BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 SIMPULAN Penelitian ini adalah mengenai analisis perbandingan pengakuan awal, pengukuran biaya, penilaian aset biolojik lebih lanjut sampai pada tahap penyajian dan pengungkapan laporan keuangan pada PT Dinamika Cipta Sentosa menurut standar akuntansi internasional IAS 41: Agriculture. Perusahaan ini tidak mengadopsi standar akuntansi apapun dalam pengukuran dan penyajian laporan keuangannya sehingga penulis mengangkat perusahaan ini sebagai studi penelitian. Setelah dilakukan analisis menggunakan IAS 41, hasil simpulan penelitian diklasifikasikan dalam tiga ruang lingkup: - Pengakuan Setelah menggunakan standar, pengakuan diklasifikasikan berdasarkan transformasi biolojik yaitu, pembibitan – tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan. - Pengukuran Pengukuran aset biolojik tidak menggunakan nilai wajar – biaya penjualan melainkan menggunakan alternatif lain berupa biaya-akumulasi depresiasi (untuk tanaman menghasilkan) dan expected net cash flow untuk perhitungan tanaman belum menghasilkan. Pengukuran yang lama oleh perusahaan menggunakan akumulasi biaya untuk menentukan tanaman belum menghasilkan dan direklasifikasi menjadi tanaman 85 menghasilkan. Oleh karena perbedaan cara perhitungan, ada rugi penurunan nilai aset (loss impaiment of asset) pada tahun 2010 pada perhitungan tanaman belum menghasilkan menggunakan expected net cash flow sebesar Rp 19.883.166.830,- mengakibatkan kerugian pada tahun 2010. Informasi tersebut ada di laporan laba rugi konsolidasi setelah perbaikan. - Penyajian dan Pengungkapan Untuk penyajian aset biolojik yang berupa tanaman menghasilkan dan tanamn menghasilkan disajikan di dalam laporan posisi keuangan bagian aset tidak lancar. Untuk rugi penurunan nilai aset disajikan pada laporan laba rugi konsolidasi dalam bagian pendapatan komprehensif lain. Begitu juga dengan pengungkapan aset biolojik pada catatan atas laporan keuangan yang memuat ikhtisar kebijakan akuntansi yang digunakan, termasuk metode akuntansi yang diaplikasikan. Selain itu ada rekonsiliasi tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan yang diungkapkan. Penelitian ini tidak menggunakan nilai wajar karena nilai wajar tidak dapat diandalkan dengan asumsi bahwa aset biolojik yang tertanam dengan tanah tidak untuk dijual. Untuk hasil dari produk perkebunan kelapa sawit ini yang berupa tandan buah segar baru dapat diukur berdasarkan nilai wajar atau harga pasar. Hasil dari penelitian ini berupa laporan keuangan yang menunjukkan Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi Komprehensif, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan untuk akun yang berkaitan dengan aset biolojik saja. Terdapat 86 perbedaan angka untuk tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan. Beban bunga pinjaman tidak langsung dikurangi pada akun tanaman, akan tetapi dikapitalisasi pada akun tersendiri. Rekonsiliasi yang tertera pada catatan atas laporan keuangan menunjukkan perubahan tanaman perkebunan untuk tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan. V. 2 SARAN Hasil penelitian ini menunjukkan bagaimana standar akuntansi internasional untuk perkebunan yaitu IAS 41: Agriculture mengatur pengakuan awal, pengukuran serta penyajian dan juga pengungkapan aset biolojik dalam laporan keuangan. Untuk perusahaan yang baru mulai bisnisnya, disarankan menggunakan IAS 41: Agriculture dalam pengukuran biaya dan pengakuan awal. Karena dengan menggunakan standar internasional tersebut, laporan keuangan yang disajikan akan lebih mudah dipahami oleh pengguna laporan keuangan di seluruh negara. Namun, tidak semua pihak mendukung sepenuhnya dengan adopsi standar ini. Banyak kontroversi yang mengikuti konvergensi standar ini di beberapa negara. Di Malaysian Standard Accounting Board, dilakukan analisa terhadap implementasi IAS 41, hasilnya adalah bahwa standar ini tidak merepresentasikan “true and fair” dalam pernyataan laporan keuangan untuk pendapatan dari perkebunan. Selain itu, standar ini mengandalkan dari asumsi dan entitas yang mengandalkan asumsi membuat standar ini terlihat tidak ada gunanya. 87 Komentar lain yang dikatakan oleh analis lain yaitu bahwa pengguna akhir tidak melihat dari nilai wajar karena: - Bukan item kas; - Membuat pendapatan berubah cepat dalam kenaikan dan penurunan harga; - Tidak ada gunanya bila mengestimasi nilai sesungguhnya dari aset kalau tidak tahu apa yang masuk dalam perhitungan nilai wajar; - Bisa digunakan sebagai instrumen bagi perusahaan-perusahaan untuk menurunkan atau menaikkan pendapatan. Dengan munculnya kontroversi dalam implementasi standar ini, disarankan bagi pihak yang akan menggunakan IAS 41 sebaiknya memikirkan dampak menggunakan metode akuntansi nilai wajar. Karena dengan menggunakan nilai wajar, akan membuat laba/rugi bersih berubah sangat cepat sehingga ada kemungkinan perusahaan untuk mengalami kerugian. Semoga penelitian ini sangat bermanfaat bagi perusahaan yang akan mengganti kebijakan akuntansinya dengan adopsi standar ini maupun perusahaan yang baru memulai dari awal dan menggunakan standar ini sebagai acuan. 88