuk mencapai kinerja unggul
5.
Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan
evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen resiko atas
seluruh operasionalisasi BPJS Kesehatan;
6.
Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan.
3. Kepesertaa
Di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) diamanatkan bahwa seluruh penduduk
wajib menjadi peserta jaminan kesehatan termasuk WNA yang tinggal di
Indonesia lebih dari enam bulan. Untuk menjadi peserta harus membayar
iuran jaminan kesehatan. Bagi yang mempunyai upah atau gaji, besaran
iuran berdasarkan persentase upah atau gaji dibayar oleh pekerja dan
pemberi kerja. Bagi yang tidak mempunyai gaji atau upah besaran iurannya
ditentukan dengan nilai nominal tertentu, sedangkan bagi masyarakat miskin
dan tidak mampu membayar iuran maka iurannya dibayari pemerintah
(Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Pasal 16).
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Bab II tentang peserta dan
kepesertaan yang tercantum dalam Pasal 2 bahwa peserta Jaminan
Kesehatan meliputi :
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
a. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
Peserta PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
huruf a meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu.
b. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf b merupakan Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu yang terdiri atas :
1. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, meliputi :
a) Pegawai Negeri Sipil (PNS)
b) Anggota TNI c)
Anggota Polri d)
Pejabat Negara
e) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
f) Pegawai Swasta; dan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai
huruf f yang menerima upah.
2. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya,meliputi :
a) Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan
b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima upah
3. Bukan pekerja dan anggota keluarganya, meliputi
a) Investor
b) Pemberi Kerja
c) Penerima Pensiun
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
d) Veteran
e) Perintis Kemerdekaan dan
f)
Bukan pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e
yang mampu membayar iuran.
4. Prosedur Pendaftaran Peserta
Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia, wajib menjadi peserta program jaminan sosial,
termasuk di dalamnya BPJS Kesehatan (Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011 tentang BPJS Pasal 14).
Peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Anggota keluarga peserta
berhak menerima manfaat jaminan kesehatan. Setiap peserta dapat
mengikutsertaan anggota keluarga yang lain yang menjadi tanggungannya
dengan penambahan 22 iuran (Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Pasal 20).
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Bab III tentang Pendaftaran Peserta
dan Perubahan Data Kepesertaan yang tercantum dalam Pasal 10 bahwa
Prosedur Pendaftaran Peserta, meliputi :
a. Pemerintah mendaftarkan PBI Jaminan Kesehatan sebagai Peserta
kepada BPJS Kesehatan
b. Pemberi kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat mendaftarkan
diri sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
c. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan
keluarganya sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan.
5. Iuran
Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh
peserta, pemberi kerja, dan/atau pemerintah (Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Pasal 1).
Besaran dan tata cara pembayaran iuran program jaminan
kesehatan diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011 tentang BPJS Pasal 19).
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Bab IV tentang Iuran yang
tercantum dalam Pasal 17 bahwa Iuran Peserta Jaminan Kesehatan
Nasional, meliputi :
a. Pemberi Kerja wajib membayar Iuran Jaminan Kesehatan seluruh Peserta
yang menjadi tanggung jawabnya pada setiap bulan yang dibayarkan
paling lambat tanggal 10 setiap bulan kepada BPJS Kesehatan. Apabila
tanggal 10 jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja
berikutnya.
Keterlambatan pembayaran
Iuran Jaminan Kesehatan
dikenakan denda administrasi sebesar 2% per bulan dari total iuran yang
tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja
b. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib
membayar Iuran Jaminan Kesehatan pada setiap bulan yang dibayarkan
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
paling lambat tanggal 10 setiap bulan kepada BPJS Kesehatan.
Pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan dapat dilakukan di awal untuk
lebih dari 1 bulan
c. Pilihan iuran sesuai kelas perawatan adalah sebagai berikut :
Kelas 1 : Rp. 59.500 per orang per bulan
Kelas 2 : Rp. 42.500 per orang per bulan
Kelas 3 : Rp. 25.500 per orang per bulan
6. Manfaat
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Bab V tentang Manfaat Jaminan
Kesehatan yang tercantum dalam Pasal 21 bahwa Manfaat Pelayanan
Promotif dan Preventif, meliputi pemberian pelayanan :
a. Penyuluhan Kesehatan Perorangan. Meliputi paling sedikit penyuluhan
mengenai pengelolaan faktor resiko penyakit dan perilaku hidup bersih
dan sehat
b. Pelayanan Imunisasi Dasar. Meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG),
Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B (DPT-HB), Polio, dan Campak
yang disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
c. Pelayanan Keluarga Berencana. Meliputi konseling, kontrasepsi dasar,
vasektomi, dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang
membidangi keluarga berencana yang disediakan oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
d. Pelayanan Skrining Kesehatan. Diberikan secara selektif yang ditujukan
untuk mendeteksi resiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari
resiko penyakit tertentu
7. Fasilitas kesehatan
Setiap peserta berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehalibitatif termasuk
pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis
yang diperlukan (Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 Pasal
47).
Berdasarkan Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 Pasal
47 tentang pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan yaitu
terdiri atas :
a. Pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
b. Pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
c. Pelayanan gawat darurat
d. Pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medik habis pakai;
e. Pelayanan ambulance
f. Pelayanan skrining kesehatan dan Pelayanan kesehatan lain yang
ditetapkan oleh Menteri.
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Bab VIII tentang Fasilitas
Kesehatan yang tercantum dalam Pasal 36 bahwa Fasilitas Kesehatan,
meliputi :
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
a. Fasilitas Kesehatan milik Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang
memenuhi persyaratan wajib bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
dengan membuat perjanjian tertulis
b. Fasilitas Kesehatan milik swasta yang memenuhi persyaratan dapat
menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan dengan membuat
perjanjian tertulis.
8. Sistem rujukan
Sistem
rujukan
pelayanan
kesehatan
adalah
penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik, baik vertikal maupun horizontal
yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi
kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan. Ketentuan umum pada
sistem rujukan BPJS Kesehatan ini adalah sebagai berikut (Panduan Praktis
Sistem Rujukan Berjenjang BPJS Kesehatan, 2014) :
a. Berdasarkan Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 pelayanan
kesehatan perorangan terdiri dari 3 tingkatan yaitu :
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (Puskesmas, Praktek Dokter
Umum, Praktek Dokter Gigi,
Faskes Tingkat
Pertama Milik
TNI/Polri, dan Rumah Sakit Tipe D
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (Rumah Sakit Umum, Rumah
Sakit Tipe B, Rumah Sakit Tipe C, dan Rumah Sakit Spesialis); dan
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (Rumah Sakit Sub-Spesialistik)
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
b. Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan
dasar yang diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama.
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan kesehatan
spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis
yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik.
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan kesehatan subspesialistik yang dilakukan oleh dokter sub-spesialis atau dokter gigi subspesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik.
e. Dalam menjalankan pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan tingkat lanjutan wajib melakukan sistem rujukan dengan
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan
sistem rujukan dapat dimasukkan dalam kategori pelayanan yang tidak
sesuai dengan prosedur sehingga tidak dapat dibayarkan oleh BPJS
Kesehatan.
g. Fasilitas Kesehatan yang tidak menerapkan sistem rujukan maka BPJS
Kesehatan akan melakukan recredentialing terhadap kinerja fasilitas
kesehatan tersebut dan dapat berdampak pada kelanjutan kerjasama.
h. Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara horizontal maupun vertikal.
i. Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan dalam satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau
menetap.
j. Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan
yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.
k. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan
pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila :
1. Pasien
membutuhkan
pelayanan
kesehatan
spesialistik
atau
subspesialistik;
2. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau
ketenagaan.
l. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan
pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila :
1. Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi
dan kewenangannya
2. Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua
lebih baik dalam menangani pasien tersebut;
3. Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh
tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan
kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang; dan/atau
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
4. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan
dan/atau ketenagaan.
m. Tata cara pelaksanaan sistem rujukan berjenjang :
1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang
sesuai kebutuhan medis, yaitu :
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas
kesehatan tingkat pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien
dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat
diberikan atas rujukan dari faskes primer
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat
diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer
2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke
faskes tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan
rencana terapinya, merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia
di faskes tersier
3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam
kondisi :
a. Terjadi keadaan gawat darurat
b. Bencana
c. Kekhususan permasalahan kesehatan pasien
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
d. Pertimbangan geografis dan
e. pertimbangan ketersediaan fasilitas
4. Pelayanan oleh bidan dan perawat :
a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan
pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter
dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama
kecuali dalam kondisi gawat darurat dan kekhususan permasalahan
kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar kompetensi dokter dan atau
dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama
5. Rujukan Parsial
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke
pemberi pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan
diagnosis atau pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian
perawatan pasien di faskes tersebut
b. Rujukan parsial dapat berupa :
a) Pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang atau
tindakan
b) Pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang.
Hampir semua penyakit dapat ditanggung oleh BPJS Kesehatan
dan untuk berobat dengan BPJS Kesehatan peserta harus mengikut
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
prosedur rujukan dan berjenjang, artinya jika tidak bisa ditangani di
puskesmas, klinik, dokter keluarga, baru bisa dirujuk ke rumah sakit
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
E. Kerangka Teori
Kepuasan pasien pengguna BPJS
kelas III diruang rawat inap
Mutu pelayanan
Keperawatan
Aspek Mutu pelayanan
keperawatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan pasien
1.
2.
3.
4.
1. Kinerja (performance)
2. Ciri- ciri atau Keistimewaan
tambahan (features)
3. Kehandalan ( reliability )
4. Kesesuaian dengan spesifikasi
( conformance to spesification ),
5. Daya tahan (durability)
6. Service abilitiy meliputi kecepatan,
kompetensi, serta keluhan
7. Estetika
8. Kualitas yang dipresepsikan
( perceived quality)
Kehandalan (Reability )
Ketanggapan(Responsiveness)
Jaminan ( Assurance)
Empati Atau
Kepedulian (Emphaty)
5. Bukti langsung atau terwujud
Gambar 1.1 kerangka teori
Sumber : Notoatmodjo (2010)
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
F. Kerangka konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang diamati
atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan( Notoatmodjo, 2010)
Variabel terkait
Mutu pelayanan keperawatan
di ruang rawat inap
Variabel bebas
Kepuasan pasien
pengguna BPJS kelas III
Gambar 1.2 Kerangka konsep
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
G. Hipotesa
Saryono (2011) mengatakan hipotesis penelitian sebagai terjemahan dari
tujuan penelitian kedalam dugaan yang jelas. Hipotesis merupakan prediksi
hasil penelitian yaitu hubungan yang diharapkan antar variable. Berdasarkan
kerangka teori dan krangka konsep diatas, maka ditetapkan hipotesis penlitian
ini adalah :
Ha
: Ada hubungan mutu pelayanan keperawatan dengan kepuasan pasien
Pengguna BPJS kelas III di ruang rawat inap RSUD dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga
Ho
: Tidak ada hubungan mutu pelayanan keperawatan dengan kepuasan
pasien pengguna BPJS kelas III di ruang rawat inap RSUD dr. R.
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
Hubungan Mutu Pelayanan..., IMRON HASAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Download