BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kedelai Pada

advertisement
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Botani Tanaman Kedelai
Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine
soja, atau Soja max. Namun demikian, pada tahun 1984 telah disepakati bahwa
nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah yaitu Glycine max (L.)
Merril. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut (Adisarwanto, 2005):
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Rosales
Famili
: Leguminosae
Genus
: Glycine
Spesies
: Glycine max (L.) Merril
Sistem perakaran kedelai terdiri dari 2 macam, yaitu akar tunggang dan akar
sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu, kedelai juga
seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil.
Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air
tanah yang terlalu tinggi (Adisarwanto, 2005). Biji kedelai berkeping dua yang
terbungkus oleh kulit biji. Embrio terletak diantara keping biji. Warna kulit biji
bermacam-macam ada yang kuning, hitam, hijau dan cokelat. Bentuk biji kedelai
pada umumnya bulat lonjong, ada yang bundar atau bulat agak pipih. Besar biji
bervariasi tergantung varietas. Di Indonesia besar biji bervariasi dari 6 gram – 30
gram (Suprapto, 2004).
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe
determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini
didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang pada
tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat
tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate
dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bias tumbuh daun, walaupun tanaman
sudah berbunga (Adisarwanto, 2005).
5
2.2
Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai
Menurut Pitojo (2003) persyaratan tumbuh bagi tanaman kedelai meliputi
keadaan iklim dan keadaan tanah. Kedelai dapat tumbuh dan berproduksi dengan
baik di daerah tropis, yakni pada zone agroklimat C1-C2 yang memiliki masa
basah 5-6 bulan dan masa kering 2-3 bulan; zone D1-D2 yang memiliki masa
basah 3-4 bulan dan masa kering 2-6 bulan; dan zone E1-E2 yang memiliki masa
basah 4 bulan dan masa kering 2-3 bulan (Oldeman). Tanaman ini dapat tumbuh
di daerah yang memiliki ketinggian tempat 0-900 m dpl.
Kondisi curah hujan yang ideal bagi pertanaman kedelai lebih dari 1500
mm/tahun dan curah hujan optimal antara 100-200 mm/bulan. Pertumbuhan
terbaik diperoleh pada kisaran suhu antara 200C-350C. Suhu optimal berkisar
antara 250C-270C, dengan kelembaban udara rata-rata 50%. Tanaman kedelai
memerlukan intensitas cahaya penuh, dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik
di daerah yang terkena sinar matahari selama dua belas jam sehari.
Kedelai memerlukan tanah yang memiliki aerasi, drainase, dan kemampuan
menahan air yang cukup baik. Pada tanah berpasir serta tanah dangkal, kedelai
tidak dpat tumbuh dengan baik. Tanah yang lembab cocok untuk budidaya
tanaman kedelai. Kelembapan tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
sejak perkecambahan benih hingga tanaman tua; yakni mempengaruhi aktivitas
akar dalam penyerapan air serta zat-zat hara dan mempengaruhi aktivitas bakteri
Rhizobium untuk bergerak ke daerah akar tanaman.
Keadaan pH tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kedelai berkisar
antara 5,5-6,5. Selain mempengaruhi penyerapan hara oleh perakaran tanaman,
tanah asam (pH tanah 4,6-5,5,) juga mempengaruhi kemampuan penetrasi bakteri
Rhizobium ke perakaran tanaman untuk membentuk bintil akar. Pada tanah
dengan nilai pH lebih dari 7, kedelai sering menampakkan gelaja klorosis karena
kekurangan hara besi. Pada kondisi pH 3,5-4,5, pertumbuhan tanaman terhambat
(tanaman tumbuh sangat kerdil) karena keracunan aluminium atau mangan. Untuk
meningkatkan pH tanah dapat dilakukan penambahan kapur sehingga diperoleh
kondisi pH tanah yang sesuai bagi pertanaman kedelai.
6
2.3
Stadia Pertumbuhan Tanaman Kedelai
Pitojo (2003) menyatakan bahwa pola pertumbuhan tanaman kedelai di
lapangan berbeda-beda, tergantung varietasnya. Kedelai dikelompokkan dalam
tiga kelompok umur, varietas kedelai yang berumur panjang (lebih dari 90 hari),
varietas kedelai yang berumur sedang (antara 85-90 hari), dan varietas kedelai
yang berumur pendek (antara 75-85 hari). Namun demikian, pertumbuhan
varietas-varietas tersebut memiliki karakter utama yang hampir sama, yang
dibedakan menjadi stadium pertumbuhan vegetatif dan stadium pertumbuhan
reproduktif.
Irwan (2006) menambahkan, pengetahuan tentang stadia pertumbuhan
tanaman kedelai sangat penting, terutama bagi para pengguna aspek produksi
kedelai. Hal ini terkait dengan jenis keputusan yang akan diambil untuk
memperoleh pertumbuhan yang optimal dengan tingkat produksi yang maksimal
dari tanaman kedelai, misalnya waktu pemupukan, penyiangan, pengendalian
hama dan penyakit, serta penentuan waktu panen.
Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman mulai muncul ke
permukaan tanah sampai saat mulai berbunga. Stadia perkecambahan dicirikan
dengan adanya kotiledon, sedangkan penandaan stadia pertumbuhan vegetatif
dihitung dari jumlah buku yang terbentuk pada batang utama. Stadia vegetatif
umumnya dimulai pada buku ketiga. Stadia pertumbuhan reproduktif (generatif)
dihitung sejak tanaman kedelai mulai berbunga sampai pembentukan polong,
perkembangan biji, dan pemasakan biji.
2.4
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah adalah proses di mana tanah digemburkan dan
dilembekkan dengan menggunakan tangkai kemudi ataupun penggaru yang ditarik
oleh traktor maupun bajak yang ditarik oleh binatang maupun manusia. Melalui
proses ini, kerak tanah teraduk, sehingga udara dan cahaya matahari menembus
tanah dan meningkatkan kesuburannya. Sekalipun demikian, tanah yang sering
digarap
sering
menyebabkan
kesuburannya
berkurang
(Wikipedia,
2013).Sebelumnya menurut Rachman et al. (2004), pengolahan tanah merupakan
tindakan yang penting untuk menciptakan kondisi media perakaran yang mampu
mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal. Arianti (2011) juga
7
menambahkan bahwa pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik
terhadap tanah dengan tujuan menciptakan kondisi tanah yang baik pertumbuhan
tanaman. Kegiatan pengolahan tanah meliputi pembukaan lahan baru dan
bajak/cangkul untuk kegiatan pertanian. Selain mempengaruhi kesuburan fisik,
kimia, memungkinkan pertumbuhan mikroba tanah dan memberikan kondisi
tumbuh yang kondusif bagi akar serta aerase dan drainase yang baik pada tanah,
pengolahan tanah juga berpengaruh terhadap besar erosi. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Sufariandini (1999) yang menyatakan bahwa pengolahan tanah yang
teralu sering akan menyebabkan aerasi, daya pegang air dan pergerakan air dalam
tanah menjadi buruk. Untuk mengurangi pengaruh buru tersebut, perlu dilakukan
pemilihan pengolahan tanah yang tepat. Dengan pemilihan pengolahan tanah yang
tepat, diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah dengan baik
sehingga pengaruh-pengaruh buruk yang merugikan dari pengolahan tanah dapat
dihindari.
Menurut Simanjuntak (2006) pengolahan tanah dimaksudkan untuk
menyiapkan tanah dengan berbagai tindakan atau manipulasi terhadap agregat
tanah dengan maksud untuk menyiapkan benih atau bibit untuk disebar atau
ditanam dan diharapkan benih atau bibit dapat tumbuh dengan baik. Pengolahan
tanah adalah tindakan mengubah struktur tanah (agregat tanah). Sebelumnya
Haryanto (1985) menjelaskan di dalam tanah, unsur hara diserap tanaman dalam
bentuk larutan. Larutan hara ini terbentuk jika di dalam tanah cukup tersedia air.
Dengan demikian “minimum tillage” yang dapat mengefisienkan penggunaan air
tanah juga berpengaruh positif pada penyerapan unsur hara.
2.5
Pupuk dan Pemupukan
Pupuk ialah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik
maupun yang anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara
dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam
keadaan faktor keliling atau lingkungan yang baik. Pemupukan adalah pemberian
atau penambahan zat-zat kepada kompleks tanah dan tanaman untuk melengkapi
keadaan makanan atau unsur hara dalam tanah yang tidak cukup terkandung di
dalamnya. Mengenai pemberian pupuk (penambahan zat mneral) dalam rangka
koreksi atau tepatnya menyediakan unsur hara/zat mineral yang lebih seimbang
8
bagi tanaman, dapat diatur dengan sebaik-baiknya dengan terlebih dahulu
mengadakan penyelidikan-penyelidikan , unsur mana yang dalam keadaan minim
dapat diperhatikan agar tidak merupakan unsur pembatas. Unsur hara yang
banyak diperlukan bagi pembentukan jaringan-jaringan seperti misalnya karbon
oksogen, hidrogen nitrogen, fosor, dan belerang. Untuk pembentukan enzimenzim diperlukan (walaupun sangat minim) unsur-unsur: besi, mangan, seng,
tembaga boron, molibdenum serta kadang-kadang pula kobalt (Co) (Sutedjo,
2010).
Menurut Sormin (1992), pemberian unsur hara dapat dilakukan melalui
pemupukan yang bertujuan menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman antara lain nitrogen, fosfat, dan kalium yang dikenal sebagai unsur
makro. Nitrogen merupakan unsur hara yang dibutuhkan kedelai dalam jumlah
cukup besar. Kedelai dapat membentuk bintil akar yang mampu memfiksasi
nitrogen dari udara. Bintil akar dapat dirangsang pembentukannya melalui
penggunaan inokulan bintil akar.
Download