gambaran pengetahuan remaja akhir (15

advertisement
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA AKHIR (15-20 TAHUN)
TENTANG HIV/AIDS DI PONDOK PESANTREN AL-HUDA
DESA MANONJAYA KECAMATAN MANONJAYA
KABUPATEN TASIKMALAYA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan pada
Program Studi S1 Keperawatan
Oleh :
GUSMAN ARIE RAMDANI
NIM. 12SP277018
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2016
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA AKHIR (15-20TAHUN) TENTANG
HIV/AIDS DI PONDOK PESANTREN AL-HUDA DESA MANONJAYA
KECAMATAN MANONJAYA KABUPATEN TASIKMALAYA1
Gusman Arie Ramdani 2 Asep Gunawan3 Ima Sukmawati4
INTISARI
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan suatu kumpulan gejala
penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan penyakit bawaan tetapi didapat dari
hasil penularan. Penyakit ini di sebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Sangat sedikit kaum muda yang memiliki pengetahuan memadai dan benar tentang IMS
termasuk HIV/AIDS padahal pengetahuan tersebut dibutuhkan untuk terhindar dari risiko
penularan dan tidak diskriminatif kepada penderita AIDS. Hasil wawancara pada tanggal
04 Maret 2016 yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-Huda kepada 10 orang remaja
berusia 15-20 tahun dengan mengajukan sebanyak 10 pertanyaan yang berhubungan
dengan HIV/AIDS meliputi pengertian, penyebab perjalanan, cara penularan, gejala dan
pencegahan, dari 10 orang remaja yang diajukan pertanyaan, 60% dari mereka hanya
bisa menjawab 2-3 pertanyaan dan 40% nya bisa menjawab 4-5 pertanyaan saja. Alasan
mereka tidak tahu karena mereka tidak pernah mendapatkan informasi dari sumber yang
benar dan tidak adanya tempat atau layanan khusus remaja dimana mereka bisa
menanyakan tentang hal-hal seperti itu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja akhir (15-20
tahun) tentang HIV/AIDS di Pondok Pesantren Al-Huda Manonjaya Kecamatan
Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya.
Metode penelitian yang di gunakan deskriftif dengan pelaksanaan penelitian pada priode
bulan Mei – Juni 2016 dan jumlah populasi sebanyak 81 responden. Analisis univariat
mengunakan rumus distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukan pengetahuan remaja akhir (15-20 tahun) frekuensi tertinggi
termasuk dalam kategori cukup yaitu sebesar 45 orang (55,6%), kategori kurang
sebanyak 21 orang (25,9%) dan kategori baik sebanyak 15 orang (18,5%).
Kesimpulan bahwa pengetahuan remaja akhir (15-20 tahun) tentang HIV/AIDS di Pondok
Pesantren Al-Huda Manonjaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya sebagian
bersar berkategori cukup. Saran yang dapat peneliti berikan terutama bagi pihak profesi
diharapkan lebih dapat menyusun strategi promosi kesehatan yang lebih informatif dan
komunikatif serta lebih dilibatkannya peran perawat didalam pendidikan kesehatan
khsusunya mengenai HIV/AIDS khususnya pada remaja.
Kata Kunci
Kepustakaan
Keterangan
:
:
:
Remaja Akhir, Pengetahuan, HIV/AIDS
14 Referensi (2007-2015)
1 Judul, 2 Nama Mahasiswa S1 Keperawatan, 3 Nama Pembimbing I,
4 Nama Pembimbing II
vi
AN OVERVIEW OF THE KNOWLEDGE OF THE LATE TEENS (15-20YEARS) ABOUT
HIV/AIDS in PONDOK PESANTREN AL-HUDA MANONJAYA VILLAGE SUB
DISTRICT OF TASIKMALAYA REGENCY MANONJAYA1
2
3
Gusman Arie Ramdani Asep Gunawan Ima Sukmawati
4
ABSTRACTS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) is a collection of symptoms of the disease
damages the immune system, not innate but acquired disease results from the
transmission. The disease is caused by HIV (Human Immunodeficiency Virus). Very few
young people who have sufficient knowledge and true about STI including HIV/AIDS
when such knowledge is needed to avoid the risk of contagion and not discriminatory to
people with AIDS. Interview on 04 March 2016 made in Pesantren Al-Huda to 10 people
aged 15-20 years by asking 10 questions related to HIV/AIDS include understanding, the
cause of the travel, the way of transmission, symptoms and prevention, from 10 people
who submitted questions, 60% of them could only answer 2-3 questions and his 40% 4-5
could answer questions only. The reason they don't know because they never get a
correct source of information and the absence of a place or a specific service teens
where they can ask about things like that.
This research aims to know the description of the knowledge of the late teens (15-19
years) about HIV/AIDS in Pondok Pesantren Al-Huda Manonjaya Manonjaya sub district
of Tasikmalaya Regency.
Research methods in use deskriftif with the implementation of the research on the priode
in May – June 2016 and the number of population of 81 respondents. Univariate analysis
using frequency distribution formula.
Research results showed knowledge of teenagers (15-20 years) the highest frequency is
included in the category quite i.e. amounting to 45 people (55,6%) categories were less
as much as 21 people (25.9%) and category both as much as 15 people (18.5%).
The conclusion that the knowledge of the late teens (15-19 years) about HIV/AIDS in
Pondok Pesantren Al-Huda Manonjaya Manonjaya sub district of Tasikmalaya Regency
mostly categorized enough. The advice can give researchers mainly on behalf of the
profession can strategize expected more health promotion which is more informative and
communicative and more dilibatkannya the role of the nurse in khsusunya health
education on HIV/AIDS especially in teenagers.
Keywords
Library
Description
:
:
:
Final Teens, Knowledge, HIV/AIDS
14 Reference (2007-2015)
1.Title, 2. Student Name, 3. Name of Supervisor I, 4. Name of
Supervisor II
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang sebagian besar
menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular.
Hubungan seks ini termasuk hubungan seks lewat liang senggama, lewat
mulut (oral) atau lewat dubur (anal). Menurut BKKBN (2013) salah satu dari
infeksi menular seksual adalah HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan suatu
kumpulan gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan
penyakit bawaan tetapi didapat dari hasil penularan. Penyakit ini di sebabkan
oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Penyakit ini telah menjadi
masalah internasional karena dalam waktu yang relatif singkat terjadi dan
begitu banyak fenomena-fenomena dimana peningkatan jumlah pasien dan
semakin melanda banyak negara. Sampai saat ini belum di temukan vaksin
atau obat yang relatif efektif untuk AIDS sehingga menimbulkan keresahan
di dunia. (Widoyono, 2011)
AIDS adalah salah satu masalah kesehatan yang sedang dihadapi
masyarakat dunia baik dinegara negara yang sudah maju maupun dinegara
negara berkembang. Pada tahun 2012 jumlah ODHA diseluruh dunia
diperkirakan sudah mencapai 33.2 juta (30,6-36,1 juta) setiap hari, lebih
6800 orang terinfeksi HIV dan lebih dari 5700 meninggal karena AIDS.
(WHO, 2012)
1
2
Statistik terbaru dari global HIV dan AIDS yang diterbitkan oleh
UNAIDS (United National Joint Program For HIV/AIDS) pada tahun 2013,
diperkirakan terdapat orang-orang yang hidup dengan HIV/AIDS adalah 33,3
juta dengan perincian orang dewasa sejumlah 31,3 juta jiwa dan remaja
berusia 15-24 tahun sebesar 2,1 juta jiwa. (UNAIDS, 2013)
Saat ini di Indonesia perkembangan epidemi HIV merupakan negara
dengan penularan HIV/ AIDS tercepat di Asia Tenggara. Di negeri ini 26.400
orang dipastikan AIDS, dan 66 ribu orang sudah terinveksi HIV. Prevalensi
orang dengan HIV di Indonesia, sejak tahun 2006 sampai dengan tahun
2014 secara kumulatif sebanyak 150.296 orang terinfeksi HIV yang tersebar
di 386 kabupaten/kota (78%) dari 498 kabupaten/kota. Adapun prevalensi
orang dengan AIDS, sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2015 kumulatif
sebanyak 55.799 orang. Persentase kumulatif kasus AIDS tertinggi pada
kelompok umur 20-29 tahun (32,9%). kemudian diikuti kelompok umur 30-39
tahun (28,5%), 40-49 tahun (10,7%), 15-19 tahun (3,1%), dan 50-59 tahun
(3,3%). Persentase AIDS pada laki-laki sebanyak 54% dan perempuan
sebanyak 29%. Sementara itu 17% tdk melaporkan jenis kelaminnya.
Jumlah AIDS tertinggi adalah ibu rumah tangga (6539 kasus).
Faktor
penularan tebanyak melalui heterosexual (61,5%). Angka kematian menurun
3,79% tahun 2012 menjadi 0,46% tahun 2014, Penyebab HIV/AIDS pada
umumnya adalah akibat dari kontak seksual (40%) suntikan intra Vena
(30%) , darah dan produksi darah (15%) dan ibu ke anak (10%). (Ditjen PP &
PL Kemenkes RI, 2015)
Kementerian Kesehatan melaporkan Provinsi Jawa Barat termasuk
salah satu provinsi mencatat dari tahun 1989 sampai tahun 2013 tercatat
3
sebanyak 3.925 kasus AIDS dan 2.354 kasus HIV. Dari jumlah tersebut
sebanyak 934 kasus AIDS dan 614 kasus HIV adalah perempuan.
Sedangkan kasus AIDS pada lelaki sebanyak 2.982 kasus dan HIV 1528
kasus. (Dinkes Jabar, 2014)
Menurut SKRRI (Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia)
(2012), menyatakan bahwa Remaja sangat rentan terhadap risiko TRIAD
KRR (seksualitas, HIV dan AIDS, NAPZA). Perilaku seksual sekitar 40%
remaja menyatakan secara terbuka bahwa mereka mempunyai teman yang
mereka tahu pernah melakukan hubungan seksual, bahwa atas dasar norma
yang dianut 89% remaja tidak setuju seks pra nikah, sekitar 66% remaja
punya teman yang hamil sebelum menikah. Salah satu tantangan
penanggulangan HIV dan AIDS adalah peningkatan pengetahuan anak
sekolah dan remaja tentang HIV dan AIDS. (BKKBN, 2013)
Kasus HIV/AIDS pada remaja tidak terlepas dari perkembangan
globalisasi. Perkembangan globalisasi mengakibatkan adanya perubahan
sosial dan gaya hidup remaja saat ini terutama di daerah perkotaan.
Kusuma
(2010)
menyebutkan
bahwa
remaja
di
daerah
perkotaan
cenderung melakukan perilaku berisiko seperti hubungan seksual dengan
berganti pasangan, hubungan seksual pranikah, serta penyalahgunaan
narkoba. Gaya hidup seperti ini membahayakan kesehatan reproduksi
terutama kemungkinan terjadinya penularan penyakit menular seksual
terutama HIV/AIDS. (Kusuma, 2010)
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jawa Barat menyatakan kasus
Infeksi Menular Seksual (IMS) di Tasikmalaya pada tahun 2014 kasus IMS
menjadi tertinggi di Priangan Timur, serta menduduki peringkat keenam
4
setelah Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Sukabumi, dan Kota Cirebon (KPA
Jawa Barat, 2014).
Tabel 1.1 Jumlah Penemuan Kasus HIV/AIDS Terbanyak
di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2014
No
1.
2.
3.
4.
Nama Kecamatan
Jumlah Penderita HIV/AIDS
Singaparna
87
Manonjaya
45
Rajapolah
48
Ciawi
30
Sumber : KPA Kab Tasikmalaya, 2014
Berdasarkan
laporan
Komisi
Penanggulangan
Kabupaten
Tasikmalaya jumlah penemuan kasus HIV/AIDS sebanyak 210 kasus
terbanyak dilaporkan dari Kecamatan Singaparna, Kecamatan Manonjaya,
Kecamatan Rajapolah, dan Kecamatan Ciawi. Dari Kecamatan tersebut
Desa yang banyak ditemukan kasus HIV/AIDS berada di Manonjaya. (KPA
Kab Tasikmalaya, 2014).
Peringatan atas penyakit yang menakutkan ini sudah puluhan abad
Silam disuarakan oleh Al-Quran melalui seruan atas penting pentingnya
menunaikan syariat pernikahan sebagai benteng untuk menghindari
perzinahan sementara bahaya perilaku sex menyimpang juga sangat terang
digambarkan melalui Kisah Nabi Luth Alaihisalam dengan kaum negeri
sodom yang tenggelam dalam budaya sex menyimpang seperti homoseks
dan lesbian. (Ibnu Katsir, 2013)
Sebagai firman allah Subhanahu wata ala :
Artinya : ”Dan janganlah kamu mendekati zina,sesungguhnya Zina itu
suatu pebuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”(Q.s Al-Isra 32).
5
Masalah reproduksi remaja, akan mengurangi kesempatan remaja
untuk mempraktikan perilaku hidup sehat sebagaimana mestinya, untuk
merespon masalah tersebut maka Program BKKBN salah satunya adalah
GENRE (Generasi berencana) arah kebijakan program penyiapan kehidupan
berkeluarga bagi remaja adalah mewujudkan generasi berencana. Sasaran
utama adalah remaja yang berusia 10-24 tahun Namun program tersebut
saat ini terealisasi hanya pada pendidikan formal SMP-SMA. (BKKBN, 2013)
Mempertimbangkan
lembaga
pendidikan
non
formal
(pondok
pesantren) remaja memiliki hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan,
dan pelayanan dalam kesehatan. Pondok pesantren merupakan salah satu
lembaga pendidikan dalam hal akademik dan agama yang masih eksis dan
bertahan yang ada di Indonesia dangan keragaman kultur, metode,dan
jaringan yang unik. Pondok pesantren yang sebagian besar penghuni masih
dalam kelompok remaja, tentunya mengalami perubahan yang memerlukan
arahan yang tepat,karena kondisi lingkungan jauh dari orang tua, langkanya
mendapat perhatian terkait dalam akses pelayanan kesehatan. (Muakrom,
2013).
Berdasarkan laporan Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten
Tasikmalaya (2014) jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 210 kasus. HIV/AIDS
menyerang pada kelompok umur produktif yaitu 20-29 tahun. Desa
Manonjaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Manonjaya dengan jumlah penyumbang penderita AIDS terbanyak di
Kecamatan Manonjaya. Pondok Pesantren Al-Huda bertempat di Kecamatan
Manonjaya dan merupakan Pondok Pesantren yang paling dekat dengan
salah satu lingkungan angka kejadian HIV/AIDS dan memiliki santri remaja
6
akhir yang paling banyak dibanding Pondok Pesantren yang berada di
Wilayah Manonjaya dan Kecamatan Manonjaya itu sendiri.
Sangat sedikit kaum muda yang memiliki pengetahuan memadai dan
benar tentang IMS termasuk HIV/AIDS padahal pengetahuan tersebut
dibutuhkan untuk terhindar dari risiko penularan dan tidak diskriminatif
kepada penderita AIDS. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Notoatmodjo
(2003) dalam Wawan dan Dewi (2010) yang menyatakan bahwa
pengetahuan dan pengenalan pada masyarakat dari pihak terkait merupakan
domain yang sangat penting sehingga mendasari terbentuknya tindakan.
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi
perilaku
positif
yang
mengikat.
Selain
tingkat
pendidikan,
aspek
pengetahuan juga ditentukan oleh seberapa besar akses individu terhadap
informasi baik dari media masa, kampanye, penyuluhan dan sebagainya.
Seseorang
yang mempunyai sumber
informasi lebih
banyak
akan
mempunyai pengetahuan lebih luas.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumya Pratama
(2010)
mengenai
gambaran
pengetahuan
mahasiswa
STIKes
Muhammadiyah Tasikmalaya tentang HIV/AIDS sebanyak 75 responden dan
di dapatkan hasil pengetahuan mahasiswa tentang HIV/AIDS pada kategori
cukup 62 orang (82,7%) kategori baik 9 orang (12,0%) kategori kurang 4
orang (5,3%).
7
Tabel 1.2 Jumlah Santri berdasarkan umur di Pondok Pesantren
Al-Huda Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016
No
Kategori Umur
Jumlah
1.
5-9 tahun
312 orang
2.
10-14 tahun
482 orang
3.
15-20 tahun
425 orang
4.
21-25 tahun
675 orang
Jumlah
1894 orang
Sumber : Pondok Pesantren Al Huda tahun 2016
Berdasarkan tabel diatas jumlah santri berdasarkan umur di pondok
pesantren Al Huda Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya tahun 2016 yatu
jumlah keseluruhan santri 1894 orang. Jumlah santri yang berusia 5-9
sebanyak 312 orang, 10-14 tahun sebanyak 482 orang, jumlah siswa yang
berusia 15-20 tahun sebanyak 425 orang dan jumlah santri yang berusia 2125 tahun sebanyak 675 orang.
Hasil wawancara pada tanggal 04 Maret 2016 yang dilakukan di
Pondok Pesantren Al-Huda kepada 10 orang remaja berusia 15-20 tahun
dengan mengajukan sebanyak 10 pertanyaan yang berhubungan dengan
HIV/AIDS meliputi pengertian, penyebab perjalanan, cara penularan, gejala
dan pencegahan, dari 10 orang remaja yang diajukan pertanyaan, 60% dari
mereka hanya bisa menjawab 2-3 pertanyaan dan 40% nya bisa menjawab
4-5 pertanyaan saja. Alasan mereka tidak tahu karena mereka tidak pernah
mendapatkan informasi dari sumber yang benar dan tidak adanya tempat
atau layanan khusus remaja dimana mereka bisa menanyakan tentang halhal seperti itu.
Upaya pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dalam peningkatan
pengetahuan tentang HIV/AIDS adalah dengan pelatihan HIV/AIDS yang
dikemas dalam bentuk kegiatan Pelatihan dan Pendidikan Kecakapan Hidup
8
(Life Skill Education) dengan target peserta adalah kelompok usia remaja
akhir.
Pengetahuan mereka tentang HIV/AIDS yang sedikit tersebut penulis
tertantang untuk melakukan penelitian ini dengan judul “Gambaran
Pengetahuan Remaja Akhir tentang HIV/AIDS di Pondok Pesantren Al-Huda
Desa Manonjaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya”
B. Rumusan Masalah
Angka kejadian HIV/AIDS di kalangan remaja didunia terus
meningkat demikian pula di Indonesia. Hal tersebut terjadi salah satunya
karena informasi yang diterima oleh remaja dari sumber yang salah. Remaja
tidak hanya tinggal dan berada pada pantauan orang tua di rumah, Pondok
Pesantren
yang
sebagian
besar
penghuni masih
dalam
kelompok
remaja,tentunya mengalami perubahan yang memerlukan arahan yang tepat
karena kondisi lingkungan jauh dari orang tua,langkanya mendapat
perhatian terkait dalam akses pelayanan kesehatan. Berdasarkan uraian
masalah tersebut rumusan masalah penelitian ini: “Gambaran Pengetahuan
Remaja Akhir (15-20 tahun) tentang HIV/AIDS di Pondok Pesantren Al-Huda
Manonjaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya tahun 2016”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan remaja akhir (15-20 tahun)
tentang HIV/AIDS di Pondok Pesantren Al-Huda Manonjaya Kecamatan
Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya.
9
2. Tujuan Khusus
Diketahuinya gambaran pengetahuan remaja akhir (15-20 tahun)
tentang HIV/AIDS yang meliputi pengertian, penyebab, perjalanan
infeksi, tanda-tanda, penularan, gejala dan pencegahan di Pondok
Pesantren Al-Huda Manonjaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten
Tasikmalaya.
D. Manfaat Penelitian
1.
Peneliti
Melatih kemampuan peneliti untuk menerapkan ilmu pengetahuan
yang diperoleh dari institusi pendidikan yaitu metodologi penelitian,
biostatistik, kesehatan reproduksi, serta melatih kemampuan berpikir
secara kritis dan analisis.
2.
Institusi Pendidikan Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Ciamis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
masukan dan perbandingan serta dijadikan dasar pemikiran dalam
rangka
mengembangkan
ilmu
pengetahuan
didalam
caturdarma
perguruan tinggi bagi civitas akademik STIKes Muhammadiyah Ciamis.
3.
Profesi perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam
memperoleh pengetahuan dan dalam rangka mengembangkan ilmu dan
pengetahuan di bidang ilmu keperawatan
khususnya mengenai
gambaran pengetahuan remaja akhir terhadap HIV/AIDS.
4.
Pondok pesantren Al-Huda Manonjaya kabupaten Tasikmalaya
Menjadi bahan informasi yang diharapkan dapat mengkaji guna
meningkatkan kualitas pengetahuan remaja akhir khususnya di Pondok
Pesantren Al-Huda dengan cara melakukan kerjasama dengan petugas
10
kesehatan
melalui
pendidikan
kesehatan
reproduksi
sehingga
terbentuknya remaja yang peduli akan pencegahan HIV/AIDS sekaligus
diharapkan menjadi agen perubah (agent of change) pada kelompok
usia remaja lainnya dalam menghadapi HIV/AIDS sehingga dapat
membantu menurunkan presentasi angka kejadian HIV/AIDS khususnya
pada kalangan usia produktif.
5.
Penelitian Selanjutnya
Menjadi sumber informasi dan rujukan, baik itu melakukan
penelitian yang sama dengan objek yang berbeda atau untuk
menetapkan tema penelitian selanjutnya mengenai HIV/AIDS pada
remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan itu terjadi setelah
orang
melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
objek
tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
yang kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang. (Notoatmodjo, 2010)
Menurut
Notoatmodjo
(2010),
menyatakan
bahwa
dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974), mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut.
Disini sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation
(menimbang-nimbang), terhadap baik
dan
tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah
lebih baik lagi.
11
12
d. Trial (mencoba), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption (menerima), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2. Pentingnya Pengetahuan
Pengetahuan dijelaskan dalam Al Quran surat Al Mujadalah : 11
Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu,
berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah. Niscaya
Allah SWT. akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan,
berdirilah kamu, maka berdirilah. Niscaya Allah SWT. akan mengangkat
(derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat. Allah SWT. Maha Teliti apa yang kamu
kerjakan.” (Surah Al Mujadalah : 11 )
3. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan (Notoatmodjo, 2010) yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Tahu (know) merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
13
b. Memahami (comprehension)
Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi
yang
telah
dipelajari
pada
situasi
atau
kondisi
real
(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan
materi suatu atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi
masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
14
f.
Evaluasi (evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek tertentu.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut
Mubarak, dkk (2007), mengatakan faktor -faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah :
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang pada
orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak
dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin
mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin
banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang
tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan
sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang
baru diperkenalkan.
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara
tidak langsung.
c. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan
pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik
secara garis besar ada empat kategori perubahan. Pertama,
15
perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciriciri lama, keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat
pematangan fungsi organ pada aspek psikologis atau mental taraf
berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
d.
Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan
menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang
lebih mendalam.
e. Pengalaman
Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkunganya. Ada kecenderungan pengalaman
yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun
jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka
secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan
membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula
membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
f.
Kebudayaan lingkungan sekitar
Kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam
suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingukan
maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk
selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat
berpengaruh
seseorang.
dalam
pembentukkan
sikap
pribadi
atau
sikap
16
g.
Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
(Arikunto Suharsimi, 2010).
5. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menyenangkan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita
ketahui atau ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas
dengan ketegori baik, cukup, kurang baik dan tidak baik (Notoatmodjo,
2010).
Kriteria standar objek pengetahuan menurut Arikunto (2010), yaitu
sebagai berikut.
a.
Kategori baik apabila jawaban pertanyaan dengan benar oleh
responden sebanyak > 76 %
b.
Kategori cukup apabila jawaban pertanyaan dengan benar oleh
responden sebanyak 60 – 75 %
c.
Kategori kurang apabila jawaban pertanyaan dengan benar oleh
responden sebanyak < 60 %
B. HIV/AIDS
(Human
Imunnodeficiency
Virus/
Acquired
Immune
Deficiency Syndromes)
1.
Pengertian HIV/AIDS
HIV singkatan dari Human Imunnodeficiency Virus, yaitu virus
yang melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS singkatan
dari Acquired Immune Deficiency Syndromes yaitu sekumpulan gejala
17
akibat melemahnya sistem kekebalan tubuh, karena terinfeksi virus HIV.
(BKKBN, 2013)
Infeksi HIV (Human Imunnodeficiency Virus) adalah suatu infeksi
oleh salah satu jenis virus yang secara progresif merusak sel sel darah
putih yang disebut limposit, menyebabkan AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndromes).
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindrom
penyakit
defisiensi
imunitas
selular
yang
didapat,
yang
pada
pendertitanya tidak dapat ditemukan penyebab defisiensi tersebut.
Akibat adanya kehilangan kekebalan, penderita AIDS mudah terkena
berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu, yang
bersifat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering sekali menderita
keganasan, khususnya sarkoma Kaposi dan limfoma yang hanya
menyerang otak. (Djuana, 2008)
2.
Penyebab HIV/AIDS
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus
yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama
kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun
1983 dengan nama
Lymphadenopathy Associated Virus
(LAV),
sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV)
III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama
virus dirubah menjadi HIV. (Duarsa, 2011)
Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA.
Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat
berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target
18
virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk
virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat
berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama
dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam
tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat
aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut. (Djuanda,
2011)
Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian
inti (core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris
tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce
transcriptase dan beberapa jenis protein. Bagian selubung terdiri atas
lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan
reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus (lemak)
tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif
terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan
mudah dimatikan dengan berbagai desinfektan seperti eter, aseton,
alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi relatif resisten terhadap
radiasi dan sinar ultraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen,
air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam
sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak. (Djuanda, 2011)
3.
Perjalanan Infeksi HIV
a.
Fase 1 (2-6 bulan)
Masa antara masuknya HIV ke dalam tubuh manusia sampai
terbentuknya antibodi terhadap HIV atau disebut HIV positif. Pada
19
fase ini belum menunjukan gejala, namun sudah bisa menularkan
HIV kepada orang lain.
b.
Fase 2 ( 3-10 tahun)
Pada fase ini, pengidap HIV belum menunjukan gejala
(tampak sehat) dan dapat beraktifitas seperti biasa.
c.
Fase 3 (AIDS)
Pada fase ini sudah terjadi penurunan kekebalan tubuh,
artinya
HIV
sudah
berubah
menjadi
AIDS.
Timbul
infeksi
oportunisyik yaitu infeksi yang tidak berbahaya bagi orang yang
memiliki sistem kekebalan tubuh normal, namun berakibat fatal bagi
orang yang mengidap HIV. Misalnya : sarkoma kaposi dan
pneumonia pneumocystis carinii.
4.
Tanda-tanda AIDS
Menurut BKKBN (2013), tanda-tanda AIDS antara lain :
a.
Penurunan 10% berat badan dalam waktu 1 bulan tanpa sebab
yang jelas.
b.
Diare lebih dari satu bulan tanpa sebab yang jelas.
c.
Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan.
d.
Batuk yang tidak sembuh sembuh.
e.
Kulit gatal diseluruh tubuh.
f.
Infeksi Jamur kandida pada mulut, lidah atau tenggorokan.
g.
Pembengkakan
selangkangan.
kelenjar
getah
bening
dileher,
ketiak
atau
20
5.
Penularan Infeksi HIV/AIDS
Menurut BKKBN (2013), media penularan dan cara penularan
HIV/AIDS adalah sebagai berikut :
a.
b.
Media Penularan
1)
Darah
2)
Cairan Sperma
3)
Cairan Vagina
Cara Penularan
HIV/AIDS dapat ditularkan dengan berbagai cara sebagai berikut:
1)
Melalui transfusi darah atau produk darah
2)
Transplantasi organ atau jaringan tubuh
3)
Pemakainan jarum suntik yang sudah tercemar HIV secara
bergantian, misalnya jarum suntik di antara pengguna narkotika
4)
Pemakaian jarum
suntik/alat tajam yang memungkinkan
terjadinya luka, secara bergantian tanpa disterilkan, misalnya
jarum tato, jarum tindik, peralatan pencet jerawat.
5)
Hubungan seks tidak aman, yang memungkinkan tercampurnya
cairan sperma dengan cairan vagina (pada seks vaginal); atau
caran
sperma
dengan
darah
(pada
seks
anal)
tanpa
penghalang (dalam hal ini kondom)
6)
Ibu hamil yang terinfeksi HIV pada bayi yang dikandungnya.
a)
Antenatal yaitu saat bayi masih berada didalam rahim,
melalui plasenta.
b)
Intranatal yaitu saat proses persalinan, bayi terpapar darah
ibu atau cairan vagina.
21
c)
Postnatal yaitu setelah proses persalinan, melalui air susu
ibu.
Menurut WHO (2011), terdapat beberapa cara dimana HIV/AIDS
tidak dapat ditularkan yaitu:
a.
Kontak fisik
Orang yang berada dalam satu rumah dengan penderita
HIV/AIDS, bernapas dengan udara yang sama, bekerja maupun
berada dalam suatu ruangan dengan pasien tidak akan tertular.
Bersalaman, berpelukan maupun mencium pipi, tangan dan kening
penderita HIV/AIDS tidak akan menyebabkan seseorang tertular.
b.
Memakai milik penderita
Menggunakan tempat duduk toilet, handuk, peralatan makan
maupun peralatan kerja penderita HIV/AIDS tidak akan menular.
Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya.
6.
Gejala HIV/AIDS
Infeksi HIV memberikan gambaran klinik yang tidak spesifik
dengan sprektum
yang
lebar, mulai dari infeksi tanpa
gejala
(asimtomatik) pada stadium awal sampai pada gejala-gejala yang berat
pada stadium yang lebih lanjut. Perjalanan penyakit lambat dan gejalagejala AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun sesudah infeksi, bahkan
dapat lebih lama lagi. (Djuanda, 2011)
Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya infeksi HIV
menjadi AIDS belum diketahui jelas. Diperkirakan infeksi HIV yang
berulang-ulang
dan
pemaparan
terhadap
infeksi-infeksi
lain
mempengaruhi perkembangan kearah AIDS. Menurunnya hitungan sel
22
CD4 dibawah 200/ml menunjukan perkembangan yang semakin buruk.
Keadaan yang memburuk juga ditunjukkan oleh peningkatan B2 mikro
glubulin, p24 (antibodi terhadap protein care) dan juga peningkatan IgA.
(Djuanda, 2011)
Penyakit HIV digunakan sebagai indikator AIDS. Sebagian besar
keadaan ini merupakan infeksi oportunistik yang apabila diderita oleh
orang yang sehat, dapat diobati. AIDS diidentifikasi berdasarkan
beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh WHO (Kemenkes,
2011), sebagi berikut:
a.
Tahap I
Penyakit HIV
tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak
dikategorikan sebagai AIDS.
b.
Tahap II
Meliputi
manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi
saluran pernafasan bagian atas yang tak sembuh-sembuh.
c.
Tahap III
Meliputi
diare
kronis
yang
tidak
jelas
penyebabnya
yang
berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah dan
TBC paru-paru.
d.
Tahap IV
Meliputi Toksoplasma pada otak, Kandidiasis pada saluran
tenggorokan (eshopagus), saluran pernafasan (trachea), batang
saluran paru-paru (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma Kaposi.
23
7.
Pencegahan Infeksi HIV/AIDS
Menurut BKKBN (2013) untuk mencegah penularan HIV dan
AIDS sebenarnya mudah, ingat saja ABCDE yang merupakan
kepanjangan dari :
A = Abtinence, yaitu tidak melakukan hubungan seksual diluar
pernikahan.
B = Be faithful, yaitu tetap setia pada pasangannya, untuk yang sudah
menikah.
C = Condom, gunakan kondom saat melakukan hubungan seksual
(melindungi diri)
D = Don’t use drugs, tidak melakukan penyalahgunaan Napza sama
sekali.
E = Equipment, berhati-hati terhadap peralatan yang beresiko membuat
luka dan digunakan secara bergantian (bersamaan), misalnya
jarum suntik, pisau cukur.
Menurut BKKBN (2013) semua orang tanpa kecuali dapat tertular
HIV, oleh karena itu pencegahan yang perlu dilakukan bagi remaja
adalah:
a.
Mencari informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan
HIV/AIDS.
b.
Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
c.
Mendiskusikan secara terbuka permasalahan seksualitas remaja
kepada
orangtua,
guru,
pengetahuan terhadap isu.
teman
atau
orang
yang
memiliki
24
d.
Menghindari penggunaan obat-obatan terlarang, jarum suntik, tato
dan tindik.
e.
Tidak melakukan kontak langsung percampuran darah dengan
orang terpapar HIV.
f.
8.
Menghindari perilaku tidak sehat dan tidak tanggung jawab.
Penatalaksanaan HIV/AIDS
Penatalaksanaan pengobatan pada penderita HIV/AIDS meliputi:
a. Pengobatan suportif
b. Penaggulangan penyakit oportunitis
c. Pemberian obat antivirus
d. Penanggulangan dampak psikososial (Widoyono, 2011).
Angka kesembuhan > 95% dapat di capai dengan menggunakan
salah satu dari beberapa regimen ini. Regimen yang di sukai adalah
tetraksilin 500mg. PO 4 x sehari selama 7 hari, atau doksiksiklin 100mg,
2 x sehari selama 7 hari. Jika tetraksiklin merupakan kontrakdikasi,
dapat di berikan erittromisin basa 500mg, 4 x sehari selama 7 hari, atau
ertitromisin etilsuksinat 800mg, 4 xsehari selama 7 hari (Benson, 2009).
C. Remaja Akhir
Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa yang pada umumnya di mulai pada usia 12 atau 13
tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan
tahun. Menurut Adam & Gullota masa remaja meliputi antara 11 hingga 20
tahun (Adam, 2010).
25
Masa remaja merupakan salah satu priode dari perkembangan
manusia, masa ini merupakan perubahan atau peralihan dari masa kanak –
kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan
psikologik, dan perubahan sosial. Sebagian besar masyarakat dan budaya
masa remaja umumnya di mulai pada usia 10 – 13 tahun dan berakhir pada
usia 18-22 tahun (Notoatdmojo, 2007).
Selanjutnya WHO menyatakan walaupun definisi di atas terutama
didasarkan pada usia kesuburan (fertilitas) wanita, batasan tersebut juga
berlaku untuk remaja pria dan WHO membagi kurun usia tersebut dalam 2
bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-19 tahun.
Ciri-ciri remaja akhir (15 – 20 tahun)
1.
Ciri Fisik
Yang termasuk ciri fisik, adalah :
a.
Laju perkembangan secara umum kembali menurun, sangat lambat.
b.
Proporsi ukuran tinggi dan berat badan lebih seimbang mendekati
kekuatan orang dewasa.
c.
Siap berfungsinya organ-organ reproduktif seperti pada orang
dewasa.
2.
Ciri Psikomotor
Yang termasuk ciri psikomotor, adalah
a.
Gerak gerik mulai mantap.
b.
Jenis dan jumlah cabang permainan lebih selektif dan terbataspada
keterampilan yang menunjang kepada persiapan kerja.
3.
Ciri Bahasa
Yang termasuk ciri bahasa, adalah :
26
a.
Lebih memantapkan diri pada bahasa asing tertentu yang dipilihnya.
b.
Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung nilainilaifilosofis, ethis, religius.
4.
Ciri Perilaku Kognitif
Yang termasuk ciri perilaku kognitif, adalah :
a.
Sudah mampu meng-operasikan kaidah-kaidah logika formal
disertai kemampuan membuat generalisasi yang lebih bersifat
konklusif dan komprehensif.
b.
Tercapainya titik puncak kedewasaan bahkan mungkin mapan
(plateau) yang suatu saat (usia 50-60) menjadi deklinasi.
c.
Kecenderungan
bakat
tertentu
mencapai
titik
puncak
dan
kemantapannya.
5.
Ciri Perilaku Sosial
Yang termasuk ciri perilaku sosial, adalah :
a.
Bergaul dengan jumlah teman yang lebih terbatas dan selektif dan
lebih lama (teman dekat).
b.
Kebergantungan kepada kelompok sebaya berangsur fleksibel,
kecuali dengan teman dekat pilihannya yang banyak memiliki
kesamaan minat.
6.
Ciri Moralitas
Yang termasuk ciri moralitas, adalah :
a.
Sudah dapat memisahkan antara sistem nilai – nilai atau normatif
yang universal dari para pendukungnya yang mungkin dapat berbuat keliru atau kesalahan.
27
b.
Sudah berangsur dapat menentukan dan menilai tindakannya
sendiri atas norma atau sistem nilai yang dipilih dan dianutnya
sesuai dengan hati nuraninya.
c.
Mulai dapat memelihara jarak dan batas-batas kebebasan- nya
mana yang harus dirundingkan dengan orang tuanya.
7.
Ciri Perilaku Keagamaan
Yang termasuk ciri perilaku keagamaan, adalah :
a.
Eksistensi dan sifat kemurah-an dan keadilan Tuhan mulai
dipahamkan dan dihayati menurut sistem kepercayaan atau agama
yang dianutnya.
b.
Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari mulai dilakukan
atas dasar kesadaran dan pertimbangan hati nuraninya sendiri
secara tulus ikhlas.
c.
8.
Mulai menemukan pegangan hidup.
Ciri Konatif, Emosi, Afektif dan Kepribadian
Yang termasuk ciri konatif, emosi, afektif dan kepribadian, adalah :
a.
Sudah menunjukkan arah kecenderungan tertentu yang akan
mewarnai pola dasar kepribadiannya.
b.
Reaksi-reaksi dan ekspresi emosinalnya tampak mulai terkendali
dan dapat menguasai dirinya.
c.
Kecenderungan titik berat ke arah sikap nilai tertentu sudah mulai
jelas seperti yang akan ditunjukkan oleh kecenderungan minat dan
pilihan karier atau pendidikan lanjutannya; yang juga akan memberi
warna kepada tipe kepribadiannya.
28
d.
Kalau kondisi psikososialnya menunjang secara positif maka mulai
tampak dan ditemukan identitas kepribadiannya yang relatif definitif
yang akan mewarnai hidupnya sampai masa dewasa
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka
hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui
penelitian-penelitian yang akan dilakukan. (Notoatmodjo, 2010)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan
remaja akhir tentang HIV/AIDS dengan kerangka konsep seperti pada
gambar di bawah ini.
Pengetahuan Remaja Akhir
(15-20 tahun) di Pondok
Pesantren Al Huda tentang
HIV/AIDS
1.
2.
3.
4.
5.
Pengertian HIV/AIDS
Penyebab HIV/AIDS
Perjalanan Infeksi HIV
Tanda-tanda AIDS
Penularan
Infeksi
HIV/AIDS
6. Gejala HIV/AIDS
7. Pencegahan
Infeksi
HIV/AIDS
Gambar 2.1
Kerangka Konsep
Baik
Cukup
Kurang
DAFTAR PUSTAKA
Al Quran surat Al-Isra 32
Al Quran surat Al Mujadalah : 11
Arikunto Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
BKKBN. (2013). Serba-Serbi HIV/AIDS. Jakarta: Badan koordinasi Keluarga
Berencana Nasional.
Dinkes Jabar. (2014). Jumlah kasus Aids dan HIV di Jawa Barat Tahun 2015.
Tersedia dalam http://www.dinkes.jabarprov.go.id. [diakes 01 Maret
2016].
Ditjen PP & PL Kemenkes RI. (2015). Laporan Situasi Perkembangan HIV &
AIDS di Indonesia Triwulan IV Tahun 2015. Jakarta: Ditjen PP & PL
Kementrian Kesehatan RI.
Djuana. (2008). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi kelima. Jakarta : FKUI.
Djuanda. (2011). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi keenam. Jakarta.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Duarsa. (2011). Infeksi HIV dan AIDS. Dalam: S.F.Daili, W.I.B.Makes, F.Zubier
(eds). Infeksi Menular Seksual. 4 th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Kusuma, A. (2010). Hubungan antara pengetahuan, sumber informasi, dan
pemahaman agama dengan perilaku mahasiswa terhadap HIV/AIDS.
Skripsi : Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia.
Muakrom. (2013). Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren dalam
Meningkatkan Kualitas Pendidikan Formal di Pondok Pesantren Darul
Amanah Kabunan Sukorejo Kendal. Skripsi : Fakultas Tarbiyah Institut
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar
Proses Belajar Mangajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Notoatmodjo. Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
UNAIDS. (2013). Global Report: UNAIDS report on the global AIDS epidemic
2013. Geneva: Joint United Nations Programme on HIV/AIDS.
Wawan, A dan M. Dewi. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Peilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.
WHO.
(2012).
Remaja
dengan
Perkembangan.
Tersedia
dalam
http://www.waspada.co.id/index.php?option=comcontent&view=article&i
d=225728hivaids&catid=14:medan&Itemid=27. [diakes 01 Maret 2016].
Widoyono (2011). Penyakit Tropis. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Download